Desa Binaan, Wujud Pengabdian dan Laboratorium Mahasiswa Sastra Indonesia UNAIR NEWS – Demi meningkatkan mutu program studi (prodi) dan kualitas mahasiswa, sivitas akademika S-1 Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga terus berupaya mencari terobosan. Salah satu terobosan yang dilakukan yakni dengan mewujudkan desa binaan yang berada di Desa Kemloko, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Desa yang berada di kaki Gunung Kelud tersebut merupakan bentuk pengabdian masyarakat. Desa binaan yang diproyeksikan menjadi desa wisata tersebut juga merupakan laboratorium mahasiswa untuk mata kuliah folklor. Dosen Sastra Indonesia Drs. Tubiyono, M.Si., yang memprakarsai terwujudnya desa binaan menuturkan, kegiatan pengabdian masyarakat itu dimaksudkan untuk menghidupkan tradisi lisan berupa seni Reog Bulqio yang ada di desa tersebut. Tubiyono juga menambahkan, ketika seni yang menjadi aset desa dikembangkan, industri ekonomi kreatif masyarakat akan turut berkembang. “Awalnya memang kita hidupkan seni Reog Bulqio yang menjadi ciri dari desa ini. Nah, kalau ini sudah jalan nanti kami akan kerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk mengembangkan yang lainnya,” jelasnya. Desa binaan juga difungsikan sebagai laboratorium mahasiswa. Pakar linguistik jurnalistik tersebut menuturkan, bentuk kegiatan riset yang dilakukan mahasiswa ditekankan pada pendokumentasian dan penerjemahan tradisi lisan dan naskahnaskah lama yang dimiliki warga desa setempat. “Saya ingin dari hasil penerjemahan yang dilakukan mahasiswa
ini nanti, bisa dibuat sebuah karya seni yang bisa dilombakan untuk pelajar yang ada di Blitar ini. Jadi, dengan seni dan kearifan lokal yang ada ini bisa turut mengembangkan desa sekaligus menanamkan rasa cinta kepada seni budaya pada pelajar,” terang Tubiyono. Ke depan, industri kreatif itu diharapkan bisa menjadi stimulan perekonomian. Sebab, selama ini, warga Kemloko telah membudidayakan macam-macam ikan koi, kakau, dan beragam hasil kreativitas masyarakat setempat. “Kalau desa ini berkembang, kita bisa gandeng keilmuan yang lain. Misalnya dengan perikanan, biologi, juga kesehatan masyarakat,” pungkasnya. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma S
Menanti “Edisi Revisi” Buku Menyikapi Perang Informasi Dalam sebuah obrolan ringan di Radio UNAIR, Rio F. Rachman menuturkan keinginannya untuk menerbitkan/mencetak kembali buku Menyikapi Perang Informasi. Karya yang dipublikasikan melalui penerbit Sarbikita Publishing pada 2015 itu, kata Rio, memerlukan penambahan artikel sebagai pendalaman dari tulisantulisan yang sudah ada. Pendalaman, bukan pengulangan. Tapi artikel yang sudah ada, tentu tetap dpertahankan. Sejatinya, buku tersebut memiliki 27 esai ringkas (140 halaman) yang sudah dimuat di media massa: cetak maupun online. Pemikiran di dalamnya, dipartisi menjadi tiga topik besar: Media Komunikasi, Sosio-Kultural, dan Keindonesiaan. Di edisi revisi nantinya, ujar Rio, selain penambahan tulisan,
tidak menutup kemungkinan akan diperluas pula poin pembagian topik. Bisa saja, akan ada lebih dari tiga bagian. Menyikapi Perang Informasi adalah deskripsi solutif dari sejumlah permasalahan di era keterbukaan informasi seperti sekarang ini. Banjir informasi membuat manusia berada dalam dua posisi: hanyut atau selektif. Bila tidak selektif dan asal percaya pada bahan “share” dari internet atau media massa lain, bersiaplah tenggelam dalam kabar negatif yang menjebak. Pelbagai problem atau perspektif tentang media dan strategi komunikasi dipaparkan di satu topik besar. Sementara di topik lain, Sosio-Kultural, Alumnus S2 Media dan Komunikasi UNAIR ini memaparkan banyak kritik sosial pada lingkungan sekitar yang makin egois, materialistik, dan gampang berkiblat pada hedonisme. Sementara di topik Keindonesiaan, terdapat banyak esai yang menuturkan soal pentingnya mengobarkan optimisme. Mengapa? Karena sejatinya, Indonesia adalah negara kaya yang potensial menjadi terdepan di muka bumi. Yang menarik, buku ini juga menjelaskan sejumlah pandangan mengenai kesusastraan. Disiplin yang digeluti penulisnya saat masih mengenyam S1 di Sastra Inggris Universitas Negeri Surabaya. Edisi revisi yang diidamkan Rio, tidak akan lepas dari tematema tersebut di atas. Meski memang, pasti akan pembenahan di sana-sini. Awalnya, buku baru tersebut ingin diterbitkannya pada tahun lalu melalui Penerbit Suroboyo. Namun, dia beranggapan, perlu persiapan konten yang lebih lama, agar hasil dari revisi bisa maksimal. (*)
Mutu Pendidikan UNAIR Capai Peringkat “Excellence” UNAIR NEWS – Universitas Airlangga terus memacu diri dalam meningkatkan mutu pendidikan. Terbukti, UNAIR berhasil mempertahankan status “Excellence Level” dalam penilaian mutu pendidikan. Mutu pendidikan di UNAIR mendapatkan sertifikasi sesuai standar ISO 9001:2015, MBNQA 2015-2016, dan IWA 2:2007. Pada hari Selasa (10/1) lalu, lembaga sertifikasi mutu DeCRA merilis hasil penilaian manajemen. Penilaian mutu didasarkan pada proses audit eksternal yang dilakukan pada tanggal 14-18 November dan 28-30 November 2016 lalu di hampir semua unit kerja di lingkungan UNAIR. Sertifikat itu akan berlaku sampai tanggal 17 Desember 2018. Menanggapi hasil penilaian itu, Rektor UNAIR Prof. Dr. M. Nasih, S.E., M.T., Ak, menyampaikan apresiasinya kepada seluruh sivitas akademika yang telah berusaha untuk menjaga mutu kelangsungan proses pendidikan. Menurut Rektor, UNAIR termasuk responsif dalam mengadopsi standar ISO 9001:2015 dalam manajemen pendidikan. “Tapi kita sudah dapat ISO 9001:2015, kita termasuk institusi yang responsif dalam menggunakan ISO 9001:2015, karena mengaitkan dengan isu-isu risk management,” tuturnya. Ketua Badan Penjaminan Mutu (BPM) UNAIR Prof. Dr. Bambang Sektiari Lukiswanto, drh., DEA., menyampaikan seluruh aspek yang berkenaan dengan mutu pendidikan yang dinilai oleh lembaga audit. Aspek-aspek itu meliputi visi dan misi, kebijakan pendukung, sumber daya manusia, sarana prasarana, hingga kualitas lulusan. “Mulai dari bagaimana proses input, hingga output dan outcomenya saling terkait yang bertujuan untuk menghasilkan output dan outcome sebagaimana visi dan misi yang ditetapkan atau
tujuan dan sasaran yang ditetapkan,” tutur Bambang. Terkait dengan hasil excellence yang berhasil dicapai oleh UNAIR, Bambang mengatakan bahwa pencapaian tersebut selaras dengan target yang ditetapkan. Lulusan Universitas Rene Descartes, Prancis, itu menambahkan, hasil tersebut bisa tercapai karena semua bidang berhasil melakukan strategistrategi dalam aspek yang dijadikan penilaian. Patokannya, mengarah pada kebijakan mutu yang berpegang pada prinsip BEST. BEST adalah kependekan dari based on morality, excellent (academic, research, dan community development), strong academic culture, dan target oriented. Namun, ia berharap ada peningkatan terhadap mutu penyelenggaraan pendidikan. Apalagi dengan predikat yang telah dicapai, kebijakan-kebijakan UNAIR sudah barang tentu mengarah pada internasionalisasi. “Ke depan yang perlu diperbaiki, menurut saya adalah semua level bisa bersama-sama mensinkronkan semua program dan langkahnya sesuai visi dan misi yang telah ditetapkan berdasarkan target kinerja, baik dalam jangka panjang, menengah, maupun tahunan,” terangnya. Di tingkat lembaga/institusi/badan, ada sekitar 17 unit kerja yang diaudit terkait proses pengembangan kebijakan. Sedangkan, di tingkat program studi, ada 30 prodi dari berbagai jenjang pendidikan, dari seluruh fakultas yang diaudit terkait proses pembelajarannya. IWA 2 adalah bagian dari ISO (International Organization for Standarization) yang bertugas untuk melakukan audit dan penilaian terhadap lembaga penyelenggara pendidikan tinggi. Audit dan penilaian oleh lembaga eksternal dilakukan terhadap unit kerja di lingkungan UNAIR. Sedangkan, MBNQA (Malcolm Baldridge National Quality Award) yang bertugas untuk menilai mutu organisasi-organisasi di
bidang bisnis, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sektor non-profit lainnya. (*) Penulis : Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh
Belum Tua Kok Sudah Beruban? Apa penyebabnya? UNAIR NEWS – Umur yang semakin bertambah kerap ditandai dengan munculnya rambut beruban. Kondisi ini wajar, mengingat, rambut beruban adalah bentuk manifestasi dari proses penuaan yang tidak dapat dihindari. Namun bagaimana jika rambut beruban ini muncul di usia yang belum sebegitu tua? Wajar kah? Pada dasarnya, rambut beruban atau dalam istilah kedokteran disebut canities adalah proses alami terjadinya penuaan yang berlangsung secara bertahap tanpa memandang jenis kelamin atau ras. Sehingga hampir dapat dipastikan, seiring bertambahnya umur seseorang, akan bermuncullan rambut beruban. Namun berbeda ketika rambut beruban ini muncul di usia lebih dini. Dapat dipastikan ada faktor penyebab sehingga rambut beruban muncul lebih lebih cepat pada usia 20 atau sebelum 30 tahun. Dokter ahli kulit kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Dr. Afif Nurul Hidayati Sp.KK, FINSDV menjelaskan, wajarnya rambut beruban muncul pada dekade keempat usia seseorang. Munculnya uban pada orang kulit putih rata-rata memasuki usia pertengahan 30-an, orang Asia di akhir 30-an, sementara Afrika pertengahan 40-an.
Warna hitam pada rambut merupakan hasil dari proses pembentukan melanin yang diproduksi oleh melanosit. Jika produksi melanin ini terganggu atau menurun kadarnya, maka yang terjadi adalah terganggunya proses transfer melanin dari folikel rambut ke batang rambut. Kondisi ini yang kemudian mengakibatkan terjadinya uban maupun kerontokkan pada rambut. Selain akibat proses alami, penurunan atau kerusakan melanin juga disebabkan karena kerusakan oksidatif akibat tingginya kadar oksidan di dalam tubuh. Penyebab beruban lebih dini Afif mengungkapkan, dari sejumlah penelitian dibuktikan bahwa orang yang beruban di umur yang lebih dini, memiliki kadar oksidan yang lebih tinggi dan kadar antioksidan lebih rendah di dalam tubuhnya. Oksidan yang bersifat merusak melanosit ini bisa berasal dari paparan polusi, sinar matahari ultra violet, stres psikologis, stres emosional, toksin, dan asap rokok. Selain faktor oksidan, seseorang dengan penyakit tertentu juga dapat memicu terjadinya rambut beruban lebih cepat. Seperti penyakit keradangan, penyakit autoimun, mengalami gangguan saraf, penyakit kardiovaskuler seperti jantung, anemia, infeksi HIV, serta menderita beberapa sindrom langka seperti progeria dan pangeria (sindrom Werner). Kehilangan atau kekurangan protein jangka panjang juga menjadi faktor pencetus. Namun pada umumnya, kondisi rambut akan membaik setelah kesehatan berlahan membaik. Termasuk diantaranya adalah para pelaku diet yang kekurangan zat gizi tertentu seperti vitamin, mineral, tembaga, besi, dan zink dalam asupan menu diet setiap harinya. “Selama tidak mengalami faktor pencetus seperti yang disebutkan di atas, maka rambut beruban masih dianggap aman. Namun jika disebabkan karena kondisi tertentu, maka perlu dicari penyebabnya dan ditangani dengan tepat,” ungkapnya. Agar rambut beruban tidak muncul lebih dini dari usia
sewajarnya, sebaiknya melakukan langkah-langkah prefentif sebagai cara paling efektif dilakukan. Seperti senantiasa menerapkan pola hidup sehat, pola makan yang sehat dan seimbang, menghindari stres berlebihan, serta meminimalisir faktor oksidan. (*) Penulis : Sefya Hayu Editor : Binti Q. Masruroh
Pelajar Diharap Cermati Prodi yang Diminati UNAIR NEWS – Memasuki masa penerimaan mahasiswa baru, Universitas Airlangga melalui Pusat Informasi dan Humas (PIH), dan Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) mengadakan sosialisasi SNMPTN dan SBMPTN 2017 di Kabupaten Bangkalan. Sosialisasi digelar Rabu (1/2), bertempat di SMKN 2 Kabupaten Bangkalan, Madura. Acara dihadiri oleh Kepala SMKN 2 Kamus S.Pd, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Pemkab Bangkalan Mariono. Sosialisasi dihadiri oleh kepala sekolah dan guru bimbingan konseling SMA/SMK/ Sederajat di Kabupaten Bangkalan. Pemateri dari PPMB UNAIR Taufik, S.T., M.Kom., menjelaskan, meski seorang pelajar memiliki jejak rekam akademis dan kesiswaan yang mumpuni, tak membuat pelajar tersebut bisa lolos dengan mudah dalam proses SNMPTN. Hal itu juga bergantung pada aspek penentu lainnya seperti indeks prestasi kumulatif alumni, indeks integritas sekolah, dan tingkat keketatan masing-masing program studi. Bila pelajar memang tak lolos SNMPTN, guru diharapkan terus
mendorong siswa untuk belajar dengan rajin. Sebab, usai proses SNMPTN berlangsung, pelajar masih memiliki kesempatan untuk mengikuti SBMPTN. Dalam SBMPTN, siswa akan melakukan tes tulis secara bersamaan. Tes SBMPTN akan berlangsung pada tanggal 16 Mei 2017. Selain SBMPTN, ada pula jalur masuk Mandiri. Meski belum ada peraturan dan jadwal resmi dari UNAIR, Kemenristekdikti menetapkan kuota maksimal pada jalur Mandiri adalah 30 persen. “Pada jalur Mandiri, kita juga adakan seleksi karena peserta tesnya cukup banyak,” tutur Taufik. Memilih Prodi Taufik mengatakan, guru hendaknya membantu siswa dalam memilih prodi. Caranya, dengan mengetahui seluk beluk prodi tersebut, daya tampung dan jumlah peminat, serta sesuaikan kemampuan dengan prodi yang diminati. “Guru lebih paham dengan kemampuannya adik-adik (pelajar, red). Kalau kemampuannya biasa-biasa saja, pilihlah yang passing grade-nya tidak begitu tinggi,” tutur Taufik. Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Pusat Informasi dan Humas Dr. Bimo Aksono, drh., M.Si., meminta para guru dan siswa untuk mempertimbangkan jurusan di UNAIR Program Studi di Luar Domisili (PDD) Banyuwangi. Menurut data yang dilansir oleh PPMB UNAIR, tingkat keketatan di PDD Banyuwangi tak setinggi prodi yang berada di Surabaya. Ada empat prodi di UNAIR PDD Banyuwangi, yakni S-1 Kesehatan Masyarakat, S-1 Akuntansi, S-1 Pendidikan Dokter Hewan, dan S-1 Budidaya Perairan. “Fasilitasnya sama, dosennya sama. Hanya saja tempat kuliahnya di Banyuwangi. Prosesi pengukuhan mahasiswa baru dan wisuda tetap dilakukan di Surabaya,” tutur Bimo. Sebagai penutup, Bimo menyampaikan pesan kepada para guru dan
kepala sekolah. Pertama, sekolah diharapkan untuk tidak melakukan pemeringkatan sendiri. Kedua, dalam pengisian Pangkalan Data Sekolah dan Siswa, guru diharap berhati-hati dalam mengisi definisi kurikulum. “Bila ada hambatan dalam pengisian Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS), gunakan menu bantuan. Karena menurut panitia pusat, bila ada pertanyaan pada hari itu, maka harus dijawab pada saat itu juga,” pesannya. (*) Penulis : Defrina Sukma S. Editor : Binti Q. Masruroh