perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DESAIN PASAR JUNGKE KABUPATEN KARANGANYAR
SKRIPSI
Oleh: ANDI TRISTIANTO K 1508054
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember 2012 commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DESAIN PASAR JUNGKE KABUPATEN KARANGANYAR
Oleh: ANDI TRISTIANTO K 1508054
Skripsi Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Teknik Bangunan Jurusan Pendidikan Teknik Dan Kejuruan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember 2012 commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: Andi Tristianto
NIM
: K1508054
Jurusan/Program Studi
: PTK/Pendidikan Teknik Bangunan
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ” DESAIN PASAR JUNGKE KABUPATEN KARANGANYAR” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Desember 2012 Yang membuat pernyataan
Andi Tristianto
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk di pertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 7 Desember 2012
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Chundakus Habsya, M.SA NIP.1957414 198603 1 002
Budi Siswanto,S.Pd,.M.Ars commit to userNIP. 19720205 200501 1 001 v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Tanggal :
Tim Penguji Skripsi: Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Ida Nugroho Saputro, ST., M.Eng.
Sekretaris
: Sukatiman, ST., M.Si.
Anggota I
: Ir. Chundakus Habsya, M.SA.
Anggota II
: Budi Siswanto,S.Pd., M.Ars.
Disahkan Oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd. NIP. 19600727 198702 1 001 commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Andi Tristianto. Desain Pasar Jungke Kabupaten Karanganyar. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Desember 2012. Tujuan penelitian ini adalah (1)Merencanakan dan merancang desain Pasar Jungke menjadi pasar tradisional yang menarik serta mencerminkan kearifan lokal. (2)Merencanakan dan merancang desain Pasar Jungke yang memperhatikan kelancaran sirkulasi orang dan barang. (3)Merencanakan dan merancang pasar tradisional yang memperhatikan dalam penataan kios, penataan los dan penataan fasilitas penunjang sehingga menciptakan pasar tradisional yang teratur dan terklasifikasikan dengan baik. Penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian kualitatif. Strategi penelitian yang digunakan adalah deskripsi analisis. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil observasi terhadap objek penelitian yaitu Pasar Jungke Karanganyar yang merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Kabupaten Karanganyar. Data sekunder berupa arsip atau dokumen yang diperoleh dari Dinas Pasar Kabupaten Karanganyar dan Pengelola Pasar Jungke. Teknik Pengumpulan data yang digunakan adalah Purposive Sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1)Desain Pasar Jungke yang menarik dan mencerminkan kearifan lokal dicerminkan dari: (a)Bentuk atap tajuk yang mengadopsi bentuk atap Pendopo Astana Giri Bangun Matesih. (b)Bentuk teras yang mencerminkan arsitektur kolonial yang mengadopsi bentuk bangunan utama Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar. (c)Bentuk los pada tempat perdagangan mencerminkan kearifan lokal suasana pasar tradisional. (2)Desain sirkulasi Pasar Jungke dengan pola grid menunjang kejelasan arah, efektifitas ruang dan kemudahan akses antar bagian ruang. (3)Desain pengelompokan kios dan los Pasar Jungke dengan menggunakan pola grid mempermudah dalam pengelompokan masing-masing fungsi, jenis dan karakter dari setiap barang dagangan dan jenis perdagangan. (4)Desain utilitas yang mengutamakan kebersihan dan kesehatan pasar dicerminkan dari: (a)Sistem drainase dengan menggunakan saluran tertutup lebih terlihat rapih dan bersih. (b)Sirkulasi Jaringan utilitas dengan penggunaan shaft sebagai sirkulasi vertikal akan membuat desain pasar terlihat rapi dan apabila ada kerusakan pada jaringan akan lebih mempermudah dalam perbaikan. (c)Sistem pengelolaan sampah dengan penggunaan shaft sampah sebagai sirkulasi vertikal akan mempermudah dalam pendistribusian sampah. (d)Selain itu juga dilakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik akan lebih mudah dalam mendaurulang. Kata Kunci : Desain Pasar Jungke yang menarik, sirkulasi yang lancar, pengelompokan yang jelas, kebersihan dan kesehatan yang baik. commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Andi Tristianto. Market Design Jungke in District of Karanganyar. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Desember 2012. The purpose of the study was (1)Planning and designing Jungke Market becomes attractive, tradisional markets and reflects the local wisdom. (2)Planning and designing a notice Jungke Markets smooth circulation of people and goods. (3)Planning and design of traditional markets stall attention in structuring, arrangement an structuring los supporting facilities, creating traditional market regularly and properly classifiable. The Study used a type of qualitative research. The research strategy used is description analysis. Data collected in this study is primary data obtained from the observation of the research object Jungke Market of Karanganyar which is one of the largest traditional market in the district of Karanganyar. Secondary data files or documents obtained from the Market Service of Karanganyar and Business Jungke. Tech data collection used was purposive sampling. The results of this study show that: (1)Market Desaign Jungke interesting and reflects local wisdom reflected: (a)The roof canopy which adopts the verandah roof Astana Giri Bangun Matesih. (b)The form of terraces which reflect colonial architecture adopting the form of the main building Tasikmadu Karanganyar Sugar Factory. (c)Form los reflects trading in the spot market atmosphere of traditional wisdom. (2)Design circulation Jungke Market with clear directions grid pattern support, effectiveness and ease of access space between the part of spece. (3)Design and los market stall grouping Jungke using a grid pattern makes the grouping of each function, type and character of any merchandise and types trading. (4)Design utility that prioritizes health and hygiene market reflected: (a)The drainage system using closed lines more visible neat and cleane. (b)Circulation network utility to use as the vertical circulation shaft will make easier to repair. (c)Waste management system with the use of waste as vertical circulation shaft will facilitate the distribution of garbage. (d)In addition, the separation between the organic and inorganic waste will be easier to recycle. Keywords: Attractive design of Jungke Market, proper circulation, grouping of the clear, hygiene and good health.
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Dan Carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah Dianugrahkan Alloh kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Alloh telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi, sungguh Alloh tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. (Q.S Al Qashash: 77)
Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih kepada Alloh; milik-Nya semua kerajaan dan bagi-Nya (pula) segala puji; dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu. (Q.S At Taghabun: 1)
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Alloh Menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat)perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Q.S Ar Ruum: 41)
Perumpamaan Surga yang dijanjikan kepada orang yang bertaqwa (seperti taman),mengalir di bawahnya sungai-sungai; senantiasa berbuah dan teduh. Itulah tempat kesudahan bagi orang yang bertaqwa; sedang tempat kesudahan bagi orang yang ingkar kepada Tuhan ialah neraka. (Q.S Ar Ruum: 41) commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Alloh SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, Puji syukur Alhamdullilah atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya. Karya ini dipersambahkan kepada orang-orang yang kucintai, kusayangi, kuhormati dan kubanggakan: 1. Ibu dan Ayah tercinta terimakasih atas Kasih sayang, Do’a, jerih payah dan pengorbanan kepada saya. 2. Kakak-kakakku yang selalu memberikan dukungan yang sangat berarti bagiku. 3. Teman-teman yang telah memberikan bantua, pengalaman dan pengetahuan yang insyaAlloh akan tetap ku kenang selamanya. 4. Almamater UNS
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim Alhamdulillaahirobbil’aalamiin Assalaamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, atas segala limpahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Desain Pasar Jungke Kabupaten Karanganyar”, yang disusun untuk memenuhi
persyaratan
mendapatkan
gelar
Sarjana
Pendidikan,
Program
Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta. 2. Bapak Drs. H. Sutrisno, S.T., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknikdan Kejuruan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng, selaku Ketua Program Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Abdul Haris Setyawan S.Pd., M.Pd, selaku Koordinator Skripsi Pendidikan Teknik Bangunan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Ir. Chundakus Habsya, M.SA, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi. 6. Budi Siswanto,S.Pd., M.Ars, selaku Pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi. 7. Kepala Pengelola Pasar Jungke Karanganyar yang telah memberikan ijin, data dan kelonggarannya dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Kedua orang tua penulis, yang telah memberikan doa, dorongan dan perjuangannya.
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Teman-teman PTB angkatan 2008,terimakasih atas kekompakan, kebersamaan, dan bantuannya. 10. Berbagai pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam tulisan ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan didalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan dalam skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Alloh SWT selalu membimbing kita semua.Aamiin. Wassalaamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh
Surakarta, Desember 2012
Penulis
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN................................................................................ iii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................
v
ABSTRAK ..........................................................................................................
vi
MOTTO .............................................................................................................. viii PERSEMBAHAN ...............................................................................................
ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xxi BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................
1
B. Perumusan Masalah ................................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................
5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..............................................................................
6
A. Tinjauan Pustaka .....................................................................................
6
1. Pasar ..................................................................................................
6
2. Pasar Tradisional ...............................................................................
7
3. Pasar Modern .................................................................................... 11 4. Perbandingan Pasar Tradisional dan Pasar Modern .......................... 14 5. Desain ............................................................................................... 16 6. Fungsional ......................................................................................... 17 7. Kearifan Lokal .................................................................................. 18 commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Konsep Arsitektur Kontekstual ......................................................... 21 9. Konsep Arsitektur Kolonial .............................................................. 24 B. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 26 BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 27 A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 27 B. Bentuk dan Strategi penelitian ................................................................ 29 C. Sumber Data ............................................................................................ 29 D. Teknik Sampling ..................................................................................... 30 E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 31 F. Validasi Data ........................................................................................... 32 G. Analisis Data ........................................................................................... 33 H. Prosedur Penelitian ................................................................................. 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 39 A. Deskripsi Kondisi Eksisting .................................................................... 39 1. Letak Geografis ................................................................................. 39 2. Bentuk dan Ukuran Site Pasar Jungke .............................................. 41 3. Kontur Tanah .................................................................................... 42 4. Kedalaman Air Tanah ....................................................................... 44 5. Drainase di Area Site ........................................................................ 45 6. Arah Lintasan Matahari .................................................................... 47 7. Vegetasi ............................................................................................ 48 8. Transportasi ....................................................................................... 50 9. Jaringan Utilitas ................................................................................ 56 10. Kondisi Peruangan Pasar Jungke ...................................................... 59 11. Rekapitulasi Peruangan dan Jumlah Pedagang ................................. 73 12. Klasifikasi Jenis Barang Dagangan................................................... 74 B. Analisa Konsep Desain ........................................................................... 75 1. Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang .............................................. 75 2. Analisa Pelaku dan Jenis Kegiatan ................................................... 76 3. Analisa Besaran Ruang ..................................................................... 80 commit to user 4. Analisa Organisasi Ruang ................................................................. 88 xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Analisa Pola Hubungan Ruang ......................................................... 90 6. Analisa Tata Massa ........................................................................... 93 7. Analisa Zonifikasi ............................................................................. 99 8. Analisa Pencapaian ........................................................................... 102 9. Analisa Orientasi Bangunan.............................................................. 105 10. Analisa Sirkulasi Bangunan .............................................................. 108 11. Analisa Kearifan Lokal ..................................................................... 112 12. Analisa Tata Hijau ............................................................................ 120 13. Analisa Pencahayaan dan Penghawaan............................................. 124 14. Analisa Struktur ................................................................................ 128 15. Analisa Jaringan Utilitas ................................................................... 133 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ............................................ 140 A. Kesimpulan ............................................................................................. 140 B. Implikasi ................................................................................................. 141 C. Saran ....................................................................................................... 141 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 143
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Perbandingan Pasar Tradisional dengan Pasar Modern .................. 15 Tabel 3.1. Waktu Penelitian ............................................................................. 28 Tabel 4.1. Kondisi Jalan yang Ada di Sekitar Site Pasar Jungke ..................... 52 Tabel 4.2. Peruangan Kantor Pengelola Pasar Jungke ..................................... 60 Tabel 4.3. Peruangan Kios Pemda Pasar Jungke .............................................. 61 Tabel 4.4. Peruangan Kios Darurat Pasar Jungke ............................................ 62 Tabel 4.5. Peruangan Los Daging Pasar Jungke .............................................. 63 Tabel 4.6. Peruangan Kios Berdikari Pasar Jungke.......................................... 64 Tabel 4.7. Peruangan Kios PKL Pasar Jungke ................................................. 65 Tabel 4.8. Peruangan Skat Darurat Pasar Jungke ............................................. 66 Tabel 4.9. Peruangan Los Pemda Pasar Jungke ............................................... 67 Tabel 4.10. Peruangan Los Berdikari Pasar Jungke ........................................... 68 Tabel 4.11. Peruangan Los Halaman Luar Pasar Jungke ................................... 69 Tabel 4.12. Peruangan Area Parkir dan Bongkar Muat Pasar Jungke ................ 70 Tabel 4.13. Peruangan Mushola Pasar Jungke ................................................... 71 Tabel 4.14. Peruangan Area MCK Pasar Jungke ............................................... 71 Tabel 4.15. Peruangan Area Terbuka Pasar Jungke ........................................... 72 Tabel 4.16. Rekapitulasi Peruangan Pasar Jungke ............................................. 73 Tabel 4.17. Rekapitulasi Jumlah Pedagang Pasar Jungke .................................. 73 Tabel 4.18. Klasifikasi Jenis Komoditas di Pasar Jungke .................................. 74 Tabel 4.19. Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang Kegiatan Jual-beli .............. 75 Tabel 4.20. Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang Kegiatan Pengelola ............ 76 Tabel 4.21. Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang Kegiatan Penunjang ........... 76 Tabel 4.22. Rencana Besaran Ruang Penerimaan Pasar Jungke ........................ 81 Tabel 4.23. Rencana Besaran Ruang Kios dan Los Pasar Jungke ...................... 82 Tabel 4.24. Rencana Besaran Ruang Kantor Pengelola Pasar Jungke ............... 83 Tabel 4.25. Rencana Besaran Ruang Area Parkir .............................................. 84 commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.26. Rencana Besaran Ruang Area Bongkar Muat ................................. 85 Tabel 4.27. Rencana Besaran Ruang Masjid ...................................................... 85 Tabel 4.28. Rencana Besaran Ruang Lavatory................................................... 86 Tabel 4.29. Rencana Besaran Ruang ME ........................................................... 87 Tabel 4.30. Rencana Besaran Ruang Pos Jaga, ATM dan Box Telepon ............ 87 Tabel 4.31. Rekapitulasi Rencana Peruangan Pasar Jungke .............................. 87 Tabel 4.32. Perbandingan Pencahayaan Alami dan Buatan ............................... 125 Tabel 4.33. Kelebihan dan Kelemahan Baja Konvensional ............................... 131 Tabel 4.34. Perbandingan Saluran Terbuka dan Tertutup .................................. 135 Tabel 4.35. Standar Kebutuhan Drainase ........................................................... 136
commit to user xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1.
Suasana di Dalam Pasar jungke .................................................
2
Gambar 2.1.
Pasar jungke Adalah Contoh Pasar Tradisional .........................
7
Gambar 2.2.
Drainase dan Kebersihan yang Buruk di Pasar Tradisional .......
8
Gambar 2.3.
Bangunan Pasar yang Kurang Memperhatikan Kenyamanan....
9
Gambar 2.4.
Penataan Barang di Palur Plasa yang Rapi dan Terklasifikasi .
11
Gambar 2.5.
Minimarket .................................................................................
12
Gambar 2.6.
Plasa Singosaren Solo ................................................................
13
Gambar 2.7.
Solo Grand Mall .........................................................................
13
Gambar 2.8.
Lotte Mart ..................................................................................
14
Gambar 2.9.
Bagan Perkembangan Objek Penelitian Desain di Indonesia ....
16
Gambar 2.10. Bagan Hubungan Desain, Seni, Sains dan Teknologi ................
17
Gambar 2.11. Solo Tecno Park dengan Konsep Bangunan Fungsional ...........
18
Gambar 2.12. Pasar Gedhe Solo, Pasar Gading Solo, Pasar Kembang Solo ....
19
Gambar 2.13. Masjid Agung Kabupaten Karanganyar .....................................
20
Gambar 2.14. Desain Bank Indonesia Solo ......................................................
22
Gambar 2.15. Bangunan Kampus Universitas Indonesia dengan Bentuk dan Warna yang Dirancang dengan Konsep Selaras ........................
23
Gambar 2.16. Bank Indonesia Solo, Benteng Vestemberg Solo, Bangunan dengan Arsitektur Kolonial di Kota Solo...................................
24
Gambar 2.17. Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar, Salah Satu Bangunan yang ada di Karanganyar dengan Gaya Arsitektur Kolonial .....
25
Gambar 2.18. Bagan Kerangka Pemikiran .......................................................
26
Gambar 3.1.
Bagan Proses Penelitian .............................................................
36
Gambar 3.2.
Bagan Analisa Konsep Desain Pasar Jungke ............................
37
Gambar 3.3.
Bagan Konsep Desain Pasar Jungke .........................................
38
Gambar 4.1.
Foto Udara Pasar Jungke Karanganyar ......................................
39
Gambar 4.2.
Batas Lahan Site Pasar Jungke...................................................
40
Gambar 4.3.
Bentuk dan Ukuran Lahan Site Pasar Jungke ............................ commit user ........................................... Sketsa Potongan Site PasartoJungke
41
Gambar 4.4.
xviii
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.5.
Kontur Tanah Site Pasar Jungke ................................................
43
Gambar 4.6.
Potongan Sumur Timba Site Pasar Jungke ................................
44
Gambar 4.7.
Drainase dan Kebersihan yang Buruk di Pasar Jungke..............
45
Gambar 4.8.
Drainase Site Pasar Jungke ........................................................
46
Gambar 4.9.
Arah Lintasan Matahari .............................................................
47
Gambar 4.10. Vegetasi di Area Site dan Sekitarnya .........................................
48
Gambar 4.11. Ketinggian dan Lebar Tajuk ......................................................
59
Gambar 4.12. Terminal Jungke Kabupaten Karanganyar Sebagai Akses Utama Transportasi Umum di Kabupaten Karanganyar ............
50
Gambar 4.13. Berbagai Jenis Moda Transportasi Menuju ke Pasar Jungke ....
51
Gambar 4.14. Jalan di Sekitar Site Pasar Jungke ..............................................
53
Gambar 4.15. Arah Lalu Lintas Sekitar Site Pasar Jungke ...............................
54
Gambar 4.16. Akses dari Pusat Kota dan dari Daerah Lain .............................
55
Gambar 4.17. Jaringan Listrik Pasar Jungke ....................................................
56
Gambar 4.18. Jaringan Telepon Pasar Jungke ..................................................
57
Gambar 4.19. Jaringan Air Bersih Pasar Jungke ..............................................
58
Gambar 4.20. Peta Pasar Jungke .......................................................................
59
Gambar 4.21. Kantor Pengelola Pasar Jungke ..................................................
60
Gambar 4.22. Kios Pemda Pasar Jungke ..........................................................
61
Gambar 4.23. Kios Darurat Pasar Jungke .........................................................
62
Gambar 4.24. Los Daging Pasar Jungke ...........................................................
63
Gambar 4.25. Kios Berdikari Pasar Jungke ......................................................
64
Gambar 4.26. Kios PKL Pasar Jungke .............................................................
65
Gambar 4.27. Skat Darurat Pasar Jungke .........................................................
66
Gambar 4.28. Los Pemda Pasar Jungke ............................................................
67
Gambar 4.29. Los Berdikari Pasar Jungke........................................................
68
Gambar 4.30. Los Halaman Luar Pasar Jungke ................................................
69
Gambar 4.31. Area Bongkar Muat dan Area Parkir Pasar Jungke ...................
70
Gambar 4.32. Mushola dan Area MCK Pasar Jungke ......................................
71
Gambar 4.33. Bak Sampah Pasar Jungke ......................................................... commit to user Gambar 4.34. Skema Kegiatan Pedagang .........................................................
72
xix
78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.35. Skema Kegiatan Pengelola Pasar ...............................................
79
Gambar 4.36. Organisasi Ruang Secara Umum ...............................................
88
Gambar 4.37. Organisasi Ruang Kegiatan Perdagangan ..................................
88
Gambar 4.38. Organisasi Ruang Kegiatan Pengelolaan ...................................
89
Gambar 4.39. Organisasi Ruang Kegiatan Penunjang ......................................
89
Gambar 4.40. Organisasi Ruang Kegiatan Servis .............................................
89
Gambar 4.41. Pola Hubungan Ruang Lantai Dasar ..........................................
90
Gambar 4.42. Pola Hubungan Ruang Lantai 1 .................................................
91
Gambar 4.43. Pola Hubungan Ruang Lantai 2 .................................................
92
Gambar 4.44. Pola Hubungan Ruang Lantai 3 .................................................
93
Gambar 4.45. Bentuk Massa Segi Empat .........................................................
94
Gambar 4.46. Bentuk Massa Lingkaran/ Oval..................................................
94
Gambar 4.47. Bentuk Massa Segi Tiga ............................................................
95
Gambar 4.48. Satu Massa .................................................................................
96
Gambar 4.49. Banyak Massa ............................................................................
97
Gambar 4.50. Hasil Analisa Tata Massa ...........................................................
98
Gambar 4.51. Konsep Zonifikasi ...................................................................... 101 Gambar 4.52. Analisa Pencapaian .................................................................... 103 Gambar 4.53. Hasil Analisa Konsep Pencapaian lokasi ................................... 104 Gambar 4.54. Analisa Orientasi Bangunan....................................................... 106 Gambar 4.55. Hasil Analisa Orientasi Bangunan ............................................. 107 Gambar 4.56. Sirkulasi Linier ........................................................................... 108 Gambar 4.57. Sirkulasi Grid ............................................................................. 109 Gambar 4.58. Sirkulasi Radial .......................................................................... 109 Gambar 4.59. Tangga Pada Bangunan .............................................................. 110 Gambar 4.60. Sketsa Atap Pelana ..................................................................... 112 Gambar 4.61. Sketsa Atap Limasan .................................................................. 112 Gambar 4.62. Sketsa Atap Panggang-Pe ......................................................... 113 Gambar 4.63. Sketsa Atap Tajug ...................................................................... 113 Gambar 4.64. Sketsa Atap Joglo ....................................................................... 114 commit to user xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.65. Masjid Agung Karanganyar ....................................................... 115 Gambar 4.66. Kantor Bupati Karanganyar ....................................................... 116 Gambar 4.67. Astana Giri Bangun Matesih Karanganyar ................................ 117 Gambar 4.68. Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar ........................................ 118 Gambar 4.69. Hasil Analisa Kearifan Lokal ..................................................... 119 Gambar 4.71. Taman Kota yang Tertata dengan Baik...................................... 120 Gambar 4.72. Analisa Tata Hijau Terpisah ...................................................... 122 Gambar 4.73. Analisa Tata Hijau Menyelubungi Site ...................................... 123 Gambar 4.74. Hasil Analisa Tata Hijau ............................................................ 124 Gambar 4.75. Penerapan Pencahayaan Alami di Palur Plasa dengan Sistem Skylight ...................................................................................... 126 Gambar 4.77. Pondasi Batu Kali ...................................................................... 128 Gambar 4.78. Pondasi Batu Telapak ................................................................ 129 Gambar 4.79. Rangka Atap Baja Konvensional ............................................... 130 Gambar 4.80. Genteng Metal ............................................................................ 132 Gambar 4.81. Skema Distribusi Air Bersih ...................................................... 134 Gambar 4.82. Skema Jaringan Air Hujan ......................................................... 136 Gambar 4.83. Skema Jaringan Air Kotor.......................................................... 137 Gambar 4.84. Skema Jaringan Listrik .............................................................. 137 Gambar 4.85. Skema Jaringan Telepon ............................................................ 138 Gambar 4.86. Skema Jaringan Sampah ............................................................ 139 Gambar 4.87. Skema Jaringan Pengaman Kebakaran ...................................... 139 Gambar 4.88. Skema Sistem Penangkal Petir................................................... 139
commit to user xxi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Gambar Site Plan Pasar Jungke .................................................... 145 Lampiran 2. Gambar Blok Plan Pasar Jungke ................................................... 146 Lampiran 3. Gambar Denah Lantai Dasar Pasar Jungke ................................... 147 Lampiran 4. Gambar Denah Lantai 1 Pasar Jungke .......................................... 148 Lampiran 5. Gambar Denah Lantai 2 Pasar Jungke .......................................... 149 Lampiran 6. Gambar Denah Lantai 3 Pasar Jungke .......................................... 150 Lampiran 7. Gambar Tampak Pasar Jungke ...................................................... 151 Lampiran 8. Gambar Tampak Depan A-A ........................................................ 152 Lampiran 9. Gambar Tampak Depan B-B/C-C ................................................. 153 Lampiran10. Gambar Tampak Depan C-C ........................................................ 154 Lampiran11. Gambar Tampak Depan D-D ........................................................ 155 Lampiran12. Gambar Tampak Belakang A-A ................................................... 156 Lampiran13. Gambar Tampak Belakang A-A/B-B ............................................ 157 Lampiran14. Gambar Tampak Belakang B-B/C-C ............................................ 158 Lampiran15. Gambar Tampak Belakang C-C .................................................... 159 Lampiran16. Gambar Tampak Samping Kanan (Utara) .................................... 160 Lampiran17. Gambar Tampak Samping Kiri (Selatan)...................................... 161 Lampiran18. Gambar Potongan Memanjang...................................................... 162 Lampiran19. Gambar Melintang C-C ................................................................. 163 Lampiran20. Gambar Melintang D-D ................................................................ 164 Lampiran21. Gambar Melintang E-E ................................................................. 165 Lampiran22. Gambar Skema Utilitas ................................................................. 166 Lampiran23. Gambar Denah Utilitas Lantai Dasar ............................................ 167 Lampiran24. Gambar Denah Utilitas Lantai 1 ................................................... 168 Lampiran25. Gambar Denah Utilitas Lantai 2 ................................................... 169 Lampiran26. Gambar Denah Utilitas Lantai 3 ................................................... 169 Lampiran26. Foto Maket Pasar Jungke (Pintu Masuk Utama dan Plasa untuk Pasar commit to user Burung) ......................................................................................... 170 xxii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran26. Foto Maket Pasar Jungke (Perspektif dari Arah Timur Laut dan dari Arah Barat Laut) .......................................................................... 171 Lampiran26. Foto Maket Pasar Jungke (Perspektif dari Arah Tenggara) ........ 172 Lampiran26. Foto Maket Pasar Jungke (Perspektif dari Arah Barat Laut) ....... 173 Lampiran26. Laporan Desain ............................................................................ 174
commit to user xxiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini gaya hidup modern sudah menjadi dambaan bagi masyarakat Indonesia. Hampir di semua bidang kehidupan masyarakat Indonesia mengalami modernisasi utamanya pada masyarakat perkotaan. Hal itu juga terjadi di bidang perdagangan yang tidak lain adalah pasar. Pasar tradisional yang dahulu menjadi pusat perdagangan dan perekonomian masyarakat sudah sedikit tergeser karena adanya pasar modern lebih-lebih di kota-kota besar. Hal ini menjadikan pertumbuhan pasar tradisional lebih rendah dari pada pertumbuhan pasar modern. Hal tersebut sesuai dengan hasil survei yang dilakukan AC. Nielsen (Situs resmi DPW DKI Jakarta, 2005). menunjukkan bahwa jumlah pasar tradisional di Indonesia mencapai 1,7 juta unit atau 73%dari keseluruhan pasar yang ada. Namun, ternyata laju pertumbuhan pasar modern jauh lebih tinggi dari pada pasar tradisional. Kalau diamati, di antara pasar-pasar tersebut ada yang mempunyai spesifikasi barang dagangan yang sama dengan pasar-pasar modern. Kondisi seperti ini yang membuat pasar tradisional semakin terpuruk. Pasar-pasar modern tersebut telah menggeser peran pasar tradisional sebagai penyedia kebutuhan masyarakat kota. (Sadilah, Ariani, Herawati, Moertjipto dan Sukari, 2011:2) Pertumbuhan pasar modern juga sudah terjadi di Kabupaten Karanganyar. Pasar modern di Kabupaten Karanganyar yang baru adalah Palur Plasa. Palur Plasa adalah sebuah pusat perbelanjaan modern yang lengkap menyediakan kebutuhan masyarakat mulai dari pakaian, barang elektronik, bahkan sembilan bahan pokok. Jenis barang yang dijual di Palur Plasa juga sama dengan jenis barang yang dijual di pasar tradisional bahkan di Palur Plasa lebih lengkap dan lebih menarik. Hal itu menjadikan keberadaan pasar tradisional di Kabupaten Karanganyar sudah mulai tergeser. Pasar Jungke yang merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Kabupaten Karanganyar yang letaknya di pusat kota sudah mulai sedikit tergeser oleh keberadaan pasar modern. Beberapa masyarakat sudah beralih untuk berbelanja di pasar modern terutama masyarakat commit to user menengah ke atas. Mereka lebih
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
suka berbelanja ke pasar modern walaupun jaraknya lebih jauh dari pasar tradisional. Mereka memandang pasar modern lebih aman, nyaman, menarik dan jauh dari kesan kumuh.
Gambar 1.1. Suasana di Dalam Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi) Pasar Jungke yang merupakan pasar tradisional memiliki kondisi yang memprihatinkan lebih-lebih jika dibandingkan dengan kondisi pasar modern. Banyak sekali permasalahan yang ada pada Pasar Jungke. Permasalahan yang paling menonjol adalah kuranganya kenyamanan. Hal-hal yang membuat tidak nyaman diantaranya kurang lancarnya sirkulasi orang maupun barang, kondisi pasar yang kumuh, penataan dan pengelompokan los dan kios yang tidak teratur, serta kesemrawutan suasana pasar. Kondisi sirkulasi orang maupun barang di Pasar Jungke pada saat ini kurang lancar. Pengunjung harus saling bergantian dalam melintasi jalan sirkulasi pasar. Kondisi jalan sirkulasi semakin macet apabila ada pengangkutan barang oleh kuli angkut maka pengguna jalan yang lain harus mengalah dan menyingkir terlebih dahulu. Lebih macet lagi ketika pengunjung pasar sangat banyak. Ketidak lancaran sirkulasi orang dan barang terjadi karena beberapa sebab. Penyebab ketidak lancaran sirkulasi antara lain penataan kios dan los yang kurang baik. Hal lain juga karena penambahan los secara darurat yang mengesampingkan kelancaran sirkulasi. Penyebab terbesar ketidak lancaran sirkulai adalah penggunaan jalan sirkulasi untuk berdagang. Para pedagang saat ini dilegalkan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
diizinkan berjualan di tepian jalan sirkulasi. Hal itu karena adanya penambahan pedagang yang tidak diimbangi dengan penambahan tempat untuk berdagang. Kondisi lain yang menyebabkan kondisi pasar kurang nyaman adalah kebersihan yang kurang terjaga. Banyak terlihat tempat-tempat kumuh di sudutsudut pasar. Kurangnya kebersihan Pasar Jungke disebabkan karena sarana kebersihan seperti tempat sampah sangat kurang. Kondisi fisik Pasar Jungke yang kurang mendukung seperti saluran drainase yang kurang memadai mengakibatkan penyumbatan. Hal itu mengakibatkan pasar terlihat kumuh dan kesehatan pasar sangat kurang. Tidak adanya petugas kebersihan yang cukup juga menjadi penyebab kebersihan pasar tidak terjaga. Selain itu, Pasar Jungke juga beberapa kali mengalami kebakaran. Kejadian itu dapat terjadi selain kelalaian pedagang pasar juga karena kondisi fisik bangunan yang kurang memadai serta tidak teraturnya penataan. Penataan tanpa perencanaan terjadi karena beberapa pedagang membuat partisi antar pedagang dari bahan yang mudah terbakar seperti bahan dari kayu lapis atau plat kayu. Hal itu tidak hanya rawan terhadap kebakaran tetapi juga mengurangi kerapian dan keindahan pasar. Selain itu tidak ada jalur darurat apabila terjadi kebakaran sehingga menyulitkan pemadam kebakaran untuk memadamkan api. Pasar Jungke juga tidak dilengkapi dengan hydrant yang sebenarnya sangat diperlukan untuk antisipasi kebakaran lebih-lebih Pasar Jungke memiliki area yang luas. Hal-hal diatas menjadikan Pasar Jungke kurang nyaman dan kurang aman. Hal itu sangat disayangkan bila Pasar Junge kalah bersaing dengan pasar modern hanya karena kondisi fisik yang tidak mendukung. Permasalahan-permasalahan diatas sangat disayangkan karena Pasar Jungke memiliki potensi untuk bersaing dengan pasar modern. Diantaranya Pasar Jungke menjadi pusat perdagangan dan perekonomian bagi masyarakat di Kabupaten Karanganyar sejak dulu. Letak Pasar Jungke juga sangat strategis yaitu berada di jantung Kota Karanganyar. Pasar Jungke berada tepat di sebelah selatan Terminal Jungke yang merupakan terminal kota. Dengan itu Pasar Jungke menjadi pusat tempat menjual hasil pertanian dari petani untuk di jual di Pasar Jungke dan selanjutnya akan dibeli oleh penduduk kota di Kabupaten Karanganyar. Menurut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
Belshaw (1981), menyebutkan bahwa sistem pasar dapat merupakan perpaduan anatara unsur-unsur aliran vertikal dan horizontal dimana tukar-menukar terjadi tidak hanya di antara petani, tetapi juga antara petani dengan orang-orang kota. Untuk mengatassi permasalahan tersebut diperlukan pengembangan Pasar Jungke yang baik agar dapat menjadikan Pasar Jungke menjadi pusat perdagangan yang menarik. Hal itu dapat dilakukan dengan perencanaan pasar yang matang dan sesuai dengan kebutuhan pasar pada saat sekarang dan berorientasi pada masa yang akan datang. Setelah itu diperlukan perancangan ulang untuk menciptakan sebuah rancangan pasar dalam bentuk desain pasar yang lebih layak dan lebih menarik.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana menciptakan Pasar Jungke yang menarik dan mencerminkan kearifan lokal. 2. Bagaimana merencanakan Pasar Jungke dengan kelancaran sirkulasi orang dan barang. 3. Bagaimana
merencanakan
Pasar
Jungke
dengan
penataan
dan
pengelompokan kios dan los yang baik. 4. Bagaimana merencanakan Pasar Jungke yang bersih dan sehat.
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari Desain Pasar Jungke di Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut : 1. Merencanakan dan merancang desain Pasar Jungke menjadi pasar tradisional yang menarik serta mencerminkan kearifan lokal. 2. Merencanakan dan merancang desain Pasar Jungke yang memperhatikan kelancaran sirkulasi orang dan barang. 3. Merencanakan dan merancang pasar tradisional yang memperhatikan dalam penataan kios, penataan los dan penataan fasilitas penunjang sehingga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
menciptakan pasar tradisional yang teratur dan terklasifikasikan dengan baik. 4. Merencanakan dan merancang desain Pasar Jungke yang memperhatikan kebersihan dan kesehatan sehingga tercipta pasar tradisional yang bersih dan jauh dari kesan kumuh.
D. Batasan Masalah Skripsi dengan judul “Desain Pasar Jungke Kabupaten Karanganyar” membahas hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan Pasar Jungke. Masalah-masalah yang berhubungan dengan sosial masyarakat, psikologi masyarakat, dan perekonomian tidak dibahas dalam penelitian. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan data pendukung pada mata kuliah Teknik Presentasi, Aplikasi Perencanaan dan Perancangan serta mata kuliah pendukung lain di prodi Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. 2. Manfaat Praktis Menciptakan sebuah desain pasar tradisional yang nyaman, aman, bersih dan jauh dari kesan kumuh yang diawali dari perencanaan dan perancangan yang sesuai dengan kondisi sekarang dan berorientasi pada masa yang akan datang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka
1. Pasar Pasar adalah pusat
perdagangan dan perekonomian masyarakat. Pasar
merupakan tempat berlangsungnya kegiatan jual-beli. Pasar juga merupakan tempat
berkumpulnya
komoditas
hasil
pertanian
masyarakat
khususnya
masyarakat yang berada di sekitar pasar. Pada umumnya di dalam pasar akan terjadi tukar menukar antara barang dan uang akan tetapi masih ada pasar yang transaksinya masih dengan pertukaran barang dengan barang atau sistem barter. Pasar juga menjadi tempat untuk mencari kebutuhan pokok karena di pasar terdapat barang-barang yang diperlukan seperti bahan pokok, sandang atau yang lain. Barang-barang itu diperoleh dari masyarakat sekitar, dari pasar di daerah lain dan dari tempat lain atau dari negara lain. Mengenai jaringan pasar tradisional, Sadilah, dkk (2011) bependapat, “Dari pasar itu pula akan terungkap jaringan perdagangan antara pedagang besar maupun kecil, pedagang lokal maupun dari daerah lain dan dapat berlangsung dari pasar ke pasar atau dari pasar desa ke pasar kota” (hlm. 1) Di dalam pasar akan terjadi persaingan. Persaingan sangat penting dalam pasar karena dari persaingan akan terbentuk pasar. Dua orang mungkin melakukan perdagangan, tetapi dibutuhkan setidaknya tiga orang untuk berdirinya sebuah pasar, sehingga ada persaingan pada setidaknya satu dari dua belah pihak. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang diperdagangkan. Pasar adalah tempat yang memiliki fungsi sebagai tempat perdagangan. Selain itu pasar memfasilitasi perdagangan dan memungkinkan distribusi dan alokasi sumber daya dalam masyarakat. Pasar juga merupakan tempat terbentuknya harga sebuah barang. Dengan proses jual-beli maka secara otomatis akan terbentuk harga barang. commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
2.Pasar Tradisional Pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang biasanya dalam transaksinya menggunakan proses tawar menawar sampai pada kesepakatan kedua belah pihak. Pasar tradisional bisa diartikan sebuah tempat atau wadah yang menampung orang-orang dimana terdiri dari latar belakang yang berbeda, etnis, status sosial dan agama namun dapat saling berinteraksi tanpa hambatan akan perbedaan tersebut. Pada umumnya pasar tradisional menyediakan kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayursayuran, telur, daging, kain, pakaian, barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan dan perkampungan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar.
Gambar 2.1. Pasar Jungke Adalah Contoh Pasar Tradisional di Kabupaten Karanganyar (Sumber: Dokumen Pribadi) Pasar tradisional di daerah kota memiliki ciri yang berbeda bila dibandingkan dengan pasar tradisional di pedesaan. Pasar tradisional di kota lebih besar dan lebih komplek. Dengan sekala yang besar maka di pasar tradisional sudah dilakukan klasifikasikan dalam penataan kios atau lapak sesuai dengan jenis barang dagangannya. Pasar tradisional di kota lebih tertata dan pengelolaannya commit to userdi kota pun juga sering dilakukan lebih teratur. Pengembangan pasar tradisional 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
karena kebutuhan ruang yang semakin bertambah serta adanya usaha untuk bisa bersaing dengan pasar modern yang saat ini sedang berkembang di kota-kota. Sangat terlihat adanya perbedaan antara pasar tradisional di kota dan pasar tradisional yang ada di desa. Mengenai karakteristik pasar tradisional di kota Sadilah, dkk (2011) menyatakan: Keberadaan pasar-pasar tradisional di kota mempunyai karakteristik berbeda dengan pasar-pasar tradisionalyang berada di desa. Kondisi pasar tradisional di kota besar lebih terorganisir, baik dalam hal penataan ruang jual-beli, jenis-jenis barang yang dijual (baik secara kualitas maupun kuantitas), maupun tersedianya aneka barang untuk memenuhi kebutuhan sebagian penduduk kota. Selain itu, tempat pasar tradisional itu sendiri berupa bangunan permanen sederhana. Disamping itu juga pasar-pasar trasional di kota memiliki keberagaman, yang berkembang dengan aneka kekhususan misalnya pasar buah, pasar bunga, pasar barang-barang antic, pasar pakaian, pasar batik/tenun, pasar burung. (hal. 3) a. Ciri-ciri Pasar Tradisional
1) Organisasi pasar yang sederhana 2) Tingkat efisiensi dan spesialisasi yang rendah 3) Volume barang relatif kecil 4) Bentuk bangunan yang apa adanya, terkesan sempit, dan kotor Barang dagangan yang mengganggu sirkulasi barang dan orang Lantai yang kotor dan becek Drainase air hujan yang kotor dan menggenang Sampah berserakan Gambar 2.2. Drainase dan kebersihan yang buruk di pasar tradisional commit to userPribadi) (Sumber: Dokumen 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
b. Karakteristik Pasar Tradisional 1) Pengelolaannya dikelola oleh pemerintah kota yang biasanya sudah ada Dinas pasar sebagai pengelola pasar tradisional. 2) Terdiri dari unit-unit usaha kecil yang dimiliki oleh perseorangan dan bersifat tradisional. 3) Ada koperasi pedagang pasar yang berperan sebagai lembaga simpan pinjam.
4) Kondisi fisik bangunan temporer, semi permanen atau permanen. 5) Kebersihan kurang terjaga dengan baik dan penataan barang seadanya. 6) Gang antar kios terlalu sempit dan fasilitas parkir tidak memadai. 7) Barang - barang yang dijual adalah barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
8) Harga relative lebih murah dan biasanya dapat ditawar. 9) Terdapat interaksi antara penjual dan pembeli dalam proses tawar-menawar. 10) Waktu kegiatan pada umumnya di mulai dari pukul 06.00 s.d 18.00 WIB. 11) Lokasi berada ditempat-tempat yang strategis dan mudah dijangkau. Atap bangunan pasar yang terlihat semrawut. Bangunan pasar yang seadanya yang mengesampingkan estetika. Jalan yang sudah rusak mengurangi kenyamanan. Lapak yang kurang teratur dan terlihat semrawut. Tidak ada batas yang jelas antara area pedagang dengan sirkulasi barang dan orang menjadikan aksesibilitas kurang lancer. Gambar 2.3. Bangunan Pasar yang Kurang Memperhatikan Kenyamanan (Sumber: Dokumen Pribadi) commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
c. Fungsi Pasar Tradisional 1) Fungsi Ekonomi Dari sudut arus barang dan jasa ciri khas pasar tradisional yang paling menonjol adalah jenis barang yang diperdagangkan seperti bahan pangan, sandang dan sebaginya yaitu barang-barang yang tidak besar sehingga mudah diangkut dan disimpan. Hasil-hasil produk pertanian untuk kebutuhan seharihari merupakan komoditas yang paling banyak diperdagangkan di pasar tradisional. Sebagai pusat ekonomi maka perkembangan pasar tradisional dapat menjadi
petunjuk awal untuk melihat perkembangan ekonomi
masyarakat setempat. 2) Fungsi Sosial Pasar tradisional berfungsi sebagai tempat pertemuan sosial. Pertemuan pengunjung pasar disamping untuk menjual produk pertanian dan membeli barang–barang kebutuhan hidup rumah tangga juga terdapat interaksi sosial antara pedagang dengan pembeli, pembeli dengan pembeli, ataupun pedagang dengan pedagang. Pasar merupakan tempat yang paling mudah untuk mendapatkan informasi dari masyarakat utamanya di daerah pedesaan. Pasar menjadi tempat untuk mendapatkan barang yang lengkap dan murah, sekaligus bertemu dan berinteraksi dengan keluarga lain. 3) Fungsi Budaya Pasar tradisional merupakan pusat keramaian di sebuah masyarakat. Banyak orang berkumpul di dalam pasar tradisional dari berbagai status sosial yang berbeda. Dengan demikian pasar tradisional menjadi tempat yang lekat akan budaya pada suatu daerah. Budaya suatu mayarakat dapat dilihat di dalam sebuah pasar. Tata krama dan bahasa yang khas dapat dilihat dari interaksi pengguna pasar. Selain itu budaya yang bernilai seni seperti tarian, nyanyian, atau seni rakyat lain terkadang dapat dijumpai di dalam pasar tradisional sebagai pertunjukan rakyat.
commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
3. Pasar Modern Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional. Perbedaanya adalah penjual dan pembeli di pasar modern tidak bertransakasi secara langsung. Tidak ada kegiatan tawar-menawar di pasar modern karena biasanya harga barang sudah dibandrol dengan label harga. Pembeli lebih leluasa dalam memilih barang karena pembeli bebas memilih barang yang ada dan pembeli secara mudah mengambil barang yang akan dibeli sesuai yang dibutuhkan. Barang-barang yang dijual di pasar modern tidak jauh berbeda dengan barang yang dijual di pasar tradisional. Barang-barang yang dijual di pasar modern diantaranya makanan seperti: buah, sayuran, daging. Sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama seperti: piring, gelas, pisau, kipas, dan lain-lain. Kebersihan pada pasar modern sangat diperhatikan. Kerapian dan keteraturan penataan barangpun diperhatikan dengan baik. Dengan hal itu maka pasar modern terkesan rapih, bersih, dan mewah. Dengan demikian masyarakat sekarang cenderung memilih pasar modern sebagai tempat belanja. a
b
c
d
Gambar 2.4. Penataan Barang di Palur Plasa yang Rapi dan Terklasifikasi: a. Penataan Bahan Makanan, b. Penataan Sepatu, c. Penataan Sayur dan Buah, d. Penataan kelontong commit to userPribadi) (Sumber: Dokumen 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
a. Minimarket
Gambar 2.5. Indomaret (Sumber: www.google.com) Minimarket termasuk pasar modern yang luasanya paling kecil bila dibanding dengan pasar modern lainya. Minimarket menjual segala macam barang dan makanan, namun tidak selengkap dan sebesar sebuah supermarket. Sebagian besar barang kebutuhan rumah tangga sehari-hari tersedia di minimarket. Sekarang ini sangat banyak berdiri minimarket. Bahkan di kota kecil sekalipun seperti kota kecamatan telah berdiri minimarket. Dengan adanya minimarket, masyarakat tidak perlu jauh-jauh untuk berbelanja di pasar modern yang dahulu hanya ada di kota-kota besar. Itu membuktikan bahwa masyarakat Indonesia sudah banyak yang memilih pasar modern seperti minimarket dengan alasan lokasi yang lebih dekat dan lebih bersih bila dibandingkan dengan pasar tradisional. Minimarket memiliki model transaksi secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan sistem swalayan, dimana pembeli mengambil sendiri barang yang ia butuhkan dari rak-rak dagangan dan membayarnya di kasir. Sistem ini juga membantu agar pembeli tidak berhutang. Sebuah minimarket jam bukanya juga lain dari sebuah supermarket, minimarket melayani hingga 24 jam. Contoh dari minimarket adalah Indomaret, Alfamart, dll. commit to user 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
b. Supermarket
Gambar 2.6. Palur Plasa (Sumber: Dokumen Pribadi) Supermarket adalah sebuah swalayan dengan ukuran yang besar dan memiliki kelengkapan barang yang disediakan. Barang-barang yang disediakan di Supermarket mulai dari kelontong, alat elektronik, furnitur, pakaian, bahan makanan serta kebutuhan sehari-hari yang lain. Contoh supermarket yang ada di Kota Karanganyar adalah Palur Plasa. c. Hypermarket
Gambar 2.7. Solo Grand Mall (Sumber: www.google.com) Hypermarket adalah supermarket yang ukuranya lebih besar. Untuk barang yang disediakan tidak jauh berabeda dengan barang yang disediakan di supermarket hanya saja hypermart banyak dan lebih lengkap. Contoh commitlebih to user hypermart yang ada di kota solo adalah Solo Grand Mall. 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
Ukuran bangunan dari hypermart sangat
sangat luas. Dengan
keberadaanya di kota besar yang sulit memperoleh lahan yang luas maka biasanya
hypermart terdiri dari banyak lantai. Dengan demikian bangunan
hypermart di kota-kota besar seringkali menjadi sebuah landmark baru dari sebuah kota. Hypermat biasanya hanya ada di kota-kota besar. Hal itu dikarenakan kebutuhan masyarakat perkotaan akan sebuah tempat perbelanjaan yang menawarkan gaya hidup modern. Selain itu juga keinginan masyarakat kota dengan pusat hiburan yang superlengkap seperti hypermat. d. Grosir
Gambar 2.8. Lotte Mart Solo (Sumber: www.google.com) Grosir adalah pasar modern yang didalamnya ada kegiatan bongkar muat di dalam pusat grosir. Barang yang disediakan tidak jauh berabeda dengan barang yang disediakan di supermarket hanya saja lebih lengkap dan lebih besar jumlahnya. Grosir biasanya terdapat di kota-kota besar. Contoh grosir yang ada di kota Solo adalah Lotte Mart. 4. Perbandingan Pasar Modern dan Pasar Tradisional Ada beberapa perbedaan antara pasar tradisional dengan pasar modern. Perbedaan tersebut ada yang sangat mencolok utamanya perbedaan cara transaksi jual beli. Selain berbeda dalam cara bertransaksi juga ada perbedaan dengan tempat berjualan atau fisik bangunan pasar.commit Untukto Lebih userjelas mengenai perbandingan pasar modern dan pasar tradisional dapat dilihat pada tabel 2.1. 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
Tabel 2.1. Perbandingan Pasar Tradisional dengan Pasar Modern NO SUBJEK PASAR TRADISIONAL PASAR MODERN Dikelola oleh Dinas Pasar dan terdiri dari unit-unit usaha kecil yang dimiliki perseorangan bersifat tradisional. Kebersihan tidak terjaga dengan baik, gang antar kios terlalu sempit, fasilitas parkir tidak memadai kenyamanan kurang baik karena kurang bersih dan kurang tertata. Harga relatif lebih murah dan dapat ditawar.
Dikelola oleh perorangan dan bersifat modern.
Penataan barang seadanya dan tidak diklasifikasikan dengan baik sehingga terlihat semrawut. Barang-barang yang dijual adalah barang-barang kebutuhan rumah tangga sehari dengan jenis barang yang dijual lebih bervariasi. Tingkat efisiensi dan spesialisasi yang rendah.
Penataan barang sangat rapih dan teratur serta sudah diklasisifikasikan dengan baik. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan juga barang lainnya yang dapat bertahan lama seperti alat elektronik. Tingkat efisiensi dan spesialisasi yang tinggi.
Waktu kegiatan
Terdapat interaksi antara penjual dan pembeli dan sering terjadi proses tawarmenawar Pada umumnya di mulai dari pukul 06.00 s.d 18.00 WIB
9
Mekanisme peroleh komoditas
Diperoleh melalui pasar induk atau langsung dari hasil bumi masyarakat sekitar.
Pembeli mengambil barang sendiri yang sudah berlebel harga dan membayar di kasir. Pada umumnya di mulai dari pukul 08.00 s.d 21.00 WIB Diperoleh dari distributor yang sudah memiliki kualitas barang berstandar.
10
Volume barang
Volume barang relatif kecil.
Volume barang besar
1
Pengelolaan
2
Kondisi fisik tempat usaha
3
Harga barang
4
Penataan barang
5
Barang barang yang dijual
6
Efisiensi dan spesialisasi
7
Hubungan penjual dan pembeli
8
Tumbuh tanpa perencanaan dengan lokasi ditempattempat yang mudah dijangkau commit to user oleh masyarakat sekitar. (Sumber: www.wikipedia.com) 11
Lokasi
15
Kebersihan sangat terjaga dengan baik, gang antar kios lebar dan longgar, fasilitas parkir disediakan dengan baik, kenyamanan lebih baik karena bersih. Harga lebih mahal dan tidak dapat ditawar.
Direncanakan dengan baik di lokasi di pusat kota atau pusat perdagangan sebuah kota.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
5. Desain Desain adalah sebuah rancangan yang berbentuk sebuah gambar, patung, atau gedung. Tanpa desain maka sesuatu tidak akan menarik dan tidak bisa menciptakan sesuatu yang khas. Desain juga akan menimbulkan identitas. Menurut Widagdo, desain adalah adalah salah satu manifestasi kebudayaan yang berwujud dan merupakan produk nilai-nilai untuk suatu kurun waktu tertentu (Widagdo, 1993 dalam Sachari, 2002:7). Desain dibuat untuk menciptakan sebuah karya yang mencerminkan kebudayaan tertentu. Sebagai contoh desain masjid mencerminkan budaya islam. KARYA & PROSES DESAIN TEORI DESAIN NILAI-NILAI ESTETIKA TINJAUAN DESAIN
GAYA HIDUP KEBENDAAN DAMPAK SOSIAL DESAIN DESAIN DAN PEMBANGUNAN SEJARAH DESAIN
Gambar 2.9. Bagan Perkembangan Objek Penelitian Desain di Indonesia (Sumber: Sachari, 2002:2) Menurut Archer desain adalah salah satu bentuk kebutuhan badani dan rohani manusia yang dijabarkan melalui berbagai bidang pengalaman, keahlian, dan pengetahuan yang mencerminkan commit perhatian pada apresiasi terhadap sekelilingnya, to user 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
terutama yang berhubungan dengan bentuk, komposisi, arti, nilai dan berbagai tujuan benda buatan manusia (Archer, 1976 dalam Sachari, 2002:6).
Desain
merupakan bentuk kebutuhan rohani dimana manusia membutuhkan sebuah keindahan. dalam menciptakan sebuah desain juga diperlukan sebuah pengalaman serta keahlian untuk menciptakan desain yang baik. Selain itu dalam desain juga diperlukan teknologi yang dapat menambah kesempurnaan desain yang dihasilkan. Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya. Penggunaan istilah desain bermula dari gambar teknik arsitektur (gambar potong untuk bangunan) serta di awal perkembangan, istilah desain awalnya masih berbaur dengan seni dan kriya. Dimana, pada dasarnya seni adalah suatu pola pikir untuk membentuk ekpresi murni yang cenderung fokus pada nilai estetis dan pemaknaan secara privasi. Sedangkan desain memiliki pengertian sebagai suatu pemikiran baru atas fundamental seni dengan tidak hanya menitik-beratkan pada nilai estetik, namun juga aspek fungsi dan latar industri secara massa, yang memang pada realitanya pengertian desain tidak hanya digunakan dalam dunia seni rupa saja, namun juga dalam bidang teknologi, rekayasa, dll. (www.wikipedia.com)
TEKNOLOGI
DESAIN SENI
SAINS
Gambar 2.10. Bagan Hubungan Desain, Seni, Sains, dan Teknologi. (Sumber: Sachari, 2002:19)
6. Fungsional Pada dasarnya konsep arsitektur fungsional berkembang pada masa modern. Perkembangan konsep fungsional dimulai dari negara-negara di Eropa dan Amerika. commit to user Konsep fungsional mulai berkembang di Indonesia pada masa setelah kemerdekaan 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
dan sudah mengalami pergeseran makna. Akan tetapi pada saat ini
arsitektur
fungsional diartikan sebagai konsep arsitektur yang merumuskan bentuk bangunan sesuai dengan fungsi bangunan. Sesuai dengan pendapat Sachari, “Fungsional artinya tepat guna” (Sachari, 1986:47). Estetika tidak mengikat pada arsitektur fungsional. Dalam merumusakan bentuk yang fungsional sesuai dengan fungsinya akan menciptakan sebuah desain yang bercirikhas bentuk fungsional. Bentuknya sangat mempertimbangkan efisiensi yaitu efisiensi biaya pembuatan dan efisiensi perawatan berkala pada bangunan. Bentuk bangunan dirancang untuk dapat digunakan seefektif mungkin sehingga dapat memenuhi kebutuhan pengguna bangunan.
Gambar 2.11. Solo Tekno Park dengan Konsep Bangunan Fungsional (Sumber: Dokumen Pribadi) Ciri-ciri Arsitektur Fungsional: 1. Bentuk atap sederhana dan biasa menggunakan jenis atap pelana atau atap panggang pe 2. Sedikit mengunakan talang 3. Menggunakan material yang mudah dalam perawatannya 4. Bentuk bangunan sangat sederhana 5. Menghindari ornamen 7. Kearifan Lokal Yang dimaksud kearifan lokal adalah bentuk bangunan menyelaraskan dengan budaya dari daerah setempat. Keselarasan dapat dilakukan hanya sebatas area yang commit to user sempit atau area yang luas. Perancangan desain berdasarkan atas kelokalan agar 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
selaras dengan daerah sekitar dan bisa menambah ciri khas suatu daerah. Dengan demikian maka akan menambah daya tarik daerah tersebut. Menurut Sayuti kearifan lokal pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan dalam pembentukan jati diri bangsa secara nasional.
a
b
c
Gambar 2.12. a. Pasar Gedhe Solo, b. Pasar Gading Solo, c.Pasar Kembang Solo. Renovasi Pasar-pasar Tradisional di Solo yang Menyelaraskan dengan Pasar Gede Sebagai Pasar Tradisional Tertua di Kota Solo (Sumber: www.google.com) Misalnya untuk bangunan di daerah tertentu maka bangunan yang baru akan menyelaraskan bangunan yang sudah ada dan sudah menjadi identitas daerah tersebut. Dengan demikian maka tidak akan terlihat kontras antara bangunan yang baru dengan bangunan yang sudah ada. Selain itu identitas sebuah daerah akan lebih kuat dengan adanya ciri khas sebuah bangunan pada daerah itu. Kearifan lokal merupakan bagian dari tradisi-budaya masyarakat suatu bangsa, yang muncul menjadi bagian-bagian yang ditempatkan pada tatanan fisik bangunan (arsitektur) dan kawasan dalam geografi kenusantaraan commit(perkotaan), to user sebuah bangsa. Secara fisik arsitektural dalam lingkungan binaan, permukiman 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
tradisional dapat diperlihatkan keragaman bentuk kearifan, salah satunya diwujudkan dalam bentuk dan pola tatanan permukimannya. Nilai-nilai adat tradisi-budaya yang dihasilkan mempunyai tingkat kesakralan yang berbeda dari masing-masing daerah di nusantara ini, sesuai dengan keragaman etnis yang menempatkan daerah atau wilayah tersebut. Dalam arsitektur perkotaan, bangunan-bangunan peninggalan kolonial beserta kawasan bersejarahnya dapat memberikan irama sebagai pengikat pola maupun urutan klimaks dan anti klimaks masih dapat ditemukan di beberapa kawasan. Hal ini terjadi, karena perubahan fisik arsitektur dan lingkungan binaan baru tidak memperhatikan harmonisasi kearifan lokal dari bangunan dan kawasan yang telah ada sebelumnya. Sebenarnya pendekatan lain juga dapat digunakan dalam mengungkapkan nilai kearifan lokal, yaitu melalui pendekatan teori di dalam mengkaji arsitektur bangunan maupun kawasan perkotaannya. Dengan demikian kearifan lokal/setempat dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh masyarakat. (Antariksa: 2009 dalam antariksaarticle.blogspot.com) Kerifan lokal lebih tanggap terhadap alam sekitar. Hal itu karena nenek moyang kita dahulu sudah memperhitungkan secara matang dalam membuat bangunan. Setiap bangunan yang dibuat diselaraskan dengan iklim setempat sehingga dapat ditinggali dengan nyaman. Dengan demikian kearifan lokal lebih baik diterapkan sebagai konsep arsitektur di daerah tropis untuk menciptakan sebuah bangunan yang sesuai dengan alam skitar.
Gambar 2.13. Masjid Agung Kabupaten Karanganyar (Sumber: www.google.com) commit to user 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
8. Konsep Arsitektur Kontekstual Konsep kontekstualisme dalam arsitektur mempunyai arti merancang sesuai dengan konteks yaitu merancang bangunan dengan menyediakan visualisasi yang cukup antara bangunan yang sudah ada dengan bangunan baru untuk menciptakan suatu efek yang kohesif (menyatu). Rancangan bangunan baru harus mampu memperkuat dan mengembangkan karakteristik dari penataan lingkungan, atau setidaknya mempertahankan pola yang sudah ada. Suatu bangunan akan baik jika mengikuti langgam dari lingkungannya karena dapat menyesuaikan diri dengan konteksnya dan memiliki kesatuan visual dengan lingkungan tersebut dan memiliki karakteristik yang sama. Desain yang kontekstual merupakan alat pengembangan yang bermanfaat karena memungkinkan bangunan yang dimaksud untuk dapat dipertahankan dalam konteks yang baik. Arsitektur Kontekstual dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar yaitu: a. Kontekstual Kontras Kontras sangat berguna dalam menciptakan lingkungan urban yang hidup dan menarik, namun yang perlu diingat bahwa kontras dapat dianalogikan sebagai bumbu yang kuat dalam makanan yang harus dipakai dalam takaran secukupnya dan hati-hati. Kontras menjadi salah satu strategi desain yang paling berpengaruh bagi seorang perancang. Apabila diaplikasikan dengan baik dapat menjadi fokus dan citra aksen pada suatu area kota. Sebaliknya jika diaplikasikan dengan cara yang salah atau sembarangan, maka akan dapat merusak dan menimbulkan kekacauan. Di Indonesia sudah sangat banyak bermunculan bangunan baru dengan menggunakan konsep kontekstual kontras. Seperti di kota Solo juga ada bangunan baru yang mengusung konsep kontekstual kontras. Bangunan baru Bank Indonesia dirancang dengan konsep kontekstual kontras. Bangunan yang baru memiliki desain yang berbeda dengan bangunan lama dan terlihat sangat kontras. Bangunan baru Bank Indonesia Solo berlanggam modern dan mencerminkan bangunan masa kini. Bangunan lama Bank Indonesia berlanggam kolonial yang memang bangunan peninggalan penjajah Belanda. commit to user 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
Perancang memiliki alasan tersendiri dalam menentukan desain bangunan yang akan dipakai. Dalam desain Bank Indonesia Solo beralasan bahwa bangunan yang baru adalah bangunan yang besar dan tinggi. Dengan menguunakan konsep selaras dengan bangunan lama dapat menyaingi bangunan lama. Selain itu juga akan sulit menilai mana bangunan yang baru dan bangunan yang lama yang memiliki unsur sejarah. Dengan menghadirkan bangunan dengan bentuk yang sederhana diharapkan akan lebih menonjolkan bangunan lama yang sudah lebih dahulu berdiri.
Gambar 2.14. Desain Bank Indonesia Solo Sumber: (www.google.com) Hal ini sesuai dengan pendapat Brent C. Brolin, bahwasanya kontras bangunan modern dan kuno bisa merupakan sebuah harmoni, namun ia mengingatkan bila terlalu banyak ”shock effect” yang timbul sebagai akibat kontras, maka efektifitas yang dikehendaki akan menurun sehingga yang muncul adalah chaos.
b. Kontekstual Selaras Ada kalanya suatu lingkungan menjunjung tinggi keselarasan. Hal tersebut dilakukan dalam rangka menjaga keselarasan dengan lingkungan yang sudah ada. Kontekstual selaras cenderung meniru bentuk yang ada untuk menciptakan bangunan baru
yang selaras.
Bangunan
baru lebih menghargai dan
memperhatikan konteks lingkungan dimana bangunan itu berada kemudian bersama-sama dengan bangunan yang sudah ada menjaga dan melestarikan tradisi yang telah berlaku sejakcommit dulu. to user 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
Kehadiran satu atau sekelompok bangunan baru lebih menunjang bangunan lain yang sudah lebih dahulu ada. Bangunan baru tidak menyaingi karakter bangunan yang sudah ada walaupun terlihat dominan (secara kuantitas). Dengan demikian akan tercipta sebuah lingkungan yang selaras. Bangunan baru akan dapat membaur dengan bangunan yang sudah ada lebih dahulu sehingga akan memperkuat ciri khas dari lingkungan tersebut.
a
b
c
Gambar 2.15. a. Rektorat UI, b. Masjid UI, c. Balairung UI, Bangunan Kampus Universitas Indonesia dengan Warna dan Bentuk yang Dirancang dengan Konsep Selaras Sumber: (www.google.com) c. Prinsip Kontekstualisme dalam Arsitektur Kontekstualisme dalam arsitektur pada hakekatnya adalah persoalan keserasian
dan
kesinambungan
visual,
memori
dan
makna.
Prinsip
kontekstualisme dalam arsitektur adalah adanya pengakuan bahwa gaya arsitektur suatu bangunan selalu merupakan bagian fragmental dari sebuah gaya arsitektur yang lebih luas. commit to user 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
Pada saat ini prinsip-prinsip yang sesuai untuk masa yang akan datang baru mulai muncul dengan jelas. Manifestasi modern sebagai naskah/tulisan yang sering dipakai untuk mengumumkan daftar prinsip modern dengan suara keras lebih sensitif pada situasinya. Pendekatan dan pemikiran arsitektural yang sesuai untuk suatu situasi tertentu mungkin tidak sesuai digunakan untuk situasi yang lain. Arsitektur modern tidak langsung dibuang ke dalam sampah, bahkan masih sangat penting sebagai prinsip yang paling sesuai untuk jalan Jendral Sudirman di Jakarta Pusat lain dari bahasa arsitektural yang sesuai dengan kawasan Keraton Surakarta. Hal ini merupakan prinsip pokok kontekstualisme yang menjadi salah satu unsur terpenting dalam agenda pasca modern yang sedang timbul, tapi bukan hanya soal gaya yang terpilih. Generasi baru arsitektur barat telah jenuh membicarakan mengenai gaya arsitektur, yang sedang dicari adalah cara untuk membuatkan jati diri kepada masyarakat serta menawarkan sumbangan nilainilai hidup. 9. Konsep Arsitektur Kolonial a
b
Gambar 2.16. a. Bank Indonesia Solo, b. Benteng Vestemberg Solo. Bangunan dengan Arsitektur Kolonial di Kota Solo Sumber: (www.google.com) Yang dimaksud dengan konsep arsitektur kolonial adalah gaya arsitektur yang berkembang di indonesia pada masa penjajahan belanda. Pembangunan gedung commit to useryang sesuai dengan selera orang oleh belanda menggunakan langgam kolonial 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
Belanda. Bangunan yang dibangun pada masa penjajahan ada yang sangat kental dengan langgam kolonial yang mencitrakan bangunan khas eropa khususnya Belanda. Namun ada beberapa bangunan yang dibangun oleh Belanda dengan memadukan kearifan lokal daerah setempat yang bergaya tropis.
Gambar 2.17. Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar Salah Satu Bangunan yang Ada di Karanganyar dengan Gaya Arsitektur Kolonial Sumber: (www.google.com) Banyak kota-kota di Indonesia yang berdiri bangunan peninggalan jaman penjajahan Belanda utamanya di kota-kota besar. Hampir di semua sudut kota-kota besar di Indonesia berdiri bangunan peninggalan penjajah Belanda yang berlanggam kolonial. Tak dipungkiri di Kabupaten Karanganyar pun juga terdapat bangunan peninggalan kolonial. Salah satu bangunan peninggalan penjajah Belanda di Kabupaten Karanganyar adalah Pabrik Gula Tasikmadu dengan langgam kolonial. Bangunan peninggalan penjajah Belanda cukup banyak dan memiliki fungsi masing-masing. Bangunan yang merupakan peninggalan penjajah Belanda diantaranya adalah benteng pertahanan, pabrik, kantor pemerintahan, bank, jembatan, gereja, stasiun kereta api, dll.
commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26 B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah menganalisis kondisi Pasar Jungke. Dengan demikian akan diperoleh data mengenai kekurangan atau kelebihan yang dimiliki oleh Pasar Jungke. Setelah itu maka dilakukan analisa desain untuk mendapatkan sebuah konsep desain yang baik. Tahap berikutnya adalah merancag desain Pasar Jungke. Untuk memperjelas kerangka pemikiran maka dapat dilihat skema pada gambar 2.18: Pasar Jungke Kekurangan Lingkungan
Kelebihan Fisik bangunan
Kumuh Kurang beratur Drainase buruk
Kurang menarik Banyak kerusakan fisik bangunan
Berkurangnya Minat Masyarakat Terhadap Pasar Jungke
Desain ulang pasar Fisik bangunan
Lingkungan Nyaman Teratur Jauh dari kesan kumuh Dainase yang baik
Desain menarik (kearifan lokal) Fungsional Fisik bangunan yang baik
Lokasi strategis (berada di pusat kota Karanganyar) Ada unsur tradisional (ada tawarmenawar) Sebagai tempat untuk memasarkan hasil pertanian masyarakat di Kabupaten Karanganyar
Meningkatnya minat masyarakat terhadap Pasar Jungke commitKerangka to user Pemikiran Gambar 2.18. Skema 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Tempat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pasar Jungke yang berlokasi di Desa Jungke, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar. Pasar Jungke terletak tepat di sebelah selatan Terminal Jungke. Pasar Jungke berada di pusat kota dan menjadi pusat konsentrasi masyarakat di Kabupaten Karanganyar. Alasan memilih Pasar Jungke sebagai objek penelitian diantaranya: a. Pasar Jungke merupakan salah satu pasar tradisional terbesar di Kabupaten Karanganyar. b. Pasar Jungke merupakan pusat konsentrasi masyarakat di Kabupaten Karanganyar. c. Pasar Jungke menjadi pusat perdagangan utamanya perdagangan mikro yang sebagian besar pelaku usaha adalah masyarakat Kabupaten Karanganyar. d. Pasar Jungke dengan potensi yang besar tersebut, banyak memiliki kekurangan utamanya kurang dalam sarana dan prasarana yang ada serta kondisi fisik bangunan yang kurang baik. Hal itu menjadikan Pasar Jungke kurang nyaman dan kurang mendukung kegiatan perdagangan.
2. Waktu Penelitian Dalam suatu penelitian diperlukan persiapan yang matang. Persiapan itu diperlukan untuk memperoleh hasil penelitian yang baik. Persiapan yang diperlukan meliputi beberapa hal. Untuk mempermudah pengaturan waktu diperlukan penjadwalan kegiatan penelitian. Dalam penjadwalan seluruh kegiatan akan dapat terlaksana sesuai waktu yang direncanakan. commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
Adapun pembagian waktu yang direncanakan dalam penelitian ini adalah sebagaimana tercantum dalam tabel 3.1. Tabel 3.1. Waktu Penelitian Pebruari
Maret
April
Jenis Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Pra Lapangan Pengajuan Judul Penyusunan Proposal Seminar Proposal Perijinan Mei
Juni
Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Tahap Lapangan Pengumpulan Data Sekunder Pengumpulan Data Primer Tahap Penulisan Skripsi Analisis Data Analisa konsep desain perencanaan dan perancangan Agustus
September
Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Analisa konsep desain perencanaan dan perancangan Perancangan desain Pasar Jungke November 1 2 3 4 Penulisan Skripsi Pelaksanaan Ujian Skripsi
commit to user 28
Desember 1 2 3 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
B. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian arsitektur bila ditinjau dari bidangnya. Bila ditinjau dari dari penulisannya, maka penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Ditinjau dari analisa datanya, maka penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu analisa yang menggunakan kata-kata yang biasanya disusun dalam teks yang diperluas. Sedangkan strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengacu pada penelitian deskriptif. Mengenai mendevinisikan
penelitian
metodologi
kualitatif, kualitatif
Bogdan
sebagai
dan
prosedur
Taylor penelitian
(2000) yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Moleong, 2002: 3) C. Sumber data Mengenai sumber data, Lofland (2000) bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong, 2002: 157). Sumber data yang diambil dari penelitian ini didapatkan dari berbagai sumber, diantaranya: 1. Instrumen Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah perancang. Pencari tahu alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak tergantung pada kemampuan peneliti sendiri sebagai alat pengumpul data. 2.Informan Informan adalah orang yang memberikan informasi data penelitian dimana mereka mengetahui permasalahan-permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti dan bersedia memberikan informasi seluas-luasnya kepada peneliti. Informasi inilah yang akan dikaji oleh peneliti untuk dijadikan sumber data. Pada penelitian ini yang berperan menjadi informan adalah Kepala Pengelola Pasar Jungke. commit to user 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
3. Tempat atau Obyek Tempat atau objek yang akan dijadikan penelitian adalah Pasar Jungke Karangayar. 4. Studi Pustaka Disamping data yang diperoleh dari hasil wawancara, diambil juga data dari hasil studi ilmiah yang berhubungan dengan objek penelitian. Penelitian ini juga mencari data dengan menggunakan observasi. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan pengertian awal serta gambaran permasalahan yang lebih khusus. Identifikasi segala permasalahan dan pemecahannya dengan mencari berbagai informasi yang berhubungan dengan objek penelitian melalui media cetak, elektronik, maupun internet. 5. Arsip atau Dokumen Mengenai arsip dan dokumen, Guba dan Lincoln (2000) yang dimaksud arsip atau dokumen adalah setiap bahan tertulis, film lain dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya seorang penyidik (Moleong, 2002: 157). D. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling. Yang dimaksut Teknik Purposive Sampling adalah sample yang dipilih secara cermat hingga relevan dengan desain penelitian. Mengenai teknik sampling yang digunakan dalam penelitian kualitatif, Maleong (2002) mengatakan bahwa : Teknik sampling digunakan dalam penelitian kualitatif mempunyai maksud untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (construction). Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan dalam konteks yang unik. Maksud kedua dari teknik sampling adalah menggali informasi yang akan menjadi dasar rancangan dan teori yang muncul. Oleh sebab itu pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel yang bertujuan (purposive sample) (hlm.165). Sehingga yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel bertujuan (purposive sample) maksudnya dalam penelitian ini sampel telah ditentukan sebelumnya terutama yang akan dijadikan informasi harus melalui commit to user selektif yang ketat dan cermat. Karena Pasar Jungke memiliki keragaman yang 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
tinggi maka sampel ditetapkan sesuai karakteristik yang dapat mewakili dari populasi yang ada. Ditetapkan Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah: 1. Kios Pasar Jungke a) Kios pemda b) Kios berdikari c) Kios pkl d) Kios darurat 2. Los Pasar Jungke a) Los pemda b) Los skat darurat c) Los daging d) Los berdikari e) Los halaman luar 3. Area parkir dan bongkar muat 4. Kantor pengelola 5. Mushola 6. MCK 7. Area terbuka
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mendapatkan data yang objektif dan akurat dengan mengadakan pengamatan lapangan dan menghubungi instansi-instansi yang mempunyai data yang berhubungan dengan masalah yang menjadi objek penelitian. Teknik pengumpulan data meliputi: a.
Wawancara Wawancara adalah mengumpulkan data dengan cara tanya jawab secara
lisan yang dilakukan dengan pihak yang terkait dalam penyusunan penelitian. Dengan wawancara ini diharapkan akan diperoleh data secara langsung dari informan. commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Dalam penelitian ini yang menjadi informan untuk diwawancarai adalah Kepala Pengelola Pasar Jungke. Selain itu juga beberapa pedagang dan pembeli di Pasar Jungke. b. Dokumentasi Dokumentasi sangat diperlukan dalam penelitian ini yaitu untuk menggambarkan kondisi yang ada pada tempat atau lokasi penelitian. Dokumentasi berbentuk foto yang memperlihatkan kondisi tempat penelitian. Selain itu dokumentasi berupa foto juga berfungsi untuk memperlihatkan permasalahan-permasalahan yang menjadi pokok penelitian. c. Observasi Observasi
adalah
pengumpulan
data
yang
dilakukan
dengan
pengamatan dan analisis yang dilakukan secara langsung di lapangan. Dalam penelitian ini peneliti mencatat dan menggambarkan peristiwa yang terjadi dalam situasi yang berkaitan dengan penelitian ini. d. Menelaah Dokumen Menelaah dokumen adalah teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen yang ada. Teknik ini bisa berupa catatan lapangan dan penggunaan dokumentasi untuk memperoleh data yang akurat dan stabil sebagai cerminan situasi dan kondisi yang sebenarnya dengan masalah dan tujuan penelitian. F. Validitas Data Validitas data yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan validitas data trianggulasi. Mengenai triangulasi, Moleong (2006) menyatakan, “trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain” (hlm.330). Trianggulasi dengan sumber yang berarti membandingkan informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode deskriptif kualitatif. Adapun langkah yang diambil dengan jalan : (1) membandingkan data pengamatan dengan data hasil wawancara, (2) membandingkan hasil wawancara to user (3) membandingkan hasil dari dengan isi suatu dokumen yang commit bersangkutan, 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
pengamatan dengan arsip atau dokumen yang berkaitan, (4) membandingkan hasil dari suatu pengamatan dengan pendapat pribadi mengenai masalah penelitian. Mengenai trianggulasi dengan metode, Patton (1987) menyatakan bahwa “terdapat dua strategi, yaitu : (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat pengumpulan kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama”. (Moleong, 2006: 331). Trianggulasi penyidik ialah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.Selain itu ada jenis triangulasi yang lain yaitu trianggulasi dengan teori, adapun trianggulasi teori yaitu dengan penjelasan pembanding. Dalam hal ini tidak boleh berharap hasil pembandingan tersebut merupakan kesamaan pandangan, pendapat atau pemikiran. Yang terpenting adalah bisa mengetahui adanya alasan terjadinya perbedaan-perbedaan tersebut. Dari ke empat macam trianggulasi tersebut, penelitian ini menggunakan jenis trianggulasi data, trianggulasi teori, dan trianggulasi peneliti. G. Analisis Data Mengenai analisis data, Patton (1980) menyatakan, analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola ketegori dan satuan uraian dasar. Hal ini dilakukan dengan memberikan arti signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensidimensi. (Moleong, 2002: 331). Dalam proses analisis data ini ada tiga komponen yang penting. Tiga komponen tersebut terlibat dalam proses yang berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis. Tiga komponen tersebut adalah sebagai berikut : 1.Reduksi Data Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan, membuang hal-hal yang tidak penting dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data yaitu antara data primer di lapangan dengan data sekunder dari informasi commit to user atau dokumen yang didapat dari instansi yang terkait. 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
2. Panyajian Data Yaitu menyampaikan data yang telah direduksi. Data tersebut disajikan dalam bentuk teks narasi, gambar, skema. 3. Penarikan Kesimpulan Langkah yang dilakukan setelah semua data disajikan adalah membuat kesimpulan. Kesimpulan itu mula-mula masih kabur, mudah berubah dan masih diragukan. Dalam hal ini kesimpulan masih dalam kerangka analisis data. H. Prosedur Penelitian Untuk mempermudah dalam penyusunan laporan penelitian ini, maka diperlukan suatu susunan prosedur yang sistematis dan berurutan sehingga mudah untuk dipahami dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan dari penelitian. Pada perencanaan dan perancangan ulang sebuah desain bangunan diperlukan beberapa tahap. Langkah yang pertama adalah pengumpulan data primer dengan cara survey ke lokasi penelitian. Selain data primer diperlukan data sekunder untuk menunjang kelengkapan data. Data sekunder diperoleh dari instasi terkait yaitu Dinas Pasar Kabupaten Karanganyar untuk mendapatkan data-data pendukung yang digunakan untuk pemetaan diantaranya: peta jaringan listrik, jaringan telepon, drainase, pembuangan limbah dan persampahan di sekitar site. Selain itu juga berupa peta lokasi sebagai dasar perencanaan. Peta lokasi Pasar Jungke akan menjadi ukuran pokok dalam penggambaran site plan. Kegiatan pengumpulan data dimaksutkan untuk mengetahui kondisi dan permasalahan yang ada mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Observasi lapangan (merekam kondisi fisik dan aktifitas) 2. Obsevasi jaringan infrastruktur (kinerja dan kondisi) 3. Dokumentsi (bangunan dan infrastruktur dengan foto digital) 4. Wawancara narasumber terkait (Kepala Pengelola Pasar Jungke dan Dinas Pasar Kabupaten Karanganyar) 5. Jumlah pedagang berdasarkan jenis dengan status pedagang 6. Kebutuhan masing-masing pedagang commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Setelah data diperoleh maka dilakukan pengolahan data. Dalam pengolahan data ada beberapa tahap kegiatan diantaranya: 1. Pengolahan data fisik infrastruktur 2. Penggambaran ulang site 3. Penggambaran eksisting sekitar site yang direncanakan 4. Pola jaringan infrastruktur eksisting dan posisinya 5. Latar belakang bangunan, termasuk perubahan yang pernah dilakukan 6. Struktur bangunan eksisting 7. Pengolahan data kelembagaan Setelah dilakukan pengolahan data maka langkah berikutnya adalah analisa kondisi eksisting Pasar Jungke. Langkah ini dilakukan dengan analisa fisik bangunan dan infrastruktur. Tahap analisa kondisi eksisteing yaitu: 1. Kebutuhan pengembangan fisik 2. Keandalan bangunan dan persyaratan kusus bangunan 3. Potensi site dan kawasan 4. Sirkulasi, pencapaian dan parkir 5. Struktur bangunan mulai dai struktur bawah sampai setruktur atas 6. Kinerja keandalan jaringan infrastruktur terhadap lingkungannya 7. Orientasi bangunan yaitu arah hadap bangunan 8. Pertahapan dan prioritas pembangunan 9. Parkir 10. Vegetasi 11. Fasilitas penunjang Langkah yang terakhir yaitu merancang sebuah desain yang baru dari objek penelitian. Perancangan ini didasarkan pada perencanaan diatas. Perencanaan didasarkan pada pemecahan permasalahan yang ada pada objek penelitian. Setelah proses perancangan desain selesai perlu dilakukan analisa konsep desain. Langkah ini akan memperbaiki kekurangan yang ada ketika perancangan desain. Setelah selesai maka akan didapatkan desain bangunan Pasar Jungke yang layak dan menarik sesuai dengan yang direncanakan. commit to user 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Adapun proses penelitian yang dilakukan secara skematis dapat dilihat pada gambar 3.1.
Pengumpulan Data
Data Primer
Observasi
Data Sekunder
Dokumentasi
Analisa Konsep Desain
Konsep Desain
Hasil Desain Perencanaan dan Perancangan Pasar Jungke
Gambar 3.1. Bagan Proses penelitian
commit to user 36
Data dari Instansi Terkait
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Proses analisa konsep desain Pasar Jungke secara skematis dapat dilihat pada gambar 3.2. Jual-beli Kegiatan Pedagang
Bongkarmuat, Display dan Penyimpanan barang Ishoma dan MCK
Kegiatan Utama
Kegiatan Pembeli
Kegiatan yang diwadahi
Parkir
Jual-beli Parkir Ishoma dan MCK Pengelolaan
Kegiatan Penunjang
Kegiatan Pengelola
Pengaturan Pengendalian
Analisa Konsep Desain Kearifan Lokal
Desain
Fungsional
Bentuk Bangunan
Tradisional Jawa
Kegiatan
Tawarmenawar
Material
Dari Lokal
Bentuk Bangunan
Sesuai Fungsinya
Material
Simpel
Gambar 3.2. Bagan Analisa Konsepcommit DesaintoPasar user Jungke 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Proses konsep desain yang merupakan hasil dari analisa konsep desain secara skematis dapat dilihat pada gambar 3.3. Kondisi Lokasi
Kondisi Eksisting
Potensi Lokasi Orientasi Massa
Tata Massa
Kemudahan Akses Hubungan Antar Massa
Kebutuhan Ruang Besaran Ruang
Tata Ruang
Pengelompokan Pedagang Kemudahan Akses Pencahayaan Konsep Desain
Sirkulasi Penghawaan Air Bersih Air
Air Kotor Air Hujan
Utilitas
Listrik
Tata Lampu Organik
Sampah Anorganik commit to user Gambar 3.3. Bagan Konsep Desain Pasar Jungke 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Eksisting 1. Letak Geografis Pasar Jungke berlokasi di pusat Kota Karanganyar. Pada gambar 4.1 dapat terlihat secara visual bahwa area Pasar Jungke sebagian besar dikelilingi oleh perkampungan penduduk dan merupakan pusat konsentrasi penduduk di Kabupaten Karanganyar. Kondisi site juga terlihat sudah penuh dengan bangunan pasar. Hanya ada sedikit area kosong yang difungsikan sebagai area parkir dan bongkar muat. Dengan demikian pengembangan Pasar Jungke ke depan sebaiknya dilakukan ke arah vertikal.
SITE PASAR JUNGKE
Gambar 4.1. Foto Udara Pasar Jungke Karanganyar (Sumber: google commit to earth.com) user 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Sebagian besar area site Pasar Jungke berbatasan langsung dengan perkampungan penduduk. Selain berbatasan dengan perkampungan, area Pasar Jungke juga berbatasan dengan pertokoan di sebelah timur, dan Terminal Jungke di sebelah utara. Secara terperinci batas lahan Pasar Jungke adalah sebagai berikut: 1) Sebelah Utara
: Terminal Jungke
2) Sebelah Selatan
: Perkampungan
3) Sebelah Barat
: Perkampungan
4) Sebelah Timur
: Pertokoan
Secara detail batas lahan Pasar Jungke dapat dilihat pada gambar 4.1:
SITE PASAR JUNGKE
Gambar 4.2. Batas Lahan Site Pasar Jungke
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
2. Bentuk dan Ukuran Site Pasar Jungke Bentuk site Pasar Jungke adalah segi banyak tidak beraturan dengan panjang sisi yang berbeda-beda dan tidak ada sisi yang sejajar. Bentuk lahanya memanjang ke utara-selatan. Pada bagian tengah agak lebar dan semakin ke utara semakin menyempit juga semakin ke selatan semakin menyempit. Luas total area Pasar Jungke adalah 8942m². Panjang sisi site secara detail antara lain sebagai berikut: 1) Sebelah Utara
: 41m
2) Sebelah Selatan
: 50m
3) Sebelah Barat
: 20m, 31m, 112m, 93m
4) Sebelah Timur
: 123m, 141m
Lebih jelasnya bentuk dan ukuran lahan Pasar Jungke dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Bentuk site sisi bagian utara menyempit
41m 20m
31m 141m
Bagian tengah site yang menggembung
112m
Bentuk site segi banyak tidak beraturan
SITE 123m
Bentuk site sisi bagian selatan menyempit
93m
50m
Gambar 4.3. Bentuk dan Ukuran Lahan Pasar Jungke commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
3. Kontur Tanah Kondisi tanah site Pasar Jungke tidak terlalu berkontur. Rata-rata tanah di sekitar kota Karanganyar memang cenderung agak datar. Walaupun demikian kondisi tanah di site Pasar Jungke terdapat kemiringan yang tidak curam. Arah kemiringan tanah adalah ke barat. Hal karena memang sebagian besar kondisi tanah di wilayah Kabupaten Karanganyar mengarah ke barat. Hal itu karena Kabupaten Karanganyar terletak di sebelah barat Gunung Lawu. Karena Pasar Jungke sudah menjadi sebuah bangunan yang dibangun pada masa lalu, maka sudah ada perlakuan dalam mengatasi kemiringan lahan tersebut dengan pemerataan. Kondisi tanah di dalam bangunan sudah rata. Ada perbedaan level tanah karena adanya pemerataan tanah itu. Perbedaan ketinggian tanah dapat dilihat dengan jelas di sebelah timur yaitu antara ketinggian halaman depan dengan ketinggian di dalam pasar yaitu sekitar 1,5m. Dengan demikian pengunjung apabila masuk melalui pintu timur akan turun melalui tangga pintu masuk yang ketinggiannya sekitar 1,5m untuk masuk ke dalam pasar. PINTU UTAMA
BANGUNAN UTAMA
JALAN
1,5M
TANGGA
Gambar 4.4. Sketsa Potongan Site Pasar Jungke commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
+1 +0 -1
Gambar 4.5. Kontur Tanah Site Pasar Jungke Kondisi tanah yang menurun cukup dalam menyebabkan desain bangunan terlihat kurang menarik. Selain itu sering kali menimbulkan masalah utamanya masalah kebersihan dan sanitasi. Kondisi tanah yang menurun biasa diselesaikan dengan cara pengurukan tanah. Selain dengan pengurukan juga bisa dapat dipecahkan dengan perancangan desain bangunan dengan menyesuaikan kondisi tanah. Tanah dibiarkan dan bentuk bangunanlah yang didesain mengikuti kondisi tanah sehingga akan menciptakan bangunan yang menarik. Maka dari itu diperlukan pemecahan yang baik untuk menghasilkan desain yang baik dan menarik.
4. Kedalaman Air Tanah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Kedalaman air tanah pada site sekitar 10 meter. Data ini di dapat dari survei langsung kedalaman sumur yang ada di dalam lokasi pasar. Selain itu data juga diperoleh dari kedalaman sumur di sekitar pasar yaitu di sumur penduduk di sekitar Pasar Jungke. Memang untuk daerah di Karanganyar utamanya di sekitar kota kedalaman tanah berkisar antara 7m-15m.
10 M
Gambar 4.6. Potongan Sumur Timba Site Pasar Jungke Dengan kedalaman 10m maka akan sangat mendukung pembangunan terutama dalam pembangunan pondasi. Selain itu dengan kedalaman itu lebih memberikan keleluasaan dalam menentukan kedalaman pondasi. Misalnya ada pengerukan tanah untuk pembangunan basement bisa dilakukan tanpa harus ada perlakuan khusus karena permukaan air berada pada kedalaman 10m.
5. Drainase di Area Site
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Saluran drainase di area site sudah di atur pada pembangunan Pasar Jungke yang sebelumnya. Drainase Pasar Jungke menggunakan saluran terbuka yaitu selokan. Dengan demikian air terlihat dan juga memudahkan kotoran dari luar masuk. Selain itu saluran terbuka juga terlihat kurang rapi. Sirkulasi di dalam pasar pun juga terganggu karena pengunjung harus berhati-hati dengan adanya selokan terbuka tersebut. Kondisi saluran drainase sekarang cukup memprihatinkan. Saluran drainase yang tidak lancar dan menggenang juga menimbulkan bau yang tidak sedap sehingga mengurangi kenyamanaan pengunjung pasar. Barang dagangan yang mengganggu sirkulasi barang dan orang Lantai yang kotor dan becek Drainase air hujan yang kotor dan menggenang Sampah berserakan Gambar 4.7. Drainase dan kebersihan yang buruk di pasar tradisional (Sumber: Dokumen pribadi) Dengan kondisi seperti itu mengakibatkan kenyamanan pengunjung tidak terjamin. Dengan hal itu banyak pengunjung yang merasa kurang nyaman dengan kondisi pasar yang becek dan bau apalagi ketika musim penghujan. Kalau hal itu dibiarkan maka akan mengurangi minat masyarakat untuk berbelanja di pasar tradisional khususnya Pasar Jungke. Besar saluran juga sudah tidak memenuhi syarat lagi. Kapasitas air yang melebihi volume saluran mengakibatkan air meluber ke jalan dan gang untuk sirkulasi pembeli. Hal itu sering terjadi ketika musim penghujan. Hal itu juga diperparah dengan tidak adanya normalisasi saluran secara teratur. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Saluran drainase di dalam area pasar mengarah ke utara dan selatan menuju ke saluran tersier yang membujur ke barat. Kemudian dari saluran tersier menuju ke saluran sekunder yang berada di sisi barat area pasar tepatnya di batas persil Pasar Jungke. Dari saluran sekunder akan mengalir ke arah utara menuju ke saluran rioreling kota yang berada di utara Pasar Jungke tepatnya di sisi tepi Jalan Kapten Mulyadi.
Jenis Vegetasi di Area Site dan Sekitarnya:
Perkampungan Pertokoan
N O
Ket.
1
Saluran Tersier
2
Saluran Sekunder
3
Saluran Primer
4
Saluran Riol kota
Perkampungan Pertokoan
Perkampungan Pertokoan
Perkampungan
Gambar 4.8. Drainase Site Pasar Jungke commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
6. Arah Lintasan matahari Arah lintasan matahari di area site adalah dari timur ke selatan. Dengan bentuk site
Pasar Jungke yang memanjang ke utara-selatan memungkinkan
cahaya matahari dapat masuk secara maksimal melalui sisi timur dan barat. Untuk pencahayaan alami yang baik adalah cahaya matahari bukan sinar matahari langsung yang menyilaukan dan membawa panas. Untuk itu perlu adanya analisa mengenai efek negatif yang timbul dari sinar matahari. Hampir semua kebutuhan cahaya di dalam Pasar Jungke menggunakan pencahayaan alami. Hal itu karena jam kerja Pasar jungke adalah mulai pukul 05.00WIB-16.00WIB. Hanya untuk Kios PKL yang biasa disebut Pasar Lanang berlangsung hingga pukul 21.00WIB. Pencahayaan buatan diperlukan ketika cahaya matahari berkurang atau sudah tidak ada.
Gambar 4.9.commit Arah Lintasan to user Matahari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
7. Vegetasi Lokasi dan Lingkungan a. Jenis dan Titik Lokasi Vegetasi Pada site Pasar Jungke ditanami beberapa pohon. Pohon yang ditanam di area site ada beberapa jenis. Jenis pohon yang ditanam antara lain pohon palem, pohon angsana, pohon talok dan pohon beringin. Jenis pohon yang paling banyak ditanam adalah pohon talok. Pohon talok ditanam di tepi jalan sebagai peneduh. Pada tepi jalan sebelah timur pasar atau depan pasar ditanami pohon palem. Untuk pohon beringin berada di taman sebelah timur pasar. Penataan vegetasi di dalam site maupun di sekitar site kurang teratur. Peletakan dan pemilihan jenis pohon kurang diperhitungkan dengan baik. Dengan demikian vegetasi di area site dan di sekitar site kurang mendukung kenyamanan.
Jenis Vegetasi di Area Site dan Sekitarnya:
Perkampungan Pertokoan
Perkampungan
Pertokoan
Perkampungan
Pertokoan
N O
Nama Pohon
1
Beringin
2
Talok
3
Palem
4
Angsana
5
Kiara Payung
Perkampungan
commit to user Gambar 4.10. Vegetasi di Area Site dan Sekitarnya
Kode Pohon
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
b. Ketinggian dan Lebar Tajuk Vegetasi di area site cukup beragam. Untuk ketinggian pohon dan lebar tajuknya pun juga beragam. Ada pohon yang cukup tinggi seperti pohon angsana dan pohon beringin. Pohon angsana di area site tidak berkembang dengan baik karena tidak dibiarkan tumbuh dan dipangkas setiap waktu karena dianggap menggaggu. Untuk pohon beringin yang cukup lebar tajuknya tumbuh dengan baik karena lokasinya di taman yang areanya cukup luas. Untuk pohon kiara payung juga tumbuh baik dan dimanfaatkan sebagai peneduh. Untuk pohon palem ditempatkan di depan dekat pintu utama dengan tujuan menambah estetika pasar. Pohon talok yang sebagian besar berada di depan kios sebagai peneduh terutama peneduh untuk kios yang berada di tepian jalan juga sebagai penghalang silau dari cahaya matahari. Jenis Vegetasi di Area Site dan Sekitarnya:
NO
Nama Pohon
1
Beringin (ficus benjamina)
2
(Muntingia
Asessibilitas Lokasi Sketsa Lebar Tajuk Pohon
Tinggi Tajuk
± 15 m
± 15 m
±6m
±6m
±4m
±8m
±8m
± 15 m
±8m
± 10 m
Talok Calabura L) 3
4
5
Palem putri (Veitchia merillii) Angsana (Pterocarpus indicus Willd) Kiara Payung (Fellicium Decipiens)
Gambar 4.11. Ketinggian dan Lebar Tajuk Vegetasi Site (Sumber: Rustam Hakim, 2002: 147) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
8. Transportasi Kabupaten Karanganyar dilalui jalan negara yang menghubungkan kota Solo-Surabaya, meski jalan itu tidak melintasi pusat Kota Kabupaten Karanganyar. Pusat Kota Karanganyar sendiri berada sekitar 14 km sebelah timur Kota Solo. Pasar Jungke berada di pusat Kota Karanganyar. Sarana transportasi menuju atau dari Pasar Jungke dapat dilayani oleh transportasi umum seperti bus besar, bus sedang, mini bus, truk, becak dll. Untuk angkutan bus besar biasa digunakan oleh pedagang dari dan ke daerah Timur yaitu Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Karangpandan, Kecamatan Matesih. Untuk dari dan ke barat seperti Kota Solo dan Kecamatan Jaten juga bisa ditempuh dengan bus besar. Untuk daerah utara seperti dari dan ke Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Kerjo, bisa ditempuh dengan menggunakan mini bus. Sama halnya dengan dari dan ke daerah selatan seperti Kecamatan Jumapolo, Kecamatan Jumantono dan Kecamatan Jatipuro juga menggunakan mini bus. Untuk angkutan kota biasa dipakai oleh orang yang tinggal di daerah Kota Karanganyar.
Gambar 4.12. Terminal Jungke Kabupaten Karanganyar Sebagai Akses Utama Transportasi Umum di Kabupaten Karanganyar (Sumber: Dokumen Pribadi) Semua jenis kendaraan umum tersebut berpusat di terminal Jungke yang letaknya tepat di sebelah utara Pasar Jungke. Dengan demikian keberadaan commit to user Terminal Jungke sangat vital bagi transportasi umum dari dan ke Pasar Jungke.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Terminal Jungke juga berperan sebagai pusat masuk dan keluarnya barang dari dan ke Pasar Jungke melalui transportasi umum. a. Jenis Transportasi Jenis transportasi menuju dan meninggalkan Pasar Jungke cukup lengkap karena letak site Pasar Jungke yang berada di pusat kota. Moda transportasi yang ada adalah transportasi umum dan pribadi dari ukuran kecil sampai ukuran besar. Untuk transportasi umum terdiri dari bus besar, mini bus, angkuta, pickup, truk, ojek sepeda motor, sampai becak. Untuk angkutan pribadi juga beragam karena didukung akses jalan yang cukup memadai dilalui oleh berbagai macam moda transportasi. Dengan demikian untuk transportasi di sekitar site sangat lengkap. a
b
c
d
Gambar 4.13. Berbagai Jenis Moda Transportasi Menuju ke Pasar Jungke a. Angkuta (kiri atas), b. Mini bus (kanan atas), c. Bus besar (kiri bawah), d. Becak (kanan bawah) (Sumber: Dokumen Pribadi) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
b. Lebar dan Jenis Jalan di Sekitar Site Jalan yang ada di sekitar site Pasar Jungke merupakan akses utama bagi pencapaian Pasar Jungke. Jalan yang sudah ada di sekitar site terdiri dari beberapa katagori yang berbeda. Katagori jalan dapat dibedakan atas dasar kelas jalan seperti jalan negara, jalan provinsi, jalan kota/ kabupaten, Jalan kecamatan, dan jalan desa. Untuk lebih rinci mengenai jalan yang ada di Sekitar Pasar Jungke dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Kondisi Jalan yang Ada di Sekitar Site Pasar Jungke N o
Nama Jalan
Lebar Jalan
Keterangan Jalan Segala macam kendaraan ( bis besar, truk,dll) Merupakan jalan utama yang menjadi akses masuk dari daerah timur seperti Kecamatan Tawangmangu Masuk katagori jalan kabupaten Kendaraan ukuran sedang (bis medium, colt, truk kecil, mobil dll) Merupakan jalan utama yang menjadi akses masuk dari daerah Selatan Kab.Karanganyar seperti Kecamatan Jumapolo, juga dari daerah utara seperti Kecamatan Mojogedang Masuk katagori jalan kecamatan Kendaraan ukuran sedang - kecil Merupakan jalan untuk menuju pasar melalui pintu selatan Masuk katagori jalan kelurahan
1
JalanKapten Mulyadi
12m
2
Jalan depan pasar
8m
3
Jalan selatan pasar
6m
4
Jalan barat pasar
6m
Kendaraan ukuran sedang - kecil Merupakan jalan untuk menuju pasar melalui pintu barat Masuk katagori jalan kelurahan
(Sumber: Analisa Pribadi) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Site Pasar Jungke memiliki akses ke jalan utama. Jalan di sekitar site adalah seperti Jalan Kapten Mulyadi
yang merupakan jalan utama jurusan
Tawangmangu-Solo yang berada di sebelah utara tepatnya di sisi utara Terminal Jungke. Untuk jalan di depan pasar atau di timur site adalah jalan yang menghubungkan dengan daerah utara Kabupaten Karanganyar seperti dari Kecamatan Mojogedang juga dari daerah selatan seperti Kecamatan Jumapolo.
Jalan Kapten Mulyadi dengan lebar 12 m
Jalan lingkar taman depan pasar dengan lebar 5 m
Jalan akses masuk pasar dari belakang dengan lebar 6 m
SITE Jalan sisi selatan dengan lebar 6 m
Jalan Kapten Mulyadi dengan lebar 8 m
Gambar 4.14. Jalan di Sekitar Site Pasar Jungke
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
c. Arah Lalu lintas di Sekitar Site Arah lalu lintas di sekitar site Pasar Jungke didominasi jalan dua arah. Hanya di sisi utara terdapat jalan satu arah yang merupakan jalan utama yang menjadi akses dari Tawangmangu ke Solo. Selain itu jalan akses ke area bongkar muat juga satu arah dengan pintu masuk dan keluarnya terpisah. Untuk jalan yang lain adalah jalan dua arah yang kepadatan kendaraannya hanya terjadi ketika kegiatan Pasar Jungke berlangsung.
Jalan Satu Arah (Tawangma ngu-Solo) Jalan masuk ke area bongkar muat Area Parkir dan Bongkar Muat
Arah kendaraan Di Terminal Jungke
Jalan dua arah di depan Site Pasar Jungke
Jalan dua arah akses keluar masuk pasar dari barat
Jalan 2 arah di selatan site
Gambar 4.15. Arah Lalu lintas Sekitar Site Pasar Jungke
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
d. Akses dari Pusat Kota dan Daerah Sekitar Pasar Jungke memang berada di dalam kota. Hanya beberapa meter dari pusat Kota Karanganyar. Oleh karena itu maka akses dari daerah lain pun sangat mudah karena Pasar Jungke berada di pusat konsentrasi masyarakat di Kabupaten
Karanganyar.
Akses
dari
Kecamatan
lain
di
Kabupaten
Karanganyar seperti dari Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Jumapolo, bahkan Kota Solo sudah terhubung dengan baik sehingga aksesibilitas antar daerah sangat mudah.
DARI KOTA SOLO
PUSAT KOTA KARANGANYAR
DARI MOJOGEDANG
DARI TAWANGMANGU / MATESIH
SITE PASAR JUNGKE
DARI JUMAPOLO
Gambar 4.16. Akses dari Pusat Kota dan Daerah Lain commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
9. Jaringan Utilitas Lokasi a. Listrik Energi listrik Pasar Jungke dipasok dari gardu listrik yang berada di sisi timur site. Dari jaringan utama listrik dialirkan ke jaringan sekunder yang membujur ke utara memanjang di sisi timur site. Listrik kemudian dialirkan ke site dengan arah menyebar ke seluruh bangunan pasar. Letak tiang listrik berada di dalam site. Dengan demikian perlu adanya penyesuaian bentuk bangunan yang direncanakan agar tidak mengganggu keberadaan tiang listrik yang sudah.
Terminal Jungke
Jaringan Listrik
Perkampungan Pertokoan
N Simbol O 1 Perkampungan
2
Pertokoan
3
4
Perkampungan
Pertokoan
Perkampungan
Gambar 4.17. Jaringan Listrik Pasar Jungke commit to user
Ket. Tiang Listrik Jaringan Listrik Utama Jaringan Listrik Penyalur Bangunan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
b. Telepon Untuk jaringan telepon site Pasar Jungke, saluran utama berada di sisi timur tepatnya di depan ruko yang ada di depan pasar. Dengan demikian tiang telepon berada di luar site. Dengan keberadaan tiang di luar site maka akan membuat site lebih leluasa. Untuk penyalurannya adalah dari saluran utama didistribusikan ke dalam Pasar Jungke. Untuk jaringan telepon lebih sedikit dan lebih sederhana bila dibandingkan dengan jaringan listrik karena tidak banyak pedagang yang menggunakan telepon. Pengguna telepon kebanyakan adalah pedagang dan jasa yang menempati kios yang berada di tepi jalan depan pasar.
Terminal Jungke
Perkampungan Pertokoan
Perkampungan
Jaringan Telepon Pasar Jungke: N O
Simbol
1 Pertokoan
2
3 Perkampungan Pertokoan
4
Perkampungan
Gambar 4.18. Jaringan Telepon Pasar Jungke commit to user
Ket. Tiang Telepon Jaringan Telepon Utama Jaringan Telepon Penyalur Bangunan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
c. Air Bersih Air bersih di dalam site Pasar Jungke diambil dari air tanah. Sumur air tanah berada di sisi barat site atau belakang pasar tepatnya di dekat MCK Pasar Jungke. Sumur air tanah tersebut sebagai pemasok air untuk semua kebutuhan Pasar Jungke. Dari sumur tersebut air dipompa dan ditampung di bak penampung kemudian baru didistribusikan. Tidah terlalu banyak yang membutuhkan pasokan air bersih. Yang paling banyak membutuhkan air bersih adalah kios daging dimana air merupakan kebutuhan pokok pedagang daging untuk membersihkan daging atau tempat. Selain itu yang membutuhkan air bersih yaitu mushola, warung makan dan MCK.
Jaringan Air Bersih Pasar Jungke: Kios Daging N O
Kios Daging
Simbol
Ket.
1
Sumber air tanah
2
Saluran air bersih
3
Bangunan
Mushola dan MCK
Warung Makan
commitAir to Bersih user Pasar Jungke Gambar 4.19. Jaringan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
10. Kondisi Peruangan Pasar Jungke
I
J
H
K
G
C
B
E
D
A
F
Gambar 4.20. Peta Pasar Jungke commit to Pasar user Jungke) (Sumber: Pengelola
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
a. Kantor Pengelola Pasar Jungke Kantor pengelola Pasar Jungke berada tepat di pintu utama sebelah timur. Kantor pengelola adalah tempat dimana para pegawai pengelola pasar bekerja. Kantor pengelola terdiri dari dua ruang yang letak ruangnya saling berhadap-hadapan dan dibatasi oleh loby yang juga merupakan pintu masuk pasar. Ruang pertama berada di sisi selatan loby masuk yang merupakan ruangan untuk lurah pasar beserta ruang tamu. Untuk ruang yang satu adalah untuk Staff pengelola pasar yang letaknya di sisi utara loby. Dengan jumlah pegawai yang tidak terlalu banyak maka memerlukan kantor yang tidak terlalu luas. Kantor pengelola pasar memiliki luas total 80m² dengan luas kantor utama adalah 24m² dan sisanya adalah loby dan halaman yang digunakan untuk parkir khusus pegawai pengelola pasar.
Secara
terperinci peruangan kantor pengelola dapat dilihat pada tabel 4.2.
Gambar 4.21. Kantor Pengelola Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi) Tabel 4.2. Peruangan Kantor Pegelola Pasar Jungke No 1 2 3 4
Nama Ruang R. Kepala R. Staf Loby Halaman depan Jumlah
Ukuran 3x4 3x4 4x4 10x5
commit to user (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
Luasan 12 12 16 40
Jumlah 1 1 1 1
Total 12 12 16 40 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
b. Kios Pemda Pasar Jungke
Gambar 4.22. Kios Pemda Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi) Kios pemda adalah kios yang didirikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar. Dengan demikian Pengelola Pasar Jungke menamai kios ini dengan nama kios pemda. Kios pemda letaknya di sekeliling Pasar Jungke yaitu di sisi jalan sebelah timur, barat, utara dan selatan. Kios pemda dibagi menjadi beberapa katagori menurut ukuran ruangnya. Menurut ukurannya ada 7 tipe kios. Setiap tipe jumlahnya berbeda-beda. Jumlah total kios pemda adalah 66 buah dengan total luasnya adalah 2.092m². Data peruangan kios pemda lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3. Peruangan Kios Pemda Pasar Jungke No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Ruang Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5 Tipe 6 Tipe 7 Sirkulasi Pejalan Kaki 60% Jumlah
Ukuran 3x4 3x3 3x2,5 3x2 3x1 2x4 2x2
commit to user (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
Luasan 24 9 7,5 6 3 16 4
Jumlah 35 33 1 2 1 1 33
Total 840 297 7,5 12 3 16 132
106
784,5 2092
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
c. Kios Darurat Pasar Jungke
Gambar 4.23. Kios Darurat Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi) Kios darurat adalah kios yang didirikan secara darurat yaitu didirikan karena petumbuhan pasar yang tidak sesui dengan perencanaan. Hal itu terjadi karena bertambahnya jumlah pedagang tanpa adanya penambahan tempat.. Hal itu dilakukan untuk menampung jumlah pedagang yang cukup besar dan menghindari kesemrawutan di dalam pasar. Beberapa kios didirikan di lahan kosong dan dibangun dengan kontruksi tidak permanen dan bersifat darurat. Kios darurat letaknya menyebar dan paling banyak adalah di bagian barat atau belakang pasar. Kios darurat juga dibagi menjadi beberapa katagori menurut ukuran ruangnya. Jumlah total kios darurat adalah 28 buah dengan total luasnya adalah 438m². Data peruangan kios darurat lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Peruangan Kios Darurat Pasar Jungke No 1 2 3 4 5 6
Nama Ruang Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5 Sirkulasi Pejalan Kaki Jumlah
Ukuran 3x6 3x4 3x3 3x2 2x4 50%
commit to user (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
Luasan 18 12 9 6 8
Jumlah 2 12 9 4 1 28
Total 36 144 81 24 8 145 438
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
d. Los Daging
Gambar 4.24. Los Daging Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi) Los daging adalah tempat khusus untuk penjual daging. Tempat berjualannya berbentuk los yaitu tempatnya terbuka dan antar pedagang dapat saling melihat dan saling berinteraksi. Los daging letaknya di bagian barat atau belakang pasar dengan tujuan terpisah dengan aktifitas perdagangan lain. Hal itu atas pertimbangan sifat dari daging yang menimbulkan bau yang jika dicampur dengan yang lain akan mengganggu penjual lain. Los daging menjual beraneka ragam daging antara lain daging ayam, daging sapi, daging kambing, ikan laut dan ikan air tawar. Los daging juga dibagi menjadi beberapa katagori menurut ukuran losnya. Jumlah total los daging adalah 46 buah dengan total luasnya adalah 175m². Data peruangan los daging lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Peruangan Los Daging Pasar Jungke No 1 2 3 4
Nama Ruang Ukuran Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Sirkulasi Pejalan Kaki 50% Jumlah
Luasan 4 3 2
(Sumber: Pengelola Pasar Jungke) commit to user
Jumlah 1 23 22 46
Total 4 69 44 58 175
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
e. Kios Berdikari
Gambar 4.25. Kios Berdikari Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi) Kios berdikari adalah kios yang didirikan oleh perseorangan di lokasi yang kosong di dalam pasar. Pembangunnanya dilakukan dengan mandiri oleh perorangan yang ingin mendirikan kios di Pasar Jungke, bahkan pembiayaanya ditanggung oleh perseorangan dan pemerintah hanya menyediakan tempatnya saja. Kios berdikari letaknya di bagian barat atau belakang. Kios berdikari juga dibagi menjadi beberapa katagori menurut ukuran ruangnya. Jumlah total kios berdikari adalah 34 buah dengan total luasnya adalah 293m². Data peruangan kios berdikari lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6. Peruangan Kios Berdikari Pasar Jungke No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Ruang Ukuran Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5 Tipe 6 Tipe 7 Sirkulasi Pejalan Kaki 50% Jumlah
Luasan 9 7,5 7 6 4 3 1
(Sumber: Pengelola Pasar Jungke) commit to user
Jumlah 10 1 1 5 12 4 1 34
Total 90 7,5 7 30 48 12 1 97,5 293
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
f. Kios PKL
Gambar 4.26. Kios Pkl Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi) Kios PKL adalah kios yang khusus menjual sandangan seperti pakaian, sandal, Sepatu, Tas dan lain-lain. Kios PKL adalah penamaan oleh pengelola pasar. Mayarakat Karanganyar sering memanggil Kios PKL dengan nama pasar Senggol dengan alasan karena tempat sirkulasi
yang sempit
mengakibatkan pembeli saling bersenggolan. Ada juga yang menamai Pasar Lanang sehingga seolah-olah kios PKL adalah pasar tersendiri yang sebetulnya masih dalam satu bagian dari Pasar Jungke. Hal ini karena kios PKL ini berdiri sendiri di lokasi yang agak terpisah. Untuk waktu kerjanya pun berbeda yaitu mulai jam 08.00WIB22.00WIB. Kios PKL juga dibagi menjadi beberapa katagori menurut ukuran ruangnya. Jumlah total kios PKL adalah 50 buah dengan total luasnya adalah 393,75m². Data peruangan kios PKL lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7. Peruangan Kios PKL Pasar Jungke No 1 2 3 4
Nama Ruang Ukuran Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Sirkulasi Pejalan Kaki 50% Jumlah
commit to user (Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
Luasan 9 4,5 3
Jumlah 9 39 2 50
Total 81 175,5 6 131,25 393,75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
g. Skat Darurat
Gambar 4.27. Skat Darurat Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi) Skat darurat adalah tempat berjualan berbentuk kios yang lokasinya di dalam pasar di bawah bangunan utama pasar yang dibangun oleh pemerintah daerah. Disebut skat darurat karena sebenarnya tempat itu adalah los yang oleh pemiliknya diberi skat sendiri sehingga menyerupai kios. Skat darurat letaknya saling bersebelahan dengan los pemda karena memang dahulunya adalah los pemda. Menurut ukurannya ada 7 tipe. Setiap tipe jumlahnya berbeda-beda. Jumlah total skat darurat adalah 188 buah dengan total luasnya adalah 1.799,2m². Data peruangan skat darurat lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8. Peruangan Skat Darurat Pasar Jungke No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Ruang Ukuran Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5 Tipe 6 Tipe 7 Sirkulasi Pejalan Kaki 60% Jumlah
Luasan 12 8 6 4 9 3 4,5
(Sumber: Pengelola Pasar Jungke) commit to user
Jumlah 11 40 55 35 10 36 1 188
Total 132 320 330 140 90 108 4,5 674,7 1799,2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
h. Los Pemda
Gambar 4.28. Los Pemda Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi) Los pemda adalah los yang didirikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar. Los pemda letaknya di dalam pasar yaitu di bawah bangunan utama Pasar Jungke. Los pemda letaknya satu lokasi dengan skat darurat. Pada tempat ini menampung pedagang yang paling besar yaitu 229 pedagang. Los pemda dibagi menjadi beberapa katagori menurut ukuran ruangnya. Menurut ukurannya ada 7 tipe los pemda. Setiap tipe jumlahnya berbeda-beda. Jumlah total los pemda adalah 66 buah dengan total luasnya adalah 1.376m². Data peruangan los pemda lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9. Peruangan Los Pemda Pasar Jungke No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Ruang Ukuran Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5 Tipe 6 Tipe 7 Sirkulasi Pejalan Kaki 60% Jumlah
Luasan 4 2 6 5 4 3 8
(Sumber: Pengelola Pasar Jungke) commit to user
Jumlah 76 6 18 11 12 103 3 229
Total 304 12 108 55 48 309 24 516 1376
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
i. Los Berdikari
Gambar 4.29. Los Berdikari Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi) Los berdikari adalah los yang didirikan oleh perseorangan di lokasi yang kosong di dalam pasar. Pembangunnanya dilakukan dengan mandiri oleh perorangan yang ingin berdagang di Pasar Jungke. Bahkan pembiayaannya ditanggung oleh perseorangan dan pemerintah hanya menyediakan tempatnya saja. Los berdikari juga dibagi menjadi beberapa katagori menurut ukuran ruangnya yaitu ada 6 tipe. Jumlah total los berdikari adalah 110 buah dengan total luasnya adalah 252m². Data peruangan los berdikari lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.10. Tabel 4.10. Peruangan Los Berdikari Pasar Jungke No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Ruang Ukuran Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 Tipe 5 Tipe 6 Sirkulasi Pejalan Kaki 40% Jumlah
Luasan 8 6 4 3 2 1
(Sumber: Pengelola Pasar Jungke) commit to user
Jumlah 1 2 7 2 28 70 110
Total 8 12 28 6 56 70 72 252
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
j. Los Halaman Luar
Gambar 4.30. Los Halaman Luar Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi) Los halaman luar adalah los yang sifatnya tidak tetap dan menempati area pejalan kaki di antara los pemda. Dengan demikian luasan los halaman luar tidak dimasukkan dalam rekapitulasi luasan ruang karena los halaman menempati area sirkulasi los pemda. Hal itu terjadi karena pertumbuhan pedagang yang tidak diimbangi dengan penambahan lokasi untuk pedagang baru. Dengan demikian keberadaan
los halaman luar sangat mengganggu
sirkulasi pejalan kaki. Menurut Pengelola Pasar Jungke, hal itu dibiarkan dan menunggu kebijakan pemerintah daerah untuk mengembangkan Pasar Jungke agar Pasar Jungke mampu menampung seluruh pedagang yang ada. Los halaman luar juga dibagi menjadi beberapa katagori menurut ukuran ruangnya. Jumlah total los halaman luar adalah 151 buah dengan total luasnya adalah 127m². Data peruangan los halaman luar lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.11. Tabel 4.11. Peruangan Los Halaman Luar Pasar Jungke No 1 2
Nama ruang Tipe 1 Tipe 2 Jumlah
Ukuran
Luasan 2 1
(Sumber: Pengelola Pasar Jungke) commit to user
Jumlah 41 45 151
Total 82 45 127
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
k. Area Parkir a
b
Gambar 4.31. a. Area Bongkar Muat dan Area Parkir (kiri), b.Jalan Masuk ke Area Parkir dan Bongkar Muat (kanan) (Sumber: Dokumen Pribadi) Area parkir Pasar Jungke berada di dalam pasar tepatnya di bagian utara bangunan utama. Area parkir menyatu dengan tempat bongkar muat barang. Dengan tidak adanya pemisahan yang jelas antara area parkir dan area bongkar muat maka sering terjadi melubernya parkir ke luar pasar pada saat banyak mobil yang sedang melakukan bongkar muat. Luas total area parkir dan bongkar muat beserta sirkulasi kendaraan adalah 540m². Untuk area parkir memiliki luas 180m² dan digunakan untuk parkir segala jenis kendaraan mulai dari kendaraan ukuran kecil sampai kendaraan ukuran sedang. Untuk area bongkar muat memiliki luas 180m². Sirkulasi kendaraan untuk menuju dan keluar dari area parkir dan bongkar muat berupa jalan selebar 4m dengan luas 180m². Data peruangan area parkir dan bongkar muat secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.12. Tabel 4.12. Peruangan Area Parkir Pasar Jungke No 1 2 3
Nama Ruang Bongkar Muat Tempat Parkir Jalan Masuk
Ukuran 18x10 18x10 50% Total =
Luasan 180 180
(Sumber: Pengelola Pasar Jungke) commit to user
Jumlah 1 1
Total 180 180 180 540
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
l. Musola dan Area MCK
Gambar 4.32. Musola dan Area MCK Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi) Musola Pasar Jungke berlokasi di bagian barat atau di belakang pasar dan bersebelahan dengan area MCK. Ukuran musola Pasar Jungke sangat kecil yaitu 4x5m dan sangat tidak memenuhi bila dibandingkan dengan jumlah pedagang yang jumlahnya 943 pedagang. Begitu juga dengan MCK juga tidak begitu besar. Hanya ada 4 unit kamar mandi yang ada di Pasar Jungke. Untuk lebih detail dan terpeinci dapat dilihat dalam tabel 4.13 dan tabel 4.14. Tabel 4.13. Peruangan Musola Pasar Jungke No 1 2
Nama Ruang Area Ibadah Tempat Wudhu Jumlah
Ukuran 4x5 5x1
Luasan 20 5
Jumlah 1 1 204
Total 20 5 25
(Sumber: Pengelola Pasar Jungke) Tabel 4.14. Peruangan Area MCK Pasar Jungke No 1 2 3
Nama Ruang MCK Sirkulasi MCK Area Sumur Jumlah
Ukuran 1,8x2,5 100% 3x5
Luasan 4,5
Jumlah 4
15
1 202
(Sumber: Pengelola Pasar Jungke) commit to user
Total 18 18 15 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
m. Area Terbuka
Gambar 4.33. a. Bak Tempat Pembuangan Sampah Sementara di Area Terbuka b. Tempat Pembuangan Sementara Pasar Jungke (Sumber: Dokumen Pribadi) Ada sebagian area Pasar Jungke yang masih terbuka. Sebagian kecil area terbuka dimanfaatkan sebagai area pembuangan sampah sementara. Selain itu ada bagian lahan terbuka yang berupa lahan kosong yang dipergunakan untuk parkir bahkan ada yang menggunakan untuk berjualan. Lokasi area terbuka sebagian besar berada di sisi utara yaitu di sebelah utara area bongkar muat. Area untuk sampah Pasar Jungke ada di lokasi tersendiri yaitu di sebelah selatan Pasar Jungke. Sebagian besar sampah Pasar Jungke dibuang di tempat ini. Sebagian kecil sampah dibuang di bak truk sampah yang ada di utara area terbuka sebelah utara area parkir. Luas untuk area sampah adalah 40m². Untuk area kosong masih cukup luas dengan luasnya adalah 1387m². Untuk lebih detai dan terinci dapat dilihat dalam tabel 4.15. Tabel 4.15, Peruangan Area Terbuka Pasar Jungke No
Nama Ruang Area Sampah Area Terbuka Jumlah
Ukuran 5x8
Luasan 40
(Sumber: Pengelola Pasar Jungke) commit to user
Jumlah 1 205
Total 40 1387 1427
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
11. Rekapitulasi Peruangan dan Jumlah Pedagang di Pasar Jungke Tabel 4.16. Rekapitulasi Peruangan Pasar Jungke No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama Ruang Kantor pengelola Kios pemda Kios darurat Kios daging Kios berdikari Kios PKL Skat darurat Los pemda Los berdikari Area parkir Area MCK Musola Area terbuka Luas Total Pasar Jungke
Luas 80 2092 438 175 293,05 393,75 1799,2 1376 252 540 51 25 1427 8.942m²
(Sumber: Pengelola Pasar Jungke) Tabel 4.17. Rekapitulasi Jumlah Pedagang Pasar Jungke No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Ruang Kios pemda Kios darurat Kios daging Kios berdikari Kios PKL Skat darurat Los pemda Los berdikari Los halaman luar Jumlah Total Pedagang
(Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
commit to user
Jumlah Pedagang 172 28 46 34 50 188 229 110 86 943
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
12. Klasifikasi Jenis Barang Dagangan Selain banyak pedagang juga jenis barang yang diperdagangkan yang cukup beragam. Ada lebih dari 100 macam barang dagangan yang diperjualbelikan mulai dari bahan pokok sampai barang kesenian. Untuk mempermudah pengamatan maka peneliti mengklasifikasikan menjadi 5 kelompok yaitu 1)kelontong, 2)sayuran, buah, bumbu dapur, makanan, 3)pakaian, 4)daging, dan 5)lain-lain. Untuk lain-lain adalah jenis barang dagangan yang tidak terlalu banyak tetapi sangat beragam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.18. Tabel 4.18. Klasifikasi Jenis Komoditas di Pasar Jungke
77
40
2
Kios Darurat
12
8
3
Kios Berdikari
9
13
4
Kios PKL
5
Skat Darurat
84
6
Los Pemda
28
7
Los Daging
8
Los Berdikari
108
2
110
9
Los Halaman Luar
80
6
86
126
934
Jumlah
172
1
7
28
9
3
34
49
1
50
45
30
29
188
148
30
23
229
Daging
55
Pakaian
Jumlah
Kios Pemda
Lainn-Lain
1
Tempat
Sayuran, Buah, Bumbu Dapur Makanan
Jenis Komoditas
Kelontong
No
46
210
442
(Sumber: Pengelola Pasar Jungke)
commit to user
109
56
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
B. Analisa Konsep Desain Analisa konsep desain sangat diperlukan bagi perancang sebuah bangunan. Tanpa adanya analisa konsep desain maka tidak akan mengahasilkan sebuah desain bangunan yang baik. Dalam analisa konsep desain akan dipaparkan proses awal dalam perancangan desain bangunan yaitu dalam bentuk analisa. Sebelum menghasilkan sebuah desain maka dilakukan analisa untuk menilai dan menimbang sebuah konsep yang nantinya akan dihasilkan sebuah konsep desain. Konsep desain itu yang akan menjadi acuan atau pedoman yang digunakan untuk merancang desain bangunan. Analisa konsep desain yang dilakukan pada perancangan Pasar Jungke tidak jauh berbeda dengan analisa konsep desain pada perancangan bangunan lain. Analisa konsep desain yang diakukan adalah seperti analisa pelaku dan kebutuhan ruang, analisa pelaku dan jenis kegiatan, analisa besaran ruang, analisa hubungan ruang, analisa tata massa, analisa bentuk, analisa struktur bangunan, analisa utilitas, dll. 1. Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang a. Dasar Pertimbangan 1) Jenis kegiatan kegiatan yang ada di pasar tradisional 2) Semua pelaku kegiatan yang ada di dalam pasar 3) Ruang yang dibutuhkan untuk kegiatan pelaku b. Analisa dan Hasil Analisa 1) Kegiatan Jual-Beli Tabel 4.19. Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang Kegiatan Jual-Beli Jenis kegiatan Perdagangan
Pelaku Pedagang Pembeli Tenaga Angkut commit to user
Keb. Ruang Kios Los Lapak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
2) Kegiatan Pengelolaan Tabel 4.20. Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang Kegiatan Pengelola Kebutuhan R. Ruang Pimpinan
Jenis kegiatan Direksi Administrasi Operasional Terima tamu
Pelaku Direksi/pengelola Pengelola Pengelola Pengelola
R. Administrasi R. Operasional R. Tamu
Rapat
Pengelola
R. Rapat
3) Kegiatan Penunjang Tabel 4.21. Analisa Pelaku dan Kebutuhan Ruang Kegiatan Penunjang Jenis Kegiatan
Pelaku
Kebutuhan Ruang
Ibadah
Semua
Masjid
Parkir
Semua
Kebersihan
Petugas kebersihan
ME
Petugas ME
Keamanan
Penyimpanan barang Telekomunikasi
Petugas keamanan Pedagang Pembeli Pengelola pasar Distributor Tenaga angkut Pedagang Tenaga angkut Semua
Tempat parkir Ruang kebersihan Tempat sampah Ruang ME Ruang genset Pos keamanan
Perbankan
Semua
Metabolisme
Semua
Bongkar Muat Barang
Area bongkar muat
Gudang Box Telepon Ruang ATM Bank cabang pembantu Kamar Mandi WC
2. Analisa Pelaku dan Jenis Kegiatan a. Dasar Pertimbangan 1) Pelaku kegiatan di dalam pasar tradisional 2) Jenis kegiatan yang dilakukan oleh pelaku pasar commit to user 3) Alur kegiatan pelaku
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
b. Analisa dan Hasil Analisa 1) Kegiatan Pembeli
Datang/Pergi
Parkir / Ambil Kendaraan
Masuk/Keluar
Kegiatan Utama
Kegiatan Penunjang
Melihat-lihat barang Memilih-milih barang Tawar-menawar Membeli
Sholat MCK Istirahat Makan Servis
Gambar 4.33. Skema Kegiatan Pembeli
2) Kegiatan Pedagang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Datang/Pergi
Parkir / Ambil Kendaraan
Masuk/ Keluar
Kegiatan
Kegiatan
Utama
Penunjang
Sholat MCK
Bongkar
Pemerik
Menawar
muat
-saan
-kan
barang
barang
barang
Makan
Penyimpan
Display
Penjualan
Servis (parkir,
-an barang
barang
barang
Istirahat
keamanan, perbankan, Telekomunika -si, dll)
Gambar 4.34. Skema Kegiatan Pedagang 3) Kegiatan Pengelola Pasar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Datang/Pergi
Parkir / Ambil Kendaraan
Masuk/ Keluar
Kegiatan
Kegiatan
Utama
Penunjang
Menerima tamu
Sholat
Penarikan retribusi
MCK
Direksi
Istirahat
Administrasi
Makan
Keamanan (mengelola keamanan pasar)
Servis
Kebersihan (mengelola kebersihan pasar)
Gambar 4.35. Skema Kegiatan Pengelola Pasar 3. Besaran Ruang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
a. Dasar Pertimbangan 1) Standar Ruang 2) Ruang gerak (flow) 3) Kebutuhan ruang b. Dasar Perhitungan 1) Standar Perhitungan a) Ernest Neufert, Data Arsitek Jilid 1(DA.1) b) Ernest Neufert, Data Arsitek Jilid 2(DA.2) 2) Study Ruang Tabel 4.22. Study Ruang Gerak (Flow) No 1 2 3 4 5 6
Flow Keterangan 10% standar minimum 20% kebutuhan keleluasaan parkir 30% tuntutan kenyamanan fisik 40% tuntutan kenyamanan psikologis 50% tuntutan spesifik kegiatan 60-100% keterkaitan dengan banyak kegiatan (Sumber: Fawzia Eva Kurniawati 2010: 5 BABV)
3) Perhitungan Asumsi Dalam menentukan rencana ruang maka perancang perlu menentukan sendiri. Hal itu dapat dilakukan oleh perancang dengan benar bila didasarkan pada literatur, studi banding, dan pengamatan.
4) Perhitungan Besaran Ruang Pasar Jungke merupakan pasar yang ramai dikunjungi setiap harinya. Menurut keterangan dari Kepala Pengelola Pasar Jungke diperkuat dengan observasi lapangan diketahui bahwa pengunjung Pasar Jungke setiap harinya sekitar 2000 orang. Pengunjung pasar berlangsung dari jam 05.00-17.00WIB commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
terkecuali di Los PKL atau lebih familier disebut pasar lanang berlangsung dari jam 07.00-21.00WIB. Pada bulan Rhamadan pengunjung Pasar Jungke meningkat. Lebih-lebih menjelang Lebaran
jumlah pengunjung bisa
mencapai dua kali lipat dari hari biasa. c. Analisa Untuk mempermudah dalam penghitungan besaran ruang maka dibagi beberapa bagian sesuai jenis kegiatan yang diwadahi sebagai berikut: 1) Kegiatan Penerimaan Tempat untuk menerima kedatangan (entrence hall), sangat diperlukan pada pasar tradisional yang akan menjadi tempat penyambutan pengunjung. Hall Pasar Jungke dipertimbangkan dapat menampung 50% pengunjung rata-rata. Dengan demikian dapat dihitung sebagai berikut: Kapasitas
: 0,5 x 500 orang / jam
Standar
: 0,56% / orang (DA.2)
: 250 orang
Tabel 4.22. Rencana Besaran Ruang Penerimaan Pasar Jungke No 1 2
Kebutuhan Ruang Entrance hall Pasar Utama Entrance hall Pusat Sandang
Ukuran Staandar 0,54m²/orang (DA.2) 0,54m²/orang (DA.2)
Jumlah
Flow
Besaran Ruang m²
180
30%
126
70
30%
50
Total
176
2) Kegiatan Perdagangan Penentuan besaran kios dan los didasarkan pada besaran kios dan los pada Pasar Jungke yang ada pada Pasar Jungke sebelumnya. Selain itu juga dilakukan studi banding dengan pasar tradisional lain. Hal itu dilakukan untuk menciptakan pasar tradisional yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada saat sekarang dan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat yang akan datang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Untuk penentuan jumlah kios dan los didasarkan pada jumlah pedagang yang direncanakan. Jumlah pedagang yang di rencanakan adalah 1396 pedagang. Jumlah itu lebih banyak dari jumlah pedagang di Pasar Jungke sebelumnya yaitu 943 pedagang. Penambahanya adalah 453 pedagang atau naik 48% dari jumlah pedagang sebelumnya. Tabel 4.23. Rencana Besaran Ruang Kios dan Los Pasar Jungke No 1
2
Kebutuhan Ruang Kios Kios Tipe 1 Kios Tipe 2 Kios Tipe 3 Kios Tipe 4 Kios Tipe 5 Kios Tipe 6 Kios Tipe 7 Kios Tipe 8 Kios Tipe 9
Ukuran
Jumlah
Flow
4x4 3x4 3x3,5 3x3 2,5x4 2x4 2,7x3.5 2,7x3 2,5x3
15 78 9 71 7 4 40 9 36
30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30% 30%
Total Los Los Tipe 1 Los Tipe 2 Los Tipe 3 Los Tipe 4 Total
269 2x3 2x2,5 2x2 2x1,5
Total Kios dan Los
41 105 692 289 1127 1396
Besaran Ruang m² 312 1216,8 122,85 830,7 91 41,6 491,4 94,77 351 3552,12
30% 30% 30% 30%
319,8 682,5 3598,4 1127,1 5727,8 9279,92
3) Kegiatan Pengelola Tabel 4.24. Rencana Besaran Ruang Kantor Pengelola Pasar Jungke No 1 2 3 4
Kebutuhan Ukuran Kapasitas Ruang Standar Ruang Kepala 15m²/orang(DA.1) 1 Ruang Wakil 15m²/orang(DA.1) 1 R. Staf 4,74m²/orang(DA.1) 10 Operasional commit to user Ruang 4,74m²/orang(DA.1) 8
Besaran Ruang m² 15 15 47 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
5
Administrasi Ruang Rapat
1,5m²/orang(DA.1)
20
30
Total luas kios dan los pasar
145
4) Kegiatan Servis, Pelayanan dan Penunjang i. Area Parkir 1. Pengunjung pasar Pengunjung Pasar Jungke diasumsikan= 500 orang/ jam Diasumsikan 20% pengunjung Pasar Jungke mengunakan kendaraan pribadi jenis mobil maka jumlah mobil dihitung sebagai berikut: 20% x 500= 100 orang (@mobil 4 orang)= 100/4= 25mobil Diasumsikan 50% pengunjung Pasar Jungke mengunakan kendaraan pribadi jenis sepeda motor maka jumlah sepeda motor dihitung sebagai berikut: 50% x 500= 250orang, (@motor 2 orang)= 250/2= 125motor Diasumsikan 30% pengunjung Pasar Jungke mengunakan angkutan umum: 30%x500= 150 orang menggunakan kendaraan umum 2. Pedagang Pasar Jumlah pedagang yang direncanakan adalah 1396 orang maka dapat dihitung kebutuhan parkir sebagai berikut: Diasumsikan 3% mengunakan kendaraan pribadi jenis mobil maka jumlah mobil dihitung sebagai berikut: 3%x1396= 41orang, (@mobil 4 orang)= 100/4= 21mobil Diasumsikan 45% mengunakan kendaraan pribadi jenis sepeda motor maka jumlah sepeda motor dihitung sebagai berikut: 47%x1396= 656orang, (@mobil 2 orang)= 656/2= 328motor Diasumsikan 30% Pedagang yang mengunakan angkutan umum: 50%x1396= 698orang menggunakan kendaraan umum 3. Pengelola Pasar
commit to user Jumlah pegawai pengelola Pasar Jungke direncanakan = 20 orang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
Diasumsikan 10% mengunakan mobil maka jumlahnya dihitung sebagai berikut: 10%x20= 2orang, (@mobil 1 orang)= 2mobil Diasumsikan 70% mengunakan motor maka jumlahnya dihitung sebagai berikut: 70%x20= 14orang, (@mobil 1 orang)= 14motor Diasumsikan 20% pengelola Pasar Jungke yang mengunakan angkutan umum: 20%x20= 4orang kendaraan umum Tabel 4.25. Rencana Besaran Ruang Area Parkir No
Kebutuhan Ruang
1 Mobil Motor 2 Mobil Motor 3 Mobil Motor
Standar
Pengunjung 15m²/buah(DA.2) 2,5m²/buah(DA.2) Pedagang 15m²/buah(DA.2) 2,5m²/buah(DA.2) Pengelola 15m²/buah(DA.2) 2,5m²/buah(DA.2)
Kapasitas Flow
Besaran Ruang
25 125
30% 30%
487,5 406,25
21 328
30% 30%
409,5 1066
2 14
30% 30%
39 45,5
Total luas area parkir
2453,75
b) Area Bongkar Muat Pada perencanaan area bongkar muat didasarkan pada jumlah pedagang. Dalam perencanaan luas area bongkar muat diasumsikan terdapat 2 buah mobil besar dan 10 mobil sedang-kecil. Lebih rinci perhitungan besaran ruang dapat dilihat pada tabel 4.26. Tabel 4.26. Rencana Besaran Ruang Area Bongkar Muat No 1 2
Keb. Ruang Mobil besar Mobil Kecil
Standar
Kapasitas
48m²/buah(DA.2) 2 commit to user 15m²/buah(DA.2) 10
Flow
Besaran Ruang
50% 50%
144 225
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85 369
c) Masjid Masjid di Pasar Jungke paling banyak digunakan untuk sholat dhuhur. Waktu dhuhur adalah sekitar pukul 12 siang dan pada jam itu ada sebagian pedagang yang sudah pulang terutama pedagang makanan. Jumlah pembeli pada jam itu tidak terlalu banyak. Diasumsikan pengguna masjid adalah 200 orang diasumsikan jamaah pada saat jumatan yaitu jamaah terbanyak. Untuk tempat wudhu diasumsikan 10% dari jumlah pengguna. Jadi luasan tempat wudhu dapat dihitung sebagai berikut: 10%x200= 30orang dan diasumsikan @orang=1m² maka kebutuhan tempat wudhu= 30x1= 30m². Lebih rinci perhitungan besaran ruang masjid beserta tempat wudhu dapat dilihat pada tabel 4.26. Tabel 4.27. Rencana Besaran Ruang Masjid No 1 2
Keb. Ruang Masjid Tempat Wudhu
Standar 0,6m²/orang(DA.2) 1m²/orang(DA.2)
Kapasitas Flow 200 20 Luas total
Besaran Ruang m² 120 20 140
d) Lavatory Pada perencanaan kamar mandi untuk Pasar Jungke dipisahkan antara kamar mandi pria dan wanita. Pemisahan itu dilakukan untuk menambah kenyamanan pengguna. Walaupun ada pemisahan tetapi lokasinya berdekatan dan direncanakan setiap unit kamar mandi terdapat kamar mandi pria dan wanita. Kebutuhan kamar mandi pria dan wanita untuk kamar mandi di Pasar Jungke berbeda. Dari pengamatan bahwa pedagang dan pembeli di pasar kebanyakan wanita. Untuk perencanaan Pasar Jungke diasumsikan commit to user 70% wanita dan 30% pria. Jadi pengguna pria sebesar 30% x = 780orang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
dan pengguna wanita sebesar 70% x 2600= 1820orang. Dengan demikian direncanakan kamar mandi pria terdiri dari 1 wastafel dan 1 kamar mandi. Untuk kamar mandi pria tidak direncanakan urinoir karena banyak menimbulkan masalah utamanya kebersihan. Untuk kamar mandi wanita terdiri dari 2 wastafel dan 2 kamar mandi. Diasumsikan pengguna lavatori 2% dari jumlah pengguna pasar yang jumlahnya 1896 = 38 kamar mandi. Direncanakan setiap unit ada 3 kamar mandi maka diperlukan 38:3 = 13unit. Standar luasan kamar mandi adalah 1,2m²/orang (DA.2) KM/WC pria
= 1 wastafel dan 1 KM/WC = (1x1,5)+(1x1,5)= 3m
KM/WC wanita = 2 wastafel dan 2 KM/WC = (2x1,5)+(2x1,5)= 6m Jadi setiap unit luasnya = 9 m² Tabel 4.28. Rencana Besaran Ruang Lavatory No
Kebutuhan Ruang
Luas
Jumlah
1
KM/WC Pengunjung dan Pedagang KM/WC Pengelola
9m²/unit
12 unit
Besaran Ruang m² 108
9m²/unit
1 unit
9
2
Luas total
117
e) MEE Tabel 4.29. Rencana Besaran Ruang MEE Ukuran/ No Kebutuhan Ruang Jumlah Standar 1 Ruang genset 4m²(asumsi) 2 2 Ruang trafo PLN 2,5m²(asumsi) 4 3 Ruang instalasi 2 m²(asumsi) 2 air bersih Total luas
Besaran Ruang m² 20 9 16 50
f) Pos Jaga, ATM dan Box Telepon Tabel 4.30. Rencana Besaran Ruang Pos Jaga, ATM dan Box Telepon No
Kebutuhan
commit to user Ukuran/ Jumlah Flow
Besaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
1 2 3 4
Ruang Standar Pos jaga 4m² (asumsi) ATM 2,5m² (asumsi) Box telepon 2 m² (asumsi) Bank 20m² (asumsi)
Ruang 8 10 6 84
2 4 3 6
Total luas d.
110
Hasil Analisa
Tabel 4.31. Rekapitulasi Rencana Peruangan Pasar Jungke No
Kebutuhan Ruang
Besaran Ruang 176
1
Kegiatan penerimaan
2
Kegiatan perdagangan
3
Kegiatan pengelola
4
Kegiatan servis, pelayanan dan penunjang
3129,75
Total Luas Bangunan Pasar Jungke
12730,67
9279,92 145
4. Analisa Organisasi Ruang a. Dasar Pertimbangan 1) Kedekatan ruang 2) Keterkaitan antar fungsi ruang 3) Kelancaran sirkulasi antar ruang b. Analisa dan Hasil Analisa 1) Kegiatan Secara Umum
Pengelolaan Servis
Perdaganga n Penunjang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Gambar 4.36. Organisasi Ruang Secara Umum 2) Kegiatan Perdagangan
Area Parkir Penerimaan / Entrence Hall
Kios dan Los
Area Bongkar Muat
Gambar 4.37. Organisasi Ruang Kegiatan Perdagangan
3) Kegiatan Pengelolaan
R.Rapat
R. Pimpinan Loby Kantor
R. Staff
R.Tamu Kantor Gambar 4.38. Organisasi Ruang Kegiatan Pengelolaan 4) Kegiatan Penunjang MEE R. Pencatatan
Area Parkir
Pos Jaga
Area Bongkar Muat Gambar 4.39. Organisasi Ruang Kegiatan Penunjang 5) Kegiatan Servis
Bank Entrence Hall
Box Telepon
Koperas R.AT i M Gambar 4.40. Organisasi Ruang Kegiatan Servis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
5. Analisa Pola Hubungan Ruang a. Dasar Pertimbangan 1) Kedekatan ruang 2) Keterkaitan antar fungsi ruang 3) Kelancaran sirkulasi antar ruang b. Analisa dan Hasil Analisa 1) Lantai Basement
RUANG MEE BASMENT
RUANG PENCATATAN RUANG PENJAGA AREA PARKIR AREA BONGKAR MUAT
Keterangan:
TANGGA/ RAM (bersebelahan) + : Dekat
OMCK: Sedang (melalui ruangan lain) / LAVATORY : Jauh (melalui beberapa ruang lain) Gambar 4.41. Pola Hubungan Ruang Lantai Basment
2) Lantai 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
KANTOR PENGELOLA
LOBY KANTOR R. TAMU KANTOR R. PIMPINAN R. STAFF 1 TANGGA MCK / LAVATORY
MASJID PASAR
LOBY MASJID TEMPAT WUDHU MCK/ LAVATORY TANGGA GUDANG MASJID
BANGUNAN UTAMA
RUANG TERBUKA ENTRENCE HALL KIOS LOS HALL TANGGA/ RAM
BANGUNAN LOS DAGING
MCK / LAVATORY SIRKULASI UTAMA KIOS LOS TANGGA/ RAM MCK / LAVATORY BANGUNAN PASAR LANANG
RUANG TERBUKA ENTRENCE HALL KIOS HALL TANGGA/ RAM MCK / LAVATORY
3) Lantai 2
Keterangan: + : Dekat (bersebelahan) O : Sedang (melalui ruangan lain) - 4.42 : Jauh (melalui beberapa ruang Gambar Pola Hubungan Ruang Lantai 1 lain)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MASJID PASAR
KANTOR PENGELOLA
91
R. TRANSISI R. STAFF 3 R. RAPAT MCK / LAVATORY TANGGA SERAMBI MASJID MASJID UTAMA R. AUDIO
BANGUNAN UTAMA
TANGGA PUSAT SIRKULASI KIOS LOS TANGGA/ RAM
BANGUNAN LOS DAGING
MCK / LAVATORY SIRKULASI UTAMA KIOS LOS TANGGA/ RAM
BANGUNAN PASAR LANANG
MCK / LAVATORY HALL PUSAT SIRKULASI KIOS TANGGA/ RAM MCK / LAVATORY
Keterangan: + : Dekat (bersebelahan) O : Sedang (melalui ruangan lain) : Jauh (melalui beberapa ruang Gambar 4.43. Pola Hubungan Ruang Lantai 2 lain)
BANGUNAN PASAR LANANG
4) Lantai 3 HALL PUSAT SIRKULASI KIOS TANGGA/ RAM
Keterangan:
MCK / LAVATORY
+
: Dekat (bersebelahan) commit to user
O
: Sedang (melalui ruangan lain)
-
: Jauh (melalui beberapa ruang lain)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92 Gambar 4.44. Pola Hubungan Ruang Lantai 2
6. Analisa Konsep Tata Massa a. Dasar Pertimbangan 1) Efektifitas dan optimalisasi dalam penggunaan lahan site 2) Kelancaran sirkulasi barang dan orang 3) Kesatuan antar fungsi kegiatan pasar tradisional 4) Kemudahan pencapaian 5) Estetika bangunan b. Analisa 1) Analisa Bentuk Dasar Massa Ada beberapa bentuk dasar yang biasa digunakan pada bentuk massa bangunan. Bentuk massa yang biasa digunakan diantaranya bentuk segi empat, segi tiga, segi banyak, oval, lingkaran, dll. Bentuk tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Untuk mendapatkan bentuk massa yang baik sesuai dengan yang diharapkan perlu adanya analisa bentuk dasar massa bangunan untuk menilai bentuk dasar massa yang akan dipakai. Untuk lebih rinci dijelaskan pada pembahasan dibawah ini:
a) Segi Empat
Gambar 4.45. Bentuk Massa Segi Empat Bentuk segi empat adalah bentuk massa yang sering dipakai. Bentuk massa segi empat menimbulkan kesan tegas, formal, tetapi terkesan agak kaku. Kelebihan dari bentuk ini adalah efekifitas fungsi ruang. Kelebihan lain yaitu mudah dalam penataan ruang. Dalam perencanaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
struktur bangunan juga relatif mudah. Apabila dilakukan pengembangan bangunan juga lebih mudah. b)
Lingkaran/ Oval
Gambar 4.46. Bentuk Massa Lingkaran/ Oval Massa bangunan berbentuk lingkaran ini memiliki kelebihan yaitu bentuk lebih menarik dan terkesan lembut. Selain itu bentuk lingkaran maupun oval bisa menciptakan bentuk massa bangunan yang atraktif. Kekurangannya adalah kurang efisien tempat. Dalam merancang menggunakan bentuk lingkaran lebih memerlukan pemikiran yang matang untuk bisa menciptakan massa bangunan yang menarik juga efisien tempat tanpa mengesampingkan kelancaran sirkulasi.
c) Segi Tiga
Gambar 4.47. Bentuk Massa Segi Tiga Bentuk segi tiga untuk massa bangunan jarang digunakan. Bentuk segi tiga biasa digunakan hanya untuk penambah estetika dan sering dikombinasikan dengan bentuk lain. Akan tetapi bentuk segi tiga ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
memiliki kelebihan yaitu bentuk lebih menarik. Kekuranganya adalah kurang efisien tempat dan sulit dalam penataan ruang. 2) Analisa Komposisi Massa Komposisi massa sangat mempengaruhi sebuah hasil rancangan desain. Apabila dalam analisa komposisi massa bangunannya baik akan menghasilkan sebuah bangunan yang kompak. Ada beberapa pilihan komposisi massa bangunan. Penggunaan massa tunggal yang mencerminkan bangunan tunggal. Ada juga yang menggunakan banyak massa yang biasa digunakan pada bangunan dengan ukuran yang besar dan memiliki fungsi yang jamak.
a) Satu Massa Desain Bangunan dengan massa tunggal memiliki kelebihan yaitu adanya kesatuan. Dengan demikian bangunan akan tampak lebih besar dan terkesan agung. Sirkulasi antar ruang juga lebih mudah karena tidak memerlukan koridor penghubung antar bangunan. Kekuranyanya
adalah
bila
bangunan
terlalu
besar
akan
mengakibatkan pencahayaan dan penghawaan alami tidak bisa dinikmati di semua bagian bangunan terutama di bagian dalam dari bangunan. Dengan demikian diperlukan pemecahan mengenai pencahayaan dan penghawaan alami bila massa bangunan terlalu besar. Selain itu bila bangunan cukup besar atau sangat panjang juga memerlukan dilatasi dalam perencanaan struktur bangunan. Untuk analisa komposisi satu massa dapat dilihat pada gambar 4.48.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Massa bangunan tunggal memanjang
Gambar 4.48. Satu Massa
b) Banyak Massa Desain bangunan dengan banyak massa memiliki kelebihan yaitu adanya pemisahan bangunan sesuai fungsi bangunan. Dengan demikian akan jelas perbedaan fungsi bangunan. Pemisahan antar jenis kegiatan akan lebih mudah dan jelas. Kekuranyanya adalah bangunan akan nampak lebih kecil. Untuk menghubungkan antara satu bangunan dengan bangunan lain memerlukan ruang penghubung atau bangunan penghubung.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
Massa bangunan yang banyak
Gambar 4.49. Banyak Massa
c) Hasil Analisa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
Satu massa bangunan yang dihasilkan dari penyatuan beberapa massa bangunan
Gambar 4.50. Hasil Analisa Tata Massa Dengan memperhatikan pertimbangan analisa tata massa maka pasar yang direncanakan satu massa. Penggunaan satu massa bertujuan untuk menciptakan sebuah bangunan yang terkesan agung dan menyatu. Walaupun menggunakan satu massa bangunan tetapi juga dimunculkan bangunan dengan ciri yang berbeda dalam satu massa dan seolah-olah terkesan banyak massa tetapi menyatu. Perbedaan itu dimunculkan sebagai pemisah kelompok kegiatan yang berbeda. Selain itu juga mengurangi kesan monoton. Penyatuan beberapa massa tersebut untuk mempermudah akses dan menyatukan bangunan menjadi satu kesatuan yang kompak. Untuk Konsep tata massa yang direncanakan dapat dilihat pada gambar 4.50. 7. Zonifikasi a. Dasar Pertimbangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
1) Jenis barang dagangan 2) Fungsi dan kebutuhan ruang 3) Sifat dan jenis ruang b. Analisa Berdasarkan dasar pertimbangan maka penzoningan dilakukan atas dasar jenis barang dagangan dengan sifatnya dan
fungsi ruang. Pasar
tradisional dengan jenis dan sifat barang dagangan yang komplek perlu adanya penzoningan yang baik agar tercipta kenyamanan bagi penggunan pasar. Barang dagangan bisa diklasifikasikan menurut sifatnya. Ada beberapa katagori barang dagangan diantaranya barang dagangan yang bersifat basar seperti daging, sayur, dan buah. Ada barang dgangan yang bersifat kering sperti kelontong dan pakaian. Dengan demikian perlu adanya penzoningan menurut sifat barang dagangannya. Barang dagangan juga bisa diklasifikasikan menurut kebutuhan konsumen. Barang yang bersifat primer dikelompokkan. Begitu juga barang yang bersifat sekunder atau tersier dikelompokkan sendiri-sendiri. c. Hasil Analisa 1) Zona Pedagang Primer Zona pedagang primer adalah jenis komoditas yang diperdagangkan merupakan bahan pokok. Jenis barang yang dijual seperti sayuran, buahbuahan, bahan makanan, dll. 2) Zona Pedagang Pekunder Zona pedagang sekunder adalah jenis komoditas yang diperdagangkan merupakan bahan penunjang. Jenis barang yang dijual seperti sandangan, perabot, elektronik, dll.
3) Zona Pedagang Daging Zona pedagang daging adalah jenis komoditas yang diperdagangkan commitPemisahan to user dilakukan karena sifat daging merupakan berbagai jenis daging.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
yang menimbulkan bau. Selain itu daging perlu ditempatkan pada tempat yang khusus. 4) Zona Pedagang Pasar Lanang Zona pedagang pasar lanang adalah zone khusus untuk pedagang dengan jenis barang dagangannya adalah pakaian dan aksesori. Selain jenis komoditas yang berbeda tetapi juga jam buka yang berbeda dengan pasar utama yaitu dari jam 07.00WIB-21.00WIB. 5) Zona Masjid Zona ibadah adalah masjid yang dipergunakan untuk sholat bagi pengguna pasar. Dengan menyediakan tempat ibadah yang mencukupi akan menambah kenyamanan pengunjung. 6) Zona parkir dan bongkar muat Zona parkir adalah untuk area parkir pengunjung, pedagang dan pengelola. Area parkir ditempatkan lokasi yang mengelompok dan diletakkan di dekat bangunan. Untuk parkir motor direncanakan diletakkan di sekeliling bangunan. Untuk parkir mobil diletakkan di dalam bangunan di lantai dasar. Dengan demikian akan memberikan kemudahan bagi pengunjung maupun pedagang.. Untuk zona bongkar muat diperuntukkan untuk penurunan barang dari mobil pemasok. Area bongkar muat ditempatkan di dekat area parkir mobil yaitu di lantai dasar bangunan pasar. 7) Zone Pasar Paingan Pasar paingan adalah pasar yang ada pada hari paing pada penanggalan jawa. Di pasar paingan sebagian besar menjual hewan utamanya burung. Pada saat sekarang pasar paingan berada di sisi jalan di sekeliling taman pasar yang berada di sisi timur. Area untuk pasar paingan direncanakan di sisi utara konsepnya terbuka hijau. d. Hasil Analisa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
Zone Pasar Paingan dan Are terbuka Hijau
1. Zone Pedagang Primer
Zone Pasar Lanang/ Pasar Senggol
2. Zone Pedagang Sekunder 3. Zone Parkir dan Bongkar muat
1. Zone Kantor Pengelola Pasar 2. Zone Ibadah (Masjid)
Zone Pedagang Daging
Gambar 4.51. Konsep Zonifikasi
8. Pencapaian 1) Dasar Konsep a) Kondisi area site
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
b) Kemudahan akses 2) Analisa a) Dari dan ke Arah Timur (1) Kelebihan (a) Mudah dalam pencapaian karena langsung ke jalan utama akses ke pasar. (b) Sisi timur cukup panjang sehingga penempatan pencapaian mudah. (2) Kekurangan (a) Lalu lintas di sisi timur sangat ramai dan padat. b) Dari dan ke Arah Barat (1) Kelebihan (a) Lalu lintas tidak ramai. (2) Kekurangan (a) Berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk. (b) Hanya ada satu akses jalan masuk yaitu dari perkampungan. c) Dari dan ke Arah Utara (1) Kelebihan (a) Untuk pengguna kendaraan umum dari terminal lebih mudah. (2) Kekurangan (a) Terganggu oleh kendaraan yang ada di Terminal Jungke. d) Dari dan ke Arah Selatan (1) Kelebihan (a) Sisi selatan dilalui jalan akses utama pasar. (2) Kekurangan (a) Sisi selatan cukup sempit dan lalu lintasnya cukup ramai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
Terminal Jungke SE/ ME
SE/M E SE/M E
SE/M E
SE/M E
SE/ ME
SE/M E
Gambar 4.52. Analisa Pencapaian Lokasi 3) Hasil Analisa Dari beberapa pertimbangan di atas maka ditentukan pintu utama untuk akses masuk dan keluar pengunjung diletakkan di sebelah timur di tengahtengah bangunan utama. Untuk akses masuk ke dalam dan keluar kendaraan diletakkan di samping ME/SE utama pengunjung. Untuk pasar lanang pencapaian pengunjung disendirikan yaitu dari arah timur agak ke utara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.53. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
Pintu masuk dan keluar Pasar Lanang dan Pasar Paingan
SE/M E
1. Pintu utama masuk dan keluar untuk orang 2. Pintu masukdan keluar kendaraan dari dan ke basment
Pintu keluar kendaraan dari basment
SE
SE/M E
SE/M E
ME
Pintu utama masuk dan keluar untuk orang Pintu masuk kendaraan ke basment
Gambar 4.53. Hasil Analisa Konsep Pencapaian Lokasi
9. Orientasi Bangunan a. Dasar Pertimbangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
1) Kondisi area site 2) Potensi area site 3) Kemudahan akses b. Analisa 1) Arah Timur a) Kelebihan (1) Visual bangunan terlihat jelas dan maksimal. b) Kekurangan (2) Visual bangunan terlihat terlalu memanjang. 2) Arah Utara a) Kelebihan (1) Menghadap ke Terminal Jungke yang menjadi pusat keramaian. b) Kekurangan (2) Visual bangunan terlihat sempit dan kurang terlihat maksimal. 3) Arah Selatan a) Kelebihan (1) Bangunan akan terkesan menyambut. b) Kekurangan (1) Visual bangunan terlihat sempit dan kurang menarik. 4) Arah Barat a) Kelebihan (1) Visual bangunan tampak jelas. b) Kekurangan (1) Kurang potensial karena sisi barat adalah pemukiman dan hanya ada satu akses jalan dari perkampungan. 5) Arah Tenggara a) Kelebihan (1) Terkesan menyambut karena banyak pengunjung yang datang dari arah tenggara. (2) Kekurangan Bangunan commit tohanya user terlihat sepintas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
6) Arah Timur laut a) Kelebihan (1) Terkesan menyambut pengunjung dari arah utara b) Kekurangan (1) Bangunan hanya terlihat sepintas
UTAR A
1 2 3
1
5
2
3 4
Gambar 4.54. Analisa Orientasi Bangunan c. Hasil Analisa Dari gambar 4.55. dapat dilihat arah hadap bangunan Pasar Jungke commit to user yang direncanakan. Hasil analisa itu dengan pertimbangan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
a) Visual bangunan terlihat jelas b) Visual bangunan terlihat maksimal c) Dengan sisi yang panjang akan lebih terkesan agung
UTAR A
ARAH ORIENTA SI BANGUN AN
Gambar 4.55. Hasil Analisa Orientasi Bangunan
10. Analisa Sirkulasi b. Dasar Pertimbangan 1) Sirkulasi yang efektif 2) Sirkulasi yang cepat 3) Sirkulasi yang jelas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
c. Analisa Ada beberapa jenis atau pola sirkulasi pada sebuah bangunan. Secara garis besar sirkulasi di dalam bangunan dibedakan menjadi dua macam yaitu sirkulasi horisontal dan sirkulasi vertikal. 1) Sirkulasi Horisontal a) Sirkulasi Linier
Gambar 4.56. Sirkulasi Linier Sirkulasi dengan pola linier memliliki ciri garis tegak lurus yang saling berhungan dan ada sumbu penghubung yang menjadi fungsinya sebagai sirkulasi primer. Kelebihan dari pola linier adalah sangat efisien tempat dan juga mudah dalam penataan tata ruang. Dalam pengelompokan ruang atau dalam penzoningan ruang juga lebih mudah. Selain itu ada kejelasan sirkulasi. Kekurangan dari pola linier adalah terkesan formal dan kaku.
b) Sirkulasi Grid
Gambar 4.57. Sirkulasi Grid commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108 Pola grid pengembangan dari pola linier. Pola sirkulasi ini
bercirikan bentuk grid dan menciptakan peruangan yang berbentuk petakpetak. Pola sirkulasi grid biasa digunakan karena mudah dalam penataan tata ruang dan sangat efektif bila diterapkan untuk tata ruang yang komplek seperti pasar. 6) Sirkulasi Radial
Gambar 4.58. Sirkulasi Radial Sirkulasi dengan pola radial memiliki ciri bentuk sirkulasi yang memusat ke satu titik atau menyebar dari satu titik. Pola radial jarang dipakai karena memiliki kesulitan yang lebih dalam penataan tata ruang maupun dalam pengelompokan ruang bila dibandingkan dengan pola linier. Akan tetapi pola radial memiliki kelebihan yaitu menimbulkan kesan atraktif dan non formal serta adanya pemusatan. 2) Sirkulasi Vertikal a) Tangga
Gambar 4.59. Tangga Pada Bangunan Mengenai pengertian tangga, Heinz Frick (2007) bependapat, “Tangga merupakan struktur bangunan commit to useryang menghubungkan dua pelat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
lantai yang tingginya berbeda”(hlm. 38). Tangga merupakan alat sirkulasi vertikal pada bangunan bertingkat yang sering dipakai. Akan tetapi pada zaman sekarang sudah agak tergeser dengan adanya eskalator atau lift. Apalagi pada bangunan berlantai banyak biasanya menggunakan lift sebagai alat sirkulasi vertikal yang utama dan biasanya juga tetap menggunakan tangga yang difungsikan sebagai tangga darurat. b) Ram Ram merupakan alat sirkulasi vertikal pada bangunan yang biasa digunakan untuk sirkulasi kendaraan. Pada saat ini ram juga sangat penting karena digunakan untuk difabel. Dengan demikian ram sangat penting dalam sebuah bangunan. c) Shaft Shaft biasa digunakan untuk sirkulasi sampah dan utilitas. Tujuan penggunaan shaft adalah kemudahan sirkulasi karena lebih cepat dan efisien. Selain itu untuk utilitas akan lebih rapi dan mudah dalam pembenahan kerusakan jaringan. d) Eskalator Eskalator pada saat ini sangat banyak digunakan di bangunan modern seperti mall atau bandara internasional. Eskalator memiliki kelebihan memberikan kenyamanan bagi pengguna karena pengguna. Kelemahan dari eskalator adalah memerlukan energi listrik untuk mengoprasikannya. e) Lift Lift pada saat ini juga sangat banyak digunakan di bangunan modern utamanya bangunan berlantai banyak. Lift memiliki kelebihan lebih hemat tempat karena berupa ruangan yang bergerak naik turun yang digerakkan dengan tenaga listrik. Selain itu lift juga lebih mendukung kenyamanan pengguna karena pengguna tidak banyak memerlukan tenaga untuk naik atau lantai bangunan. Kelemahan dari lift yaitu diperlukan konstruksi khusus dan memerlukan daya commit to userlistrik yang besar.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110 c. Hasil Analisa Sirkulasi 1) Sirkulasi Horisontal
Dari beberapa analisa diatas diambil pola sirkulasi grid karena pola ini sangat cocok diterapkan pada bangunan pasar. Pola grid menunjang kejelasan arah, efektifitas ruang dan kemudahan akses antar bagian ruang. Selain itu pengelompokan kios dan los Pasar Jungke dengan menggunakan pola grid mempermudah dalam pengelompokan masing-masing fungsi, jenis dan karakter dari setiap barang dagangan dan jenis perdagangan. 2)Sirkulasi Vertikal Dari analisa sirkulasi vertikal diatas maka diambil beberapa pilihan yaitu: i.
Tangga
ii. Ram iii.
Shaft
11. Analisa Kearifan Lokal a. Dasar Pertimbangan 4) Sirkulasi yang efektif 5) Sirkulasi yang cepat 6) Sirkulasi yang jelas b. Analisa 1) Kearifan bentuk Dalam menentukan konsep bentuk perlu adanya analisa. Ada sangat banyak konsep bentuk bangunan yang bisa diterapkan. Konsep bentuk bangunan bisa dari bentuk secara keseluruhan tampak bangunan maupun bentuk bagian-bagian bangunan. a) Bentuk - Bentuk Atap 1. Atap Pelana ( kampung )
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
Gambar 4.60. Gambar Sketsa Atap Pelana Bentuk atap ini cukup sederhana, karena itu banyak dipakai untuk bangun-bangunan atau rumah di masyarakat kita. Bidang atap teridiri dari dua sisi yang bertemu pada satu garis. 2.Atap Limasan ( perisai )
Gambar 4.61. Gambar Sketsa Atap Limasan Atap limas terdiri dari empat bidang atap, dua bidang bertemu pada satu garis bubungan jurai dan dua bidang bertemu pada garis bubungan atas. Jika dilhat terdapat dua bidang berbentuk trapesium dan dua bidang segitiga. 3. Atap Panggang-Pe
Gambar 4.62. Gambar Sketsa Atap Panggang-Pe Bentuk rumah panggang-pe sangat sederhana. Bentuk atap ini sering dipakai untuk atap warung dan atap kamar mandi. Sunarmi, Guntur dan Tri Prastyo Utomo berpendapat atap panggang-pe berbentuk satu sisi miring seperti atap kampung yang dibelah dua(2007) 4. Atap Tajug
commit to user Gambar 4.63. Gambar Sketsa Atap Tajuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112 Atap tajuk hampir sama dengan bentuk atap joglo. Ada
sebagian masyarakat berpendapat sama antara bentuk atap tajug dan atap joglo. Atap tajuk juga memiliki saka guru yang berjumlah empat buah. Mengenai bentuk atap tajuk, Sunarmi, Guntur dan Tri Prastyo Utomo (2007) berpendapat, rumah tajuk memiliki atap brujung yang bersudut tajam seperti pada rumah joglo, tetapi bentuk atap ini simetri jika dipandang dari keempat sisinya” (hlm.100). 5. Atap Joglo
Gambar 4.64. Gambar Sketsa Atap Joglo Bentuk atap joglo hampir sama dengan atap limas tersusun sehingga atapnya seperti bertingkat. Atap ini banyak di bangun di daerah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Mengenai ciri khas dari rumah Joglo menurut Sunarmi, Guntur dan Tri Prastyo Utomo (2007) berpendapat “Rumah Joglo berbentuk bujur sangkar dan bertiang empat sebagai tiang utama yang sering disebut saka guru” (hlm.58). b) Bentuk yang Sesuai dengan Kearifan Lokal Yang
dimaksud
kearifan
lokal
adalah
bentuk
bangunan
menyelaraskan dengan budaya dari daerah setempat. Keselarasan dapat dilakukan hanya sebatas area yang sempit atau area yang luas. Perancangan desain berdasarkan atas kelokalan agar selaras dengan daerah sekitar dan bisa menambah ciri khas suatu daerah. Dengan demikian maka akan menambah daya tarik daerah tersebut. Di Kabupaten Karanganyar utamanya di kota terdapat banyak bangunan-bangunan
yang
sudah
menjadi
ciri
khas
Kabupaten
Karanganyar. Bangunan tersebut kebanyakan adalah gedung perkantoran, masjid, dan bangunan lain milik pemerintah. Bangunan-bangunan itu banyak yang mengambil unsur kearifan commit to userlokal.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
Bangunan yang sudah menjadi ciri khas di Kabupaten Karanganyar diantaranya adalah:
(1) Masjid Agung Karanganyar
Gambar 4.65. Masjid Agung Karanganyar (Sumber: Dokumen Pribadi) (a) Langgam Secara umum Masjid Agung Karanganyar berlanggam arsitektur Islam dengan perpaduan arsitektur lokal yaitu bentuk atap pengembangan dari atap tajuk. Konsep yang terlihat adalah bangunan tropis bentuk atap yang tanggap terhadap cuaca panas dan tempias hujan. (b) Karakteristik Secara detail dari bagian bangunan masjid adalah: Bentuk atap
: Atap tajuk dengan kombinasi kubah dan sudah dilakukan pengembangan.
Bentuk detail : Detail pintu masuk utama berlanggam arsitektur Islam dengan lengkungan mengerucut. Ornamen
: Bentuk ornamen bangunan menegaskan langgam Islam dengan kombinasi kearifan lokal.
(2) Kantor Bupati
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
Gambar 4.66. Kantor Bupati Karanganyar (Sumber: Dokumen Pribadi) (a) Langgam Secara umum bangunan Kantor Bupati Karanganyar berlanggam tradisional jawa walaupun sudah ada sentuhan modern. Bentuk atapnya sangat mencerminkan bangunan berkonsep tradisional Jawa. Konsep bangunan yang dipakai adalah bangunan tropis nampak dari bentuk atap yang sangat mencerminkan bangunan tropis. (b) Karakteristik Secara detail dari bagian bangunan Kantor Bupati Karanganyar adalah: Bentuk Atap : Limasan dengan pengembangan yang menciptakan bentuk atap yang menarik. Bentuk Detail :
Kombinasi
bentuk-bentuk
modern
dengan
adanya
pengulangan. Ornamen
: Bentuk ornamen bangunan menegaskan tradisional Jawa dengan sentuhan pada arsitektur modern.
(3) Pendopo Astana Giri Bangun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
Gambar 4.67. Astana Giri Bangun Matesih Karanganyar (Sumber: www.google.com) (a) Langgam Secara umum bangunan Astana Giri Bangun berlanggam tradisional jawa dengan bentuk atap tajuk. Bangunan dengan kesan agung ini sangat kental dengan seni arsitektur tradisional Jawa. Hal itu dapat terlihat dari eksterior dan interiornya yang kaya akan ornamen khas Jawa. Konsep bangunannya adalah bangunan tropis yang sangat tepat diterapkan di daerah tropis. (b) Karakteristik Secara detail dari bagian bangunan Astana Giri Bangun adalah: Bentuk Atap : Tajuk berundak dengan 3 susunan atap yang semakin ke atas kemiringannya semakin curam. Bentuk Detail : Bentuk detail bangunan adalah tradisional Jawa dan banyak mengadopsi bentuk-bentuk bangunan keraton. Ornamen
: Banyak terdapat ukiran yang menjadi ciri khas bangunan tradisional Jawa.
(4) Pabrik Gula Tasikmadu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 116
Gambar 4.68. Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar (Sumber: www.google.com) (a) Langgam Secara umum bangunan Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar adalah berlanggam kolonial. Memang bangunan ini adalah salah satu peninggalan zaman penjajahan Belanda. (b) Karakteristik Secara detail dari bagian
bangunan Pabrik Gula Tasikmadu
Karanganyar adalah: Bentuk Atap : Pelana dengan material seng (fungsional) Bentuk Detail : Kolonial yaitu adanya pengulangan bentuk. Ornamen
: Ornamen bangunannya berbentuk sederhana
7) Kearifan Suasana Kearifan lokal yang ada di pasar tradisional adalah adanya sistem tawar-menawar dalam transaksi jual beli. Dengan adanya tawar menawar maka akan ada interaksi yang hangat antara pedagang dan pembeli. Untuk menciptakan hal itu maka diperlukan desain dan penataan tempat yang sesuai dengan kearifan suasana pasar tradisional. Untuk tempat yang sangat mencerminkan kearifan lokal adalah los yang antar pedagang dapat berinteraksi.
c.Hasil Analisa Kearifan Lokal commit to user 1) Kearifan Lokal Bentuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 117
a
b
Gambar 4.69. a) Astana Giri Bangun Matesih Karanganyar, b) Bangunan Utama Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar (Sumber: www.google.com) Dalam perancangan Pasar Jungke mengambil bentuk atap tajuk mengadopsi bentuk atap Pendopo Astana Giri Bangun. Untuk bentuk teras dan detail arsitekturnya sebagian mengambil konsep kolonial yang mengadopsi dari bentuk bangunan utama Pabrik Gula Tasikmadu. ii. Kearifan Lokal Suasana
LOS DITINGGIK AN
DAGANGA N
PEMBELI PENJUAL
Gambar 4.70. Hasil Analisa Kelokalan Suasana
12. Analisa Tata Hijau a. Dasar Pertimbangan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 118
1) Menjaga keseimbangan alam 2) Vegetasi sesuai dengan alam sekitar 3) Kemudahan dalam perawatan 4) Mengurangi kebisingan dan polusi udara b. Analisa
Gambar 4.71. Taman Kota yang Tertata dengan Baik (Sumber: www.google.com) Dalam merancang sebuah bangunan yang berwawasan lingkungan, diperlukan konsep tata hijau. Taman berfungsi sebagai
pelembut dan
menambah estetika sebuah bangunan. 1) Vegetasi Mengenai vegetasi, Rustam Hakim, Hardi Utomo (2004) menyebutkan fungsi tanaman: (1)
Kontrol pandangan (Visual control)
(2)
Pembatas visik (Phisical barriers)
(3)
Pencegah Erosi ( Erosion control)
(4)
Habitat satwa (Wildlife habitats)
(5)
Nilai estetis (Aestetis value)
Joseph De Chiara, Lee E. Koppelman berpendapat, “Jenis dan pola vegetasi merupakan sumberdaya rekreasi, visual dan ekologi yang penting. Jenis vegetasi setempat berkaitan dengan sifat tanah dan mikro iklim, hidrologi dan topograf” (1978). 2) Perkerasan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 119
Untuk perkerasan area taman bisa menggunakan berbagai macam bahan. Perkerasan bisa dengan paving blok yang dapat tetap menyerap air hujan yang mengalir di atasnya. Bisa juga menggunakan keramik, batu alam, pengaspalan, dll. 3) Perlengkapan Taman Untuk perlengkapan taman perlu diadakan untuk mendukung keberadaan taman tersebut. Perlengkapan taman yang biasa dihadirkan adalah seperti lampu taman, kolam hias, pancuran, dll. 4) Penempatan Vegetasi a)
Dasar Peletakan Tanaman Mengenai peletakan tanaman, Rustam Hakim, Hardi Utomo (2004)
menyebutkan: (1)
Variasi (Variety)
(2)
Penekanan ( Accent)
(3)
Keseimbangan (Ballance)
(4)
Kesederhanaan (Simplicity)
(5)
Urutan (Sequence)
b) Penempatan Tanaman (1) Kelompok Terpisah Penempatan Vegetasi dengan pengelompokan terpisah adalah dengan membuat taman hanya di bagian tertentu saja. Tidak seluruh bagian bangunan ditanami. Dengan demikian ada beberapa taman yang terpisah satu dengan yang lain (a) Kelebihan Dengan penempatan setempat akan lebih bersifat privat. (b) Kelemahan Dengan adanya taman hanya pada tempat tertentu membuat bagian lain terlihat gersang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 120
Gambar 4.72. Analisa Tata Hijau Terpisah (2) Menyelubungi Penempatan Vegetasi dengan menyelubungi adalah dengan membuat menyelubungi bangyunan. Penempatanya di tepi jalan akses keliling pasar. (a) Kelebihan Dengan penempatan menyelubungi bangunan dan diletakkan di sepanjang jalan akan mengurangi dampak dari polusi udara dan kebisingan. (b) Kelemahan Kurang luas dan sempit, untuk aktifitas kurang leluasa karena bersifat taman tepi jalan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 121
Gambar 4.73. Analisa Tata Hijau Menyelubungi Site c.
Hasil Analisa Tata Hijau Dari pertimbangan penempatan vegetasi diatas diambil kedua-
duanya yaitu menyelubung tetapi tetap menghadirkan taman setempat yang relatif luas. Dengan demikian akan membuat bangunan pasar lebih hijau dan terlihat asri. Selain itu polusi udara dan kebisingan dapat berkurang. Direncanakan area terbuka hijau adalah 40% dari luas site Pasar Jungke. Dengan demikian diharapkan Pasar Jungke nantinya akan menjadi pasar yang hijau dan asri dan menjadi salah satu bangunan ramah lingkungan di Kabupaten Karanganyar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 122
Gambar 4.74. Hasil Analisa Tata Massa 13. Analisa Pencahayaan dan Penghawaan 1) Penghawaan alami Mengenai penghawaan alami, Prasasto Satwiko (2005) berpendapat, “Ventilasi alami digunakan untuk mengganti udara di dalam ruangan yang telah kotor terpakai dengan udara yang lebih sehat dan nyaman dari luar. Oleh karena itu perlu selalu diusahakan bilamana udara lingkungan memiliki kualitas yang baik (tidak bau, berdebu, berpolusi), tidak terlalu panas (di bawah 28ºC) dan lingkungan tidak bising” (hlm.67). Prasasto Satwiko berpendapat bahwa Penggunaan penghawaan alami dapat dilakukan dengan sebanyak-banyaknya jika kualitas udara dari luar baik yaitu tidak berdebu, tidak berbau, sejuk, dan lingkungan tidak bising (2005). 2) Pencahayaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 123
Prasasto Satwiko berpendapat bahwa penerangan alami yang baik adalah yang berasal dari bola langit bukan dari sinar matahari langsung yang membawa panas (2005). Dalam merencanakan sebuah bangunan ada beberapa pilihan dalam memenuhi kebutuhan pencahayaan di dalam bangunan. Pilihan pertama adalah dengan memanfaatkan cahaya alami dari cahaya matahari. Selain dari cahaya matahari kebutuhan pencahayaan dapat dipenuhi dari dari lampu listrik. Kedua sumber pencahayaan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk lebih jelas mengenai kelebihan dan kekurangan dari masing-masing sumber pencahayaan, maka dapat dilihat pada tabel 4.32. Tabel 4.32. Perbandingan Pencahayaan Alami dan Buatan Pencahayaan Alami
Pencahayaan Buatan
Lebih hemat energi
Memerlukan tenaga listrik
Lebih murah dan efisien
Lebih mahal karena biaya untuk tenaga listrik dan alat-alat listrik
Ramah lingkungan terciptanya green building
Tidak ramah lingkungan
Pencahayaan alami ke dalam bangunan dapat diperoleh dengan beberapa cara. Untuk cahaya yang datang dari samping atau dari bukaan dinding dapat diperoleh dari jendela atau ventilasi. Untuk pencahaan alami juga bisa diperoleh dari bagian atas bangunan. Pencahayaan yang berasal dari atas bangunan sering disebut pencahayaan langit atau biasa disebut dengan skylight.
a) Skylight
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 124
Gambar 4.75. Penerapan Pencahayaan Alami di Palur Plasa dengan Sistem Skylight (Sumber: Dokumen Pribadi) Skylight jika diterjemahkan adalah cahaya langit. Secara prinsip skyligt adalah bagaimana membuat bukaan atau jendela pada atap bangunan sehingga cahaya dari atas bisa masuk ke dalam rumah. Ini merupakan satu solusi yang tepat jika bangunan memiliki keterbatasan lahan, kiri kanan rapat dengan tetangga atau karena ukuran bangunan cukup besar sehingga ada bagian-bagian bangunan yang tidak memperoleh cahaya dari luar bangunan. Saat ini di luar fungsi utamanya, skylight juga banyak diterapkan pada bangunan modern untuk membuat efek-efek cahaya yang dramatis pada ruangan di bawahnya, serta memperkuat kesan modern pada bangunan. Secara fungsinya ada skylight yang dibiarkan terbuka karena di bawahnya ada taman atau kolam. Ada yang ditutup dengan bahan tembus pandang agar cahaya tetap dapat masuk ke dalam ruangan. Untuk pencahayaan dengan bahan tertutup tetapi masih tembus cahaya juga sudah banyak diterapkan dalam bangunan masyarakat umum di Indonesia seperti penggunakan genteng kaca sebagai pencahayaan alami dari langit. Ada juga yang menggunakan plastik atau bahan lain yang tembus cahaya. Pada saat ini sudah banyak bangunan yang menerapkan sistem pencahayaan skyligt.
b) Pencahayaan Samping commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 125
Cahaya Matahari Gambar 4.76. Pencahayaan dengan Bukaan Samping Pencahayaan samping adalah pencahayaan yang diperoleh dari samping bangunan. Pencahayaan samping dapat berupa jendela, ventilasi atau yang lain. Pencayaan dari samping bisa terhalang oleh benda-benda di sekitar bangunan seperti bangunan lain atau vegetasi. c) Hasil Analisa Aktivitas di dalam pasar berlangsung saat siang hari. Kegiatan di dalam ruangan membutuhkan penerangan sehingga proses kegiatan bisa berjalan lancar. Untuk memenuhi penerangan saat siang hari, maka perencana mendesain adanya skylight. Selain skylight pencahayaan alami juga direncanakan dari samping, dengan penggunaan jendela dan ventilasi. 14. Analisa Struktur a. Dasar Pertimbangan 1) Struktur yang kuat yaitu bangunan dapat menahan beban mati, beban hidup, beban angin, dan beban gempa. 2) Efisiensi dan Ekonomis 3) Estetika bangunan yaitu struktur bangunan yang digunakan tidak mengurangi keindahan bangunan dan diusahakan menambah estetika bangunan. 4) Sesuai dengan kondisi eksisting yaitu struktur yang digunakan sesuai dengan kondisi lingkungan site. 5) Fungsional yaitu dalam menggunakan material struktur mempertimbangkan aspek fungsi b. Analisa dan Hasil 1) Penentuan Sub Strukture (Pondasi) Pondasi merupakan struktur paling bawah dari konstruksi bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah. fungsi dari pondasi adalah sebagai commit to user penerima atau penumpu beban di atasnya yang nantinya akan di salurkan pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 126
tanah. perancangan pondasi yang baik adalah perancangan yang sesuai dengan SNI, dalam sebuah perancangan pondasi bangunan perancangan tidak dengan asal–asalan melainkan di lihat dari segi fungsi bangunan, keadaan tanah dan juga letak atau posisi dalam bangunan. pada perancangan sebuah pondasi ada prinsipnya yaitu: a) Harus sampai ketanah keras. b) Apabila tidak ada tanah keras harus ada pemadatan tanah/perbaikan tanah. c. Hasil Analisa Struktur Pondasi Pasar Jungke direncanakan dengan 4 lantai dan 3 lantai. Dengan daya dukung tanah yang baik maka pondasi untuk Pasar Jungke menggunakan pondasi telapak (foot plat). Selain itu juga digunakan pondasi batu kali sebagai penahan dinding lantai dasar.
Gambar 4.77. Pondasi Batu Kali (Sumber: www.google.com)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 127
Gambar 4.78. Pondasi Telapak ( Foot Plat) (Sumber: www.google.com)
2) Penentuan Super Struktrure (kolom dan balok) Super strukture Pasar Jungke direncanakan
menggunakan sistem
rigrid frame strukture yang bentuknya sederhana dan ringan. Beban pada bangunan dipikul oleh balok dan kolom. Dengan bentuk yang seperti rangka yang teratur memungkinkan adanya bukaan yang maksimal. a) Struktur Utama (1) Kolom (2) Balok
b) Struktur Pendukung (1) Balok anak (2) Sloof (3) Plat lantai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 128
3) Penentuan Upper Struktur Konstruksi rangka atap adalah konstruksi untuk menopang atau menyangga atap, kuda-kuda, murplat, gording, nook, balok penyokong lain yang diperlukan, jurai ( dudur ), usuk dan reng. Bentuk konstruksi kuda-kuda menyesuaikan dengan bentuk atapnya. Struktur atap Pasar Jungke direncanakan menggunakan baja konvensional. Selain itu juga menggunakan plat beton sebagai atap.
Gambar 4.79. Rangka Atap Baja Konvensional Baja sebagai salah satu dari material bangunan memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan material lain. Oleh karena itu, seringkali dalam penggunaan material baja untuk kontruksi bangunan gedung digabungkan dengan material lain untuk menutup kelemahan masing-masing material. Kelebihan dan kukurangan dari baja konvensional dapat dilihat pada tabel 4.33.
Tabel 4.33. Kelebihan dan Kekurangan Baja Konvensional Kelebihan Baja Konvensional
Kelemahan Baja Konvensional
Kuat tarik tinggi
Tidak tahan panas
Tidak dimakan rayap
Tidak fleksibel
Hampir tidak memiliki perbedaan nilai muai dan susut Dibanding stainlesteel lebih murah
Bisa berkarat Seperti kayu yang dapat dipotong dan dibentuk berbagai profil
Dibanding beton lebih lentur dan Lebih berat dari baja ringan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 129
lebih ringan Dibanding alumunium lebih kuat a. Rangka Atap Rangka atap menggunakan baja konvensional. Baja konvensional adalah material yang memiliki daya tarik yang tinggi dan sangat baik dalam perubahan secara plastis tanpa kerusakan yang berarti. Baja merupakan penghantar panas dan listrik yang baik sehingga bila digunakan untuk kontruksi bangunan bisa meleleh ketika terjadi kebakaran. Permukaan baja juga mudah beroksidasi dengan udara sehingga mudah berkarat. Dengan memperhatikan keunggulan dari baja konvensional, maka perencana memilih baja konvensional sebagai rangka atapnya dengan mengantisipasi segala kelemahan dari baja. b. Genteng Pada bangunan Pasar Jungke direncanakan genteng metal yang terbuat dari logam tipis yang mempunyai berat yang ringan serta dilapisi dengan baja ringan dan galvanis. Disamping itu, gentang metal ini ada yang berlapis pasir dan beraneka warna. Lapisan pasir berfungsi untuk menahan panas dan meredam suara atau bising apabila terkena air hujan. Pemasangan genting metal lebih mudah dan cepat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 130 Gambar 4.80. Genteng Metal (Sumber: www.google.com)
c.Pelat beton Pelat beton adalah jenis penutup atap berupa konstruksi pelat beton bertulang, sehingga kontruksi penopang atapnya berupa balok-balok yang mendukung pelat tersebut. Yang sering menjadi masalah biasanya terjadinya retakan atau bocoran karena kesalahan pada pembuatan beton dan perawatan beton setelah selesai dicor. Untuk menghindarinya, biasanya dilakukan pelapisan dengan aspal atau lapisan anti bocor. Pada Pasar Jungke yang direncanakan menggunakan atap beton pada bagian tertentu. Atap beton pada Pasar Jungke berfungsi untuk menampung air hujan sementara sebelum masuk ke pipa penyalur. 4) Sistem Dilatasi Pengertian dilatasi adalah sebuah sambungan pada sebuah bangunan yang disebabkan karena sesuatu hal atau memiliki sistem struktur bangunan yang berbeda. Fungsi dari dilatasi adalah untuk menghindari kerusakan atau retak-terak pada bangunan yang ditimbulkan oleh gaya fertikal dan horizontal, seperti pergeseran tanah, gempa bumi dan lain-lain. Mengenai dilatasi Heinz Frick, Pujo I Setiawan(2001) bependapat, “Tinggi gedung yang berbeda banyak atau beban gedung yang strukturnya berbeda menyebabkan penurunan yang tidak sama maka diberi celah dilatasi di antara bagian gedung tersebut” (hlm.6). a) Alasan Menggunakan Dilatasi (1) Panjang bangunan lebih dari 40m. (2) Ketinggian bangunan berbeda. (3) Permukaan tanah kurang rata dan memikliki perbedaan ketinggian. (4) Memisahkan antara bangunan induk dengan bangunan sayap. (5) Memiliki kelemahan geometris. (6) Bangunan yang mempunyai bentuk denah bangunan seperti bentuk L, T, H,W,F,dll.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 131
(7) Berada didaerah gempa. Pasar Jungke direncanakan menggunakan sistem dilatasi, karena bangunan yang direncanakan sangat panjang dan besar. Dengan panjang bangunan sekitar 178meter maka diperlukan lebih dari satu dilatasi. Pemisahan pada Pasar Jungke diambil dengan menggunakan panjang maksimal bangunan 40m. Hal itu didasarkan pada studi banding pada bangunan lain di sekitar site. Dengan demikian dilakukan pemisahan bangunan menjadi beberapa bagian bangunan. 15. Analisa Jaringan Utilitas a. Jaringan Air Bersih 1) Dasar Pertimbangan a) Kondisi eksisting site b) Kenyamanan dan kemudahan c) Kebersihan dan kesehatan d) Efisiensi dan ekonomis
2) Analisa dan Hasil Analisa Kondisi
eksisting
Pasar
Jungke
sekarang
sebagian
besar
menggunakan air tanah. Untuk sumber dari PDAM hanya digunakan sebagian kecil saja. Untuk perencanaan kedepan diperlukan analisa yang baik dalam perencanaan air bersih. Dengan dasar pertimbangan tersebut, maka dipilih menggunakan air tanah dan air PDAM. Untuk air tanah digunakan untuk kegiatan utama dan apabila tidak mencukupi bisa dipasok dari air PDAM. Standar kebutuhan air bersih Wedho Handoyo (mengutip dari Hartopo Poerbo, 2002) adalah sebagai berikut: a) Standar Kebutuhan air bersih untuk pertokoan/pasar adalah 0,5m³/hari/100m² b) Kebutuhan saniter closet 8 liter/jam. c) Kebutuhan perlengkapan urinoir 30 liter / jam d) Pengamanan kebakaran 20m³ e) Tangki minimumcommit 10m³ to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 132
Untuk mempermudah dalam merencanakan jaringan air bersih maka dapat dibuat skema analisa jaringan air bersih. Skema air bersih dapat dilihat pada gambar 4.81. Sumur
Pompa Bak Penampung Bawah
PDAM
Pompa
Bak Penampung Atas
Distribus i
Meteran Gambar 4.81. Skema Distribusi Air Bersih
b. Jaringan Air Kotor dan Drainase 1) Dasar Pertimbangan a) Kenyamanan b) Kemudahan c) Kebersihan d) Kesehatan e) Efisiensi dan ekonomis 2) Analisa dan Hasil Kondisi saluran pembuangan air kotor di Pasar Jungke sekarang sangat tidak mendukung kenyamanan. Saluran yang sekarang berupa saluran terbuka dan sering terjadi penyumbatan yang menimbulkan bau yang tidak sedap. Untuk menciptakan pasar yang nyaman maka harus direncanakan jaringan atau saluran air kotor yang baik. Untuk saluran air kotor bisa menggunakan saluran tertutup atau saluran terbuka. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan dapat dilihat pada tabel 4.34. Tabel 4.34. Perbandingan Saluran Terbuka dan Tertutup commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 133
Yang Ditinjau
Saluran Tertutup
Perawatan
Perawatan tapi
Saluran Terbuka
mudah
jika
kerusakan
Harus
dilakukan
ada
lebih rutin, karena
atau
mudah
penyumbatan sulit
kemasukan
kotoran dari luar.
diatasi. Kenyamanan
tidak mengganggu
Mengganggu
sirkulasi orang dan
sirkulasi orang dan
barang.
barang.
Lebih rapi
Kurang rapi
Menurut Rinaldi Mirsa kriteria air limbah domestik yang berasal dari pusat permukiman atau non permukiman antara lain sebagai berikut: a. Air mandi, air cucian, air dapur adalah air limbah “grey water” b. Air jamban (WC) adalah air limbah “black water”. Untuk saluran air kotor direncanakan pemisahan antara saluran air hujan dan saluran air kotor dari kamar mandi. Saluran air hujan direncanakan terbuka tetapi ditutup dengan gril besi. Untuk saluran air dari kamar mandi direncanakan tertutup dan terpisah dengan saluran air hujan. Bak kontrol digunakan sebagai pengendali kelancaran aliran air. Tabel 4.35. Standar Kebutuhan Drainase N o
Kemiringan
Kerapatan Saluran (m/100 Ha) Primer
Sekunder Tersier
Total
1
0 - 2%
800
5.100
14.100 20.000
2
2-5%
600
4.080
11.280 15.960
3
5-15%
480
3.060
8.460
12.000
4
15-40%
320
2.040
5.640
8.000
5
>40%
Tidak Direkomendasikan (Sumber: Rinaldi Mirsa, 2012: 104) commit to user
Volume minimum 0.6 m/dt
0.6 m/dt
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 134
Dari beberapa pertimbangan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk perencanaan air hujan dapat dilihat pada gambar 4.82. Untuk hasil analisa perencanaan jaringan air kotor dapat dilihat pada gambar 4.83.
Air hujan
Bak Kontrol
Riol Kota
Gambar 4.82. Skema Jaringan Air Hujan Sha f
Air kotor padat dari AirWC Kotor cair dari KM Air Kotor dari Warung Makan dan los daging
Sha f Sha f
Septictan k Sumur Resapanan
Riol Kota
Penangka p Lemak
Gambar 4.83. Skema Jaringan Air Kotor c. Jaringan Listrik Listrik yang digunakan untuk sumber energi. Direncanakan Pasar Jungke menggunakan sumber energi listrik dari PLN dan dari generator atau genset. Untuk kebutuhan sehari-hari direncanakan menggunakan sumber listrik dari PLN yang dayanya lebih besar dari genset dan biayanya lebih murah. Genset digunakan apabila tidak ada pasokan listrik dari PLN. Sistem jaringan listrik yang digunakan dalam bangunan menurut Wedho Handoyo (2010): 1) ATS (Automatic Transfer Switch) yaitu alat untuk mentransfer aliran listrik secara otomatis dari aliran PLN ke aliran genset sehingga genset menjadi sumber tenaga listrik pada saat aliran PLN terputus. 2) EMD (Electrical Main Distribution) yaitu pusat penyaluran listrik dari ATS ke ruangan atau bangunan yang membutuhkan.
PL N
Trafo
Meteran
AT EM S D commit toGenset user Gambar 4.84. Skema Jaringan Listrik
Distribu si
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 135
d. Jaringan Komunikasi Untuk Jaringan telepon direncanakan dengan penggunaan pusat atau terminal yang biasa disebut PABX. Dari PABX akan disalurkan ke panel yang selanjutnya akan didistribusikan.
Telko m
PAB Panel Distribus X Skema Jaringan Telepon i Gambar 4.85.
e. Pengelolaan Sampah Sampah adalah sisa dari sebuah kegiatan manusia. Direncanakan untuk sampah organik disendirikan dengan sampah anorganik dengan tujuan untuk mempermudah dalam pengolahan atau pendaurulangan. Penyaluran sampah secara vertikal direncanakan menggunakan shaft sampah agar lebih cepat dan efisien. Mengenai pengelolaan sampah dalam pasar tradisional menurut Hari Hajaruddin Siregar (2012). Sampah merupakan bentuk output yang banyak diproduksi oleh pasar. Khususnya sampah organik sisa buah dan sayuran. Hal ini dapat dipecahkan dengan menggunakan pendekatan green architecture, sampah pasar dapat dikonversi menjadi energi atau dapat dijadikan menjadi pupuk kompos yang dapat dijual kembali. Untuk pengelolaan sampah dilakukan oleh pengelola Pasar Jungke sehingga sampah yang ada di dalam area pasar akan terkelola dengan baik. Pengawasan dilakukan mulai dari bak sampah sampai pendistribusian ke TPS. Sampah dari TPS akan didaur ulang dan yang tidak bisa didaur ulang akan dibuang ke TPA. Untuk pembuangan sampah ke TPA diperlukan kerjasama yang baik dengan Dinas Kebersihan Kota (DKP) agar tidak terjadi penumpukan sampah di TPS. Untuk mengetahui hasil dari analisa jaringan sampah yang direncanakan dapat dilihat pada gambar 4.86. Sampah Organik Sampah Anorganik
Tempat Shaff Sampa h Tempat Shaff Sampa commit to user h
TPA TP S
Daur Ulang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 136 Gambar 4.86. Skema Jaringan Sampah
f. Sistem Pemadam Kebakaran Hydrant adalah sistem pengaman kebakaran pada sebuah bangunan atau kawasan. Mengenai ketentuan Penempatan hydrant, Rinaldi Mirsa (2012) berpendapat dalam satu kilometer pipa distribusi terdapat 4-5 buah hydrant dan diletakkan 60-160cm dari tepi jalan dan 1meter dari bangunan(hlm.111).
Standar
kebutuhan
untuk
hydrant
box,
M.
Fatkhurrohman (mengutip dari Hartopo Poerbo, 2002) adalah 400liter/ menit/ coupling dengan panjang selang 30m.(hlm.131). Hydran t Penampung Hydran Hydran t t Gambar 4.87. Skema Jaringan Pengaman Kebakaran g. Sistem Penangkal Petir Untuk sistem penangkal petir cukup sederhana. Antena adalah bagian yang berfungsi sebagai ujung penangkal karena letaknya di atap. Antena akan dihubungkan dengan kabel atau arde. Arde tadi akan masuk ke dalam tanah atau ground. Antena Arde Ground Penangka Gambar 4.88. Skema Sistem Penangkal Petir l Petrir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
140 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan tujuan dari penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Desain Pasar Jungke yang menarik dan mencerminkan kearifan lokal dicerminkan dari: a. Bentuk atap tajuk yang mengadopsi bentuk atap Pendopo Astana Giri Bangun Matesih. b. Bentuk teras dan detail arsitektur yang mencerminkan arsitektur kolonial yang mengadopsi bentuk bangunan utama Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar. c. Bentuk los pada tempat perdagangan mencerminkan kearifan lokal suasana pasar tradisional. 2. Desain sirkulasi Pasar Jungke dengan pola grid menunjang kejelasan arah, efektifitas ruang dan kemudahan akses antar bagian ruang. 3. Desain pengelompokan kios dan los Pasar Jungke dengan menggunakan pola grid mempermudah dalam pengelompokan masing-masing fungsi, jenis, dan karakter dari setiap barang dagangan dan jenis perdagangan. 4. Desain utilitas yang mengutamakan kebersihan dan kesehatan pasar dicerminkan dari: a. Sistem drainase dengan menggunakan saluran tertutup akan terlihat lebih rapih dan bersih. b. Sirkulasi jaringan utilitas dengan penggunaan shaft sebagai sirkulasi vertikal akan membuat desain pasar terlihat rapi dan mempermudah dalam perbaikan kerusakan jaringan. c. Sistem pengelolaan sampah dengan shaft sampah sebagai sirkulasi vertikal akan mempermudah dalam pendistribusian sampah. d. Selain itu juga dilakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik akan lebihcommit mudahtodalam user mendaur ulang. 140
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
141 B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan implikasi sebagai berikut: 1. Dengan mengetahui kekurangan-kekurangan yang ada pada Pasar Jungke saat ini utamanya kondisi fisik bangunannya maka diperlukan pembenahan utamanya pembenahan fisik bangunan. 2. Dengan mengetahui kelebihan yang dimiliki Pasar Jungke maka harus dipertahankan dan lebih diperkuat dengan perencanaan dan prerancangan ulang yang dilakukan. 3. Dengan perencanaan dan perancangan ulang desain Pasar Jungke akan dapat menciptakaan sebuah pasar tradisional yang nyaman dan menarik untuk dikunjungi.
4. Saran Adapun saran-saran yang disampaikan oleh peneliti sehubungan dengan hasil yang telah dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Kepada Pengelola Pasar Jungke Kabupaten Karanganyar untuk lebih memberikan pengawasan dalam kegiatan pasar agar kondisi Pasar Jungke lebih teratur. 2. Kepada Sub Dinas Pasar Kabupaten Karanganyar untuk bisa merencanakan pembenahan dan pengembangan Pasar Jungke untuk bisa menjadi pasar tradisional yang nyaman dan menarik. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam rencana pengembangan Pasar Jungke. 3. Kepada BAPEDA Kabupaten Karanganyar untuk bisa memprioritaskan pembangunan kembali Pasar Jungke karena kondisi Pasar Jungke sekarang kurang mendukung sebagai tempat perdagangan yang nyaman. 4. Diperlukan pengkajian lebih mendalam mengenai sosial masyarakat, psikologi masyarakat, dan perekonomian untuk mendukung penelitian ini. Hal itu diperlukan karena penelitian ini hanya membahas hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan Pasar Jungke. commit to user 141
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
142 5. Diperlukan pengkajian mengenai analisa dampak lingkungan sesuai dengan desain perencanaan dan perancangan Pasar Jungke. Hal itu dilakukan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan dalam pembangunan. Hal itu diperlukan untuk mendukung penelitian ini menjadi penelitian yang lengkap yang berwawasan lingkungan. 6. Diperlukan pengkajian lebih mendalam mengenai manajemen pengelolaan Pasar Jungke untuk mendukung penelitian ini. Hal itu diperlukan agar perencanaan dan perancangan Pasar Jungke secara arsitektur yang sudah dilakukan didukung dengan manajemen yang baik. Dengan demikian dapat menjadikan Pasar Jungke menjadi pasar yang teratur bukan hanya dari bangunan fisiknya tetapi juga teratur dalam hal manajemen pengelolaan pasar.
commit to user 142