DESAIN DAN ANALISA HARGA PELAT SATU ARAH DENGAN MEMAKAI PELAT KOMPOSIT DIBANDINGKAN DENGAN PELAT BETON BIASA PADA BANGUNAN BERTINGKAT Irvan Riko Pasaribu1, Johannes Tarigan 2 1
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Dr. Mansyur Medan Email:
[email protected] 2 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Dr. Mansyur Medan
ABSTRAK
Berkembangnya teknologi konstruksi berdampak besar bagi pemilihan material-material yang digunakan pada sebuah bangunan untuk mencapai struktur yang semakin ekonomis dengan keamanan struktur yang tidak perlu diragukan. Pelat lantai adalah komponen struktur bangunan yang memiliki dimensi tertentu untuk menyalurkan beban mati dan beban hidup di atasnya untuk disalurkan kepada penopangnya. Dalam merencanakan pelat lantai sebuah bangunan diperlukan data-data beban yang akan dipikul oleh struktur tersebut sehingga struktur yang direncanakan sanggup melayani gaya-gaya yang bekerja. Dengan perencanaan yang matang diharapkan akan dihasilkan dimensi pelat lantai yang aman dan juga ekonomis. Pada tugas akhir ini direncanakan dan dianalisa harga dari dua buah pelat yaitu pelat beton komposit (dengan menggunakan bondek) dan pelat beton konvensional. Adapun building code yang menjadi acuan adalah SNI 03-2874-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Banguan Gedung. serta Daftar Harga Bahan dan Upah untuk kota Medan Tahun 2012 yang dikeluarkan oleh Dinas Tata Ruang dan Permukiman Pemerintah Kota Medan. Dek baja bergelombang atau yang sering disebut bondek menjadi salah satu bagian dari teknologi konstruksi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Bondek mampu menggantikan sekaligus dua fungsi material pada pelat lantai beton biasa yaitu fungsi dari tulangan positif dan fungsi bekisting. Selain itu penggunaan bondek juga mengakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan pembuatan pelat lantai relative lebih singkat. Kata kunci : Pelat lantai, Bondek, Analisa Harga, Komposit. ABSTRACT The development of construction technologies impact the selection of materials used in a building to achieve a more economical structure with a security structure that no doubt. Floor plate is a structural component of the building that has a certain dimension to channel dead load and live load on it for distribution to the jib. In planning a building floor plates required data load to be carried by the structure so that the planned structure can serve the forces that work. With careful planning is expected to be generated dimension slab that is safe and economical. With careful planning is expected to be generated dimension slab that is safe and economical. In this final planned and analyzed the price of the two plates are composite concrete slab (using bondek) and conventional concrete slab. The building code is the reference is SNI 03-2874-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1729-2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Banguan Gedung, and Daftar Harga Bahan dan Upah untuk kota Medan Tahun 2012 issued by Dinas Tata Ruang dan Permukiman Pemerintah Kota Medan. Corrugated steel deck or often called bondek be one part of the construction technology is familiar to the people of Indonesia. Bondek able to replace the function of the material as well as two ordinary concrete slab that is a function of positive reinforcement and formwork function. In addition the use bondek also resulted in the time needed to complete the job of making relatively shorter slab.
Keywords: Floor plate, Bondek, Price Analysis, Composite.
1.Pendahuluan Suatu konstruksi bangunan, terutama yang terbuat dari beton, baja, atau keduanya tidak terlepas dari elemen – elemen pelat, kolom maupun balok kolom. Masing – masing elemen tersebut akan memikul gaya – gaya seperti momen, normal, lintang, walaupun persentasenya berbeda antara satu dengan yang lain. Struktur yang memikul momen pada umumnya adalah kolom, balok dan pelat lantai. Selain akibat beban sendiri struktur tersebut, beban yang menambah besar momen yang harus dipikul adalah beban mati dan beban hidup yang pada umunya berada di atas pelat lantai. Jika diamati, pelat lantai bangunan beton bertingkat banyak yang menggunakan tulangan untuk memikul momen positifnya. Sementara untuk memikul tulangan positif tersebut dapat digunakan bahan lain yaitu bondek yang akan menimbulkan aksi komposit pada pelat tersebut. Pada bangunan bangunan beton bertulang, suatu jenis lantai yang umum dan dasar adalah tipe konstruksi pelat balok-balok induk (gelagar). Dimana permukaan pelat itu dibatasi oleh dua balok yang bersebelahan pada sisi dan dua gelagar pada kedua ujung. Pelat satu arah adalah pelat yang panjangnya dua kali atau lebih besar dari pada lebarnya, maka hampir semua beban lantai menuju ke balok-balok dan sebagian kecil saja yang akan menyakur secara langsung ke gelagar (S.Woinowsky – Krieger,1992). Penggunaan bondek sebagai pengganti tulangan positif dalam pelat lantai akan menghasilkan aksi komposit karena struktur tersebut merupakan struktur yang terdiri dari dua material dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan sifat gabungan yang lebih baik. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, maka perumusan masalah dalam skripsi ini adalah: 1. Bagaimana menentukan dimensi pelat lantai komposit yang memenuhi kriteria perencanaan struktur 2. Bagaimana menentukan dimensi pelat beton biasa yang memenuhi kriteria perencanaan struktur. 3. Membandingkan harga yang digunakan untuk pelat lantai komposit dengan pelat beton biasa. 2. Metode penelitan Adapun metode penelitian dilakukan dengan metode study literatur, yaitu mencari solusi untuk permasalahan dengan mengumpulkan data-data dan keterangan dari buku-buku maupun perjanjian yang telah ada dan jurnal-jurnal yang dapat diakses melalui searching internet yang berhubungan dengan pembahasan tugas akhir ini serta masukan dari dosen pembingbing.
3. Hasil Dan Pembahasan Di sini akan dibahas hasil dari perencanaan dan analisa harga. Berikut adalah gambar perencanaan pelat satu arah yang direncanakan.
Gambar 1:Denah Pelat yang Akan Direncanakan Berikut akan disajikan hasil dari analisa kedua pelat yang telah direncanakan. Tabel 1: Perbandingan Teknis Perbandingan Pelat Konvensional Pelat Komposit 11 cm
11 cm
Tumpuan
4,522 kNm
4,6164 kNm
Lapangan
4,975 kNm
5,0781 kNm
6,21857 kN
3,9168 kN
Ø 10-250
Wiremash
Ø 8-250
Wiremash Pelat Bondek
Tebal Pelat
Momen Vu Tumpuan As Lapangan Lendutan
Tumpuan Pembagi Lapangan Pembagi
Ø 10-250 Ø 10-333,33 1,60 mm
Pelat Bondek 0,77 mm
Pada tabel tersebut dapat dilihat perbedaan-perbedaan teknis yang terdapat antara pelat konvensional dan pelat komposit. Perbedaan kedua pelat tersebut tidak terlalu signifikan pada semua bagian terkecuali pada bagian As atau tulangan. Pada pelat komposit, tulangan pada lapangan digantikan oleh pelat bondek yang sekaligus meniadakan tulangan pembagi pada lapangan. Perbedaan material penyusun komponen struktur tersebut terletak pada poin itu saja namun perbedaan non teknis berupa harga yang digunakan untuk mengerjakan pelat tersebut sangat signifikan, seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 2: Perbandingan Harga untuk setiap M3 Bahan / Tenaga Kerja Pelat Konvensional Kayu kelas III 1.107.424 Paku 5 cm – 12 cm 57.600 Minyak bekisting 40.000 Kayu kelas II balok 779.268 Plywood 9 mm 344.400 Wiremash Bondek Besi beton polos 900.000 Kawat beton 49.500 PC 411.600 PB 54.540 KR 176.094 Dolken kayu galam φ (8640.000 10) cm, panjang 4 m Pekerja 291.500 Tukang batu 22.000 Tukang kayu 104.000 Tukang besi 84.000 Kepala tukang 23.850 Mandor 21.200 . Rp 5.106.976 Total
Pelat Komposit 1.178.064 57.600 457.400 2.726.546 411.600 54.540 176.094 291.500 22.000 104.000 84.000 23.850 21.200 R p. 5.608.394
Yang mengakibatkan perbedaan harga yang sangat besar antara kedua pelat tersebut adalah kayu kelas II dan plywood. Untuk proyek sekala besar (di atas Rp.1.000.000.000,-) tentunya tidak akan menggunakan analisa tersebut di atas secara utuh, melainkan akan ada pola-pola tertentu sehingga kayu kelas III, kayu kelas II dan plywood yang digunakan di lapangan tidak perlu mencapai angka tersebut. Walaupun demikian, secara umum angka tersebut telah dapat dijadikan menjadi gambaran dalam perencanaan dan perbandingan harga. Untuk lebih jelasnya akan disajikan hasil dan pembahasan tugas akhir ini.
Perencanaan Perencanaan dilakukan dengan sistem one way slab karena rasio panjang dan lebar pelat yang direncanankan lebih kecil dari 1/3. Penggunaan besi tulangan juga tegak lurus dengan balok terpanjang yang semakin memperkuat sifat one way slab. Memang ada tulangan yang sejajar, yaitu tulangan pembagi, baik di tumpuan maupun lapangan, tetapi tulangan tersebut tidak direncanakan untuk memikul beban yang menghasilkan sistem pelat two way slab dimana lendutan dua arah dapat dipikul pelat, hanya sebagai persyaratan untuk tulangan minimum. Pada perencanaan, didapatkan bahwa tebal pelat yang direncanakan untuk dapat menghasilkan struktur yang diinginkan yaitu pertokoan adalah 11 cm, tetapi pada umumnya tebal minimum pelat konvensional adalah 9 cm. Kemudian dilakukan penghitungan perencanaan tulangan yang memikul momen positif dan negative. Dimensi tulangan yang dihasilkan dari perhitungan perencanaan pelat lantai konvensional adalah seperti dalam tabel berikut ini: Tabel 3: Penulangan Pelat Lantai Konvensional Tulangan Tulangan Tulangan Pembagi Tulangan Pembagi Lapangan Tumpuan di lapangan di tumpuan Ø 10-250 Ø 10-250 Ø 10-333,33 Ø 8-250 Bila kita melihat kasus yang terjadi pada proyek-proyek, dapat dilihat bahwa masalah utama yang terjadi pada perencanaan adalah kurang besarnya tebal pelat yang diambil sehingga tidak jarang selimut beton lebih kecil dari yang semestinya, sehingga tulangan mengalami degradasi mutu atau kualitas sehingga daya pikul terhadap momen pun berkurang. Dengan tebal pelat yang diambil sebesar 11 cm, sudah memenuhi syarat lendutan sebagai pertimbangan kenyamanan pemakai, dan juga telah memenuhi persyaratan dimensi ambil minimum SK-SNI032002. Apabila dilihat bahwa lendutan yang terjadi akibat beban yang bekerja pada pelat dengan ketebalan 11 cm tersebut adalah sebesar 0,182 cm pada pelat konvensional dan 0,163 cm pada pelat komposit, sehingga dapat disimpulkam bahwa lendutan masih sangat aman karena jauh dari batas lendutan izin (0,694 cm). Tetapi mungkin saja kejadian yang ada di lapangan, dimana lendutan terjadi sudah melampaui lendutan izin sedangkan struktur belum memikul beban hidup. Dapat disimpulkan ada faktor lain yang salah dalam pelaksanaan. Sekalipun dari segi data perencanaan, antara lain tebal pelat ambil, mutu beton, tebal selimut beton, dan lain sebagainya sudah memenuhi persyaratan, mungkin saja mutu bahan yang dipakai dalam pelaksanaan tidak sesuai dengan mutu bahan yang dipakai dalam perencanaan, namun pembahasan penulis tidak sampai ke standard – standard pengecekan bahan pakai yang sampai di lapangan sebelum memulai pekerjaan. Sementara dimensi tulangan pelat untuk design pelat komposit adalah sebagai berikut: Tabel 4: Penulangan Pelat Lantai Komposit Tulangan Tumpuan Tulangan Pembagi di tumpuan Wiremash Wiremash
Tulangan tersebut dipadukan dengan pelat bondek dengan tujuan yang sama, yaitu untuk memikul gaya tarik baik pada serat atas (oleh besi tulangan) maupun serat bawah (oleh pelat bondek), dengan ketebalan 1 mm dan dimensi sebagai berikut:
Gambar 2: Dimensi Pelat bondek (Lysaght, 2012)
Perbandingan Harga Komponen yang sangat berpengaruh dalam pembentukan angka harga pekerjaan untuk jenis pelat konvensional antara lain kayu kelas III, besi beton polos, kayu kelas III balok. Komponen pembentuk harga tersebut dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 5: Biaya untuk 1 m3 plat beton bertulang (55,0624 kg besi + bekisting) Kebutuhan Bahan Kayu kelas III Paku 5 cm – 12 cm Minyak bekisting Besi beton polos Kawat beton PC PB KR Kayu kelas II balok Plywood 9 mm Dolken kayu galam φ (8-10) cm, panjang 4 m Tenaga kerja Pekerja Tukang batu Tukang kayu
Satuan Indeks M3 0.32 Kg 3.20 Liter 1.60 Kg 60.00 Kg 2.25 Kg 336.00 3 M 0.54 3 M 0.81 3 M 0.12 Lembar 3.00
Harga (Rp) 3460700 18000 25000 15000 22000 1225 101000 217400 6493900 123000
Jumlah (Rp) 1.107.424 57.600 40.000 900.000 49.500 411.600 54.540 176.094 779.268 344.400
Batang
32.00
20000
640.000
OH OH OH
5.30 0.275 1.30
55000 80000 80000
291.500 22.000 104.000
Tukang besi Kepala tukang Mandor
OH OH OH
1.05 0.265 0.265
80000 90000 80000
84.000 23.850 21.200
Rp TOTAL (Daftar Harga Bahan Bangunan Dan Upah Kota Medan Tahun 2012) Tabel 6: Presentase komponen pembentuk harga pelat konvensional Kebutuhan (%) Kayu kelas III 21.68 Paku 5 cm – 12 cm 1.13 Minyak bekisting 0.78 Besi beton polos 17.62 Kawat beton 0.97 PC 8.06 PB 1.07 KR 3.45 Kayu kelas II balok 15.26 Plywood 9 mm 6.74 Dolken kayu galam φ (8-10) cm, panjang 4 m 12.53 Pekerja 5.71 Tukang batu 0.43 Tukang kayu 2.04 Tukang besi 1.64 Kepala tukang 0.47 Mandor 0.42 Total (%) 100
5.106.976
Untuk harga bahan dan upah diambil dari Daftar Harga Satuan Upah Dan Bahan 2012 Kota Medan yang dikeluarkan oleh Dinas Tata Ruang dan Permukiman kota Medan. Dengan menggunakan analisa sesuai ketentuan SNI 7394:2008 yaitu Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan didapatkan angka Rp.5.106.976 (Lima juta seratus enam ribu Sembilan ratus tujuh puluh enam rupiah) untuk membuat 1 m3 pelat beton konvensional.(SNI 7394,2008) Volume pekerjaan dari bangunan yang direncanakan sebelumnya adalah 352 M3 sehingga total biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan pelat beton konvensional (pelat beton bertulang biasa) adalah: 352 M3 * Rp.5.106.976 = Rp. 1.797.655.552,(Satu milyar tujuh ratus Sembilan puluh tujuh juta enam ratus lima puluh lima ribu lima ratus dua puluh dua rupiah.) Perlu diketahui bahwa biaya pekerjaan di lapangan untuk pekerjaan ini dapat dipastikan tidak mencapai angka tersebut. Karena beberapa bahan – bahan pendukung (misalnya kayu, plywood, dan lain sebagainya) yang dibutuhkan dapat digunakan berulang hingga beberapa kali selama memenuhi kriteria fisik yang masih
dianggap standard dan dipandang tidak mengurangi kualitas hasil pekerjaan. Namun kebijakan-kebijakan tersebut membutuhkan keterlibatan Tenaga Engineer yang mampu menganalisa dan mengawasi kelayakan pemakaian ulang bahan tersebut, sehingga dicapai keefisienan dan keefektifan pekerjaan di lapangan. Untuk pekerjaan pelat lantai komposit, komponen yang sangat berpengaruh dalam pembentukan angka harga pekerjaan adalah kayu kelas pelat bondek, besi beton polos, dolken kayu galam. Presentase komponen pembentuk harga tersebut dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 7: Biaya untuk membuat 1 m3 plat beton bertulang (bondek + wiremash ) Harga Jumlah Kebutuhan Satuan Indeks (Rp) (Rp) 2 Bahan Bondek M 9.09 299.950 2.726.546 2 Wiremash M 9.10 50.264 457.400 PC Kg 336.00 1.225 411.600 3 PB M 0.54 101.000 54.540 3 KR M 0.81 217.400 176.094 3 Kayu Kelas IIIBalok M 0,98172 1.200.000 1.178.064 Paku Kg 3,2 18.000 57.600 Tenaga kerja Pekerja OH 5.30 55.000 291.500 Tukang batu OH 0.275 80.000 22.000 Tukang kayu OH 1.30 80.000 104.000 Tukang besi OH 1.05 80.000 84.000 Kepala tukang OH 0.265 90.000 23.850 Mandor OH 0.265 80.000 21.200 Rp 5.608.394 TOTAL (Daftar Harga Bahan Bangunan Dan Upah Kota Medan Tahun 2012) Tabel 8: Presentase komponen pembentuk harga pelat komposit Kebutuhan (%) Bondek 48.61545034 Wiremash 8.155632432 PC 7.338999364 PB 0.972470907 KR 3.139829334 Kayu balok kelas III 21.00537159 Paku 1.027031981 Pekerja 5.197566362 Tukang batu 0.392269159 Tukang kayu 1.854363299 Tukang besi 1.497754972 Kepala tukang 0.42525543 Mandor 0.378004826 Total 100 Dengan menggunakan harga bahan dan upah yang sama dengan perencanaan pelat komposit, didapatkan angka Rp R p. 5.608.394 (Lima juta enam
ratus delapan ribu tiga ratus sembilan puluh empat rupiah). Namun perencanaan ini menggunakan analisa hasil modifikasi dari ketentuan SNI 7394:2008 yaitu Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan. Yang membedakan adalah penggunaan dan volume-volume bahan tertentu seperti yang telah dibahas sebelumnya. Adapun bahan-bahan yang digunakan pada pelat konvensional namun tidak digunakan pada pekerjaan pemuatan pelat komposit antara lain: Kayu kelas II, Paku 5 cm – 12 cm, Minyak bekisting, Kayu kelas II balok, Plywood 9 mm. Penggunaan bahan – bahan ini dalam pekerjaan pelat konvensional menyita lebih dari 40% biaya yang dibutuhkan. Sementara dalam pelat komposti bahan ini tidak digunakan sehingga sangat menekan angka biaya, sekalipun ada bahan yang digunakan untuk menggantikan fungsi dari bahan tersebut yaitu pelat bondek dengan ketebalan 1 mm. Volume pekerjaan dari bangunan yang direncanakan sebelumnya adalah 3 352 M sehingga total biaya yang dibutuhkan untuk pekerjaan pelat beton komposit adalah: 352 M3 * R p. R p. 5.608.394 = Rp Rp. 1.974.154.688 (Satu milyar Sembilan ratus tujuh puluh empat juta seratus lima puluh empat ribu enam ratus delapan puluh delapan rupiah) Kesimpulan 1. Dalam pekerjaan pembuatan pelat beton konvensional, biaya untuk pembuatan bekisting mencapai lebih dari 40% tetapi angka tersebut dapat ditekan dengan manajemen konstruksi yang baik misalnya dengan pemakaian bekisting berulang. 2. Dalam merencanakan pelat komposit yang menggunakan bondek, perlu peninjauan yang matang dalam perhitungan harga bahan dan biaya pengangkutan bondek tersebut karena hanya tersedia hanya di daerah-daerah tetentu saja. 3. Perbandingan harga pelat yang direncanakan adalah Rp. 1.797.655.552,(Satu milyar tujuh ratus Sembilan puluh tujuh juta enam ratus lima puluh lima ribu lima ratus dua puluh dua rupiah) untuk pelat beton konvensional, dan Rp. Rp. 1.974.154.688(Satu milyar sembilan ratus tujuh puluh empat juta seratus lima puluh empat ribu enam ratus delapan puluh delapan rupiah)
DAFTAR PUSTAKA Daftar Harga Bahan Bangunan Dan Upah Kota Medan Tahun 2012:Dinas Tata Ruang dan Permukiman Pemerintah Kota Medan Tahun,Medan,2012 Lysaght Bondek. User’s Guide for composite concrete slab construction:Blue Scope Lysaght,Australia:2012. SNI 03-1727-1989, Tata cara perencanaan pembebanan untuk rumah dan gedung: Badan Standardisasi Nasional
SNI 03-1729-2002, Tata Cara Perencanaan Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung: Badan Standardisasi Nasional SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perencanaan Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung: Badan Standardisasi Nasional SNI 7394-2008, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton Untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan: Badan Standardisasi Nasional S.Timoshenko & S. Woinowsky – Krieger. Teori Pelat dan Cangkang : Erlangga,Jakarta,1992.