Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017
DAYA TETAS DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN GURAMI PADA PADAT TEBAR YANG BERBEDA
HATCHED ABILITY AND GOURAMY LARVAE SURVIVAL ON DIFFERENT STOCKING DENSITY 1) 1,2,3)Fakultas
Yulizar Ulpah,2)Muhammad Adriani, 3)Akhmad Murjani
Perikanan dan Kelautan Program Studi BP ULM, Jalan A.Yani Km 36,5 Simp 4, Banjarbaru, Indonesia
E-Mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan penetasan telur dan kelangsungan hidup larva ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) dengan padat penebaran telur yang berbeda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk parameter daya tetas telur, terbaik pada perlakuan B (98,91%), diduga karena telur yang ditetaskan kualitasnya lebih baik (berwarna transfaran dan cerah), dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan kelangsungan hidup larva yang tebaik diperoleh pada perlakuan C (76,61%), hal ini di duga karena kualitas air media pemeliharaan larva terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya, yang ditunjukkan oleh kadar amoniak yang terendah. Hasil uji statistik terhadap data yang diperolehi menyatakan bahwa padat penebaran tidak berpengaruh nyata terhadap daya tetas telur dan tingkat kelangsungan hidup larva ikan gurami, sehingga hasil penelitian ini menyimpulkan untuk terima hipotesis H 0 dan tolak hipotesis H1 . Kata Kunci : gurami, padat penebaran, daya tetas dan kelangsungan hidup.
ABSTRACT This research aimed to find out the success of hatching eggs and survival of gouramy (Osphronemus gouramy Lac.)larvae with a different stocking density of eggs.The results showed that the besthatching eggs parameter wason treatment B (98.91%). It was estimated due to the quality of the hatched eggs were better (transparent and bright color) than other treatments. While the best larvae survival was obtained on treatment C (76.61%), this was presumably because the water quality of larvae rearing media were betterthan other treatments, which was indicated by the lowest levels of ammonia. Statistical test results of data obtained stated that the stocking density did not affect hatched ability of eggs and survival rate of larvae gouramy. Thus, the results of this research concluded to accept H0 and reject the hypothesis H1. Keywords : gouramy, stocking density, hatching and survival rate
1
Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017
telur serta kualitas telur yang dihasilkan.Penetasan
PENDAHULUAN Ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
telur ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
merupakan salah satu ikan konsumsi air tawar
sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir untuk
yang telah lama dikenal di Indonesia. Selain itu
menjamin ketersediaan oksigen terlarut dan
penyebaran ikan gurami (Osphronemus gouramy
penggantian air yang kotor akibat pembusukan
Lac.) kini semakin jauh, adapun untuk penyebaran
telur yang tidak terbuahi. Adapun salah satu
ikan
Malaysia,
faktor penentu keberhasilan penetasan telur ikan
Kamboja,Vietnam, India, Pakistan, Srilangka,
yaitu dipengaruhi oleh kualitas air diantaranya
Filipina dan sekitar Indo Pasifik.
suhu dan oksigen terlarut. Dilihat dari salah satu
ini
meliputi
Thailand,
Pertumbuhan ikan gurami (Osphronemus gouramy
lambat.
penetasan telur, maka perlu dilakukan pengujian
Kematangan kelamin mulai terjadi pada usia
terhadap pengaruh kepadatan penebaran telur ikan
sekitar dua tahun. Lamanya masa pertumbuhan ini
gurami (Osphronemus gouramy Lac.) terhadap
banyak membuat para petani menjadi kurang
daya tetas dan kelangsungan hidup larva ikan
berminat untuk membudidayakannya.Namun pada
gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
beberapa
Lac.)
tahun
tergolong
terakhir,
sangat
faktor yang mempengaruhi keberasilan dalam
ikan
ini
menjadi
Perumusan masalah yang terlihat yakni padat
primadona ikan konsumsi air tawar yang memiliki
tebar merupakan faktor pembatas yang dapat
nilai jual sangat tinggi, disamping karena rasanya
mempengaruh
laju
lezat dan empuk serta pemeliharaannya cukup
kelangsungan
hidup,
mudah.
produksi dan produksi per satuan waktu terhadap
Pada pembudidayaan gurami (Osphronemus
ikan
yang
pertumbuhan, kualitas
dipelihara
tingkat
larva,
biaya
(Yuliantidkk.,2003).
gouramy Lac.), usaha pembenihan memegang
Selanjutnya menurut Hepher dan Pruginin
peranan penting dalam menyediakan benih yang
(1981),
akan dibesarkan sampai ukuran konsumsi. Selama
kepadatan
ini, salah satu kendala terbesar dalam usaha
pertumbuhan
pembenihan
pertumbuhan akan terhenti.
Lac.)
di
gurami kolam
(Osphronemus
dan
diikuti pada
peningkatan
dengan
penurunan
kepadatan
tertentu
Berdasarkan hasil uji coba Balai Perikanan
mortalitas, terutama dari telur sampai benih
Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin
berukuran 1 cm.
terhadap kegiatan
penetasan
telur
ikan
gurami
budidaya
(Osphronemus gouramy Lac.) dengan kepadatan
ditentukan dari keberhasilan dalam penetasan
1000 butir/72 liter air menurut Standart Nasional
2
suatu
tingginya
akan
bahwa
tingkat
Keberhasilan
adalah
gouramy
menyatakan
Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017
Indonesia (SNI) No. 01-6485.3-2000 Diperoleh
Manajemen Penelitian
tingkat keberhasilan penetasan sebesar 75%. Jika
Manajemen
penelitian
yang
pertama
kepadatan telur ikan gurami ditingkatkan menjadi
dilakukan yaitu persiapan alat dan bahan yaitu
lebih dari 1000 butir/72 liter air juga akan
menyiapkan akuarium berukuran 60 cm x 40 cm x
memberikan tingkat keberhasilan penetasan yang
45 cm yang akan digunakan sebagai tempat
sama.
penetasan telur ikan gurami serta juga digunakan
Tujuan
penelitian
adalah
mengetahui
untuk pemeliharaan larva.
keberhasilan penetasan telur dan kelangsungan
Air yang digunakan dalam penetasan telur
hidup ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
ikan gurami yaitu bersumber dari air sumur yang
dengan padat penebaran telur yang berbeda.
sudah diendapkan.Sebelum telur ikan gurami ditebar
METODOLOGI
kedalam
akuarium
terlebih
dahulu
dilakukan pengukuran terhadap kualitas airnya
Waktu dan Tempat
untuk mengetahui serta menjaga kestabilan
Penelitian ini dilakukan di Balai Perikanan
kondisi airnya. Langkah selanjutnya menetaskan telur ikan
Budidaya Air Tawar (BPBAT), Mandiangin Kalimantan
gurami.Telur yang digunakan dalam penelitian ini
persiapan
berasal dari Balai Perikanan Budidaya Air Tawar
hingga penyusunan laporan memerlukan waktu ±
(BPBAT) Mandiangin. Adapun jumlah telur yang
4 bulan.
diperlukan yaitu sebanyak 13.500 butir telur ikan
Alat dan Bahan
gurami yang telah terbuahi akan menjadi obyek
Kabupaten
Banjar
Selatan.Secara
Provinsi
keseluruhan
masa
Alat dan bahan yang digunakan dalam
penelitian dan pengamatan yaitu dengan padat
penelitian ini adalah; akuarium, alat sipon, aerator, tebar berbeda diantaranya 1000, 1500 dan 2000 alat tulis, mesin pompa, saringan teh, gelas ukur, butir/72 liter air. Ada beberapa parameter kualitas air yang
selang, label nama, baskom dan gayung, pH dan DO
Meter,
spectofotometer,
Corong
kaca
piramida, induk ikan gurami jantan ukuran 2,6 kg (3 ekor), induk ikan gurami betina ukuran 1,73 kg (9ekor), telur ikan gurami sebanyak 13.500, artemia sebanyak 300 gr, air sumur, garam sebanyak 8 kg, larva ikan gurami.
3
dianggap penting dan perlu diperhatikan sebelum penebaran telur dilakukan diantaranya suhu, pH, DO
dan
NH3,
sehingga
perlu
dilakukan
pengukuran terlebih dahulu. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui perubahan kualitas air
selama
masa
pemeliharaan.
Adapun
Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017
1.
C
1
2.
B
3
3.
A
1
menghasilkan 9 unit percobaan (tata letak unit percobaan, lihat Gambar 1).
4.
C
2
5.
A
3
6.
A
2
7.
B
1
8.
B
2
9.
C
3
pengukuran kualitas air ini dilakukan 2 kali yaitu
Pada penelitian kali ini ada beberapa yang
Parameter pengamatan utama adalah Daya tetas telur
danKelangsungan hidup (Survival
Rate) larva ikan gurami (Osphronemus gouramy
pada awal dan akhir penelitian.
pengamatan
Gambar 1. Penempatan masing-masing perlakuan
dilakukan
diantaranya
pengamatan terhadap daya tetas telur ikan
Lac.).Sedangkan parameter penunjang yang juga turut diamati yaitu pengukuran kualitas air yang meliputi suhu, DO, pH dan NH3. Daya tetas adalah persentase jumlah telur
gurami, tingkat kelangsungan hidup larva yang menetas (larva) dari sejumlah telur yang ikan gurami dan kualitas air yang meliputi dibuahi. Daya tetas telur ditentukan dengan suhu, oksigen terlarut (DO), derajat keasaman menggunakan rumus Kestemont (1988) : Jumlah telur yang menetas
(pH) dan amoniak (NH3) yang akan diamati
Daya tetas (%) = --------------------------------- x 100 (1)
pada awal dan akhir penelitian.
Jumlah telur yang dibuahi
Di dalam penelitian ini, perlakuan yang digunakan adalah
perikanan
Perlakuan A : Padat penebaran 1000 butir/72 liter air
butir/72 liter air
kelulushidupan
merupakan
organisme
indeks
akuatik hidup
seperti
dinyatakan
dalam presentase dari semua jumlah ikan yang hidup seelama masa pemeliharaan dalam jangka
Perlakuan C : Padat penebaran 2000 butir/72 liter air perlakuan
budidaya
ikan/udang.Kelangsungan
Perlakuan B : Padat penebaran 1500
Ulangan
Kelangsungan hidup (Survival rate) dalam
waktu
tertentu.
Menurut
Zairin
(2002)kelangsungan hidup ikan dapat dihitung sebanyak
3
denganmenggunakan rumus sebagai berikut :
kali.Penempatan masing–masing perlakuan dan ulangan dilakukan secara acak.
Nt SR =
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan (A, B, C ) dengan 3 ulangan (1, 2, 3), sehingga akan
4
x 100 No
Keterangan : SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)
(2)
Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017
Nt
= Jumlah ikan uji pada akhir pemeliharaan
Telur dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan
(ekor)
Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)
No = Jumlah ikan uji pada awal pemeliharaan (Ekor)
Data
hasil
penelitian
yang
diperoleh,
mempunyai kemungkinan untukbersifat tidak
Pengukuran
kualitas
air
menjadi
data
penunjang dalam penelitian ini. Parameter yang
normal akibat adanya variasi lapangan atau kesalahan yang timbul akibat perlakuan, maka data tersebut perlu diuji kenormalannya dengan
diamati seperti pada Tabel 1.
uji Lilliefors dengan kaidah sebagai berikut : Tabel 1. Jenis parameter, Satuan Alat Ukur dan
≤ α (n), terima H0 data normal
Metode Pengukura Kualitas Air Jika L hitung N o Parameter Satuan A l a t U k u r
M e t o d e
>α (n), tolak H0 data tidak normal
1 .
S u h u
O
C
H o r i b a
Pemua ia n
2 .
D
O
Pp m
H o r i b a
Potensiometrik
ragam, menggunakan uji homogenitas Bartlett
3 .
p
H
-
H o r i b a
Elektroda
(Sudjana, 1992), dengan kaidah sebagai berikut :
4 .
Amoniak
mg/L
Spectofotometer
Spec-N essler
Selanjutnya
dilakukan
uji
homogenitas
≤ X2 (1 – α) (K – 1), terima H0 data homogen
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
masalah
penelitian
yang
mana
`
Jika X2 hitung
kebenarannya harus diuji secara empiris. Secara
> X2 (1 – α) (K – 1), tolak H0 data tidak homogen
teknis merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenaran dari data yang
Apabila data tersebut tidak normal atau tidak
diperoleh dari sampel penelitian dapat dikatakan
homogen, maka sebelum dianalisis keragamannya
sebagai suatu prediksi.
terlebih
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Berpengaruh Nyata Terhadap Daya Tetas Telur dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) Kepadatan
Telur
Yang
Berbeda
Berpengaruh Nyata Terhadap Daya Tetas
5
dilakukan
transformasi
data.Setelah asumsi di atas terpenuhi maka dilakukan analisis sidik ragam untuk mengetahui
Ho : Kepadatan Telur Yang Berbeda Tidak
H1 :
dahulu
ada
atau
tidak
ada
pengaruh
dari
tiap
perlakuan.Jika terjadi perbedaan yang nyata atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjutan, menurut Hanafiah (1993), uji lanjutan yang
Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017
diamati
bergantung
pada
nilai
koefisien
Gambar 2. Induk betina, induk jantan, telur dan larva ikan gurami
keragaman (KK) yang diperoleh. Menurut Hanafiah (1993), uji lanjutan harus
Daya Tetas Telur Penetasan merupakan peristiwa pada saat
memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. KK besar (> 10% pada kondisi homogen atau> 20% pada kondisi heterogen menggunakan uji lanjutan, Uji Wilayah Berganda Duncan). 2. KK sedang (5-10% bila homogen atau 10-20% bila heterogen menggunakan uji lanjutan Beda Nyata Terkecil). 3. KK kecil (< 5% bila homogen atau < 10% bila heterogen) menggunakan uji lanjutan Beda
embrio ikan keluar dari telur menjadi larva dan pertama kalinya berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Tabel 2. Rerata Daya Tetas Telur Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) U
l
a
n
g
a
n
Perlakuan A B C
1 98 ,9 % 98,73% 99 ,3 %
2 98,8% 98,87% 97,75%
3 98,6% 99,13% 98,1%
Jumlah
Rerata (%)
296,3 % 296,72% 295,15%
98,77 % 98,91 % 98,38 %
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016
Nyata Jujur (BNJ). Koefisien
keragaman
(KK)
yang
diperoleh
dengan rumus : KK = ( √KTG / Y ) x 100% . Keterangan : KK
= Koefisien keragaman
KTG = Kuadrat tengah galat Y
= Rerata grand total
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian terhadap daya tetas dan kelangsungan hidup ikan gurami divisualisasikan
Gambar 3. Grafik Rerata Daya Tetas Telur Ikan Gurami Selama pemeliharaan Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016
seperti pada gambar 2. Kelangsungan Hidup Tabel 3. Rerata Kelangsungan Hidup Larva Ikan Gurami U
l
a
n
g
a
n
Perlakuan
6
J u ml a h
Rerata (%)
1
2
3
A
89 ,89 %
40,18%
68,86%
198,92%
66,30%
B
74 ,48 %
62,37%
8,34%
145,17%
48,40%
Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017
C
76 ,64 %
62,81%
90,37%
229,8 %
76,6 %
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016
yakni98,90%,
kemudian
dilanjutkan
oleh
perlakuan A yakni sebesar 98,76% dan yang terendah perlakuan C yakni 98,38%. Rendahnya daya tetas pada perlakuan C diduga disebabkan oleh kualitas telur yang kurang baik, dimana telur yang sudah terserang jamur akan membahayakan telur yang lainnya. Berdasarkan pengamatan kasat mata selama masa penelitian terhadap semua perlakuan yang diberikan, terlihat bahwa pada perlakuan
C
warna
telur
yang
ditetaskan
kebanyakan berwarna kuning transfaran namun Gambar 4.Grafik Rerata Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan Gurami Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016
nampak agak pucat, sedangkan pada perlakuan yang lainnya terlihat berwarna kuning transparan yang cerah. Menurut Hardaningsih dan Ustadi (1994),
Pembahasan
telur gurami yang terbuahi berwarna kuning Daya Tetas Telur
transparan, sedangkan telur yang tidak terbuahi
Daya tetas telur ikan gurami (Osphronemus
berwarna putih keruh.Telur yang tidak terbuahi
gouramy Lac.) yang diperlakukan dengan padat
harus segera dibuang sehingga telur tersebut tidak
penebaran telur yang berbeda mengalami tingkat
ditumbuhi oleh jamur. Dimana jamur yang
daya tetas yang berbeda pula. Rata-rata daya tetas
tumbuh pada telur yang tidak terbuahi akan
telur ikan gurami berkisar antara 98,38% - berpotensi menyerang telur ikan gurami yang 98,90%, hasil tersebut juga menunjukkan bahwa lainnya. ketiga perlakuan tersebut menghasilkan daya tetas yang bagus bahkan melebihi hasil yang didapat dengan padat tebar yang sesuai SNI
No.01-
6485.3 - 2000 dengan padat tebar 1000 butir telur/72 liter air yang menghasilkan daya tetas sebanyak 75%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapat daya tetas tertinggi dihasilkan pada perlakuan B
7
Keberhasilan penetasan telur ikan gurami, sangat
dipengaruhi
oleh
beberapa
faktor,
diantaranya faktor yang berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internal yang dimaksud yaitu kualitas telur yang dihasilkan dari proses pemijahan. Sedangkan faktor eksternal adalah perlakuan selama proses penetasan serta kondisi lingkungan penetasan yang meliputi
Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017
kondisi wadah penetasan hingga kualitas air
menghasilkan daya tetas > 98% seperti pada hasil
penetasan telur ikan gurami (Anonim, 2016).
penelitian yang didapat.
Pada Gambar 3 menunjukkan bahwa padat penebaran telur yang berbeda tidak memberikan perbedaan terhadap daya tetas telur ikan gurami. Hasil
uji
Normalitas
Liliefors
pada
(Lampiran 4) terhadap daya tetas telur ikan
Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidupadalah kemampuan ikan untuk
hidup
dilingkungan
dan
berkembang
aslinya
maupun
biak,
baik
dilingkungan
buatan yang diatur sedemikian rupa sehingga
gurami diperoleh nilai Lmax (0,1079) < Ltabel 5% mampu membuat ikan untuk bertahan hidup (0,271) dan 1% (0,331) berarti data menyebar normal, dilanjutkan dengan hasil uji Homogenitas Ragam Barlett pada (Lampiran 5), menghasilkan data yang homogen, dimana nilai X
2
hitung
2
(4,874) < X tabel 5% (5,991) dan 1% (9,21). Berdasarkan keragaman
hasil
(ANOVA)
perhitungan pada
analisis
(Lampiran
layaknya di lingkungan asalnya. Berdasarkan Tabel 3 diatas, larva ikan gurami
yang
diperlakukan
penebaran
telur
yang
persentase
kelangsungan
dengan
berbeda hidup
padat
mengalami yang
tidak
berbeda. Rata-rata tingkat kelangsungan hidup
6),
larva ikan gurami berkisar antara 48,40 %-76,6%.
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dari
Hal ini menunjukkan bahwa kelangsungan hidup
tingkat daya tetas telur ikan gurami dilihat dari
dari ketiga perlakuan masih tergolong rendah.
Fhitung (0,91) < Ftabel 5% (5,14) dan 1% ( 10,92),
Persentase kelangsungan hidup tertinggi
berarti menolak H1 dan menerima H0 Artinya
diperoleh oleh perlakuan C, yakni (76,6%),
padat tebar telur yang berbeda tidak berpengaruh
tingginya hasil yang diperoleh oleh perlakuan C
nyata terhadap daya tetas telur ikan gurami.
(76,6%) menunjukkan bahwa dengan kepadatan
Adapun faktor yang menyebabkan padat tebar
2000 butir/72 liter air masih mampu untuk
telur yang berbeda tidak berpengaruh nyata
menghasilkan kelangsungan hidup larva yang
terhadap daya tetas telur ikan gurami yaitu karena
tinggi.
kualitas telur dan kualitas air pada kondisi yang
Sedangkan Gambar 4 diatas menunjukkan
baik. Dimana kualitas telur dan kualitas air
bahwa pada semua perlakuan memperlihatkan
merupakan faktor yang sangat berpengaruh
persentase kelangsungan hidup larva ikan gurami
terhadap
ikan
tidak ditentukkan oleh padat tebar telur. Terlihat
gurami. Sehingga jika kualitas air dan kualitas
dari perlakuan C dengan perlakuan 2000 butir/72
keberhasilan
penetasan
telur
telurnya baik maka dengan padat tebar 1000-2000 liter air memperoleh persentase kelangsungan butir/72
8
liter
air
masih
mampu
untuk
hidup larva tertinggi yakni sebesar 76,61%.
Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017
Selanjutnya disusul oleh perlakuan A yaitu
Ftabel 5% (5,14) dan 1% (10,92). Hal ini berarti
sebanyak 66,31% dan yang terendah yaitu pada
menolak H1 dan menerima H0.Artinya padat
perlakuan B yakni sebanyak 48,40%. Rendahnya
penebaran telur yang berbeda tidak berpengaruh
hasil yang diperoleh oleh perlakuan B disebabkan
nyata terhadap kelangsungan hidup larva ikan
oleh faktor kualitas air,yang mana kadar amoniak
gurami.Hal ini disebabkan oleh kualitas air untuk
pada perlakuan B memiliki kadar amoniak yang
parameter pH, DO dan suhu yang diperoleh dari
lebih tinggi yakni 0,96 mg/l dibandingkan dengan
kegiatan penelitian masih pada kisaran yang dapat
perlakuan C yaitu 0,88 mg/l.
ditoleransi oleh larva ikan gurami. Sehingga tidak
Ada beberapa hal yang berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup
ikandiantaranya
genetik, kualitas air, hama dan
faktor
penyakit dan
memberikan perbedaan terhadap hasil yang diperoleh dari ketiga perlakuan. Kualitas Air
sumber makanan.Adapun faktor yang cukup berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan makhluk hidup di perairan yaitu kualitas
dari
perairan
itu
sendiri.
Kondisilingkungan yang baik sangat diperlukan untuk
proses pertumbuhan
dan kelangsungan
Kualitas air merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan
dalam
usaha
pembudidayaan ikan, yang mana kualitas air berpengaruh
terhadap
pengelolaan
dan
kelangsungan hidup perkembangbiakkan dan pertumbuhan ikan.
hidupnya (Minggawati dan Saptono, 2012).
Tabel 4. Hasil Pengukuran Kualitas Air
Berdasarkan uji normalitas Lilifors pada Parameter Kualitas Air Rata - Rata
(Lampiran 8)didapatkan nilai Lmax (0,1513) < Ltabel 5% (0,271) dan 1% (0,311), hal ini menunjukkan
data
berdistribusi
normal.
Sampling
H
Suhu (oC)
DO (mg/l)
Amoniak (mg/l)
A w a l
6 , 1 2
2 9 , 0
5 ,91
0 , 0 3
A k h i r
6 , 9 8
3
0
4 ,64
0 , 9 2
K is ara n
6,5 - 8,0
29 - 30
> 3 mg/l
0,09 - 0,96
p
Selanjutnya pada uji homogenitas pada (Lampiran 9) didapatkan nilai X2 hitung (0,119) < X2 tabel 5% (5,991) dan 1% (9,21), yang berarti ragam data
homogen.
Berdasarkan
hasil
analisis
keragaman (ANOVA) pada (Lampiran 10), menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dari
Sumber : Pengolahan Data Primer, 2016 Suhu
tingkat kelangsungan hidup larva ikan gurami
Suhu merupakan faktor pembatas utama
diantara perlakuan padat penebaran yang berbeda,
pada
dimana dapat dilihat bahwa hasil Fhitung (0,89) <
terhadap universal dan juga merupakan faktor
9
habitat
aquatik.Suhu
air
berpengaruh
Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017
pembatas
bagi
organisme
aquatik
pertumbuhannya
dan
distribusinya
1971).Menurut
Sitanggangdan
dalam
kebutuhan oksigen yang ideal bagi ikan gurami
(Odum, stadia awal yaitu > 3mg/l.
Sarwono pH
(2001), suhu air untuk budidaya gurami
Pada umumnya derajat keasaman (pH) memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan
adalah 24-28 ºC. Hasil pengukuran suhu air pada awal dan
organisme perairan.Selain itu derajat keasaman
akhir penelititan diperoleh kisaran antara 28,7oC –
(pH) juga dapat digunakan sebagai petunjuk untuk
30,3
o
C. Kisaran suhu yang optimum bagi
kehidupan ikan adalah 25 (2007).Menurut
Sitanggang
menyatakan baik buruknya suatu perairan sebagai
- 32oC Kordi lingkungan hidup bagi oragnisme akuatik sepert dan Sarwono ikan maupun udang.
(2001), suhu air untuk budidaya gurami adalah
Hasil pengukuran pada awal dan akhir rerata
24-28oC, sedangkan suhu untuk meningkatkan
konsentrasi pH pada masa pemeliharaan berkisar
derajat penetasan telur ikan gurami yaitu 29- antara 5,34 – 7,32 dan dapat dikatakan bersifat 30oC.Sehingga dapat disimpulkan bahwa kisaran asam. Kisaran tersebut masih dalam batas suhu yang diperoleh dari penelitian ini masih
kehidupan larva ikan gurami karena menurut
dalam batas toleransi untuk kehidupan ikan
Sitanggang (1999) kisaran derajat keasaman (pH)
gurami.
yang baik untuk pertumbuhan ikan gurami yaitu
Oksigen Terlarut (DO)
6,5 - 8,0 walaupun pada penelitian derajat keasaman berada pada sifat asam yaitu 5,16 - 6,06
Dissolved Oxygen (DO) merupakan jumlah
akan tetapi masih dalam batas toleransi.
oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer atau udara. DO di suatu perairan sangat berperan dalam proses
Amoniak Terlarut (NH3-N) Amoniak (NH3) merupakan racun bagi
penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam
ikan.Amoniak
(NH3)
merupakan
gas
tidak
air seperti ikan/udang (Salmin, 2005).
berwarna berbau tajam dan sangat larut dalam air
Kandungan oksigen terlarut (DO) pada masa
terdiri dari nitrogen dan hidrogen.Amoniak adalah
pemeliharaan berkisar antara 3 - 6,1 mg/l.
senyawa yang stabil dan berfungsi sebagai bahan
Menurut Sitanggang (1999), kandungan oksigen
awal untuk produksi banyak senyawa nitrogen
terlarut yang optimal untuk pertumbuhan ikan
yang penting secara komersial.
gurami yaitu 5 ppm dan menurut Sarwono (2001)
Nilai kandungan amoniak (NH3) untuk perlakuan A, perlakuan B dan perlakuan C
10
Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017
berkisar antara 0,09 - 0,96 mg/l. Hal ini
menyimpulkan untuk terima hipotesis H0 dan
menunjukkan bahwa hasil pengukuran amoniak
tolak hipotesis H1.
yang
diperoleh
berada
pada
kondisi
yang
membahayakan larva ikan gurami. Menurut Haryati (1995)
Saran
kisaran NH3 yang masih bisa
ditoleransi oleh ikan gurami stadia awal berkisar
Ucapan Terimakasih
antara 0,0-0,12mg/l. Sedangkan menurut Cholik
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada amoniak yang baik untuk kehidupan ikan dan timpembimbing Bapak Ir.H. Muhammad organisme lainnya adalah kurang dari 1 mg/l. Adriani, M.Si. sebagai ketua pembimbingskripsi dan Bapak Ir. H. KESIMPULAN DAN SARAN Akhmad Murjani, MSselaku anggota Kesimpulan pembimbingyang telah banyak Berdasarkan hasil penelitian yang telah memberikan masukkan, saran dan kritik penyusunanlaporan hasil dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk selama dan Rahmat (1996),menyatakan bahwa kadar
skripsi ini. Penulis juga mengucapkan B (98,91%), diduga karena telur yang ditetaskan terima kasih kepada semuapihak yang kualitasnya lebih baik (berwarna transfaran dan telah banyak memberikan bimbingan dan membantu dalampenyusunan laporan cerah), dibandingkan dengan perlakuan lainnya. hasil skripsi ini. parameter daya tetas telur, terbaik pada perlakuan
Sedangkan kelangsungan hidup larva yang tebaik diperoleh pada perlakuan C (76,61%), hal ini di
duga karena kualitas air media pemeliharaan larva terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya, yang ditunjukkan oleh kadar amoniak yang terendah. Hasil uji statistik terhadap data yang diperolehi menyatakan bahwa padat penebaran tidak berpengaruh nyata terhadap daya tetas telur dan tingkat kelangsungan hidup larva ikan gurami,
11
sehingga
hasil
penelitian
ini
Basah Jurnal Akuakultur Volume 1. Nomor 1. 2017
DAFTAR PUSTAKA Anonim.2016.http://ellydahasan.blogspot.co.id/2014/05/pengaruhammonia-terhadap-budidaya-ikan.html.Diakses pada tanggal 04 Oktober 2016. Cholik, F., dan A. Rahmat, 1986.Manjemen kualitas Air Pada Kolam Budidaya Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan Research Centre. Jakarta. 51 halaman. Hanafiah, K. A.,1993. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang. 238 halaman. Hardaningsih,I dan Ustadi. 1994. Penetasan telur dan pembenihan gurami (Osphronemus gouramy). Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.18 hal. Haryati.1995. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Artemia dan Daphnia sp Terhadap Kelangsungan Hidup Larva Ikan Gurame.Tesis Pasca Sarjana IPB.125 Hlm. Hepher B, Pruginin Y. 1981. Comercial Fish Farming with Special Refrence to Fish Culture in Israel.A Wiley-Interscience Publication. New York. Kestemont, P. 1988. Effect of Hormonal Treatment on Induced Ovulation in Gudgeon Gabio gabio L. Aquaculture, 63 : 373 - 385. Kordi, M.G.H dan Tancung, A.B.2007.Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta, Jakarta. Kordi, K. M. G. H. 2007. Pakan Gurami: Nutrisi, Formulasi, Pembuatan, dan Pemberian. Jakarta. Rineka Cipta. Minggawati, Infa dan Saptono. 2012. Parameter Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Patin (Pangasius pangasius) di Karamba Sungai Kahayan, Kota Palangka Raya. Jurnal Ilmu Hewan Tropika. Vol. 1 (1) Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Saundrs and Co., Philadelphia. Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana Volume XXX No. 3, 2005, hlm. 1-6. Sitanggang, M. 1999. Budidaya Gurami . Penebar Swadaya. Jakarta. Sitanggang, M. dan B. Sarwono. 2001. Budidaya gurami. Penebar Swadaya. Jakarta. Sudjana. 1992. Metode Statistika. Tarsito. Bandung. 487 Halaman.
12
Sumartadinata, K. 1979. Pengembangan Ikan-ikan di Indonesia.Sastra Budaya. Bogor. 17 halaman. Yulianti, Pawartining; Subandiyah.2003.
Titik Kadarini, Rusmaedi dan Siti Pengaruh Padat Penebaran Terhadap