JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
Desain Interior Perawatan Spa dengan Konsep Garden Spa Bernuansa Kolonial Sinta Binary Lazuardi. Ir. Nanik Rachmaniyah, MT Jurusan Desain Produk Industri, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Abstrak— Kehidupan manusia saat ini semakin rentan akan stress, terutama bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan dengan kegiatan yang padat. Hal tersebut menjadi pertimbangan dalam mendesain tempat perawatan spa dengan konsep garden spa dan suasana kolonial. Konsep yang akan diterapkan pada Tugas Akhir ini mengacu pada langgam kolonial yang ditonjolkan untuk menciptakan ciri khas tersendiri dari spa yang kini sudah banyak muncul dan diketahui masyarakat. Disamping itu, dengan konsep yang lain dari biasanya masyarakat akan semakin mengenal budaya dan sejarah yang ada di Indonesia juga mendapat fasilitas yang membantu mereka untuk merasa nyaman dalam menjalani perawatan kesehatan maupun kecantikan di spa. Diharapkan dengan adanya tempat perawatan spa di daerah perkotaan akan menjadi sarana rekreasi dan relaksasi bagi masyarakat tanpa harus pergi jauh dari kota. Dan sebagai wujud pelestarian, penerapan konsep garden spa dengan suasana kolonial dapat memperkenalkan budaya dan sejarah Indonesia. Kata Kunci—Desain Interior, Kolonial, Perawatan Spa
S
I. PENDAHULUAN
EIRING dengan berkembangnya industri perekonomian di Indonesia, maka kebutuhan masyarakatnya juga semakin meningkat. Sama halnya seperti industri spa yang berkembang pesat di Indonesia. Saat ini banyak sekali yang menawarkan fasilitas-fasilitas perawatan tubuh dan telah menjadi perkembangan gaya hidup masyarakat kota yang meliputi perawatan rambut, perawatan tubuh, dan perawatan wajah. Hal ini tentunya menarik bagi kaum wanita yang memiliki rutinitas padat dan senang merawat diri, terutama bagi orang-orang yang mengetahui manfaat spa. Salah satu komoditi utama Indonesia adalah budaya serta tujuan pariwisata yang beragam. Selain budaya, Indonesia juga memiliki sejarah yang menarik, khususnya bangunanbangunan kolonial yang kini telah dijadikan cagar budaya dan dilindungi pemerintah. Tentunya tidak hanya turis lokal yang menyukai budaya eksotis serta sejarah menarik di Indonesia, tetapi juga turis asing. Mendesain tempat perawatan spa dengan konsep yang berbeda diharapkan merangsang masyarakat untuk lebih mengenal budaya dan sejarah Indonesia, serta mendapat fasilitas yang membantu mereka untuk merasa nyaman dalam menjalani perawatan kesehatan maupun kecantikan di spa. Spa merupakan salah satu tren bisnis yang berkembang di kota-kota besar di Indonesia, terutama di kota Bandung. Saat ini di Bandung banyak bermunculan tempat-tempat perawatan
spa, terkait dengan banyaknya pendatang dari luar kota yang berkunjung ke Bandung, khususnya saat akhir pekan. Spa yang ada saat ini masih memberikan fasilitas yang terbatas karena lahan yang dimiliki kurang memadai. Perawatan spa memiliki kebutuhan dan fasilitas khusus untuk spa karena suasana ruang pada fisik bangunan interior akan sangat berpengaruh pada kepuasan konsumen. Di samping itu, letak perawatan spa yang berada di kawasan perbelanjaan merupakan kriteria pemilihan tempat yang strategis. Setelah lelah berbelanja, konsumen dapat langsung mendatangi dan melakukan perawatan di spa. Meskipun berada di kawasan perbelanjaan yang ramai, perlu diperhatikan nuansa interior yang memiliki karakter khas dengan fasilitasfasilitas yang memadai agar dapat menjadi pusat perhatian pengunjung. Berdasarkan hal yang telah dipaparkan diatas, maka terbentuk sebuah konsep dengan judul “Desain Interior Perawatan Spa dengan Konsep Garden Spa Bernuansa Kolonial” di Bandung. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Spa Arti sebenarnya dari kata SPA itu sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu Sante Par Aqua atau Solus Per Aqua. Keduanya memiliki arti yang sama, yaitu Sehat Melalui Air1. Namun saat ini pengertian spa sudah berkembang. Spa dikenal sebagai suatu upaya kesehatan tradisional dengan pendekatan holistik, berupa perawatan menyeluruh menggunakan kombinasi keterampilan hidroterapi, pijat dengan rempahrempah, aromaterapi, dan ditambah dengan pelayanan makanan dan minuman sehat serta olah aktivitas fisik2. Dari berbagai macam sudut pandang mengenai pengertian spa dapat disimpulkan bahwa spa merupakan perawatan holistik secara menyeluruh dengan menggunakan sarana air. Pada umumnya, selain menggunakan air, perawatan spa juga menggunakan rempah-rempah, aromaterapi, dan terapi pijat yang memberikan manfaat relaksasi, kenyamanan, dan kesehatan bagi pengunjung B. Nuansa Kolonial Arsitektur kolonial merupakan sebuah sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang berkembang selama masa pendudukan 1 2
The Essence of Indonesian Spa: Spa Gaya Jawa dan Bali Permenkens 1205/X/2004 Spa
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 Belanda di tanah air. Masuknya unsur Eropa ke dalam komposisi kependudukan menambah kekayaan ragam arsitektur di nusantara. Seiring berkembangnya peran dan kekuasaan, kamp-kamp Eropa semakin dominan dan permanen sehingga akhirnya berhasil berekspansi dan mendatangkan tipologi baru. Semangat modernisasi dan globalisasi (khususnya pada abad 18 dan 19) memperkenalkan bangunan modern seperti gedung administrasi pemerintah kolonial, rumah sakit, atau fasilitas militer. Bangunan-bangunan inilah yang dikenal dengan bangunan kolonial3. Arsitektur kolonial banyak dipengaruhi oleh langgamlanggam lainnya yang memiliki berbagai macam ciri tersendiri. Dari berbagai macam ciri tersebut penerapan yang cocok dengan nuansa kolonial pada eksisting adalah beberapa ciri dari gaya neo-klasik, yaitu atap perisai, plafon tinggi, tembok tebal. Sedangkan style vernacular Belanda yang sesuai dengan nuansa kolonial pada eksisting adalah penggunaan gevel pada tampak depan bangunan dan penggunaan tower pada bangunan. III. METODE PENELITIAN A. Metode Desain Metode yang digunakan adalah metode analitis, dimana setiap hal dalam perancangan senantiasa dianalisa secara detil. Adapun teori-teori analitis dalam kajian analisa yang digunakan oleh penulis antara lain: Metode analisa deskriptif merupakan metode yang memaparkan dan menguraikan segala bentuk data yang diperoleh untuk dianalisa lebih lanjut. Metode analisa induktif merupakan metode yang digunakan untuk mencari standarisasi yang diperlukan dalam perancangan untuk dianalisa dan didapatkan standar tetap sesuai dengan tema perancangan yang kemudian dipakai dalam aplikasi perancangan desain. Metode analisa komparasi merupakan metode yang membandingkan data dengan teori atau menganalisa antara data dengan data yang lainnya, yang kemudian diambil data yang sesuai dengan perancangan4. B. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data diperoleh dari objek desain dan objek eksisting. Untuk memperolah data-data yang dibutuhkan, digunakan beberapa teknik penelitian, sebagai berikut: Observasi: bertujuan untuk mengamati secara langsung suasana dan kegiatan yang terjadi pada lingkungan objek desain maupun objek pembanding. Hal-hal yang diperoleh dari hasil observasi diantaranya adalah denah, foto lokasi, maupun siteplan objek eksisting, studi aktivitas dan kelayakan gedung, hingga masalah-masalah yang 3
http://deni-nusantara.blogspot.com/search?q=kolonial&x=0&y=0 4 Metodologi Penelitian
2 muncul pada pada eksisting dan objek desain. Wawancara: bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai penelitian dari pelaku-pelaku yang berkaitan dengan objek penelitian. Seperti melakukan wawancara dengan pihak pengunjung, terapis, pegawai, serta mengadakan tanya jawab kepada pengelola, baik informasi secara teknis maupun kelebihan dan kekurangan dari spa tersebut. Kuesioner: disebarkan kepada pengunjung tempat perawatan spa yang bertujuan untuk mengetahui keinginan dan pandangan pengunjung mengenai fasilitas, treatment, hingga ruang interior. Hal-hal yang ditanyakan melalui kuesioner adalah seputar kepuasan pengunjung serta hal-hal yang disukai pengunjung dari tempat perawatan spa, baik secara pelayanan, treatment, maupun penerapan desain. Penelitian kepustakaan: dilakukan untuk mendapatakan landasan teoritis dari buku referensi maupun sumber-sumber lainnya mengenai spa dari segi sejarah, jenis, fasilitas, dan perkembangan spa hingga data referensi mengenai langgam kolonial.
Treatment
0% Body Treatment
Hand & Foot Treatment 30%
50% Face Treatment 20%
Range Pengunjung
Weekday 28%
0%
Weekend 72% Wanita karir
50%
Ibu rumah tangga
40%
Mahasiswa
10%
Sendiri
67%
Berpasangan
30%
Pengunjung
Pekerjaan
Tipe
> 2 orang
Target Ekonomi
Menengah atas
Skema. 1. Range minat dan kedatangan pengunjung.
3%
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 C. Analisa Data Interview Melalui wawancara yang telah dilakukan kepada pihak pengelola tempat perawatan spa, diperoleh kesimpulan bahwa rentang kehadiran pengunjung paling padat adalah pada akhir pekan (72%) dan perawatan yang banyak dipilih adalah body treatment (50%), sehingga diperlukan ruang body treatment yang lebih banyak dari treatment lainnya. Selain itu diketahui pula bahwa pada umumnya pengunjung yang datang berusia di atas 20 tahun dan pengunjung lebih memilih perawatan single spa-therapy, sehingga jumlah ruang treatment untuk sendiri (single room) lebih banyak daripada couple room. Namun tidak menutup kemungkinan apabila ada pengunjung yang lebih memilih couple room daripada single room (Skema 1. Range minat dan kedatangan pengunjung).
sangat setuju
A1: Fasilitas yang ada sudah menunjang kebutuhan pengguna
setuju
A2: Perlu diadakan penambahan fasilitas
ragu-ragu tidak setuju
A3: Fasilitas yang ditawarkan sebanding dengan biaya treatment
sangat tidak setuju 0%
20%
40%
60%
80%
Skema. 2. Grafik fasilitas.
A1: Pengadaan ruang treatment pada area semi outdoor
sangat setuju
3 rileksasi. Selain itu juga cukup banyak responden yang mendukung penggunaan langgam kolonial pada interior spa. IV. KONSEP DESAIN A. Konsep Makro Sesuai dengan tujuan konsep studi penelitian riset desain interior perawatan spa, yang akan ditekankan pada area publik dan semi publik merupakan area yang paling sering dikunjungi oleh konsumen dan akan menjadi daya tarik dari interior spa. Atmosfir yang ingin ditampilkan adalah dengan penempatan vegetasi yang dominan untuk menerapkan sajian nuansa kolonial yang mewah, mature, dan hangat. Konsep tersebut digabungkan dan dikembangkan melalui pengembangan konsep desain sehingga menjadi sebuah tempat perawatan spa yang dapat mencerminkan karakter dari corporate image yang dimiliki tempat perawatan spa. B. Konsep Mikro Hubungan Ruang Analisa hubungan ruang pada tempat perawatan spa ini menunjukkan hubungan antar ruang yang nantinya dapat mempengaruhi tata letak antara ruang yang satu dengan ruang lainnya. Berdasarkan hubungan ruang tersebut, terdapat area publik, semi publik, dan area privat. Ketiga area ini dibedakan agar aktivitas perawatan yang berlangsung pada area privat, body treatment, sauna, yoga, kolam terapi, serta area hand and foot spa tidak terganggu dan tidak terlihat langsung oleh pengunjung.
setuju A2: Perawatan yang dilakukan di area semi outdoor dapat membantu rileksasi
ragu-ragu tidak setuju
A3: Penggunaan langgam kolonial pada desain interior
sangat tidak setuju 0%
20%
40%
Skema. 3. Grafik penerapan konsep desain.
60%
Kuesioner Melalui penyebaran kuesioner yang telah dilakukan kepada pengunjung Taman Sari Royal Heritage Spa, diperoleh hasil yang dipaparkan pada skema 2 dan 3. Dari pemaparan pada skema 2, dapat disimpulkan bahwa fasilitas yang tersedia memberikan kenyamanan kepada responden dan terdapat banyak responden yang tertarik dengan pengadaan fasilitas tambahan seperti aquamedic therapy. Responden juga menganggap harga yang ditawarkan cukup sebanding dengan fasilitas dan treatment yang didapat. Untuk mencapai kepuasan konsumen, dapat dilakukan peningkatan kualitas pada fasilitas pada interior spa. Sedangkan simpulan yang didapat dari skema 3 adalah responden tertarik dengan pengadaan ruang treatment pada area outdoor karena responden setuju dengan penyataan bahwa perawatan yang dilakukan di area outdoor dapat membantu
Skema. 4. Matriks.
Elemen Pembentuk Ruang Dinding: Pada area indoor, konsep kolonial diterapkan dengan mengggunakan kayu sebagai kolom penyangga maupun aksen list pada dinding. Selain sebagai aksen list pada dinding, kayu juga digunakan sebagai partisi antara area servis dan ruang publik (gambar 1). Untuk menguatkan kesan kolonial, digunakan dinding bata yang dicat putih tidak beraturan pada area outdoor (gambar 2).
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
4
Gambar 3. Contoh tegel keramik motif Gambar. 1. Aplikasi kayu pada dinding
Gambar.4. Kayu sebagai aksen plafon
Gambars. 2. Dinding bata yang dicat putih pada area outdoor
Lantai: Ada beberapa macam tipe lantai yang digunakan pada perawatan spa. Diantaranya, untuk nuansa kolonial yang juga menonjolkan ciri Indonesia, maka material lantai yang digunakan untuk area indoor yang dilalui pengunjung adalah tegel motif ‘Tjap Koentji’ dari Jogjakarta dengan variasi ukuran 20x20 cm atau 30x30 cm. Sedangkan ruang-ruang lainnya disesuaikan dengan kebutuhan, seperti dengan menggunakan parket, keramik bertekstur, hingga kayu merbau. Plafon: Untuk memberi kesan intim, maka plafon diberi aksen estetis (Gambar 4) atau hanging lamp (Gambar 5). Sedangkan untuk menonjolkan nuansa kolonial pada plafon, maka digunakan aksen plafon dengan material kayu ukir seperti yang banyak ditemukan pada rumah-rumah bergaya Eropa. Ini dibuat untuk memberi kesan ruang tidak terlalu luas dan juga tidak terlalu tinggi. Furnitur dan elemen estetika: Furnitur kolonial pada dasarnya merupakan bawaan bangsa Belanda ketika menjajah Indonesia. Furnitur yang kental dengan ciri khas Eropa tersebut kemudian disesuaikan dengan iklim tropis di Indonesia. Oleh karena itu digunakan material rotan yang banyak ditemui di Indonesia. Di samping itu, rotan dipilih untuk memberi kesan ringan daripada furnitur Eropa. Biasanya furnitur dengan detail kolonial merupakan furnitur dengan banyak fungsi dan ruang simpan. Disamping itu, bentuk furnitur juga tidak seperti furnitur pada umumnya karena memiliki detail yang unik. Sedangkan untuk elemen estetika, digunakan barang-barang yang berumur tua dan hanya didapatkan di toko barang antik. Seperti telepon, kamera, dan lampu tua.
Gambar 5. Hanging lamp untuk memberi kesan rendah pada plafon.
Gambar. 6. Contoh furnitur kolonial yang telah disesuaikan dengan iklim di Indonesia
V. FINAL DESIGN Berikut ini terdapat tiga area terpilih yang akan didesain sesuai dengan konsep yang telah digambarkan pada bab sebelumnya. Area terpilih tersebut antara lain adalah Lobby, Ruang Body Treatment, dan area Kolam Terapi. Gambar berikut (Gambar 7) merupakan hasil desain akhir pada area lobby yang akan diaplikasikan sesuai dengan denah layout terpilih. Dipandu oleh pegawai yang bertugas di front desk, pengunjung terlebih dahulu memilih treatment yang diinginkan. Tersedia pula ruang tunggu kecil di area menara untuk pengunjung yang mengantri. Pada gambar perspektif
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 tersebut dapat dilihat bahwa terdapat keselarasan antara elemen interior dan elemen pengisi ruang. Konsep yang diterapkan merupakan nuansa kolnial yang diaplikasikan pada lantai, dinding, dan furnitur.
5 cara rileksasi sesuai dengan yang dinginkan.
Gambar.9. Final design area kolam terapi.
Gambar.7. Final design area lobby.
Gambar.8. Final design area body treatment.
Gambar 8 di atas merupakan hasil desain akhir pada ruang body treatment yang akan diaplikasikan sesuai dengan denah layout terpilih dengan menggunakan furnitur bernuansa kolonial. Pada gambar 8, dapat dilihat jendela besar yang langsung menghadap keluar ruangan. Selain dapat menjadi alternatif pencahayaan alami, di balik jendela tersebut terdapat kolam dan vegetasi rambat. Kolam dan vegetasi rambat berfungsi untuk menciptakan suasana natural agar pengunjung lebih rileks dalam menjalani aktivitas perawatan. Penggunaan lantai kayu merbau dapat memberikan suasana hangat serta kesan mewah dan lebih privat pada ruangan. Furnitur yang digunakan didominasi dengan bentukan-bentukan khas kolonial, hal tersebut menguatkan nuansa ruangan sesuai dengan konsep yang diinginkan. Sedangkan gambar berikut (Gambar 9) merupakan hasil desain akhir yang akan diaplikasikan sesuai dengan denah layout terpilih. Pada area ini terdapat sun bed untuk berjemur dan bench untuk bersantai ditepi kolam yang didesain dengan mengikuti style kolonial, sehingga pengunjung dapat memilih
VI. KESIMPULAN DAN SARAN Nuansa kolonial yang diterapkan pada tempat perawatan spa menjadi ciri khas tersendiri yang memiliki karakter berbeda dengan spa-spa lain. Langgam kolonial yang menjadi ciri khas konsep perawatan spa diterapkan sebagai wujud pelestarian budaya peninggalan kolonial yang dimiliki Indonesia. Meskipun letak spa berada di pusat perbelanjaan, tetap dapat menghadirkan suasana rekreasi dan rileksasi bagi pengunjung. Dalam mengaplikasikan ruang interior dengan konsep yang diinginkan diperlukan pertimbangan dari berbagai sisi. Hal tersebut guna mengakomodasikan keinginan pengunjung serta meningkatkan mutu dan jumlah konsumen. Sedangkan untuk sirkulasi ruang yang lebih baik, ada baiknya fasilitas yang tersedia ditempatkan sesuai dengan perawatan yang ditawarkan untuk meningkatnya kenyamanan bagi pengunjung saat beraktivitas. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan segala puji syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT. Terima kasih untuk seluruh dosen interior yang telah memberikan banyak ilmunya kepada penulis, khususnya kepada Ir. Nanik Rachmaniyah, M.T selaku dosen pembimbing. Kedua orang tua tercinta serta adik dan kakak yang tiada hentinya memberikan semangat dan doa hingga penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini. Untuk teman-teman interior yang gemar karaoke dan senang membantu, Deloni, Alfitiyah, Niken, dan Noventy, terima kasih telah meredakan stres selama penyusunan Tugas Akhir ini. Teman-teman Interior 2008, terima kasih untuk empat tahun yang luar biasa dan telah menjadikannya waktu yang berkesan selama beberapa tahun terakhir ini. Semoga kita dapat mencapai kesuksesan bersama. Terima kasih juga
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 atas dukungan kalian dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu. Penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18] [19] [20]
Akmal, Imelda, (2006), “Lighting”, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Chapman, Judy, (2006), “Ultimate Spa”, Singapore: Tuttle Publishing Gulo, W, (2003), “Metodologi Penelitian”, Jakarta: Grasindo Harper Design & Loft Publications, (2005), “Lighting”, New York Jotisalikorn, Chami, (2003), “Thai Spa Book”, Singapore: Tuttle Publishing Jumarani, Louise, Dipl. CIDESCO, (2009), “The Essence of Indonesian Spa: Spa Gaya Jawa dan Bali”, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Katam, Sudarsono, (2005), “Album Bandoeng Tempo Doeloe”, Bandung: NavPress Indonesia Page One, 2007, “Within Spas”, Singapore Panero, Julis, AIA, ASID, (2003), “Dimensi Manusia dan Ruang Interior”, Jakarta: Erlangga Redaksi Griya Kreasi, (2008), “101 Tampilan Dinding Menarik”, Jakarta: Niaga Swadaya Satwiko, Prasasto, (2004), “Fisika Bangunan 2”, Jogjakarta: Andi Setiawan, Deden, (2007), “Salon & Spa”, Jakarta: Dian Rakyat Susanta, Gatut, (2007), “Lantai”, Depok: Niaga Swadaya
http://www.arsitekturindis.com/ http://www.bandungheritage.org/ http://www.mandaraspa.com/ http://deni-nusantara.blogspot.com/search?q=kolonial&x=0&y=0 http://www.mediaindonesia.com/webtorial/widyadari http://id.wikipedia.org/ Natuna Marmer Indonesia, Daftar Harga Marmer Tulungagung 2012, http://www.distributormarmerlokal.blogspot.com [21] PD Tugu Mas, Harga Bahan Bangunan 2012, http://www.tokotugumas.blogspot.com
6