Mulai tanggal 25 hingga 28 Juli 2007, para profesional perminyakan yang tergabung dalam IATMI kembali berkumpul dalam Simposium Nasional (Simnas) IATMI 2007. Pertemuan akbar setiap tahun ini seperti biasanya akan membahas berbagai hal yang terkait dengan profesi ahli teknik perminyakan. Setelah beberapa tahun bergantian di dua kota, Jakarta atau Bandung yang dianggap sentra para profesional perminyakan, sesuai tradisi rotasi IATMI Simnas tahun ini diadakan di Yogyakarta. Setelah tahun 2001 baru kini Daerah Istimewa ini mendapat giliran kembali. Kampus UPN “Veteran” yang terletak di pinggir Jalan Lingkar Utara di kawasan Condongcatur dianggap cukup memadai sebagai tempat kegiatan Simnas. “Ini kebanggaan bagi IATMI menyelenggarakan kegiatan di kampus dimana para mahasiswa sebagai generasi penerus dan para akademisi berada”, kata Anggota Panitia Pengarah Deden Supriyatman. Cukup lama Pengurus memikirkan topik yang layak untuk dibahas. Berbagai alternatif usulan dipertimbangkan. Termasuk kenyataan bahwa target produksi migas tahun 2010 sudah naik 30 persen menjadi sekitar 1.3 juta barel minyak per hari sementara untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi migas banyak sekali instansi terkait yang mempunyai pendapat saling bertentangan. Dalam beberapa tahun terakhir tema-tema simposium lebih mengarah pada pencapaian produksi migas serta berkaitan dengan teknologi dan sinergi stakeholder. Hal ini menekankan pentingnya profesionalisme, kata Deden yang juga adalah Deputi Program Teknik Pengurus Pusat, Akhirnya, melalui diskusi panjang dipilih tema “Profesionalisme IATMI dalam Mendukung Program Pemerintah untuk Sustainability Produksi Migas”. Menurut Ketua Panitia Simposium Dr Sudarmoyo, agenda Simnas diprogram dengan semangat padat akan pencarian solusi atas tema tersebut ditinjau dari aspek teknis dan non teknis. Melalui Simnas, diharapkan dapat
dipikirkan solusi pemecahannya sebagai kontribusi IATMI kepada pemerintah dalam mencapai sustainable produksi migas nasional. “Ahli teknik perminyakan ‘kan layaknya mengikat ‘kontrak’ dengan masyarakat Indonesia sebagai bentuk pengabdian untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara”, sambung Deden pula. Simnas yang akan dibuka oleh Menteri ESDM Dr. Purnomo Yusgiantoro, pada hari pertama menampilkan pembicara kunci Sri Sultan Hamengku Buwono X. Diskusi panel akan menampilkan para pakar pemangku kepentingan industri migas dari pemerintah, pelaku industri, organisasi non pemerintah, pengamat ahli serta akademisi. Kali ini akan tampil Dirjen Migas Dr. Luluk Sumiarso, Kepala BPMigas Dr. Kardaya Warnika dan Presiden Direktur Chevron Suwito Anggoro. Workshop juga diselenggarakan dengan berbagai topik bahasan seperti Applied Business Ethics in the Work Place; Competency Building; Productive Drilling: Less Time, Best Place serta Business in Oil & Gas Industry. Selain itu dalam Forum Teknologi, Panitia mengundang para
profesional dari kalangan industri dan pendidikan untuk membahas, menyatukan pendapat dan menampilkan ide-ide baru. Bagi para mahasiswa tersedia forum Student Paper Contest yang bertujuan mendorong semangat para calon profesional migas membuat makalah dan mempresentasikannya di depan para pakar perminyakan. Di Yogya ini juga akan berlangsung Temu Seksi Mahasiswa IATMI III sebagai kelanjutan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Khusus bagi pelajar SMU/ SMK terbuka kesempatan mengikuti Program Educational Day yang akan memberikan kepada mereka tambahan pengetahuan dan wawasan tentang ilmu dan teknologi perminyakan. Selama simposium tiga hari itu, diselenggarakan pula pameran yang diikuti oleh berbagai kalangan industri migas. Pameran, selama ini merupakan ajang paling tepat untuk menyampaikan informasi teknologi perminyakan dan kesempatan kerja kepada masyarakat luas, khususnya mahasiswa dan pelajar. Selain itu Simnas juga akan diselingi oleh gala dinner di Candi Prambanan dan turnamen golf.***
PROFESIONALISME DAN IATMI, SO WHAT? “Profesionalisme” menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI, terbitan Departemen Pendidikan & Kebudayaan Balai Pustaka) adalah “mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional”. Pengertian ini sama untuk semua bidang, berlaku di manapun, dan tidak ditentukan bagi atau untuk siapa seseorang bekerja. Isyu ini kembali mencuat ke permukaan kalangan migas Indonesia, ketika dikaitkan pada harapan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan produksi minyak menjadi 130 persen dalam tiga tahun ke depan. Beberapa isyu lain bahkan ikut menambah hangat, termasuk kurangnya tenaga lokal akhir-akhir ini karena hijrahnya mereka ke negara-negara lain.
keahlian dan pengalaman yang ia miliki atau dapatkan”. Ketiganya sepakat bahwa sikap profesionalisme erat kaitannya dengan disiplin dan integritas dalam bekerja dan kehidupan bermasyarakat. Mengaitkan profesionalisme dengan produksi migas memang agak sulit. Apalagi secara perusahaan maupun nasional hal itu tak terkait langsung. “Tetapi profesionalisme karyawan dapat
Melihat pentingnya aspek profesionalisme ini, cukup beralasan bila Simnas 2007 memilih tema “Profesionalisme IATMI dalam Mendukung Program Pemerintah untuk Sustainability Produk Migas”. Berikut komentar dan pendapat dua orang pengamat dan konsultan industri migas senior Ir. Madjedi Hasan, MPE dan Ir. S. Zuhdi Pane; pengajar Dr. Rudi Rubiandini R.S., dan seorang praktisi Ir. Rini Soegiyono. Madjedi Hasan, senior yang berpengalaman kerja hampir 50 tahun ini, melihat ’profesionalisme’ sebagai dasar suatu perjanjian seorang profesional dengan masyarakat. Menurutnya, inti dari profesionalisme adalah altruism atau sifat mementingkan kepentingan orang lain, akuntabilitas, excellence atau keunggulan, tugas, pelayanan, kehormatan, integritas dan saling menghargai. “ B e r a r t i profesionalisme menempatkan k e p e n t i n g a n masyarakat di atas Madjedi Hasan kepentingan sendiri”, katanya. Hal ini disepakati oleh Rudi Rubiandini. Menurut dosen ITB itu, profesional adalah seseorang atau institusi yang mampu melakukan sesuatu “tepat waktu, tepat sasaran, tepat kualitas”. Begitu pula menurut Rini Soegiyono, Manager Oilfield Services Marketing Communications – Schlumberger Middle East & Asia. yang berpendapat bahwa “seorang profesional adalah seseorang yang bekerja atau berkarya berdasarkan komitmen untuk mengamalkan disiplin ilmu, pendidikan, pelatihan,
mempengaruhi kinerja perusahaan di mana dia bekerja”, kata Madjedi yang pernah memegang berbagai jabatan kunci pada PT Caltex Pacific Indonesia, cikal bakal Chevron Indonesia.Bagai bunyi iklan produk minuman terkenal, menurut Rudi Rubiandini, apapun, kapanpun, dimanapun seseorang berkarya ia harus memegang tiga syarat seorang profesional. Apa itu ?
Zuhdi Pane
Rudi Rubiandini
“Bekerja tepat sasaran, tepat kualitas, dan tepat waktu”, kata Ketua Majelis Ahli IATMI itu mantap. Hal itu bisa terjadi bila seseorang tersebut minimal memiliki keilmuan dan pengalaman di bidangnya. Dalam kaitan produksi, hal itu saja tentu tak cukup. “Kinerja sebuah perusahaan termasuk kegiatan usaha produksi migas tidak ditentukan oleh individu, tetapi oleh usaha kerja sama antara semua unsur dan komitmen semua yang terkait dan berkepentingan untuk melakukan tugasnya dengan menjunjung tinggi nilai-nilai
profesionalisme”, kata Madjedi yang ikut mendirikan Program Studi Teknik Perminyakan di ITB (1962) dan Trisakti (1980). Dalam praktek sehari-hari, inti profesionalisme tidak pernah berubah. Tetapi zaman sudah berganti. Era dimana orang dituntut untuk loyal seumur hidup pada satu tempat bekerja sudah berlalu. Zuhdi Pane tidak membantah bila orientasi profesional kini sudah mengacu ke benefit. Baginya hal itu sah-sah saja. Dalam hal ini Zuhdi Pane, mantan Staf Ahli Dirut Pertamina itu, melihat bahwa pasaran dan pesebaran tenaga kerja operasional usaha hulu migas nasional sangat dipengaruhi oleh perkembangan kegiatan itu sendiri. Untuk kondisi Indonesia, menurut Pane rentetan penyebabnya cukup panjang. Tingkat eksplorasi yang terus menurun selama hampir satu dekade, kemudian resesi ekonomi, proyek-proyek pengembangan lapangan produksi baru yang semakin sepi, menurut tokoh yang lama menjabat Kepala BPPKA Pertamina itu, ikut menjadi pemicu perubahan sikap ini. Lebih 90 produksi migas Indonesia selama dekade terakhir ini, menurutnya, berasal tidak hanya dari Wilayah Kerja melainkan juga dari lapangan produksi yang itu-itu juga. “Celakanya, wilayah kerja atau lapangan produksi yang itu-itu saja tadi dioperasikan oleh sejumlah operating companies yang jumlahnya semakin ciut sebagai imbas global dari maraknya A&M (acquisition and merger) internasional”, kata Pemimpin Redaksi Majalah Petrominer ini pula. Lenyapnya namanama seperti ARCO, Mobil Oil, Repsol, Santa Fe, Unocal dan Gulf yang sudah keburu besar di Indonesia yang kemudian ditelan Rini Soegiyono oleh BP, Exxon, CNOOC, PetroChina, Chevron dan ConocoPhillips menjadikan ex tenaga kerjanya kucar-kacir. “Tidak semua tenaga kerja dari perusahaan yang diakuisisi dapat atau mau ditampung di perusahaan yang mengakuisisi”, katanya. Menurut pengamatan Pane, tenaga-tenaga itu terutama geologists, geophysicists dan engineers yang relatif senior dan sempat ’mapan’ semakin berani mencari short term jobs dengan bayaran relatif mahal. (bersambung ke halaman 7)
Profesionalisme Menghadapi Kasus-kasus Besar Kasus Lumpur Sidoarjo Oleh Bambang Istadi – Lapindo Brantas Inc. Anggota IATMI no 2122 Mungkin saja tidak banyak dari kita yang pernah mengalami pekerjaan pelik, multi dimensi, dengan spektrum yang luas serta berkepanjangan. Saya mungkin salah satu orang yang beruntung dapat terlibat langsung dalam kasus besar tersebut, kasus Lumpur Sidoarjo. Dalam menghadapi kasus seperti ini, sebagai perusahaan maupun profesional, pilihannya cuma dua. Mundur teratur serta menutup diri seakan kasus tersebut tidak pernah terjadi atau hanya sebuah mimpi buruk serta berharap esok akan selesai. Pilihan lain adalah menghadapinya. Seorang bijak pernah mengatakan, kalau ada persoalan, maka hadapilah, jangan lari dari persoalan karena akan menghantuimu sepanjang hidup. Pilihan hadapi dan selesaikan inilah yang diambil oleh perusahaan tempat saya berkerja. Tidak lari, apalagi kabur keluar negeri, dan juga tidak menyalahkan pihak lain atau berpolemik saling menyalahkan. Pilihan terakhir ini tentu penuh dengan konsekuensi dan menjadi sangat berat bagi seorang profesional yang menghadapi kasus tersebut karena sudah sangat tersosialisasi di masyarakat bahwa perusahaan bersalah, bencana karena ulah manusia, tidak pakai casing, pemboran dekat lokasi penduduk dll. Resikonya pun sangat besar, beberapa rekan saya malah sudah menjadi tersangka dalam penyidikan polisi. Apapun yang kami lakukan selalu dicurigai, niatan dan bertindak yang baikpun selalu dipersalahkan. Ada satu pelajaran yang sangat berharga yang saya dapatkan pada kasus ini dalam menghadapi media. Yaitu koran juga punya kepentingan, banyak yang tidak melakukan pemberitaan berimbang, yang dimuat tidak selalu benar dan kadang tendensius. Bisa dimengerti karena di negeri kita bad news is a good news. Sekali melakukan pemberitaan yang benar dan positif bagi kami dianggap melakukan pembelaan dan disuap oleh perusahaan. Sehingga banyak pemberitaan dan informasi yang beredar di masyarakat tidak berdasarkan fakta atau data yang benar. Kesimpang siuran juga saya temukan pada beberapa milis yang anggotanya dengan antusias posting proses terjadinya semburan serta menyalahkan perusahaan berdasarkan data dan fakta yang salah. Bukannya saya yang berkecimpung langsung dengan persoalan itu takut menjawab, takut berpolemik atau tidak tahu harus menjawab dari sisi mana. Sebagai profesional, integritas musti dipegang teguh berdasarkan nilai-nilai ilmiah, tidak boleh bohong atau memutar balikkan fakta, apalagi melacurkan profesionalisme demi uang dan jabatan. Maklum saja, persoalan lumpur Sidoarjo kini sudah merambah ke mana-mana sehingga sangat multi dimensi dan multi kepentingan. Aspek teknis drilling, geologis, aspek sosial, penutupan semburan bahkan merambah ke aspek politis untuk mengiring opini publik menyalahkan perusahaan tanpa mengindahkan proses peradilan yang sedang berjalan. Untuk membuat sanggahan dan menjawab sindiran, tuduhan, dakwaan, trial and convicted by the press, maupun berbagai email di milis tak cukup waktu satu dua jam, sambil menyeruput secangkir kopi di depan komputer, sedangkan waktu sangat berharga untuk mengatasi hal-hal yang lebih penting. Jika didekati dari sisi geologi saja, barangkali persoalan lumpur Sidoarjo tidak berkembang seperti sekarang ini. Karena dari kacamatanya, para geologist berkeyakinan lumpur tak dapat disumbat, melalui rekayasa secanggih apapun dan sudah mengatakan game over pada awal-awal semburan. Karena percaya semburan dari bidang bukan lubang, dan kalaupun bisa dihentikan, merupakan bonus. Dengan demikian, maka yang mesti dipikirkan dan dijalankan adalah penanganan dan pengelolaan lumpur di permukaan. Untuk sekadar informasi saja, rancangan, metoda
serta teknis mengalirkan lumpur ke laut ini pun sudah dibuat. Di atas kertas, dengan mengalirkan lumpur tersebut, maka masalah sosial – pemukiman warga yang terendam— mungkin tidak seluas sekarang ini. Sayangnya seluruh pekerjaan pengaliran lumpur ke laut tidak dapat dilakukan. Saat pertama kali lumpur keluar, pemerintah melarang pengaliran lumpur ke laut. Argumentasinya, lumpur yang mengandung bahan beracun berbahaya akan mengganggu ekosistem. Selain itu, banyak pihak masih menganggap kemungkinan semburan bisa disumbat masih sangat besar. Bahkan ada yang menjanjikan dapat menutup lumpur dalam skala waktu tertentu. Implikasi larangan mengalirkan lumpur ke laut tidaklah kecil. Menampung lumpur tentu memerlukan lahan. Tidak ada pilihan, kecuali mencari tempat penampungan lumpur menggunakan lahan warga. Maka disewalah lahan warga sebagai tempat merendam lumpur. Luas lahan yang diperlukan itu luar biasa. Berdasarkan peta yang dibuat oleh Timnas Nasional Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (PSLS) pada 22 Maret 2007, luas areal yang terendam lumpur hingga 613 ha. Ini wajar saja, karena volume semburan yang sangat besar sekitar 100 ribu meter kubik perhari, atau dua kali lebih besar dari awal semburan yang 50 ribu meter kubik, bahkan pernah mencapai 150 meter kubik perhari. Jumlah ini lebih besar dari produksi minyak se Indonesia yang diproduksi ribuan sumur. Keputusan yang memperbolehkan lumpur dialirkan ke laut keluar bersamaan dengan Instruksi Presiden No 13/2006 tentang pembentukan Timnas PSLS, yang kemudian lebih ditegaskan melalui hasil rapat kabinet 27 September 2006. Di sana disebutkan bahwa tugas Timnas adalah mengalirkan lumpur ke laut, menangani masalah sosial dan menutup semburan. Keterlambatan mengalirkan lumpur ke laut berbuntut panjang. Persoalan sosial pun muncul. Warga yang terendam lumpur menuntut mendapat ganti rugi. Begitu gencar permintaan itu, hingga dimanfaatkan oleh sebagian golongan untuk mencari popularitas. Dan makin mengkristal, ketika pemilik modal dibebankan Rp 3,8 triliun untuk menyelesaikan persoalan ini. Uang begitu besar –bandingkan dengan APBD Sidoarjo sebesar Rp 1 triliun lebih—tentu menggiurkan bagi pihak yang ingin mengail di air keruh. Komplit sudah. Pada titik ini persoalan teknis seperti terlupakan, tetutup oleh kepentingan non teknis. Rentetan dari kondisi itu tentu berdampak terhadap banyak hal. Di antaranya, keputusan-keputusan atau hasil penelitian dianggap sebagai rekayasa. Data untuk menyelesaikan masalah tidak lagi dipercaya. Dampak penyelesaian yang berlarut bukan saja pada warga serta perekonomian Jawa Timur, tapi juga pada industri migas. Seorang rekan –bisa disebut investor asing— yang ingin menanamkan modal di bidang migas bertanya begini: Kapan dan mungkinkah persoalan lumpur Sidoarjo diselesaikan? Pertanyaan itu diajukan kawan tadi karena melihat bahwa begitu besar risiko yang harus ditanggung oleh investor waktu terjadi bencana dengan status hukum tak kunjung jelas. Saya tersenyum kecut. Dalam skala yang lebih besar, tercampur aduknya persoalan teknis dengan politis, bisa saja membuat para investor bergidik untuk masuk ke bisnis ini. Siapa berani menanggung beban biaya begitu besar, padahal kepastian keuntungan belum di tangan. Sementara ke depan kebutuhan migas Indonesia makin besar, di lain pihak sumur-sumur tua sudah turun produksinya. Sulit menjawab pertanyaan kawan calon investor tadi.***
MEMADUKAN GERAK LEWAT RAKER Pengurus IATMI melakukan gebrakan dengan menyelenggarakan Rapat Kerja Komisariat. Ini merupakan kegiatan serupa yang pertama kali diadakan selama sejarah kepengurusan. Selama satu hari penuh, pada hari Jumat 25 Mei 2007, di Ruang Bisma Kresna Hotel Bumi Karsa, Jakarta berkumpul sembilan wakil dari 12 komisariat, kecuali Komisariat Kuala Lumpur, Kalimantan Timur dan Houston. Bersama Pengurus IATMI Pusat mereka duduk, mendengarkan dan menyampaikan paparan tentang kegiatan komisariat masing-masing serta membahas tindakan bersama. Mengawali raker, Ketua IATMI Kuswo Wahyono memaparkan visi dan misi organisasi ini menjadi asosiasi profesi dalam pengembangan kompetensi teknologi yang bertaraf internasional dan peduli lingkungan global. Ia mengajak para anggota melalui pengurus komisariat untuk bersama pemerintah, industri dan perguruan tinggi
mensinergikan potensi mengembangkan daya saing di bidang migas. Program kerja Pengurus Pusat ini kemudian dijabarkan lebih rinci oleh para Deputi masingmasing bidang. Rendahnya kinerja Komisariat memang menjadi fokus raker. “Jarang sekali ada kegiatan yang diinisiasi oleh Komisariat”, tutur Gunung Sardjono Hadi, Kordinator Komisariat yang membawahkan kegiatan IATMI di tingkat daerah. Selama ini memang belum pernah ada kegiatan membahas masalah ini. Berbagai program yang dipaparkan selama raker satu hari ini memang bagusbagus bahkan hebat. Di saat kendala komunikasi atau keterbatasan fasilitas tidak lagi bisa dijadikan alasan dalam era hi-tech ini, mudah-mudahan setiap komisariat bisa melaksanakan apa yang dirancangnya.Dari pertemuan ini diharapkan gerak kegiatan antara Pengurus Pusat dan komisariat akan lebih padu dan selaras.***
Peserta Raker Komisariat IATMI 2007
DARI CIREBON HINGGA DUBAI Melihat apa yang terjadi di lingkungan IATMI selama dua-tiga tahun terakhir, harus diakui bahwa kegiatan organisasi ini lebih menonjol di tingkat Pusat. Kegiatan yang ada lebih bersifat nasional, seperti kongres atau simposium. Daerah-daerah terasa adem, kurang gairah. “Boleh dikatakan kinerja komisariat, di luar Jakarta, kurang menggembirakan”, kata Kordinator Komisariat Gunung Sardjono Hadi mengakui. Bila ada kegiatan di komisariat, selama ini yang terjadi hanyalah kunjungan silaturahmi
Pengurus Pusat. Itupun tergantung adanya undangan dari Komisariat, seperti untuk mengukuhkan kepengurusan. Jarang sekali kegiatan diprakarsai Komisariat. “Belum ada program kerja yang terintegrasi dengan Pusat sehingga gaung komisariat hanya terdengar di lokal saja tidak sampai ke seluruh anggota IATMI”, kata Gunung pula. Walhasil Komisariat terkesan seperti “hidup segan mati tidak mau”. Menurut Gunung, penyebab “lesu darah” ini di antaranya adalah masalah pendanaan dan komitmen bersama. Untuk mengatasi
masalah dana ini perlu diadakan kegiatan yang lebih menasional sehingga IATMI Pusat dapat membantu. “Kami mengusulkan agar Komisariat dibantu, misalnya dipinjami modal”, katanya. Selain itu menurut Gunung, perlu adanya komitmen. Hal ini terkait dengan kondisi keanggotaan saat ini, antara lain anggota yang makin heterogen, bukan berasal dari TM saja. Untuk membahas semua kendala dan sekaligus membangkitkan gairah mereka itulah, antara lain raker ini digebrak. Masing-masing komisariat tampil mempresentasikan programnya. Cirebon yang relatif dekat ke Pusat dan memiliki anggota terkonsentrasi ternyata tak bisa berbuat banyak. Kurangnya sosialisasi keanggotaan IATMI, membuat jumlah anggota tidak bertambah. Karena itu pengurus punya rencana meningkatkan minat menjadi anggota IATMI dengan target minimal 50 orang tahun ini. Selain itu Komda merencanakan memberikan reward kepada siswa berprestasi yang lulus masuk departemen teknik perminyakan pada perguruan tinggi yang punya reputasi. Tak dapat disangkal, dari waktu ke waktu Komisariat Jakarta sangat berperan menghidupkan IATMI. Keberadaannya di ibukota negara yang strategis, membuat komisariat ini bagai tidak menghadapi kendala. Mengikuti pendahulunya, ketua yang sekarang Agus Sulistyo ingin memanfaatkan keuntungan ini (baca : Cerita Sukses 3-U di Jakarta). Berbagai kegiatan akan dilakukan. Visinya, bekerja secara sukarela untuk memajukan Indonesia, perminyakan di Indonesia dan menjadi komisariat yang terbaik dengan meningkatkan kontribusi bagi anggota, bangsa dan negara. Dalam soal dana, menurut Agus, sponsor selama ini cukup lancar karena keberadaan IATMI yang dekat dengan kantor-kantor pusat pemerintahan dan swasta. Namun untuk iuran anggota, sama seperti yang lainnya IATMI Jakarta juga belum berhasil. Dalam jangka panjang, periode sekarang digunakan untuk evaluasi dan konsolidasi serta meletakkan fondasi. Diharapkan sepuluh tahun ke depan komisariat ini berkembang menjadi kelas dunia. Komisariat Riau diwakili oleh Sekjen Irwan Kurniawan. Riau yang anggotanya banyak terkumpul dalam satu perusahaan ternyata juga tak bisa memanfaatkan keuntungan ini. Masalahnya hampir sama. Namun Riau bercita-cita menjadi komisariat terdepan dan aktif melakukan
terobosan serta membangun terbentuknya suasana yang kondusif bagi anggota untuk sharing innovation di bidang migas. Komisariat Sumbagsel menyiapkan program kerja yang memfokuskan pada pengembangan pengetahuan migas bagi pelajar, diikuti dengan peninjauan ke lapangan. Lain lagi Sumbagut. Untuk fondasi dan konsolidasi organisasi komisariat ini melakukan pendataan anggota dan registrasi calon anggota serta restrukturisasi organisasi. Bulan Juli ini diharapkan seluruh anggota komisariat Sumbagut sudah mendapatkan kartu anggota. Berikutnya disiapkan sejumlah kegiatan in-house training, guest lecturer, seminar/simposium dan beberapa aktifitas lain. “Persoalan dana memang menjadi hal yang klasik, tetapi tetap saja yang utama adalah komitmen pengurus dan kemampuan menggalang kohesivitas antar anggota”, kata ketuanya, Hendra Jaya. Dari segi demografi anggota Sumbagut mempunyai ciri khas. “Kami sebenarnya memang diuntungkan oleh keanggotaan yang relatif homogen dalam hal latar belakang perusahaan tempat bekerja sehingga lebih mudah dalam kordinasi meskipun secara jarak tetap saja ada kendala karena tersebar di beberapa field”, kata Hendra pula. D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah dalam jangka pendek membentuk kelompok kerja memberi sumbangan saran kepada pemerintah dan masyarakat. Menurut ketuanya, Aris Buntoro, komisariat ini mengandalkan Seksi Mahasiswa yang aktif mengadakan English Research and Study dan memprakarsai majalah dinding. Komisariat ini juga ingin meningkatkan kepedulian masyarakat pada masalah K-3 dan hemat energi. IATMI Timur Tengah alias Middle East (ME ) adalah komisariat paling luas dengan moto winning the race beyond a geographical creativity. “Sebagai komisariat baru kami melihat persoalan dana dan komitmen merupakan kendala alamiah suatu organisasi profesi nirlaba”, kata ketuanya, Rini Soegiyono. Menurutnya, perangkat organisasi, misi dan program serta strategi komunikasi Komisariat ME memang disiapkan untuk menanggulangi kendala tadi. “Kendala komitmen saya kira banyak terkait dengan manajemen waktu antara tugas utama sebagai profesional di tempat kerja dan tugas sukarela terhadap IATMI”, katanya
Suasana Raker
menanggapi sinyalemen Gunung Sardjono. Terpencarnya pengurus di berbagai negara baginya bukan kendala. “Saya percaya dengan komunikasi antar komisariat negara (country chapters) di ME dan IATMI Pusat, kami dapat menjaga komitmen yang sudah terhimpun”.
kuartal musim panas (Juni-September) bisa mencapai 50-60 derajat Celsius. Saat itu pula para anggota biasanya pulang kampung ke tanah air sehingga Komisariat ME seolah mati suri. “Praktis kami hanya memanfaatkan tiga kuartal dalam setahun”, tutur Rini.
Bagi Rini menghimpun anggota tidak sulit. “Sebetulnya daya tarik IATMI itu ada pada AD/ART yang menjelaskan kualifikasi keanggotaan, visi dan misi organisasi”. Agaknya faktor keberadaan di negeri orang menjadi nilai tambah. Kata kunci yang digunakannya sangat simpel yaitu “warga negara Indonesia yang bekerja atau berminat di bidang migas”, yang kemudian dikawinkannya dengan “semangat kebangsaan” dan “minat”.
Dalam raker ini semua program disinkronkan dengan program kerja Pengurus Pusat. Hasilnya akan disebarkan ke seluruh anggota IATMI “Dengan demikian semua anggota dapat memonitor kapan ada kegiatan Pusat maupun Komisariat”, kata Gunung pula. Sayangnya, komisariat-komisariat Kalimantan Timur, Kuala Lumpur dan Houston karena berbagai alasan tidak dapat hadir. Sementara Bandung - tempat berkumpulnya pakar dan akademisi perminyakan, justru tak siap dengan program kerja walau mengirim utusan.***
Sebaliknya kendala yang dihadapi juga sangat khas yaitu cuaca. Lho ? Rupanya suhu udara kawasan Timur Tengah pada
CERITA SUKSES 3-U DI JAKARTA ‘Bak melihat air dalam gelas, kondisi Komisariat Jakarta yang dekat dengan segala kegiatan perminyakan bisa dianggap menguntungkan. Di sini berkumpul pucuk pimpinan pemerintah, perusahaan, para pakar dan lain-lain. Ibaratnya untuk melakukan kegiatan cukup dengan kerdipan mata. Tapi tunggu, tidak semudah itu. Ketersediaan segalanya bukan jaminan. “Yang dihadapi pengurus adalah kesibukan masing-masing anggota”, tutur Sugembong CF, yang Ketua Komisariat Jakarta periode 2004-2006. Mereka umumnya sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Untung Gembong punya kiat khusus. “Yang penting menjaga semangat. Untuk itu kita adakan meeting secara rutin”, tuturnya. Pengurus diberi kebebasan berpendapat dan berkreasi. Sengaja mereka mengadakan meeting pada waktu jam makan. “Selain kenyang kami bisa melakukan program-program sesuai rencana”, katanya.
Ia juga sepakat bahwa komitmen dan motivasi sangat perlu dimiliki. Sugembong punya “3U yaitu maU, taU dan mampU”. Kalau mau, kita bisa melakukan segalanya termasuk berusaha mencari dana. Kalau tahu, kita akan mudah melakukan sesuatu. “Jadi 3U merupakan hal yang penting bagi Komisariat Jakarta saat itu dan bisa juga dilakukan untuk saat yang akan datang”, katanya pula. Selain sukses melaksanakan empat kali luncheon talk dengan berbagai topik. Komisariat Jakarta menonjol dalam membangun Seksi Mahasiswa UI dan Trisakti. Yang paling hebat, tim mahasiswa Trisakti asuhan mereka keluar sebagai juara II Student Paper Contest 2004 dan bahkan memborong semua gelar pada Student Contest 2005 dan kemudian menjuarai Workshop Contest 2006.***
KEGIATAN IATMI DI NEGERI JIRAN Tak banyak yang tahu bahwa rekan-rekan anggota IATMI di negara tetangga Malaysia, khususnya di sekitar kota Kuala Lumpur, sudah cukup lama aktif menyelenggarakan kegiatan. Kendala komunikasi agaknya membuat anggota IATMI di Indonesia tak pernah mendengar apapun tentang Komisariat IATMI Kuala Lumpur (IATMI-KL) ini. Organisasi IATMI-KL lahir pada 4 Maret 2003 ketika beberapa orang profesional perminyakan yang bekerja di Malaysia berkumpul dan merasa perlu membentuk wadah. Acara peresmiannya ketika itu dihadiri oleh wakil IATMI Pusat Untung Suryanto dan dihadiri pula oleh Atase Pendidikan & Kebudayaan KBRI Dr. Muchlis R. Luddin. Ketika kepengurusan berganti pada tahun 2006, dari Jakarta datang Ketua Umum IATMI saat itu Kun Kurnely. Kini wadah yang semula beranggota duapuluhan orang sudah mencapai 127 orang. Di negeri jiran ini mereka bekerja di berbagai perusahaan, mulai dari Petronas, RML, Halliburton, Shell, Murphy Oil, Exxon, Schlumberger, Amerada Hess, Germanischer Lloyd, Ranhill Worley,
Tarik tambang
Pesta musik IATMI-KL
Pada mulanya pertemuan-pertemuan dilakukan di Restoran Malindo, tapi dengan bertambahnya jumlah anggota dibutuhkan tempat yang lebih luas. Kini kegiatan beralih ke Kampung Warisan Café. Jumlah anggota terus bertambah. Apalagi sejak dibuatnya mailing list, hubungan silaturahmi antar anggota pun semakin menjadi erat walau masih terbatas di dunia maya.
Di antara beberapa topik yang pernah dibahas adalah”Reservoir Pressure Data – Understanding and Application”, “Tips & Trick of Geological Modeling”, “Info Terkini Lumpur Sidoarjo”. Topik-topik lain yang sedang hangat juga dibahas seperti “Tips Seputar CV & Proses Interview”, atau - yang terakhir pada 20 April 2007 lalu dalam silaturahmi IATMI-KL dan KBRI, dibicarakan topik “Seputar Permasalahan Paspor”.
Keberadaan IATMI-KL memang dirasakan sangat membantu mempererat silaturahmi anggota yang jauh dari kampung halamannya. Karena itu setiap tahun acara Family Gathering (FG) selalu ditunggutunggu oleh seluruh anggota beserta keluarga mereka. Pada FG 2006 yang diselenggarakan di Selesa Hill Resort hadir 22 keluarga yang terdiri dari 250 orang.
Selain itu IATMI-KL juga menyelenggarakan kegiatan rekreasi keluarga dengan mengadakan lomba nyanyi IATMI-KL Idols dan IATMI-KL Akademi Fantasia. Di bidang olahraga mereka bergiat dalam klub-klub di cabang-cabang sepakbola, bulutangkis, tenis dan golf.
Family Gathering IATMI-KL
KMC, Paradigm, CSMP, PCPP, Uzma dan Roxar. Sejak 2006 IATMI-KL dipimpin oleh Teguh Prasetyo (Murphy) sebagai ketua dengan wakil Bernato Viratno (Petronas). Sekretarisnya adalah Morry Infra (Petronas) sedang bendahara dijabat oleh Rahmat Wibisono (Schlumberger). Anggota pengurus lainnya adalah Rovicky Putrohari (Hess), Muhammad Fauzi (RML), Soenaryoto (Murphy), Danu Ismadi (Hess), A. Latief (RML), Muda Prasetyawan (Shell), Supriyadi Sulimin (RML), Bambang Manumayoso (PCPP), Jogi Basoeki (Petronas) dan Herry Maulana (Murphy).
Sebagai asosiasi profesi beranggotakan ahli-ahli perminyakan dari berbagai perusahaan minyak di Malaysia, IATMI-KL sangat faham pentingnya berbagi informasi. Sejak awal mereka rajin menyelenggarakan diskusi ilmiah. Bahkan sejak tahun lalu agar lebih mandiri dan dapat melakukan kegiatan secara kontinu, dengan dana dari anggota, IATMI-KL membeli perangkat proyektor, layar serta sound systems. Diskusi semiilmiah pun makin marak dan kemudian lebih populer dengan nama IATMI-KL Evening Talk. Forum ini juga menjadi ajang silaturahmi. Sejak itu IATMI-KL telah delapan kali menyelenggarakan pertemuan
Perkumpulan orang perantauan ini ternyata juga aktif di bidang sosial. Mereka cukup peduli akan kejadian di negeri sendiri antara lain dengan ikut membantu korban gempa di Yogya, banjir di Jakarta, dan gempa di Sumatera Barat. Anggota IATMI-KL juga memiliki program bantuan guna membiayai anak-anak yang kurang mampu di Batam. Sejak 2005 hingga kini mereka telah menyediakan bantuan bagi 22 anak yang dikirimi uang setiap bulan. Kaum musliminnya juga memiliki forum pengajian yang secara rutin mengadakan pengajian dan ceramah agama secara berpindah-pindah.*** (Bahan : Buletin IATMI-KL)
(Profesionalisme.... sambungan hal 2)
Kesetiaan kepada satu perusahaan dengan iming-iming career planning, corporate culture, apalagi “berbakti kepada negara” menjadi tidak relevan dengan berkembangnya kebutuhan hidup. “Tuduhan bahwa orientasi benefit semakin kuat dan sulit disangkal”, katanya mengakui. Karena itu, bagi Rini – mantan karyawan ARCO dan Pertamina yang telah lima tahun berkarir di Dubai, Uni Emirat Arab - keahlian atau pengalaman itu hendaknya diberikan untuk kemashalatan profesi dan industri dimana ia bekerja pada khususnya dan kemashalatan umat manusia, masyarakat dan dunia pada umumnya. Lalu, bagaimana IATMI? Menurut Madjedi yang ikut membidani lahirnya IATMI, “Bagi IATMI, profesionalisme adalah sesuatu berkaitan dengan bagaimana seorang ahli teknik perminyakan berkiprah dan berperilaku dalam pekerjaannya dan sebagai individu dalam masyarakat, termasuk bagaimana pelanggan, mitra kerja atau atasannya memberi penghargaan atas pekerjaannya dan pengakuan atas sumbangannya dalam memanfaatkan
ilmunya dan produk-produk teknik untuk dimanfaatkan oleh masyarakat”. “Jadi profesionalisme seorang anggota IATMI tentu adalah mereka yang mampu melakukan - dalam bidang tugasnya masing-masing - sesuai dengan pemintaan, dan dengan kualitas yang memenuhi standar serta dilakukan dengan cepat”, kata Rudi Rubiandini. Hal ini bisa terjadi kalau seseorang tersebut minimal memiliki ilmu dan pengalaman di bidangnya. “Ia harus bekerja mengedepankan kualitas hasil, dan melakukannya sesuai kelayakannya atau lebih cepat”, kata Rudi pula. Kembali ke soal pekerjaan Zuhdi Pane berkata, “Sebaiknya seorang profesional memposisikan dirinya easy to sell”. Kuncinya, “switch at the right moment”, tambahnya pula. “Keberanian seseorang untuk switch itu yang menjadikan seseorang jadi besar”, katanya mengacu pada Ibnu Sutowo, seorang dokter medik yang kemudian membesarkan Pertamina. Menurut Madjedi Hasan lagi, dalam abad ke-20 kita masih dapat mengikuti teknologi dengan berjalan dan tidak kehilangan posisi. “Tetapi tidak demikian di abad ke-21 di
mana kemajuan teknologi berlari lebih cepat.Teknologi telah mengubah dunia dengan kecepatan cahaya,” katanya.”Apabila tak bersedia memberikan komitmen untuk perbaikan, kita akan rugi sendiri”. Masih ada yang harus diperhatikan oleh para profesional.”Asas yang terpendam dalam profesionalisme ini adalah etika dan kejujuran”, katanya. Selain itu, komitmen untuk mau terus belajar atau stay abreast dengan perubahan yang terus terjadi dalam bidang ilmu, teknologi dan peralatan adalah esensial untuk memastikan mutu yang tinggi dalam memberikan pelayanan dan demi kemajuan ilmu Atribut lainnya adalah menyelesaikan tugas dengan baik, semua hasil pekerjaan diterima dengan baik dan rasa kesetiakawanan sesama profesi. “Tantangan yang dihadapi dalam profesionalisme adalah antara lain penyalahgunaan wewenang, pelanggaran kepercayaan (breach of confidentiality), arogansi, dan kurang memiliki kesadaran dalam memenuhi tanggung jawab”, ungkap Madjedi pula. Bila semua itu telah dipenuhi, maka seperti kata Zuhdi Pane, “tak usah ragu akan disebut profesional atau bukan”. Begitulah.***
MAIN GOLF DI SUMUT DAN PEMILIHAN PENGURUS DI SUMSEL Lagan Hill Golf Club Pertamina Pangkalan Berandan, Minggu 11 Juni 2007, menjadi ajang pertemuan dan silaturahmi anggota IATMI Komisariat Sumatera Bagian Utara (Sumbagut). Acara bertajuk “Friendly Golf & Ramah Tamah IATMI Komisariat Sumbagut” itu dimulai dengan bermain golf bersama pukul 13.30. Meskipun umumnya berhandicap di atas 20an dan yang bermain hanya 6 flight, tetapi semangat mereka ikut menyemarakkan pertandingan golf ini. Banyak kelucuan terjadi di lapangan, mulai dari anggota yang hanya ‘aerobik’ karena melengkapi pairing tanpa membawa stick golf sampai anggota yang sudah setahun tidak bermain sehingga lupa pada sticknya sendiri dan tidak mampu menyelesaikan 18 hole. Setelah beristirahat satu jam sambil menikmati kudapan sore khas melayu, acara dimulai dengan makan malam-bersama dilanjutkan sambutan dan presentasi Ketua IATMI Komisariat Sumbagut, Hendra Jaya. Dalam penjelasan mengenai organisasi, visi dan misi serta tujuan IATMI, Hendra Jaya memaparkan program kerja dan kalender kegiatan Komisariat Sumbagut. Acara ramah tamah yang juga dihadiri manajemen Pertamina Unit Pengolahan
Sugriwan Soedarmo, Herutama Trikoranto, Nengah Suabdi, Kuswo Wahyono dan C.F. Sugembong
Pangkalan Berandan tersebut diselingi dengan pembagian hadiah pemenang pertandingan golf, lucky draw dan spontanitas menyanyi yang memang merupakan hobi sebagian besar anggota IATMI. Pukul 22.30 acara ditutup dengan goyang Sajojo, Poco-Poco dan lagu dangdut populer, My Sister.
Anggota pengurus lainnya adalah: Sekretaris Umum Ambar Rachmanto (EP), Bendahara Ekariza (EP) dan Ketua I Oji Malik (Talisman OK) dan Ketua II Defrian Basya Siregar (EP). Pengurus yang berjumlah 49 orang ini juga dilengkapi dengan Kordinator Wilayah dan Kordinator Bidang.
Komisariat Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) juga tak mau kalah. Setelah lebih setahun sepi kegiatan, komisariat ini menyelengggarakan pemilihan pengurus dan seminar di Hotel Horizon Palembang, 14 Juni 2007. Melalui seleksi dan voting ketat dalam acara yang dihadiri Pengurus IATMI Pusat, terpilih Ketua Umum baru I Nengah Suabdi dari Pertamina (EP) dan Wakil Ketua Herutama Trikoranto (EP).
Malam itu Pengurus langsung dilantik oleh Ketua Umum IATMI Kuswo Wahyono Acara kemudian dilanjutkan dengan seminar membahas tiga topik: Prospek Pengembangan Energi di Sumbagsel (I Nengah Suabdi), AFE (Kuswo Wahyono) dan Transformational Leadership in the New Era (CF Sugembong)*** (Bahan: Hendra Jaya, Pangkalan Berandan dan Sugriwan Soedarmo, Palembang).
Dari Redaksi
* Tanpa mengusik perhatian, Sinang Bulawan diam-diam masuk ruangan raker bulan Mei l a l u . Bendahara yang tak banyak bicara ini memilih duduk di k u r s i barisan belakang. Saat itu diskusi yang ditengarai Ketua Umum Kuswo Wahyono membahas kendala yang dihadapi komisariat, khususnya masalah dana. Ketika itulah Pak Ketua memperkenalkan sang Bendahara yang tampil rapi berbaju batik itu. Begitu berdiri, Pak Sinang pun mengatakan, “Saya sediakan Rp 25 juta buat tiap komisariat”. Kontan disambut tepuk tangan meriah oleh wakil-wakil komisariat yang hadir. Bantuan dengan persetujuan Ketua IATMI itu tentu tidak begitu saja dikucurkan. “Syaratnya, ajukan proposal lengkapi dulu program kerja”, kata Pak Bendahara pula. Nah. * Tinggal di negeri orang, konon, harus pintar-pintar membawa diri agar bisa survived. Agaknya hal itu yang membuat rekan-rekan IATMI Middle East cekatan memutar otak, termasuk dalam mencari dana. Ketika sang Ketua, Rini Soegiyono menghadiri Raker Komisariat di Jakara 25 Mei lalu, selain menjinjing laptop ia datang
swadaya di antara anggota. Di luar ruangan raker, selain membagi-bagikan kurma “asli Arab” yang katanya “bagus buat penyakit DBD”, Rini menggelar semua barang itu untuk kemudian dilelang. Fund raising cara ini sukses, sehingga anggota-anggota komisariat ME tak perlu repot lagi membayar kewajiban iuran. “Hasil lelang sangat memuaskan, anggota kami yang 140 orang bisa memenuhi kewajiban mereka”, kata wanita berjilbab yang selalu tidak segan-segan mengemukakan pendapat dan komentarnya itu. Di antara barang yang dilelang, Pak Kuswo berhak atas topi, “The Captain Cap” yang dimenangkannya.
Redaksi
JADWAL PELATIHAN YAYASAN IATMI 9 - 13 Juli 2007 - Plan of Development (POD) - Teknik Pemboran (Teori dan Praktek) - Environmental Control in Petroleum Eng Operation 16 - 20 Juli 2007 - Optimasi Produksi dengan Metoda Nodal Analisis - Analysis of Horizontal Wells Formation Damage Handling
* Anggota IATMI ternyata tidak hanya mampu berprestasi dalam masalah perminyakan tetapi juga berempati terhadap perkembangan kreativitas anak-anak keluarga ekonomi lemah. Pada 28 April 2007, IATMI bekerjasama dengan KBPM BPMigas dan Ikatan Guru Taman Kanakkanak se-Indonesia (IGTKI) berpartisipasi membantu penyelenggaraan lomba melukis, seni tari, olahraga bola keranjang dan demonstrasi drumband di Kecamatan Tanah Abang. Hadir dalam acara itu Executive Manager Iesye Martini, Camat Tanah Abang, Ketua IGTKI Ibu Efrida Hanum. (Bahan: Iesye Martini)
membawa berbagai cendera mata produk negara-negara Timur Tengah. Ada abaya, boneka, kaos oblong, syaal, dan suvenir lain. Konon semua ini dikumpulkan secara
Akhir Juli kita semua akan berkumpul lagi dalam Simposium Nasional IATMI 2007 di Yogyakarta. Panitia telah bekerja keras menyiapkan acara bertema “Profesionalisme IATMI dalam Mendukung Program Pemerintah untuk Sustainability Produksi Migas”. Menyambut acara itu, Buletin IATMI kali ini memuat artikel tentang “profesionalisme” dengan mengutip komentar dan pendapat beberapa tokoh senior perminyakan. Mudahmudahan ada gunanya bagi kita semua. Bulan lalu berlangsung Raker Komisariat di Jakarta. Berbagai program, rencana dan kendala terungkap dan dibicarakan blak-blakan dalam forum itu. Semua berharap, kinerja komisariat akan lebih mencuat dan memberi manfaat kepada para anggota. Dalam nomor ini bisa kita ikuti pula kegiatan rekan-rekan di Kuala Lumpur, Pangkalan Berandan dan Palembang. Mohon maaf edisi ini sengaja diterbitkan agak terlambat agar dapat menampung info paling mutakhir dari persiapan menjelang Simnas 2007. Selamat membaca,
30 Juli - 3 Agustus 2007 - Re-orientasi untuk memasuki Masa Purnabakti 20 - 24 Agustus 2007 - Well Completion and Workover 27 - 31 Agustus 2007 - Pengembangan Fasilitas Produksi MArginal Field - PE for Non Petroleum Engineer 3 - 7 September 2007 - Res. Mngt. and Res. Optimization Concepts - Open Hole Formation Evaluation - 1 - Gas Lift Design Calculation and Optimization hubungi: Bambang Pudjianto - 0816911959 Herry Hermawan - 081578726088
REDAKSI Penasehat : Kuswo Wahyono Koordinator : Sugembong C.F. Redaktur Pelaksana : Renville Almatsier Tata Muka & Foto : Abdul Manan Ophy Irawan Alamat Redaksi : Pertamina Sport Complex, Gd. IPC Lt.2 Jl. Teuku Nyak Arif (Sinabung II Terusan) Simpruk - Jakarta 12220 Telp/Fax : 021 - 7264764 Email :
[email protected] www.iatmi.or.id