Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
DAYA KERJA ISOLAT MIKROBA Bacteroides clostridiformis DALAM MENGHILANGKAN RACUN DAUN Chromolaena odorata (Activity of Bacteria Bacteroides clostridiformis Isolate in Detoxification of Toxic Compound in Chromolaena odorata) M. WINUGROHO dan Y. WIDIAWATI Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002
ABSTRACT As a weed, Chromolaena odorata L (Ki rinyuh) grows very fast in pasture, thus reduce the productivity of pasture. More than 70% of pasture in East Nusa Tenggara are covered by this weed. The weed contains some toxic compounds, namely nitrate and nitrite. Animal consuming the weed is reported to have diarrhea, toxicity or death. Preliminary study indicated that bacteria Bacteroides clostridiformis isolated from rumen of buffalo might reduce the nitrate and nitrite content in Chromolaena leaves in in vitro experiment. Further experiment was undertaken to investigate the activity of this bacteria in reducing the nitrate and nitrite content in Chromolaena leaves. In vitro technique was used to investigate the activity of isolate bacteria Bacteroides clostridiformis on three types of substrates, namely fresh leaves, sun dried and freeze dried of Chromolaena odorata. There were three bacteria inoculums used in the experiment. They were fresh rumen bacteria, isolate of Bacteroides clostridiformis and combination between the fresh rumen bacteria and isolated Bacteroides clostridiformis (50 : 50). Measurement was taken on total gas produced during substrate fermentation, bacteria population and residue of nitrate and nitrite in the substrates after 96 hours of incubation. Results showed that isolated bacteria of Bacteroides clostridiformis reduced nitrate and nitrite content in Chromolaena leaves by 90 and 75% respectively. The isolated bacteria increased bacteria population by 62% and total gas produced by 6.1% on Chromolaena substrate treated by freeze drying. It is concluded that the isolated Bacteroides clostridiformis might be used to reduced nitrate and nitrite content in Chromolaena odorata leaves. Key Words: Chromolaena odorata , Nitrate, Nitrite, Ruminant, Bacteroides clostridiformis ABSTRAK Chromolaena odorata L (Ki rinyuh) termasuk dalam golongan gulma padang rumput yang menimbulkan kerugian besar di Indonesia, terutama untuk sektor peternakan. Lebih dari 70% padang penggembalaan di Nusa Tenggara Timur telah tertutupi oleh tanaman ini, sehingga mengurangi produktivitas dan diversitas jenis rumput. Pemusnahan gulma ini sangat sulit. Dampak terhadap ternak yang mengkonsumsinya adalah diare untuk selanjutnya keracunan bahkan kematian. Upaya pencarian bakteri yang dapat mengurangi dampak keracunan pada ternak dilakukan di laboratorium dan menemukan jenis bakteri Bacteroides clostridiformis. Pengujian selanjutnya ditujukan untuk melihat daya kerja isolat bakteri tersebut dalam mengatasi racun dalam daun Chromolaena odorata. Teknik in vitro dengan tiga substrat daun Cromolena odorata segar, kering matahari dan freeze dryer dilakukan dengan menggunakan inokulan mikroba rumen domba segar, isolat bakteri Bacteroides clostridiformis dan kombinasi kedua inokulum (50 : 50) selama masa inkubasi 96 jam. Pengamatan dilakukan terhadap produksi gas hasil fermentasi substrat, populasi bakteri dan kandungan nitrat dan nitrit setelah 96 jam masa inkubasi. Hasil menunjukkan bahwa isolat bakteri Bacteroides clostridiformis dapat menurunkan kandungan nitrat sampai 90% dan nitrit sampai 75% dari daun Chromolaena secara in vitro. Meningkatkan populasi bakteri sebesar 62% pada substrat yang di-freeze drying setelah diinkubasi 96 jam. Meningkatkan produksi gas 6,1% pada substrat yang di-freeze drying. Kesimpulannya adalah isolat bakteri Bacteroides clostridiformis dapat digunakan untuk membantu mengatasi kandungan racun dalam daun Chromolaena odorata . Kata Kunci: Chromolaena odorata , Nitrat, Nitrit, Ruminansia, Bacteroides clostridiformis
887
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
PENDAHULUAN Ki rinyuh (Chromolaena odorata L) termasuk dalam golongan gulma padang rumput yang menimbulkan kerugian besar di Indonesia, terutama untuk sektor peternakan. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah, dan sudah tersebar di seluruh dunia. Tanaman tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. Kerugian terhadap ternak dilaporkan sejak tahun 1971 sampai kini, diantaranya di daerah cagar alam Pananjung, Jawa Barat, Taman Nasional Alaspurwo (TNAP), Jawa Timur dan Taman Nasional Merubetiri (TNMB), Jawa Timur. Lebih dari 70% padang gembalaan di Nusa Tenggara Timur telah tertutupi oleh tanaman ini (ADIJAYA, 2007). Di Afrika, gulma padang rumput ini digolongkan pada gulma yang paling berbahaya selain dari alangalang (Imperata cylindrica), puteri malu (Mimosa sp.), Sadagori (Sida acuta), Commelina sp., Hyptis sp. dan Saliara (Lantana camara). Kerugian yang ditimbulkan adalah mengganggu padang rumput dengan mengurangi produktivitas dan mengurangi diversitas jenis-jenis rumput (OPPONGANANE dan FRANCAIS, 2002). Gulma ini tidak tahan naungan sehingga tidak ditemukan di hutanhutan yang tertutup (FAO, 2006). Tanaman Chromolaena ini dimasukkan ke dalam katagori tanaman gulma yang merugikan karena menyebabkan berkurangnya kapasitas tampung padang penggembalaan dan produktivitasnya serta dapat menyebabkan diare pada ternak yang mengkonsumsinya. Konsumsi yang terlalu banyak menyebabkan keracunan bahkan kematian pada ternak, (PRAWIRADIPUTRA, 2008). Namun demikian, penggunaan tepung daun Chromolaena pada ayam petelur sampai level 5% dalam pakan tidak berdampak negatif (SAGALA, 2009), demikian pula pada kambing dan kelinci menunjukkan hasil positif. Namun demikian daun segar Chromolaena odorata dilaporkan mengandung senyawa nitrat yang menyebabkan kematian pada sapi dan kambing (PRASAD et al., 2005). Di beberapa tempat ternak tidak mau mengkonsumsi daun ini dan menghindarinya (SAJISE et al., 1972; 1974). Tanaman/hijauan yang masih aman digunakan sebagai pakan ruminansia apabila mengandung nitrat < 6.500 ppm. Apabila kandungan nitratnya antara
888
6.500 – 20.000 ppm, maka pemberian tanaman ini pada ternak ruminansia perlu dikombinasikan dengan tanaman lainnya. Sedangkan kandungan nitrat > 20.000 ppm dalam tanaman sudah sangat berbahaya bagi ternak yang mengkonsumsinya (STOLTENOW dan LARDY, 1998; YUNINGSIH, 2007). Selanjutnya, untuk rumput segar maka kandungan nitrat sebanyak 2.000 mg/kg dapat menimbulkan keracunan (HOUSTON et al., 1973). Apabila rumput tersebut dikeringkan, maka kandungan nitrat > 1,76% dapat menimbulkan keracunan (OSWEILER et al., 1976; CASSEL dan BARAO, 2000). Pengujian di laboratorium menunjukkan bahwa kecernaan daun Chromolaena odorata sangat rendah, yaitu 18%, namun pemberian isolat mikroba yang teradaptasi terhadap daun Chromolaena odorata menyebabkan peningkatan kecernaan bahan kering daun ini menjadi sebesar 35% atau terjadi peningkatan nilai kecernaan sebesar 17% (WINUGROHO dan WIDIAWATI, 2010). Penelitian selanjutnya untuk mengisolasi bakteri yang dapat menyebabkan peningkatan kecernaan bahan kering daun Chromolaena odorata mengidentifikasi jenis bakteri Bacteroides clostridiformis. Penelitian lanjutan yang dilakukan adalah untuk menguji daya kerja isolat bakteri Bacteroides clostridiformis dalam menurunkan kandungan nitrat dan nitrit dalam daun Chromolaena odorata. MATERI DAN METODE Isolat mikroba Bacteroides clostridiformis adalah isolat yang diperoleh dari biang probiotik Bioplus yang kemudian diadaptasikan terhadap daun Chromolaena odorata selama > 4 bulan. Teknik pemilihan isolat ini dilakukan dengan menggunakan Metode WINGROHO et al. (1993) dan di identifikasi di laboratorium mikrobiologi Institut Teknologi Bandung (ITB). Selanjutnya, isolat ini diuji daya kerjanya secara in vitro dalam mengatasi racun dalam daun Chromolaena odorata. Substrat yang digunakan adalah tanaman Chromolaena odorata. Ada tiga bentuk substrat yang digunakan dalam pengujian in vitro yaitu daun Chromolaena odorata dalam bentuk segar, di kering-mataharikan dan di-
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
freeze drying. Teknik in vitro yang digunakan adalah metode THEODOROU dan BROOKS (1990). Media in vitro terdiri dari 1 gram subtrat yang akan di uji, 90 ml larutan buffer dan 10 ml inokulan mikroba. Ketiga jenis substrat yang digunakan disamakan jumlahnya, yaitu mengandung 1 gram bahan kering. Inokulan yang digunakan adalah 10 ml cairan rumen domba segar atau 10 ml isolat mikroba Bacteroides clostridiformis atau kombinasi keduanya, yaitu 5 ml cairan rumen domba segar dengan 5 ml isolat mikroba Bacteroides clostridiformis. Masa inkubasi dilakukan selama 96 jam dalam water bath dengan suhu 39°C. Pengamatan dilakukan terhadap produksi gas hasil fermentasi subtrat yang mengindikasikan banyaknya bahan kering substrat yang dicerna oleh mikroba, populasi bakteri dan kandungan nitrat dan nitrit sebelum dan setelah masa inkubasi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap untuk membandingkan 3 jenis inokulum yaitu cairan rumen domba segar, isolat bakteri Bacteroides clostridiformis, dan kombinasi antara cairan rumen domba segar dan isolat bakteri Bacteroides clostridiformis. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Data yang terkumpul kemudian dianalisa secara statistik dengan menggunakan sidik ragam, dimana jika ada hasil yang menunjukkan perbedaan nyata dilakukan pengujian lanjutan dengan menggunakan uji Duncan (DANIEL, 1991). HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum digunakan sebagai substrat dalam kegiatan in vitro maka dilakukan pengujian kandungan nitrat dan nitrit dalam daun Chromolaena odorata. Kedua jenis racun ini dipilih karena keduanya merupakan racun yang dominan terdapat di dalam tanaman ini. Kedua
senyawa ini yang dilaporkan menimbulkan kasus diare dan keracunan pada ternak yang mengkonsumsi daun Chromolaena odorata. Hasil analisa kandungan kedua racun dari tiga jenis substrat ditampilkan pada Tabel 1. Proses pengeringan daun Chromolaena odorata dengan freeze drying meningkatkan kandungan nitratnya sebesar 28% yaitu dari 12.500 pada daun segar menjadi 16.000 ppm pada daun yang telah di-freeze drying. Sedangkan kandungan nitrit meningkat sebesar 21,7% yaitu dari 4.600 ppm dari daun segar menjadi 5.600 ppm setelah daun di-freeze drying. Nilai ini sudah berada pada level yang dapat menimbulkan masalah pada ternak apabila dikonsumsi yaitu < 6500 ppm (STOLTENOW dan LARDY, 1998). Proses pengeringan di bawah naungan/sinar matahari menurunkan kandungan nitrat dari 12.500 ppm pada daun segar menjadi 5.500 ppm pada daun yang telah dikeringkan. Kandungan nitrit juga mengalami penurunan pada pengeringan dengan sinar matahari, yaitu dari 4.600 ppm pada daun segar menjadi 2.980 ppm pada daun yang telah kering. Rekomendasi oleh STOLTENOW dan LARDY (1998) menunjukkan bahwa level nitrat dan nitrit pada tanaman yang digunakan sebagai hijauan pakan ruminansia yang berbahaya bagi ternak adalah > 20.000 ppm. Level nitrat dan nitrit yang masih aman untuk dikonsumsi oleh ternak ada diantara 0 – 6.500 ppm, sedangkan level nitrat dan nitrit yang mulai menimbulkan masalah pada ternak adalah 6.500 – 20.000 ppm. Namun, pada level 0 – 6.500 ppm apabila pemberian daun Chromolaena odorata ini secara tunggal dan diberikan setiap hari akan dapat menimbulkan permasalahan bagi ternak. Nampaknya proses pelayuan di bawah naungan mampu menurunkan kandungan nitrat dalam daun Chromolaena odorata sebesar 56% dari 12.500 ppm pada daun segar menjadi 5.500
Tabel 1. Kandungan racun nitrat dan nitrit dalam daun Chromolaena odorata dalam bahan kering Sampel
N
Nitrat (ppm)
4600 ± 158 b 2980 ± 100 c
Daun segar
5
12500 ± 223
Daun kering matahari
5
5500 ± 158 c
Daun freeze drying
5
Nitrit (ppm)
b
16000 ± 1581
a
5600 ± 159 a
Laboratorium Diagnostik Balai Besar Veteriner (2010) Huruf yang berbeda dalam satu kolom yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (P < 0,01)
889
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
ppm dan nitrit sebesar 35,2% yaitu dari 4.600 menjadi 2.980 ppm. Namun proses pengeringan dengan freeze drying menyebabkan peningkatan kandungan nitrat dalam daun Chromolaena odorata sebesar 28% dan nitrit 21,7%. Pengamatan terhadap produksi gas dapat mengindikasikan banyaknya substrat yang telah didegradasi oleh mikroba rumen. Semakin besar produksi gas yang dihasilkan maka semakin banyak bahan kering substrat yang dicerna oleh mikroba. Data pada Tabel 2 menampilkan produksi gas hasil fermentasi substrat yang diuji oleh inokulan yang digunakan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa substrat Chromolaena odorata yang dikeringkan di bawah naungan menghasilkan produksi gas hasil fermentasi substrat yang lebih besar baik itu oleh CR domba, isolat Bacteroides clostridiformis maupun kombinasi keduanya. Hasil ini mengindikasikan banyaknya bahan kering substrat yang terdegradasi oleh mikroba dalam inokulan. Nampaknya, aktivitas mikroba rumen dalam mencerna substrat lebih baik pada substrat Chromolaena odorata yang dikeringkan dengan cara menjemur di bawah naungan (tidak terkena sinar matahari secara langsung). Jika dikaitkan dengan kandungan nitrat dan nitrit hasil analisa dari ketiga substrat Chromolaena odorata yang diuji, substrat daun Chromolaena odorata yang dikeringmataharikan di bawah naungan mengandung nitrat dan nitrit yang paling rendah (5.500 dan 2.980 ppm) dibandingkan dengan dua daun Chromolaena odorata lainnya. Produksi gas yang dihasilkan oleh mikroba dalam mencerna substrat daun Chromolaena odorata yang difreeze drying paling rendah di antara ketiga perlakuan. Apabila dilihat dari hasil analisis
pada Tabel 1, maka substrat ini mengandung nitrat dan nitrit yang paling tinggi. Hasil ini jelas menunjukkan bahwa aktivitas mikroba rumen sangat dipengaruhi oleh kandungan nitrat dan nitrit dalam substrat yang diuji. Hasil penghitungan populasi bakteri dalam larutan in vitro setelah masa inkubasi selama 96 jam ditampilkan pada Tabel 3. Hasil produksi gas di antara ketiga jenis inokulan menunjukkan bahwa cairan rumen segar yang diambil dari rumen domba mempunyai aktivitas yang lebih baik dibandingkan dengan kedua jenis inokulan pada semua jenis substrat yang di uji. Hal ini berkaitan erat dengan populasi bakteri yang ada di dalam inokulan. Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa mikroba yang terdapat di dalam larutan in vitro setelah masa inkubasi 96 jam terbanyak pada perlakuan inokulan cairan rumen domba segar diikuti oleh kombinasi cairan rumen domba segar dan kombinasi keduanya. Produksi gas dan kecernaan bahan kering substrat sangat berkaitan dengan kemampuan dan populasi bakteri rumen yang ada. Data populasi bakteri ini diambil setelah masa inkubasi 96 jam. Hasil menunjukkan bahwa setelah 96 jam masa inkubasi maka populasi bakteri pada cairan rumen domba adalah yang terbanyak. Di antara ketiga jenis substrat yang diuji, maka populasi yang terbanyak adalah pada susbtrat yang dijemur di bawah naungan dengan populasi terendah pada substrat yang di-freeze drying. Penambahan isolat mikroba dapat meningkatkan populasi bakteri sebesar 4,4% yaitu dari 4,11 × 109 menjadi 4,29 × 109 koloni/ml, pada substrat/daun Chromolaena segar (P < 0,01). Demikian pula pada substrat yang di-freeze drying terjadi peningkatan populasi bakteri sebesar 62% yaitu dari 2,21 ×
Tabel 2. Rataan total produksi gas hasil fermentasi substrat daun Chromolaena odorata (Co) segar, kering matahari dan setelah di-freeze drying oleh mikroba rumen domba CR, Bacteroides clostriformis (Bc) dan kombinasi CR domba dan Bc setelah masa inkubasi 96 jam Substrat daun
N
CR Domba (ml) a
Bc (ml)
CR Dba X Bc (ml) c
82,8 ± 0,55b
CO segar
5
99,00 ± 0,33
CO Kering matahari
5
100,8 ± 3,32a
86 ± 2,28c
93,92 ± 3,81b
CO Freeze drying
5
52,6 ± 3,81
53,8 ± 3,16
55,8 ± 3,16
37,15 ± 0,66
Huruf yang berbeda dalam satu baris yang sama menunjukkan perbedaan sangat nyata (P < 0,01)
890
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
Tabel 3. Populasi bakteri dalam larutan in vitro dari fermentasi substrat daun Chromolaena odorata segar, kering matahari dan di-freeze drying oleh mikroba rumen domba CR, isolat Bacteroides clostridiformis (BC) dan kombinasi keduanya Jenis inokulan mikroba Substrat daun N
CR Domba (koloni/ml)
Bc (koloni/ml)
CR Dba x Bc (koloni/ml)
CO segar
5
4,11 × 109 ± 0,57a
2,84 × 109 ± 0,25b
4,29 × 109 ± 0,15a
CO kering matahari
5
7,24 × 109 ± 0,16 a
5,44 × 109 ± 0,16b
5,17 × 109 ± 0,14 b
CO freeze drying
5
9
2,21 × 10 ± 0,26
b
9
c
1,18 × 10 ± 0,16
3,58 × 109 ± 0,25a
Huruf yang berbeda dalam satu baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,01)
109 menjadi 3,58 × 109 koloni/ml (P < 0,01). Pada susbtrat yang dijemur di bawah naungan, perlakuan kombinasi cairan rumen domba segar dan isolat Bc populasi bakteri turun sebesar 28,6%, yaitu dari 7,24 × 109 menjadi 5,17 × 109 koloni/ml (P < 0,01). Hasil ini sejalan dengan data pada produksi gas (Tabel 2) dan kandungan nitrat dan nitrit dari masingmasing substrat (Tabel 1). Rendahnya populasi bakteri pada isolat Bc dapat dimengerti karena isolat ini hanya terdiri dari satu jenis bakteri, sedangkan isolat cairan rumen domba segar merupakan campuran kultur dari mikroba yang ada dalam rumen. Pencampuran kedua jenis inokulan sebanyak 50 : 50 dengan sendirinya menurunkan total populasi bakteri. Hasil analisa kandungan nitrat dan nitrit pada substrat sebelum difermentasi oleh mikroba dan setelah 96 jam di fermentasi oleh tiga jenis sumber inokulan ditampilkan pada Tabel 4. Data menunjukkan bahwa sebelum difermentasi oleh mikroba, kandungan nitrat dan nitrit substrat yang bercampur dalam larutan buffer/media in vitro (pada 0 jam sebelum masa inkubasi) adalah 2.000 ppm dan > 80 ppm. Namun setelah 96 jam masa inkubasi oleh isolat bakteri Bacteroides
clostridiformis, maka kandungan nitrat dan nitritnya menjadi negatif. Negatif dalam hasil laboratorium adalah bila kandungan nitrat dan nitritnya < 20 ppm. Jika diasumsikan bahwa kandungan nitrat dan nitrit daun Chromolaena setelah in vitro sebesar 20 ppm, maka dapat dikatakan bahwa inkubasi dan fermentasi daun Chromolaena segar oleh isolat mikroba terseleksi dalam rumen dapat menurunkan kandungan nitratnya sampai 90% yaitu dari 2.000 ppm menjadi 20 ppm dan nitrit sampai 75% yaitu dari 80 ppm menjadi 20 ppm dalam daun Chromolaena odorata (P < 0,01). Dari hasil yang diperoleh pada penelitian ini maka isolat mikroba Bacteroides clostridiformis dimungkinkan untuk dapat digunakan sebagai probiotik untuk diberikan kepada ternak yang mengkonsumsi daun Chromolaena odorata. Karena isolat ini berasal dari mikroba rumen, maka isolat ini akan dapat hidup dan berkembang di dalam rumen, sehingga pemberiannya tidak perlu setiap hari. Namun demikian pengujian secara in vivo langsung kepada ternak yang mengkonsumsi daun Chromolaena odorata memang masih diperlukan untuk mengetahui dampak penggunaannya pada ternak.
Tabel 4. Kandungan nitrat dan nitrit substrat daun Chromolaena odorata sebelum dan setelah di in vitro oleh isolat bakteri N
Nitrat (ppm)
Nitrit (ppm)
Daun Chromolaena odorata sebelum in vitro
5
2000 ± 98,7a
80 ± 2,3a
Daun Chromolaena odorata setelah in vitro
5
20 ± 0,97b
20 ± 0,68b
891
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan penelitian ini adalah bahwa isolat bakteri Bacteroides clostridiformis dapat menurunkan kandungan nitrat sampai 90% dan nitrit sampai 75% dari daun Chromolaena secara in vitro. Meningkatkan populasi bakteri sebesar 6% pada substrat yang di-freeze drying setelah diinkubasi 96 jam. Meningkatkan produksi gas 6,1% pada substrat yang di-freeze drying. DAFTAR PUSTAKA ADIJAYA, D. 2007. Susahnya Cari Pakan. Trubus Majalah Pertanian Indonesia. Juni 2007. CASSEL, K. and S. BARAO. 2000. Causes and prevention: Nitrate poisoning of livestock. College of Agriculture and Natural Resource, University of Maryland. http://www.agric. umd.edu/mcf/publications/publication.cfm? ID=7. (4 September 2007). FAO. 2006. Alien Invasive Species: Impacts on Forests and Forestry – A Review. http://www. fao.org//docrep/008/j6854e/j6854e00.htm. (25 Oktober 2007). HOUSTON, W.R., L.D. SABATHA and D.N. HYDER. 1973. Nitrate-nitrogen accumulation in range plants after massive N fertilization on short grass plants. J. Range Management 26(1): 54 – 57. OPPONGANANE, K. and FRANCAIS. 2002. Ghana Country Pasture/Forage Resource Profiles. Ministry of Food and Agriculture, AccraNorth, Ghana. OSWEILER, G.D., T.L. CARSON, W.B. BUCK and G.A. VAN GELDEN. 1976. Nitrates, nitrites and related problems. Clinical and Diagnostic Veterinary Toxicology. Kendall Hunt. Pub. Co. Dubugul, Iowa. pp. 460 – 470.
PRASAD, S., K. NARAYANA, K. JAYAKUMAR and K.G. SRIKANTH. 2005. Phytochemical Analysis of Toxic Plant Chromolaena odorata (Eupatorium odoratum). J. Indian Soc. Toxic. 1(1).
892
PRAWIRADIPUTRA, B.R. 2008. Ki Rinyuh (Chromolaena odorata (L) R.M. King dan H. Robinson): Gulma Padang Rumput yang Merugikan. Wartazoa 17(1): 46 – 52. SAGALA, N.S. 2009. Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata) Terhadap Pertumbuhan dan IOFC dalam Ransum Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica) Umur 1 Sampai 42 Hari. Universitas Sumatera Utara, Medan. SAJISE, P.E., R.K. PALIS and J.S. LALES. 1972. Chromolaena odorata imperils grassland. Pasture Newsletter 1(4): 1 – 2. SAJISE, P.E., R.K. PALIS, N.V. NORCIO and J.S. LALES. 1974. The biology of Chromolaena odorata (L.) R.M. King and H. Robinson. 1. Flowering behavior, pattern of growth and nitrate metabolism. Phil. Weed Sci. Bull. 1: 17 – 24. STOLTENOW, C. and G. LARDY. 1998. Nitrate poisoning of livestock. http:www.ag.ndsu.edu /pubs/ansci/livestock/v839w.htm. THEODOROU, M.K. and A.E. BROOKS. 1990. Evaluation of a New Procedure for Estimating the Fermentation Kinetics of Tropical Feeds., The Natural Resources Institute, Chatham, UK. WINUGROHO, M., M. SABRANI, P. PUNARBOWO, Y. WIDIAWATI and A. THALIB. 1993. Nongenetics approach for selecting rumen fluid containing specific microorganisms (Balitnak Method). Ilmu dan Peternakan 6: 5 – 9. WINUGROHO, M. dan Y. WIDIAWATI. 2010. Intervensi Pemberian Mikroba Detox pada Domba yang Diberi Chromolaena odorata (l). Laporan Kegiatan Penelitian APBN Tahun Anggaran 2010. YUNINGSIH. 2007. Keracunan nitrat nitrit pada ternak ruminansia dan upaya pencegahannya. J. Litbang Pertanian 26(4): 153 – 158.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011
DISKUSI
Pertanyaan: Ada korelasi antara nitrat, nitrit dengan bakteri clostridium? Jawaban: 1. Dimungkinkan bahwa ada korelasi karena jenis bakteri yang digunakan hanya Bacteroides clostridiformis. 2. Korelasi antara kandungan nitrat, nitrit serta kenaikan populasi bakteri clostridiformis belum diketahui karena hanya pengujian satu titik yaitu pada 96 jam masa inkubasi.
893