DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN UNTUK PERIZINAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH Budi Kurniawan Staf Deputi Pengendalian Pencemaran
ASDEP Pengendalian Pencemaran Agroindustri dan USK, Deputi II, Kementerian Negara Lingkungan Hidup
BAGIAN I:
Pembuangan Air Limbah ke Sumber Air
BAGIAN III: Pembuangan Air Limbah ke Laut
PENERAPAN DTBP DALAM PENETAPAN IZIN Inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar dan parameter pencemar dominanan
Identifikasi dan inventarisasi Sumber tak tentu
Identifikasi kondisi hidrologi dan morfologi sumber air
Identifikasi dan inventarisasi Sumber Tertentu
Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran
Baku Mutu dan Status Tropik Air
Nilai Parameter Air Limbah yang Diperbolehkan Baku Mutu Air Limbah spesifik sebagai Syarat Izin Pembuangan Air Limbah
Lebih Ketat
Penerapan teknologi minimisasi dan atau pengolahan air limbah yang lebih baik kinerjanya
Lebih Longgar
Baku Mutu Air Limbah Nasional/Daerah
Penurunan kapasitas produksi
Syarat Izin Pembuangan Air Limbah
TAM/WASP Model Segmentation The TAM/WASP Modeling Framework for Development of Nutrient and BOD TMDLs in the Tidal Anacostia River, 2008
Budi Kurniawan
4
The Anacostia River Watershed
Budi Kurniawan
5
DO Criteria for Designated Uses in the Tidal Anacostia River
Budi Kurniawan
6
Maximum Permitted Concentrations and Flows for Calculation of Municipal and Industrial Waste Load Allocations Budi Kurniawan
7
Paremeter
Debit air limbah 30-50 (m3/hr)
50-1000 (m3/hr)
1000-5000 (m3/hr)
>5000 (m3/hr)
BOD
150 (mg/l)
100 (mg/l)
65(mg/l)
40 (mg/l)
TSS
120
80 (mg/l)
50 (mg/l)
30 (mg/l)
8
Metode Neraca Masa Cr.Qr = Cs.Qs + Cd.Qd
Parameter Zn
(Qr)= Qs + Qd
Qr
(Qs)= 0,01 m3/det (Cs)= 0.80 mg/l
Cd?
Cr Qd
Debit air limbah (Qd) = 0,001 m3/det Berapa Konsentrasi Air Limbah (Zn)?
BMAL (Cr)Zn= 1 mg/l)
Diketahui: Debit aliran sungai di hulu (Qs)= 0,01 m3/det Konsentrasi Zn sungai di hulu (Cs)= 0.80 mg/l Konsentrasi BMA (Cr)Zn= 1 mg/l Debit air limbah (Qd)= 0,001 m3 Debit sungai di hilir (Qr) = Qs+Qd Dihitung: Berapa Konsentrasi Zn di air limbah (Cd) yang boleh dibuang? Cr.Qr = Cs.Qs + Cd.Qd Cd=(Cr.Qr – Cs.Qs)/Qd = [Cr.(Qs+Qd)-(Cs.Qs)]/Qd Cd = [(1.0)(0,01+0,001)−(0.8)(0,01)]/0.001 = 3 mg/l
Izin Pembuanngan Limbah Cair di Sungai Tondano
Lokasi : km 30 Debit Limbah: 5 liter/detik Konsentrasi BOD: 8 mg/l
Peta Kali Surabaya
Beban pencemar sumber tak tentu (non point/diffuse source):
Jumlah Penduduk yang membuang air limbah ke sungai secara langsung maupun tidak langsung = 100.000 jiwa Pertumbuhan penduduk per tahun = 2 % Faktor emisi BOD domestik per orang = 40 gr/hari Debit air limbah yang dihasilkan penduduk per orang = 120 l/hari
Beban Pencemar sumber tertentu (point source) :
Jumlah industri yang membuang air limbah = 6 Debit air limbah masing-masing industri = 0.1 m3/detik Konsentrasi awal BOD air limbah yang diukur pada masing-masing industri = 50 mg/l
Hidrolika segmen sungai:
Debit air minimum di hulu segmen sungai pada tahun terkering = 10 m3/detik Panjang segmen sungai = 13.60 km Posisi dasar sungai (river bed) lebih rendah dari tinggi muka air tanah freatik (tidak tertekan) sehingga airtanah mensuplai sungai tersebut. Air pada bagian tengah segmen sungai diambil (point abstraction) untuk mengairi pertamanan.
Peruntukan segmen sungai
Segmen sungai yang dijadikan contoh dalam pedoman ini ditetapkan sebagai sungai kelas III yaitu sungai yang peruntukannya dapat digunakan untuk budi daya ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertamanan, dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Berdasarkan peruntukan tersebut, maka baku mutu air untuk parameter BOD adalah 6 mg/l.
Skenario 1:
Penduduk (100000 jiwa) sepanjang segmen sungai diasumsikan membuang air limbah langsung ke sungai tanpa pengolahan Sejumlah 6 industri mengajukan permohonan pembuangan air limbah ke segmen sungai melalui effuent IPAL dengan konsentrasi parameter BOD masing-masing 50 mg/l serta debit 0.1 m3/detik Lokasi 6 industri tersebut yaitu di bagian tengah dan hilir segmen sungai Debit pengambilan air sungai untuk penyiraman tanaman 1.9 m3/detik Debit Inflow dari air tanah yang masuk ke segmen sungai 0.25 m3/detik
Skenario 2:
Penduduk (100000 jiwa) sepanjang segmen sungai diasumsikan membuang air limbah langsung ke sungai tanpa pengolahan Sejumlah 6 industri mengajukan permohonan pembuangan air limbah ke segmen sungai melalui effuent IPAL dengan konsentrasi parameter BOD masing-masing 25 mg/l serta debit 0.1 m3/detik Lokasi 6 industri tersebut yaitu di bagian tengah dan hilir segmen sungai Debit pengambilan air sungai untuk penyiraman tanaman 1.9 m3/detik Debit Inflow dari air tanah yang masuk ke segmen sungai 0.25 m3/detik
Hasil Simulasi Parameter BOD
Domestik=60,7%, Industri=39,3%
Konsentrasi BOD (mg/l)
8.00 7.00 6.00 5.00 BOD Skenario 1
4.00
BOD Skenario 2
3.00
Baku Mutu BOD Kelas III
2.00 1.00 0.00 0
2
4
6
8
10
Jarak dari hulu sungai (km)
12
14
Skenario 3:
Dampak pertambahan jumlah industri terhadap daya tampung beban pencemaran air sungai untuk parameter BOD di lokasi tersebut pada 5 tahun yang akan datang dapat diprediksi dengan menambahkan 4 industri baru (jumlah total 10) di bagian tengah dan hulu Penduduk sejumlah 110000 jiwa yang tinggal di sepanjang segmen sungai diasumsikan membuang air limbah langsung ke sungai tanpa pengolahan (pertumbuhan penduduk di lokasi tersebut sekitar 2 % per tahun) 10 industri tersebut membuang air limbah ke segmen sungai melalui effuent IPAL dengan konsentrasi parameter BOD masing-masing industri 25 mg/l serta debit 0.1 m3/detik Debit pengambilan air sungai di bagian tengah segmen sungai untuk penyiraman tanaman 1.9 m3/detik Debit Inflow dari air tanah yang masuk ke segmen sungai 0.25 m3/detik
Skenario 4:
Dampak penentuan lokasi industri terhadap daya tampung beban pencemaran air sungai untuk parameter BOD dapat diprediksi dengan memindahan lokasi 4 industri baru dari bagian tengah ke bagian hulu segmen sungai tersebut. Penduduk sejumlah 110000 jiwa yang tinggal di sepanjang segmen sungai diasumsikan membuang air limbah langsung ke sungai tanpa pengolahan (pertumbuhan penduduk di lokasi tersebut sekitar 2 % per tahun) 10 industri tersebut (industri lama dan baru) membuang air limbah ke segmen sungai melalui effuent IPAL dengan konsentrasi parameter BOD masing-masing industri 25 mg/l serta debit 0.1 m3/detik
Skenario 5:
Seandainya teknologi pengelohan air limbah dan atau minimisasi limbah belum mampu menurunkan konsentrasi parameter BOD masing-masing industri menjadi 25 mg/l, maka pada skenario ini dilakukan penurunan beban pencemar dari sumber tak tentu dari penduduk dengan pembangunan IPAL terpadu. IPAL terpadu tersebut dirancang untuk kapasitas 110000 orang dengan effesiensi 80 % yang dibangun di bagian hulu segmen sungai tersebut. 10 industri (industri lama dan baru) membuang air limbah ke segmen sungai melalui effuent IPAL dengan konsentrasi parameter BOD masing-masing industri 40 mg/l serta debit 0.1 m3/detik Debit pengambilan air sungai untuk penyiraman tanaman 1.9 m3/detik Debit Inflow dari air tanah yang masuk ke segmen sungai 0.25 m3/detik
Domestik 20%, Industri 80%
Hasil Simulasi Parameter BOD Konsentrasi BOD (mg/l)
8.00 7.00 6.00 5.00
BOD Skenario 3
4.00
BOD Skenario 4 BOD Skenario 5
3.00
Baku Mutu BOD Kelas III
2.00 1.00 0.00 0
2
4
6
8
10
Jarak dari hulu sungai (km)
12
14
Hasil simulasi menggunakan skenario 3 menunjukan bahwa penambahan 4 industri di bagian tengah dan hulu menyebabkan segmen sungai di bagian hilir tercemar (melewati baku mutu air kelas III) . Hasil simulasi menggunakan skenario 4 menunjukan bahwa dengan memindahkan 4 industri baru ke hulu menyebabkan segmen sungai tersebut masih memiliki daya tampung. Berdasarkan hasil simulasi skenario 3 dan 4tersebut, konsentrasi maksimum BOD air limbah seluruh industri baru dan lama untuk parameter BOD adalah 25 mg/l. Disamping itu izin industri baru dapat diberikan dengan mempertimbangkan lokasi/posisi industri tersebut terhadap segmen sungai. Hasil simulasi menggunakan skenario 5 dimana strategi pertukaran alokasi beban pencemar (tradeoff) dilakukan , menunjukan bahwa penurunan beban pencemar dari sumber domestik dengan penggunaan IPAL terpadu sangat signifikan dalam pencegahan penurunan daya tampung beban pencemar segmen sungai. Berdasarkan skenario 5 tersebut, maka baku mutu konsentrasi BOD air limbah yang diterapkan bagi seluruh industri baru dan lama untuk parameter BOD adalah 40 mg/l atau lebih longgar.
WAJIB
melakukan pengolahan air limbah (psl 2 & 3)
Setiap pemrakarsa kegiatan / usaha yang menghasilkan air limbah pembuangan ke laut
Mendapatkan izin dari MenLH (Psl 3)
mengintegrasikan kajian pembuangan air limbah ke laut kedalam kajian AMDAL/RPL & UPL(Psl 4)
melakukan kajian pembuangan air limbah ke laut (Psl 5 & 7);
melakukan pemantauan terhadap persyaratan izin pembuangan air limbah ke laut (Psl 10);
Wewenang
MenLH
1. Menerbitkan/menolak izin pembuangan air limbah ke laut 2. Menerbitkan/menolak perpanjangan izin pembuangan air limbah ke laut dapat mendelegasikan kewenangannya kepada Gubernur
Persyaratan kajian pembuangan air limbah ke laut sesuai lamp I & II
Pasal 7: Izin Pembuangan air limbah ke laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) didasarkan pada hasil kajian pembuangan air limbah ke laut dan memenuhi semua persyaratan sebagaimana pada Lampiran I dan Lampiran II Peraturan Menteri ini Lampiran I: Formulir isian izin pembuangan limbah cair ke laut
Informasi Umum tentang perusahaan, izin dan dokumen lingkungan yang telah diperoleh, kapasitas produksi, sumber air baku dan posisi intake sumber air baku yang digunakan, debit dan karakteristik air limbah, deskripsi proses dan lokasi pengolahan air limbah, lokasi titik pembuangan air limbah (outfall) serta informasi peruntukan badan air penerima.
Formulir Isian Izin Pembuangan Limbah Cair ke Laut
LAMPIRAN I
Informasi Umum
IZIN DAN DOKUMEN LINGKUNGAN
PROSES PENGOLAHAN
DATA PRODUKSI
Sistem pengolahan IPAL Lay out industri Neraca air, perhitungan debit Diagram alir IPAL & teknologi
LAMPIRAN I (Lanjutan)
Lokasi titik pembuangan
Lokasi Badan Air Penerima (Laut/Estuari)
Karakteristik Air Limbah
Kajian Pembuangan Air Limbah Ke laut : 1. Rona awal lingkungan laut 2. Dampak pembuangan 3. Mitigasi
LAMPIRAN II
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE LAUT
RONA AWAL BADAN AIR (LAUT/ESTUARI)
Karakteristik Kimia
Biologi
Oseanografi
komposisi spesies, kelimpahan, dominansi, diversitas, distribusi ruang/waktu, pertumbuhan dan reproduksi, frekuensi timbulnya penyakit, struktur tropis, produktivitas, keberadaan spesies oportunis, bioakumulasi berbahaya dan beracun.
LAMPIRAN II
KAJIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE LAUT (Lanjutan)
DAMPAK PEMBUANGAN
Data dan informasi: Beban dan Karakteristik air limbah, rona awal kualitas air laut, Iklim, Hidro-oceanografi
Informasi peruntukan: kawasan suaka alam laut, kawasan konservasi laut, taman nasional laut, Industri, pariwisata, pelabuhandll
Pemodelan hidrodinamik, polutan tranpor dan ekosistem Sampling dan analisis biologi laut
Prediksi dampak
Baku mutu kualitas air
Desain mitigasi dan pemantauan
LATAR BELAKANG PT. A membuang limbah cair hasil dari proses industri ke laut. Untuk itu berdasarkan Kepmen LH No. 12 tahun 2006 maka PT. A sebagai penanggung jawab usaha wajib mencegah dan menangulangi terjadinya pencemaran air serta mentaati persyaratan yang ditetapkan dalam ijin. Berkaitan dengan pengendalian berbagai kegiatan yang berpotensi menimbulkan pencemaran laut, Kementerian Negara Lingkungan Hidup telah menerbitkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 2006 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan Pembuangan Air Limbah ke Laut.
Untuk memperoleh ijin sebagaimana dimaksud di atas maka PT. A melakukan kajian lingkungan ijin pembuangan limbah cair dari industri baja ke laut atau badan air.
KARAKTERISTIK KIMIA & FISIKA Identifikasi karakteristik fisik dan kimia air laut dilakukan dengan cara pengambilan sampel air kemudian dianalisa di laboratorium. Pengukuran kualitas fisik dan kimia secara langsung menggunakan pH meter, DO meter dan CTD. Lokasi pengambilan sampel terdiri atas 6 titik pada saat surut dan 6 titik pada saat pasang di lokasi yang sama. Total terdapat 12 titik sampel. Jarak terjauh lebih kurang 1000 meter dan jarak terdekat dari outfall 400 meter.
PERALATAN YANG DIGUNAKAN NAMA ALAT
FUNGSI
GPS
Untuk Penentuan Lokasi Sampel
CTD
Pengukuran secara langsung temp, depth dan salinity
Sechii Disk
Perkiraan kecerahaan
Varn dorm
Pengambilan sample air
Grab Sampler
Pengambilan sedimen dasar , benthos
Plankton Net
Pengambilan Sampel Plankton
Botol Sampel
Tempat sampel air laut / limbah
CoolBox
Tempat Penyimpanan Botol Sampel
DO meter
Kadar oksigen terlarut dalam air
pH meter
Tingkat keasaman/basa air
Current meter
Validasi kecepatan dan arah arus
•Mobilisasi Personal dan Peralatan •Studi Pustaka dan Inventarisasi Data PERSIAPAN
SURVEI LAPANGAN
ANALISIS
•Penyusunan Rencana Kerja
•Koordinasi Perencanaan Kerja
•Melakukan pengumpulan data dan informasi yang diperlukan yang meliputi: jumlah , jenis dan karakteristik limbah serta iklim-hidro-geo-oceanografi) • Pengambilan Sampel Air Laut
• Analisis Laboratorium Sampel Air Laut • Melakukan simulasi dengan model hidrodinamik, transport polutan dan atau model ekosistem •Membandingkan hasil pemodelan dengan baku mutu kualitas air laut kemudian analisis dampak dan resiko lingkungan •Upaya mitigasi, pemantauan dan pemulihan kualitas lingkungan jika telah mengalami pencemaran
• Prediksi dampak pembuangan air limbah terhadap kualias air laut dan ekosistem penting di kawasan perairan laut berdasarkan ruang dan waktu • Mutu air limbah (beban atau konsentrasi) yang diperbolehkan untuk dibuang ke badan air laut dimasa sekarang dan masa yang akan datang agar baku mutu air laut yang ditetapkan tidak PEMBAHASA terlampaui. N HASIL • Paparan Hasil Kajian di KLH
LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL AIR LAUT 6 5
4
1 2 3
POSISI KOORDINAT DI NO 1 2 3 4 5 6
NAMA LAUT LOKASI A1 A2 A3 A4 A5 A6
X 105.97903 105.97632 105.97201 105.96853 105.97259 105.97549
Y -5.99253 -5.99377 -5.99575 -5.99234 -5.98950 -5.98749
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
RONA AWAL
• Karakteristik Kimia • Biologi • Oceanografi
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
DAMPAK PEMBUANGAN • Penyebaran di badan air • Modeling • Arah & Kecepatan Arus • Model Sebaran • (Suhu, TSS, BOD,COD, dll) • Penentuan ZID
MITIGASI
KUALITAS AIR LAUT No
Parameter
Satuan
A-1S
A-2S
A-3S
Analisis In Situ 1 Kecerahan*) 2 Sampah*) 3 Lapisan Minyak*) 4 Kebauan*) 5 Suhu *) 6 DO*) 7 Salinitas*)
mg/l o/ oo
1
Zat padat tersuspensi+ pH*)
mg/l -
8,12
8,25
8,2
mg/l mg/l mg/
1,90 22,08 1,057
1,85 18,74 1,012
1,70 18,74 0,757
6
BOD5 COD Amonia Bebas (NH3N) + Sulfida (H2S)
mg/
7 8 9 10 11 12 13 14 15
Fenol Deterjen (MBAS) Minyak dan Lemak Raksa (Hg) Kadmium (Cd) Tembaga (Cu) Timbal (Pb) Seng (Zn) B. Coliform
<0,001 <0,0005 <0,010 <1 <0,002 <0,001 0,209 <0,001 0,008 34
<0,001 <0,0005 <0,010 <1 2,744 <0,001 0,191 0,039 0,053 280
<0,001 <0,0005 <0,010 <1 1,075 <0,001 0,266 0,007 0,003 94
2
3 4 5
m oC
mg/ mg/ mg/ µg/ mg/ mg/ mg/ mg/ MPN/100m l
2,5 Nihil Nihil Alami 29,8 5,1 32.4
3 Nihil Nihil Alami 29,8 5,2 32.3
3 Nihil Nihil Alami 30,2 5,5 32.3
Analisis Laboratorium 8 10 27
Baku mutu**)
>3 Nihil Nihil Tdk Berbau Alami Alami
Metode Uji
InSitu InSitu InSitu InSitu InSitu InSitu InSitu
80 APHA ,ed. 22, 2012, 2540-D 6,5-8,5 APHA, ed. 22, 2012, 4500-H+-B
APHA, ed. 22, 2012, 2510-B APHA, ed. 22,2012, 5220-D 0,3 APHA, ed. 22, 2012, 4500-NH3-F 0,03 APHA, ed. 22, 2012, 4500-S2-D
0,002 1 5 3 0,01 0,05 0,05 0,1 1000
APHA, ed. 22, 2012, 5530-C APHA, ed. 22, 2012, 5540-C APHA, ed. 22, 2012, 5520-B APHA, ed. 22, 2012, 3112-B APHA, ed. 22, 2012, 3110 APHA, ed. 22, 2012, 3110 APHA, ed. 22, 2012, 3110 APHA, ed. 22, 2012, 3110 APHA, ed. 22, 2012, 9222 - B
KUALITAS AIR LAUT No
Parameter
Analisis In Situ 1 Kecerahan*) 2 Sampah*) 3 Lapisan Minyak*) 4 Kebauan*) 5 Suhu *) 6 DO*) 7 Salinitas*)
Satuan
m oC
mg/l o/ oo
1
Zat padat tersuspensi+
mg/l
2 3 4 5
pH*) BOD5 COD Amonia Bebas (NH3-N) + Sulfida (H2S) Fenol Deterjen (MBAS) Minyak dan Lemak Raksa (Hg) Kadmium (Cd) Tembaga (Cu) Timbal (Pb) Seng (Zn) B. Coliform
mg/l mg/l mg/
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
mg/ mg/ mg/ mg/ µg/ mg/ mg/ mg/ mg/ MPN/100ml
A-4S
A-5S
2,5 Nihil Nihil Alami 30,4 5,3 32,2
3 Nihil Nihil Alami 30,1 5,6 32,1
A-6S
3 Nihil Nihil Alami 30,1 5,5 32,2
Analisis Laboratorium 33 24 24 8,63 1,65 18,74 0,664
8,31 1,60 16,83 0,898
8,29 1,90 17,79 0,245
<0,001 <0,0005 <0,010 <1 <0,002 <0,001 0,179 <0,001 0,042 13
<0,001 <0,0005 <0,010 <1 2,167 <0,001 0,251 0,039 0,113 7
<0,001 <0,0005 <0,010 <1 1,377 <0,001 0,236 0,007 0,107 4
Baku mutu**)
>3 Nihil Nihil Tdk Berbau Alami Alami
Metode Uji
InSitu InSitu InSitu InSitu InSitu InSitu InSitu
80 APHA ,ed. 22, 2012, 2540-D 6,5-8,5 APHA, ed. 22, 2012, 4500-H+-B APHA, ed. 22, 2012, 2510-B APHA, ed. 22,2012, 5220-D 0,3 APHA, ed. 22, 2012, 4500-NH3-F 0,03 0,002 1 5 3 0,01 0,05 0,05 0,1 1000
APHA, ed. 22, 2012, 4500-S2-D APHA, ed. 22, 2012, 5530-C APHA, ed. 22, 2012, 5540-C APHA, ed. 22, 2012, 5520-B APHA, ed. 22, 2012, 3112-B APHA, ed. 22, 2012, 3110 APHA, ed. 22, 2012, 3110 APHA, ed. 22, 2012, 3110 APHA, ed. 22, 2012, 3110 APHA, ed. 22, 2012, 9222 - B
KUALITAS AIR LAUT No
Parameter
Analisis In Situ 1 Kecerahan*) 2 Sampah*) 3 Lapisan Minyak*) 4 Kebauan*) 5 Suhu *) 6 DO*) 7 Salinitas*) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Zat padat tersuspensi+ pH*) BOD5 COD Amonia Bebas (NH3N) + Sulfida (H2S) Fenol Deterjen (MBAS) Minyak dan Lemak Raksa (Hg) Kadmium (Cd) Tembaga (Cu) Timbal (Pb) Seng (Zn) B. Coliform
Satuan
m oC
mg/l o/ oo mg/l mg/l mg/l mg/ mg/ mg/ mg/ mg/ µg/ mg/ mg/ mg/ mg/ MPN/100 ml
A-1P
A-2P
2 Nihil Nihil Alami 30,1 5,7 32,2
2,5 Nihil Nihil Alami 30,0 5,9 32,3
A-3P
2,5 Nihil Nihil Alami 30,1 5,1 32,3
Baku mutu**)
>3 Nihil Nihil Tdk Berbau Alami 6,5-8,5
Analisis Laboratorium 8 28 <8 8,16 2,05 26,85 0,608
8,24 1,90 24,94 0,635
8,25 1,90 23,51 0,828
<0,001 <0,001 <0,001 <0,0005 <0,0005 <0,0005 <0,010 <0,010 <0,010 <1 <1 <1 0,397 <0,002 0,737 <0,001 <0,001 <0,001 0,196 0,166 0,249 <0,001 <0,001 <0,001 <0,002 0,110 0,104 20 220 70
Metode Uji
InSitu InSitu InSitu InSitu InSitu InSitu InSitu APHA ,ed. 22, 2012, 2540-D
APHA, ed. 22, 2012, 4500-H+-B APHA, ed. 22, 2012, 2510-B APHA, ed. 22,2012, 5220-D 0,3 APHA, ed. 22, 2012, 4500-NH3-F 0,03 0,002 1 5 3 0,01 0,05 0,05 0,1 1000
APHA, ed. 22, 2012, 4500-S2-D APHA, ed. 22, 2012, 5530-C APHA, ed. 22, 2012, 5540-C APHA, ed. 22, 2012, 5520-B APHA, ed. 22, 2012, 3112-B APHA, ed. 22, 2012, 3110 APHA, ed. 22, 2012, 3110 APHA, ed. 22, 2012, 3110 APHA, ed. 22, 2012, 3110 APHA, ed. 22, 2012, 9222 - B
KUALITAS AIR LAUT No
Parameter
Analisis In Situ 1 Kecerahan*) 2 Sampah*) 3 Lapisan Minyak*) 4 Kebauan*) 5 Suhu *) 6 DO*) 7 Salinitas*) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Satuan
m oC
mg/l o/ oo
A-4P
3 Nihil Nihil Alami 30,3 5,5 32
A-5P
3,5 Nihil Nihil Alami 29,6 5,7 32,1
A-6P
3,5 Nihil Nihil Alami 30,1 6,7 32
Analisis Laboratorium Zat padat mg/l 10 12 12 tersuspensi+ pH*) 8,30 8,30 8,31 BOD5 mg/l 1,80 1,60 1,85 COD mg/l 22,56 17,79 21,60 Amonia Bebas (NH3mg/ 0,995 0,840 0,669 N) + Sulfida (H2S) mg/ <0,001 <0,001 <0,001 Fenol mg/ <0,0005 <0,0005 <0,0005 Deterjen (MBAS) mg/ <0,010 <0,010 <0,010 Minyak dan Lemak mg/ <1 <1 <1 Raksa (Hg) µg/ <0,002 0,449 0,990 Kadmium (Cd) mg/ <0,001 <0,001 <0,001 Tembaga (Cu) mg/ 0,190 0,236 0,207 Timbal (Pb) mg/ <0,001 <0,001 <0,001 Seng (Zn) mg/ 0,043 0,006 0,004 B. Coliform MPN/10 8 170 22 0ml
Baku mutu**)
>3 Nihil Nihil Tdk Berbau Alami 6,5-8,5
Metode Uji
InSitu InSitu InSitu InSitu InSitu InSitu InSitu
80 APHA ,ed. 22, 2012, 2540-D 6,5-8,5 APHA, ed. 22, 2012, 4500-H+-B APHA, ed. 22, 2012, 2510-B APHA, ed. 22,2012, 5220-D 0,3 APHA, ed. 22, 2012, 4500-NH3-F 0,03 0,002 1 5 3 0,01 0,05 0,05 0,1 1000
APHA, ed. 22, 2012, 4500-S2-D APHA, ed. 22, 2012, 5530-C APHA, ed. 22, 2012, 5540-C APHA, ed. 22, 2012, 5520-B APHA, ed. 22, 2012, 3112-B APHA, ed. 22, 2012, 3110 APHA, ed. 22, 2012, 3110 APHA, ed. 22, 2012, 3110 APHA, ed. 22, 2012, 3110 APHA, ed. 22, 2012, 9222 - B
ORGANISME CYANOPHYCEAE Trichodesmium sp. BACILLARIOPHYCEAE Chaetoceros sp. Bacteriastrum sp. Lauderia sp. Hemiaulus sp. Coscinodiscus sp. Thalassiosira sp. Thalassiothrix sp. Thalassionema sp. Corethron sp. Climacosphenia sp. Pleurosigma sp. Navicula sp. Nitzschia sp. Leptocylindrus sp. Rhizosolenia sp. Hemidiscus sp. Guinardia sp. Amphiprora sp. Bacillaria sp. Ditylum sp. Surirella sp. Biddulphia sp. Melosira sp. Skeletonema sp. Cyclotella sp. Asterionella sp. Triceratium sp. Hyalodiscus sp. DINOPHYCEAE Peridinium sp. Ceratium sp. Dinophysis sp. Podolampas sp. Phalacroma sp. Jumlah Taksa Kelimpahan (sel/m3) Indeks Keragaman Indeks Keseragaman Indeks Dominansi Perhitungan Plankton menggunakan Ln
P.5138-5
P.5138-12
A-5P
A-5S
1.377.600
1.113.667
1.921.500 718.200 86.100 109.200 29.400 4.200 86.100 23.100 4.200 2.100 31.500 12.600 56.700 18.900 88.200 2.100 67.200 8.400 50.400 23.100 4.200 18.900 8.400 10.500 0 0 0 0
1.196.000 244.833 32.500 65.000 32.500 6.500 179.833 30.333 6.500 0 19.500 19.500 65.000 15.167 43.333 0 26.000 10.833 19.500 21.667 0 15.167 0 95.333 2.167 39.000 2.167 2.167
25.200 18.900 2.100 2.100 2.100 30 4.813.200 1,77 0,52 0,27
15.167 30.333 0 0 0 27 3.349.667 1,91 0,58 0,25
FITOPLANKTON Skala kualitas Parameter Lingkungan 1 Kerapatan Plankton (N, individu/L/sts) Jumlah Taksa Plankton (S/stasiun) Indeks Keragaman Plankton (H’/stasiun) Indeks Perataan Spesies (e/stasiun) Indeks Dominasi Spesies Plankton (d/stasiun) Persentase Distribusi Spesies Plankton Indikator (PI/stasiun)
N<10
Harga atau Nilai Rentangan 2 3 4 3 N 1 10 10 N 102 102 N 103 04
S<5
6 S 20
21 S 55
H’ <1,5
1,5 H’ 3,0
3,0 H’ 4,0
0,01 e 0,2
0,21 e 0,4
0,41 e 0,6
0,81 d 1,0
0,61 d 0,8
PI 81
76 PI 80
56 S 99
5 N
104
S 100
4,0 H’ 4 ,6 0,61 e 0, 8
0,81 e 1, 0
0,41 d 0,6
0,21 d 0 ,4
0,01 d 0 ,2
51 PI 75
26 PI 50
10 PI 25
H’>4,6
SKALA KUALITAS LINGKUNGAN FITOPLANKTON Parameter Struktur Komunitas Jumlah Taksa Plankton Indeks Keragaman Shannon (H’) Indeks Perataan Jenis (e) Indeks Dominansi (d)
Skala Kualitas Lingkungan Pasang Surut 3 3 2 2 5 5 4 4
Keterangan: nilai rentangan: 1 = sangat buruk; 2 = buruk; 3 = sedang; 4 = baik; 5 = sangat baik/normal
MAKROBETNTOS ORGANISME POLYCHAETA Lumbrineris sp. Heteromastus sp. Ammotryphane sp. Pseudoeurythoe sp. Prionospio sp. SIPUNCULA Golfingia sp. Jumlah Taksa Kepadatan (Ind/m2) Indeks Keragaman
P.5138-5 A-5P
P.5138-12 A-5S 30 59 30 30 0
0 0 0 0 30
0 4 149 1,93
30 2 60 1,00
0,96
1,00
Indeks Dominansi 0,28 Perhitungan Bentos menggunakan Log2 Metoda :Pencacahan (Sensus)
0,50
Indeks Keseragaman
Parameter Lingkungan Kerapatan Makrobentos (N, individu/m2) Jumlah Taksa Makrobentos (S/stasiun) Indeks Keanekaragaman Makrobentos (H’/stasiun) Indeks Perataan Spesies (e/st) Indeks Dominasi Spesies (d/stasiun) Persentase Jlh Spesies Makrobentos Bernilai Ekonomi (ME, stasiun)
SKALA KUALITAS Harga atau Nilai Rentangan 1
2
3
4
5
N<10
10
20
30
N 40
S<5
5 <S <10
10<S <20
20<S <40
S 40
H’<1,5
1,5 H’ 2,3
2,31 H’ 3,0
3,1 H’
0,01 e 0,2
0,21 e 0,4
0,41 e 0,6
0,61 e 0,8
0,81 d 1,0
0,61 d 0,8
0,41 d 0,6
0,21 d 0,4
ME 10
11 ME 30
31 ME 50
51 ME 70
SKALA KUALITAS LINGKUNGAN BENTHOS Parameter Struktur Komunitas Keterangan: nilai rentangan: 1 = sangat buruk; 2 = buruk; 3 = sedang; 4 = baik; 5 = sangat baik/normal
H’ 3.7
3,6
Kerapatan Makrobenthos (individu/m2) Jumlah Taksa Makrobentos (S/stasiun) Indeks Keragaman Shannon (H’/stasiun) Indeks Perataan Jenis (e/stasiun) Indeks Dominasi (d/stasiun)
Skala Kualitas Lingkungan Surut Pasang 5 5 1 1 1 2 5 4 3 4
0,81 e 1, 0 0,01 d 0, 2 ME 71
Pola Arus Persebaran Persebaran Persebaran Persebaran
Suhu Skenario 1 Suhu Skenario 2 COD Skenario 1 COD Skenario 2
KESIMPULAN
Kedalaman perairan berkisar 3 -16 meter
Parameter sebagai input permodelan, menurut Kepmen LH No. 51Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri masih memenuhi bakumutu yang ditetapkan Air Laut Gambaran secara umum kualitas air di sekitar outfall, baik parameter kimia dan fisika secara keseluruhan baik, namun ada beberapa parameter yang melebihi baku mutu, seperti amoniak dan tembaga. Kondisi perairan dari beberapa parameter sudah melebihi baku mutu (NH3N dan Cu), sedangkan PT. A belum operasional, hal ini kemungkian disebabkan dari limpasan air sungai yang mengalir ke laut dan dari industri di sekitarnya
Fitoplankton Analisa indeks diversitasnya (keragaman) 1,91 dan 1,77 nilai ini mengidentifikasikan bahwa perairan tersebut mempunyai kualitas buruk pada saat . surut dan saat pasang. Indeks kemerataan/keseragaman spesies pada saat surut 0,58 dan pada saat pasang 0,52, nilai tersebut menunjukkan bahwa kemerataan fitoplankton di lokasi tersebut sedang. Indeks dominansi pada saat surut sebesar 0,25 dan saat pasang sebesar 0,27, nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat dominansi di lokasi sekitar outfallPT. A tersebut baik. Makrobenthos Indeks diversitas perairan tersebut buruk, karena mempunyai nilai indek keragaman lebih dari 1 dan kurang dari 1,93 pada saat pasang. Indeks kemerataan spesies pada saat surut 1,0 dan saat pasang sebesar 0,96, nilai tersebut menunjukkan bahwa spesies di perairan sekitar outfall PT. A mempunyai tingkat kemerataan sangat baik. Indeks dominansi di perairan sekitar outfall pada saat surut dan saat pasang adalah 0,50 dan 0,28, nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat dominansi dilokasi tersebut sedang pada saat surut dan baik pada saat pasang.
Kondisi paling kritis akibat variasi oseanografi, biologi dan persistensi dari air limbah Skenario 1: tidak ada Skenario 2: suhu menggunakan maksimal baku mutu (40oC), pola sebaran temperatur lebih luas, debit dari A kecil, pengaruh suhu terhadap biota perairan di wilayah tertentu tidak signifikan.
Zone of Initial Dilution (ZID) = Zone dimana organisme dapat terpapar oleh pencemar yang melebihi baku mutu. Skenario 1 dan 2, semua pengaruh buangan A tidak signifikan. Parameter model seperti suhu,TSS, BOD dan COD pengaruhnya tidak jauh menyebar ke badan air, karena masih di bawah baku mutu yang ditetapkan.
Kerentanan komunitas biologi karena adanya buangan A tidak ada, karena temperatur dan parameter lain masih di bawah baku mutu yang ditetapkan. 4. Nilai penting badan air terhadap komunitas biologi • Wilayah perairan/badan air diperuntukan untuk wilayah industri & pelabuhan • Buangan PT. A tidak signifikan mempengaruhi kualitas badan air Kesimpulannya: tidak memberikan pengaruh penting terhadap komunitas biologi perairan.
Tidak terdapat lokasi khusus akuatik dan kawasan suaka alam laut di lokasi kajian, kecuali di sekitar Pulau Sangiang, dengan jarak lebih dari 10 km. Potensi dampak terhadap kesehatan manusia tidak ada Keberadaan lokasi rekreasi dan perikanan tidak ada, karena peruntukan kawasan sebagai kawasan industri dan pelabuhan Faktor yang terkait dengan akibat dari pembuangan A, dari hasil model menunjukkan bahwa buangan A tidak berakibat terhadap kualitas badan air.
1. Abbot, M.B and W.A. Price, Coastal, Estuarial and Harbour Engineers, Reference Book, 1994, E & FN Spon, London
2. Departement of the Army, Waterways Experiment Station, Corps of Engineers, 1984, Shore Protection Manual, Coastal Engineering Research Center, USA 3. Technical Guidance Manual for Performing Wasteload Allocations, Book III: Estuaries –Coastal area Part 1: Estuaries and Wasteload Allocation Models Part 2: Application of Estuarine Waste Load Allocation Models Part 3: Use of Mixing Zone Models in Estuarine Waste Load Allocations Part 4: Critical Review Of Coastal Embayment And Estuarine Waste Load Allocation Modeling (Center for Exposure
Assessment Modeling, Environmental Research Laboratory, U.S. EPA, Athens, GA AScI Corp., at the Environmental Research Laboratory, U.S. EPA, Athens, GA, Environmental Research Laboratory, U.S. EPA, Narragansett, RI, 1992) 4. U.S. EPA NPDES Permit Writers' Manual; U.S. Environmental Protection Agency, Office of Water, December, 1996 5. Environmental Modeling, Fate and Transport of Pollutants in Water, Air, and Soil, Jerald L.Schnoor (1996), John Wiley & Sons, Inc. 6. Coastal Oceanography. Yanagi, Tetsuo (1999). Terra Scientific
Publishing Company, Tokyo.
7. Geostatistics, Modeling Spatial uncertainty, Chiles, J.-P. and P. Delfiner (1999) Wiley Series in Probability and statistics. 8. Metode numerik, Rinaldi Munir, Informatika ITB, 2003 9. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 2006 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Perizinan Pembuangan air Limbah ke laut. 10. Simulasi Komputer Sistem Diskrit, Asmungi, 2006 11. Budi Kurniawan, Kus Prasetiahadi, 2010.”
Pedoman Teknis Kajian Dampak Pembuangan Limbah ke Laut Menggunakan Metode Pemodelan dan Pemetaan (Technical Guidance of Impact Assessment of Liquid Waste Disposal using Numerical Modeling and Mapping).