MAKNA ISLAM Menurut bahasa kata islam berasal dari kata asalama, yuslimu, islaman, yang artinya tunduk dan patuh, menurut terminologi yang digambarkan oleh Nabi Muhammad saw dalam sabda beliau : “Islam adalah bahwasanya engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, engkau menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan shaum Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji ke Baitullah -- jika engkau berkemampuan melaksanakannya.” (HR Muslim) Oleh karena itu, kata islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, nabi terakhir dan penutup para nabi. Agama islam berbeda dengan agama-agama lain yang ada saat ini dan diyakini umat islam, sebagai kelanjutan dari agama para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW, yang tidak lain adalah nabi terakhir atau penutup para nabi. Inti dari ajaran para nabi adalah tauhid , yaitu tindakan mengesakan Allah ( Tauhidullah ) disertai sikap pasrah, tunduk dan patuh kepada Allah, sebagai syarat mutlak bagi seorang untuk disebut sebagai seorang mukmin. Tanpa sikap itu maka dia masih disebut kafir. Iblis
misalnya, meskipun ia mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan, tetapi karena ia membangkang, maka dalam Al-Quran dia disebut sebagai kafir. (QS 2:34). DASAR-DASAR AJARAN ISLAM 1. Aqidah Aqidah adalah sistem keyakinan yang mendasari seluruh aktivitas muslim. Ajaran Islam berisikan tentang apa saja yang mesti dipercayai, diyakini, dan diimani oleh setiap muslim. Karena agama Islam bersumber kepada kepercayaan dan keimanan kepada Allah swt, maka aqidah merupakan sistem kepercayaaan yang mengikat manusia kepada Islam. Seorang manusia disebut muslim jika dengan penuh kesadaran dan ketulusan bersedia terikat dengan sistem kepercayaan Islam. Karena itu, aqidah merupakan ikatan dan simpul dasar dalam Islam yang pertama dan utama. Aqidah dibangun atas 6 dasar keimanan yang lazim disebut Rukun Iman. Rukun iman meliputi : iman kepada Allah swt, para malaikat, kitab – kitab, para Rasul, hari akhir, dan Qodlo dan Qodar. Allah berfirman dalam QS.An-Nisa‟, ayat 136 . Artinya “ Wahai orang yang beriman, tetaplah beriman kepaada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang diturunkan kepada rasul-Nya serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, Rasul-Nya, hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh- jauhnya”.
Berdasarkan 6 fondasi tersebut, maka keterikatan setiap muslim yang semestinya ada pada jiwa setiap muslim adalah : a. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang terakhir, mengandung syariat yang menyempurnakan syariat – syariat yang diturunkan Allah sebelumnya. b. Meyakini bahwa Islam adalah satu- satunya agama yang benar di sisi Allah. Islam dating dengan membawa kebenarana yang bersifat absolute guna menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia selaras dengan fitrahnya. c. Meyakini bahwa Islam adalah agama yang universal serta berlaku untuk semua manusioa dalam segala lapisan masyarakat dan sesuai dengasn tuntutan budaya manusia.
2. Syari’ah Komponen Islam yang kedua adalah syari‟ah yang berisi peraturan dan perundangundangan yang mengatur aktifitas yang seharusnya dikerjakan manusia. Syari‟at adalah sistem nilai yang merupakan inti ajaran Islam. Syari‟ah atau sistem nilai Islam yang diciptakan oleh Allah sendiri. Dalam kaitan ini, Allah disebut Syaari atau pencipta hukum.
Ibadah dan Muamalah
IBADAH Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara‟ (terminology) Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Syari‟at yang mengatur hubungan manusia secara vertikal dengan Allah (ibadah mahdah / khusus). Disebut ibadah mahdah karena sifatnya yang khas dan sudah ditentukan secara pasti oleh Allah dan dicontohkan secara rinci oleh Allah. Dalam konteks ini, syari‟at berisikan ketentuan tentang tata cara peribadatan manusia kepada Allah, seperti kewajiban shalat, puasa, zakat, haji. Ibadah wajib berpedoman pada sumber ajaran Al-Qur‟an dan Al-Sunnah, yaitu harus ada contoh (tatacara dan praktek) dari Nabi Muhammad SAW. Konsep ibadah ini berdasarkan kepada mamnu‟ (dilarang atau haram). Ibadah ini antara lain meliputi shalat, zakat, puasa, dan haji. Sedangkan masalah mu‟amalah (hubungan kita dengan sesama manusia dan lingkungan), masalah-masalah dunia, seperti makan dan minum, pendidikan, organisasi, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, berlandaskan pada prinsip “boleh” (jaiz) selama tidak ada larangan yang tegas dari Allah dan Rasul-Nya. Berkaitan dengan hal di atas (mu‟amalah), Nabi Muhammad SAW mengatakan: “Bila dalam urusan agama (aqidah dan ibadah) Anda contohlah saya. Tapi, dalam urusan dunia Anda, (teknis mu’amalah), Anda lebih tahu tentang dunia Anda.”
MUAMALAH Syari‟at yang mengatur hubungan manusia secara horizontal dengan sesama dan makhluk lainnya ( mu‟amalah ). Mu‟amalah meliputi ketentuan perundang- undangan yang mengatur segala aktivitas hidup manusia dalam pergaulan dengan sesamanya dan alam sekitarnya. seperti jual beli, perdagangan, dan lain sebagainya.
Adanya sistem mu‟amalah ini membuktikan bahwa Islam tidak meninggalkan urusan dunia, bahkan tidak pula melakukan pemisahan terhadap persoalan dunia maupuu akhirat. Bagi Islam, ibadah yang diwajibkan Allah atas hambanya bukan sekedar bersifat formal belaka, melainkan disuruhnya agar semua aktivitas hidup dijalankan manusia hendaknya bernilai ibadah. Ajaran ini sesuai dengan ajaran Islam tentang tujuan diciptakannya manusia supaya beribadah. Allah berfirman dalam QS. AzZarariyat, ayat 56 “ Dan tiadalah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya beribadah kepada- Ku “ Hubungan horizontal ini disebut pula dengan ibadah gairu mahdah / umum karena sifatnya umum, di mana Allah atau Rasul-Nya tidak memerinci macam dan jenis perilakunya, tetapi hanya memberikan prinsip dasarnya saja. Jadi, dapat disimpulkan bahwa muamalah adalah ibadah yang pelaksanaannya tidak seluruhnya dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW namun hanya berupa prinsip-prinsip dasar dan pengembangannya diserahkan pada kemampuan dan daya jangkau pikiran umat Islam sendiri. Contoh dari muamalah misalnya, aturan-aturan keperdataan seperti hal-hal yang menyangkut perdagangan, ekonomi, perbankan, pernikahan, hutang piutang, atau pun juga aturan-aturan dalam bidang pidana dan tata negara. Special Rights dan Public Rights
SPECIAL RIGHTS Hak khusus timbul dalam suatu relasi khusus antara beberapa manusia atau karena fungsi khusus yang dimilki orang satu terhadap orang lain. Contoh: jika kita meminjam Rp. 10.000 dari orang lain dengan janji akan saya akan kembalikan dalam dua hari, maka orang lain mendapat hak yang dimiliki orang lain. Special Rights di bagi menjadi 2, yaitu Criminal Laws dan Civil Laws (Hukum Pidana dan Hukum Perdata)
PUBLIC RIGHTS Hak Umum dimiliki manusia bukan karena hubungan atau fungsi tertentu, melainkan semata-mata karena ia manusia. Hak ini dimilki oleh semua manusia tanpa kecuali. Di dalam Negara kita Indonesia ini disebut dengan “ hak asasi manusia”. Public Right di bagi menjadi 2 yaitu Interior Affairs dan Exterior Affairs.
Criminal Laws dan Civil Laws (Hukum Pidana dan Hukum Perdata) PERBEDAAN PENGERTIAN HUKUM PERDATA Hukum perdata ialah aturan-aturan hukum yang mengatur tingkah laku setiap orang terhadap orang lain yang berkaitan dengan hak dan kewajiban yang timbul dalam pergaulan masyarakat maupun pergaulan keluarga. Hukum perdata dibedakan menjadi dua, yaitu hukum perdata material dan hukum perdata formal. Hukum perdata material mengatur kepentingan-kepentingan perdata setiap subjek hukum. Hukum perdata formal mengatur bagaimana cara seseorang mempertahankan haknya apabila dilanggar oleh orang lain.
HUKUM PIDANA Hukum pidana adalah rangkaian peraturanperaturan hukum yang mengatur hubungan hukumantara orang yang satu dengan orang yang lain, atau antara subyek hukum yang satu dengan subyek hukum yang lain, dengan menitik beratkan pada kepentingan perseorangan, dimana ketentuan dan peraturan dimaksud dalam kepentingan untuk mengatur dan membatasi kehidupan manusia atau seseorang dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingan hidupnya. Dalam praktek, hubungan antara subyek hukum yang satu dengan yang lainnya ini, dilaksanakan dan tunduk karena atau pada suatu kesepakatan atau perjanjian yang disepakati oleh para subyek hukum dimaksud. Dalam kaitan dengan sanksi bagi yang melanggar, maka pada umumnya sanksi dalam suatu perikatan adalah berupa ganti kerugian. Permintaan atau tuntutan ganti kerugian ini wajib dibuktikan disertai alat bukti yang dalam menunjukkan bahwa benar telah terjadi kerugian akibat pelanggaran atau tidak dilaksanakannya suatu kesepakatan.
PERBEDAAN DALAM ISI HUKUM PERDATA
HUKUM PIDANA
Hukum perdata dapat Berdasarkan isinya, hukum dapat dibagi menjadi 2, yaitu digolongkan antara lain hukum privat dan hukum publik (C.S.T Kansil). Hukum privat adalah hukum yg mengatur hubungan orang perorang, menjadi : sedangkan hukum publik adalah hukum yg mengatur hubungan 1. Hukum keluarga antara negara dengan warga negaranya. 2. Hukum harta kekayaan 3. Hukum benda 4. Hukum Perikatan 5. Hukum Waris
Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik. Hukum pidana terbagi menjadi dua bagian, yaitu hukum pidana materiil dan hukum pidana formil. Hukum Pidana Formil yaitu mencakup cara melakukan atau pengenaan pidana. Hukum pidana materiil mengatur tentang penentuan tindak pidana, pelaku tindak pidana, dan pidana (sanksi).
Interior Affairs dan Exterior Affairs
INTERIOR AFFAIRS (HUBUNGAN INTERNAL) o Administrative Administrate, dalam bahasa latin memiliki dua pengertian. Ad berarti “intesif” dan ministrare berarti “melayani atau mengatur”. Secara umum, pengertian administrasi mengacu pada suatu kegiatan mengatur dan membantu sebagai bagian dari organisasi tertentu dan untuk tujuan tertentu secara berkala. Dalam pengertian yang luas menurut Musanef (1996:1) dalam bukunya Manajemen Kepegawaian di Indonesia menyebutkan bahwa administrasi adalah kegiatan sekelompok manusia melalui tahapan-tahapan yang teratur dan dipimpin secara efektif dan efisien, dengan menggunakan sarana yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Islam dengan jelas telah mengatur masalah administrative seperti tercantum dalam al-quran “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah
penulis
enggan
menuliskannya
sebagaimana
Allah
telah
mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakan [apa yang akan ditulis itu], dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah [keadaannya] atau dia sendiri tidak mampu mengimlakan, maka hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki di antaramu. Jika tak ada dua orang lelaki, maka [boleh] seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan [memberi keterangan] apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak [menimbulkan] keraguanmu, [Tulislah mu’amalahmu itu], kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, [jika] kamu tidak menulisnya. Dan
persaksikanlah apabila kamu berjual-beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan [yang demikian], maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. al-Baqarah : 282) Penjelasan QS. Al-Baqarah ayat: 282 melalui Tafsir Al-Azhar adalah[6]: Ayat ini menjelaskan supaya perjanjian-perjanjian yang diperbuat dengan persetujuan kedua belah pihak itu dituliskan dengan terang oleh penulis yang pandai dan bertanggung jawab. Dan ini adalah syarat-syarat dalam memulai suatu perjanjian:
Perlunya Surat Perjanjian.
Dalam sebuah perjanjian atau hutang-piutang kita sangat memerlukan Surat Perjanjian. Bukan karena kita saling mempercayai, lalu berkata tidak perlu dituliskan diatas kertas, padahal umur kedua belah pihak sama-sama ditangan Allah kita sebagai hambanya tidak pernah tau kapan ajal menjemput, dengan melalui Surat perjanjian maka kita akan bisa menunjukkan utang-piutang kepada ahli waris.
Perlunya Seorang penulis.
“ Hendaklah menulis diantara kamu seorang penulis yang adil” Penulis yang tidak berpihak-pihak, yang mengetahui apa yang diminta untuk dicatat oleh kedua belah pihak denagn janji yang selangkap-lengkapnya. Kalau hutang uang kontan, hendaknya sebutkan dengan jelas berapa jumlah uangnya, kalau memakai agunan hendaklah tuliskan dengan jelas apa-apa barang yang digunakan itu.
Penulis harus adil.
“Dan janganlah enggan seorang penulis, menuliskan sebagai yang telah diajarkan akan dia oleh Allah” Kata-kata diatas menunjukkan pula bahwa sipenulis itu jangan semata-mata pandai menulis saja, selain dari adil hendaknya dia mematuhi peraturanperaturan Allah yang berkenaan dengan urusan utang-piutang. Misalnya tidak boleh ada riba tetapi sangat dianjurkan ada qordhan hasanah, yaitu ganti kerugian yang layak. Seumpama hidup kita dijaman sekarang memakai uang kertas yang harganya tidak tetap, sehingga seorang yang meminjamkan uang yang lamanya satu tahun, nyata sekali merugikan bagi yang meminjamkan.
Niscaya si penulis ada juga hendaknya mempunyai pengetahuan tentang hukum-hukum peraturan Allah. Sekali-kali tidak boleh sipenulis itu enggan atau segan menuliskan pada mulanya hal ayang akan dituliskan ini kelihatan kecil saja. Padahal dibelakang hari bias menjadi perkara besar “ Maka hendaklah dia menuliskan kata-kata ini sebagai ta‟kid untuk menguatkan lagi perintah yang telah diuraikan diatas”.
Penulis dapat dipercaya
“ Dan hendaknya mereka takut kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikitpun daripadanya” penggalan terjemah ini menjelaskan bahwa kedua belah pihak harus mengetahui apa yang ditulis oleh penulis, jangan sampai ada salah penafsiran yang berujung dalam perselisihan esok hari.
Orang yang Safih, Dha‟if
dan tidak sanggup dilarang menulis
perjanjian “ Maka jika orang yang berkewajiban itu seorang yang safih, lemah atau tidak sanggup merencanakan, hendalah walinya yang merencanakan dengan adil” Didalam kata ini ada tiga macam orang yang tidak bias turut dalam menyunsun Surat Perjanjian, pertama orang safih, kedua orang Dha‟if, ketiga tidak sanggup. Orang safih ialah orang yang tidak pandai mengatur harta bendanya sendiri, baik karena borosnya atau karena bodohnya. Dalam hukum islam, hakim berhak memegang harta bendanya dan memberinya belanja hidup dari harta itu, karena kalau diserahkan kepadanya, beberapa waktu saja akan habis. Orang yang Dha‟if (lemah) ialah anak kecil yang belum Mumanyyis atau orang tua yang lemah ingatanya. Orang yang tidak sanggup membuat rencana adalah orang yang bisu atau gagap. Pada orang-orang yang seperti tiga macam itu hendaklah walinya atau penguasa yang melindungi mereka tampil kemuka menyampaikan rencanarencana yang mesti ditulis kepada penulis tersebut,dan si wali itupun harus bertidak dengan adil.
Menghadirkan dua saksi dalam perjanjian.
“ Dan hendaklah kamu adakan dua saksi dari dua laki-laki kamu” penjelasanya kita harus menghadirkan dua saksi laki-laki pada saat kita menulis Surat Perjanjian, tetapi jika tidak ada dua laki-laki, maka (bolehlah) seorang laki-laki dan seorang perempuan.”
Meskipun tidak dijelaskan dua saksi tersebut harus adil tentulah dapat difahamkan bahwa seorang wali haruslah adil dan menar-benar mengetahui dan menyaksikan perkara yang telah dituliskan itu, jangan semata-mata hadir saja, sehingga kalau perlu diminta keterangan dari mereka dibelakang hari, mereka sanggup menjelaskan sepanjang yang mereka ketahui. Dalam ahli fiqih pun membolehkan mengambil saksi yang bukan beragama islam, asal dia adil dan jujur dan mengetahui duduk perkara yang dituliskan mengenai isi Surat Perjanjian tersebut.
Penjualan Tunai tak Perlu ditulis.
“ Kecuali penjualan tunai yang kamu adakan diantara kamu, maka tidaklah mengapa tidak kamu tuliskan” Sebab sudah timpang terima berhadapan, maka jika tidak dituliskan tidak apaapa. Tetapi bukan berarti itu semua larangan keras, tandanya ditulis pun lebih baik bila diperlukan, Tapi dizaman sekarang kemajuan teknologi sudah amat pesat sehingga tanpa ditulispun kita sudah mengetahui berapa barang yang sudah terjual.
Jangan sampai dari kedua belah pihak ada yang dirugikan didalam perjanjian.
“ Dan hendaklah kamu mengadakan saksi jika kamu berjual beli” Penggalan ayat di atas untuk menjaga jangan sampai setelah akad jual-beli, ada diantara kedua belah pihak yang merasa dirugikan. Apalagi terhadap barang-barang yang besar seperti tanah, rumah, mobil dan sebagainya, misalnya si-pembeli dirugika dengan mutu barang yang dia beli atau sipembeli dirugikan oleh harga yang tidak cukup, tetapi itu semua bias terhindari dengan ilmu pengetahuan ekonomi, bahwa kejujuran berniaga adalah modal yang paling kuat bagi si penjual, adanya penipuan bias menjatuhkan nama baik tokohnya.
o Finance Keuangan (bahasa Inggris: finance) mempelajari bagaimana individu, bisnis, dan organisasi meningkatkan, mengalokasi, dan menggunakan sumber daya moneter sejalan dengan waktu, dan juga menghitung resiko dalam menjalankan proyek mereka. Dalam islam Mursyid Al-Idrisiyyah mendefinisikan ekonomi islam dengan menggunakan kalimat-kalimat sederhana, yaitu seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang berdasarkan prinsip-prinsip Islam yang bersumber kepada Al Quran dan As Sunah yang diijtihadi oleh mursyid. Kedudukan mursyid memiliki perananan yang cukup urgen termasuk dalam memberikan curah pemikiran mengenai konteks ekonomi islam, sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman juga mampu mensosialisasikan dan memobilisasi umat untuk berekonomi Islami dengan uswah (teladan) dan kharismanya. Kegiatan sosial-ekonomi (muamalah) dalam Islam mempunyai cakupan luas dan fleksibel, serta tidak membedakan antara Muslim dan Non Muslim. Kenyataan ini tersirat dalam suatu ungkapan yang diriwayatkan oleh Sayyidina Ali, yaitu “dalam bidang muamalah, kewajiban mereka adalah kewajiban kita dan hak mereka adalah hak kita”. Dalam segenap aspek kehidupan bisnis dan transaksi, dunia Islam mempunyai sistem perekonomian yang berbasiskan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Syariah yang bersumber dari Al Quran dan Hadits serta dilengkapi dengan Al Ijma dan Al Qiyas. Sistem perekonomian Islam, saat ini lebih dikenal dengan istilah Sistem Ekonomi Syariah. Sistem Ekonomi Syariah mempunyai beberapa tujuan, yakni: 1. Kesejahteraan Ekonomi dalam kerangka norma moral Islam (dasar pemikiran QS. Al-Baqarah ayat 2 & 168, Al-Maidah ayat 87-88, Al-Jumu‟ah ayat 10); 2. Membentuk masyarakat dengan tatanan sosial yang solid, berdasarkan keadilan dan persaudaraan yang universal (Qs. Al-Hujuraat ayat 13, AlMaidah ayat 8, Asy-Syu‟araa ayat 183) 3. Mencapai distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil dan merata (QS. Al-An‟am ayat 165, An-Nahl ayat 71, Az-Zukhruf ayat 32); 4. Menciptakan kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial (QS. Ar-Ra‟du ayat 36, Luqman ayat 22).
Leasing Leasing (sewa guna usaha) pertama dikenal di Amerika Serkat, yaitu berasal dari kata lease yang berarti menyewa. Sedangkan dalam ekonomi Islam dikenal dengan al-ijarah, berasal dari kata al-ajru yang berarti aliwadhu (ganti). Al-Ijarah merupakan akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa dalam batasan waktu tertentu , melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang.[4] Dalam al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 233 Firman Allah: “.....dan jika Kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. Sewa guna usaha syari‟ah adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun tanpa hak opsi yang akan digunakan oleh penyewa selama jangka waktu
tertentu
berdasarkan
pembayaran
secara
angsuran
dimana
menggunakan prinsip ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik. Sewa guna usaha syari‟ah diatur di dalam: i.
Peraturan Ketua Badan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per-03/BL/2007 tentang Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syari‟ah.
ii.
Peraturan Ketua Badan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per-04/BL/2007 tentang Akad-akad Yang Digunakan Dalam Kegiatan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syari‟ah.
iii.
Surat Dewan Syari‟ah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSNMUI) Nomor B-323/DSN-MUI/XI/2007 tanggal 29 November 2007 tentang Pernyataan DSN-MUI atas Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
Dasar hukum yang dipakai dalam sewa guna usaha syari‟ah berlainan dengan dasar hukum yang dipakai dalam sewa guna usaha konvensional karena sewa guna usaha konvensional diatur di dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing). Sewa guna usaha konvensional menganut asas-asas yang berlaku
di dalam KUHPerdata dimana kiblatnya adalah hukum Eropa Kontinental, seperti asas kebebasan berkontrak. Sedangkan sewa guna usaha syari‟ah menganut asas-asas yang kiblatnya kepada Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Adapun asas-asas dalam Hukum Perdata Islam yang digunakan di dalam sewa guna usaha syari‟ah yaitu:
·
Asas Kebolehan.
·
Asas kebebasan dan Kesukarelawan.
·
Asas Pembawa Manfaat dan Menolak Mudharat.
·
Asas Kebajikan atau Kebaikan.
·
Asas Adil dan Seimbang.
·
Asas Larangan Merugikan Diri Sendiri dan Orang Lain.
·
Asas mendapatkan hak karena usaha dan jasa.
·
Asas Mengatur dan Memberi Petunjuk.
·
Asas Kebebasan Berusaha.
·
Asas Beritikad Baik dan Dilindungi.
·
Asas Mendahulukan Kewajiban Daripada Hak.
Insurance Secara umum kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Insurance” yang artinya “ jaminan”. Kata asuransi diambil juga dari bahasa Belanda “assurantie (asuransi)”, yang dalam hukum Belanda disebut dan “verzekering” yang artinya “pertanggungan”. Dalam istilah bahasa idonesia kata asuransipun memiliki arti “tanggungan” atau “pertanggungan”, Sedangkan menurut istilah ialah perjanjian pertanggungan bersama antara dua orang atau lebih. Pihak yang satu akan menerima pembayaran tertentu bila terjadi suatu musibah, sedangkan pihak yang lain (termasuk yang terkena musibah) membayar iuran yang telah ditentukan waktu dan jumlahnya. Adapun tujuan asuransi secara umum adalah untuk kemaslahatan dan kepentingan bersama melaui semacan iuran yang dikoordinir oleh penanggung (asuransi). Dalam menerjemahkan istilah asuransi ke dalam konteks asuransi Islam terdapat beberapa istilah, antara lain takaful (bahasa Arab), ta‟min (bahasa Arab) dan Islamic insurance (bahasa Inggris). Istilah-istilah tersebut pada dasarnya tidak berbeda satu sama lain yang mengandung makna
pertanggungan atau saling menanggung. Namun dalam prakteknya istilah yang paling populer digunakan sebagai istilah lain dari asuransi dan juga paling banyak digunakan di beberapa negara termasuk Indonesia adalah istilah takaful Istilah takaful dalam bahasa Arab berasal dari kata dasar kafala-yakfulutakafala-yatakafalu-takaful
yang
berarti
saling
menanggung
atau
menanggung bersama. Kata takaful tidak dijumpai dalam Al-Qur‟an, namun demikian ada sejumlah kata yang seakar dengan kata takaful, seperti misalnya dalam QS. Thaha (20): 40 artinya ”… bolehkah saya menunjukkan
kepadamu
orang
yang
akan
memeliharanya
(menanggungnya)?…” Apabila kita memasukkan asuransi takaful ke dalam lapangan kehidupan muamalah, maka takaful dalam pengertian muamalah mengandung arti yaitu saling menanggung risiko di antara sesama manusia sehingga di antara satu dengan lainnya menjadi penanggung atas risiko masing-masing. Dengan demikian, gagasan mengenai asuransi takaful berkaitan dengan unsur saling menanggung risiko di antara para peserta asuransi, di mana peserta yang satu menjadi penanggung peserta yang lainnya.
Banking Pengertian Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. Sedang lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan, dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau keduanya. Menurut UU RI No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi 3 kegiatan utama yaitu :
Menghimpun dana Menyalurkan dana Memberikan jasa lainnya
Dalam perbankan konvensional, keuntungan diperoleh dari bunga serta biaya-biaya administrasi dan jasa yang ditawarkan. Sedangkan pada perbankan syariah tidak beroperasi dengan mengandalkan pada bunga. Bank syariah sendiri adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah Islam Dalam menjalankan usahanya, bank syariah harus tetap berpedoman pada nilai-nilai syariah. Prinsip itu berpedoman pada Alquran dan Hadits. Prinsip yang diterapkan bank syariah meliputi :
Prinsip pengharaman riba
Prinsip ini tercermin dari praktek pengelolaan dana nasabah. Dana yang berasal dari nasabah penyimpan harus jelas asal usulnya. Sedangkan penyalurannya harus dalam usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan syari.
Prinsip keadilan
Prinsip ini tercermin dari penerapan sistem bagi hasil dan pengambilan keuntungan berdasarkan hasil kesepakatan dua belah pihak.
Prinsip Kesamaan
Prinsip ini tercermin dengan menempatkan posisi nasabah serta bank pada posisi yang sederajat. Kesamaan ini terwujud dalam hak, kewajiban, risiko dan keuntungan yang berimbang di antara nasabah penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank.
Mortage Mortgage adalah mengagunkan rumah atas pinjaman yang digunakan untuk membeli rumah itu sendiri. Di wikipedia, definisi mortgage adalah "the pledging of a property to a lender as a security for a mortagage loan". Mortgage itu sendiri bukanlah suatu hutang, tetapi suatu bukti atas adanya suatu
hutang.
Karena
melalui
mortgage,
pemilik
asset
(rumah)
mengalihkan haknya kepada pemilik mortgage (pemberi hutang) dengan kondisi bahwa hak itu akan dikembalikan kepada pemilik aset bila persyaratan
dari
mortgage
tambahan/bunga) telah dipenuhi.
(misalnya
pembayaran
pokok
dan
Dengan perkataan lain, mortgage adalah suatu jaminan atas (pembayaran kembali) suatu hutang yang diberikan oleh penerima hutang kepada pemberi hutang. Sehingga dalam istilah syariah Islam, mortgage dapat disamakan dengan 'rahn'. Menurut Antonio (2001:128) rahn (Gadai) syariah adalah menahan salah saru harta milik nasabah atau rahin sebagai jaminan atau marhun atas hutang/pinjaman atau marhun bin yang diterimanya. Marhun tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan atau penerima gadai atau murtahin memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piuntangnya.Menurut Rais (2006:39), rahn (gadai) merupakan suatu akad piutang dengan menjadikan barang yang memiliki nilai harta yang menurut pandangan syara‟ sebagai jaminan marhun bih, sehingga rahin boleh mengambil marhun bih. Jadi melakukan pinjaman dengan menggadaikan barang berharga (marhun) untuk jaminan atas hutangnya (marhun bih) dalam bentuk rahn tersebut hukumnya boleh.
Venture Cap Modal Ventura Syariah adalah suatu pembiayaan dalam penyertaan modal dalam suatu perusahaan pasangan usaha yang ingin mengembangkan usahanya untuk jangka waktu tertentu (bersifat sementara). Modal ventura merupakan bentuk penyertaan modal dari perusahaan pembiayan kepada perusahaan yang membutuhkan dana untuk jangka waktu tertentu. Perusahaan yang diberi modal sering disebut sebagai investee, sedangkan perusahaan pembiayaan yang memberi dana disebut sebagai venture capitalist atau pihak investor. Penghasilan modal ventura sama seperti penghasilan saham biasa, yaitu dari dividen (kalau dibagikan) dan dari apresiasi nilai saham dipegang (capital gain). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Modal Ventura Syariah yakni penanaman modal dilakukan oleh lembaga keuangan Syariah untuk jangka waktu tertentu, dan setelah itu lembaga keuangan tersebut melakukan divestasi atau menjual bagian sahamnya kepada pemegang saham perusahaan. Tujuan modal ventura adalah adalah untuk memberikan penambahan nilai (adding value) sehingga venture capitalist dapat menjual partisipasinya dengan return positif
Injazat (berpusat di UEA) adalah venture capital pertama yang beroperasi dengan sesuai dengan prinsip syariah, dengan modal awal US$ 50 juta. Injazat Didirikan bersama-sama oleh the Islamic Corporation for the Development of the Private Secto r(ICD), afiliasi dari the Islamic Development Bank (IDB), dengan Gulf Finance House, Dubai Islamic Bank, Saudi Economic and Development Company dan Iran Foreign Investment Corporation. Fokus pada pembiayaan investee pada sektor telekomunikasi, media dan teknologi informasi, namun hanya investee yang secara prinsip syariah diperbolehkan (misalkan bukan pada investee dengan DER lebih 30%). Aktif investor, dengan nilai tambah pada asistensi pengembangan strategi perusahaan (termasuk GCG). Exit strategy dengan investee disepakati di awal. Dalam perspektif syariah, modal ventura memiliki beberapa ketentuan sebagai berikut: 1. Akademisi syariah umumnya sepakat bahwa pembiayaan venture capital pada early stage of life dari suatu investee adalah suatu bentuk klasik dari pembiayaan musyarakah atau mudharabah. 2. Dari sudut pandang syariah, penggunaan equity financing dalam bentuk saham atau penyertaan terbatas dengan bagi hasil adalah suatu bentuk dari aplikasi akad mudharabah, musyarakah „inan atau musyarakah „inan al-mutanaqisha. 3. Hubungan erat antara penyedia dana dan pengguna dana, mulai dari penetapan klausula yang menyangkut penggunaan dana sampai ke adding value, monitoring dan pembagian hasil dan risiko sesuai dengan semangat musyarakah. 4. Meskipun investasi venture capital secara prinsip sesuai dengan syariah, masih ada beberapa aspek terkait dengan struktur pendanaan dan investasinya yang tidak sesuai dengan syariah. 5. Aspek-aspek tersebut dapat dimodifikasi dengan mudah tanpa perubahan yang terlalu besar.
o Constituency Constituency adalah hak setiap orang untuk mengemukakan pendapat politiknya. Politik senantiasa diperlukan oleh masyarakat manapun. Ia merupakan upaya untuk memelihara urusan umat di dalam dan di luar negeri. Kalau kita memandang seseorang dalam sosoknya sebagai manusia (sifat manusiawinya), ataupun sebagai individu yang hidup dalam komunitas tertentu, maka sebenarnya ia bisa disebut sebagai seorang politikus. Di dalam hidupnya manusia tidak pernah berhenti dan mengurusi urusannya sendiri, urusan orang lain yang menjadi tanggung jawabnya, urusan bangsanya, ideologi dan pemikiran-pemikirannya. Oleh karena itu setiap individu, kelompok, organisasi ataupun negara yang memperhatikan urusan umat (dalam lingkup negara dan wilayah-wilayah mereka) bisa disebut sebagai politikus. Kita bisa mengenali hal ini dari tabiat aktivitasnya, kehidupan yang mereka hadapi serta tanggung jawabnya. Berpolitik adalah hal yang sangat penting bagi kaum muslimin. Ini kalau kita memahami betapa pentingnya mengurusi urusan umat agar tetap berjalan sesuai dengan syari‟at Islam. Terlebih lagi „memikirkan/memperhatikan urusan umat Islam‟ hukumnya fardlu (wajib)sebagaimana Rasulullah bersabda : "Barangsiapa di pagi hari perhatiannya kepada selain Allah, maka Allah akan berlepas dari orang itu. Dan barangsiapa di pagi hari tidak memperhatikan kepentingan kaum muslimin maka ia tidak termasuk golongan mereka (kaum muslimin)". Oleh karena itu setiap saat kaum muslimin harus senantiasa memikirkan urusan umat, termasuk menjaga agar seluruh urusan ini terlaksana sesuai dengan hukum syari‟at Islam. Sebab umat Islam telah diperintahkan untuk berhukum (dalam urusan apapun) kepada apa yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, yakni Risalah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Firman Allah SWT: "….maka putuskanlah (perkara) mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu….." (Al-Maidah : 48)
"…Barangsiapa yang tidak memutuskan (perkara) menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir ". (Al-Maidah :44) Dua ayat di atas dan beberapa ayat lain yang senada, seperti surat Al-Maidah ayat 44,45, 47 dan 49 serta An-Nisaa‟ ayat 65 menjelaskan bahwa kaum muslimin harus (wajib) mendasarkan segala keputusan tentang urusan apapun kepada ketentuan Allah, yakni hukum syari‟at Islam. Terlaksananya urusan umat sesuai dengan hukum syari‟at Islam tidak hanya meliputi urusan dalam negerinya saja, melainkan juga urusan luar negeri. Hal ini karena kaum muslimin juga melakukan interaksi dengan negara-negara lain, yang dalam setiap pelaksanaannya harus selalu terikat dengan syari‟at Islam. Bentuk kepedulian kaum muslimin dengan segala urusan umat ini bisa berarti mengurusi kepentingan dan kemaslahatan mereka, mengetahui apa yang diberlakukan
penguasa
terhadap
rakyat,
mengingkari
kejahatan
dan
kezholiman penguasa, peduli terhadap kepentingan dan persoalan umat, menasehati pemimpin yang lalim, mendongkrak otoritas penguasa yang melanggar syari‟at Islam, serta membeberkan makar-makar jahat negaranegara musuh serta hal-hal lain yang berkenaan dengan urusan umat.
EXTERIOR AFFAIRS (HUBUNGAN KELUAR) o Internasional Relation Hubungan internasional dalam Islam didasarkan pada sumber-sumber bernormatif tertulis dan sumber-sumber praktis yang pernah diterapkan umat Islam dalam sejarah. Sumber normatif tertulis berasal dari Al-Quran dan hadis Rasulullah Saw. Dari kedua sumber ini kemudian ulama menuangkannya ke dalam kajian fiqh al-siyar wa al-jihad (hukum internasional tentang damai dan perang). Istilah “siyar” untuk kajian hubungan internasional dalam Islam ini, menurt Syarifuddin Pirzada, dipergunakan pertama kali oleh Imam Abu Hanifah. Pembahasan/kajian ini selanjutnya ditulis secara sistematis boleh muridnya bernama Muhammad al-Syaibani dalam kita al- Siyar al-Kabir dan al-Siyar alShaghir. Selain al-Syaibani (784-804 M), Imam Malik (716 – 795 M) juga membahas hubungan internasional dalam kitabnya al-Muwaththa. Pada masa – masa selanjutnya kemudian banyak ulama menulis kitab-kitab yang
mengkaji hubungan internasional ini. Maka lahirlah istilah-istilah seperti alJihad, al-Ghaniman dan al-Maghazi untuk pembahasan hukum internasional ini. Sedangkan sumber-sumber praktis adalah aplikasi sumber-sumber nomatif tersebut oleh pemerintah di negara-negara Islam dalam berhubungan dengan negara-negara lain. Hal ini dapat dirujuk langsung pada kebijakan-kebijakan politik Nabi Muhammad Saw. Terhadap negara-negara sahabat maupun musuh, kebijakan al-Khulafa, al-Rasyidun dan para pelanjut mereka. Artinya: Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), Maka bunuhlah mereka. Demikanlah Balasan bagi orang-orang kafir. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (QS. Al-baqarah, 2 :190 – 193. Tidak boleh memaksakan agama kepada orang lain. Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. Al-Baqarah, 2 : 256 Menghormati fakta-fakta perjanjian yang telah ditanda-tangani Artinya : Bagaimana bisa ada Perjanjian (aman) dari sisi Allah dan RasulNya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah Mengadakan Perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidilharaam[632]? Maka selama mereka Berlaku Lurus terhadapmu, hendaklah kamu Berlaku Lurus
(pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Tawbah, 9:7) Prinsip Dasar Al-Quran Dalam Hubungan Internasional
a. Hubungan kerja sama yang baik dan adil Artinya : Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.(QS. al-Mumtahanah, 60:8) Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujarat, 49 : 13).
Mengutamakan perdamaian Artinya : Dan jika mereka condong kepada perdamaian, Maka condonglah
kepadanya
dan
bertawakkallah
kepada
Allah.
Sesungguhnya Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. al-Anfal, 8 : 61)
Memperkuat kewaspadaan dalam suasana damai Artinya : Dan jika mereka bermaksud menipumu, Maka Sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan Para mukmin. (QS. al-Anfal, 8 : 62)
Peperangan diizinkan hanyalah kalau terpaksa dan untuk tujuan defensit, bukan opensif Artinya : Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan Kami hanyalah Allah".
Mengajak orang lain kepada Islam dengan cara-cara yang baik dan bijaksana. Jika mereka berbuat jahat, balaslah kejahatan mereka dengan yang setimpal, tidak boleh berlebihan. Artinya : Dan jika kamu memberikan balasan, Maka balaslah dengan Balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, Sesungguhnya Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. (QS. Al-Nahl 16 : 126)
3. Akhlak Akhlaq merupakan komponen dasar Islam yang ketiga yang berisi ajaran tentang perilaku atau sopan santun. Akhlaq maupun syari‟ah pada dasarnya membahas perilaku manusia, tetapi yang berbeda di antaranya adalah obyek materia. Syari‟ah melihat perbuatan manusia darin segi hukum yaitu : wajib, sunah, mubah, makruh, dan haram. Sedangkan aklaq melihat perbuatan manusia dari segi nilai / etika, yaitu perbuatan baik ataupun buruk. Akhlaq merupakan sistematika Islam, sebagai sistem, akhlaq memiliki spektrum yang luas, mulai sikap terhadap dirinya, orang lain, dan makhluk lain, serta terhadap Allah SWT.
PERTANYAAN BAB 2 1. Apa yang dimaksud dengan Islam! Islam merupakan ketundukan dan kepatuhan seorang hamba kepada Allah SWT secara menyeluruh untuk menggapai derajat yang lebih tinggi berupa kedamaian dan kesejahteraan, kebahagiaan dan keselamatan. Islam juga membekali pengikutnya aturan dan pegangan lengkap dalam menjalankan ibadah sekaligus kehidupan di dunia ini. 2. Apakah hubungan antara syariah dan hukum Islam? Baik syariah ataupun hukum Islam tersebut semuanya bersumber pada satu kitab suci umat Islam yaitu kitab suci Alquran. Ruang lingkup hukum Islam digunakan istilah Syariah Islam, yaitu "Seluruh peraturan dan tata cara kehidupan dalam Islam yang diperintahkan oleh Allah ta'ala yang termaktub di dalam Al-Qur'an dan Al-Sunnah". 3. Jelaskan tentang dasar ajaran Islam serta hubungan akidah, syariah, dan akhlak! Dasar ajaran Islam ialah gambaran asli, garis besar, rute perjalanan, atau bagian pokok dari pesan ketuhanan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada manusia. Atau dapat diartikan garis besar atau rancangan ajaran Islam yang sifatnya mendasar, atau yang mendasari semua nilai dan konsep yang ada dalam ajaran Islam. Dasar ajaran Islam mencakup 3 aspek, yaitu akidah, syariah, dan akhlak yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Hubungan antara akidah, syariah, dan akhlak sangat terkait satu sama lain, karena ketiganya diperlukan untuk membentuk kepribadian yang utuh pada diri seorang muslim. Berpegang teguh pada ajaran Allah merupakan perwujudan akidah. Berpegang teguh kepada perjanjian manusia merupakan perwujudan akhlak. Aktivitas memegang teguh ajaran Allah dan perjanjian dengan manusia merupakan perwujudan syariah. Dengan kata lain, perbuatan syariah didasari kelurusan akidah dan dampaknya adalah akhlak (kemanfaatannya akan dirasakan orang lain). 4. Apakah yang dimaksud dengan hukum Islam? Berdasarkan para ahli fikih, ada berapakah hukum Islam tersebut? Jelaskan! Hukum Islam adalah hukum Allah SWT yang mengatur perbuatan manusia yang didalamnya mengandung tuntutan untuk dikerjakan oleh para mukalaf atau ditinggalkannya atau yang mengandung pilihan antara dikerjakan dan ditinggalkannya. Berdasarkan para ahli fikih, terdapat lima hukum islam, yaitu: Wajib adalah suatu perbuatan yang apabila dikerjakan akan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan akan mendapat dosa. Sunah adalah perbuatan yang apabila dikerjakan akan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa. Haram adalah perbuatan yang apabila ditinggalkan akan mendapat pahala dan apabila dikerjakan, orang yang mengerjakannya akan mendapat dosa. Makruh adalah perbuatan yang apabila ditinggalakan akan mendapat pahala dan apabila dikerjakan tidak mendapat dosa. Mubah adalah suatu perbuatan yang apabila dikerjakan tidak mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa.
5. Apakah yang menjadi dasar pengambilan hukum islam Al-Qur‟an adalah sumber hukum islam yang pertama dan utama ia memuat kaidah-kaidah hokum fundamentalyang perlu dikaji dengan teliti dan dikembangkan lebih lanjut menurut keyakinan umat islam yang dibenarkan oleh penelitian ilmiah. Al-qur‟an kitab suci yang memuat wahyu (firman) Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa asli seperti yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada nabi Muhammad sebagai rasul-Nya sedikit demi sedikit selama 22 tahun 22 bulan 22 hari. Mula-mula di Makkah kemudian di Madinah untuk menjadi pedoman kehidupan dan mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat. As-Sunnah atau Al-hadis adalah sumber hokum islam yang kedua setelah Al-Qur‟an berupa perkataan (sunnah qauliyah) perbuatan (sunnah fi‟liyah) dan sikap diam (sunnah taqririah) Rasulullah yang tercatat (sekarang) dalam kitab-kitab hadis. Akal pikiran (Al-ra‟yu atau Ijtihad) Adalah akal pikiran manusai yang memenuhi syarat untuk berusaha, berikhtiyar dengan seluruh kemampuan yang ada padanya yang memahami kaidah-kaidah hokum yang fundamental yang terdapat didalam Al-Qur‟an. 6. Perbedaan Wajib ‘ain dan Wajib Kifayah Wajib „ain adalah kewajiban yang dibebankan kepada setiap orang mukalaf. Hal ini berarti, b ila hanya sebagian orang mukalaf saja yang mengerjakan, sedang orang lain tidak mengerjakannya, maka kewajiban tersebut tidak mengerjakannya, maka kewajiban tersebut tidak membebaskan beban orang yang tidak mengerjakannya. Sedangkan Wajib kifa‟i yaitu kewajiban yang dibebankan oleh dan pada kelompok orang mukalaf. Hal ini berarti apabila ada salah seorang dari orang mulakaf telah mengerjakan kewajiban yang dituntun itu, maka olrang mukalaf lain yang tidak mengerjakannya tidak berdosa. Akan tetapi bila tidak ada seorang pun yang mengerjakannya, maka seluruh orang mukalaf memikul dosanya karena tidak terlaksananya kewajiban tersebut. 7. Yang dimaksud Sunnah beserta contohnya Sunnah atau Mandub yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan akan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan, orang yang meninggalkannya tidak mendapat dosa. Contohnya : “Hai orang-orang yang beriman! Apabila kamu saling memperuntungkan dengan suatu utangsampai waktu yang ditentukan, maka hendaklah kamu menulisnya…” (QS 2:282) “… Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya…” (QS 2:283)
8. Yang dimaksud Haram beserta contohnya Haram yaitu perbuatan yang apabila ditinggalkan, akan mendapat pahala dan apabila dikerjakan, orang yang mengerjakannya akan mendapat dosa. Contohnya : “Dan janganlah kamu mendekati zina, sungguh zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS 17:32) 9. Apakah yang dimaksud dengan makruh? Berikan contohnya! Makruh merupakan perbuatan yang apabila ditinggalkan maka akan mendapat pahala, dan kemudian apabila dikerjakan maka tidak mendapatkan dosa. Adapun contoh dari perbuatan yang hukumnya makruh adalah makan petai, bawang mentah, dan menghisap rokok. 10. Apakah yang dimaksud dengan mubah? Berikan contohnya! Mubah adalah suatu perbuatan yang apabila dikerjakan maka akan mendapat pahala, dan apabila ditinggalkan tidak mendapat dosa. Contohnya adalah makan dan minum. 11. Sebutkan 3 tujuan hukum Islam, dan jelaskan masing-masing? Tujuan hukum Islam yaitu: Sebagai penyucian jiwa, maksudnya adalah agar manusia mampu berperan sebagai sumber kebaikan bagi masyarakat dan lingkungannya. Contohnya tindakannya misalnya seperti shalat, walau, puasa, dan haji Untuk menegakkan keadilan, yaitu keadilan yang meliputi segala bidang kehidupan manusia termasuk keadilan dari sisi hukum, sisi ekonomi, dan sisi persaksian. Hal dikarenakan keadilan adalah harapan dan fitrah semua manusia, sehingga Allah melarang manusia berlaku tidak adil. Contohnya adalah tidak membeda-bedakan manusia, seperti melihat latar belakang strata sosial, agama, kekayaan, keturunan, warna kulit dan sebagainya. Untuk mewujudkan kemaslahatan manusia di dalam Islam, yaitu maksud dan tujuan adanya hukum Islam adalah untuk kebaikan dan kesejahteraan (maslahah) umat manusia di dunia dan akhirat. Contohnya adalah memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara keturunan, dan memelihara harta. 12. Apakah yang dimaksud dengan tujuan syariah? Jelaskan masing-masing! Menunjukan bahwa nilai-nilai ajaran dan ketentuan Allah itu lebih tinggi dan luhur dibandingkan dengan pemikiran manusia, yaitu bahwa ketetapan Allah haruslah terlebih dahulu untuk diamalkan karena nilainya lebih penting daripada hal yang ditetapkan oleh manusia itu sendiri. Mempersatukan pandangan hidup dan perbuatan manusia, yaitu memberikan kesempatan kepada manusia untuk melengkapi dan menyempurnakan kehidupannya, seperti ketentuan-ketentuan amalan sunat termasuk keharusan untuk bersikap jujur dalam kehidupan bermasyarakat, dan lain sebagainya. Kesejahteraan dan kemaslahatan hidup manusia, baik di dunia dan akhirat, yaitu bahwa Allah akan menjamin orang-orang yang telah menjalankan syariah sesuai yang telah ditetapkan oleh Allah.