BAHAGIAN I
I. PENDAHULUAN Salah satu tugas manusia di bumi adalah menjadi kholifah, yaitu menjadi wakil Allah di bumi. Sebagai wakil Allah di bumi manusia mempunyai kewajiban untuk memelihara alam tempat dia tinggal untuk lebih nyaman di bumi sehingga penghuninya bisa taat menjalan ibadah kepada sang Khalik dengan khusyu dan damai. Untuk itu maka tugas pokok manusia adalah bagaimana alam
ini
tetap
lestari,
damai,
dan
sejahtera.
Untuk
mendapatkan kondisi ideal ini tentu tidak bisa manusia hanya berpangku tangan saja, tetapi harus melakukan upaya-upaya yang terus menerus untuk melakukan inovasi dalam berbagai aspek kehidupan. Upaya untuk melakukan inovasi akan berhasil bila secara konsisten mengamati berbagai kondisi.Sebagai contoh dalam bidang pertanian, adanya gejala tingkat konsumsi manusia terhadap beras yang setiap tahun selalu bertambah sebagai akibat bertambahnya jumlah manusia, maka dilakukan upaya bagaimana memilih bibit padi yang mampu tumbuh lebih cepat panen dan menghasilkan gabah yang lebih banyak dan tahan terhadap hama tanaman. Untuk mendapatkan itu maka diupayakan serangkaian penelitian dengan penyerbukan silang,
dengan pemilihan pupuk yang tepat, dan rekayasa lain sehingga dihasilkan bibit unggul. Bibit unggul adalah jenis padi baru yang dihasilkan dari proses penelitian yang panjang sehingga mampu menghasilakan bibit padi yang masa panennya lebih cepat dengan jumlah hasil panen yang lebih banyak dan lebih tahan terhadap hama. Di dunia pendidikan juga banyak mengalami perubahan paradigma dalam kegiatan pembelajaran yang tujuannya adalah untuk meningkatan daya serap siswa dari berbagai aspek baik afektif, kognitif, maupun psikomotor. Upaya untuk menemukan metode pembelajaran yang tepat itu hanya bisa dilakukan dengan dengan serangkaian penelitian yang terusmenerus dengan menggali potensi yang ada, baik potensi bidang tenaga pendidik, metode dan pendekatan belajar, sarana dan prasarana belajar, serta aspek-aspek yang ada pada diri siswa baik intern maupun ekstern. Maraknya pelanggaran nilai-nilai moral di masyarakat menandakan
rendahnya
tingkat
kesadaran
beragama
masyarakat, tentu keadaan ini sangat menggelitik bagi para pemerhati moral, baik dari kalangan ulama, guru, maupun orang tua. Karena itu langkah yang paling bijak adalah mencari tahu apa penyebabnya, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi, dan untuk mendapatkan jawaban tersebut.
Proses untuk memecahkan masalah itulah yang disebut dengan penelitian. Apapun peran seseorang di masyarakat, dia punya tugas sebagai khalifah di bumi, salah satu tugas khalifah adalah untuk memecahkan berbagai masalah kehidupan di dunia ini, dan langkah yang paling baik untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan manusia adalah dengan melakukan penelitian. Bagi dunia kampus penelitian menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan, baik bagi mahasiswa maupun dosen. Bagi
mahasiswa
penelitian
merupakan
syarat
untuk
penyusunan skripsi untuk jenjang S-1, tesis untuk jenjang S-2, dan disertasi untuk jenjang S-3. Sedangkan bagi dosen penelitian merupakan salah satu dari tugas dosen yang tertuang dalam tri darma perguruan tinggi. Selain tugas pendidikan dan pengajaran, dosen mempunyai tugas lain yaitu melaksanakan pengabdian
pada
masyarakat,
dan
penelitian
untuk
pengembangan ilmu pengetahuan. Apalagi bagi dosen tersertifikasi setiap semester harus menyusun BKD (beban kerja dosen dan LKD (laporan kerja dosen) yang salah satu unsurnya adalah laporan penelitian. Uraian
pada
buku
ini
adalah
membantu
para
mahasiswa dan dosen untuk melakukan penelitian, apalagi
tidak semua dosen yang mengampu mata kuliah Metodologi Penelitian berlatar belakang pendidikan penelitian. Sehingga cara pandang terhadap metode penelitian tergantung dari pengalaman dosen tersebut ketika menyusun skripsi, tesis, ataupun disertasi. Akibatnya pemahaman dalam menjelaskan metode penelitian tidak utuh, bagi dosen yang ketika menyusun skripsi, tesis, dan disertasi menggunakan metode penelitian kualitatif maka cenderung untuk menganjurkan mahasiswanya untuk mengikuti kaidah penelitian kulitatif. Demikian halnya bagi dosen yang terbiasa dengan metode penelitian kuantitatif saat penyususnan skripsi, tesis, dan disertasi cenderung menganjurkan mahasiswa diarahkan untuk mengambil pendekatan kuantitatif. Cara pendekatan seperti ini cenderung menghambat mahasiswa untuk menyelesaikan penelitian dengan waktu yang relatif cepat. Uraian dalam buku ini sebagain besar berasal dari: 1.
Pengalaman penulis sejak kuliah S-1, S-2, dan S-3 ketika menulis skripsi, tesis, dan disertasi. Dan disertasi yang penulis susun telah terpilih diterbitkan menjadi buku melalui program publikasi ilmiah Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia pada tahun 2012.
2.
Pengalaman penulis dalam mengampu mata kuliah Metodologi Penelitian baik untuk mahasiswa S-1, S-2, dan membimbing mahasiswa S-3 dalam menyusun disertasi.
3.
Pengalaman
penulis
saat
kuliah
pada
Program
Pascasarjana kekhususan Psikometri Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, dengan mata kuliah seperti Metode Penelitian Kuantitatif, Metode Penelitian Kualitatif, Konstruksi Alat Ukur Penelitian, Statistik Lanjut, Teori Test I, Teori Test II, Design Test, Evaluasi Program, Teknik Sampling
Survey, Analisa Data Kategori,
Analisis Faktor, dan Matematika Statistik. Berdasarkan pengalaman di atas, penulis menyusun buku panduan penelitian ini dengan harapan dapat membantu para mahasiswa dan para peminat penelitian untuk memahami seluk beluk penelitian. Sehingga dapat melakukan penelitian dengan mudah dari mulai penulisan proposal, pengambilan data, analisis data, menyusun laporan penelitian (penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi) dan penulisan jurnal Ilmiah yang berasal dari penelitian yang telah dilakukan. Buku ini berusaha memaparkan berbagai metode penelitian secara lebih obyektif, dan diharapkan dapat membantu masyarakat kampus untuk melakukan penelitian
dengan memilih pendekatan yang paling tepat, sehingga dapat melakukan penelitian dengan mudah dan dapat selesai dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu buku ini juga memberi panduan tahap-tahap melakukan penelitian, dari mulai menentukan
masalah
penelitian,
menyusun
proposal
penelitian, memilih metode yang tepat, dan bagaimana proses bimbingan, memulai penelitian, menulis laporan penelitian, diakhiri dengan menulis jurnal ilmiah. Seperti diketahui bersama bahwa menulis jurnal dan melakukan publikasi ilmiah merupakan syarat untuk memenuhi kelulusan untuk berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi, dan juga sebagai syarat untuk kenaikan pangkat dosen ke jenjang yang lebih tinggi.
II.
DEFINISI PENELITIAN
Istilah Penelitian merupakan arti dari kata Research berasal dari bahasa Inggris, re berarti kembali dan search berarti menemukan, jadi research mempunyai arti menemukan kembali. Penelitian dapat didefinisikan sebagai upaya mencari jawaban yang benar atas suatu masalah berdasarkan logika dan didukung oleh fakta empirik. Dapat pula dikatakan bahwa penelitian adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis melalui proses pengumpulan data, pengolah data, serta menarik kesimpulan berdasarkan data menggunakan metode dan teknik tertentu. Pengertian tersebut di atas menyiratkan bahwa penelitian adalah langkah sistematis dalam upaya memecahkan masalah. Penelitian
merupakan
penelaahan
terkendali
yang
mengandung dua hal pokok yaitu logika berpikir dan data atau informasi yang dikumpulkan secara empiris (Sudjana, 2001). Logika berpikir tampak dalam langkah-langkah sistematis mulai dari pengumpulan, pengolahan, analisis, penafsiran dan pengujian data sampai diperolehnya suatu kesimpulan. Informasi dikatakan empiris jika sumber data menggambarkan fakta yang terjadi bukan sekedar pemikiran atau rekayasa peneliti. Penelitian menggabungkan cara berpikir rasional
yang didasari oleh logika/penalaran dan cara berpikir empiris yang didasari oleh fakta/ realita. Penelitian sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran harus didasari oleh proses berpikir ilmiah yang dituangkan dalam metode ilmiah. Metode ilmiah adalah kerangka landasan bagi terciptanya pengetahuan ilmiah. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode ilmiah mengandung dua unsur penting yakni pengamatan (observation) dan penalaran (reasoning). Metode ilmiah didasari oleh pemikiran bahwa apabila suatu pernyataan ingin diterima sebagai suatu kebenaran maka pernyataan tersebut harus dapat diverifikasi atau diuji kebenarannya secara empirik (berdasarkan fakta). Tujuan penelitian adalah penyaluran rasa ingin tahu manusia terhadap sesuatu/masalah dengan melakukan tindakan tertentu (misalnya
memeriksa,
menelaah,
mempelajari
dengan
cermat/sungguh-sungguh) sehingga diperoleh suatu temuan berupa
kebenaran,
jawaban,
atau
pengembangan
ilmu
pengetahuan. Terkait dengan ilmu pengetahuan, dapat dikemukakan tiga tujuan umum penelitian yaitu: 1.
Tujuan
Eksploratif,
penelitian
dilaksanakan
untuk
menemukan sesuatu (ilmu pengetahuan) yang baru dalam bidang tertentu. Ilmu yang diperoleh melalui penelitian betulbetul baru belum pernah diketahui sebelumnya. Misalnya
suatu penelitian telah menghasilkan kriteria kepemimpian efektif dalam Menejemen Berbasis Sekolah. Contoh lainnya adalah penelitian yang menghasilkan suatu metode baru pembelajaran matematika yang menyenangkan siswa. 2. Tujuan Verifikatif, penelitian dilaksanakan untuk menguji kebenaran dari sesuatu (ilmu pengetahuan) yang telah ada. Data penelitian yang diperoleh digunakan untuk membuktikan adanya keraguan terhadap infromasi atau ilmu pengetahuan tertentu.
Misalnya,
suatu
penelitian
dilakukan
untuk
membuktian adanya pengaruh kecerdasan emosional terhadap gaya kepemimpinan. Contoh lainnya adalah penelitian yang dilakukan untuk menguji efektivitas metode pembelajaran yang telah dikembangkan di luar negeri jika diterapkan di Indonesia. 3. Tujuan Pengembangan, penelitian dilaksanakan untuk mengembangkan sesuatu (ilmu pengetahuan) yang telah ada. Penelitian
dilakukan
untuk
mengembangkan
atau
memperdalam ilmu pengetahuan yang telah ada. Misalnya penelitian tentang implementasi metode inquiry dalam pembelajaran IPS yang sebelumnya telah digunakan dalam pembelajaran IPA. Contoh lainnya adalah penelitian tentang sistem
penjaminan
mutu
(Quality
Assurannce)
dalam
organisasi/satuan pendidikan yang sebelumnya telah berhasil diterapkan dalam organisasi sosial maupun perusahaan bisnis.
III.
TEORI KEBENARAN Tujuan dari proses penelitian adalah untuk menemukan
kebenaran, adapun kebenaran yang diperoleh dari proses penelitian tersebut bersifat nisbi. Kebenaran yang dihasilkan bukanlah kebenaran mutlak, karena kebenaran yang ditemukan oleh seorang peneliti hanyalah kebenaran ilmiah. Kebenaran ilmiah bersifat sementara dan hanya berlaku bila belum ada peneliti lain yang mengoreksi kekeliruannya. Sebagai contoh kebenaran teori evolusi yang dikemukakan oleh Charles Darwin kini sudah dikoreksi oleh peneliti lain sehingga kebenaran teori Darwin sudah tidak berlaku lagi. Begitu pula teori tentang transfusi darah, awalnya para ahli meyakini bahwa golongan darah O merupakan donor universal dan golongan darah AB resipien universal, kini teori itu sudah tidak berlaku lagi, karena setelah diteli ulang ternyata teori itu tidak benar. Berkaitan dengan kebenaran dalam penelitian, perlu dijelaskan lebih lanjut apa itu kebenaran dan bagai mana nilai kebenarannya. Dan akan dijelaskan juga tentang beberapa jalan untuk menemukan kebenaran, yaitu: 1.
Kebenaran Ilahiyah
Kebenaran ilahiah sering juga disebut sebagai kebenaran agama. Kebenaran tipe ini adalah kebenaran yang didasari atas
wahyu, yaitu ajaran yang tertuang dalam kitab suci yang diturunkan hanya kepada para Nabi dan Rasul berupa wahyu. Sifat kebenarannya adalah mutlak dan merupakan pedoman hidup bagi umat dari Nabi yang bersangkutan. Muatan yang terkandung dalam kitab suci merupakan firman Allah yang berisi tentang: a.
Ajaran Keimanan yaitu Allah mengenalkan tentang eksistensiNya kepada manusia
b.
Ajaran tentang Alam dan penciptaanya
c.
Ajaran
tentang
mengatur
aturan/hukum
tentang
rambu
bagi
kehidupan
manusia manusia
yang dan
konsekuensinya. d.
Ajaran tentang kehidupan akhirat
e.
Ajaran tentang sejarah kehidupan manusia dan alam 2. Kebenaran Falsafi Kebenaran falsafi atau kebenaran filsafat adalah kebenaran
yang diperoleh dengan melakukan perenungan kefilsafatan dan bersumber dari perenungan mendalam yang bersumber pada rasio. Karenanya kebenaran yang diperoleh bersifat subyektif dan solipsistic, sehingga hasil perenungannya tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan semua pihak.
Kebenaran falsafi dibedakan menjadi tiga teori, yaitu: a. Teori Korespondensi Teori korespondensi (correspondence theory of trurt) menerangkan bahwa kebenaran adalah kesesuaian pernyataan dengan fakta, yang berselaras dengan realitas, yang serasi dengan situasi aktual. Kebenaran versi ini terdiri atas lima unsure pendukung, yaitu pernyataan (statement), persesuaian (agreement), situasi (situation), kenyataan (realitas) dan putusan (judgement). Kebenaran adalah fidelity to objective reality. Atau dengan
bahasa
latinnya:
edaequatioin
telectuset
rei
(kesesesuaian pikiran dengan kenyataan). Teori ini dianut oleh aliran realis. Pelopornya Plato, Aristoteles dan Moore. Dikembangkan lebih lanjut oleh Ibnu Sina, Thomas Aquinas diabad skolastik, serta oleh Bertrand Russel pada abad modern.
Cara
berpikir
ilmiah
yaitu
logika
induktif
menggunakan teori korespondensi ini. b. Teori Koherensi Teori Koherensi (The Coherence Theory of Truth) berpandangan bahwa sesuatu dianggap benar bila di dalamnya tidak terdapat pertentangan, bersifat koheren dan konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar. Karena itu suatu pernyataan dianggap benar, jika pernyataan
itu dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dan pertimbangan
lain
yang
telah
diterima
kebenarannya.
Rumusan kebenaran adalah, truth is a systematic coherence, dan truth is consistency. Logika matematik yang deduktif memakai teori kebenaran koherensi ini, yang menjelaskan bahwa kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang digunakan juga benar. Teori ini digunakan oleh aliran metafisikus-rasionalis dan idealis. Teori ini sudah ada sejak pra-Socrates, kemudian dikembangkan oleh Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu
teori
dianggap
benar
apabila
telah
dibuktikan
(justifikasi) benar dan tahan uji(testable). Kalau teori ini bertentangan dengan data terbaru yang benar atau dengan teori lama yang benar, maka teori itu akan gugur atau batal dengan sendirinyaJika A = B, dan B = C, maka A = C. c. Teori Pragmatisme Teori pragmatisme (the pragmatic theory of truth) menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memiliki kebenaran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia. Kaum pragmatis menggunakan kriteria kebenarannya dengan kegunaan (utility), dapat dikerjakan (work ability), dan akibat yang memuaskan (satisfactory consequence). Oleh karena itu tidak ada kebenaran yang
mutlak/tetap, kebenarannya tergantung pada kerja, manfaat danakibatnya. Akibat/hasil
yang
memuaskan
bagi
kaum
pragmatisadalah: a. Sesuai dengan keinginan dan tujuan; b. Sesuai dan teruji dengan suatu eksperimen; c. Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis(ada). Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari para filsup Amerika. Tokohnya adalah Charles S. Pierce (1839 –1914) dan di ikuti oleh William James dan John Dewey ( 1859 – 1952). 3. Kebenaran Normatif Kebenaran normatif, kebenaran yang didasarkan pada sistem sosial yang sudah baku di masyarakat. Umumnya berkaitan dengan adat istiadat dan hanya berlaku pada system adat tertentu. Misalnya kebenaran karena tuntutan adat kebiasaan atau kesepakatan sosial yang telah lama berlaku dalam kehidupan kultural masyarakat yang bersangkutan. Nilai kebenarannya bersifat relatif, artinya kebenaran menurut adat jawa mungkin akan berbeda kebenaran menurut adat batak. Nilai kebenaran menurut masyarakat Indonesia akan berbeda dengan nilai kebenaran menurut mayarakat di Amerika.
4.
Kebenaran Ilmiah (saintifik) Kebenaran ilmiah adalah kebanran yang berasal dari hasil
penelitian ilmiah dengan melalui prosedur baku berupa tahaptahapan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah yang berupa metodologi
ilmiah
yang
sesuai
dengan
sifat
dasar
ilmu.Kebenaran yang diperoleh secara mendalam berdasarkan proses penelitian dan penalaran logika ilmiah. Kebenaran ilmiah ini dapat ditemukan dan diuji dengan: 1)
Kebenaran Proporsi
Proporsi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat diantara dua istilah. Ada tiga hal pokok dalam suatu proporsi, yaitu subyek, predikat, dan tanda (kopula). Contoh : “Setiap manusia adalah tidak kekal”. Setiap manusia (subyek), dan tidak kekal (predikat), sedangkan kata adalah merupakan “kopula”. Statemen tersebut dilihat dari struktur kalimatnya adalah sempurna, serta makna yang dimilikinya pun sungguhsungguh benar. Dengan demikian ia dapat dikatakan sebagai sebuah proporsi.Suatu proposisi mengandung suatu makna, jika proposisi itu membuat perubahan.contoh:Kita tersesat di hutan, setelah sejenak mempertimbangkanya, kita berkata paada diri kita sendiri,”Jalan keluarnya ialah ke kiri”Proposisi ini mengandung makna bagi kita, jika kita kemudian berjalan ke kiri. Dengan kata lain, kita menghadapi masalah untuk
keluar dari hutan dan kita telah mengucapkan suatu proposisi yang merupakan hipotesa mengenai cara untuk keluar dari hutan. Beberapa jenis proporsi : - Berdasarkan bentuk : tunggal dan jamak a. Proporsi tunggal ialah suatu statemen yang hanya mengandung satu pernyataan. b. Proporsi jamak ialah statemen yang mengandung lebih dari satu pernyataan. - Berdasarkan hubungan : kategori dan kondisional a. Untuk proporsi kategoris, hubungan antara subyek dengan predikat adalah tanpa adanya syarat. Contoh : • Semua manusia adalah bisa bijaksana (afirmatif) • Semua manusia adalah bukan laki-laki (negasi) b. Proporsi kondisional, hubungan antara subyek dengan predikat berdasar syarat tertentu, contoh: “ Jika rajin belajar maka akan pandai”. - Berdasarkan kualitas : afirmatif dan negatif a. Untuk jenis afirmatif ini, yaitu proporsi yang kopulanya membenarkan (afirmatif) adnya persesuaian hubungan subyek dengan predikat, contoh : “Semua manusia adalah berkaki”.
b. Untuk jenis negative, fungsi kopula pada proporsi ini menyatakan bahwa antara subyek dan predikat tidak ada hubungannya sama sekali (negatif). Contoh : “Setiap lakilaki tidak melahirkan”. - Berdasarkan kuantitas : Umum dan khusus a. Jenis proporsi yang Umum ditandai dengan bentuk predikatnya yang membenarkan atau mengingkari seluruh subyek, seperti : “Semua manusia adalah berkaki dua”. b. Kemudian proporsi jenis khusus adalah apabila subyeknya menunjukkan sebagian, contoh : “Sebagian manusia dalah berjenis perempuan”. - Berdasarkan modalitas : a. Proporsi necessary : Proporsi yang secara universal memandang hubungan kualitas benar-nya antara subyek dengan predikat ada dan sudah dengan sendirinya. b. Proporsi assertory : jika hubungan antara subyek dengan predikat berdasar pada pengalaman, dan menurut pengalaman itu sendiri benar. c. Proporsi Problematik : apabila hubungan antara subyek dan predikat merupakan kemungkinan, sehingga ia benar ataupun tidak benar atas syarat-syarat tertentu. d. Berdasarkan isi : verbal dan riil
Proporsi verbal ialah suatu proporsi yang hubungan suatu predikat terhadap subyeknya merupakan genus. Proporsi keterangan
riil
ialah
tambahan
yang atau
predikatnya memberikan
menyatakan keterangan
tambahan. 2)
Kebenaran Koherensi Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila konsisten
dan memiliki koherensi dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori koheren menggunakan logika deduktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal umum ke khusus. Contohnya, seluruh mahasiswa harus mengikuti kegiatan Ospek. Syarif adalah mahasiswa, jadi harus mengikuti kegiatan Ospek. Teori ini menyatakan bahwa bahwa sesuatu yang dinyatakan akan dianggap benar jika pernyataan itu bersifat koheren bahkan konsisten dengan pernyataan sebelumnya. Hal ini dengan tegas dinyatakan oleh Suriasumantri (2000:59) bahwa teori koherensi adalah terori yang berlandaskan pada logika deduktif yang menyatakan bahwa suatu pernyataan yang dinyatakan benar jika bersifat koheren dan konsisten. Contoh terdapat pernyataan bahwa “setiap manusia akan mati” adalah suatu pernyataan yang benar. Pernyataan yang sering
diungkapkan kesimpulan silogisme berikut ini dapat menjadi contoh yang lain, yaitu: a). Premis Mayor: Setiap manusia akan mati; b). Premis Minor: Marjono seorang manusia; c). Entimennya: Marjono akan mati karena dia seorang manusia. Teori kebenaran konsistensi atau The Consistence Theory Of Truth atau yang sering disebut juga dengan The coherence
Theory
Of
Truth
menyatakan
bahwasanya:
According to this theory truth is not constituted by the relation between a judgment and something else, a fact or really, but by relations between judgment themselves. [Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgment) dengan sesuatu yang lalu, yakni fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri]. Dengan demikian, kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru dengan putusan-putusan lainnya yang telah kita ketahui dan akui benarnya terlebih dahulu. Jadi suatu proposisi itu cenderung untuk benar jika proposisi itu coherent [saling berhubungan] dengan proposisi yang benar, atau jika arti yang terkandung oleh proposisi tersebut koheren dengan pengalaman kita.
A belief is true not because it agrees with fact but because it agrees, that is to say, harmonizes, with the body knowledge that we presses. [Suatu kepercayaan adalah benar, bukan
karena
bersesuaian
dengan
fakta,
melainkan
bersesuaian/selaras dengan pengetahuan yang kita miliki]. It the maintained that when we accept new belief as truths it is on the basis of the manner in witch they cohere with knowledge
we
already
posses.
[Jika
kita
menerima
kepercayan-kepercayaan baru sebagai kebenaran-kebenaran, maka hal itu semata-mata atas dasar kepercayaan itu saling berhubungan [cohere] dengan pengetahuan yang kita miliki]. A judgment is true it if consistent with other judgment that are accepted or know to be true. True judgment is logically coherent with other relevance judgment. [suatu putusan adalah benar apabila putusan itu konsisten dengan putusan-putusan yang terlebih dahulu kita terima, dan kita ketahui kebenarannya. Putusan yang benar adalah suatu putusan yang saling berhubungan secara logis dengan putusanputusan lainnya yang relevan] Jadi menurut teori ini, putusan yang satu dengan putusan yang lainnya
saling berhubungan dan saling
menerangkan satu sama lainnya. Dengan kata lain The truth is systematic coherence atau Kebenaran adalah saling hubungan
yang sistematik. Truth is consistency [kebenaran adalah konsistensi, selaras, kecocokan]. 3)
Kebenaran Korespondensi Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila materi
pengetahuan yang terkandung didalamnya berhubungan atau memiliki korespondensi dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Teori koresponden menggunakan logika induktif, artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Dengan kata lain
kesimpulan
akhir
ditarik
karena
ada
fakta-fakta
mendukung yang telah diteliti dan dianalisa sebelumnya. Contohnya, Jurusan teknik elektro, teknik mesin, dan teknik sipil Undip ada di Tembalang. Jadi Fakultas Teknik Undip ada di Tembalang. Ujian kebenaran yang dinamakan teori koresponden, adalah yang paling diterima secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan kepada realita objektif atau fidelity to objective reality. Kebenaran adalah kesesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan (judgement) dan situasi yang pertimbangan itu berusaha untuk melukiskan.
Kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu. 4)
Kebenaran Performatif
Menurut Lacey A. R, sebagaimana dikutip Ali Mudhofir, menjelaskan bahwa teori kebenaran performatif (performative theory of truth) menekankan pada kata benar. Maksud dari kata itu ialah jika suatu ungkapan dipandang benar jika dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan kongkrit. Sebaliknya akan menjadi tidak bermakna bila tidak bisa terwujud dalam tampilan senyatanya. Seperti seorang yang mengatakan “Saya bisa membaca Al Qur’an”. Ketika disodorkan mushaf ataupun juz ‘amma kepadanya untuk dibaca, dan ternyata ia bisa maka pernyataannya benar. Akan tetapi itu menjadi tidak bermakna apabila
yang
terjadi
sebaliknya,
yaitu
ia
tidak
bisa
membacanya. 5)
Kebenaran Pragmatis Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila memiliki
kegunaan/manfaat praktis dan bersifat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya,Fahmi mau menjawab pertanyaan dari ibu dosen karena diberi bonus poin. Fahmi bersifat pragmatis, artinya mau menjawab soal dari ibu dosen karena ada manfaat bagi dirinya,
yaitu mendapat bonus
poin.Pragmatisme juga mengajarkan bahwa kebenaran tidaklah
sekedar berfungsi atau berguna, tetapi juga harus mempunyai kegunaan kongkrit. 6). Teori Kebenaran Sintaksis Teori ini berkembang di antara filsuf analisa bahasa, terutama yang begitu ketat terhadap pemakaian gramatika seprti Freiderich Schleiemacher. [11] Para penganut teori ini berpangkal pada keteraturan sintaksis atau gramatika yang dipakai oleh suatu pernyataan atau tata bahasa yang melekat. Demikian suatu pernyataan bernilai benar apabila pernyataan tersebut mengikuti aturan-aturan sintaksis yang baku. Dengan kata lain apabila sebuah proposisi keluar dari yang disyaratkan maka proposisi tersebut tidak mempunyai arti. Kebenaran dalam perspektif ini memerlukan sensitifitas kita untuk mengetahui bentuk-bentuk gramatikal dari suatu bahasa. Karena gramatikal inilah yang akan digunakan untuk melakukan penilaian kebenaran sebuah pernyataan.[12] 7). Teori kebenaran Simantis Teori ini dianut oleh paham filsafat analitika bahasa yang dikembangkan paska filsafat Bentrand Rusdell sebagai tokoh pemula dari filsafat analitika bahasa. [13] Menurut teori ini, kebenaran semantik suatu proposisi memiliki nilai benar ditinjau dari segi arti atau makna. Arti ini dengan menunjukkan makna yang sesungguhnya dengan menunjuk
pada referensi atau kenyataan, juga arti yang dikemukakan itu memiliki arti yang bersifat definitif. Di dalam teori ini ada sikap yang mengakibatkan diterimanya sebuah proposisi sebagai arti yang esoterik, arbiter, atau hanya mempunyai arti jika dihubungkan dengan nilai praktis. Sikap-sikap itu antara lain sikap epistemologis skeptik, sikap epistemologic dan ideologic, sikap epistemologic pragmatik. Teori ini dikembangkan oleh Tarski, yang sangat peduli
untuk
mengatasi
paradoks
semantik
yang
membicarakan kebenaran yang muncul dalam hakekat bahasa seperti paradoks pembohong. Ia memegang kebenaran yang hanya bisa didefinisikan secara memadai untuk bahasa yang tidak mengandung kebenaran sendiri-predikat.[14] 8). Teori kebenaran Non-deskripsi Teori kebenaran non deskripsi ini dikembangkan oleh penganut filsafat fungsionalisme.[15] Karena pada dasarnya suatu statemen atau pernyataan itu akan mempunyai nilai benar yang amat tergantung peran dan fungsi pernyataan itu. White (1978) mengambarkan tentang kebenaran sebagaimana dikemukakannya: “… to say. It is true that not many people are likely to do that” is a way of agreeing with the opinion that not manypeople are
likely to do that and not a way of talking about the opinion, much less of talking about the sentence used to express the opinion”. Menilik pernyataan di atas, pengetahuan akan memiliki nilai benar sejauh pernyataan itu memiliki fungsi yang amat praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pernyataan itu juga merupakan kesepakatan bersama untuk menggunakan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itulah White (1978) lebih lanjut menjelaskan: “The theory non-descriptive gives us an important insight into function of the use of “true” and “false”, but not an analysis of their meaning”.[16] 9). Teori kebenaran Logik yang berlebihan Teori Kebenaran Logik yang berlebihan (LogicalSuperfluity Theory of Truth).Teori ini dikembangkan oleh kaum Positivistik yang diawali oleh Ayer. Pada dasarnya menurut teori kebenaran ini adalah bahwa problema kebenaran hanya merupakan kekacauan bahasa saja dan hal ini akibatnya merupakan suatu pemborosan, karena pada dasarnya apa – pernyataan– yang hendak dibuktikan kebenarannya memiliki derajat
logik
melingkupinya.
yang
sama
Dengan
yang
demikian,
masing-masing
saling
sesungguhnya
setiap
proposisi yang bersifat logik dengan menunjukkan bahwa proposisi itu mempunyai isi yang sama, memberikan informasi
yang sama dan semua orang sepakat, maka apabila kita membuktikannya lagi hal yang demikian itu hanya merupakan bentuk logis yang berlebihan. Hal yang demikian itu sesungguhnya
karena
suatu
pernyataan
yang
hendak
dibuktikan nilai kebenarannya sesungguhnya telah merupakan fakta atau data yang telah memiliki evidensi, artinya bahwa objek pengetahuan itu sendiri telah menunjukkan kejelasan dalam dirinya sendiri (Gallagher, 1984). Misalnya suatu lingkaran adalah bulat, ini telah memberikan kejelasan dalam pernyataan itu sendiri tidak perlu diterangkan lagi, karena pada dasarnya lingkaran adalah suatu yang terdiri dari rangkaian titik yang jaraknya sama dari satu titik tertentu, sehingga berupa garis yang bulat.[17]
BAGIAN II METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis-Jenis Metode Penelitian Bidang
Tujuan
1. Akademis 2. Professional 3. institusional
1. Murni 2. Terapan
Metode 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Tingkat Ekplanasi
Survey Expostfacto Eksperimen Naturalistic Policy Research Action Research Evaluasi Sejarah R&D
Waktu
1. Deskriptif 1. Cross 2. Komparatif sectional 3. Asosiatif 2. Longitud inal
PENELITIAN AKADEMIK
BIDANG PENELITIAN PENELITIAN PROFESIONAL
Penelitian ini umumnya dilaksanakan oleh mahasiswa dalam rangka untuk menyusun skripsi, Tesis, dan disertasi. Sebagai sarana edukasi, prosesnya lebih meng-utamakan validitas internal (caranya harus benar). Variable penelitian terbatas, dengan analisis sesuai dengan jenjang S1, S2, atau S3.
Penelitian ini dilakukan oleh dosen dan peneliti pada lembaga penelitian. Bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Variable penelitian lengkap, dengan analisis yang sesuai dengan kepentigan masyarakat ilmiah. Dilaksanakan dengan prosedur yang benar (validitas dan relibialitas benar-benar terpenuhi)
PENELITIAN INSTITUSIONAL Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang digunakan untuk pengembangan lembaga. Hasil penelitian berguna bagi pimpinan untuk membuat keputusan. Hasil penelitian lebih mengutamakan validitas eksternal (kegunaan), variable lengkap, analisis sesuai dengan kepentingan pengambil keputusan.
MACAM-MACAM METODE PENELITIAN Berdasarkan tujuan penelitian
1. Penelitian Dasar 2. Penelitian Pengembangan (R&D) 3. Penelitian Terapan
Berdasarkan tingkat kealamiahan tempat penelitian 1. 2. 3.
Penelitian Eksperiment Penelitian Survey Penelitian Naturalistik
B. Penelitian Ditinjau berdasarkan Fungsinya: Tabel 1. Jenis Penelitian Berdasarkan Fungsinya Dasar
Terapan
Evaluasi
Bidang terapan: kedokteran, teknologi, pendidikan. Untuk menguji teori, Menguji kegunaan teori Tujuan dalil, dan prinsip dasar. dalam bidang tertentu. Penelitian Menentukan Menjelaskan hubungan empirik hubungan empiric dan antara fenomena dan generlisasianalitis generalisasi analisis diantara bidang tertentu Abstrak, umum Umum, terkait Tingkat dengan bidang Generalisasi tertentu. Hasil Penelitian Menambahkan Menambahkan Kegunaan pengetahuan dengan pengetahuan yang Penelitian prinsip- prinsip dasar didasarkan dan hukum tertentu penelitian pada Mengembangkan bidang tertentu metodologi dan caraMengembangkan cara lebih lanjut penelitian dan metodologi dalam bidang tertentu Topik Penelitian
I.
Ilmu pengetahuan eksakta, perilaku, dan sosial.
Pelaksanaan berbagai kegiatan, program pada suatu lembaga, Mengukur manfaat, sumbangan, dan kelayakan program atau kegiatan tertentu
Konkrit, spesifik dalam aspek tertentu Diterapkan dalam praktek pada bidang tertentu Menambahkan pengetahuan yang didasarkan penelitian tentang praktek tertentu Mengembangkan penelitian dan metodologi tentang praktek tertentu Landasan dalam pembuatan keputusan dalam kegiatan/praktek tertentu
Penelitian dasar (basic research)
Ilmu-ilmu dasar baik dalam bidang sosial maupun eksakta dikembangkan melalui penelitian dasar. Penelitian dasar (basic research) adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk pengembangan teori-teori ilmiah atau prinsip-prinsip yang
mendasar
bersangkutan.
dan
umum
dari
bidang
ilmu
yang
Penelitian dasar (basic research) disebut juga penelitian murni (pure research) atau penelitian pokok (fundamental research)
adalah
penelitianyang
diperuntukan
bagi
pengembangan suatu ilmu pengetahuan sertadiarahkan pada pengembangan
teori-teori
yang
ada
atau
menemukan
teoribaru. Peneliti yang melakukan penelitian dasar memiliki tujuanmengembangkan ilmu pengetahuan tanpa memikirkan pemanfaatan secaralangsung dari hasil penelitian tersebut. Penelitian dasar justru memberikansumbangan besar terhadap pengembangan
serta
pengujian
teori-teori
yang
akan
mendasari penelitian terapan. Penelitian dasar lebih diarahkan untuk
mengetahui,
menjelaskan,
dan
memprediksikan
fenomena-fenomena alam dan sosial. Hasil penelitian dasar mungkin belum dapat dimanfaatkan secara langsung akan tetapi sangat berguna untuk kehidupan yang lebih baik. Tujuan penelitian dasar adalah untuk menambah pengetahuan dengan prinsip-prinsip dasar, hukum-hukum ilmiah, serta untuk meningkatkan pencarian dan metodologi ilmiah (Sukmadinata, 2005). Tingkat generalisasi hasil penelitian dasar bersifat abstrak dan umum serta berlaku secara universal. Penelitian dasar tidak diarahkan untuk memecahkan masalah praktis akan tetapi prinsip-prinsip atau teori yang dihasilkannya dapat
mendasari pemecahan masalah praktis. Dengan kata lain, hasil penelitian dasar dapat mempengaruhi kehidupan praktis. Contoh penelitian dasar yang terkait erat dengan bidang pendidikan adalah penelitian dalam bidang psikologi, misalnya penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perikalu manusia. Hasil penelitian tersebut sering digunakan sebagai landasan dalam pengembangan sikap untuk merubah perilaku melalui proses pembelajaran/pendidikan. II.
Penelitian terapan (applied reseach)
Penelitian (kedokteran,
terapan
menghasilkan
teknologi,
pendidikan).
ilmu-ilmu
terapan
Penelitian
terapan
dilakukan dengan memanfaatkan ilmu dasar. Penelitian terapan (applied research) ditujukan untuk menemukan teoriteori atau prinsip-prinsip yangmendasar dan umum dari masalah yang dikaji sehingga dapatmemecahkan/mengatasi suatu masalah serta masalah-masalah lain yangtergolong dalam tipe yang sama. Penelitian terapan atau applied research dilakukan berkenaan dengan kenyataan-kenyataan praktis, penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar dalam kehidupan nyata. Penelitian terapan berfungsi untuk mencari solusi tentang masalah-masalah tertentu. Tujuan utama penelitian terapan adalah pemecahan masalah sehingga hasil penelitian dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan manusia baik secara individu atau kelompok maupun untuk keperluan industri atau politik dan bukan untuk wawasan keilmuan semata (Sukardi, 2003). Dengan kata lain penelitian terapan adalah satu jenis penelitian yang hasilnya dapat secara langsung diterapkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Penelitian ini menguji manfaat dari teori-teori ilmiah serta mengetahui hubungan empiris dan analisis dalam bidang-bidang tertentu. Implikasi dari penelitian terapan dinyatakan dalam rumusan bersifat umum, bukan rekomendasi berupa tindakan langsung. Setelah sejumlah studi dipublikasikan dan dibicarakan dalam periode
waktu
tertentu,
pengetahuan
tersebut
akan
mempengaruhi cara berpikir dan persepsi para praktisi. Penelitian terapan lebih difokuskan pada pengetahuan teoretis dan praktis dalam bidang-bidang tertentu bukan pengetahuan yang
bersifat
universal
misalnya
bidang
kedokteran,
pendidikan, atau teknologi. Penelitian terapan mendorong penelitian lebih lanjut, menyarankan teori dan praktek baru serta pengembangan metodologi untuk kepentingan praktis. Penelitian terapan dapat pula diartikan sebagai studi sistematik dengan tujuan menghasilkan tindakan aplikatif yang dapat dipraktekan bagi pemecahan masalah tertentu. Hasil penelitian terapan tidak perlu sebagai suatu penemuan baru tetapi
meupakan aplikasi baru dari penelitian yang sudah ada (Nazir, 1985). Akhir-akhir ini, penelitian terapan telah berkembang dalam bentuk yang lebih khusus yaitu penelitian kebijakan (Majchrzak,1984).
Penelitian
kebijakan
berawal
dari
permasalahan praktik dengan maksud memecahkan masalahmasalah sosial. Hasil penelitian biasanya dimanfaatkan oleh pengambil kebijakan. III.
Penelitian evaluasi (evaluation research)
Penelitian evaluatif (evaluation research) bertujuan untuk menilai suatu program atau kegiatan tertentu pada suatu lembaga. Penelitian evaluatif dapat digunakan untuk menilai manfaat, kegunaan, atau kelayakan suatu kegiatan/program tertentu. Penelitian evaluatif pada dasarnya merupakan bagian dari penelitian terapan, namun tujuannya dapat berbeda dari penelitian terapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu program, produk atau kegiatan tertentu (Danim, 2000). Penelitian ini diarahkan untuk menilai keberhasilan, manfaat, kegunaan, sumbangan dan kelayakan suatu program kegiatan dari suatu unit/ lembaga tertentu. Penelitian evaluatif dapat menambah
pengetahuan
tentang
kegiatan
dan
dapat
mendorong penelitian atau pengembangan lebih lanjut, serta
membantu para pimpinan untuk menentukan kebijakan (Sukmadinata, 2005). Penelitian evaluatif dapat dirancang untuk menjawab pertanyaan, menguji, atau membuktikan hipotesis. Makna evaluatif menunjuk pada kata kerja yang menjelaskan sifat suatu kegiatan, dan kata bendanya adalah evaluasi. Penelitian evaluatif menjelaskan adanya kegiatan penelitian yang sifatnya mengevaluasi
terhadap
sesuatu
objek,
yang
biasanya
merupakan pelaksanaan dan rencana. Jadi yang dimaksud dengan penelitian evaluatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang terjadi, yang merupakan kondisi nyata mengenai keterlaksanaan rencana yang memerlukan evaluasi. Melakukan evaluasi berarti menunjukkan kehati-hatian karena ingin mengetahui apakah implementasi program yang telah direncanakan sudah berjalan dengan benar dan sekaligus memberikan hasil sesuai dengan harapan. Jika belum, bagian mana yang belum sesuai serta apa yang menjadi penyebabnya. Penelitian evaluatif memiliki dua kegiatan utama yaitu pengukuran atau pengambilan data dan membandingkan hasil pengukuran dan pengumpulan data dengan standar yang digunakan. Berdasarkan hasil perbandingan ini maka akan didapatkan kesimpulan bahwa suatu kegiatan yang dilakukan
itu layak atau tidak, relevan atau tidak, efisien dan efektif atau tidak. Atas dasar kegiatan tersebut, penelitian evaluatif dimaksudkan untuk membantu perencana dalam pelaksanaan program, penyempurnaan dan perubahan program, penentuan keputusan atas keberlanjutan atau penghentian program, menemukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terhadap program, memberikan sumbangan dalam pemahaman suatu program serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Lingkup penelitian evaluatif dalam bidang pendidikan misalnya evaluasi kurikulum, program pendidikan, pembelajaran, pendidik, siswa, organisasi dan manajemen. Satu pengertian pokok yang terkandung dalam evaluasi adalah adanya standar, tolok ukur atau kriteria. Mengevaluasi adalah melaksanakan upaya untuk mengumpulkan data mengenai kondisi nyata sesuatu hal, kemudian dibandingkan dengan kriteria agar dapat diketahui kesenjangan antara kondisi nyata dengan kriteria (kondisi yang diharapkan). Penelitian evaluatif bukan sekedar melakukan evaluasi pada umumnya. Penelitian evaluatif merupakan egiatan evaluasi tetapi mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku bagi sebuah penelitian, yaitu persyaratan keilmiahan, mengikuti sistematika dan metodologi secara benar sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Sejalan dengan makna tersebut, penelitian evaluatif harus memiliki ciri-ciri
sebagai berikut (Arikunto, 2006). Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi penelitian ilmiah pada umumnya. Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir sistemik yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dan beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dan objek yang dievaluasi. Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dan objek yang dievaluasi,
perlu
adanya
identifikasi
komponen
yang
berkedudukan sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program. Menggunakan standar, kriteria, dan tolok ukur yang jelas untuk setiap indikator yang dievaluasi agar dapat diketahui dengan cermat keunggulan dan kelemahan program. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana, perlu ada identifikasi komponen
yang
dilanjutkan
dengan
identifikasi
sub
komponen, dan sampai pada indikator dan program yang dievaluasi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat sehingga
dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat. Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan/rekomendasi bagi kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai standar, kriteria, atau tolak ukur.
C.
Penelitian Ditinjau berdasarkan metode: a. Penelitian Kausal-komparatif Penelitian Kausal-komparatif yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat, tapi tidak dengan jalan eksperimen tetapi dilakukan dengan pengamatan terhadap data dari faktor yang diduga menjadi penyebab, sebagai pembanding 1). Tujuan penelitian: Untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat melalui pengamatan terhadap akibat yang telah ada dan meneliti kembali faktor-faktor penyebab dari sumber yang dapat dipercaya. Hal ini sangat kontras dengan metode eksperimental yang mengumpulkan data melalui pengontrolan kondisi-kondisi pada waktu itu (penelitian berlangsung).
2). Contoh-Contoh penelitian a). Penelitian di suatu sekolah untuk mencari faktorfaktor yang menyebabkan prestasi lulusannya selalu lebih baik dibandingkan dengan sekolah-sekolah lainnya. b). Penelitian untuk mengetahui penyebab kurang termotivasinya siswa dalam mengikuti mata pelajaran tertentu. c). Penelitian untuk menentukan ciri-ciri guru yang efektif dengan menggunakan data yang berupa catatan mengenai sejarah pekerjaan selengkap mungkin. d). Mencari pola tingkah laku dan prestasi belajar yang terkait dengan perbedaan umur pada waktu masuk sekolah, dengan cara menggunakan data deskriptif mengenai tingkah laku dan skor tes prestasi belajar yang terkumpul sampai anak-anak yang bersangkutan kelas enam Sekolah Dasar. Karakteristik Penelitian Kausal-komperatif: Penelitian kausal-komparatif bersifat “ex post facto” yang berarti data yang dikumpulkan setelah semua peristiwa
yang
dipermasalahkan
terjadi.
Peneliti
kemudian mencari satu atau lebih pengaruh-pengaruh (tergantung variabel-variabel) menguji data dengan
menelusuri kembali masa yang telah lalu, untuk mencari sebab-sebab, saling hubungan dan maknanya. Keunggulan-keunggulan: 1). Metode kausal-komparatif layak digunakan untuk berbagai keadaan apabila metodeeksperimental yang lebih kuat tidakmemungkinkan untuk dilakukan: a) Apabila penelitian tidak mungkin memilih, mengontrol, dan memanipulasi faktor- faktor yang penting untuk mempelajari hubungan sebab akibat secara langsung. b) Apabila pengontrolan terhadap seluruh variabel kecuali satu variabel bebas sangat tidak tidak realistis dan dibuat-buat, mencegah interaksi secara normal dengan variabel- variabel lain yang berpengaruh. c) Apabila pengontrolan laboratorium untuk beberapa tujuan penelitian tidak praktis, mahal, atau secara etika dipertanyakan. 2) Hasilnya dapat bermanfaat sebagai informasi yang berkenaan dengan sifat-sifat gejala: apa sejalan dengan apa, dengan kondisi apa, dalam perurutan dan pola yang bagaimana, dan semacamnya.
3) Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan-rancangan dengan kontrol parsial, pada akhir-akhir ini telah membuat studi ini lebih dipertahankan. Kelemahan-kelemahan 1) Kelemahan utama dari rancangan ex post facto adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas. Dalam batas-batas pemilihan, peneliti harus mengambil fakta yang
ditemukannya
menyusunnya
tan
ada
kondisi-kondisi
kesempatan atau
untuk
memanipulasi
variabel-variabel yang mempengaruhinya di tempat kejadian. Untuk memperoleh kesimpulan yang baik, peneliti harus mempertimbangkan seluruh penyebab yang memungkinkan atau hipotesis saingan yang dapat dipercaya yang mungkin mempengaruhi hasil-hasil yang dicapai. Sejauh peneliti dapat secara sukses memberikan pertimbangan kesimpulannya terhadap alternatif lain, dia dalam posisi yang relatif kuat. 2) Kesulitan untuk memperoleh kepastian bahwa faktorfaktor penyebab telah benar-benar tercakup di antara banyak faktor yang sedang ditelitinya. 3) Komplikasi bahwa faktor penyebab tidak hanya satu akan tetapi merupakan kombinasi dan interaksi dari
beberapa faktor secara bersama-sama di bawah kondisi tertentu menghasilkan suatu outcome 4) Suatu gejala yang dihasilkan dapat tidak hanya dari penyebab-penyebab ganda, akan tetapi juga dapat berasal dari satu penyebab dalam satu kejadian tertentu dan dari penyebab lain dalam kejadian yang lain. 5) Apabila hubungan antara dua variabel ditemukan, sulit untuk menentukan mana yang merupakan penyebab dan mana yang merupakan akibat. 6) Kenyataan bahwa dua atau lebih faktor-faktor saling berhubungan
tidak
harus
memberikan
implikasi
hubungan sebab akibat. Keseluruhannya semata-mata hanyalah merupakan faktor tambahan yang tidak diketahui dan diamati. 7) Pengelompokan subyek ke dalam kelompok dikotom (seperti: yang berhasil dan tidak berhasil), untuk tujuan perbandingan,
menimbulkan
permasalahan
karena
katagori-katagori tersebut bersifat kabur, bervariasi, dan tidak mantap. Penelitian yang demikian sering tidak menghasilkan penemuan yang bermanfaat. 8) Studi komparatif dalam keadaan alami tidak memungkinkan pemilihan subyek yang terkontrol. Menempatkan kelompok yang telah ada dengan hal-hal
yang sama untuk seluruh hal sangat sulit, kecuali untuk menghadapkannya pada satu variabel. Langkah-Langkah Penelitian Kausal-Komperatif 1. Mendefinisikan permasalahannya. 2. Melakukan telaah kepustakaan. 3. Merumuskan hipotesis-hipotesis. 4. menuliskan asumsi-asumsi yang mendasari hipotesis dan langkah-langkah yang akan dilakukan. 5. Merencanakan pendekatan: a. Memilih subyek dan sumber materi yang cocok. b. Menyusun teknik pengumpulan data. c. Menentukan katagori-katagori untuk menentukan kelompok data yang tidak memiliki arti ganda (unambiguous), sesuai dengan tujuan penelitian, dan dapat menunjukkan kesamaan atau saling hubungan. 6. Validasi teknik untuk pengumpulan data. 7. Kumpulkan data. 8. Deskripsikan, analisis, dan interpretasikan hasil yang diperoleh dengan jelas dan istilah- istilah yang tepat. 9. Rencanakan pendekatan. 10. Susunlan laporannya.
b.
Penelitian ex-post facto
Hal penting dalam pendekatan ex post facto adalah tidak adanya manipulasi terhadap variabel. Dalam kasus di atas, dapat didekati dengan ex post facto dengan melihat situasi kelas A dan B yang sebelumnya tidak diadakan manipulasi. Artinya, kelas tersebut berjalan secara alami. Misalnya, hasil ujian kelas A dan B menunjukkan perbedaan dari satu siswa ke siswa lainnya. Dari hasil tersebut, dilakukan klasifikasi antara siswa yang memiliki nilai tinggi dengan siswa yang memiliki nilai rendah. Kemudian dihubungkan antara kecemasan dengan nilai yang diperoleh siswa. Misalnya ditemukan kesimpulan bahwa nilai di atas rata-rata dikerjakan oleh siswa yang memiliki kecemasan. Oleh karena itu, pengaruh kecemasan siswa memang berpengaruh terhadap hasil ujian, yaitu menjadi lebih baik. Penelitian dengan menggunakan pendekatan ini tentu saja memiliki kekurangan. Dari kasus di atas dapat terlihat satu celah kelemahan bahwa bisa jadi adanya faktor ketiga selain kecemasan yang membuat nilai ujian meningkat. Hal ini dimungkinkan adanya faktor ketiga, yaitu kecerdasan. Selain
kecemasan, bisa dimungkinkan bahwa kecemasan adalah situasi lain, sedangkan kecerdasan menjadi penunjang utama. Kekurangan Pendekatan Ex Post Facto Pendekatan ex post facto memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut adalah sebagai berikut. a) Tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas. b) Oleh karena tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas, maka sukar untuk memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan telah benar-benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki. c) Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi dan interaksi antara berbagai
faktor
dalam
kondisi
tertentu
untuk
menghasilkan efek yang disaksikan, menyebabkan soalnya sangat kompleks. d) Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda, tetapi dapat pula disebabkan oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada kejadian lain. e) Apabila saling hubungan antar dua variabel telah diketemukan, mungkin sukar untuk menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
f) Kenyataan bahwa dua, atau lebih, faktor saling berhubungan tidaklah mesti memberi implikasi adanya hubungan sebab akibat. g) Menggolongkan-golongkan subjek ke dalam kategori dikotomi (misalnya golongan pandai dan golongan bodoh) untuk tujuan perbandingan, menimbulkan persoalan-persoalan,
karena
kategori-kategori
itu
sifatnya kabur, bervariasi, dan tak mantap. h) Studi
komparatif
dalam
situasi
alami
tidak
memungkinkan pemilihan subyek secara terkontrol. Menempatkan
kelompok
yang
telah
ada
yang
mempunyai kesamaan dalam berbagai hal kecuali dalam hal dihadapkannya kepada variabel bebas adalah sangat sukar. Keunggulan Penelitian dengan Pendekatan Ex Post Facto Metode ini baik untuk berbagai keadaan kalau metode yang lebih kuat, yaitu metode eksperimental tidak dapat digunakan. Apabila tidak selalu mungkin untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasikan faktor-faktor yang perlu untuk menyelidiki hubungan sebab akibat secara langsung. Apabila pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh.
Apabila kontrol di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian adalah tidak praktis, terlalu mahal, atau dipandang dari segi etika diragukan atau dipertanyakan. Studi kausalkomparatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalkan: apa sejalan dengan apa, dalam kondisi apa, pada perurutan dan pola yang bagaimana, dan sejenis dengan itu.Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik, dan rancangan dengan kontrol parsial, pada akhir-akhir ini telah membuat studi kausal komparatif itu lebih dapat dipertanggungjawabkan. PERBEDAN AKSIOMA ANTAR METODE PENELITIAN AKSIOMA DASAR Sifat Realitas
KUANTITATIF Dapat diklasifikasikan konkrit, teramati, terukur
Hubungan antara peneliti dengan obyek
Independen, hanya melalui instrumen
Hubungan variabel
Kausalitas (sebab akibat)
X
Y
KUALITATIF Ganda, holistic, dinamis, hasil kontruksi dan pemahaman Interaktif dengan sumber data, sangat dekat. Interaktif, timbal balik (siklik)
X
Y Z
Kemungkinan Generalisasi
Hasil penelitian Cenderung membuat generalisasi
Tidak mengenerelasikan hasil penelitian
Peranan Nilai
Tidak terikat dengan nilai-nilai
Sangat tergantung dari nilai yang dianut oleh peneliti dan sumber data
PERBEDAAN KARAKTERISTIK ANTAR METODE PENELITIAN BIDANG Desain
KUANTITATIF 1. Jelas,Spesifik, Rinci 2. Ditentukan sejak awal dengan mantap 3. Menjadi pedoman selama penelitian Tujuan 1. Menunjukkan hubungan antar variable 2. Menguji teori 3. Mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif Teknik 1. Kuesioner Koleksi Data 2. Observasi dan wawancara terstruktur Instrumen Penelitian
Data
1. Tes, angket, wawancara terstruktur 2. Instrument yang telah divalidasi (terstandar) 1. Kuantitatif 2. Hasil pengukuran
Sampel
1. Besar 2. Representative 3. Random 4. Ditentukan sejak awal
Analisis
1. Setelah selesai pengumpulan data 2. Deduktif 3. Menggunakan statistic untuk menguji hipotesis 1. Ada jarak yang tegas 2. Kedudukan peneliti lebih tinggi 3. Jangka pendek hanya pada proses pengambilan data 1. Luas dan rinci
Hubungan Dengan Responden
Usulan
KUALITATIF 1. Umum 2. Fleksibel 3. Dinamis
1. Menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif 2. Menemukan teori 3. Menggambarkan realitas yang kompleks 4. Memperoleh pemahaman makna. 1. Observasi partisipatoris 2. Wawancara mendalam 3. Dokumentasi 4. Triangulasi 1. Peneliti sebagai instrumen 2. Buku catatan, perekam, camera, handycam, dll 1. Deskriptif kualitatif 2. Dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden, dokumen, dll. 1. Kecil 2. Tidak representative 3. Purposive, snowball 4. Berkembang selama proses penelitian 1. Terus menerus dari awal sampai akhir 2. Induktif 3. Mencari pola model, thema, teori 1. Akrab, empati 2. Setara, sebagai guru atau konsultan 3. Jangka lama, sampai datanya jenuh, dapat ditemukan teori . 1. Umum, singkat dan bersifat
Desain
2. Literature yang sesuai dengan masalah dan variable penelitian 3. Prosedur yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya 4. Masalah dirumuskan dengan jelas dan spesifik 5. Hipotesis dirumuskan dengan jelas 6. Ditulis secara rinci dan jelas sebelum ke lapangan
Akhir Penelitian Kepercayaan Berasal Dari
Setelah semua kegiatan penelitian selesai. Uji validitas dan reliabilitas instrumen
sementara 2. Literature hanya sebagai pengantar awal 3. Prosedur penelitian bersifat umum 4. Masalah bersifat sementara dan akan ditemukan setelah studi awal. 5. Tidak dirumuskan hipotesis, karena berupaya menemukan hipotesis 6. Focus penelitian ditetapkann setelah diperoleh data awal. Setelah informasi mulai jenuh Pengujian Kredibilitas, proses dan hasil penelitian.
I. PENDEKATAN KUANTITATIF Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu upaya pencarian ilmiah (scientific inquiry) yang didasari oleh filsafat positivisme logikal (logical positivism) yang beroperasi dengan aturan-aturan yang ketat mengenai logika, kebenaran, hukum-hukum, dan prediksi (Watson, dalam Danim 2002). Metode penelitian kuantitatif
adalah salah satu jenis
penelitian yang memiliki ciri-ciri: sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya.
Pengertian
lain
menyebutkan
penelitian
kuantitatif merupakan penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih
baik bila disertai dengan gambar, tabel, grafik, atau tampilan lainnya. Menurut Sugiono metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini juga diebut sebagai metode positivistic karena berlandaskan filsafat positivisme. Metode ini dikatakan sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga dinamakan metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat
positivism,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel umumnya dilakukan secara random (probabiltity random sampling) yaitu setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel.
Pada
penelitian
ini
pengumpulan
datanya
menggunakan instrument penelitian umumnya menggunakan angket untuk atribut yang berkaitan dengan aspek psikologis atau obyek yang tidak dapat diukur secara langsung. Sedangkan obyek penelitian yang berhubungan dengan
prestasi atau pencapaian hasil belajar intrumennya berupa tes atau soal. Sedangkan bila penelitian yang diukur berkaitan dengan besaran fisika, kimia, dan biologi instrumennya menggukanan alat ukur fisik (timbangan, meteran, dll). System
analisis
data
bersifat
kuantitatif/statistik
yang
bertujuan untuk menguji hipotesis. Proses penelitian pada pendekatan kuantitatif bersifat deduktif, yaitu menggunakan konsep atau teori untuk menjawab rumusan masalah, dengan teori atau konsep tersebut dapat dirumuskan hipotesis (jawaban sementara). Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data di lapangan, selanjutnya data yang sudah terkumpul dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif atau inferensial. Hasil dari analisis statistik itulah yang menjadi kesimpulan apakah hipotesis yang telah dirumuskan terbukti atau tidak. Hasil dari kesimpulan penelitian kuantitatif dapat digeneralisasikan pada populasi bila pengambilan sampelnya dilakukan secara random. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam penelitian
kuantitatif
adalah
validitas
dan
reliabilitas
instrument (alat ukur/ alat untuk mengambil data/ angket) penelitian. Validitas adalah kesahihan atau kesesuaian alat ukur, suatu instrument akan dikatakan valid bila ia mampu
mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya bila kita akan mengukur motivasi maka instrument (angket) tersebut memang untuk mengukur motivasi bukan mengukur yang lain.
Sedangkan
reliabilitas
adalah
keajegan
atau
kekonsistenan suatu instrument. Jadi suatu instrumen akan dikatakan reliable bila ada seseorang yang mengerjakan instrument tersebut mendapatkan skor yang relatif konsisten bila mengerjakan pada waktu yang berbeda. Atau bila ada beberapa orang yang tingkat kecerdasannya relatif sama mengerjakan instrument yang sama maka skornya relatif sama. Pada penelitian kuantitatif peranan teori sangat penting, karena dari teori itulah instrument penelitian dapat tersusun. Pemilihan teori dalam penelitian kuantitatif dilakukan sejak awal penelitian dan harus konsisten sampai akhir penelitian. Fokus
penelitian
kuantitatif
diidentifikasikan
sebagai proses kerja yang berlangsung secara ringkas, terbatas dan memilah-milah permasalahan menjadi bagian yang dapat diukur atau dinyatakan dalam angka-angka. Penelitian ini dilaksanakan untuk menjelaskan, menguji hubungan antar variabel, menentukan kasualitas dari variabel,
menguji teori dan mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif (untuk meramalkan suatu gejala). Penelitian
kuantitatif
menggunakan
instrumen
(alat
pengumpul data) yang menghasilkan data numerikal (angka). Analisis data dilakukan menggunakan teknik statistik untuk mereduksi dan mengelompokan data, menentukan hubungan serta mengidentifikasikan perbedaan antar kelompok data. Kontrol, instrumen, dan analisis statistik digunakan untuk menghasilkantemuan-temuan penelitian secara akurat. Dengan demikian kesimpulan hasil uji hipotesis yang diperoleh melalui penelitian kuantitatif dapat diberlakukan secara umum. Pendekatan mementingkan
kuantitatif adanya
seperti
penjelasan
variabel-variabel
di
sebagai
atas obyek
penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesis dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapantahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka.Terdapat sejumlah situasi yang menunjukkan kapan sebaiknya penelitian kuantitatif dipilih sebagai pendekatan antara lain:
1). Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas. Masalah adalah penyimpangan yang terjadi antara harapan dengan kenyataan, aturan dengan pelaksanaan, antara teori dengan praktek, antara rencana dengan impelementasi atau tantangan dengan kemampuan. Masalah ini harus ditunjukkan dengan data,
baik
hasil
pangamatan
sendiri
maupun
pencermatan dokumen. Misalnya penelitian kuantitatif untuk
menguji
efektivitas
pembelajaran
dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa, maka data prestasi belajar siswa sebagai masalah harus ditunjukkan. 2). Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi. Penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk mendapatkan infomasi yang luas tetapi tidak mendalam. Bila populasi terlalu luas, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Misalnya penelitian tentang disiplin kerja guru di Kabupaten Bandung. Peneliti dapat mengambil sampel yang representatif, tidak berarti harus semua guru di kabupaten Bandung menjadi sumber data penelitian. 3). Bila ingin diketahui sejauh mana pengaruh perlakuan/ treatment terhadap subyek tertentu. Untuk kepentingan
ini metode eksperimen paling cocok digunakan. Misalnya
penelitian
untuk
mengetahui
pengaruh
penggunaan media pembelajaran audio-visual terhadap prestasi belajar siswa. 4). Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian dapat berbentuk dugaan mengenai hubungan antar variabel (hipotesis asosiatif) ataupun perbedaan skor variabel antar kelompok (hipotesis komparatif). Misalnya peneliti ingin mengetahui perbedaan antara disiplin kerja guru laki-laki dengan guru perempuan. Hipotesis komparatif yang diuji adalah: “Terdapat perbedaan disiplin kerja guru lakilaki dengan guru perempuan”. Contoh lain misalnya peneliti ingin mengetahui hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja guru. Hipotesis asosiatif yang diuji dalam penelitian ini adalah: “Terdapat hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja guru”. 5). Bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang empiris dan dapat diukur. Misalnya ingin mengetahui IQ guru pada sekolah tertentu, maka dilakukan pengukuran melalui tes IQ terhadap guru-guru pada sekolah yang bersangkutan.
6).Bila peneliti ingin menguji terhadap adanya suatu keraguan tentang kebenaran pengetahuan, teori, dan produk atau kegiatan tertentu. Misalnya peneliti ingin mengetahun variabel yang lebih efektif apakah pembelajaran menggunakan metode diskusi atau penugasan. Dalam hal ini, peneliti harus mengukur hasil belajar siswa yang menggunakan metode diskusi dan hasil belajar siswa yang menggunakan metode penugasan. Pada tahap selanjutnya hasil pengukuran tersebut dibandingkan. A. Proses Penelitian Kuantitatif Penelitian kuantitatif diawali dengan penentuan masalah penelitian, kemudian masalah tersebut harus diurai dalam variabel-variabel pendukung. Dalam pendekatan kuantitatif jumlah variabel paling sedikit dua variabel, satu variabel bebas, dan yang lain adalah variabel terikat. Masing-masing variabel harus dijelaskan berdasarkan teori atau dalil pendukung, peran teori dalam penelitian kuantitatif sangat sentral. Karena dari teori itulah instrumen penelitian dapat disusun. Penelitian kuantitatif memerlukan persiapan yang matang dari pemilihan masalah penelitian, menentukan variabel penelitian, memilih teori, menyusun instrumen,
validasi instrumen, pengambilan data, analisa data, dan diakhiri dengan interpretasi data. B. Masalah Penelitian Langkah pertama ketika akan melakukan penelitian, terutama pendekatan kuantitatif adalah menentukan masalah penelitian. Masalah adalah adanya kesenjangan atau perbedaan antara kondisi ideal dengan realita. Karena adanya kesenjangan itulah seorang peneiliti dituntut untuk mengetahui faktor apa penyebabnya, dan bagaimana cara yang tepat untuk mengatasi kesenjangan tersebut. Untuk mendalami masalah tersebut peneliti harus mencari tahu dengan studi pendahuluan. Studi pendahuluan tersebut berupa menelaah kepustakaan tentang masalah yang sedang dikaji, kemudian menentukan variabel-variabel yang terlibat dalam masalah tersebut, selanjutnya memilih variabel mana yanga akan diambil sebagai bahan yanga akan diteliti. Upaya ini biasa disebut dengan membuat atau menyusun latar belakang masalah. C. Perumusan Masalah Setelah variabel-variabel dalam pada masalah di atas telah dipilih, langkah seanjutnya adalah merumuskan masalah. Rumusan masalah adalah pertanyaan penelitian yang akan
dijawab melalui proses penelitian. Rumusan masalah berupa kalimat pertanyaan. a. Adapun ciri-ciri masalah penelitian yang baik: 1. Mempunyai kegunaan tertentu dan dapat digunakan untuk keperluan tertentu, bila :
Orisinilitas dari peneliti dan mengenai sesuatu yang up to date, mempunyai nilai ilmiah dan bukan mengenai hal-hal yang sepele. Masalah yang diajukan haruslah berkenan
dengan
pertanyaaan-pertanyaan
yang
signifikan. Bisa juga mengangkat masalah yang telah lalu tetapi akan dihubungkan dengan pendekatan dan teori baru, sehingga topik yang sudah ketinggalan jaman dapat populer kembali.
Masalah harus merupakan suatu relasi atau hubungan antar variabel. Masalah harus berupa kalimat tanya, untuk penelitian yang terdiri dari dua variabel misalnya X dan Y, maka pertanyaan penelitiannya minimal 1. Umumnya jika ada variabel X dan Y, maka pertanyaan penelitiannya ada 3, yaitu: (1)
Bagaimana X?
(2)
Bagaimana Y?
(3)
Apakah ada hubungan antara X dengan Y?
Masalah harus padat, definitif, dan yang menyatakan hubungan harus dapat dinyatakan dengan hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
Masalah harus mempunyaiarti dan nilai, baik menurut bidang ilmu itu sendiri atau pada taraf aplikasinya.
Masalah harus dapat diuji, artinya masing-masing variabel dapat diukur secara empiris atau measurable.
2. Mempunyai fisibilitas Masalah harus dapat diteliti sehingga diakhir penelitian dapat dipecahkan. Maka harus diperhati-kan beberapa hal berikut: 1) Ada metode untuk mendapatkan data, dan data yang
diperoleh
harus
mempunyai
nilai
kebenaran yang standar bukan data fiktif. 2) Biaya
yang
memperhatikan
terjangkau,
peneliti
ketersediaan
dana.
harus Jangan
sampai peneliti memilih masalah yang biayanya diluar kemampuan peneliti. 3) Ketersediaan memungkinkan,
alat
dan
jangan
kondisi sampai
yang peneliti
mengangkat masalah yang sulit mendapatkan alat bantu untuk melakukaan penelitian. Peneliti
harus memperhatikan kondisi sekitar seperti cuaca, lokasi, dan keadaan lain. 4) Waktu
yang
memperhatikan penelitian,
fisibel, masalah
jangan
sampai
peneliti dari terjadi
harus lamanya peneliti
mengangkat masalah yang untuk mendapatkan data
memerlukan
waktu
yang
panjang
sementara waktu untuk menyelesaikan studi sangat terbatas. 5) Biaya
dan
hasilnya
dalam
memecahkan
masalah harus seimbang, jangan sampai dana yang dikeluarkan tidak seimbang dengan hasil yang diperoleh karena terlalu mahal. 6) Masalah
harus
mendapat
dukungan
dan
dikelola dengan baik, alangkah baiknya kalau masalah yang dipilih mendapat dana dari sponsor. 7) Masalah hendaknya tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku. 3. Harus sesuai dengan kompetensi si peneliti. Karena itu masalah harus: 1) Menarik bagi peneliti, dan sesuai dengan minatnya. Sehingga peneliti tidak merasa terpaksa dalam
melakukan penelitian, dan lebih mudah untuk mendapatkan literatur. Umumnya peneliti akan memiliki banyak literatur tentang masalah yang diminatinya. 2) Sasuai dengan kompetensi peneliti, jangan sampai peneliti memilih masalah yang tidak dikuasainya. Dan jangan sampai penelitian untuk program doctor (S3) tetapi penelitiannya sederhana dan hanya senilai penelitian untuk jenjang magister (S2) apalagi kualifikasi (S1).
b. Sumber untuk Memperoleh Masalah Masalah penelitian sebenarnya banyak sekali di sekitar kita, sayangnya kita kadang kurang memperhatikan secara teliti. Faktor penyebabnya adalah peneiliti kurang menggali dan mengidentifikasi masalah secara cermat. Berikut ini
akan diuraikan sumber-sumber peneliti
menemukan masalah, yaitu: 1. Pengamatan Terhadap Kegiatan Manusia Bagi peminat masalah sosial,kegiatan manusia di suatu komunitas bisa menjadi sumber masalah. Misalkan saja kegiatan panen raya di suatu daerah, umumnya pemilik sawah mengundang warga sekitar untuk membantu
memanen padi. Warga yang membantu itu tidak dibayar dengan uang oleh pemilik sawah, tetapi hasil padi yang dipanen dibagi, misalnya dibagi lima bagian, empat bagian untuk pemilik sawah dan satu bagian untuk warga yang membantu. Sistem panen semacam itu di Jawa Tengah khusunya di kabupaten Tegal disebut “bawon”. Bagi peneliti bidang sosial ekonomi pertanian itu bisa menjadi sumber masalah penelitian. 2. Buku atau bacaan Buku terutama buku referensi mata kuliah bisa juga dijadikan
masalah
penelitian.
Misalkan
seorang
mahasiswa membaca suatu teori yang terdapat dalam buku Psikologi Belajar yang menyatakan bahwa prestasi belajar anak tergantung juga faktor internal dan ekternal. Sedangkan salah satu yang menjadi faktor internal adalah motivasi belajar, nah motivasi belajar ini bisa dijadikan masalah penelitian. Sehingga ditemukan masalah penelitian apakah motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa? 3. Pengamatan terhadap Gejala Alam Bagi pemerhati masalah lingkungan hidup, terjadi abrasi di pantai selatan pulau Jawa bisa dijadikan sumber masalah penelitian. Ia bisa meneliti dengan
judul
Pengaruh
Abrasi
pantai
Baron
terhadap
Komunitas Burung Camar. 4. Pendalaman dari Penelitian terdahulu Seorang mahasiswa yang sedang berkunjung ke Perpustakaan mendapatkan sebuah jurnal penelitian terbitan 10 tahun yang lalu, yang berjudul “ Dinamika Pesantren di Indonesia.” Setelah membaca jurnal tersebut dia terinspirasi untuk meneliti tentang “Dinamika Peran Masjid dalam Pendidikan Islam di Pulau Jawa.” 5. Fenomena Perkembangan Ilmu dan Teknologi Perkembangan
teknologi
terutama
teknologi
informatika yang sangat cepat sejak sepuluh tahun terakhir, tentu banyak mempengaruhi pola hubungan antar manusia. Bagi peminat masalah teknologi informasi, merupakan sumber masalah penelitian yang menarik. Dia bisa mengaitkan IT dengan pola belanja keluarga,
sehingga
muncul
penelitian
tentang
“Pengaruh Toko Online terhadap Pemasaran Produk Tenun Tradisional di Jakarta.” 6. Pengalaman Peneliti Pengalaman peneliti bisa dijadikan sumber masalah penelitian, misalkan peneliti yang tinggal di kota besar
seperti Jakarta, dia bisa mengangkat kegiatan mudik lebaran sebagai sumber masalah penelitian. Sehingga muncul ide penelitian dengan judul “Fenomena Mudik Lebaran Perspektif Pendidikan Islam.” 7. Aktivitas Manusia Kegiatan rutin manusia di suatu daerah bisa dijadikan sebagai sumber masalah penelitian. Misalkan kegiatan masyarakat di daerah terpencil yang tinggal di pedalaman Kalimantan, peneliti bisa meneliti tentang pendidikkan melakukan
masyarakat penelitian
pedalaman.
dengan
judul
Dia
bisa
”Pendidikan
Masyarakat Pedalaman Kalimantan.” 8. Keahlian Khusus Bila seorang peneliti melihat orang yang mempunyai keahlian khusus, misalnya pembuat celengan dari tanah liat di Majalengka. Dia bisa mengangkat keahlian membuat celengan sebagai sumber masalah penelitian. Sehingga dilakukan penelitian dengan judul “Keluarga Pembuat Celengan di Majalengka” 9. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran bagi seorang dosen kadang juga bisa jadi sumber masalah, misalnya pembelajaran dengan pendekatan lingkunganyang sekarang banyak
diterapkan di Sekolah Alam, apakah membawa perubahan perilaku siswa terhadap cara pandang terhadap pelestarian hidup atau tidak. Kegiatan pembelajaran di Sekolah Alam dapat diangkat menjadi sumber masalah penelitian. 10. Kegiatan Seminar Kegiatan seminar bisa menjadi sumber masalah penelitian, misalnya ada pemakalah yang sedang membahas
tentang Masyarakat
Ekonomi
Asean.
Seorang peserta yang kebetulan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah terinspirasi dengan judul makalah tersebut untuk dijadikan Masyarakat Ekonomi Asean sebagai masalah penelitian untuk menyusun tesis. 11. Ilham atau Intuisi Boleh jadi seorang yang sedang menunggu kereta api di sebuah stasiun, mendapat ilham tentang pola berpakaian pengguna kereta api listrik. Sehingga dia menjadikan pola berpakaian sebagai sumber masalah penelitian, misalnya dia mengaitkan pola berpakaian dengan sikap kepedulian terhadap penumpang yang manula, ibu hamil, dan menyusui. D. Cara Merumuskan Masalah
Tahap selanjutnya bila peneliti telah memilih dan mengidentifikasi masalah adalah merumuskan masalah. Perumusan masalah merupakan langkah awal penentuan hipotesis, dari perumusaan masalah bisa ditentukan juga topik penelitian bahkan judul penelitian. Pedoman dalam merumuskan masalah hendaklah memperhatikan beberapa hal berikut: 1. Hendaknya perumusan masalah dalam bentuk kalimat tanya. 2. Menggunakan kata-kata yang jelas dan padat. 3. Menjadi dasar dalam penetapan judul. 4. Mengandung implikasi adanya data dengan pemecahan masalahnya. 5. Merupakan dasar untuk membuat hipotesis. E. Variabel Penelitian Variabel Penelitian adalah entitas atau simbol atau lambang
yang menjadi
obyek
pengukuran
dalam
penelitian. Variabel bisa berupa konsep atau perilaku atau kondisi yang berkaitan dengan sampel dalam penelitian dimana masing-masing sampel memiliki nilai yang berbeda-beda. Menurut para ilmuwan variabel merupakan konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang diteliti atau dipelajari. Yang termasuk variabel menurut pendekatan
psikologi, sosiologi, dan dunia pendidikan sebagaimana yang diungkapkan oleh Kerlinger adalah: jenis kelamin, penghasilan,
kelas
sosial,
produktivitas
organisasi,
mobilitas pekerjaan, tingkat aspirsi, bakat/kecakapan verbal, kecemasan, afiliasi, agama, preferensi politik, pembangunan,
perkembangan
politik
(menyangkut
sesuatu bangsa atau negara) orientasi kerja, sikap, konformitas, daya ingat, daya kenal, dan prestasi. Misalkan x adalah variabel, ia adalah simbol/lambang yang merupakan keadaan tentang x dari hasil pengamatan atau pengukuran. Pengukuran adalah pemberian angka pada obyekobyek atau kejadian-kejadian menurut suatu aturan. Variabel yang diukur biasanya diberi nilai x itu berupa sekelompok nilai (data) hasil pengukuran. Hasil dari suatu pengukuran yang berupa angka di atas disebut dengan skala pengukuran. Ada empat skala pengukuran, yaitu: a) Skala nominal Adalah merupakan taraf pengukuran yang paling rendah, angka-angka yang dihasilkan dari obyek yang diukur dalam skala pengukuran ini tidak mengandung makna kuantitatif (banyak sedikitnya jumlah). Angka-
angka ini tidak dapat diurutkan atau dijumlahkan, ia hanya label, bila obyek pengukuran diberi angka 1, 2, 3, dan seterusnya angka-angka tersebut hanyalah sekedar nama. Misalnya angka-angka yang dipakai pemain sepakbola, sofbol, peserta marathon dan lainlain itu bernilai nominal. Obyek yang lain seperti jenis kelamin, agama, ras, bangsa, tingkat pendidikan dan lainnya. b) Skala Ordinal Skala ini umumnya berasal dari pengukuran di bidang
behavioral,
misalnya
untuk
menentukan
perasaan, atau persetujuan terhadap suatu keadaan. Skala ini umumnya digunakan untuk penelitian yang menggunakan angket, misalnya angka 1 untuk jawaban sangat setuju, angka 2 untuk jawaban setuju, angka 3 untuk jawaban ragu-ragu, angka 4 untuk jawaban tidak setuju, dan angka 5 untuk jawaban sangat setuju. Angka-angka
pada
skala
ordinal
menunjukkan urutan peringkat,
hanyalah
tidak menunjukkan
kuantitas absolut, dan tidak pula memberikan petunjuk bahwa interval-interval antara setiap dua angka itu sama.
Skala
urutan
peringkat
bukanlah
skala
berinterval sama, dan skala ordinal tidak memiliki titik nol absolut. c) Skala Interval Skala interval memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh skala nominal dan skala ordinal, terutama pada ciri
peringkat-berurutnya.
Pada
skala
ini
jarak
keangkaan memiliki nilaiyang sama, skala interval mewakili jarak yang sama pula dalam hal kepemilikan sifat yang diukur. Pada skala interval dapat dilakukan operasi penjumlahan dan pengurangan. Meskipun demikian misalkan ada skala interval: A
B
c
D
E
1
2
3
4
5
Interval dari b ke d adalah 4 – 2 = 2, interval dari d ke e adalah 5 – 4= 1. Interval-interval tersebut dapat dijumlahkan (4 – 2) + (5 – 4) = 2 + 1 = 3. Dapat dinyatakan dalam persamaan (e –b) = (d – b) + (e – d). Misalkan interval-interval tersebut merupakan prestasi dari lima siswa yang diukur dengan menggunakan skala interval, maka perbedaan prestasi antara siswa a dengan siswa d dan antara siswa b dan siswa e akan sama. Namun demikian kita tidak dapat mengatakan bahwa prestasi d dua kali lebih besar dari prestasi
siswa b, dengan kata lain yang dikurangi atau ditambahkan bukan kuantitas atau banyaknya, tetapi interval atau jarak. d) Skala Ratio. Ratio atau nisbah adalah taraf pengukuran tertinggi, skala ratio memiliki angka nol mutlak. Bila hasil pengukuran dengan skala ini menghasilkan angka nol, maka ada landasan untuk mengatakan bahwa obyek tersebut tidak memiliki nilai atau sifat. Karena memiliki angka nol absolut maka segala bentuk operasi aritmatika dapat dilaksanakan, termasuk perkalian dan pembagian. Angka atau
skor menunjukkan besaran
sesungguhnya dari obyek yang diukur. Skala ini juga memiliki ciri-ciri skala nominal, ordinal, dan interval. F. Teori dalam Penelitian Kuantitatif Kedudukan teori dalam penelitian kuantitatif sangat mutlak, karena dari teori itulah akan diperoleh definisi suatu variabel, selain itu dari teori itu juga diperoleh konstruk dan indikator. Indikator inilah yang selanjutnya akan digunakan untuk menyusun kisi-kisi instrumen penelitian. Dari kisi-kisi inilah selanjutnya peneliti menyusun instrumen penelitian. Karena itu dalam penelitian kuantitatif kedudukan teori sangat fundamental
dan sangat strategis. Karena itu peneliti harus mengkaji kepustakaan untuk memperoleh teori atau dalil yang tepat. G. Kerangka Berfikir Kerangka
berfikir
dalam
penelitian
kuantitatif
merupakan model konseptual tentang keberadaan teori yang dikaitkan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir harus menjelaskan secara teoritis hubungan antar variable yang akan diteliti. Peneliti harus menjelaskan secara teoritis hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel dependen (variabel terikat). Bila dalam penelitian yang akan dilakukan
ada
variabel
moderator
dan
variabel
intervening, juga perlu dijelaskan oleh peneliti mengapa variabel tersebut dilibatkan dalam penelitian. Kaitan atau hubungan antar variabel tersebut, seterusnya dirumuskan dalam bentuk paradigma penelitian. Karenanya pada penyusunan paradigma penelitian harus berdasarkan kerangka berfikir. Bila dalam suatu penelitian terdapat lebih dari satu variabel maka peneliti harus menyusun kerangka berfikir. Kerangka
berfikir
merupakan
rangkaian
yang
menggambarkan
hubungan
antar
variabel,
yang
terbingkai dalam suatu teori.Sedangkan kalau hanya satu variabel atau lebih, tetapi variabel tersebut mandiri H. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara atau prediksi-prediksi yang diajukan oleh peneliti tentang hubungan antar variabel yang diharapkan. Hipotesis biasanya berupa perkiraan numerik atas populasi yang dianalisa berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari sampel penelitian. Hipotesis dirumuskan setelah peneliti menelaah teori yang adadalam penelitian yang akan dilakukan. Hipotesis dibedakanmenjadi dua , yaitu: 1. Hipotesis Penelitian Hipotesis
penelitian
diletakkan
setelah
kajian
toeritisdan desain penelitian. Hipotesis ini merupakan jawaban yang diperkiraan oleh peneliti setelah mengkaji secara mendalam terhadap teori-teori yang melatar-belakangi masing-masing variabel penelitian. Contoh hipotesispenelitian adalah: Pengasuhan orang tua dan peran guru di sekolah
berpengaruhterhadap
religius dan kesehatan mental siswa.
kesadaran
Tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara SD dan MI. (hipotesis komparasi, untuk populasi) 2. Hipotesis Statistik dengan rumusan masalah penelitian yang diajukan peneliti. Umumnya rumusan masalah yang diajukan peneliti terkait dengan beberapa tujuan, yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabel
mandiri),
komparasi (perbandingan), dan assosiatif (hubungan). Karena itu hipotesis penelitianpun berkutat pada tiga hal di atas, yaitu hipotesis deskriptif, hipotesis komparatif, dan hipotesis assosiatif (hubungan). a.
Hipotesis Deskriptif
Hipotesis
deskriptif
terhadap
rumusan
adalah
jawaban
Hipotesis
sementara
statistikadalah
hipotesisyang terdapat dalam metode penelitian, kegunaan hipotesis pada bagian ini adalah untuk menguji
tiap-tiap
variabel
independen
dengan
variabel moderasi, variabel independen dengan variabel terikat, variabel moderasi dengan variabel terikat. Hipotesis statistik digunakan bila penelitian mengggunakan sampel sebagai sumber datanya,
sedangkan bila itu penelitian populasi tidak perlu menggunakan hipotesis statistik. Hipotesis
sebagai
jawaban
sementara
terhadap
pertanyaan penelitian atau rumusan masalah, akan diuji dengan menggunakan hipotesiskerja. Hipotesis kerja disusun berdasarkan kajian teori yang handal, sedangkan bila teori yang digunakan masih diragukan kehandalannya maka digunakan hipotesis nol (nihil). Hipotesis nol (nihil) merupakan lawan dari hipotesis kerja. Hipotesis kerja dinyatakan dalam statemen (kalimat) positif, sedangkan statemen (kalimat) negatif untuk hipotesis nol. Menurut pandangan statistik hipotesis dibedakan menjadi dua, yaitu hipotesis kerja dan hipotesis alternatif. Bila kita melakukan penelitian, maka yang pertama kali diuji adalah hipotesis penelitian, terutama hipotesis kerjanya. Bila yang akan diuji apakah hasil pengujian hipotesis itu signifikan atau tidak, maka yang diuji adalah hipotesis statistik. Sedang statistik yang gunakan untuk menguji hipotesis ini adalah menggunakan statistik inferensial. Namun bila pengujian statistik yangdigunakan untuk menghitung data populasi adalah statitistik deskriptif.
Dalam uji hipotesis statistik yang akan diuji adalah hipotesis nol
yang menyatakan tidak terdapat
perbedaan antara sampel dan data populasi. Pengujian dengan hipotesis nol oleh peneliti dilakukan karena peneliti berharap tidak ada perbedaan antara sampel dengan
populasi
atau
statistik
dan
parameter.
Parameter yang dimaksud adalah ukuran-ukuran yang berhubungan dengan populasi, adapun statistik pada bagian ini diartikan sebagai ukuran-ukuran yang berkenaan dengan sampel. Macam-macam Bentuk Hipotesis Bentuk hipotesis tergantung masalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang terkait dengan variabel mandiri.
Contoh 1: Rumusan Deskriptif
Masalah
Berapa lama daya tahan belajar efektif siswa SD?
Hipotesis Deskriptif
Daya tahan belajar efektif siswa SD sama 5 jam/hari (H0) Daya tahan belajar efektif siswa SD tidak sama dengan 5 jam/hari (Ha)
Hipotesis Statistik
H0:= 6 jam/hari Ha : ≠ 6 jam/hari : adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan(ditaksir) melalui sampel.
Contoh 2: Rumusan Masalah Deskriptif Hipotesis Deskriptif
Seberapa tinggi motivasi belajar matematika siswa MI?
Hipotesis Statistik
H0 : Ha:
H0 : Motivasi belajar matematika siswa MI paling rendah rendah 60 dari kriteria ideal yang ditetapkan. Ha : motivasi belajar matematika siswa MI paling tinggi 60 dari kriteria ideal yang ditetapkan.
b. Hipotesis Komparasi Hipotesis komparasi adalah jawaban sementara dari rumusan masalah komparasi. Pada rumusan masalah jenis ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya berbeda, atau terjadi pada waktu yang berbeda. Contoh: Rumusan masalah komperatif Hipotesis komperatif
Bagaimana prestasi belajar matematika siswa SD bila dibandingkan dengan siswa MI? H0 : Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa SD dengan siswa MI. Ha : Prestasi belajar Matematika siswa SD lebih tinggi dibanding siswa MI.
Hipotesis statistic Catatan:
H0 : Ha :
rata-rata prestasi matematika siswa SD = rata-rata prestasi matematika siswa MI
c. Hipotesis Assosiatif Hipotesis assosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah assosiatif, yaitu rumusan masalah yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Contoh: Rumusan masalah assosiatif Hipotesis komperatif
Adakah hubungan yang positif dan signifikan antaraprestasi belajar matematikadengan kesadaran beragama siswa SD? H0 :Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi belajar matematika dengan kesadaran beragama siwa SD. Ha : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antaraPrestasi belajar Matematika dengan kesadaran beragama siswa SD.
Hipotesis statistic
I. Paradigma
H0 : berarti tidak ada hubungan. Ha :≠berartiada hubungan = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan. Penelitian,
Rumusan
Masalah,
dan
Hipotesis Paradigma penelitianadala pola pikir peneliti yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti yang juga menggambarkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian. Selain itu paradigma penelitian juga membahas tentang teori yang akan digunakan dalam merumuskan hipotesis, jenis dan
jumlah hipotesis, serta teknik analisis statistik yang akan digunakan. Berkaitan dengan ini ada beberapa paradigma penelitian kuantitatif terutama untuk penelitian survey yaitu: 1. Paradigma Sederhana X
Y
Penelitian model ini terdiri atas 1 variabel independen (variabel bebas) dan 1 variabel dependen (variabel terikat). Misalkan: X = Taraf Kecerdasan Siswa Y = Penguasaan konsep bangun ruang Pada model ini dapat ditentukan: Rumusan Masalah
Teori Yang digunakan (2) Hipotesis yang dirumuskan
Deskriptif: (2), 1.Bagaimana X? 2.Bagaimana Y? Asosiatif: (1), - Apakah X berpengaruh secara signifikan terhadap Y? 1) Teori tentang X. 2) Teori Tentang Y Deskriptif: 2, (jarang dirumuskan) 1) Rata-rata X? 2) Rata-rata Y? Asosiatif: 1, - X berpengaruh yang signifikan terhadap Y.
Teknis Data
Analisis
analisa hipotesis deskriptif menggunakan statistik deskriptif (rata-rata, sebaran data, dan lain-lain) Analisa hipotesis asosiatif, bila semua data berupa data interval atau ratio, perhitungannya menggunakan teknik ststistik Korelasi ProductMoment
2. Paradigm Sederhana Berurutan X1
X2
X3
Y
Model ini variable penelitiannya lebih dari dua, tetapi bola hubungannya masih sederhana. Pola hubungan
antarvariabel
pada
paradigm
ini
menunjukkan pola hubungan anatara variable bebas dengan variable terikat secara berurutan. Untuk menentukan hubungan antar variable, seperti hubungan X1 dengan X2, X2 dengan X3, dan X3 dengan Y cara penghitungannya dengan menggunakan teknik korelasi sederhana. Misalkan: X1 = Taraf Kecerdasan Siswa X2= Y = Penguasaan konsep bangun ruang Pada model ini dapat ditentukan:
Rumusan Masalah Deskriptif: (4), Asosiatif: (3),
Teori Yang digunakan (4)
Hipotesis yang dirumuskan Deskriptif: 4, (jarang) Asosiatif: 1,
Teknis Analisis Data
1. Bagaimana X1? 2. Bagaimana X2? 3. BagaimanaX3? 4. Bagaimana Y? 1) Apakah terdapat berkorelasi antara X1 dengan X2? 2) Apakah terdapat berkorelasi antara X2 dengan X3? 3) Apakah terdapat berkorelasi antara X3 dengan Y? 1) Teori tentang X1. 2) Teori tentang X2 3) Teori tentang X3 4) Teori Tentang Y 1) Rata-rata X1? 2) Rata-rata X2? 3) Rata-rata X3? 4) Rata-rata Y? 1) X1 berkorelasi secara signifikan denganX2. 2) X2 berkorelasi secara signifikan dengan X3 3) X3 berkorelasi secara signifikan dengan Y. Analisa hipotesis deskriptif menggunakan statistik deskriptif (rata-rata, sebaran data, dan lain-lain) Analisa hipotesis asosiatif, bila semua data berupa data interval atau ratio, perhitungannya menggunakan teknik ststistik Korelasi Product Moment
3. Paradigm Ganda dengan Dua Variabel Independen X1 Y X2
Pada pola ini terdapat dua variable bebas (X1 dan X2), dan satu variable terikay (Y). pada paradigm ini rumusan masalah deskriptifnya ada 3, yaitu (X1, X2, dan Y). sedangkan rumusan asosiatifnya ada 4, yang terdiri atas 3 korelasi sederhana dan 1 korelasi ganda Misalkan: X1 = Taraf Kecerdasan Siswa X2 = Model Pembelajaran Guru. Y = Penguasaan konsep bangun ruang Pada model ini dapat ditentukan: Rumusan Masalah Deskriptif:(3), Asosiatif: (3),
1. Bagaimana X1? 2. Bagaimana X2? 3. Bagaimana Y? 1) Apakah terdapat berkorelasi antara X1 dengan Y? 2) Apakah terdapat berkorelasi antara X2 dengan Y? 3) Apakah terdapat berkorelasi antara X1 dan X2 secara bersama-sama dengan Y? Teori Yang 1) Teori tentang X1. digunakan (3) 2) Teori tentang X2 3) Teori Tentang Y Hipotesis (jarang dirumuskan) yang 1) Rata-rata X1? dirumuskan 2) Rata-rata X2? Deskriptif: 3, 3) Rata-rata Y? Asosiatif: 1, 1. X1 berkorelasi secara signifikan dengan Y. 2. X2 berkorelasi secara signifikan dengan Y 3. X1 dan X2 bersama-sama berkorelasi secara signifikan dengan Y. Teknis Analisa hipotesis deskriptif menggunakan statistik Analisis Data deskriptif (rata-rata, sebaran data, dan lain-lain) 1) Untuk mencari hubungan X1 dengan Y, dan X2 dengan Y menggunakan teknik korelasi
sederhana. 2) Untuk mencari hubungan X1 dan X2 secara bersama-sama dengan Y menggunakan korelasi ganda.
4. Paradigma
Ganda
dengan
Tiga
Variabel
Independen X1 1 X2
Y
X3
Misalkan: X1 = Taraf Kecerdasan Siswa X2 = Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa X3 = Sarana Belajar Siswa Y = Penguasaan konsep bangun ruang Pada model ini dapat ditentukan: Rumusan Masalah Deskriptif: (4), Asosiatif: (7),
1. Bagaimana X1? 2. Bagaimana X2? 3. BagaimanaX3? 4. Bagaimana Y? 1) Apakah terdapat berkorelasi antara X1 dengan X2? 2) Apakah terdapat berkorelasi antara X2 dengan X3?
Teori Yang digunakan (4) Hipotesis Deskriptif: 4, (jarang) Asosiatif: 7,
Teknis Analisis Data
3) Apakah terdapat berkorelasi antara X1 dengan X3? 4) Apakah terdapat berkorelasi antara X1dengan Y? 5) Apakah terdapat berkorelasi antara X2 dengan Y? 6) Apakah terdapat berkorelasi antara X3 dengan Y? 7) Apakah terdapat berkorelasi antara X1,X2, dan X3 secara bersama-sama dengan Y? 1) Teori tentang X1. 2) Teori tentang X2 3) Teori tentang X3 4) Teori Tentang Y 1) Rata-rata X1? 2) Rata-rata X2? 3) Rata-rata X3? 4) Rata-rata Y? 1. X1 berkorelasi secara signifikan dengan X2. 2. X2 berkorelasi secara signifikan dengan X3 3. X1 berkorelasi secara signifikan dengan X3 4. X1 berkorelasi secara signifikan dengan Y 5. X2 berkorelasi secara signifikan dengan Y 6. X3 berkorelasi secara signifikan dengan Y 7. X1, X2, dan X2 secara bersama-sama berkorelasi secara signifikan dengan Y Analisa hipotesis deskriptif menggunakan statistik deskriptif (rata-rata, sebaran data, dan lain-lain) 1) Analisa hipotesis asosiatif, bila semua data berupa data interval atau ratio, perhitungannya untuk mencari hubungan antara X1 dengan Y, X2 dengan Y, X3 dengan Y, X1 dengan X2, X1 dengan X3, dan X2 dengan X3 menggunakan teknik ststistik Korelasi sederhana. 2) Untuk mencarai besarnya hubungan antara X1, X2, dan X3 secara bersama-sama dengan Y menggunakan korelasi ganda. 3) Regresi sederhana, dan regresi ganda, serta
korelasi parsial dapat juga digunakan untuk menganalisis pada paradigm ini.
5. Paradigm Ganda dengan Dua Variabel Dependen Y1 X Y2 Misalkan: X = Taraf Kecerdasan Siswa Y1 = Penguasaan konsep bangun ruang Y2 = Prestasi Matematika siswa Pada model ini dapat ditentukan: Rumusan Masalah Deskriptif: 3 Asosiatif: (3),
Teori Yang digunakan (3) Hipotesis yang dirumuskan Asosiatif: 1,
1. Bagaimana X1? 2. BagaimanaY1? 3. Bagaimana Y2? 1) Apakah terdapat korelasi antara X dengan Y1? 2) Apakah terdapat korelasi antara X dengan Y2? 3) Apakah terdapat korelasi antara Y1 dengan Y2? 1) Teori tentang X1. 2) Teori tentang Y1 3) Teori Tentang Y2 Deskriptif: 4, (jarang dirumuskan) 1) Rata-rata X1? 2) Rata-rata Y1? 3) Rata-rata Y2? 1) X1 berkorelasi secara signifikan dengan Y1. 2) X berkorelasi secara signifikan dengan Y2
3) Y1 berkorelasi secara signifikan dengan Y2. Teknis Analisis Data
Analisa hipotesis deskriptif menggunakan statistik deskriptif (rata-rata, sebaran data, dan lain-lain) Analisa hipotesis asosiatif, bila semua data berupa data interval atau ratio, perhitungannya menggunakan Teknik statistik Korelasi sederhana dan analisis regresi dapat pula digunakan.
6. Paradigm Ganda dengan Dua Variabel Independen dan Dua Variabel Dependen r1 Y1 X1 r2 r5 X2
r3 r4
Misalkan:
Y2 2
X1 = Taraf Kecerdasan Siswa X2 = Y1 = Y2 = Penguasaan konsep bangun ruang Pada model ini dapat ditentukan: Rumusan Masalah Deskriptif: (4), Asosiatif: (8),
1. 2. 3. 4.
Bagaimana X1? Bgaimana X2? BagaimanaY1? Bagaimana Y2?
1. Apakah terdapat korelasi antara X1 dengan 2. Apakah terdapat korelasi antara X1 dengan 3. Apakah terdapat korelasi antara X2 dengan 4. Apakah terdapat korelasi antara X1 dengan
X2? Y1? Y1? Y2?
5. Apakah terdapat korelasi antara X2 dengan Y2? 6. Apakah terdapat korelasi antara Y1 dengan Y2? 7. Apakah terdapat korelasi antara X1 dan X2 secara bersama-sama dengan Y1? 8. Apakah terdapat korelasi antara X1 dan X2 secara bersama-sama dengan Y2? Teori Yang 1) Teori tentang X1. digunakan 2) Teori tentang X2 (4) 3) Teori tentang Y1 4) Teori Tentang Y2 Hipotesis 1. Rata-rata X1? Deskriptif: 2. Rata-rata X2? 4, jarang 3. Rata-rata Y1? dirumuskan 4. Rata-rata Y2? Asosiatif: 8, 1) X1 berkorelasi secara signifikan dengan X2. 2) X1 berkorelasi secara signifikan dengan Y1.. 3) X1 berkorelasi secara signifikan dengan Y2. 4) X2 berkorelasi secara signifikan dengan Y1. 5) X2 berkorelasi secara signifikan dengan Y2 6) Y1 berkorelasi secara signifikan dengan Y2. 7) X1 dan X2 secara bersama-sama berkorelasi secara signifikan dengan Y1 8) X1 dan X2 secara bersama-sama berkorelasi secara signifikan dengan Y2. Teknis Analisa hipotesis deskriptif menggunakan Analisis statistik deskriptif (rata-rata, sebaran data, dan Data lain-lain) Analisa hipotesis asosiatif, bila semua data berupa data interval atau ratio, perhitungannya menggunakan: 1) teknik ststistik Korelasi Sederhana untuk menghitung r1, r2, r3, r4, dan r5 2) untuk menghitung hubungan antara X1 dan X2 secara bersama-sama dengan Y1, dan hubungan antara X1 dan X2 secara bersamasama dengan Y2 menggunakan teknik statistic korelasi ganda. 3) Untuk memprediksi Y1 dan Y2 dapat menggunakan analisa regeresi sederhana dan regresi ganda.
7. Paradigma Jalur X1
Y1
Y2
X2
Bila suatu penelitian terdapat empat variabel, misalnya X1: pengasuhan orang tua, X2: peran guru di sekolah, Y1 : kesadaran religius, dan Y2 : Kesehatan Mental. Maka berlaku: Rumusan Masalah Deskriptif: (4), Asosiatif: (7),
1. 2. 3. 4. 1)
Bagaimana Pengasuhan Orang Tua? Bagaimana Peran Guru di sekolah? Bagaimana Kesadaran Riligius Siswa? Bagaimana Kesehatan Mental Siswa? Apakah Pengasuhan orang tua berpengaruh secara langsung terhadap kesadaran religius siswa? 2) Apakah Pengasuhan orang tua berpengaruh secara langsung terhadap Kesehatan Mental siswa? 3) Apakah Peran guru di sekolah berpengaruh secara langsung terhadap kesadaran religius siswa? 4) Apakah Peran guru di sekolah
berpengaruh secara langsung terhadap Kesehatan mental siswa? 5) Apakah Kesadaran religius berpengaruh terhadap Kesehatan Mental siswa? 6) Apakah pengasuhan orang tua berpengaruh secara tidak langsung melalui kesadaran religius terhadap Kesehatan mental siswa? 7) Apakah Peran guru di sekolah berpengaruh secara tidak langsung melalui kesadaran religius terhadap Kesehatan mental siswa? Teori Yang 1) Teori tentang Pengasuhan Orang tua digunakan (4) 2) Teori tentang Peran guru 3) Teori tentang kesadaran religius. 4) Teori Tentang kesehatan mental. Hipotesis Deskriptif: 4, (jarang dirumuskan) yang dirumuskan Asosiatif: 7, 1) Pengasuhan orang tua berpengaruh signifikan secara langsung terhadap kesadaran religius siswa. 2) Pengasuhan orang tua berpengaruh signifikan secara langsung terhadap Kesehatan Mental siswa. 3) Peran guru di sekolah berpengaruh signifikan secara langsung terhadap kesadaran religius siswa. 4) Peran guru di sekolah berpengaruh signifikan secara langsung terhadap Kesehatan mental siswa. 5) Kesadaran religius berpengaruh signifikan terhadap Kesehatan Mental siswa. 6) Pengasuhan orang tua berpengaruh signifikan secara tidak langsung melalui kesadaran religius terhadap Kesehatan mental siswa?
Teknik Analisis Data
7) Peran guru di sekolah berpengaruh signifikan secara tidak langsung melalui kesadaran religius terhadap Kesehatan mental siswa. Analisa hipotesis deskriptif menggunakan statistik deskriptif (rata-rata, sebaran data, dan lain-lain) Analisa hipotesis asosiatif, bila semua data berupa data interval atau ratio, perhitungannya menggunakan teknik statistik analisa jalur (path analys) dengan menggunakan LISREL
J. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan dari obyek yang akan diteliti, Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang terpilih untuk dijadikan obyek penelitian. Untuk lebih mudah dipahami, dapat digambarkan seperti himpunan berikut: A B
Gambar
: Himpunan Populasi dan Sampel
Keterangan: A Himpunan populasi B Himpunan sampel
Kegiatan pemilihan anggota pupulasi menjadi sampel atau bagian dari populasi yang terpilih untuk pengambilan data dinamakan sampling. Sedangkan teknik atau cara pemilihan sampel disebut teknik sampling. Cara pengambilan sampel atau teknik sampling secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Probability sampling atau random sampling Probability
sampling
adalah
teknik
pengambilan
samping, dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Cara ini sering disebut juga random sampling atau sampel acak, teknik sampling yang termasuk kategori ini adalah: a. Simple Random Sampling (Sampling Acak Sederhana) Adalah teknik pengambilan sampel secara acak dari dari populasi yang ada tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Teknik ini menganggap bahwa anggota populasinya homogen. b. Proportoinate Stratified Random Sampling (Sampling Acak Statifikasi) Teknik pengambilan sampel yang dilakukan bila populasinya
heterogen
dan
berstrata
secara
proporsional. Karena itu agar setiap strata mendapat jatah untuk terpilih menjadi sampel, maka dibuatlah
strata populasi terlebih dahulu, kemudian masingmasing strata dipilih secara acak untuk menjadi sampel. c. Disproportioner
Stratified
Random
Sampling
(Sampling Acak Tak Berstrata) Teknik pengambilan sampel bila populasi berstrata tetapi tidak/kurang proporsional. d. Cluster sampling (Sampling klaster) Teknik pengambilan data bila populasinya sangat luas wilayahnya, seperti suatu negara. 2. Non-Probability sampling atau non random sampling. Non-probabilty samping adalah teknik pengambilan sampel dimana setiap anggota populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Teknik ini dilakukan karena beberapa pertimbangan seperti terbatasnya waktu, dana, dan alasan lainnya. Teknik sampling yang termasuk dalam kategori ini adalah: a. Sampling Kuota Sampling kuota adalah teknik pengambilan sampel secara bebas dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah yang diinginkan terpenuhi. b. Sampling Aksidental
Sampling aksidental adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara kebetulan, jadi seorang peneliti mimilih sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa yang dijumpai langsung dijadikan sampel. c. Judgement Sampling Judgement sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana yang dipilih adalah mereka yang bersedia menjadi sampel berdasarkan tujuan tertentu. Umumnya pemilihan sampel tersebut berasal dari analisis seorang ahli. d. Purposive Sampling Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan tujuan tertentu saja. Misalkan seorang peneliti akan meneliti tentang Kinerja Kepala SMA, maka yang dipilih menjadi sampel adalah para pengawas/penilik sekolah tingkat SMA saja. e. Sampling Jenuh Sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel dimana semua populasi dijadikan sampel, sering juga disebut
dengan
sensus.
Umumnya
teknik
ini
dilakukan bila jumlah populasinya relatif kecil, sehingga semua populasi dijadikan sampel. Misalnya seorang peneliti akan meneliti kompetensi guru di
sebuah SMA, ternyata jumlah guru di sekolah tersebut ada 60 orang, maka semua guru di sekolah tersebut menjadi sampel penelitian. f. Snowball Sampling Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel diawali dengan jumlah sampel kecil, selanjutnya masing-masing sampel diminta menunjuk temannya untuk dijadikan sampel, selanjutnya sampel yang ditunjuk menunjuk temannya, bigitu seterusnya sehingga jumlah sampelnya semakin besar. K. Jenis-jenis Penelitian Kuantitatif Adapun yang termasuk metode penelitian kuantiatif adalah: 1. Penelitian Eksperimen Penelitian
Eksperimen
adalah
penelitian
yang
bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan sebab akibat atau ada tidaknya
akibat dari “sesuatu”
dikenakan atau diterapkan
yang
kepada suatu atau lebih
kondisi perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan sesuatu atau lebih kelompok kontrol Penelitian ini dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu eksperimen murni (true experiment) dan eksperimen semu (quasi experiment). Untuk penelitian bidang sosial dan pendidikan dikategorikan kedalam penelitian
eksperimen semu (quasi experiment). Ini terjadi karena suatu hal yang mustahil bila manusia bisa diisolasi secara total, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa diisolasi sebagaimana tumbuhan yang bisa diisolasi di rumah kaca, atau hewan yang bisa dipisah atau diisolasi di kandang percobaan. Penelitian eksperimen sistematis
dapat guna
mengandung
didefinisikan
sebagai
membangun
hubungan
fenomena
sebab
akibat.
metode yang
Penelitian
eksperimen merupakan metode inti dari model penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam metode eksperimen, peneliti harus melakukan tiga persyaratan yaitu kegiatan mengontrol, kegiatan memanipulasi,
dan
observasi.
Dalam
penelitian
eksperimen, peneliti membagi objek atau subjek yang diteliti menjadi 2 kelompok yaitu kelompok treatment yang mendapatkan perlakuan dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan. Karakteristik penelitian eksperimen yaitu: 1. Memanipulasi/merubah secara sistematis keadaan tertentu. 2. Mengontrol variabel yaitu mengendalikan kondisikondisi penelitian ketika berlangsungnya manipulasi
3. Melakukan observasi yaitu mengukur dan mengamati hasil manipulasi. Proses penyusunan penelitian eksperimen pada prisnsipnya sama dengan jenis penelitian lainnya. Secara eksplisit dapat dilihat sebaga berikut: 1. Melakukan kajian secara induktif yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan 2. Mengidentifikasikan permasalahan 3. Melakukan
studi
litelatur
yang
relevan,
memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan definisi operasional dan variabel. 4. Membuat rencana penelitian mencakup: identifikasi variabel yang tidak diperlukan, menentukan cara untuk mengontrol variabel, memilih desain eksperimen yang tepat, menentukan populasi dan memilih sampel penelitian, membagi subjek ke dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, membuat instrumen yang sesuai, mengidentifikasi prosedur pengumpulan data dan menentukan hipotesis. 5. Melakukan kegiatan eksperimen (memberi perlakukan pada kelompok eksperimen) 6. Mengumpulkan data hasil eksperimen
7. Mengelompokan dan mendeskripsikan data setiap variabel 8. Melakukan analisis data dengan teknik statistika yang sesuai 9. Membuat laporan penelitian eksperimen. Dalam penelitian eksperimen peneliti harus menyusun variabel-variabel minimal satu hipotesis yang menyatakan hubungan sebab akibat diantara variabel-variabel yang terjadi. Variabel-variabel yang diteliti termasuk variabel bebas dan variabel terikat sudah ditentukan secara tegas oleh peneliti sejak awal penelitian. Dalam bidang pembelajaran misalnya yang diidentifikasikan sebagai variabel bebas antara lain: metode mengajar, macammacam penguatan, frekuensi penguatan, sarana-prasarana pendidikan, lingkungan belajar, materi belajar, jumlah kelompok belajar. Sedangkan yang diidentifikasikan variabel terikat antara lain: hasil belajar siswa, kesiapan belajar siswa, kemandirian siswa.
One-shot Case Studi Pre-Eksperimental One Group PetestPosttest Intec-GroupComparison
MacamMacam Design Eksperimen
Posttest Only Control Design
TrueEksperimental
Pretest- Control Group Design
Factorial Experimental Time- series Design Quasi Experimental Nonequivalet Group Design
a. Eksperimen Sungguhan (true- experimental) Dikemukakan 3 bentuk yaitu: 1. Posttest-Only Control Design R
R
X
posttest
posttest
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masingmasing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan (treatment)
disebut
kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan (treatment) disebut kelompok control. Dalam penelitian
yang
sesungguhnya
pengaruh
treatment
dianalisis dengan uji beda dengan menggunakan uji statistik t-test misalnya. Kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan. 2.
Pretest-posttest control group design
pretest
R
pretest
R
X
posttest
posttest
Terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adalah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai
kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3) 3. The Solomon Four-Group Design
pretest
R
pretest
R
R
X
posttest posttest
X
R
posttest posttest
Pada penelitian dengan menggunakan desain ini salah satu dari empat kelompok yang ada dipilih secara acak. Dua kelompok diberi pretest dan dua kelompok yang lain tidak. Selanjutnya salah satu dari kelompok pretest dan salah satu satu dari kelompok yang tidak diberi pretest diberi perlakuan eksperimen. Selanjutnya keempat kelompok yang ada diberi posttest. b. Eksperimen Semu (quasi- experimental) Merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Dua bentuk eksperimen ini yaitu: 1. Time series design Desain ini tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi perlakuan kelompok diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui keistabilan dan kejelasan kelompok sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilanya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut labil, dan konsisten.
O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8 Hasil pre test yang baik adalah O1 = O2= O3 = O4 dan perlakuan yang baik adalah O5 = O6 = O7 = O8. besarnya pengaruh perlakuan adalah= (O5 + O6 + O7 O8) – (O1 + O2 + O3 + O4). Di bawah ini merupakan grafik berbagai kemungkinan hasil penelitian yang menggunakan desain time series 2. Non-equivalent control group design Desain ini hampir sama dengan pretest- posttest control group desain, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompk kontrol tidak dipilih secara random.
O1
X
O2
O3
O4
c. Pra Semu (pre-experimental) Pre-Experimental Designs (non-designs) belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel
luar
terbentuknya
yang
ikut
variabel
berpengaruh
dependen.
terhadap
Bentuk
Pre-
Experimental Designs (non-designs) ada beberapa macam yaitu: 1.
One-Shot Case Study
Paradigma dalam penelitian eksperimen model ini dapat digambarkan sebagai berikut: XO X= Treatment yang diberikan (variabel independen) O= Observasi (Variabel dependen) Adapun cara membacanya sebagai berikut terdapat suatu kelompok diberi tritment atau perlakuan dan selanjutnya diobservasi hasilnya.
2. One- Group Pretest-Posttest Design Bila dalam one-shot case study tidak diberi pretest, maka pada paradikma ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan sehingga hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karna dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. O1= nilai pretest (sebelum diberi diklat) O2 = nilai posttest( setelah diberi diklat) Pengaruh diklat terhadap prestasi kerja pegawai = (O2- O1) O1X O2 3. Intact-Group Comparison Terdapat 1 kelompok yang digunakan untuk penelitian tetapi dibagi 2 yaitu setengah kelompok eksperimen dan setengah kelompok untuk control X
O1 O2
O1= Hasil pengukuran setengah kelompok yang diberi perlakuan O2= Hasil pengukuran setengah kelompok yang tidak diberi perlakuan Pengaruh perlakuan = O1 – O2
3. Penelitian non-eksperimen c. Penelitian Deskriptif Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya
pada
saat
penelitian
berlangsung.
Melalui
penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan
perlakukan
khusus
terhadap
peristiwa
tersebut. Variabel yang diteliti bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih dan satu variabel. Penelitian deskriptif sesuai karakteristiknya memiliki langkah-langkah tertentu dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Perumusan masalah. Metode penelitian manapun harus diawali
dengan
adanya
masalah,
yakni
pengajuan
pertanyaan-pertanyaan penelitian yang jawabannya harus dicari menggunakan data dari lapangan. Pertanyaan masalah mengandung variabel-variabel yang menjadi kajian dalam studi ini. Dalam penelitian deskriptif peneliti
dapat menentukan status variabel atau mempelajari hubungan antara variabel. 2. Menentukan jenis informasi yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti perlu menetapkan informasi apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang telah dirumuskan. Apakah informasi kuantitatif ataukah kualitatif. Informasi kuantitatif berkenaan dengan data atau informasi dalam bentuk bilangan/angka seperti. 3. Menentukan prosedur pengumpulan data. Ada dua unsur penelitian yang diperlukan, yakni instrumen atau alat pengumpul data dan sumber data atau sampel yakni dari mana informasi itu sebaiknya diperoleh. Dalam penelitian ada sejumlah alat pengumpul data antara lain tes, wawancara, observasi, kuesioner, sosiometri. Alat-alat tersebut lazim digunakan dalam penelitian deskriptif. Misalnya untuk memperoleh informasi mengenai langkahlangkah guru mengajar, alat atau instrumen yang tepat digunakan adalah observasi atau pengamatan. Cara lain yang mungkin dipakai adalah wawancara dengan guru mengenai langkah-langkah mengajar. Agar diperoleh sampel
yang
jelas,
permasalahan
penelitian
harus
dirumuskan sekhusus mungkin sehingga memberikan arah yang pasti terhadap instrumen dan sumber data.
4. Menentukan prosedur pengolahan informasi atau data. Data dan informasi yang telah diperoleh dengan instrumen yang dipilih dan sumber data atau sampel tertentu masih merupakan informasi atau data kasar. Informasi dan data tersebut perlu diolah agar dapat dijadikan bahan untuk menjawab pertanyaan penelitian. 5. Menarik kesimpulan penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, peneliti menyimpulkan hasil penelitian deskriptif dengan cara menjawab pertanyaanpertanyaan penelitian dan mensintesiskan semua jawaban tersebut
dalam
satu
kesimpulan
yang
merangkum
permasalahan penelitian secara keseluruhan. Contoh:
Studi tentang Penerapan Kurikulum Tersembunyi di Beberapa Sekolah Unggulan di Kota Bogor.
Survey tentang kebiasaan merokok di Pesanten Tradisional.
Penelitian tentang Penguasaan Konsep matematika siswa MI di Kota Bogor..
d. Penelitian Korelasional Seperti halnya survei, metode deskriptif lain yang sering digunakan dalam pendidikan adalah studi korelasi. Studi ini mempelajari hubungan dua variabel atau lebih, yakni
sejauh mana variasi dalam satu variabel berhubungan dengan variasi dalam variabel lain. Derajat hubungan variabel-variabel dinyatakan dalam satu indeks yang dinamakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi dapat digunakan untuk menguji hipotesis tentang
hubungan
antar variabel atau untuk menyatakan besar-kecilnya hubungan antara kedua variabel. Studi korelasi yang bertujuan menguji hipotesis, dilakukan dengan cara mengukur sejumlah variabel dan menghitung koefisien korelasi antara variabel-variabel tersebut, agar dapat ditentukan variabel-variabel mana yang berkorelasi. Misalnya peneliti ingin mengetahui variabel-variabel mana yang sekiranya berhubungan dengan kompetensi profesional kepala sekolah. Semua variabel yang ada kaitannya (misal latar belakang pendidikan, supervisi akademik, dll) diukur, lalu dihitung koefisien korelasinya untuk mengetahui variabel mana yang paling kuat hubungannya dengan kemampuan manajerial kepala sekolah. Kekuatan hubungan antar variabel penelitian ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang angkanya bervariasi antara -1 sampai +1. Koefisien korelasi adalah besaran yang diperoleh
melalui
perhitungan
statistic
berdasarkan
kumpulan data hasil pengukuran dari setiap variabel. Koefisien korelasi positif menunjukkan hubungan yang berbanding lurus atau kesejajaran, koefisien korelasi negatif menunjukkan hubungan yang berbading terbalik atau ketidak-sejajaran. Angka 0 untuk koefisien korelasi menunjukkan tidak ada hubungan antar variabel. Makin besar koefisien korelasi baik itu pada arah positif ataupun negatif, makin besar kekuatan hubungan antar variabel. Contoh: Studi tentang Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Prestasi. e. Penelitian Survei Penelitian survei cukup banyak digunakan untuk pemecahan
masalah-masalah
pendidikan
termasuk
kepentingan perumusan kebijaksanaan pendidikan. Tujuan utamanya
adalah
mengumpulkan
informasi
tentang
variabel dari sekolompok obyek (populasi). Survei dengan cakupan
seluruh
populasi
(obyek)
disebut
sensus.
Sedangkan survei yang mempelajari sebagian populasi dinamakan sampel survei. Untuk kepentingan pendidikan, survei
biasanya
mengungkap
permasalahan
yang
berkenaan dengan berapabanyak siswa yang mendaftar dan diterima di suatu sekolah? Berapa jumlah siswa rata-
rata dalam satu kelas? Berapa banyak guru yang telah memenuhi kualifikasi yang telah ditentukan? Pertanyaanpertanyaan kuantitatif seperti itu diperlukan sebagai dasar perencanaan dan pemecahan masalah pendidikan di sekolah. Pada tahap selanjutnya dapat pula dilakukan perbadingan atau analsis hubungan antara variabel tersebut. Survei dapat pula dilakukan untuk mengetahui variabel-variabel
seperti
pendapat,
persepsi,
sikap,
prestasi, motivasi, dan lain-lain. Misalnya persepsi kepala sekolah terhadap otonomi pendidikan, persepsi guru terhadap KTSP, pendapat orangtua siswa tentang MBS, dan lain-lain. Peneliti dapat mengukur variabel-variabel tersebut secara jelas dan pasti. Informasi yang diperoleh mungkin merupakan hal penting sekali bagi kelompok tertentu walaupun kurang begitu bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Survei dalam pendidikan banyak manfaatnya baik untuk memecahkan masalah-masalah praktis maupun untuk
bahan
dalam
merumuskan
kebijaksanaan
pendidikan bahkan juga untuk studi pendidikan dalam hubungannya dengan pembangunan. Melalui metode ini dapat
diungkapkan
masalah-masalah
aktual
dan
mendeskripsikannya, mempelajari hubungan dua variabel
atau lebih, membandingkan kondisi-kondisi yang ada dengan kriteria yang telah ditentukan, atau menilai efektivitas suatu program. Misalnya, terdapat korelasi positif antara variabel IQ dengan prestasi belajar; mengandung makna IQ yang tinggi akan diikuti oleh prestasi belajar yang tinggi; dengan kata lain terdapat kesejajaran antara IQ dengan prestasi belajar. Sebaliknya, korelasi negatif menunjukkan bahwa nilai tinggi pada satu variabel akan diikuti dengan nilai rendah pada variabel lainnya. Misalnya,
terdapat
korelasi
negatif
antara
absensi
(ketidakhadiran) dengan prestasi belajar; mengandung makna bahwa absensi yang tinggi akan diikuti oleh prestasi belajar yang rendah; dengan kata lain terdapat ketidaksejajaran antara absensi dengan prestasi belajar. Dalam suatu penelitian korelasional, paling tidak terdapat dua variabel yang harus diukur sehingga dapat diketahui hubungannya. Di samping itu dapat pula dianalisis hubungan antara dari tiga variabel atau lebih. Model hubungan antar variabel tersebut ditunjukkan dalam gambar 4.2 dan 4.3 ( X dan Y pada gambar tersebut menunjukkan variabel yang diukur).
Makna suatu korelasi yang dinotasikan dalam huruf r (kecil) bisa mengandung tiga hal. Pertama, kekuatan hubungan antar variabel, kedua, signifikansi statistik hubungan kedua variabel tersebut, dan ketiga arah korelasi. Kekuatan hubungan dapat dilihat dan besar kecilnya indeks korelasi. Nilai yang mendekati nol berarti lemahnya hubungan dan sebaliknya nilai yang mendekati angka satu menunjukkan kuatnya hubungan. Faktor yang cukup berpengaruh terhadap besar kecilnya koefisien korelasi adalah keterandalan instrumen yang digunakan dalam pengukuran. Tes hasil belajar yang terlalu mudah bagi anak pandai dan terlalu sukar untuk anak bodoh akan menghasilkan koefisien korelasi yang kecil. Oleh karena itu instrumen yang tidak memiliki keterandalan yang tinggi tidak akan mampu mengungkapkan derajat hubungan yang bermakna atau signifikan. d.Penelitian Penjelasan (Eksplanatory)/ Confirmatory
Penelitian konfirmatory adalah penelitian yang menyoroti hubungan antar variabel dengan menggunakan kerangka pemikiran terlebih dahulu, kemudian dirumuskan dalam bentuk hipotesis. Proses Penelitian Kuantitatif
Simpulan, kajian, & rekomendasi temuan
Masalah
Kajian Teori
Kajian Hasil Penelitian yg Relevan
Pengumpulan& analisis data
Kerangka Teoritis
Rumusan Masalah
Analisis dan sajian data
Definisi operasional
Desain & Instrumen - Populasi & Sampel - Teknik sampling - Instrument (angket) - Teknik analisis data
II. PENELITIAN
DAN
PENGEMBANGAN
(RESEARCH AND DEVELOPMENT/ R & D)
Karakteristik Penelitian Pengembangan (Research and Development) Salah satu bidang penelitian yang kini banyak dilakukan oleh mahasiswa calon guru, dan praktisi pendidikan adalah penelitian pengembangan (research and development atau disingkat R&D). penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan sebuah produk yang akan digunakan dalam dunia pendidikan melalu proses yang ilmiah yang diakhiri dengan tahapan validasi. Perlu dicatat bahwa produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian pengembangan tidak hanya berupa buku, film, atau bahan pembelajaran lainnya tetapi juga sampai kepada proses, model pembelajaran atau metode mengajar. Biasanya prosedur penelitian pengembangan juga berbentuk siklus agar produk pendidikan yang dihasilkan benar-benar bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan. Perbaikan-perbaikan produk pendidikan akan dilakukan di dalam tahapan-tahapan penelitian pengembangan sehingga dapat dihasilkan produk yang paling tidak mendekati ideal. Jadi kita bisa dengan mudah membedakan penelitian pengembangan ini dari jenis penelitian pendidikan lainnya karena penelitian pengembangan memiliki 3 karakteristik utama, yaitu: (1) dihasilkannya sebuah produk untuk digunakan; (2)produk digunakan di lapangan (dalam praktek pendidikan); (3) selama penelitian berlangsung produk selalu divalidasi.
Agar lebih jelas lagi, marilah kita lihat beberapa bentuk produk pendidikan yang mungkin dikembangkan berdasarkan penelitian pendidikan oleh para produsennya: (1) segala jenis media pembelajaran dalam bentuk media tercetak seperti buku-buku, bahan ajar, maupun media pembelajaran noncetak seperti CD pembelajaran audiovisual, kaset dan sebagainya. (2) berbagai macam strategi dan model pembelajaran dalam berbagai jenis bidang studi, di mana ditunjukkan dalam bentuk langkah-langkah atau prosedur pembelajaran yang harus ditempuh sehingga dapat dicapai tujuan proses maupun hasil pembelajaran atau perbaikan pembelajaran. (3) sistem perencanaan dan pengelolaan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan suatu lembaga pendidikan, atau peserta didik, atau tuntutan kurikulum. (4) Sistem evaluasi pendidikan baik untuk evaluasi proses maupun evaluasi produk, sehingga dapat dimanfaatkan untuk beragam kegunaan seperti pelaporan dan pengambilan keputusan. (5) prosedur penggunaan suatu fasilitas pendidikan seperti bengkel, workshop, atau laboratorium yang efektif. Sifat penelitian pengembangan (research and development) yang tujuan utamanya adalah menghasilkan produk pendidikan dan pembelajaran menjadikannya sebagai penelitian yang tidak berhubungan dengan klarifikasi atau pengujian sebuah teori pendidikan, juga tentu saja penelitian pengembangan tidak akan menghasilkan sebuah teori baru, konsep, prinsip, dalil
atau hukum. Jika anda ingin melaksanakan penelitian pengembangan maka anda harus melalui prosesnya dari tahapan survei pendahuluan untuk kemudian dilanjutkan kepada tahapan pengembangan desain produk pendidikan yang ingin dikembangkan dan dihasilkan. Selanjutnya proses pengembangan dilakukan secara terus menerus dalam beberapa kali siklus dengan melibatkan penggunaan produk tersebut dilapangan sebagai bentuk ujicoba. Seringkali metode action research (penelitian tindakan) akan dilibatkan untuk tujuan ini. Validasi juga dilakukan untuk menguji keandalan produk dengan melihat dari berbagai sisi.
Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan (Research and Development) Langkah-langkah atau prosedur penelitian pengembangan secara garis besar terdiri dari:
Melakukan riset dan pengumpulan informasi yang dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan di dalam kelas yang mungkin membutuhkan produk tersebut, juga tentu dengan melakukan studi literatur. Melakukan perencanaan penelitian pengembangan dengan cara melakukan perumusan tujuan penelitian pengembangan, penetapan sekuen pembelajaran hingga akhirnya melakukan pengujian produk pendidikan dalam skala terbatas. Melakukan pengembangan produk awal. Melakukan ujicoba terhadap produk awal yang telah dikembangkan tersebut di lapangan dengan
melakukannya secara terbatas. Pengumpulan data ujicoba produk dapat dilakukan melalui metode wawancara, observasi, hingga angket untuk kemudian dilakukan analisis sehingga ditemukanlah kelemahankelemahan produk awal tersebut. Melakukan perbaikan dan revisi produk awal sehingga diperoleh penyempurnaan produk pendidikan tersebut. Selanjutnya, kembali melakukan ujicoba di lapangan produk pendidikan yang telah direvisi tadi untuk skala yang lebih besar dari ujicoba awal. Data-data juga dikumpulkan dengan cara sebagaimana ujicoba lapangan pertama dilakukan. Melakukan revisi produk untuk kedua kalinya berdasarkan data yang baru diperoleh. Melakukan ujicoba untuk ketiga kalinya dalam skala yang lebih luas lagi dibanding ujicoba lapangan yang kedua untuk mengumpulkan data yang lebih banyak dengan menggunakan beragam teknik yang sesuai seperti angket, wawancara, dan observasi lalu kemudian menganalisisnya untuk memperoleh kelemahan-kelemahan yang mungkin masih ada dan dapat diperbaiki pada produk pendidikan yang ingin dihasilkan. Melalukan revisi produk pendidikan tersebut untuk yang ketiga kalinya. Membuat laporan (melakukan pelaporan) dan kemudian melakukan desiminasi produk pendidikan dan hasil penelitian pengembangan yang telah dilakukan.ch and development sehingga diharapkan produk pendidikan yang dihasilkan dari proses pengembangan tersebut benar-benar bermanfaat dan dapat mencapai tujuannya.
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/201 4/04/penelitian-pengembangan-research-anddevelopment.html
Prosedur Pengembangan Kegiatannya ada tiga, yaitu: #1. Studi Pendahuluan. Lagkah awal dipandang krusial dan urgen bagi kelancaran dan keberhasilan penelitian karena menjadi acuan dalam perumusan masalah dan penajaman fokus penelitian, pemantapan teori, dan pemahaman kondisi empirik di lapangan. Studi pendahuluan dilakukan dalam bentuk studi pustaka dan survei kondisi empirik tentang masalah pendidikan dan pembelajaran. Kedua kegiatan tersebut bisa dilakukan secara simultan atau linier (berurutan). Hasil kegiatan ini menjadi modal untuk memilih dan menentukan model, strategi, media, atau tindakan-tindakan inovatif guna mengembangkan prototipenya. #2. Pengembangan Prototipe. Pada tahap ini peneliti membuat prototipe yang hendak dikembangkan. Prototipe ini sangat variatif tergantung dari model, strategi, media, atau tindakan-tindakan inovatif yang dipilih. Prototipe ini bisa dibuat sendiri
atau memodifikasi produk yang sudah ada sehingga diperoleh draft (rancangan) prototipe model yang siap diujikan di lapangan. Syarat pengembangan ini ada 3 yaitu : a) Menggunakan prosedur buku operasional sesuai model, strategi, media, atau tindakan inovatif; b) Kalau jenisnya modifikasi, produk yang dimodifikasi harus terlebih dulu dijelaskan sehingga tindakan modifikasi diketahui dengan jelas; c) Prototipe hasil pengembangan harus dikonsultasikan dengan ahlinya. Target dalam tahap ini adalah diperolehnya draft prototipe hipotetik yang siap diujikan di lapangan. #3. Uji Lapangan. Uji ini dilakukan dalam tiga tahap secara berurutan. a) Uji lapangan awal (preliminary field test) untuk memperoleh bukti-bukti empirik tentang kelayakan prosedur kerja model (subjek dan aspeknya) secara terbatas. Caranya adalah mencobakan produk awal kepada responden dengan langkah-langkah : draft awal, implementasi, evaluasi, dan revisi. Semua kejadian (proses dan hasil) dicatat untuk perbaikan prototipe model sebelum tahapan uji beriktunya; b) Uji langan utama (main field test) untuk mengetahui kelayakan pelaksanaan model dan kemajuannya. Caranya dengan menggunakan desain eksperimen dengan melibatkan kelompok kontrol sebagai pembanding atas kelompok yang diberi perlakuan (treatment). Uji tahap ini dapat diulang sesuai kebutuhan. Hasilnya menjadi dasar merevisi prototipe model sebelum tahapa uji berikutnya; c) Uji lapangan operasional (operational field test) untuk
mengetahui tingkat efektivitas model. Caranya adalah eksperimen dengan tes awal dan tes akhir. Hasil uji ini dianalisis nilai efektivitasnya dengan teknik analisis uji t atau uji F. #4. Diseminasi dan Sosialisasi. Tahap ini ditujukan untuk menyebarkan produk yang dikembangkan supaya bisa dipakai masyarakat luas. Inti kegiatan pada tahap ini adalah melakukan sosialisasi produk hasil pengembangan. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan hasil presentasi hasil penelitian dalam forum ilmiah atau sosialisasi melalui jurnal ilmiah.
I. PERBEDAAN SKRIPSI, TESIS, DAN DISERTASI Secara umum, perbedaan antara skripsi, tesis, dan disertasi dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek kuantitatif dan aspek kualitatif. Dari aspek kuantitatif, secara literal dapat dikatakan bahwa disertasi lebih berat bobot akademisnya daripada tesis dan tesis lebih berat bobot akademisnya daripada skripsi. Ketentuan ini hanya dapat diberlakukan untuk jenis karya ilmiah yang sama (sama-sama hasil penelitian kuantitatif atau sama-sama hasil penelitian kualitatif; dan dalam bidang studi yang sama pula (misalnya sama-sama tentang bahasa atau sama-sama tentang ekonomi). Artinya, disertasi mencakup bahasan yang lebih luas daripada tesis, dan tesis mencakup bahasan yang lebih luas atau lebih dalam daripada skripsi.
Namun ukuran kuantitas ini tidak dapat diberlakukan jika skripsi, tesis, dan disertasi dibanding-bandingkan antarbidang studi atau antarjenis penelitian. Oleh karena itu perbedaan skripsi, tesis, dan disertasi biasanya tidak hanya dilihat dari aspek kuantitatif, tetapi lebih banyak dilihat dari aspek kualitatif. Pada dasarnya, aspek-aspek kualitatif yang membedakan skripsi, tesis, dan disertasi dapat dikemukakan secara konseptual, namun sulit untuk dikemukakan secara operasional. Berikut dikemukakan aspek-aspek yang dapat membedakan skripsi, tesis, dan disertasi, terutama yang merupakan hasil penelitian kuantitatif.
Aspek Permasalahan Penulis disertasi dituntut untuk mengarahkan permasalahan yang dibahas dalam disertasinya agar temuannya dapat memberikan sumbangan "asli" bagi ilmu pengetahuan, sedangkan penulis tesis diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan. Sumbangan yang demikian itu tidak dituntut dari penulis skripsi. Identifikasi masalah untuk skripsi dapat didasarkan atas informasi dari koran, majalah, buku, jurnal, laporan penelitian, seminar, atau keadaan lapangan, akan tetapi identifikasi masalah untuk tesis—terlebih lagi untuk disertasi—perlu
didasarkan atas teori-teori yang berasal dari sejumlah hipotesis yang telah teruji. Masalah yang dikaji dalam skripsi cenderung pada masalah-masalah yang bersifat penerapan ilmu, sedangkan dalam tesis dan disertasi harus cenderung ke arah pengembangan ilmu.
Aspek Kajian Pustaka Dalam mengemukakan hasil kajian pustaka, penulis skripsi hanya diharapkan untuk menjelaskan keterkaitan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian-penelitian lain dengan topik yang sama. Penulis tesis tidak hanya diharapkan mengemukakan keterkaitannya saja, tetapi juga harus menyebutkan secara jelas persamaan dan perbedaan antara penelitiannya dengan penelitian lain yang sejenis. Penulis disertasi diharapkan dapat (a) mengidentifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang lebih luas, (b) mengemukakan pendapat pribadinya setiap kali membahas hasil-hasil penelitian lain yang dikajinya, (c) menggunakan kepustakaan dari disiplin ilmu lain yang dapat memberikan implikasi terhadap penelitian yang dilakukan, dan (d) memaparkan hasil pustakanya dalam kerangka berpikir yang konseptual dengan cara yang sistematis. Pustaka yang dijadikan sumber acuan dalam kajian pustaka pada skripsi seyogyanya menggunakan sumber primer dan dapat juga menggunakan sumber sekunder, namun pustaka
yang menjadi bahan acuan dalam tesis diharapkan berasal dari sumber-sumber primer (hasil-hasil penelitian dalam laporan penelitian, seminar hasil penelitian, dan jurnal-jurnal penelitian). Untuk disertasi, penggunaan sumber primer merupakan keharusan. Aspek Metodologi Penelitian Penulis skripsi dituntut untuk menyebutkan apakah sudah ada upaya untuk memperoleh data penelitian secara akurat dengan menggunakan instrumen pengumpul data yang valid. Bagi penulis tesis, penyebutan adanya upaya saja tidak cukup. Dia harus menyertakan bukti-bukti yang dapat dijadikan pegangan untuk menyatakan bahwa instrumen pengumpul data yang digunakan cukup valid. Bagi penulis disertasi, bukti-bukti validitas instrumen pengumpul data harus dapat diterima sebagai bukti-bukti yang tepat. Dalam skripsi, penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dalam pengumpulan data tidak harus dikemukakan, sedangkan dalam tesis dan terlebih lagi dalam disertasi penyimpangan yang mungkin terjadi dalam pengumpulan data harus dikemukakan, beserta alasan-alasannya, sejauh mana penyimpangan tersebut, dan sejauh mana penyimpangan tersebut masih dapat ditoleransi. Asumsi-asumsi yang dikemukakan dalam skripsi tidak harus diverifikasi dan tidak harus disebutkan keterbatasan keberlakuannya, sedangkan asumsi-asumsi yang dikemukakan dalam tesis, terlebih lagi dalam disertasi, harus diusahakan
verifikasinya dan juga harus dikemukakan keterbatasan keberlakuannya. Dalam penelitian kuantitatif, skripsi dapat mencakup satu variabel saja, tesis dua variabel atau lebih, sedangkan disertasi harus mencakup lebih dari dua variabel. Namun kriteria ini harus disesuaikan dengan permasalahan yang dikaji. Dalam penelitian kualitatif, skripsi dapat ditulis berdasarkan studi kasus tunggal dan dalam satu lokasi saja, sedangkan tesis dan terutama disertasi seyogyanya didasarkan pada studi multikasus dan multisitus. Aspek Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dipaparkan dalam kesimpulan skripsi harus didukung oleh data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Dalam tesis dan disertasi, hasil penelitian yang dikemukakan, selain didukung oleh data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan, juga harus dibandingkan dengan hasil penelitian lain yang sejenis. Oleh karena itu dalam tesis dan disertasi perlu ada bab tersendiri yang menyajikan pembahasan hasil penelitian. Bab yang berisi pembahasan hasil penelitian diletakkan sesudah bab yang berisi sajian hasil analisis data, sebelum bab yang berisi kesimpulan dan saran. Pengajuan saran pada bagian akhir skripsi tidak harus dilengkapi dengan argumentasi yang didukung oleh hasil penelitian, sedangkan saran-saran yang dikemukakan dalam tesis dan disertasi harus dilengkapi dengan argumentasi yang
didukung oleh hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil penelitian skripsi yang ditulis dalam bentuk artikel hendaknya diarahkan untuk da-pat diterbitkan dalam jurnal ilmiah yang bermutu, sedangkan hasil penelitian tesis dan disertasi harus memenuhi kualifikasi layak terbit dalam jurnal ilmiah yang bermutu.
Aspek Kemandirian Selain didasarkan pada keempat aspek tersebut, skripsi, tesis, dan disertasi juga dapat dibedakan berdasarkan tingkat kemandirian mahasiswa dalam proses pelaksanaan penelitian dan penulisan naskah karya ilmiah. Secara umum dapat dinyatakan bahwa proses penelitian dan penulisan disertasi lebih mandiri daripada tesis, dan proses penelitian dan penulisan tesis lebih mandiri daripada skripsi. Secara kuantitatif dapat diilustrasikan sebagai berikut. Untuk disertasi kira-kira 90% dari naskah tersebut adalah karya asli mahasiswa penulisnya, sedangkan sisanya (10%) merupakan cerminan dari bantuan, bimbingan, serta arahan para dosen pembimbing. Untuk tesis, persentase karya asli mahasiswa bisa lebih kecil daripada disertasi; dan untuk skripsi, persentase karya asli mahasiswa bisa lebih kecil daripada tesis.
Tabel 1. Perbedaan Umum antara Skripsi, Tesis dan Disertasi No Aspek Skripsi Tesis Disertasi 1 Jenjang S1 S2 S3 (tertinggi) 2 Permasalahan Dapat diangkat Diangkat dari Diangkat dari kajian dari pengalaman pengalaman teoritik yang didukung empirik, tidak empirik, dan fakta empirik, bersifat mendalam teoritik, bersifat sangat mendalam mendalam 3 Kemandirian 60% peran 80% peran penulis, 90% peran penulis, penulis penulis, 40% 20% pembimbing 10% pembimbing pembimbing 4 Bobot Ilmiah Rendah – Sedang – tinggi. Tinggi, Tertinggi sedang Pendalaman / dibidang akademik. pengembangan Diwajibkan mencari terhadap teori dan terobosan dan teori penelitian yang baru dalam bidang ilmu ada pengetahuan 5 Pemaparan Dominan Deskriptif dan Dominan analitis deskriptif Analitis 6 Model Analisis Rendah – Sedang – tinggi Tinggi sedang 7 Jumlah Sekitar 1-2 Minimal 3 Lebih dari 3 rumusan masalah 8 Metode / Uji Biasanya Biasanya memakai Sama dengan tesis statistik memakai uji uji Kualitatif dengan metode lebih Kualitatif / Uji lanjut / regresi kompleks, berbobot deskriptif, Uji ganda, atau yang bertujuan mencari statistik korelasi ganda, terobosan dan teori parametrik (uji 1 mulitivariate, baru dalam bidang ilmu pihak, 2 pihak), multivariate pengetahuan atau Statistik lanjutan (regresi non parametrik dummy, data
9
10
11 12
13
14
(test binomial, panel, persamaan Chi kuadrat, run simultan, regresi test), uji logistic, Log linier hipotesis analisis, komparatif, uji ekonometrika hipotesis static & dinamik, asosiatif, time series Korelasi, ekonometrik) Path Regresi, Uji analysis, SEM beda, Uji Chi Square, dll Jenjang Minimal Minimal Doktor Pembimbing / Magister dan Magister yang Penguji berpengalaman Orisinalitas Bisa replika Mengutamakan penelitian penelitian orang orisinalitas lain, tempat kasus berbeda Penemuan hal- Tidak harus Diutamakan hal yang baru Publikasi hasil Kampus Internal Minimal Nasional penelitian dan disarankan nasional Jumlah Minimal 20 Minimal 40 rujukan / daftar pustaka Metode / Kualitatif / Kualitatif lanjut / Program Manual, Excel, SPSS, Eview, statistik yang SPSS dll Lisrel, Amos dll biasa digunakan
Minimal Profesor dan Doktor yang berpengalaman Harus orisinil
Diharuskan Nasional dan Internasional Minimal 60
Kualitatif lanjut / SPSS, Eview, Lisrel, Amos dll
Sumber : Agung Wahyudi Biantoro, Metode Penelitian Ekonomi Islam, 2009, diolah