1
Desain Konseptual dan Pola Operasi Perahu Wisata di Daerah Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) Qi Idrisa, Setyo Nugroho Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Tekknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected]
Abstrak—Kawasan pantai timur Surabaya berpotensi menjadi kawasan ekowisata, budidaya, riset, dan hutan lindung. Untuk menunjang pengembangan kawasan tersebut diperlukan suatu moda transportasi wisata yang lebih memadai untuk mendukung proses bisnis dan pemasaran daerah tersebut. Tugas Akhir ini bertujuan untuk merencanakan pola operasi kapal wisata di daerah pantai timur Surabaya beserta desain kapalnya. Analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui kondisi pengelolaan kawasan ekowisata eksisting. Desain konseptual yang dihasilkan adalah ukuran utama kapal dan rencana umum. Proses optimasi ini bertujuan untuk meminimalkan total biaya kapal yang dapat memenuhi jumlah pengunjung (demand). Desain yang dipilih akan dihitung kelayakan investasinya menggunakan Net Present Value ( NPV ) dan
Internal Rate of Return (IRR) sehingga
besarnya tarif bisa ditentukan. Kata Kunci—Pantai timur Surabaya, NPV, optimasi, kapal wisata.
I. PENDAHULUAN Kota Surabaya sebagai kota metropolitan terbesar kedua setelah Jakarta, menimbulkan persepsi beragam di kalangan masyarakat. Bahkan sebagian mereka menstigmakan bahwa kota metropolitan seperti Surabaya terkenal dengan padatnya penduduk dan bisingnya kota akibat kemacetan lalu lintas di jalan raya. Surabaya dikenal tidak hanya sebagai pusat perdagangan dan niaga, melainkan juga sebagai kota industri. Hal itu terbukti dengan dipusatkannya pusat industri di wilayah Kecamatan Rungkut. Bahkan di Surabaya saat ini sudah menjamur mal atau pusat perbelanjaan yang jumlahnya kini mencapai seratusan. Seiring dengan itu, pusat keramaian lainnya berupa tempat-tempat hiburan kini mulai ramai dan merambah hingga ke perkampungan. Pesatnya pembangunan di Kota Surabaya membuat sebagai besar warga merasa tidak yakin jika di kota metropolitan tersebut masih terdapat wisata
alam, yakni berupa pemanfaatan atau konservasi hutan mangrove. Pantai timur Surabaya merupakan daerah pesisir pantai sepanjang 28 km dengan beberapa kawasan hutan mangrove (sepanjang 8,2 km), termasuk diantaranya hutan mangrove di muara sungai Wonorejo yang sudah mulai rusak berat. Kawasan hutan mangrove di kota Surabaya, terus menyusut akibat terdesak pengembangan permukiman. Pada 1978 luas hutan mangrove di Surabaya masih 3.300 hektare. Namun, tahun 1985 sudah menyusut menjadi 2.500 hektare.Berdasarkan data yang diperoleh, pada tahun 2002 luas hutan mangrove Pamurbaya sekitar 3.200 Ha. Namun, adanya berbagai aktivitas di sekitar ekosistem mangrove, maka pada tahun 2008 luasnya menurun menjadi 1.180 Ha. Ekosistem mangrove di Pamurbaya, meliputi Kecamatan Rungkut (daerah Kenjeran, Keputih Tambak, Wonorejo, Medokan) dan Gunung Anyar. Kawasan ini termasuk dalam daerah Brantas Delta yang merupakan daerah pemukiman yang padat penduduk (884 orang/km2). Sebagian besar kawasan pantai timur Surabaya dikategorikan sebagai kawasan yang sangat kritis terhadap terjadinya erosi dan diusulkan untuk dijadikan sebagai kawasan hutan produksi, hutan lindung, daerah agroforestry, dan perkebunan. Keberadaan hutan mangrove ini mampu menyedot kedatangan 147 spesies burung. Dari 84 spesies burung yang diketahui menetap di Pamurbaya, 12 spesies termasuk jenis yang dilindungi. Jenis burung tersebut tidak hanya burung air seperti kuntul perak, pecuk hitam, mandar padi, mandar batu, dan kowak malam. Di sana juga sebagai tempat persingahan ribuan burung migran setiap tahun. Dengan kondisi dan potensi tersebut, Pemkot Surabaya akan menjadikan pantai timur Surabaya atau pamurbaya sebagai kawasan lindung. Kawasan lindung ini dijadikan sebagai kawasan hutan mangrove. Kawasan itu sekarang ini telah berubah menjadi kawasan ekowisata mangrove karena potensi kekayaan alam yang ada. Kekayaan alam Pamurbaya sendiri memang layak dilindungi. Selain manfaat besarnya sebagai penahan abrasi dan pendorong perikanan, ia juga dapat menjadi laboratorium dan objek wisata alam. Kedepannya kawasan hutan bakau seluas 871 hektar di Pantai Timur Surabaya diusulkan menjadi hutan lindung nasional. Kawasan itu akan dikembangkan sebagai kawasan
2 ekowisata, budidaya, riset, dan hutan lindung. Oleh karena itu diperlukan suatu moda transportasi wisata perairan yang memadai untuk mendukung proses bisnis dan pemasaran daerah tersebut. Penelitian ini akan merencanakan pola operasi perahu wisata untuk menunjang pengembangan kawasan Pamurbaya. Juga akan ditentukan desain konseptual kapal/perahu wisata untuk digunakan sebagai alat transportasi di kawasan Pamurbaya. II. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi dalam penelitian ini digambarkan menggunakan kerangka pikir (flowchart) seperti pada gambar berikut.
pengembangan kawasan ekowisata mangrove wonorejo. Pola operasional ini adalah harus memenuhi batasan kunjungan orang/ demand per harinya dengan tujuan utamanya adalah minimum biaya operasional kapal. n
n
min Z1 = ∑∑ Ai j .X i j
(1)
i=I j= J
Dengan : Z1 = besarnya biaya operasional Aij = jumlah biaya operasional tiap trip Xij = jumlah kapal Opersional kapal ini memperhatikan batasan-batasan yang ada yaitu : a. Batasan waktu operasional Batasan ini berupa waktu operasional lokasi wisata, waktu ini sama dengan waktu orang bekerja yang biasa dikenal dengan jam kerja. Rata-rata peraturan daerah menyatakan lama jam kerja adalah 8 jam sehari. n
n
max T = ∑∑ ti j . + t j < 8 jam
(2)
i =0 j =1
Dengan : T = total waktu pelayanan/operasi perhari tij = waktu perjalanan i ke j (sea time) tj = waktu operasi di titik j (port time) b. Batasan jumlah pengunjung Pengoperasian kapal wisata ini harus memperhatikan banyaknya jumlah pengunjung. Dalam perencanaannya diusahakan agar pelayanan terhadap pengunjung dapat optimal. n
n
min Z 2 = ∑∑ Ci j .X i j > demand
(3)
i =0 j =1
Dengan : Z2 = banyaknya jumlah pengunjung Cij = frekuensi kunjungan Xij = jumlah kapal Gambar 1. Alur berpikir penelitian
Langkah awal dalam penelitian ini melakukan studi literatur berkaitan dengan teori yang memberikan penjelasan tentang konsep pariwisata bahari dan ekowisata. Melalui ekowisata, wisatawan dan seluruh komponen yang terkait dengan penyelenggaraan wisata diajak untuk lebih peka terhadap masalah lingkungan dan sosial sehingga diharapkan sumberdaya alam tetap lestari dan wisatawan mempunyai apresiasi lingkungan yang tinggi. Setelah itu dilanjutkan dengan meninjau daerah penelitian untuk mendapatkan penjelasan umum tentang kondisi Pamurbaya, fungsi dan manfaat hutan mangrove Pamurbaya, potensi keanekaragaman flora fauna, potensi wisata alam, dan kondisi pengelolaan pariwisata yang telah ada di kawasan Pamurbaya. Hasil dari tinjauan terhadap lokasi dan kondisi eksisting akan digunakan sebagai dasar
III. ANALISIS EKSISTING PAMURBAYA A. Sejarah dan pariwisata eksisting Pamurbaya merupakan kawasan yang memiliki ekosistem marine (lautan), estuarine (perairan payau) dan palustrine (perairan tawar). Tipe-tipe ekosistem yang terdapat di Pamurbaya meliputi kawasan hutan bakau (mangrove), pertambakan, rawa, muara sungai dan pesisir. Di pantai timur Surabaya terdapat Ekowisata Mangrove Wonorejo (EMW) berada di atas lahan seluas seluas 871 hektar, berada di sebelah timur kota Surabaya tepatnya didesa wonorejo. Kawasan ini berada pada aliran kali Jagir yang bermuara langsung menuju selat madura. Karena lokasinya yang langsung berbatasan dengan laut lepas, pamurbaya dikategorikan sebagai kawasan yang sangat kritis terhadap terjadinya erosi. Melihat keadaan ini masyarakat sekitar mempunyai inisiatif untuk
3 mengembalikan habitat Pamurbaya yang didominasi hutan mangrove. Hal pertama yang dilakukan oleh masyarakat adalah melakukan usaha-usaha konservasi terhadap hutan mangrove secara swadaya. Bekerja sama dengan kepolisian masyarakat membentuk Forum Kemitraan Kepolisian Masyarakat (FKPM) untuk mencegah penebangan liar dan pengerusakan di kawasan Pamurbaya. Pengelolaan hutan mangrove yang berkelanjutan yang tetap memperhatikan kelestarian hutan mangrove berserta flora dan fauna yang terdapat di hutan mangrove wonorejo. Kegiatan yang dilakukan masyarakat wonorejo lazim disebut ekowisata yaitu suatu bentuk kegiatan wisata yang ramah lingkungan. Konsep ekowisata hutan mangrove wonorejo, disamping menjaga dan mengembalikan hutan mangrove, juga ada pendidikan, pelatihan dan pengelolaan hutan mangrove yang berkesinambungan. Hutan mangrove yg merupakan habitat asli kawasan pamurbaya merupakan tujuan utama dari Ekowisata Mangrove Wonorejo. Kawasan ini kedepannya dapat menjadi suatu wisata alternatif yang dimiliki oleh kota Surabaya. Untuk mencapai hutan mangrove perlu menyusuri sungai menggunakan kapal/perahu. Titik pemberangkatan (dermaga) dimulai dari bozem wonorejo. Jarak menuju muara yang merupakan kawasan ekowisata adalah 4 km. Selama perjalanan pengunjung akan melihat keindahaan alam wonorejo yang masih alami. Tabel 1. Kapal wisata eksisting No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Spesifikasi kapal Nama kapal Tahun pembuatan Panjang Lebar Tinggi Sarat Kapasitas kapal Jenis mesin yang digunakan Bahan Bakar Kecepatan rata-rata Konsumsi BBM Konsumsi minyak lumas Biaya repair & maintenance
14 Harga kapal
Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3 Jaya Kuro Jaya Asolole Jaya Topik 2009 2011 2011 11.7m 9.5m 12.3m 1.6m 1.4m 1.8m 1.5m 1.2m 1.7m 0.4m 0.3m 0.45m 35 penumpang 25 penumpang 40 penumpang YAMAHA 40 HP 2 YAMAHA 25 HP 2 YANMAR 30 HP 2 Stroke Stroke Stroke Bensin Bensin Solar 5 knot 5 knot 5 knot 22lt/ 4 RT 22lt/ 6 RT 20lt/ 5 RT 0.5lt/ 4 RT 0.5 lt/ 6 RT 10 liter per bulan
atau capital cost di sini berupa biaya pengadaan kapal. Biaya ini disertakan dalam kalkulasi biaya untuk menutup pembayaran bunga pinjaman dan pengembalian modal. Pada kapal eksisitng diasumsikan bahwa untuk melakukan pengadaan kapal, dilakukan peminjaman modal dengan bunga 10% pertahun. Pengembalian nilai kapital ini direfleksikan sebagai pembayaran tahunan selama 4 tahun. Biaya operasional (Operational cost) adalah biaya-biaya tetap yang dikeluarkan untuk aspek-aspek operasional sehari-hari kapal untuk membuat kapal selalu dalam keadaan siap berlayar. Biaya operasional ini terdiri dari manning cost atau crew cost yaitu biaya untuk anak buah kapal. Besarnya crew cost ditentukan oleh jumlah dan struktur pembagian kerja, dalam hal ini tergantung pada ukuran-ukuran teknis kapal. Pada kapal eksisting crew cost berupa biaya untuk tim per masing-masing kapal yang terdiri dari seorang nahkoda dan seorang kru merangkap pemandu. Store cost merupakan biaya untuk perbekalan nahkoda dan crew beserta perlengkapan kapal. Perawatan dan perbaikan kapal dilakukan secara rutin selama satu tahun dua kali. Total biaya perawatan dan perbaikan selama satu tahun sebesar Rp. 1.600.000 untuk kapal 1 dan kapal 2. Sedangkan total biaya perawatan dan perbaikan kapal 3 sebesar Rp. 1.300.000 per tahunnya. Perbedaan biaya ini dikarenakan penggunaan mesin dan bahan bakar kapal yang berbeda. Asuransi kapal yang digunakan untuk kapal eksisting tidak terlalu besar nilainya dikarenakan bahan material yang digunakan hanyalah kayu biasa. Biaya administrasi kapal merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengurus dokumendokumen terkait kapal eksisting dan pengoperasiannya. Biaya pelayaran (voyage cost) adalah biaya-biaya variabel yang dikeluarkan kapal untuk kebutuhan selama pelayaran. Besarnya biaya-biaya ini akan berubah sesuai jumlah operasi kapal, jenis kapal dan skenario operasinya. Komponen biaya ini terdiri dari konsumsi Bahan Bakar Mesin (BBM) kapal sesuai mesin kapal yang digunakan. Minyak lumas dan asuransi penumpang juga termasuk kedalam biaya pelayaran. Dari semua biaya-biaya yang ada pada kapal eksisting didapatkan total biaya masing-masing kapal per tahunnya.
Rp 1.600.000 per Rp 1.600.000 per Rp 1.300.000 per tahun tahun tahun Rp60.000.000
Rp45.000.000
Tabel 2. Total biaya kapal eksisting
Rp80.000.000
Perahu dijalankan oleh seorang pengemudi dibantu oleh seorang crew yang sekaligus berperan sebagai pemandu. Setelah mencapai muara, perahu berputar arah menuju pos pantau / gazebo. Setelah itu penumpang dipersilahkan untuk menyusuri jalan bambu. Dalam perjalanan menyusuri sungai akan ditemui pos pertama yang dibangun oleh FKPM yang pada awalnya berfungsi sebagai pos pantau hutan mangrove, dan sebagai pintu masuk ekowisata untuk menikmati hutan mangrove. Di pos pantau pengunjung dapat turun menikmati pemandangan sekitar melihat-lihat pohon mangrove dari dekat dan dapat bertemu dengan koloni monyet ekor panjang yang merupakan hewan asli habitat mangrove. B. Biaya dan pendapatan kapal Setiap operasi kapal dihitung biaya-biaya operasionalnya, baik biaya biaya tetap maupun biaya tidak tetap. Biaya modal
Cost
Capital Cost Operating Cost Voyage Cost Total Cost
Total cost/tahun kapal 1 Rp18.928.248 Rp33.320.000 Rp8.825.040 Rp61.073.288
kapal 2 Rp14.196.186 Rp33.140.000 Rp5.883.360 Rp53.219.546
kapal 3 Rp25.237.664 Rp33.260.000 Rp7.862.640 Rp66.360.304
Tarif eksisting perahu wisata di kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo adalah Rp. 25.000 untuk setiap pengunjung. Besarnya tarif tersebut berdasarkan hasil survey langsung di lokasi eksisting masih dirasa terlalu mahal oleh sebagian besar pengunjung. Dari perhitungan total biaya diatas dapat diperoleh harga pokok produksi (HPP) masing-masing kapal. Besarnya HPP masing-masing kapal dibandingkan dengan jumlah keterisian kapasitas kapal (load factor). Harga tersebut adalah hasil total biaya kapal per tahun dibagi dengan jumlah penumpang kapal dalam 1 tahun. Dari jumlah penumpang masing-masing kapal eksisting dikalikan dengan tarif yang berlaku saat ini maka akan didapatkan pendapatan dari masing-masing kapal. Lalu hasil dari pendapatan dikurangi
4 total biaya akan didapatkan profit masing-masing kapal eksisting.
Gambar 2. Grafik load factor - profit (kapal 1)
kapal wisata yang direncanakan. Titik B merupakan tempat tower/pos pantau berada, tempat ini memiliki jarak 2,11 nm dari dermaga. Disini pengunjung dapat menyusuri jalan kayu (board walk) yang dapat digunakan sebagai arena atraksi seperti penjelajahan hutan. Jalan kayu yang ada akan menggiring pengunjung menuju tower/pos pantau. Pengunjung biasa menggunakan pos pantau sebagai sarana untuk pengamatan burung atau yang lebih dikenal dengan sebutan bird watching dan juga kegiatan fotografi. Titik C merupakan titik berikutnya yang akan dilewati oleh kapal, jarak gazebo ini sekitar 0,75 nm dari lokasi pos pantau berada. Disini pengunjung dapat menikmati wisata panorama pantai, karena gazebo ini terletak di ujung muara sungai sehingga pemandangan laut lepas terlihat dengan sangat jelas. Titik D atau gazebo 2 merupakan spot selanjutnya yang akan dilewati oleh kapal. Tempat ini berjarak 1,485 nm dari gazebo 1. Pembuatan dua gazebo terpisah adalah untuk mengantisipasi menumpuknya pengunjung di satu tempat. Kapasitas maksimal dari gazebo adalah 100 orang.
Gambar 3. Grafik load factor - profit (kapal 2) Gambar 5. Rute kapal
Gambar 4. Grafik load factor - profit (kapal 3)
Gambar 2, 3, dan 4 menjelaskan tentang besarnya profit yang didapatkan masing-masing kapal eksisitng dalam satu tahun sesuai dengan jumlah keterisian kapasitas kapal (load factor). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perencanaan rute dan operasi kapal Perencanaan rute kapal wisata berdasarkan tinjauan langsung di lapangan, dari hasil tinjauan diperoleh 4 node atau titik potensial untuk dikunjungi wisatawan. Dermaga (titik A) berfungsi sebagai titik awal dan akhir dalam rangkaian rute
Kapal akan berlayar menyusuri kali Jagir selama waktu tertentu sesuai dengan variasi kecepatan rata-rata kapal. Dalam satu hari kapal beroperasi selama 8 jam mulai jam 08.00 – 16.00, sehingga maksimum round trip kapal adalah 10 (sepuluh) kali dalam sehari dengan kecepatan rata-rata kapal 8 knot. Pada pengoperasian kapal wisata faktor yang utama adalah besarnya jumlah pengunjung (demand) ke lokasi wisata. Berdasarkan data tinjauan langsung di lapangan mengenai jumlah pengunjung maka skenario operasi kapal wisata akan dibagi menjadi 2 (dua) skenario, yaitu rute sesuai dengan pengoperasian eksisting dan rute sesuai dengan perencanaan diatas. Kedua skenario tersebut akan dioperasikan menggunakan kapal baru yang direncanakan yang memiliki variasi kapasitas beragam. Pembagian pengoperasian kapal wisata menajadi 2 (dua) skenario tersebut akan mempengaruhi terhadap aspek berikut : 1. Total biaya Jumlah dan kapasitas penumpang kapal yang digunakan akan berbeda antara kedua skenario sehingga mempengaruhi besarnya total biaya sesuai dengan hasil optimasi yang terpilih. 2. Jumlah layanan trip Jarak tempuh yang berbeda antara kedua skenario akan mempengaruhi banyak sedikitnya number of
5 voyage tiap harinya sesuai dengan variasi kecepatan rata-rata kapal antara 4 – 8 knot. B. Optimasi biaya kapal Setiap skenario operasi kapal mempunyai biaya yang berbeda, baik biaya tetap maupun biaya tidak tetapnya. Pada penelitian ini diasumsikan bahwa untuk melakukan pengadaan kapal, dilakukan peminjaman modal dengan bunga 13 % pertahun. Terdapat 5 variasi kapasitas penumpang dengan perincian biaya modal yang berbeda. Biaya operasional dan biaya pelayaran kapal menyesuaikan dengan kapal yang terpilih sesuai hasil optimasi. harga
Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3 Kapal 4 Kapal 5
Tabel 3. Biaya modal kapal kapasitas (orang)
Rp130.000.000 Rp170.000.000 Rp210.000.000 Rp260.000.000 Rp300.000.000
Gambar 6. Sensitifitas kecepatan – profit (skenario 1)
15 20 25 30 35
Data rataan pengunjung tiap minggunya dijadikan dasar perhitungan untuk menghitung optimasi kapal yang akan terpilih dari 5 variasi kapasitas penumpang yang ada. Optimasi dijalankan untuk mendapatkan besarnya total biaya minimum untuk masing-masing skenario operasi. Kapasitas kapal yang terpilih harus memenuhi jumlah pengunjung. Variasi kecepatan rata-rata kapal mempengaruhi besarnya number of voyage per tiap harinya, juga mempengaruhi besarnya biaya variabel dari setiap skenario operasi. Setelah mendapatkan total biaya minimum dapat dihitung besarnya profit dari masing-masing skenario dengan tarif yang digunakan saat ini. Nilai profit akan berbeda untuk tiap variasi kecepata rata-rata yang digunakan, karena semakin cepat kapal dijalankan maka semakin banyak juga number of voyage per harinya untuk tiap skenario. C. Analisis sensitifitas Analisis sensitifitas merupakan suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Pada penelitian ini keadaan yang berubah-ubah adalah kecepatan rata-rata pengoperasian kapal. Dengan menggunakan tarif yang juga bervariasi, akan dilihat pengaruh antara kecepatan rata-rata kapal dengan profit yang didapatkan untuk tiap skenario operasi kapal. Variasi tarif yang digunakan disini ada 3 yaitu, Rp. 15.000, Rp. 20.000 dan menggunakan tarif perahu wisata eksisting sebesar Rp. 25.000. Dari hasil optimasi kapal yang sudah dilakukan pada tiap skenario akan terlihat perbandingan antara kecepatan rata-rata kapal dengan profit yang dihasilkan. Variasi kecepatan rata-rata kapal berpengaruh terhadap besarnya profit yang dihasilkan. Semakin cepat kecepatan rata-rata kapal, maka semakin besar juga profit yang dihasilkan. Sementara itu variasi tarif akan berpengaruh terhadap besarnya pendapatan. Total biaya untuk setiap variasi kecepatan rata-rata kapal adalah tetap sesuai dengan hasil optimasi yang sudah dilakukan. Selisih antara pendapatan dan biaya adalah profit. Maka semakin besar tarif yang ditetapkan akan semakin besar juga profit yang didapat.
Gambar 7. Sensitifitas kecepatan – profit (skenario 2)
D. Desain konseptual Dari data hasil analisis eksisting didapatkan data-data spesifikasi kapal yang ada di kawasan Pamurbaya. Data spesifikasi tersebut meliputi ukuran utama kapal dan data-data pengoperasian kapal. Seperti diketahui bahwa kapal / perahu eksisting di Pamurbaya merupakan salah satu permasalahan dari pengelolaan wisata yang ada disana karena perahu yang digunakan belum representatif dengan aspek wisata. Oleh karena itu perlu adanya suatu desain kapal yang sesuai dengan image dan aspek berwisata. Desain konseptual kapal / perahu wisata yang direncanakan terdiri dari ukuran utama kapal dan gambar rencana umum kapal. Model lambung kapal / perahu wisata didapatkan dari inputan data berupa sarat yang merupakan batasan berdasar kondisi geografis yang mampu mengakomodasi kebutuhan dan fasilitas wisata. Tabel 4. Ukuran utama kapal wisata
Dimensi Length Overall (LOA) Lebar (B) Tinggi Geladak Draught Passengers Crew Service Speed
Ukuran 11.74 m. 1.90 m. 1.30 m. 0.45 m. 35 Persons 2 Person 5 Knots
6 Rencana umum dari sebuah kapal dapat didefinisikan sebagai perancangan didalam penentuan atau penandaan dari semua ruangan yang dibutuhkan sehingga dapat dirancang kapal dengan trim yang memenuhi yang diperiksa setelah melakukan penentuan peletakan. Disamping itu juga direncanakan penempatan peralatan - peralatan dan letak jalan – jalan dan beberapa sistem dan perlengkapan lainnya. Dengan melihat rencana umum kapal acuan maka dibuat rencana umum kapal yang direncanakan. Rencana umum kapal yang sesuai dengan kebutuhan di lokasi Ekowisata Mangrove Wonorejo mempunyai kapasitas 35 penumpang.
Sedangkan untuk skenario 2 kecepatan rata-rata kapalnya adalah 6 knot. V. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan hasil penelitian, pengoperasian kapal/perahu wisata di Ekowisata Mangrove Wonorejo dengan skenario 1 unit biaya yang dikeluarkan adalah Rp. 12.491 per penumpang, dengan pemilihan tarif sebesar Rp. 15.000 sudah memenuhi kriteria investasi. Untuk pengoperasian kapal/perahu wisata di EMW dengan skenario 2 unit biaya yang dikeluarkan adalah Rp. 15.057 per penumpang, sehingga tidak memenuhi kriteria investasi apabila dikenakan tarif sebesar Rp. 15.000. Desain konseptual kapal/perahu wisata yang direncanakan berjenis katamaran, mempunyai kapasitas penumpang 35 orang dengan kecepatan rata-rata kapal 5 knot. Pengembangan kawasan Pamurbaya dapat diintegrasikan dengan lokasi wisata pantai lainnya yang ada di kota Surabaya seperti pantai kenjeran. Diperlukan suatu pembahasan bersama diantara pihak-pihak terkait yang mengatur tentang penetapan zona-zona kawasan. Untuk penelitian lebih lanjut pendistribusian kedatangan pengunjung setiap harinya dapat dilakukan untuk mendapatkan total biaya riil. Selain itu dapat juga dihitung tentang kekuatan dan konstruksi dari kapal/perahu wisata yang direncanakan. DAFTAR PUSTAKA
Gambar 8. Rencana umum kapal EMW
E. Perhitungan investasi Investasi dihitung sesuai kapal yang dipilih mengacu hasil analisis sensitifitas, dalam hal ini adalah kapal 5 yang berkapasitas 35 penumpang yang dihitung kelayakan investasinya untuk masing-masing skenario operasi kapal. Dalam perhitungan investasi untuk kedua skenario operasi kapal menggunakan unit tarif sebesar Rp. 15.000. Harga kapal 5 adalah Rp. 300.000.000 yang merupakan kapal berbahan fiber dengan umur ekonomis kapal selama 15 tahun. Tabel 5. Kelayakan investasi skenario 1 NPV NPVI IRR IRR Index ( IRRI = IRR / MARR ) BEP from year Accum Cash on BEP
Rp kali % kali Rp
Value 181.663.729,3 60,55% 15,8% 1,44 8 88.215.137
Criteria Ok Ok Ok Ok Ok Ok
Min 0 0,0% 0,0% 0 1 0
Tabel 6. Kelayakan investasi skenario 2 NPV NPVI IRR IRR Index ( IRRI = IRR / MARR ) BEP from year Accum Cash on BEP
Rp kali % kali Rp
Value -4.159.591,9 -1,39% 9,9% 0,90 10 71.179.914
Criteria Not Ok Not Ok Ok Ok Ok Ok
Min 0 0,0% 0,0% 0 1 0
Seperti diketahui bahwa tarif kapal wisata eksisting adalah Rp 25.000 dengan fasilitas kapal yang masih belum memenuhi kenyamanan dan keamanan untuk moda transportasi wisata. Pada skenario 1, kecepatan rata-rata kapal yang digunakan adalah 5 knot sesuai dengan pengoperasian kapal eksisting.
BPS Jawa Timur. (2012). Surabaya Dalam Angka. Surabaya: http://surabayakota.bps.go.id/ Fandeli, C. (2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Gunn, C. A. (1994). Tourism Planning. Basics, Concepts, Cases. Third Edition. Taylor & Francis Publisher. Nyoman, S. A. (2009). Meretas Jalan Ekowisata Bali. Denpasar: Udayana University Press. Prasetyawan, Y. (1999). Perencanaan Penjadwalan Kendaraan Pelayanan Pengambilan Sampah Kotamadya Surabaya. Surabaya: ITS. Raharjo, A. P. (2009). Penjadwalan Armada Pengangkutan Sampah Liar Wilayah Surabaya Timur. Surabaya: ITS. Setioprajudo. Diktat Ekonomi Teknik. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember Suharyo, O. S. (2008). Model Optimasi Penempatan Armada Studi Kasus Kapal Patroli TNI AL di Kawasan Timur Indonesia. Surabaya: ITS. Wijnolst, N. (1996). Shipping. Delft University Press.