Tahulending, Demonstrasi Cara mengajar oleh Pengawas Sekolah, 32
DEMONSTRASI CARA MENGAJAR OLEH PEN GAWAS SEKOLAH DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENGELOLA PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH BINAAN
Pres A. Tahulending Pengawas SMP Abstrak: Kegiatan supervisi adalah proses interaksi antara seorang pengawas dan seorang guru dalam rangka mewujudkan pengajaran dan pembelajaran yang berkualitas. Penulis yang juga Sebagai Pengawas sekolah mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar sekaligus mampu menunjukkan secara langsung tentang bagaimana cara mengajar yang baik. Berdasarkan pengamatan di lapangan khususnya kepada guru mata pelajaran Matematika, maka terlihat bahwa kemampuan mengelola proses pengajaran pada sebagian guru binaan masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan masih belum maksimalnya pembinaan serta masih banyak yang belum tersentuh kegiatan pengawasan baik dari sekolah maupun dari pengawas itu sendiri. Tulisan ini bertujuan untuk membagi pengalaman dalam melakukan kegiatan kepengawasan terhadap guru binaan. Dalam penulisan ini juga digambarkan peningkatan kemampuan mengelola proses pengajaran pada guru binaan yang menjadi target setelah dilakukan kegiatan demonstrasi cara mengajar suatu konsep yang langsung diamati oleh guru binaan yang bersangkutan. Target binaan adalah salah seorang guru Matematika yang bertugas di SMP Negeri 1 Tahuna Kabupaten kepulauan Sangihe. Data untuk penulisan ini dikumpulkan melalui kegiatan wawancara, studi dokumentasi, pengamatan di kelas (class visits), dan pengisian instrumen pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan dari penulis, maka dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan demonstrasi cara mengajar oleh pengawas sekolah bisa meningkatkan kemampuan mengelola proses pembelajaran pada guru binaan. Kata kunci: Demonstrasi Cara Mengajar, Pengelolaan, Pembelajaran
Pendidikan pada dasarnya merupakan sarana strategis untuk meningkatkan potensi bangsa agar mampu berkiprah dalam tataran yang lebih global. Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa itu. Itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan. Pendidikan yang berkualitas tergantung pada seberapa bagus para pendidik bisa mengajarkan semua hal yang baik kepada siswa dan seberapa bagus pula siswa bisa
menerapkannya dalam kehidupan mereka. Salah satu komponen yang berkontribusi untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas adalah pengawas sekolah yang punya peranan yang penting untuk kemajuan dunia pendidikan. Salah satu kegiatan pengawas yang bersentuhan langsung dengan sekolah adalah kegiatan supervisi akademis terhadap seorang guru binaan. Guru sebagai pendidik memainkan peranan yang strategis dalam mening-
32
Tahulending, Demonstrasi Cara mengajar oleh Pengawas Sekolah, 33
katkan pendidikan yang berkualitas. Guru berusaha melakukan berbagai cara dalam proses belajar mengajar agar siswa berhasil dalam kehidupan. Setiap rencana kegiatan guru semata-mata dilakukan demi kepentingan anak didik. Guru harus selalu mengembangkan kompetensi mereka setiap waktu. Persiapan mengajar yang baik dan media yang tepat merupakan hal yang penting bagi seorang pengajar di sekolah. Guru tidak hanya menularkan ilmunya pada siswa tapi juga menjadi contoh atau model yang baik bagi mereka. Dengan kata lain, kompetensi guru akan berkembang dengan efektif apabila guru tersebut berhasil membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan supervisi adalah proses interaksi antara seorang pengawas dan seorang guru dalam rangka mewujudkan pengajaran dan pembelajaran yang berkualitas. Dengan melakukan supervisi terhadap guru, diharapkan hasil belajar siswa akan lebih baik dan meningkat. Bimbingan dan bantuan kepada guru-guru itu berlangsung dengan suasana yang menyenangkan, bersahabat dan terbuka. Dengan kata lain, tujuan dari kegiatan supervisi adalah untuk memaksimalkan cara siswa dalam belajar dan dilakukan dengan cara meningkatkan mutu guru dalam mengajar secara langsung dalam kelas. Dalam hal ini pengawas harus mempunyai kompetensi yang mampu memberdayakan guru binaannya dengan jalan selalu mencari informasi terbaru dan memfasilitasi perubahan yang dilakukan oleh guru, sesuai dengan amanat Permendiknas No. 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Selama penulis menjadi pengawas Sekolah sejak Bulan Pebruari 2013, melalui pemeriksaaan perangkat pembelajaran dan observasi sewaktu kunjungan kelas ditemukan bahwa lebih dari 70% perangkat pembelajaran guru-guru masih membutuhkan perbaikan. Seperti yang telah dia-
mati terhadap guru mata pelajaran matematika. Maka dalam kegiatan pembelajaran masih kurang dari 40% apakah dari sisi siswa maupun dari sisi guru itu sendiri. Penggunaan media juga belum menjadi kebutuhan untuk memancing keaktifan siswa dalam berpartisipasi dan mengungkapkan pendapat. Lebih jauh lagi, kebanyakan guru-guru belum mampu mengelola kelasnya dengan baik dan masih jarang menghargai setiap respon yang diberikan oleh siswa. Fenomena tersebut yang menjadi inspirasi bagi penulis untuk membuat sebuah karya tulis dengan judul “Demonstrasi cara mengajar oleh pengawas dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran pada sekolah binaan”. Cara ini adalah permintaan dari guru binaan yang meminta penulis mencontohkan bagaimana cara mengajarkan suatu konsep yang bisa diterima oleh siswa dengan baik. Demonstrasi cara mengajar yang dimaksudkan disini adalah usaha perbaikan gaya mengajar guru binaan melalui pemberian contoh langsung oleh pengawas dalam proses pembelajaran dimana guru binaan berperan sebagai pengamat. Dengan melakukan demonstrasi cara mengajar diharapkan guru binaan bisa memperoleh pembelajaran langsung dengan memperhatikan apa yang disajikan pengawas dan pada akhirnya bisa mengambil keputusan sendiri mana yang cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran. Dalam menjalankan kegiatan kepengawasan di sekolah satuan pendidikan banyak ditemukan permasalahan dalam dimensi supervisi akademik, khususnya ketika melakukan supervisi kelas. Permasalahan-permasalahan tersebut misalnya pada umumnya guru menggunakan metode/strategi pembelajaran yang monoton dan konvensional, guru lebih dominan menguasai proses pembelajaran (teacher center) guru tidak mampu merancang pe-
34, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
laksanaan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa di kelas, Proses pembelajaran bersifat pasif dan selalu berorientasi pada guru (teacher center). Sebagaimana pendapat Suyatno (2004:5) Sistem pendidikan yang ada selama ini ibarat sebuah bank. Peserta didik diberikan pengetahuan agar kelak mendatangkan hasil yang berlipat ganda. Peserta didik lantas diperlakuakan sebagai bejana kosong yang akan diisi sebagai sarana tabungan. Guru atau pelatih adalah subjek aktif. Peserta didik adalah peserta pasif yang penurut dan diperlakukan tidak berbeda. Pendidikan akhirnya bersifat negatif dengan guru memberikan informasi yang harus ditelan peserta didik yang wajib diingat dan dihafal. Jika hal ini dibiarkan terus menerus maka akan mengakibatkan proses dan hasil pembelajaran tidak maksimal karena cerminan proses pembelajaran hanya sebatas guru mengajar siswa belajar, guru bicara siswa mendengarkan, guru mengatur siswa diatur, guru memilih apa yang diajarkan siswa berusaha menyesuaikan diri, guru bertindak siswa membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan guru, guru adalah subjek dalam proses belajar sedangkan siswa adalah objeknya. Proses pembelajaran yang tidak maksimal akan mengakibatkan mutu pembelajaran yang kurang baik dan pada akhirnya mutu pendidikan di suatu sekolah satuan pendidikan akan menurun. Pemilihan metode/strategi pembelajaran yang baik dan tepat akan mengantarkan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran dan pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan. Oleh sebab itu jika bahan pelajaran disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode/strategi justru akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kurangnya kompetensi guru dalam memilih metode pembelajaran ini merupakan
salah satu permasalahan yang dihadapi di sekolah binaan, Fathurrohman (2007:59) juga berpendapat bahwa: Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Dikatakan demikian karena metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar-mengajar. Pengalaman pembinaan kepada guru-guru yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 1 Tahuna Kabupaten Kabupaten Kepulauan Sangihe sebagai salah satu sekolah binaan. Dalam pembinaan akademik kepada guruguru motivasi juga telah dilakukan dengan cara persuasif agar para guru dapat meningkatkan kualitas pengajaran walaupun dari segi kuantitas SMP binaan ini kalah dibandingkan dengan SMP Negeri di kecamatan tersebut namun hendaknya tetap memperhatikan kualitas agar masyarakat dapat memilih dan menilai sekolah yang terbaik bagi anaknya. Selain itu juga dilakukan pembinaan dalam hal bagaimana agar guru-guru dapat menggunakan dan memilih berbagai metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas yang disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai dan disesuaikan dengan situasi siswa agar pembelajaran tidak monoton. Penggunaan metode pembelajaran yang baik tidak terlepas dari rencana pelaksanaan yang baik pula. Oleh sebab itu juga dilakukan pembinaan bagaimana merancang rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 41
Tahulending, Demonstrasi Cara mengajar oleh Pengawas Sekolah, 35
Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Hal inilah yang menjadi latar belakang pembinaan yang dituangkan dalam bentuk laporan ini. Berdasarkan pengalaman dalam menjalankan tugas sebagai pengawas satuan pendidikan di SMP Negeri 1 Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe ditemui beberapa permasalahan terutama terhadap guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas permasalahan tersebut yaitu: (1) perangkat pembelajaran yang dimiliki guru belum direvisi setiap tahun, (2) masih ada guru yang menggunakan media pembelajaran yang konvensional dan kurang bervariasi serta belum melibatkan siswa dalam pemanfaatan media sewaktu kegiatan pembelajaran, (3) metode pembelajaran yang dipakai masih ada yang belum maksimal dalam memancing kreatifitas dan kemampuan siswa untuk belajar matematika, (4) guru kurang menghargai setiap respon yang diberikan siswa, (5) masih ada guru binaan yang kurang bisa mengelola kelasnya sehingga kelas menjadi kurang kondusif dan pergerakan guru lebih banyak di bagian depan kelas, (6) tahapan pemberian tugas belum mengacu kepada konsep Modelling, group work, dan individual work, (7) pengorganisasian waktu masih butuh penyempurnaan karena guru binaan tidak sempat menutup pelajaran dengan baik, dan (8) program remedial yang dilaksanakan belum mengacu kepada ketentuan yang berlaku. Tulisan penulisan (1) guru diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam mengelola proses pengajaran mereka setiap waktu, (2) kepala sekolah diharapkan memberikan ruang yang cukup bagi guru untuk meningkatkan kemampuan guru di lingkungan pendidikan, (3) pengawas diharapkan selalu mengasah semua kompetensi yang harus dimiliki untuk membina kompetensi guru binaan dan berusaha meninggalkan paradigma lama
untuk menuju paradigma baru sebagai partner kerja guru, dan (4) Kepala Dinas Pendidikan. Pemuda dan Olah raga diharapkan selalu memberdayakan pengawas dalam rangka menjamin mutu pendidikan di Kabupaten Sangihe. METODE Berdasarkan fenomena yang ditemui dilapangan jelas sekali bahwa kemampuan mengelola proses pengajaran bagi guru binaan perlu ditingkatkan untuk kemajuan dan peningkatan mutu pendidikan di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Dengan demikian , maka peran pengawas begitu penting sebagai pengendali mutu dalam dunia pendidikan dan sebagai teman berbagi bagi guru binaannya. Kegiatan demonstrasi cara mengajar penulis lakukan sebagai alternatif pemecahan masalah yang dihadapi oleh guru di salah satu sekolah binaan dimana pada tahap ini dilakukan beberapa hal (1) membaca artikel-artikel yang berhubungan dengan permasalahan yang dirasakan guru binaan, (2) berkonsultasi dengan teman sejawat tentang hal-hal yang terkait dengan permasalahan yang ditemui, dan (3) melakukan kegiatan supervisi akademis dengan tahapan sebagai berikut: (a) pertemuan awal (Pre-conference), (b) kunjungan kelas (Class visits), dan (c) pertemuan akhir (Post-conference) HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan demonstrasi cara mengajar penulis lakukan terhadap salah seorang guru binaan di sebuah sekolah Negeri dengan input siswa berasal dari siswa yang memiliki NEM rendah (sekolah pilihan terakhir bagi siswa). Sesuai pengamatan penulis, bahwa guru binaan tersebut punya kemampuan yang masih rendah dalam melakukan pengajaran karena jarang menggunakan alat peraga dan menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang
36, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
dapat menarik minat siswa sehingga kurang disukainya oleh peserta didik di sekolahnya dan proses pembelajaran berlangsung dengan suasana yang kaku. Tabel berikut menggambarkan hasil penilaian terhadap kemampuan me-
ngelola proses pengajaran guru binaan yang menjadi target dalam hal ini sebelum dilakukan kegiatan mendemonstrasikan cara mengajar yang diharapkan.
Tabel 1. Kemampuan mengelola proses pengajaran pada kegiatan Class-visit sebelum dilakukan demonstrasi cara mengajar
NO I.
II.
INDIKATOR / ASPEK YANG DIAMATI PRA PEMBELAJARAN 1. Memeriksa Kesiapan Siswa 2. Melakukan Kegiatan Apersepsi KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN A. PENGUASAAN MATERI PEMBELAJARAN 3. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 4. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 5. Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar 6. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan B. Pendekatan / Strategi Pembelajaran 7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai 8. Melaksanakan pembelajaran secara rutin 9. Menguasai kelas 10. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 11. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif 12. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan C. Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran 13. Menggunakan media secara efektif dan efisien 14. Menghasilkan pesan yang menarik 15. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media D. Pembelajaran Sumber yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa 16. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 17. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa 18. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar E. Penilaian Proses dan Hasil Belajar 19. Memantau kemajuan belajar selama proses 20. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi
SKOR
2 2
2 2 2 2
3 3 2 2 2 3 1 2 2
2 2 2 2 3
Tahulending, Demonstrasi Cara mengajar oleh Pengawas Sekolah, 37
III
F. Penggunaan Bahasa 21. Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas baik dan benar 22. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai PENUTUP 23. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa 24. Melaksanakan tindaklanjut dengan memberikan arahan atau kegiatan sebagai bagian remedi/pengayaan
2 2 1 2 50
TOTAL Keterangan tabel: Nilai akhir kegiatan pra pembelajaran : 50 % Nilai akhir kegiatan inti pembelajara : 53,75 % Nilai akhir kegiatan penutup : 37,5 %
Kalau digambarkan pergerakan target binaan selama proses pengajaran sebelum dilakukan demonstrasi cara mengajar, terlihat seperti diagram berikut ini:
DIAGRAM INTERAKSI PERGERAKAN TARGET BINAAN SELAMA PROSES PEMBELAJARAN
PT MG
P Keterangan: 1. PT : Papan Tulis 2. MG : Meja Guru 3. P : Pengawas/Penulis
38, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
Diagram di atas menggambarkan bahwa target binaan lebih banyak berada di posisi depan dengan mengabaikan siswa yang berada di bagian belakang sehingga permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar siswa tidak bisa terdeteksi secara cepat Sebelum masuk ke model supervisi yang telah penulis cobakan dalam hal ini, ada tiga tahapan yang selalu penulis lakukan terhadap guru-guru binaan. Semua tahapan bertujuan untuk menjalin ikatan bathin atau jembatan hati antara seorang pengawas dengan guru yang dibinanya. Kalau jembatan hati sudah terjalin, hasil akhir dari proses supervisi akademis akan bisa diraih yaitu peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan oleh seorang pengawas profesional. Tiga tahapan itu adalah: 1. Pre-conference (pertemuan awal) Pada kegiatan ini penulis mencek perangkat pembelajaran yang dimiliki oleh guru binaan dengan memberikan sebuah instrumen yang diisi sendiri (self evaluation). Selanjutnya penulis mencoba menjadi tempat berbagi dengan menampung permasalahan yang dirasakan dalam penyelesaian tugas. Penulis memfokuskan kepada cara guru memperlakukan siswanya dengan selalu menjalin ikatan batin dan bagaimana pemanfaatan media pembelajaran yang sudah disiapkan. Terakhir penulis membangun kesepakatan untuk kegiatan kunjungan kelas. 2. Observation (mengamati PBM di kelas) Pada waktu yang telah disepakati, penulis datang untuk melakukan kunjungan kelas (class visit). Penulis membawa instrumen kegiatan supervisi dan menghubungkannya dengan perangkat pembelajaran dan PBM yang sedang berlangsung. Pengamatan dilakukan dari proses membuka pembelajaran sampai dengan menutup kegiatan pembelajaran. Penulis mencatat
kejadian positif dan negatif yang teramati selama proses pembelajaran serta bagaimana pergerakan guru tersebut di dalam kelas (penguasaan kelas). 3. Post-conference (pertemuan akhir) Pada tahapan ini, penulis meminta kesediaan waktu guru binaan untuk berdiskusi tentang kegiatan yang telah dilakukan di dalam kelas. Penulis memulai kegiatan dengan memberitahukan poin-poin positif yang dimiliki oleh guru tersebut. Melalui kegiatan tersebut penulis memancing keingintahuan guru tentang poin kurang yang mereka miliki. Penulis juga memberikan contoh-contoh format yang dibutuhkan untuk perbaikan. Perbaikan yang dibuat, disepakati akan diserahkan kembali untuk diberikan masukan. Tahapan yang sama penulis lakukan terhadap kegiatan demonstrasi cara mengajar dengan meminta guru binaan yang menjadi target untuk mengamati di belakang dan membuat catatan khusus. Tahapan kegiatan adalah: 1. Pre-conference (pertemuan awal) Pada kegiatan ini penulis mendiskusikan materi yang dipilihkan guru binaan untuk disajikankan kepada siswanya. Terpilih materi Bangun Ruang guru binaan mencatat kerangka yang akan menjadi fokus pengamatannya selama proses demonstrasi. Terakhir disepakati jadwal dan lokal yang akan dikunjungi 2. Observation (mengamati PBM di kelas) Pada waktu yang telah disepakati, penulis memasuki kelas dan memperkenalkan diri sebagai partner guru mereka serta melakukan pengajaran yang dimulai dengan menyapa siswa dengan variasi sapaan. penulis menanyakan apakah mereka suka pelajaran Matematika dan menginformasikan perlunya belajar Matematika. Kegiatan awal diakhiri dengan menggambarkan tujuan pembelajaran hari tersebut
Tahulending, Demonstrasi Cara mengajar oleh Pengawas Sekolah, 39
agar siswa mengetahui mau dibawa kemana mereka hari itu. 3. Post-conference (pertemuan akhir) Pada tahapan ini, penulis bertemu kembali dengan guru binaan untuk mendiskusikan hal-hal yang menjadi fokus pengamatan dan lainnya selama kegiatan demonstrasi cara mengajar. Penulis melihat catatan pengamatan guru. Terlihat bahwa guru tersebut berusaha mencatat semua aktifitas penulis bersama siswa. Penulis juga menanyakan apa kelemahan yang ditemukan selama proses. Pada awalnya guru tersebut tidak mau mengatakan tetapi dengan cara penulis akhirnya guru itu mau mengatakan. Artinya guru tersebut menya-
dari bahwa itulah yang harus dihindari kalau sedang melakukan proses pembelajaran. Setelah dilakukan diskusi pada tahap tiga (pertemuan akhir), disepakati kembali pertemuan untuk merancang kegiatan supervisi akademis untuk melihat perobahan gaya mengajar guru tersebut. Akhirnya terjadi perubahan setelah dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan guru binaan setelah dilakukan demonstrasi cara mengajar. Hasilnya terlihat pada penilain pengelolaan proses pengajaran seperti yang digambarkan tabel berikut ini.
Tabel 2. Kemampuan mengelola proses pembelajaran pada kegiatan Class-visit setelah dilakukan demonstrasi cara mengajar:
NO I.
II.
INDIKATOR / ASPEK YANG DIAMATI PRA PEMBELAJARAN 1. Memeriksa Kesiapan Siswa 2. Melakukan Kegiatan Apersepsi KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN A. PENGUASAAN MATERI PEMBELAJARAN 3. Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran 4. Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan 5. Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan hierarki belajar 6. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan B. Pendekatan / Strategi Pembelajaran 7. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai 8. Melaksanakan pembelajaran secara rutin 9. Menguasai kelas 10. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual 11. Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif 12. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan C. Pemanfaatan Sumber Belajar / Media Pembelajaran 13. Menggunakan media secara efektif dan efisien 14. Menghasilkan pesan yang menarik 15. Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media
SKOR
3 4
4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3
40, J-TEQIP, Tahun VI, Nomor 1, Mei 2015
III
D. Pembelajaran Sumber yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa 16. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran 17. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa 18. Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar E. Penilaian Proses dan Hasil Belajar 19. Memantau kemajuan belajar selama proses 20. Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi F. Penggunaan Bahasa 21. Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas baik dan benar 22. Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai PENUTUP 23. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa 24. Melaksanakan tindaklanjut dengan memberikan arahan atau kegiatan sebagai bagian remedi/pengayaan
3 3 3 4 3 3 3 3 4 90
TOTAL Keterangan tabel: Nilai akhir kegiatan pra pembelajaran : 87,5 % Nilai akhir kegiatan inti pembelajaran : 76,25 % Nilai akhir kegiatan penutup : 87,5 %
Ketika digambarkan pergerakan target binaan selama proses pengajaran setelah dilakukan demonstrasi cara mengajar, terlihat seperti diagram berikut ini: DIAGRAM INTERAKSI PERGERAKAN TARGET BINAAN SELAMA PROSES PEMBELAJARAN
PT MG
P Keterangan: 1.) PT : Papan Tulis
2.) MG : Meja Guru
3.) P
: Pengawas/penulis
Tahulending, Demonstrasi Cara mengajar oleh Pengawas Sekolah, 41
Diagram di atas menggambarkan bahwa target binaan sudah mulai berkeliling untuk memantau kegiatan siswanya sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih hidup. Permasalahan yang dihadapi oleh sebagian besar siswa juga bisa langsung terdeteksi dan dicarikan solusinya.
dilakukan untuk berbagi pengalaman. Mudah-mudahan bisa memotivasi penulis untuk lebih menemukan inovasi-inovasi lain yang bisa diterima oleh kawan-kawan dari guru binaan. Mencontohkan lebih baik, Bangun ikatan bathin, dan Be agent of change Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan dan terwujud dalam penulisan ini, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Diharapkan guru Matematika selalu meningkatkan kompetensi yang harus dimiliki dengan selalu membuka diri menerima perubahan dan melakukan perubahan tersebut dengan sebaikbaiknya 2. Diharapkan kepala sekolah memberikan ruang bagi guru untuk meningkatkan kreatifitas dan mengembangkan diri sesuai dengan kondisi sekolah masingmasing.
PENUTUP Penulis berharap bahwa sekecil apapun yang dilakukan oleh pengawas dalam memberi sontoh tentang cara mengajar kepada guru binaan kiranya mampu membuat sebuah perubahan terhadap pengelolaan pembelajaran selama ini sehingga mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Kabupaten Kepulauan Sangihe khususnya. Semoga semua pengawas bisa memfungsikan dirinya sebagai seorang pengawas profesional yang „mitra guru binaan‟ kedatangannya bukan „menakuti‟. Demikianlah beberapa hal yang penulis susun dengan Penulis menyadari apa yang telah DAFTAR RUJUKAN Depdiknas. 2003. Pedoman Teknis Pelaksanaan Classroom Action Research. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Djamaran, Syaiful Bahri dan Aswan Zein. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Dryden, Gordon. Dan Vos Jeanerte. 2000. Revolusi Cara Belajar. Bandung: Kaifa. Nana Sudjana, 1991, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Bandung Nur, Muhammad, DR. & Wikandari, Retno Prima, M.Si., 2000, Pengajaran Berpusat Pada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam
Pengajaran, Universitas Negeri Surabaya, University Press, Surabaya. Permendiknas No. 12 Th. 2007. Tentang Standar Kompetensi Pengawas Sekolah/Madrasah. Jakarta. Rustana, CE. 1996. Berbagai Pendekatan dan Ketrampilan Dalam Pembinaan Guru Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan. Slavin, SE, 1995, Cooperative Learning, Second Edition, Massachesets : Allyn & Bacon Publishers Zamroni, 2000, Paradigma Pendidikan Masa Depan, Bigraf Publishing Yogyakarta
41