BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Tumbuhan memiliki senyawa bioaktif metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa diantaranya memiliki sifat antibakteri yang dapat dimanfaatkan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Saat ini banyak penelitian yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang tentunya dapat dimanfaatkan sebagai agensia antibakteri maupun kegunaan lainnya. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu buah tropika unggulan nasional Indonesia. Buah manggis pada umumnya dikonsumsi daging buahnya sedangkan kulitnya yang mencakup sepertiga bagian dibuang. Kulit buah manggis yang dikategorikan sebagai limbah, mengandung 62,05% air, 1,01% abu, 0,63% lemak, 0,71% protein, 1,17% gula dan 35,61% karbohidrat. Berbagai hasil penelitian menunjukkan kulit buah manggis kaya akan antioksidan terutama antosianin, xanthone, tannin dan asam fenolat yang bermanfaat sebagai anti diabetes, anti kanker, anti peradangan, hepatoprotektif, meningkatkan kekebalan tubuh, anti bakteri, anti fungi, antiplasmodial dan aktivitas sitotoksik (Anonim, 20013a).
1
Kulit buah manggis diketahui memiliki kandungan antosianin yang tinggi. Antosianin dapat dimanfaatkan dan telah diterima penggunaannya sebagai pewarna alami yang dapat menggantikan bahan pewarna sintetik (Wrolstad, 2000). Kandungan antosianin yang dimiliki kulit buah manggis menghasilkan warna merah, ungu, dan biru. Ketersediaan antosianin dalam kulit buah manggis mencapai 51% sedangkan biji anggur yang merupakan sumber antosianin utama di Eropa hanya mencapai 36% (Anonim, 2013a). Jumlah antosianin yang cukup tinggi ini dapat dimanfaatkan sebagai pewarna makanan yang aman. Kulit buah manggis secara tradisional telah digunakan oleh petani gula merah sebagai bahan untuk mencegah kerusakan nira pada proses penyadapan di pohon. Sundaram et al (1983) meneliti tentang kemampuan antibakteri dan antifungi dari α-mangostin dan empat turunannya. Senyawa tersebut diisolasi dari kulit buah manggis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella typhimurium, dan Bacillus subtilis sangat rentan terhadap senyawa xanthone, sedangkan Proteus sp., Klebsiella sp., dan Escherichia coli agak rentan terhadap xanthone.
Penelitian milik
Mahabusarakam et al. (1986) mengungkapkan bahwa senyawa mangostin, gartanin, γ-mangostin, 1-isomangostin dan 3-isomangostin yang diisolasi dari Garcinia mangostana L. memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan strain Staphylococcus aureus yang resisten terhadap penicillin. Xanthone diketahui memiliki sifat antibakteri,
2
antifungi, antioksidan, antitumor, dan anti peradangan. Gopalakrishnan et al. (1997) menemukan senyawa xanthon pada kulit buah manggis yang memiliki aktivitas antimikrobia terhadap kapang seperti Fusarium oxysporum, Alternaria tenuis dan Dreschlera oryzae. Senyawa-senyawa aktif dari kulit manggis dapat diperoleh dengan cara ekstraksi. Penelitian Geetha (2011) mengungkap bahwa ekstrak kulit manggis yang diekstrak menggunakan pelarut etanol memiliki aktivitas antibakteri yang tinggi. Pelarut lain yang juga dapat digunakan untuk mengekstrak kulit manggis yaitu aquades. Aquades sering disebut sebagai pelarut universal karena dapat melarutkan banyak zat kimia. Antosianin tergolong pigmen yang disebut flavonoid yang umumnya larut dalam air (Harborne, 1987). Namun sampai saat ini masih sedikit penelitian yang memanfaatkan aquades sebagai pelarut dalam ekstraksi kulit manggis. Dalam penelitian ini digunakan dua pelarut yaitu aquades dan etanol. Kedua pelarut ini digunakan untuk melihat perbedaan aktivitas antibakteri yang dihasilkan oleh ekstrak kulit buah manggis yang diekstrak dengan pelarut yang berbeda.
Dalam penelitian ini dipilih Staphylococus aureus dan Escherichia coli yang merupakan bakteri yang habitatnya sangat dekat dengan manusia. S. aureus merupakan bakteri yang habitat alaminya berada pada kulit manusia, kuku, dan rambut. E. coli merupakan indikator sanitasi yang mengindikasikan sanitasi yang kurang baik jika bahan makanan dan air
3
tercemar bakteri ini (Anonim, 2013b). S. aureus dan E. coli adalah bakteri yang paling sering menyebabkan gastroenteritis dan diare baik pada anakanak maupun orang dewasa. Resistensi bakteri terhadap antibakteri tertentu memiliki implikasi penting terhadap morbiditas dan mortalitas. Untuk mengatasi permasalahan resistensi ini diperlukan inovasi untuk menemukan antibakteri jenis baru yang dapat digunakan untuk menangani infeksi. Kombinasi pewarna makanan yang memiliki sifat antibakteri tentunya akan bermanfaat bagi industri pangan. Selain memberikan warna alami yang aman bagi kesehatan, sifat antibakteri akan membantu mengawetkan produk.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan untuk memanfaatkan kulit buah manggis sebagai alternatif bahan antibakteri, maka
muncul
permasalahan
yang
harus
dipecahkan.
Berbagai
permasalahan tersebut adalah sebagai berikut. 1. Apakah ekstrak aquades kulit manggis dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus? 2. Apakah ekstrak etanol kulit manggis dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus? 3. Bagaimanakah perbandingan antara aktivitas antibakteri ekstrak aquades kulit manggis dengan ekstrak etanol kulit manggis?
4
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan aktivitas antibakteri antara ekstrak aquades kulit buah manggis dan ekstrak etanol kulit buah manggis dalam konsentrasi tertentu terhadap bakteri patogen yaitu Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber informasi untuk memperluas pengetahuan mengenai manfaat antibakteri ekstrak kulit manggis terhadap bakteri patogen E. coli dan S. aureus. Selain itu, penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber informasi untuk perancangan ataupun rintisan produk baru yang memanfaatkan zat warna serta senyawa aktif dalam ekstrak kulit buah manggis sebagai inovasi pewarna makanan sekaligus agen antibakteri yang efektif dan aman bagi kesehatan.
5