krokkk !" belaka. Semua orang yang menyaksikan hal itu jadi terkejut sekali, segera juga mereka menyerbu buat melihat keadaan wanita tersebut, dimana mereka melihat dengan ngeri sekali dan juga mereka tidak dapat untuk menanyakan sesuatu pada wanita tersebut, karena memang hati mereka tergetar hebat dan disamping diliputi perasaan kaget, juga mereka sangat ketakutan. Apa yang mereka lihat merupakan pemandangan yang benar2 sangat mengerikan sekali. Tang Ku dan Ang Ho yang tengah bertempur, juga telah mendengarkan suata ribut2 itu, Tang Ku terkejut melihat keadaan wanita tersebut dan bermaksud menghentikan pertempuran mereka, Akan tetapi Ang Ho lain lagi. Setelah melihat sejenak keadaan wanita tersebut dia malah menyerang semakin hebat. Tang Ku terpaksa melayani beberapa jurus lagi, sampai akhirnya waktu menangkis serangan Ang Ho, dia telah membarengi dengan menyusuli dengan kibasan tangannya, bentaknya: "Tahan, aku ingin bicara !" Ang Ho rasakan terjangan angin yang kuat sekali, dia telah melompat mundur karena tubuhnya waktu itu telah terhuyung mundur, kalau memang dia tidak melompat mundur, niscaya akan membuat dia terguling. Karena dari itu, dia telah mengimbangi keseimbangan tubuhnya dengan melompat kebelakang. Tang Ku cepat2 melompat berdiri, dia telah berkata lagi: "Kita lihat dulu keadaan wanita itu, tampaknya disamping kita berdua, masih ada seorang lainnya yang ingin meramalkan suasana ini..!" "Hemmm, kau jangan mempergunakan alasan itu buat menghentikan pertempuran kita ini. karena kita harus menentukan hari ini juga, siapa diantara kita sebenarnya yang berkuasa didaerah Lam-san ini, karena aku merupakan seorang yang tertinggi kepandaiannya digunung Lam-san ini, jika selama engkau masih tidak mau mengakuinya, selama itu pula aku akan berusaha menundukkanmu !" Mendengar perkataan Ang Ho itu, Tang Ku tertawa bergelak-gelak. "Hahahaha, untuk urusan siapa diantara kita yang memiliki kepandaian tertinggi, itu urusan yang kurang begitu penting, akan tetapi sekarang yang perlu kita ketahui, mengapa siwanita berbaju hijau tersebut terluka begitu hebat. . . dan apa maksud kedatangan orang2 berjumlah belasan tersebut, maksud sesuatu yang tampaknya seperti mengandung datang ke Lam-san ini, karenanya kita harus menanyakan dulu kepada mereka..!" Ang Ho ragu2, akan tetapi kemudian mengangguk dengan sikap tetap bengis dan mengerikan. "Pergilah kau menanyakan sendiri! Aku memberikan kau waktu seperminuman teh, setelah itu kau tidak bisa tawar menawar lagi, aku akan segera menyerang dirimu pula !" Tang Ku tidak mengacuhkan perkataan Ang Ho, dia telah menghampiri wanita berbaju hijau itu, yang masih rebah dengan dari lehernya terdengar suara "Krokkk" krokkk, krokk, tidak hentinya. Dia memeriksa keadaan wanita tersebut, dilihatnya, selain sepasang tangannya yang telah dibuntungkan seseorang, juga lehernya itu telah tertabas benda tajam, sehingga leher itu setengah terputus. Hanya saja, tenaga tabasan itu benar2 diperhitungkan sekali, walaupun dalam, tidak sampai mati. Tang Ku telah berjongkok dan berusaha menutup luka dileher wanita itu, dia juga telah mengeluarkan botol obat dari saku baju-nya, kemudian berusaha untuk menotok beberapa jalan darah disekitar leher wanita itu agar darah tidak keluar lebih jauh lagi.
Perlahan-lahan suara krokkkk dileher wanita itu berkurang, dimana dia tidak sadarkan diri, Dengan berbagai cara, Tang Ku berusaha menyadari wanita itu, akan tetapi akibat darah yang banyak keluar, membuat wanita tersebut tetap tidak sadarkan diri. Belasan kawan2nya jadi memandang bengong dengan muka pucat. Apa yang telah di alami oleh wanita itu benar2 merupakan sesuatu yang sangat mengerikan sekali, entah siapa yang telah menganiaya wanita tersebut. "Tentu ada seorang berkepandaian tinggi lainnya yang telah menganiayanya." menggumam seseorang. "Stttt....!" kawan yang disebelahnya telah memperingatinya,agar dia tidak terlalu banyak mengeluarkan pembicaraan. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Waktu itu seseorang lainnya telah menyeletuk lagi: "Entah mengapa dia dianiaya seperti itu !" "Siapa orang yang menganiayanya itu!?" menggumam yang lainnya pula. "Betapa kejamnya orang itu, jika dia bermaksud membunuh wanita ini, tokh dia bisa saja membunuhnya, tidak perlu menganiaya-nya seperti sekarang ini, dimana keadaannya seperti juga mati bukan hiduppun bukan, Hem betapa kejamnya orang itu !" "Sttt...!" kembali kawannya yang disebelahnya telah memperingatinya. Waktu itu keadaan jadi kening kembali, di mana mereka hanya mengawasi dengan hati berdebar, karena mereka kuatir kalau2 mereka sendiri akan mengalami nasib seperti yang dialami wanita tersebut. Tang Ku masih terus juga berusaha menolongi wanita tersebut walaupun usahanya tidak berhasil untuk segera membuat wanita itu tersadar, tokh darah sudah tidak keluar dari luka dileher wanita tersebut, begitupun pada kedua tangannya. Setelah menotok beberapa jalan darah wanita itu lagi, akhirnya Tang Ku berhasil juga menyadari wanita tersebut dari pingsannya. Sepasang pelupuk mata wanita itu bergerak per-lahan2, tidak lama kemudian disusul dengan terbuka, dan bola matanya yang guram tidak bersinar itu telah memandangi semua orang ditempat itu dengan sinar mata yang mengandung perasaan takut bukan main. Malah mukanya yang pucat pias dan memperlihatkan perasaan ketakutan itu, menunjukkan bahwa wanita ini masih dicekam oleh perasaan takut yang sangat, dan dimana jelas bahwa tadi wanita ini telah mengalami peristiwa yang menyerahkan sekali. Waktu itu pula Tang Ku telah bekerja terus, dia menotok urat kaku wanita itu, walau pun wanita itu telah sadar, akan tetapi dia belum bisa menggerakkan tubuhnya, guna mencegah jangan sampai pendarahan terjadi lagi. "Le... lepaskan... ooohh, menakutkan sekali dia... dia makhluk yang mengerikan sekali ! Ooohh...!" berulang kali wanita itu telah mendesis dengan suara mengandung perasaan takut yang luar biasa menguasai dirinya. "Tenanglah !" membujuk Tang alami!" "Aku... aku... ohh, jangan....jangan..." wanita tidak bisa berbicara dengan menguasai
Ku. "Apa yang telah terjadi? Apa yang telah kau orang itu sangat menyeramkan sekali ! Ohh, itu bicara tidak lancar dan juga kata2 nya ngawur baik. Rupanya perasaan takutnya tadi telah begitu
dirinya. Dengan demikian dia seperti juga masih dicekam oleh perasaan takut yang membuatnya seperti setengah lupa diri, dan air matanya belaka yang telah mengucur terus tanpa hentinya, karena wanita ini menderita kesakitan yang hebat dan juga tengah ketakutan sekali. Tang Ku telah beberapa kali menotok lagi beberapa jalan darah disekitar pundak wanita tersebut, karena dia berusaha untuk mengurangi rasa sakit pada luka yang diderita oleh wanita tersebut. Usahanya itu memang berhasil, karena dia. telah mengurangi perasaan sakit yang diderita oleh wanita tersebut, membuat wanita itu pulih ketenangannya sebagian. "Mana.....mana orang itu... okkk, dia merupakan makhluk yang mengerikan sekali, apakah dia tidak mengejar?" "Tenanglah !!" menghibur Tang Ku. "Ada kami disini, dan kau akan kulindungi. Katakanlah, siapa yang telah menganiaya dirimu seperti ini ?!" "Dia bertubuh tinggi besar, memiliki ginkang yang tinggi sekali ....dan ohhh, betapa bengis dan kejamnya dia..,.orang itu yang telah membuntungi kedua tanganku ini diapun telah melukai leherku ini, walaupun tidak ber hasil sampai memutuskan leher ini, tokh aku tidak akan dapat hidup lebih lama lagi !" Dan berkata sampai disitu, dari leher wanita tersebut telah terdengar suara "Krooookkkk!" beberapa kali. Melihat keadaan wanita ini seperti itu, segera juga Tang Ku menyadarinya, bahwa ia tidak mungkin berhasil menolongi wanita tersebut, karena lukanya telah terlalu parah, dan jiwanya tidak mungkin bisa diselamatkan lagi. Sedangkan wanita tersebut beberapa kali mengeluarkan suara "krokkk" pada lehernya kemudian urat lehernya menjadi lemah, kepalanya teklok dan terkulai, seketika dia telah menghembuskan napasnya yang terakhir dengan sepasang mata yang terpentang lebar2, menunjukkan bahwa ia mati dengan hati yang penasaran sekali. Tang Ku menghela napas dalam2, dia menyesal tidak berhasil menyelamatkan wanita itu. Dan juga belasan orang lainnya telah mengawasi mayat wanita, tersebut dengan mulut setengah terbuka dan sikap tertegun, karena mereka diliputi oleh perasaan ngeri yang sangat hebat, membuat jantung mereka berdebar keras sekali, tubuh merekapun terasa menggigil gemetaran ! Kematian yang dialami oleh wanita tersebut sangat mengerikan sekali, sebuah kematian yang benar2 mendirikan bulu roma orang itu! Tang Ku menghela napas dalam-dalam, dia berdiri dengan sikap menyesal karena gagal menolongi jiwa wanita tersebut. Semua orang2 yang berada ditempat tersebut telah menundukkan kepala mereka masing2 dengan dicekam perasaan ngeri dan takut. Akan tetapi, kesunyian itu telah dipecahkan oleh suara tertawa Ang Ho, yang meledak menggelegar sangat keras sekali. Dan kemudian disusul dengan tubuhnya yang melompat akan menyerang Tang Ku lagi. Tang Ku dirinya diserang, dia berbareng merogoh tidak berdiam diri saja, waktu mengetahui
telah melompati menyingkir, dan sakunya. Tahu2 dia telah menimpukkan kodok putihnya "Krokkk !" kodok itu memperdengarkan suaranya dan menyambar kepada Ang Ho. Ang Ho melihat ini jadi mengeluarkan seruan murka, dia batal meneruskan serangannya pada Tang Ku, melainkan tangan kanannya cepat sekali menghantam kodok putih itu. Pukulan yang dilakukan Ang Ho mengenai telak pada kodok tersebut. Binatang itu telah terpukul terpental dan bergulingan ditanah. Akan tetapi pukulan Ang Ho tersebut tidak menyebabkan kodok tersebut jadi mati, karena walaupun bagaimana kuatnya pukulan Ang Ho tidak berdaya buat melumpuhkan kodok putih yang merupakan kodok mustika yang tahan menerima pukulan yang bagaimana keras sekalipun juga, disamping memang kebal terhadap mata senjata tajam. Karena dari itu, begitu kodok putih itu telah terjatuh keatas tanah, diwaktu itulah dia telah melompat lagi dan menubruk kepada Ang Ho. Gerakan kodok putih itu sangat gesit dan cepat sekali, dia telah menerkam dengan maksud hendak menggigitnya. Akan tetapi Ang Ho telah mengulangi pula gerakannya seperti tadi, Dia telah memukul lagi kodok putih itu sampai binatang tersebut terpental pula. Tang Ku yang berdiri tenang dipinggiran telah memperdengarkan suara tertawanya. "Keluarkan dan gunakanlah seluruh kekuatan dan tenaga yang ada padamu, Ang Ho.. tidak mungkin kau berhasil membinasakan kodok mustika itu !" Ang Ho jadi sangat gusar, Memang tadi dia tengah penasaran sekali karena tidak bisa merubuhkan Tang Ku. dan sekarang disaat dia hendak menyerang lagi kepada lawannya, maksudnya seperti dirintangi oleh kodok putih itu. Sedangkan kodok putih itu seperti juga tidak mau memberikan kesempatan pada Ang Ho, dimana berulang kali dia telah menerkam lagi disaat Ang Ho telah memukulnya jatuh ketanah. Dan selalu pula dia mengancam akan menggigit. Dalam keadaan seperti itu, Ang Ho tak kesempatan buat menghindarkan diri dan memiliki membagi kesempatan menyerang Tang Ku. Dia harus melayani terus kodok putih itu, yang seperti juga melibat dirinya. Akan tetapi akhirnya Ang Ho memperoleh serupa pikiran, waktu melihat kodok putih itu telah menerjang lagi begitu cepat dan gesit, di samping itu mengancam akan menggigitnya, cepat sekali Ang Ho telah mengerahkan dan mengempos telaga dalamnya. Lalu menghantamnya. Pukulan yang dia membentak dan di lakukannya itu merupakan pukulan yang sangat dahsyat. Sebenarnya, seumur hidupnya, walaupun menghadapi lawan yang tangguh, belum pernah Ang Ho mempergunakan kekuatan tenaga dalam sepenuh seperti itu, sekarang dalam keadaan gusar sekali, dia bermaksud membuat kodok putih itu yang tidak dapat dihancurkan dengan pukulannya, terpental ketempat yang lebih jauh, sehingga dia akan memperoleh kesempatan buat mengalihkan serangannya kepada Tang Ku. Apa yang direncanakan oleh Ang Ho memang berjalan dengan lancar, karena waktu kodok putih itu terhantam dengan kuat sekali oleh pukulan yang dilakukannya, seketika kodok tubuhnya telah putih
tersebut terpental sangat keras, melayang ketengah udara sejauh lima tombak lebih, kemudian terbanting ke-atas tanah. Mempergunakan kesempatan inilah Ang Ho segera bergerak membarengi menjejakkan kedua kakinya, dia telah menerkam kepada Tang Ku. Dan kedua tangannya tidak tinggal diam, cepat sekali dia telah menyerang, dimana serangannya ini sama hebatnya seperti tadi dia menghantam kodok putih tersebut, serangan itu membuat Tang Ku tidak bisa meremehkannya, sebab kalau saja dirinya terserang, niscaya akan menyebabkan dia terluka didalam yang sangat hebat. Segera Tang Ku telah mengempos semangatnya, dia menangkisnya. Waktu tangan mereka saling bentur, segera juga Tang Ku membarengi buat mencengkeram. Ang Ho tengah bernapsu dengan serangannya, karenanya dia seperti sudah tidak memikirkan keselamatan dirinya, sehingga dia menyerang dengan kalap dan membabi buta.. Waktu melihat Tang Ku menangkis serangan nya dan bermaksud mencengkeram tangannya, Ang Ho seperti tidak memperdulikannya, dia hanya meneruskan tangannya yang meluncur ke arah dada Tang Ku. Cengkeraman tangan Tang Ku memang berhasil mengenai pergelangan tangan Ang Ho, akan belum sempat mencengkeram kuat dan tetapi dia menahan meluncurnya tangan tersebut, kepalan tangan dari Ang Ho cepat sekali mengenai dadanya. Seketika tubuh Tang Ku terhuyung, dan sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi dia tidak berdiam diri saja, tenaganya telah dikerahkan pada kelima jari tangannya. Dia mencengkeram, kemudian menggentaknya dengan kuat. Tubuh Ang Ho melayang ketengah udara. Hanya saja lemparan itu tidak membuat Ang Ho terbanting ditanah, sebab dia waktu itu telah mempergunakan kemahiran ginkangnya buat menguasai meluncurnya sang tubuh, sehingga dia jatuh dengan kedua kaki terlebih dulu. Waktu kedua kaki Ang Ho mengenai tanah, disaat itulah kodok putih peliharaan Tang Ku telah menerkam kearahnya lagi, menubruk dengan cepat sekali, dengan berhasilnya menancapkan giginya di pundak Ang Ho. Ang Ho kesakitan dan terkejut bukan main. Dia mengetahui betapa bahayanya gigitan kodok putih itu, sebab dia pernah tergigit dan tak merasakan punggung tangannya yang bisa terlepas, sampai dia harus mempergunakan buntungan dari pedang pendeknya buat mengiris kulit punggung tangannya sendiri. Karena dari itu, waktu menyadari pundaknya kena digigit oleh kodok putih itu, cepat-sekali Ang Ho mempergunakan
tangan kirinya dia berusaha menarik kodok putih itu. Akan tetapi gigitan kodok putih tersebut memang benar2 kuat sekali, dan juga diwaktu itu terlihat betapa tarikan tangan Ang Ho tidak berhasil, walaupun dia menark dengan keras sekali. Malah Ang Ho merasakan betapa disebabkan dia menarik kodok putih itu dengan keras, gigitan dari kodok putih itu yang menancap dalam, terus juga menyantel dipunggungnya. Karena menyadari tidak ada jalan lain, Ang Ho akhirnya telah mengerahkan tenaga dalamnya, dengan masih mencengkeram kodok putih itu, dia menarik sekuat tenaganya, maka copotlah sebagian daging Ang Ho, bersamaan terlepasnya gigitan kodok itu, dimana gigi2 dari kodok putih itu masih menggigit terus potongan daging tersebut. Tang Ku sendiri waktu itu telah merasakan napasnya agak sesak, akibat terpukul telak sekali oleh Ang Ho. Dia memejamkan matanya dan mengatur jalan pernapasannya. Dia tidak mengetahui apa yang terjadi waktu itu. Ang Ho waktu itu setelah berhasil menarik kodok putih itu dari punggungnya, sehingga darah mengucur keluar dari lukanya itu, segera juga dia melemparkan kodok putih tersebut kearah salah seorang belasan orang yang terluka itu. Memang apes sekali nasib orang itu, dia belum lagi mengetahui apa-apa, waktu dia melihat sinar putih menyambar kearah dirinya, tahu2 dia merasakan lengannya sakit bukan main. Ternyata waktu dilemparkan begitu, kodok putih itu telah membuka mulutnya, gigitannya telah dilepaskannya, lalu dia juga telah menggigit pula lengan orang tersebut. Gigitannya itu kuat sekali, tidak bisa terlepas. Orang tersebut menjerit kesakitan melepaskan gigitan kodok tersebut. Akan tetapi dia tidak berhasil dan dan berusaha membuat dia berjingkrakan menahan rasa sakit yang dideritanya. Ang Ho telah menoleh dengan muka yang semakin memerah kepada Tang Ku, Dia murka bukan main, dan tidak mau men-sia2kan kesempatan yang ada, dia melompat kedekat Tang Ku dan tangannya bergerak menghantam pundak Tang Ku. Tang Ku waktu itu tengah berusaha meluruskan pernapasannya, keadaannya terancam sekali, karena dia tidak boleh terpecah perhatiannya, sedangkan pukulan Ang Ho telah berkesiuran datang, dan angin serangan itu telah dapat dirasakan oleh Tang Ku. Akan tetapi dia tidak berdaya buat menangkisnya, waktu itu dia tengah berada dalam saat2 yang menentukan untuk meluruskan napasnya, Karena dari itu pula, dia hanya membiarkan pukulan itu jatuh dipundaknya. "Bukk!" kuat sekali pukulan tersebut mengenai pundak Tang Ku, sedangkan Tang Ku sama sekali tidak berkelit atau menangkis. Karena hebatnya pukulan Ang Ho yang jatuh kepundak Tang Ku, membuat tubuh Tang Ku seperti dihantam sesuatu yang dahsyat sekali, sepasang kakinya telah melesak kedalam tanah sedalam lima dim. Hebatnya lagi, walaupun diserang begitu hebat, tokh Tang Ku tidak terpental, dia
tidak berkisar dari tempat berdirinya, sehingga sepasang kakinya yang menjadi korban dan melesak kedalam tanah. Ang Ho mendengus mengejek, dengan bernafsu sekali dia telah menghantam lagi kepundak Tang Ku. Kembali kaki Tang Ku melesak sedalam lima dim. Saat itu Tang Ku telah selesai meluruskan pernapasannya, sehingga dia telah membuka matanya dan disaat itu pukulan yang ketiga dari Ang Ho telah meluncur datang. Malah sekarang pukulan itu mengincar kepalanya, sehingga jika saja mengenai sasaran, kepala Tang Ku akan hancur remuk. Cepat sekali Tang Ku telah mengangkat kedua tangannya, dia bukan menangkis atau juga berusaha melawan keras dengan keras, melainkan dia telah membarengi menyerang, dengan menghantam kedua tangannya pada dada dari lawannya. Ang Ho sama sekali tidak menduga apa yang dilakukan oleh Tang Ku, dia terserang dengan hebat, tubuhnya terpental dan kemudian bergulingan ditanah. Akan tetapi dia cepat sekali melompat bangun, dan kemudian melompat pula untuk menyerang kepada Tang Ku. Tang Ku sendiri telah melompat keluar dari pendaman tanah itu menarik kedua kaki-nya. Disaat itulah Ang Ho tiba dengan terjangannya lagi. Kedua orang ini telah bertempur pula dengan seru. "Hahaha !" tiba-tiba terdengar suara tertawa yang menyeramkan sekali, disusul dengan munculnya seseorang, "Pantas monyet-monyet ini berani datang mengacau tempatku, tidak tahunya ada kera-kera besarnya.." Orang yang baru muncul itu tidak lain dari orang bertubuh tinggi besar yang telah menganiaya wanita berpakaian baju warna hijau pucuk daun. Dia muncul dengan gerakan tubuh yang ringan sekali. Belasan orang yang berada ditempat itu jadi terkejut sekali, mereka tambah ketakutan karena mereka melihat telah muncul seorang yang memiliki kepandaian tinggi lagi, sehingga keadaan pasti bertambah keruh. Sedangkan waktu itu Tang Ku dan Ang Ho yang tengah bertempur seperti juga tidak melayani kedatangan orang itu. Disaat itu, orang bertubuh tinggi besar tersebut telah membentak nyaring : Berhenti ! dengarkan dulu perkataanku." Ang Ho mendengar bentakan nyaring itu dia merasakan telinganya sakit, Dengan begitu dia tambah terkejut lagi, sebab mengetahui bahwa orang itu memiliki tenaga lwekang yang sangat tinggi sekali. Tang Ku juga telah mendengar bentakan tersebut, dia segera melompat menjauhi diri dari Ang Ho. Mereka berdua telah memisahkan diri dan baru saja mereka berdiri tetap dan sehingga bisa melihat jelas orang yang membentak itu, orang yang bertubuh tinggi besar tersebut telah mem bentak lagi: "Kalian berdua yang rupanya telah memancing keributan mengacau ditempat-ku ini..." Tang Ku waktu itu telah sempat melihat jelas orang tersebut, segera juga wajahnya berobah. "Kau....!" dia berseru kaget. Ang Ho melihat orang tersebut, juga berobah wajahnya. "Kau?!" diapun berseru, "Tidak tahunya Lam-san Kiam Liong (Pedang Naga dari Lam
san)!" Orang tersebut telah memperdengarkan suara tertawa dingin, sambil katanya: "Hemm, kau rupanya mengenalku juga dan mengetahui lengkap gelaranku ! Bagus ! Bagus ! Sekarang dengarlah baik-baik pertanyaanku ini yang harus kalian jawab dengan sebenarnya, apa maksud kalian datang ketempat ini ?" Tang Ku telah berhasil menenangkan perasaannya. Dia memang telah mendengar, betapa Lam-san Kiam-tiong merupakan seorang tokoh rimba persilatan yang luarbiasa dan berdiam di Lam-san, yang memiliki kepandaian sangat hebat dan sulit sekali ditandingi. Akan tetapi, Tang Ku sendiri yakin bahwa kepandaiannya tidak berada disebelah bawah kepandaian orang tersebut. Tadi dia terkejut karena dia memang telah terlalu sering mendengar cerita kehebatan dari Lam-san Kiam Liong tersebut, dan bukan disebabkan dia merasa jeri atau takut. Sedangkan Ang Ho sendiri memang mengenali Lam-san Kiam Liong, dia memang agak jeri. Sepuluh tahun yang lalu mereka pernah bentrok dan Ang Ho telah bertempur dengannya. Akan tetapi Ang Ho telah dapat dirubuhkan setelah mereka bertempur ratusan jurus. Sejak saat itu Ang Ho telah melatih diri dengan giat, dan kedatangannya kali ini ke Lam-san justeru memang ingin Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mencari Lam-san Kiam Liong tersebut, dimana dia bermaksud buat menantangnya lagi, untuk diajak ber tempur pula. Tadi dia terkejut, karena dia tidak menyangkanya bahwa orang yang tengah dicarinya bisa bertemu ditempat ini. "Hemm, tentunya kau masih ingat padaku, bukan?l" tanya Ang Ho. Mendengar suara dan sikap orang yang begitu dingin, Lamsan Kiam Liong telah mengawasi Ang Ho sejenak lamanya, kemudian tanyanya: "Siapa kau?!" "Hemm, apakah hanya berpisah sepuluh tahun saja kau telah lupa padaku? sungguh tumpul sekali otakmu!" kata Ang Ho dengan suara mengejek. "Aku Ang Ho... sekarang kau ingat, bukan? Sepuluh tahun yang lalu kita pernah bertempur, kebetulan waktu itu kau memiliki nasib baik dan aku kurang hati2 sehingga dapat kau robohkan.. sekarang justeru aku datang untuk mengajakmu main2 seribu jurus lagi!" Mata dari Lam-san Kiam Liong telah men-cilak2 tidak hentinya, dia telah mengawasi dengan tajam kepada Ang Ho, kemudian dia bilang: "Hemm, rupanya engkau pernah rubuh ditanganku, dan sekarang engkau datang pula buat cari penyakit ? Bagus ! Bagus ! sekarang aku akan menghajar lebih hebat lagi pada mu, dan engkau jangan harap bisa meninggalkan Lam-san ini.. jika dulu aku masih memberikan kesempatan buatmu hidup, sekarang jangan harap kau bisa meninggalkan gunung Lam-san ini dengan masih bernapas..." Waktu itu Ang Ho rupanya sudah tidak bisa menahan kemarahan hatinya lagi, dia telah melompat dan menerkam dengan kedua tangannya pada Lam-san Kiam Liong. Gerakannya sangat cepat sekali karena dia tahu, bahwa yang dihadapinya ini adalah lawan yang sangat tangguh.
Akan tetapi Lam-san Kiam Liong tidak tinggal diam. Dia memiliki ginkang yang tinggi sekali. Tahu-tahu tubuh lawannya telah lenyap dari hadapan Ang Ho, sehingga serangannya jatuh ditempat kosong. Ang Ho-telah memutar tubuhnya dan menyerang pula. Sedangkan waktu itu terlihat betapa Lam san Kiam Liong berkelit lagi. Seperti apa yang telah dialami oleh wanita baju hijau yang telah dipermainkan dan dianiaya menjadi korbannya, dia telah mempermainkan Ang Ho. Sepuluh tahun yang lalu memang Ang Ho merasakan betapa ginkang dari Lam-san Kiam liong sangat tinggi sekali sehingga lawannya selalu bisa bergerak sangat cepat. Lam-san Kiam Liong berulang kali mengejek: "Hemm hebat ! Rupanya engkau telah mengalami banyak kemajuan... !" Akan tetapi gerakan Lam-san Kiam Liong semakin lama jadi semakin cepat, tubuhnya itu berkelebat kesana kemari mempermainkan lawannya. Semakin lama Ang Ho semakin penasaran dan murka sekali, sejauh itu tetap saja dia tidak berhasil menyerang lawannya yang selalu main kelit saja. Karena Ang Ho mempergunakan tenaga yang berlebihan, membuat ia cepat sekali merasa letih, kesempatan itulah yang dipergunakan oleh Lam-san Kiam Liong, dengan gerakan yang cepat sekali dia telah menghantam dengan dua jurus serangan. Sedangkan Ang Ho yang merasakan tenaganya mulai berkurang, tidak memperdulikan kenyataan ini, karena dalam murkanya dia malah telah menangkisnya dengan kekerasan. "Bukkk !" tubuh Ang Ho terpental kebelakang. Beruntung memang Ang Ho masih dapat mengendalikan tubuhnya, sehingga dia tidak sampai perlu terbanting. Dalam keadaan seperti ini, segera juga terlihat betapa gerakan yang dilakukan Lam-san Kiam Liong tidak berhenti sampai disitu saja, Dia telah melompat dan menyerang lagi dengan gerakan tangan yang sangat cepat dan sulit diikuti oleh pandangan mata. Ang Ho mengetahui bahwa sulit sekali baginya mengelakkan diri dari serangan tersebut. Karenanya dia telah berlaku nekad, dia menyeruduk maju dengan kepalanya. Kaget Lam-san Kiam Liong, jika ia meneruskan serangannya, memang punggung Ang Ho akan kena dihantamnya, akan tetapi tidak urung diapun akan kena diseruduk kepala Ang Ho, karena dari itu, dia jadi batal menyerang terus, dan dia menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya telah melompat kebelakang menjauhi diri dari lawannya. Ang Ho yang menyeruduk tempat kosong, jadi bertambah mendongkol. Dengan meraung dia telah menyeruduk lagi, dan dia melakukannya sampai beberapa kali. Tetapi sekarang ini Lam-san Kiam Liong tampaknya dapat berlaku lebih gesit, Malah setiap kali menghindarkan diri dari serudukan lawannya, dia juga telah balas menyerang. Yang diincarnya adalah batok kepala Ang Ho. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Menyaksikan perbuatan nekad dari Ang Ho, yang seperti sudah tidak memperdulikan
lagi keselamatan jiwanya dan selalu berusaha menyeruduk, Tang Ku jadi memandang tertegun juga, sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi, jelas Tang Ku menyadari apa artinya semua itu. Kalau memang Ang Ho menyeruduk pula beberapa kali, jangan harap dia bisa mempertahankan hidupnya, bagi Lam san Kiam Liong, mudah saja dia menghindarkan diri dari serudukan tersebut, akan tetapi sekali saja pukulan dari Lam san Kiam Liong hinggap dibatok kepala dari Ang Ho, niscaya dia akan menemui kematian dengan kepala yang remuk. Karena itu, setelah mengawasi lagi beberapa saat, waktu melihat Lam-san Kiam Liong tengah mengangkat tangannya dan menyerang kearah batok kepala Ang Ho, Tang Ku telah membentak "Tahan...!" "Apa ?!" teriak Lam san Kiam Liong dengan suara mengejek "Tahan? Apa maksudmu sedangkan tangannya tetap saja meluncur akan menghantam batok kepala Ang Ho, yang waktu itu tengah menyeruduk keperutnya." "Ya, tahan !" tiba2 terdengar suara orang menyahuti, sebelum Tang Ku sempat menyahuti pertanyaan Lam-san Kiam Liong. Semua orang jadi menoleh. Suara itu begitu bening, dan juga halus sekali. Belasan orang yang tengah terluka itupun ikut menoleh dan jadi terheran-heran. Ang Ho sendiri telah berhenti menyeruduk, diapun menoleh. mukanya segera berobah. Lam-san Kiam Liong juga menoleh, dan ia meringis dengan sikap serba salah. Sedangkan Tang Ku sendiri telah mengawasi orang itu dengan sorot mata yang tajam. Orang yang baru muncul, dari balik batu2 dan batang pohon tidak lain dari seorang anak laki berusia belasan tahun, mungkin baru dua belas tahun, mukanya putih dan cakap dengan rambut yang digulung tunggal, diikat dengan pita warna hijau, sedangkan bajunya terbuat dari bahan kasar, akan tetapi bersih. Anak lelaki itu telah memandang dengan sikap yang sabar sekali, tenang, dan sama sekali tidak memperlihatkan perasaan takut walaupun dia tengah berhadapan dengan orang2 yang memiliki kepandaian tinggi seperti itu. Lam-san Kiam Liong telah menghampiri anak tersebut, waktu tiba dihadapi anak tersebut, dia merangkapkan kedua tangannya memberi hormat, katanya: "Lam san Kiam Liong memberi hormat. . ." Semua orang yang melihat itu, telah memandang terheran-heran, Sedangkan Ang Ho dan Tang Ku juga telah menghampiri anak kecil tersebut, mereka melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Lam-san Kiam Liong, yaitu merangkapkan sepasang tangannya menjura memberi hormat. "Aku Ang Ho mengunjuk hormat...!" kata Ang Ho kemudian, suaranya tidak garang seperti sebelumnya. "Tang Ku mengunjuk hormat..!" Belasan orang itu jadi memandang lebih heran lagi, Jago2 yang memiliki kepandaian tinggi seperti Lam-san Kiam Liong, Ang Ho maupun Tang Ku, ternyata bersikap begitu hormat dan tampaknya jeri terhadap seorang anak lelaki belasan tahun. Apa artinya ini? Apakah anak itu memang memiliki kepandaian yang sangat tinggi, sehingga ketiga orang yang memiliki kepandaian begitu tinggi dan liehay telah menaruh hormat yang demikian besar ?
Belasan orang tersebut jadi memgawasi anak itu sambil mementang mata mereka lebar2. Sedangkan anak kecil itu telah mengibaskan tangannya. "Jangan membawakan peradatan seperti itu aku kurang begitu menyukai..." katanya dengan suara yang tawar. "Ya... ya..!" menyahut Lam-san Kiam Liong, Ang Ho dan Tang Ku serentak. Malah Lam-san Kiam Liong telah bertanya lagi: "Bagaimana kesehatanmu, tabib ?" Anak kecil itu menanggapi. "Baik !" sahutnya. Belasan orang yang terluka itu jadi tergetar hati mereka mendengar Lam-san Kiam Liong menyebut anak lelaki itu dengan sebutan tabib. Apakah anak ini adalah Tabib Dewa yang tengah mereka cari ? Tetapi usianya baru dua belas tahun, tidak mungkin anak sekecil itu mengerti ilmu pengobatan yang terlalu hebat, maka belasan orang tersebut mengawasi dengan sorot mata ragu 2 dan bimbang. Sedangkan anak kecil tersebut telah berkata lagi: "Heemm kalian telah menimbulkan kekacauan ditempat ini, apa maksud kalian?" Suara menegur anak ini biasa saja, tanpa sikap takut2, sama sekali dia tidak jeri menegur Ang Ho, Tang Ku maupun Lam-san Kiam Liong. Hal ini memperlihatkan bahwa ia seperti tidak memandang sebelah mata kepada ketiga orang tersebut. Sedangkan Lam-san Kiam Liong telah menyahuti dengan segera: "Kami bertemu disini dan tengah mengukur kepandaian sebagai latihan belaka ?" "Benar... kami hanya main2 saja !" menimpali Ang Ho. "Ya... memang kami hanya latihan belaka!" kata Tang Ku juga, waktu ketiga orang jago ini berucap seperti itu, wajah mereka agak pucat. Dilihat dari sikap mereka, tampaknya ketiga orang tersebut tengah gelisah sekali. Anak lelaki itu, yang dipanggil dengan sebutan tabib, telah tersenyum, dan katanya: "Kalian mengatakan bahwa kalian tengah main2 dan berlatih ! Lalu bagaimana mungkin dengan belasan orang itu yang tengah berada dalam luka parah ? Tidakkah itu disebabkan oleh perbuatan kalian bertiga ?!" Cepat2 Ang Ho, Tang Ku dan Lam-san Kiam Liong menggelengkan kepala mereka. "Bukan...!" menyahuti mereka hampir serentak. "Mereka bukan dilukai oleh kami, karena menurut keterangan yang diberikan mereka, bahwa mereka semuanya dilukai oleh Ban Tok Kui.." "Hemmm, lalu mengapa wanita itu mati dalam keadaan yang mengenaskan sekali ??!" tanya anak lelaki itu lagi. Muka Lam-san Kiam Liong berobah, dia serba salah dan tingkahnya jadi tidak tenang. Sedangkan Ang Ho dan Tang Ku telah melirik kepada Lam-san Kiam Liong. "Hemm, jika dilihat sikap kalian, tentu yang melukai dan menganiaya wanita itu dan membunuhnya, tentunya dilakukan oleh kau!" kata anak laki-laki itu sambil menunjuk kepada Lam-san Kiam Liong. Rupanya Lam-san Kiam Liong sudah tidak bisa menyangkal lagi akan hal itu, dia
telah mengiakan, bilangnya: "Benar... benar..." tampaknya dia semakin gelisah saja. Anak laki2 itu berobah wajahnya, dia telah tanya dengan suara yang tawar. "Hemmm, apa yang pernah kau janjikan kepadaku??!" Muka Lam-san Kiam Liong menunduk dalam-dalam. "Memang aku bersalah..." berobah lagi, ia telah katanya dengan sikap mengandung penyesalan. "Hemm, apakah begitu mudah meminta maaf, hm jiwa seseorang yang telah terbinasa di begitukan saja." tanya anak laki 2 tersebut. Tubuh Lam-san Kiam Liong jadi gemetaran, tiba2 sekali dia telah menekuk kedua kaki-nya, dia berlutut di hadapan anak laki2 tersebut sambil memanggut2kan kepalanya berulang kali, kemudian katanya: "Harap dimaafkan, harap diampuni, lain kali aku tentu tidak akan melakukan hal2 seperti itu lagi dan aku juga tidak akan melanggar janji yang pernah kuberikan !" Setelah berkata begitu, Lam-san Kiam Liong meng angguk2kan kepalanya tidak hentinya. Disaat mana tampaknya dia tengah diliputi kegelisahan yang sangat. Sedangkan anak lelaki belasan tahun tersebut telah tertawa dingin, dia bilang: "Hemm, seenakmu begitu saja, setelah membinasakan seseorang, kau lalu meminta maaf dan ampun, padahal engkau telah melanggar janjimu sendiri Hemm! Hemmm Apa yang kau katakan waktu kau memohon2 agar jiwamu diselamatkan?" Muka Lam-san kemudian berobah Kiam Liong berobah jadi pucat, lagi menjadi merah, tampaknya dia tengah diliputi oleh kegalisahan dan kekuatiran. "Aku berjanji, sekali ini benar2 tidak akan melanggar janjiku sendiri, untuk waktu2 selanjutnya aku tidak akan melakukan penganiayaan hebat terhadap seseorang lainnya!" "Hemm, justru aku telah ragu2 akan kebenaran janjimu itu ! Waktu jiwamu tengah terancam kematian, engkau dengan berbagai cara meminta pertolonganku agar jiwamu itu diselamatkan akan tetapi sekarang, hemmm, seenakmu saja engkau melanggar janjimu itu!" Muka Lam-san Kiam Liong jadi berobah semakin memerah, sampai akhirnya dia berkata: "Jika memang kau tidak bersedia mengampuni dan memaafkanku, biarlah aku meninggalkan tempat ini saja !" "Hukuman yang hendak kujatuhkan bukan hanya untuk sekedar meninggalkan tempat ini saja, karena aku akan meminta kerelaanmu untuk melakukan suatu hukuman yang harus kau terima atas sikapmu yang kejam dan bengis terhadap seseorang serta telah seenaknya saja melanggar janjimu.." kata anak lelaki itu dengan suara yang dingin. "Jadi... jadi aku tetap akan dihukum ?!" tanya Lam-san Kiam Liong dengan wajah yang berobah semakin memucat dan memerah bergantian. Anak itu mengangguk berulang kali,
dingin tidak mempelihatkan perasaan, dengan sikap yang ber sungguh2 dia telah berkata: "Benar, engkau harus menjalankan hukumanmu...!" wajahnya tetap karena sekarang "Kalau begitu... kalau begitu...!" kata Lam-san Kiam Liong dengan suara tergagap. "Hmmm, apa yang kau hendak bilang lagi ?!" tanya anak lelaki itu. "Tetapi... ini... ini... kurang... yang kurang...!" Kiam Liong tak lancar. merupakan hal... hal... yang tergagap dan suara Lam-san "Yang tidak adil maksudmu ?!" tanya anak lelaki itu kemudian Lam-san Kiam Liong tidak mengiyakan dan tidak menyahuti, dia hanya mengangguk saja. "Ya...!" mengatakan anak lelaki itu dengan disertai senyuman "Kau memang bisa mengatakan begitu, akan tetapi justru aku bertindak demi keadilan ! Dirimu yang akan terkena hukuman ini, dan jelas kau mengatakan bahwa aku menjatuhkan keputusan tidak disertai keadilan, tapi apa yang akan dikatakan oleh wanita itu di akherat, jika saja dia mengetahui bahwa aku tidak menghukummu ? Tentu dia mengatakan bahwa keadilan itu tidak ada, sebab dia sampai dibinasakan olehmu begitu rupa dengan serta dianiaya hebat lagi, masih tidak dibela dan kau tidak memperoleh hukuman !" Mendengar dari perkataan anak lelaki tersebut, rupanya Lam-san Kiam Liong menyadari bahwa dirinya tidak akan luput dari hukuman yang akan dijatuhi anak lelaki itu. Karenanya dia telah berdiri dan tiba 2 dengan wajah yang berobah bersungguh2, katanya: "Jika memang demikian keputusanmu, akupun tidak berani memaksa untuk merobahnya lagi, akan tetapi kau sama saja memaksa agar aku menjadi seorang yang put gie Put Houw...!" Dengan mengatakan Put Gie Put Houw seperti itu. ternyata Lam sam Kiam liong maksudkan tidak berbudi dan tidak berbakti. Anak lelaki itu tersenyum, sikapnya tetap tidak memperlihatkan bahwa dia merasa jeri kepada Lam-san Kiam Liong, dia juga sangat tenang sekali. "Semua itu karena disebabkan engkau yang melakukannya, dan jika memang engkau tidak berbudi dan tidak berbakti, akupun tidak bisa memaksanya semua itu terserah kepadamu sendiri! Dan akupun tidak menginginkan baktimu, juga tidak ingin kau melepaskan budimu karena dari itu. semuanya terserah kepadamu! Akan tetapi beberapa waktu yang lalu, waktu kau menangis2 dihadapanku, memohon agar aku menolongi jiwamu, bukankah engkau sendiri yang menyatakan bahwa engkau tidak akan melupakan budiku yang sangat besar dan akan berbakti kepadaku? Semua itu bukan permintaanku, hanya engkau yang mengatakannya. Dan jika sekarang engkau menarik pulang janjimu itu, akupun tidak akan menahannya !" Bola mata Lam-san Kiam Liong men-cilak2 memandang tajam sekali kepada anak
lelaki itu, setelah ragu2 sejenak, barulah dia bilang: "Kau memang benar2 liehay dalam ilmu pengobatan, tetapi engkau sama sekali tidak mengerti ilmu silat. Dunia kita berlainan Memang aku pernah ditolong satu kali oleh kau, dan akupun bukannya siorang yang tidak berbudi yang akan melupakan budi kebaikanmu begitu saja aku tetap akan mengingatnya Jika suatu saat kau mempunyai kesukaran dan menginginkan aku menolongmu, aku akan menolong dan membantu sepenuh hati dan tenagaku, akan tetapi jika kau hendak betindak seperti seorang raja yang ingin menghukum diriku, hal ini tidak bisa kuterima, walaupun bagaimana tetap saja aku bukan tunduk padamu disebabkan aku jeri padamu, hanya aku merasa berhutang budi belaka... Hemm, hemm, dengan demikian engkau seperti memaksa aku agar menjadi seorang yang Put Gie dan Put Ceng, dimana aku sama sekali didesak olehmu agar menjadi seorang yang tidak pernah menghargai kebaikan orang lain! Hanya saja, untuk mencegah agar kita tidak terlibat dalam pertengkaran2 yang tidak ada artinya, biarlah aku akan pergi saja meninggalkan tempat ini." Setelah berkata begitu, Lam-san Kiam Li-ong memutar tubuhnya, dia melangkah dengan maksud hendak berlalu dari tempat tersebut. "Tunggu dulu !" mencegah anak kecil itu, Lam-san Kiam Liong memutar tubuhnya dia batal untuk melangkah terus. Diwaktu itulah, dengan sikap bersungguh-sungguh, anak lelaki tersebut telah berkata: "Tidak gampang kau hendak pergi berlalu begitu saja, setelah membinasakan seorang manusia dengan aniaya yang demikian hebat!" Mendengar perkataan anak lelaki tersebut muka Lam-san Kiam Liong jadi berobah tidak enak dilihat. "Jadi, apa yang kau kehendaki dariku?" tanyanya. "Hemmm aku hendak menghukummu !" tetap anak lelaki itu berkata demikian. "Hemmm, bisakah kau menghukum diriku !" tanya Lamsan Kiam Liong mulai meluap darahnya. Anak lelaki itu mengangguk "Bisa !" sahutnya dengan pasti. "Walaupun engkau memiliki ilmu silat yang tinggi tetap saja aku dapat menghukummu !" Muka Lam-san Kiam Liong berobah semakin hebat, dan dia telah bilang. "Baiklah jika begitu, hukuman apa yang hendak dijatuhkan kepadaku ?!" Anak lelaki tersebut telah tersenyum. "Hukuman yang ringan saja yaitu harus memusnahkan kepandaian ilmu silatmu, tidak memiliki kebisaan sehingga dilain waktu-engkau apa2 lagi buat menganiaya seseorang yang tidak berdaya !" Mendengar perkataan anak lelaki itu, Lam san Kiam Liong mendengus beberapa kali mengejek. dia telah naik darah dan marah, karena dia tidak senang dan terdesak lagi. Jika sebelumnya dia merasa malu, maka dari perasaan malunya itu menjelma menjadi perasaan gusar. Waktu itu terlihat betapa anak lelaki itu telah melangkah menghampiri Lam-san Kiam Liong dan berani sekali, sikapnya tenang sekali. Sedangkan Ang Ho dan Tang Ku berdiri diam saja, mengawasi kearah anak lelaki tersebut dan mereka ingin melihatnya apa yang akan dilakukan oleh anak lelaki tersebut.
Sedangkan Lam-san Kiam Liong waktu melihat anak lelaki itu menghampiri dirinya, dia telah mengawasi dengan sorot mata yang tegang, karena walaupun bagaimana tampaknya dia memang menghormati anak lelaki tersebut. Karenanya, sekarang walaupun dia dalam keadaan marah, tokh hatinya masih tergetar juga. Hanya satu yang menghibur hatinya, ia mengetahui benar bahwa anak lelaki ini tidak memiliki kepandaian silat dan tidak mengerti sama sekali ilmu silat. Sedangkan Tang Ku dan Ang Ho juga memandang dengan hati yang berdebar, Mereka mengetahui siapa adanya anak lelaki tersebut. Walaupun mereka berdua merasa jeri dan juga menaruh hormat kepada anak lelaki itu, tokh mereka tidak mengetahui juga apa yang akan dilakukan oleh anak lelaki itu, karena mereka mengetahuinya bahwa anak lelaki tersebut memang tidak memiliki kepandaian ilmu silat, bagaimana caranya ia hendak menghukum Lam-san Kiam Liong ? Belasan orang lainnya juga jadi memandang dengan hati berdebar Mereka melihat anak lelaki tersebut berusia masih muda belia, dan juga tidak mungkin menghukum Lam-san Kiam Liong, kepandaian begitu tinggi. dia sanggup buat yang memiliki Karenanya, semua orang jadi memandang dan mengawasi dengan hati bertanya-tanya. Sedangkan anak lelaki tersebut telah meng hampiri dekat sekali pada Lam-san Kiam Liong, yang waktu itu juga telah bersiap2 dengan mengerahkan tenaga dalamnya, Jika saja anak lelaki ini mengambil tindakan sesuatu yang sekiranya bisa membahayakan keselamatan jiwanya, maka Lam-san Kiam Liong telah memutuskan untuk turun tangan lebih dulu menghantam binasa anak lelaki tersebut. Sedangkan anak lelaki itu yang tetap memperlihatkan sikap yang tenang, telah berkata dengan suara yang tawar: "Beberapa waktu yang lalu engkau pernah berjanji, tidak akan melakukan perbuatan yang biasa merugikan orang lain, dan jika aku telah menolong mu, engkau berjanji akan menjadi manusia baik-baik ! Akan tetapi sekarang engkau ternyata memiliki perangai dan tangan yang kejam dan telengas sekali, demikian bengis dan kejamnya sehingga kau membinasakan orang seenak hatimu saja !" Setelah berkata begitu, anak lelaki tersebut merogoh sakunya, Dia mengeluarkan sesuatu. Ternyata itu adalah sebuah bungkusan warna merah, entah terbuat dari binatang apa, yang memiliki warna merah seperti itu. Lam-san Kiam Liong yang melihat keadaan seperti itu cepat2 telah menggerakkan tangan kanannya, Dia menyadarinya bahwa anak lelaki ini akan melakukan suatu tindakan yang bisa membahayakan dirinya, karenanya ia bermaksud mendahului buat memukul binasa anak lelaki tersebut. Karena dari itu, dengan kekuatan tenaga lwekang sepenuhnya dia telah menghantamkan telapak tangannya pada kepala anak lelaki tersebut. Gerakan yang dilakukan Lam-san Kiam Liong sangat cepat sekali, akan tetapi anak lelaki itu tetap saja berdiam ditempatnya dengan tenang, sama sekali tidak terlihat maksud untuk menghindarkan diri. Cuma saja, begitu tangan Lam-san Kiam Liong bergerak kearah kepalanya, membuka
kantong waktu itulah anak tersebut telah berwarna merah tersebut dikibaskan kepada Lam -san Kiam Liong. Apa yang dilakukan oleh anak lelaki tersebut diluar dugaan Lam-san Kiam Liong, akan tetapi tokh dia tidak perduli, karena dia yakin, paling tidak didalam kantong warna merah tersebut hanya berisi senjata2 rahasia. Dia meneruskan gerakan tangannya dengan maksud menghantam hancur kepala anak tersebut. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Akan tetapi, begitu dia mencium sesuatu yang harum, seketika ada perobahan pada dirinya disaat mana terlihat betapa tubuh Lam-san Kiam Liong bergetar dengan getaran yang cukup keras, dan juga terlihat betapa tangannya yang tengah digerakkan buat menghantam batok kepala anak lelaki tersebut telah menjadi lemas tidak bertenaga lagi, sehingga tangan nya itu jadi turun sendirinya. Dalam keadaan seperti itu, Lam-san Kiam Liong dengan terkejut dan mati2an meng empos tenaga dan semangatnya, dan dia berusaha buat mengempos semangatnya, guna menyerang lagi, Akan tetapi tetap saja tenaganya itu seperti lenyap tertelan sesuatu, sehingga dia tidak memiliki tenaga lagi, membuat dia jadi panik sekali. Lam-san Kiam Liong pun berusaha menutup pernapasannya, agar ia tidak menghisap lebih jauh lagi bau harum yang bisa melenyapkan tenaganya tersebut. Namun apa yang dilakukannya itu terlambat, karena waktu itu, tenaganya benar2 telah habis, karena dia telah terlanjur tadi mencium bau harum dari dalam kantong berwarna merah ditangan anak lelaki tersebut. Seketika tidak bisa ditahan lagi tubuh Lam-san Kiam Liong terjungkel rubuh diatas tanah, dan dia tidak bisa bergerak, hanya bola matanya saja yang mencilak2 tidak hentinya mengandung perasaan marah dan ketakutan yang bercampur menjadi satu. Disaat itu terlihat anak lelaki tersebut telah memasukkan kembali kantong berwarna merahnya, yang ternyata memiliki kemujijatan bisa merubuhkan Lam-san Kiam Liong yang sebetulnya memiliki kepandaian sangat tinggi sehingga Lan-san Kiam Liong tidak berdaya dan telah rubuh, tanpa dapat memberikan perlawanan sedikitpun juga. "Hemmm, sudah kukatakan, jika memang engkau mengingikari janji yang pernah kau ucapkan dihadapanku, engkau akan memperoleh bencana....!" kata anak lelaki tersebut sikapnya tetap tenang dan suaranya juga tawar. Sedangkan Tang Ku dan Ang Ho telah memandang dengan sepasang mata masing2 terpentang lebar, Waktu itu benar2 mereka seperti takjub menyaksikan pemandangan dan kejadian seperti itu, karena memang mereka tidak menyangka, Lam-san Kiam Liong yang memiliki kepandaian begitu tinggi, mungkin berada diatas kepandaian mereka, ternyata telah bisa dirubuhkan begitu mudah oleh anak lelaki tersebut, tanpa Lam-san Kiam Liong bisa berbuat sesuatu apapun juga. Anak lelaki itu tidak memperdulikan Tang Ku dan Ang Ho yang tengah mengawasi dengan terheran2, dan juga belasan orang lain nya yang tengah memandang dengan tatapan mata yang takjub dan terheran2, diwaktu itu dia telah menghampiri Lamsan Kiam mengeluarkan semacam bubuk dari bubuk mana yang berwarna kuning Liong kemudian ikat pinggangnya, bercampur dengan
bubuk warna hijau telah dimasukan kedalam mulut Lamsan Kiam Liong secara paksa. Akhirnya Lam-san Kiam Liong terpaksa menelan bubuk halus tersebut. Semula Lamsan Kiam Liong bermaksud mengeluarkan bubuk itu dari dalam mulutnya meludahkan kembali. Namun lidahnya seperti juga menjadi kelu dan tidak bisa bergerak, bahkan dengan bantuan air ludahnya itu bubuk tersebut jadi tertelan. Mencelos hati Lam-san Kiam Liong, karena waktu itu dia segera menyadari bahwa dirinya tengah menghadapi ancaman bencana yang hebat sekali. Dia memang mengetahui anak lelaki ini tidak mengerti ilmu silat, akan tetapi diapun menyadari siapa adanya anak lelaki tersebut. Karena dari itu, walaupun rubuh Lam-san Kiam Liong tidak bisa digerakkan, tokh dia jadi menggigil juga, dan karena menggigil dengan tubuh yang tidak bisa digerak dengan bebas, dimana tenaganya seperti telah punah semuanya, maka membuat Lam-san Kiam Liong akhirnya menjadi pingsan tidak sadarkan diri. Anak lelaki tersebut telah bangkit dari duduknya, dia meninggalkan Lam-san Kiam Liong dan kemudian berdiri menghadapi Ang Ho dan Tang Ku. "Kalian berduapun telah menimbulkan kerusuhan ditempat ini, jelas kalian pun harus bertanggung jawab." Tang Ku dan Ang Ho telah menekuk kedua kaki mereka berlutut dihadapan anak lelaki tersebut. Dia telah berkata dengan suara yang tawar waktu melihat kelakuan Ang Ho dan Tang Ku: "Hemm, kalian hendak meminta pengampunan buat jiwa kalian!" "Ya, mohon agar kau mau mengampuni kami, In-kong dan... dan kami berjanji tidak akan menimbulkan kerusuhan apapun juga di Lam-san ini !" janji Tang Ku dengan suara yang gemetar. Dan anehnya, Tang Ku memanggil anak lelaki tersebut dengan sebutan In-kong, yaitu tuan penolong. Demikian juga halnya dengan Ang Ho, yang telah mengangguk2kan kepalanya berulang kali tidak hentinya, dia telah memohon pengampunan pada anak lelaki tersebut. Kelakuan kedua orang tersebut telah membuat belasan orang yang berkumpul ditempat itu jadi terheran-heran, dan memandang tidak mengerti, bahwa seorang anak lelaki seperti itu bisa miliki pengaruh seperti ini, tokoh-2 yang memiliki kepandaian tinggi, seperti Tang Ku dan Ang Ho bisa ketakutan, bahkan Lam-san Kiam Liong telah dibuat tidak berdaya sama sekali. Anak lelaki itu menghela napas. "Memang aku bersedia mengampuni kalian berdua, karena tidak terkandung maksud di hatiku buat mencelakai kalian! Bahkan orang yang telah bercelaka, umumnya aku akan turun tangan menolongnya... Hemm, akan tetapi justeru aku kuatir janji dan kata2 kalian ini tidak bisa dipercaya..!" setelah berkata begitu segera juga anak lelaki tersebut menghela napas dalam-dalam. Tang Ku dan Ang Ho jadi tambah ketakutan, mereka tampaknya berkuatir sekali jika memang mereka berdua akan diperlakukan sama seperti juga halnya dengan Lamsan Kiam Liong. Karena dari itu, segera juga mereka mengangguk2kan kepala berulang kali. "Ampunilah kami. kami mempergunakan kepandaian berjanji tidak akan kami buat membunuh seseorang atau juga mencelakai orang yang tidak bersalah. kami berjanji dari dasar hati dan tidak akan mengingkarinya!"
berjanji kedua orang itu dengan ketakutan. Sedangkan anak lelaki itu telah mengawasi lagi sekian lama pada Tang Ku dan Ang Ho kemudian mengibaskan tangan kanannya, katanya: "Baiklah, jika memang benar2 kalian akan menepati janji kalian, pergilah kalian!" Tang Ku dan Ang Ho seperti juga memperoleh hadiah yang menggembirakan hati, mereka segera juga bangun berdiri dan menjura dalam2 memberi hormat kepada anak lelaki tersebut, dimana mereka segera memutar tubuh, lalu berlalu dengan segera tanpa menoleh lagi. Sedangkan anak lelaki itu telah menoleh kepada belasan orang yang berkumpul disitu. Belasan orang tersebut yang telah menyaksikan betapa Lam-san Kiam Liong, Tang Ku dan Ang Ho, tiga orang yang memiliki kepandaian begitu tinggi, akan tetapi merasa segan dan takut pada anak lelaki tersebut, juga tidak berani bertindak kurang ajar, mereka tidak berani meremehkan anak lelaki tersebut, segera juga mereka menunduk begitu diawasi anak lelaki tersebut. Malah beberapa orang diantara mereka ada yang menekuk kakinya berlutut dihadapan anak lelaki tersebut. Anak lelaki itu setelah mengawasi sekian lama, akhirnya bertanya : "Apa maksud kalian datang ke Lam-san ini ?!" tanyanya dengan suara lebih sabar dari yang sebelumnya, tampaknya dia pun heran dan belasan orang yang berada tidak mengerti, mengapa dihadapannya ini dalam keadaan terluka parah seperti itu. Malah ketika dia melihat salah seorang diantara belasan orang tersebut, yang sepasang matanya tampak guram, dan juga selaput pada kelopak matanya memancarkan sinar yang gelap, telah membuat dia cepat2 melambaikan tangannya. "Kemari kau !" panggilnya. Orang itu adalah seorang laki2 berusia empat puluh tahun lebih.Dia tengah ketakutan dan kuatir kalau2 anak lelaki tersebut akan menganiaya mereka juga karenanya begitu melihat anak lelaki tersebut melambaikan tangannya memangginya, dia jadi tambah ketakutan, dengan tubuh yang menggigil, dia menghampirinya. "Apakah... apakah aku yang dimaksudkan olehmu ?!" tanyanya "Ya !" mengangguk anak itu. "Ada... ada apakah Kongcu ?!" tanya orang tersebut dengan suara yang menggigil karena menahan rasa takut. Sedangkan anak lelaki tersebut tidak segera menyahuti, dia telah mengawasi sekian lama. Lelaki itu jadi tambah ketakutan. Dia memang tengah terluka, sekarang dalam ketakutan dan berkuatir seperti ini, membuat tubuhnya jadi menggigil keras sekali. Menyaksikan itu, anak lelaki tersebut tersenyum. "Kau tidak perlu takut !" katanya kemudian dengan suara yang sabar "Menurut apa yang kulihat, tampaknya engkau tengah terluka disebabkan terkena racun... benarkah itu?" Lelaki itu mengangguk. "Be... benar !" sahutnya. "Kau dalam keadaan terluka seperti ini, akan tetapi kau masih tidak berdiam disuatu tempat dan baik2 mengobati lukamu itu, malah telah berkeliaran di Lam
san ini, apa maksudmu?" tanya anak lelaki itu. Lelaki tersebut segera juga menekuk kedua kakinya, berlutut sambil mengangguk2an "sebenarnya... sebenarnya aku perjalanan buat mendaki gunung kepalanya, katanya: tengah melakukan ini, untuk menemui seseorang dan meminta pertolongannya !" ”Ingin menemui seorang dipuncak Lam San ini, siapakah orang itu ?!" tanya anak lelaki itu ”Dan pertolongan apa yang kau harapkan dirinya ?!" "Orang itu katanya bisa menyembuhkan segala macam penyakit yang bagaimana berat sekalipun juga, karena dari itu, dengan tidak memperdulikan luka yang kuderita ini, segera juga aku melakukan perjalanan kemari, akan tetapi... akan tetapi...." "Akan tetapi kenapa ?!" tanya anak lelaki tersebut sambil mengawasi dengan tajam. "Akan tetapi..,. tampaknya kami tidak bisa menemui orang itu, karena orang yang mengetahui tempat kediaman orang itu, yaitu Sam-toa, telah lenyap !" "Hemmm, siapa Sam-toa ?!" tanya anak lelaki tersebut lagi. "Sam-toa sama keadaannya seperti kami, dia tengah terluka parah juga, malah lebih parah dari kami, hanya saja yang mengetahui tempat kediaman orang yang bisa menolongi kami itu... akan tetapi, tadi Sam-toa telah lenyap tanpa meninggalkan jejak sama sekali, sehingga habislah harapan kami untuk menemui tempat kediaman dari orang itu yang bisa menolong kami dari luka luka yang kami derita ini...!" menjelaskan lelaki itu dengan sikap putus asa. "Hemmm, kutanyakan kepadamu, siapa orang yang tengah kalian cari itu ?!" tanya anak lelaki tersebut lagi. "Tentang namanya kami memang tidak mengetahuinya, akan tetapi menurut orang yang memberitahukan kepada kami, bahwa orang itu biasa disebut sebagai Tabib Dewa !" "Tabib Dewa ?!" dan anak lelaki itu telah mendengus beberapa kali, wajahnya berobah dan dia memperlihatkan sikap yang tawar sekali, sampai akhirnya dia berkata: "Apa yang kalian harapkan darinya ? pertolongan untuk mengobati luka2 kalian itu ? Hemmm, kukira semua itu akan sia2 belaka, karena tidak mungkin permintaan kalian akan diluluskannya, karena dari itu, jika saja memang kalian tidak bermaksud untuk mengadu jiwa dengan sia-sia, dengan mengadu peruntungan kalian melakukan perjalanan kepuncak gunung ini, yang tentu masih jauh dan sulit untuk didaki, maka jika memang kalian ingin mendengar nasehatku, pergilah kalian pulang kerumah dan baik2 merawat penyakit kalian !" Waktu berkata begitu, anak lelaki tersebut memperlihatkan sikap yang tawar, sedangkan orang2 yang berjumlah banyak tersebut, telah memandang dengan sikap berkuatir dan juga saling pandang satu dengan yang lainnya, dimana mereka telah putus harapan. "Apakah memang tabib Dewa itu tidak pernah mau menolong seseorang yang tengah dalam keadaan terluka parah dan membutuhkan bantuan dan pertolongannya?" tanya beberapa orang diantara mereka dengan suara yang gemetar, karena mereka tampaknya tengah diliputi oleh perasaan kecewa dan juga-disamping itu berputus asa.
Orang2 tersebut jadi ragu2 dan mereka telah berdiam diri beberapa saat, saling pandang satu dengan yang lainnya, rupanya mereka benar2 diliputi keraguan, buat menyebutkan orang yang telah memberitahukan pada mereka perihal Tabib Dewa tersebut. Akan tetapi akhirnya setelah mengulangi pertanyaannya tersebut anak lelaki tersebut maka salah seorang diantaranya telah menyahuti: "Orang....orang yang memberitahukan kepada kami perihal tabib Dewa itu adalah... Ban Tok Kui..." Sepasang alis dari anak lelaki tersebut terangkat, dia mengawasi dengan mata yang bersinar sangat tajam sekali. "Ban Tok Kui!" dia mengulanginya, akan tetapi kemudian dia telah menghela napas. "Hemmm, ternyata dia selalu masih berusaha menggangguku, hemm, aku walaupun bagaimana harus memusnahkan kepandaian ilmu racunnya itu, sehingga orang2 yang dicelakainya tidak semakin banyak saja, dan korban-korban berikutnya bisa dicegah !" Mendengar gumaman dari anak lelaki tersebut, belasan orang tersebut jadi terheran2, mereka tidak mengerti dan juga telah berdiam diri hanya mengawasi saja, sampai akhirnya, dia telah berkata lagi dengan suara menggumam, seperti juga anak lelaki itu berkata2 kepada dirinya sendiri: "Suhu, walaupun bagaimana aku harus menurunkan tangan yang agak keras kepada Suheng. Maafkanlah Suhu, karena jika Suheng dibiarkan terus dengan semua tindakan dan perbuatannya itu, pasti akan menyebabkan banyak korban2 yang berjatuhan!" Belasan orang itu hanya mengawasi saja, dan lama sekali anak lelaki itu berdiam diri, sampai akhirnya anak lelaki itu telah menghela napas dalam-dalam. "Jadi yang melukai kalian adalah Suheng ku ?!" tanya anak lelaki tersebut. Belasan orang tersebut jadi terkejut, karena mereka juga tidak mengerti. "Jadi . . jadi Ban Tong Kui itu adalah Su heng dari Kongcu ?" tanya mereka serentak, dengan suara yang ragu2 dan mengandung kekuatiran, seketika perasaan takut mereka menyelinap semakin hebat ke hati masing2. Sebab sekarang mereka baru mengetahui bahwa anak lelaki ini adalah Sute atau adik seperguruan dari Ban Tok Kui. Jelas, tentu sang Sute ini akan berpihak kepada Suhengnya. Karena dari itu, belasan orang tersebut jadi semakin tambah ketakutan
-ooo0dw0ooo Jilid 3 TERLEBIH lagi memang tadi mereka telah menyaksikan betapa anak lelaki ini walaupun masih berusia demikian muda, tokh dia bisa menundukkan Lam-san Kiam Liong dan Tang Ku maupun Ang Ho. Dengan demikian, jika memang anak lelaki ini, Sute dari Ban Tok Kui bermaksud mencelakai mereka, niscaya mereka tidak akan berdaya menghadapinya. Bukankah Tang Ku, Ang Ho dan Lam-san Kiam Liong demikian ketakutan dan tampaknya mereka tidak bisa berdaya apa-apa menghadapi anak ini? Bahkan Lam-san Kiam Liong telah dibuat tidak berdaya dan pingsan menggeletak ditanah dengan hanya kibasan
dari bungkusan merah itu saja? Belasan orang tersebut jadi berdiri gemetaran. Dan juga mereka semuanya sudah tidak sanggup berdiri, dimana mereka telah cepat-cepat menekuk kedua kaki mereka dan berlutut dihadapan anak lelaki tersebut sambil menghiba-hiba agar mereka diampuni dan tidak dibunuh. Sedangkan anak lelaki itu yang melihat keadaan belasan orang tersebut, telah mengerti apa yang tengah dirasakan dan ditakuti oleh belasan orang ini. Dia menghela napas dalam-dalam, kemudian katanya: "Kalian tidak perlu merasa takut kepadaku! Dengarlah, walaupun aku Sute dari Ban Tok Kui, akan tetapi aku mencela dan tidak menyetujui tindakannya. Bahkan memang aku telah menerima pesan dari guruku. agar berusaha mengendalikan suhengku itu... karena dari itu, kalian tidak perlu takut atau kuatir nanti aku berpihak pada suhengku dan mencelakai kalian!" Mendengar tersebut agak perkataan anak lelaki itu, belasan orang lega, dan mereka segera menganggukanggukkan kepala dalam keadaan berlutut seperti itu. "Terima kasih! Terima kasih!" kata mereka. Salah seorang diantara mereka malah telah bertanya dengan suara yang ragu-ragu: "Dapatkah Kongcu menolong kami?" "Menolong bagaimana?!" tanya anak lelaki itu. Orang itu ragu-ragu, akan tetapi kemudian menyahuti: "Ada yang ingin kami tanyakan mengenai... mengenai Tabib Dewa. Dapatkah Kongcu memberitahukan dimanakah tempat berdiamnya Tabib Dewa itu?" Anak lelaki itu terdiam sejenak, kemudian menghela napas dalam-dalam. "Orang yang kau cari adalah aku !" katanya kemudian, "Akulah orang yang tengah kalian cari!" Belasan orang itu jadi memandang takjub. Dan mereka juga seakanakan tidak mempercayai apa yang mereka dengar, tidak mempercayai perkataan anak lelaki itu. Anak lelaki tersebut tersenyum. "Akulah orang yang kalian cari dan kebetulan sekali memang aku tengah turun gunung untuk mencari beberapa macam obat dan daun-daun yang bisa dipergunakan buat ramuan obat-obatan. Siapa sangka aku bisa bertemu dengan kalian dan tiga orang-orang tadi!" Belasan orang tersebut memandang dengan sikap yang tetap tidak mempercayainya. Walaupun mereka telah menyaksikannya betapa tadi anak lelaki tersebut telah memperlihatkan kehebatannya dengan membuat Lam-san Kiam Liong tidak berdaya dan Tang Ku maupun Ang Ho jadi ketakutan dan telah berlalu dengan segera. Anak lelaki itu kemudian katanya: menghela napas dalam-dalam lagi, "Jika memang kalian memerlukan sesuatu, katakanlah apa yang bisa kubantu?!" Belasan orang tersebut masih berdiam diri beberapa saat, kemudian baru salah seorang diantara mereka, dengan sikap masih berlutut dan mengangguk-anggukkan kepalanya, telah bilang: "Sesungguhnya... sesungguhnya kami ingin meminta pertolonganmu Tabib Dewa dan kami memohon agar kami ditolong dari luka-luka kami ini, karena kami telah dilukai dengan racun yang hebat oleh Ban Tok Kui..." "Hemmm !" Anak lelaki itu hanya mendengus perlahan, kemudian tanpa mengatakan apapun juga, ia telah melangkah mendekati salah seorang dari belasan orang
tersebut, dia mencekal pergelangan tangan orang itu, lama sekali. Dia memeriksa denyut nadi orang tersebut. Akhirnya anak lelaki tersebut telah mengangguk-angguk beberapa kali, baru kemudian dia bilang: "Hemmm, memang kalian terluka oleh racun yang cukup hebat. baiklah, aku akan memberikan obat penawarnya !" Orang itu jadi girang bukan main, tidak hentinya dia bersyukur dan mengucapkan terima kasihnya pada anak lelaki itu. Sedangkan anak lelaki tersebut telah merogoh sakunya, dia mengeluarkan sebuah botol kecil warna hitam, kemudian mengeluarkan dua butir pil yang berwarna hitam juga, diangsurkan kepada orang itu. "Kau telanlah yang sebutir, dan yang sebutir lagi kau telan setelah lewat satu minggu !" Orang itu berulang kali mengucapkan terima kasihnya, Dan juga tidak hentinya bersyukur Disamping itu, memang terlihat jelas pada wajahnya, betapa dia memiliki harapan baru pula untuk memperjuangkan hidupnya. Setelah memeriksa orang itu, kembali anak lelaki tersebut memeriksa yang lainnya, seorang demi seorang dan semuanya Dan obat telah dibagi-bagikan bermacam-macam obat. yang diberikan kepada belasan orang tersebut semuanya tidak sama, karena ada yang berwarna merah, hijau, kuning, hitam dan ungu. Setelah belasan orang itu selesai diperiksa dan diberikan obat-obat yang diperlukan mereka, anak lelaki itu mengibaskan tangannya "Nah, sekarang kalian boleh pergi meninggalkan tempat ini!" kata anak lelaki tersebut. Akan tetapi belasan orang tersebut ragu-ragu, mereka memandangi anak lelaki itu berulang kali dengan diselingi kepala tertunduk seakan-akan ada sesuatu yang hendak mereka katakan. Melihat sikap belasan orang tersebut, anak lelaki itu telah tersenyum. "Mengapa kalian masih belum berlalu?!" tanyanya. "Apakah ada sesuatu yang hendak kalian katakan lagi?" Belasan orang tersebut tidak segera menyahuti, mereka tetap dalam keraguan. Sampai akhirnya salah seorang diantara mereka telah berkata: "Apakah....setelah memakan obat In-kong, kami akan sembuh keseluruhannya, In-kong ?!" Anak lelaki itu tiba-tiba tertawa. "Luka yang diderita oleh kalian memang hebat, dan juga merupakan racun yang dahsyat, akan tetapi percayalah, setelah kalian memakan obat yang kuberikan itu, kesehatan kalian tidak akan terganggu lagi, racun itu akan punah! ...Nah, sekarang kalian pergilah... tidak seharusnya kalian berlama2 di Lamsan ini ! Sebenarnya, memang sudah menjadi larangan buat orang2 disekitar gunung Lam-san ini sekehendak hati berkeliaran digunung ini ! Akan tetapi aku bisa memaklumi, betapa kalian tengah terluka dan membutuhkan pertolongan, maka aku bisa memaafkannya, dan sekarang pergilah !" Setelah berkata begitu, anak lelaki itu mengibaskan tangannya lagi. Belasan orang tersebut tidak berani berayal, karena mereka telah menyatakan terima kasih dan bersukur, barulah kemudian mereka
memutar tubuh dan berlalu. Anak lelaki itu hanya mengawasi saja belasan orang itu berlalu, dan dia mengawasi sekian lama, sampai belasan orang tersebut lenyap dari pandangannya. Anak lelaki itu menghela napas dalam2. "Ternyata Suheng tetap mengumbar ketelengasannya dengan kepandaian yang dimilikinya, ini harus dicegah dan aku harus menjalankan perintah suhu sebaik mungkin !" Dan anak lelaki tersebut menghela napas lagi beberapa kali. Kemudian dia melirik kepada Lam-san Kiam Liong yang masih menggeletak dilihatnya Lam-san ditanah. Dia menghampirinya, Kiam Liong telah tersadar dan keadaannya masih lemah sekali. "Hemmm, sekarang seluruh urat2 pening ditubuhmu telah disumbat oleh pengaruh obat yang tadi kuberikan, dengan demikian engkau tidak bisa mempergunakan tenaga dan hawa murnimu, untuk selanjutnya engkaupun tidak bisa mempergunakan ilmu silatmu. Dengan lenyapnya tenagamu, berarti engkau juga kehilangan ilmu silatmu ! Nah, jika nanti kau telah pulih semangatmu, silahkan kau Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ meninggalkan Lam-san ini....!" setelah berkata begitu, anak lelaki tersebut mengibaskan tangannya, melangkah untuk meninggalkan tempat tersebut. Lam-san Kiam Liong dalam keadaan tidak berdaya, karena dia tampaknya begitu lemah dan seluruh tenaga dan kekuatannya seperti juga telah meninggalkannya. Waktu ia melihat anak lelaki itu memutar tubuhnya buat meninggalkan tempat tersebut, Lam-san Kiam Liong hanya dapat mengawasi saja. Dan setelah lewat beberapa saat, kemudian berusaha menggerakkan tangan dan kakinya. Lam-san Kiam Liong gagal dengan tindakannya itu, karena tangan dan kakinya tetap saja tidak bisa bergerak, dimana dia tetap tidak bertenaga. Karena dari itu, Lam-san Kiam Liong jadi mengeluh lagi, dia menyadari bahwa tenaga dan kepandaiannya telah lenyap sama sekali. Didalam hati Lam-san Kiam Liong bergolak perasaan amarah, mendongkol penasaran dan berkuatir, dan yang membuat dia berkuatir adalah selanjutnya dia akan menjadi manusia biasa tanpa memiliki kepandaiannya pula, dimana seluruh kepandaiannya seperti juga telah lenyap. Dalam keadaan seperti itu segera juga tampak Lam-san Kiam Liong berulang kali berusaha mengatur jalan pernapasannya. Akan tetapi dia tetap gagal. Seperti apa yang telah dikatakan oleh anak lelaki itu, yang tidak lain dari Tabib Dewa tersebut, bahwa di seluruh pembuluh jalan darah terpenting di tubuh Lam-san Kiam Liong telah tersumbat. Dengan demikian, setiap kali Lamsan Kiam Liong mengerahkan tenaga dalamnya, maka dia selalu gagal untuk menerobos dan menembus sumbatan tersebut. Setelah mencoba berulang kali, akhirnya Lam-san Kiam Liong mengeluh dengan penuh kekecewaan. Dia telah berlatih diri selama puluhan tahun, akan tetapi kenyataan yang ada sekarang dia telah dibuat bercacad dengan di musnahkan seluruh kepandaian dan tenaganya oleh anak lelaki itu, (Tabib Dewa) tanpa dia berdaya mengadakan perlawanan. Disaat itu cuaca telah gelap sekali, dimana sang malam telah larut benar dan keadaan d sekitar tempat itu sepi sekali, tidak terlihat seorang manusiapun juga.
Sebenarnya Lam-san Kiam Liong bukanlah seorang yang berkepandaian rendah, dia memiliki nama yang cukup terkenal didalam rimba persilatan. Akan tetapi sekarang ia telah dirubuhkan begitu mudah oleh tabib dewa tanpa mempergunakan tenaga dan ilmu silat, hanya mempergunakan pengaruh dari obat biusnya belaka, dan dia telah terjatuh begitu mengenaskan sekali. Dan dalam murkanya, karena tidak bisa melampiaskan murkanya itu, Lam-san Kiam Liong jatuh pingsan lagi tidak sadarkan diri. Hawa udara ditempat itu dingin sekali menusuk tulang dan sangat sunyi. OoO SIAPAKAH sebenarnya anak lelaki yang menamakan dirinya sebagai Tabib Dewa itu ? Dan mengapa dia memiliki kepandaian yang begitu menakjubkan dalam hal pengobatan, sehingga tampaknya Tang Ku maupun Ang Ho, dua tokoh rimba persilatan yang memiliki kepandaian tinggi menaruh segan dan jeri pada anak lelaki tersebut. Ternyata anak lelaki tersebut memang masih berusia muda sekali, baru dua belas tahun, Dia she Kwang dan bernama Tan, Dalam usia sekecil itu, Kwang Tan memang telah menguasai ilmu pengobatan kelas satu didalam dunia ini, karena dia telah mewarisi kepandaian ilmu pengobatan diri gurunya, yaitu Yok Sian Peh Hu (Raja Obat Seratus Arwah), yang memiliki ilmu pengobatan tidak ada duanya didalam dunia ini. Karena telah mewarisi seluruh kepandaian gurunya tersebut, maka Kwang Tan dapat memiliki ilmu pengobatan yang luar biasa hebatnya, Malah anak lelaki ini menyukai ilmu pengobatan tersebut, ia sendiri telah berusaha mencari daun2 obat dari berbagai jenis yang paling sulit diperoleh, untuk diolah dan menjadi beberapa macam obat yang paling mujarab. Ada suatu perbedaan antara Kwang Tan dengan gurunya, karena Yok Ong Peh Kun dengan tidak pernah mau menolong seseorang yang membutuhkan pertolongannya, Akan tetapi Kwang Tan justru sebaliknya, ia akan menolong siapa saja yang terluka dan memerlukan pertolongannya. Karena dari itu, banyak orang yang mencarinya untuk meminta pertolongan. Umumnya orang2 yang mencari Kwang Tan merupakan orang2 rimba persilatan yang terluka hebat dan bermaksud menemui Yok Ong Peh Hun, guna meminta pertolongannya. Akan tetapi yang mereka temukan dipuncak gunung Lam-san tersebut hanya Kwang Tan, sehingga akhirnya setelah Kwang Tan mengobati luka mereka, ternyata anak lelaki ini memang akhli dan memiliki kepandaian yang tinggi sekali dalam ilmu pengobatan tersebut, maka dia telah memperoleh julukan sebagai Tabib Dewa. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Hanya saja dalam menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongannya, Kwang Tan memiliki syarat. Jika orang yang ditolongnya itu adalah seorang yang berasal dari aliran Hek-to, orang tersebut harus berjanji bahwa dia tidak melakukan kejahatan lagi. Barulah Kwang Tan akan menolongnya, tetapi jika yang akan ditolongnya seorang dari aliran putih dan lurus, maka orang itu akan ditolongnya dengan ber -sungguh2 tanpa syarat. Begitulah, setelah ribuan orang yang ditolong Kwang Tan, dan memang setiap pengobatannya berhasil dengan baik menyembuhkan orang2 tersebut, julukannya sebagai
Tabib Dewa telah cepat sekali tersiar didalam rimba persilatan. Sebenarnya Kwang Tan ingin berdiam terus dipuncak Lam-sam, akan tetapi banyak orang yang mencarinya buat meminta pertolongannya sehingga Kwang Tan akhirnya memilih sebuah tempat dipuncak sebelah selatan dari gunung Lam-san tersebut, untuk dapat menghindarkan diri dari orang2 itu, dimana dia harus juga melatih ilmu pengobatannya. Hanya saja jika memang ada orang2 yang beruntung bisa bertemu dengannya, maka Kwang Tan baru menolongnya. Akan tetapi walaupun jejak Kwang Tan sulit sekali dicari, tokh ratusan orang selalu mencarinya buat memohon pengobatan padanya. Guru Kwang Tan, yaitu Yok Ong Peh Hun telah setahun lebih meninggal dunia, sang guru ini telah mewarisi seluruh kepandaiannya dan membuat Kwan Tan juga ilmu simpanannya, sehingga lebih berhasil lagi menguasai ilmu pengobatannya mencapai puncak kesempurnaannya. Sebelum meninggal dunia, Yok Ong Peh Hun juga telah menceritakan bahwa sesungguhnya Kwang Tang memiliki seorang suheng, dimana suhengnya itu, Ban Tok Kui, telah memiliki kepandaian yang tinggi, disamping menguasai juga ilmu tentang racun. Sayang sekali Ban Tok Kui memiliki perangai yang sangat buruk dan kejam, tangannya telengas. Karena dari itu, banyak korban yang telah rubuh binasa ditangannya, sehingga Ban Tok Kui juga ditakuti oleh orang2 rimba persilatan, selain memang sangat dibenci. Sedangkan Yok Ong Peh Hun telah dua kali turun gunung mencari muridnya tersebut, akan tetapi ia gagal menemui jejak murid itu. Ban Tok Kui selalu berusaha menghindarkan diri dari muridnya, dia tidak pernah menampakkan diri, dan melenyapkan jejaknya apabila gurunya mencarinya. Dan karena putus asa dan tidak bisa menemui jejak Ban Tok Kui untuk dinasehati, akhirnya Yok Ong Peh Hun telah menceritakan hal Ban Tok Kui tersebut kepada muridnya yang bungsu ini. Jika memang suhengmu itu tidak mau dengar nasehatmu, agar dia kembali ke jalan yang benar, kau boleh mengambil tindakan kekerasan dan kau boleh memusnahkan seluruh kepandaiannya... hal ini demi keselamatan orang2 lainnya pada umumnya!" Kwang Tan telah memberikan janjinya akan memperhatikan pesan terakhir gurunya, sedangkan Yok Ong Peh Hun setelah menceritakan bentuk dan keadaan Ban Tok Kui maka iapun menghembuskan napasnya dan untuk selanjutnya dunia telah kehilangan seorang akhli pengobatan yang pandai. Hanya saja beruntung bahwa kepandaian Yok Ong Peh Hun ada yang mewarisi, yaitu Kwang Tan. sehingga ilmu pengobatan yang hebat itu tidak menjadi punah. Kwang