JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5
1
Desain Furniture pada Ruang Tunggu Eksekutif Stasiun Kereta Api dengan Konsep Futuristik dan Sentuhan Budaya Jawa Timur Silvy Rahayu, Ir. Susy Budi Astuti, MT Jurusan Desain Produk Industri, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] Abstrak—Desain furniture pada interior stasiun kereta api adalah segala hal yang berkaitan dengan pengguna stasiun kereta api sehingga lebih mengutamakan kenyamanan pada pengunjung stasiun. Selanjutnya, ruang tunggu eksekutif adalah ruang tunggu yang diperuntukkan bagi kalangan menengah ke atas. Dengan style futuristik, desain furniture pada ruang tunggu eksekutif stasiun kereta api dapat membawa suasana yang berbeda dengan ruangan itu sendiri. Adapun dengan sentuhan budaya Jawa Timur, membuat furniture pada ruang tunggu eksekutif memiliki ciri yang lebih menonjol dan khas. Budaya Jawa Timur yang dapat diterapkan adalah Batik Jawa Timur berupa Batik Mahkota dan Candi Jawa Timur berupa Candi Penataran. Furniture pada ruang tunggu eksekutif stasiun kereta api terdiri dari sofa tunggu yang dipadukan dengan motif Batik Mahkota dan rak penyimpanan koper yang mengadaptasi dari karakteristik bentukan Candi Penataran. Dengan tambahan berupa elemen estetis yang berfungsi sebagai pembentuk suasana ruang. Kata Kunci—Area Eksekutif, Budaya Jawa Timur, Furniture, Futuristik, Stasiun Kereta Api
I. PENDAHULUAN
D
EWASA ini, perkembangan furniture dalam dunia desain berkembang sangat pesat. Desainer berlomba – lomba untuk menciptakan furniture yang unik, dengan material yang berbeda, dan jarang dipasaran. Sehingga, furniture tidak hanya dilihat dari aspek kegunaan saja, melainkan dari aspek estetika juga sangat diperhatikan. Hal ini dapat membuat furniture yang diciptakan memiliki ciri khas yang nantinya dapat mempengaruhi estetika pada ruangan tempat diletakkannya furniture itu sendiri. Semakin banyak masyarakat yang paham desain, maka estetika dari furniture perlu mengalami peningkatan desain, guna mewadahi semakin banyaknya masyarakat yang memahami perlunya sebuah desain mempengaruhi psikologi pengguna. Perlu dilakukan sebuah upaya penciptaan sebuah desain furniture yang menonjolkan sebuah icon budaya yang diharapkan mampu membuat masyarakat sadar dan paham budaya yang berada disekitarnya. Pada konsep furniture kali ini tema futuristik sangat dikedepankan, karena menjadi sentuhan daya tarik tersendiri pada ruang tunggu eksekutif sebuah stasiun kereta api, karena desain futuristik dinilai mampu membuat stasiun kereta api
menjadi sebuah icon yang mencerminkan masa depan. Dengan konsep furniture yang tetap mengutamakan kenyamanan pengguna, sofa pada ruang tunggu eksekutif sebuah stasiun kereta api tersebut diharapkan mampu membentuk suasana yang berbeda dari sebuah ruang tunggu. Stasiun kereta api adalah tempat di mana para penumpang dapat naik-turun dalam memakai sarana transportasi kereta api. Selain stasiun, pada masa lalu dikenal juga dengan halte kereta api yang memiliki fungsi nyaris sama dengan stasiun kereta api. Untuk daerah/kota yang baru dibangun mungkin stasiun portabel dapat dipergunakan sebagai halte kereta. Fasilitas stasiun kereta api umumnya terdiri atas: • Pelataran parkir di muka stasiun • Tempat penjualan tiket, dan loket informasi • Peron atau ruang tunggu • Ruang kepala stasiun, dan • Ruang PPKA (Pengatur Perjalanan Kereta Api) beserta peralatannya, seperti sinyal, wesel (alat pemindah jalur), telepon, telegraf, dan lain sebagainya. Ruang tunggu pada sebuah stasiun kereta api merupakan salah satu area yang kompleks dengan melibatkan sebagian besar pengunjung dan pengguna dari stasiun kereta api. Sehingga furniture yang berada diruang tunggu stasiun kereta api secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi psikologi dari penggunanya stasiun kereta api. Futuristik mempunyai arti yang bersifat mengarah atau menuju masa depan. Citra futuristik pada bangunan berarti citra yang mengesankan bahwa bangunan itu berorientasi ke masa depan atau citra bahwa bangunan itu selalu mengikuti perkembangan jaman yang ditunjukkan melalui ekspresi bangunan. Fleksibilitas dan kapabilitas bangunan adalah salah satu aspek futuristik bangunan. Fleksibilitas dan kapabilitas sendiri adalah kemampuan bangunan untuk melayani dan mengikuti perkembangan tuntutan dan persyaratan pada bangunan itu sendiri. Sedangkan kemampuan untuk melayani dan mengikuti perkembangan jaman hanya bisa diwujudkan atau diimplementasikan dalam penampilan dan ungkapan fisik bangunan. Futuristik dalam studi furniture adalah pengembangan material yang digunakan dalam pembentukan sebuah furniture. Adapun material – material yang futuristik adalah material yang bersifat fabrikasi dan mudah dibentuk maupun mudah dibuat dalam jumlah besar namun tidak banyak mengeluarkan biaya
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 untuk pengerjaannya. Seperti material stainless steel, alumunium, kaca, dan lain – lain. Material tersebut bersifat memiliki umur yang panjang tanpa harus memikirkan pengeroposan oleh binatang dan sejenisnya. Futuristik disini bertujuan untuk memperkenalkan sebuah desain baru dengan gabungan konsep material yang sebelumnya jarang di pakai dalam sebuah furniture. Seperti halnya pada material dan bentukan sofa tunggu dan rak penyimpanan koper yang mendukung aktifitas pengunjung yang dinamis dan mendukung adanya perubahan. Budaya Jawa Timur merupakan budaya yang dapat diangkat dan diwujudkan pada furniture, dikarenakan posisi objek desain yang terletak di Jawa Timur. Budaya Jawa Timur yang akan diangkat dalam ide dasar furniture pada ruang tunggu eksekutif stasiun kereta api adalah batik dan candi Jawa Timur. a. Jawa Timur Jenis batik yang di akui untuk batik yang berasal dari Jawa Timur adalah sebagai berikut : 1. Batik Rawan 2. Batik Wahyu Tumurun 3. Batik Gringsing 4. Batik Sidomukti 5. Batik Satrio Manah 6. Batik Pring Sedapur 7. Batik Kembang Melathe 8. Batik Sawat Puro 9. Batik Kangkung Setingkes 10. Batik Per Keper / Ghaper 11. Batik Sabat Rante 12. Batik Tasek Malaya 13. Batik Jung Drajat 14. Batik Mahkota Batik ini hanya ada di daerah Sidoarjo, yang kemudian menjadi identitas batik Sidoarjo. Motifnya yang indah berupa mahkota menjadikan batik ini sering dipakai sebagai hantaran lamaran pernikahan.
Gambar. 1. Motif Batik Mahkota merupakan motif yang cenderung berkarakter lancip dan tajam. Dengan warna yang sangat kuat dan kontras menunjukkan adanya perbedaan dengan karakter batik Jawa Tengah.
Alasan pemilihan batik Mahkota sebagai salah satu pembentuk elemen sofa tunggu adalah: - Batik Mahkota merupakan salah satu batik yang asli diciptakan dan diproduksi di Jawa Timur
2 - Motifnya yang runcing dan tajam lebih mengarah ke bentukan – bentukan yang futuristik - Motif batik yang cenderung single mempermudah motif batik Mahkota untuk diterapkan pada sebuah elemen desain b. Candi Jawa Timur 1. Candi Badhut 2. Candi Bajangratu 3. Candi Brahu 4. Candi Cetha 5. Candi Jago 6. Candi Kidal 7. Candi Surawana 8. Candi Tikus 9. Candi Wringinlawang 10. Candi Panataran Candi Panataran terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, sekitar 12 km ke arah utara dari Kota Blitar, tepatnya di Desa Panataran, Kecamatan Ngleggok, Kotamadya Blitar. Candi ini merupakan sekumpulan bangunan kuno yang berjajar dari baratlaut ke timur kemudian berlanjut ke tenggara, menempati lahan seluas 12.946 m2.
Gambar. 2. Candi Penataran merupakan salah satu Candi Jawa Timur yang memiliki karakteristik Jawa Timur yang menonjol berupa bentuk candi yang meruncing ke atas dan adanya patung relief dewa Hindu pada bagian muka candi.
Alasan pemilihan candi Penataran sebagai ide awal dari bentukan rak penyimpanan koper adalah: Candi Penataran merupakan salah satu candi peninggalan Jawa Timur yang memiliki ciri bentukan candi yang khas Jawa Timur, yaitu: - Lancip, bentuk candi yang ramping dan meruncing ke atas merupakan ciri candi Jawa Timur yang mencirikan candi Hindu - Bertingkat, candi memiliki permukaaan dengan garis – garis yang bertingkat dengan ujung sisi – sisinya yang meruncing keatas - Kokoh - Terdapat ukiran patung relief dewa Hindu Sehingga pemilihan budaya Jawa Timur berupa salah satu benda peninggalan dari jaman kerajaan di Jawa Timur yaitu Candi Penataran maupun salah satu benda yang menjadi icon utama Jawa Timur yaitu Batik Mahkota, dapat diangkat dan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 diaplikasikan pada furniture yang merupakan elemen interior sehingga membentuk satu kesatuan. Elemen budaya Jawa Timur tersebut nantinya akan menjadi icon utama pada furniture yang dapat membuat furniture tersebut lebih mempunyai ciri khas yaitu ciri Budaya Jawa Timur. Pendekatan tema futuristik dengan sentuhan budaya Jawa Timur pada futuristik ruang tunggu eksekutif stasiun kereta api diharapkan mampu menunjukkan karakter yang kuat terhadap perubahan jaman dan memberi nilai lebih pada sebuah desain interiornya. Disamping itu terdapat faktor-faktor tertentu yang mendorong diadakannya pemilihan desain furniture pada ruang tunggu eksekutif adalah agar pengunjung pada Stasiun Kereta Api semakin nyaman dan memiliki nilai yang lebih terhadap pengunjung yang hendak bepergian. II. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode analitis, dimana setiap hal dalam perancangan senantiasa dianalisa kembali. Adapun teori-teorianalitis dalam kajian analisa yang digunakan oleh penulis antara lain: • Metode analisa induktif Metode yang digunakan untuk mencari standarisasi yang diperlukan dalam perancangan untuk dianalisa dan didapatkan standar tetap sesuai dengan tema perancangan yang kemudian dipakai dalam aplikasi perancangan desain. • Metode analisa deskriptif Metode yang memaparkan dan menguraikan segala bentuk data yang diperoleh untuk dianalisa • Metode analisa komperasi Metode yang membandingkan data dengan teori atau menganalisa antara data dengan data yang lainnya, yang kemudian diambil data yang sesuai dengan perancangan. A. Data primer Berdasarkan pendapat Umar (1999: 43). menyatakan bahwa data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik individu atau perorangan, seperti hasil dari hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh secara langsung dari jawaban responden, yaitu para pegawai dan pengunjung Stasiun Kereta Api. Data primer diperoleh dengan cara: a) Survei Lapangan. Peninjauan site secara langsung dengan pengamatan untuk mengidentifikasi masalah awal. Mencatat dan mengumpulkan poin penting untuk data, kemudian melakukan analisa desain sehingga muncul masalah. Survei lapangan yang dilakukan adalah meninjau kepada penggunaan furniture yang berada di area ruang tunggu untuk mengetahui furniture yang telah tersedia. b) Kuesioner, yaitu pengumpulan data penelitian melalui alat kuisioner dimana pertanyaan peneliti dan jawaban responden dikemukakan melalui alat kuesioner tersebut (Silalahi, 2003, p.130). Pengunjung diberi kuesioner yang berhubungan dengan kenyamanan furniture yang tersedia dan harapan – harapannya dengan furniture yang nantinya akan disediakan.
3 c) Observasi, yaitu proses pengumpulan data dengan cara melihat langsung kegiatan di lokasi untuk memperoleh data permasalahan eksisting, potensi eksisting, kebiasaan pengunjung, dan kebutuhan ruang terhadap furniture dan elemen estetik. Sehingga akan diketahui kebutuhan furniture yang dapat menunjang pengguna di ruang tunggu B. Data Sekunder Menurut pendapat Umar (1999:43), menyatakan bahwa data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan, baik oleh pengumpul data primer atau pihak lain. Jadi data sekunder merupakan data yang secara tidak langsung berhubungan dengan responden yang diselidiki dan merupakan pendukung bagi penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dengan cara: 1) Literatur Mencari data tentang furniture yang dapat digunakan pada sebuah ruang tunggu disertai kajian – kajian tentang kenyamanan pengguna. 2) Website Pencarian data tentang budaya Jawa Timur berupa Batik Mahkota dan Candi Penataran beserta ciri khasnya yang mampu menonjolkan ciri Budaya Jawa Timur. 3) Regulasi Penerapan elemen Budaya Jawa Timur terhadap objek desain disertai aspek – aspek yang mendukung sehingga tercipta sebuah korelasi yang seimbang. 4) Standart Pengumpulan data dengan menstudi literature untuk mengetahui perkembangan furniture Stasiun Kereta Api dari desain, fasilitas, dan kebutuhan konsumen. Data tersebut dijadikan acuan dalam mendesain furniture pada Stasiun Kereta Api yang baru sehingga desain furniture tetap mengikuti perkembangan secara internasional dan nasional. III. HASIL DAN DISKUSI A. Sofa Tunggu Eksekutif
Gambar. 3. Detail sofa ruang tunggu eksekutif yang menerapkan cutting motif Batik Mahkota pada bagian yang menghadap kedepan.
Berikut adalah detail sofa tunggu eksekutif pada stasiun kereta api. Dengan pemilihan bentukan yang dinamis dan menggunakan konsep sofa single, diharapkan mampu membuat pengguna lebih merasa nyaman. Dengan lebar tempat duduk
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 55cm dan kedalaman sofa 51cm, sofa tunggu eksekutif lebih diperuntukkan pada karakteristik pengguna yang berbeda – beda. Bentuk sandaran yang tinggi dengan ketinggian 50cm, membuat pengunjung lebih rileks ketika duduk di sofa tunggu eksekutif. Sofa tunggu berbahan stainless steel pada rangka dan pelapis body, yang kemudian bagian body yang menghadap depan di cutting dengan motif berbentuk Batik Mahkota. Busa berlapis bahan kulit sintetis berwarna hitam diaplikasikan pada bagian dudukan sofa dan sandaran sofa.
4 Layout denah objek terpilih adalah ruang tunggu eksekutif stasiun kereta api, dengan target pengguna adalah penumpang kereta api. Dengan peletakan sofa tunggu yang saling bersinggungan dan saling membelakangi, ditunjukkan dengan area berwarna hijau, membuat pengunjung merasa nyaman jika hendak pergi dan menunggu sendirian. Selain itu diletakkannya rak penyimpanan sementara untuk koper di sudut ruangan, ditunjukkan dengan area berwarna merah, membuat ruangan lebih tertata dan membuat koper tidak berserakan di ruang tunggu eksekutif.
B. Rak Tempat Penitipan Koper
Gambar. 4. Denah rak tempat penitipan koper yang mengadaptasi dari bentukan candi Penataran
Gambar. 6. Perspektif Desain Furniture Ruang Tunggu Eksekutif dengan area berwarna hijau menunjukkan bahwa sofa diletakkan secara bersinggungan dan saling membelakangi guna menjaga privasi pengguna.
Rak tempat penitipan koper mengadaptasi dari bentuk candi Penataran yang dirubah sesuai dengan fungsi. Setiap kelompok rak koper memiliki 5 bagian dengan ukuran setiap bagian rak yaitu, panjang 100cm, tinggi 65cm, dan kedalaman 60cm. Dengan bahan dasar multipleks dengan ketebalan 5cm diharapkan mampu menampung beban koper yang berat. Kemudian rak dilapisi oleh HPL dengan warna orange dan biru yang mencerminkan warna stasiun kereta api. C. Layout Ruang Tunggu Eksekutif
Gambar. 7. Perspektif Desain Furniture Ruang Tunggu Eksekutif dengan area berwarna merah menunjukkan sudut ruang letak penempatan rak penitipan koper.
Gambar. 3. Denah Area Ruang Tunggu Eksekutif, dengan area berwarna hijau menunjukkan pola penataan sofa tunggu dan area berwarna merah menunjukkan posisi rak penitipan koper pada layout ruang.
Ruang tunggu eksekutif didesain dengan bentukan furniture yang futuristik dan simple, dengan tambahan cutting motif batik mahkota pada kaki – kaki sofa yang berbahan stainless steel. Rak penitipan koper yang mengadaptasi dari bentuk candi Jawa Timur dengan warna yang mencolok yang diambil dari warna logo stasiun kereta api. Elemen estetis dihadirkan untuk membentuk suasana ruang yang berupa miniatur candi Jawa Timur yang disorot oleh lampu yang dapat berubah warna. Dan partisi elemen estetis berupa cutting gunungan yang diapit oleh akrilik dengan sorotan lampu sehingga membatasi pandangan pengunjung yang duduk di sofa tunggu.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 IV. KESIMPULAN Dalam desain furniture ruang tunggu eksekutif Stasiun Kereta Api, dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya : 1. Hadirnya langgam futuristik dengan sentuhan budaya Jawa Timur merupakan korelasi antara bentuk furniture dengan motif dan bentukan yang berbeda dan unik. Karena kesan dari kereta api sendiri yang lebih mengarah kearah masa depan. 2. Secara keseluruhan obyek desain furniture diungkap dalam konsep futuristik yang menyatu dengan budaya Jawa Timur seperti pada sofa tunggu yang mengadaptasi bentukan dinamis dengan motif batik Mahkota yang diterapkan pada bagian kursi, dan bentukan rak penyimpanan koper yang mengadaptasi bentukan candi Penataran. Sehingga perpaduan antara futuristik dipadukan dengan budaya Jawa Timur sehingga menciptakan sebuah korelasi yang seimbang. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada Allah SWT atas rahmatNya yang tak ternilai. Ibu Ir. Susy Budi Astuti, MT atas bimbingannya dalam menyelesaikan tugas – tugas. Dosen – dosen pengajar Prodi Desain Interior yang telah memberikan banyak ilmunya. Kedua orangtua yang selalu memberi dukungan. Serta pihak – pihak yang membantu kelangsungan perkuliahan saya. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15]
Akmal, Imelda. 2006. Lighting. Jakarta. PT. PP Persero, Company Profile. Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek- Jilid 1 - Edisi 33. Jakarta : Erlangga. Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek- Jilid 2 - Edisi 33. Jakarta : Erlangga. Panero, Julius, ASID. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta: Erlangga. Kamus BesarBahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1984. Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press. Bakri, Umar. 1999. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Silalahi. 2003. Metodologi Penelitian dan Studi Kasus. Sidoarjo: Citramedia. (2011, September). Batik Ponorogo Berbagi Keindahan Batik Jawa Timur. Available: http://batik-tulis.net (2011, September). Available: http://candi.pnri.go.id Gehry, Frank. (2011, Juli). Lou Ruvo Centre. Available: http://www.dezeen.com (2011, September). Available: http://surabaya-metropolis.com (2011, Juli). Available: http://thebatabatastudiodesain.blogspot.com Hadid, Zaha. (2011, Oktober). Nordpark Railway Station. Available: http://www.zaha-hadid.com
5