DEPRESI PADA REMAJA PUTRI YANG HAMIL DI LUAR NIKAH LATIFAH HUSAENI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja. Banyak remaja telah melakukan hubungan seks pranikah sehingga mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan. Perilaku seksual yang dilakukan sebelum waktunya dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius seperti depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja gejala-gejala depresi yang dialami oleh remaja putri yang hamil di luar nikah, dan sampai sejauh apa depresi pada remaja putri yang hamil di luar nikah kemudian bagaimana remaja putri yang hamil di luar nikah tersebut mengatasi depresinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan studi kasus dengan jenis studi kasus intrinsik. Peneliti juga menggunakan metode wawancara dengan pedoman umum dan melakukan observasi nn partisipan. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seorang remaja putri yang berumur 17 tahun yang mengalami kehamilan di luar nikah, sehingga mengalami depresi karena ia merasa tertekan dengan kondisinya saat ini. Depresi yang dialami subjek adalah depresi berat. Subjek sering mengalami perasaan emosional seperti perasaan terpuruk, sedih, dan menangis. Motivasi seperti motivasi menurun, aktivitas sosial menurun dan hilangnya minat dalam aktivitas menyenangkan. Perilaku motorik sperti bergerak lebih lamban, pola tidur terganggu dan selera makan menurun. Perubahan kognitif seperti kesulitan berkonsentrasi, berpikir negatif mengenai diri sendiri dan perasaan bersalah. Sosial seperti interaksi dengan rekan di sekolah dan aktivitas sosial menurun. Tapi walaupun subjek mengalami depresi berat subjek selalu berusaha untuk melawan depresinya dengan melakukan hal-hal yang ia anggap dapat mengurangi depresinya. A. LATAR BELAKANG Masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, dan tidak lagi merasa di bawah tingkat orang tua (Hurlock, 1998). Remaja dianggap memiliki otonomi yang lebih besar dibandingkan dengan anak-anak. Mereka mampu mengambil keputusankeputusan sendiri menyangkut dirinya dibandingkan anak-anak. Demikian pula dalam menentukan perilakunya, remaja seringkali juga mengambil keputusan sendiri. Perilaku remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor internal remaja seperti pengetahuan, sikap, kepribadian, dan faktor eksternal remaja seperti lingkungan tempat dirinya berada (Hidayana, 2004). Sementara itu, ada banyak lingkungan yang diminati remaja yang dianggap mempunyai ‘daya tarik’. Salah satu lingkungan tersebut adalah lingkungan yang beresiko bagi masa depan remaja, yaitu relasi-relasi seksual tanpa ikatan.
Hubungan seks di kalangan para remaja merupakan masalah yang semakin hari semakin mencemaskan. Ada dugaan bahwa terdapat kecenderungan hubungan seks para remaja semakin meningkat tidak hanya di kota-kota besar, melainkan juga di kota-kota kecil. Menurut Subakti (2008), banyak remaja telah melakukan hubungan seks pranikah sehingga mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan. Situasi ini tentu saja sangat menyulitkan orang tua dan remaja yang bersangkutan. Mengalami kehamilan pada masa remaja, bagaimana pun, pasti menimbulkan konsekuensi yang sulit tidak saja bagi remaja yang bersangkutan, tetapi juga bagi seluruh anggota keluarga yang lain. Beberapa remaja yang hamil di luar nikah terpaksa diungsikan jauh dari keluarga untuk menutupi rasa malu keluarga. Meskipun tindakan tersebut tidak menyelesaikan masalah, namun cara ini dipandang lebih bijaksana dan memadai dibandingkan membiarkannya menjadi cemoohan tetangga dan lingkungan. Kehamilan di luar nikah membuktikan bahwa seorang remaja tidak dapat mengambil keputusan yang baik dalam pergaulannya. Salah satu dampak negatif dari remaja yang hamil di luar nikah adalah putus sekolah. Umumnya, remaja tersebut tidak memperoleh penerimaan sosial dari lembaga pendidikannya, sehingga harus dikeluarkan dari sekolah. Selain itu, masyarakat akan mencemooh, mengisolasi atau mengusir terhadap remaja yang hamil di luar nikah. Resiko psikologis dan sosial antara lain meliputi pengucilan, stigma, diskriminasi sosial, trauma, kehilangan berbagai hak, depresi, dan sebagainya (Hidayana, 2004). Banyak sekali remaja yang hamil di luar nikah mengalami depresi. Depresi pada remaja putri yang hamil di luar nikah dapat terjadi karena rasa malu, tidak diterima dalam lingkungan masyarakat sekitar, dikucilkan dan akhirnya merasa putus asa serta menganggap bahwa dirinya tidak pantas untuk hidup. Menurut Lumongga (2009), depresi adalah gangguan perasaan (afek) yang ditandai dengan afek disforik (kehilangan kegembiraan atau gairah) disertai dengan gejala-gejala lain, seperti gangguan tidur dan menurunnya selera makan. Depresi merupakan suatu bentuk gangguan afektif yang gejala pokoknya adalah timbulnya perasaan sedih yang berlebihan. Gangguan ini tidak hanya dapat termanifestasikan pada aspek sosial, tetapi juga pada fisik, kognisi dan motivasional. Depresi juga dapat terjadi pada siapa saja. Depresi yang banyak terjadi pada usia remaja, di mana pada usia ini merupakan
periode “badai dan stres” yang ditandai dengan kemurungan, kekacauan di dalam diri dan pemberontakan. Percobaan bunuh diri pada usia remaja saat ini, merupakan salah satu bukti bahwa mereka tidak dapat menahan depresi atau kecemasan yang berlarut-larut (Wade & Tavris, 2009). Di lain pihak, sebagian remaja yang mengalami depresi menjadi tertekan karena suatu keadaan
yang berbeda dari kesedihan dan sering kali menyertai masalah-masalah
keperilakuan. Para remaja ini benar-benar tidak bahagia dengan kehidupan mereka dan cenderung terlibat dalam masalah. Untuk itu remaja hanya mengurung diri di kamar, kehilangan rasa percaya diri, semangat hidup, kreativitas, dan antusiasme serta optimisme. Remaja tidak mau berbicara dengan orang-orang, tidak berani berjumpa dengan orangorang, berpikir yang negatif tentang diri sendiri dan tentang orang lain, sehingga hidup terasa sangat berat dan melihat masalah lebih besar dari dirinya. Remaja menjadi pesimis memandang hidupnya, seakan hilang harapan, tidak ada yang bisa memahami dirinya. B. PERTANYAAN PENELITIAN Dari beberapa pembahasan di atas maka timbul beberapa pertanyaan, antara lain: 1. Apa saja gejala depresi yang terjadi pada remaja putri yang hamil di luar nikah? 2. Sampai sejauh apa depresi yang terjadi pada remaja putri yang hamil di luar nikah? 3. Bagaimana remaja putri yang hamil di luar nikah tersebut mengatasi depresi? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja gejala-gejala depresi yang dialami oleh remaja putri yang hamil di luar nikah, dan sampai sejauh apa depresi pada remaja putri yang hamil di luar nikah kemudian bagaimana remaja putri yang hamil di luar nikah tersebut mengatasi depresinya D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Penelitian teoritis dari penelitian ini, diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan khususnya pada bidang Psikologi Perkembangan dan Psikologi Klinis serta dapat digunakan sebagai pedoman di dalam melakukan penelitian secara lebih lanjut, terutama dalam mengkaji faktor-faktor yang menimbulkan terjadinya depresi pada remaja putri yang hamil di luar nikah.
2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat bagi para remaja mengenai faktor-faktor pendorong yang menimbulkan terjadinya depresi akibat kehamilan di luar nikah. Selain itu juga di harapkan dapat memberi manfaat bagi para orang tua agar dapat lebih mewaspadai dan mengawasi pergaulan anak remajanya, serta diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat agar lebih memperhatikan para remaja saat ini, terutama mengenai bahaya seks pranikah yang dapat menyebabkan kehamilan dan depresi pada remaja putri tersebut E. LANDASAN TEORI Menurut Atkinson (dalam Lumongga, 2009) depresi adalah suatu gangguan mood yang dicirikan tak ada harapan dan patah hati, ketidakberdayaan yang berlebihan, tak mampu mengambil keputusan melalui suatu kegiatan, tak mampu konsentrasi, tak punya semangat hidup, selalu tegang dan mencoba bunuh diri. Menurut Nevid, Rathus dan Greene (2003), ciri-ciri umum dari depresi adalah: a. Perubahan pada Kondisi Emosional Ciri-ciri perubahan pada kondisi emosional dibagi menjadi tiga, yaitu: 1) Perubahan pada mood (periode terus-menerus dari perasaan terpuruk, depresi, sedih atau muram) 2) Penuh air mata atau menangis 3) Meningkatnya iritabilitas (mudah tersinggung), kegelisahan, atau kehilangan kesabaran b. Perubahan dalam Motivasi Ciri-ciri pada perubahan dalam motivasi dibagi menjadi lima, yaitu: 1) Perasaan tidak termotivasi, atau memiliki kesulitan untuk memulai (kegiatan) di pagi hari atau bahkan sulit bangun dari tempat tidur 2) Menurunnya tingkat partisipasi sosial atau minat pada aktivitas sosial 3) Kehilangan kenikmatan atau minat dalam aktivitas menyenangkan 4) Menurunnya minat pada seks 5) Gagal untuk berespons pada pujian atau reward c. Perubahan dalam Fungsi dan Perilaku Motorik Ciri-ciri perubahan fungsi dan perilaku motorik dibagi menjadi lima, yaitu:
1) Bergerak atau berbicara dengan lebih perlahan daripada biasanya 2) Perubahan dalam kebiasaan tidur (tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, bangun lebih awal dari biasanya dan merasa kesulitan untuk kembali tidur di bagi buta 3) Perubahan dalam selera makan (makan terlalu banyak atau terlalu sedikit) 4) Perubahan dalam berat badan (bertambah atau kehilangan berat badan) 5) Berfungsi secara kurang efektif daripada biasanya di tempat kerja atau di sekolah d. Perubahan Kognitif Ciri-ciri pada perubahan kognitif dibagi menjadi lima, yaitu: 1) Kesulitan berkonsentransi atau berpikir jernih 2) Berpikir negatif mengenai diri sendiri dan masa depan 3) Perasaan bersalah atau menyesal mengenai kesalahan di masa lalu 4) Kurangnya self esteem atau merasa tidak adekuat 5) Berpikir akan kematian atau bunuh diri Lumongga (2009) menyebutkan bahwa gejala-gejala depresi dapat dilihat dari segi, yaitu gejala dilihat dari segi fisik, psikis dan sosial.
a. Gejala Fisik Menurut beberapa ahli, gejala depresi yang kelihatan ini mempunyai rentangan dan variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang dialami. Namun secara fisik besar ada beberapa gejala fisik umum yang relatif mudah dideteksi. Gejala itu seperti: 1) Gangguan pola tidur. Misalnya, sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit todur 2) Menurunnya tingkat aktivitas. Pada umumnya, orang yang mengalami depresi menunjukkan perilaku yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain seperti menonton TV, makan, dan tidur. 3) Menurunnya efisiensi kerja. Orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan. Sehingga, mereka juga akan sulit memfokuskan energipada hal-hal prioritas. Kebanyakan yang dilakukan justru hal-hal yang tidak efisien dan tidak berguna, seperti misalnya ngemil, melamun, dan merokok terus-menerus
4) Menurunnya produktivitas kerja. Orang yang terkena depresi akan kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak lagi bias menikmati dan merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya. Ia sudah kehilangan minat dan motivasi untuk melakukan kegiatannya seperti semula. 5) Mudah merasa letih dan sakit. Jelas saja, depresi itu sendiri adalah perasaan negatif. Jika seseorang menyimpan perasaan negatif, maka jelas akan membuat letih karena membebani pikiran dan perasaan, dan ia harus memikulnya di mana saja dan kapan saja, suka tidak suka. b. Gejala Psikis Gejala-gejala psikis memiliki tanda-tanda sebagai berikut: 1) Kehilangan rasa percaya diri. Orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. 2) Sensitif. Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan disalahartikan. Akibatnya mereka mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain, mudah sedih, murung dan suka menyendiri. 3) Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang seharusnya mereka sukai. 4) Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan. 5) Perasaan terbebani. Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang dialaminya. Mereka merasa tebeban berat karena merasa terlalu dibebani tanggung jawab yang berat. c. Gejala Sosial Depresi yang berawal adalah masalah diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan (atau aktivitas rutin lainnya). Lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang pada umumnya negatif (mudah
marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun masalah lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan. Menurut Chaplin (2005), secara umum orang mengalami depresi karena salah satu kejadian atau situasi sebagai berikut: b. Kehilangan orang yang dicintai c. Peristiwa traumatis atau stressfull, misalnya mengalami kekerasa, deprifasi sosial yang kronik atau penolakan sosial d. Penyakit fisik yang kronis e. Obat-obatan atau narkoba f. Adanya penyakit mental lain g. Seseorang yang mempunyai orang tua atau saudara kandung yang mengalami depresi akan mengalami peningkatan resiko mengalami depresi juga. Terdapat tiga sindroma depresif utama pada remaja (Joseph, 1985), yaitu: a. Sindroma pasrah dengan kesedihan, over-adaptasi, malu, menyendiri, gigit kuku dan agresivitas massif. b.
Sindroma yang ditandai dengan hambatan dan penurunan gairah dengan retardasi psikomotor, apati, bimbang, pendiam dan pasif.
c. Sindroma cemas dengan auto dan hetero agresivitas, rasa tidak aman, ketagihan obat, sedih, kecenderungan bunuh diri. BDI merupakan suatu alat ukur diagnostik yang dibuat oleh Aaron Beck, Ward, Mendelson, Mock dan Erbaugh pada tahun 1961, kemusian direvisi pada tahun 1971 dan mulai dipublikasikan pada tahun 1978 (Groth-Marnat, 1999). Selain itu BDI juga telah banyak digunakan untuk mengukur tingkat depresi baik pada psien depresi maupun pada populasi normal (Groth-Marnat, 1999). BDI juga banyak digunakan untuk mendeteksi gejala depresi, termasuk pada populasi remaja (Suwantara, Lubis, & Rusli dalam Triastinindita, 2006).
BDI merupakan behavioral assessment dalam bentuk self report reting inventory yang mengukur kriteria sikap dan simtom-simtom depresi. Alat tes ini terdiri dari 21 pertanyaan pilihan ganda yang fokus pada perasaan sedih, rasa bersalah, harga diri, dan rasa pesimis. Isi dari alat ukur ini merupakan gambaran 6 karakteristik depresi dari 9 karakteristik yang dibutuhkan dalam DSM IV (Groth-Marnat, 1997). Menurut Sabri (1993) masa remaja merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan. Masa ini dikenal sebagai: suatu periode peralihan, suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas, usia yang menakutkan, masa tidak realistik dan masa ambang dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang dikemukakan oleh Havighurts (dalam Monks,2001), yaitu : a. Perkembangan aspek-aspek biologis b. Menerima peranan dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan masyarakat sendiri c. Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lain d. Mendapatkan pandangan hidup sendiri e. Merealisasi suatu identitas sendiri dan dapat mengadakan partisipasi dalam kebudayaan pemuda sendiri Dalam proses penyesuaian menuju kedewasan, ada tiga tahap perkembangan remaja menurut Blos (dalam Sarwono, 2001), yaitu: a. Remaja Awal (early adolescene) usia 12-15 tahun. Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. b. Remaja Madya (middle adolescene) usia 15-18 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman-teman yang menyukainya. Ia biasanya memilih teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. c. Remaja Akhir (late adolescence) usia 18-20 tahun. Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa.
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Menurut Conger (dalam Papalia & Olds, 2001), ciri-ciri masa remaja yaitu: a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan masa strom. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka. c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain, pada masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya, karena adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja.
Menurut Sulistyana (2007) hamil di luar nikah adalah sesuatu yang bagi masyarakat sulit untuk diterima, dan tentunya hal itu selain juga menimbulkan dan memunculkan rasa malu bagi keluarga juga akan mencoreng nama besar keluarga, dan dari sisi agama dan keyakinan apapun tentunya juga tidak dibenarkan. Menurut Luthfiyati (2009), faktor-faktor yang menyebabkan banyak remaja putri hamil di luar nikah adalah sebagai berikut: a. Faktor agama dan iman Kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang melakukan hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi kehamilan, pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab. b. Faktor lingkungan 1) Orang tua Kurangnya perhatian khusus dari orang tua untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dimana dalam hal ini orang tua bersikap tidak terbuka terhadap anak bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah seksual. 2) Teman, tetangga dan media
Pergaulan yang salah serta penyampaian dan penyalahgunaan dari media elektronik yang salah dapat membuat para remaja berpikiran bahwa seks bukanlah hal yang tabu lagi tapi merupakan sesuatu yang lazim. c. Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan Pengetahuan seksual yang setengah-setengah mendorong gairah seksual sehingga tidak bisa dikendalikan. Hal ini akan meningkatkan resiko dampak negatif seksual. Dalam keadaan orang tua yang tidak terbuka mengenai masalah seksual, remaja akan mencari informasi tersebut dari sumber yang lain, teman-teman sebaya, buku, majalah, internet, video atau blue film. Mereka sendiri belum dapat memilih mana yang baik dan perlu dilihat atau mana yang harus dihindari. d. Perubahan zaman Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem nilai tersebut terkikis oleh sistem yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan agama, seperti fashion dan film yang begitu intensif sehingga remaja dihadapkan ke dalam gaya pergaulan hidup bebas, termasuk masalah hubngan seks di luar nikah. e. Perubahan kadar hormon pada remaja meningkatkan libido atau dorongan seksual yang membutuhkan penyaluran melalui aktivitas seksual. f. Semakin cepatnya usia pubertas Semakin cepatnya usia pubertas (berkaitan dengan tumbuh kembang remaja), sedangkan pernikahan semakin tertunda akibat tuntutan kehidupan saat ini menyebabkan “masamasa tunda hubungan seksual” menjadi semakin panjang. Jika tidak diberikan pengarahan yang tepat maka penyaluran seksual yang dipilih beresiko tinggi. a. Adanya trend baru dalam berpacaran di kalangan remaja Dimana kalau dulu melakukan hubungan seksual di luar nikah meskipun dengan rela sendiri sudah dianggap bebas. Namun sekarang sudah bergeser nilainya, yang dianggap seks bebas adalah jika melakukan hubungan seksual dengan banyak orang. Dampak yang ditimbulkan dari perbuatan seksual pranikah, lebih banyak ditanggung oleh pihak wanita, yaitu kehamilan. Kehamilan ini berdampak pada kehidupan selanjutnya antara lain (Lestari, 2004): a. Putus sekolah b. Kemungkinan pengangguran yang mempunyai resiko tinggi bagi jiwanya
c. Kemungkinan mempunyai masalah dengan dengan calon pasangan hidup yang masih mengagungkan “keperawanan”. Adapun menurut Nainggolan (2009), dampak dari kehamilan remaja adalah sebagai berikut: a. Pengguguran kandungan Faktor yang mendukung terjadinya pengguguran kandungan adalah: 1) Status ekonomi sebuah keluarga 2) Keadaan emosional 3) Pasangan yang tidak bertanggung jawab b. Resiko persalinan yang akan terjadi c. Perceraian pasangan muda d. Hubungan seks usia muda menyebabkan kanker Upaya dalam mencegah kehamilan pada remaja sebagai kehamilan yang tidak dikehendaki dapat dilakukan melalui berbagai cara yaitu (Lestari, 2004): a. Meningkatkan pengetahuan remaja tentang reproduksi dan seksual yang benar b. Meningkatkan aktifitas remaja ke dalam program yang produktif sehingga tidak banyak waktu terbuang di luar rumah c. Untuk menghindari kehamilan yang tidak dikehendaki dapat mempergunakan salah satu metode KB yang aman dan sehat. F. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini akan digunakan penelitian studi kasus yang digunakan sebagai sarana untuk memahami individu dengan melihat pada kerangka referensi atau kerangka acuan yang dimiliki oleh individu tersebut, sehingga dapat diketahui pengalaman seperti apa yang dialaminya. Dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara dengan pedoman umum, menggunakan observasi non partisipan dan Beck Depression Inventory sebagai alat ukur depresi. G. SUBJEK PENELITIAN Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah remaja putri yang depresi karena hamil di luar nikah H. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti gejala depresi yang terjadi pada remaja putri yang hamil di luar nikah adalah seperti emosional yang meliputi; perasaan terpuruk, sedih, menangis, dan cemas, motivasi meliputi; motivasi menurun dan aktivitas sosial menurun, perilaku motorik meliputi; pola tidur terganggu, selera makan menurun, berat badan menurun, perubahan kognitif meliputi; kesulitan berkonsentrasi, berpikir negatif mengenai diri sendiri, dan sosial meliputi; interaksi dengan rekan di sekolah dan aktivitas sosial menurun. Tingkat depresi yang yang terjadi pada subjek berdasarkan Beck Depression Inventory adalah depresi berat dengan skor 34. Cara mengatasi depresi yang dilakukan remaja putri yang hamil di luar nikah adalah dengan melakukan hal-hal yang ia anggap dapat mengurangi depresinya, seperti jalanjalan, bermain games, melakukan hal-hal positif seperti shalat dan berdoa, bermain dengan keponakannya, menelepon teman-temannya sekedar untuk ngobrol, membaca buku, selain itu saat subjek mengatasi berat badan dan selera makan yang menurun subjek mencoba untuk minum vitamin dan minum susu agar berat badan bisa kembali naik. I. KESIMPULAN Berdasarakan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa gejala depresi yang terjadi pada remaja putri yang hamil di luar nikah adalah terpuruk, menangis, selera makan terganggu, berat badan menurun dll. Tingkat depresi yang yang terjadi pada subjek berdasarkan Beck Depression Inventory adalah depresi berat dengan skor 34 dan cara mengatasi depresi yang dilakukan remaja putri yang hamil di luar nikah adalah dengan cara bermain game, membaca buku, bermain dengan keponakan, dan tidak lupa berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. J. SARAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Untuk subjek, agar lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa, mencoba lebih terbuka pada orang-orang terdekat untuk menceritakan masalah yang hadapinya, agar lebih tenang. Disarankan agar mengatasi depresinya dengan cara seperti rileksasi, melakukan aktifitas yang menyenangkan, membuang pikiran-pikiran negatif yang dirasakannya, dan mengeksplorasikan pikiran dan perasaan sendiri secara terbuka kepada orang lain.
2. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat lebih mengungkap masalah-masalah yang berhubungan dengan depresi pada remaja, seperti masalah depresi lainnya yang setiap individu memiliki sebab yang berbeda-beda. Diharapkan agar masalah tersebut tidak menjadi suatu masalah yang semakin melebar dan semakin banyak terjadi dikalangan remaja lainnya.