Dari sejumlah bank umum yang ada, total nilai kredit yang berhasil disalurkan menunjukkan adanya peningkatan pada 2 tahun terakhir. Walaupun secara relatif menunjukkan penurunan (Tabel 18). Jumah nasabah juga memperlihatkan peningkatan, yakni dari 18.600 orang meningkat menjadi 21.085 orang. Tabel 18. Jumlah Nasabah dan Nilai Kredit (Jutaan Rupiah) Menurut Bank Umum di Kabupaten TTS Nama Bank Bank BRI Bank NTT Bank BNI Bank BTPN Bank Pundi Jumlah
Tahun 2010 Jumlah Nilai Nasabah Kredit 14.722 226.207 3.234 131.826 28 3.187 616 31.225 18.600
392.445
Tahun 2011 Prosen Nilai Kredit Jumlah Nilai 2010 2011 Nasabah Kredit 16.700 236.851 57,64 50,51 3.359 164.732 33,59 35,13 62 6.465 0,81 1,38 942 59.616 7,96 12,71 22 1.284 0,00 0,27 21.085 468.948
Sumber : DDA Kabupaten TTS, Tahun 2012 (diolah) Berdasarkan perkembangan jumlah kredit dan jumlah nasabah yang terlayani, menunjukkan bahwa peran perbankan di kabupaten TTS cukup penting dalam membantu penyediaan modal bagi masyarakat setempat. Sekaligus juga menggambarkan bahwa masyarakat setempat sudah dapat memanfaatkan lembaga keuangan perbankan dalam memenuhi kebutuhan modal dan atau pembiayaan berbagai kebutuhan yang diperlukan. Selain lembaga keuangan berupa bank umum, di kabupaten TTS sejumlah lembaga koperasi dengan berbagai aktivitasnya. Sampai tahun 2011, secara total terdapat 104 unit koperasi yang tersebar pada berbagai jenis atau bentuk koperasi. Dari jumlah koperasi yang ada, secara khusus jumlah KUD tercatat sebanyak 14 unit, KSU sebanyak 34 unit, koptan sebanyak 7 unit dan sisanya dalam bentuk koperasi karyawan negri, suasta dan masyarakat umum lainnya. Untuk KUD yang secara spesifik berkontibusi dalam turut serta membangun masyarakat di desa dengan kegiatan utamanya menggalang kekuatan ekonomi pedesaan, sampai tahun 2011 dari 14 unit KUD yang ada, tercatat jumlah anggota sebanyak 6.174 orang dengan total asset senilai Rp.1.411.217.000,-. Volume usaha mencapai nilai sebesar Rp.1.753.085.000,-, termasuk lembaga ini menggunakan modal yang berasal dari luar sebesar Rp.1.256.358.000,-. Berdasarkan gambaran perkembangan keuangan dari sejumlah lembaga KUD ini, secara implisit mengindikasikan bahwa tersedia potensi yang dapat diperdayagunakan untuk menopang perkembangan ekonomi masyarakat pedesaan yang berkepentingan terhadap kebutuhan permodalan dan atau jenis pembiayaan lainnya. Dalam konteks pengembangan UMKM di tingkat masyarakat dan wilayah, walaupun tidak tersedia data yang pasti tentang jumlah dan jenis UMKM yang terdapat di Kabupaten TTS, namun demikian dapat dipastikan bahwa berbagai usaha yang dijalankan masyarakat, termasuk masyarakat pedesaan di TTS yang didukung dengan potensi sumberdaya alam dan sarana serta prasarana ekonomi lainnya, diperkirakan dapat mendukung berkembangnya perekonomian masyarakat dan wilayah kabupaten TTS secara berkelanjutan.
115
BAB II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN 2.1. Bobot Sektor-Sub S ektor K PJU U nggulan Ti ngkat Kabupaten Ti mor Tengah Selatan Berdasarkan hasil analisis KPJu pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Timor Tengah Selatan. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJu unggulan Kabupaten TTS yang mempunyai nilai skor tertinggi. Selanjutnya hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha. Pada Tabel 19, dapat dilihat bahwa skor terbobot gabungan atau prioritas tertinggi untuk mencapai ketiga tujuan penelitian dalam rangka penetapan KPJu unggulan di Kabupaten TTS adalah sektor usaha peternakan. Sedangkan untuk tujuan penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk maka sektor usaha tanaman pangan memiliki nilai yang lebih baik. Memperhatikan bobot kepentingan dari masingmasing tujuan, dan dalam rangka pencapaian tujuan pertumbuhan ekonomi dan penetapan KPJu unggulan di Kabupaten TTS adalah sektor peternakan, untuk tujuan penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing produk adalah sektor usaha tanaman pangan. Tabel 19. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Timor Tengah Selatan Sektor usaha Peternakan Tanaman Pangan Perkebunan Kehutanan Perdagangan Angkutan Perikanan Jasa-Jasa Pariwisata Perindustrian Pertambangan
Tujuan (Skor Terbobot) Pertumbuhan Penciptaan Peningkatan Ekonomi Lapangan Daya Saing (0,2692) Kerja (0,3615) Produk (0,3694) 0,2621 0,1950 0,1547 0,1723 0,2142 0,1673 0,0774 0,0875 0,1407 0,0711 0,0570 0,1371 0,0611 0,1269 0,0547 0,0584 0,0762 0,0698 0,0501 0,0598 0,0809 0,0860 0,0471 0,0480 0,0699 0,0433 0,0460 0,0566 0,0479 0,0480 0,0351 0,0452 0,0528
Skor Terbobot Ranking Gabungan 0,1982 0,1856 0,1044 0,0904 0,0826 0,0690 0,0650 0,0579 0,0515 0,0503 0,0453
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sumber: Hasil Olahan Data primer Selain sektor peternakan dan tanaman pangan sebagai sektor dengan ranking tertinggi pertama dan kedua, maka sektor-sektor ekonomi lain yang termasuk dalam kelompok 5 sektor prioritas adalah perkebunan, kehutanan dan perdagangan. Berdasarkan gambaran di atas, dapat dikatakan bahwa secara sektoral, peternakan masih merupakan sektor penting yang dapat diandalkan untuk dikembangkan dalam mendukung UMKM di tingkat masyarakat dan wilayah Kabupaten TTS. 116
2.2. KPJU Unggulan Per Sektor di Kabupaten Timor Tengah Selatan Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel 20), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Timor Tengah Selatan No 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Sektor Usaha/ KPJu Unggulan Padi dan Palawija Jagung Ubi Kayu Kacang Hijau Ubi Jalar Kacang Tanah Buah-Buahan Pisang Pepaya Alpukat Jeruk Mangga Peternakan Sapi Babi Kambing Ayam Kampung Ayam Ras Pedaging Pariwisata Warung makan Penyediaan makanan keliling Pertunjukkan seni/budaya Pondok wisata (home stay) Kedai minum Perdagangan Ternak dan hasil-hasilnya Hasil pertanian/Hortikultura Bahan bangunan Sembako Bahan bakar Angkutan Angkutan barang umum Angkutan ojek motor Angkutan sewa Angkutan bus antar kota Angkutan bus dalam kota Pertambangan Batu bangunan Pasir Tanah urukan Batu warna Batu Marmer
SkorNo Terbobot
Sektor Usaha/ KPJu Unggulan
SkorTerbobot
Sayuran 0,2991 0,2399 0,1166 0,0870 0,0854
1 2 3 4 5
Bawang Merah Cabai Kacang merah Labu siem Sawi
0,2991 0,2399 0,1166 0,0870 0,0854
1 2 3 4 5
Kelapa Kemiri Pinang Jambu Mete Kapuk
0,3134 0,2819 0,1228 0,0785 0,0613
1 2 3 4 5
0,2020
1
0,1853
2
0,1211 0,1037 0,0901
3 4 5
0,2020 0,1852 0,1210 0,1032 0,0900
1 2 3 4 5
0,1730 0,1590 0,1580 0,1396 0,0846
1 2 3 4 5
Perkebunan
Perikanan Usaha budidaya di perairan umum Usaha Penangkapan ikan di laut Usaha budidaya tambak Garam Rakyat Tambak garam Industri Industri kain tenun ikat Pengergajian kayu (mis: untuk menjadi balok) Industri kopra Industri minyak kelapa Industri meubel Jasa-jasa Perbengkelan Jasa sewa kendaraan penumpang Sewa kos-kosan Jasa pengiriman barang Jasa travel (ticket) Kehutanan Asam Kemiri Pemungutan madu Cendana (pohon) Bambu
0,2211 0,1680 0,1108 0,1058 0,0992 0,2575 0,2408 0,1204 0,1013 0,0968 0,3284 0,2623 0,1021 0,0971 0,0965 0,2020 0,1853 0,1211 0,1037 0,0901 0,1797 0,1793 0,1629 0,1056 0,0846 0,2020 0,1853 0,1211 0,1037 0,0901
0,3284 0,2623 0,1021 0,0971 0,0965
Sumber : Hasil Olahan Data primer 117
2.3. KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Timor Tengah Selatan Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel 19) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 20) dilakukan analisa dengan menggunakan Metoda Bayes. Pada Tabel 21, dapat dilihat bahwa 10 KPJu unggulan lintas sektor di Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah usaha ternak sapi, usaha ternak babi, usaha tani jagung, kelapa, pemungutan asam, kemiri (perkebunan), pemungutan kemiri (kehutanan), perdagangan ternak dan hasil-hasilnya, usaha ternak kambing, dan perdagangan hasil-hasil pertanian/hortikultura. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masingmasing KPJu dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Timor Tengah Selatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KPJu Unggulan Sapi Babi Jagung Kelapa asam Kemiri Hasil Pemungutan kemiri Ternak dan hasil-hasilnya Kambing Hasil pertanian/Hortikultura
Skor Terbobot 0,0579 0,0521 0,0268 0,0263 0,0260 0,0246 0,0239 0,0238 0,0227 0,0218
Sektor Usaha Peternakan Peternakan Tanaman Pangan Perkebunan Kehutanan Perkebunan Kehutanan Perdagangan Peternakan Perdagangan
Hasil Olahan Data primer
2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Timor Tengah Selatan Kedudukan KPJu Unggulan di Kabupaten Timor Tengah Selatan berdasarkan hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut: Tabel 22. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Timor Tengah Selatan No
KPJu Unggulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sapi Babi Jagung Kelapa Pemungutan asam Pemungutan kemiri Budidaya kemiri Ternak dan hasilnya Kambing Hasil pertanian/ Hortikultura
Potensi 4,60 3,80 3,60 2,40 3,20 2,60 3,20 4,60 2,40 3,20
Skor Prospek 4,60 3,60 3,20 2,60 2,80 3,60 3,40 4,40 2,80 2,80
Kriteria Potensi Prospek Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Cukup Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Cukup Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Cukup Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Cukup Sesuai
Kuadran I I I IV III II I I IV III
Sumber: Hasil Olahan Data primer Seperti dapat dilihat pada Tabel 22 di atas, terdapat 5 KPJu Unggulan lintas Sektor, dalam anlisis kuadran KPJu tersebut berada pada Kuadran I, yaitu mempunyai Prospek dan Potensi saat ini yang sangat baik atau baik. 118
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 3.1.
Kesimpulan
3.1.1. Pada tataran tujuan, untuk pengembangan UMKM, terpenting adalah untuk tujuan “peningkatan daya saing produk” diikuti berturut turut oleh “penyerapan tenaga kerja” kemudian “pertumbuhan ekonomi. Kondisi demikian, menunjukkan bahwa para pemikir, pengambil kebijakan serta praktisi pengembangan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Timur (termasuk untuk Kabupaten Timor Tengah Selatan) sangat menyadari pentingnya daya saing produk dalam pengembangan UMKM di NTT, karena tanpa daya saing, output dari UMKM akan sulit bersaing di pasar. Ketidak mampuan bersaing di pasar akan berakibat pada rendahnya ketahanan dan keberlanjutan UMKM. 3.1.2. Kriteria penentuan KPJU Unggulan terpenting (ranking kepentingan) berturutturut adalah 1) ketersediaan teknologi, 2) ketersediaan pasar, 3) manegemen usaha, 4) penyerapan tenaga kerja, 5) ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan, 6) ketersediaan sarana produksi, 7) aksesibilitas terhadap/kebutuhan modal, 8) sumbangan terhadap perekonomian daerah, 9) harga/nilai tambah, 10) ketersediaan bahan baku dan yang terakhir adalah 11) aspek sosial budaya. 3.1.3. Untuk pengembangan UMKM, sektor utama di Kabupaten Timor Tengah Selatan adalah sektor Peternakan diikuti berturut-turut oleh: Tanaman Pangan, Perkebunan, Kehutanan, Perdagangan, Angkutan, Perikanan, Jasa, Pariwisata, Perindustrian, dan Pertambangan 3.1.4. Sepuluh KPJU Unggulan lintas sektor untuk penegmbangan UMKM di Kabupaten Timor Tengah Selatan berturut-turut adalah: 1) sapi, 2) babi, 3) jagung, 4) Kelapa, 5) asam, 6) kemiri, 7), hasil pemungutan kemiri, 8) kambing, 9) kambing dan hasil pertanian/hortikultura. 3.1.5. Dari sudut pandang potensi dan prospek, masing-masing dengan kategori baik sampai sangat baik adalah: 1) Usaha ternak sapi, 2) usaha ternak babi, 3) usahatani jagung, 4) budidaya kemiri dan perdagangan ternak dan hasilhasilnya.
3.2. Rekomendasi 3.2.1. Upaya berbagai pihak dalam pengembangan UMKM di NTT termasuk Kabupaten Timor Tengah Selatan mestinya memberi perhatian yang tinggi pada minimal 5 (lima) hal penting sebagai necessery condition (syarat keharusan) yaitu: peningkatan kemampuan teknologi usaha, pengembangan ketersediaan pasar, pembinaan menegemen usaha, penyerapan tenaga kerja (padat karya), dan peningkatan ketrampilan tenaga kerja UMKM. Faktor-faktor lainnya bukanlah tidak penting, tetapi lebih merupakan suffisien condition (syarat kecukupan) dalam pengembangan dan pembinaan UMKM di NTT. 3.2.2. Dalam ruang lingkup rekomendasi (1), diharapkan berbagai pihak yang berperan dalam pengembangan UMKM di Kabupaten Timor Tengah Selatan disarankan untuk mengembangkan UKM di bidang KPJU Unggulan yang 119
secara potensi dan prospek tergolong baik dan sangat baik, yaitu: Usaha Ternak Sapi khususnya penggemukkan, Usaha Ternak Babi (bibit maupun pedaging), Usaha Budidaya Kemiri, serta usaha Perdagangan Ternak dan Hasil-hasilnya. 3.2.3. Upaya untuk mengembangan dan memberdayakan ke-10 KPJu Unggulan UMKM dapat dilaksanakan secara efektif dan berkelanjutan, sebaiknya diawali dengan identifikasi dan pemetaan masing-masing KPJu Unggulan oleh masing sektor (SKPD) yang implementasinya dilaksanakan secara terkoordinasi. Untuk menghindari terjadinya ketimpangan program, disarankan agar dibentuk sebuah forum atau kelompok kerja pengembangan dan pemberdayaan UMKM di bawah koordinasi langsung oleh Sekretaris Daerah. 3.2.4. Lembaga perbankan – terutama BUMN – diharapkan partisipasi aktifnya untuk turut serta membantu membina dan mengembangkan KPJu dari aspek teknis perbankan sehingga memungkinkan para pelaku UMKM lebih mudah mengakses pembiayaan yang berasal dari perbankan. Perlu dipertimbangkan untuk membentuk sebuah badan koordinasi perbankan di tingkat lokal yang secara reguler dapat berkoordinasi langsung dengan para pelaku UMKM, yang berfungsi sebabagi forum komunikasi dan konsultasi antara pihak perbankan dengan para pelaku UMKM. Untuk itu Bupati Timor Tengah Selatan dapat berkoordinasi dengan perbankan setempat, terutama Bank NTT dan pihak Perwakilan BI NTT untuk membentuk wadah tersebut.
120
BAB I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA
1.1.
Kondisi Fisik Wilayah
1.1.1. Letak geografis dan luas wilayah Secara geografis Kabupaten Timor Tengah U tara t erletak pada posi si 124º 4”.2”- 124º.46’. 0”’ Bujur Timur (BT) dan 9º2’.48” - 9º37’36” Lintang Selatan (LS). dengan batas wilayahnya sebelah utara dengan Laut Sawu dan Negara Timor Leste, sebelah selatan dengan Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), sebelah Timur dengan Kabupaten Belu, dan sebelah Barat dengan Kabupaten Kupang dan Negara Timor Leste. Pada tahun 2004 jumlah kecamatan di Kabupaten TTU berjumlah sembilan (9) wilayah kecamatan dengan luas wilayah 2.669,70 k m2 atau 5,64 persen dari luas daratan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Namun seiring dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan kinerja pelayanan publik yang prima dari institusi pemerintah, maka pada tahun 2007 melalui Peraturan Daerah Kabupaten TTU Nomor 08 T ahun 2007 , dimekarkan 15 k ecamatan bar u. Sehingga di Kabupaten TT U pad a tahun 2007 j umlah kecamatan menjadi 24 kecamatan.dengan l uas wilayah 2. 669,70 km2. dengan kecamatan t erluas adal ah Kecamatan I nsana 338,08 km 2 (12,48%) da n tersempit Kecamatan Bikomi Selatan seluas 48,68 km2 (1,82%). 1.1.2. Topografi dan iklim Iklim di w ilayah K abupaten TT U di dominasi ol eh i klim kering ( ustic. 5-8 bul an dengan curah hujan bulanan < 100 mm). dengan hanya sedikit wilayah yang mempunyai iklim lembab (udic. 0-4 bulan dengan curah hujan bulanan < 100 mm). Namun de mikian. tidak ada w ilayah K abupaten TTU y ang m empunyai i klim sangat kering ( ardic. 9-12 bul an den gan cu rah hu jan b ulanan < 100 m m). D ata cu rah hu jan untuk se luruh wilayah Kabupaten TT U dicirikan oleh k eadaan r elatif basa h pada Desember-Maret (>100 mm/bulan) dan kering pada April-November (<100 mm/bulan). 1.1.3. Topografi Secara t opografi kabupaten TTU di dominasi ol eh w ilayah deng an k etinggian 101-500 m dpl 1. 499,45 km 2 (56,17%), diikuti ke tinggian 501-100 m dp l 889 ,09 k m2 (33,30%) da n w ilayah terkecil pada k etinggian 0 -25 m dpl 65 ,20 km 2 (2,44%). Jenis tanah di kabuten TTU di dominasi ol eh jenis tanah l itosol se luas 1.666,96 2+ km (62,44%). diikuti oleh tanah glumasol 523,26 km 2 (19,60%) dan jenis tanah kompleks 479,48 km2 (17,96%).
121
Tabel 1. Penggunaan Lahan di Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2012 No Kegunaan Lahan 1 Perkampungan 2 Sawah 3 Tegalan 4 Ladang 5 Perkebunan 6 Kolam 7 Hutan Lebat 8 Hutan rakyat 9 Tambak 10 Semak Belukar Jumlah
Jumlah 10.883,00 8.984,00 23.811,00 17.136,00 19.793,00 16,00 88.549,50 25.905,00 401,00 71.491,50 266.970,00
Persentase
Sumber : BPS Kabupaten Timor Tengah Utara 2012
4,08 3,37 8,92 6,42 7,41 0,01 33,17 9,70 0,15 26,78 100,00
Total lahan di Kabupaten TTU seluas 266.970 Ha yang terdiri hutan lebat sebesar 88 .549 H a (33.17%), semak belukar 71. 491.50 H a (26.78%). S ementara kolam paling terkecil peruntukan lahan di Kabupaten ini hanya 16 Ha atau 0.01%.
1.2. Demografis
Jumlah penduduk Kabupaten Timor Tengah Utara pada tahun 2012 se banyak 232 051jiwa yang terdiri dari 115.108 laki-laki dan 116.943 perempuan. Rasio laki-laki terhadap perempuan 98. berarti setiap 98 penduduk laki-laki terdapat 100 penduduk perempuan. Jenduduk yang ber usia 0 -14 tahun m erupakan pendudu k yang paling banyak dimana jumlahnya 72,27% dari total penduduk. Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Timor Tengah Utara dan Tingkat kepadatan per Kecamatan,Tahun 2012 Jumlah 2 Luas Wilayah ( km ) Penduduk 1 Miomaffo Barat 15.082 199,63 2 Miomaffo Tengah 5.286 75,00 3 Musi 4.119 82,17 4 Mutis 6.671 90,50 5 Miomaffo Timur 10.702 101,45 6 Noemuti 11.201 155,60 7 Bikomi Selatan 9.919 48,68 8 Bikomi Tengah 6.866 61,50 9 Bikomi Nilulat 4.395 82,00 10 Bikomi Utara 5.724 70,70 11 Naibenu 5.117 88,00 12 Noemuti Timur 3.782 55,77 13 Kota Kefamenanu 39.546 74,00 14 Insana 18.495 333,08 15 Insana Utara 8.829 53,84 16 Insana Barat 9.087 102,00 17 Insana Tengah 10.479 124,00 18 Insana Fafinesu 5.102 52,88 19 Biboki Selatan 9.087 164,17 20 Biboki Tanpah 5.662 99,15 21 Biboki Moenleu 7.197 85,78 22 Biboki Utara 10.443 138,70 23 Biboki Anleu 15.253 206,40 24 Biboki Feotleu 4.007 124,70 Kabupaten TTU 232.051 2.669,70 Sumber : BPS Kabupaten Timor Tengah Utara 2012 No
Kecamatan
Rata-Rata Penduduk Per KM 75,55 70,48 50,13 73,71 105,49 71,99 203,76 111,64 53,60 80,96 58,15 67,81 534,41 55,53 163,99 89,09 84,51 96,48 55,35 57,11 83,90 75,29 73,90 32,13 86,92
122
Bagi pen duduk yang be kerja. se bagian besa r (61,76%) bekerja pada se ktor primer (pertanian). sektor tertier (Perdagangan dan j asa-jasa) sebesar 22,67%. diikuti pada sektor sekunder (pertambangan. penggalian. industri. listrik. konstruksi. gas dan air se besar 15 ,75%. D ari dat a pendudu k yang bek erja m enurut l apangan pe kerjaan terlihat bahwa sektor primer begitu dominan. Lambatnya transformasi tenaga kerja ke sektor y ang l ebih t inggi se kunder m aupun t ertier er at kaitanya deng an t ingkat pendidikan. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010 memperlihatkan bahwa sekitar 66,28% pendudu k y ang be kerja be rpendidikan tertinggi hany a sa mpai SD. D engan rendahnya pendidikan ke mampuan untuk mengadopsi perkembangan t eknologi j uga lambat m aupun pi kiran kreatif un tuk untuk menyeleksi a ktifitas e konomi y ang l ebih menguntungkan relatif terbatas. Tabel 3. Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Pada Lapangan Kerja Utama di Kabupaten Timor Tengah Utara No Lapangan Usaha 1 Primer (Pertanian) 2 Sekunder (Tambang. Penggalian. Industri dll) 3 Tertier (Perdagangan dan Jasa-jasa) Total
Sumber: BPS Kabupaten Timor Tengah Utara 2012.
1.3.
Jumlah 66.011 24.231 16.648 106.890
%
61,76 22,67 15,57 100,00
Potensi Sumber Daya Alam
1.3.1. Sektor Pertanian a)
Subsektor Tanaman Pangan
Kontribusi subsektor tanaman bahan makanan berdasarkan harga berlaku pada t ahun 2011 terhadap P DRB K abupaten Timor Tengah U tara sangat be sar dan merupakan se ktor tertinggi ba gi P DRB y aitu R p 530.327.310 r ibu atau 51 ,38%. Keadaan luas areal dan produksi tanaman pangan di Kabupaten Timor Tengah Utara pada t ahun 2011 terluas adal ah j agung (dengan l uas areal 17. 454 ha dan pr oduksi 23.927 ton). padi dengan luas 13.376 ha dengan produksi 35.269 ton, sedangkan luas areal terkecil kacang kedelai dengan hanya luas 7 ha dan produksi 7 ton. Tanaman yang mengalami penur unan y ang cu kup besa r adal ah jagung dari produksi 54.027 ton t ahun 2010 turun m enjadi 23.927 ton t ahun 2011 atau t urun (55,21%). Kacang hijau turun dari 508 ton tahun 2010 menjadi 308 ton tahun 2011 atau turun (-39,37%). Sedangkan tanaman pangan yang mengalami peningkatan produksi adalah ubi jalar. dari 3.869 ton tahun 2010 menjadi 98.841 ton tahun 2011 atau naik sebesar 245%. Perkembangan luas panen tanaman pangan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Luas Panen Tanaman Pangan (ha) JenisTananam Padi Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah Kacang Kedelai Kacang Hijau
2010 LuasPanen Produksi 12.941 39.746 19.858 54.027 18.835 55.502 1.173 3.869 2.704 985 1 1 825 508
2011 Perkembangan LuasPanen Produksi Luas Panen Produksi 13.376 35.269 (3.36) 11.26 17.454 23.927 12.11 55.71 10.095 35.046 46.40 36.86 706 98.841 39.81 (2454.69) 2.344 2.864 13.31 (190.76) 7 7 (600.00) (600.00) 342 308 58.55 39.37
Sumber: BPS Kabupaten Timor Tengah Utara 2012.
123
b) Subsektor Tanaman Hortikultura Selama t ahun 20 10 produksi sayuran di Kabupaten T imor T engah U tara sebesar 1.521 ton. kangkung paling banyak produksiya sebesar 412,5 ton. Kecamatan Insana U tara m erupakan pen ghasil t erbesar pe tsai/sawi, ketimum dan kacang merah banyak di hasilkan di K ecamatan M iomaffa B arat. Produksi t anaman s ayur-sayuran selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Produksi T anaman Sayur-sayuran T ahun 2010 di Kabupaten T imor T engah Utara (ton) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Jenis Sayur Bawang Merah Bawang Putih Kentang Kol/Kubis Pitsai/Sawi Wortel Lobak Kacang merah Kacang panjang Cabai Tomat Kancang buncis Terung Ketimun Labu Siam Kangkung Bayam Jumlah
Produksi (Ton) 2010
54 12 0,5 221 211 60 0 30 16 30 99 48 180 60 42 412,5 45 1.521
Sumber : BPS. Kabupaten Timor Tengah Utara Dalam Angka Tahun 2012 Secara u mum pr oduksi buah -buahan di K abupaten Timor U tara t ahun 20 10 sebesar 1.458.451 ton. D imana produksi t erbesar jeruk 525.245 ton d i i kuti pisang sebesar 312.382 ton, nenas 296.874 ton. Tanaman alpukat banyak di hasilkan di Kecamatan Miomoffa Barat, tanaman mangga di Kecamatan Biboki Utara, tanaman jeruk di produksi terbanyak di Kecamatan Miomoffa Barat, sedangkan tanaman nanas produksi terbanyak di Kecamatan B iboki U tara. P erkembangan Tanaman B uahbuahan dari tahun 2009 – 2010 produksi untuk semua jenis buah-buahan cenderung mengalami penu runan perkembangannya. P enurunan t ertinggi pada t anaman bua h pepaya j ika di bandingkan deng an pr oduksi tahun 20 09 sebagaimana t ersaji dalam tabel 6 berikut. Tabel 6. Perkembangan Produksi Tanaman Buah-buahan di Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2009-2010 (ton) No
Jenis Buah-buahan
1 Alpukat 2 Mangga 3 Jeruk 4 Pepaya 5 Pisang 6 Nenas 7 Nangka Jumlah
Produksi 2009 33.150 219.161 585.115 54.284 347.989 330.713 54.282 1.624.694
Produksi 2010 29.758 196.736 525.245 48.728 312.382 296.874 48.728 1.458.451
Perkembangan (10,23) (10,23) (10,23) (10,24) (10,23) (10,23) (10,23) (10,23)
Sumber: BPS. Kabupaten Timor Tengah Utara Dalam Angka Tahun 2012
124
c)
Subsektor Perkebunan
Pada t ahun 20 10 areal t anaman pe rkebunan sebesar 34.134.25 ha deng an produksi 4.118.06 ton. Jenis tanaman perkebunan yang utama produksi di Kabupaten Timor Tengah Utara adalah kemiri dengan luas areal 12.282.88 ha dengan produksi 1.545.17 ton. diikuti jambu m ete den gan l uas areal 11.289.26 ha dan produksi 1.316.43 ton. Kelapa banyak dihasilkan oleh Kecamatan Miomaffo Timur dan Noemuti. Kemiri bany ak dihasilkan ol eh K ecamatan B iboki U tara. K ecamtan Insana U tara merupakan penghasil jambu mete terbesar di Kabupaten Timor Tengah Utara. Jumlah luas areal dan pr oduksi unt uk setiap jenis tanaman per kebunan di K abupaten Timor Tengah Utara dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Luas Areal (Ha) dan Produksi (ton) Tanaman Perkebunan Tahun 2010 di Kabupaten Timor Tengah Utara No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Komoditi Perkebunan Kelapa Kopi Kemiri Jambu Mete Pinang Kakao Kapuk Jumlah
Luas Areal (Ha) 5.686,04 1.145,12 12.282,88 11.289,26 1.693,98 264,01 1.772,96 34.134,25
Produksi (Ton) 606,45 132,71 1.545,17 1.316,43 368,4 31,53 117,37 4.118,06
Sumber: BPS. Kabupaten Timor Tengah Utara Dalam Angka Tahun 2012 d) Subsektor peternakan
Pada T abel 8 memperlihatkan bahwa sampai tahun 2011, untuk ternak besar. ternak sapi potong merupakan jenis ternak yang terbanyak. Sementara ternak kecil selain unggas (ayam). kambing merupakan jenis ternak kecil yang terbanyak. Bahkan pada t ingkat per kembangan. hanya j enis t ernak sapi y ang memperlihatkan perkembangan positip pada kurun waktu 2009-2011. Situasi yang ada sekaligus memperjelas kepada kita bahwa jenis ternak tersebut merupakan jenis ternak potensial yang dapat diandalkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat peternak. Dan bahwa potensi dimaksud jelas juga didukung oleh kondisi fisik wilayah dan sosial masyarakat yang secara berkelanjutan menopang tingkat perkembangannya kedepan. Untuk j enis ternak yang mengalami t ingkat per kembangan y ang negatif merupakan hal pen ting yang har us di upayakan penanganannya. seperti unt uk ternak babi dan kambing, di mana terdapat kecenderungan permintaan yang terus meningkat baik di dalam maupun luar wilayah demikian juga dari aspek sosial budaya tidak mengalami banyak kendala yang dihadapi. Tabel 8. Jumlah dan Perkembangan Populasi Ternak No 1 2 3 4 5 6
Jenis Ternak Sapi Kerbau Kuda Kambing Babi Ayam
2009 86.319 638 1.840 87.834 39.898 205.253
Tahun 2010 89.776 717 1.969 90.729 43.178 375.314
2011 98.631 501 1.036 73.657 31.534 202.062
Perkembangan (%/tahun) 6.93 -8.87 -20.19 -7.76 -9.37 18.35
Sumber: BPS. Kabupaten Timor Tengah Utara Dalam Angka Tahun 2012
125
e)
Subsektor perikanan
Sektor per ikanan memiliki ni lai ek onomis yang cukup t inggi karena selain menjadi bahan pan gan y ang m emiliki kandungan p rotein tinggi juga mampu memberikan tingkat hi dup y ang l ayak bagi keluarga nel ayan. D engan se makin terbatasnya tanah pertanian yang subur di Kabupaten Timor Tengah Utara dan dengan adanya Gerakan Masuk Laut (GEMALA) diharapkan dapat menjadi alternatif pekerjaan yang menjanjikan bagi angkatan kerja baru. Produksi per ikanan di K abupaten T imor T engah Utara pada t ahun 20 10 sebesar 841,17 ton. 75,81% di antaranya berasal dari perikanan laut atau 637,67 ton sedangkan sisanya 24,19% berasal dari perikanan darat diantaranya yang mencakup perairan u mum, tambak dan kolam. P roduksi p erikanan se lengkapnya dapat di lihat pada Tabel 9. Tabel 9. Produksi Perikanan Laut dan Perikanan Darat di Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2010 (Ton) No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 24 TTU
Miomaffo Barat Miomaffo Tengah Musi Mutis Miomaffo Timur Noemuti Bikomi Selatan Bikomi Tengah Bikomi Utara Naibenu Noemuti Timur Kota Kefa Insana Insana Utara Insana Barat Insana Tengah Insana Fafinesu Biboki Selatan Biboki Tanpah Biboki Moenleu Biboki Utara Biboki Anleu Biboki Feotleu
Perikanan laut 318,83 223,19 95,65 637,67
Perairan umum -
Perikanan darat
Tambak 29,4 48,9 117,5 195,8
Kolam 0,4 0,2 1,2 1,3 0,5 0,9 1,3 0,4 0,6 0,6 0,2 0,1 7,8
Sumber: BPS. Kabupaten Timor Tengah Utara Dalam Angka Tahun 2012 f)
Jumlah
Sawah -
0,4 0,2 1,2 1,3 0,5 0,9 1,3 348,23 0,4 0,6 272,09 0,6 213,35 0,1 841,27
Subsektor kehutanan
Hutan memilik peranan penting bagi kelestarian alam dan menopang kehidupan komonitas ekosistem di sekitarnya. Luas hutan di Kabupaten Timor Tengah Utara 126.235 ha atau 47,30% dari luas daratan. Kecamatan Biboki Selatan memiliki hutan terluas yaitu 18,1% dari luas hutan di seluruh kabupaten sedangkan Kecamatan Kota K efemenanu m emiliki l uas hutan t erkecil hany a 0 ,5% dar i t otal l uas hutan di kabupaten ini. Komposisi luas hutan ber dasarkan fungsinya maka komposisi luasnya hutan produksi terbatas 53,94%. hutan lindung 32,53%, hutan produksi yang dapat di konversi 10,71%. hutan cagar alam 1,58% dan hutan produksi tetap seluas 1,23%. 126
Untuk h asil h utan produksi k ayu cendana ce nderung m enurun, dimana pada t ahun 2010 sebesar 36.687 kg atau turun 35,14% jika kita dibandingkan dengan tahun 2007. Untuk hasil hutan lainnya asa m dengan produksi 3.323 ton. kemiri isi 44 ton sedangkan kayu jati persegi jenis dolgen sebesar 315.m3 Tabel 10. Luas Kawasan Hutan Menurut Pola Tata Guna. Tahun 2011 No Jenis Kawasan Hutan 1 Hutan Lindung 2 Cagar Alam 3 Hutan Produksi Tetap 4 Hutan Produksi Terbatas 5 Hutan produksi yang dapat Dikonservasi Jumlah
Luas (ha) 41.070 2.000 1.556 68.085 13.524 126.235
Prosentase 32.53 1.58 1.23 53.94 10.71 100
Sumber: BPS. Kabupaten Timor Tengah Utara Dalam Angka Tahun 2012 1.3.2. Sektor pertambangan Sektor pertambangan di Kabupaten Timor Tengah Utaran mampu memberikan kontribusi dal am p embentukan P DRB t ahun 2 011. dimana menurut h arga be rlaku kontribusinya se besar 1 ,43% den gan ni lai R p 530.327,31 ribu. P otensi sumber day a mineral golongan A dan B y ang m enonjol di K abupaten Timor Tengah Utara adal ah Nikel 2.637 ppm. tembaga 223,8 ppm. perak 31,7 ppm. emas 223,9 ppm. Tabel 11. Potensi Sumber Daya Mineral Golongan A dan B di Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2010 (ppm) No
Jenis Pertambangan
1
Nikel
2
Emas
3
Tembaga
4 5
Besi Perak
6 6 7
Marmer Perlit Gamping
8
Diorit
Daerah Benus. Bukit Neonbat Noetoko Bukitolas Benus Bitefa. Bukitolas Bukitolas Bakitolas Benus Fatunaisuan Haumeni Tabu kuaken. Palak. Kabuta. Kuateum. Naenim. Benus
Jumlah Potensi (ppm) 2.150,00 487 17,49 3,1 20.454 31,7 223,8 3.115 1,5 4 4.552.916,67 556.025.000 4.675.200.000
Sumber: BPS. Kabupaten Timor Tengah Utara Dalam Angka Tahun 2012
545.550.000
1.3.3. Sektor perindustrian Peran sektor perindustrian dalam perekonomian Kabupaten Timor Tengah Utara tahun 2011 t erlihat da ri su mbangan se ktor i ni se besar 1.56%. dan Ju mlah perusahaan bi dang i ndustri t ahun 2012 di K abupaten Timor Tengah Utara sebanyak 1.123 perusahaan dengan j umlah tenaga ke rja 5.245 tenaga k erja. Jumlah i ndustri terbanyak adalah i ndustri kecil dan k erajinan rumah t angga se banyak 1.105 usaha dengan j umlah t enaga k erja 5.126 tenaga k erja. Jumlah industri dan jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 12.
127
Tabel 12. Jumlah Industri dan Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Timor Tengah Utara Tahun 2012 No 1 2
Jenis Industri Industri Besar dan sedang Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga
Jumlah
Jumlah Industri
18 1.105
Jumlah Tenaga Kerja 119 5.126
1.123
5.245
Sumber: BPS. Kabupaten Timor Tengah Utara Dalam Angka Tahun 2012 1.3.4. Sektor perdagangan
Sektor per dagangan. hotel dan r estoran m erupakan sektor k e t iga t erbesar dalam sumbangannya terhadap PDRB tahun 2011 yaitu 9,09%. Untuk usaha perdagangan paling didominasi oleh usaha perdagangan kecil yaitu sebanyak 1.278 usaha perdagangan (71,72%), diikuti oleh usaha perdagangan m enengah 411 buah (23,06%). Untuk perdagangan besa r berjumlah 93 usa ha dan hanya t erdapat di dua kecamatan y akni di kecamatan I nsana U tara (53 usaha) dan di kecamatan K ota Kefamenanu (39 usaha). Terdapat 93 ( 5,22%) pedag ang s kala usa ha besa r, 41 1 usaha menengah (23,06%) dan 1.278 usaha kecil (71,72%). 1.3.5. Sektor pariwisata. hotel dan restoran Obyek wisata di kabupaten Timor Tengah Utara pada tahun 2011 berjumlah 31 obyek wisata . Diantara obyek wisata tersebut terbagi menjadi empat jenis obyek wisata yang terdiri dari obyek wisata budaya 14 buah, diikuti oleh obyek wisata alam 11 buah, obyek wisata buatan 4 buah dan oby ek wisata religius berjumlah 1 buah. Jumlah hotel di Kabupten Timor Tengah Utara tahun 2011 sebanyak 10 unit. dimana jumlah hotel sebanyak 5 buah dan losmen sebanyak 5 buah . Letak hotel dan l osmen hanya terdapat di Ibu Kota Kabupaten Kota Kefamenanu yang terdiri dari 166 kamar dan 3 40 tempat t idur. Terdapat 10 uni t ho tel y ang t otal kamarnya 116 un it dan bertempat tidur 340 buah di Kabupaten TTU. 1.3.6. Sektor pengangkutan dan komunikasi Sektor pen gangkutan d an komunikasi pada tahun 2011 m enyumbang R p 73.520.22 ribu atau 7.20% d ari total PDRB Timor Tengah Utara (atas harga berlaku). Jumlah angkutan bi s. mini b is comi. truk dll pada tahun 2011 berjumlah 1.595 unit. Kantor po s dan per usahaan t elekomunikasi be rperan pent ing dal am memperlancar komunikasi. Pada tahun 2011. jumlah kantor pos di Kabupaten Timor Tengah Utara masing 2 unit Kantor Pos yang berada di kecamatan Kota Kefamenanu dan kecamatan Insana. 1.3.7. Sektor jasa dan konstruksi Kontribusi sektor bangunan dan konstruksi terhadap PDRB berdasarkan harga berlaku pada tahun 2011 sebesar Rp 84.627,58 ribu atau 8,20% dari total PDRB tahun 2011. Kontribusi dari sektor jasa merupakan sektor kedua tertinggi yang memberikan kontribusi t erhadap P DRB t ahun 2011 l ebih b anyak be rasal dar i j asa pe merintahan umum Rp 195.549.45 ribu atau 18,95%.
128
1.4.
Infrastruktur
1.4.1.
Prasarana jalan
Prasarana jalan merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas di darat. Lancarnya lalu l intas akan sa ngat m enunjang per kembangan per ekonomian di s uatu dae rah. Guna menunjang kelancaran per hubungan da erah di daer ah Timor Tengah U tara pembangunan jalan dan perbaikan jalan terus dilakukan. Panjang jalan di Kabupaten Timor T engah Utara pada T ahun 2011 tercatat se panjang 1. 102.42 km y ang terdiri dari jalan negara 77,45 km (7 %), jalan provinsi 195.97 km (17,8%) km dan j alan kabupaten 829 km (72,2%). Apabila dilihat menurut jenis permukaanya jalan jalan yang di aspal 577,89 km (52,42%). kerikil 334,47 km (30,34%) dan jalan tanah 190,06 km (17,24%) 1.4.2. Prasarana air bersih Air bersih merupakan kebutuhan utama penduduk untuk keperluan minum dan kebutuhan se hari-hari. Pada Tahun 2012 produksi Air Minum pada perusahaan air Minum di Kabupaten Timor Tengah Utara sebesar 783 368 m3. sedangkan jumlah pelanggan ai r m inum 3 .743 pel anggan m eningkat 4 .11% j ika di bandingkan den gan tahun sebelumnya. Selain dari perusahaan air minum. kebutuhan air bagi penduduk di Kabupaten Timor Tengah Utara berasal dari sumber-sumber air tanah lainnya seperti mata air dan sumur galian. 1.4.3. Prasarana listrik Kebijakan Pemerintah dibidang k elistrikan di tujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan m endorong kegiatan e konomi khususnya se ktor industri. Untuk mencapai sasaran tersebut diupayakan meningkatkan daya terpasang pembangkit tenaga listrik dalam jumlah yang cukup. Pada tahun 2012 d aya terpasang pembangkit tenaga listrik PLN sebesar 6.447 Kwh. dengan jumlah tenaga listrik 12.528.937 kwh. Ju mlah pel anggan l istrik di K abupaten Timor Tengah U tara pada tahun 2012 sebanyak 10.115 unit. 1.4.4. Prasarana komunikasi Peranan jasa pos dan telekomunikasi dal am menunjang pe mbangunan dan perekonomian di K abupaten Timor Tengah U tara. Pada tahun 2012 terdapat 2 bua h kantor po s. 2 kantor pos pembantu dan 4 unit w arung pos . S edangkan un tuk komunikasi terdapat 1 buah kantor telkom dan 10 buah warung telekomunikasi. 1.5.
Ekonomi Wilayah
1.5.1. Konsumsi Domistik Konsumsi domistik sangat dengan golongan pengeluaran perkapita, dalam hal ini pola konsumsi baha n makanan dan pol a konsumsi bu kan m akanan. Persentase golongan pengeluaran per kapita di Kabupaten TTU, pengeluaran per bulan terbesar pada golongan dengan pengeluaran per kapita Rp. 200.000.- – Rp. 299.999.(35,08%). Pengeluaran per kapita ini. cenderung sama dengan pengeluaran per kapita pada sejumlah kota di NTT.
129
Tabel 13. Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan. Tahun 2011 Golongan Pengeluaran < 100.000 100.000 – 149.999 150.000 – 199.999 200.000 – 299.999 300.000 – 499.999 500.000 – 749.999 750.000 – 999.999 ≥ 1.000.000
Kabupaten TTU 0.37 3.04 17.43 35.08 32.05 8.95 1.73 1.36
Provinsi NTT 0.44 7.23 15.98 29.25 28.67 10.81 3.7 3.9
Sumber: BPS Timor Tengah Utara Dalam angka Tahun 2012 1.5.2. Stuktur Ekonomi Wilayah
Nilai PDRB Kabupaten TTU berdasarkan harga berlaku mengalami peningkatan dari Rp 833.277.53 juta pada tahun 2009 menjadi Rp 1.032.194.58. juta pada tahun 2011 atau pe rtumbuhan r ata-rata se besar 11,30% per tahun. Berdasarkan har ga konstan, P DRB K abupaten TTU menunjukkan p eningkatan dar i R p 588 .537.823 j uta tahun 2005 menjadi Rp.615.949.675 juta tahun 2006. pertumbuhan positif selama kurun w aktu 4 t ahun terakhir den gan per sentase pe rtumbuhan m encapai 5, 38% pertahun. Tabel 14. Produk Domestik Bruto Kabupaten TTU Atas Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2011 No 1 2
Lapangan usaha
Pertanian Pertambangan dan penggalian 3 Industri pengolahan 4 Listrik, gas & air minum 5 Bangunan/konstruksi 6 Perdagangan, restoran & hotel 7 Pengangkutan dan komunikasi 8 Keuangan, persewaan & jasa perusahaan 9 Jasa-jasa Jumlah
435.725.75 1.871.20
482.082.08 13.583.92
530.327.31 4.794.65
Perkembangan 10,32 11,67
13.202.45 3.374.77
14.838.00 3.883.52
16.131.21 4.072.98
10,55 9,98
1,56 0,39
66.895.46 64.793.47
76.115.35 74.709.14
84.627.58 85.306.96
12,48 14,74
8,20 8,26
61.669.77
67.141.01
73.520.22
9,19
7,12
21.865.43
24.783.89
27.864.22
12,89
2,70
153.829.23 833.227.53
176.862.63 933.999.54
195.549.45 1.032.194.58
12,77 11,30
18,95 100,00
2009
2010
2011
Sumber: BPS Timor Tengah Utara Dalam angka Tahun 2012
Presen tase 51,38 1,43
Sektor-sektor y ang memberikan kontribusi bes ar dal am pe mbentukan PDRB Kabupaten TTU tahun 2011 adalah sektor pertanian sebesar 51.38% atau senilai Rp 530.327.31 juta, kemudian sektor jasa-jasa sebesar 18,95% (Rp 195.549,45 juta) serta sektor per dagangan se besar 8,26% ( Rp 85.306,96 juta). Sementara untuk se ktor sektor bangunan 8,20% (Rp 84.627,58 juta), pengangkutan dan komunikasi 7,12% (Rp 73.520,22 juta), se ktor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 2,70% (Rp 27.864,22 juta), se ktor pertambangan dan pen ggalian 1.43% (Rp 14.794,65 juta), sektor i ndustri pen golahan 1, 56% ( Rp 16.131,21 juta) d an t erakhir se ktor l istrik, gas dan air bersih sebesar 0,39% (Rp 4.072,98 juta)
130
1.6.
Perbankan dan UMKM
Sampai pada t ahun 20 11. jumlah l embaga keuangan be rupa ban k terdapat sebanyak 11 Bank berupa Kantor Cabang dan sejumlah kantor Kas Pembantu di beberapa wilayah kecamatan. Di samping itu juga terdapat sebanyak 14 unit lembaga Koperasi Unit Desa (KUD) Dari sejumlah bank umum yang ada. total nilai kredit yang berhasil disalurkan menunjukkan adany a p eningkatan pada 2 tahun t erakhir. Walaupun se cara r elatif menunjukkan penurunan (Tabel 15). Jumlah nasabah juga memperlihatkan peningkatan. yakni dari 18.600 orang meningkat menjadi 21.085 orang. Tabel 15. Posisi Kredit menurut Sektor Ekonomi dan Jenis Kredit Pada BRI, BNI dan Bank NTT Cabang Kefamenanu Tahun 2011 Bank BRI BNI Bank NTT Jumlah
Investasi Nasabah Kredit 5 859 27 2,053 260 5,961.52 292 8,873.52
Modal Kerja Nasabah Kredit 1115 57,379.00 16 14,194.00 213 24,314.74 1344 95,887.74
Sumber : DDA Kabupaten TTU. Tahun 2012 (diolah)
Konsumsi Lainnya Nasabah Kredit 4,651.00 141,826.00 3,352.00 8,003.00
17,610.21 159,436.21
Jumlah kredit di Bank yang terdapat di Kabupaten TTU jumlah kredit terbanyak pada j enis kredit konsumsi se besar R p. 159,436.21 juta ( 60,35%), di ikuti ol eh kredit modal kerja se besar R p. 95,887.74 (36,29%) dan k redit t erkecil Rp. 8. 873,52 juta (3,36%). Berdasarkan perkembangan j umlah kr edit dan jumlah nasa bah y ang terlayani. menunjukkan bahwa per an per bankan di k abupaten TTU cukup pen ting dalam membantu penyediaan m odal bagi masyarakat setempat. Sekaligus juga menggambarkan bahwa masyarakat setempat sudah dapat memanfaatkan lembaga keuangan perbankan dalam memenuhi kebutuhan modal dan atau pembiayaan berbagai kebutuhan yang diperlukan. Selain l embaga keuangan ber upa ban k u mum. di kabupaten TT U sejumlah lembaga koperasi den gan ber bagai a ktivitasnya. Sampai tahun 2011. secara total terdapat 72 unit koperasi yang tersebar pada berbagai jenis atau bentuk koperasi. Dari jumlah koperasi yang ada. secara khusus jumlah KUD tercatat sebanyak 13 unit. KSU sebanyak 59 unit.
131
BAB II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA 2.1. Bobot S ektor-Sub S ektor K PJU U nggulan Ti ngkat K abupaten Timor Tengah Utara Berdasarkan hasil a nalisis KPJu pada se tiap se ktor usa ha di se tiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat K abupaten Timor T engah Utara. H asil p roses a gregasi den gan menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat K PJu un ggulan Kabupaten Timor Tengah Utara yang mempunyai nilai skor tertinggi. Selanjutnya hasil FGD, anal isis AHP menghasilkan s kor terbobot se tiap se ktor e konomi unt uk setiap tujuan pene tapan K PJu ungg ulan, serta s kor terbobot total/gabungan dari m asingmasing sektor usa ha se perti di sajikan pada Tabel 16. Pada Tabel 16, dapat di lihat bahwa skor t erbobot gabungan atau prioritas tertinggi untuk mencapai k etiga t ujuan penelitian dalam rangka penetapan KPJu unggulan di Kabupaten Timor Tengah Utara adalah sektor peternakan, dan tanaman pang an baik itu untuk tujuan pertumbuhan ekonomi, maupun untuk penciptaan lapangan kerja dan peningkatan daya saing. Tabel 16. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Timor Tengah Utara Sektor usaha Peternakan Tanaman Pangan Perkebunan Perikanan Kehutanan Perdagangan Angkutan Pariwisata Perindustrian Pertambangan Jasa-Jasa
Tujuan (Skor Terbobot) Skor Pertumbuhan Penciptaan Peningkatan Terbobot Ranking Ekonomi Lapangan Daya Saing Gabungan (0,2692) Kerja (0,3615) Produk (0,3694) 0,2032 0,1574 0,1669 0,1733 1 0,1693 0,1540 0,1502 0,1568 2 0,0798 0,0900 0,0972 0,0899 3 0,0724 0,0869 0,0863 0,0828 4 0,0817 0,0738 0,0884 0,0813 5 0,0817 0,0764 0,0764 0,0778 6 0,0717 0,0814 0,0757 0,0767 7 0,0666 0,0779 0,0808 0,0759 8 0,0538 0,0809 0,0580 0,0651 9 0,0576 0,0554 0,0673 0,0604 10 0,0622 0,0658 0,0527 0,0600 11
Sumber: Hasil Olahan Data primer
Selain se ktor pe ternakan dan t anaman pan gan adalah sektor dengan r anking tertinggi pe rtama dan kedua, sektor-sektor e konomi l ain y ang t ermasuk dalam kelompok 5 se ktor p rioritas adal ah per kebunan, perikanan dan kehutanan. Berdasarkan gambaran di atas, dapat dikatakan bahw a secara sektoral, pe ternakan masih m erupakan se ktor pent ing y ang dapat di andalkan un tuk di kembangkan dal am mendukung UMKM di tingkat masyarakat dan wilayah kabupaten TTU.
132
2.2. KPJU Unggulan Per Sektor di Kabupaten Timor Tengah Utara Berdasarkan hasi l da ri penelitian l apangan t ingkat kabupaten dan pel aksanaan FGD beserta bobot ke pentingan m asing-masing kriteria y ang t elah di hasilkan sebelumnya ( Tabel 16), anal isis AHP m enghasilkan K PJu un ggulan setiap se ktor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Timor Tengah Utara
Sektor Usaha/ KPJu Unggulan Padi dan Palawija Padi Sawah Jagung Kacang Tanah Ubi Kayu Ubi Jalar Buah-Buahan Pisang Mangga Jeruk Nenas Pepaya Peternakan Babi Sapi Kambing Ayam Kampung Kuda Pariwisata Kedai makanan Warung makan Kedai minum (contoh: warung kopi) hotel melati Pertunjukkan seni/budaya Perdagangan Ikan dan hasilnya Ternak dan hasil-hasilnya Sembako Hasil pertanian/Hortikultura Elektronik Angkutan Angkutan ojek motor Angkutan sewa Angkutan bus antar kota Angkutan barang umum Angkutan bus dalam kota Pertambangan Batu pecah Batu bangunan Pasir Batu mangan pasir urug
SkorNo. Terbobot 0,2823 0,2640 0,1019 0,0834 0,0775
1 2 3 4 5
0,2020 0,1853 0,1211 0,1037 0,0901
1 2 3 4 5
0,2823 0,2640 0,1019 0,0834 0,0775
1 2 3 4 5
0,2622 0,2288 0,1147
1 2 3
0,1057 0,0859
4 5
0,1755 0,1705 0,1540 0,1364 0,1218
1 2 3 4 5
0,3399 0,1301 0,1221 0,0914 0,0723
1 2 3 4 5
Sektor Usaha/ KPJu Unggulan Sayuran
Cabai Bawang Merah Bawang putih Kacang Panjang Sawi Perkebunan Kemiri Kelapa Jambu Mete Pinang Kapuk Perikanan Usaha budidaya lele Tambak garam Usaha budidaya rumput laut perikanan darat Usaha budidaya di perairan umum Industri Industri meubel Industri kain tenun ikat Pengergajian kayu (mis: untuk menjadi balok) Industri minyak kelapa Penggilingan padi Jasa-jasa Perbengkelan Sewa kos-kosan Jasa sewa kendaraan penumpang Servis perbaikan elektronik Salon Kehutanan Asam Kemiri Pemungutan Madu Cendana (Pohon) Gaharu
SkorTerbobot 0,1801 0,1513 0,1365 0,1276 0,1204 0,2575 0,2408 0,1204 0,1013 0,0968 0,1751 0,1425 0,1355 0,1216 0,1054 0,1656 0,1315 0,1165 0,1085 0,1032 0,1884 0,1762 0,1659 0,0994 0,0753 0,2504 0,2410 0,1318 0,1117 0,1061
0,2176 0,2081 0,1817 0,1199 0,1015
Sumber: Hasil Olahan Data primer
133
2.3. KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Timor Tengah Utara Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usa ha y ang t elah di peroleh dilakukan a nalisa deng an m enggunakan M etoda Bayes. Berdasarkan hasi l anal isis, di peroleh 10 ( sepuluh) K PJu un ggulan l intas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan. Pada Tabel 18, dapat dilihat bahwa 10 KPJu unggulan lintas sektor di Kabupaten Timor T engah Utara adalah usa ha t ernak sapi, usa ha ternak babi, ojek motor, budidaya k emiri, kedai makanan, padi sa wah, kelapa, jagung, pem ungutan asa m, d an usa ha budidaya l ele seperti tersaji dalam Tabel 18 berikut. Tabel 18. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Timor Tengah Utara No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KPJu Unggulan Babi Sapi Angkutan ojek motor Budidaya Kemiri Kedai makanan Padi Sawah Kelapa Jagung Asam Usaha budidaya lele
Hasil Olahan Data primer
Skor Terbobot 0,0484 0,0452 0,0227 0,0227 0,0225 0,0219 0,0212 0,0205 0,0194 0,0192
Sektor Usaha Peternakan Peternakan Angkutan Perkebunan Pariwisata Tanaman Pangan Perkebunan Tanaman Pangan Kehutanan Perikanan
2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Timor Tengah Utara Kedudukan KPJu Unggulan di Kabupaten Timor Tengah Utara berdasarkan hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut: Tabel 19. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Timor Tengah Utara No
KPJu Unggulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Babi Sapi Angkutan ojek motor Budidaya Kemiri Kedai makanan Padi Sawah Kelapa Jagung Asam Usaha budidaya lele
Hasil Olahan Data primer
Skor Potensi Prospek 4,60 3,40 4,40 3,40 3,20 2,80 3,20 3,80 3,00 2,80 3,00 2,80 2,60 2,60 3,60 2,80 2,60 2,00 2,80 2,00
Kriteria Potensi Prospek Sangat Sesuai Sesuai Sangat Sesuai Sesuai Sesuai Cukup Sesuai Sangat Sesuai Sangat Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Cukup Sesuai Sesuai
Kuadran I I III I III III IV III IV IV
Seperti dapat di lihat pa da T abel 19 di at as, terdapat 5 K PJu U nggulan l intas Sektor, dalam anlisis kuadran KPJu tersebut berada pada Kuadran I, yaitu mempunyai Prospek dan P otensi sa at i ni y ang sa ngat bai k atau bai k, y aitu U saha Ternak B abi, Usaha Ternak Sapi dan Budidaya kemiri. 134
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 3.1.
Kesimpulan
3.1.1. Pada tataran tujuan, untuk pengembangan UMKM, terpenting adalah untuk tujuan “peningkatan daya saing produk” diikuti berturut turut oleh “penyerapan tenaga kerja” kemudian “ pertumbuhan e konomi. K ondisi de mikian, menunjukkan ba hwa par a pe mikir, pen gambil k ebijakan serta praktisi pengembangan U MKM di K abupaten TTU menyadari pent ingnya day a sa ing produk dalam pengembangan UMKM di TTU, karena tanpa daya saing, output dari U MKM ak an su lit b ersaing di pas ar. K etidak mampuan ber saing di pasa r akan berakibat pada rendahnya ketahanan dan keberlanjutan UMKM. 3.1.2. Kriteria penen tuan K PJU U nggulan terpenting (ranking kepentingan) be rturutturut adal ah 1) ketersediaan t eknologi, 2) ketersediaan pasa r, 3) manegemen usaha, 4 ) peny erapan t enaga kerja, 5 ) ketrampilan t enaga kerja yang dibutuhkan, 6) ketersediaan sa rana produksi, 7) aksesibilitas terhadap/ kebutuhan modal, 8) sumbangan terhadap perekonomian daerah, 9) harga/nilai tambah, 10) ketersediaan bahan baku dan yang terakhir adalah 11) aspek sosial budaya. 3.1.3. Untuk pen gembangan U MKM, se ktor utama di Kabupaten TTU adalah se ktor Peternakan di ikuti be rturut-turut ol eh: Tanaman P angan, P erkebunan, Perikanan, Kehutanan, P erdagangan, Angkutan, , Pariwisata, P erindustrian, Pertambangan, Jasa 3.1.4. Sepuluh K PJU U nggulan l intas se ktor unt uk pene gmbangan U MKM di Kabupaten TTU berturut-turut adalah:1) Babi, 2) Sapi, 3) Angkutan ojek motor, 4) Budidaya kemiri, 5) Kedai makan, 6) Padi sawah, 7) Kelapa, 8) Usaha tani jagung, 9) Pemungutan asam dan Usaha budidaya lele 3.1.5. Dari sudut pandang potensi dan pr ospek, masing-masing dengan kategori baik sampai sa ngat bai k ada lah: 1) U saha ternak babi, 2) U saha ternak sapi dan usaha budidaya kemiri. 3.2. Rekomendasi 3.2.1. Upaya ber bagai pi hak dalam pen gembangan U MKM di Kabupaten Timor Tengah Utara mestinya memberi perhatian yang tinggi pada minimal 5 (lima) hal penting sebagai necessery condition (syarat keharusan) yaitu: peningkatan kemampuan t eknologi u saha, pen gembangan ketersediaan pasa r, pe mbinaan menegemen usa ha, pen yerapan tenaga k erja ( padat k arya), dan peningkatan ketrampilan tenaga kerja UMKM. Faktor-faktor l ainnya buk anlah t idak penting, tetapi lebih m erupakan suffisien condition (syarat k ecukupan) dalam pengembangan dan pembinaan UMKM di NTT. 3.2.2. Ddiharapkan ber bagai p ihak yang ber peran dal am pen gembangan U MKM di Kabupaten TTU disarankan untuk mengembangkan UKM di bidang KPJU Unggulan y ang se cara potensi dan p rospek tergolong bai k dan sa ngat bai k, yaitu: Usaha Ternak Sapi khususnya penggemukkan, Usaha Ternak Babi (bibit maupun pedaging), serta Usaha Budi Kemiri. 135
3.2.3. Upaya unt uk mengembangan dan memberdayakan ke-10 K PJu U nggulan UMKM dapat dilaksanakan secara efektif dan be rkelanjutan, sebaiknya diawali dengan identifikasi dan pemetaan masing-masing KPJu Unggulan oleh masing sektor (SKPD) yang implementasinya dilaksanakan secara terkoordinasi. Untuk menghindari terjadinya ketimpangan p rogram, di sarankan agar dibentuk sebuah forum atau kelompok kerja pengembangan dan pe mberdayaan UMKM di bawah koordinasi langsung oleh Sekretaris Daerah. 3.2.4. Lembaga perbankan – terutama BUMN – diharapkan partisipasi aktifnya untuk turut serta m embantu membina dan mengembangkan K PJu dar i asp ek teknis perbankan sehingga memungkinkan para pelaku UMKM lebih mudah mengakses pem biayaan y ang ber asal dar i per bankan. P erlu di pertimbangkan untuk membentuk sebuah badan koordinasi pe rbankan di tingkat l okal y ang secara reguler dapat berkoordinasi langsung dengan para pelaku UMKM, yang berfungsi sebabagi forum komunikasi dan konsultasi antara pihak perbankan dengan para pelaku UMKM. Untuk itu Bupati Timor Tengah Utara dapat berkoordinasi den gan p erbankan se tempat, terutama B ank N TT dan pihak Perwakilan BI NTT untuk membentuk wadah tersebut. Agar lebih efektif, wadah tersebut dibentuk melalui peraturan daerah.
136
BAB I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN BELU 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 1.1.1. Letak geografis dan luas wilayah Secara astronomis Kabupaten Belu terletak pada 1240 – 1260 Lintang Selatan. Berdasarkan posisi geografisnya, Kabupaten Belu memiliki batas batas sebelah utara berbatasan dengan Selat Ombai, sebelah Selatan dengan Kabupaten Malaka dan Negara Timor Leste, sebelah Timur dengan Negara Timor Leste, dan sebelah Barat dengan Kabupaten Timor Tengah Utara. Luas Wilayah Kabupaten Belu: 1284,94 Km2, yang secara administratif terdiri dari 12 kecamatan dan 81 desa/kelurahan (lihat Tabel 1). Dari ke 12 kecamatan, tiga diantaranya merupakan kecamatan bertipologi kota, yaitu Kecamatan Kota Atambua, Kecamatan Atambua Barat dan Kecamatan Atambua Selatan. Tabel 1. Luas Wilayah Kabupaten Belu dan Jumlah Desa Menurut Kecamatan (2011) (Tidak Termasuk DOB Malaka) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kecamatan Raimanuk Tasifeto Barat Kakuluk Mesak Nanaet Dubesi Kota Atambua Atambua Barat Atambua Selatan Tasifeto Timur Raihat Lasiolat Lamaknen Lamaknen Selatan Kabupaten Belu
Luas Wilayah (Km2) 179,42 224,19 187,54 60,25 24,90 15,55 15,73 211,37 87,20 64,48 105,90 108,41 1.284,94
Persentase 13,96 17,45 14,60 4,69 1,94 1,21 1,22 16,45 6,79 5,02 8,24 8,44 100,00
Jumlah desa 9 8 6 4 4 4 4 12 6 7 9 8 81
Sumber: Belu Dalam Angka, 2012., BPS Kabupaten Belu Sebagian besar (83%) wilayah Kabupaten Belu berada pada ketinggian≥ 500 m dari permukaan laut, dan hanya sebagian kecil (17%) wilayah terletak pada < 500 m dari permukaan laut (lihat Gambar 1.). Sejalan dengan itu, hanya ada 5 desa dari 81 desa yang tergolong sebagai desa pesisir, sedangkan 76 desa/kelurahan lainnya tergolong sebagai desa bukan pesisir (lihat Gambar 1). Keadaan ini menggambarkan bahwa karakter sosial, budaya dan ekonomi Kabupaten Belu lebih banyak dideterminasi oleh ekologi daratan dan/atau pegunungan.
137
Gambar 1. Persentase Jumlah
Gambar 2. Persentase Desa Pesisir dan
Kecamatan Berdasarkan
Non Pesisir di Kabupaten Belu Sumber: Belu Dalam Angka, 2012., BPS Kabupaten Belu Ketinggian Dari Permukaan Laut
1.1.2. Geologi, Tanah, Iklim dan Hidrologi Dari aspek ekologis, kondisi tanah Belu sangat subur karena selain memiliki lapisan tanah jenis berpasir dan hitam juga curah hujan yang relatif merata sepanjang tahun. Hal ini membuatnya potensial untuk dikembangkan menjadi daerah peternakan dan pertanian. Sub sektor perikanan dengan kawasan pantai utara turut mempengaruhi pemerataan pekerjaan dan pendapatan. Selain itu dari sub sektor kehutanan kontribusi yang diperoleh juga signifikan dengan beberapa jenis pohon seperti cendana, eukaliptus, kayu merah dan jati. Dari sektor lainnya juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan PDRB dan PAD. Keadaan morfologi sebagian besar wilayahnya berbukit-bukit dan bergununggunung dengan derajat kemiringan (>50%). Di beberapa bagian, vegetasi alam sangat jarang sehingga permukaan tanah menjadi sangat terbuka, sebagian tanah-tanah seperti ini merupakan tanahkritisb erpotensi erosi. Adapun kemiringan tanahnya adalah 0-2 % seluas 78 340 Ha atau 32,03 %, 2-15 % seluas 37 631 Ha atau 15,39 %, 15-40 % seluas 95 866 Ha atau 39,20 %, dan 40 % ke atas seluas 32 720 Ha atau 13,38 %. Musim hujan di Kabupaten Belu (tanpa DOB Malaka) dimulai pada bulan Oktober dengan intensitas yang masih rendah sampai memuncak di bulan Januari dan Februari, diikuti bulan Maret sampai Mei dengan intensitas yang semakin menurun. Sehingga jumlah bulan hujan Kabupaten Belu adalah 8 bulan, dimana 4 bulan diantaranya mempunyai intensitas hujan tinggi (Januari – April), dan 4 bulan lainnya (oktober, november, desember dan mei) mempunyai intensitas hujan yang rendah. Musim kemarau berlangsung dari Juni sampai awal Oktober.
Hari
(a) Rerata Jumlah Hari Hujan Kab. Belu Tahun 2011 20.00 15.00 10.00 5.00 Jan Peb
Ma Apr Mei Jun r l
Jul
Rerata Jumlah Hari Hujan Kab. 16.7 14.6 16.6 15.2 5.64 2.36 0.36 Belu Tahun 2011
Agt Spt Okt Nov Des s br br -
-
1.18 0.36 1.36
(a)
138
(b) Rerata Intensitas Hujan Kab. Belu Tahun 2011 (mm) 1,500 1,000 500 Jan Peb Mar Aprl Mei Jun Rerata Intensitas Hujan Kab. Belu 1,08 1,08 696 737 Tahun 2011 (mm)
97
10
Jul Agts 0
-
Sptb Okt Nov Des r br -
206
2
453
(b)
Gambar 3. Data Curah hujan kabupaten Belu (a) Rerata Jumlah Hari Hujan setiap Bulannya di Kabupaten Belu, 2011, (b) Intensitas Hujan setiap Bulannya di Kabupaten Belu (mm), 2011 Sumber: Belu Dalam Angka, 2012., BPS Kabupaten Belu Dengan memperhatikan Gambar 2, maka dapat dikatakan bahwa potensi pertanian di Kabuapten Belu tergolong tinggi karena didukung intensitas hujan yang cukup tinggi dengan jumlah bulan hujan yang cukup lebar. Kondisi tersebut juga didukung oleh potensi sumber daya air yang disuplai oleh 8 aliran sungai dengan panjang totalnya 238 Km. Kedelapan sungai dimaksud melewati 4 wilayah kecamatan dari total 12 kecamatan di Kabupaten Belu. Tabel 2. Nama dan Panjang Sungai di Kabupaten Belu No. 1
Kecamatan Tasifeto Barat
2
Tasifeto Timur
3
Lamaknen
4
Kota Atambua Jumlah
Nama Sungai Buik Luradik Baukama Baukoek Motamuru Welulik Malibaka Talau 8 Sungai
Panjang Sungai (Km) 40 10 45 10 15 18 50 50 238
Sumber: Belu Dalam Angka, 2012., BPS Kabupaten Belu 1.1.3.
Tataguna Lahan
Lahan di Kabupaten Belu didominasi oleh lahan kering (dry land area) yaitu mencakup 94,5% dari total luas lahan, sedangkan lahan basah hanya sekitar 5,5%. Tabel 3 menunjukkan tata penggunaan lahan di Kabupaten Belu, dimana dipelihatkan bahwa potensi pertanian lahan kering dari sisi ketersediaan lahan sangat tinggi. Masih ada sekitar 22% dari total luas lahan kering yang sementara belum dimanfaatkan. Komoditi pertanian lahan kering baik itu tanaman pangan, buah dan sayur, peternakan, perkebunan dan komoditi kehutanan non kayu nampaknya berpotensi besar untuk ditingkatkan, melalui optimalisasi pemanfaatan lahan kering baik itu melalui intenssifikasi maupun ekstensifikasi. Peningkatan penggunaan teknologi pertanian lahan kering, serta dukungan pendampingan dan permodalan akan merupakan syarat kecukupan lain dalam mengoptimalkan pemanfaatan lahan kering potensial di Kabupaten Belu. 139
Tabel 3. Luas Tanah Menurut Penggunaan di Kabupaten Belu, 2010-2011 Luas (Ha) 2010 2011 01. Luas lahan sawah / wetland area 12.461 13.926 a. Irigasi teknis 1.494 3.1 b. Irigasi setengah teknis 3.443 3.786 c. Irigasi sederhana 1.137 1.145 d. Irigasi desa / non PU 1.512 855 e. Irigasi tadah hujan 4.875 5.04 02. Luas lahan kering / dry-land area 232.096 230.631 a. Pekarangan untuk bangunan dan halaman 10.952 10.952 b. Tegal, kebun 39.493 51.953 c. Penggembalaan,padang rumput 22.968 22.968 d. Ladang, huma 17.366 12.682 e. Rawa (tidak ditanam) 735 735 f. Tambak 712 712 g. Kolam, tebak, empang 129 129 h. Tanah kering sementara tidak digunakan 67.59 56.177 i., hutan rakyat 14.554 14.56 j. Hutan negara 15.745 7.082 k. Lahan perkebunan 7.082 7.082 l. Lain-lain 34.77 36.936 Kabupaten Belu 244.557 244.557 Sumber: Belu Dalam Angka, 2012., BPS Kabupaten Belu Jenis Penggunaan Lahan
Persentase Luas 2010 2011 5,10 5,69 0,61 1,27 1,41 1,55 0,46 0,47 0,62 0,35 1,99 2,06 94,90 94,31 4,48 4,48 16,15 21,24 9,39 9,39 7,10 5,19 0,30 0,30 0,29 0,29 0,05 0,05 27,64 22,97 5,95 5,95 6,44 2,90 2,90 2,90 14,22 15,10 100,00 100,00
1.2. Demografis Kabupaten Belu dengan ibu kota Atambua terdiri dari 12 kecamatan serta mempunyai penduduk sebanyak 190.946 jiwa (tahun 2012), dengan luas wilayah mencapai 1.284,94 km2, tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Belu mencapai 402 jiwa per km2. Penduduk terpadat ada di Kecamatan Atambua Selatan (1.442 jiwa/km2) dan Kecamatan Atambua Barat (1.398 jiwa/km2), sementara tingkat kepadatan terendah di Kecamatan Nanaet Dubesi(68 jiwa/km2). Tabel 4. Jumlah Penduduk Kabupaten Belu dan Tingkat kepadatan per Kecamatan, Tahun 2012 No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Raimanuk Tasifeto Barat Nanaet Dubesi Kakuluk Mesak Kota Atambua Atambua Barat Atambua Selatan Tasifeto Timur Raihat Lasiolat Lamaknen Lamaknen Selatan Kabupaten Belu
Luas Area 179.42 224.19 60.25 187.54 24.9 15.55 15.73 211.37 87.2 64.48 105.9 108.41 1.284.94
Jumlah Penduduk 15,147 22,773 4,080 17,936 27,957 21,736 22,680 21,585 12,024 6,141 11,417 7,470 190,946
Kepadatan 2 (Km ) 84 102 68 96 1123 1398 1442 102 138 95 108 69 402
Sumber: Belu Dalam Angka, 2012., BPS Kabupaten Belu
140
1.3. Potensi Sumber Daya Alam 1.3.1. Sektor Pertanian a)
Subsektor Tanaman Pangan
Potensi lahan basah khususnya untuk penggunaan bagi lahan sawah beririgasi dan sawah tadah hujan di Kabupaten Belu berturut-turut ada di Kecamatankecamatan: Tasifeto Timur, Raihat, Tasifeto Barat, Lasiolat, Raimanuk, dan Lamaknen. Dari total lahan basah seluas 7.275,8 Ha, telah digunakan 44.631,3 Ha (63,65%) untuk sawah beririgasi dan untuk sawah tadah hujan 2.106,5 Ha (28,95%). Tabel 5. Luas Lahan Sawah (Ha) di Kabupaten Belu Menurut Kecamatan dan Jenis Pengairan,2011 No
Kecamatan
Teknis
1 Raimanuk 558,00 2 Tasifeto Barat 45,00 3 Kakuluk Mesak 4 Nanaet Dubesi 5 Kota Atambua 6 Atambua Barat 7 Atambua Selatan 8 Tasifeto Timur 365,00 9 Raihat 678,30 10 Lasiolat 11 Lamaknen 12 Lamaknen Selatan Kabupaten Belu 1.646,30
Irigasi Setenga Sederhana h teknis 10,00 219,00 55,00 485,00 127,00 649,00 780,00 660,00 2.133,00 852,00
Tadah Hujan
Pasang Surut
232,00 937,00 290,00 45,50 588,00 14,00 2.106,50
-
Lainnya
-
Jumlah
25,00 825,00 9,00 1.265,00 290,00 48,00 48,00 45,50 7,00 7,00 15,00 15,00 308,00 1.873,00 - 1.327,30 126,00 920,00 660,00 538,00 7.275,80
Sumber: Belu Dalam Angka, 2012., BPS Kabupaten Belu Produktivitas sawah beririgasi di Kabupaten Belu masih berpotensi tinggi untuk ditingkatkan, karena lebih dari separuh luas sawah beririgasi masih menggunakan teknologi irigasi semi teknis dan irigasi sederhana (Tabel 5). Sawah tadah hujan masih dapat ditingkatkan melalui ekstensifikasi lahan, karena masih ada potensi lahan yang belum optimal dimanfaatkan. Produktivitas sawah beririgasi di Kabupaten Belu masih tergolong rendah yaitu rata-rata hanya 3,59 Ton/ha, sementara di daerah Oesao Kabupaten Kupang dapat mencapai 4,5 - 6 Ton/Ha. Tabel 6. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Kabupaten Belu Menurut Kecamatan,2011 No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Raimanuk Tasifeto Barat Kakuluk Mesak Nanaet Dubesi Kota Atambua Atambua Barat Atambua Selatan Tasifeto Timur Raihat Lasiolat Lamaknen Lamaknen Selatan Kabupaten Belu
Padi Sawah Luas Produk Produksi Panen tivitas 84 312 3,71 933 3.336 3,58 278 890 3,20 39 117 3,00 6 18 3,00 15 45 3,00 50 175 3,50 952 3.522 3,70 50 165 3,30 594 2.198 3,70 3.001 10.778 3,59
Luas Panen 14,00 85,00 4,00 18,00 121,00
Padi Ladang Produksi 42,00 298,00 12,00 54,00 406,00
Produk tivitas 3,00 3,51 3,00 3,00 3,36
Sumber: Belu Dalam Angka, 2012., BPS Kabupaten Belu 141
Sumberdaya lahan kering antara lain digunakan untuk aktivitas kebun/ladang terutama untuk memhasilkan komoditi jagung, ubi kayu, serta buah-buahan. Pada Tabel 7 disajikan luas panen, produksi dan produktivitas lahan jagung. Dengan luas panen 5.107 Ha produksi jagung di Kabupaten Belu tahun 2011 mencapai 7.178 Ton, dengan produktivitas rata-rata adalah 1,41 Ton/Ha. Kecamatan Tasifeto Barat mempunyai lahan utntuk produksi jagung terbesar dari 12 kecamatan di Kabupaten Belu. Produktivitas lahan jagung juga tertinggi di Tasifeto Barat, yaitu mencapai 1,5 Ton/Ha lebih besar dari rata-rata kabupaten. Tabel 7. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Kabupaten Belu Menurut Kecamatan,2011 No
Kecamatan
1 Raimanuk 2 Tasifeto Barat 3 Kakuluk Mesak 4 Nanaet Dubesi 5 Kota Atambua 6 Atambua Barat 7 Atambua Selatan 8 Tasifeto Timur 9 Raihat 10 Lasiolat 11 Lamaknen 12 Lamaknen Selatan Kabupaten Belu
Luas Panen (Ha) 130 1.576 128 325 84 28 56 375 655 821 757 172 5.107
Produksi (Ton) 156 2.364 154 325 101 34 67 450 822 985 1.514 206 7.178
Produktivitas (Ton/Ha) 1,20 1,50 1,20 1,00 1,20 1,21 1,20 1,20 1,25 1,20 2,00 1,20 1,41
Sumber: Belu Dalam Angka, 2012., BPS Kabupaten Belu
1.4.
Ekonomi Wilayah
1.4.1. Stuktur Ekonomi Wilayah Membahas mengenai perekonomian daerah, indikator yang dapat menggambarkan secara tegas tentang kondisi riil dari sisi makro regional adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pada Tabel 8 memperlihatkan nilai PDRB kabupaten Belu atas dasar berlaku (ADHB) dan atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2009 dan 2011. Tampak bahwa terjadi peningkatan yang cukup signifikan PDRB Kabupaten Belu baik ADHB maupun ADHK. Demikian juga secara sektoral memperlihatkan bahwa pada kurun waktu 3 tahun terakhir memperlihatkan bahwa kontribusi sektor pertanian masih dominan dibanding sektor ekonomi lainnya (Tabel 8). Tabel 8. PDRB Kabupaten Belu berdasarkan Harga Berlaku dan Harga Konstan (Jutaan Rupiah) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Minum Bangunan–Konstruksi Perdagangan, Restoran & Hotel Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persw dan Js. Perush Jasa-jasa PDRB
Harga Berlaku 2009 2011 777.355,25 852.355,81 21.411,54 25.153,76 26.117,96 30.943,22 3.070,5 3.527,36 90.473,34 119.460,5 205.364,65 289.172,97 98.989,61 124.075,84 74.303,57 89.810,47 347.062,45 485.115,36 1.671.148,86 2.019.615,3
Harga Konstan 2009 2011 504.686,4 495.171,7 7.578,58 8.728,43 7.852,72 84.63,09 1.607,4 1.731,65 37.038,67 45.464,73 108.725,6 145.330,2 56.403,55 62.202,34 34.448,45 39.556,79 215.015,6 253.265,3 973.357 1.059.914
Sumber : DDA Kabupaten Belu, Tahun 2012 (diolah) 142
Hal menarik yang terkait dengan kontribusi sektor ekonomi yang ada, walaupun dalam jumlah yang relatif rendah, telah terjadi perubahan struktur perekonomian regional di Kabupaten Belu, yang ditandai dengan penurunan relatif kontribusi sektor pertanian yang secara bersamaan terjadi peningkatan nilai absolut PDRB sektor pertanian atau primer di Kabupaten Belu. Pada sektor sekunder dan tersier memperlihatkan peningkatan relatif dari sejumlah sektor-sektor tersebut walaupun dalam jumlah yang terbatas. Perubahan ini secara keseluruhan merupakan kondisi yang sangat baik dalam memicu perkembangan kedepan dari perekonomian regional dan perekonomian masyarakat di kabupaten Belu. Tabel 9. Struktur Perekonomian Kabupaten Belu (%) Harga Berlaku Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Minum Bangunan–Konstruksi Perdagangan, Restoran & Hotel Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persew dan Js. Perush Jasa-jasa
2009 46,52 1,28 1,56 0,18 5,41 12,29 5,92 4,45 22,38
2011 42,2 1,15 1,53 0,17 5,92 14,32 6,14 4,45 24,02
Harga Konstan
2009 51,85 0,78 0,81 0,17 3,18 11,17 5,79 3,54 22,09
2011 46,72 0,82 0,8 0,16 4,29 13,71 5,87 3,73 23,89
Sumber : DDA Kabupaten Belu, Tahun 2012 (diolah). Tampak bahwa dari semua sektor, terdapat 5 sektor yang memperlihatkan tingkat pertumbuhan yang positip, yakni bangunan dan kontruksi; perdagangan, restoran dan hotel; pengangkutan dan komunikasi; perdagangan dan restoran, serta sektor jasa-jasa. Sementara itu sektor-sektor lainnya memperlihatkan tingkat pertumbuhan yang negatif. Tingkat pertumbuhan yang negatif dari sejumlah sektor terkait, paling tidak mencerminkan tentang berkurangnya kapasitas dan potensi masing-masing sumberdaya pendukung dalam menggerakkan pertumbuhan sektorsektor dimaksud. 1.4.2. Pertumbuhan Sektor Ekonomi di Kabupaten Belu Rata-rata pertumbuhan ekonomi kabupaten Belu dalam kurun waktu 2009-2011 mencerminkan totalitas kontribusi sektor ekonomi regional, di mana diperoleh rataan pertumbuhan sebesar 4,44% per tahun. Rataan pertumbuhan ini, tampaknya relatif tidak berbeda dengan rataan pertumbuhan ekonomi pada sejumlah kabupaten kota di NTT, akan tetapi sedikit lebih rendah di banding rataan pertumbuhan ekonomi NTT sebesar 5,63%. Kondisi pertumbuhan ekonomi yang cukup besar, tentunya merupakan kondisi yang kondusif dalam memberikan insentif bagi berkembangnya usaha-usaha ekonomi produktif dan kreatif, termasuk dalam kelompok usaha UMKM yang potensial untuk dikembangkan di wilayah kabupaten Belu. Terkait dengan kemampuan ekonomi daerah, dalam hal ini yang berkenaan dengan kapasitas dan kemampuan pemerintah daerah dalam mengimplementasikan sistem keuangan dan perekonomiannya, maka penelusuran dari indikator keuangannya dalam hal ini kemampuan untuk menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD) yang diperoleh. Pada Gambar 3, tergambarkan perkembangan PAD kabupaten Belu antara tahun 2007-2011.
143
33,394,437,869
Dari Gambar 3 memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan PAD kabupaten Belu dari Rp.18 milyard lebih pada tahun 2007, menjadi Rp.34 milyard lebih pada tahun 2011. Atau terjadi peningkatan kurang lebih 53,94% pada kurun waktu 5 tahun tersebut. Perkembangan yang meningkat dari
34,853,047,834
22,258,927,170 18,794,215,365
2007
2008
2010
2011
penerimaan daerah dalam bentuk pendapatan asli ini merupakan kondisi yang kondusif dalam upaya mengembangkan dan membiayai berbagai kebutuhan prasarana dan sarana, termasuk di bidang ekonomi wilayah dan masyarakat di Kabupaten Belu.
Gambar 3. Nilai PAD Kabupaten Belu, Tahun 2007-2011 Sumber : DDA Kabupaten Belu, Tahun 2012 (diolah)
1.5.
Perbankan dan UMKM
Jumlah lembaga keuangan berupa bank yang terdapat di Kabupaten Belu sebanyak 14 Bank berupa tujuh Kantor Cabang dan tujuh kantor Kas Pembantu di beberapa wilayah kecamatan. Di samping itu juga terdapat sebanyak 8 unit lembaga Koperasi Unit Desa (KUD) dengan jumlah anggotanya 4.207 anggota. Dari sejumlah bank umum yang ada, total nilai kredit yang berhasil disalurkan menunjukkan adanya peningkatan pada 7 tahun (Tabel 10). Tabel 10. Posisi Kredit Perbankan di Kabupaten Belu, tahun 2004-2010 Tahun
Banyaknya (Juta Rupiah)
Perkembangan (%)
2004 162.353 2005 213.148 2006 318.573 2007 425.084 2008 515.151 2009 589.219 2010 617.275 Sumber : DDA Kabupaten Belu, Tahun 2012 (diolah)
64,54 31,29 49,46 33,43 21,19 14,38 4,76
Berdasarkan perkembangan jumlah kredit yang terlayani, menunjukkan bahwa peran perbankan di kabupaten Belu cukup penting dalam membantu penyediaan modal bagi masyarakat setempat. Sekaligus juga menggambarkan bahwa masyarakat setempat sudah dapat memanfaatkan lembaga keuangan perbankan dalam memenuhi kebutuhan modal dan atau pembiayaan berbagai kebutuhan yang diperlukan. Selain lembaga keuangan berupa bank umum, di kabupaten Belu sejumlah lembaga koperasi dengan berbagai aktivitasnya. Sampai tahun 2011, secara total terdapat 112 unit koperasi yang tersebar pada berbagai jenis atau bentuk koperasi. Dari jumlah koperasi yang ada, secara khusus jumlah KUD tercatat sebanyak 8 unit, KSU sebanyak 13 unit, dan sisanya dalam bentuk koperasi karyawan negeri, suasta dan masyarakat umum lainnya. 144
BAB II HASIL PENETAPAN KPJu UNGGULAN UMKM KABUPATEN BELU
2.1. Bobot Sektor-Sub Sektor KPJU Unggulan Tingkat Kabupaten Belu Berdasarkan hasil analisis KPJu pada setiap sektor usaha di setiap kecamatan dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJu unggulan per sektor usaha untuk tingkat Kabupaten Belu. Hasil proses agregasi dengan menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 kandidat KPJu unggulan Kabupaten Belu yang mempunyai nilai skor tertinggi. Selanjutnya hasil FGD, analisis AHP menghasilkan skor terbobot setiap sektor ekonomi untuk setiap tujuan penetapan KPJu unggulan, serta skor terbobot total/gabungan dari masing-masing sektor usaha seperti disajikan pada Tabel 11. Pada Tabel 11, dapat dilihat bahwa skor terbobot gabungan atau prioritas tertinggi untuk mencapai ketiga tujuan penelitian dalam rangka penetapan KPJu unggulan di Kabupaten Belu adalah sektor peternakan, meski hanya memiliki skor tertinggi pada tujuan pertumbuhan ekonomi, sedangkan untuk tujuan penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya saing produk maka sektor usa ha tanaman pangan memiliki nilai yang lebih baik. Tabel 11. Skor-terbobot Tingkat Kepentingan Setiap Sektor Ekonomi Menurut Aspek Tujuan dan Rangking Urutan Kepentingannya Dalam Rangka Penetapan KPJu Unggulan di Kabupaten Belu Sektor usaha Peternakan Tan. Pangan Perikanan Pertambangan Perdagangan Perkebunan Pariwisata Jasa Perindustrian Angkutan Kehutanan
Tujuan (Skor Terbobot) Pertumbuhan Penciptaan Peningkatan Ekonomi Lapangan Kerja Daya Saing (0,2692) (0,3615) Produk (0,3694) 0,1678 0,1283 0,1609 0,1544 0,1120 0,1083 0,1039 0,1089 0,1326 0,0757 0,1136 0,0801 0,0732 0,0750 0,1122 0,0817 0,0979 0,0648 0,0621 0,0761 0,0932 0,0892 0,0857 0,0562 0,0627 0,0863 0,0731 0,0772 0,0605 0,0701 0,0521 0,0556 0,0485
Skor Terbobot Ranking Gabungan 0,1510 0,1221 0,1163 0,0910 0,0883 0,0813 0,0786 0,0758 0,0751 0,0685 0,0521
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Hasil Olahan Data primer Selain sektor peternakan dan tanaman pangan sebagai sektor dengan ranking tertinggi pertama dan kedua, maka sektor-sektor ekonomi lain yang termasuk dalam kelompok 5 sektor prioritas adalah perikanan, pertambangan dan perdagangan. Berdasarkan gambaran di atas, dapat dikatakan bahwa secara sektoral, peternakan masih merupakan sektor penting yang dapat diandalkan untuk dikembangkan dalam mendukung UMKM di tingkat masyarakat dan wilayah Kabupaten BELU.
145
2.2. KPJU Unggulan Per Sektor di Kabupaten Belu Berdasarkan hasil dari penelitian lapangan tingkat kabupaten dan pelaksanaan FGD beserta bobot kepentingan masing-masing kriteria yang telah dihasilkan sebelumnya (Tabel 20), analisis AHP menghasilkan KPJu unggulan setiap sektor ekonomi UMKM dengan urutan dan nilai skor terbobot seperti disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Rangking dan Skor-terbobot KPJu Unggulan per Sektor Usaha di Kabupaten Belu No 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3
Sektor Usaha/ SkorNo KPJu Unggulan Terbobot Padi dan Palawija Jagung 0,3209 1 Ubi Kayu 0,1394 2 Kacang Tanah 0,1300 3 Ubi Jalar 0,1262 4 Padi Ladang 0,0768 5 Buah-Buahan Pisang 0,3120 1 Mangga 0,1721 2 Pepaya 0,1222 3 Alpukat 0,1118 4 Nangka 0,0944 5 Peternakan Babi 0,3120 1 Sapi 0,1721 2 Ayam kampung 0,1222 3 Ayam Pedaging 0,1118 4 Kambing 0,0944 5 Angkutan Angkutan ojek motor 0,3482 1 Angkutan bus antar kota 0,1462 2 Angkutan barang umum 0,1328 3 (truck, pickup) Angkutan bus perbatasan 0,1063 4 Angkutan sewa Perdagangan Semabko Hasil pertanian/hortikultura Bahan bangunan Ikan dan hasilnya Elektronik Pertambangan Pasir Batu bangunan Tanah urugan
0,0673
5
0,1733 0,1232 0,1177 0,1034 0,0994
1 2 3 4 5
Sektor Usaha/ KPJu Unggulan Sayuran Terong Cabai Bawang Merah Labu Siam Bayam Kemiri Jambu Mente Kelapa Kopi Pinang
Perkebunan
Perikanan Usaha Penangkapan Ikan di Laut Tambak Garam Usaha Budidaya Rumput Laut Usaha Budidaya ikan di laut Usaha budidaya tambak Industri Industri kain tenun ikat Industri Mebel Industri penjahitan dan pembuatan pakaian Pengolahan dan pengawetan produk daging Penyamakan kulit Jasa-jasa Keuangan Sewa kos-kosan Servis perbaikan elektronik Jasa sewa kendaraan penumpang Perbengkelan
SkorTerbobot 0,1366 0,1352 0,1322 0,1175 0,1136 0,2436 0,2159 0,1528 0,1236 0,0748 0,2871 0,2749 0,0812 0,0746 0,0746 0,1733 0,1232 0,1177 0,1034 0,0994 0,1730 0,1590 0,1580 0,1396 0,1213
0,4448 0,3155 0,1261
Hasil Olahan Data primer
2.3. KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Belu Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJu unggulan Lintas sektor. Dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha (Tabel 8) serta hasil skor KPJu unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh (Tabel 9) dilakukan analisa dengan menggunakan Metoda Bayes. 146
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh 10 (sepuluh) KPJu unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJu yang bersangkutan, seperti disajikan pada Tabel 13. Pada Tabel 13, dapat dilihat bahwa 5 KPJu unggulan lintas sektor di Kabupaten Belu adalah usaha ternak babi, usaha tani jagung, Usaha penangkapan ikan di laut, tambak garam, usaha ternak sapi. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masingmasing KPJu dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. 10 KPJu Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Belu No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
KPJu Unggulan Babi Jagung Usaha penangkapan ikan di laut Tambak Garam Sapi Sembako Industri kain tenun ikat Pisang Ayam Kampung Angkutan ojek motor
Skor Terbobot 0,0464 0,0346 0,0295 0,0283 0,0256 0,0248 0,0211 0,0187 0,0182 0,0179
Sektor Usaha Peternakan Tanaman pangan Perikanan Perikanan Peternakan Perdagangan Industri Buah-Buahan Peternakan Angkutan
Hasil Olahan Data primer
2.4. Hasil Analisis Potensi dan Prospek KPJu Unggulan Kabupaten Belu Kedudukan KPJu Unggulan di Kabupaten Belu berdasarkan hasil penilaian terhadap faktor-faktor Prospek dan Potensi saat ini adalah sebagai berikut: Tabel 14. Kedudukan KPJu Unggulan Lintas Sektor di Kabupaten Belu No
KPJu Unggulan
1 2 3
Babi Jagung Usaha Penangkapan ikan di laut Tambak garam Sapi Sembako Industri kain tenun ikat Pisang Ayam Kampung Angkutan ojek motor
4 5 6 7 8 9 10
Potensi 4,40 3,40 3,60 3,80 4,40 3,00 3,20 3,60 3,60 3,60
Skor Prospek 4,20 3,20 2,40 4,00 3,40 2,80 2,60 2,80 2,40 2,80
Kriteria Potensi Prospek Sangat sesuai Sangt sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Cukup sesuai Sesuai Sangat sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai
Sangat sesuai Sesuai Cukup sesuai Cukup sesuai Cukup sesuai Cukup sesuai Cukup sesuai
Kuadran I I III I I III III III III III
Hasil Olahan Data primer Seperti dapat dilihat pada Tabel 14 di atas, terdapat 5 KPJu Unggulan lintas Sektor, dalam analisis kuadran KPJu tersebut berada pada Kuadran I, yaitu mempunyai Prospek dan Potensi saat ini yang sangat baik atau baik: Usaha ternak babi, usaha tani jagung, dan usaha ternak sapi.
147
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 3.1.
Kesimpulan
3.1.1. Peningkatan daya saing produk menjadi tujuan terpenting dalam pengembangan UMKM kemudian “penyerapan tenaga kerja” dan “pertumbuhan ekonomi. Kondisi demikian, menunjukkan bahwa para pemikir, pengambil kebijakan serta praktisi pengembangan UMKM di Kabupaten Belu sangat menyadari pentingnya daya saing produk dalam pengembangan UMKM di NTT, karena tanpa daya saing, output dari UMKM akan sulit bersaing di pasar. Ketidak mampuan bersaing di pasar akan berakibat pada rendahnya ketahanan dan keberlanjutan UMKM. 3.1.2. Kriteria penentuan KPJU Unggulan terpenting (ranking kepentingan) berturutturut adalah 1) ketersediaan teknologi, 2) ketersediaan pasar, 3) manegemen usaha, 4) penyerapan tenaga kerja, 5) ketrampilan tenaga kerja yang dibutuhkan, 6) ketersediaan sarana produksi, 7) aksesibilitas terhadap/ kebutuhan modal, 8) sumbangan terhadap perekonomian daerah, 9) harga/nilai tambah, 10) ketersediaan bahan baku dan yang terakhir adalah 11) aspek sosial budaya. 3.1.3. Untuk pengembangan UMKM, sektor utama di Kabupaten Belu adalah sektor Peternakan diikuti berturut-turut oleh: Tanaman Pangan, Perikanan, Pertambangan, Perdagangan, Perkebunan, Pariwisata, Jasa, Perindustrian, Angkutan dan Kehutanan 3.1.4. Sepuluh KPJU Unggulan lintas sektor untuk penegmbangan UMKM di Kabupaten Belu berturut-turut adalah: 1) Babi, 2) Usaha tani jagung, 3) Usaha penaangkapan ikan di laut, 4) Tambak garam, 5) Usaha ternak sapi, 6) Perdagangan sembako, 7) Industri tenun ikat, 8) Budidaya pisang, 9) Usaha ternak ayam kampung dan Angkutan ojek motor. 3.1.5. Dari sudut pandang potensi dan prospek, masing-masing dengan kategori baik sampai sangat baik adalah: 1) Usaha Ternak babi, 2) Usaha Tani jagung dan Usaha Ternak Sapi 3.2. Rekomendasi 3.2.1. Upaya berbagai pihak dalam pengembangan UMKM di NTT termasuk Kabupaten Belu mestinya memberi perhatian yang tinggi pada minimal 5 (lima) hal penting sebagai necessery condition (syarat keharusan) yaitu: peningkatan kemampuan teknologi usaha, pengembangan ketersediaan pasar, pembinaan menegemen usaha, penyerapan tenaga kerja (padat karya), dan peningkatan ketrampilan tenaga kerja UMKM. Faktor-faktor lainnya bukanlah tidak penting, tetapi lebih merupakan suffisien condition (syarat kecukupan) dalam pengembangan dan pembinaan UMKM di NTT. 3.2.2. Diharapkan berbagai pihak yang berperan dalam pengembangan UMKM di Kabupaten Belu disarankan untuk mengembangkan UKM di bidang KPJU Unggulan yang secara potensi dan prospek tergolong baik dan sangat baik, yaitu: Usaha Ternak Sapi khususnya penggemukkan, Usaha Ternak Babi (bibit maupun pedaging), Usaha Tani Jagung. 148
3.2.3. Upaya untuk mengembangan dan memberdayakan ke-10 KPJu Unggulan UMKM dapat dilaksanakan secara efektif dan berkelanjutan, sebaiknya diawali dengan identifikasi dan pemetaan masing-masing KPJu Unggulan oleh masing sektor (SKPD) yang implementasinya dilaksanakan secara terkoordinasi. Untuk menghindari terjadinya ketimpangan program, disarankan agar dibentuk sebuah forum atau kelompok kerja pengembangan dan pemberdayaan UMKM di bawah koordinasi langsung oleh Sekretaris Daerah. 3.2.4. Lembaga perbankan – terutama BUMN – diharapkan partisipasi aktifnya untuk turut serta membantu membina dan mengembangkan KPJu dari aspek teknis perbankan sehingga memungkinkan para pelaku UMKM lebih mudah mengakses pembiayaan yang berasal dari perbankan. Perlu dipertimbangkan untuk membentuk sebuah badan koordinasi perbankan di tingkat lokal yang secara reguler dapat berkoordinasi langsung dengan para pelaku UMKM, yang berfungsi sebabagi forum komunikasi dan konsultasi antara pihak perbankan dengan para pelaku UMKM. Untuk itu Bupati Belu dapat berkoordinasi dengan perbankan setempat, terutama Bank NTT dan pihak Perwakilan BI NTT untuk membentuk wadah tersebut. Agar lebih efektif, wadah tersebut dibentuk melalui peraturan daerah.
149
BAB I KONDISI UMUM WILAYAH KABUPATEN SUMBA TIMUR 1.1. Kondisi Fisik Wilayah 1.1.1. Kondisi Geografi dan Demografi Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di bagian selatan. Kabupaten ini memiliki tiga buah pul au k ecil di bagian se latan, yaitu Pulau Salura, P ulau K otak dan P ulau Manggudu dan satu pul au di bag ian timur, y aitu P ulau N uha. S elain i tu, K abupaten Sumba Timur juga memiliki 97 pulau yang tidak bernama dan belum berpenghuni. Kabupaten Sumba Timur terletak diantara 119o45 – 120o52 Bujur Timur dan 9o16 – 10o20 Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah : sebelah timur dengan Laut Sabu, sebelah barat dengan Kabupaten Sumba Tengah, sebelah utara dengan Selat Sumba dan se belah se latan deng an Laut an H india. S ecara g eografis, K abupaten Sumba Timur meliliki wilayah seluas 7.000,5 Km2 dan terdiri dari 22 k ecamatan, yang tersusun da ri 15 6 desa/kelurahan. Rincian l uas wilayah m asing-masing K ecamatan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Wilayah Kabupaten Sumba Timur menurut Kecamatan Jumlah Desa No Kecamatan Luas (Km2) /keluarahan 1 Lewa 281,1 8 2 Nggaha Oriangu 286,4 8 3 Lewa Tidahau 322,1 6 4 Katala Hamu Lingu 453,1 5 5 Tabundung 514,4 10 6 Pinu Pahar 246,6 6 7 Paberiwai 199,7 7 8 Karera 334,6 7 9 Matawai La Pawu 405,4 6 10 Kahungu Eti 475,1 9 11 Mahu 196,6 6 12 Ngadu Ngala 207,9 5 13 Pahunga Lodu 349,8 8 14 Wula Waijelu 221,3 7 15 Rindi 366,5 8 16 Umalulu 307,9 10 17 Pandawai 412,6 7 18 Kambata Mapambuhang 412,7 6 19 Kota Waingapu 73,8 7 20 Kambera 52,0 8 21 Haharu 601,5 7 22 Kanatang 279,4 5 Kabupaten Sumba Timur 7.000.5 156 Sumber: BPS Kabupaten Sumba Timur, 2012 150
1.1.2. Topografi dan Iklim Topografi Kabupaten Sumba TImur terdiri atas tebaran perbukitan dan da taran yang l andai se rta be rtingkat-tingkat den gan ketinggian an tara 0 – 1.225 m eter dar i permukaan laut. Disisi yang lain, terdapat dataran rendah yang cukup luas dan cocok untuk di kembangkan m enjadi l ahan per tanian dengan du kungan su mber per sediaan air sungai atau mata iar untuk pengembangan irigasi. Jenis vegetasi yang menonjol adalah padang savana se luas 477.157 ha at au 68, 16% dar i l uas wilayah. D ari l uas tersebut, sekitar 251. 272 H a m erupakan l ahan kritis dan si sanya m erupakan pada ng rumput. Kabupaten S umba T imur pada um umnya ber iklim se mi ar id deng an t iga t ipe curah hujan, yaitu : (i) kurang dari 1.000 mm per tahun yang meliputi wilayah bagian timur dan ba gian utara, (ii) antara 1.000 – 1.500 mm per tahun yang meliputi wilayah bagian tengah dan ba gian selatan, dan (iii) diatas 1.500 mm per tahun yang meliputi bagian barat. Tingkat curah hujan rata-rata per tahun berlangsung 3 – 4 bulan dengan suhu rata-rata 28,8 – 31,4OC. 1.2.
Demografi
Penduduk Kabupaten Sumba Timur pada at ahun 2011 sebanyak 234.642 jiwa dengan tingkat kepadatan rata-rata 33 jiwa per km 2. P enduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Kota Waingapu, yaitu 36.170 jiwa atau 15,28% dari total penduduk, sedangkan jumlah pend uduk t erkecil ber ada di K ecamatan Kambata M apambuhang, yaitu se banyak 3.504 jiwa at au 1,50% dar i total penduduk. Ju mlah penduduk per kecamatan di Kabupaten Sumba Timur disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk tahun 2012 No
Kecamatan
1 Lewa 2 Nggaha.Oriangu 3 Lewa Tidahau 4 Katala Hamu Lingu 5 Tabundung 6 Pinu Pahar 7 Paberiwai 8 Karera 9 Matawai La Pawu 10 Kahungu Eti 11 Mahu 12 Ngadu Ngala 13 Pahunga Lodu 14 Wula Waijelu 15 Rindi 16 Umalulu 17 Pandawai 18 Kambata Mapambuhang 19 Kota Waingapu 20 Kambera 21 Haharu 22 Kanatang Sumba Timur
Sumber: Registrasi Penduduk 2011
Jumlah penduduk 16 053 8 978 6 460 3 755 8 404 6 901 5 786 7 594 5 973 8 298 4 050 4 915 12 218 7 119 9 282 16 549 15 285 3 504 36 170 31 692 5 916 9 740 234.642
Kepadatan Penduduk 2 (jiwa per Km )
57 31 20 8 16 28 29 23 15 17 21 24 35 32 25 54 37 8 490 609 10 35 33
151
Jumlah pendudu k K abupaten S umba Timur m enurut s ensus penduduk tahun 2000 m encapai 184. 472 j iwa dan t ahun 2010 m eningkat m enjadi 227. 732 j iwa, kemudian pada t ahun 2011 ber dasarkan hasi l r egistrasi pendudu k di ketahui bahw a penduduk K abuapten Sumba TImur se banyak 234 .642 jiwa. H al i ni berarti l aju pertumbuhan pendudu k di K abupaten S umba T imur se lama 11 tahun t erakhir mencapai 2,47%.
1.3.
Sumberdaya Alam dan Sumberdaya Manusia
1.3.1. Sumber Daya Alam Sesuai deng an k eadaan dasa r dan i rigasi se rta k ecenderungan per tumbuhan kota, pemanfaatan lahan di Kabupaten Sumba Timur dibagi menjadi dua, yaitu daerah dengan guna l ahan pem ukiman dan non pem ukiman. Guna l ahan non pem ukiman didominasi oleh pemanfaatan lahan untuk tanaman pertanian lahan kering dan padang savanna. Pada t ahun 2005, l uasan l ahan per sawahan ( sawah irigasi, sa wah tadah hujan dan sa wah l ain) mencapai 25. 098 ha dan l uasan l ahan non sa wah m encapai 674.952 ha. Kemudian pada t ahun 2011 (Sumba T imur D alam A ngka, 2012) l uas lahan persawahan mencapai 26.486 Ha dan l uas lahan non sa wah ( lahan kering dan rawa-rawa) mencapai 673.564 Ha. Luas wilayah D aerah A liran S ungai ( DAS) y ang ber potensi unt uk usaha pertanian adalah seluas 333.000 Ha yang meliputi DAS: Kambaniru, Kalionga (55.000 Ha), Melolo (45.000 Ha), Kadahang (40.000), Tidas (33.000), dan Nggongi (26.000 Ha), dan DAS Watumbaka selus 23.000 Ha. Daerah Aliran Sungai terluas adalah DAS Kambaniru seluas 111.000 Ha atau 33% dari total luas areal DAS. Ketersediaan DAS dan i nsfrastruktur i rigasi t eknis dan se mi t eknis di w ilayah Kabuapten S umba merupakan potensi yang menjanjikan intuk investasi pada sektor pertanian. Luas kawasan hut an di Kabupaten S umba Timur adal ah 23 8.502,72 ha at au 33,93% dari luas wilayah. Berdasarkan tingkat kepadatan tegakan kawasan hutan, maka hutan lebat diperkirakan sekitar 10%, hutan rawang 2,83% dan sisanya adalah semak bel ukar, padan g rumput dan t anah g undul. B erdasarkan fungsinya, hut an di Kabupaten Sumba T imur dibagi m enjadi tujuh fungsi, y aitu : taman nasional se luas 24.200 ha, hu tan pr oduksi tetap 77.074,30 ha, hut an pr oduksi t erbatas 49.965 ha, cagar al am 15. 638,60 h a, su aka m argasatwa 3870,40 ha, w ana r esearch 509, 42 ha dan hutan lindung 67.245 ha. 1.3.2. Sumberdaya manusia Berdasarkan Survei E konomi N asional (2006), jumlah t enaga k erja di Kabupaten Sumba Timur adalah 138.549. Dari jumlah tersebut, yang bekerja sebanyak 108.185 orang dan yang sedang mencari pekerjaan sebanyak 2.758 orang, sedangkan yang bukan angkatan kerja sebanyak 27.606 orang. K elompok yang bukan angkatan kerja terdiri dari : yang sedang sekolah 9.030, mengurus rumah tangga 10.520 orang dan lainnya 8.056 orang. Selanjutnya perkembangan jumlah tenaga kerja di Kabupaten Sumba TI mur se lama t ahun 2009 – 2011 y ang di klasisikasi ber dasarkan kegiatan utama sebagaimana tersaji dalam tabel berikut.
152
Tabel 3. Angkatan Kerja Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas, tahun 2012 Jenis Kegiatan Utama
Tahun 2009 112.488 107.084 5.382 44.179
Tahun 2010 102.697 98.779 3.918 40.797
Tahun 2011
Angkatan Kerja 103.957 Bekerja 101.711 Penganggur 2.246 Bukan Angkatan Kerja 42.392 Sekolah 15.132 Mengurus rumah tangga 20.302 Lainnya 6.958 Jumlah Total 156.645 143.494 146.349 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 71,80 71,57 71,03 Laki-Laki 80.91 Perempuan 60,36 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 4,79 3,82 2,16 Laki-laki 1,72 Perempuan 2,81 Sumber : Survey Angkatan Kerja Nasional, Sumba Timur Dalam Angka, 2012 Proporsi tenaga k erja y ang bekerja di sektor pr imer ( pertanian) sebanyak 68,02%, se ktor se kunder ( pertambangan, p enggalian, industri, l istrik, g as dan konstruksi) 8,13%, dan sektor t ersier ( perdagangan, angk utan, k euangan dan j asa) 23,85%. Komposisi pendidikan yang di tamatkan ol eh tenaga kerja di K abupaten Sumba Timur adalah : perguruan tinggi sebanyak 6%, SLTA sederajat sebanyak 14%, SLTP sederajat sebanyak 9%, Sekolah Dasar sebanyak 22% dan tidak pernah sekolah dan t idak tamat S D se banyak 49% . B erdasarkan s tatus pekerjaan, maka t erdapat sebanyak 8. 802 or ang yang bek erja sendiri deng an ban tuan or ang l ain, se banyak 33.798 orang berusaha sendiri dibantu oleh anggota rumah tangga atau buruh tidak tetap, sebanyak 57 orang berusaha dengan buruh tetap, karyawan pemerintah dan sewasta se banyak 17. 541 or ang, pekerja beba n non per tanian se banyak 478 or ang, dan pe kerja y ang tidak terbayar se banyak 41.035 or ang. A danya i nvestasi dae rah yang memanfatkan potensi unggulan yang dimiliki daerah maka tenaga kerja sebanyak 41.035 orang tersebut bias mendapatkan penghasilan yang memadai.
1.4.
Infrastruktur Wilayah
1.4.1. Prasarana transportasi, komunikasi dan Pariwisata Kondisi j alan di K abupaten S umba Timur p ada ak hir t ahun 2011 adalah sepanjang 1.577,02 km, dengan r incian 839,1 km deng an kondisi bai k, 441,83 km dengan kondisi sedang dan 190,92 km dengan kondisi rusak, serta rusak berat 104,36 Km. Panjang jalan m enurut pe merintahan y ang be rwenangan unt uk mengelolanya yaitu jalan Negara adalah 69,79 km yang terdiri dari jalan hot mix dalam keadaan baik sepanjang 40, 90 km da n r usak/sedang se panjang 28 ,89 km. P anjang jalan pr ovinsi seluruhnya adalah 407,72 Km dan Panjang jalan kabupaten adalah 1.101,40 k m, sedangkan panjang jalan non status/desa adalah 442,13 km. Jika dirinci menurut permukaan maka panjang jalan di Kabupaten Sumba TImur yang beraspalt sepanjang 1.066,37 km, kerikil 299,27 km, dan jalan tanah sepanjng 211,38 km. Sarana angkutan darat yang tersedia dan digunakan oleh masyarakat untuk mengangkut orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya menurut jenisnya adalah: se dan/jeep se banyak 711 uni t, bus sebanyak 66 uni t, pi ck up dan truk 153
sebanyak 943 uni t, dan se peda m otor se banyak 16. 596 uni t. K husus untuk sp eda motor t erjadi k enaikan y ang tergolong tinggi yakni m encapai 114 % dibandingkan dengna kondisi tahun 2007 sedangkan bus mengalami penurunan sebesar 9% yakni dari 72 uni t pada ahun 2007 m enjadi 66 uni t pada tahun 2011. Transportasi dar at dilayani oleh Bus AKDP dan ang kutan pedesaan dilayani oleh Truk dan pick up yang sudah menjangkau seluruh ibukota kecamatan dan desa-desa potensial di semua kecamatan dalam wilayah Kabupaten Sumba Timur. Untuk sarana dan prasarana transportasi (darat, laut dan udar a) di Kabupaten Sumba Timur dapat dikatakan cukup memadai. T ransportasi udara dilayani oleh dua maskapai penerbangan, yaitu Merpati Nusantara dan Trigana Air/Trans Nusa. Selama tahun 2011 pesa wat y ang da tang da n be rangkat se banyak 712, d engan jumlah penumpang y ang da tang dan be rangkat masing-masingnya se banyak 38.074 dan 37.458 or ang sedangkan yang transit sebanyak 9.353 orang. Sementara itu barang yang di muat dan di bongkar bai k ber upa ba gasi m aupun bar ang kargo m asingmasingnya: ba gasi: 345 .321 kg, dan bon gkar sebanyak 458. 501 kg; k argo: m uat sebanyak 49.365 kg dan bongkar sebanyak 224.815 kg. Kebutuhan transportasi laut dilayani oleh kapal penumpang PELNI dan swasta. Selain itu, j uga t erdapat pel abuhan r akyat d an pel abuhan pen yeberangan y ang melayani wilayah N TT. Arus kunjungan kapal l aut di P elabuhan Waingapu m enurut jenis pelayaran se lama tahun 2011 adal ah: k apal penum pang se banyak 43, t anker sebanyak 70, kapal wisata sebanyak 10, Fer y sebanyak 124, kapal perintis sebanyak 25, pelayaran rakyat sebanyak 471 dan container sebanyak 34. Jumlah penum pang y ang turun dan nai k se lama t ahun 2011 di P elabuhan Waingapu adal ah: turun se banyak 26. 179 or ang dan y ang nai k se banyak 20. 381 orang. Barang y ang d ibongkar dan dimuat masing-masing sebanyak 209.852 dan 5.032 t on, se dangkan hewan yang di bongkar sebanyak 665 ek or da n y ang di mut sebanyak 25. 406 ekor. PT POS Indonesia juga m embantu komunikasi m asyarakat terutama dalam hal pengiriman surat dan barang. Kabupaten Sumba Timur juga berkembang jasa pen giriman bar ang m ilik sw asta, y aitu P T TI KI dan P T K erta G aya Pustaka. Jadi unt uk melayani m asyarakat di bi dang komunikasi m aka d i K abupaten Sumba t ersedia sa tu kantor pos dan dua uni t k antor pos pembantu yang m ampu masyarakat dalam mengirim surat ke berbagai daerah. Jumlah surat yang dikirim melalui k antor pos selama t ahun 2011 sebanyak 58 .155 su rat den gan r incian: su rat biasa sebanyak 18.933, surat kilat sebanyak 31.585, dan surat tercatat sebanyak 7.637 su rat. K etiga jenis surat trersebut m engalami perkembangan, t etapi j enis surat kilat mengalami perkembangan y ang cenderung m eningkat sedangkan su rat t ercata dan surat bi asa sa ngat fluktuatif. Perkembangan p roduksi pos menurut jenisnya tahun 2007 – 2011 sebagai berikut:
Gambar 1. Perkembangan Produksi Pos Menurut Jenisnya 154
Sarana komunikasi berupa telepon terpasang 2.351 pelanggan yang terdiri atas pelanggan pem erintah se banyak 280 k antor dan sw asta se banyak 2 .351 uni t. Perkembangan pemasangan telepon rumah relative stabil bahkan sudah berada pada tahap s tagnan bah kan p enurunan. Ji ka pada tahun 2007 t erpasang 2. 551 uni t maka pada t ahun 2011 hany a se banyak 2 .351 uni t saja a tau t erjadi penur unan se besar 5,39%. Hal ini disebabkan oleh perkembangan dan kemajuan teknologi dibidang komunikasi yakni telepon nirkabel sehingga masyarakat lebih tertarik menggunakan Handphone dari pada telepon kabel. Sarana komunikasi (telepon) dilayani oleh PT Telkom, sedangkan untuk telepon seluler dilayani oleh PT Telkomsel dan PT Indosat. Saat ini sedang dibangun BTS ( Base Tr anceiver System) PT T elkomsel di dua k ecamatan, yaitu Kecamatan Umalulu dan Lew a. S arana k omunikasi l ainnya adal ah R adio bai k m ilik pe merintah (Radio Pemerintah Daerah yang siarannya menjangkau seluruh wilayah Sumba Timur) maupun radio milik swasta (sebanyak empat buah yang siarannya menjangkau daerah sekitar Kota Waingapu). Hotel dan r estoran y ang t ersedia se bagai penun jang pa riwisata di K abupaten Sumba Timur masing-masingnya sebanyak 7 dan 62 unit. Kamar yang tersedia sebanyak 128 kamar dengan berbagai kelas yang dilengkapi dengan 247 tempat tidur serta sarana lainnya. Jumlah tamu baik manca Negara maupun Domestik yang mengunjungi Sumba T imur dan m enginap selama t ahun 2010 dan 2011 masingmasingnya: 6.579 orang dan 7. 224 orang. Proporsi jumlah tamu manca Negara yang menginap hany a se banyak 5% dar i t otal t amu y ang m enginap se lama per iode tersebut. 1.4.2. Prasarana Air Minum dan Listrik Kebutuhan air bersih dilayani oleh PDAM Matawai Amahu sebagai salah satu Badan U saha U nit D aerah deng an w ilayah l ayanan m asyarakat K ota Waingapu, Kecamatan Pahunga Lodu, Kecamatan Umalulu dan K ecamatan Lewa. S elain itu, di hampir semua kecamatan telah dibangun prasarana air bersih yang berupa sumur gali (1.003 buah), hidran umum (98 buah) dan penampungan air hujan (84 buah). Jumlah pelanggan PDAM pada tahun 2011 se banyak 7.992 pelanggan dengan rincian: Sosial sebanyak 143, i nstansi pemerintah se banyak 204, r umah t angga se banyak 7. 293, perdagangan sebanyak 346, industri sebanyak 4 dan pelabuhan sebanyak 2 pelanggan. Prosentase pelanggan tersaji pada gambar berikut. Gambar 2. Jumlah pelanggan PDAM Sumber : Sumba Timur dalam Angka, 2011 yang diolah. Jalan, ai r dan l istrik m erupakan sarana dan pr asarana ut ama ba gi pengembangan dan kemajuan su atu suatu daer ah, beg itu j uga di K abuapten Sumba T imur. Seluruh k ebutuhan l istrik di i bukota kecamatan di K abupaten Sumba T imur t elah dap at di layani ol eh PLN kecuali ibukota Kecamatan Pinu Pahar, Lewa T idahu, Katala Hamu Ingu, Mahu, Pandawai, Kambata Mapambuhang, dan Kanatang. Di delapan kecamatan tersebut, 155
kebutuhan listrik diperoleh dari genset hasil swadaya masyarakat. Disamping itu, untuk m elayani kebutuhan listrik di daerah pedesaan sejak tahun 2005, pemerintah Kabupaten S umba Timur j uga m enempuh satu ke bijakan, y aitu pen gadaan g enset untuk k ebutuhan k ampong yang t erkonsentrasi penduduk nya dan berpotensi untuk berkembang m elalui P rogram Li strik Masuk K ampung y ang di kelola ol eh D inas Pertambangan dan Energi Kabupaten Sumba Timur. Selama t ahun 2011 daya l istrik y ang di bangkitkan se banyak 22. 053.066 k wh dan yang terjual kepada 15.966 pelanggan sebanyak 21.067,105 kwh, untuk pemakaian se ndiri ol eh PLN sebanyak 104.730 kwh, sedangkan si sanya su sut transmisi di stribusi. K ebutuhan t enaga l istrik a kan t erus ber tambah seiring den gan pertambahan rumah tangga dan per usahaan, pemekaran wilayah sehingga diperlukan peningkatan kwh, apal agi dal am kaitannya d engan i nvestasi, ketersediaan l istrik menjadi prasyarat pertama bagi investor yang akan melakukan investasi di Kabupaten Sumba Timur. Kebutuhan listrik tidak hanya dibutuhkan oleh Rumah Tangga dan pem erintah tetapi sa nagt dibutuhkan j uga ol eh peng usaha se ktor industri untuk berbagai j enis usaha at au bi snis. K abupaten S umba Timur m emiliki beber apa i ndustri y ang berpotensi dan berpeluang investasi yang tersebar di sejumlah kecamatan adalah: Tabel 4. Banyaknya Usaha Industri dan Tenaga Kerja di Kabupaten Sumba Timur, 2011 No Jenis Industri Jumlah 1 Roti dan Kue 396 2 Tahu dan Tempe 14 3 Minyak Nabati 66 4 Penggilingan Padi 11 5 Batu Potong 10 6 Kacang Bawang 16 7 Gula Merah 8 8 Penggaraman 77 9 Meubel Kayu 81 10 Anyaman Bambu 177 11 Anyaman Pandan 551 12 Batako 16 13 Batu Bata 1 14 Tenun Ikat 2.741 15 Penjahit 75 16 Tambal Ban 115 17 Pande Besi 4 Sumber: Sumba Timur dalam Angka, 2011
Jumlah Tenaga Kerja ( Orang)
565 42 124 32 28 17 8 158 176 472 570 61 10 4.830 132 185 17
1.4.3. Prasarana Pendidikan Kabupaten Sumba Timur memiliki sarana pendidikan mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi. Sekolah TK sebanyak 38, dimana 30 diantaranya adalah sekolah swasta dan sisanya sekolah negeri. Jumlah sekolah SD sebanyak 236 (167 sekolah negeri dan 69 sekolah swasta), sedangkan j umlah sekolah SMP dan SMA m asingmasing sebanyak 59 (52 sekolah negeri dan 7 sekolah swasta) dan 18 (12 sekolah negeri dan 6 sekolah sw asta). U ntuk jenjang p erguruan tinggi, terdapat t iga se kolah tinggi yang semuanya berada di Ibukota kabupaten (Waingapu).
156
Tabel 5. Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid pada Berbagai Jenjang Pendidikan di Kabupaten Sumba Timur, 2011 Jenjang Pendidikan Jumlah Jumlah Guru Taman Kanak-Kanak 38 235 Sekolah Dasar 236 2.902 Sekolah Menengah Pertama 58 910 Sekolah Menengah Atas 18 608 Sumber: Sumba Timur dalam Angka, 2011 yang diolah.
Jumlah Siswa 2.329 40.033 13.046 9.908
Rasio 10 14 14 16
1.4.4. Prasarana Kesehatan Kabupaten Sumba Timur memiliki sarana kesehatan yang berupa rumah sakit, puskesmas, klinik desa , pusk esmas pembantu dan posy andu. Terdapat t iga rumah sakit masing-masingnya dua berada di Kota Waingapu dan satu berada di Kambera. Selain itu, terdapat 20 Puskesmas yang tersebar di seluruh kecamatan kecuali Lewa Tidahu dan Kanatang tersedia 71 buah Puskesmas Pembantu, 78 buah Polindes dan 529 buah Posyandu. Untuk melayani pasien dan mereka yang membutuhkan layanan kesehatan di seluruh w ilayah K abupaten S umba Timur, t ersedia 69 orang d okter ( 24 orang diantaranya bertugas di Kota Waingapu), 187 orang perawat, 305 orang bidan dan 444 orang dukun terlatih. R asio tenaga medis per jumlah penduduk di Kabupaten Sumba Timur m asih sa ngat r endah. S atu or ang dokt er r ata-rata m elayani 3.401 orang, seorang pe rawat m elayani 1.255 orang dan seorang bidan melayani rata-rata 768 orang. Jumlah kasus 10 penyakit terdapat di Kabupaten Suma Timur tahun 2011 adalah : I SPA r eumatik, m alaria, di are/kolera, i nfeksi ku lit, hi pertensi, co nungtivitis, stomatis, asm a dan bronchitis. Kasus penyakit yang mendoninasi adalah ISPA sebanyak 179.090; reumatik sebanyak 10.747 kasus; malaria sebanyak 8.623 kasus; diare/kolera se banyak 7.654 kasus; i nfeksi k ulit se banyak 7. 593 k asus; hi pertensi sebanyak 3.401 kasus; conjungtivitis sebanyak 2.964 kasus; stomatis sebanyak 2.755 kasus; asma sebanyak 2.611 kasus; dan bronchitis sebanyak 2.578 kasus (Kecamatan dalam Angka, 2012).
1.5.
Ekonomi wilayah
1.5.1. Konsumsi domestik Ciri negara berkembang t ergambar jelas dari hasil SUSENAS 2011 yang menunjukkan porsi pengeluaran untuk makanan di Sumba Timur yang lebih besar dari pada peng eluaran unt uk bu kan makanan. P engeluaran un tuk m akanan m encapai 59,15 % sedangkan untuk bukan makanan sebesar 40,85%. Hasil SUSENAS 2011 menunjukkan bahwa sekitar 73,06% penduduk tergolong sebagai penduduk dengan rata-rata pengeluaran konsumsi sebesar Rp. 100.000 – Rp. 499.999.- per kapita per bulan. Tidak ada rumah tangga dengan pengeluaran di bawah Rp. 100.000,- sedangkan sisanya di atas Rp. 499.999.-.
157
Tabel 6. Rata-rata Pengeluaran Per kapita Sebulan menurut Jenis Pengeluaran Kabupaten Sumba Timur, 2011 No Jenis Pengeluaran 1) Makanan 1 Padi-padian/Cereals 2 Umbi-umbian/Tubers 3 Ikan/Fish 4 Daging/Meat 5 Telur dan susu/Eggs and milk 6 Sayur-sayuran/Vegetables 7 Kacang-kacangan/Legumes 8 Buah-buahan/Fruits 9 Minyak dan lemak/Oil and fats 10 Bahan minuman/Beverage stuffs 11 Bumbu-bumbuan/Spices 12 Konsumsi lainnya/ Miscellaneous food items 13 Makanan dan minuman jadi 14 Minuman beralkohol/Aperitif 15 Tembakau dan sirih/ Tobacco and betel Jumlah Sumber: Sumba Timur dalam Angka, 2011
Rata-rata 84 947 4 965 20 523 14 428 5 808 26 625 1 986 7 204 7 831 13 270 3 446 3 698 43 747 865 19 648 268 990 59,15
Persentase 18,68 1,09 4,51 3,17 1,28 5,85 0,44 1,58 1,72 2,92 0,76 0,81 11,82 0,19 4,32 268 990 59,15
Tabel 7. Golongan Pengeluaran per Kapita dalam SebulanKabupaten Sumba Timur, 2011 Golongan Pengeluaran < 100000 100000-149999 4,09 150000-199999 10,00 200000-299999 23,39 300000-499999 35,58 500000 ≥ 26,94 Jumlah 100,00 Sumber : Sumba Timur dalam Angka, 2011 1.5.2. Struktur Ekonomi Wilayah 1.5.2.1. Produk Domestik Regional Bruto Besarnya PDRB nominal at as dasar har ga konstan (ADHK- tahun 2000) atau harga tahun dasar dan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). PDRB K abupaten Sumba Timur pada tahun 2011 masing-masing adalah Rp 1.305.132 juta dan Rp 683.566 juta. Perekonomian K abupaten Sumba Timur di dominasi ol eh se ktor per tanian. H al ini tercermin dari pangsa sektor pertanian di dalam PDRB yang selama kurun waktu 2004, 2009-2011 berkisar antara 34,59- 4,551%. Subsektor tanaman pangan dan subsektor peternakan m erupakan su bsektor y ang m emberi k onstribusi t erbesar dalam pembentukan P DRB pada t ahun 2011 deng an su mbangan m asing-masing se besar 15,07% dan 14,66% (Tabel 8).
158
Tabel 8. Kontribusi Sektor Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Galian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan& Perusahaan Jasa-Jasa PDRB
Jasa
Kontribusi Terhadap PDRB ADHK 2004 2009 2010 2012 41,55 36,10 35,23 34,91 2,05 1,74 1,83 1,66 1,66 1,52 1,46 1,40 0,22 0,26 0,27 0,28 9,71 8,59 8,23 7,89 14,73 17,15 17,75 18,03 6,1 6,33 6,26 6,12 3,19 3,44 3,50 3,61 20,79 100
Sumber : Sumba Timur dalam Angka, 2012 yang diolah
24,86 100
25,45 100
26,12 100
Tabel 9. PDRB Kabupaten Sumba Timur Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan Galian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB
Nilai (000 rupiah) 2004 219.894.545 10.875.980 8.785.550 1.172.370 51.392.370 77.940.040 32.294.550 16.868.160
Sumber: Sumba Timur dalam Angka, 2012
110.022.180 529. 245.745
Nilai Jutaan Rupiah 2009 2010 2011 246.436 252.456 261.944 11.875 13.143 12.439 10.356 10.497 10.517 1.804 1.941 2.097 58.615 58.996 59.188 117.071 127.156 135.303 43.213 44.892 45.905 23.493 25.100 27.060 169.703 682.566
182.374 716.555
195.991 750444
Persentase 34,91 1,66 1,40 0,28 7,89 18,03 6,12 3,61 26,12 100
Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto ADHK selama periode 2009- 2011 menunjukkan k ecenderungan meningkat m asing-masingnya 4,19%; 4,83%, dan 4,88%. Jika dicermati dari kontribusi sektor atau lapangan usaha terhadap PDRB se lama t iga t ahun t erakhir m enungjukkan bah wa k ontribusi se kor per tanian semakin m engalami pe nurunan se dangkan se ktor per dagangan, hot el dan r estoran semakin meningkat. Hal ini berarti sudah mulai terjadi pergeseran kontribusi sektor pertanian kepada sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB Kabupaten Sumba Timur. Peranan sektor pertanian bersama dengan sektor primer lainnya yang juga menonjol adalah dalam hal penyerapan tenaga kerja yang mencapai 68,03% dari total t enaga kerja di K abupaten S umba Timur sebanyak 101. 711 o rang ( S umba Timur Dalam Angka, 2012). S ementara itu, sektor sekunder dan t ersier menyerap tenaga kerja masing-masing sebesar 8,13% dan 23,84%. Keadaan tersebut diatas menunjukkan bahw a se ktor pe rtanian m enanggung beban y ang sa ngat ber at da n berakibat pada rendahnya pr oduktivitas tenaga k erja, y ang hany a se besar R p 4 juta pada tahun 2011, sedangkan pada kurun waktu yang sama, produktifitas tenaga kerja di sekunder dan tersier mencapai Rp 10 juta dan Rp 17 juta.
159
1.5.2.2. Kondisi Produksi a. Sektor pertanian (1). Subsektor tanaman pangan Subsektor i ni m erupakan subsektor yang pal ing dom inan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Sumba Timur dan sekaligus merupakan subsektor yang pal ing bany ak menyerap t enaga kerja. Je nis tanaman pa ngan y ang berkembang den gan bai k adal ah padi sa wah, padi l adang, ubi k ayu dan j agung. Luas panen padi sawah luas panen pada tahun 2004 sebanyak 8.488 Ha, meningkat m enjadi 10. 280 H a. pada t ahun 20 11. M eskipun dem ikian, r ata-rata produksi m enurun dari 3,89 ton/Ha pada t ahun 2004 menjadi 3,71 ton pada tahun 2011. Padi l adang produksinya ber fluaktuasi deng an pr oduksi r ata-rata 2 ton/Ha/tahun. Produksi jagung mencapai 30.009 ton dengan luas panen 2.840 Ha., atau r erata 10 t on per hektar. U ntuk t anaman ubi k ayu, l uas tanam ber fluktuasi rata-rata 2. 870 H a deng an r erata p roduksi 11 t on/ha. U ntuk tanaman k acang tanah, l uas tanamnya m encapai 1. 1870 ha deng an r ata-rata pr oduksi hany a 1, 55 ton/ha. Produksi ubi jalar mencapai rerata 9 ton/ha dengan luas tanam 691 ha (2). Subsektor Peternakan Subsektor i ni m emberikan kontribusi t erbesar kedua se telah su bsektor tanaman pangan terhadap kontribusi sektor pertanian dengan rata-rata laju pertumbuhan 2.26 persen per tahun. Populasi 6 jenis ternak terbesar pada t ahun 2011 adal ah a yam B uras (456.321 ekor), sa pi ( 49.920 ek or), babi ( 99.106 ek or), kerbau (37.293 ekor), kambing (57.935 ekor), dan Kuda ( 32.667 ekor). Bila d ilihat d ari laju pertumbuhannya, Ayam Buras dan Babi m erupakan hewan ternak dengan pertumbuhan t ertinggi, y aitu 8 dan 6 per sen per t ahun, disusul Sapi 5% per tahun, kerbau dan k ambing 3% per t ahun se dangkan K uda hanya 1%per tahun. Perkembangan P opulasi empat jenis ternak potensial selama l ima t ahun t erakhir yang bisa m emenuhi permintaan nasional adalah Sapi potong, k erbau, Gambar 3. Perkembangan Populasi Empat Ternak Terpilih Kuda dan k ambing Sumber: Sumba Timur dalam Angka 2012 yang diolah sebagai berikut: (3). Subsektor Perkebunan Subsektor ini memberikan kontribusi yang relatif kecil (hanya 1,44%) terhadap sektor pertanian tetapi r ata-rata laju pertumbuhan selama tiga tahun terakhir sebesar 3,97% pe r t ahun. K omoditi per kebunan y ang d ominan adal ah K elapa, j ambu mete, 160
pinang, k emiri dan si rih deng an r ata-rata pr oduktivitas ber kisar ant ara 0,24 - 0,81 ton/hektar. Tanaman kopi, jarak pagar, kapuk, tembakau dan kakao juga berkembang dengan bai k walaupun rerata pr oduktivitasnya hanya berkisar antara 0,01 – 0,43 ton pe r he katar. Produktivitas kesepuluh komoditi perkebunan yang dimaksudkan sebagai berikut ( gambar 4):
Gambar 4 .Produktivitas Komoditas Perkebunan Sumber: Sumba Timur Dalam Angka, 2012. (4). Subsektor kelautan dan perikanan Subsektor ini merupakan subsektor yang laju pertumbuhannya selama tiga tahun t erakhir r ata-rata 2,75% pe r t ahun. Ji ka pada t ahun 2007 jumlah pr oduksi perikanan t angkap m encapai 8. 540,93 t on, m aka pada pada t ahun 2011 m encapai 11.300,42 ton den gan rerata per tahun sebanyak 10. 537,12 ton. Produksi i kan budidaya t idak t ersedia dat a. P erkembangan p roduksiikan tangkap se lama per iode dimaksud adalah:
Gambar 5. Perkembangan Produksi Ikan Tangkap, 2007-2011 Sumber: Sumba Timur dalam Angka, 2012 yang diolah (5). Subsektor kehutanan Subsektor i ni m emberikan k ontribusi pal ing kecil ( 0,05 – 0,06%) t erhadap sektor pertanian selama tiga tahun terakhir. Walaupun demikian Subsektor ini tumbuh dengan rata-rata per tumbuhan 0, 82%. Komoditi hasi l k ehutanan y ang dapat menunjang pendapatan adalah produksi kayu rimba. Kabupaten Sumba Timur memilki hutan se luas 238.502,72 H a, se besar 28 ,19% m erupakan hut ang l indung, 9, 64% berupa hutan produksi terbatas, 32,09% berupa hutan produksi tetap, 29,86% berupa taman nasional dan sisanya merupakan wana research. 161