DARI PANGKALAN UDARA MILITER HINGGA BANDAR UDARA SIPIL: PERKEMBANGAN FUNGSI LAPANGAN UDARA ABDULRACHMAN SALEH MALANG ( 1952 - 2011) Faizah Hayati
ABSTRAK Dewasa ini mobilitas manusia dari suatu tempat ke tempat lain semakin meningkat seiring dengan perkembangan perekonomian. Kebutuhan Transportasi yang singkat dan efisien semakin meningkat ditandai dengan kebutuhan akan transportasi udara yang selalu melonjak dari waktu ke waktu. Perkembangan fungsi Pangkalan udara militer digunakan bersama Bandar udara sipil, karena pengoperasian penerbangan sipil merupakan kebutuhan yang mendesak harus segera direalisasikan demi berkembangnya wilayah Malang Raya. Wilayah Malang Raya merupakan wilayah yang memiliki potensi daerah yang dapat diandalkan antara lain sektor pendidikan, pertanian, industri, pariwisata maupun perdagangan. Keberadaan bandara Abdulrachman Saleh yang merupakan pelayanan pengguna jasa angkutan udara sipil yang diawali oleh Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh atau disebut juga enclave civil. Kata Kunci: Abdulracman Saleh, TNI Angkatan Udara, Bandar Udara, Enclave Civil, Malang, Pangkalan Udara. Pendahuluan Di Indie – nama Indonesia sebelum merdeka, tranportasi utama antara wilayah aadalah Kapal Laut. Kemunculan transportasi udara mulai ada pada zaman kolonial Belanda, namun hanya untuk kepentingan militer.Militer di Indonesia terwadahi dalam Tentara Nasional Indonesia. Pada awalnya, TNI bernama Badan Keamanan Rakyat. Salah satu keputusan hasil sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) adalah memutuskan membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang bertugas menjaga terjaminnya keamanan dan ketertiban umum (Trihadi, 1971:1). Dampak penyesuaian lapangan perjuangan maka muncullah beberapa nama BKR seperti BKR Laut, BKR Kereta Api, BKR Pos, BKR Udara dan lainnya. BKR Udara bermarkas di beberapa pangkalan udara yang merupakan bekas pangkalan Udara pada masa kolonial Belanda dan kemudian fungsinya dilanjutkan setelah Indonesia merdeka tahun 1945. Adapun BKR Udara berdiri di daerah- daerah pangkalan udara atau pemusatan unsur1
unsur penerbangan udara seperti di Pandangwangi (Lumajang), Bugis (Malang), Maospati (Madiun), Morokrembangan (Surabaya), Panasan (Sala), Kalibanteng (Semarang), Maguwo (Yogyakarta), Andir (Bandung), Cibeureum (Tasimalaya), Jatiwangi (Cirebon), Cililitan (Jakarta), Gorda (Banten), dan beberapa tempat di luar Jawa (Trihadi,1971:1). Setelah puluhan tahun menjadi pangkalan militer, pada tahun 1994 pangkalan ini menjadi bandara sipil namun krisis ekonomi pada 1997 membuat bandara tutup kembali. Pada tahun 2005, secara resmi bandara ini difungsikan sebagai bandara komersil untuk penerbangan sipil. Pada tanggal 23 Mei 2005 Dirjen Perhubungan Udara menyetujui usulan pembukaan kembali Bandara Abdulrahman Saleh Malang dengan diterbitkannya Surat Nomor 2416/PKP.07B1/2005 (Bakorwil: 2011). Metode
1. Pemilihan Topik Dalam tahap pemilihan topik, setiap peneliti harus mementukan nilai kesejarahan yang terkandung dalam permasalahan yang akan diteliti, dengan kata lain topik haruslah memiliki karakter khas yang sesuai dengan keilmuan sejarah. Sehingga peneliti memilih topik tentang ”Dari Pangkalan Udara Militer hingga Bandar Udara Sipil : Perkembangan fungsi Lapangan Udara Abdulrachman Saleh Malang (1952-2011)“ terjadi dalam ruang yang terbatas. Hal yang menarik dalam topik ini yaitu perkembangan fungsi lapangan terbang yang sebelumnya difungsikan sebagai Pangkalan Udara militer yang bertugas untuk memperkokoh pertahanan udara Republik Indonesia hingga difungsikan sekaligus untuk penerbangan sipil yang kita kenal dengan istilah bandara enclave civil. 2. Heuristik Setelah menemukan topik dan memastikan masalah yang ingin diteliti peneliti melakukan pengumpulan data (Kuntowijoyo, 2001: 96). Proses pengumpulan data dalam penelitian sejarah disebut heuristik. Heuristik berasal dari kata Yunani Heuriskein yang berarti menemukan. Kemudian heuristik digunakan untuk menjelaskan suatu teknik peneliti dalam mencari jejak-jejak sejarah, yaitu proses pengumpulan sumber sebagai 2
bahan dasar untuk menulis (Tim Dosen Sejarah , 2007: 23). Proses Pengumpulan sumber yang dijalani oleh penulis sedikit berbeda saat peneliti membuat izin penelitian di Pangkalan Udara TNI AU Abdulrachman Saleh. Selain menyerahkan surat dari Dekan untuk Komandan Lanud Abdulrachman Saleh penulis harus membuat Surat Kelakuan Catatan Kepolisian (SKCK) untuk memastikan bahwa calon peneliti yang berhak masuk lingkungan steril pertahanan negara harus seorang yang baik dan tidak pernah melakukan tindakan kriminal. Penulis mendapatkan dokumen dari Badan Koordinasi Wilayah Malang yaitu : Laporan Hasil Pelaksanaan Kegiatan 2011: Peningkatan kerjasama antar pemerintah daerah, koordinasi sinkronisasi dan fasilitasi dan pemantauan pelaksanaan pembangunan se-wilayah kerja BAKORWIL MALANG (Koordinasi, Fasilitasi kerjasama pengelolaan Bandara Abdulrachman Saleh Malang). Penulis juga mencari sumber lisan yaitu orang-orang yang pernah berperan secara langsung dengan Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh dan Bandara Enclave Civil. Sumber lisan dipergunakan untuk mencari sumber sejarah atau permasalahan yang tidak ada dalam dokumen (Kuntowijoyo, 2003: 26). Teknik yang dilakukan peneliti adalah dengan melakukan wawancara dengan saksi sejarah yang masih hidup. Menurut Koentjaraningrat metode pencatatan dalam wawancara meliputi (1) pencatatan langsung, (2) pencatatan dari ingatan, (3) pencatatan dari alat recording, (4) pencatatan dengan field rating, dan (5) pencatatan dengan field coding (Koentjaraningrat, 1993: 151). Peneliti menggunakan metode pencatatan langsung dan pencatatan dengan menggunakan alat recoding. Narasumber yang diwawancarai antara lain Komandan Lanud Abdulrachman Saleh (masa jabatan 2009 – 2012), Komandan Lanud Abdulrachman Saleh masa jabatan 2002 – 2005 dimana pada masa jabatannya sedang dalam proses perncanaan realisasi pembukaan kembali penerbangan sipil di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Malang. Narasumber berikutnya yang akan diwawancarai adalah Marsekal Muda (Purn.)Yushan Sayuti, Komandan Lanud Abdulrachman Saleh masa jabatan 2005 – 2007, dimana pada saat jabatannya penerbangan sipil berhasil direalisasikan. Narasumber lain seperti Kepala Penerangan dan Perpustakaan Lanud Abdulrachman Saleh. Untuk mengetahui secara jelas tentang penerbangan sipil di Abdulrachman Saleh maka perlu wawancara kepada 3
para Manager maskapai yang masih aktif mengoperasikan penerbangan sipil antara lain Selain itu wawancara juga ditujukan kepada pihak pengelola bandara Abdulrachman Saleh yaitu UPT Bandara, wawancara ditujukan kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis Bandara Abdulrachman Saleh dan Pj. Kasi Keamanan dan keselamatan penerbangan bandara Abdulrachman Saleh.
3. Verifikasi (kritik sumber) Setelah melakukan heuristik, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan kritik. Sejarawan yang sejak awal telah merumuskan masalah peneliti-an pada saat pengumpulan data tidak boleh langsung percaya dengan informasi yang diperoleh. Sebuah proses yang dilakukan peneliti untuk menguji keaslian suatu dokumen atau bukan yang kemudian lebih dikenal dengan dengan istilah kritik ekstern (Tim Dosen Sejarah, 2007: 29). Para sejarawan kemudian juga harus tetap kritis terhadap dokumen yang dianggap otentik untuk melihat apakah isinya dapat dipercaya atau tidak. Proses menguji realibilitas sumber dalam sejarah dikenal dengan istilah kritik intern (Tim Dosen Sejarah, 2007: 29). 4. Interpretasi Menurut Kuntowijoyo, interpretasi atau penafsiran sering disebut sebagai biang subjektivitas. Sebagian itu benar, tetapi sebagian itu salah (Kuntowijoyo, 2001: 102). Benar karena, tanpa penafsiran sejarawan, data tidak bisa berbicara. Orang lain dapat melihat kembali dan menafsirkan ulang. Itulah sebabnya, subjektifitas penulisan sejarah diakui, tetapi untuk dihindari (Kuntowijoyo, 2001: 103).Interpretasi menurut Kuntowijoyo ada dua macam, yaitu analisis dan sintesis (Kuntowijoyo, 2001: 103). Analisis berarti menguraikan kemungkinan-kemungkinan informasi yang lain dari suatu sumber sejarah. Sintesis berarti kesimpulan yang diambil setelah melalui triangulasi data dan komparasi data. Sejarah Perkembangan Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Operasi – operasi penerbangan pada awal kemerdekaan sangat penting untuk diselenggarakan karena pada waktu itu sarana di laut dan darat sudah dikuasai Belanda 4
yang ingin menjajah kembali Indonesia setelah sekutu memenangkan perang melawan Jepang. Maka operasi- operasi penerbangan sangat penting dilaksanakan untuk memberi dukungan langsung untuk lancarnya pemerintahan Indonesia dan mendukung secara langsung khususnya di bidang administrasi dan logistik (Disjarah TNI AU,1980:4). Juga menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia telah mampu berdiri di atas kaki sendiri sebagai bangsa yang merdeka sejajar dengan bangsa – bangsa lain. TNI Angkatan Udara yang merupakan bagian dari Tentara Nasional Indonesia antara lain memiliki tugas pokok sebagai penegak kedaulatan Negara di udara, mempertahankan keutuhan wilayah dirgantara nasional dan penegak hukum di udara, serta mengembangkan potensi nasional menjadi kekuatan pertahanan keamanan di udara (Subdisjarah, 2002:1). Sebagai penegak kedaulatan Negara di udara TNI Angkatan Udara memiliki fungsi menyelenggarakan operasi udara strategis operasi hanud (pertahanan udara) dan operasi udara dalam rangka penguasaan wilayah udara nasional. TNI Angkatan Udara sebagai bagian dari Tentara Nasional Indonesia memiliki tugas pokok antara lain selaku penegak kedaulatan negara di udara, mempertahankan keutuhan wilayah dirgantara nasional dan penegak hukum di udara, serta mengembangkan potensi nasional menjadi kekuatan pertahanan keamanan di udara. Sebagai penegak kedaulatan Negara di udara, TNI AU memiliki fungsi menyelenggarakan operasi udara strategis, operasi pertahanan udara dan operasi udara taktis dalam rangka penguasaan wilayah udara nasional (Erdawati, 2002 : 1). Pangkalan Udara sebagai wilayah teritorial TNI Angkatan Udara adalah merupakan sub sistem yang berfungsi sebagai unsur pendukung utama kekuatan udara baik yang langsung berkaitan dengan kegiatan operasi udara, operasi darat, dukungan logistik dan pemeliharaan alat utama sistem senjata udara, maupun sebagai markas kesatuan- kesatuan yang berada di pangkalan udara tersebut (Purbaningsih, 2002:2). Tugas pokok dan fungsi pangkalan – pangkalan TNI AU diklasifikasikan menjadi dua kelompok penting yaitu : pertama, pangkalan udara TNI AU yang memiliki tugas pokok dan fungsi operasi. Yang kedua adalah pangkalan TNI AU yang memiliki tugas pokok dan fungsi pangkalan tersebut diatur dan dibina oleh satu komando yang dikenal dengan Komando Operasi (Koopsau). Komando Operasi TNI AU adalah penyelenggara 5
pembinaan kemampuan dan kesiapan operasi satuan –satuan di bawah jajarannya untuk melaksanakan operasi udara dalam rangka penegakkan kedaulatan Negara di udara dan mendukung penegakan kedaulatan Negara di darat dan di laut. Faktor kemampuan dan kesiapan dari pangkalan – pangkalan udara dalam rangka menyelenggarakan operasi udara menjadi kunci utama penentu keberhasilan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi TNI AU (Herlina, 2003:1). Pangkalan udara Abdulrachman Saleh berada dibawah Komando Operasi Angkatan Udara II (Koopsau II) yang berpusat di Makasar. Pangkalan udara (Lanud) Bugis yang kini dikenal dengan nama Lanud Abdulrachman Saleh dibangun oleh pemerintahan Belanda pada era 1937-1940 bersamaan dengan pembangunan pangkalan- pangkalan udara lain seperti Lanud Maospati (kini Iswahyudi) di Madiun, Lanud Panasan (Adi Somarmo) di Solo, dan Lanud Maguwo (Adi Sutjipto) di Jogjakarta (Purbaningsih, 2002:3). Lanud Abdulrachman Saleh berada di lembah Bromo dan dikelilingi oleh beberapa gunung yaitu Gunung Semeru (3.676m) di sebelah timur, gunung Arjuno (3.339m) di sebelah utara, dan gunung Kawi (2.551m) dan gunung Panderman di sebelah barat. Pangkalan Udara Abdulrachman saleh terletak di kecamatan Pakis kabupaten Malang, jalan arah Malang - Blimbing – Tumpang,tepatnya terletak di kilometer 17 di arah sebelah Timur kota Malang, secara letak astronomis berada pada posisi 07.55 LS dan 112.45 BT (Herlina, 2003:3). Dapat dikatakan Lanud Abdulrachman Saleh dikelilingi beberapa gunung yaitu gunung Semeru di sebelah Tenggara, gunung Arjuno di sebelah Barat Laut, gunung Kawi di sebelah Barat, dan gunung Bromo di sebelah Timur. Posisi Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh begitu aman karena dikelilingi oleh benteng alam dan berada di kaki gunung, ini menyebabkan Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh tidak tampak begitu jelas di udara sehingga jika ada pesawat musuh melewati jalur udara di atasnya Pangkalan Udara ini akan tertutup oleh kabut. Ini merupakan posisi yang sangat strategis untuk pertahanan militer tersebut yang juga dijadikan alasan Belanda memilih kecamatan Pakis Kabupaten malang untuk menjadi salah satu daerah pertahanan udaranya. Pemerintah Belanda sengaja membuat landasan cukup panjang, sehingga dapat dipergunakan untuk landing dan take off pesawat – pesawat lebar seperti pesawat Bomber, Glynmartin, Fokker, dan pesawat Jagers (Purbaningsih, 2002:4).
6
Sejak awal pembangunannya, nama Pangkalan Udara di Malang dinamakan Pangkalan Udara Bugis. Bugis merupakan salah satu Pangkalan Udara atau pemusatan unsur-unsur penerbangan dan salah satu tempat berdirinya Badan Keamanan Rakyat Udara. Penentuan pengabdian nama untuk Pangkalan Udara harus memenuhi sejumlah criteria antara lain berdasarkan jasa – jasa yang diberikan semasa hidupnya, seorang tokoh yang pernah berkiprah di tempat tersebut, dan juga putra daerah setempat. Abdulrahman Saleh lahir tanggal 1 Juli 1909 di Kampung Kwitang Jakarta (Subdisjarah Dispenau, 2009: 183). Prof. Dr. Adulrachman Saleh merupakan seorang pelopor, perintis, dan pejuang di bidang penerbangan (Purbaningsih, 2002:IX). Setelah Indonesia merdeka, ia mengalihkan perhatiannya di bidang kedirgantaraan, dengan memilih berjuang di TNI angkatan udara. Beliau bergabung dengan AURI di tahun 1945 pada saat AURI sedang dalam taraf pembentukan, dan diberi nomor registrasi pokok (NRP) 461005 (Subdisjarah Dispenau, 2009: 135). Pada tahun 1946 Abdulrachman Saleh dipercaya untuk menduduki jabatan sebagai komandan Pangkalan Udara Maospati di Madiun. Disaat yang bersamaan pimpinan AURI di Jogjakarta juga menetapkannya sebagai komandan Pangkalan Udara Bugis Malang (Subdisjarah Dispenau, 2009: 136). Selama kurang lebih 4 bulan dalam pimpinan dan bimbingan Abdulrachman Saleh, Pangkalan Udara Bugis mengalami banyak kemajuan dan perkembangan. Pembangunan meliputi berbagai bidang antara lain bidang pendidikan (dengan mendirikan sekolah radio udara dan sekolah militer udara), dalam bidang teknik (perbaikan dan percobaan pesawat-pesawat). Bersama dengan Adi Sutjipto, komodor muda udara Abdulrachman Saleh menjelang akhir bulan Juli 1947 mendapat tugas dari pemerintah untuk pergi ke luar negeri mencari bantuan berupa tenaga instruktur dan obat-obatan. Pada sore hari Pesawat Dakota VT-CLA yang mengangkut obat-obatan akan mendarat di pangkalan Udara Maguwo secara tiba- tiba diserang oleh pesawat tempur Belanda jenis Kitty Hawk. Sebelum jatuh ke tanah, sayap pesawat sempat menghantam pohon dan akhirnya jatuh di tanggul pematang sawah di desa Ngoto, Bantul sebelah selatan Yogyakarta, sekitar 2,5 Km dari Pangkalan Udara Maguwo (Subdisjarah Dispenau, 2009:117). Awak pesawat dan lima penumpang gugur dalam peristiwa yang menyedihkan ini. Peristiwa ini telah menyebabkan gugurnya tiga orang perintis dan pelopor AURI yaitu komodor muda udara 7
Prof. Dr. Abdulrachman Saleh, Opsir Udara Adisumarmo Wirjokusumo dan Komodor Udara A. Adisutjipto (Trihadi, 1971:13). Dalam kecelakaan itu hanya Abdulgani Handonotjokro saja yang selamat. Atas Pengorbanan dan jasa-jasa Prof. Dr. Abdulrachman Saleh dalam usahanya mengembangkan AURI dan memperjuangkan bangsa Indonesia, Kepala Staf Angkatan Udara yang menjabat saat itu yaitu Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma dengan dikeluarkannya surat Penetapan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor 76/48/Pon.2/KS/52 tanggal 17 Agustus 1952 yang berisi perubahan nama- nama Pangkalan Udara tipe A salah satunya adalah perubahan Pangkalan Udara Bugis menjadi Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh. Perkembangan Bandar Udara Abdulrachman Saleh Wilayah Malang Raya yang meliputi Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu merupakan wilayah yang memiliki potensi daerah yang dapat diandalkan antara lain sektor pendidikan, pertanian, industri, pariwisata maupun perdagangan. Dalam bidang transportasi Malang Raya telah memiliki transportasi cukup baik, khususnya transportasi darat yang paling berkembang daripada sarana transportasi lain. Yang menjadi pertimbangan beberapa kalangan adalah saat akan menggunakan transportasi darat jarak jauh, sehingga pilihan pada transportasi udara dapat memenuhi tingkat kebutuhan sarana transportasi yang nyaman, aman dan cepat. Sebagai gambaran umum Kabupaten Malang salah satu dari 38 kabupaten/ kota yang terluas wilayahnya (3.535 km2) dan terbesar penduduknya (kurang lebih 2,8 juta jiwa) di Provinsi Jawa Timur, yang secara geografis, topografis dan historis sangat potensi untuk pengembangan pertanian (Agro) dan pariwisata Pertumbuhan berbagai sektor dan kebutuhan transportasi yang cepat seiring dengan perkembangan penerbangan di Indonesia dan semakin ramainya pelaku bisnis di dunia penerbangan yang ditandai dengan bermunculannya perusahaan penerbangan baru, serta semakin padatnya pergerakan pesawat di bandara Juanda Surabaya, maka Bupati Malang berkeinginan membuka kembali bandara Abdulrachman Saleh Malang untuk 8
penerbangan komersial. Hal itu dituangkan dalam surat Bupati Malang nomor 050/461/421.113/2003 tanggal 14 April 2003 kepada Menteri Perhubungan perihal permohonan pengoperasian angkutan udara Melalui Abdulrachman saleh (UPT Bandara, 2011:V.7). Penerbangan yang ada di bandara Abdulrachman Saleh merupakan kebutuhan yang mendesak dan sangat penting bagi warga Malang Raya mengingat lokasi bandara Juanda yang cukup jauh sehingga memerlukan waktu yang tidak efektif bagi dunia bisnis yang membutuhkan pergerakan manusia yang sangat cepat, selain itu juga membawa kemudahan bagi penumpang yang berada di kota/ kabupaten sekitar Malang, karena mereka dapat mempersingkat waktu perjalanan menuju bandara Abdulrachman Saleh daripada sebelum ada penerbangan sipil di Malang, yang berarti mengharuskan para penumpang tersebut berangkat/ datang di bandara Juanda. Atas ijin Mabes TNI AU pada tanggal 1 April 1994 Lanud TNI-AU Abdulrachman Saleh Malang secara resmi diresmikan pengoperasiannya untuk penerbangan komersial oleh Menteri Perhubungan (Bakorwil, 2011:5). Perusahaan penerbangan yang operasional pada saat itu dengan rute Jakarta-Malang- Jakarta adalah PT. Merpati Nusantara Airlines (MNA) dengan jadwal 1x setiap hari menggunakan pesawat F-28 MK, load factor setiap hari rata-rata 65%. Realisasi di lapangan PT. MNA sering mengalami keterlambatan (tidak sesuai jadwal) hal tersebut berpengaruh terhadap minat penumpang pesawat udara, yang pada akhirnya mengalami penurunan terhadap load factor rata-rata setiap hari, sehingga pada tahun 1996 hingga Mei 1997 load factor nya menjadi 14,54 % (Bakorwil, 2011:6). Pada tanggal 16 Juni 1997, PT Merpati Nusantara Airlines secara resmi menghentikan kegiatan penerbangannya, sehingga pada tahun tersebut praktis tidak ada lagi penerbangan komersial di Lanud Abdulrachman Saleh Malang. Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP. 218 Tahun 2006, Menteri Perhubungan menetapkan pengoperasian Bandar Udara Abdulrachman Saleh Malang, Propinsi Jawa Timur, sebagai Bandar udara bukan pusat penyebaran yang ruang udara disekitarnya dikendalikan terbukan untuk umum guna melayani angkutan udara dalam negeri, yang mulai beroperasi pada tanggal 25 Mei 2005. 9
Jumlah Rata –Rata Penumpang Per Tahun Jumlah
Rata-rata
Jumlah
Rata-rata
Penumpan
Penumpan
penumpan
Penumpang
g
g
Tahun
g datang
Datang
Berangkat
Berangkat
2005
23726
2965
22954
2869
2006
28472
6539
72423
6035
2007
110284
9190
110332
9194
2008
101742
8478
91080
7590
2009
132440
11036
125691
10474
2010
183769
15313
180228
15019
2011
233828
19485
230892
19241
JUMLAH
814261
73006
833600
70422
RATARATA
10429
10060
Sumber : Data diolah dari UPT Bandara Menurut data yang didapat dari UPT Bandara Abdulrachman Saleh jumlah penumpang datang dan berangkat di bandara Abdulrachman Saleh selalu meningkat dari tahun ke tahun. “Peak season biasanya pada bulan juni-juli karena liburan sekolah, hari raya lebaran dan natal maupun menjelang tahun baru, saya kira pada musim itu load factor hampir 100% dan biasanya kalau peak season tidak kita adakan promo ticket, jadi harga tiketnya pun lebih tinggi daripada harga minimum sebelumnya” (Wawancara dengan Bapak Haza Ibnu Rasyad District Manager Batavia Air pada 19 Januari 2012). 10
Grafik Rata – Rata Jumlah Tahunan Pertumbuhan Penumpang
Jika direlasikan hasil wawancara dengan Bapak Haza dengan data rekap penumpang dari UPT Bandara Abdulrachman Saleh maka dapat disimpulkan bahwa jumlah penumpang mengalami kenaikan pada peak season (musim puncak) yaitu pada liburan sekolah sekitar bulan Juni dan Juli, Hari Raya Lebaran, dan Desember karena merupakan liburan sekolah, adanya hari raya Natal dan menjelang tahun baru. Jumlah penumpang di luar peak season biasanya stabil dan lebih rendah daripada musim libur. Kenaikan penumpang per tahun dipengaruhi pula oleh jumlah maskapai yang melayani. Temuan penelitian ini tentang perkembangan fungsi lapangan udara Abdulrachman Saleh yang berjudul Dari Pangkalan Udara Militer hingga Bandar Udara Sipil : Perkembangan Fungsi Lapangan Udara Abdulrachman Saleh Malang (1952-2011) berbeda dengan dua skripsi terdahulu yaitu karya Noviar Ardiyanto tahun 2003 yang berjudul Analisis kelayakan Bandar Udara Abdulrachman Saleh sebagai Bandar udara komersil ditinjau dari sisi potensi penumpang, dari jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang, yang menjelaskan tentang survei kelayakan penumpang yang dilakukan di bandara Juanda, hotel yang ada di Malang Raya, tempat pariwisata, biro perjalanan (travel dan agen tiket pesawat). Yang hasilnya adalah perluasan bandara sipil 11
akan meningkatkan jumlah penumpang dari tahun ke tahun. Perbedaan temuan ini menguatkan temuan survei, perbedaannya adalah jumlah real penumpang setelah menjadi bandara sipil ternyata melebihi estimasi ramalan penumpang pada analisis kelayakan. Aries Susanto. 2006. Evaluasi Sisi Udara Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Malang dalam tahap pengembangan sebagai Bandar Udara Komersil. Skripsi ini menjelaskan tentang pengembangan kondisi fisik Bandar udara mulai dari panjang runway, taxiway hingga Apron untuk kelayakan menjadi bandara sipil. Perbedaan dengan dua skripsi di atas adalah penelitian ini lebih ditekankan pada aspek historis, politis, teknologi dan pertumbuhan kota. Beberapa tulisan yang menjelaskan tentang Sejarah TNI AU, Sejarah Penerbangan dan tentang transportasi udara diantaranya: Buku yang berjudul Sejarah Operasi Penerbangan Indonesia Periode 1945 – 1950 yang disusun oleh Dinas Sejarah TNI AU. Buku ini menjelaskan sejarah operasi penerbangan di awal kemerdekaan Indonesia, yang dijelaskan adalah penerbangan sipil dan juga operasi penerbangan militer yang dibatasi periode 1945 hingga 1950 dengan lingkup wilayahnya adalah penerbangan yang ada di Indonesia. Chappy Hakim tahun 2010 yang berjudul Berdaulat Di Udara: Membangun Citra Penerbangan. Buku tulisan Purnawirawan bintang empat (Marsekal) TNI AU dengan jabatan terakhirnya sebagai Kepala Staf TNI AU periode 2002 – 2005 ini berisi tentang gambaran umum penerbangan militer dan penerbangan sipil di Indonesia, buku tersebut juga menjelaskan tentang potret umum Bandar udara di Indonesia, namun tidak secara spesifik membahas bandara suatu daerah. Buku yang berjudul . Kepak Sayap Dari Lembah Bromo : Abdulrachman Saleh yang disusun oleh PENTAK Lanud Abd. Saleh Malang pada tahun 2003. Buku ini menjelaskan Sejarah Pangkalan Udara Bugis yang kemudian dikenal dengan nama Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh yang merupakan salah satu basis pertahanan Udara di Indonesia dengan jenis Pangkalan Udara tipe A atau tipe terbesar untuk Pangkalan Udara di
12
Indonesia. Dalam buku ini dijelaskan sejarah awal perebutan Pangkalan Udara Bugis dari Jepang hingga pembentukan Organisasinya. Trihadi, tahun 1971. Sedjarah Perkembangan Angkatan Udara. Yang diterbitkan oleh Pusat Sedjarah ABRI. Buku ini menjelaskan tentang sejarah TNI AU yang dimulai sejak kemerdekaan Indonesia hingga tahun 1970. Buku ini menjelaskan kiprah AURI dalam mempertahankan Indonesia pada awal terbentuknya BKR Udara hingga tahun 1970. Temuan penelitian ini menunjukan bahwa TNI melakukan reformasi sebelum tahun 1998, (dengan dibukanya penerbangan sipil pada tahun 1994 -1997 ). Demi kepentingan rakyat, maka TNI telah memberikan yang terbaik sehingga TNI manunggal dengan rakyat, termasuk perkembangan fungsi bandara. Tulisan Abdul Latif Bustami yang dimuat dalam majalah Komunikasi edisi Juli – Agustus 2011 yang berjudul Aeropetropolis ini menjelaskan tentang pentingnya keberadaan bandara bagi perkembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah dengan ditandai dengan mobilitas masyarakat yang tinggi. Jumlah penumpang yang semakin meningkat dan semakin banyaknya pembangunan bandara baru di Indonesia menunjukan bahwa kebutuhan pembangunan kota berbasis bandara dengan segala infrastruktur pendukungnya yang disebut aeropetropolis menjadi penting untuk diwujudkan. Dalam tulisan terdahulu baik dalam bentuk artikel, skripsi maupun buku tentang Sejarah TNI AU, Sejarah Abdulrachman Saleh, dan bandara secara umum tersebut belum ada yang menjelaskan temuan peneliti yang berjudul Dari Pangkalan Udara Militer hingga Bandar Udara Sipil : Perkembangan Fungsi Lapangan Udara Abdulrachman Saleh Malang (1952-2011) yang menjelaskan tentang bagaimana perkembangan Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh dan juga bagaimana proses perkembangan fungsi dari lapangan terbang yang awalnya hanya digunakan untuk operasi penerbangan militer hingga difungsikan juga untuk penerbangan sipil. TNI AU untuk meningkatkan kualitas personil dan persenjataan dengan dilakukan reformasi salah satunya adalah dengan memperluas fungsi lapangan terbang menjadi bandara sipil dengan legitimasi hukum dan akademis.
13
Keberadaan bandara sipil memberikan percepatan pertumbuhan ekonomi bagi Malang Raya dan sekitarnya. PENUTUP A. Kesimpulan Pangkalan udara (Lanud) Bugis yang sejak 17 Agustus 1952 diresmikan dengan nama Lanud Abdulrachman Saleh dibangun oleh pemerintahan Belanda pada era 19371940. Pemerintah Belanda pada awal pembangunannya sengaja membuat landasan cukup panjang karena letaknya yang strategis, sehingga dapat dipergunakan untuk landing dan take off pesawat – pesawat lebar seperti lebar seperti pesawat Bomber, Glynmartin, Fokker, dan pesawat Jagers. Pangkalan Udara sebagai wilayah teritorial TNI Angkatan Udara adalah merupakan sub sistem yang berfungsi sebagai unsur pendukung utama kekuatan udara baik yang langsung berkaitan dengan kegiatan operasi udara, operasi darat, dukungan logistik dan pemeliharaan alat utama sistem senjata udara, maupun sebagai markas kesatuan- kesatuan yang berada di pangkalan udara tersebut. Pangkalan udara Abdulrachman Saleh berada dibawah Komando Operasi Angkatan Udara II (Koopsau II) yang berpusat di Makasar. Wilayah Malang Raya merupakan wilayah yang memiliki potensi daerah yang dapat diandalkan antara lain sektor pendidikan, pertanian, industri, pariwisata maupun perdagangan. Keberadaan bandara Abdulrachman Saleh yang merupakan pelayanan pengguna jasa angkutan udara sipil yang diawali oleh Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh atau disebut juga enclave civil selain itu karena untuk membuat bandara baru diperlukan waktu yang lama, membutuhkan survey pendahuluan sekitar 5 tahun untuk mengetahui Wind Velocity Average (arah dan kecepatan angin rata-rata), sedangkan pada saat itu kebutuhan pengguna jasa transportasi udara yang semakin meningkat dan harus segera terpenuhi. Proses pembukaan bandara diawali dengan surat Bupati Malang nomor 050/461/421.113/2003 tanggal 14 April 2003 kepada Menteri Perhubungan perihal permohonan pengoperasian angkutan udara Melalui Abdulrachman saleh. Kemudian Gubernur Jawa Timur merespon keinginan Bupati Malang dengan mengirim surat kepada Dirjen Perhubungan Udara Nomor 553.2/4263/106/03 tanggal 6 juni 2003 perihal 14
rencana pengoperasian bandara Abdulrachman Saleh Malang. Pada tanggal 23 Mei 2005 Dirjen
Perhubungan
Udara
menyetujui
usulan
pembukaan
kembali
bandara
Abdulrachman Saleh Malang dengan diterbitkannya surat nomor 2416/PKP.0781/2005. Pada tanggal 25 Mei 2005 Penerbangan Sipil di Abdulrachman Saleh pertama kali dioperasikan dengan maskapai Sriwijaya Air. Dari data penumpang yang diperoleh dapat diketahui bahwa jumlah penumpang dari tahun 2005 hingga 2011 selalu meningkat menunjukkan adanya perkembangan ekonomi secara signifikan di wilayah Malang Raya dan sekitarnya. B. Saran Kebijakan Pemerintah Malang Raya, Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur tentang pengelolaan bandara Abdulrachman Saleh merupakan salah satu bentuk kerjasama lima pihak yang diwujudkan untuk kepentingan bersama dan demi terwujudnya pertumbuhan wilayah Malang Raya dan sekitarnya. Bagi rekan-rekan mahasiswa yang berminat pada penulisan tentang Bandar udara, penelitian tentang Bandar udara Abdulrachman Saleh bisa dikaji lebih lanjut. Penulisan tentang Bandar udara Abdulrachman Saleh ini bisa dikembangkan pada segi sosial masyarakat di sekitarnya. Pada kajian tentang sejarah Bandar udara dan TNI AU masih banyak yang belum dikaji, seperti sejarah penerbangan di Malang, Bandar udara dan perekonomian disekitarnya yang merupakan salah satu faktor pendukung berkembangnya suatu daerah, Peran rekan – rekan Prof. Abdulrachman Saleh seperti Adi Sutjipto, Adi Sumarmo, Halim Perdana Kusuma dalam merintis penerbangan awal di Indonesia juga belum diangkat menjadi topik penelitian.
DAFTAR RUJUKAN Ardiyanto, Noviar. 2003. Analisis kelayakan Bandar Udara Abdulrachman Saleh sebagai Bandar udara komersil ditinjau dari sisi potensi penumpang. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik. Skripsi (tidak diterbitkan): Universitas Brawijaya Malang. Bustami, Abd. Latif. Juli – Agustus 2011. Aeropetropolis. UM : Komunikasi. 9-10. Dinas Sejarah TNI AU.1980. Sejarah Operasi Penerbangan Indonesia Periode 1945 – 1950. Jakarta. 15
Erdawati. 2007. Sejarah Angkatan Udara (1970-1979) Jilid IV. Jakarta : DISPENAU. Herlina, Ninuk. 2003. Kepak Sayap Dari Lembah Bromo : Abdulrachman Saleh. Malang: PENTAK Lanud Abd. Saleh. Koentjaraningrat. 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Kuntowijoyo. 2001. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah.Yogyakarta:Tiara Wacana. Laporan Hasil Pelaksanaan Kegiatan 2011: Peningkatan kerjasama antar pemerintah daerah, koordinasi sinkronisasi dan fasilitasi dan pemantauan pelaksanaan pembangunan se-wilayah kerja BAKORWIL MALANG (Koordinasi, Fasilitasi kerjasama pengelolaan Bandara Abdulrachman Saleh Malang). Penetapan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor 76/48/Pon.2/KS/52 tanggal 17 Agustus 1952 Penetapkan nama pangkalan- pangkalan udara militer. Purbaningsih. 2002. Perkembangan Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh Malang 1945-2000. Jakarta: Diswatpersau. Subdisjarah. 2002. Perkembangan Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh – Malang 1945- 2000. Jakarta : Diswatpersau. Subdisjarah Dispenau. 2009. Peristiwa Heroik 29 Juli 1947. Jakarta : Dinas Penerangan Angkatan Udara. Susanto, Aries. 2006. Evaluasi Sisi Udara Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Malang dalam tahap pengembangan sebagai Bandar Udara Komersil. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik. Skripsi (tidak diterbitkan): Universitas Brawijaya Malang. Tim Dosen Sejarah. 2007. Suplemen Penulisan Skripsi. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Trihadi.1971. Sedjarah Perkembangan Angkatan Udara. Jakarta : Pusat Sedjarah ABRI. UPT Bandara.2011.Laporan Akhir Abdulrachman Saleh. Malang: tidak diterbitkan. Wawancara dengan Haza Ibnu Rasyad (District Manager Batavia Air Malang).
16