Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:20870922
Desain Pengembangan Program E-Training Fisika Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Menganalisis Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Slamet Mugiono1), I Made Alit Mariana2) 1) PPPPTK BMTI Bandung
[email protected] (Hp. 085220100429) 2) LPMP Bali
ABSTRAK Makalah ini memaparkan desain program pendidikan dan pelatihan (diklat) berbantuan web (e-training) fisika untuk guru fisika Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), berdasarkan hasil analisis kebutuhan diklat (training needs analysis). Desain diklat yang digunakan adalah memadukan pelatihan secara online menggunakan web dan tatap muka (blended learning). Instrumen yang dikembangkan meliputi: struktur program, modul bahan ajar etraining fisika berbasis LMS, instrumen pengukur pemahaman konsep dan kemampuan menganalisis terkait materi sifat mekanik bahan dan rangkaian arus searah. Program diklat ini dirancang dengan harapan dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan menganalisis guru fisika SMK, disamping itu juga sebagai alternatif program diklat fisika berbantuan teknologi informasi dan komunikasi.
Kata kunci : Desain e-training fisika, training need analysis, blended learning, pemahaman konsep.
PENDAHULUAN
profesi guru di Indonesia banyak dilakukan melalui dua cara yaitu pelatihan (in-service training) dan berkomunikasi dengan teman sejawat melalui wadah MGMP. Sebagaimana dikemukakan oleh Ozen (2008) bahwa program In-service Education and Training (INSET) sebagai suatu pertimbangan yang menjadi peluang bagi guru untuk mengembangkan diri baik secara profesi maupun secara individu. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan bahwa Pendidikan dan Pelatihan (diklat) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan profesionalisme guru (Noor, 2001). Hanya saja terdapat permasalahan pada diklat konvensional (diklat tatap muka di lambaga diklat) baik dari sisi guru sebagai peserta diklat maupun dari sisi penyelenggara diklat, yaitu lembaga diklat. Menurut Engkosworo (1993:7) banyak guru yang sudah dididik atau mengikuti pelatihan tetapi tidak merubah kebiasaan cara mengajar atau bekerja, pola berpikir lama yang dipertahankan, seolaholah hasil training tidak sampai pada tahapan implementasi. Dalam pelaksanaanya, pelatihan didominasi oleh kegiatan nara sumber atau fasilitator yang menyampaikan seluruh materi pelatihan, sedangkan peserta diklat lebih banyak sebagai pendengar, sehingga kurang memacu
Kualitas sumber daya manusia dalam bidang kependidikan yang masih rendah akan berpengaruh terhadap kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan di Indonesia masih memprihatinkan, khususnya dalam bidang matematika dan ilmu pengetahuan alam (MIPA) sekolah menengah Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS, 2011) yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia, prestasi sains dan matematika Indonesia menurun. Untuk bidang matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites di kelas VIII. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian 2007. Adapun bidang Sains, Indonesia berada di urutan ke-40 dengan skor 406 dari 42 negara yang siswanya dites di kelas VIII. Kemampuan siswa Indonesia baru bisa menembus kompetensi berpikir dalam level rendah (54%), sedang (19%), tinggi (3%), sedangkan yang lanjutan tidak ada. Pada ketiga kategori pertama, prestasi siswa Indonesia pun menurun dibandingkan 2007. Adapun standar internasional dipatok 500 (Sukardiyono, 2012). Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas guru adalah melalui pendidikan dan pelatihan (diklat). Selama ini pengembangan 114
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:20870922
keaktifan peserta diklat. Program pelatihan yang menuntut peserta diklat lebih aktif dalam proses pembelajaran adalah suatu keharusan. Diharapkan lembaga pendidikan in-service merancang dan melaksanakan pelatihan yang sesuai kebutuhan dan berpusat pada siswa (participant centered). Program pelatihan yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dapat menjadi solusi meningkatkan mutu pendiklatan. Menurut Siahaan (2010) model pelatihan penggunaan multimedia interaktif menggunakan software Pesona Fisika efektif meningkatkan pengetahuan guru tentang multimedia interaktif, keterampilan guru membuat RPP dan LKS menggunakan media interaktif, dan juga menumbuhkan kreativitas guru terhadap pembelajaran sains. Diperlukan pelatihan information comunication technology (ICT) untuk guru yang merupakan kebutuhan guru saat ini. Program pelatihan jarak jauh (etraining) dapat dipadukan dengan sistem blended learning. Blended learning merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal tatap muka (face to face) dan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan sumber belajar online dan beragam pilihan komunikasi yang dapat digunakan oleh pengajar dan pembelajar (Garisson & Vaughan, 2008). Blended learning merepresentasikan waktu pertemuan dalam kelas dengan tujuan meningkatkan keterlibatan dan memperluas akses terhadap kesempatan pembelajaran berbasis internet. Utamanya, blended learning merupakan desain ulang fundamental yang mentransformasikan struktur dan Meningkatkan keterampilan siswa dalam menganalisis materi pelajaran merupakan tujuan banyak bidang studi. Guru-guru sains, ilmu sosial, humaniora, kesenian kerap menjadikan belajar menganalisis sebagai salah satu tujuan pokok mereka. Misalnya mengembangkan kemampuan untuk membedakan fakta dan opini, menghubungkan kesimpulan dengan pernyataan pendukungnya, membedakan materi yang relevan dan tidak relevan, menghubungkan ide-ide, mebedakan ide pokok dan ide turunan, menemukan bukti pendukung (Anderson, 2001). Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengembangkan desain program
pelatihan, modul fisika berbasis learning management systems (LMS), instrumen pengukur pemahaman konsep dan kemampuan menganalisis terkait materi sifat mekanik bahan dan rangkaian arus searah dengan harapan dapat memberikan alternatif program pelatihan fisika berbantuan teknologi informasi dan komunikasi. Metode Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah Research dan Development (R&D) dengan menggunakan langkah-langkah: (a) Tahap Pendefinisian (define), (b) Tahap Perencanaan (Design), (c) Tahap Pengembangan (Develop) dan (d) Tahap Diseminasi (Disseminate). Subjek penelitian adalah guru peserta diklat Fisika SMK. Untuk peningkatan pemahaman konsep (PK) dan keterampilan menganalisis (KM) antara sebelum dan sesudah implementasi model diklat, ditentukan dengan menggunakan skor gain
yang dinormalisasi yang dihitung dengan persamaan Hake. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan mengkategorikan pencapaian hasil belajar serta analisis statistik uji t atau uji Wilcoxon. Jika salah satu atau kedua tidak berdistribusi normal, maka pengujian akan dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann-Whitney. Efektivitas model diklat ditentukan dengan menggunakan skor gain untuk pemahaman konsep (PK) dan skor gain untuk kemampuan menganalisis (KM) yang dicapai sebelum dan sesudah implementasi. Hasil dan Pembahasan Kegiatan diklat guru-guru SMK oleh lembaga-lembaga diklat selama ini lebih banyak berupa diklat konvensional atau tatap muka. Diklat konvensional memiliki keterbatasanketerbatasan seperti dalam pelaksanaan diklat konvensional, 88.8% guru berpendapat bahwa kegiatan diklat konvensional menganggu waktu mengajar di sekolah karena harus mengikuti diklat dalam waktu yang relatif cukup lama, 72% guru berpendapat bahwa pengajaran lebih berpusat pada widyaiswara/instruktur, 61% guru berpendapat bahwa jarak dari tempat kerja ke lembaga diklat yang jauh. Keterbatasan tersebut dapat diatasi dengan salah satu solusinya adalah melalui diklat jarak jauh yang memanfaatkan Information Communication Technology (ICT). Dogmen (Munir, 2009) menyatakan bahwa ciriciri pembelajaran jarak jauh adalah adanya 115
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:20870922
organisasi yang mengatur cara belajar mandiri, materi pembelajaran disampaikan melalui media, dan tidak ada kontak langsung antara pengajar dan pembelajar. Untuk itu perlu perencanaan yang baik dalam mendesain program diklat tersebut. Modul keterampilan menganalisis (KM) dikembangkan berdasarkan 3 keterampilan menganalisis, yaitu (1). Differentiating atau selecting, (2). Organizing atau parsing structuring, (3). Attributing atau deconstructing (Anderson, 2001). Instrumen pengujian model diklat didesain berdasarkan rambu-rambu taksonomi kognitif Bloom (Anderson, 2001), dengan menggunakan tujuh indikator yaitu: (1). Interpreting atau clarifying: mengubah satu representasi ke jenis representasi jenis lain. Misalnya menyajikan pemahaman konsep hambatan listrik dalam bentuk kalimat bervariasi atau persamaan matematis atau grafik atau lainnya; (2). Exemplifying atau illustrating: mengidentifikasi deskripsi/contoh suatu konsep/prinsip umum, lalu mengkonstruksi/memilih konsep/prinsip khusus terkait. Misal merumuskan beberapa pernyataan spesifik sesuai konsep seri paralel, kekuatan bahan dan lainnya; (3). Classifying atau
categoryzing: mendeteksi deskripsi relevan atau pola yang cocok dengan konsep/prinsip umum dan konsep/prinsip khusus. Misalnya menyajikan tingkat kelenturan suatu pegas berdasarkan nila konstanta pegasnya; (4). Summarizing atau abstracting: mengkonstruksi pernyataan tunggal sebagai representasi sejumlah informasi. Misal menjelaskan keterkaitan kuat arus listrik, beda potensial listrik, hambatan, dan yang lainnya berdasarkan data percobaan: (5). Inferring atau predicting: menemukan pola berdasarkan sejumlah contoh kasus. Misalnya menemukan pola hubungan kuat arus dan tegangan listrik dalam rangkaian arus searah; (6). Comparing atau matching: mendeteksi kesamaan atau perbedaan dua objek atau lebih, dua kejadian atau lebih, dua ide atau lebih, dua masalah atau lebih, dua situasi atau lebih, dan lain sebagainya. Misal menemukan perbedaan kondisi fisis dua buah pegas yang berbeda konstanta pegasnya; (7). Explaining atau constructing models: mengkonstruksi model sebab akibat antar unit mayor dalam suatu sistem dan memakai model tersebut untuk memprediksi dampak perubahan salah satu unit mayor terhadap unit mayor lainnya. Misal memprediksi mekanisme aliran elektronelektron dalam suatu penghantar listrik.
116
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:20870922
Desain Umum Langkah-Langkah Penelitian 1. Tahap Studi Pendahuluan
Kajian Pustaka
Studi lapangan
Analisis Kebutuhan (Need Assesment)
2. Tahap Pengembangan
Rancangan
Penilaian Ahli
l h Pengembangan Instrumen
Revisi I
Ujicoba Terbatas
Pengujian Validasi
Revisi II
Program Pelatihan
3. Tahap Implementasi Implementasi Program Pelatihan
Analisis, Interpretasi dan Kesimpulan
Gambar1. Desain Umum langkah-langkah penelitian 117
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:20870922
Tahap Perencanaan
¾ Penyusunan Tindak Lanjut ¾ Respon Peserta ¾ Test
Tahap Evaluasi Program Diklat
Identifikasi Kebutuhan Diklat Guru Fisika SMK Tujuan Program Diklat
OnService
InService 1
b
k Desain Program Diklat
Konten Diklat Material Pembelajaran Diklat
Metode Pembelajaran Diklat
b
Pembekalan
Konten
¾ Kebijakan ¾ Konsep ETraining PPPPTK BMTI ¾ Sistem ETraining PPPPTK BMTI ¾ Pre‐test
¾ Materi diklat ¾ Kegiatan interaksi on line ¾ Diskusi kelompok online ¾ Penugasan Tahap Pelaksanaan
Struktur Program Diklat Guru Fisika SMK
Gambar 2. Tahapan Program Diklat e-Trainin
118
InService 2 k Pengayaan ¾ Pengayaan materi diklat ¾ Angket dan kuesioner ¾ Post‐test
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:20870922
Kompetensi Profesional Guru Fisika SMK SMK
Kurikulum Fisika SMK Kelompok Teknologi dan Kesehatan
Tatap Muka
Online
Pendekatan Blended Learning
Konsep Sifat Mekanik Bahan dan Rangkaian Arus Searah
Pelatihan di PPPPTK BMTI (Offline)
Pelatihan Menggunakan Etraining (Online)
Peningkatan Keterampilan Menganalisis Guru Fisika SMK
Gambar 3. Desain Implementasi Program Diklat e-Training Fisika
Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan: 1 Pelatihan konvensional sekarang ini banyak memiliki kelemahan dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun dalam evaluasi, metode pelatihan konvensional pada umumnya berupa ceramah, dan kurang memacu aktivitas peserta didik. 2 Program pelatihan jarak jauh berbantuan teknologi informasi dan komunikasi dan
3
119
menggunakan pendekatan blended learning dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan diklat konvensional dan meningkatkan mutu pendiklatan Materi pelatihan fisika diharapkan memberikan dampak yang lebih baik dalam meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir guru fisika SMK khususnya keterampilan menganalisis.
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains VIII, Fakultas Sains dan Matematika, UKSW Salatiga, 15 Juni 2013, Vol 4, No.1, ISSN:20870922
Mechanics Test Data for Introductary Physics Courses. American Journal of Physics, 66(1), 64-74. Tersedia dalam: http://www.physics.indiana.edu/~sdi / [15/01/ 2011] Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabet. Noor, I. (2001). Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Indonesia di SMU Berdasarkan Kurikulum 1994. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 32, (18), 25. Ozen, R. (2008) Inservice Training(INSET) Program Via Distance Education: Primary School Teacher’ Opinions. Turkish Journal Online of Distance Education-TODJE. 9, (1), 15. Sukardiyono, (2012). Pengembangan Assesmen Kontektual dan NonKontekstual Untuk Mahasiswa Non Fisika. Desertasi pada PPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan
DAFTAR PUSTAKA Anderson, L.W. et al. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc. Borg, W. R and Gall, M. D. (1983). Educational Research: An th Introduction. 4 Ed. New York & London: Longman, Inc. Engkoswara.(1993) Kualitas Sumber Daya Manusia Dilihat dari Sudut Kebudayaan, Pekerjaan dan Pendidikan. Desertasi pada PPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan Garrison D., R., A., & Vaughan, N., D. (2008). Blended Learning in Higher Education. United States: John Wiley& Sons Inc. Hake, R.R. (1998). Interactive-Engagement Versus Traditional Methods : A SixThousand Student Survey of
120