ISSN 1412-2146. VOL.19 NO 01 Jurnal Teknik Industri Universitas 45 Surabaya. Maret 2016
Desain Layout Fasilitas Produksi Optimal Bagi Unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Oleh Niluh Putu Hariastuti, Suparjo Teknik Industri, ITATS Surabaya
[email protected]
ABSTRAK
Perancangan Layout fasilitas produksi bagi UKM merupakan suatu langkah awal untuk kemajuan kegiatan produksi UKM itu sendiri. Adanya penataan fasilitas produksi optimal akan berimbas kepada kemampuan produksi yang juga akan semakin meningkat. Hal ini pula yang terjadi pada UKM binaan produk tempe yang terletak ditengah kota, tepatnya di Daerah Kapas Jaya Surabaya. Proses Produksi yang terjadi selama ini dalam kondisi workshop lantai produksi yang jauh dari produksi bersih. Tidak adanya penataan yang terencana dengan baik menyebabkan proses produksi yang terjadi kurang optimal. Hal inilah yang menjadikan dasar utama kegiatan pendampingan sehingga melalui perancangan tata letak fasilitas produksi yang optimal akan dapat meningkatkan proses kerja karyawan menjadi lebih efektif dan kuantitas produksi yang dihasilkan pun dapat menjadi maksimal. Dari hasil analisa tata letak fasilitas berdasarkan metode ARC dan SLP diperoleh perubahan layout produksi optimal sesuai dengan analisa kedekatan yang diperlukan antar departemen yang ada. Kata Kunci :ARC, SLP , Layout produksi, Tata letak fasilitas.
PENDAHULUAN Unit Usaha Kecil Menengah (UKM), sebagai barometer perdagangan rakyat menjadi suatu unit usaha yang berperan penting terhadap peningkatan perekonomian negara. Unit usaha kecil akan dapat berkembang dengan pesat bila diikuti dengan adanya fasilitas pendukung produksi yang optimal yang mampu memberikan peningkatan nilai dari hasil produksi yang dihasilkan. Fasilitas produksi tidak hanya dari sisi kelengkapan peralatan produksi saja, namun juga perlu diperhatikan terhadap bagaimana tata letak dari fasilitas tersebut sehingga dengan tata letak yang efektif dan efisien akan dapat memberikan hasil produksi yang optimal. Demikian pula UKM yang menjadi obyek penelitian ini, sebagai usaha kecil yang bergerak dibidang pembuatan produk makanan yaitu produk tempe, sangat membutuhkan adanya perbaikan layout fasilitas yang sebetulnya sangat jauh dari produksi bersih karena tata letak yang tidak tertata dengan baik dan sangat sembrawut. Dari segi sanitasi lingkungan produksi,dengan keterbatasan ruang produksi yang ada, mitra masih perlu mendapatkan pembinaan.Tata letak fasilitas produksi yang masih tidak tertata dengan baik, mengakibatkan sirkulasi udara sangatlah panas. Tungku perebusan bahan baku masih menggunakan kayu bakar sehingga panas yang ditimbulkan menyebar keseluruh ruangan, belum lagi proses pengemasan bahan setengah jadi berdampingan dengan tungku perebusan, mengakibatkan tenaga kerja yang kebanyakan adalah laki – laki lebih senang bertelanjang dada dalam melakukan aktivitas kerjanya. Hal ini tentunya sangat tidak sehat dan tidak baik untuk kesehatan dan kebersihan produk yang dihasilkan. Selain itu dengan kondisi yang tidak nyaman sangat memungkin tenaga kerja atau karyawan yang berada didalamnya menjadi tidak optimal dalam bekerja sehingga hasil produksi yang dihasilkan menjadi tidak maksimal. Berangkat dari permasalahan yang ada dilapangan, maka dengan ini dapat diangkat suatu masalah dari penelitian ini yaitu :‘Bagaimanakah merancang suatu tata letak fasilitas produksi yang efektif dan efisien bagi sebuah UKM sehingga mampu menciptakan proses produksi yang optimal” ? Berdasarkan permasalahan yang ada, maka beberapa tujuan yang diharapkan dapat dihasilkan adalah : 1.Menentukan lay out fasilitas yang optimal berdasarkan atas metode kualitatif
ISSN 1412-2146. VOL.19 NO 01 Jurnal Teknik Industri Universitas 45 Surabaya. Maret 2016
2.Memberikan rekomendasi layout optimal bagi UKM berdasarkan atas metode tata letak fasilitas yang telah dilakukan. BATASAN DAN ASUMSI: 1.Proses pengamatan hanya dilakukan di UD Tempe Mandiri yang bergerak di bidang pengolaham makanan yaitu produk tempe khususnya pada tata letak proses produksinya. 2.Pada saat penelitian berlangsung, proses produksi berjalan normal. LANDASAN TEORI Activity Relationship Analysis Aplikasi penggambaran berdasarkan atas Analisis aliran material (Flow of Material Diagram) cenderung untuk mencari hubungan aktifitas pemindahan material dari satu fasilitas kerja ke fasilitas kerja yang lain dengan aspek kuantitatif sebagai tolok ukurnya (material handling cost) (Wignjosoebroto,.2009.). Selain factor material handling cost (kuantitatif) ada pula faktor-faktor lain yang bersifat kualitatif yang harus menjadi pertimbangan di dalam desain layout. Disini Activity Relationship Chart (ARC atau REL Chart singkatan dari Relationship Chat) bisa dipakai untuk analisa layout berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang bersifat kualitatif. REL atau ARC ini dikembangkan oleh Richard Muther (1973.) yang menggantikan angka-angka kuantitatif seperti pada From to Chart dengan suatu penilaian mengenai derajat keterdekatan (closeness) antara departemen satu dengan departemen lain yang cenderung bersifat kuantitatif.
Gambar 1. ARC untuk Suatu Aktifitas Produksi
Relationship Diagram Dalam analisa desain layout, derajat hubungan aktifitas (activity relationship) sebagai faktor yang pokok untuk lebih diperhatikan sehingga perlu dibuat Activity Relationship Diagram (ARC dan REL Diagram). Akan tetapi bilamana aliran material ternyata lebih dominan di dalam penganalisaan aspek kuantitatif maka akan lebih baik bila dibuat Flow Diagram.
ISSN 1412-2146. VOL.19 NO 01 Jurnal Teknik Industri Universitas 45 Surabaya. Maret 2016
I Gudang bahan baku VIII Kantin
IX Kantor
II Pengukuran
VII Gudang bahan jadi
VI Finishing
III Pemotonga n
V Perakitan
IV Penghalusan
Gambar 2. Diagram Activity Relationship Chart (ARC)
Dalam REL Diagram sebuah aktifitas digambarkan dalam bentuk persegi empat yang sama (disini untuk sementara luas area dari tiap-tiap departemen diabaikan). Kotak-kotak segi empat ini kemudian dihubungkan dengan sejumlah garis yang memiliki arti derajat hubungan yang dikehendaki. Dasar-dasar perancangan proses di sini merupakan perubahan input menjadi output yang dikehendaki memerlukan suatu proses pengerjaan bertahap yang memerlukan teknologi, mesin, peralatan dan/atau fasilitas produksi dan metode kerja guna melaksanakan operasi-operasi yang diperlukan. Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas fisik pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi, pengaturan ini memanfaatkan luas area untuk penempatan fasilitas, kelancaran gerakkan material dan penyimpanan material (.muther Richard & Associated, 2005.). Tujuan utama didalam desain tata letak pabrik pada dasarnya adalah untuk meminimalkan total biaya yang antara lain menyangkut elemen-elemen Biaya untuk kontruksi dan instalasi baik untuk bangunan mesin maupun fasilitas produksi lainnya, Biaya pemindahan bahan dan Biaya produksi, maintenance, safety stock. Beberapa keuntungan dari pada tata letak yang baik dalam sistem produksi adalah sebagai berikut : 1.Menaikkan out put produksi. 2.Mengurangi waktu tunggu. 3.Mengurangi proses pemindahan bahan. 4.Menghemat penggunaan areal untuk produksi , gudang dan service. Pemindahan bahan adalah bagian dari sistem industri yang memberi pengaruh tentang hubungan dan kondisi fisik dari bahan terhadap proses produksi tanpa adanya perubahanperubahan akan kondisi material itu sendiri. METODOLOGI Didalam menyelesaikan penelitian ini, penulis memerlukan beberapa langkah penyelesaian sehingga diperoleh suatu kesimpulan seperti yang diharapkan. Beberapa langkah penelitian ini mencakup: Tahap Studi lapangan, merupakan tahap awal yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi dan mengetahui kondisi riil dilapangan. Tahap Studi Literatur, sebagai langkah selanjutnya didalam melengkapi studi yang telah dilakukan sebelumnya berdasar kepada teori dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Tahap Perumusan Masalah dan Tujuan Masalah, dari studi lapangan yang telah dilengkapi dengan studi litelatur, maka dapat dilakukan proses identifikasi terhadap permasalahan dan penetapan tujuan yang diharapkan dari penelitian ini. Dari apa yang telah diamati dilapangan,
ISSN 1412-2146. VOL.19 NO 01 Jurnal Teknik Industri Universitas 45 Surabaya. Maret 2016
maka permasalahan layout dan kenyamanan workshop produksi sebagai tempat aktivitas produksi menjadi prioritas perbaikan yang akan diangkat Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data, sebagai tahap inti dari penelitian maka setelah dirumuskan permasalahan dan tujuan penelitian, maka proses pengumpulan data dapat dilakukan. Proses pengumpulan data lebih banyak dilakukan melalui proses wawancara dan mengumpulkan data sekunder serta penyebaran form kuisioner didalam melihat seberapa jauh kedekatan antar departemen oleh pihak pengelola usaha yang secara langsung terlibat didalam proses produksi. Melalui data yang ada, maka proses pengolahan data dengan metode – metode yang relevan dalam tata letak fasilitas dapat dilakukan. Tahap Perancangan dan Tata Letak Fasilitas, merupakan tahap keberlanjutan dari proses pengolahan data dimana proses perancangan yang dilakukan berdasar kepada metode kualitatif yang telah ditetapkan sebelumnya. Tahap Saran dan Kesimpulan , sebagai tahap akhir dari serangkaian tahap penelitian, maka tahap ini menjadi jawaban dari tujuan yang diharapkan. Berdasarkan kepada proses pengolahan dan perancangan yang telah dilakukan maka dapat diberikan kesimpulan perancangan tata letak fasilitas beserta saran- saran yang perlu diperhitungkan pihak UKM agar proses produksinya dapat menjadi lebih optimal. ANALISIS HASIL Tempe dan tahu merupakan makanan yang digemari oleh banyak orang.Tempe merupakan masakan asli Indonesia.Tempe sangat mudah di buat menjadi masakan apapun, bahkan banyak yang menjadikannya sebagai pengganti daging. Industri kecil tahu dan tempe banyak tersebar di kawasan perkotaan sampai ke perdesaan. Usaha Kecil Membuat Tahu Tempe umumnya masih di buat dalam sekala kecil, begitu juga dengan penjualannya yang langsung di kirim ke pasar tradisional sekitar usaha. Mitra adalah usaha kecil menengah yang menghasilkan tempe dan terletak ditengah kota, terhimpit dengan derasnya arus metropolis di Kota Surabaya merupakan UKM yang menunjukkan keinginan untuk maju dalam usaha mengembangkan produk dan pasar yang selama ini telah mereka layani. Perluasan pasar yang terjadi tentunya harus didukung oleh kualitas produk yang dihasilkan yang sangat ditentukan dengan adanya tata letak produksi yang menunjang proses produksi bersih. Adanya perbaikan yang dilakukan tentunya diharapkan menghasilkan tata letak fasilitas yang betul – betul efektif dan efisien serta mampu memberikan kenyamanan bagi pekerja agar proses produksi yang berjalan dapat lebih optimal.Berikut adalah beberapa produk yang dihasilkan UKM.:
Gambar 3 Jenis Produk yang di hasilkan UD Tempe Mandiri
Agar dapat diketahui secara detail proses produksinya, maka diberikan flow proses produksi dari Proses pembuatan produk tempe, seperti pada gambar 4:
ISSN 1412-2146. VOL.19 NO 01 Jurnal Teknik Industri Universitas 45 Surabaya. Maret 2016
Gambar 4. Flow Proses Produksi Tempe
Berikut adalah bentuk Layout awal UD Tempe Mandiri .yang nantinya akan mendapatkan perbaikan tata letak fasilitas untuk menciptakan proses produksi bersih dan workshop kerja yang nyaman bagi para pekerja yang ada.
Rak fermenta si H
pengemasan G
Pemasakan E
Gudang B.Baku A
Pengupasan kulit B Pembers ihan BB C
Gudang bahan jadi I
Perendaman BB D
Pendinginan +peragian F
Gambar 5. Layout Awal Proses Produksi produk Tempe
ISSN 1412-2146. VOL.19 NO 01 Jurnal Teknik Industri Universitas 45 Surabaya. Maret 2016
Metode Kualitatif Berikut diberikan standard derajat hubungan aktivitas yang digunakan dalam analisa ARC. Tabel 1 Standart Penggambaran Derajat Hubungan Aktivitas DERAJAT (NILAI) KEDEKATAN
DESKRIPSI
A
Mutlak
Merah
E
Sangat penting
Oranye
I
Penting
Hijau
O
Cukup / biasa
Biru
U
Tidak penting
X
Tidak dikehendaki
KODE GARIS
Tidak ada kode garis
KODE WARNA
Tidak ada kode warna Coklat
Melalui proses pengamatan dan penyebaran kuisioner yang melibatkan pengelola usaha, maka dilakukan rekapitulasi terhadap lembar kerja yang dinilai berdasarkan atas faktor kedekatan dari keseluruhan departemen produksi yang ada. Hasil kuisioner dan pendampingan pengisian lembar kerja, dapat di nyatakan dalam berikut.
I II III IV V VI VII VIII IX
Tabel 2. Lembaran Kerja (Work Sheet) Pembuatan ARD Derajat Keterdekatan Nomor & Nama Departemen A E I O U Gudang BB II III IV,V,VI Pembersihan I,III V,IV VI VII,VIII Perendaman II,IV V I VI VII,VIII,IX Pengupasan III,V II,VI I,VII,VIII IX Pemasakan IV,VI III II,VII I,VIII.IX Pendinginan V,VII IV,VIII I,II,III,IX Peragian dan VI VIII V IV,IX II,III pengemasan Fermentasi IX VII VI IV,V II,III Gudang BJ VIII V,VI,VII III,IV
X VII,VIII,IX IX I I I,II
ISSN 1412-2146. VOL.19 NO 01 Jurnal Teknik Industri Universitas 45 Surabaya. Maret 2016
A.Gudang Bahan Baku O 5,6
B.Departemen Pengupasan
A 1,2,3 I 3,4,6
C.Departemen Pembersihan
I 3,4,6 A 1,2,3
A 1,2,3
D.Departemen Perendaman
O 5,6 A 1,2,3
I 3,4,6 E 3,4
E.Departemen Pemasakan
I 1,34 O 6
O 6 A 1,2,3
F.Departemen Pendinginan
U 10,11,12
O 5,6
E 1,3,4
H.Fermentasi & Penyimpanan
O 5,6
U 10,11
I 1,3,4
dan pengemasan
X 10,12
O 5,6
U 11,12
A 1,2,3
X 10,11
U 10,12
I 3,4
G.Departemen Peragian
O 5,6
X 12 U 11,12
X 10,12 U 10,11,12
O 5,6 O 6
O 4,6
I.Gudang Bahan Jadi
A 1,2,3
Gambar .6 Activity Relation Chart Proses Produksi Tempe
Deskripsi dari kode keterhubungan yang terjadi dari matriks ARC, diberikan seperti pada tabel 3 Tabel 3. Deskripsi alasan kode keterhubungan matriks ARC Kode Alasan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Deskripsi Alasan Penggunaan catatan secara bersama Menggunakan tenaga kerja yang sama Menggunakan space area yang sama Derajat kontak personel yang sering dilakukan Derajat kontak kertas kerja yang sering dilakukan Urutan aliran kerja Melaksanakan kegiatan kerja yang sama Menggunakan peralatan kerja yang sama Kemungkinan adanya bau yang tidak mengenakkan, ramai, dll Tidak adanya derajat kontak personel Menggunakan peralatan kerja berbeda Menggunakan space berbeda
ISSN 1412-2146. VOL.19 NO 01 Jurnal Teknik Industri Universitas 45 Surabaya. Maret 2016
Berdasarkan atas keterhubungan antar departemen yang ada pada ARC maka dapat dibuat sistem lay out planning (SLP) yang nantinya dapat digunakan sebagai dasar dalam penyusunan gambar layout usulan yang baru.
Ferment asi
Peragian
Pengupasan
Gudang BB
Pendingina n
Pembersi han
Perendaman
Pemasakan
Gudang BJ
Gambar .7 System Layout Planning ( SLP )
Berdasarkan System Layout Planning yang ada di atas, maka dapat dinyatakan usulan perbaikan denah layout UD Tempe Mandiri sebagai berikut :
Gudang Barang Jadi I
80 1,45 cm m
1,45 m
Pemasakan
Rak fermentasi H
E
1,45 m
Pengupasan B
85 cm
3,90 m
3,90 m
Pembersihan C 85 cm
Pendinginan F
Pengemasan G
Gudang Bahan 1,00 Baku m
A
80 cm
1,20 m
90 cm
90 cm 85cm cm
90 cm
1,50 m
Perendaman D
90 cm
80 cm
Gambar .8 Layout Usulan Proses Produksi Tempe
Dari layout usulan, terlihat bahwa adanya pemindahan terhadap departemen pemasakan yang lebih di dekatkan dengan kegiatan pengupasan bahan baku. Hal ini juga untuk menjaga terciptanya proses produksi bersih mengingat pada proses
ISSN 1412-2146. VOL.19 NO 01 Jurnal Teknik Industri Universitas 45 Surabaya. Maret 2016
pengemasan produk, para pekerja sering melepas pakaian karena suhu panas yang terimbas dari proses pemasakan. Selain itu pendampingan juga dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan proses rabat lantai produksi sehingga kegiatan produksi menjadi lebih bersih, terbebas dari debu dan kotoran tanah serta lantai yang becek karena proses pencucian bahan baku. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Melalui analisa kualitatif dengan analisa ARC dan Sistem Layout Planning (SLP), maka terjadi perubahan layout fasilitas produksi sesuai dengan tingkat kedekatan yang diharapkan antar departemen proses produksi. 2. Rekomendasi rancangan layout fasilitas produksi diberikan berdasarkan atas analisa ARC dan LSP sehingga diharapkan dengan adanya penataan fasilitas sesuai dengan kebutuhannya sehingga mampu meningkatkan produksi secara optimal. SARAN UD Tempe Mandiri memiliki lahan yang cukup ringkas dan terbatas, perlu adanya kesadaran dan prilaku dari para pekerja didalam menjalankan proses produksi bersih sehingga dengan adanya tata letak fasilitas kerja yang efisien akan dapat memaksimalkan tingkat produksi agar sesuai dengan targetan pasar yang ingin diraih.
PUSTAKA Buchari Alma, 2005, Kewirausahaan, Alfabeta, Bandung. Muther Richard& Associated, 2005, Overview of Systematic layout Planning, Marietta: Division Of High Performance Consepts inc. www.RichardMuther.com Rika Ampuh Hadiguna, Heri Setiawan,. 2008. Tata Letak Pabrik. Guna Widya, Surabaya. REPUBLIKA.CO.ID, YLKI Minta BPOM Tindaklanjuti Temuan Pangan Tanpa Label, Selasa, 26 Oktober 2010 Rangkuti Freddy, 1997, Riset Pemasaran, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Sritomo Wignjosoebroto. 2009. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, cetakan keempat Guna Widya, Surabaya Setiawan Heri, 2008, Tata Letak Pabrik, Andi Offsett, Jakarta. Tri Radiyati et.al.1992, Pengolahan Kedelai. Subang: BPTTG Puslitbang Fisika Terapan – LIPI. www.caramembuattempe.com www.gizi.net
ISSN 1412-2146. VOL.19 NO 01 Jurnal Teknik Industri Universitas 45 Surabaya. Maret 2016
http://jurnal.itats.ac.id/desain-layout-fasilitas-produksi-optimal-bagi-unit-usaha-kecil-danmenengah-ukm/