50
Ramadhan 1437 H Juni 2016 M
in rudd
f
Lati
or nsel o K a Ulam ikahan Pern a
Nas
FRAMING KOMPAS &
DEREGULASI PERDA BERNUANSA ISLAMI
Hukum Penyiaran
100 Da’i Ramadhan
dan Problematikanya
Dikirim ke Pelosok Nusantara
H. Kasri Suryanto: Pak Natsir
CIMB Niaga Syariah
Tak Segan Mengajari Saya
Bantu Donasi Kafilah Da’wah
Assalamu'alaikum wr. wb. Segala puji tak terhingga bagi Allah Ta’ala. Shalawan dan Salam tak terukur bagi Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Pembaca Mimbar rahimakumullah, bagaimana kabarnya? Kita bertemu kembali di media kita tercinta, Mimbar STID Mohammad Natsir. Semoga Allah Ta'ala selalu merahmati langkah kita semua, h a m b a N ya ya n g te n ga h b e r u p aya melanjutkan risalah Nabi Saw. Pada edisi kali ini, Mimbar STID Mohammad Natsir memuat tajuk, “Framing Kompas & Deregulasi Perda Islami”. Media Kompas melakukan “gebrakan” di momen Ramadhan. Media yang memiliki pangsa pasar Muslim ini memainkan isu yang cukup kontroversial. Yakni tentang sebuah warteg yang dirazia Satpol PP lantaran buka di siang hari Ramadhan. Kompas merekam aksi razia tersebut hingga memperoleh gambar yang cukup dramatis. Ibu Saeni sang pemilik warteg terlihat menangis akibat tindakan Satpol PP tersebut. Kompas berhasil mengembangkan berita ini hingga pada isu intoleransi dan deregulasi Peraturan Daerah (Perda) di Serang Banten. Bahkan lebih itu, pemerintah segera merespon peristiwa itu dengan berencana melakukan penghapusan terhadap Perda yang dinilai intoleransi di seluruh Indonesia. Para pembaca Mimbar, pada rubrik Bayan, Ustadz Ahmad Misbahul Anam, MA. mengupas tentang “Makna Menolong Agama Allah”. Selain itu, ada juga rubrik opini yang membahas tentang hukum penyiaran dan problematikanya, reportase, Pewarisan Nilai dan Tokoh yang sayang jika dilewatkan. Mudah-mudahan sajian kami dapat memberi wawasan dan manfaat kepada pembaca semuanya. Wassalamu'alaikum wr. wb. Redaksi
Foto: Pelepasan Kafilah Da’wah STID Mohammad Natsir 2016 di Masjid Al-Furqon Dewan Da’wah
Keberanian untuk Mencoba Hal yang Hebat dan Baru Anak-anak muda yang masa mudanya dipenuhi oleh prestasi adalah mereka yang selalu punya ketertarikan untuk mencoba peluang hebat yang hadir di depannya. Ia selalu memanfaatkan peluang sekecil apapun untuk melejitkan prestasinya. Ada lomba ini dia mengikuti, ada peluang tampil dia ambil. Ada kesempatan belajar yang baru, dia menyambutnya dengan semangat. Nah kalau sudah ada keberanian untuk selalu mencoba hal-hal baru yang kita temui, biasanya akan muncul dan hadir momentum yang akan melejitkan prestasinya. (Akhsanul Qoriah) Kesan Kuliah di STID Mohammad Natsir Kampus STID Mohammad Natsir adalah lembaga yang lebih mengedepankan masalah da’wah, sesuai dengan Prodinya yaitu Komunikasi Penyiaran Islam. Di kampus ini mahasiswa dituntut untuk menjadikan dirinya sebagai da’iyah ilallah. Oleh karena itu, saya merasa senang duduk di majelis ini dalam rangka menunaikan harapan saya yang telah saya rancang sebelumnya. Semoga visi dan misi lembaga ini dapat terlaksana sesuai dengan apa yang kita harapkan. Aamiin. (Hanna Maryam) Cinta Ilahi Ketika cinta mulai menyapa Aku tak mampu berkata apa-apa Ketika cinta mulai menyapa Aku mulai tersipu malu
Tuk menjelaskan isi perasaanku Aku tak mengerti apa itu cinta Hingga akhirnya aku harus bertanya Apa itu hakekat cinta? Dan apa itu cinta sejati? Aku terus mencari dan mencari Apakah itu cinta pada manusia? Atau pada siapa? Hidup ini memang tiada ujungnya Bila kita membicarakan cinta Tiada habis bila membahasa cinta Hingga akhirnya aku menemukan Cinta hakiki milik Ilahi Rabbi (Mardhiyah) Buat Apa Sekolah di Jurusan Da’wah, Ini Jawabannya Banyak orang bilang, “buat apa kita sekolah di jurusan da’wah, tidak menjanjikan keberhasilan dan dunia kerja.” Tapi saya tidak terpengaruh dengan kata-kata itu, karena berda’wah adalah pekerjaan yang sangat mulia, dan pada dasarnya setiap Muslim wajib melaksanakan da’wah karena merupakan tugas ubudiyah. Penyampaian da’wah haruslah disempurnakan dari generasi ke generasi berikutnya agar cahaya hidayah Allah Ta’ala tidak terputus sepanjang masa. (Minda Zulfa F.)
081289422092 Redaksi menerima SMS Surat Pembaca maupun Komentar.
MAKNA MENOLONG AGAMA ALLAH
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha kuat lagi Maha perkasa. (QS. Al-Hajj : 40) Allah memerintahkan kita untuk menjadi penolong Allah. Mungkin ada yang bertanya! Mengapa Allah memerlukan penolong? Bukankankah Allah Maha Kuat dan Perkasa? Jangan salah, bahwa ajakan Allah untuk menolong-Nya tidak lain hanyalah, karena Allah ingin melihat hamba-hambanya memiliki ketaatan terhadap perintah, bukan soal pertolongan kepada-Nya. Kita tentu ingat bahwa setiap ada kata perintah dari Allah sang Khaliq kepada manusia yaitu makhluk-Nya, ia memiliki makna perintah untuk taat. Al-Qur’an pernah menyebut kata ‘penolong’ dengan kata Hawariyun, sebagaimana firman Allah dalam surat as-Shaff 61 ; 14 yang menceritakan dialog antara Nabi Isa dengan kaum-Nya, ayat tersebut berbunyi. Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa Ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan
menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; Maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuhmusuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. Ibnu Katsir memberikan kata komentar, yang dimaksud dengan penolong di sini adalah orang yang menolong agama Allah. Bagaimana ciri-ciri mereka sehingga disebut dengan penolong? Beliau mengaitkan dengan ayat 41 surat al-Hajj, (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. Jika melihat ayat ini, yang dimaksud dengan penolong agama Allah dapat dikelompokkan menjadi dua katagori ; Pertama, perintah yang sifatnya individu seperti ;
melaksanakan Shalat dan menunaikan Zakat. Artinya kita diperintahkan untuk melaksanakan perintah-perintah yang bersifat individu, sebagai wujud tanggungjawab seorang hamba atas kewajiban yang diamanahkan. Dari pelaksanaan ibadah yang individu inilah, seseorang dapat diketahui loyalitasnya seperti apa, dan dari sini pula seseorang akan dikenali bagaimana mereka loyal kepada tanggung jawab yang bersifat memiliki tujuan untuk kepentingan umum. Hal ini mengingatkan kepada beban kewajiban yang juga bersifat fardhu ain dan fardhu kifayah. Kedua, di dalam ayat tersbut terkandung kewajiban untuk menolong agama Allah dengan beban tugas yang bersifat kolektifitas, yaitu amar ma’ruf nahi munkar. Didalam kewajibanya untuk menolong agama ini, setiap individu diberi tugas untuk senantiasa mengajak yang baik dan mencegah kemungkaran. Perintah ini, dalam agama Islam biasa disebut dengan da’wah. Dari penjelasan singkat ini, kita sudah dapat keterangan ringkas bahwa yang dimaksud dengan penolong agama Allah adalah, merekalah yang secara pribadi melaksanakan seluruh perintah-perintah Allah dan secara kolektif mereka selalu menda’wahkan pesan-pesan Allah kepada seluruh manusia. Lalu keuntungan apakah yang didapat dari aktivitas sebagai penolong agama Allah ini? Allah memberikan jaminan, bahwa setiap yang mengorbankan dirinya untuk menolong agama Allah, Allah akan memberikan
pertolongan kepada mereka, sebagaimana janji-Nya dalam surat Muhammad ayat 7- 8 berikut,Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. dan orang-orang yang kafir, Maka kecelakaanlah bagi mereka dan Allah menyesatkan amal-amal mereka. Begitulah, tuntutan dari Allah kepada para hambanya untuk membuktikan bagaimana sebuah pertolongan itu dihadirkan. Pertolongan kepada Allah adalah puncak loyalitas yang diberikan oleh seorang hamba mu’min, dengan orientasi hanya dan kepada Allah semata. Pertolongan yang memerlukan keikhlasan sebagai daya dorongya, bukan sekedar pertolongan yang hanya menghitung untung ruginya dengan kalkulasi materi dunia. Pada hari dimana kala itu setiap orang memerlukan pertolongan, maka satu-satunya penolong yang akan memberikan pertolongan itu adalah Allah. Tapi Allah hanya akan memberikan pertolongan pada masa itu, kepada hamba-hamba yang pernah menolongnya. Yaitu pertolongan untuk menegakkan agama ini, dan yang selalu berusaha untuk menjauhkan diri dari larangan-larangan Allah. Allah menegaskan dalam surat as-Shafaat ayat 171 – 173, Dan Sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hambahamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) Sesungguhnya mereka Itulah yang pasti mendapat pertolongan. dan Sesungguhnya tentara Kami, Itulah yang pasti menang. []
FRAMING KOMPAS &
DEREGULASI PERDA BERNUANSA ISLAMI
Kompas berhasil mengembangkan berita ini hingga pada isu intoleransi dan deregulasi Peraturan Daerah (Perda) di Serang Banten. Bahkan lebih itu, pemerintah segera merespon peristiwa itu dengan berencana melakukan penghapusan terhadap Perda yang dinilai intoleransi di seluruh Indonesia.
M
edia Kompas melakukan “gebrakan” di momen Ramadhan. Media yang memiliki pangsa pasar Muslim ini memainkan isu yang cukup kontroversial. Yakni tentang sebuah warteg yang dirazia Satpol PP lantaran buka di siang hari Ramadhan. Kompas merekam aksi razia tersebut hingga memperoleh gambar yang cukup dramatis. Ibu Saeni sang pemilik warteg terlihat menangis akibat tindakan Satpol PP tersebut. Kompas berhasil mengembangkan berita ini
hingga pada isu intoleransi dan deregulasi Peraturan Daerah (Perda) di Serang Banten. Bahkan lebih itu, pemerintah segera merespon peristiwa itu dengan berencana melakukan penghapusan terhadap Perda yang dinilai intoleransi di seluruh Indonesia. Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa perda yang dibatalkan pada termasuk Perda yang mengesampingkan unsur toleransi antar umat beragama. Menurut Presiden Joko Widodo, bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa toleran terhadap satu sama lain di
tengah kebhinekaaan. Namun menurut Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Perda Serang itu belum dibatalkan. Ia berjanji akan mengeceknya karena seharusnya Perda tersebut tidak melarang, namun membatasi. "Gak ada istilah Perda memperbolehkan makanan boleh dirampas. Itu overacting," ujarnya, sebagaimana dilansir tempo.co. Secara terpisah, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengatakan bahwa ribuan Perda yang dibatalkan saat ini kebanyakan yang bermasalah
dalam hal investasi atau ekonomi. Meski begitu, bukan berarti tak ada Perda intoleran yang dibatalkan. Apabila diprosentasekan, kurang lebih hanya 25 persen yang berkaitan dengan intoleransi atau diskriminasi. Framing dalam Media Menurut Robert Entman, framing adalah proses seleksi di berbagai aspek realitas sehingga aspek tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lainnya. Ia juga menyatakan informasiinformasi dalam konteks yang
khas sehingga tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi lainnya. (Eriyanto, 67-68) Framing berhubungan dengan proses penonjolan dan seleksi dari suatu pesan. Peristiwa dikonstruksi, dan diseleksi dan disajikan sebagai bagian tertentu saja dari peristiwa. Peristiwa yang kompleks disederhanakan sehingga bisa dimengerti dan sesuai dengan struktur kognitif dari seseorang. Sebagai akibat dari proses penyederhanaan tersebut adalah terjadi penonjolan bagian tertentu dari suatu peristiwa, dan menghilangkan atau mengurangi bagian lain dari peristiwa. Analisis Framing secara sederhana melihat proses seleksi dan penekanan suatu peristiwa (realitas). Manusia terbatas kemampuan otak dan memorinya. Ia hanya melihat sisi tertentu saja dari realitas yang kompleks. Dalam media, framing tersebut terjadi ketika wartawan hanya memilih sisi tertentu saja dari suatu peristiwa. Karena berbagai penyebab (bisa karena keterbatasan waktu, kepentingan, dsb), peristiwa yang kompleks dipilih dari sisi dan sudut tertentu saja. Lalu
fakta yang telah dipilih tersebut ditekankan (lewat kata, laimat, foto dsb) sehingga bagian yang dipilih tersebut menjadi menonjol. Robert Entman adalah guru besar komunikasi pada School of Media and Public Affairs, George Washington University. Ia banyak menulis buku dan jurnal mengenai media, politik dan opini publik. Entman membuat suatu Direktur Satpol PP Kementerian Dalam Negeri Asdullah memberikan bantuan kepada Ibu Saeni pemilik warteg model untuk membedah atau menganalisis sumber masalah (diagnose bingkai (frame) dari suatu causes), keputusan moral (make Sangat mungkin berita. Model yang dibuat oleh moral judgment), dan keberadaan Perda Entman ini adalah salah satu penyelesaian (treatment tersebut dapat yang populer dan banyak recomendation). mengganggu stabilitas dipakai. Dalam konsepsi Kompas berhasil ideologi, politik, dan Entman, framing pada dasarnya mengembangkan framing berita bisnis mereka. Dengan merujuk kepada pemberian ini dengan menonjolkan sisi demikian, definisi, penjelasan, evaluasi dramatisasi. Ibu Saeni sang Penghapusan Perda dan rekomendasi dari stau pemilik warteg terlihat menyebabkan posisi berariya untuk menekankan menangis akibat tindakan umat Islam akan kerangka berpikir tertentu Satpol PP tersebut. Sisi defenisi semakin lemah, di terhadap peristiwa yang masalahnya (define problem) pihak lain hegemoni diberitakan. adalah seorang ibu pemilik non Islam akan Menurut teori Robert warteg terkena razia Satpol PP semakin kuat. Entman, untuk membuktikan akibat Peraturan Daerah (Perda) sebuah framing pemberitaan Serang yang dinilai diskriminasi. diperlukan adanya defenisi Sementara di pihak lain, dari sisi masalah (define problem), PP diperlihatkan tengah menyita make moral judgment, Satpol sejumlah dagangan untuk mengesankan tidak memiliki rasa kemanusiaan. Berita ini tidak melihat, apakah sang pemilik warteg bersalah atau tidak, karena kesan yang ingin ditampilkan adalah rasa kasihan penonton terhadap aksi tersebut. Kompas.com menulis: Tampak ibu tersebut menangis sambil memohon kepada aparat agar dagangannya tidak diangkut. Namun tangisan ibu tersebut tak dihiraukan. Aparat tetap mengangkut barang dagangan ibu tersebut. Satpol PP merupakan pihak
Reporter Kompas tengah melakukan wawancara dengan pemilik wateg
“
””
paling dipojokkan dalam kasus ini yang dalam teori Etnman disebut sumber masalah (diagnose causes). Meski sesungguhnya mereka hanya menjalankan tugas sesuai kewajibannya, dan sebagai penerapan Peraturan Daerah (Perda) Serang, namun kenyataan di media mereka disudutkan. Tidak hanya itu, mereka pun terancam dikenakan sanksi atas aksinya tersebut. Sementara dilihat dari kaca mata treatment recomendation, Kompas sudah jelas menggiring pesan untuk mengkritisi dan mencabut Perda Ramadhan yang diberlakukan di Serang Banten. Bahkan tidak hanya itu, PerdaPerda di daerah lain yang bernuansa Islam pun diharapkan bisa dihapuskan karena dinilai intoleransi dan diskriminasi. Kompas menulis:
Petisi menuntut pencabutan peraturan daerah (perda) tentang larangan berjualan makanan di siang hari pada bulan Ramadhan muncul di dunia maya. Petisi ini dianggap sebagai reaksi terkait maraknya razia warung makan yang dilakukan secara represif oleh petugas satpol PP di sejumlah daerah. Yoyon menilai, larangan berjualan di siang hari pada bulanRamadhan tidak sesuai dengan prinsip Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Dalam pemberitaan lainnya, Kompas memberitakan: Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo akan melihat urgensi dari perda-perda tersebut untuk dievaluasi. Ia pun mengirimkan timnya ke Serang untuk meninjau implementasi regulasi tersebut. "Karena tidak semua daerah
berbuat sama. Walau mayoritas warga beragama Islam, yang penting apakah perda itu bermanfaat bagi kemaslahatan masyarakat," kata Tjahjo. Hingga saat ini, lanjut Tjahjo, Kemendagri sudah mencabut hampir 3.000 peraturan daerah (perda) yang bermasalah. Kesimpulan tulisan ini hendak menyajikan bahwa framing pemberitaan Kompas dalam kasus razia warteg ini
memiliki agenda besar, yakni penghapusan Perda-Perda bernuansa Islam di berbagai daerah di indonesia. Karena sangat mungkin keberadaan Perda tersebut dapat mengganggu stabilitas ideologi, politik, dan bisnis mereka. Dengan demikian, posisi umat Islam akan semakin lemah, di pihak lain hegemoni non Islam akan semakin kuat. []
ATAS KELUARNYA IZIN PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM (PMI)
Hukum Penyiaran dan Problematikanya dan sifatnya terbatas, maka penggunaannya harus sebesarbesarnya bagi kepentingan publik. Dasar dari fungsi pelayanan informasi yang sehat adalah prinsip Diversity of Content (prinsip keberagaman isi) dan Diversity of Ownership (prinsip keberagaman kepemilikan).
F
enomena etika dan hukum penyiaran di Indonesia mengalami problematika yang semakin rumit. Seiring semakin besarnya industri penyiaran maka semakin besar pula kepentingannya. Para pegiat industri penyiaran mungkin sudah pernah menelaah tentang undang-undang penyiaran. Namun di sisi lain, mereka kerap kali mengabaikan hukum tersebut demi kepentingan golongan, bisnis, dan lainnya. Hal ini mengakibatkan persoalan dilematis antara idealisme etika penyiaran dengan kepentingan tertentu. “Sebuah masyarkat tanpa etika adalah masyarakat yang menjelang kehancuran,” ucap filosof S. Jack Odell. Menurut Odell, “ konsep dan teori dasar etika memberikan kerangka yang dibutuhkan untuk melaksanakan kode etik atau moral setiap orang”. Odel yakin bahwa prinsip-prinsip etika adalah prasyarat wajib bagi keberadaan sebuah komunitas sosial. Tanpa prinsip-prinsip etika mustahil manusia bisa
hidup harmonis dan tanpa ketakutan. Berdasarkan UU Penyiaran, maka penyiaran di Indonesia harus diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang 1945 dengan asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab. Penyiaran diselenggarakan dengan bertujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia. KPI merupakan wujud dari peran serta masyarakat yang berfungsi untuk mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan penyiaran. Sistem penyiaran Indonesia menempatkan publik sebagai pemilik dan pengendali utama ranah penyiaran. Karena frekuensi adalah milik publik
Aspek netralitas atau obyektifitas rupanya sudah tidak diindahkan lagi oleh media. Para politikus, terutama mereka yang menjadi bos media melakukan pelanggaran kode etik penyiaran dengan mengeksploitasi media menjadi corong politiknya. Mereka telah mencuri start kampanye demi melakukan pencitraan di tengah masyarakat. Sejumlah masalah di atas terjadi berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama. Belum ada penyelesaian yang ampuh baik dari media terkait atau pun KPI sebagai pihak berwenang dalam hal penyiaran. Kasus tersebut juga berpotensi akan berulang pada Pemilu-Pemilu selanjutnya. Padahal di dalam UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran pada Pasal 36 ayat 4,5a sudah ditegaskan bahwa: - Ayat (4) Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu. - Ayat (5) Isi siaran dilarang : a. bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong; Untuk menarik minat penonton, media penyiaran kerap kali mendramatisir suatu berita, film, dan lainnya. Bahkan tidak sedikit yang menampilkan unsur-unsur
sadisme secara vulgar. Nitibaskara menyebutkan televisi berpotensi mempengaruhi 75 % pemirsanya. (Psyche, 1994). Saat ini televisi mulai banyak menyajikan acara yang menampilkan kekerasan. Penelitian mengenai aksi kekerasan yang muncul di televisi pernah dilakukan oleh surat kabar Kompas pada bulan Sepetember 1993. Dalam satu hari, empat stasiun televisi yaitu TVRI, RCTI, TPI dan SCTV menayangkan adegan kekerasan sebanyak 127 kali dari sebelas film yang disajikan (Budyatna, 1994) Dalam Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002 tentang isi siaran, pada pasal 36 ayat 3 menyatakan: Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran. Sedangkan Ayat 5: Isi siaran dilarang: Pertama, bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong. Kedua, Menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang; atau Ketiga, Mempertentangkan suku, agama, ras, dan antar golongan. Pada pasal 48 tentang Pedoman Prilaku Penyiaran ayat 4 point D, juga menyebutkan adanya pembatasan adegan seks, kekerasan dan sadisme. [] (Saeful)
Dewan Da’wah: Masyarakat Resah
Kemendagri Tidak Transparan Dalam Pencabutan Perda
K
masyarakat mulai terlihat akibat sikap Kemendagri yang tak transparan dalam pencabutan perda. “Saya juga melihat adanya
etua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Mohammad Siddik mengatakan, keresahan di
diskriminasi karena ada daerah yang dibolehkan mengeluarkan perda berdasarkan kepercayaan agama yang termasuk intoleran terhadap kemajuan ekonomi dan pariwisata. Dewan Dakwah juga melihat pelarangan dan pembatasan perda secara umum bertentangan dengan otonomi daerah yang merupakan tujuan utama reformasi, karena perda itu diterbitkan sesuai dengan keragaman dan kearifan lokal,” kata Mohammad, Kamis, (16/6). Bupati Manokwari Demas
Paulus Mandacan mengatakan, ia tak setuju dengan pencabutan perda minuman keras. “Sebab kalau perda miras dicabut maka Manokwari tidak aman,” katanya. Pemerintah Jokowi-JK sejak awal mengenalkan program Nawacitanya dengan memperjuangkan perubahan sikap Bangsa melalui revolusi mental. Adapun miras diketahui sebagai sumber perusak mental dan akhlak yang berujung kerusakan moral bangsa. Miras dapat memicu beragam kekerasan, termasuk kejahatan seksual. []
CIMB Niaga Syari’ah Bantu Donasi Kafilah Da’wah Ramadhan
K
afilah Da’wah 1437 H STID Mohammad Natsir memperoleh dukungan donasi dari Bank CIMB Niaga Syariah. Penyerahan donasi tersebut diberikan secara langsung oleh Rusdi Rahardi selaku Direktur Bisnis CIMB Niaga Syariah kepada Ketua STID Mohammad Natsir Ustadz Ahmad Misbahul Anam, MA, pada Rabu (12/6) di Gedung Cimb Niaga Syariah. Rusdi Rahardi mengata-kan bahwa CIMB Niaga Syariah memiliki perhatian besar terhadap kesejahteraan ekonomi masyarakat. Terutama sekali terhadap masyarakat yang tinggal di daerah terisolir dan pedalaman.
Beliau berharap donasi yang diberikan kepada Kafilah Da’wah dapat memberi manfaat bagi masyarakat pedalaman, baik dalam hal peningkatan keimanan maupun pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ustadz Ahmad Misbahul Anam mengucapkan terima kasih kepada Bank Cimb Niaga Syariah atas dukungannya dalam program Kafilah Da’wah 1437 H STID Mohammad Natsir. Ustadz Misbah menjelaskan bahwa Kafilah tahun ini mengutus setidaknya 100 da’i dan da’iyah di 9 provinsi di Indonesia. Sebagian besar mereka memang ditugaskan di wilayah terisolir dan
pedalaman, seperti Nusa Tenggara Barat, Perbatasan Timor Leste, Mentawai, Kalimantan, dan lainnya. “Mohon do’a buat mereka, jika lebaran nanti kita bisa
pulang kampung bertemu keluarga, namun tidak bagi para da’i ini. Mereka berlebaran bersama masyarakat binaannya di pedalaman,” ujarnya. []
100 Da’i Ramadhan
Dikirim ke Pelosok Nusantara
S
eperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini Dewan Dakwah mengirim juru dakwah Islam, Dai Ramadhan ke Pedalaman Nusantara. Melalui Program
Kafilah Dakwah, sebanyak 100 Dai ditempatkan di pelosok desa yang tersebar di 10 provinsi. Pelepasan Kafilah Dakwah Angkatan X ini digelar
pada Senin, 30 Mei 2016, di Masjid Al Furqon Jl Kramat Raya 45 Jakarta Pusat. Acara ini didukung CIMB Niaga Syariah. “Para dai yang merupakan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir ini akan mendampingi warga pedalaman selama dua bulan dari Ramadhan hingga Syawal. Jadi, mereka tidak merayakan Lebaran bersama keluarga masing-masing,” tutur Ketua STID M Natsir Dr Ahmad Misbahul Anam pada sambutan pelepasan. Dia menambahkan, lokasi Kafilah Dakwah secara umum
merupakan daerah pedalaman, terasing, minoritas Muslim, dan miskin secara spiritual maupun material. Sebanyak 68 dai mahasiswa ditempatkan di Pulau Sipora Mentawai Sumatera Barat, Pulau Enggano Bengkulu, Badui Dalam Banten, Tengger Jawa Timur, Sintang Kalimantan Barat, Seruyan Kalimantan Tengah, Oesalaen Pulau Semau NTT, dan Luwuk Sulawesi Tengah. Sedang juru dakwah Islam akhwat mengabdi di Desa Tanjung Karang, Cigalontang, Tasikmalaya. [] (Muttaqin)
Didatangi Kafilah Da’iyah Ramadhan di Cigalontang Semakin Semarak
10 9
esatropeNilai R Pewarisan
Mimbar r istaN dSTID ammMohammad ahoM DITS rNatsir abmiM
H. Kasri Suryanto: PAK NATSIR TAK SEGAN MENGAJARI SAYA
A
walnya saya datang dan bekerja di Dewan Da’wah pada akhir tahun 1975. Waktu itu saya ikut dengan Pak Ramland Marjoned, yang kebetulan Pak Ramland lagi butuh orang untuk benahbenah buku yang dikirim dari Kuwait. Itulah pertama kali saya mulai bekerja di Dewan Da’wah. Pada tahun itulah saya mulai mengenal pak Natsir, tetapi waktu itu beliau masih berkantor di Cikini. Karena waktu itu saya sering disuruh untuk mengantarkan surat kepada Pak Natsir. Pak Natsir kalau berpakaian selalu memakai baju lengan panjang putih atau terkadang memakai batik, yang tak lupa memakai kopiah hitam dan sorban putih yang tergantung di lehernya. Setelah beliau mulai berkantor di Kramat Raya 45, kantor Dewan Da’wah. Waktu itulah beliau membutuhkan orang untuk membersihkan dan membereskan ruangan kantornya. Melalui perantaraan Pak Ramland lah saya mulai membantu membersihkan ruangan Pak Natsir. Saat itu Pak Ramland meminta saya, “Kas engkau sekarang ngatur waktu ya untuk membersihkan ruangan Pak Natsir setiap hari”. Kata Pak Ramland kepada saya. Suatu saat, ketika ruangan Pak Natsir ada bapak-bapak, di situ ada Pak Bukhari Tamam, Pak Adi Thalib, bendahara harian Dewan Da’wah. Ketika itu lah saya ditanya Pak Natsir.
"Yang menjadi terharu untuk saya adalah wajah beliau senantiasa tersenyum dan senang selalu, itu yang saya lihat. Dengan senyum itu lah yang membuat saya terdorong untuk mengabdi dan melayani pada Pak Natsir.” “Saudara siapa namanya?” “Kasri Pak,” Jawab saya. “Sudah berkeluarga?” “Belum Pak,” jawab saya singkat. “Dia lagi nyari pak,” tungkas pak Ramland yang datang dan ikut bicara. Waktu itu kebiasaan Pak Natsir dan bapak-bapak sering rapat setiap hari Jumat, yaitu ba’da shalat Jumat. Saya lihat waktu itu yang sering rapat adalah Buya Hamka, KH. Hasan Basri, Pak Anwar Haryono, Pak Yunan, Pak Adi Thalib, Pak Moh. Roem, Pak Burhanuddin dan yang lainnya. Luar biasa, dorongan itulah yang membuat saya senang dan bangga mengabdi untuk Pak Natsir dan bapak-bapak lainnya, dorongan itu adalah dari senyuman, cara bicara dan cara memanggil mereka yang membuat hati merasa bangga. Pak Natsir itu bila memanggil orang dengan sebutan ‘bung’ tidak memanggil nama. Karena beliau sudah tahu nama saya maka beliau sering manggil saya dengan bung Kasri atau saudara Kasri. Belum pernah sekalipun beliau memanggil saya nama, tapi dengan bung atau saudara. Suatu saat, ketika bapakbapak dan juga Pak Natsir selesai rapat dan saya sedang menyiapkan makan siang untuk mereka, karena biasa kalau bapak-bapak makan seringkali makan dengan nasi bungkus. Ketika itulah Pak Ramland bicara di hadapan bapak-bapak kebetulan saya juga ada sedang mempersiapkan makan. “Pak,
Kasri ini mau berumah tangga, tapi tak punya biaya,” kata Pak Ramland. “Kita bantulah,” jawab Pak Yunan. Kontan waktu itu Pak Ramland mengeluarkan kentas polio dan pulpen. Rupanya setelah makan siang selesai bapak-bapak itu mengisi kertas polio itu. Membantu dana untuk persiapan pernikahan saya. Setelah makan selesai, “Kas, ini ada rejeki dari bapak-bapak bantu untuk biaya nikah,” kata Pak Ramlan. “Alhamdulilah,” jawab saya. Saya bersyukur kebutuhan biaya untuk nikah saya semua dibantu bapakbapak. Kejadian itu sekitar tahun 1980-an sebelum Pak Natsir sakit. Sebelum Pak Natsir sakit, bapak setiap hari datang ke Dewan Da’wah. Beliau kalau datang selalu pagi sekitar jam 6.30 atau setengah tujuh pagi sebelum orang lain datang. Dan beliau selalu datang paling pagi. Ada kejadian yang menarik yang membuat saya kaget dan malu. Saya kan orangnya selalu bercanda, pada suatu saat, di pagi hari, saya sedang di dapur dan sedang mencuci gelas dan cangkir-cangkir, sebagaimana biasanya. Tiba-tiba pintu dapur diketuk dan ada yang mengucapkan “Assalamualaikum” kata suara itu. Saya jawab Wa’alaikum salam. “ Kalau mau masuk jangan pakai sandal. Dibuka sandalnya,” jawab saya. Ketika saya buka pintu itu ternyata Pak Natsir. Saya kaget luar biasa.
Sambil minta maaf, maaf Pak, maaf, saya katakan sama Bapak. Oh, tidak apa-apa. Jawab Pak Natsir. Ini saya bawa bawang putih dari rumah, tolong diirisi dan diseduh dengan air panas ditutup dan ditaruh di meja saya, pinta Pak Natsir pada saya. Soalnya kalau dirumah umi yang selalu melakukanya. Hal itu yang selalu saya lakukan setiap hari. Suatu saat, ketika Pak Natsir membawa bawang putih untuk diseduh. Beliau minta supaya setiap jam 11.00 siang dibuatkan kopi nescafe. Saat beliau bilang begitu, saya kata padanya, “Pak maaf di sini tidak punya kopi Nescafe dan saya juga tidak tahu bentuk dan rupanya.” “Oh, belum tahu ya. Baik nanti saya bawa dari rumah,” jawab pak Natsir. Ternyata betul besoknya Pak Natsir bawa satu botol kecil kopi nescafe yang masih disegel. Terus beliau ngajari saya bagaimana cara membuatnya, “Ini segini kopinya bila untuk satu cangkir dan gulanya secukupnya saja,” ajar pak Natsir kepada saya. Kopi inilah yang saya antarkan pada Pak Natsir setiap jam 11.00 siang. Ia minta kopi itu karena suka ngantuk kalau menulis. Yang menjadi terharu untuk saya adalah wajah beliau senantiasa tersenyum dan senang selalu, itu yang saya lihat. Dengan senyum itu lah yang membuat saya terdorong untuk mengabdi dan melayani pada Pak Natsir. [] (Abdul Kadir Badjuber)
ANGKU NASARUDDIN LATIF
Ulama Konselor Pernikahan Oleh: Hadi Nur Ramadhan* “Segala sesuatu didunia ini mungkin dapat kita korbankan.Walau jiwa kita sekali pun, tetapi... ada satu yang tidak bisa kita korbankan, yaitu iman dan agama kita”. (Nasaruddin Latif)
M
araknya kasus keretakan rumah tangga di negeri ini seharusnya menjadi perhatian yang cukup serius oleh segenap para pemimpin dan tokoh agama kita saat ini. Belitan masalah problematika masyarakat yang semakin mengeras, salah satu bentuknya dapat dilihat banyaknya keluarga yang tidak harmonis serta jauh dari tuntunan nilai-nilai agama. Keluarga yang demikian ini akan melahirkan suatu generasi yang mengalami kekosongan jiwa, hedonistik, frustasi, dan berbagai dampak penyakit sosial (patologi) yang biasa menimpa “keluarga bermasalah”. Dan itu tentu sangat berdampak kepada stabilitas pembangunan suatu negara. Adalah Allahuyarham Angku H.S.M.Nasaruddin Latif salah seorang Ulama Masjumi yang sering saya baca kisah mutiara kehidupannya. Tulisantulisannya di Majalah Hikmah dan Kiblat sudah saya baca. Pentingnya tulisan-tulisan Angku Nasaruddin Latif bagi perkembangan di dunia pendidikan keluarga (parenting) mengingatkan saya akan tulisan Bapak Mohammad Natsir berjudul “Membangun Basis Dakwah di Keluarga”. Pentingnya tulisan tersebut membuat Pusat Informasi dan Dokumentasi Islam Indonesia Tamaddun yang saat ini kami bangun bersama-sama para
aktifis muda dakwah berikhtiar mengoleksi karya-karya tulisan Angku Nasar, yang banyak beredar di berbagai majalah maupun yang sudah dibukukan. Alhamdulillah berkat izin Allah SWT cita-cita azam itu dapat terlaksana dengan baik. Ulama kelahiran Minang yang banyak menggeluti dunia parenting atau konselor pernikahan ini merupakan murid langsung dari Haji Agus Salim (tokoh Nasional), Engku Mudo Abdul Hamid Hakim (Pimpinan Perguruan Sumatera Thawalib), dan Buya Dr.H. Abdul Karim Amrullah atau Haji Rasul (Ayahanda Buya Hamka). Memang tak banyak generasi Muslim sekarang yang mengenal ulama yang bergelar Haji Sutan Marojo ini. Ulama konselor parenting yang dilahirkan pada 18 September 1916 di Sumpur, Padang Panjang ini, telah menekuni bidang yang jarang diperhatikan oleh para ulama secara profesional yakni penasehat perkawinan. Berkat pergaulannya dengan segala lapisan masyarakat, pengetahuan cakwrawalanya menjadi luas. Ia mulai bersilaturahmi dan bersahabat dengan beberapa tokoh seperti; Ali Hasjmi, Zainal Abidin Ahmad, Mr. Moh. Roem, M. Natsir, Mr. Kasman Singodimedjo, dr.H. Ali Akbar. Dari persahabatnya inilah ia sempat menjadi pengurus Masjumi Wilayah Jakarta Raya (1951-1956). Di tahun 1946
bersama rekan-rekan seperjuangan seperti: H.M. Rasjidi, Sulaiman Rasjid dan Zainal Arifin Datuk merintis berdirinya Kantor Agama di Jakarta, untuk menampung dan membantu memecahkan masalah agama yang timbul di kalangan masyarakat yang baru lepas dari penjajahan dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Sewaktu menjadi Kepala Kantor Urusan Agama Kotapraja Jakarta Raya, Nasaruddin Latif mengambil inisiatif menggerakkan lahirnya satu organisasi penasihatan perkawinan, yang dianggapnya sebagai dokter (klinik/ konsultan) penolong bagi suami istri yang hubungan perkawinan mereka ditimpa krisis. Beliau begitu prihatin terhadap tingginya angka perceraian yang terjadi di Indonesia, waktu itu rata-rata terjadi antara 1300-1400 kasus per hari, atau 60 sampai 70 %. Ketika itu Ulama yang bergelar Haji Sutan Marojo ini melukiskan, jika diadakan pemilihan juara mengenai tingginya perceraian di seluruh dunia, Indonesia kalau tidak menempati rangking satu, atau sekurangnya akan mendapat rangking dua. Akibatnya labilnya perkawianan dan perceraian sewenang-wenang, maka kaum wanita (janda) yang banyak menderita dan tentu akan berdampak kepada anakanak terlantar. Sehinga tidak saja merusak sendi-sendi
kehidupan, bahkan dapat meruntuhkan akhlak dan kepribadian serta meluasnya kemaksiatan. Namanya kemudian menjadi lebih populer, bukan hanya saja di dalam negeri, tetapi juga sampai ke luar negeri. Ini dijelaskan Mr.Moh.Roem (almarhum) dalam sambutannya sewaktu mengantar jenazah di TPU Karet Jakarta pada Ahad, 24 Desember 1972. Nasaruddin Latief telah berulang kali mengunjungi pertemuan bertaraf internasionl yang khusus membahas kesejahteraan keluarga. Bahkan beliau pernah diundang Moral Re-Armed Association di Michigan untuk membahas soal tersebut pada tahun 1957. Kepada generasi muda dakwah yang bergelut dalam dunia parenting bisa membaca karya-karya Ulama pakar Parenting ini. Inilah sekedar persembahan adab dari seorang generasi muda, yang merasa berhutang budi kepada Angku, karena disamping orang tuaku sendiri, Angku ikut berjasa menanmkan bibit-bibit semangat Tauhid dalam hati nurani saya, yang Insya Allah akan tetap saya pegang teguh sampai akhir hayat nanti. Semoga amal ibadah almarhum diterima di sisi Allah SWT dan mendapat balasan yang berlipat ganda. Amien. [] *Peneliti Dewan Da’wah
Komunikasi Penyiaran Islam Pengembangan Masyarakat Islam