DAMPAK TARIF IMPOR TERHADAP PASAR JAGUNG DI INDONESIA DALAM SKEMA LIBERALISASI PERDAGANGAN ASEAN FREE TRADE AREA
AULIA ISNAINI PUTRI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi Dampak Tarif Impor terhadap Pasar Jagung di Indonesia dalam Skema Liberalisasi Perdagangan ASEAN Free Trade Area adalah karya penulis dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini penulis melimpahkan hak cipta dari karya tulis penulis kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2013
Aulia Isnaini Putri NIM H44090012
ABSTRAK AULIA ISNAINI PUTRI. Dampak Tarif Impor terhadap Pasar Jagung di Indonesia dalam Skema Liberalisasi Perdagangan ASEAN Free Trade Area. Dibimbing oleh BONAR M. SINAGA dan NIA KURNIAWATI HIDAYAT. Jagung adalah kontributor terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan di Indonesia. Produksi jagung domestik tidak mampu memenuhi tingginya permintaan jagung. Oleh karena itu, terdapat gap atau ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan jagung, sehingga impor jagung tidak bisa dihindari. Implementasi ASEAN Free Trade Area telah diwujudkan dengan pengurangan dan penghapusan hambatan tarif. Tujuan dari penelitian adalah untuk: (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan jagung, (2) menganalisis dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap penawaran dan permintaan jagung, dan (3) menganalisis dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen jagung di Indonesia. Penelitian menggunakan data time series tahun 1986-2010. Model Perdagangan Jagung Indonesia dibangun sebagai sitem persamaan simultan dan disetimasi menggunakan metode Two Stage Least Squares (2SLS). Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA atau non AFTA menyebabkan penurunan surplus produsen. Oleh karena itu, kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani dapat mengkompensasi penurunan surplus produsen sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan (net surplus). Kata kunci: jagung, AFTA, tarif impor, kesejahteraan produsen dan konsumen
ABSTRACT AULIA ISNAINI PUTRI. The Impact of Import Tariff on Maize Market in Indonesia in the Scheme of Trade Liberalization of ASEAN Free Trade Area. Supervised by BONAR M. SINAGA and NIA KURNIAWATI HIDAYAT. Maize is the second largest contributior after rice in food crops subsector in Indonesia. The domestic maize production is unable to meet the high demand for maize. Therefore, there is a gap or an imbalance between supply and demand for maize, so that maize import cannot be avoided. The implementation of ASEAN Free Trade Area has been realized by reducing and eliminating tariff barriers. The purposes of the study were to: (1) identify factors that affect the supply and demand for maize, (2) analyze the impact of changes in internal and external factors on the supply and demand for maize, and (3) analyze the impact of changes in internal and external factors on the welfare of produsers and consumers of maize in Indonesia. The study used time series data from 19862010. Indonesian Maize Trade model is constructed as a system of simultaneous equations and estimated method using Two Stage Least Squares (2SLS). The elimination of Indonesian maize import tariff from AFTA or non AFTA countries leading to decreased producer surplus. Therefore, the combination of eliminating of Indonesian maize import tariff from AFTA and non AFTA countries, decreasing in the retail price of urea fertilizer, and increasing of maize prices at the farm level can compensate the decreasing of producer surplus so that the welfare can be increased (net surplus). Key words: maize, AFTA, import tariff, producers and consumers welfare
DAMPAK TARIF IMPOR TERHADAP PASAR JAGUNG DI INDONESIA DALAM SKEMA LIBERALISASI PERDAGANGAN ASEAN FREE TRADE AREA
AULIA ISNAINI PUTRI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
kripsi
Dampak Tarif Impor terhadap Pasar Jagung di Indonesia dalam Skema Liberalisasi Perdagangan ASEAN Free Trade Area Aulia Isnaini Putri H44090012
Disetujui oleh
• f. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Pembimbing I
- anggal Lulus:
1 8 OCT 2 3
Nia Kurniawati Hidayat, SP, MSi Pembimbing II
Judul Skripsi Nama NIM
: Dampak Tarif Impor terhadap Pasar Jagung di Indonesia dalam Skema Liberalisasi Perdagangan ASEAN Free Trade Area : Aulia Isnaini Putri : H44090012
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Pembimbing I
Nia Kurniawati Hidayat, SP, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 sampai Oktober 2013 adalah perdagangan pertanian, dengan judul “Dampak Tarif Impor terhadap Pasar Jagung di Indonesia dalam Skema Liberalisasi Perdagangan ASEAN Free Trade Area”. Terima kasih penulis ucapkan kepada orang tua penulis tercinta, Ujang Iim, SE dan Nina Widyaningsih, SPd, adik-adik dan kakak penulis tersayang, Fiqri Fauzie, Rizki Akbar, dan Muhamad Ikhsan Nur Karim serta seluruh keluarga atas do’a dan kasih sayangnya. Terima kasih juga kepada Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA dan Nia Kurniawati Hidayat, SP, MSi selaku dosen pembimbing serta Hastuti, SP, MP, MSi dan Novindra, SP, MSi selaku dosen ESL yang telah banyak memberikan saran. Terima kasih kepada Bapak Adi Hadianto, SP, MSi sebagai penguji utama yang telah memberikan saran dan masukannya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada dosen dan staf sekretariat Departemen ESL yang telah membantu penulis selama perkuliahan dan penyusunan skripsi, serta seluruh staf sekretariat sekolah Pascasarjana EPN (Mba Yani, Mba Ina, Bu Kokom, Mas Johan, Pa Husen, dan Pa Erwin) yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi. Terimakasih juga kepada teman sebimbingan Apriliana, Siti Komalasari, Citra Paramitha, Anindyah Nur Rahmah, Nur Aisyah, Mba Rena (EPN 2010) yang banyak memberikan masukan dan bantuan kepada penulis, teman-teman Wisma Shambala (Senia, Resti, Citra, Sinta, Mbahe, Mba Rice, Nida, Amel, Nindi, dan Ega) atas motivasi, semangat, dan bantuannya dalam penyusunan skripsi, serta Lia Nur Alia Rahmah, Nur Afniati Duri, Dita Maulida, Chintia Kartika Novianty, Affitri Wulansuci, Edwina Firdhatarie Minaputri dan seluruh teman-teman ESL 46 atas kebersamaannya. Bogor, Oktober 2013 Aulia Isnaini Putri
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .............................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................
xvi
I. PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1. Latar Belakang .............................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah .....................................................................
4
1.3. Tujuan Penelitian .........................................................................
6
1.4. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................
6
II. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
9
2.1. Gambaran Umum Penggunaan Jagung Domestik .........................
9
2.2. Sejarah ASEAN Free Trade Area ................................................
10
2.3. Konsep dan Definisi Tarif Impor ..................................................
11
2.4. Penelitian Terdahulu ....................................................................
13
2.4.1. Penelitian tentang Pasar Jagung .........................................
13
2.4.2. Penelitian tentang Dampak Tarif Impor .............................
13
2.5. Kebaruan Penelitian .....................................................................
18
III. KERANGKA PEMIKIRAN..............................................................
19
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................
19
3.1.1. Permintaan Jagung untuk Konsumsi Langsung ..................
19
3.1.2. Permintaan Jagung untuk Industri Pakan ...........................
20
3.1.3. Fungsi Impor Jagung .........................................................
21
3.1.4. Respon Bedakala Produksi Komoditas Pertanian ...............
22
3.1.5. Model Persamaan Simultan ...............................................
23
3.1.6. Surplus Produsen dan Konsumen.......................................
23
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .................................................
24
IV. METODE PENELITIAN ..................................................................
27
4.1. Jenis dan Sumber Data .................................................................
27
4.2. Spesifikasi Model Perdagangan Jagung Indonesia .......................
27
4.2.1. Luas Areal Jagung Indonesia .............................................
29
4.2.2. Produktivitas Jagung Indonesia .........................................
29
ix
4.2.3. Produksi Jagung Indonesia .......................................................
30
4.2.4. Penawaran Jagung Indonesia ....................................................
30
4.2.5. Permintaan Jagung Indonesia ..................................................
30
4.2.5.1. Permintaan Jagung untuk Konsumsi Langsung ...........
30
4.2.5.2. Permintaan Jagung untuk Industri Pakan ....................
31
4.2.5.3. Permintaan Jagung Indonesia .....................................
32
4.2.6. Harga Riil Jagung Indonesia .....................................................
32
4.2.6.1. Harga Riil Jagung di Tingkat Petani Indonesia ...........
32
4.2.6.2. Harga Riil Jagung Pedagang Besar Indonesia .............
33
4.2.6.3. Harga Riil Jagung Eceran Indonesia ...........................
34
4.2.6.4. Harga Riil Jagung Impor Indonesia dari ASEAN ........
34
4.2.6.5. Harga Riil Jagung Impor Indonesia dari Non ASEAN
35
4.2.7. Impor Jagung Indonesia ...........................................................
36
4.2.7.1. Impor Jagung Indonesia dari Thailand ........................
36
4.2.7.2. Impor Jagung Indonesia dari Myanmar .......................
37
4.2.7.3. Impor Jagung Indonesia dari ASEAN .........................
38
4.2.7.4. Impor Jagung Indonesia dari China ............................
38
4.2.7.5. Impor Jagung Indonesia dari Amerika Serikat ............
39
4.2.7.6. Impor Jagung Indonesia dari Non ASEAN .................
39
4.2.7.7. Impor Jagung Indonesia .............................................
40
4.2.8. Ekspor Impor Jagung Dunia .....................................................
40
4.2.8.1. Ekspor Jagung Amerika Serikat ..................................
40
4.2.8.2. Ekspor Jagung Argentina............................................
41
4.2.8.3. Total Ekspor Jagung Dunia ........................................
41
4.2.8.4. Impor Jagung Jepang ..................................................
42
4.2.8.5. Impor Jagung Korea Selatan .......................................
42
4.2.8.6. Total Impor Jagung Dunia ..........................................
43
4.2.9. Harga Riil Jagung Dunia ..........................................................
43
4.3. Identifikasi dan Estimasi Model ..........................................................
44
4.4. Uji Statistik ..........................................................................................
45
4.5. Validasi Model .....................................................................................
48
4.6. Simulasi Model ....................................................................................
49
x
4.7. Analisis Perubahan Indikator Kesejahteraan ................................
51
V. KERAGAAN PASAR JAGUNG INDONESIA ...............................
53
5.1. Perkembangan Luas Areal, Produktivitas, dan Produksi Jagung Indonesia ....................................................................................
53
5.2. Perkembangan Ekspor, Impor, dan Penawaran Jagung Indonesia
54
5.3. Perkembangan Penggunaan Jagung di Indonesia ........................
55
5.4. Perkembangan Produksi pada Lima Negara Produsen Utama Dunia .........................................................................................
55
5.5. Perkembangan Ekspor Jagung pada Lima Negara Eksportir Utama Dunia ..............................................................................
56
5.6. Perkembangan Impor Jagung pada Lima Negara Importir Utama Dunia .........................................................................................
57
VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG ......................................................
59
6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model ......................................
59
6.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran dan Permintaan Jagung ........................................................................................
60
6.2.1. Luas Areal Jagung Indonesia ...........................................
60
6.2.2. Produktivitas Jagung Indonesia ........................................
61
6.2.3. Produksi Jagung Indonesia ...............................................
62
6.2.4. Penawaran Jagung Indonesia............................................
62
6.2.5. Permintaan Jagung Indonesia ...........................................
63
6.2.5.1. Permintaan Jagung untuk Konsumsi Langsung ..
63
6.2.5.2. Permintaan Jagung untuk Industri Pakan ...........
64
6.2.5.3. Permintaan Jagung Indonesia ............................
65
6.2.6. Harga Riil Jagung Indonesia ............................................
65
6.2.6.1. Harga Riil Jagung di Tingkat Petani Indonesia ..
65
6.2.6.2. Harga Riil Jagung Pedagang Besar Indonesia ....
66
6.2.6.3. Harga Riil Jagung Eceran Indonesia ..................
67
6.2.6.4. Harga Riil Jagung Impor Indonesia dari ASEAN ............................................................
68
6.2.6.5. Harga Riil Jagung Impor Indonesia dari Non ASEAN ............................................................
69
6.2.7. Impor Jagung Indonesia ...................................................
71
6.2.7.1. Impor Jagung Indonesia dari Thailand ...............
71
xi
6.2.7.2. Impor Jagung Indonesia dari Myanmar ...............
72
6.2.7.3. Impor Jagung Indonesia dari ASEAN ..................
73
6.2.7.4. Impor Jagung Indonesia dari China .....................
73
6.2.7.5. Impor Jagung Indonesia dari Amerika Serikat .....
74
6.2.7.6. Impor Jagung Indonesia dari Non ASEAN ..........
75
6.2.7.7. Impor Jagung Indonesia ......................................
76
6.2.8. Ekspor Impor Jagung Dunia ..............................................
76
6.2.8.1. Ekspor Jagung Amerika Serikat ..........................
76
6.2.8.2. Ekspor Jagung Argentina ....................................
77
6.2.8.3. Ekspor Jagung Dunia ..........................................
78
6.2.8.4. Impor Jagung Jepang...........................................
78
6.2.8.5. Impor Jagung Korea Selatan................................
79
6.2.8.6. Impor Jagung Dunia ............................................
80
6.2.9. Harga Riil Jagung Dunia....................................................
81
VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG ................................................................
83
7.1. Hasil Validasi Model ....................................................................
83
7.2. Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Penawaran dan Permintaan Jagung ...............................................
83
7.2.1. Faktor Internal ...................................................................
83
7.2.1.1. Tarif Impor Jagung..............................................
83
7.2.1.2. Harga Eceran Pupuk Urea dan Harga Jagung di Tingkat Petani ....................................................
85
7.2.2. Faktor Eksternal ................................................................
87
7.2.3. Kombinasi Perubahan Faktor Internal dan Eksternal ..........
88
7.2.4. Rekapitulasi Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Penawaran dan Permintaan Jagung......
90
VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KESEJAHTERAAN PRODUSEN DAN KONSUMEN JAGUNG ..........................................................
95
8.1. Faktor Internal ..............................................................................
95
8.1.1. Tarif Impor Jagung ............................................................
95
8.1.2. Harga Eceran Pupuk Urea dan Harga Jagung di Tingkat Petani ...............................................................................
98
xii
8.2. Faktor Eksternal .........................................................................
99
8.3. Kombinasi Perubahan Faktor Internal dan Eksternal ..................
100
8.4. Rekapitulasi Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Jagung..... .......
102
IX. SIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
105
9.1. Simpulan ....................................................................................
105
9.2. Saran ..........................................................................................
106
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................
107
LAMPIRAN ......................................................................................
111
RIWAYAT HIDUP ...........................................................................
195
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011 ........................................................ 1 2. Perkembangan Impor Jagung Indonesia Tahun 2008-2012 .....................
3
3. Penggunaan Jagung di Indonesia Tahun 2008-2011................................
4
4. Ketidakseimbangan antara Penawaran dan Permintaan Jagung di Indonesia Tahun 2008-2011 ...................................................................
5
5. Penelitian Terdahulu tentang Pasar Jagung .............................................
14
6. Penelitian Terdahulu tentang Dampak Tarif Impor .................................
16
7. Perkembangan Luas Areal, Produktivitas, dan Produksi Jagung di Indonesia Tahun 2001-2010 ...................................................................
53
8. Perkembangan Ekspor, Impor, dan Penawaran Jagung Indonesia Tahun 2001-2010 ..............................................................................................
54
9. Perkembangan Penggunaan Jagung di Indonesia Tahun 2001-2010 ........
55
10. Perkembangan Produksi pada Lima Negara Produsen Utama Dunia Tahun 2001-2010 ...................................................................................
56
11. Perkembangan Ekspor Jagung pada Lima Negara Eksportir Utama Dunia Tahun 2001-2010 .........................................................................
57
12. Perkembangan Impor Jagung pada Lima Negara Impotir Utama Dunia Tahun 2001-2010 ...................................................................................
58
13. Hasil Estimasi Parameter Luas Areal Jagung Indonesia ..........................
60
14. Hasil Estimasi Parameter Produktivitas Jagung Indonesia ......................
62
15. Hasil Estimasi Parameter Permintaan Jagung untuk Konsumsi Langsung ...............................................................................................
63
16. Hasil Estimasi Parameter Permintaan Jagung untuk Industri Pakan ........
64
17. Hasil Estimasi Parameter Harga Riil Jagung di Tingkat Petani Indonesia ................................................................................................
66
18. Hasil Estimasi Parameter Harga Riil Jagung Pedagang Besar Indonesia .
67
19. Hasil Estimasi Parameter Harga Riil Jagung Eceran Indonesia ...............
68
20. Hasil Estimasi Parameter Harga Riil Jagung Impor Indonesia dari ASEAN ..................................................................................................
69
21. Hasil Estimasi Parameter Harga Riil Jagung Impor Indonesia dari Non ASEAN ..................................................................................................
70
22. Hasil Estimasi Parameter Impor Jagung Indonesia dari Thailand ............
71
xiv
23. Hasil Estimasi Parameter Impor Jagung Indonesia dari Myanmar ..........
72
24. Hasil Estimasi Parameter Impor Jagung Indonesia dari China ................
74
25. Hasil Estimasi Parameter Impor Jagung Indonesia dari Amerika Serikat
75
26. Hasil Estimasi Parameter Ekspor Jagung Amerika Serikat .....................
77
27. Hasil Estimasi Parameter Ekspor Jagung Argentina ...............................
77
28. Hasil Estimasi Parameter Impor Jagung Jepang ......................................
79
29. Hasil Estimasi Parameter Impor Jagung Korea Selatan...........................
80
30. Hasil Estimasi Parameter Harga Riil Jagung Dunia ................................
81
31. Dampak Perubahan Tarif Impor Jagung terhadap Penawaran dan Permintaan Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010 .................................
84
32. Dampak Perubahan Harga Eceran Pupuk Urea dan Harga Jagung di Tingkat Petani terhadap Penawaran dan Permintaan Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010 ...................................................................
86
33. Dampak Perubahan Faktor Eksternal terhadap Penawaran dan Permintaan Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010 .................................
87
34. Dampak Kombinasi Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Penawaran dan Permintaan Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010 ........
89
35. Rekapitulasi Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Penawaran dan Permintaan Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010 ........
92
36. Dampak Perubahan Tarif Impor Jagung terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010 ............
96
37. Dampak Perubahan Harga Eceran Pupuk Urea dan Harga Jagung di Tingkat Petani terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010 ...............................................................
98
38. Dampak Perubahan Faktor Eksternal terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010 ...........................
100
39. Dampak Kombinasi Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010..............................................................................................
101
40. Rekapitulasi Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010..............................................................................................
103
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman 1. Dampak Pemberlakuan Tarif Impor........................................................ 12 2. Surplus Produsen dan Konsumen pada Kondisi Keseimbangan Pasar .....
24
3. Diagram Alur Kerangka Pemikiran Operasional .....................................
25
4. Diagram Keterkaitan Variabel dalam Model Perdagangan Jagung di Indonesia ................................................................................................
28
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 1. Data dan Sumber Data Model Perdagangan Jagung Indonesia Tahun 1986-2010.............................................................................................. 112 2. Rekapitulasi Persamaan dalam Model Perdagangan Jagung Indonesia....
118
3. Definisi Operasional Variabel Endogen dan Eksogen dalam Model Perdagangan Jagung Indonesia ...............................................................
119
4. Program Komputer Estimasi Parameter Model Perdagangan Jagung Indonesia Menggunakan Metode 2SLS dan Prosedur SYSLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1..................................................................
122
5. Hasil Estimasi Parameter Model Perdagangan Jagung Indonesia Menggunakan Metode 2SLS dan Prosedur SYSLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 ................................................................................
127
6. Program Komputer Uji Multicollinearity Model Perdagangan Jagung Indonesia Menggunakan nilai VIF dengan Software SAS/ETS Versi 9.1
145
7. Hasil Uji Multicollinearity Model Perdagangan Jagung Indonesia Menggunakan nilai VIF dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 ................
150
8. Program Komputer Validasi Model Perdagangan Jagung Indonesia Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1..................................................................
168
9. Hasil Validasi Model Perdagangan Jagung Indonesia Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 ................................................................................................
174
10. Program Komputer Simulasi Historis Tahun 2003-2010 Model Perdagangan Jagung Indonesia Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 ......................
178
11. Hasil Simulasi Historis Tahun 2003-2010 Model Perdagangan Jagung Indonesia Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1......................................................
185
2
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penyerap tenaga kerja dan sektor yang memberikan sumber pendapatan bagi sebagian penduduk warga negara Indonesia. Sektor ini memberikan nilai yang tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi dilihat dari nilai yang diberikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Peranan pertanian dalam meningkatkan nilai PDB disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Pendapatan Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011 (Rp Miliar) Lapangan Usaha
2008
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan 284 619.1 Perikanan 2. Pertambangan dan 172 496.3 Penggalian 557 764.4 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas, dan Air 14 994.4 Bersih 131 009.6 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel, 363 818.2 dan Restoran 7. Pengangkutan dan 165 905.5 Komunikasi 8. Keuangan, Real Estate, 198 799.6 dan Jasa 193 049.0 9. Jasa-jasa Sumber : Badan Pusat Statistik (2012a)
2009
2010
2011
Rata-rata Laju (%/Tahun)
295 883.8
304 777.1
315 036.8
3.4
180 200.5
187 152.5
189 761.4
3.2
570 102.5
597 134.9
633 781.9
4.4
17 136.8
18 050.2
18 921.0
8.1
140 267.8
150 022.4
159 993.4
7.0
368 463.0
400 474.9
437 199.7
6.4
192 198.8
217 980.4
241 298.0
13.3
209 163.0
221 024.2
236 146.6
6.0
205 434.2
217 842.2
232 537.7
6.4
Nilai PDB sektor pertanian berdasarkan lapangan usaha cukup tinggi jika dibandingkan dengan sembilan sektor lainnya, namun nilai tersebut masih lebih kecil dari sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Nilai PDB sektor pertanian mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai 2011. Tahun 2008 nilai yang diberikan oleh sektor ini yaitu Rp 284.62 Triliun dan semakin meningkat hingga tahun 2011 menjadi Rp 315.04 Triliun dengan rata-rata laju nilai PDB sebesar 3.40 persen per tahun. Subsektor tanaman pangan adalah bagian dari sektor pertanian dan kontribusi tanaman pangan
terhadap
nilai
PDB
sektor
pertanian
cukup
besar
yaitu
2
48.93 persen pada tahun 2011 (Badan Pusat Statistik, 2011). Hal tersebut menunjukan besarnya peranan tanaman pangan dalam memacu pertumbuhan sektor pertanian dan perekonomian nasional. Jagung adalah kontributor terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan (Kementerian Pertanian, 2012). Jagung juga memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif terhadap kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau sebagai tanaman alternatif di lahan kering (Sarasutha, 2002). Produksi jagung dari tahun 2008 sampai 2011 mengalami peningkatan dari 16.32 Juta Ton menjadi 17.64 Juta Ton (Badan Pusat Statistik, 2012b), namun laju produksi jagung Indonesia masih lamban akibat rendahnya produktivitas dan terbatasnya areal pertanaman sehingga terjadinya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan dalam negeri. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah memutuskan untuk melakukan impor sehingga impor jagung Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya (Kariyasa dan Sinaga, 2004). Pada tahun 1968 sampai 1976 Indonesia adalah negara net eksportir jagung sedangkan mulai tahun 1977 Indonesia menjadi negara net importir karena semakin berkembangnya industri pakan dalam negeri yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksi jagung (Aldillah, 2006). Liberalisasi perdagangan ditandai dengan semakin meningkatkanya arus perdagangan barang dan jasa diantara negara-negara di dunia. Perdagangan bebas tersebut memberikan peluang terbukanya ruang yang lebih besar untuk memperluas volume usaha pertanian (Rahman, 2013). Kesadaran akan manfaat adanya perdagangan internasional bagi kesejahteraan penduduknya mendorong sejumlah negara tetangga untuk membentuk organisasi kerjasama ekonomi regional dalam membangun kekuatan ekonomi bersama. Salah satu kerjasama perdagangan bebas regional yang diikuti oleh negara Indonesia adalah kerjasama pada kawasan perdagangan bebas ASEAN yang dikenal dengan ASEAN Free Trade Area (AFTA). Isi kebijakan yang tertuang dalam AFTA diantaranya yaitu penurunan tarif hingga menjadi nol sampai lima persen, penghapusan pembatasan kuantitatif, dan hambatan-hambatan non tarif lainnya. Sejak kesepakatan AFTA mulai diberlakukan di Indonesia, produk-produk impor asal negara ASEAN banyak memasuki pasar domestik. Dalam kondisi
3
tersebut volume jagung yang diimpor akan meningkat karena jagung merupakan salah satu komoditas yang sensitif terhadap harga (Dermoredjo, 2012). Perkembangan impor jagung Indonesia tahun 2008 sampai 2012 disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Impor Jagung Indonesia Tahun 2008-2012 Tahun
Keterangan
2008 Sebelum penghapusan tarif dari negara AFTA 2009 2010 Setelah penghapusan tarif dari negara 2011 AFTA 2012 Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)
Impor (000 Ton) 273 221.00 333 932.00 1 521 773.00 3 144 421.00 1 687 075.00
Rata-rata Laju (%/Tahun) 0.22
1.39
Sebelum penghapusan tarif dari negara AFTA jumlah impor jagung Indonesia meningkat tahun 2008 sampai 2009 dari 273 221 Ton menjadi 333.932 Ton dengan rata-rata laju peningkatan sebesar 0.22 persen per tahun. Setelah penghapusan tarif dari negara AFTA tahun 2010 sampai 2012 rata-rata laju impor jagung Indonesia meningkat lebih besar yaitu 1.39 persen per tahun. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa terlibatnya Indonesia dalam kerjasama AFTA menyebabkan impor jagung Indonesia lebih besar daripada sebelumnya. Di pasar internasional penggunaan jagung semakin kompetitif, karena penggunaan jagung tidak hanya digunakan untuk bahan baku pakan ternak dan industri makanan, melainkan juga untuk bahan bakar nabati (biofuel) (Swastika et al., 2011). Penggunaan jagung untuk bahan bakar nabati, khususnya etanol telah berdampak pada penawaran jagung di pasar dunia karena Amerika Serikat sebagai negara produsen etanol terbesar di dunia merupakan eksportir terbesar jagung dunia. Dampak tersebut dirasakan oleh Indonesia sebagai negara yang masih mengimpor jagung untuk memenuhi permintaan domestiknya. Kebijakan dalam membatasi hambatan perdagangan berupa penurunan dan penghapusan tarif impor berdampak terhadap pasar jagung termasuk besarnya penawaran dan permintaan jagung domestik. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penawaran dan permintaan jagung, serta dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap penawaran dan permintaan jagung serta kesejahteraan produsen dan konsumen jagung. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini penting untuk dilakukan.
4
1.2. Perumusan Masalah Produksi jagung yang tinggi memiliki laju yang lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan jagung domestik. Industri jagung domestik masih dihadapkan pada persoalan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan jagung yang semakin mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kebutuhan dan penggunaan jagung memiliki laju yang cepat karena kebutuhannya untuk konsumsi langsung, industri pakan, dan kebutuhan lainnya yang cenderung meningkat setiap tahunnya. Penggunaan jagung di Indonesia tahun 2008 sampai 2011 disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Penggunaan Jagung di Indonesia Tahun 2008-2011 (000 Ton) Penggunaan Jagung Domestik Tahun Konsumsi Langsung Industri Pakan Kebutuhan Lain 2008 8 900.00 4 400.00 4 500.00 2009 8 800.00 4 500.00 4 300.00 2010 9 800.00 5 400.00 4 400.00 2011 10 300.00 5 800.00 4 500.00 Rata-rata Laju (%/Tahun) Sumber: United States Department of Agriculture (2012a)
Total 17 800.00 17 600.00 19 600.00 20 600.00 5.11
Penggunaan jagung di Indonesia secara umum dibagi menjadi tiga yaitu penggunaan jagung untuk konsumsi langsung, penggunaan jagung untuk industri pakan, dan penggunaan jagung untuk kebutuhan lain. Jumlah jagung yang digunakan mengalami peningkatan untuk semua penggunaan jagung. Pada tahun 2008 total penggunaan jagung adalah 1.78 Juta Ton dan meningkat hingga tahun 2011 sebesar 20.60 Juta Ton dengan rata-rata laju penggunaan jagung yaitu 5.11 persen per tahun. Pesatnya perkembangan usaha peternakan ayam ras di Indonesia merupakan faktor utama yang mendorong pesatnya laju permintaan jagung di pasar domestik (Malian, 2004). Pasar jagung domestik masih dihadapkan pada persoalan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan jagung baik untuk konsumsi langsung maupun konsumsi tidak langsung (industri) yang selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selain itu, produksi jagung memiliki laju yang lebih rendah daripada laju penggunaan jagung sehingga mengakibatkan adanya ketidakseimbangan antara penawaran dengan permintaan jagung domestik. Ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan jagung tersebut disajikan pada Tabel 4.
5
Tabel 4. Ketidakseimbangan Antara Penawaran dan Permintaan Jagung di Indonesia Tahun 2008-2011 (000 Ton) Tahun 2008 2009 2010 2011 Sumber Keterangan
Ketidakseimbangan (Penawaran – Permintaan) 9 867.00 17 800.00 -7 933.00 8 147.00 17 600.00 -9 453.00 7 456.00 19 600.00 -12 144.00 9 557.00 20 600.00 -11 043.00 Rata-rata/Tahun 10 143.25 : United States Department of Agriculture (2012b) : a Produksi + Stok t-1 – Ekspor b Permintaan total (permintaan jagung untuk konsumsi langsung + permintaan jagung untuk industri pakan + permintaan jagung untuk kebutuhan lain)
Penawarana
Permintaanb
Penawaran jagung memiliki jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan permintaan jagung di Indonesia dari tahun 2008 sampai 2011. Pada tahun 2008 penawaran jagung yaitu 9.87 Juta Ton sedangkan permintaan jagung adalah 17.80 Juta Ton sehingga besarnya ketidakseimbangan antara penawaran dengan permintaan jagung adalah 7.93 Juta Ton. Jumlah penawaran jagung yaitu 9.56 Juta Ton pada tahun 2012 sedangkan permintaan jagung adalah 20.60 Juta Ton sehingga ketidakseimbangan antara penawaran dengan permintaan jagung yaitu 11.04 Juta Ton. Besarnya ketidakseimbangan tersebut diatasi pemerintah dengan melakukan impor jagung. Tingginya kebutuhan bahan baku jagung yang tidak dapat dipenuhi oleh produksi domestik semakin meningkatkan impor terhadap jagung. Tinginya impor jagung tersebut cukup beralasan mengingat harga jagung impor relatif rendah dibandingkan dengan harga jagung di pasar domestik, disertai terjaminnya kualitas produk impor (Rachman, 2001). Setelah tahun 1980, ketergantungan negara Indonesia pada impor jagung semakin meningkat akibat berkembangnya industri peternakan (Kariyasa dan Sinaga, 2004). Banyaknya impor jagung yang memasuki pasar domestik akibat kerjasama Indonesia melalui AFTA semakin meningkatkan impor jagung Indonesia. Impor jagung Indonesia yang berasal dari anggota AFTA diperoleh dari Malaysia, Myanmar, Philipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Impor jagung Indonesia dari ASEAN dengan pangsa impor terbesar terhadap total impor jagung Indonesia adalah Thailand yaitu 30.25 persen, kemudian Myanmar sebesar 5.14 persen.
6
Penghapusan tarif impor jagung sesuai skema AFTA berdampak pada pasar jagung yaitu penawaran dan permintaan jagung beserta dengan kesejahteraan produsen dan konsumen jagung di Indonesia. Sehubungan dengan uraian di atas perumusan masalah adalah: 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penawaran dan permintaan jagung di Indonesia? 2. Bagaimana dampak perubahan faktor internal (tarif impor jagung, harga eceran pupuk urea, dan harga jagung di tingkat petani) dan eksternal (produksi jagung Amerika Serikat dan konsumsi jagung Jepang) terhadap penawaran dan permintaan jagung di Indonesia? 3. Bagaimana dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen jagung di Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian adalah: 1. Mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
penawaran
dan
permintaan jagung di Indonesia. 2. Menganalisis dampak perubahan faktor internal (tarif impor jagung, harga eceran pupuk urea, dan harga jagung di tingkat petani) dan eksternal (produksi jagung Amerika Serikat dan konsumsi jagung Jepang) terhadap penawaran dan permintaan jagung di Indonesia. 3. Menganalisis dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen jagung di Indonesia. 1.4. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian difokuskan untuk mengkaji dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap pasar jagung di Indonesia dalam skema liberalisasi perdagangan AFTA. Dampak kebijakan tersebut dilihat dari kesejahteraan pelaku ekonomi jagung secara keseluruhan. Oleh karena itu ruang lingkup dan keterbatasan adalah: 1. Jagung yang dianalisis adalah jagung dengan kode HS 100509000.
7
2. Data yang digunakan adalah data tahunan dari tahun 1986 sampai 2010. 3. Penelitian tidak melakukan diaagregarasi wilayah sentra produksi di Indonesia, sehingga data luas areal dan produktivtas jagung yang digunakan adalah luas areal dan produktivitas jagung Indonesia. 4. Data impor jagung yang digunakan adalah data jumlah dan nilai impor jagung Indonesia, data tersebut tidak dibedakan berdasakan jenis-jenis jagung yang di impor. Penelitian membatasi impor jagung dari negara asal impor jagung yaitu Thailand dan Myanmar sebagai perwakilan dari ASEAN dan China, Argentina, dan Amerika Serikat sebagai perwakilan dari non ASEAN. Kelima negara tersebut diambil karena memiliki pangsa terbesar terhadap total impor jagung Indonesia. 5. Data harga impor jagung Indonesia yang digunakan tidak dibedakan berdasarkan asal negara impornya. Data harga impor jagung yang digunakan adalah data harga impor jagung Indonesia dari ASEAN dan non ASEAN. 6. Skenario simulasi yang digunakan mencakup perubahan faktor internal (tarif impor jagung, harga eceran pupuk urea, dan harga jagung di tingkat petani) dan eksternal (produksi jagung Amerika Serikat dan konsumsi jagung Jepang). 7. Simulasi tarif impor jagung yang dilakukan dilakukan sesuai dengan skema penghapusan dan penurunan tarif sesuai skema AFTA, sehingga tidak dilakukan simulasi tarif diluar perjanjian tersebut. 8. Permintaan
jagung
Indonesia
hanya
didisagregasi
berdasarkan
penggunaannya yaitu penggunaan jagung untuk konsumsi langsung, industri pakan, dan kebutuhan lain.
8
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Penggunaan Jagung Domestik Menurut Kementerian Pertanian (2011), secara umum penggunaan jagung di Indonesia adalah untuk konsumsi langsung, industri pakan, dan kebutuhan lain. Penggunaan jagung untuk konsumsi langsung adalah jagung yang tersedia untuk dikonsumsi oleh penduduk suatu negara atau daerah, pada tingkat pedagang pengecer dalam suatu kurun waktu tertentu. Penggunaan jagung untuk pakan merupakan jagung yang langsung diberikan kepada ternak peliharaan seperti unggas. Kementerian Perdagangan (2010) menjelaskan bahwa komponen utama pakan ternak adalah jagung, bungkil kedelai, dan tepung ikan. Hanya jagung yang dapat diproduksi dalam jumlah yang memadai dari ketiga komponen tersebut. Selain itu, tingginya penggunaan jagung untuk bahan pakan ternak disebabkan oleh harga jagung yang relatif murah, mengandung kalori tinggi, mempunyai protein dengan kandungan asam amino yang lengkap, mudah diproduksi, dan digemari oleh ternak. Jenis ternak yang menggunakan bahan baku pakan dari jagung adalah ternak unggas (ayam ras petelur dan pedaging) dan ternak ruminasia (sapi potong dan babi). Mulai tahun 1994, ketergantungan pabrik pakan terhadap jagung impor sangat tinggi. Hal tersebut dilihat dari penggunaan jagung impor untuk kebutuhan pakan sebesar 40.29 persen, bahkan tahun 2000 penggunaan jagung impor dan jagung domestik dalam pembuatan pakan ternak hampir berimbang sebesar 47.04 persen dan 52.96 persen (Kariyasa, 2003). Selama periode 1990 sampai 2005 pangsa penggunaan jagung impor mengalami peningkatan yang cukup tajam yaitu 11.81 persen per tahun, sebaliknya pangsa penggunaan jagung produksi domestik cenderung mengalami penurunan sebesar 3.77 persen per tahun (Edward, 2008). Penggunaan jagung untuk kebutuhan lain terdiri dari penggunaan jagung untuk industri non pangan, benih, dan tercecer. Penggunaan jagung untuk industri non pangan adalah jagung yang mengalami pengolahan lebih lanjut dan
10
dimanfaatkan untuk kebutuhan industri bukan makanan manusia. Penggunaan jagung untuk benih merupakan jagung yang digunakan untuk keperluan reproduksi, sedangkan penggunaan jagung tercecer adalah jagung yang hilang atau rusak sehingga tidak dapat dimakan oleh manusia, yang terjadi secara tidak disengaja sejak jagung tersebut diproduksi hingga tersedia untuk konsumen. 2.2. Sejarah ASEAN Free Trade Area Para pemimpin ASEAN memutuskan untuk melakukan upaya liberalisasi perdagangan dengan mendirikan ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada bulan Januari 1992. AFTA merupakan wujud dari kesepakatan negara-negara ASEAN untuk
membentuk
suatu
kawasan
bebas
perdagangan
dalam
rangka
meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya. Tujuan AFTA adalah untuk menjadikan kawasan ASEAN sebagai tempat produksi yang kompetitif sehingga produk-produk ASEAN memiliki daya saing yang kuat di pasar global, menarik lebih banyak lagi Foreign Direct Investment, dan meningkatkan perdagangan antar anggota ASEAN. Skema Common Effective Preferential Tariffs (CEPT) merupakan suatu skema untuk mewujudkan AFTA melalui penurunan tarif hingga menjadi nol sampai lima persen, penghapusan pembatasan kuantitatif, dan hambatan-hambatan non tarif lainnya (Kementerian Pertanian 2002). CEPT Product List yang tertuang dalam skema AFTA terdiri dari Inclusion List (IL), Temporary Exclusion List (TEL), Sensitive List (SL), dan General Exception (GE). Produk-produk yang termasuk ke dalam kategori SL adalah unprocessed agricultural products seperti: beras, gula, bawang putih, cengkeh dan juga produk pertanian lainnya yang belum diolah termasuk jagung. Dalam kesepakatannya, produk-produk SL tersebut harus dimasukan ke dalam CEPT Scheme. Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand harus telah memasukannya pada tahun 2010, Vietnam pada tahun 2013, Laos dan Myanmar pada tahun 2015, dan Kambodia pada tahun 2017. Dalam KTT Informal ASEAN III para kepala negara menyetujui usulan Singapura untuk
11
menghapuskan semua bea masuk pada tahun 2010 untuk negara-negara ASEAN-6 dan tahun 2015 untuk negara-negara baru ASEAN. Tahapan AFTA di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 1993, setelah KTT IV ASEAN tanggal 27 sampai dengan 28 Januari 1992 di Singapura, melalui CEPT yang disertai dengan program penurunan tarif sampai tahun 2003. Pernyataan tersebut dipertegas pada AEM di Chiangmai tahun 1995, yaitu produk-produk industri yang belum siap bersaing di pasar ASEAN akan bertahap masuk kedalam cakupan CEPT-AFTA. Produk industri paling lambat masuk cakupan CEPT pada tahun 2000 dengan maksimum tarif 20 persen dan produk pertanian yang belum diolah paling lambat masuk cakupan CEPT pada tahun 2003 dengan maksimum tarif lima persen. 2.3. Konsep dan Definisi Tarif Impor Menurut Koo dan Kennedy (2005), tarif adalah pajak yang dikenakan oleh pemerintah terhadap komoditas yang melintas batas negara. Tarif digunakan untuk melindungi perekonomian domestik dari kompetisi luar negeri. Kebijakan tariff barrier dalam bentuk bea masuk adalah sebagai berikut (Hady, 2001): 1. Pembebasan bea masuk atau tarif rendah adalah antara nol persen sampai lima persen yang dikenakan untuk bahan kebutuhan pokok, seperti beras, mesin-mesin, alat-alat militer, pertahanan dan keamanan, dan lain-lain. 2. Tarif sedang antara lebih besar dari lima persen sampai 20 persen yang dikenakan untuk barang setengah jadi dan barang-barang lain yang belum cukup diproduksi di dalam negeri. 3. Tarif tinggi di atas 20 persen yang dikenakan untuk barang-barang mewah dan barang-barang lain yang sudah cukup diproduksi di dalam negeri dan bukan barang kebutuhan pokok. Dampak pengenaan tarif impor jagung disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukan bahwa harga adalah H, sedangkan jumlah jagung adalah Q pada ROW dan q untuk Indonesia. Permintaan Indonesia (d) lebih besar daripada penawarannya (s) sehingga membentuk kurva permintaan dunia (ED), sedangkan pada ROW penawaran (S) lebih besar daripada permintaannya (D) sehingga membentuk kurva penawaran dunia (ES). Hw merupakan harga dunia
12
sebelum adanya tarif, setelah adanya tarif (t) harga domestik menjadi H w’+t. qc merupakan konsumsi di negara Indonesia sebelum adanya tarif, sedangkan qc’ merupakan konsumsi negara Indonesia setelah tarif. qp merupakan produksi di negara Indonesia sebelum adanya tarif, sedangkan qp’ merupakan produksi negara Indonesia setelah tarif. Q c merupakan konsumsi ROW sebelum adanya tarif dan Qp merupakan produksi ROW sebelum adanya tarif. Kurva permintaan dunia menjadi ED’ dan jumlah barang yang diimpor di pasar dunia men jadi qe’. H
d s
H
H D
S
ES b
d 2
Hw’+ t Hw Hw’
a
c e
1
4 3
ED ED’ q qp qp’
qc’qc
Negara Importir
Q qe’ qe Pasar Impor dari Negara Importir
Q Qc Qc’ Qp’ Qp Rest of the World (ROW)
Sumber: Tweeten (1992)
Gambar 1. Dampak Pemberlakuan Tarif Impor Pada negara besar pemberlakuan tarif impor dari negara importir menyebabkan kurva ED bergeser menjadi ED’ sehingga harga dan jumlah barang yang diimpor di dunia menurun menjadi Hw’ dan qe’. perubahan pada harga domestik di negara importir (Indonesia). Dengan adanya tarif, harga jagung pada negara Indonesia akan meningkat menjadi Hw’+t sedangkan pada ROW tetap berada di Pw. Pada negara importir perubahan surplus konsumen yaitu (-a-b-c-d), surplus produsen menjadi a, penerimaan pemerintah yaitu c+e, kesejahteraan nasional bersih yaitu e-b-d sedangkan pada negara ekspotir perubahan surplus konsumen yaitu 1, surplus produsen menjadi (-1-2-3-4), dan kesejahteraan nasional bersih yaitu (-2-3-4). Pada negara kecil pemberlakuan tarif impor tidak akan menyebabkan penurunan harga dan jumlah barang yang diimpor di dunia. Dari sisi kesejahteraan pelaku pasar, tarif impor berdampak terhadap peningkatan surplus
13
produsen adalah sebesar a, penurunan surplus konsumen sebesar (a+b+c+d), dan perubahan pada penerimaan pemerintah adalah sebesar c. Dampak tarif impor juga menyebabkan hilangnya kesejahteraan nasional (deadweight loss) sebesar daerah b+d akibat adanya inefisiensi produksi dan konsumsi. 2.4. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu terkait pasar jagung yang dapat dijadikan referensi antara lain penelitian Kariyasa (2003), Timor (2008), Hapsari et al. (2009), Supriyatna (2007), Erwidodo et al. (2003), Darsono (2009), dan Hastuti (2012). Hasil penelitian disajikan pada Tabel 5 dan 6. 2.4.1. Penelitian tentang Pasar Jagung Penelitian mengenai jagung telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu seperti penelitian oleh Kariyasa (2003), Timor (2008), Hapsari et al. (2009), dan Supriyatna (2007). Hasil penelitian disajikan pada Tabel 5. Penelitian tersebut menganalisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung, permintaan jagung, penawaran jagung, impor jagung, serta harga domestik jagung di Indonesia. 2.4.2. Penelitian tentang Dampak Tarif Impor Penelitian terdahulu terkait kebijakan tarif impor adalah penelitian Erwidodo et al. (2003), Darsono (2009), dan Hastuti (2012). Hasil penelitian disajikan pada Tabel 6. Penelitian tersebut melihat dampak adanya suatu kebijakan
perdagangan
(kebijakan
tarif)
terhadap
faktor-faktor
yang
dipengaruhinya dengan menggunakan alat analisis yang berbeda. Peneliti Erwidodo et al. (2003) menggunakan pendekatan partial analysis welfare, peneliti Darsono (2009) menggunakan Metode analisis Classical Welfare Analisys (CWA), sedangkan peneliti Hastuti (2012) menggunakan model persamaan simultan dengan metode 2SLS.
12
14
Tabel 5. Penelitian Terdahulu tentang Pasar Jagung No. 1.
Peneliti dan Judul Tujuan I Ketut Kariyasa 1. Menganalisis faktor-faktor yang (2003)/Keterkaitan mempengaruhi areal dan produktivitas Pasar Jagung, Pakan jagung di Provinsi Sumatera Utara, dan Daging Ayam Ras Jawa Tengah, Jawa Timur, dan di Indonesia Sulawesi Selatan sebagai sentra produksi jagung di Indonesia. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, permintaan, dan harga: jagung, pakan dan daging ayam ras di pasar domestik dan dunia. 3. Menganalisis dampak kebijakan domestik dan faktor-faktor eksternal terhadap pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia.
Metode Model persamaan simultan dengan metode 2SLS
Hasil 1. Pada pasar jagung, variabel-variabel yang berpengaruh pada areal panen jagung di empat provinsi kajian (Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan) adalah harga jagung itu sendiri, harga kedelai, harga kacang tanah dan lag areal panen jagung. Variabelvariabel yang berpengaruh pada produktivitas jagung adalah rasio harga jagung dengan pupuk, rasio harga jagung dengan upah, teknologi produksi, tingkat suku bunga dan lag produktivitas. Pada semua provinsi terutama dalam jangka panjang produktivitas jagung sangat respon terhadap perubahan tingkat teknologi produksi dan rasio harga jagung dengan pupuk, sebaliknya kurang respon terhadap perubahan tingkat suku bunga. 2. Dari aspek permintaan, variabel-variabel yang berpengaruh terhadap permintaan jagung untuk pakan yaitu harga jagung, harga pakan, harga kedelai dan lag permintaan jagung untuk pakan. Permintaan jagung untuk konsumsi langsung dipengaruhi oleh variabel harga jagung dan beras, pendapatan per kapita, selera penduduk dan lag variabel endogennya. Permintaan jagung untuk industri pangan dipengaruhi oleh variabel harga jagung, harga tepung terigu, harga output, harga minyak goreng, pendapatan per kapita, upah di sektor industri, selera penduduk dan lag permintaan jagung untuk industri pangan. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap harga jagung impor adalah harga jagung dunia, kurs rupiah, dan lag harga jagung impor. 3. Kebiakan domestik (subsidi bunga kredit usahatani 20 persen, subsidi harga pupuk 15 persen, depresiasi rupiah
12
Tabel 5. Lanjutan No.
2.
Peneliti dan Judul
Solihati Diyan Timor (2008)/Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Impor Jagung di Indonesia
Tujuan
Metode
1. Mengkaji perkembangan produksi, Analisis deskriptif konsumsi, dan impor jagung di dan kuantitatif. Indonesia. Analisis kuantitatif 2. Menganalisis faktor-faktor yang dengan model memengaruhi produksi jagung di persamaan simultan Indonesia. yang menggunakan 3. Menganalisis faktor-faktor yang metode 2SLS mempengaruhi impor jagung di Indonesia.
1.
2.
3.
3.
Triana Dewi Hapsari, M. Muslich M, Nuhfil Hanani AR, dan Rini Dwi Astuti (2009)/Dampak Konversi Jagung sebagai Etanol di Pasar Dunia terhadap Ketersediaan Jagung di Indonesia
1. Menganalisis perilaku pasar domestik Model persamaan dan pasar dunia jagung. simultan yang 2. Menganalisis dampak konversi jagung menggunakan metode menjadi etanol terhadap ketersediaan 2SLS jagung di Indonesia. 3. Menyusun kebijakan untuk meningkatkan ketersediaan jagung di Indonesia.
1.
2.
3.
15
Hasil sepuluh persen, tarif impor daging ayam 25 persen dan peningkatan tarif impor jagung 25 persen) berdampak terhadap prilaku ketiga pasar (jagung, pakan dan daging ayam). Kondisi produksi jagung di Indonesia selama periode tahun 1985-2005 meningkat secara fluktuatif karena peningkatan luas areal dan produkstivitas, konsumsi jagung mengalami peningkatan terutama konsumsi untuk industri. Maka dari itu meskipun produksi jagung meningkat tetapi impor jagung Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan industri pakan. Analisis faktor produksi pada taraf nyata 5 persen berdasarkan variabel utama yang mempengaruhi produksim yaitu luas areal pann dan produktivitas jagung. Analisis impor jagung memberikan informasi bahwa variabel harga impor jagung Indonesia dan jumlah impor tahun sebelumnya berpengaruh terhadap jumlah impor jagung Indonesia. Model menunjukan keterkaitan perilaku antara pasar domestik dan pasar dunia melalui variabel harga impor. Jika harga jagung dunia meningkat maka harga impor meningkat, jumlah impor menurun, dan harga domestik meningkat. Konversi jagung menjadi etanol di pasar dunia menurunkan ketersediaan jagung di Indonesia dan meningkatkan pangsa produksi domestik dalam memasok ketersediaan jagung. Alternatif kebijakan pemerintah berupa subsidi pupuk dan tarif impor mampu meningkatkan produksi sehingga pangsa produksi domestik untuk memasok ketersediaan jagung meningkat. Tetapi peningkatan produksi ini belum mampu meningkatkan ketersediaan jagung di pasar domestik.
14 12
No. Peneliti dan Judul Tujuan Metode Hasil 4. Ari Supriyatna 1. Menganalisis integrasi pasar jagung Metode deskriptif dan 1. Hasil integrasi antara ketiga pasar yang dianalisis (2007)/Analisis dunia dengan pasar jagung dan daging kuantitatif. Metode menunjukan bahwa integrasi pasar terjadi pada pasar Integrasi Pasar Jagung ayam ras domestik. kuantitatif dengan jagung dunia dengan pasar jagung dan pasar daging ayam Dunia dengan Pasar 2. Menganalisis pengaruh kebijakan tarif model vector ras domestik. Jagung dan Daging impor jagung dan kenaikan harga autoregression 2. Harga minyak mntah dunia tidak berpengaruh secara Ayam Ras Domestik, minyak mentah dunia terhadap integrasi (VAR) signifikan terhadap integrasi pasar jagung dunia dengan serta Pengaruh Tarif pasar tersebut pasar jagung dan daging ayam ras domestik karena tidak Impor Jagung dan mempengaruhi variabel harga jagung dunia dan domestik, Harga Minyak Mentah serta harga daging ayam ras domestik. Pemberlakuan tarif Dunia impor tidak mempengaruhi harga jagung domestik tetapi mempengaruhi pasar daging ayam ras domestik.
Tabel 6. Penelitian Terdahulu tentang Dampak Tarif Impor No. Peneliti dan Judul Tujuan Metode 1. Erwidodo, Hermanto 1. Mengetahui apakah pemerintah perlu Analisis pada tingkat dan Pudjihastuti untuk menerapkan tarif impor jagung. makro dengan (2003)/Impor Jagung: 2. Mengetahui besarnya tingkat tarif menggunakan partial Perlukan Tarif Impor impor yang harus dikenakan, dan walfare analysis Diberlakukan? 3. Bagaimana dampak dari setiap pilihan Jawaban Analisis tingkat tarif terhadap kesejahteraan Simulasi konsumen, produsen, penerimaan pemerintah, dan net walfare dari industri perjagungan. 2. Darsono (2009) / 1. Menganalisis pengenaan tarif impor Metode analisis Analisis Dampak kedelai dan dampak kebijaksanaan Classical Welfare Pengenaan Tarif tersebut terhadap kesejahteraan Analisys (CWA) Impor Kedelai bagi produsen, konsumen, penerimaan Kesejahteraan pemerintah, dan efek kesejahteraan Masyarakat masyarakat secara umum
Hasil 1. Usahatani jagung Indonesia masih menguntungkan dan mampu bersaing dengan jagung impor. Kebijakan tarif impor bukan satu-satunya instrumen untuk memberikan insentif kepada petani. Penetapan tarif impor yang terlalu tinggi justru menjadi kontra produktif, menyebabkan inefisiensi alokasi sumberdaya pertanian, meningkatkan harga produk turunan dari jagung serta membebani konsumen dan perekonomian nasional. 1. Penetapan tarif impor kedelai sebesar 10 persen adalah keputusan kebijakan yang baik karena dampak perbaikan surplus produsen, penerimaan pemerintah, dan kesejahteraan masyarakat lebih besar dibandingkan dengan penurunan surplus konsumen.
16
Tabel 5. Lanjutan
18
15
Tabel 6. Lanjutan No. 3.
Peneliti dan Judul Tujuan Metode Hastuti 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang Model persamaan (2012)/Dampak mempengaruhi penawaran dan simultan dengan Kebijakan Tarif dan permintaan gandum dan tepung terigu metode 2SLS dan Kuota Impor di pasar dunia dan domestik. terhadap Penawaran 2. Mengevaluasi dampak kebijakan tarif dan Permintaan dan kuota impor terhadap penawaran Gandum dan Tepung dan permintaan gandum dan tepung Terigu di Indonesia terigu di pasar dunia dan domestik. 3. Mengevauasi kebijakan tarif dan kuota impor gandum dan tepung terigu terhadap kesejahteraan konsumen gandum, produsen dan konsumen tepung terigu, dan industri pengguna tepung terigu di Indonesia. 4. Merumuskan kebijakan tarif dan kuota impor gandum dan tepung terigu yang terbaik bagi kesejahteraan masyarakat di Indonesia
17
Hasil 1. Penawan tepung terigu di Indonesia merupakan penjumlah dari produksi tepung terigu Indonesia dan impor tepung terigu Indonesia. Produksi tepung terigu Indonesia dan impor tepung terigu Indonesia. Produksi tepung terigu Indonesia merupakan konversi dari total impor gandum Indonesia. Impor tepung terigu Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh harga tepung terigu domestik dan pendapatan perkapita Indonesia. Permintaan tepung terigu Indonesia dirumuskan sebagai suatu persamaan indentitas yang merupakan penjumlahan dari permintaan tepung terigu untuk industri mie instan, roti, mie basah, dan permintaan tepung terigu untuk industri lainnya. 2. Kebijakan impor gandum baik dalam bentuk tarif maupun kuota sangat responsif dalam mempengaruhi pasar tepung terigu domestik. Sebaliknya, kebijakan impor tepung terigu cenderung kurang responsif dalam mempengaruhi pasar tepung terigu domestik.. Selain itu, berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kebijakan tarif dan non tarif yang diterapkan dalam perdagangan gandum dan tepung terigu di Indonesia, diketahui bahwa kebijakan tarif lebih efektif untuk diterapkan karena menciptakan adanya penerimaan pemerintah dari tarif impor sehingga mendorong meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 3. Berdasarkan hasil simulasi yang telah dilakukan, simulasi kebijakan pengenaan tarif impor gandum di Indonesia sebesar lima persen merupakan simulasi yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat terbesar. Meskipun kebijakan ini menurunkan surplus industri pengguna tepung terigu, dikarenakan tingginya harga tepung terigu, namun dapat dikompensasi dengan besarnya peningkatan surplus industri tepung terigu
18
2.5. Kebaruan Penelitian Penelitian mengenai dampak tarif impor jagung terhadap pasar jagung Indonesia dalam skema liberalisasi perdagangan AFTA merupakan penelitian lanjutan dari penelitian mengenai jagung sebelumnya. Adapun kebaruan dari penelitian ditunjukan pada evaluasi kerjasama liberalisasi perdagangan ASEAN dalam skema AFTA sehingga persamaan impor yang dibuat tidak hanya persamaan impor secara agregat saja, namun melihat negara-negara asal impor Indonesia dari negara ASEAN dan non ASEAN yang memilki pangsa terbesar terhadap jumlah impor Indonesia. Kemudian kebaruan dari penelitian juga ditunjukan oleh adanya variabel harga jagung di tingkat petani, harga jagung pedagang besar, harga jagung eceran, harga jagung impor dari ASEAN, harga jagung impor dari non ASEAN, tarif impor jagung Indonesia dari ASEAN, dan tarif impor jagung Indonesia dari non ASEAN. Perbedaan penelitian dengan penelitian Kariyasa (2003) dan Supriyatna (2007) yaitu penelitian ini hanya mengkaji mengenai pasar jagung, sedangkan penelitian Kariyasa (2003) dan Supriyatna (2007) mengkaji keterkaitan antara pasar jagung, pakan, dan daging ayam ras. Perbedaan dengan penelitian Timor (2008) ditunjukan dari variabel harga impor jagung Indonesia yang terdiri dari harga jagung impor Indonesia dari ASEAN dan harga jagung impor Indonesia non ASEAN. Perbedaan dengan penelitian Hapsari et al. (2009) yaitu adanya impor jagung Indonesia yang terdiri dari impor jagung Indonesia dari ASEAN yaitu Thailand dan Myanmar dan impor jagung Indonesia dari non ASEAN yaitu China, Argentina, dan Amerika Serikat. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Darsono (2009) dan Hastuti (2012) adalah metode analisis yang digunakan yaitu model persamaan simultan.
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Permintaan Jagung untuk Konsumsi Langsung Permintaan jagung untuk konsumsi langsung merupakan permintaan jagung pada rumahtangga (konsumen akhir) yang diturunkan dari fungsi utilitas konsumen. Diasumsikan fungsi utilitas konsumen adalah sebagai berikut: U
= U (CJ, CR) ......................................................................... (01)
dimana: U
= Total utilitas konsumen jagung
CJ
= Jumlah konsumsi jagung
CR
= Jumlah konsumsi komoditas lain
Jika harga jagung dinotasikan sebagai HJ dan harga barang lain sebagai HR dengan asumsi semua pendapatan digunakan untuk mengkonsumsi barang, maka fungsi kendala pada tingkat pendapatan tertentu (I) bagi konsumen adalah: I = HJ * CJ + HR * CR ..................................................................... (02) Dengan memasukkan fungsi kendala (persamaan 02) ke dalam fungsi utilitas (persamaan 01) maka dapat digambarkan fungsi Langrangian sebagai berikut: Z = U = U (CJ, CR) + λ (I – HJ * CJ – HR * CR) ............................. (03) dimana: λ = Langrange multiplier (pengganda Langrangian) Untuk mendapatkan utilitas maksimum, maka syarat pertama adalah turunan parsial dari fungsi Langrangian harus sama dengan nol. =
– λ HJ = 0 ......................................................................... (04)
=
– λ HR = 0 ...................................................................... (05)
= – (HJ * CJ + HR * CR – I) = 0 ................................................ (06) Dari persamaan 04, 05, dan 06 di atas maka diperoleh: = λ HJ atau λ = = λ HR atau λ =
.............................................................. (07) ........................................................... (08)
20
HJ * CJ + HR * CR = I ..................................................................... (09) Jika
= MUJ dan λ= dan
= MUR maka:
=
................................................................... (10) =
= MRS ...................................................... (11)
Persamaan 11 menyatakan bahwa kepuasan konsumen akan maksimum pada kondisi dimana rasio marjinal utilitas terhadap harga sama untuk semua komoditas, yaitu sebesar koefisien pengganda Langrangian (λ). Penyelesaian HJ dan HR pada persamaan 11 disubstitusikan pada persamaan 09 sehingga diperoleh fungsi permintaan terhadap jagung yaitu: DJ = f (HJ, HR, I) ............................................................................. (12) Persamaan tersebut menyatakan bahwa permintaan jagung untuk konsumsi rumahtangga dipengaruhi oleh harga jagung, harga komoditi lain sebagai alternatif, dan tingkat pendapatan konsumen. Dengan asumsi bahwa model permintaan bersifat dinamis maka elastisitas permintaan atas harga jagung, elastisitas permintaan atas harga komoditi lain, dan elastisitas pendapatan dapat dihitung baik dalam jangka pendek maupun panjang. Kariyasa (2003) menambahkan bahwa selain dipengaruhi oleh harga barang tersebut, harga barang lain dan pendapatan, permintaan suatu barang juga dipengaruhi oleh jumlah pendapatan per kapita dan selera. 3.1.2. Permintaan Jagung untuk Industri Pakan Permintaan jagung oleh konsumen yang mengolah lagi produk yang dikonsumsinya (industri) termasuk industri pakan, dapat diturunkan dari fungsi permintaan turunan, yaitu melalui fungsi keuntungan. Produsen yang rasional akan berproduksi pada tingkat keuntungan yang maksimum dan input yang digunakan pada kondisi keuntungan maksimum berada pada jumlah yang optimal. Adapun persamaan keuntungan dapat dituliskan sebagai berikut: π
= HP * QP – ∑ HJ * QJ ........................................................... (13)
dimana: π
= Keuntungan
HP = Harga ouput pakan QP = Jumlah produksi pakan HJ = Harga input jagung
21
QJ = Jumlah input jagung Dengan menurunkan fungsi keuntungan tersebut terhadap masing-masing input maka diperoleh: = HP *
– HJ = 0 ................................................... (14)
atau HP * PMJ = HJ ......................................................................... (15) dimana PMJ adalah produk marjinal jagung dan HP*PMJ adalah nilai dari produk marjinal input jagung. Pada persamaan diatas penggunaan input yang optimal dicirikan oleh kondisi dimana nilai produk marjinal dari masing-masing input (HP*PMJ) sama dengan harga input yang bersangkutan. Implikasi dari kondisi tersebut adalah permintaan suatu input oleh industri pakan sangat dipengaruhi oleh harga input yang bersangkutan (harga jagung) (HJ), harga output (harga pakan) (HP), dan teknologi produksi (PMJ). Permintaan jagung untuk industri pakan selain dipengaruhi oleh harga jagung juga dipengaruhi oleh harga input alternatif lain seperti tingkat suku bunga. Dalam model ekonomi, permintaan jagung untuk industri pakan tersebut dituliskan sebagai berikut: DP = f (HJ, HP, R) ........................................................................... (16) Dimana DP adalah permintaan jagung oleh industri pakan, HJ adalah harga jagung, HP adalah harga produk industri (pakan), dan R adalah tingkat suku bunga. 3.1.3. Fungsi Impor Jagung Permintaan impor untuk sebuah komoditas dapat dilihat dari permintaan domestik dan penawarannya. Impor terhadap suatu komoditas terjadi ketika jumlah permintaan komoditas tersebut lebih besar daripada jumlah penawaran pada tingkat harga yang diberikan (Koo dan Kennedy, 2005). Indonesia merupakan negara importir untuk komoditas jagung. Salah satu hal yang mempengaruhi jumlah impor adalah konsumsi, sehingga secara sederhana persamaan impor jagung dapat dinyatakan sebagai berikut: MJ = CJ - QJ + SJ ........................................................................... (17) dimana: MJ = Jumlah impor jagung CJ = Jumlah konsumsi jagung
22
QJ = Jumlah produksi jagung SJ = Jumlah stok jagung Pendekatan selanjutnya didekati dari fungsi konsumsi yang membentuk fungsi permintaan yang dinyatakan sebagai berikut: CJ = f (HJ, I, HS, Pop, DI, S) ......................................................... (18) dimana: CJ = Jumlah konsumsi jagung HJ = Harga jagung I
= Pendapatan
HS = Harga barang substitusi Pop = Jumlah penduduk DI = Distribusi pendapatan S
= Selera
Dari persamaan (19) dapat diketahui apabila harga jagung menurun maka konsumsi jagung akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Selain itu, konsumsi juga dipengaruhi oleh (1) harga komoditi lain yang bersifat substitusi dan komplementer, dan (2) laju konsumsi. Sedangkan untuk impor, suatu negara akan mencari harga yang lebih murah. Oleh karena itu, nilai tukar akan mempengaruhi jumlah barang yang diimpor oleh suatu negara. Sehingga, persamaan impor dapat dinyatakan sebagai berikut: MJ
= f (HJ, CJ, ER, F, MJ(t-1)) ...................................................... (19)
dimana: MJ
= Jumlah impor jagung
HJ
= Harga jagung
CJ
= Jumlah konsumsi jagung
ER
= Nilai tukar
F
= Faktor lain yang mempengaruhi impor
MJ(t-1) = Impor jagung t-1 3.1.4. Respon Bedakala Produksi Komoditas Pertanian Salah satu karateristik utama produk pertanian adalah adanya tenggang waktu antara menanam dengan memanen. Sebagai contoh kegiatan berproduksi jagung secara biologis memerlukan waktu, sehingga ketika terjadi perubahan
23
harga tidak dapat direspon dengan segera oleh produsen bila proses produksi sedang berjalan dan baru direspon oleh produsen pada produksi berikutnya. Demikian juga, keputusan untuk konsumsi seringkali juga dipengaruhi oleh prilaku konsumsi sebelumnya (t-1). Sehingga dengan demikian keputusan untuk produksi dan konsumsi pada waktu t pada umumnya juga didasarkan pada produksi dan konsumsi sebelumnya (t-1). Untuk menangkap fenomena ini, maka persamaannya harus melibatkan variabel bedakala sebagai variabel penjelas. Kelebihan dengan dimasukannya variabel bedakala sebagai variabel penjelas menyebabkan
model
menjadi
bersifat
dinamis
sehingga
mampu
menginformasikan baik respon jangka pendek maupun jangka panjang. 3.1.5. Model Persamaan Simultan Menurut Lains (2006), sebuah model dikatakan terdiri dari suatu sistem persamaan simultan jika model tersebut mempunyai beberapa persamaan yang memperlihatkan hubungan antara variabel endogen dengan variabel penjelas di mana sekurang-kurangnya satu persamaan mempunyai satu atau lebih variabel penjelas endogen. Model regresi yang memiliki lebih dari satu persamaan dan terdapat umpan balik diantara variabel endogen dengan variabel penjelas dikenal sebagai model persamaan simultan (Gujarati, 2006). 3.1.6. Surplus Produsen dan Surplus Konsumen Dampak tarif impor jagung dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan teori ekonomi kesejahteraan yaitu dengan pengukuran surplus produsen dan konsumen jagung. Surplus produsen jagung adalah sejumlah uang yang diterima oleh produsen jagung dari produksi jagung dikurangi dengan biaya yang digunakan untuk memproduksi jagung. Surplus konsumen jagung adalah sejumlah uang yang bersedia dibayarkan oleh konsumen jagung karena mengkonsumsi jagung dikurangi dengan sejumlah uang yang sebenarnya dibayarkannya (Mankiw, 2001). Pengukuran surplus produsen dan konsumen disajikan pada Gambar 2. HJ adalah harga jagung dan QJ adalah produksi jagung. D adalah kurva permintaan, sedangkan S adalah kurva penawaran. Keseimbangan pasar terjadi pada saat kurva permintaan berpotongan dengan kurva penawaran, sehingga He
24
adalah harga jagung pada keseimbangan pasar dan Q e adalah produksi jagung pada keseimbangan pasar. E adalah kondisi terjadinya keseimbangan pasar. HJ S
H2 SK He
E
SP
H1 0
D QJ Qe
Sumber: Mankiw (2001)
Gambar 2. Surplus Produsen dan Konsumen pada kondisi Keseimbangan Pasar Jika diasumsikan tidak ada perdagangan ke luar negeri, maka pada keseimbangan pasar (He dan Qe), surplus produsen adalah HeEH1 dan surplus konsumen adalah HeEH2. Surplus produsen adalah SP, sedangkan surplus konsumen adalah SK. Surplus produsen jagung ditunjukan dengan harga jagung yang sebenarnya diterima oleh produsen lebih tinggi (He) dibandingkan dengan harga yang bersedia diterima (H1), sedangkan surplus konsumen jagung ditunjukan dnegan harga jagung yang sebenarnya diterima oleh konsumen lebih rendah (He) dibandingkan dengan harga yang bersedia dibayarkan konsumen (H2) 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Diagram alur kerangka pemikiran operasional disajikan pada Gambar 3. Jagung merupakan salah satu komoditas pangan dari subsektor tanaman pangan yang memiliki peran penting dan berpotensi untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakan, dan bahan bakar. Produksi jagung yang tidak dapat memenuhi penggunaan jagung dalam negeri mengakibatkan adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan jagung domestik sehingga impor jagung meningkat. Tingginya impor jagung juga disebabkan oleh rendahnya harga impor dan kualitas jagung impor yang lebih baik dibandingkan dengan jagung domestik. Salah satu isi dari kerjasama perdagangan Indonesia dengan negara ASEAN dalam skema AFTA adalah untuk menghapuskan hambatan tarif bagi barang-
25
barang impor termasuk komoditas jagung, sehingga impor terhadap jagung semakin meningkat. Ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan jagung domestik
Impor jagung meningkat
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan jagung di Indonesia (estimasi dengan metode 2SLS) Penghapusan tarif impor jagung dalam skema AFTA
Dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap penawaran, permintaan, dan kesejahteraan produsen dan konsumen jagung di Indonesia
Simulasi historis dengan perubahan faktor internal dan eksternal
Rekomendasi kebijakan perdagangan jagung di Indonesia
Gambar 3. Diagram Alur Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
dilakukan
untuk
mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi penawaran dan permintaan jagung, menganalisis dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap penawaran dan permintaan jagung, dan menganalisis dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen jagung di Indonesia. Model yang digunakan adalah model persamaan simultan dan parameter diestimasi dengan metode 2SLS. Penelitian diharapkan dapat memberikan saran kebijakan bagi stakeholder dan dapat menjadi litelatur bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
26
27
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian menggunakan data time series selama 25 tahun, yaitu tahun 1986 sampai 2010. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Pusat Sosial Ekonomi Kebijakan Pertanian (PSEKP), Food and Agricultural Organization (FAO), World Bank (WB), United States Department of Agriculture (USDA), dan International Monetary Fund (IMF). Data dan sumber data model Perdagangan Jagung Indonesia Tahun 1986 sampai 2010 disajikan pada Lampiran 1. 4.2. Spesifikasi Model Perdagangan Jagung Indonesia Model Perdagangan Jagung Indonesia sudah melalui beberapa tahapan respesifikasi untuk mendapatkan model yang memuaskan. Model ini dirumuskan dalam model ekonometrika sebagai bentuk sistem persamaan simultan yang terdiri dari 26 persamaan (delapan persamaan identitas dan 18 persamaan struktural). Persamaan tersebut adalah luas areal jagung, produktivitas jagung, produksi jagung, penawaran jagung, permintaan jagung untuk konsumsi langsung, permintaan jagung untuk industri pakan, permintaan jagung Indonesia, harga jagung di tingkat petani, harga jagung pedagang besar, harga jagung eceran, harga jagung impor Indonesia dari ASEAN, harga jagung impor Indonesia dari non ASEAN, impor jagung Indonesia dari Thailand, impor jagung Indonesia dari Myanmar, impor jagung Indonesia dari ASEAN, impor jagung Indonesia dari China, impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat, impor jagung Indonesia dari non ASEAN, impor jagung Indonesia, ekspor jagung Amerika Serikat, ekspor jagung Argentina, ekspor jagung dunia, impor jagung Jepang, impor jagung Korea Selatan, impor jagung dunia, dan harga jagung dunia. Rekapitulasi persamaan dalam model Perdagangan Jagung Indonesia disajikan pada Lampiran 2, sedangkan keterkaitan variabel dalam model Perdagangan Jagung Indonesia disajikan pada Gambar 4.
30
28
Harga riil kacang tanah tingkat petani Harga riil gabah tingkat petani
Areal jagung Indonesia
Suku bunga kredit riil Indonesia
Perubahan harga riil pakan Perubahan tarif impor jagung Indonesia ASEAN
Perubahan tarif impor jagung Indonesia non ASEAN Produksi jagung Amerika Produksi jagung Argentina
Permintaan jagung kebutuhan lain
Stok jagung Indonesia t-1
Permintaan jagung Indonesia
Harga riil jagung impor Indonesia non ASEAN
Impor jagung Indonesia RONA
Impor jagung Indonesia non ASEAN
Impor jagung Indonesia ROA
Impor jagung Indonesia dari Thailand
Nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat
Ekspor jagung Indonesia
Penawaran jagung Indonesia
Produksi jagung Indonesia
Harga riil jagung impor Indonesia ASEAN
Jumlah penduduk Indonesia
Harga riil jagung eceran
Permintaan jagung industri pakan
Impor jagung Indonesia
Impor jagung Indonesia dari China Impor jagung Indonesia ASEAN Impor jagung Indonesia dari Argentina
Pendapatan nasional riil per kapita
Impor jagung Indonesia dari Myanmar
Impor jagung Indonesia dari Amerika
Harga riil jagung dunia Impor jagung dunia Ekspor jagung Amerika
Ekspor jagung Argentina Ekspor jagung ROW
Keterangan:
Perubahan pendapatan nasional riil Indonesia
Permintaan jagung konsumsi langsung
Harga riil jagung tingkat petani
Harga riil jagung pedagang besar
Harga riil pupuk urea eceran Harga riil kedelai pedagang besar
Harga riil beras eceran
Produktivitas jagung Indonesia
= Variabel endogen
Impor jagung Jepang
Impor jagung Korea Selatan
Ekspor jagung dunia Impor jagung ROW Konsumsi jagung Jepang
Nilai tukar riil jepang
Stok jagung Jepang
Konsumsi jagung Korea Selatan
Nilai tukar riil Korea Selatan
= Variabel eksogen
Gambar 4. Diagram Keterkaitan Variabel dalam Model Perdagangan Jagung di Indonesia
Stok jagung Korea Selatan
29
4.2.1. Luas Areal Jagung Indonesia Luas areal jagung Indonesia merupakan fungsi dari harga riil jagung di tingkat petani, harga riil kacang tanah di tingkat petani, harga riil gabah di tingkat petani, tingkat suku bunga kredit riil Indonesia, harga riil pupuk urea eceran, dan luas areal jagung Indonesia t-1. Persamaan luas areal jagung Indonesia adalah: AJIt
= a0 + a1 HRJPIt + a2 HRKTPIt + a3 HRGIt + a4 SBKRIt + a5 HRPUIt + a6 AJIt-1 + U1t ............................................(01)
Tanda parameter estimasi yang diharapkan (hipotesis): a2, a3, a4, a5<0; a1>0; dan 0
= Luas areal jagung Indonesia tahun t (Ha)
HRJPIt
= Harga riil jagung di tingkat petani Indonesia tahun
t
(Rp/Kg) HRKTPIt = Harga riil kacang tanah di tingkat petani Indonesia tahun t (Rp/Kg) HRGIt
= Harga riil gabah di tingkat petani Indonesia tahun t (Rp/Kg)
SBKRIt
= Suku bunga kredit riil Indonesia tahun t (%)
HRPUIt = Harga eceran riil pupuk urea Indonesia tahun t (Rp/Kg) AJIt-1
= Luas areal jagung Indonesia t-1 (Ha)
a0
= Intersep
aj
= Parameter, j= 1, 2, 3, ..., 6
U1
= Variabel pengganggu
4.2.2. Produktivitas Jagung Indonesia Produktivitas jagung Indonesia merupakan fungsi dari harga riil jagung di tingkat petani dan luas areal jagung. Persamaan produktivitas jagung Indonesia adalah: YJIt
= b0 + b1 HRJPIt + b2 AJIt + U2t .........................................(02)
Tanda parameter estimasi yang diharapkan: b1, b2>0 dimana: YJIt
= Produktivitas jagung Indonesia tahun t (Ton/Ha)
30
HRJPIt
= Harga riil jagung di tingkat petani Indonesia tahun t (Rp/Kg)
AJIt
= Luas areal jagung Indonesia tahun t (Ha)
b0
= Intersep
bj
= Parameter, j= 1, 2
U2
= Variabel pengganggu
4.2.3. Produksi Jagung Indonesia Produksi jagung Indonesia merupakan persamaan identitas, dimana produksi jagung adalah perkalian luas areal jagung dan produktivitas jagung. Persamaan produksi jagung Indonesia adalah: QJIt
= AJIt* YJIt .......................................................................(03)
QJIt
= Produksi jagung Indonesia tahun t (Ton)
AJIt
= Luas areal jagung Indonesia tahun t (Ha)
YJIt
= Produktivitas jagung Indonesia tahun t (Ton/Ha)
dimana:
4.2.4. Penawaran Jagung Indonesia Penawaran jagung Indonesia merupakan persamaan identitas, dimana penawaraan jagung sama dengan produksi jagung ditambah dengan impor jagung dikurangi dengan ekspor jagung ditambah dengan stok jagung Indonesia t-1. Persamaan penawaran jagung Indonesia adalah: SJIt
= QJIt + MJIt – XJIt + STJI t-1 ............................................(04)
SJIt
= Penawaran jagung Indonesia tahun t (Ton)
QJIt
= Produksi jagung Indonesia tahun t (Ton)
MJIt
= Impor jagung Indonesia tahun t (Ton)
XJIt
= Ekspor jagung Indonesia tahun t (Ton)
STJIt-1
= Stok jagung Indonesia t-1 (Ton)
dimana:
4.2.5. Permintaan Jagung Indonesia 4.2.5.1. Permintaan Jagung untuk Konsumsi Langsung Permintaan jagung untuk konsumsi langsung merupakan fungsi dari perubahan harga riil jagung eceran dan harga riil jagung eceran t-1, harga riil
31
beras eceran, perubahan pendapatan nasional riil Indonesia dan pendapatan nasional riil Indonesia t-1, jumlah penduduk Indonesia, dan permintaan jagung untuk konsumsi langsung t-1. Persamaan permintaan jagung untuk konsumsi langsung adalah: DJKt
= c0 + c1 (HRJEIt - HRJEIt-1) + c2 HRBEIt + c3 (PDBRIt - PDBRIt-1) + c4 POPIt + c5 DJKt-1 + U3t ........(05)
Tanda parameter estimasi yang diharapkan: c2, c3, c4>0; c1<0; dan 0
= Permintaan jagung untuk konsumsi langsung tahun t (Ton)
HRJEIt
= Harga riil jagung eceran Indonesia (Rp/Kg)
HRJEIt-1 = Harga riil jagung eceran Indonesia t-1 (Rp/Kg) HRBEIt
= Harga riil beras eceran Indonesia tahun t (Rp/Kg)
PDBRIt
= Pendapatan nasional riil Indonesia tahun t (Rp Miliar)
PDBRIt-1 = Pendapatan nasional riil Indonesia t-1 (Rp Miliar) POPIt
= Jumlah penduduk Indonesia tahun t (Jiwa)
DJKt-1
= Permintaan jagung untuk konsumsi langsung t-1 (Ton)
c0
= Intersep
cj
= Parameter, j= 1, 2, 3, ..., 5
U3
= Variabel pengganggu
4.2.5.2. Permintaan Jagung untuk Industri Pakan Permintaan jagung untuk industri pakan merupakan fungsi dari harga riil jagung di tingkat pedagang besar Indonesia t-1, harga riil kedelai di tingkat pedagang besar Indonesia, perubahan harga riil pakan Indonesia dan harga riil pakan Indonesia t-1, dan tren waktu. Persamaan permintaan jagung untuk industri pakan adalah: DJPt
= d0 + d1 HRJPBIt-1 + d2 HRKPBIt + d3 (HRPIt - HRPIt-1) + d4 TWt + U4t ................................................................(06)
Tanda parameter estimasi yang diharapkan: d1, d2<0 dan d3, d4>0 dimana: DJPt
= Permintaan jagung untuk industri pakan tahun t (Ton)
32
HRJPBIt-1 = Harga riil jagung di tingkat pedagang besar Indonesia t-1 (Rp/Kg) HRKPBIt = Harga riil kedelai di tingkat pedagang besar Indonesia tahun t (Rp/Kg) HRPIt
= Harga riil pakan Indonesia tahun t (Rp/Kg)
HRPIt-1
= Harga riil pakan Indonesia t-1 (Rp/Kg)
TWt
= Tren waktu
d0
= Intersep
dj
= Parameter, j= 1, 2, 3, 4
U4
= Variabel pengganggu
4.2.5.3. Permintaan Jagung Indonesia Permintaan jagung Indonesia merupakan persamaan identitas, dimana permintaan jagung Indonesia sama dengan penjumlahan dari permintaan jagung untuk konsumsi langsung, permintaan jagung untuk industri pakan, dan permintaan jagung untuk kebutuhan lain. Persamaan permintaan jagung Indonesia adalah: DJIt
= DJKt + DJPt + DJKLt .....................................................(07)
DJIt
= Permintaan jagung Indonesia tahun t (Ton)
DJKt
= Permintaan jagung untuk konsumsi langsung tahun t (Ton)
DJPt
= Permintaan jagung untuk industri pakan tahun t (Ton)
DJKLt
= Permintaan jagung untuk kebutuhan lain tahun t (Ton)
dimana:
4.2.6. Harga Riil Jagung Indonesia 4.2.6.1. Harga Riil Jagung di Tingkat Petani Indonesia Harga riil jagung di tingkat petani Indonesia merupakan fungsi dari harga riil jagung di tingkat pedagang besar, perubahan produksi jagung dan produksi jagung t-1, tren waktu, dan harga riil jagung di tingkat petani t-1. Persamaan harga riil jagung di tingkat petani Indonesia adalah: HRJPIt
= e0 + e1 HRJPBIt + e2 (QJIt - QJIt-1) + e3 TWt + e4 HRJPIt-1 + U5t .............................................................(08)
Tanda parameter estimasi yang diharapkan:
33
e2<0; e1, e3>0; dan 0<e4<1 dimana: HRJPIt
= Harga riil jagung di tingkat petani Indonesia tahun t (Rp/Kg)
HRJPBIt
= Harga riil jagung di tingkat pedagang besar Indonesia tahun t (Rp/Kg)
QJIt
= Produksi jagung Indonesia tahun t (Ton)
QJIt-1
= Produksi jagung Indonesia t-1 (Ton)
TWt
= Tren waktu
HRJPIt-1
= Harga riil jagung di tingkat petani Indonesia t-1 (Rp/Kg)
e0
= Intersep
ej
= Parameter, j= 1, 2, 3, 4
U5
= Variabel pengganggu
4.2.6.2. Harga Riil Jagung Pedagang Besar Indonesia Harga riil jagung pedagang besar Indonesia merupakan fungsi dari harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN, harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN, dan harga riil jagung pedagang besar Indonesia t-1. Persamaan harga riil jagung pedagang besar Indonesia adalah: HRJPBIt
= f0 + f1 HRJMIAt + f2 HRJMINAt + f3 HRJPBIt-1 + U6t ..........................................................................(09)
Tanda parameter estimasi yang diharapkan: f1, f2>0 dan 0
= Harga riil jagung di tingkat pedagang besar Indonesia tahun t (Rp/Kg)
HRJMIAt
= Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN tahun t (US$/Ton)
HRJMINAt = Harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN tahun t (US$/Ton) HRJPBIt-1
= Harga riil jagung pedagang besar Indonesia t-1 (Rp/Kg)
f0
= Intersep
fj
= Parameter, j= 1, 2, 3
34
U6
= Variabel pengganggu
4.2.6.3. Harga Riil Jagung Eceran Indonesia Harga riil jagung eceran Indonesia merupakan fungsi dari harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN t-1, perubahan harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN dan harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN t-1, kelebihan penawaran jagung Indonesia, tren waktu, dan harga riil jagung eceran Indonesia t-1. Persamaan harga riil jagung eceran Indonesia adalah: HRJEIt
= g0 + g1 HRJMIAt-1 + g2 (HRJMINAt - HRJMINAt-1) + g3 (SJIt - DJIt) + g4 TWt + g5 HRJEIt-1 + U7t ..........(10)
Tanda parameter estimasi yang diharapkan: g3<0; g1, g2, g4 >0; dan 0
= Harga riil jagung eceran Indonesia tahun t (Rp/Kg)
HRJMIAt-1
= Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN t-1 (US$/Ton)
HRJMINAt = Harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN tahun t (US$/Ton) HRJMINAt-1 = Harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN t-1 (US$/Ton) SJIt
= Penawaran jagung Indonesia tahun t (Ton)
DJIt
= Permintaan jagung Indonesia tahun t (Ton)
TWt
= Tren waktu
HRJEIt-1
= Harga riil jagung eceran Indonesia t-1 (Rp/Kg)
g0
= Intersep
gj
= Parameter, j= 1, 2, 3, ..., 5
U7
= Variabel pengganggu
4.2.6.4. Harga Riil Jagung Impor Indonesia dari ASEAN Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN merujuk pada negara Thailand sebagai negara ASEAN dengan pangsa impor terbesar terhadap impor jagung Indonesia. Harga ini didapat dari nilai impor dibagi dengan jumlah impor jagung Indonesia dari Thailand. Negara Thailand merupakan negara ASEAN
35
dengan pangsa impor jagung terbesar terhadap total impor jagung Indonesia dari ASEAN. Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN merupakan fungsi dari harga riil jagung dunia t-1, perubahan tarif impor jagung Indonesia dari ASEAN dan tarif impor jagung Indonesia dari ASEAN t-1, dan rasio nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat dan nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat t-1. Persamaan harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN adalah: HRJMIAt
= h0 + h1 HRJWt-1 + h2 (TMJIAt - TMJIAt-1) + h3 (EXRIASt / EXRIASt-1) + U8t ...............................(11)
Tanda parameter estimasi yang diharapkan: h1, h2, h3 >0 dimana: HRJMIAt
= Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN tahun t (US$/Ton)
HRJWt-1
= Harga riil jagung dunia t-1 (US$/Ton)
TMJIAt
= Tarif impor jagung Indonesia dari ASEAN tahun t (%)
TMJIAt-1
= Tarif impor jagung Indonesia dari ASEAN t-1 (%)
EXRIASt
= Nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat tahun t (Rp/US$)
EXRIASt-1
= Nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat t-1 (Rp/US$)
h0
= Intersep
hj
= Parameter, j= 1, 2, 3
U8
= Variabel pengganggu
4.2.6.5. Harga Riil Jagung Impor Indonesia dari Non ASEAN Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN merujuk pada negara China sebagai negara non ASEAN dengan pangsa impor terbesar terhadap impor jagung Indonesia. Harga ini didapat dari nilai impor dibagi dengan jumlah impor jagung Indonesia dari China. Negara China merupakan negara non ASEAN dengan pangsa impor terbesar terhadap total impor jagung Indonesia dari non ASEAN.
36
Harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN merupakan fungsi dari harga riil jagung dunia, perubahan tarif impor jagung Indonesia dari non ASEAN dan tarif impor jagung Indonesia dari non ASEAN t-1, nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat, dan tren waktu. Persamaan harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN adalah: HRJMINAt = i0 + i1 HRJWt + i2 (TMJINAt - TMJINAt-1) + i3 EXRIASt + i4 TWt + U9t .........................................(12) Tanda parameter estimasi yang diharapkan: i1, i2, i3, i4 >0 dimana: HRJMINAt = Harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN tahun t (US$/Ton) HRJWt
= Harga riil jagung dunia tahun t (US$/Ton)
TMJINAt
= Tarif impor jagung Indonesia dari non ASEAN tahun t (%)
TMJINAt-1 = Tarif impor jagung Indonesia dari non ASEAN t-1 (%) EXRIASt
= Nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat tahun t (Rp/US$)
TWt
= Tren waktu
i0
= Intersep
ij
= Parameter, j= 1, 2, 3, 4
U9
= Variabel pengganggu
4.2.7. Impor Jagung Indonesia 4.2.7.1. Impor Jagung Indonesia dari Thailand Impor jagung Indonesia dari Thailand merupakan fungsi dari harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN, kelebihan permintaan jagung Indonesia, perubahan pendapatan nasional per kapita dan pendapatan nasional per kapita t-1, dan tren waktu. Persamaan impor jagung Indonesia dari Thailand adalah: MJITt
= j0 + j1 HRJMIAt + j2 (DJIt - SJIt) + j3 (GDPKAPIt - GDPKAPIt-1) + j4 TWt + U10t ...........(13)
Tanda parameter estimasi yang diharapkan: j1<0 dan j2, j3, j4>0
37
dimana: MJITt
= Impor jagung Indonesia dari Thailand tahun t (Ton)
HRJMIAt
= Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN tahun t (US$/Ton)
DJIt
= Permintaan jagung Indonesia tahun t (Ton)
SJIt
= Penawaran jagung Indonesia tahun t (Ton)
GDPKAPIt = Pendapatan nasional per kapita tahun t (Rp Miliar/Jiwa) GDPKAPIt-1= Pendapatan nasional per kapita t-1 (Rp Miliar/Jiwa) TWt
= Tren waktu
j0
= Intersep
jj
= Parameter, j= 1, 2, 3, 4
U10
= Variabel pengganggu
4.2.7.2. Impor Jagung Indonesia dari Myanmar Impor jagung Indonesia dari Myanmar merupakan fungsi dari harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN, kelebihan permintaan jagung Indonesia, perubahan pendapatan nasional per kapita dan pendapatan nasional per kapita t-1, tren waktu, dan impor jagung Indonesia dari Myanmar t-1. Persamaan impor jagung Indonesia dari Myanmar adalah: MJIMt
= k0 + k1 HRJMIAt + k2 (DJIt - SJIt) + k3 (GDPKAPIt - GDPKAPIt-1) + k4 TWt + k5 MJIMt-1 + U11t .........................................................................(14)
Tanda parameter estimasi yang diharapkan: k1<0; k2, k3, k4>0; dan 0
= Impor jagung Indonesia dari Myanmar tahun t (Ton)
HRJMIAt
= Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN tahun t (US$/Ton)
DJIt
= Permintaan jagung Indonesia tahun t (Ton)
SJIt
= Penawaran jagung Indonesia tahun t (Ton)
GDPKAPIt
= Pendapatan nasional per kapita tahun t (Rp Miliar/Jiwa)
GDPKAPIt-1 = Pendapatan nasional per kapita t-1 (Rp Miliar/Jiwa) TWt
= Tren waktu
38
MJIMt-1
= Impor jagung Indonesia dari Myanmar t-1 (Ton)
k0
= Intersep
kj
= Parameter, j= 1, 2, 3, ..., 5
U11
= Variabel pengganggu
4.2.7.3. Impor Jagung Indonesia dari ASEAN Impor jagung Indonesia dari ASEAN merupakan persamaan identitas, dimana impor jagung Indonesia dari ASEAN sama dengan impor jagung Indonesia dari Thailand dan impor jagung Indonesia dari Myanmar. Kedua negara tersebut adalah negara ASEAN dengan pangsa terbesar terhadap jumlah impor jagung Indonesia. Persamaan impor jagung Indonesia dari ASEAN adalah: MJIAt
= MJITt + MJIMt + MJROAt .........................................(15)
MJIAt
= Impor jagung Indonesia dari ASEAN tahun t (Ton)
MJITt
= Impor jagung Indonesia dari Thailand tahun t (Ton)
MJIMt
= Impor jagung Indonesia dari Myanmar tahun t (Ton)
MJROAt
= Impor jagung Indonesia dari ROA (sisa negara ASEAN)
dimana:
tahun t (Ton) 4.2.7.4. Impor Jagung Indonesia dari China Impor jagung Indonesia dari China merupakan fungsi dari harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN, perubahan permintaan jagung Indonesia dan permintaan jagung Indonesia t-1, dan impor jagung Indonesia dari China t-1. Persamaan impor jagung Indonesia dari China adalah: MJICt
= l0 + l1 HRJMINAt + l2 (DJIt - DJIt-1) + l3 MJICt-1+ U12t ..............................................................................(16)
Tanda parameter estimasi yang diharapkan: l1 <0; l2>0; dan 0
= Impor jagung Indonesia dari China tahun t (Ton)
HRJMINAt = Harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN tahun t (US$/Ton) DJIt
= Permintaan jagung Indonesia tahun t (Ton)
DJIt-1
= Permintaan jagung Indonesia t-1 (Ton)
39
MJICt-1
= Impor jagung Indonesia dari China t-1 (Ton)
l0
= Intersep
lj
= Parameter, j= 1, 2, 3
U12
= Variabel pengganggu
4.2.7.5. Impor Jagung Indonesia dari Amerika Serikat Impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat merupakan fungsi dari harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN, kelebihan permintaan jagung Indonesia, perubahan pendapatan nasional per kapita dan pendapatan nasional per kapita t-1, dan impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat t-1. Persamaan impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat adalah: MJIASt
= m0 + m1 HRJMINAt + m2 (DJIt - SJIt) + m3 (GDPKAPIt - GDPKAPIt-1) + m4 MJIASt-1 + U13t .....(17)
Tanda parameter estimasi yang diharapkan: m1<0; m2, m3>0; dan 0<m4<1 dimana: MJIASt
= Impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat tahun t (Ton)
HRJMINAt = Harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN tahun t (US$/Ton) DJIt
= Permintaan jagung Indonesia tahun t (Ton)
SJIt
= Penawaran jagung Indonesia tahun t (Ton)
GDPKAPIt = Pendapatan nasional per kapita tahun t (Rp Miliar/Jiwa) GDPKAPIt-1 = Pendapatan nasional per kapita t-1 (Rp Miliar/Jiwa) MJIASt-1
= Impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat t-1 (Ton)
m0
= Intersep
mj
= Parameter, j= 1, 2, 3, 4
U13
= Variabel pengganggu
4.2.7.6. Impor Jagung Indonesia dari Non ASEAN Impor jagung Indonesia dari non ASEAN merupakan persamaan identitas, dimana impor jagung Indonesia dari non ASEAN sama dengan impor jagung Indonesia dari China ditambah impor jagung Indonesia dari Argentina dan impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat. Ketiga negara tersebut adalah
40
negara non ASEAN dengan pangsa terbesar terhadap jumlah impor jagung Indonesia. Persamaan impor jagung Indonesia adalah: MJINAt
= MJICt + MJIAGt + MJIASt + MJRONAt ...................(18)
MJINAt
= Impor jagung Indonesia dari non ASEAN tahun t (Ton)
MJICt
= Impor jagung Indonesia dari China tahun t (Ton)
MJIAGt
= Impor jagung Indonesia dari Argentina tahun t (Ton)
MJIASt
= Impor jagung Indonesia dari Amerika serikat tahun t
dimana:
(Ton) MJRONAt = Impor jagung Indonesia dari RONA (sisa negara selain ASEAN) tahun t (Ton) 4.2.7.7. Impor Jagung Indonesia Impor jagung Indonesia merupakan persamaan identitas, dimana impor jagung Indonesia sama dengan impor jagung Indonesia dari ASEAN ditambah dengan impor jagung Indonesia dari non ASEAN. Persamaan impor jagung Indonesia adalah: MJIt
= MJIAt + MJINAt .........................................................(19)
MJIt
= Impor jagung Indonesia tahun t (Ton)
MJIAt
= Impor jagung Indonesia dari ASEAN tahun t (Ton)
MJINAt
= Impor jagung Indonesia dari Non ASEAN tahun t (Ton)
dimana:
4.2.8. Ekspor Impor Jagung Dunia 4.2.8.1. Ekspor Jagung Amerika Serikat Amerika Serikat merupakan negara eksportir jagung dengan pangsa terbesar di dunia. Adapun persamaan ekspor jagung Amerika Serikat dirumuskan sebagai berikut: XJASt
= n0 + n1 HRJWt + n2 QJASt-1 + n3 XJASt-1 + U14t .........(20)
Tanda parameter yang diharapkan adalah: n1, n2>0 dan 0
= Ekspor Jagung Amerika Serikat tahun t (Ton)
41
HRJWt
= Harga riil jagung dunia tahun t (US$/Ton)
QJASt-1
= Produksi jagung Amerika Serikat t-1 (Ton)
XJASt-1
= Ekspor jagung Amerika Serikat t-1 (Ton)
n0
= Intersep
nj
= Parameter, j= 1, 2, 3
U14
= Variabel pengganggu
4.2.8.2. Ekspor Jagung Argentina Argentina merupakan eksportir jagung dengan pangsa terbesar kedua di dunia. Adapun persamaan ekspor jagung Argentina dirumuskan dalam persamaan berikut: XJAGt
= o0 + o1 HRJWt + o2 QJAGt + o3 TWt + U15t ...................(21)
Tanda parameter estimasi yang diharapkan: o1, o2, o3>0 dimana: XJAGt
= Ekspor Jagung Argentina tahun t (Ton)
HRJWt
= Harga riil jagung dunia tahun t (US$/Ton)
QJAGt
= Produksi jagung Argentina tahun t (Ton)
TWt
= Tren waktu
o0
= Intersep
oj
= Parameter, j= 1, 2, 3
U15
= Variabel pengganggu
4.2.8.3. Total Ekspor Jagung Dunia Ekspor jagung dunia dibentuk melalui persamaan identitas yang merupakan penjumlahan dari ekspor jagung negara eksportir terbesar dunia (Amerika Serikat dan Argentina) dan negara Indonesia serta negara lainnya. Setiap perubahan yang mempengaruhi ekspor jagung negara-negara eksportir terbesar dunia mempengaruhi ekspor jagung dunia. Adapun persamaan total ekspor jagung dunia dirumuskan sebagai berikut: XJWt
= XJASt + XJAGt + XJIt + XJROWt .................................(22)
XJWt
= Ekspor jagung dunia tahun t (Ton)
dimana:
42
XJASt
= Ekspor jagung Amerika Serikat tahun t (Ton)
XJAGt
= Ekspor jagung Argentina tahun t (Ton)
XJIt
= Ekspor jagung Indonesia tahun t (Ton)
XJROWt = Ekspor jagung rest of the world tahun t (Ton) 4.2.8.4. Impor Jagung Jepang Jepang merupakan negara importir jagung dengan pangsa terbesar di dunia. Adapun persamaan impor jagung Jepang dirumuskan sebagai berikut: MJJt
= p0 + p1 HRJWt-1 + p2 CJJt-1 + p3 (EXRJt - EXRJt-1) + p4 STJJt + U16t .................................................................(23)
Tanda parameter estimasi yang diharapkan: p1, p3, p4<0 dan p2>0 dimana: MJJt
= Impor Jagung Jepang tahun t (Ton)
HRJWt-1 = Harga riil jagung dunia t-1 (US$/Ton) CJJt-1
= Konsumsi jagung Jepang t-1 (Ton)
EXRJt
= Nilai tukar riil Jepang terhadap Amerika Serikat tahun t (Yen/US$)
EXRJt-1
= Nilai tukar riil Jepang terhadap Amerika Serikat t-1 (Yen/US$)
STJJt
= Stok jagung Jepang tahun t (Ton)
p0
= Intersep
pj
= Parameter, j= 1, 2, 3, 4
U16
= Variabel pengganggu
4.2.8.5. Impor Jagung Korea Selatan Korea Selatan merupakan negara importir jagung dengan pangsa terbesar kedua di dunia. Adapun persamaan impor jagung Korea Selatan dirumuskan dalam persamaan berikut: MJKSt
= q0 + q1 HRJWt + q2 CJKSt + q3 EXRKSt + q4 STJKSt + q5 TWt + U17t ..................................................................(24)
Tanda parameter estimasi yang diharapkan: q1, q3, q4<0 dan q2, q5>0 dimana:
43
MJKSt
= Impor Jagung Korea Selatan tahun t (Ton)
HRJWt
= Harga riil jagung dunia tahun t (US$/Ton)
CJKSt
= Konsumsi jagung Korea Selatan tahun t (Ton)
EXRKSt = Nilai tukar riil Korea Selatan terhadap Amerika Serikat tahun t (Won/US$) STJKSt
= Stok jagung Korea Selatan tahun t (Ton)
TWt
= Tren waktu
q0
= Intersep
qj
= Parameter, j= 1, 2, 3, ..., 5
U17
= Variabel pengganggu
4.2.8.6. Total Impor Jagung Dunia Impor jagung dunia dibentuk melalui persamaan identitas yang merupakan penjumlahan dari impor jagung negara importir terbesar dunia (Jepang dan Korea Selatan) dan negara Indonesia serta negara lainnya. Setiap perubahan yang mempengaruhi impor jagung negara-negara importir terbesar dunia mempengaruhi impor jagung dunia. Adapun persamaan total impor jagung dunia dirumuskan sebagai berikut: MJWt
= MJJt + MJKSt + MJIt + MJROWt ..................................(25)
MJWt
= Impor Jagung dunia tahun t (Ton)
MJJt
= Impor Jagung Jepang tahun t (Ton)
MJKSt
= Impor Jagung Korea Selatan tahun t (Ton)
MJIt
= Impor Jagung Indonesia tahun t (Ton)
dimana:
MJROWt = Impor jagung rest of the world tahun t (Ton) 4.2.9. Harga Riil Jagung Dunia Mexico merupakan produsen jagung yang dominan di pasar dunia. Merujuk pada penentuan harga jagung dunia oleh bank dunia, maka harga jagung dunia adalah harga ekspor FOB jagung Mexico. Setiap komoditas ekspor dan impor memiliki harga yang ditentukan oleh keseimbangan pasar dunia. Harga jagung sangat ditentukan oleh penawaran ekspor jagung dunia, permintaan impor jagung dunia, dan harga riil jagung dunia
44
t-1. Oleh karena itu, persamaan harga riil jagung dunia dapat dirumuskan sebagai berikut: HRJWt
= r0 + r1 (XJWt - XJWt-1) + r2 (MJWt/MJWt-1) + r3 HRJWt-1 + U18t ............................................................(26)
Tanda parameter yang diharapkan: r1<0; r2 >0; dan 0
= Harga riil jagung dunia tahun t (US$/Ton)
XJWt
= Ekspor jagung dunia tahun t (Ton)
XJWt-1
= Ekspor jagung dunia t-1 (Ton)
MJWt
= Impor jagung dunia tahun t (Ton)
MJWt-1
= Impor jagung dunia t-1 (Ton)
HRJWt-1 = Harga riil jagung dunia t-1 (US$/Ton) r0
= Intersep
rj
= Parameter, j= 1, 2, 3
U18
= Variabel pengganggu
Definisi operasional variabel endogen dan eksogen dalam model Perdagangan Jagung Indonesia disajikan pada Lampiran 3. 4.3. Identifikasi dan Estimasi Model Identifikasi model adalah syarat yang diperlukan untuk mengestimasi parameter sistem persamaan simultan. Identifikasi persamaan struktural menggunakan kriteria order condition (Koutsoyiannis, 1977) sebagai berikut: (K-M) >, =, < (G-1) dimana: K
= Total variabel dalam model (variabel endogen dan predetermined)
M
= Jumlah variabel endogen dan eksogen dalam suatu persamaan
G
= Total persamaan (jumlah variabel endogen dalam model)
Jika (K-M) lebih kecil dari (G-1) maka persamaan under identified dan tidak dapat diestimasi. Jika (K-M) sama dengan (G-1) maka persamaan exactly identified dan dapat diestimasi menggunakan metode Indirect Least Squares
45
(ILS). Jika (K-M) lebih besar dari (G-1) maka persamaan over identified dan dapat diestimasi menggunakan berbagai metode. Model Perdagangan Jagung Indonesia terdiri dari 26 persamaan (delapan persamaan identitas dan 18 persamaan struktural). Model ini terdiri dari 26 variabel endogen (G) dan 40 variabel predetermined (11 lag variabel endogen, tiga lag variabel eksogen, dan 26 variabel eksogen), sehingga total variabel dalam model adalah 66 variabel (K). Jumlah variabel yang paling banyak dalam suatu persamaan adalah tujuh variabel (M). Berdasarkan kriteria order condition (K-M) > (G-1), maka dapat disimpulkan bahwa semua persamaan struktural yang terdapat dalam model adalah over identified, sehingga parameter diestimasi menggunakan metode Two Stage Least Squares (2SLS). Pengolahan data menggunakan Software Statistical Analysis System/Econometric Time Series (SAS/ETS) versi 9.1. Program komputer dan hasil estimasi parameter model Perdagangan Jagung Indonesia disajikan pada Lampiran 4 dan 5. 4.4. Uji Statistik 1. Uji Statistik-F Pengujian terhadap estimasi persamaan secara keseluruhan dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik-F. Uji statistik-F digunakan untuk mengetahui dan menguji apakah variabel penjelas secara bersama-sama mampu menjelaskan keragaman variabel endogen (Koutsoyiannis, 1977). Hipotesis: H0 : β1 = β2 = ..... = βj = 0 H1 : minimal ada satu βj ≠ 0 dimana: j
= 1, 2, 3, ..., n
n
= Banyaknya variabel penjelas dalam suatu persamaan
Apabila P-value uji statistik F < taraf α sebesar 15 persen maka tolak H0. Tolak H0 berarti seluruh variabel penjelas dalam satu persamaan secara bersama-bersama mampu menjelaskan variabel endogennya dengan baik.
46
2. Uji Statistik-t Uji statistik-t digunakan untuk mengetahui dan menguji apakah masingmasing variabel penjelas berpengaruh nyata terhadap variabel endogen (Koutsoyiannis, 1977). Hipotesis: H0 : βj = 0 H1 : uji satu arah
βj > 0 atau βj < 0
Kriteria uji: 1. H1 : βj > 0, bila P-value uji statistik-t < α maka tolak H0 2. H1 : βj < 0, bila P-value uji statistik-t < α maka tolak H0 Penelitian menggunakan uji satu arah dengan taraf α sebesar 15 persen, sehingga apabila P-value uji statistik-t < α sebesar 15 persen maka tolak H0. Hal ini berarti bahwa variabel penjelas berpengaruh secara nyata terhadap variabel endogennya. Pada Software SAS, hasil uji statistik bisa dilihat dari nilai Pr. Nilai ini merupakan probabilitas untuk uji dua arah, sehingga untuk pengujian satu arah nilai probabilitas harus dibagi dua. 3. Uji Statistik Durbin-h Metode pengujian yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya serial korelasi adalah dengan statistik Dw (Durbin Watson Statistics). Namun, karena di dalam model terdapat persamaan yang mengandung vaiabel bedakala, maka penggunaan statistik Dw sudah tidak valid sehingga digunakan uji statistik Durbin-h (Dh) untuk mengetahui ada tidaknya serial korelasi pada persamaan yang mengandung variabel bedakala dengan rumus berikut (Pindyck dan Rubinfeld, 1998): Dh
=(
)( √
)
dimana: Dh
= Nilai statistik durbin-h
Dw
= Nilai Durbin Watson hitung (pengolahan dari komputer)
N
= Jumlah periode pengamatan
Var β
= Varians variabel bedakala endogen = (SE)2 (dari pengolahan komputer)
47
Apabila digunakan taraf α = 5 persen, sehingga diketahui -1.96 ≤ Dh ≤ 1.96, maka dapat disimpulkan persamaan tidak mengalami masalah serial korelasi. Namun apabila diketahui nilai Dh < -1.96 maka terdapat serial korelasi negatif, sebaliknya apabila nilai Dh > 1.96 maka terdapat serial korelasi positif. 4. Uji Multicollinearity Multicollinearity adalah suatu hubungan linier antara dua atau lebih variabel penjelas dalam suatu persamaan tertentu. Jika terjadi korelasi yang sempurna diantara sesama variabel penjelas maka koefisien parameter menjadi tidak dapat ditaksir dan nilai standard error setiap koefisien estimasi menjadi tidak terhingga (Sitepu dan Sinaga, 2006). Salah satu cara untuk menentukan masalah multicollinearity dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF). Pada umumnya masalah multicollinearity yang serius terjadi apabila nilai VIF dari suatu variabel lebih besar dari 10 (Sarwoko, 2005). Program komputer dan hasil uji multicollinearity disajikan pada Lampiran 6 dan 7. 5. Elastisitas Elastisitas digunakan untuk mendapat ukuran kuantitatif respon suatu fungsi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk model yang dinamis, dapat dihitung elastisitas jangka pendek dan jangka panjang. Nilai elastisitas jangka pendek diperoleh dari perhitungan sebagai berikut (Pindyck dan Rubinfeld, 1998): Esr (Yt, Xt) = βt (Xt)/(Yt) dimana: Esr (Yt, Xt) = Elastisitas jangka pendek variabel penjelas Xt terhadap variabel endogen Yt βt
= Parameter estimasi variabel penjelas Xt
Xt
= Rata-rata variabel penjelas Xt
Yt
= Rata-rata variabel endogen Yt
Nilai elastisitas jangka panjang dapat diperoleh dari perhitungan sebagai berikut: Elr
=
................................................................(30)
48
dimana: Esr (Yt, Xt)
= Elastisitas jangka pendek variabel penjelas Xt terhadap variabel endogen Yt
βt lag
= Parameter estimasi dari lag-variabel endogen
Kriteria uji: 1. Jika nilai elastisitas lebih dari satu (E > 1), maka dikatakan elastis (responsif) karena perubahan satu persen variabel penjelas mengakibatkan perubahan variabel endogen lebih dari satu persen. 2. Jika nilai elastisitas lebih dari satu (E < 1), maka dikatakan inelastis (tidak responsif) karena perubahan satu persen variabel penjelas mengakibatkan perubahan variabel endogen kurang dari satu persen. 3. Jika nilai elastisitas sama dengan nol (E = 0), maka dikatakan inelastis sempurna. 4. Jika nilai elastisitas tak hingga (E = ~), maka dikatakan elastis sempurna. 5. Jika nilai elastisitas sama dengan satu (E = 1), maka dikatakan unitary elastis. 4.5. Validasi Model Validasi model dilakukan untuk mengetahui apakah model cukup baik digunakan untuk simulasi. Indikator statistik yang digunakan untuk validasi model adalah RMSPE (Root Mean Squares Percent Error) dan U-Theil (Theil’s Inequality Coefficient) (Pindyck dan Rubinfeld, 1998). Perhitungan indikator validasi sebagai berikut: RMSPE = √ ∑
(
)
√ ∑
U-Theil = √ ∑
√ ∑
dimana: = Nilai simulasi dasar dari variabel endogen = Nilai aktual variabel endogen T
= Jumlah periode simulasi (1, 2, 3, ..., 8)
49
RMSPE = Root Mean Squares Percent Error U-Theil = Theil’s Inequality Coefficient Semakin kecil nilai RMSPE dan U-Theil maka semakin baik model digunakan untuk simulasi. Program komputer dan hasil validasi disajikan pada Lampiran 8 dan 9. 4.6. Simulasi Model Analisis simulasi digunakan untuk menjelaskan dampak perubahan variabel eksogen dan endogen terhadap seluruh variabel endogen dalam model. Tujuan dari simulasi historis pada tahun 2003 sampai 2010 dilakukan untuk menjelaskan dampak perubahan faktor internal: (1) tarif impor jagung, (2) harga eceran pupuk urea, dan (3) harga jagung di tingkat petani dan eksternal: (1) produksi jagung Amerika Serikat dan (2) konsumsi jagung Jepang terhadap penawaran jagung, permintaan jagung, surplus produsen, surplus konsumen, dan penerimaan pemerintah dari tarif impor jagung. Program komputer dan hasil simulasi disajikan pada Lampiran 10 dan 11. Skenario simulasi yang dilakukan adalah: 1. Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA. Alternatif kebijakan berdasarkan tarif impor jagung yang berasal dari negara yang telah melakukan perjanjian FTA dengan Indonesia seperti negara-negara anggota ASEAN yang diberlakukan pada tahun 2010. 2. Tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA sebesar 5 persen. Simulasi dilakukan untuk melihat alternatif perubahan tarif impor jagung yang masih dapat diterapkan dalam era liberalisasi perdagangan jagung AFTA karena batas tarif yang diperbolehkan dalam perjanjian tersebut adalah antara nol sampai lima persen. 3. Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA. Alternatif ini sengaja dilakukan untuk meningkatkan impor jagung di Indonesia. Kebijakan ini diestimasi akan menguntungkan bagi konsumen jagung. Simulasi ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah impor jagung Indonesia sangat responsif dalam merespon pembebasan tarif impor. 4. Tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA sebesar 5 persen. Simulasi ini sengaja dilakukan untuk melihat alternatif perubahan tarif impor
50
jagung yang masih dapat diterapkan dalam era liberalisasi perdagangan jagung AFTA untuk negara non AFTA. 5. Penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen. Pupuk urea merupakan faktor input bagi usaha jagung. Dalam upaya memacu produksi jagung, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen diestimasi dapat meningkatkan produksi jagung. 6. Peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen. Simulasi ini sengaja
dilakukan
untuk
meningkatkan
produksi
jagung.
Besarnya
peningkatan sebesar 10 persen diestimasi dapat meningkatkan produksi jagung. 7. Peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen. Jagung dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar nabati (etanol). Pada tahun 2006 AS merupakan produsen etanol terbesar di dunia sehingga produksi jagung AS semakin tinggi untuk pembuatan etanol. Besarnya perubahan tersebut hanya berdasarkan laju tertinggi produksi jagung AS pada lima tahun terakhir yang mendekati 24 persen. 8. Peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen. Pertimbangan memasukan negara tersebut karena Jepang merupakan negara importir utama jagung di pasar dunia, sehingga jika terjadi perubahan konsumsi dari Jepang akan mempunyai dampak yang lebih besar dibanding negara lainnya terhadap kinerja pasar jagung domestik. Besarnya perubahan hanya berdasarkan laju tertinggi konsumsi jagung Jepang pada lima tahun terakhir yang mendekati 20 persen. 9. Kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen. Simulasi kombinasi ini dilakukan untuk melihat bagaimana penurunan harga eceran pupuk urea dan peningkatan harga jagung di tingkat petani mampu melindungi petani dan industri jagung nasional dari derasnya impor akibat penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA. 10. Kombinasi peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen, penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA,
51
penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen. Simulasi ini dilakukan untuk melihat bagaimana penghapusan tarif impor, penurunan harga eceran pupuk urea, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani mampu melindungi konsumen jagung akibat meningkatnya konsumsi jagung Jepang. 4.7. Analisis Perubahan Indikator Kesejahteraan Surplus produsen dan konsumen menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat dan merupakan indikator penentu arah kebijakan yang dilakukan. Perubahan kesejahteraan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 1. Perubahan Surplus Produsen Jagung (HRJPIs – HRJPIb) * ((QJIb +
⁄
* (QJIs – QJIb)) * 1000)
2. Perubahan Surplus Konsumen a. Konsumen Jagung Konsumsi Langsung (HRJEIb – HRJEIs) * ((DJKs +
⁄
* (DJKb – DJKs)) * 1000)
b. Konsumen Jagung Industri Pakan (HRJPBIb – HRJPBIs) * ((DJPs +
⁄
* (DJPb – DJPs)) * 1000)
3. Perubahan Penerimaan Pemerintah dari Tarif Impor Jagung a. Impor Jagung Indonesia dari Thailand (TMJIAs/100) * MJITs * HRJMIAs * EXRIASs – TMJIAb * MJITb * HRJMIAb * EXRIASb b. Impor Jagung Indonesia dari Myanmar (TMJIAs/100) * MJIMs * HRJMIAs * EXRIASs –TMJIAb * MJIMb * HRJMIAb * EXRIASb c. Impor Jagung Indonesia dari Sisa Negara ASEAN (TMJIAs/100) * MJROAs * HRJMIAs * EXRIASs – TMJIAb * MJROAb * HRJMIAb * EXRIASb d. Impor Jagung Indonesia dari China (TMJINAs/100) * MJICs * HRJMINAs * EXRIASs –TMJINAb * MJICb * HRJMINAb * EXRIASb e. Impor Jagung Indonesia dari Amerika Serikat (TMJINAs/100) * MJIASs * HRJMINAs * EXRIASs –TMJINAb * MJIASb * HRJMINAb * EXRIASb
52
f. Impor Jagung Indonesia dari Sisa Negara selain ASEAN (TMJINAs * MJRONAs * HRJMINAs *EXRIASs –TMJINAb * MJRONAb * HRJMINAb * EXRIASs 4. Kesejahteraan Pelaku Pasar Net surplus = Perubahan surplus produsen + perubahan surplus konsumen + perubahan penerimaan pemerintah dari tarif impor jagung dimana: b
= Nilai dasar
s
= Nilai simulasi
DJK
= Permintaan jagung untuk konsumsi langsung (Ton)
DJP
= Permintaan jagung untuk industri pakan (Ton)
EXRIAS
= Nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat (Rp/US$)
HRJEI
= Harga riil jagung eceran Indonesia (Rp/Kg)
HRJPI
= Harga riil jagung di tingkat petani (Rp/Kg)
HRJPBI
= Harga riil jagung pedagang besar Indonesia (Rp/Kg)
HRJMIA
= Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN (US$/Ton)
HRJMINA
= Harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN (US$/Ton)
MJIT
= Impor jagung Indonesia dari Thailand (Ton)
MJIM
= Impor jagung Indonesia dari Myanmar (Ton)
MJROA
= Impor jagung Indonesia dari sisa ASEAN (Ton)
MJIC
= Impor jagung Indonesia dari China (Ton)
MJIAS
= Impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat (Ton)
MJRONA
= Impor jagung Indonesia dari sisa non ASEAN (Ton)
TMJIA
= Tarif impor jagung Indonesia dari ASEAN (%)
TMJINA
= Tarif impor jagung Indonesia dari non ASEAN (%)
QJI
= Produksi jagung Indonesia (Ton)
53
V. KERAGAAN PASAR JAGUNG INDONESIA
5.1. Perkembangan Luas Areal, Produktivitas, dan Produksi Jagung Indonesia Perkembangan luas areal, produktivitas, dan produksi jagung di Indonesia periode 2001 sampai 2010 disajikan pada Tabel 7. Luas areal tanaman jagung di Indonesia berkembang secara berfluktuasi dengan rata-rata luas areal sekitar 3.60 juta Ha dan peningkatan rata-rata laju luas areal sebesar 2.76 persen per tahun. Tabel 7. Perkembangan Luas Areal, Produktivitas, dan Produksi Jagung di Indonesia Tahun 2001-2010 Tahun Luas Areal (000 Ha) Produktivitas (Ton/Ha) 2001 3 285.90 2.85 2002 3 126.80 3.09 2003 3 358.50 3.24 2004 3 356.90 3.34 2005 3 626.00 3.45 2006 3 345.80 3.47 2007 3 630.30 3.66 2008 4 001.70 4.08 2009 4 160.70 4.24 2010 4 131.70 4.44 Rata-rata 3 602.43 3.59 2.76 5.10 Laju (%/Tahun) Sumber: Badan Pusat Statistik, 2006, 2010 (diolah)
Produksi (000 Ton) 9 348.39 9 655.56 10 884.90 11 225.47 12 524.20 11 609.93 13 286.90 16 318.93 17 628.89 18 328.22 13 081.14 8.07
Dari aspek produktivitas tampaknya produktivitas jagung di Indonesia masih sangat rendah mencapai 3.59 ton per ha, walaupun cenderung meningkat sebesar 5.10 persen per tahun. Masih rendahnya produktivitas menggambarkan bahwa penggunaan benih jagung hibrida di tingkat petani masih rendah, di samping cara pemeliharaanya belum intensif (Kariyasa, 2003). Produksi jagung selama kurun waktu 2001 sampai 2010 menunjukan perkembangan yang relatif meningkat dengan rata-rata laju sebesar 8.07 persen per tahun. Produksi jagung merupakan perkalian antara luas areal dan produktivitas jagung. Tampaknya peningkatan produksi jagung di Indonesia lebih banyak ditentukan oleh adanya perbaikan produktivitas daripada peningkatan luas areal tanaman jagung (Edward, 2008). Secara teknis, upaya untuk peningkatan produksi jagung dan pendapatan petani dapat dilakukan dengan melalui efisiensi usaha tani dengan mengarahkan pada penekanan biaya produksi atau peningkatan produktivitas (Kementerian Pertanian, 2012). Upaya peningkatan produksi juga
54
dapat dilakukan dengan melalui perbaikan teknologi produksi di tingkat petani (Malian, 2004). 5.2. Perkembangan Ekspor, Impor, dan Penawaran Jagung Indonesia Kebutuhan jagung domestik periode 2001 sampai 2010 belum terpenuhi oleh produksi jagung domestik (Tabel 8). Kondisi ini ditunjukan dengan status Indonesia dalam perdagangan jagung dunia sebagai net importir selama periode tersebut. Tabel 8. Perkembangan Ekspor, Impor, dan Penawaran Jagung Indonesia Tahun 2001-2010 Ekspora Impora Tahun Volume Pangsac Volume Pangsad (000 Ton) (%) (000 Ton) (%) 2001 90.50 1 684.75 0.97 16.37 2002 16.31 3 157.19 0.17 29.25 2003 33.70 3 954.76 0.31 32.45 2004 32.68 1 470.28 0.29 11.96 2005 54.01 185.61 0.43 1.47 2006 28.07 958.90 0.24 7.18 2007 101.74 1 271.68 0.77 9.16 2008 107.00 277.92 0.66 1.68 2009 62.58 336.28 0.35 1.88 2010 41.95 1 527.53 0.23 9.69 Rata-rata 568.50 0.44 1 482.49 12.11 Laju (%/Tahun) 25.78 19.20 78.75 68.69 a Sumber: FAO, 2012 (diolah) b Produksi + Impor – Ekspor + Stok t-1 Keterangan: c Persentase terhadap produksi dalam negeri d Persentase terhadap kebutuhan dalam negeri
Net (x-m) (000 Ton)
Kebutuhanb (000 Ton)
-1 594.27 -3 140.88 -3 921.07 -1 437.60 -131.60 -930.83 -1 169.94 -170.92 -273.71 -1 485.58 -1 425.64 113.13
10 293.71 10 793.32 12 188.43 12 289.96 12 655.80 13 357.17 13 887.11 16 498.47 17 905.11 15 761.30 13 563.04 5.16
Rata-rata impor jagung Indonesia sebesar 1.48 Juta Ton dan mengalami peningkatan sebesar 78.75 persen per tahun. Pola ketersediaan komoditas jagung tidak didukung dengan laju produksi jagung sehingga impor jagung meningkat dengan tajam (Dermoredjo et al., 2012). Berdasarkan pangsanya terhadap kebutuhan dalam negeri memang relatif masih kecil (12.11 persen), namun tanpa ada upaya untuk memacu produksi jagung dalam negeri, volume dan pangsa impor jagung mempunyai potensi untuk terus meningkat mengingat peningkatan kebutuhan dalam negeri lebih cepat dari peningkatan produksinya.
55
5.3. Perkembangan Penggunaan Jagung di Indonesia Secara umum penggunaan jagung di Indonesia dikelompokan menjadi tiga yaitu: (1) konsumsi langsung, (2) industri pakan, dan (3) kebutuhan lainnya. Perkembangan penggunaan jagung di Indonesia periode 2001 sampai 2010 menunjukan rata-rata penggunaan jagung untuk industri pakan relatif lebih sedikit yaitu 835 ribu ton per tahun atau hanya 6.00 persen dari total penggunaan jagung (Tabel 9). Rata-rata laju volume jagung untuk industri pakan meningkat sebesar 7.83 persen per tahun, sedangkan rata-rata laju pangsa jagung menurun 0.01 persen per tahun. Tabel 9. Perkembangan Penggunaan Jagung di Indonesia Tahun 2001-2010 Konsumsi Langsung Volume Pangsa (000 Ton) (%) 7 841.00 76.18 2001 7 130.00 68.13 2002 8 065.00 68.16 2003 8 114.00 68.12 2004 8 633.00 68.21 2005 4 493.00 33.63 2006 9 603.00 68.81 2007 11 461.00 68.98 2008 12 506.00 69.54 2009 13 337.00 66.47 2010 Rata-rata 9 118.00 65.62 Laju (%/Tahun) 12.44 4.46 Sumber: Kementerian Pertanian, 2012 (diolah) Tahun
Industri Pakan Volume Pangsa (000 Ton) (%) 618.00 6.00 628.00 6.00 710.00 6.00 715.00 6.00 759.00 6.00 802.00 6.00 837.00 6.00 997.00 6.00 1 079.00 6.00 1 204.00 6.00 835.00 6.00 7.83 -0.01
Kebutuhan Lain Volume Pangsa (000 Ton) (%) 1 834.00 17.82 2 708.00 25.87 3 057.00 25.84 3 083.00 25.88 3 264.00 25.79 8 066.00 60.37 3 516.00 25.19 4 157.00 25.02 4 400.00 24.46 5 525.00 27.53 3 961.00 28.38 23.07 14.48
Penggunaan jagung terbesar adalah kebutuhan untuk konsumsi langsung. Penggunaan jagung untuk konsumsi langsung hampir sekitar 9.12 Juta Ton atau 65.62 persen dari total penggunaan jagung Indonesia. Penggunaan jagung untuk konsumsi langsung memiliki rata-rata laju volume dan pangsa yang meningkat sebesar 12.44 persen per tahun dan 4.46 persen per tahun. 5.4. Perkembangan Produksi pada Lima Negara Produsen Utama Dunia Pada tingkat dunia, produsen jagung utama dunia adalah Amerika Serikat (Tabel 10). Dalam periode 2001 sampai 2010, rata-rata pangsa produksi jagung Amerika Serikat sebesar 39.18 persen terhadap total produksi jagung dunia, dengan jumlah produksi yang cenderung meningkat 3.63 persen per tahun.
56
Tabel 10. Perkembangan Produksi pada Lima Negara Produsen Utama Dunia Tahun 2001-2010 (000 Ton) Tahun
AS 241 375 227 765 256 227 299 874 282 261 267 501 331 175 307 142 332 549 316 165 286 203 39.18
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata Pangsa (%) Laju 3.63 (%/Tahun) Sumber: FAO, 2012 (diolah)
China 114 254 121 497 115 998 130 434 139 498 151 731 152 419 166 032 164 108 177 541 143 351 19.62
Brazil 41 955 35 933 48 327 41 788 35 113 42 662 52 112 58 933 50 720 55 364 46 291 6.34
5.15
4.73
Negara Mexico 20 134 19 298 20 701 21 670 19 339 21 893 23 513 24 320 20 143 23 302 21 431 2.93 2.18
Dunia
Argentina 15 359 14 712 15 045 14 951 20 483 14 446 21 755 22 017 13 121 22 677 17 457 2.39
Indonesia 9 348 9 656 10 885 11 225 12 524 11 610 13 287 16 319 17 629 18 328 13 081 1.79
615 534 604 872 645 165 728 971 713 616 706 839 789 927 829 105 820 539 850 445 730 501 100.00
9.91
8.07
3.80
Produsen jagung dunia terbesar kedua adalah China dengan pangsa sebesar 19.62 persen terhadap total produksi jagung dunia dan produksi yang cenderung meningkat yaitu 5.15 persen per tahun. Produsen jagung terbesar berikutnya adalah Brazil, Mexico, dan Argentina dengan pangsa masing-masing 6.34 persen, 2.93 persen, dan 2.39 persen. Sementara itu, pangsa produksi Indonesia terhadap produksi jagung dunia pada periode yang sama hanya sebesar 1.79 persen. 5.5. Perkembangan Ekspor Jagung pada Lima Negara Eksportir Utama Dunia Negara-negara produsen jagung utama dunia tidak secara otomatis menjadi negara eksportir jagung utama dunia selain Amerika Serikat (Tabel 11). Hal ini dikarenakan kebutuhan jagung di dalam negerinya cukup besar, sehingga kegiatan memproduksi jagung diorientasikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (Kariyasa, 2003). Negara eksportir jagung utama dunia adalah Amerika Serikat. Pada periode 2001 sampai 2010, pangsa Amerika Serikat dalam perdagangan jagung dunia sangat besar yaitu 52.66 persen terhadap total ekspor jagung dunia. Oleh karena itu, volume perdagangan jagung dunia sangat tergantung dari produksi, kebutuhan serta kebijakan Amerika Serikat dalam perdagangan jagung dunia.
57
Negara yang termasuk eksportir utama berikutnya adalah Argentina, Prancis, Brazil, dan Hungaria dengan pangsa masing-masing sebesar 13.09 persen, 6.97 persen, 6.09 persen, dan 2.82 persen. Sementara itu, pangsa ekspor Indonesia terhadap volume ekspor jagung dunia pada periode yang sama hanya sebesar 0.06 persen. Tabel 11. Perkembangan Ekspor Jagung pada Lima Negara Eksportir Utama Dunia Tahun 2001-2010 (000 Ton) Tahun
AS 47 944 47 686 43 412 48 741 45 369 57 884 57 014 54 094 47 813 50 906
Argentina 10 934 9 484 11 913 10 692 14 643 10 400 14 990 15 383 85 36 17 546
Negara Prancis Brazil 7 046 5 629 8 378 2 747 7 080 3 566 6 156 5 031 7 377 1 070 6 015 3 938 4 749 10 933 6 138 6 433 6 733 7 782 6 609 10 815
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rata50 086 12 452 6 628 5 794 rata Pangsa 52.66 13.09 6.97 6.09 (%) Laju 1.30 13.10 0.86 45.05 (%/th) Sumber: FAO, 2012 (diolah) a Persentase terhadap total produksi dunia
Dunia Jumlah %a 83 816 13.62 87 471 14.46 90 709 14.06 82 683 11.34 90 419 12.67 95 422 13.50 110 029 13.93 102 134 12.32 100 651 12.27 107 865 12.68
Hungaria 1 569 2 125 1 311 1 237 1 813 2 342 4 976 3 372 4 176 3 911
Indonesia 90 16 34 33 54 28 102 107 63 42
2 683
57
95 120
13.08
2.82
0.06
100.00
-
18.33
25.78
3.11
-0.34
Rata-rata volume jagung yang diperdagangkan di pasar dunia periode 2001 sampai 2010 hanya 95.12 Juta ton atau 13.08 persen dari total produksi jagung dunia dengan volume yang cenderung menurun sebesar 0.34 persen per tahun. Kondisi ini menunjukan bahwa pasar jagung dunia bersifat tipis (Kariyasa, 2003). 5.6. Perkembangan Impor Jagung pada Lima Negara Importir Utama Dunia Perkembangan impor jagung dunia periode 2001 sampai 2010 menunjukan bahwa rata-rata volume impor jagung dunia yaitu 94.44 Juta Ton dengan rata-rata laju volume impor dunia yang cenderung meningkat sebesar 3.23 persen per tahun (Tabel 12).
58
Tabel 12. Perkembangan Impor Jagung pada Lima Negara Importir Utama Dunia Tahun 2001-2010 (000 Ton) Negara Tahun
Dunia
2001
16 222
Korea Selatan 8 482
6 174
5 235
4 797
1 685
81 978
2002 2003
16 421 17 064
9 113 8 782
5 513 5 764
5 062 5 076
4 721 4 053
3 157 3 955
87 622 89 760
2004 2005 2006 2007 2008 2009
16 479 16 656 16 883 16 628 16 460 16 294
8 371 8 533 8 670 8 579 9 021 7 334
5 519 5 744 7 610 7 955 9 146 7 261
4 863 4 984 5 143 4 530 4 231 4 676
2 429 5 095 3 769 5 263 3 980 5 416
1 470 186 959 1 272 278 336
82 695 88 107 95 987 1 07 578 1 03 180 1 00 219
2010
16 193
8 541
7 849
6 213
6 170
1 528
1 07 232
Rata-rata 16 530 Pangsa (%) 17.50 Laju (%/Tahun) 0.01 Sumber: FAO, 2012 (diolah)
8 543 9.05 0.50
6 853 7.26 3.68
5 001 5.30 2.59
4 569 4.84 10.35
1 482 1.57 78.75
94 436 100.00 3.23
Jepang
Mexico
China
Mesir
Indonesia
Negara importir utama dunia adalah Jepang dengan pangsa 17.50 persen terhadap volume impor jagung dunia. Negara importir utama dunia lainnya adalah Korea Selatan, Mexico, China, dan Mesir dengan rata-rata volume impor jagung masing-masing negara yaitu 16.53 Juta Ton, 8.54 Juta Ton, 6.85 Juta Ton, 5.00 Juta Ton, dan 4.57 Juta Ton dengan masing-masing pangsa negara sebesar 9.05 persen, 7.26 persen, 5.30 persen, dan 4.84 persen. Jika dibandingkan dengan impor negara-negara tersebut, rata-rata volume impor jagung Indonesia per tahun hanya sebesar 1.48 Juta Ton atau memiliki pangsa yang lebih kecil yaitu 1.57 persen terhadap volume total impor jagung dunia.
59
VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model yang baik harus dapat memenuhi kriteria ekonomi, kriteria statistik, dan kriteria ekonometrika (Koutsoyiannis, 1977). Berdasarkan kriteria ekonomi, semua variabel penjelas telah menunjukan tanda parameter estimasi yang sesuai dengan harapan (hipotesis) dan logis dari sudut pandang ekonomi. Berdasarkan kriteria statistik, nilai koefisien determinasi (R2 ) secara umum cukup tinggi. Sebagian besar (55.56 persen) persamaan struktural mempunyai nilai R2 diatas 50.00 persen. Hal ini menunjukan bahwa terdapat 55.56 persen variabel penjelas yang mampu menjelaskan dengan baik lebih dari 50.00 persen perilaku variabel endogen. Kemudian apabila dilihat dari nilai peluang uji statistik-F, sebesar 77.78 persen persamaan memiliki nilai peluang uji statistik-F yang lebih kecil dari taraf α = 0.15. Berdasarkan kriteria ekonometrika, hasil uji statistik durbin-w (Dw) didapatkan kisaran nilai 0.76 sampai 2.35 dan hasil uji statistik durbin-h (Dh) didapatkan kisaran nilai -6.78 sampai 2.88. Dari hasil tersebut diperoleh empat persamaan yang tidak mengalami masalah serial korelasi, 10 persamaan yang tidak terdeteksi serial korelasinya, dan empat persamaan yang mengalami masalah serial korelasi. Terlepas dari ada tidaknya masalah serial korelasi yang serius, Pindyck dan Rubinfeld (1998) menjelaskan bahwa masalah serial korelasi hanya mengurangi efisiensi estimasi parameter dan serial korelasi tidak menimbulkan bias regresi. Selain itu, hasil uji multicollinearity menunjukan bahwa seluruh variabel penjelas yang terdapat dalam masing-masing persamaan struktural lebih kecil dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang dibangun tidak memiliki masalah multicollinearity yang serius. Berdasarkan kriteria tersebut dan mempertimbangkan model yang cukup besar, serta periode pengamatan yang cukup panjang, maka hasil estimasi model Perdagangan Jagung Indonesia cukup representatif menangkap fenomena ekonomi dari pasar jagung di Indonesia.
60
6.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran dan Permintaan Jagung 6.2.1. Luas Areal Jagung Indonesia Persamaan luas areal jagung Indonesia mempunyai nilai R2 yang tinggi yaitu 0.59 (Tabel 13). Hal ini menunjukan bahwa variabel-variabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan baik variabel endogennya. Sebesar 60.00 persen luas areal jagung Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel-variabel harga riil jagung di tingkat petani, harga riil kacang tanah di tingkat petani, harga riil gabah di tingkat petani, suku bunga kredit riil Indonesia, harga riil pupuk urea eceran, dan luas areal jagung Indonesia t-1. Tabel 13. Hasil Estimasi Parameter Luas Areal Jagung Indonesia Elastisitas SR LR
Parameter Estimasi 4 027 980.00000 507.48080
0.22179
0.24400
-153.03000
-0.34752
-0.38231
-72.60970
-0.04846
-0.05331
SBKRIt
-2 241.12000
-0.00599
-0.00659
HRPUIt
-203.59700
-0.08436
-0.09281
Variabel Intersep HRJPIt HRKTPIt HRGIt
AJIt-1
0.09101
Prob > F: 0.00940 Keterangan: Taraf α = 0.15
R2: 0.59493
Prob> |𝐓|
Label Variabel
0.00140 0.17085
Intersep Harga riil jagung di tingkat petani 0.00765 Harga riil kacang tanah di tingkat petani 0.01505 Harga riil gabah di tingkat petani 0.39705 Suku bunga kredit riil Indonesia 0.17190 Harga eceran riil pupuk urea 0.34525 Luas areal jagung Indonesia t-1 Dw: 2.07189 Dh: -
Luas areal jagung Indonesia dipengaruhi oleh harga riil kacang tanah dan harga riil gabah di tingkat petani dengan arah negatif. Fenomena tersebut menunjukan bahwa kacang tanah dan gabah menjadi pesaing yang serius terhadap pengembangan tanaman jagung, namun respon luas areal jagung terhadap harga riil kacang tanah dan harga riil gabah di tingkat petani adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga meskipun harga riil kacang tanah dan harga riil gabah meningkat, tingkat penurunan luas areal jagung Indonesia tidak sebesar kenaikan harga pesaingnya. Peningkatan satu persen harga riil kacang tanah di tingkat petani akan menurunkan luas areal jagung Indonesia sebesar 0.35 persen dalam jangka pendek dan 0.38 persen dalam jangka panjang, ceteris paribus. Begitupula harga riil gabah, peningkatan satu persen harga riil
61
gabah di tingkat petani akan menurunkan luas areal jagung Indonesia sebesar 0.05 persen dalam jangka pendek dan jangka panjang, ceteris paribus. Harga riil jagung di tingkat petani tidak berpengaruh terhadap luas areal jagung Indonesia dengan arah positif. Hal ini menunjukan bahwa fluktuasi harga jagung tidak mempengaruhi keputusan petani jagung mengenai luas areal tanamnya. Kondisi ini dikaitkan dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah, dimana pengembangan sektor pertanian bukan berdasarkan komoditas, melainkan kemampuannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerah (Kariyasa, 2003). Suku bunga kredit riil Indonesia juga tidak berpengaruh terhadap luas areal jagung Indonesia dengan arah negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan tingkat suku bunga kredit tidak mempengaruhi keputusan petani jagung mengenai luas arealnya. Kajian ini sejalan dengan Kariyasa (2003) yang menunjukan bahwa kebanyakan petani belum menggunakan kredit dalam berusahatani jagung. Penyebab masih rendahnya penggunaan kredit usahatani jagung diestimasi karena petani pada umumnya belum akses ke sumber kredit dan disamping prosedurnya berbelit-belit serta perlu agunan. Luas areal jagung Indonesia tidak dipengaruhi oleh harga riil eceran pupuk urea dengan arah negatif. Hal tersebut menunjukan bahwa penurunan harga eceran pupuk urea tidak dapat menjadi tolak ukur dalam meningkatkan luas areal jagung Indonesia. Luas areal jagung Indonesia t-1 juga tidak berpengaruh terhadap luas areal jagung dengan arah positif. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada tenggang waktu yang cukup bagi luas areal jagung untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. 6.2.2. Produktivitas Jagung Indonesia Hasil estimasi persamaan produktivitas jagung Indonesia mempunyai nilai 2
R yang tinggi yaitu 0.62 (Tabel 14). Hal ini menunjukan bahwa variabel-variabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan baik variabel endogennya. Sebesar 62.00 persen produktivitas jagung Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel-variabel harga riil jagung di tingkat petani dan luas areal jagung Indonesia. P-value untuk uji F-statistik yang diperoleh dari persamaan produktivitas jagung Indonesia nyata pada taraf α sebesar 15 persen. Hal ini menunjukan bahwa secara bersama-sama produktivitas jagung Indonesia dapat
62
dijelaskan dengan baik oleh variabel harga riil jagung di tingkat petani dan luas areal jagung Indonesia. Harga riil jagung di tingkat petani dan luas areal jagung berpengaruh terhadap produktivitas jagung dengan arah positif. Produktivitas jagung Indonesia sangat responsif terhadap harga riil jagung di tingkat petani dalam jangka pendek. Peningkatan satu persen harga riil jagung di tingkat petani akan meningkatkan produktivitas jagung Indonesia 1.01 persen, ceteris paribus. Tabel 14. Hasil Estimasi Parameter Produktivitas Jagung Indonesia Variabel Intersep HRJPIt AJIt
Elastisitas SR LR
Parameter Estimasi -2.9387800 0.0019080
1.0063770
0.0000009
1.0861829
Prob > F: <.0001000 Keterangan: Taraf α = 0.15
R2: 0.6216800
Prob> |𝐓|
Label Variabel
0.0036500 0.0053500
Intersep Harga riil jagung di tingkat petani 0.0057500 Luas areal jagung Indonesia Dw: 0.7600970
Produktivitas jagung Indonesia juga sangat responsif terhadap luas areal jagung Indonesia dalam jangka pendek. Hal tersebut ditunjukan dengan nilai elastisitas produktivitas jagung terhadap luas areal jagung yaitu 1.09. 6.2.3. Produksi Jagung Indonesia Produksi jagung Indonesia merupakan persamaan identitas dari luas areal dikalikan dengan produktivitas jagung. Hal tersebut menunjukan bahwa setiap perubahan kebijakan atau perubahan faktor lain yang mempengaruhi luas areal dan produktivitas jagung akan mempengaruhi produksi jagung Indonesia. Selanjutnya perubahan produksi jagung Indonesia akan memberikan pengaruh kepada variabel endogen lain baik secara langsung maupun tidak langsung. 6.2.4. Penawaran Jagung Indonesia Penawaran jagung Indonesia merupakan persamaan identitas dari produksi ditambah impor dikurangi ekspor dan ditambah stok jagung t-1. Hal tersebut menunjukan bahwa setiap perubahan kebijakan atau perubahan faktor lain yang mempengaruhi produksi, impor, ekspor, dan stok jagung t-1 akan mempengaruhi penawaran jagung Indonesia. Selanjutnya perubahan penawaran jagung Indonesia akan memberikan pengaruh kepada variabel endogen lain baik secara langsung maupun tidak langsung.
63
6.2.5. Permintaan Jagung Indonesia 6.2.5.1. Permintaan Jagung untuk Konsumsi Langsung Hasil estimasi persamaan permintaan jagung untuk konsumsi langsung disajikan pada Tabel 15. Nilai R2 yang tinggi yaitu (0.78) menunjukan bahwa variabel-variabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan baik variabel endogennya. Sebesar 78.00 persen permintaan jagung untuk konsumsi langsung dapat dijelaskan oleh variabel-variabel perubahan harga riil jagung eceran, harga riil beras eceran, perubahan pendapatan nasional, jumlah penduduk Indonesia, dan permintaan jagung untuk konsumsi langsung t-1. Tabel 15. Hasil Estimasi Parameter Permintaan Jagung untuk Konsumsi Langsung Variabel Intersep HRJEItHRJEIt-1 HRBEIt PDBRItPDBRIt-1 POPIt DJKt-1
Elastisitas SR LR
Parameter Estimasi -3 482 069.00000 -118.85300
-0.00121
0.00172
2 012.73700 2.32328
0.86286 0.04710
1.22378 0.06680
0.00983
0.27227
0.38615
0.29492
Prob > F: <.00010 Keterangan: Taraf α = 0.15
R2: 0.77548
Prob> |𝐓|
Label Variabel
0.22965 0.48035
Intersep Perubahan harga riil jagung eceran 0.06355 Harga riil beras eceran 0.18345 Perubahan pendapatan nasional 0.40055 Jumlah penduduk Indonesia 0.08810 Permintaan jagung untuk konsumsi langsung t-1 Dw: 2.16348 Dh: -
Permintaan jagung untuk konsumsi langsung dipengaruhi oleh harga riil beras eceran dengan arah positif. Sejalan dengan Kariyasa (2003), bahwa beras merupakan komoditas substitusi dari jagung yang ditunjukan oleh nilai elastisitas silang permintaan jagung terhadap beras bertanda positif. Permintaan jagung untuk konsumsi langsung tidak responsif dalam jangka pendek namun sangat responsif dalam jangka panjang terhadap harga riil beras eceran. Peningkatan satu persen harga riil beras eceran akan meningkatkan permintaan jagung untuk konsumsi langsung 0.86 persen pada jangka pendek dan 1.22 persen pada jangka panjang ceteris paribus. Permintaan jagung untuk konsumsi langsung t-1 juga berpengaruh terhadap permintaan jagung untuk konsumsi langsung dengan arah positif. Hal ini mengindikasikan bahwa ada tenggang waktu yang cukup bagi permintaan jagung konsumsi langsung untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
64
Perubahan harga riil jagung eceran tidak berpengaruh terhadap permintaan jagung untuk konsumsi langsung dengan arah negatif. Hal tersebut berarti fluktuasi harga jagung eceran tidak mempengaruhi permintaan jagung untuk konsumsi langsung. Perubahan pendapatan nasional Indonesia dan jumlah penduduk Indonesia juga tidak berpengaruh terhadap permintaan jagung untuk konsumsi langsung dengan arah positif. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan jumlah pendapatan nasional dan jumlah penduduk Indonesia tidak akan meningkatkan permintaan jagung untuk konsumsi langsung. 6.2.5.2. Permintaan Jagung untuk Industri Pakan Hasil estimasi persamaan permintaan jagung untuk industri pakan mempunyai nilai R2 yang tinggi yaitu 0.93 (Tabel 16). Hal ini menunjukan bahwa variabel-variabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan baik variabel endogennya. Sebesar 93.00 persen permintaan jagung untuk industri pakan dapat dijelaskan oleh variabel-variabel harga riil jagung pedagang besar t-1, harga riil kedelai pedagang besar, perubahan harga riil pakan, dan tren waktu. Tabel 16. Hasil Estimasi Parameter Permintaan Jagung untuk Industri Pakan Elastisitas SR LR
Intersep HRJPBIt-1
Parameter Estimasi 663 007.40000 -165.87100
-0.39906
0.00035 0.01155
HRKPBIt
-24.43690
-0.16396
0.14395
HRPIt71.95952 HRPIt-1 TWt 24 055.51000 Prob > F: <.00010 Keterangan: Taraf α = 0.15
-0.00174
0.03495
Variabel
0.51445 R2: 0.92773
Prob> |𝐓|
<.00010 Dw: 0.95788
Label Variabel Intersep Harga riil jagung di tingkat pedagang besar t-1 Harga riil kedelai di tingkat pedagang besar Perubahan harga riil pakan Tren waktu
P-value untuk uji F-statistik yang diperoleh dari persamaan permintaan jagung untuk industri pakan nyata pada taraf α sebesar 15 persen. Hal ini menunjukan bahwa secara bersama-sama permintaan jagung untuk industri pakan dapat dijelaskan dengan baik oleh variabel harga riil jagung pedagang besar t-1, harga riil kedelai pedagang besar, perubahan harga riil pakan, dan tren waktu. Permintaan jagung untuk industri pakan dipengaruhi oleh harga riil jagung pedagang besar t-1 dan harga riil kedelai pedagang besar dengan arah negatif, namun dalam jangka pendek permintaan jagung untuk industri pakan
65
adalah inelastis terhadap harga jagung pedagang besar t-1 dan harga kedelai pedagang besar. Peningkatan satu persen harga riil jagung pedagang besar t-1 akan menurunkan permintaan jagung untuk industri pakan 0.40 persen, ceteris paribus. Begitupula peningkatan satu persen harga kedelai pedagang besar akan menurunkan permintaan jagung untuk industri pakan 0.16 persen, ceteris paribus. Hasil kajian ini tidak sejalan dengan Edward (2008) yang menunjukan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, permintaan jagung untuk industri pakan sangat responsif terhadap rasio harga riil kedelai domestik dengan harga riil kedelai domestik t-1. Perubahan harga riil pakan Indonesia juga berpengaruh terhadap permintaan jagung untuk industri pakan dengan arah positif, namun respon permintaan jagung untuk industri pakan terhadap perubahan harga riil pakan Indonesia adalah inelastis dalam jangka pendek. Selain itu, permintaan jagung untuk industri pakan dipengaruhi juga oleh tren waktu dengan arah positif. Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan jagung ntuk industri pakan akan meningkat seiring dengan perkembangan waktu. 6.2.5.3. Permintaan Jagung Indonesia Permintaan jagung Indonesia merupakan persamaan identitas dari permintaan jagung untuk konsumsi langsung ditambah permintaan jagung untuk industri pakan dan permintaan jagung untuk kebutuhan lain. Hal tersebut menunjukan bahwa setiap perubahan kebijakan atau perubahan faktor lain yang mempengaruhi permintaan jagung untuk konsumsi langsung, industri pakan, dan kebutuhan lain akan mempengaruhi permintaan jagung Indonesia. Selanjutnya perubahan permintaan jagung Indonesia akan memberikan pengaruh kepada variabel endogen lain baik secara langsung maupun tidak langsung. 6.2.6. Harga Riil Jagung Indonesia 6.2.6.1. Harga Riil Jagung di Tingkat Petani Indonesia Persamaan harga riil jagung di tingkat petani mempunyai nilai R2 yang tinggi yaitu 0.64 (Tabel 17). Hal ini menunjukan bahwa variabel-variabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan baik variabel endogennya. Sebesar 64.00 persen harga riil jagung di tingkat petani dapat dijelaskan oleh variabel-
66
variabel harga riil jagung pedagang besar, perubahan produksi jagung Indonesia, tren waktu, dan harga riil jagung di tingkat petani t-1. Harga riil jagung pedagang besar berpengaruh terhadap harga riil jagung di tingkat petani dengan arah positif. Peningkatan harga riil jagung pedagang besar akan meningkatkan harga riil jagung di tingkat petani. Tabel 17. Hasil Estimasi Parameter Harga Riil Jagung di Tingkat Petani Indonesia Elastisitas SR LR
Parameter Estimasi 863.51160 0.15035
0.14975
0.16210
QJIt-QJIt-1
-0.00002
-0.00690
-0.00747
TWt HRJPIt-1
22.78491 0.07621
0.20524
0.22217
Variabel Intersep HRJPBIt
Prob > F: 0.00040 Keterangan: Taraf α = 0.15
R2: 0.64247
Prob> |𝐓|
Label Variabel
0.01825 0.09895
Intersep Harga riil jagung pedagang besar 0.21935 Perubahan produksi jagung Indonesia 0.00030 Tren waktu 0.36665 Harga riil jagung di tingkat petani t-1 Dw: 1.86528 Dh: -
Hal tersebut diestimasi karena adanya transmisi harga yang besar antara harga riil jagung pedagang besar dengan harga riil jagung di tingkat petani. Respon harga riil jagung di tingkat petani terhadap harga riil jagung pedagang besar adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Harga riil jagung di tingkat petani dipengaruhi juga oleh tren waktu dengan arah positif. Perubahan produksi jagung Indonesia tidak berpengaruh terhadap harga riil jagung di tingkat petani dengan arah negatif. Hal ini mengindiksikan bahwa peningkatan produksi jagung tidak akan menurunkan harga riil jagung di tingkat petani. Selain itu harga riil jagung di tingkat petani t-1 juga tidak berpengaruh terhadap harga riil jagung di tingkat petani dengan arah positif. Hal ini berarti tidak ada tenggang waktu yang cukup bagi harga jagung di tingkat petani Indonesia untuk menyeseuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi. 6.2.6.2. Harga Riil Jagung Pedagang Besar Indonesia Persamaan harga riil jagung pedagang besar Indonesia mempunyai nilai 2
R sebesar 0.37 (Tabel 18). Hal ini menunjukan bahwa variabel-variabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan cukup baik variabel endogennya. Sebesar 37.00 persen harga riil jagung pedagang besar dapat dijelaskan oleh
67
variabel-variabel harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN, harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN, dan harga riil jagung pedagang besar t-1. Harga riil jagung pedagang besar dipengaruhi oleh harga riil jagung pedagang besar t-1 dengan arah positif. Hal ini berarti ada tenggang waktu yang cukup bagi harga jagung pedagang besar Indonesia untuk menyeseuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi. Tabel 18. Hasil Estimasi Parameter Harga Riil Jagung Pedagang Besar Indonesia Elastisitas SR LR
Parameter Estimasi 548.55680 0.00399
0.00658
0.01675
HRJMINAt
0.01577
0.00812
0.02067
HRJPBIt-1
0.60725
Variabel Intersep HRJMIAt
Prob > F: 0.02420 Keterangan: Taraf α = 0.15
R2: 0.36895
Prob> |𝐓|
Label Variabel
0.03985 0.33615
Intersep Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN 0.37285 Harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN 0.00320 Harga riil jagung pedagang besar Indonesia t-1 Dw: 2.18726 Dh: -6.77541
Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN dan harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN tidak berpengaruh terhadap harga riil jagung pedagang besar dengan arah positif. Hal ini berarti kenaikan pada harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN dan harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN tidak menyebabkan harga riil jagung pedagang besar Indonesia meningkat. 6.2.6.3. Harga Riil Jagung Eceran Indonesia Hasil estimasi persamaan harga riil jagung eceran Indonesia disajikan pada Tabel 19. Persamaan harga riil jagung eceran memiliki nilai R2 sebesar 0.88. Hal ini menunjukan bahwa variabel-variabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan baik variabel endogennya. Sebesar 88.00 persen harga riil jagung eceran Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel-variabel harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN t-1, perubahan harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN, kelebihan penawaran jagung Indonesia, tren waktu, dan harga riil jagung eceran t-1. Harga riil jagung eceran dipengaruhi oleh kelebihan penawaran jagung Indonesia dengan arah yang negatif. Namun respon harga riil jagung eceran terhadap kelebihan penawaran jagung adalah inelastis baik dalam jangka pendek
68
maupun dalam jangka panjang. Peningkatan satu persen kelebihan penawaran jagung akan menurunkan harga riil jagung eceran 0.02 persen dalam jangka pendek dan 0.33 persen dalam jangka panjang, ceteris paribus. Harga riil jagung eceran t-1 juga berpengaruh terhadap harga riil jagung eceran dengan arah positif. Hal ini berarti ada tenggang waktu yang cukup bagi harga riil jagung eceran untuk menyeseuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi. Tabel 19. Hasil Estimasi Parameter Harga Riil Jagung Eceran Indonesia Elastisitas SR LR
Parameter Estimasi 65.664890 0.00707
0.00879
-0.15761
0.00495
0.00018
0.00323
SJIt-DJIt
-0.00007
-0.01856
-0.33280
TWt HRJEIt-1
9.98224 0.94423
0.06765
1.21302
Variabel Intersep HRJMIAt-1 HRJMINAtHRJMINAt-1
Prob > F: <.00010 Keterangan: Taraf α = 0.15
R2: 0.88031
Prob> |𝐓|
Label Variabel
0.39240 0.15230
Intersep Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN t-1 0.42260 Perubahan harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN 0.08415 Kelebihan penawaran jagung Indonesia 0.16555 Tren waktu <.00010 Harga riil jagung eceran t1 Dw: 1.45372 Dh: 2.87862
Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN t-1 dan perubahan harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN tidak berpengaruh terhadap harga riil jagung eceran dengan arah positif. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN t-1 dan perubahan harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN tidak akan meningkatkan harga jagung eceran. Tren waktu juga tidak berpengaruh terhadap harga riil jagung eceran. Ini menunjukan bahwa harga riil jagung eceran tidak akan mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan waktu. 6.2.6.4. Harga Riil Jagung Impor Indonesia dari ASEAN Hasil estimasi persamaan harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN memiliki nilai R2 sebesar 0.14 (Tabel 20). Hal ini menunjukan bahwa variabelvariabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan cukup baik variabel endogennya. Sebesar 14.00 persen harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN dapat dijelaskan oleh variabel-variabel harga riil jagung dunia t-1, perubahan tarif impor jagung Indonesia dari ASEAN, dan rasio nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat dan nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat t-1.
69
Harga riil jagung dunia t-1 berpengaruh terhadap harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN dengan arah positif. Dalam jangka pendek harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN sangat responsif terhadap harga riil jagung dunia t-1 dengan nilai elastisitas sebesar 2.58 persen. Perubahan tarif impor jagung Indonesia dari ASEAN tidak berpengaruh terhadap harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN dengan arah positif. Hal tersebut menunjukan bahwa peningkatan tarif impor jagung Indonesia tidak dapat menyebabkan peningkatan harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN. Tabel 20. Hasil Estimasi Parameter Harga Riil Jagung Impor Indonesia dari ASEAN Variabel Intersep HRJWt-1 TMJIAtTMJIAt-1 EXRIASt /EXRIASt-1
Elastisitas SR LR
Parameter Estimasi -3 866.79000 36.86667
2.58377
0.24885 0.04865
289.23500
-0.04900
0.31915
91.70882
0.03754
0.49210
Prob > F: 0.38710 Keterangan: Taraf α = 0.15
R2: 0.13749
Prob> |𝐓|
Label Variabel Intersep Harga riil jagung dunia t-1 Perubahan tarif impor jagung Indonesia dari ASEAN Rasio nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat dan nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat t-1
Dw: 2.31370
Rasio nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat dan nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat t-1 juga tidak berpengaruh terhadap harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN dengan arah positif. Ini berarti peningkatan nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat tidak akan meningkatkan harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN. 6.2.6.5. Harga Riil Jagung Impor Indonesia dari Non ASEAN Persamaan harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN mempunyai nilai R2 sebesar 0.33 (Tabel 21). Hal ini menunjukan bahwa variabelvariabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan cukup baik variabel endogennya. Sebesar 33.00 persen harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN dapat dijelaskan oleh variabel-variabel harga riil jagung dunia, perubahan tarif impor jagung Indonesia dari non ASEAN dan tarif impor jagung Indonesia
70
dari non ASEAN t-1, nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat, dan tren waktu. Salah satu konsekuensi dari perekonomian terbuka yaitu adanya integrasi harga anatara harga di tingkat pasar dunia dengan harga pada negara yang bersangkutan. Harga jagung dunia berpengaruh terhadap harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN dengan arah positif. Apabila ditinjau dari elastisitasnya, respon harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN terhadap harga riil jagung dunia adalah elastis dalam jangka pendek. Peningkatan harga riil jagung dunia satu persen akan meningkatkan harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN 3.38 persen dalam jangka pendek, ceteris paribus. Tabel 21. Hasil Estimasi Parameter Harga Riil Jagung Impor Indonesia dari Non ASEAN Variabel Intersep HRJWt TMJINAtTMJINAt-1 EXRIASt
Elastisitas SR LR
Parameter Estimasi -2 511.81000 15.47631 43.28388
3.37764 -0.01173
0.20535 0.03235 0.36765
0.00844
0.11010
0.46925
0.79252 R2: 0.32684
0.24240 Dw: 2.21057
TWt 45.10917 Prob > F: 0.09560 Keterangan: Taraf α = 0.15
Prob> |𝐓|
Label Variabel Intersep Harga riil jagung dunia Perubahan tarif impor jagung Indonesia dari non ASEAN Nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat Tren waktu
Perubahan tarif impor jagung Indonesia dari non ASEAN tidak berpengaruh terhadap harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN dengan arah positif. Hal ini menunjukan kenaikan pada perubahan tarif impor jagung Indonesia dari non ASEAN tidak akan menyebabkan kenaikan harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN. Nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat pun tidak berpengaruh terhadap harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN dengan arah positif. Ini berarti nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat tidak bisa dijadikan tolak ukur dalam meningkatkan harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN. Selanjutnya, harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN tidak dipengaruhi oleh tren waktu dengan arah positif. Hal ini mengindikasikan seiring perkembangan waktu harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN tidak akan meningkat.
71
6.2.7. Impor Jagung Indonesia 6.2.7.1. Impor Jagung Indonesia dari Thailand Tabel 22 menyajikan bahwa hasil estimasi persamaan impor jagung Indonesia dari Thailand mempunyai nilai R2 sebesar 0.31. Hal ini menunjukan bahwa variabel-variabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan cukup baik variabel endogennya. Sebesar 31.00 persen impor jagung Indonesia dari Thailand dapat dijelaskan oleh variabel-variabel harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN, kelebihan permintaan jagung Indonesia, perubahan pendapatan nasional per kapita, dan tren waktu. Tabel 22. Hasil Estimasi Parameter Impor Jagung Indonesia dari Thailand Elastisitas SR LR
Parameter Estimasi 11 260.07000 -2.86169
-0.11688
0.37990 0.14825
0.01256
-0.11012
0.24140
GDPKAPIt28 397 568.00000 GDPKAPIt-1 TWt 3 420.88800 Prob > F: 0.11730 Keterangan: Taraf α = 0.15
0.27346
0.17410
0.76675 R2: 0.30917
0.09570 Dw: 2.34598
Variabel Intersep HRJMIAt DJIt-SJIt
Prob> |𝐓|
Label Variabel Intersep Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN Kelebihan permintaan jagung Indonesia Perubahan pendapatan nasional per kapita Tren waktu
Impor jagung Indonesia dari Thailand dipengaruhi oleh harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN dengan arah negatif. Dalam jangka pendek impor jagung Indonesia dari Thailand tidak responsif terhadap harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN dengan ditunjukan oleh nilai elastisitas yang inelastis. Peningkatan satu persen harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN akan menurunkan impor jagung Indonesia dari Thailand 0.12 persen, ceteris paribus. Tren waktu juga berpengaruh terhadap impor jagung Indonesia dari Thailand dengan arah positif. Ini mengindikasikan seiring dengan perkembangan waktu impor jagung Indonesia dari Thailand akan mengalami peningkatan. Kelebihan permintaan jagung Indonesia tidak berpengaruh terhadap impor jagung Indonesia dari Thailand dengan arah positif. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan permintaan jagung tidak mendorong importir jagung Indonesia untuk lebih banyak mengimpor jagung dari Thailand. Selanjutnya, perubahan pendapatan nasional per kapita juga tidak mempengaruhi jumlah impor jagung Indonesia dari Thailand. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan yang terjadi
72
pada pendapatan nasional per kapita tidak akan meningkatkan impor jagung Indonesia dari Thailand. 6.2.7.2. Impor Jagung Indonesia dari Myanmar Tabel 23 menyajikan bahwa persamaan impor jagung Indonesia dari Myanmar mempunyai nilai R2 sebesar 0.37. Hal ini menunjukan bahwa variabelvariabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan cukup baik variabel endogennya. Sebesar 37.00 persen impor jagung Indonesia dari Myanmar dapat dijelaskan oleh variabel-variabel harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN, kelebihan permintaan jagung Indonesia, perubahan pendapatan nasional per kapita, tren waktu, dan impor jagung Indonesia dari Myanmar t-1. Tabel 23. Hasil Estimasi Myanmar Variabel Intersep HRJMIAt DJIt-SJIt GDPKAPItGDPKAPIt-1 TWt MJIMt-1
Parameter Impor Jagung Elastisitas SR LR
Parameter Estimasi -1 780.42000 -0.08305
-0.03269
-0.04842
0.00067
-0.05661
0.08385
4 595 165.00000
0.42644
0.63164
289.28710 0.32487
0.62487
0.92556
Prob > F: 0.11500 Keterangan: Taraf α = 0.15
R2: 0.36650
Prob> |𝐓|
Indonesia
dari
Label Variabel
0.38190 0.42330
Intersep Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN 0.40695 Kelebihan permintaan jagung Indonesia 0.19215 Perubahan pendapatan nasional per kapita 0.24845 Tren waktu 0.10135 Impor jagung Indonesia dari Myanmar t-1 Dw: 1.45823 Dh: -
Impor jagung Indonesia dari Myanmar t-1 berpengaruh terhadap impor jagung Indonesia dari Myanmar dengan arah positif. Hal ini berarti ada tenggang waktu yang cukup bagi impor jagung Indonesia dari Myanmar untuk menyeseuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi. Faktor yang tidak berpengaruh terhadap impor jagung Indonesia dari Myanmar dengan arah negatif adalah harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN. Hal tersebut menunjukan bahwa harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN tidak dapat dijadikan tolok ukur dalam menurunkan impor jagung Indonesia dari Myanmar. Kelebihan permintaan jagung Indonesia juga tidak berpengaruh terhadap impor jagung Indonesia dari Myanmar dengan arah positif. Ini menunjukan bahwa
73
peningkatan permintaan jagung Indonesia tidak meningkatkan impor jagung Indonesia dari Myanmar. Impor jagung Indonesia dari Myanmar tidak dipengaruhi oleh perubahan pendapatan nasional per kapita dengan arah positif. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan yang terjadi pada pendapatan nasional per kapita tidak akan menyebabkan impor jagung Indonesia dari Myanmar meningkat. Selanjutnya selera yang diproksi oleh tren waktu juga tidak berpengaruh terhadap impor jagung Indonesia dari Myanmar dengan arah positif. Hal ini mengindikasikan bahwa tingginya selera masyarakat terhadap pangan berbasis jagung tidak akan mendorong importir jagung untuk meningkatkan impor jagung dari Myanmar. 6.2.7.3. Impor Jagung Indonesia dari ASEAN Berdasarkan analisis yang dibangun dalam kurun waktu 1986 sampai 2010, diperoleh bahwa rata-rata pangsa impor jagung dari Thailand dan Myanmar adalah sebesar 86.52 persen, sedangkan rata-rata pangsa impor negara sisa ASEAN hanya sebesar 13.48 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa impor Indonesia dari kedua negara tersebut sangat besar proporsinya dan mampu mewakili impor jagung dari berbagai negara sisa ASEAN ke Indonesia. Pada kurun waktu 1986 sampai 2010, rata-rata pangsa impor jagung Indonesia dari Thailand dan Myanmar terhadap masing-masing sebesar 78.66 persen dan 7.86 persen. Hal ini menunjukan bahwa pada kurun waktu tersebut Thailand merupakan negara ASEAN yang mengekspor jagung terbesar ke Indonesia. 6.2.7.4. Impor Jagung Indonesia dari China Tabel 24 menyajikan bahwa persamaan impor jagung Indonesia dari China mempunyai nilai R2 sebesar yaitu 0.21. Hal ini menunjukan bahwa variabel-variabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan cukup baik variabel endogennya. Sebesar 21.00 persen impor jagung Indonesia dari China dapat dijelaskan oleh variabel-variabel harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN, perubahan permintaan jagung Indonesia, dan impor jagung Indonesia dari China t-1.
74
Harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN berpengaruh terhadap impor jagung Indonesia dari China dengan arah negatif. Namun respon impor jagung Indonesia dari China terhadap harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Impor jagung Indonesia dari China t-1 juga berpengaruh terhadap impor jagung Indonesia dari China dengan arah positif. Hal ini berarti ada tenggang waktu yang cukup bagi impor jagung Indonesia dari China untuk menyeseuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi. Tabel 24. Hasil Estimasi Parameter Impor Jagung Indonesia dari China Elastisitas SR LR
Parameter Estimasi 516 443.10000 -164.80900
-0.21917
-0.31907
DJIt-DJIt-1
0.01210
0.01229
0.01789
MJICt-1
0.31310
Variabel Intersep HRJMINAt
Prob > F: 0.19240 Keterangan: Taraf α = 0.15
R2: 0.20634
Prob> |𝐓|
Label Variabel
0.02575 0.12820
Intersep Harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN 0.46865 Perubahan permintaan jagung Indonesia 0.07565 Impor jagung Indonesia dari China t-1 Dw: 1.91271 Dh: -
Perubahan permintaan jagung Indonesia tidak berpengaruh terhadap impor jagung Indonesia dari China dengan arah positif. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan permintaan jagung tidak akan meningkatkan impor jagung Indonesia dari China. 6.2.7.5. Impor Jagung Indonesia dari Amerika Serikat Tabel 25 menyajikan bahwa hasil estimasi persamaan impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat mempunyai nilai R2 sebesar 0.10. Hal ini menunjukan
bahwa
variabel-variabel
penjelas
dalam
persamaan
dapat
menjelaskan dengan cukup baik variabel endogennya. Sebesar 10.00 persen impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat dapat dijelaskan oleh variabel-variabel harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN, kelebihan permintaan jagung Indonesia, perubahan pendapatan nasional per kapita, dan impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat t-1. Impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat tidak dipengaruhi oleh perubahan pendapatan nasional per kapita dan kelebihan permintaan jagung Indonesia dengan arah positif. Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan
75
nasional per kapita dan permintaan jagung tidak dapat dijadikan tolok ukur dalam menurunkan impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat. Selanjutnya, impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat t-1 juga tidak berpengaruh terhadap impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat dengan arah positif. Hal ini berarti tidak ada tenggang waktu yang cukup bagi impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat untuk menyeseuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi. Tabel 25. Hasil Estimasi Parameter Impor Jagung Indonesia dari Amerika Serikat Variabel Intersep HRJMINAt
-0.18077
-0.23873
0.00594
-0.02953
-0.03900
63 004 343.00000
0.34402
0.45432
DJIt-SJIt GDPKAPItGDPKAPIt-1
Elastisitas SR LR
Parameter Estimasi 67 904.62000 -24.98940
MJIASt-1
0.24278
Prob > F: 0.71050 Keterangan: Taraf α = 0.15
R2: 0.10152
Prob> |𝐓|
Label Variabel
0.15505 0.24890
Intersep Harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN 0.44620 Kelebihan permintaan jagung Indonesia 0.15010 Perubahan pendapatan nasional per kapita 0.16890 Impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat t-1 Dw: 1.95684 Dh= -
Harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN juga tidak berpengaruh terhadap impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat dengan arah negatif. Hal ini menunjukan bahwa ketergantungan impor Indonesia dari Amerika Serikat sangat tinggi sehingga peningkatan harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN tidak akan menurunkan impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat. 6.2.7.6. Impor Jagung Indonesia dari Non ASEAN Berdasarkan analisis yang dibangun dalam kurun waktu 1986 sampai 2010, diperoleh bahwa rata-rata pangsa impor jagung dari China, Argentina, dan Amerika Serikat adalah sebesar 70.03 persen, sedangkan rata-rata pangsa impor negara sisa non ASEAN hanya sebesar 29.97 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa impor Indonesia dari ketiga negara tersebut sangat besar proporsinya dan mampu mewakili impor jagung dari berbagai negara sisa non ASEAN ke Indonesia.
76
Pada kurun waktu 1986 sampai 2010, rata-rata pangsa impor jagung Indonesia dari China, Argentina, dan Amerika Serikat terhadap masing-masing sebesar 50.06 persen, 10.76 persen, dan 9.21 persen. Hal ini menunjukan bahwa pada kurun waktu tersebut China merupakan negara non ASEAN yang mengekspor jagung terbesar ke Indonesia. 6.2.7.7. Impor Jagung Indonesia Impor jagung Indonesia merupakan persamaan identitas dari impor jagung Indonesia dari ASEAN ditambah dengan impor jagung Indonesia dari non ASEAN. Hal tersebut menunjukan bahwa setiap perubahan kebijakan atau perubahan faktor lain yang mempengaruhi impor jagung Indonesia dari ASEAN dan impor jagung Indonesia dari non ASEAN akan mempengaruhi impor jagung Indonesia. Selanjutnya perubahan impor jagung Indonesia akan memberikan pengaruh kepada variabel endogen lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan analisis yang dibangun dalam kurun waktu 1986 sampai 2010, diperoleh bahwa rata-rata pangsa impor jagung Indonesia dari ASEAN dan impor jagung Indonesia dari non ASEAN adalah sebesar 6.45 persen dan 93.55 persen. 6.2.8. Ekspor Impor Jagung Dunia Ekspor Jagung 6.2.8.1. Ekspor Jagung Amerika Serikat Tabel 26 menyajikan bahwa persamaan ekspor jagung Amerika Serikat mempunyai nilai R2 sebesar yaitu 0.17. Hal ini menunjukan bahwa variabelvariabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan cukup baik variabel endogennya. Sebesar 17.00 persen ekspor jagung Amerika Serikat dapat dijelaskan oleh variabel-variabel harga riil jagung dunia, produksi jagung Amerika Serikat t-1, dan ekspor jagung Amerika Serikat t-1. Ekspor jagung Amerika Serikat dipengaruhi oleh produksi jagung Amerika Serikat t-1 dengan arah positif. Namun respon ekspor jagung Amerika Serikat terhadap produksi jagung Amerika Serikat t-1 adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Peningkatan satu persen produksi jagung Amerika Serikat t-1 akan meningkatkan ekspor jagung Amerika Serikat
77
0.22 persen dalam jangka pendek dan 0.27 persen dalam jangka panjang, ceteris paribus. Tabel 26. Hasil Estimasi Parameter Ekspor Jagung Amerika Serikat
Intersep HRJWt QJASt-1
Parameter Estimasi 23 709 115.00000 28 814.48000 0.04462
XJASt-1
0.19262
Variabel
Prob > F: 0.28370 Keterangan: Taraf α = 0.15
Elastisitas SR LR 0.10019 0.21957
0.12409 0.27195
R2: 0.16940
Prob> |𝐓|
Label Variabel
0.03790 0.16620 0.09005
Intersep Harga riil jagung dunia Produksi jagung Amerika Serikat t-1 0.13930 Ekspor jagung Amerika Serikat t-1 Dw: 1.87031 Dh: 0.64540
Faktor lain yang berpengaruh terhadap ekspor jagung Amerika Serikat dengan arah positif adalah ekspor jagung Amerika Serikat t-1. Hal ini berarti ada tenggang waktu yang cukup bagi ekspor jagung Amerika Serikat untuk menyeseuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi. Harga riil jagung dunia tidak berpengaruh terhadap ekspor jagung Amerika Serikat dengan arah positif. Hal ini mengindikasikan fluktuasi yang terjadi pada harga jagung dunia tidak akan merubah ekspor jagung Amerika Serikat. 6.2.8.2. Ekspor Jagung Argentina Tabel 27 menyajikan bahwa persamaan ekspor jagung Argentina mempunyai nilai R2 yang tinggi yaitu 0.97. Hal ini menunjukan bahwa variabelvariabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan baik variabel endogennya. Sebesar 97.00 persen ekspor jagung Argentina dapat dijelaskan oleh variabel-variabel harga riil jagung dunia, produksi jagung Argentina, dan tren waktu. Tabel 27. Hasil Estimasi Parameter Ekspor Jagung Argentina Parameter Estimasi Intersep -2 755 577.00000 HRJWt 508.24300 QJAGt 0.70874 TWt 127 716.80000 Prob > F: <.00010 Keterangan: Taraf α = 0.15 Variabel
Elastisitas SR LR -0.00968 1.10750 0.19591 R2: 0.96600
Prob> |𝐓|
Label Variabel
0.03210 Intersep 0.45990 Harga riil jagung dunia <.00010 Produksi jagung Argentina 0.01115 Tren waktu Dw: 1.48495
Ekspor jagung Argentina dipengaruhi oleh produksi jagung Argentina dengan arah positif. Ekspor jagung Argentina sangat responsif terhadap produksi jagung Argentina dalam jangka pendek. Hal tersebut ditunjukan dengan nilai
78
elastisitas ekspor jagung Argentina terhadap produksi jagung Argentina yang elastis. Peningkatan satu persen produksi jagung Argentina akan meningkatkan ekspor jagung Argentina 1.11 persen dalam jangka pendek, ceteris paribus. Tren waktu juga berpengaruh terhadap ekspor jagung Argentina dengan arah positif. Hal ini menunjukan bahwa ekspor jagung Argentina akan meningkat seiring dengan perkembangan waktu. Sama halnya dengan ekspor jagung Amerika Serikat, harga riil jagung dunia tidak berpengaruh terhadap ekspor jagung Argentina dengan arah positif. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan harga jagung dunia tidak akan meningkatkan ekspor jagung Argentina. 6.2.8.3. Ekspor Jagung Dunia Ekspor jagung dari negara-negara pengekspor dianalisis berdasarkan negara-negara eksportir jagung utama di dunia, yaitu: Amerika Serikat, Argentina, Indonesia, dan sisa dunia. Hal ini dibangun berdasarkan analisis dalam kurun waktu 1986 sampai 2010, diperoleh bahwa rata-rata pangsa ekspor jagung dunia oleh Amerika Serikat, Argentina, dan Indonesia adalah 69.48 persen, sedangkan rata-rata pangsa ekspor jagung negara lain hanya sebesar 30.52 persen. Rata-rata pangsa masing-masing negara adalah 58.56 persen, 10.81 persen, 0.11 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun pada beberapa tahun Amerika Serikat dan Argentina merupakan dua negara besar dalam pasar ekspor jagung dunia namun Indonesia juga berperan sebagai eksportir jagung dunia sehingga penjumlah ekspor jagung ketiga negara tersebut mampu mewakili kondisi ekspor jagung dunia. Impor Jagung 6.2.8.4. Impor Jagung Jepang Tabel 28 menyajikan bahwa persamaan impor jagung Jepang mempunyai nilai R2 yang tinggi yaitu 0.60. Hal ini menunjukan bahwa variabel-variabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan baik variabel endogennya. Sebesar 60.00 persen impor jagung Jepang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel harga riil jagung dunia t-1, konsumsi jagung Jepang t-1, perubahan nilai tukar riil Jepang terhadap Amerika Serikat, dan stok jagung Jepang.
79
Konsumsi jagung Jepang t-1 berpengaruh terhadap impor jagung Jepang dengan arah positif. Namun respon impor jagung Jepang terhadap konsumsi jagung Jepang t-1 adalah inelastis. Peningkatan satu persen konsumsi jagung Jepang t-1 akan meningkatkan impor jagung Jepang 0.04 persen, ceteris paribus. Perubahan nilai tukar riil Jepang terhadap Amerika Serikat juga berpengaruh terhadap impor jagung Jepang dengan arah negatif. Namun impor jagung Jepang tidak responsif terhadap perubahan nilai tukar riil Jepang terhadap Amerika Serikat. Tabel 28. Hasil Estimasi Parameter Impor Jagung Jepang Variabel Intersep HRJWt-1 CJJt-1 EXRJtEXRJt-1
Elastisitas SR LR
Parameter Estimasi 15 629 674.00000 -1 065.62000
-0.01121
<.00010 0.20130
0.36097
0.04444
0.04130
-11 320.40000
-0.00294
0.01370
STJJt -0.62594 Prob > F: 0.00140 Keterangan: Taraf α = 0.15
0.01041 R2: 0.59100
Prob> |𝐓|
0.01090 Dw: 1.35481
Label Variabel Intersep Harga riil jagung dunia t-1 Konsumsi jagung Jepang t-1 Perubahan nilai tukar riil Jepang terhadap Amerika Serikat Stok jagung Jepang
Stok jagung Jepang berpengaruh terhadap impor jagung Jepang dengan arah negatif. Impor jagung Jepang juga tidak responsif terhadap stok jagung Jepang. Impor jagung Jepang tidak dipengaruhi oleh harga riil jagung dunia t-1 dengan arah negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa harga riil jagung dunia t-1 tidak dapat digunakan sebagai tolak ukur perubahan impor jagung Jepang. 6.2.8.5. Impor Jagung Korea Selatan Tabel 29 menyajikan bahwa persamaan impor jagung Korea Selatan mempunyai nilai R2 yang tinggi yaitu 0.86. Hal ini menunjukan bahwa variabelvariabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan baik variabel endogennya. Sebesar 86.00 persen impor jagung Korea Selatan dapat dijelaskan oleh variabel-variabel harga riil jagung dunia, konsumsi jagung Korea Selatan, nilai tukar riil Korea Selatan, stok jagung Korea Selatan, dan tren waktu. Impor jagung Korea Selatan dipengaruhi oleh konsumsi jagung Korea Selatan dengan arah positif. Namun impor jagung Korea Selatan tidak responsif terhadap konsumsi jagung Korea Selatan. Peningkatan satu persen konsumsi
80
jagung Korea Selatan akan meningkatkan impor jagung Korea Selatan 0.89 persen, ceteris paribus. Nilai tukar riil Korea Selatan berpengaruh terhadap impor jagung Korea Selatan dengan arah negatif. Namun impor jagung Korea Selatan tidak responsif terhadap nilai tukar riil Korea Selatan. Selain itu, stok jagung Korea Selatan juga berpengaruh terhadap impor jagung Korea Selatan dengan arah negatif. Namun impor jagung Korea Selatan juga tidak responsif terhadap stok jagung Korea Selatan. Tabel 29. Hasil Estimasi Parameter Impor Jagung Korea Selatan Elastisitas SR LR
Intersep HRJWt CJKSt
Parameter Estimasi 3 031 655.00000 -1 407.59000 9.93361
-0.03107 0.89324
0.12015 0.37270 <.00010
EXRKSt
-1 915.28000
-0.32154
0.01060
Variabel
STJKSt -7.25968 TWt 29 540.75000 Prob > F: <.00010 Keterangan: Taraf α = 0.15
-0.00778 0.05250 R2: 0.85850
Prob> |𝐓|
0.03350 0.23145 Dw: 1.85750
Label Variabel Intersep Harga riil jagung dunia Konsumsi jagung Korea Selatan Nilai tukar riil Korea Selatan Stok jagung Korea Selatan Tren waktu
Harga riil jagung dunia tidak berpengaruh terhadap impor jagung Korea Selatan dengan arah negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan yang terjadi pada harga riil jagung dunia tidak akan menyebabkan perubahan impor jagung Korea Selatan. Selanjutnya, tren waktu juga merupakan faktor yang tidak berpengaruh terhadap impor jagung Korea Selatan. Hal ini menunjukan bahwa impor jagung Korea Selatan tidak akan mengalami peningkatakan seiring dengan perkembangan waktu. 6.2.8.6. Impor Jagung Dunia Impor jagung dari negara-negara pengimpor dianalisis berdasarkan negara-negara importir jagung utama di dunia, yaitu: Jepang, Korea Selatan, Indonesia, dan sisa dunia. Hal ini dibangun berdasarkan analisis dalam kurun waktu 1986 sampai 2010, diperoleh bahwa rata-rata pangsa impor jagung dunia oleh Jepang, Korea Selatan, dan Indonesia adalah 31.05 persen, sedangkan ratarata pangsa ekspor jagung negara lain sebesar 68.95 persen. Rata-rata pangsa masing-masing negara adalah 20.32 persen, 9.26 persen, 1.47 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun pada beberapa tahun terakhir Jepang dan
81
Korea Selatan merupakan dua negara terbesar dalam impor jagung dunia, namun banyak negara-negara lain yang juga berperan sebagai importir jagung dunia. 6.2.9. Harga Riil Jagung Dunia Tabel 30 menyajikan bahwa persamaan harga riil jagung dunia mempunyai nilai R2 yang tinggi yaitu 0.74. Hal ini menunjukan bahwa variabelvariabel penjelas dalam persamaan dapat menjelaskan dengan baik variabel endogennya. Sebesar 74.00 persen harga riil jagung dunia dapat dijelaskan oleh variabel-variabel perubahan ekspor jagung dunia, rasio impor jagung dunia dan impor jagung dunia t-1, dan harga riil jagung dunia t-1. Tabel 30. Hasil Estimasi Parameter Harga Riil Jagung Dunia Variabel
Parameter Estimasi -126.1950000 -0.000002
Intersep XJWtXJWt-1 MJWt 155.5474000 /MJWt-1 HRJWt-1 0.8043900 Prob > F: <.00010 Keterangan: Taraf α = 0.15
Elastisitas SR LR -0.02494
-0.12750
0.95388
4.87644
R2: 0.73726
Prob> |𝐓|
Label Variabel
0.28000 0.20490
Intersep Perubahan ekspor jagung dunia 0.23625 Rasio impor jagung dunia dan impor jagung dunia t-1 <.00010 Harga riil jagung dunia t-1 Dw: 2.15530 Dh: -0.46569
Harga riil jagung dunia dipengaruhi oleh harga riil jagung dunia t-1 dengan arah positif. Hal ini mengindikasikan bahwa ada tenggang waktu yang cukup bagi harga riil jagung dunia untuk menyeseuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi. Perubahan ekspor jagung dunia tidak berpengaruh terhadap harga riil jagung dunia dengan arah negatif. Hal ini menunjukan bahwa penurunan ekspor jagung dunia tidak menyebabkan peningkatan harga jagung dunia. Selanjutnya, rasio impor jagung dunia dan impor jagung dunia t-1 juga tidak berpengaruh terhadap harga riil jagung dunia dengan arah positif. Hal ini juga mengindikasikan bahwa peningkatan impor jagung dunia tidak akan meningkatkan harga jagung dunia.
82
83
VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG 7.1. Hasil Validasi Model Hasil validasi model menunjukan bahwa variabel endogen yang memiliki nilai RMSPE 1-30 sebesar 53.85 persen, berkisar antara 31-60 sebesar 11.54 persen, >60 sebesar 23.08 persen, dan yang tidak dapat digunakan sebesar 11.53 persen. Selain itu, variabel endogen yang memiliki nilai U-Theil <30 sebesar 73.08 persen dan >30 sebesar 26.92 persen. Berdasarkan kondisi tersebut, sebagian besar persamaan di dalam model memiliki daya prediksi yang baik dan valid untuk melakukan simulasi historis. 7.2. Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Penawaran dan Permintaan Jagung Evaluasi dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap penawaran dan permintaan jagung di Indonesia dibatasi pada perubahan variabel endogen yang terkait dengan pengukuran kesejahteraan pelaku ekonomi, yaitu produksi jagung, harga jagung di tingkat petani, harga jagung eceran, harga jagung pedagang besar, permintaan jagung untuk konsumsi langsung, permintaan jagung untuk industri pakan, jumlah dan harga impor jagung Indonesia. Skenario simulasi yang dilakukan terdiri dari perubahan faktor internal dan eksternal. 7.2.1. Faktor Internal Skenario simulasi perubahan faktor internal terdiri dari tarif impor jagung, harga eceran pupuk urea, dan harga jagung di tingkat petani. Berikut diuraikan dampak masing-masing skenario simulasi terhadap penawaran dan permintaan jagung. 7.2.1.1. Tarif Impor Jagung Perubahan tarif impor jagung dilakukan empat simulasi, yaitu: (1) penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA, (2) tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA sebesar 5 persen, (3) penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA, dan (4) tarif impor jagung Indonesia dari
84
negara non AFTA sebesar 5 persen. Dampak perubahan tarif impor jagung disajikan pada Tabel 31. Tabel 31. Dampak Perubahan Tarif Impor Jagung Terhadap Penawaran dan Permintaan Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Variabel Endogen AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPI HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW HRJW
Satuan Ha Ton/Ha Ton Ton Ton Ton Ton Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg US$/Ton US$/Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton US$/Ton
Nilai Dasar 3766270 3.4825 13179233 14705471 9691554 856934 14931988 1684.5 1466.3 2939.1 925 579.1 113068 12358.8 127258 712316 150185 1456695 1583953 49815453 12857962 96495215 16516697 8467946 97104385 131
S1 -0.02135 -0.10050 -0.12363 -0.08670 0.00939 0.16104 0.01534 -0.08905 -0.64107 -0.72471 -117.24324 0.01727 2.91152 1.16112 2.70003 -0.00028 0.07258 0.00741 0.22374 0.00018 0.00002 0.00010 -0.00002 -0.00005 0.00364 0.00000
Perubahan (%) S2 S3 -0.00305 -0.01325 -0.01436 -0.06317 -0.01568 -0.07717 -0.01363 0.25399 0.00147 0.00370 0.03372 0.09476 0.00289 0.00784 -0.01187 -0.05936 -0.07502 -0.40237 -0.19734 -0.33344 0.00000 0.15135 0.00000 -32.58505 0.02653 -0.40595 0.07849 -0.27025 0.03143 -0.38662 0.00042 5.94413 0.01332 3.77668 0.00158 3.29602 0.00398 3.00022 -0.00005 0.00276 0.00000 0.00016 -0.00003 0.00144 0.00000 -0.00024 0.00001 -0.00065 0.00007 0.04884 0.00000 0.00000
S4 -0.00252 -0.01149 -0.01373 0.03712 0.00045 0.01984 0.00143 -0.01187 -0.06820 -0.07826 0.00000 -4.66241 -0.05837 -0.04208 -0.05579 0.91097 0.56663 0.50388 0.45892 -0.00001 0.00000 0.00000 -0.00001 0.00000 0.00748 0.00000
Keterangan: S1 = Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA S2 = Tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA sebesar 5 persen S3 = Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA S4 = Tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA sebesar 5 persen
S1 akan berdampak pada penurunan penawaran jagung sebesar 0.09 persen akibat penurunan produksi jagung. Penurunan produksi jagung disebabkan oleh luas areal dan produktivitas jagung yang menurun. Berbeda halnya dengan S1, penurunan produksi jagung tidak menyebabkan terjadinya penurunan penawaran jagung, karena pada S3 peningkatan impor jagung Indonesia lebih besar daripada penurunan produksi jagung sehingga S3 akan berdampak pada peningkatan penawaran jagung Indonesia. S1 dan S3 akan berdampak pada peningkatan permintaan jagung Indonesia baik permintaan jagung untuk konsumsi langsung maupun industri pakan.
85
Besarnya peningkatan permintaan jagung Indonesia pada S1 sebesar 0.02 persen dan S3 sebesar 0.01 persen. Peningkatan permintaan jagung Indonesia disebabkan oleh penurunan harga jagung eceran dan pedagang besar. Penurunan harga jagung impor Indonesia dari ASEAN (S1) dan non ASEAN (S3) akan menyebabkan impor jagung Indonesia dari ASEAN dan non ASEAN meningkat. Peningkatan impor jagung Indonesia akan meningkatkan impor jagung dunia. Peningkatan impor jagung dunia memiliki pengaruh yang kecil terhadap harga jagung dunia. S2 akan berdampak pada penurunan penawaran jagung Indonesia sebesar 0.01 persen akibat penurunan produksi jagung, sedangkan S4 akan berdampak pada peningkatan penawaran jagung Indonesia akibat peningkatan impor jagung lebih besar dari penurunan produksi jagung. Penurunan produksi jagung pada S2 dan S4 disebabkan oleh penurunan produktivitas dan luas areal jagung. S2 dan S4 akan berdampak pada peningkatan permintaan jagung Indonesia baik permintaan jagung untuk konsumsi langsung maupun industri pakan. Peningkatan permintaan jagung untuk konsumsi langsung disebabkan oleh penurunan harga jagung eceran, sedangkan peningkatan permintaan jagung untuk industri pakan disebabkan oleh penurunan harga jagung pedagang besar. S2 dan S4 akan berdampak pada peningkatan impor jagung Indonesia baik impor jagung Indonesia dari ASEAN maupun non ASEAN. Peningkatan impor jagung Indonesia akan meningkatkan impor jagung dunia, namun peningkatan impor jagung dunia memiliki pengaruh yang kecil terhadap harga jagung dunia. 7.2.1.2. Harga Eceran Pupuk Urea dan Harga Jagung di Tingkat Petani Dampak perubahan harga eceran pupuk urea dan harga jagung di tingkat petani disajikan pada Tabel 32. S5 dan S6 akan berdampak pada peningkatan penawaran jagung Indonesia yaitu 1.54 persen pada S5 dan 9.61 persen pada S6. Peningkatan penawaran jagung Indonesia disebabkan oleh peningkatan produksi jagung, adapun peningkatan produksi jagung disebabkan oleh peningkatan luas areal dan produktivitas jagung. Pada S6, peningkatan luas areal dan produktivitas jagung disebabkan oleh peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen, sedangkan pada S5 peningkatan luas areal jagung disebabkan oleh penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen.
86
Tabel 32. Dampak Perubahan Harga Eceran Pupuk Urea dan Harga Jagung di Tingkat Petani terhadap Penawaran dan Permintaan Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010 No.
Variabel Endogen
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPI HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW HRJW
Satuan Ha Ton/Ha Ton Ton Ton Ton Ton Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg US$/Ton US$/Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton US$/Ton
Nilai Dasar
Perubahan (%) S5
3766270.00000 3.48250 13179233.00000 14705471.00000 9691554.00000 856934.00000 14931988.00000 1684.50000 1466.30000 2939.10000 925.00000 579.10000 113068.00000 12358.80000 127258.00000 712316.00000 150185.00000 1456695.00000 1583953.00000 49815453.00000 12857962.00000 96495215.00000 16516697.00000 8467946.00000 97104385.00000 131.00000
0.93514 0.82699 1.75641 1.54215 0.02166 0.00000 0.01406 -0.04156 0.00000 -2.07887 -0.01081 0.00000 -2.49584 -1.68139 -2.38020 0.00253 -1.12461 -0.11471 -0.29673 -0.00026 -0.00002 -0.00014 0.00002 0.00006 -0.00483 0.00000
S6 1.92750 8.97631 10.94666 9.61042 0.13157 0.00023 0.08541 10.00000 0.00000 -14.65755 -0.06486 -0.03454 -15.55515 -10.61430 -14.85093 0.01039 -7.05996 -0.72280 -1.85788 -0.00109 -0.00005 -0.00057 0.00010 0.00025 -0.03027 0.00000
Keterangan: S5 = Penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen S6 = Peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen
S5 dan S6 akan berdampak pada peningkatan permintaan jagung Indonesia baik permintaan jagung untuk konsumsi langsung maupun industri pakan. Peningkatan permintaan jagung Indonesia pada S5 (0.01 persen) lebih kecil dibandingkan dengan S6 (0.08 persen). Peningkatan permintaan jagung untuk konsumsi langsung pada S5 dan S6 disebabkan oleh penurunan harga jagung eceran, sedangkan peningkatan permintaan jagung untuk industri pakan pada S6 disebabkan penurunan harga jagung pedagang besar. Peningkatan produksi jagung Indonesia akan menyebabkan penurunan impor jagung Indonesia sebesar 0.30 persen pada S5 dan 1.86 persen pada S6. Penurunan impor jagung Indonesia akan menurunkan impor jagung dunia, namun penurunan impor jagung dunia memiliki pengaruh yang kecil terhadap penurunan harga jagung dunia.
87
7.2.2. Faktor Eksternal Perubahan faktor eksternal dilakukan dua simulasi, yaitu: (1) peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen dan (2) peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen. Dampak perubahan faktor eksternal disajikan pada Tabel 33. Tabel 33. Dampak Perubahan Faktor Eksternal terhadap Penawaran dan Permintaan Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010 No.
Variabel Endogen
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPI HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW HRJW
Satuan Ha Ton/Ha Ton Ton Ton Ton Ton Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg US$/Ton US$/Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton US$/Ton
Nilai Dasar 3766270.00000 3.48250 13179233.00000 14705471.00000 9691554.00000 856934.00000 14931988.00000 1684.50000 1466.30000 2939.10000 925.00000 579.10000 113068.00000 12358.80000 127258.00000 712316.00000 150185.00000 1456695.00000 1583953.00000 49815453.00000 12857962.00000 96495215.00000 16516697.00000 8467946.00000 97104385.00000 131.00000
Perubahan (%) S7 S8 -0.00818 0.00019 -0.03733 0.00000 -0.04679 0.00112 0.08232 -0.00165 0.00246 -0.00005 0.06068 -0.00163 0.00508 -0.00013 -0.03562 0.00000 -0.24552 0.00682 -0.24157 0.00680 -16.19459 0.36757 -11.89777 0.24175 0.25295 -0.00619 0.05421 -0.00162 0.23024 -0.00550 2.22612 -0.04745 1.41292 -0.02996 1.23430 -0.02622 1.15357 -0.02462 7.09706 0.00654 -0.01761 0.00037 3.66317 0.00342 0.02621 0.74347 0.07406 -0.00152 0.02973 0.12592 -3.44037 0.07645
Keterangan: S7 = Peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen S8 = Peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen
S7 akan berdampak pada peningkatan penawaran jagung Indonesia sebesar 0.08 persen akibat peningkatan impor jagung Indonesia yang lebih besar daripada penurunan produksi jagung Indonesia. Penurunan produksi jagung disebabkan oleh penurunan luas areal dan produktivitas jagung, sedangkan penurunan luas
88
areal dan produktivitas jagung disebabkan oleh penurunan harga jagung di tingkat petani sebesar 0.04 persen. S7 akan berdampak pada peningkatan permintaan jagung Indonesia, baik permintaan jagung untuk konsumsi langsung maupun industri pakan. Peningkatan permintaan jagung untuk konsumsi langsung disebabkan oleh penurunan harga jagung eceran sebesar 0.24 persen dan peningkatan permintan jagung untuk industri pakan disebabkan oleh penurunan harga jagung pedagang besar sebesar 0.25 persen. Peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen (S7) akan meningkatkan ekspor jagung dunia sebesar 3.66 persen sehingga harga jagung dunia menjadi menurun. Penurunan harga jagung dunia akan menyebabkan harga jagung impor Indonesia dari ASEAN dan non ASEAN menurun sehingga harga jagung eceran dan pedagang besar juga mengalami penurunan. Penurunan harga jagung pedagang besar akan menurunkan harga jagung di tingkat petani. S8 akan berdampak pada penurunan penawaran jagung Indonesia. Penurunan penawaran jagung Indonesia disebabkan oleh penurunan impor jagung Indonesia lebih besar dari peningkatan produksi jagung. Peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen (S8) akan berdampak pada penurunan permintaan jagung Indonesia baik permintaan jagung untuk konsumsi langsung akibat peningkatan harga jagung eceran sebesar 0.01 persen, maupun industri pakan akibat peningkatan harga jagung pedagang besar sebesar 0.01 persen. Peningkatan konsumsi jagung Jepang akan meningkatkan impor jagung dunia sebesar 0.13 persen sehingga harga jagung dunia juga akan meningkat sebesar 0.08 persen. Peningkatan harga jagung dunia akan meningkatkan harga jagung impor Indonesia dari ASEAN dan non ASEAN sehingga harga jagung eceran dan pedagang besar meningkatn dan meningkatkan harga jagung di tingkat petani. 7.2.3. Kombinasi Perubahan Faktor Internal dan Eksternal Tabel 34 menyajikan kombinasi perubahan faktor internal dan eksternal yang terdiri dari dua simulasi, yaitu: (1) kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani
89
sebesar 10 persen dan (2) kombinasi peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen, penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen. Tabel 34. Dampak Kombinasi Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Penawaran dan Permintaan Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010 No.
Variabel Endogen
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPI HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW HRJW
Satuan Ha Ton/Ha Ton Ton Ton Ton Ton Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg US$/Ton US$/Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton US$/Ton
Nilai Dasar 3766270.00000 3.48250 13179233.00000 14705471.00000 9691554.00000 856934.00000 14931988.00000 1684.50000 1466.30000 2939.10000 925.00000 579.10000 113068.00000 12358.80000 127258.00000 712316.00000 150185.00000 1456695.00000 1583953.00000 49815453.00000 12857962.00000 96495215.00000 16516697.00000 8467946.00000 97104385.00000 131.00000
Perubahan (%) S9 2.87231 9.84637 12.85786 11.63207 0.17068 0.25615 0.12549 10.00000 -1.04344 -18.23007 -117.17838 -32.63685 -16.04901 -11.74710 -15.40021 5.95719 -4.56237 2.44265 1.00912 0.00154 0.00009 0.00081 -0.00013 -0.00037 0.01641 0.00000
S10 2.87231 9.84637 12.85786 11.62944 0.17062 0.25463 0.12536 10.00000 -1.04344 -18.21986 -116.81081 -32.39510 -16.05344 -11.74710 -15.40414 5.90974 -4.59167 2.41643 0.98469 0.00808 0.00045 0.00423 0.74333 -0.00189 0.14233 0.07645
Keterangan: S9 = Kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen. S10 = Kombinasi peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen, penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen.
Kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S9) akan berdampak pada peningkatan penawaran jagung Indonesia sebesar 11.63 persen, sedangkan dari sisi permintaan S9 akan berdampak pada peningkatan permintaan
90
jagung Indonesia. Peningkatan permintaan jagung untuk konsumsi langsung disebabkan oleh menurunnya harga jagung eceran sebesar 18.23 persen dan meningkatnya permintaan jagung untuk industri pakan disebabkan oleh menurunnya harga jagung pedagang besar sebesar 1.04 persen. Peningkatan penawaran jagung (11.63 persen) lebih besar daripada peningkatan permintaan jagung (0.13 persen) pada S9. Kondisi tersebut akan menyebabkan impor jagung Indonesia dari ASEAN dan non ASEAN menurun sehingga menurunkan impor jagung dunia. Penurunan impor jagung dunia memiliki pengaruh yang kecil terhadap penurunan harga jagung dunia. Kombinasi peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen, penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S10) akan berdampak pada peningkatan penawaran jagung Indonesia sebesar 11.63 persen yang disebabkan oleh peningkatan produksi jagung sebesar 12.86 persen lebih besar dari penurunan impor jagung sebesar 0.98 persen. Peningkatan produksi disebabkan oleh meningkatnya harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen, sedangkan peningkatan impor jagung Indonesia disebabkan oleh peningkatan impor jagung Indonesia dari non ASEAN lebih besar dari penurunan impor jagung Indonesia dari ASEAN. Dari sisi permintaan, S10 akan berdampak pada peningkatan permintaan jagung Indonesia baik permintaan jagung untuk konsumsi langsung (0.17 persen) maupun permintaan jagung untuk industri pakan (0.25 persen). Peningkatan permintaan jagung untuk konsumsi langsung disebabkan oleh penurunan harga jagung eceran sebesar 18.22 persen sedangkan peningkatan permintaan jagung untuk industri pakan disebabkan oleh penurunan harga jagung pedagang besar sebesar 1.04 persen. 7.2.4. Rekapitulasi Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Penawaran dan Permintaan Jagung Tabel 35 menyajikan dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap penawaran dan permintaan jagung di Indonesia. Penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen (S5), peningkatan harga jagung di tingkat petani
91
sebesar 10 persen (S6), kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S9), dan kombinasi peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen, penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S10) akan berdampak pada peningkatan produksi, penawaran dan permintaan jagung, serta penurunan impor jagung Indonesia. Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA (S3), tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA sebesar 5 persen (S4), dan peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen (S7) akan berdampak pada penurunan produksi, peningkatan penawaran dan permintaan jagung, dan impor jagung Indonesia. Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA (S1), tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA sebesar 5 persen (S2), dan peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen (S8) akan berdampak pada penurunan penawaran jagung Indonesia. Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA (S1) dan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA sebesar 5 persen (S2) akan berdampak terhadap penurunan produksi jagung, serta peningkatan permintaan dan impor jagung Indonesia, sedangkan peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen akan berdampak terhadap peningkatan produksi jagung serta penurunan permintaan dan impor jagung Indonesia. Dilihat dari sisi penawaran penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA (S3), tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA sebesar 5 persen (S4), penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen (S5), peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S6), peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen (S7), kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 24 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 24 persen (S9), dan kombinasi peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen, penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara
28
No.
Variabel Endogen
Satuan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPI HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW HRJW
Ha Ton/Ha Ton Ton Ton Ton Ton Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg US$/Ton US$/Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton Ton US$/Ton
Nilai Dasar 3766270 3.4825 13179233 14705471 9691554 856934 14931988 1684.5 1466.3 2939.1 925 579.1 113068 12358.8 127258 712316 150185 1456695 1583953 49815453 12857962 96495215 16516697 8467946 97104385 131
S1 -0.02135 -0.10050 -0.12363 -0.08670 0.00939 0.16104 0.01534 -0.08905 -0.64107 -0.72471 -117.24324 0.01727 2.91152 1.16112 2.70003 -0.00028 0.07258 0.00741 0.22374 0.00018 0.00002 0.00010 -0.00002 -0.00005 0.00364 0.00000
S2 -0.00305 -0.01436 -0.01568 -0.01363 0.00147 0.03372 0.00289 -0.01187 -0.07502 -0.19734 0.00000 0.00000 0.02653 0.07849 0.03143 0.00042 0.01332 0.00158 0.00398 -0.00005 0.00000 -0.00003 0.00000 0.00001 0.00007 0.00000
S1 = Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA S2 = Tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA sebesar 5 persen S3 = Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA S4 = Tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA sebesar 5 persen S5 = Penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen
S3 -0.01325 -0.06317 -0.07717 0.25399 0.00370 0.09476 0.00784 -0.05936 -0.40237 -0.33344 0.15135 -32.58505 -0.40595 -0.27025 -0.38662 5.94413 3.77668 3.29602 3.00022 0.00276 0.00016 0.00144 -0.00024 -0.00065 0.04884 0.00000
S4 -0.00252 -0.01149 -0.01373 0.03712 0.00045 0.01984 0.00143 -0.01187 -0.06820 -0.07826 0.00000 -4.66241 -0.05837 -0.04208 -0.05579 0.91097 0.56663 0.50388 0.45892 -0.00001 0.00000 0.00000 -0.00001 0.00000 0.00748 0.00000
Perubahan (%) S5 S6 0.93514 1.92750 0.82699 8.97631 1.75641 10.94666 1.54215 9.61042 0.02166 0.13157 0.00000 0.00023 0.01406 0.08541 -0.04156 10.00000 0.00000 0.00000 -2.07887 -14.65755 -0.01081 -0.06486 0.00000 -0.03454 -2.49584 -15.55515 -1.68139 -10.61430 -2.38020 -14.85093 0.00253 0.01039 -1.12461 -7.05996 -0.11471 -0.72280 -0.29673 -1.85788 -0.00026 -0.00109 -0.00002 -0.00005 -0.00014 -0.00057 0.00002 0.00010 0.00006 0.00025 -0.00483 -0.03027 0.00000 0.00000
S7 -0.00818 -0.03733 -0.04679 0.08232 0.00246 0.06068 0.00508 -0.03562 -0.24552 -0.24157 -16.19459 -11.89777 0.25295 0.05421 0.23024 2.22612 1.41292 1.23430 1.15357 7.09706 -0.01761 3.66317 0.02621 0.07406 0.02973 -3.44037
S8 0.00019 0.00000 0.00112 -0.00165 -0.00005 -0.00163 -0.00013 0.00000 0.00682 0.00680 0.36757 0.24175 -0.00619 -0.00162 -0.00550 -0.04745 -0.02996 -0.02622 -0.02462 0.00654 0.00037 0.00342 0.74347 -0.00152 0.12592 0.07645
S6 = Peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen S7 = Peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen S8 = Peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen S9 = Kombinasi S1, S3, S5, dan S6 S10 = Kombinasi S8, S1, S3, S5, dan S6
S9 2.87231 9.84637 12.85786 11.63207 0.17068 0.25615 0.12549 10.00000 -1.04344 -18.23007 -117.17838 -32.63685 -16.04901 -11.74710 -15.40021 5.95719 -4.56237 2.44265 1.00912 0.00154 0.00009 0.00081 -0.00013 -0.00037 0.01641 0.00000
S10 2.87231 9.84637 12.85786 11.62944 0.17062 0.25463 0.12536 10.00000 -1.04344 -18.21986 -116.81081 -32.39510 -16.05344 -11.74710 -15.40414 5.90974 -4.59167 2.41643 0.98469 0.00808 0.00045 0.00423 0.74333 -0.00189 0.14233 0.07645
92
Tabel 35. Rekapitulasi Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Penawaran dan Permintaan Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010
93
AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S10) akan memiliki dampak terhadap peningkatan penawaran jagung, sedangkan penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA (S1), tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA sebesar 5 persen (S2), dan peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen (S8) akan memiliki dampak terhadap penurunan penawaran jagung Indonesia. Dilihat dari sisi permintaan penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA (S1), tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA sebesar 5 persen (S2), penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA (S3), tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA sebesar 5 persen (S4), penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen (S5), peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S6), peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen (S7), kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S9), dan kombinasi peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen, penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S10) akan memiliki dampak terhadap peningkatan permintaan jagung, sedangkan peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen (S8) akan memiliki dampak terhadap penurunan permintaan jagung Indonesia. Secara keseluruhan kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S9) akan memiliki dampak terbesar terhadap peningkatan penawaran dan permintaan jagung di Indonesia, sedangkan peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen (S4) akan memiliki dampak terbesar terhadap penurunan penawaran dan permintaan jagung Indonesia.
94
95
VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KESEJAHTERAAN PRODUSEN DAN KONSUMEN JAGUNG Dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen jagung di Indonesia dianalisis berdasarkan analisis historis tahun 2003 sampai 2010. Konsumen jagung Indonesia yang dianalisis kesejahteraannya dikelompokan menjadi dua yaitu: (1) konsumen jagung konsumsi langsung (konsumen rumahtangga) dan (2) konsumen jagung industri pakan (kosumen industri). Kesejahteraan konsumen jagung dianalisis berdasarkan surplus konsumen jagung, sedangkan kesejahteraan produsen jagung dianalisis berdasakan surplus produsen jagung. 8.1. Faktor Internal Skenario simulasi perubahan faktor internal terdiri dari tarif impor jagung, harga eceran pupuk urea, dan harga jagung di tingkat petani. Berikut diuraikan dampak masing-masing skenario simulasi terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen jagung. 8.1.1. Tarif Impor Jagung Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA (S1) akan menyebabkan penurunan kesejahteraan produsen dan peningkatan kesejahteraan konsumen baik konsumen rumahtangga maupun konsumen industri. Dampak perubahan tarif impor jagung terhadap kesejahteraan prodsen dan konsumen jagung di Indonesia disajikan pada Tabel 36. Penurunan kesejahteraan produsen dilihat dari penurunan surplus produsen yaitu Rp 19.76 Milyar. Hal ini dikarenakan penghapusan tarif impor jagung akan menyebabkan penurunan harga riil jagung di tingkat petani sebesar 0.09 persen sehingga produksi jagung akan menurun sebesar 0.12 persen. Dilihat dari sisi konsumen, peningkatan surplus konsumen yaitu Rp 214.50 Milyar disebabkan oleh peningkatan surplus konsumen rumahtangga akibat penurunan harga riil jagung eceran sebesar 0.72 persen dan peningkatan surplus konsumen industri akibat penurunan harga riil jagung pedagang besar sebesar 0.64 persen.
96
Penghapusan tarif impor akan menyebabkan penurunan penerimaan pemerintah yang didapatkan dari tarif impor yaitu Rp 49.40 Milyar. S1 akan meningkatkan kesejahteraan (net surplus) karena penurunan surplus produsen dan penerimaan pemerintah masih dapat tertutupi oleh peningkatan surplus konsumen. Tabel 36. Dampak Perubahan Tarif Impor Jagung terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010 (Rp Milyar) No. 1. 2.
Perubahan Komponen Kesejahteraan
Simulasi S1 -19.76 214.50 206.44 8.06 -49.40
S2
S3 -13.17 100.04 94.98 5.06 -230.98
Surplus Produsen -2.64 Surplus Konsumen 57.15 56.21 a. Konsumen Rumahtangga 0.94 b. Konsumen Industri Pakan Penerimaan Pemerintah dari -0.02 3. tarif impor: a. Thailand -43.66 -0.01 -0.14 b. Myanmar -4.96 0.08 -0.01 c. Sisa ASEAN -0.81 -0.08 0.00 d. China 0.00 0.00 -146.50 e. Amerika Serikat 0.03 0.00 -35.21 f. Sisa Non ASEAN 0.00 -0.01 -49.12 4. Kesejahteraan Pelaku Pasar 145.35 54.50 -144.11 (Net Surplus) Keterangan: S1 = Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA S2 = Tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA sebesar 5 persen S3 = Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA S4 = Tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA sebesar 5 persen
S4 -2.64 23.15 22.29 0.86 -1.13 -0.05 0.00 0.00 -3.00 -0.75 2.67 19.38
Tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA sebesar 5 persen (S2) akan
menyebabkan penurunan kesejahteraan
produsen dan peningkatan
kesejahteraan konsumen. Penurunan surplus produsen yaitu Rp 2.64 Milyar, sedangkan peningkatan surplus konsumen pada konsumen rumahtangga yaitu Rp 56.21 Milyar dan Rp 0.94 Milyar pada konsumen industri pakan. Peningkatan surplus konsumen rumahtangga disebabkan oleh penurunan harga jagung eceran sebesar 0.20 persen sehingga permintaan jagung konsumsi langsung meningkat, sedangkan peningkatan surplus konsumen industri pakan disebabkan oleh penurunan harga jagung pedagang besar sebesar 0.08 persen sehingga permintaan jagung industri pakan akan meningkat sebesar 0.03 persen. S2 akan menurunkan penerimaan pemerintah dari tarif impor sebesar Rp 0.02 Milyar. S2 akan meningkatkan kesejahteraan (net surplus) karena penurunan surplus produsen dan penerimaan pemerintah masih dapat tertutupi oleh peningkatan surplus konsumen.
97
Penghapusan tarif impor jagung dari negara non AFTA (S3) akan berdampak
pada
penurunan
kesejahteraan
produsen
dan
peningkatan
kesejahteraan konsumen. Penurunan surplus produsen yaitu Rp 13.17 Milyar disebabkan oleh penurunan harga riil jagung di tingkat petani sehingga produksi jagung Indonesia mengalami penurunan sebesar 0.08 persen. Peningkatan surplus konsumen sebesar Rp 100.04 Milyar yang merupakan total dari peningkatan surplus konsumen rumahtangga Rp 94.98 Milyar dan surplus konsumen industri pakan Rp 5.06 Milyar. Sama halnya dengan S1, S3 juga akan menurunkan penerimaan pemerintah yaitu Rp 230.98 Miyar. S3 akan menurunkan kesejahteraan yaitu Rp 144.11 Milyar, karena impor jagung Indonesia dari non ASEAN lebih besar dari impor jagung Indonesia dari ASEAN, sehingga penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari non AFTA memiliki dampak yang lebih
besar
terhadap
penurunan
penerimaan
pemerintah
dibandingkan
penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari AFTA. Tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA sebesar 5 persen (S4) akan berdampak pada penurunan kesejahteraan produsen dan peningkatan kesejahteraan konsumen baik konsumen rumahtangga maupun konsumen industri pakan. Penurunan surplus produsen yaitu Rp 2.64 Milyar yang disebabkan oleh penurunan harga riil jagung di tingkat petani sebesar 0.01 persen. Peningkatan surplus konsumen rumahtangga yaitu Rp 22.29 Milyar disebabkan oleh penurunan harga riil jagung eceran sebesar 0.08 persen sedangkan peningkatan surplus konsumen industri pakan yaitu Rp 0.86 Milyar disebabkan oleh penurunan harga riil jagung pedagang besar sebesar 0.07 persen. S4 akan menurunkan penerimaan pemerintah akibat penurunan harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN. S4 meningkatkan kesejahteraan (net surplus) yaitu Rp 19.38 Milyar karena penurunan penerimaan pemerintah lebih kecil dibandingkan dengan penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA, sehingga penurunan surplus produsen dan penerimaan pemerintah masih dapat tertutupi oleh peningkatan surplus konsumen. Dampak penghapusan pajak terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen jagung di Indonesia dari negara AFTA lebih besar dari negara non
98
AFTA. Secara keseluruhan penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA meningkatkan kesejahteraan terbesar (net surplus). 8.1.2. Harga Eceran Pupuk Urea dan Harga Jagung di Tingkat Petani Penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen (S5) akan berdampak
pada
penurunan
kesejahteraan
produsen
dan
peningkatan
kesejahteraan konsumen (Tabel 37). Penurunan surplus produsen yaitu Rp 9.31 Milyar karena peningkatan produksi yang disebabkan oleh penurunan harga eceran pupuk urea tidak dapat mengkompensasi penurunan harga jagung di tingkat petani. Tabel 37. Dampak Perubahan Harga Eceran Pupuk Urea dan Harga Jagung di Tingkat Petani terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010 (Rp Milyar) No. 1. 2.
Perubahan Komponen Kesejahteraan
Surplus Produsen Surplus Konsumen a. Konsumen Rumahtangga b. Konsumen Industri Pakan 3. Penerimaan Pemerintah dari tarif impor: a. Thailand b. Myanmar c. Sisa ASEAN d. China e. Amerika Serikat f. Sisa Non ASEAN 4. Kesejahteraan Pelaku Pasar (Net Surplus) Keterangan: S5 = Penurunan harga eceran pupuk urea sebeasar 10 persen S6 = Peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen
Simulasi S5 -9.31 592.22 592.22 0.00 -1.66 -1.16 -0.09 0.00 0.00 -0.40 -0.01 581.25
S6 2 341.55 4 177.87 4 177.87 0.00 -13.95 -10.37 -0.70 0.00 -0.10 -2.74 -0.04 6 505.47
Peningkatan kesejahteraan konsumen akibat S5 yaitu Rp 592.22 Milyar. Penurunan harga jagung impor Indonesia dari ASEAN dan non ASEAN akan memiliki dampak yang kecil terhadap penurunan harga jagung pedagang besar, sehingga dampak terhadap peningkatan permintaan jagung untuk industri pakan juga kecil. Hal tersebut mengakibatkan dampak penurunan harga eceran pupuk urea terhadap peningkatan surplus konsumen industri pakan juga kecil. S5 akan menyebabkan penurunan penerimaan pemerintah dari tarif impor yaitu Rp 1.66 Milyar, hal ini disebabkan oleh penurunan harga impor jagung Indonesia dari ASEAN dan non ASEAN masing-masing sebesar 0.03 persen dan
99
0.02 persen. Secara keseluruhan S5 akan meningkatkan kesejahteraan (net surplus) yaitu Rp 1.405.32 Milyar karena penurunan surplus produsen dan penerimaan pemerintah dapat tertutupi oleh peningkatan surplus konsumen. Peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S6) akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan produsen dan konsumen jagung di Indonesia. Peningkatan surplus produsen yaitu Rp 2 341.55 Milyar disebabkan oleh kenaikan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen sehingga produksi meningkat. Ditinjau dari sisi konsumen, S6 juga akan meningkatkan surplus konsumen yaitu Rp 4 177.87 Milyar. Sama halnya dengan S5, S6 juga memiliki dampak yang kecil terhadap peningkatan surplus konsumen industri pakan. Hal tersebut karena dampak penurunan harga jagung impor Indonesia dari ASEAN dan non ASEAN terhadap penurunan harga jagung pedagang besar kecil, sehingga dampak tehadap peningkatan permintaan jagung untuk industri pakan juga kecil. Peningkatan penawaran jagung akan menurunkan impor jagung Indonesia sehingga penerimaan pemerintah dari tarif impor akan menurun sebesar Rp 13.95 Milyar. Secara keseluruhan S6 akan meningkatkan kesejahteraan terbesar yaitu Rp 6.505.47 Milyar karena penurunan penerimaan pemerintah dapat tertutupi oleh peningkatan surplus produsen dan konsumen jagung. 8.2. Faktor Eksternal Tabel 38 menyajikan bahwa peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen (S7) akan berdampak pada penurunan kesejahteraan produsen dan peningkatan kesejahteraan konsumen. Penurunan kesejahteraan produsen dilihat dari penurunan surplus produsen yaitu Rp 7.91 Milyar yang disebabkan oleh penurunan harga jagung di tingkat petani sebesar 0.04 persen sehingga produksi jagung juga menurun sebesar 0.05 persen. Peningkatan kesejahteraan konsumen dilihat dari peningkatan surplus konsumen yaitu Rp 71.90 Milyar. S7 akan menyebabkan penurunan penerimaan pemerintah dari tarif impor yaitu Rp 28.03 Milyar. Secara keseluruhan S7 akan meningkatkan net surplus yaitu Rp 67.08 Milyar karena penurunan surplus
100
produsen dan penerimaan pemerintah dapat tertutupi oleh peningkatan surplus konsumen. Tabel 38. Dampak Perubahan Faktor Eksternal terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010 (Rp Milyar) No.
Perubahan Komponen Kesejahteraan
Simulasi
S7 Surplus Produsen -7.91 Surplus Konsumen 71.90 68.81 a. Konsumen Rumahtangga 3.09 b. Konsumen Industri Pakan -28.03 3. Penerimaan Pemerintah dari tarif impor: a. Thailand -6.24 b. Myanmar -0.69 c. Sisa ASEAN -0.10 d. China -13.30 e. Amerika Serikat -3.24 f . Sisa Non ASEAN -4.46 4. Kesejahteraan Pelaku Pasar (Net Surplus) 67.08 Keterangan: S7 = Peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen S8 = Peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen
S8
1. 2.
0.00 -2.02 -1.94 -0.09 0.57 0.14 0.01 0.00 0.30 0.04 0.07 -1.46
Peningkatan harga jagung pedagang besar akan memiliki dampak yang kecil terhadap peningkatan harga jagung di tingkat petani, sehingga peningkatan konsumsu jagung Jepang memiliki dampak yang kecil terhadap peningkatan surplus produsen. Peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen (S8) akan berdampak pada penurunan kesejahteraan konsumen. Penurunan surplus konsumen pada S8 yaitu Rp 2.02 Milyar. Penurunan surplus konsumen disebabkan oleh penurunan surplus konsumen rumahtangga dan surplus konsumen industri pakan. S8 juga akan berdampak pada peningkatan penerimaan pemerintah dari tarif impor sebesar Rp 0.57 Milyar. Secara keseluruhan S8 akan menurunkan kesejahteraan yaitu Rp 1.46 Milyar. 8.3. Kombinasi Perubahan Faktor Internal dan Eksternal Kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S9) akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan produsen dan konsumen jagung di Indonesia (Tabel 39). Peningkatan kesejahteraan produsen dilihat
dari
peningkatan surplus produsen yaitu Rp 2 362.77 Milyar. Peningkatan surplus
101
produsen disebabkan oleh peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen sehingga meningkatkan produksi jagung. Tabel 39. Dampak Kombinasi Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010 (Rp Milyar) No.
Perubahan Komponen Kesejahteraan
Simulasi
S9 S10 Surplus Produsen 2 362.77 2 362.77 Surplus Konsumen 5 210.29 5 207.38 a. Konsumen Rumahtangga 5 197.17 5 194.25 b. Konsumen Industri Pakan 13.13 13.13 3. Penerimaan Pemerintah dari tarif impor: -280.26 -280.26 a. Thailand -43.66 -43.66 b. Myanmar -4.96 -4.96 c. Sisa ASEAN -0.81 -0.81 d. China -146.50 -146.50 e. Amerika Serikat -35.21 -35.21 f. Sisa Non ASEAN -49.12 -49.12 4. Kesejahteraan Pelaku Pasar (Net Surplus) 7 292.80 7 289.89 Keterangan: S9 = Kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen. S10 = Kombinasi peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen, penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen. 1. 2.
Dari sisi konsumen, peningkatan surplus konsumen baik konsumen rumahtangga yaitu Rp 5 197.17 Milyar dan konsumen industri pakan yaitu Rp 13.13Milyar disebabkan oleh penurunan harga jagung eceran sehingga permintaan jagung untuk konsumsi langsung meningkat dan penurunan harga jagung pedagang besar sehingga permintaan jagung untuk industri pakan meningkat. S9 akan menyebabkan penurunan penerimaan pemerintah dari tarif impor yaitu Rp 280.26 Milyar. Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA yang menyebabkan penurunan surplus produsen dapat dikompensasi dengan penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen sehingga kesejahteraan dapat meningkat (net surplus). Kombinasi peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen, penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S10) akan berdampak pada
102
peningkatan kesejahteraan produsen dan konsumen jagung. Peningkatan surplus produsen yaitu Rp 2 362.77 Milyar disebabkan oleh peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen sehingga produksi jagung juga meningkat, sedangkan peningkatan surplus konsumen yaitu Rp 5 207.38 Milyar. Peningkatan surplus konsumen merupakan total dari peningkatan surplus konsumen rumahtangga yaitu Rp 5 194.25 Milyar dan peningkatan surplus konsumen industri pakan yaitu Rp 13.13 Milyar. S10 akan menyebabkan penurunan penerimaan pemerintah dari tarif impor jagung yaitu Rp 280.26 Milyar. 8.4. Rekapitulasi Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Jagung Kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S9) dan kombinasi peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen, penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S10) akan meningkatkan kesejahteraan produsen jagung terbesar dibandingkan dengan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S6). Penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen (S5) akan menurunkan kesejahteraan produsen jagung terbesar dibandingkan dengan penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA (S1), tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA sebesar 5 persen (S2), penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA (S3), tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA sebesar 5 persen (S4), dan peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen. Kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S9) akan memiliki dampak paling besar terhadap peningkatan kesejahteraan konsumen jagung Indonesia dibandingkan dengan penghapusan tarif impor jagung Indonesia
93
Tabel 40. Rekapitulasi Dampak Perubahan Faktor Internal dan Eksternal terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Jagung di Indonesia Tahun 2003-2010 (Rp Milyar) No. 1. 2.
3.
4.
Perubahan Komponen Kesejahteraan Surplus Produsen Surplus Konsumen a. Konsumen Rumahtangga b. Konsumen Industri Pakan Penerimaan Pemerintah dari tarif impor: a. Thailand b. Myanmar c. Sisa ASEAN d. China e. Amerika Serikat f. Sisa Non ASEAN Kesejahteraan Pelaku Pasar (Net Surplus)
Simulasi S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
-7.91 71.90 68.81
S9
S10
-19.76 214.50 206.44
-2.64 57.15 56.21
-13.17 100.04 94.98
-2.64 23.15 22.29
8.06
0.94
5.06
0.86
0.00
0.00
3.09
-0.09
13.13
13.13
-49.40
-0.02
-230.98
-1.13
-1.66
-13.95
-28.03
0.57
-280.26
-280.26
-43.66 -4.96 -0.81 0.00 0.03 0.00 145.35
-0.01 0.08 -0.08 0.00 0.00 -0.01 54.50
-0.14 -0.01 0.00 -146.50 -35.21 -49.12 -144.11
-0.05 0.00 0.00 -3.00 -0.75 2.67 19.38
-1.16 -0.09 0.00 0.00 -0.40 -0.01 581.25
-10.37 -0.70 0.00 -0.10 -2.74 -0.04 6 505.47
-6.24 -0.69 -0.10 -13.30 -3.24 -4.46 67.08
0.14 0.01 0.00 0.30 0.04 0.07 -1.46
-43.66 -4.96 -0.81 -146.50 -35.21 -49.12 7 292.80
-43.66 -4.96 -0.81 -146.50 -35.21 -49.12 7 289.89
S1 = Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA S2 = Tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA sebesar 5 persen S3 = Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA S4 = Tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA sebesar 5 persen S5 = Penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen
2 341.55 4 177.87 4 177.87
S8
-9.31 592.22 592.22
0.00 -2.02 -1.94
2 362.77 5 210.29 5 197.17
2 362.77 5 207.38 5 194.25
S6 = Peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen S7 = Peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen S8 = Peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen S9 = Kombinasi S1, S3, S5, dan S6 S10 = Kombinasi S8, S1, S3, S5, dan S6
103
104
dari negara AFTA (S1), tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA sebesar 5 persen (S2), penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA (S3), tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA sebesar 5 persen (S4), penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen (S5), peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S6), peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen (S7), dan kombinasi peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen, penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S10), sedangkan peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen (S8) akan menurunkan kesejahteraan konsumen jagung terbesar di Indonesia. Secara keseluruhan kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen (S9) akan meningkatkan kesejahteraan produsen dan konsumen jagung serta kesejahteraan (net surplus) terbesar, sedangkan penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA (S3) akan menurunan kesejahteraan (net surplus) terbesar.
105
IX. SIMPULAN DAN SARAN
9.1. Simpulan 1. Penawaran jagung domestik berasal dari produksi dan impor jagung. Produksi adalah perkalian antara luas areal dan produktivitas jagung. Luas areal jagung dipengaruhi oleh harga riil kacang tanah dan harga riil gabah di tingkat petani, sedangkan produktivitas jagung dipengaruhi oleh harga riil jagung di tingkat petani dan luas areal jagung. Impor jagung Indonesia dari Thailand dipengaruhi oleh harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN dan tren waktu. Impor jagung Indonesia dari Myanmar dipengaruhi oleh impor jagung Indonesia dari Myanmar t-1. Impor jagung Indonesia dari China dipengaruhi oleh harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN dan impor jagung Indonesia dari China t-1. 2. Permintaan jagung Indonesia berasal dari permintaan jagung untuk konsumsi langsung dan industri pakan. Permintaan jagung untuk konsumsi langsung dipengaruhi oleh harga riil beras eceran dan permintaan jagung untuk konsumsi langsung t-1. Permintaan jagung untuk industri pakan dipengaruhi oleh harga riil jagung pedagang besar t-1, harga riil kedelai pedagang besar, perubahan harga riil pakan, dan tren waktu. 3. Kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani dapat meningkatkan penawaran dan permintaan jagung terbesar di Indonesia. 4. Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA atau non AFTA menurunkan surplus produsen, sedangkan kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani dapat mengkompensasi penurunan surplus produsen sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan (net surplus).
106
9.2. Saran 1.
Agar produksi jagung Indonesia meningkat, pemerintah sebaiknya meningkatkan produktivitas melalui peningkatan luas areal jagung dan harga jagung di tingkat petani.
2.
Guna meningkatkan kesejahteraan produsen dan konsumen jagung, penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA sebaiknya diikuti dengan penurunan harga eceran pupuk urea dan peningkatan harga jagung di tingkat petani.
3.
Pada penelitian lanjutan pasar jagung disarankan melakukan pengembangan dalam spesifikasi model sebagai berikut: a.
Perlu melakukan disagregasi wilayah sentra produksi di Indonesia sehingga dapat disusun suatu kebijakan pengembangan industri jagung yang spesifik pada tingkat provinsi sentra produksi.
b.
Perlu memasukan kebijakan tarif dan non tarif yang diterapkan oleh masing-masing negara eksportir dan importir jagung, sehingga dapat mengetahui dampak kebijakan domestik dan perdagangan negaranegara ekspotir dan importir utama jagung terhadap pasar jagung di Indonesia.
107
DAFTAR PUSTAKA
Aldillah, R. 2006. Analisis Peramalan Permintaan dan Penawaran Jagung Nasional serta Implikasinya terhadap Strategi Pengembangan Agribisnis Jagung. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Badan Pusat Statistik. 2006. Statistik Pertanian. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Pertanian. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Pertanian. Badan Pusat Statistik, Jakarta. _________________. 2012a. Pendapatan Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&idsu byek=11¬ab=1. diakses pada tanggal 28 Desember 2012. _________________. 2012b. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Jagung Indonesia. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?kat=3. diakses pada tanggal 28 Desember 2012. _________________. 2013. Impor menurut Komoditi. http://www.bps. go.id/exim-frame.php?kat=2. diakses pada tanggal 20 Agustus 2013. Dermoredjo, S. K. 2012. Analisis Dampak Perdagangan Bebas ASEAN terhadap Pengembangan Komoditas Pangan Utama Indonesia. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dermoredjo, S. K., Masyhuri, D. H. Darwanto, dan J. H. Mulyo. 2012. Kajian Ketersediaan Jagung dan Kedelai dalam Rangka Menghadapi Perdagangan Bebas: Kasus Negara-negara ASEAN. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 8 (2): 51-182. Darsono. 2009. Analisis Dampak Pengenaan Tarif Impor Kedelai bagi Kesejahteraan Masyarakat. Jurnal Imu-ilmu Pertanian, 5 (1): 1-21. Edward, A. 2008. Model Pasar Jagung, Pakan dan Daging Ayam Ras di Indonesia. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Erwidodo, Hermanto, dan H. Pudjihastuti. 2003. Impor Jagung: Perlukah Tarif Impor Diberlakukan? Jawaban Analisis Simulasi. Jurnal Agro Ekonomi, 21 (2): 175-195. Food and Agricultural Organization Statistic Division. 2012. Crops and Livestock Products. http://faostat3.fao.org/home/index.html#DOWNLOAD. diakses pada tanggal 28 Desember 2012.
108
Gujarati, D. 2006. Dasar-dasar Ekonometrika, Jilid 2. Erlangga, Jakarta. Hady, H. 2001. Ekonomi Internasional. Ghalia Indonesia, Jakarta. Hapsari, T. D., M. Muslich M., N. Hanani A. R., dan R. D. Astuti. 2009. Dampak Konversi Jagung sebagai Etanol di Pasar Dunia terhadap Ketersediaan Jagung di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi, 27 (1): 193-211. Hastuti. 2012. Dampak Kebijakan Tarif dan Kuota Impor terhadap Penawaran dan Permintaan Gandum dan Tepung Terigu di Indonesia. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kariyasa, I. K. 2003. Keterkaitan Pasar Jagung, Pakan, dan Daging Ayam Ras di Indonesia. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kariyasa, I. K. dan B. M. Sinaga. 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pasar Jagung di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi, 22 (2): 167194. Kementerian Perdagangan. 2010. Analisis Penawaran dan Permintaan Jagung untuk Pakan di Indonesia. Kementerian Perdagangan Indonesia, Jakarta. Kementerian Pertanian. 2002. Sekilas tentang ASEAN Free Trade Area (AFTA). Pusat Standarisasi dan Akreditasi SETJEN–Kementerian Pertanian, Jakarta. ___________________. 2011. Neraca Bahan Makanan Indonesia. Kementerian Pertanian, Jakarta. ___________________. 2009. Menuju Kebijakan HPP Jagung Mendukung Stabilitas Harga: Masih Perlukah?. http://www.pse.litbang. deptan.go.id/ind/pdffiles/anjak_2010_08.pdf. diakses pada tanggal 23 September 2013. Koo, W. W. and P. L. Kennedy. 2005. International Trade and Agriculture. Blackwell Publishing, Australia. Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics: An Introductory Exposition of Econometric Methods. Second Edition. The Macmillan Press Ltd, London. Lains, A. 2006. Ekonometrika Teori dan Aplikasi, Jilid II. Putaka LP3ES Indonesia, Jakarta. Malian, A. H. 2004. Kebijakan Perdagangan Internasional Komoditas Pertanian Indonesia. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian, 2(2): 135-156. Mankiw, G. 2001. Principles of Economics. Second Edition. Harcourt College Publishers, Cambridge.
109
Pindyck, R. S. and D. L. Rubinfeld. 1998. Econometric Models and Economic Forecasts. Fourth Edition. McGraw-Hill Inc, Boston. Rachman, B. 2001. Dinamika Harga dan Perdagangan Komoditas Jagung. Badan Litbang Kementerian Pertanian, Jakarta. Rahman, R. Y. 2013. Prospek Perdagangan Gula Indonesia dalam Implementasi Kerangka Perjanjian Perdagangan Bebas Asean-China. Tesis Magister Sains. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sarasutha, I. G. P. 2002. Kinerja Usaha Tani dan Pemasaran Jagung di Sentra Produksi. Jurnal Litbang Pertanian, 21 (2): 38-47. Sarwoko. 2005. Dasar-dasar Ekonometrika. Andi, Yogyakarta. Sitepu, R. K. dan B. M. Sinaga. 2006. Aplikasi Model Ekonometrika: Estimasi, Simulasi, dan Peramalan Menggunakan Program SAS. Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Supriyatna, A. 2007. Analisis Integrasi Pasar Jagung Dunia dengan Pasar Jagung dan Daging Ayam Ras Domestik, serta Pengaruh Tarif Impor Jagung dan Harga Minyak Mentah Dunia. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Swastika, D. K. S., A. Agustian, dan T. Sudaryanto. 2011. Analisis Senjang Penawaran dan Permintaan Jagung Pakan dengan Pendekatan Sinkronisasi Sentra Produksi, Pabrik Pakan, dan Populasi Ternak di Indonesia. Jurnal Informatika Pertanian, 20 (2): 65-75. Timor, S. D. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Impor Jagung di Indonesia. Skripsi Sarjana. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tweeten, L. 1992. Agricultural Trade: Principal and Policies. Westview Press, Inc, Colorado. United States Department of Agriculture. 2012a. Indonesia Corn Domestic Consumption by Year. http://www.indexmundi.com/agriculture/?country = id&commodity=corn&graph=domestic-consumption. diakses pada tanggal 29 Desember 2012. ____________________________________. 2012b. Indonesia Corn Total Supply by Year. http://www.indexmundi. com/agriculture/?country=id& commodity=corn&graph=total-supply. diakses pada tanggal 29 Desember 2012.
110
111
LAMPIRAN
105
1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber
AJI
YJI
QJI
DJK
DJP
DJI
HJPI
HJPBI
HJEI
MJIT
MJIM
3 142 800 2 626 000
1.88 1.96
5 921 035 5 154 838
4 870 000 4 205 000
359 000 322 000
5 984 000 5 373 000
147.62 152.83
181.00 207.14
179.77 224.05
56 407 110 725
0 9 336
3 405 800 2 944 200
1.95 2.10
6 651 527 6 191 653
5 339 000 4 766 000
401 000 361 000
6 678 000 6 021 000
176.63 197.38
233.08 249.30
250.29 264.63
1 404 9 303
0 0
3 158 100 2 909 100
2.13 2.15
6 733 069 6 254 565
5 287 000 5 206 000
396 000 393 000
6 598 000 6 546 000
216.79 239.01
269.43 296.27
289.80 317.72
5 501 103 213
0 0
3 629 300 2 939 500 3 109 400 3 651 800
2.20 2.20 2.21 2.26
7 995 348 6 461 021 6 868 665 8 245 764
6 297 000 5 412 000 6 321 000 6 400 000
474 000 414 000 477 000 548 000
7 901 000 6 893 000 7 950 000 9 136 000
245.79 266.08 302.63 335.27
315.46 318.94 355.57 406.08
324.49 350.73 433.76 496.25
15 5 218 4 015 1 870
0 0 0 1 522
3 743 600 3 355 200 3 847 800 3 456 400
2.49 2.61 2.64 2.66
9 306 590 8 770 493 10 169 735 9 204 393
6 901 000 7 250 000 8 401 000 8 299 000
594 000 591 000 591 000 584 000
9 897 000 9 850 000 9 857 000 9 731 000
398.77 430.62 727.47 987.11
426.30 427.24 493.73 986.87
528.25 560.17 1 089.16 1 381.54
7 764 266 26 193 1 960
272 1 579 1 938 0
3 500 300 3 285 900 3 126 800 3 358 500
2.77 2.85 3.09 3.24
9 678 330 9 348 386 9 655 558 10 884 899
9 615 000 7 841 000 7 130 000 8 065 000
655 000 618 000 628 000 710 000
11 658 500 10 293 000 10 466 000 11 832 000
952.34 1 105.75 1 109.63 1 149.46
984.11 1 169.63 1 260.30 1 529.99
1 466.00 1 746.58 1 949.01 1 737.63
1 231 173 719 31 270 26 298
17 800 4 695 0 2 199
3 356 900 3 626 000 3 345 800 3 630 300
3.34 3.45 3.47 3.66
11 225 474 12 524 204 11 609 926 13 286 898
8 114 000 8 633 000 4 493 000 9 603 000
715 000 759 000 802 000 837 000
11 912 000 12 656 000 13 361 000 13 956 000
1 596.69 1 670.30 1 802.05 2 238.43
1 255.85 1 330.49 1 405.13 1 479.77
1 712.30 1 882.52 2 163.54 2 630.93
278 438 35 154 162 366 131 869
1 118 0 19 637 50 596
4 001 700 4 160 700 4 131 700 BPS
4.08 4.24 4.44 BPS
16 318 933 17 628 886 18 328 221 BPS
11 461 000 12 506 000 13 337 000 Kementan
997 000 1 079 000 1 204 000 Kementan
16 615 000 17 985 000 20 066 000 Kementan
2 499.52 2 730.71 2 933.90 BPS
1 554.41 1 629.05 1 703.69 BPS
3 573.00 3 952.00 4 616.00 BPS
120 197 203 290 4 257 FAO
36 330 2 005 970 FAO
1
Tahun 1986 1987 1988
112
Lampiran 1. Data dan Sumber Data Model Perdagangan Jagung Indonesia Tahun 1986-2010
106
Lampiran 1. Lanjutan Tahun 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
MJIC
56 654 120 063
0 103 246
0 0
1 137 49 315
1 137 204 184
57 791 324 247
27 085 536 40 905 552
7 410 606 3 987 324
57 682 378 64 702 064
14 653 155 16 503 661
3 670 787 4 565 630
1 409 14 261
42 468 50 324
0 0
40 816 223
104 518 75 709
105 927 89 970
46 568 064 56 513 328
4 216 714 1 902 568
66 507 955 77 437 610
16 555 205 15 810 799
5 050 695 7 099 442
8 531 149 934
8 339 273
0 0
390 641
444 512 472
8 975 662 406
52 172 320 44 558 240
2 997 890 3 897 726
72 038 789 66 160 739
16 007 512 16 646 055
6 158 149 5 476 505
8 779 5 223 11 290 3 957
92 106 969 412 1789 424 101 440
0 0 0 168 745
778 1 256 40 528 662 043
139 088 1 458 617 2 894 159 1 066 654
147 867 1 463 840 2 905 449 1 070 611
43 235 840 40 364 752 35 876 712 60 240 000
6 092 827 4 870 801 4 153 739 6 000 873
73841 658 67 820 861 65 151 266 78 244 966
16 382 338 16 862 672 15 930 348 16 580 000
6 612 241 6 207 089 5 748 702 9 035 169
45 657 2 033 28 359 3 822
15 989 864 501 742 774 676
287 646 429 021 28 469 35 847
151 477 171 705 498 190 297
571 159 2 085 937 786 719 1 388 662
616 816 2 087 970 815 078 1 392 484
52 410 000 41 791 696 42 125 446 51 975 145
6 424 596 10 979 204 12 442 471 7 889 791
71 780 938 73 083 357 76 090 896 78 770 592
16 003 646 16 097 484 16 048 909 16 606 130
8 678 771 8 312 626 7 111 473 8 115 222
123 554 201 981 34 636 28 732
1770 442 651 034 2021 244 2611 362
37 442 23 579 173 876
216 334 463 722 69 359 20 555
2 911 381 1 482 765 3 122 553 3 926 028
3 034 935 1 684 746 3 157 189 3 954 760
47 970 790 47 943 762 47 685 821 43 411 753
10 846 503 10 934 068 9 483 591 11 912 789
82 354 150 83 815 514 87 470 550 90 709 456
16 111 190 16 221 654 16 420 532 17 064 246
8 714 506 8 481 831 9 112 503 8 782 362
280 887 35 207 184 039 184 029
381 348 14 108 090 569 768
372 113 132 440 567 896 59 952
141 144 5 130 925 110 435
1 189 388 150 404 774 860 1 087 646
1 470 275 185 611 958 899 1 271 675
48 741 188 45 369 241 57 884 062 57 014 420
10 692 005 14 643 493 10 399 802 14 990 342
82 683414 90 418 908 95 422 213 110 029 039
16 479 436 16 655 910 16 883 282 16 627 585
8 371 012 8 533 254 8 669 654 8 579 029
164 981 205 417 6 085 FAO
4 0 13
1704 988 832 202 FAO
27 299 20 429 164 053 FAO
112 937 130 866 1 521 442 FAO
277 918 336 283 1 527 527 FAO
54 094 397 47 813 400 50 906 268 FAO
15 383 217 8 535 937 17 546 457 FAO
102 133 961 100 651 261 107 864 923 FAO
16 460 160 16 294 334 16 192 571 FAO
9 020 995 7 334 319 8 540 967 FAO
FAO
MJIAG
MJIAS
MJINA
MJI
XJAS
XJAG
XJW
MJJ
MJKS
113
Sumber
MJIA
107
Tahun 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber
MJW
HJW
HKTPI
HGI
HPUI
SBKI
WI
STJI
XJI
HBEI
PDBI
58 871 571 64 697 695
87.58 75.83
984.98 987.81
175.72 1676.12
118.78 132.25
15.98 21.49
919.00 1 032.67
0 0
4434 4679
287.39 373.61
102 545.90 124 816.90
66 841 942 77 115 418
106.75 111.42
1 187.43 1 271.19
246.78 273.89
147.62 173.97
21.67 22.10
1 147.00 1 250.00
0 0
3 7455 23 3902
448.72 458.93
142 104.80 167 184.70
73 513 382 65 831 847
109.33 107.42
1 429.25 1 532.13
299.53 323.49
201.86 228.12
21.70 20.83
1 337.67 1 514.33
0 0
14 1835 3 3223
486.30 529.46
196 919.20 227 450.20
72 174 051 68 743 150 63 172 337 76 904 520
104.33 102.17 107.42 123.50
1 549.47 1 727.91 1 876.31 2 039.01
344.98 326.81 382.26 466.39
248.59 271.70 294.57 333.10
25.53 24.03 20.59 17.76
1 677.33 1 850.00 2 045.00 2 375.00
-700 000 700 000 0 0
14 9695 6 0837 3 7441 7 9144
562.57 541.79 721.25 856.57
259 884.50 302 017.80 382 219.70 454 514.10
70 861 533 72 266 528 72 675 237 78 334 217
165.92 117.00 102.00 90.08
2 252.47 2 278.97 3 927.00 5 035.19
489.77 525.38 907.62 1 223.31
389.48 444.01 572.56 1 088.40
18.85 19.22 21.82 32.15
2 599.00 2 847.33 3 871.00 5 320.33
0 0 0 0
2 6830 1 8957 63 2515 9 0647
873.19 1 001.60 1 839.46 2 252.33
532 630.80 627 695.40 955 753.50 1 099 731.60
82 095 653 81 977 583 87 622 474 89 759 581
88.42 89.67 99.33 105.25
5 676.41 6 198.28 5 943.84 6 055.00
1 244.12 1 301.57 1 453.18 1 604.80
1 352.81 1 442.63 1 533.47 1 591.82
27.66 18.46 18.55 18.95
6 743.00 7 568.04 9 195.33 10 530.62
0 0 0 -8 235
2 8066 9 0474 1 6306 3 3691
2 171.93 2 346.44 2 686.03 2 637.26
1 264 918.70 1 684 280.50 1 821 833.40 2 013 674.60
82 695 081 88 107 442 95 987 453 107 578 402
111.83 98.58 121.92 163.58
6 294.67 6 770.27 7 457.85 8 513.11
1 562.66 1 784.85 2 377.23 2 650.81
1 621.74 1 664.35 1 782.54 1 855.23
16.94 14.12 14.05 13.86
12 072.06 15 750.06 20 696.32 24 522.65
8 235 0 0 0
3 2679 5 4009 2 8074 10 1740
2 696.06 3 226.96 4 207.36 5 049.12
2 295 826.20 2 774 281.10 3 339 216.80 3 950 893.20
103 179 682 100 218 864 107 231 867 FAO
223.00 165.58 185.92 World Bank
8 083.53 9 057.28 9 805.80 BPS
2 715.62 2 258.58 2 359.41 BPS
1 940.96 2 042.21 2 143.47 BPS
13.60 14.50 13.25 World Bank
27 486.88 33 604.75 34 773.75 BPS
0 0 8 398 FAO
10 7001 6 2575 4 1954 FAO
5 558.00 5 916.00 6 787.00 BPS
4 948 688.40 5 606 203.40 6 436 270.80 BPS
114
Lampiran 1. Lanjutan
108
Lampiran 1. Lanjutan Tahun 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
HKPBI
DJKL
TW
TMJIA
MJROA
EXIAS
MJRONA
QJAS
QJAG
XJROW
171 472 000 174 767 000
555.19 627.82
755 000 846 000
1 2
10 10
247 2
1 282.56 1 643.85
0 51 623
208 943 008 181 142 000
12 100 000 9 250 000
23 181 802 19 804 509
178 007 000 181 198 000
676.10 713.46
938 000 894 000
3 4
10 10
5 4 958
1 685.70 1 770.06
21 234 25 162
125 194 000 191 319 008
9 200 000 4 900 000
15 685 722 18 787 812
184 346 000 187 452 000
786.12 891.75
915 000 947 000
5 6
10 10
3 030 46 721
1 842.81 1 950.32
46 172 558
201 532 000 189 866 496
5 400 000 7 684 800
16 726 744 17 671 550
190 512 000 193 526 000 196 488 000 199 400 000
970.48 1 131.33 1 224.94 1 174.52
1 130 000 1 067 000 1 152 000 2 188 000
7 8 9 10
10 10 5 0
8 764 5 7 275 565
2 029.92 2 087.10 2 160.75 2 248.61
46 204 487 949 1 064 207 134 426
240 719 008 160 984 992 255 292 992 187 968 992
10 700 500 10 901 000 10 360 000 11 404 040
24 363 296 22 524 471 25 083 374 11 924 949
202 257 000 205 063 000 207 839 000 210 611 000
1 197.08 1 391.51 2 840.62 3 056.75
2 402 000 2 009 000 865 000 848 000
11 12 13 14
0 0 0 0
37 621 188 228 1 862
2 342.30 2 909.38 10 013.62 7 855.15
132 021 495 347 256 010 387 842
234 527 008 233 867 008 247 882 000 239 548 992
10 518 290 15 536 820 19 360 660 13 504 100
12 919 512 20 293 500 20 890 464 18 815 009
213 395 000 216 203 000 219 026 000 221 839 000
2 472.69 2 677.06 2 783.12 2 875.01
1 388 500 1 834 000 2 708 000 3 057 000
15 16 17 18
0 0 0 0
104 523 23 567 3 366 235
8 421.78 10 260.85 9 311.19 8 577.13
887 163 34 4430 1 031 777 1 313 788
251 852 192 241 375 008 227 765 408 256 227 296
16 780 650 15 359 400 14 712 080 15 044 530
23 508 791 24 847 210 30 284 832 35 351 223
224 607 000 227 303 000 229 919 000 232 462 000
3 110.55 3 276.49 3 442.44 3 608.38
3 083 000 3 264 000 8 066 000 3 516 000
19 20 21 22
5 5 5 5
1 331 53 2 036 1 564
8 938.85 9 704.74 9 159.32 9 141.00
294 783 12 820 97 949 34 7491
299 873 600 282 260 704 267 501 104 331 175 104
14 950 820 20 482 570 14 445 540 21 755 360
23 217 542 30 352 165 27 110 275 37 922 537
234 951 000 237 414 000 241 456 750 BPS
3 774.32 3 940.26 4 106.20 BPS
4 157 000 4 400 000 5 525 000 Kementan
23 24 25
5 5 0
8 454 122 858 FAO
9 698.96 10 389.94 9 090.43 IMF
83 930 109 449 525 174 FAO
307 142 016 332 548 608 316 165 000 FAO
22 016 930 13 121 380 22 676 900 FAO
32 549 346 44 239 349 39 370 244 FAO
BPS
115
Sumber
POPI
109
Tahun 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber
CJJ
EXJ
STJJ
CJKS
EXKS
STJKS
MJROW
CPIJ
CPIRK
2 030 2 123
168.52 144.64
24 6437 -1 7118
451 565
881.45 822.57
0 0
40 489 838 43 304 157
88.59 88.71
40.81 42.05
2 020 2 544
128.15 137.96
-32 2213 17 9472
545 612
731.47 671.46
0 0
45 130 115 54 115 207
89.30 91.34
45.06 47.62
2 352 2 491
144.79 134.71
8 5739 -26 3532
570 547
707.76 733.35
0 0
51 338 746 43 046 881
94.11 97.21
51.71 56.52
2 405 2 236 2 101 1 909
126.65 111.20 102.21 94.06
24 5885 -16 7849 19 5891 -54 3394
608 631 618 749
780.65 802.67 803.45 771.27
0 -4 588 -53 612 23 112
49 031 605 44 209 549 38 587 838 50 218 740
98.87 100.12 100.81 100.69
60.08 62.93 66.87 69.87
2 032 2 113 2 197 2 153
108.78 120.99 130.91 113.91
-2873 6 0739 -15 1890 -62 5273
804 856 758 724
804.45 951.29 1 401.44 1 188.82
38 191 48 953 25 559 -9 235
45 562 300 45 768 448 48 699 777 52 220 381
100.82 102.60 103.28 102.94
73.31 76.57 82.32 82.99
2 120 2 005 2 059 1 827
107.77 121.53 125.39 115.93
-32 8818 -41 8712 8 8416 -49 6062
747 771 719 734
1 130.96 1 290.99 1 251.09 1 191.61
-46 152 -46 154 -76 932 -76 914
54 235 022 55 589 352 58 932 250 59 958 213
102.27 101.44 100.53 100.28
84.87 88.32 90.76 93.95
1 764 1 872 1 655 1 549
108.19 110.22 116.30 117.75
-45 5162 -64 8525 -73 1079 -69 5734
718 685 655 664
1 145.32 1 024.12 954.79 929.26
0 0 0 0
56 374 358 62 732 667 69 475 618 81 100 113
100.27 100.00 100.24 100.30
97.32 100.00 102.24 104.83
1 464 1 428 1 572 FAO
103.36 93.57 87.78 IMF
-50 0303 -41 4496 -61 9345 FAO
692 669 753 FAO
1 102.05 1 276.93 1 156.06 IMF
-61 538 61 538 -17 548 FAO
77 420 609 76 253 928 80 970 802 FAO
101.68 100.31 99.59 World Bank
109.73 112.76 116.09 World Bank
116
Lampiran 1. Lanjutan
110
Lampiran 1. Lanjutan Tahun 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
WPII
INF
CPIW
HPI
TMJINA
HJMIA
HJMINA
13.60 14.86
11.14 13.19
13.11 5.83
34.14 34.42
381.00 444.00
10 10
100.06 113.05
0.00 113.21
16.06 17.09
14.15 15.14
9.28 8.04
38.34 43.94
520.00 575.00
10 10
496.44 154.79
121.69 133.22
18.42 20.16
16.66 17.51
6.42 7.81
45.55 46.27
604.00 634.00
10 10
147.43 147.58
750.00 138.83
21.67 23.77 25.80 28.23
18.42 19.17 20.14 22.43
9.42 7.53 9.69 8.52
49.35 51.03 59.84 64.55
686.00 732.00 691.00 825.00
10 10 5 0
4 266.67 177.65 146.45 194.65
132.15 135.62 131.16 134.66
30.48 32.38 51.28 61.79
24.19 26.36 53.28 58.75
9.43 7.97 6.23 58.39
69.21 73.95 78.48 81.18
929.00 998.00 2 328.00 2 263.00
0 0 0 0
212.52 7 424.81 142.06 1 108.67
1 333.33 144.21 145.43 120.86
64.09 71.46 79.95 85.22
66.09 75.44 77.57 79.18
20.49 3.72 11.50 11.88
84.11 86.97 89.52 93.22
2 345.00 2 470.00 2 340.24 2 490.73
0 0 0 0
2 061.74 128.37 169.56 183.74
119.38 118.37 114.39 122.80
90.54 100.00 113.11 120.36
85.94 100.00 113.46 130.17
6.59 6.24 10.45 6.41
96.05 100.00 104.46 109.60
2 641.23 2 791.73 2 942.22 3 092.72
5 5 5 5
149.39 199.47 188.62 238.35
140.12 285.71 188.21 207.19
358.56 234.50 525.49 FAO
1 000.00 0.00 2 538.46 FAO
132.12 138.48 145.59 World Bank
165.29 162.29 170.20 World Bank
9.78 4.81 5.13 World Bank
119.51 122.73 128.25 World Bank
3 243.22 3 393.71 3 544.21 Kementan
5 5 5 Kemenkeu
117
Sumber
CPII
118
Lampiran 2. Rekapitulasi Persamaan dalam Model Perdagangan Jagung Indonesia Blok
Pasar Jagung Indonesia
Pasar Jagung Dunia
No.
Persamaan
Notasi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Luas areal jagung Indonesia Produktivitas jagung Indonesia Produksi jagung Indonesia Penawaran jagung Indonesia Permintaan jagung untuk konsumsi langsung Permintaan jagung untuk industri pakan Permintaan jagung Indonesia Harga riil jagung di tingkat petani Indonesia Harga riil jagung pedagang besar Indonesia Harga riil jagung eceran Indonesia Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN Harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN Impor jagung Indonesia dari Thailand Impor jagung Indonesia dari Myanmar Impor jagung Indonesia dari ASEAN Impor jagung Indonesia dari China Impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat Impor jagung Indonesia dari non ASEAN Impor jagung Indonesia Ekspor jagung Amerika Serikat Ekspor jagung Argentina Ekspor jagung dunia Impor jagung Jepang Impor jagung Korea Selatan Impor jagung dunia Harga riil jagung dunia
AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPI HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW HRJW
Struktural/ Identitas Struktural Struktural Identitas Identitas Struktural Struktural Identitas Struktural Struktural Struktural Struktural Struktural Struktural Struktural Identitas Struktural Struktural Identitas Identitas Struktural Struktural Identitas Struktural Struktural Identitas Struktural
119
Lampiran 3. Definisi Operasional Variabel Endogen dan Eksogen dalam Model Perdagangan Jagung Indonesia A. Variabel Endogen 1. AJIt
= Luas areal jagung Indonesia (Ha)
2. DJKt
= Permintaan jagung untuk konsumsi langsung (Ton)
3. DJPt
= Permintaan jagung untuk industri pakan (Ton)
4. DJIt
= Permintaan jagung Indonesia (Ton)
5. HRJPIt
= Harga riil jagung di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg) yang telah dideflasi dengan indeks harga perdagangan besar Indonesia (2005=100)
6. HRJPBIt
= Harga riil jagung pedagang besar Indonesia (Rp/Kg) yang telah dideflasi dengan indeks harga perdagangan besar Indonesia (2005=100)
7. HRJEIt
= Harga riil jagung eceran Indonesia (Rp/Kg) yang telah dideflasi dengan indeks harga konsumen Indonesia (2005=100)
8. HRJMIAt
= Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN (US$/Ton) yang telah dideflasi dengan indeks harga konsumen Indonesia (2005=100)
9. HRJMINAt
= Harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN (US$/Ton) yang telah dideflasi dengan indeks harga konsumen Indonesia (2005=100)
10. HRJWt
= Harga riil jagung dunia (US$/Ton) yang telah dideflasi dengan indeks harga konsumen dunia (2005=100)
11. MJITt
= Impor jagung Indonesia dari Thailand (Ton)
12. MJIMt
= Impor jagung Indonesia dari Myanmar (Ton)
13. MJIAt
= Impor jagung Indonesia dari ASEAN (Ton)
14. MJICt
= Impor jagung Indonesia dari China (Ton)
15. MJIASt
= Impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat (Ton)
16. MJINAt
= Impor jagung Indonesia dari non ASEAN (Ton)
17. MJIt
= Impor jagung Indonesia (Ton)
18. MJKSt
= Impor jagung Korea Selatan (Ton)
19. MJWt
= Impor jagung dunia (Ton)
20. MJJt
= Impor jagung Jepang (Ton)
21. QJIt
= Produksi jagung Indonesia (Ton)
22. SJIt
= Penawaran jagung Indonesia (Ton)
120
23. XJAGt
= Ekspor jagung Argentina (Ton)
24. XJWt
= Ekspor jagung dunia (Ton)
25. XJASt
= Ekspor jagung Amerika Serikat (Ton)
26. YJIt
= Produktivitas jagung Indonesia (Ton/Ha)
B . Variabel Eksogen 1. CJJt
= Konsumsi jagung Jepang (Ton)
2. CJKSt
= Konsumsi jagung Korea Selatan (Ton)
3. DJKLt
= Permintaan jagung untuk kebutuhan lain (Ton)
4. EXRJt
= Nilai tukar riil Jepang terhadap Amerika Serikat (Yen/US$) yang telah dideflasi dengan indeks harga konsumen Jepang (2005=100)
5. EXRKSt
= Nilai tukar riil Korea Selatan terhadap Amerika Serikat (Won/US$) yang telah dideflasi dengan indeks harga konsumen Korea Selatan (2005=100)
6. HRPIt
= Harga riil pakan Indonesia (Rp/Kg) yang telah dideflasi dengan indeks harga konsumen Indonesia (2005=100)
7. HRKPBIt
= Harga riil kedelai pedagang besar Indonesia (Rp/Kg) yang telah dideflasi dengan indeks harga perdagangan besar Indonesia (2005=100)
8. HRBEIt
= Harga riil beras eceran Indonesia (Rp/Kg) yang telah dideflasi dengan indeks harga konsumen Indonesia (2005=100)
9. HRKTPIt
= Harga riil kacang tanah di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg) yang telah dideflasi dengan indeks harga perdagangan besar Indonesia (2005=100)
10. HRGIt
= Harga riil gabah tingkat petani Indonesia (Rp/Kg) yang telah dideflasi dengan indeks harga perdagangan besar Indonesia (2005=100)
11. HRPUIt
= Harga eceran riil pupuk urea Indonesia (Rp/Kg) yang telah dideflasi dengan indeks harga konsumen Indonesia (2005=100)
12. MJIAGt
= Impor jagung Indonesia dari Argentina (Ton)
13. MJROAt
= Impor jagung Indonesia dari sisa ASEAN (Ton)
14. MJRONAt
= Impor jagung Indonesia dari sisa non ASEAN (Ton)
15. MJROWt
= Impor jagung Indonesia dari ROW (Ton)
16. POPIt
= Jumlah penduduk Indonesia (Jiwa)
121
17. PDBRIt
= Pedapatan domestik riil bruto Indonesia (Miliar) yang telah dideflasi dengan indeks harga konsumen Indonesia (2005=100)
18. QJASt
= Produksi jagung Amerika Serikat (Ton)
19. QJAGt
= Produksi jagung Argentina (Ton)
20. SBKRIt
= Suku bunga kredit riil Indonesia (%) yaitu suku bunga nominal yang telah dikurangi dengan tingkat inflasi
21. STJIt
= Stok jagung Indonesia (Ton)
22. STJJt
= Stok jagung Jepang (Ton)
23. STJKSt
= Stok jagung Korea Selatan (Ton)
24. TMJINAt
= Tarif impor jagung Indonesia dari non ASEAN (%)
25. TMJIAt
= Tarif impor jagung Indonesia dari ASEAN (%)
26. TWt
= Tren waktu (t = 1, 2, 3, ..., 25)
27. XJIt
= Ekspor jagung Indonesia (Ton)
28. XJROWt
= Ekspor jagung ROW (Ton)
122
Lampiran 4. Program Komputer Estimasi Parameter Model Perdagangan Jagung Indonesia Menggunakan Metode 2SLS dan Prosedur SYSLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 OPTIONS NODATE NONUMBER; DATA ESTIMASI; SET JAGUNG; /*Membuat Data Riil*/ HRJPI = (HJPI/WPII)*100; HRKTPI = (HKTPI/WPII)*100; HRPUI = (HPUI/CPII)*100; HRJEI = (HJEI/CPII)*100; HRBEI = (HBEI/CPII)*100; HRJPBI = (HJPBI/WPII)*100; HRKPBI = (HKPBI/WPII)*100; HRJMI = (HJMI/CPII)*100; HRJW = (HJW/CPIW)*100; HRGI = (HGI/WPII)*100; HRPI = (HPI/CPII)*100; SBKRI = SBKI-INF; WRI = (WI/CPII)*100; PDBRI = (PDBI/CPII)*100; EXRIT = (EXIT/CPII)*100; EXRIM = (EXIM/CPII)*100; EXRIAS = (EXIAS/CPII)*100; EXRJ = (EXJ/CPIJ)*100; EXRKS = (EXKS/CPIRK)*100; HRJMIA = (HJMIA/CPII)*100; HRJMINA = (HJMINA/CPII)*100; /*Mengkonversi Satuan*/ CJJ = CJJ*1000; CJKS = CJKS*1000; /*Membuat Variabel Lag*/ LAJI = LAG(AJI); LSTJI = LAG(STJI); LYJI = LAG(YJI); LDJK = LAG(DJK); LHRJPI = LAG(HRJPI); LHRJPBI = LAG(HRJPBI); LHRJEI = LAG(HRJEI); LHRJMI = LAG(HRJMI); LMJIM = LAG(MJIM); LMJIC = LAG(MJIC); LMJIAG = LAG(MJIAG); LXJAS = LAG(XJAS); LHRJW = LAG(HRJW); LPOPI = LAG(POPI); LHRKPBI = LAG(HRKPBI); LHRPI = LAG(HRPI); LQJI = LAG(QJI); LTMJIA = LAG(TMJIA); LEXRIAS = LAG(EXRIAS); LQJAS = LAG(QJAS);
123
LPDBRI LEXRJ LCJJ LSTJJ LHRPUI LWRI LHRJMIA LHRJMINA LMJIAS LXJW LTMJINA LDJI LMJW
= = = = = = = = = = = = =
LAG(PDBRI); LAG(EXRJ); LAG(CJJ); LAG(STJJ); LAG(HRPUI); LAG(WRI); LAG(HRJMIA); LAG(HRJMINA); LAG(MJIAS); LAG(XJW); LAG(TMJINA); LAG(DJI); LAG(MJW);
/*Membuat Data Baru*/ SJI = QJI + MJI - XJI + LSTJI; EKDJI = DJI-SJI; EKSJI = SJI-DJI; SDJI = DJI-LDJI; /*Merespesifikasi Variabel*/ SXJW = XJW-LXJW; SMJW = MJW-LMJW; RXJW = XJW/LXJW; RMJW = MJW/LMJW; PXJW = (XJW-LXJW)/LXJW; PMJW = (MJW-LMJW)/LMJW; SPDBRI = PDBRI-LPDBRI; SHRJEI = HRJEI-LHRJEI; SPOPI = POPI-LPOPI; STMJIA = TMJIA-LTMJIA; RQJI = QJI/LQJI; SQJI = QJI-LQJI; SHRJMI = HRJMI-LHRJMI; SEXRIAS = EXRIAS-LEXRIAS; REXRIAS = EXRIAS/LEXRIAS; SEXRJ = EXRJ-LEXRJ; SHRPI = HRPI-LHRPI; SHRPUI = HRPUI-LHRPUI; SSJI = SJI-LSJI; RSJI = SJI/LSJI; SHRJW = HRJW-LHRJW; RHRJW = HRJW/LHRJW; PHRJW = (SHRJW/LHRJW)*100; GDPKAPI = PDBRI/POPI; LGDPKAPI = LAG(GDPKAPI); SGDPKAPI = GDPKAPI-LGDPKAPI; STMJINA = TMJINA-LTMJINA; SHRJMIA = HRJMIA-LHRJMIA; RHRJMIA = HRJMIA/LHRJMIA; PHRJMIA = (SHRJMIA/LHRJMIA)*100; SHRJMINA = HRJMINA-LHRJMINA; RHRJMINA = HRJMINA/LHRJMINA; PHRJMINA = (SHRJMINA/LHRJMINA)*100;
124
/*Membuat label AJI CJJ CJKS DJK DJP DJI DJKL EXRIAS
Deskripsi Variabel*/ = = = = = = = =
EXRJ EXRKS
= =
EKSJI EKDJI GDPKAPI HRJPI HRKTPI
= = = = =
HRGI HRPUI HRJEI HRBEI HRPI HRJPBI HRKPBI HRJMIA HRJMINA HRJW LAJI LYJI LDJK LHRPI LHRJPI LHRJPBI LHRJEI LHRJMI LTMJIA LQJI LSTJI LHRJW LMJIM LMJIC LMJIAG LXJAS LHRJW LQJAS LCJJ LMJIAS LHRJMIA MJI MJIT MJIM MJIA MJROA MJIC
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
'Luas areal jagung Indonesia (Ha)' 'Konsumsi jagung Jepang (Ton)' 'Konsumsi jagung Korea Selatan (Ton)' 'Permintaan jagung untuk konsumsi langsung (Ton)' 'Permintaan jagung untuk industri pakan (Ton)' 'Permintaan jagung Indonesia (Ton)' 'Permintaan jagung untuk kebutuhan lain (Ton)' 'Nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat (Rp/US$)' 'Nilai tukar Jepang terhadap Amerika Serikat (Yen/US$)' 'Nilai tukar riil Korea Selatan terhadap Amerika Serikat (Won/US$)' 'Kelebihan penawaran jagung Indonesia (Ton)' 'Kelebihan permintaan jagung Indonesia (Ton)' 'Pendapatan per kapita Indonesia (Rp Miliar/Jiwa)' 'Harga riil jagung di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg)' 'harga riil kacang tanah di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil gabah di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga eceran riil pupuk urea Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil jagung eceran Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil beras eceran Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil pakan Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil jagung pedagang besar Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil kedelai pedagang besar Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN (US$/Ton)' 'Harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN (US$/Ton)' 'Harga riil jagung dunia (US$/Ton)' 'AJI t-1 (Ha)' 'YJI t-1 (Ton/Ha)' 'DJK t-1 (Ton)' 'HRPI t-1 (Rp/Kg)' 'HRJPI t-1 (Rp/Kg)' 'HRJPBI t-1 (Rp/Kg)' 'HRJEI t-1 (Rp/Kg)' 'HRJMI t-1 (Rp/Kg)' 'TMJIA t-1 (%)' 'QJI t-1 (Ton)' 'STJI t-1 (Ton)' 'HRJW t-1 (US$/Ton)' 'MJIM t-1 (Ton)' 'MJIC t-1 (Ton)' 'MJIAG t-1 (Ton)' 'XJAS t-1 (Ton)' 'HRJW t-1 (US$/Kg)' 'QJAS t-1 (Ton)' 'CJJ t-1 (Ton)' 'MJIAS t-1 (Ton)' 'HRJMIA t-1 (US$/Ton)' 'Impor jagung Indonesia (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari Thailand (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari Myanmar (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari ASEAN (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari sisa negara ASEAN (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari China (Ton)'
125
MJIAG MJIAS MJINA MJRONA MJJ MJKS MJW MJROW PDBRI POPI QJI QJAS QJAG RQJI REXRIAS RMJW SBKRI SJI STJI STJJ STJKS SHRPI SPDBRI SPOPI SEXRIAS SEXRJ SHRJMINA SHRJEI SXJW SHRPUI STMJIA STMJINA SQJI SGDPKAPI SDJI TW TMJIA TMJINA WRI XJAS XJAG XJI XJW XJROW YJI RUN;
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
'Impor jagung Indonesia dari Argentina (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari Non ASEAN (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari sisa negara selain ASEAN (Ton)' 'Impor jagung Jepang (Ton)' 'Impor jagung Korea Selatan (Ton)' 'Impor jagung dunia (Ton)' 'Impor jagung ROW (Ton)' 'Pendapatan nasional riil Indonesia (Rp Miliar)' 'Jumlah penduduk Indonesia (Jiwa)' 'Produksi jagung Indonesia (Ton)' 'Produksi jagung Amerika Serikat (Ton)' 'Produksi jagung Argentina (Ton)' 'Rasio QJI/LQJI (Ton)' 'Rasio EXRIAS/LEXRIAS (Rp/US$)' 'Rasio MJW/LMJW (Ton)' 'Suku bunga kredit riil Indonesia (%)' 'Penawaran jagung Indonesia (Ton)' 'Stok jagung Indonesia (Ton)' 'Stok jagung Jepang (Ton)' 'Stok jagung Korea Selatan (Ton)' 'Selisih HRPI-LHRPI (Rp/Kg)' 'Selisih PDBRI-LPDBRI (Rp Miliar)' 'Selisih POPI-LPOPI (Jiwa)' 'Selisih EXRIAS-LEXRIAS (Rp/US$)' 'Selisih EXRJ-LEXRJ (Yen/US$)' 'Selisih HRJMINA-LHRJMINA (US$/Ton)' 'Selisih HRJEI-LHRJEI (Rp/Kg)' 'Selisih XJW-LXJW (Ton)' 'Selisih HRPUI-LHRPUI (Rp/Kg)' 'Selisih TMJIA-LTMJIA (%)' 'Selisih TMJINA-LTMJINA (%)' 'Selisih QJI-LQJI (Ton)' 'Selisih GDPKAPI-LGDPKAPI (Rp Miliar/Jiwa)' 'Selisih DJI-LDJI (Ton)' 'Tren waktu' 'Tarif impor jagung Indonesia dari ASEAN (%)' 'Tarif impor jagung Indonesia dari non ASEAN (%)' 'Upah riil sektor pertanian Indonesia (Rp/HOK)' 'Ekspor jagung Amerika Serikat (Ton)' 'Ekspor jagung Argentina (Ton)' 'Ekspor jagung Indonesia (Ton)' 'Ekspor jagung dunia (Ton)' 'Ekspor jagung ROW (Ton)' 'Produktivitas jagung Indonesia (Ton/Ha)';
PROC SYSLIN SIMPLE 2SLS DATA=ESTIMASI OUTEST=HASIL; ENDOGENOUS
AJI YJI QJI SJI DJK HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJI XJAS XJAG XJW MJJ
INSTRUMENTS
HRKTPI HRGI SBKRI DJKL HRKPBI HRPI POPI QJAS QJAG MJROA MJRONA MJROW
DJP MJIA MJKS
DJI MJIC MJW
HRJPI HRJPBI MJIAS MJINA HRJW;
WRI HRPUI STJI TW HRBEI XJI EXRIAS TMJIA EXRIT EXRIM TMJINA PDBRI CJJ EXRJ STJJ CJKS EXRKS STJKS XJROW;
126
/*STRUCTURAL ARL_JAG PROD_JAG DEMAND_JAGK DEMAND_JAGP HARGA_PET HARGA_PB HARGA_EC HARGA_ASN HARGA_NASN IMP_THA IMP_MYM IMP_CHIN IMP_AS XJ_AS XJ_AG IMP_JEP IMP_RK HARGA_DUN
EQUATIONS*/ : MODEL AJI = : MODEL YJI = : MODEL DJK = : MODEL DJP = : MODEL HRJPI = : MODEL HRJPBI = : MODEL HRJEI = : MODEL HRJMIA = : MODEL HRJMINA= : MODEL MJIT = : MODEL MJIM = : MODEL MJIC = : MODEL MJIAS = : MODEL XJAS = : MODEL XJAG = : MODEL MJJ = : MODEL MJKS = : MODEL HRJW =
/*IDENTITY EQUATIONS*/ QJI : IDENTITY QJI SJI : IDENTITY SJI DJI : IDENTITY DJI MJIA : IDENTITY MJIA MJINA : IDENTITY MJINA MJI : IDENTITY MJI XJW : IDENTITY XJW MJW : IDENTITY MJW RUN;
= = = = = = = =
HRJPI HRKTPI HRGI SBKRI HRPUI LAJI/ DW; HRJPI AJI/ DW; SHRJEI HRBEI SPDBRI POPI LDJK/ DW; LHRJPBI HRKPBI SHRPI TW/ DW; HRJPBI SQJI TW LHRJPI/ DW; HRJMIA HRJMINA LHRJPBI/ DW; LHRJMIA SHRJMINA EKSJI TW LHRJEI/ DW; LHRJW STMJIA REXRIAS/ DW; HRJW STMJINA EXRIAS TW/ DW; HRJMIA EKDJI SGDPKAPI TW/ DW; HRJMIA EKDJI SGDPKAPI TW LMJIM/ DW; HRJMINA SDJI LMJIC/ DW; HRJMINA EKDJI SGDPKAPI LMJIAS/ DW; HRJW LQJAS LXJAS/ DW; HRJW QJAG TW/ DW; LHRJW LCJJ SEXRJ STJJ/ DW; HRJW CJKS EXRKS STJKS TW/ DW; SXJW RMJW LHRJW/ DW;
QJI; QJI + MJI - XJI + LSTJI; DJK + DJP + DJKL; MJIT + MJIM + MJROA; MJIC + MJIAG + MJIAS + MJRONA; MJIA + MJINA; XJAS + XJAG + XJI + XJROW; MJJ + MJKS + MJI + MJROW;
127
Lampiran 5. Hasil Estimasi Parameter Model Perdagangan Jagung Indonesia Menggunakan Metode 2SLS dan Prosedur SYLSIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
ARL_JAG AJI luas areal jagung Indonesia (Ha)
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
6 17 23
2.086E12 1.42E12 3.507E12
3.477E11 8.355E10
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
289056.670 3429200.00 8.42927
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
4.16
0.0094
0.59493 0.45197
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept HRJPI
1 1
4027980 507.4808
1153143 518.7595
3.49 0.98
0.0028 0.3417
HRKTPI
1
-153.030
56.73708
-2.70
0.0153
HRGI
1
-72.6097
30.69124
-2.37
0.0301
SBKRI
1
-2241.12
8451.452
-0.27
0.7941
HRPUI
1
-203.597
209.0847
-0.97
0.3438
LAJI
1
0.091013
0.224668
0.41
0.6905
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
2.071891 24 -0.04394
Variable Label Intercept harga riil jagung di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg) harga riil kacang tanah di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg) harga riil gabah di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg) suku bunga kredit riil Indonesia (%) harga eceran riil pupuk urea Indonesia (Rp/Kg) AJI t-1 (Ha)
128
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
PROD_JAG YJI Produktivitas jagung Indonesia (Ton/Ha)
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
2 21 23
7.980766 4.856704 12.83747
3.990383 0.231272
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
0.48091 2.84138 16.92515
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
17.25
<.0001
0.62168 0.58565
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept HRJPI
1 1
-2.93878 0.001908
0.989399 0.000681
-2.97 2.80
0.0073 0.0107
AJI
1
8.516E-7
3.076E-7
2.77
0.0115
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
0.760097 24 0.565548
Variable Label Intercept harga riil jagung di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg) luas areal jagung Indonesia (Ha)
129
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
DEMAND_J DJK permintaan jagung untuk konsumsi langsung (Ton)
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
5 18 23
1.073E14 3.107E13 1.384E14
2.147E13 1.726E12
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
1313884.58 7536750.00 17.43304
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
12.43
<.0001
0.77548 0.71311
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept SHRJEI
1 1
-3482069 -118.853
4604431 2380.957
-0.76 -0.05
0.4593 0.9607
HRBEI
1
2012.737
1258.384
1.60
0.1271
SPDBRI
1
2.323283
2.510009
0.93
0.3669
POPI
1
0.009826
0.038438
0.26
0.8011
LDJK
1
0.294917
0.209497
1.41
0.1762
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
2.163476 24 -0.09454
Variable Label Intercept selisih HRJEI-LHRJEI (Rp/Kg) harga riil beras eceran Indonesia (Rp/Kg) selisih PDBRI-LPDBRI (Rp Miliar) jumlah penduduk Indonesia (Jiwa) DJK t-1 (Ton)
130
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
DEMAND_J DJP permintaan jagung untuk industri pakan (Ton)
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
4 19 23
1.12E12 8.726E10 1.207E12
2.8E11 4.5928E9
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
67769.8550 631250.000 10.73582
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
60.97
<.0001
0.92773 0.91251
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept LHRJPBI HRKPBI
1 1 1
663007.4 -165.871 -24.4369
163429.1 67.12459 22.34834
4.06 -2.47 -1.09
0.0007 0.0231 0.2879
SHRPI
1
71.95952
37.46715
1.92
0.0699
TW
1
24055.51
3648.129
6.59
<.0001
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
0.957884 24 0.361102
Variable Label Intercept HRJPBI t-1 (Rp/Kg) harga riil kedelai pedagang besar Indonesia (Rp/Kg) selisih HRPI-LHRPI (Rp/Kg) tren waktu
131
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
HARGA_PE HRJPI harga riil jagung di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg)
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
4 19 23
459435.7 255673.1 715108.8
114858.9 13456.48
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
116.00207 1498.69823 7.74019
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
8.54
0.0004
0.64247 0.56720
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept HRJPBI
1 1
863.5116 0.150346
383.8221 0.112694
2.25 1.33
0.0365 0.1979
SQJI
1
-0.00002
0.000024
-0.79
0.4387
TW LHRJPI
1 1
22.78491 0.076210
5.578204 0.220377
4.08 0.35
0.0006 0.7333
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
1.865281 24 0.045667
Variable Label Intercept harga riil jagung pedagang besar Indonesia (Rp/Kg) selisih QJI-LQJI (Ton) tren waktu HRJPI t-1 (Rp/Kg)
132
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
HARGA_PB HRJPBI harga riil jagung pedagang besar Indonesia (Rp/Kg)
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
3 20 23
747229.9 1278083 2025313
249076.6 63904.15
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
252.79270 1492.71000 16.93515
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
3.90
0.0242
0.36895 0.27429
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept HRJMIA
1 1
548.5568 0.003992
297.1163 0.009299
1.85 0.43
0.0797 0.6723
HRJMINA
1
0.015769
0.047961
0.33
0.7457
LHRJPBI
1
0.607249
0.199522
3.04
0.0064
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
2.187262 24 -0.10732
Variable Label Intercept harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN (US$/Ton) harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN (US$/Ton) HRJPBI t-1 (Rp/Kg)
133
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
HARGA_EC HRJEI harga riil jagung eceran Indonesia (Rp/Kg)
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
5 18 23
4436508 603230.3 5039738
887301.5 33512.80
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
183.06501 1992.02868 9.18988
F Value
Pr > F
26.48
<.0001
R-Square Adj R-Sq
0.88031 0.84706
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept LHRJMIA SHRJMINA
1 1 1
65.66489 0.007073 0.004945
236.8772 0.006694 0.024969
0.28 1.06 0.20
0.7848 0.3046 0.8452
EKSJI
1
-0.00007
0.000045
-1.44
0.1683
TW LHRJEI
1 1
9.982244 0.944228
9.993810 0.176059
1.00 5.36
0.3311 <.0001
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
1.453723 24 0.233772
Variable Label Intercept HRJMIA t-1 (US$/Ton) selisih HRJMINA-LHRJMINA (US$/Ton) Kelebihan penawaran jagung Indonesia (Ton) tren waktu HRJEI t-1 (Rp/Kg)
134
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
HARGA_AS HRJMIA harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN (US$/Ton)
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
3 20 23
1.0948E8 6.868E8 7.9629E8
36494697 34340100
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
5860.04267 2459.86867 238.22583
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
1.06
0.3871
0.13749 0.00812
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept LHRJW STMJIA
1 1 1
-3866.79 36.86668 289.2350
5597.977 21.19371 605.9379
-0.69 1.74 0.48
0.4977 0.0973 0.6383
REXRIAS
1
91.70882
4567.429
0.02
0.9842
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
2.313696 24 -0.17488
Variable Label Intercept HRJW t-1 (US$/Kg) selisih TMJIA-LTMJIA (%) rasio EXRIAS/LEXRIAS (Rp/US$)
135
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
HARGA_NA HRJMINA harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN (US$/Ton)
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
4 19 23
9529395 19626550 29155945
2382349 1032976
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
1016.35442 768.44678 132.26087
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
2.31
0.0956
0.32684 0.18512
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept HRJW
1 1
-2511.81 15.47631
2985.780 7.891978
-0.84 1.96
0.4107 0.0647
STMJINA
1
43.28388
126.1775
0.34
0.7353
EXRIAS
1
0.008435
0.107864
0.08
0.9385
TW
1
45.10917
63.31155
0.71
0.4848
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
2.21057 24 -0.1255
Variable Label Intercept harga riil jagung dunia (US$/Ton) selisih TMJINA-LTMJINA (%) nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat (Rp/US$) tren waktu
136
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
IMP_THA MJIT impor jagung Indonesia dari Thailand (Ton)
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
4 19 23
4.542E10 1.015E11 1.469E11
1.136E10 5.3419E9
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
73088.4782 60230.6667 121.34762
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
2.13
0.1173
0.30917 0.16374
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept HRJMIA
1 1
11260.07 -2.86169
36301.07 2.665999
0.31 -1.07
0.7598 0.2965
EKDJI
1
0.012559
0.017547
0.72
0.4828
SGDPKAPI
1
28397568
29526342
0.96
0.3482
TW
1
3420.888
2524.950
1.35
0.1914
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
2.345978 24 -0.29186
Variable Label Intercept harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN (US$/Ton) Kelebihan permintaan jagung Indonesia (Ton) selisih GDPKAPI-LGDPKAPI (Rp Miliar/Jiwa) tren waktu
137
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
IMP_MYM MJIM impor jagung Indonesia dari Myanmar (Ton)
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
5 18 23
1.3831E9 2.3906E9 3.7737E9
2.7662E8 1.3281E8
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
11524.4255 6249.87500 184.39450
F Value
Pr > F
2.08
0.1150
R-Square Adj R-Sq
0.36650 0.19053
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept HRJMIA
1 1
-1780.42 -0.08305
5836.941 0.423119
-0.31 -0.20
0.7638 0.8466
EKDJI
1
0.000666
0.002787
0.24
0.8139
SGDPKAPI
1
4595165
5153221
0.89
0.3843
TW LMJIM
1 1
289.2871 0.324874
417.1678 0.245755
0.69 1.32
0.4969 0.2027
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
1.458229 24 0.229189
Variable Label Intercept harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN (US$/Ton) Kelebihan permintaan jagung Indonesia (Ton) selisih GDPKAPI-LGDPKAPI (Rp Miliar/Jiwa) tren waktu MJIM t-1 (Ton)
138
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
IMP_CHIN MJIC impor jagung Indonesia dari China (Ton)
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
3 20 23
2.694E12 1.036E13 1.305E13
8.979E11 5.18E11
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
719751.113 577804.875 124.56647
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
1.73
0.1924
0.20634 0.08729
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept HRJMINA
1 1
516443.1 -164.809
249377.3 141.0672
2.07 -1.17
0.0515 0.2564
SDJI
1
0.012097
0.151774
0.08
0.9373
LMJIC
1
0.313100
0.209825
1.49
0.1513
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
1.912705 24 0.036737
Variable Label Intercept harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN (US$/Ton) perubahan DJI-LDJI (Ton) MJIC t-1 (Ton)
139
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
IMP_AS MJIAS impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat (Ton)
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
4 19 23
5.981E10 5.294E11 5.892E11
1.495E10 2.786E10
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
166917.192 106223.018 157.13844
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
0.54
0.7105
0.10152 -0.08764
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept HRJMINA
1 1
67904.62 -24.9894
65113.10 36.15196
1.04 -0.69
0.3101 0.4978
EKDJI
1
0.005944
0.043354
0.14
0.8924
SGDPKAPI
1
63004343
59159840
1.06
0.3002
LMJIAS
1
0.242780
0.246884
0.98
0.3378
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
1.95684 24 0.018232
Variable Label Intercept harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN (US$/Ton) Kelebihan permintaan jagung Indonesia (Ton) selisih GDPKAPI-LGDPKAPI (Rp Miliar/Jiwa) MJIAS t-1 (Ton)
140
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
XJ_AS XJAS ekspor jagung Amerika Serikat (Ton)
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
3 20 23
1.511E14 7.41E14 8.921E14
5.038E13 3.705E13
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
6086798.67 48232174.9 12.61979
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
1.36
0.2837
0.16940 0.04482
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept HRJW
1 1
23709115 28814.48
12661031 29003.94
1.87 0.99
0.0758 0.3324
LQJAS LXJAS
1 1
0.044621 0.192620
0.032125 0.172931
1.39 1.11
0.1801 0.2786
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
1.870313 24 0.054931
Variable Label Intercept harga riil jagung dunia (US$/Ton) QJAS t-1 (Ton) XJAS t-1 (Ton)
141
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
XJ_AG XJAG ekspor jagung Argentina (Ton)
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
3 20 23
4.285E14 1.508E13 4.435E14
1.428E14 7.54E11
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
868310.497 8801030.33 9.86601
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
189.42
<.0001
0.96600 0.96090
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept HRJW
1 1
-2755577 508.2430
1406363 4985.720
-1.96 0.10
0.0642 0.9198
QJAG
1
0.708744
0.065505
10.82
<.0001
TW
1
127716.8
51551.51
2.48
0.0223
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
1.484949 24 0.225676
Variable Label Intercept harga riil jagung dunia (US$/Ton) produksi jagung Argentina (Ton) tren waktu
142
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
IMP_JEP MJJ impor jagung Jepang (Ton)
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
4 19 23
1.447E12 1.002E12 2.449E12
3.619E11 5.272E10
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
229610.282 16393569.1 1.40061
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
6.86
0.0014
0.59100 0.50489
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept LHRJW LCJJ SEXRJ
1 1 1 1
15629674 -1065.62 0.360973 -11320.4
493746.9 1244.831 0.196974 4736.923
31.66 -0.86 1.83 -2.39
<.0001 0.4026 0.0826 0.0274
STJJ
1
-0.62594
0.250522
-2.50
0.0218
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
1.354807 24 0.285621
Variable Label Intercept HRJW t-1 (US$/Kg) CJJ t-1 (Ton) selisih EXRJ-LEXRJ (Yen/US$) stok jagung Jepang (Ton)
143
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
IMP_RK MJKS impor jagung Korea Selatan (Ton)
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
5 18 23
3.895E13 6.42E12 4.537E13
7.79E12 3.567E11
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
597217.003 7596339.42 7.86191
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
21.84
<.0001
0.85850 0.81920
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept HRJW
1 1
3031655 -1407.59
2496264 4268.077
1.21 -0.33
0.2403 0.7454
CJKS
1
9.933606
1.915398
5.19
<.0001
EXRKS
1
-1915.28
758.5961
-2.52
0.0212
STJKS
1
-7.25968
3.723266
-1.95
0.0670
TW
1
29540.75
39384.99
0.75
0.4629
Durbin-Watson Number of Observations First-Order Autocorrelation
1.857504 24 0.03011
Variable Label Intercept harga riil jagung dunia (US$/Ton) konsumsi jagung Korea Selatan (Ton) nilai tukar riil Korea Selatan terhadap Amerika Serikat (Won/US$) stok jagung Korea Selatan (Ton) tren waktu
144
The SAS System The SYSLIN Procedure Two-Stage Least Squares Estimation Model Dependent Variable Label
HARGA_DU HRJW harga riil jagung dunia (US$/Ton)
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
3 20 23
53067.39 18911.68 71979.08
17689.13 945.5842
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
30.75035 167.72403 18.33390
F Value
Pr > F
18.71
<.0001
R-Square Adj R-Sq
0.73726 0.69785
Parameter Estimates
Variable
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
Intercept SXJW
1 1
-126.195 -2.25E-6
212.9227 2.671E-6
-0.59 -0.84
0.5600 0.4098
RMJW LHRJW
1 1
155.5474 0.804390
212.3978 0.110440
0.73 7.28
0.4725 <.0001
Durbin-Watson Number of Observations
2.155299 24
First-Order Autocorrelation
-0.08768
Variable Label Intercept selisih XJW-LXJW (Ton) rasio MJW/LMJW (Ton) HRJW t-1 (US$/Kg)
145
Lampiran 6. Program Komputer Uji Multicollinearity Model Perdagangan Jagung Indonesia Menggunakan Nilai VIF dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 OPTIONS NODATE NONUMBER; DATA MULTIKOL; SET JAGUNG; /*Membuat Data Riil*/ HRJPI = (HJPI/WPII)*100; HRKTPI = (HKTPI/WPII)*100; HRPUI = (HPUI/CPII)*100; HRJEI = (HJEI/CPII)*100; HRBEI = (HBEI/CPII)*100; HRJPBI = (HJPBI/WPII)*100; HRKPBI = (HKPBI/WPII)*100; HRJMI = (HJMI/CPII)*100; HRJW = (HJW/CPIW)*100; HRGI = (HGI/WPII)*100; HRPI = (HPI/CPII)*100; SBKRI = SBKI-INF; WRI = (WI/CPII)*100; PDBRI = (PDBI/CPII)*100; EXRIT = (EXIT/CPII)*100; EXRIM = (EXIM/CPII)*100; EXRIAS = (EXIAS/CPII)*100; EXRJ = (EXJ/CPIJ)*100; EXRKS = (EXKS/CPIRK)*100; HRJMIA = (HJMIA/CPII)*100; HRJMINA = (HJMINA/CPII)*100; /*Mengkonversi Satuan*/ CJJ = CJJ*1000; CJKS = CJKS*1000; /*Membuat Variabel Lag*/ LAJI = LAG(AJI); LSTJI = LAG(STJI); LYJI = LAG(YJI); LDJK = LAG(DJK); LHRJPI = LAG(HRJPI); LHRJPBI = LAG(HRJPBI); LHRJEI = LAG(HRJEI); LHRJMI = LAG(HRJMI); LMJIM = LAG(MJIM); LMJIC = LAG(MJIC); LMJIAG = LAG(MJIAG); LXJAS = LAG(XJAS); LHRJW = LAG(HRJW); LPOPI = LAG(POPI); LHRKPBI = LAG(HRKPBI); LHRPI = LAG(HRPI); LQJI = LAG(QJI); LTMJIA = LAG(TMJIA); LEXRIAS = LAG(EXRIAS); LQJAS = LAG(QJAS);
146
LPDBRI LEXRJ LCJJ LSTJJ LHRPUI LWRI LHRJMIA LHRJMINA LMJIAS LXJW LTMJINA LDJI LMJW
= = = = = = = = = = = = =
LAG(PDBRI); LAG(EXRJ); LAG(CJJ); LAG(STJJ); LAG(HRPUI); LAG(WRI); LAG(HRJMIA); LAG(HRJMINA); LAG(MJIAS); LAG(XJW); LAG(TMJINA); LAG(DJI); LAG(MJW);
/*Membuat Data Baru*/ SJI = QJI + MJI - XJI + LSTJI; EKDJI = DJI-SJI; EKSJI = SJI-DJI; SDJI = DJI-LDJI; /*Merespesifikasi Variabel*/ SXJW = XJW-LXJW; SMJW = MJW-LMJW; RXJW = XJW/LXJW; RMJW = MJW/LMJW; PXJW = (XJW-LXJW)/LXJW; PMJW = (MJW-LMJW)/LMJW; SPDBRI = PDBRI-LPDBRI; SHRJEI = HRJEI-LHRJEI; SPOPI = POPI-LPOPI; STMJIA = TMJIA-LTMJIA; RQJI = QJI/LQJI; SQJI = QJI-LQJI; SHRJMI = HRJMI-LHRJMI; SEXRIAS = EXRIAS-LEXRIAS; REXRIAS = EXRIAS/LEXRIAS; SEXRJ = EXRJ-LEXRJ; SHRPI = HRPI-LHRPI; SHRPUI = HRPUI-LHRPUI; SSJI = SJI-LSJI; RSJI = SJI/LSJI; SHRJW = HRJW-LHRJW; RHRJW = HRJW/LHRJW; PHRJW = (SHRJW/LHRJW)*100; GDPKAPI = PDBRI/POPI; LGDPKAPI = LAG(GDPKAPI); SGDPKAPI = GDPKAPI-LGDPKAPI; STMJINA = TMJINA-LTMJINA; SHRJMIA = HRJMIA-LHRJMIA; RHRJMIA = HRJMIA/LHRJMIA; PHRJMIA = (SHRJMIA/LHRJMIA)*100; SHRJMINA = HRJMINA-LHRJMINA; RHRJMINA = HRJMINA/LHRJMINA; PHRJMINA = (SHRJMINA/LHRJMINA)*100;
147
/*Membuat label AJI CJJ CJKS DJK DJP DJI DJKL EXRIAS
Deskripsi Variabel*/ = = = = = = = =
EXRJ EXRKS
= =
EKSJI EKDJI GDPKAPI HRJPI HRKTPI
= = = = =
HRGI HRPUI HRJEI HRBEI HRPI HRJPBI HRKPBI HRJMIA HRJMINA HRJW LAJI LYJI LDJK LHRPI LHRJPI LHRJPBI LHRJEI LHRJMI LTMJIA LQJI LSTJI LHRJW LMJIM LMJIC LMJIAG LXJAS LHRJW LQJAS LCJJ LMJIAS LHRJMIA MJI MJIT MJIM MJIA MJROA MJIC
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
'Luas areal jagung Indonesia (Ha)' 'Konsumsi jagung Jepang (Ton)' 'Konsumsi jagung Korea Selatan (Ton)' 'Permintaan jagung untuk konsumsi langsung (Ton)' 'Permintaan jagung untuk industri pakan (Ton)' 'Permintaan jagung Indonesia (Ton)' 'Permintaan jagung untuk kebutuhan lain (Ton)' 'Nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat (Rp/US$)' 'Nilai tukar Jepang terhadap Amerika Serikat (Yen/US$)' 'Nilai tukar riil Korea Selatan terhadap Amerika Serikat (Won/US$)' 'Kelebihan penawaran jagung Indonesia (Ton)' 'Kelebihan permintaan jagung Indonesia (Ton)' 'Pendapatan per kapita Indonesia (Rp Miliar/Jiwa)' 'Harga riil jagung di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg)' 'harga riil kacang tanah di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil gabah di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga eceran riil pupuk urea Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil jagung eceran Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil beras eceran Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil pakan Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil jagung pedagang besar Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil kedelai pedagang besar Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN (US$/Ton)' 'Harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN (US$/Ton)' 'Harga riil jagung dunia (US$/Ton)' 'AJI t-1 (Ha)' 'YJI t-1 (Ton/Ha)' 'DJK t-1 (Ton)' 'HRPI t-1 (Rp/Kg)' 'HRJPI t-1 (Rp/Kg)' 'HRJPBI t-1 (Rp/Kg)' 'HRJEI t-1 (Rp/Kg)' 'HRJMI t-1 (Rp/Kg)' 'TMJIA t-1 (%)' 'QJI t-1 (Ton)' 'STJI t-1 (Ton)' 'HRJW t-1 (US$/Ton)' 'MJIM t-1 (Ton)' 'MJIC t-1 (Ton)' 'MJIAG t-1 (Ton)' 'XJAS t-1 (Ton)' 'HRJW t-1 (US$/Kg)' 'QJAS t-1 (Ton)' 'CJJ t-1 (Ton)' 'MJIAS t-1 (Ton)' 'HRJMIA t-1 (US$/Ton)' 'Impor jagung Indonesia (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari Thailand (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari Myanmar (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari ASEAN (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari sisa negara ASEAN (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari China (Ton)'
148
MJIAG MJIAS MJINA MJRONA MJJ MJKS MJW MJROW PDBRI POPI QJI QJAS QJAG RQJI REXRIAS RMJW SBKRI SJI STJI STJJ STJKS SHRPI SPDBRI SPOPI SEXRIAS SEXRJ SHRJMINA SHRJEI SXJW SHRPUI STMJIA STMJINA SQJI SGDPKAPI SDJI TW TMJIA TMJINA WRI XJAS XJAG XJI XJW XJROW YJI RUN;
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
'Impor jagung Indonesia dari Argentina (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari Non ASEAN (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari sisa negara selain ASEAN (Ton)' 'Impor jagung Jepang (Ton)' 'Impor jagung Korea Selatan (Ton)' 'Impor jagung dunia (Ton)' 'Impor jagung ROW (Ton)' 'Pendapatan nasional riil Indonesia (Rp Miliar)' 'Jumlah penduduk Indonesia (Jiwa)' 'Produksi jagung Indonesia (Ton)' 'Produksi jagung Amerika Serikat (Ton)' 'Produksi jagung Argentina (Ton)' 'Rasio QJI/LQJI (Ton)' 'Rasio EXRIAS/LEXRIAS (Rp/US$)' 'Rasio MJW/LMJW (Ton)' 'Suku bunga kredit riil Indonesia (%)' 'Penawaran jagung Indonesia (Ton)' 'Stok jagung Indonesia (Ton)' 'Stok jagung Jepang (Ton)' 'Stok jagung Korea Selatan (Ton)' 'Selisih HRPI-LHRPI (Rp/Kg)' 'Selisih PDBRI-LPDBRI (Rp Miliar)' 'Selisih POPI-LPOPI (Jiwa)' 'Selisih EXRIAS-LEXRIAS (Rp/US$)' 'Selisih EXRJ-LEXRJ (Yen/US$)' 'Selisih HRJMINA-LHRJMINA (US$/Ton)' 'Selisih HRJEI-LHRJEI (Rp/Kg)' 'Selisih XJW-LXJW (Ton)' 'Selisih HRPUI-LHRPUI (Rp/Kg)' 'Selisih TMJIA-LTMJIA (%)' 'Selisih TMJINA-LTMJINA (%)' 'Selisih QJI-LQJI (Ton)' 'Selisih GDPKAPI-LGDPKAPI (Rp Miliar/Jiwa)' 'Selisih DJI-LDJI (Ton)' 'Tren waktu' 'Tarif impor jagung Indonesia dari ASEAN (%)' 'Tarif impor jagung Indonesia dari non ASEAN (%)' 'Upah riil sektor pertanian Indonesia (Rp/HOK)' 'Ekspor jagung Amerika Serikat (Ton)' 'Ekspor jagung Argentina (Ton)' 'Ekspor jagung Indonesia (Ton)' 'Ekspor jagung dunia (Ton)' 'Ekspor jagung ROW (Ton)' 'Produktivitas jagung Indonesia (Ton/Ha)';
PROC REG DATA=MULTIKOL OUTEST=HASIL; /*STRUCTURAL EQUATIONS*/ ARL_JAG : MODEL AJI PROD_JAG : MODEL YJI DEMAND_JAGK : MODEL DJK DEMAND_JAGP : MODEL DJP HARGA_PET : MODEL HRJPI HARGA_PB : MODEL HRJPBI HARGA_EC : MODEL HRJEI
= = = = = = =
HRJPI HRKTPI HRGI SBKRI HRPUI LAJI/ VIF; HRJPI AJI/ VIF; SHRJEI HRBEI SPDBRI POPI LDJK/ VIF; LHRJPBI HRKPBI SHRPI TW/ VIF; HRJPBI SQJI TW LHRJPI/ VIF; HRJMIA HRJMINA LHRJPBI/ VIF; LHRJMIA SHRJMINA EKSJI TW LHRJEI/ VIF;
149
HARGA_ASN HARGA_NASN IMP_THA IMP_MYM IMP_CHIN IMP_AS XJ_AS XJ_AG IMP_JEP IMP_RK HARGA_DUN RUN;
: : : : : : : : : : :
MODEL MODEL MODEL MODEL MODEL MODEL MODEL MODEL MODEL MODEL MODEL
HRJMIA = HRJMINA= MJIT = MJIM = MJIC = MJIAS = XJAS = XJAG = MJJ = MJKS = HRJW =
LHRJW STMJIA REXRIAS/ VIF; HRJW STMJINA EXRIAS TW/ VIF; HRJMIA EKDJI SGDPKAPI TW/ VIF; HRJMIA EKDJI SGDPKAPI TW LMJIM/ VIF; HRJMINA SDJI LMJIC/ VIF; HRJMINA EKDJI SGDPKAPI LMJIAS/ VIF; HRJW LQJAS LXJAS/ VIF; HRJW QJAG TW/ VIF; LHRJW LCJJ SEXRJ STJJ/ VIF; HRJW CJKS EXRKS STJKS TW/ VIF; SXJW RMJW LHRJW/ VIF;
150
Lampiran 7. Hasil Uji Multicollinearity Model Perdagangan Jagung Indonesia Menggunakan Nilai VIF dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 The SAS System The REG Procedure Model: ARL_JAG Dependent Variable: AJI luas areal jagung Indonesia (Ha) Number of Observations Read Number of Observations Used Number of Observations with Missing Values
59 24 35
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
6 17 23
2.08619E12 1.420414E12 3.506603E12
3.476983E11 83553758696
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
289057 3429200 8.42927
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
4.16
0.0094
0.5949 0.4520
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJPI
Intercept harga riil jagung di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg) harga riil kacang tanah di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg) harga riil gabah di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg) suku bunga kredit riil Indonesia (%) harga riil pupuk urea Indonesia (Rp/Kg) AJI t-1 (Ha)
HRKTPI
HRGI SBKRI HRPUI LAJI
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
1 1
4027980 507.48080
1153143 518.75953
3.49 0.98
0.0028 0.3417
1
-153.03020
56.73708
-2.70
0.0153
1
-72.60967
30.69124
-2.37
0.0301
1
-2241.11921
8451.45153
-0.27
0.7941
1
-203.59668
209.08470
-0.97
0.3438
1
0.09101
0.22467
0.41
0.6905
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJPI
Intercept harga riil jagung di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg) harga riil kacang tanah di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg) harga riil gabah di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg) suku bunga kredit riil Indonesia (%) harga riil pupuk urea Indonesia (Rp/Kg) AJI t-1 (Ha)
HRKTPI
HRGI SBKRI HRPUI LAJI
DF
Variance Inflation
1 1
0 2.30324
1
1.33597
1
1.28526
1
1.40494
1
1.53186
1
1.84517
151
The SAS System The REG Procedure Model: PROD_JAG Dependent Variable: YJI Produktivitas jagung Indonesia (Ton/Ha) Number of Observations Read Number of Observations Used Number of Observations with Missing Values
59 24 35
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
2 21 23
7.98077 4.85670 12.83747
3.99038 0.23127
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
0.48091 2.84138 16.92515
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
17.25
<.0001
0.6217 0.5856
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJPI
Intercept harga riil jagung di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg) luas areal jagung Indonesia (Ha)
AJI
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
1 1
-2.93878 0.00191
0.98940 0.00068126
-2.97 2.80
0.0073 0.0107
1
8.515546E-7
3.07647E-7
2.77
0.0115
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJPI
Intercept harga riil jagung di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg) luas areal jagung Indonesia (Ha)
AJI
DF
Variance Inflation
1 1
0 1.43506
1
1.43506
152
The SAS System The REG Procedure Model: DEMAND_JAGK Dependent Variable: DJK permintaan jagung untuk konsumsi langsung (Ton) Number of Observations Read Number of Observations Used Number of Observations with Missing Values
59 24 35
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
5 18 23
1.073254E14 3.107327E13 1.383987E14
2.146508E13 1.726293E12
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
1313885 7536750 17.43304
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
12.43
<.0001
0.7755 0.7131
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept SHRJEI HRBEI
Intercept selisih HRJEI-LHRJEI (Rp/Kg) harga riil beras eceran Indonesia (Rp/Kg) selisih PDBRI-LPDBRI (Rp Miliar) jumlah penduduk Indonesia (Jiwa) DJK t-1 (Ton)
SPDBRI POPI LDJK
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
1 1 1
-3482069 -118.85328 2012.73688
4604431 2380.95743 1258.38356
-0.76 -0.05 1.60
0.4593 0.9607 0.1271
1
2.32328
2.51001
0.93
0.3669
1
0.00983
0.03844
0.26
0.8011
1
0.29492
0.20950
1.41
0.1762
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept SHRJEI HRBEI
Intercept selisih HRJEI-LHRJEI (Rp/Kg) harga riil beras eceran Indonesia (Rp/Kg) selisih PDBRI-LPDBRI (Rp Miliar) jumlah penduduk Indonesia (Jiwa) DJK t-1 (Ton)
SPDBRI POPI LDJK
DF
Variance Inflation
1 1 1
0 2.60639 8.33128
1
1.74752
1
7.96691
1
2.76816
153
The SAS System The REG Procedure Model: DEMAND_JAGP Dependent Variable: DJP permintaan jagung untuk industri pakan (Ton) Number of Observations Read Number of Observations Used Number of Observations with Missing Values
59 24 35
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
4 19 23
1.120108E12 87262311700 1.207371E12
2.80027E11 4592753247
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
67770 631250 10.73582
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
60.97
<.0001
0.9277 0.9125
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept LHRJPBI HRKPBI
Intercept HRJPBI t-1 (Rp/Kg) harga riil kedelai pedagang besar Indonesia (Rp/Kg) selisih HRPI-LHRPI (Rp/Kg) tren waktu
SHRPI TW
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
1 1 1
663007 -165.87131 -24.43691
163429 67.12459 22.34834
4.06 -2.47 -1.09
0.0007 0.0231 0.2879
1 1
71.95952 24056
37.46715 3648.12946
1.92 6.59
0.0699 <.0001
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept LHRJPBI HRKPBI
Intercept HRJPBI t-1 (Rp/Kg) harga riil kedelai pedagang besar Indonesia (Rp/Kg) selisih HRPI-LHRPI (Rp/Kg) tren waktu
SHRPI TW
DF
Variance Inflation
1 1 1
0 1.75084 3.32206
1 1
1.11819 3.33246
154
The SAS System The REG Procedure Model: HARGA_PET Dependent Variable: HRJPI harga riil jagung di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg) Number of Observations Read Number of Observations Used Number of Observations with Missing Values
59 24 35
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
4 19 23
459436 255673 715109
114859 13456
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
116.00207 1498.69823 7.74019
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
8.54
0.0004
0.6425 0.5672
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJPBI
Intercept harga riil jagung pedagang besar Indonesia (Rp/Kg) selisih QJI-LQJI (Ton) tren waktu HRJPI t-1 (Rp/Kg)
SQJI TW LHRJPI
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
1 1
863.51157 0.15035
383.82206 0.11269
2.25 1.33
0.0365 0.1979
1 1 1
-0.00001892 22.78491 0.07621
0.00002392 5.57820 0.22038
-0.79 4.08 0.35
0.4387 0.0006 0.7333
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJPBI
Intercept harga riil jagung pedagang besar Indonesia (Rp/Kg) selisih QJI-LQJI (Ton) tren waktu HRJPI t-1 (Rp/Kg)
SQJI TW LHRJPI
DF
Variance Inflation
1 1
0 1.91144
1 1 1
1.17685 2.65923 2.48327
155
The SAS System The REG Procedure Model: HARGA_PB Dependent Variable: HRJPBI harga riil jagung pedagang besar Indonesia (Rp/Kg) Number of Observations Read Number of Observations Used Number of Observations with Missing Values
59 24 35
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
3 20 23
747230 1278083 2025313
249077 63904
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
252.79270 1492.71000 16.93515
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
3.90
0.0242
0.3689 0.2743
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJMIA
Intercept harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN (US$/Ton) harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN (US$/Ton) HRJPBI t-1 (Rp/Kg)
HRJMINA
LHRJPBI
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
1 1
548.55676 0.00399
297.11634 0.00930
1.85 0.43
0.0797 0.6723
1
0.01577
0.04796
0.33
0.7457
1
0.60725
0.19952
3.04
0.0064
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJMIA
Intercept harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN (US$/Ton) harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN (US$/Ton) HRJPBI t-1 (Rp/Kg)
HRJMINA
LHRJPBI
DF
Variance Inflation
1 1
0 1.07744
1
1.04948
1
1.11175
156
The SAS System The REG Procedure Model: HARGA_EC Dependent Variable: HRJEI harga riil jagung eceran Indonesia (Rp/Kg) Number of Observations Read Number of Observations Used Number of Observations with Missing Values
59 24 35
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
5 18 23
4436508 603230 5039738
887302 33513
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
183.06501 1992.02868 9.18988
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
26.48
<.0001
0.8803 0.8471
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept LHRJMIA SHRJMINA
Intercept HRJMIA t-1 (US$/Ton) selisih HRJMINA-LHRJMINA (US$/Ton) Kelebihan penawaran jagung Indonesia (Ton) tren waktu HRJEI t-1 (Rp/Kg)
EKSJI TW LHRJEI
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
1 1 1
65.66489 0.00707 0.00495
236.87716 0.00669 0.02497
0.28 1.06 0.20
0.7848 0.3046 0.8452
1
-0.00006526
0.00004547
-1.44
0.1683
1 1
9.98224 0.94423
9.99381 0.17606
1.00 5.36
0.3311 <.0001
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept LHRJMIA SHRJMINA
Intercept HRJMIA t-1 (US$/Ton) selisih HRJMINA-LHRJMINA (US$/Ton) Kelebihan penawaran jagung Indonesia (Ton) tren waktu HRJEI t-1 (Rp/Kg)
EKSJI TW LHRJEI
DF
Variance Inflation
1 1 1
0 1.06265 1.06765
1
1.16280
1 1
3.42728 3.66049
157
The SAS System The REG Procedure Model: HARGA_ASN Dependent Variable: HRJMIA harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN (US$/Ton) Number of Observations Read Number of Observations Used Number of Observations with Missing Values
59 24 35
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
3 20 23
109484091 686802001 796286092
36494697 34340100
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
5860.04267 2459.86867 238.22583
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
1.06
0.3871
0.1375 0.0081
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept LHRJW STMJIA REXRIAS
Intercept HRJW t-1 (US$/Kg) selisih TMJIA-LTMJIA (%) rasio EXRIAS/LEXRIAS (Rp/US$)
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
1 1 1 1
-3866.79494 36.86668 289.23502 91.70882
5597.97672 21.19371 605.93789 4567.42882
-0.69 1.74 0.48 0.02
0.4977 0.0973 0.6383 0.9842
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept LHRJW STMJIA REXRIAS
Intercept HRJW t-1 (US$/Kg) selisih TMJIA-LTMJIA (%) rasio EXRIAS/LEXRIAS (Rp/US$)
DF
Variance Inflation
1 1 1 1
0 1.03112 1.02464 1.03057
158
The SAS System The REG Procedure Model: HARGA_NASN Dependent Variable: HRJMINA harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN (US$/Ton) Number of Observations Read Number of Observations Used Number of Observations with Missing Values
59 24 35
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
4 19 23
9529395 19626550 29155945
2382349 1032976
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
1016.35442 768.44678 132.26087
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
2.31
0.0956
0.3268 0.1851
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJW
Intercept harga riil jagung dunia (US$/Ton) selisih TMJINA-LTMJINA (%) nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat (Rp/US$) tren waktu
STMJINA EXRIAS
TW
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
1 1
-2511.81032 15.47631
2985.77989 7.89198
-0.84 1.96
0.4107 0.0647
1 1
43.28388 0.00844
126.17746 0.10786
0.34 0.08
0.7353 0.9385
1
45.10917
63.31155
0.71
0.4848
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJW
Intercept harga riil jagung dunia (US$/Ton) selisih TMJINA-LTMJINA (%) nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat (Rp/US$) tren waktu
STMJINA EXRIAS
TW
DF
Variance Inflation
1 1
0 4.33998
1 1
1.13988 2.06395
1
4.46245
159
The SAS System The REG Procedure Model: IMP_THA Dependent Variable: MJIT impor jagung Indonesia dari Thailand (Ton) Number of Observations Read Number of Observations Used Number of Observations with Missing Values
59 24 35
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
4 19 23
45423796613 1.014966E11 1.469204E11
11355949153 5341925646
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
73088 60231 121.34762
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
2.13
0.1173
0.3092 0.1637
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJMIA
Intercept harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN (US$/Ton) Kelebihan permintaan jagung Indonesia (Ton) selisih GDPKAPI-LGDPKAPI (Rp Miliar/Jiwa) tren waktu
EKDJI SGDPKAPI TW
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
1 1
11260 -2.86169
36301 2.66600
0.31 -1.07
0.7598 0.2965
1
0.01256
0.01755
0.72
0.4828
1
28397568
29526342
0.96
0.3482
1
3420.88761
2524.95021
1.35
0.1914
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJMIA
Intercept harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN (US$/Ton) Kelebihan permintaan jagung Indonesia (Ton) selisih GDPKAPI-LGDPKAPI (Rp Miliar/Jiwa) tren waktu
EKDJI SGDPKAPI TW
DF
Variance Inflation
1 1
0 1.05948
1
1.08643
1
1.38490
1
1.37248
160
The SAS System The REG Procedure Model: IMP_MYM Dependent Variable: MJIM impor jagung Indonesia dari Myanmar (Ton) Number of Observations Read Number of Observations Used Number of Observations with Missing Values
59 24 35
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
5 18 23
1383080419 2390622889 3773703309
276616084 132812383
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
11524 6249.87500 184.39450
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
2.08
0.1150
0.3665 0.1905
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJMIA
Intercept harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN (US$/Ton) Kelebihan permintaan jagung Indonesia (Ton) selisih GDPKAPI-LGDPKAPI (Rp Miliar/Jiwa) tren waktu MJIM t-1 (Ton)
EKDJI SGDPKAPI TW LMJIM
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
1 1
-1780.42381 -0.08305
5836.94071 0.42312
-0.31 -0.20
0.7638 0.8466
1
0.00066580
0.00279
0.24
0.8139
1
4595165
5153221
0.89
0.3843
1 1
289.28711 0.32487
417.16778 0.24576
0.69 1.32
0.4969 0.2027
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJMIA
Intercept harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN (US$/Ton) Kelebihan permintaan jagung Indonesia (Ton) selisih GDPKAPI-LGDPKAPI (Rp Miliar/Jiwa) tren waktu MJIM t-1 (Ton)
EKDJI SGDPKAPI TW LMJIM
DF
Variance Inflation
1 1
0 1.07338
1
1.10197
1
1.69674
1 1
1.50689 1.72113
161
The SAS System The REG Procedure Model: IMP_CHIN Dependent Variable: MJIC impor jagung Indonesia dari China (Ton) Number of Observations Read Number of Observations Used Number of Observations with Missing Values
59 24 35
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
3 20 23
2.69363E12 1.036083E13 1.305446E13
8.978766E11 5.180417E11
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
719751 577805 124.56647
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
1.73
0.1924
0.2063 0.0873
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJMINA
Intercept harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN (US$/Ton) perubahan DJI-LDJI (Ton) MJIC t-1 (Ton)
SDJI LMJIC
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
1 1
516443 -164.80876
249377 141.06720
2.07 -1.17
0.0515 0.2564
1 1
0.01210 0.31310
0.15177 0.20982
0.08 1.49
0.9373 0.1513
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJMINA
Intercept harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN (US$/Ton) perubahan DJI-LDJI (Ton) MJIC t-1 (Ton)
SDJI LMJIC
DF
Variance Inflation
1 1
0 1.11999
1 1
1.01021 1.10945
162
The SAS System The REG Procedure Model: IMP_AS Dependent Variable: MJIAS impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat (Ton) Number of Observations Read Number of Observations Used Number of Observations with Missing Values
59 24 35
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
4 19 23
59812034291 5.293656E11 5.891777E11
14953008573 27861349077
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
166917 106223 157.13844
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
0.54
0.7105
0.1015 -0.0876
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJMINA
Intercept harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN (US$/Ton) Kelebihan permintaan jagung Indonesia (Ton) selisih GDPKAPI-LGDPKAPI (Rp Miliar/Jiwa) MJIAS t-1 (Ton)
EKDJI SGDPKAPI LMJIAS
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
1 1
67905 -24.98940
65113 36.15196
1.04 -0.69
0.3101 0.4978
1
0.00594
0.04335
0.14
0.8924
1
63004343
59159840
1.06
0.3002
1
0.24278
0.24688
0.98
0.3378
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJMINA
Intercept harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN (US$/Ton) Kelebihan permintaan jagung Indonesia (Ton) selisih GDPKAPI-LGDPKAPI (Rp Miliar/Jiwa) MJIAS t-1 (Ton)
EKDJI SGDPKAPI LMJIAS
DF
Variance Inflation
1 1
0 1.36769
1
1.27159
1
1.06598
1
1.30336
163
The SAS System The REG Procedure Model: XJ_AS Dependent Variable: XJAS ekspor jagung Amerika Serikat (Ton) Number of Observations Read Number of Observations Used Number of Observations with Missing Values
59 24 35
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
3 20 23
1.511278E14 7.409824E14 8.921102E14
5.037595E13 3.704912E13
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
6086799 48232175 12.61979
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
1.36
0.2837
0.1694 0.0448
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJW
Intercept harga riil jagung dunia (US$/Ton) QJAS t-1 (Ton) XJAS t-1 (Ton)
LQJAS LXJAS
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
1 1
23709115 28814
12661031 29004
1.87 0.99
0.0758 0.3324
1 1
0.04462 0.19262
0.03212 0.17293
1.39 1.11
0.1801 0.2786
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJW
Intercept harga riil jagung dunia (US$/Ton) QJAS t-1 (Ton) XJAS t-1 (Ton)
LQJAS LXJAS
DF
Variance Inflation
1 1
0 1.63434
1 1
1.70436 1.05619
164
The SAS System The REG Procedure Model: XJ_AG Dependent Variable: XJAG ekspor jagung Argentina (Ton) Number of Observations Read Number of Observations Used Number of Observations with Missing Values
59 24 35
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
3 20 23
4.284522E14 1.507926E13 4.435314E14
1.428174E14 7.539631E11
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
868310 8801030 9.86601
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
189.42
<.0001
0.9660 0.9609
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJW
Intercept harga riil jagung dunia (US$/Ton) produksi jagung Argentina (Ton) tren waktu
QJAG TW
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
1 1
-2755577 508.24300
1406363 4985.71974
-1.96 0.10
0.0642 0.9198
1
0.70874
0.06551
10.82
<.0001
1
127717
51552
2.48
0.0223
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJW
Intercept harga riil jagung dunia (US$/Ton) produksi jagung Argentina (Ton) tren waktu
QJAG TW
DF
Variance Inflation
1 1
0 2.37308
1
3.29812
1
4.05350
165
The SAS System The REG Procedure Model: IMP_JEP Dependent Variable: MJJ impor jagung Jepang (Ton) Number of Observations Read Number of Observations Used Number of Observations with Missing Values
59 24 35
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
4 19 23
1.44744E12 1.001697E12 2.449137E12
3.618601E11 52720881660
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
229610 16393569 1.40061
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
6.86
0.0014
0.5910 0.5049
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept LHRJW LCJJ SEXRJ STJJ
Intercept HRJW t-1 (US$/Kg) CJJ t-1 (Ton) selisih EXRJ-LEXRJ (Yen/US$) stok jagung Jepang (Ton)
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
1 1 1 1 1
15629674 -1065.62237 0.36097 -11320 -0.62594
493747 1244.83126 0.19697 4736.92329 0.25052
31.66 -0.86 1.83 -2.39 -2.50
<.0001 0.4026 0.0826 0.0274 0.0218
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept LHRJW LCJJ SEXRJ STJJ
Intercept HRJW t-1 (US$/Kg) CJJ t-1 (Ton) selisih EXRJ-LEXRJ (Yen/US$) stok jagung Jepang (Ton)
DF
Variance Inflation
1 1 1 1 1
0 2.31705 1.50128 1.26727 2.68673
166
The SAS System The REG Procedure Model: IMP_RK Dependent Variable: MJKS impor jagung Korea Selatan (Ton) Number of Observations Read Number of Observations Used Number of Observations with Missing Values
59 24 35
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
5 18 23
3.895202E13 6.420027E12 4.537204E13
7.790404E12 3.566681E11
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
597217 7596339 7.86191
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
21.84
<.0001
0.8585 0.8192
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJW
Intercept harga riil jagung dunia (US$/Ton) konsumsi jagung Korea Selatan (Ton) nilai tukar riil Korea Selatan terhadap Amerika Serikat (Won/US$) stok jagung Korea Selatan (Ton) tren waktu
CJKS EXRKS
STJKS TW
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
1 1
3031655 -1407.59335
2496264 4268.07693
1.21 -0.33
0.2403 0.7454
1
9.93361
1.91540
5.19
<.0001
1
-1915.27519
758.59608
-2.52
0.0212
1
-7.25968
3.72327
-1.95
0.0670
1
29541
39385
0.75
0.4629
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept HRJW
Intercept harga riil jagung dunia (US$/Ton) konsumsi jagung Korea Selatan (Ton) nilai tukar riil Korea Selatan terhadap Amerika Serikat (Won/US$) stok jagung Korea Selatan (Ton) tren waktu
CJKS EXRKS
STJKS TW
DF
Variance Inflation
1 1
0 3.67626
1
1.65922
1
2.33757
1
1.18194
1
5.00144
167
The SAS System The REG Procedure Model: HARGA_DUN Dependent Variable: HRJW harga riil jagung dunia (US$/Ton) Number of Observations Read Number of Observations Used Number of Observations with Missing Values
59 24 35
Analysis of Variance
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
Model Error Corrected Total
3 20 23
53067 18912 71979
17689 945.58416
Root MSE Dependent Mean Coeff Var
30.75035 167.72403 18.33390
R-Square Adj R-Sq
F Value
Pr > F
18.71
<.0001
0.7373 0.6979
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept SXJW RMJW LHRJW
Intercept selisih XJW-LXJW (Ton) rasio MJW/LMJW (Ton) HRJW t-1 (US$/Kg)
DF
Parameter Estimate
Standard Error
t Value
Pr > |t|
1 1 1 1
-126.19523 -0.00000225 155.54739 0.80439
212.92273 0.00000267 212.39783 0.11044
-0.59 -0.84 0.73 7.28
0.5600 0.4098 0.4725 <.0001
Parameter Estimates
Variable
Label
Intercept SXJW RMJW LHRJW
Intercept selisih XJW-LXJW (Ton) rasio MJW/LMJW (Ton) HRJW t-1 (US$/Kg)
DF
Variance Inflation
1 1 1 1
0 7.41032 7.36495 1.01682
168
Lampiran 8. Program Komputer Validasi Model Perdagangan Jagung Indonesia Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 OPTIONS NODATE NONUMBER; DATA VALIDASI; SET JAGUNG; /*Membuat Data Riil*/ HRJPI = (HJPI/WPII)*100; HRKTPI = (HKTPI/WPII)*100; HRPUI = (HPUI/CPII)*100; HRJEI = (HJEI/CPII)*100; HRBEI = (HBEI/CPII)*100; HRJPBI = (HJPBI/WPII)*100; HRKPBI = (HKPBI/WPII)*100; HRJMI = (HJMI/CPII)*100; HRJW = (HJW/CPIW)*100; HRGI = (HGI/WPII)*100; HRPI = (HPI/CPII)*100; SBKRI = SBKI-INF; WRI = (WI/CPII)*100; PDBRI = (PDBI/CPII)*100; EXRIT = (EXIT/CPII)*100; EXRIM = (EXIM/CPII)*100; EXRIAS = (EXIAS/CPII)*100; EXRJ = (EXJ/CPIJ)*100; EXRKS = (EXKS/CPIRK)*100; HRJMIA = (HJMIA/CPII)*100; HRJMINA = (HJMINA/CPII)*100; /*Mengkonversi Satuan*/ CJJ = CJJ*1000; CJKS = CJKS*1000; /*Membuat Variabel Lag*/ LAJI = LAG(AJI); LSTJI = LAG(STJI); LYJI = LAG(YJI); LDJK = LAG(DJK); LHRJPI = LAG(HRJPI); LHRJPBI = LAG(HRJPBI); LHRJEI = LAG(HRJEI); LHRJMI = LAG(HRJMI); LMJIM = LAG(MJIM); LMJIC = LAG(MJIC); LMJIAG = LAG(MJIAG); LXJAS = LAG(XJAS); LHRJW = LAG(HRJW); LPOPI = LAG(POPI); LHRKPBI = LAG(HRKPBI); LHRPI = LAG(HRPI); LQJI = LAG(QJI); LTMJIA = LAG(TMJIA); LEXRIAS = LAG(EXRIAS);
169
LQJAS LPDBRI LEXRJ LCJJ LSTJJ LHRPUI LWRI LHRJMIA LHRJMINA LMJIAS LXJW LTMJINA LDJI LMJW
= = = = = = = = = = = = = =
LAG(QJAS); LAG(PDBRI); LAG(EXRJ); LAG(CJJ); LAG(STJJ); LAG(HRPUI); LAG(WRI); LAG(HRJMIA); LAG(HRJMINA); LAG(MJIAS); LAG(XJW); LAG(TMJINA); LAG(DJI); LAG(MJW);
/*Membuat Data Baru*/ SJI = QJI + MJI - XJI + LSTJI; EKDJI = DJI-SJI; EKSJI = SJI-DJI; SDJI = DJI-LDJI; /*Merespesifikasi Variabel*/ SXJW = XJW-LXJW; SMJW = MJW-LMJW; RXJW = XJW/LXJW; RMJW = MJW/LMJW; PXJW = (XJW-LXJW)/LXJW; PMJW = (MJW-LMJW)/LMJW; SPDBRI = PDBRI-LPDBRI; SHRJEI = HRJEI-LHRJEI; SPOPI = POPI-LPOPI; STMJIA = TMJIA-LTMJIA; RQJI = QJI/LQJI; SQJI = QJI-LQJI; SHRJMI = HRJMI-LHRJMI; SEXRIAS = EXRIAS-LEXRIAS; REXRIAS = EXRIAS/LEXRIAS; SEXRJ = EXRJ-LEXRJ; SHRPI = HRPI-LHRPI; SHRPUI = HRPUI-LHRPUI; SSJI = SJI-LSJI; RSJI = SJI/LSJI; SHRJW = HRJW-LHRJW; RHRJW = HRJW/LHRJW; PHRJW = (SHRJW/LHRJW)*100; GDPKAPI = PDBRI/POPI; LGDPKAPI = LAG(GDPKAPI); SGDPKAPI = GDPKAPI-LGDPKAPI; STMJINA = TMJINA-LTMJINA; SHRJMIA = HRJMIA-LHRJMIA; RHRJMIA = HRJMIA/LHRJMIA; PHRJMIA = (SHRJMIA/LHRJMIA)*100; SHRJMINA = HRJMINA-LHRJMINA; RHRJMINA = HRJMINA/LHRJMINA; PHRJMINA = (SHRJMINA/LHRJMINA)*100;
170
/*Membuat label AJI CJJ CJKS DJK DJP DJI DJKL EXRIAS
Deskripsi Variabel*/ = = = = = = = =
EXRJ EXRKS
= =
EKSJI EKDJI GDPKAPI HRJPI HRKTPI
= = = = =
HRGI HRPUI HRJEI HRBEI HRPI HRJPBI HRKPBI HRJMIA HRJMINA HRJW LAJI LYJI LDJK LHRPI LHRJPI LHRJPBI LHRJEI LHRJMI LTMJIA LQJI LSTJI LHRJW LMJIM LMJIC LMJIAG LXJAS LHRJW LQJAS LCJJ LMJIAS LHRJMIA MJI MJIT MJIM MJIA MJROA
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
'Luas areal jagung Indonesia (Ha)' 'Konsumsi jagung Jepang (Ton)' 'Konsumsi jagung Korea Selatan (Ton)' 'Permintaan jagung untuk konsumsi langsung (Ton)' 'Permintaan jagung untuk industri pakan (Ton)' 'Permintaan jagung Indonesia (Ton)' 'Permintaan jagung untuk kebutuhan lain (Ton)' 'Nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat (Rp/US$)' 'Nilai tukar Jepang terhadap Amerika Serikat (Yen/US$)' 'Nilai tukar riil Korea Selatan terhadap Amerika Serikat (Won/US$)' 'Kelebihan penawaran jagung Indonesia (Ton)' 'Kelebihan permintaan jagung Indonesia (Ton)' 'Pendapatan per kapita Indonesia (Rp Miliar/Jiwa)' 'Harga riil jagung di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg)' 'harga riil kacang tanah di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil gabah di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga eceran riil pupuk urea Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil jagung eceran Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil beras eceran Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil pakan Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil jagung pedagang besar Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil kedelai pedagang besar Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN (US$/Ton)' 'Harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN (US$/Ton)' 'Harga riil jagung dunia (US$/Ton)' 'AJI t-1 (Ha)' 'YJI t-1 (Ton/Ha)' 'DJK t-1 (Ton)' 'HRPI t-1 (Rp/Kg)' 'HRJPI t-1 (Rp/Kg)' 'HRJPBI t-1 (Rp/Kg)' 'HRJEI t-1 (Rp/Kg)' 'HRJMI t-1 (Rp/Kg)' 'TMJIA t-1 (%)' 'QJI t-1 (Ton)' 'STJI t-1 (Ton)' 'HRJW t-1 (US$/Ton)' 'MJIM t-1 (Ton)' 'MJIC t-1 (Ton)' 'MJIAG t-1 (Ton)' 'XJAS t-1 (Ton)' 'HRJW t-1 (US$/Kg)' 'QJAS t-1 (Ton)' 'CJJ t-1 (Ton)' 'MJIAS t-1 (Ton)' 'HRJMIA t-1 (US$/Ton)' 'Impor jagung Indonesia (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari Thailand (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari Myanmar (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari ASEAN (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari sisa negara ASEAN (Ton)'
171
MJIC MJIAG MJIAS MJINA MJRONA MJJ MJKS MJW MJROW PDBRI POPI QJI QJAS QJAG RQJI REXRIAS RMJW SBKRI SJI STJI STJJ STJKS SHRPI SPDBRI SPOPI SEXRIAS SEXRJ SHRJMINA SHRJEI SXJW SHRPUI STMJIA STMJINA SQJI SGDPKAPI SDJI TW TMJIA TMJINA WRI XJAS XJAG XJI XJW XJROW YJI RUN;
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
'Impor jagung Indonesia dari China (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari Argentina (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari Non ASEAN (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari sisa negara selain ASEAN (Ton)' 'Impor jagung Jepang (Ton)' 'Impor jagung Korea Selatan (Ton)' 'Impor jagung dunia (Ton)' 'Impor jagung ROW (Ton)' 'Pendapatan nasional riil Indonesia (Rp Miliar)' 'Jumlah penduduk Indonesia (Jiwa)' 'Produksi jagung Indonesia (Ton)' 'Produksi jagung Amerika Serikat (Ton)' 'Produksi jagung Argentina (Ton)' 'Rasio QJI/LQJI (Ton)' 'Rasio EXRIAS/LEXRIAS (Rp/US$)' 'Rasio MJW/LMJW (Ton)' 'Suku bunga kredit riil Indonesia (%)' 'Penawaran jagung Indonesia (Ton)' 'Stok jagung Indonesia (Ton)' 'Stok jagung Jepang (Ton)' 'Stok jagung Korea Selatan (Ton)' 'Selisih HRPI-LHRPI (Rp/Kg)' 'Selisih PDBRI-LPDBRI (Rp Miliar)' 'Selisih POPI-LPOPI (Jiwa)' 'Selisih EXRIAS-LEXRIAS (Rp/US$)' 'Selisih EXRJ-LEXRJ (Yen/US$)' 'Selisih HRJMINA-LHRJMINA (US$/Ton)' 'Selisih HRJEI-LHRJEI (Rp/Kg)' 'Selisih XJW-LXJW (Ton)' 'Selisih HRPUI-LHRPUI (Rp/Kg)' 'Selisih TMJIA-LTMJIA (%)' 'Selisih TMJINA-LTMJINA (%)' 'Selisih QJI-LQJI (Ton)' 'Selisih GDPKAPI-LGDPKAPI (Rp Miliar/Jiwa)' 'Selisih DJI-LDJI (Ton)' 'Tren waktu' 'Tarif impor jagung Indonesia dari ASEAN (%)' 'Tarif impor jagung Indonesia dari non ASEAN (%)' 'Upah riil sektor pertanian Indonesia (Rp/HOK)' 'Ekspor jagung Amerika Serikat (Ton)' 'Ekspor jagung Argentina (Ton)' 'Ekspor jagung Indonesia (Ton)' 'Ekspor jagung dunia (Ton)' 'Ekspor jagung ROW (Ton)' 'Produktivitas jagung Indonesia (Ton/Ha)';
PROC SIMNLIN DATA=VALIDASI SIMULATE STAT OUTPREDICT THEIL OUT=A; ENDOGENOUS
AJI YJI QJI SJI DJK DJP HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJW HRJW;
INSTRUMENTS
HRKTPI HRGI XJI DJKL
DJI MJIA MJJ
HRJPI MJIC MJKS
SBKRI WRI HRPUI STJI TW HRBEI HRKPBI HRPI EXRIAS TMJIA EXRIT EXRIM
172
TMJINA PDBRI POPI QJAS QJAG CJJ EXRJ STJJ CJKS EXRKS STJKS MJROA MJRONA MJROW XJROW MJIAG; PARM A0 4027980 A5 -203.597 B0 -2.93878 C0 -3482069 C5 0.294917 D0 663007.4 E0 863.5116 F0 548.5568 G0 65.66489 G5 0.944228 H0 -3866.79 I0 -2511.81 J0 11260.07 K0 -1780.42 K5 0.324874 L0 516443.1 M0 67904.62 N0 23709115 O0 -2755577 P0 15629674 Q0 3031655 Q5 29540.75 R0 -126.195
A1 507.4808 A2 -153.030 A3 -72.6097 A4 -2241.12 A6 0.091013 B1 0.001908 B2 8.516E-7 C1 -118.853 C2 2012.737 C3 2.323283 C4 0.009826 D1 -165.871 E1 0.150346 F1 0.003992 G1 0.007073
D2 -24.4369 E2 -0.00002 F2 0.015769 G2 0.004945
D3 71.95952 D4 E3 22.78491 E4 F3 0.607249 G3 -0.00007 G4
H1 36.86668 I1 15.47631 J1 -2.86169 K1 -0.08305
H2 I2 J2 K2
289.2350 43.28388 0.012559 0.000666
H3 I3 J3 K3
L1 M1 N1 O1 P1 Q1
L2 M2 N2 O2 P2 Q2
0.012097 0.005944 0.044621 0.708744 0.360973 9.933606
L3 0.313100 M3 63004343 M4 0.242780 N3 0.192620 O3 127716.8 P3 -11320.4 P4 -0.62594 Q3 -1915.28 Q4 -7.25968
R2
155.5474 R3
-164.809 -24.9894 28814.48 508.2430 -1065.62 -1407.59
R1 -2.25E-6
91.70882 0.008435 I4 28397568 J4 4595165 K4
24055.51 0.076210 9.982244
45.10917 3420.888 289.2871
0.804390;
/*STRUCTURAL EQUATIONS*/ AJI = A0 + A1*HRJPI + A2*HRKTPI+ A3*HRGI + A4*SBKRI + A5*HRPUI + A6*LAJI; YJI = B0 + B1*HRJPI + B2*AJI; DJK = C0 + C1*(HRJEI-LHRJEI) + C2*HRBEI + C3*(PDBRI-LPDBRI) + C4*POPI + C5*LDJK; DJP = D0 + D1*LHRJPBI + D2*HRKPBI + D3*(HRPI-LHRPI) + D4*TW; HRJPI = E0 + E1*HRJPBI + E2*(QJI-LQJI) + E3*TW + E4*LHRJPI; HRJPBI = F0 + F1*HRJMIA + F2*HRJMINA + F3*LHRJPBI; HRJEI = G0 + G1*LHRJMIA + G2*(HRJMINA-LHRJMINA) + G3*(SJI-DJI) + G4*TW + G5*LHRJEI; HRJMIA = H0 + H1*LHRJW + H2*(TMJIA-LTMJIA) + H3*(EXRIAS/LEXRIAS); HRJMINA= I0 + I1*HRJW + I2*(TMJINA-LTMJINA) + I3*EXRIAS + I4*TW; MJIT = J0 + J1*HRJMIA + J2*(DJI-SJI) + J3*(GDPKAPI-LGDPKAPI) + J4*TW; MJIM = K0 + K1*HRJMIA + K2*(DJI-SJI) + K3*(GDPKAPI-LGDPKAPI) + K4*TW + K5*LMJIM; MJIC = L0 + L1*HRJMINA + L2*(DJI-LDJI) + L3*LMJIC; MJIAS = M0 + M1*HRJMINA + M2*(DJI-SJI) + M3*(GDPKAPI-LGDPKAPI) + M4*LMJIAS; XJAS = N0 + N1*HRJW + N2*LQJAS + N3*LXJAS; XJAG = O0 + O1*HRJW + O2*QJAG + O3*TW; MJJ = P0 + P1*LHRJW + P2*LCJJ + P3*(EXRJ-LEXRJ) + P4*STJJ; MJKS = Q0 + Q1*HRJW + Q2*CJKS + Q3*EXRKS + Q4*STJKS + Q5*TW; HRJW = R0 + R1*(XJW-LXJW) + R2*(MJW/LMJW) + R3*LHRJW; /*PERSAMAAN IDENTITAS*/ QJI = AJI*YJI; DJI = DJK + DJP + DJKL; SJI = QJI + MJI - XJI + LSTJI;
173
MJIA MJINA MJI XJW MJW
= = = = =
MJIT + MJIM + MJROA; MJIC + MJIAG + MJIAS + MJRONA; MJIA + MJINA; XJAS + XJAG + XJI + XJROW; MJJ + MJKS + MJI + MJROW;
LAJI LSTJI LDJK LHRJPI LHRJPBI LHRJEI LHRJMI LMJIM LMJIC LMJIAS LXJAS LHRJW LPOPI LHRKPBI LHRPI LQJI LTMJIA LEXRIAS LQJAS LPDBRI LEXRJ LCJJ LHRPUI LTMJINA LGDPKAPI LXJW LHRJMIA LDJI LHRJMINA LMJW
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
LAG(AJI); LAG(STJI); LAG(DJK); LAG(HRJPI); LAG(HRJPBI); LAG(HRJEI); LAG(HRJMI); LAG(MJIM); LAG(MJIC); LAG(MJIAS); LAG(XJAS); LAG(HRJW); LAG(POPI); LAG(HRKPBI); LAG(HRPI); LAG(QJI); LAG(TMJIA); LAG(EXRIAS); LAG(QJAS); LAG(PDBRI); LAG(EXRJ); LAG(CJJ); LAG(HRPUI); LAG(TMJINA); LAG(GDPKAPI); LAG(XJW); LAG(HRJMIA); LAG(DJI); LAG(HRJMINA); LAG(MJW);
RANGE TAHUN= 2003 TO 2010; RUN;
174
Lampiran 9. Hasil Validasi Model Perdagangan Jagung Indonesia Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1
The SAS System The SIMNLIN Procedure Model Summary Model Variables Endogenous Parameters Range Variable Equations Number of Statements Program Lag Length
26 26 88 Tahun 26 56 1
The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Data Set Options DATA= OUT=
SIMULASI A
Solution Summary Variables Solved Simulation Lag Length Solution Range First Last Solution Method CONVERGE= Maximum CC Maximum Iterations Total Iterations Average Iterations
26 1 Tahun 2003 2010 NEWTON 1E-8 4.409E-9 3 23 2.875
Observations Processed Read Lagged Solved First Last
Variables Solved For
9 1 8 18 25
AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPI HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW HRJW
175
The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range Tahun = 2003 To 2010 Descriptive Statistics
Variable
Actual Mean Std Dev
Predicted Mean Std Dev
N Obs
N
AJI
8
8
3701450
350458
3766270
236883
YJI
8
8
3.7400
0.4492
3.4825
0.3098
QJI
8
8
13975930
3001807
13179233
1974194
SJI
8
8
15166083
2697452
14705471
1826293
DJK
8
8
9526500
2863840
9691554
2105946
DJP
8
8
887875
183797
856934
81185.2
DJI
8
8
14797875
3063577
14931988
3163154
HRJPI
8
8
1650.8
129.3
1684.5
61.3483
HRJPBI
8
8
1255.6
326.9
1466.3
35.3832
HRJEI
8
8
2330.0
506.1
2939.1
463.7
HRJMIA
8
8
218.3
67.4315
925.0
796.4
HRJMINA
8
8
427.9
577.1
579.1
263.4
MJIT
8
8
120234
95131.9
113068
36860.8
MJIM
8
8
14106.9
19583.0
12358.8
5459.6
MJIA
8
8
136172
99863.3
127258
43282.4
MJIC
8
8
458825
895767
712316
185277
MJIAS
8
8
61246.3
66153.8
150185
41033.0
MJINA
8
8
1111696
1258801
1456695
607740
MJI
8
8
1247869
1221193
1583953
591836
XJAS
8
8
50654341
5301420
49815453
2063787
XJAG
8
8
13013005
3075454
12857962
2986538
XJW
8
8
97489147
9380171
96495215
9254990
MJJ
8
8
16582191
290478
16516697
88829.5
MJKS
8
8
8478949
501552
8467946
522745
MJW
8
8
96844797
9274448
97104385
9772390
HRJW
8
8
132.5
27.8002
130.8
13.0953
Label luas areal jagung Indonesia (Ha) Produktivitas jagung Indonesia (Ton/Ha) produksi jagung Indonesia (Ton) penawaran jagung Indonesia (Ton) permintaan jagung untuk konsumsi langsung (Ton) permintaan jagung untuk industri pakan (Ton) permintaan jagung Indonesia (Ton) harga riil jagung di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg) harga riil jagung pedagang besar Indonesia (Rp/Kg) harga riil jagung eceran Indonesia (Rp/Kg) harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN (US$/Ton) harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN (US$/Ton) impor jagung Indonesia dari Thailand (Ton) impor jagung Indonesia dari Myanmar (Ton) impor jagung Indonesia dari ASEAN (Ton) impor jagung Indonesia dari China (Ton) impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat (Ton) impor jagung Indonesia dari Non ASEAN (Ton) impor jagung Indonesia (Ton) ekspor jagung Amerika Serikat (Ton) ekspor jagung Argentina (Ton) ekspor jagung dunia (Ton) impor jagung Jepang (Ton) impor jagung Korea Selatan (Ton) impor jagung dunia (Ton) harga riil jagung dunia (US$/Ton)
176
Statistics of fit
Variable
N
Mean Error
Mean % Error
Mean Abs Error
Mean Abs % Error
RMS Error
RMS % Error
R-Square
AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPI HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW HRJW
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
64819.7 -0.2575 -796697 -460612 165054 -30941.2 134113 33.6312 210.7 609.1 706.7 151.2 -7166.1 -1748.1 -8914.2 253492 88938.2 344999 336085 -838889 -155043 -993931 -65493.1 -11003.4 259588 -1.7643
2.0640 -6.5729 -4.5112 -2.0332 8.4243 -1.6187 1.3523 2.5179 22.2552 27.7540 402.5 . 448.4 . 352.6 . 2431.6 246.6 135.5 -0.8962 -0.7485 -0.9263 -0.3751 -0.0507 0.2311 1.3895
136501 0.2575 1083355 1066116 1219278 84564.0 1263552 102.2 309.4 609.1 938.7 417.0 70002.3 13474.1 73996.1 620618 98558.6 690283 673730 3778389 695806 3496007 184118 271041 794388 18.8167
3.7926 6.5729 6.9803 6.8501 19.2362 8.6742 9.0224 6.2663 27.3628 27.7540 466.7 . 480.4 . 387.3 . 2438.4 255.4 144.0 7.2695 5.7706 3.5498 1.1034 3.2157 0.8106 13.9496
170698 0.3041 1451411 1347756 1757590 107921 1790738 125.0 345.4 638.3 1059.6 532.2 97046.9 16789.7 99298.8 727603 113883 776980 779725 4519955 844928 4398418 217973 350184 1006077 23.4814
4.9030 7.4268 8.7118 8.6539 36.1123 10.0192 13.1648 7.6251 32.0979 30.1326 551.7 . 1216.5 . 948.7 . 5429.2 379.1 216.3 8.4090 7.4169 4.4147 1.2993 4.1306 1.0258 16.6843
0.7289 0.4762 0.7328 0.7147 0.5695 0.6060 0.6095 -.0680 -.2760 -.8175 -281.2 0.0281 -.1893 0.1599 -.1300 0.2460 -2.387 0.5646 0.5341 0.1692 0.9137 0.7487 0.3565 0.4429 0.9866 0.1847
Theil Forecast Error Statistics
Variable
N
MSE
Corr (R)
AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPI HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW HRJW
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
2.914E10 0.0925 2.107E12 1.816E12 3.089E12 1.165E10 3.207E12 15631.3 119297 407365 1122657 283251 9.4181E9 2.8189E8 9.8603E9 5.294E11 1.297E10 6.037E11 6.08E11 2.043E13 7.139E11 1.935E13 4.751E10 1.226E11 1.012E12 551.4
0.91 0.96 0.95 0.89 0.76 0.94 0.81 0.25 0.97 0.92 -0.68 0.34 -0.04 0.44 0.08 0.92 0.05 0.92 0.88 0.45 0.96 0.88 0.83 0.73 1.00 0.44
MSE Decomposition Proportions Bias Reg Dist Var Covar (UM) (UR) (UD) (US) (UC)
Inequality Coef U1 U
0.14 0.72 0.30 0.12 0.01 0.08 0.01 0.07 0.37 0.91 0.44 0.08 0.01 0.01 0.01 0.12 0.61 0.20 0.19 0.03 0.03 0.05 0.09 0.00 0.07 0.01
0.0459 0.0808 0.1018 0.0877 0.1776 0.1193 0.1188 0.0755 0.2673 0.2684 4.6626 0.7726 0.6488 0.7262 0.6013 0.7616 1.3080 0.4798 0.4609 0.0888 0.0634 0.0449 0.0131 0.0412 0.0103 0.1738
0.20 0.14 0.31 0.16 0.00 0.64 0.12 0.05 0.59 0.00 0.55 0.01 0.16 0.03 0.11 0.67 0.10 0.43 0.34 0.00 0.00 0.05 0.43 0.17 0.25 0.00
0.66 0.14 0.39 0.72 0.99 0.28 0.87 0.88 0.04 0.09 0.00 0.91 0.84 0.96 0.88 0.21 0.29 0.37 0.47 0.96 0.96 0.90 0.48 0.83 0.68 0.99
0.39 0.18 0.44 0.37 0.16 0.79 0.00 0.26 0.62 0.00 0.41 0.30 0.32 0.62 0.28 0.83 0.04 0.61 0.57 0.45 0.01 0.00 0.75 0.00 0.21 0.34
0.47 0.10 0.26 0.52 0.83 0.13 0.99 0.67 0.00 0.09 0.14 0.62 0.68 0.37 0.71 0.04 0.35 0.19 0.24 0.52 0.96 0.95 0.16 1.00 0.72 0.65
0.0228 0.0419 0.0527 0.0447 0.0888 0.0612 0.0591 0.0374 0.1252 0.1193 0.7488 0.4037 0.3624 0.4601 0.3325 0.4309 0.4704 0.2441 0.2314 0.0449 0.0319 0.0226 0.0066 0.0206 0.0052 0.0881
177
Theil Relative Change Forecast Error Statistics Relative Change Variable
N
MSE
Corr (R)
AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPI HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW HRJW
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
0.00221 0.00613 0.00847 0.00868 0.0458 0.0122 0.0194 0.00670 0.0947 0.0986 30.8356 . 8.1795 . 6.5627 . 629.3 11.4563 3.2748 0.00801 0.00676 0.00226 0.000175 0.00200 0.000112 0.0363
0.71 0.35 0.60 0.55 0.89 -0.09 0.17 0.76 0.31 0.75 -0.52 . 0.67 . 0.72 . 0.99 0.92 0.96 0.70 0.99 0.83 0.80 0.93 0.99 0.59
MSE Decomposition Proportions Bias Reg Dist Var Covar (UM) (UR) (UD) (US) (UC) 0.18 0.78 0.31 0.08 0.03 0.04 0.01 0.06 0.44 0.84 0.39 . 0.10 . 0.10 . 0.25 0.41 0.42 0.03 0.09 0.05 0.09 0.00 0.05 0.00
0.08 0.10 0.15 0.14 0.14 0.73 0.85 0.01 0.41 0.10 0.60 . 0.15 . 0.15 . 0.69 0.40 0.49 0.00 0.12 0.11 0.03 0.39 0.00 0.42
0.74 0.12 0.54 0.78 0.83 0.24 0.15 0.93 0.15 0.06 0.00 . 0.76 . 0.75 . 0.06 0.19 0.09 0.97 0.79 0.84 0.88 0.61 0.95 0.58
0.00 0.00 0.00 0.01 0.02 0.10 0.36 0.21 0.12 0.05 0.43 . 0.59 . 0.55 . 0.66 0.29 0.43 0.14 0.18 0.00 0.23 0.22 0.00 0.07
0.81 0.21 0.68 0.91 0.95 0.86 0.63 0.73 0.44 0.11 0.18 . 0.31 . 0.35 . 0.09 0.30 0.15 0.83 0.73 0.95 0.68 0.78 0.95 0.93
Inequality Coef U1 U 0.6899 1.4201 0.7613 0.8027 0.4794 1.0844 1.3717 0.6527 2.2533 2.5191 11.9761 . 0.7810 . 0.7369 . 0.5978 0.8318 0.9064 0.7174 0.1731 0.5732 0.6333 0.4819 0.1478 1.0169
0.3204 0.8121 0.4301 0.4384 0.2285 0.5196 0.5137 0.3670 0.7372 0.6260 0.9379 . 0.5770 . 0.5234 . 0.2331 0.3132 0.3232 0.4160 0.0905 0.2874 0.3643 0.2163 0.0735 0.4492
NOTE: Percent error statistics for 3 variables were set to missing values because an actual value was too close to zero to compute the percent error at one or more observations.
178
Lampiran 10. Program Komputer Simulasi Historis Tahun 2003-2010 Model Perdagangan Jagung Indonesia Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 Contoh: 1. Penghapusan tarif impor jagung dari negara AFTA OPTIONS NODATE NONUMBER; DATA SIMULASI; SET JAGUNG; /*Membuat Data Riil*/ HRJPI = (HJPI/WPII)*100; HRKTPI = (HKTPI/WPII)*100; HRPUI = (HPUI/CPII)*100; HRJEI = (HJEI/CPII)*100; HRBEI = (HBEI/CPII)*100; HRJPBI = (HJPBI/WPII)*100; HRKPBI = (HKPBI/WPII)*100; HRJMI = (HJMI/CPII)*100; HRJW = (HJW/CPIW)*100; HRGI = (HGI/WPII)*100; HRPI = (HPI/CPII)*100; SBKRI = SBKI-INF; WRI = (WI/CPII)*100; PDBRI = (PDBI/CPII)*100; EXRIT = (EXIT/CPII)*100; EXRIM = (EXIM/CPII)*100; EXRIAS = (EXIAS/CPII)*100; EXRJ = (EXJ/CPIJ)*100; EXRKS = (EXKS/CPIRK)*100; HRJMIA = (HJMIA/CPII)*100; HRJMINA = (HJMINA/CPII)*100; /*Mengkonversi Satuan*/ CJJ = CJJ*1000; CJKS = CJKS*1000; /*Membuat Variabel Lag*/ LAJI = LAG(AJI); LSTJI = LAG(STJI); LYJI = LAG(YJI); LDJK = LAG(DJK); LHRJPI = LAG(HRJPI); LHRJPBI = LAG(HRJPBI); LHRJEI = LAG(HRJEI); LHRJMI = LAG(HRJMI); LMJIM = LAG(MJIM); LMJIC = LAG(MJIC); LMJIAG = LAG(MJIAG); LXJAS = LAG(XJAS); LHRJW = LAG(HRJW); LPOPI = LAG(POPI); LHRKPBI = LAG(HRKPBI); LHRPI = LAG(HRPI); LQJI = LAG(QJI);
179
LTMJIA LEXRIAS LQJAS LPDBRI LEXRJ LCJJ LSTJJ LHRPUI LWRI LHRJMIA LHRJMINA LMJIAS LXJW LTMJINA LDJI LMJW
= = = = = = = = = = = = = = = =
LAG(TMJIA); LAG(EXRIAS); LAG(QJAS); LAG(PDBRI); LAG(EXRJ); LAG(CJJ); LAG(STJJ); LAG(HRPUI); LAG(WRI); LAG(HRJMIA); LAG(HRJMINA); LAG(MJIAS); LAG(XJW); LAG(TMJINA); LAG(DJI); LAG(MJW);
/*Membuat Data Baru*/ SJI = QJI + MJI - XJI + LSTJI; EKDJI = DJI-SJI; EKSJI = SJI-DJI; SDJI = DJI-LDJI; /*Merespesifikasi Variabel*/ SXJW = XJW-LXJW; SMJW = MJW-LMJW; RXJW = XJW/LXJW; RMJW = MJW/LMJW; PXJW = (XJW-LXJW)/LXJW; PMJW = (MJW-LMJW)/LMJW; SPDBRI = PDBRI-LPDBRI; SHRJEI = HRJEI-LHRJEI; SPOPI = POPI-LPOPI; STMJIA = TMJIA-LTMJIA; RQJI = QJI/LQJI; SQJI = QJI-LQJI; SHRJMI = HRJMI-LHRJMI; SEXRIAS = EXRIAS-LEXRIAS; REXRIAS = EXRIAS/LEXRIAS; SEXRJ = EXRJ-LEXRJ; SHRPI = HRPI-LHRPI; SHRPUI = HRPUI-LHRPUI; SSJI = SJI-LSJI; RSJI = SJI/LSJI; SHRJW = HRJW-LHRJW; RHRJW = HRJW/LHRJW; PHRJW = (SHRJW/LHRJW)*100; GDPKAPI = PDBRI/POPI; LGDPKAPI = LAG(GDPKAPI); SGDPKAPI = GDPKAPI-LGDPKAPI; STMJINA = TMJINA-LTMJINA; SHRJMIA = HRJMIA-LHRJMIA; RHRJMIA = HRJMIA/LHRJMIA; PHRJMIA = (SHRJMIA/LHRJMIA)*100; SHRJMINA = HRJMINA-LHRJMINA; RHRJMINA = HRJMINA/LHRJMINA; PHRJMINA = (SHRJMINA/LHRJMINA)*100;
180
PPMJIT PPMJIM PPMJROA PPMJIC PPMJIAS PPMJRONA
= = = = = =
/*Membuat label AJI CJJ CJKS DJK DJP DJI DJKL EXRIAS
= = = = = = = =
EXRJ EXRKS
= =
EKSJI EKDJI GDPKAPI HRJPI HRKTPI
= = = = =
HRGI HRPUI HRJEI HRBEI HRPI HRJPBI HRKPBI HRJMIA HRJMINA HRJW LAJI LYJI LDJK LHRPI LHRJPI LHRJPBI LHRJEI LHRJMI LTMJIA LQJI LSTJI LHRJW LMJIM LMJIC LMJIAG LXJAS LHRJW LQJAS LCJJ LMJIAS
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
(TMJIA*MJIT*HRJMIA*EXRIAS)/100; (TMJIA*MJIM*HRJMIA*EXRIAS)/100; (TMJIA*MJROA*HRJMIA*EXRIAS)/100; (TMJINA*MJIC*HRJMINA*EXRIAS)/100; (TMJINA*MJIAS*HRJMINA*EXRIAS)/100; (TMJINA*MJRONA*HRJMINA*EXRIAS)/100;
Deskripsi Variabel*/ 'Luas areal jagung Indonesia (Ha)' 'Konsumsi jagung Jepang (Ton)' 'Konsumsi jagung Korea Selatan (Ton)' 'Permintaan jagung untuk konsumsi langsung (Ton)' 'Permintaan jagung untuk industri pakan (Ton)' 'Permintaan jagung Indonesia (Ton)' 'Permintaan jagung untuk kebutuhan lain (Ton)' 'Nilai tukar riil Indonesia terhadap Amerika Serikat (Rp/US$)' 'Nilai tukar Jepang terhadap Amerika Serikat (Yen/US$)' 'Nilai tukar riil Korea Selatan terhadap Amerika Serikat (Won/US$)' 'Kelebihan penawaran jagung Indonesia (Ton)' 'Kelebihan permintaan jagung Indonesia (Ton)' 'Pendapatan per kapita Indonesia (Rp Miliar/Jiwa)' 'Harga riil jagung di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg)' 'harga riil kacang tanah di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil gabah di tingkat petani Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga eceran riil pupuk urea Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil jagung eceran Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil beras eceran Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil pakan Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil jagung pedagang besar Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil kedelai pedagang besar Indonesia (Rp/Kg)' 'Harga riil jagung impor Indonesia dari ASEAN (US$/Ton)' 'Harga riil jagung impor Indonesia dari non ASEAN (US$/Ton)' 'Harga riil jagung dunia (US$/Ton)' 'AJI t-1 (Ha)' 'YJI t-1 (Ton/Ha)' 'DJK t-1 (Ton)' 'HRPI t-1 (Rp/Kg)' 'HRJPI t-1 (Rp/Kg)' 'HRJPBI t-1 (Rp/Kg)' 'HRJEI t-1 (Rp/Kg)' 'HRJMI t-1 (Rp/Kg)' 'TMJIA t-1 (%)' 'QJI t-1 (Ton)' 'STJI t-1 (Ton)' 'HRJW t-1 (US$/Ton)' 'MJIM t-1 (Ton)' 'MJIC t-1 (Ton)' 'MJIAG t-1 (Ton)' 'XJAS t-1 (Ton)' 'HRJW t-1 (US$/Kg)' 'QJAS t-1 (Ton)' 'CJJ t-1 (Ton)' 'MJIAS t-1 (Ton)'
181
LHRJMIA MJI MJIT MJIM MJIA MJROA MJIC MJIAG MJIAS MJINA MJRONA MJJ MJKS MJW MJROW PDBRI POPI QJI QJAS QJAG RQJI REXRIAS RMJW SBKRI SJI STJI STJJ STJKS SHRPI SPDBRI SPOPI SEXRIAS SEXRJ SHRJMINA SHRJEI SXJW SHRPUI STMJIA STMJINA SQJI SGDPKAPI SDJI TW TMJIA TMJINA WRI XJAS XJAG XJI XJW XJROW YJI RUN;
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
'HRJMIA t-1 (US$/Ton)' 'Impor jagung Indonesia (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari Thailand (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari Myanmar (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari ASEAN (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari sisa negara ASEAN (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari China (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari Argentina (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari Amerika Serikat (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari Non ASEAN (Ton)' 'Impor jagung Indonesia dari sisa negara selain ASEAN (Ton)' 'Impor jagung Jepang (Ton)' 'Impor jagung Korea Selatan (Ton)' 'Impor jagung dunia (Ton)' 'Impor jagung ROW (Ton)' 'Pendapatan nasional riil Indonesia (Rp Miliar)' 'Jumlah penduduk Indonesia (Jiwa)' 'Produksi jagung Indonesia (Ton)' 'Produksi jagung Amerika Serikat (Ton)' 'Produksi jagung Argentina (Ton)' 'Rasio QJI/LQJI (Ton)' 'Rasio EXRIAS/LEXRIAS (Rp/US$)' 'Rasio MJW/LMJW (Ton)' 'Suku bunga kredit riil Indonesia (%)' 'Penawaran jagung Indonesia (Ton)' 'Stok jagung Indonesia (Ton)' 'Stok jagung Jepang (Ton)' 'Stok jagung Korea Selatan (Ton)' 'Selisih HRPI-LHRPI (Rp/Kg)' 'Selisih PDBRI-LPDBRI (Rp Miliar)' 'Selisih POPI-LPOPI (Jiwa)' 'Selisih EXRIAS-LEXRIAS (Rp/US$)' 'Selisih EXRJ-LEXRJ (Yen/US$)' 'Selisih HRJMINA-LHRJMINA (US$/Ton)' 'Selisih HRJEI-LHRJEI (Rp/Kg)' 'Selisih XJW-LXJW (Ton)' 'Selisih HRPUI-LHRPUI (Rp/Kg)' 'Selisih TMJIA-LTMJIA (%)' 'Selisih TMJINA-LTMJINA (%)' 'Selisih QJI-LQJI (Ton)' 'Selisih GDPKAPI-LGDPKAPI (Rp Miliar/Jiwa)' 'Selisih DJI-LDJI (Ton)' 'Tren waktu' 'Tarif impor jagung Indonesia dari ASEAN (%)' 'Tarif impor jagung Indonesia dari non ASEAN (%)' 'Upah riil sektor pertanian Indonesia (Rp/HOK)' 'Ekspor jagung Amerika Serikat (Ton)' 'Ekspor jagung Argentina (Ton)' 'Ekspor jagung Indonesia (Ton)' 'Ekspor jagung dunia (Ton)' 'Ekspor jagung ROW (Ton)' 'Produktivitas jagung Indonesia (Ton/Ha)';
/*Skenario Simulasi*/ /*1. penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA*/
182
TMJIA=0; /*2. tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA sebesar 5 persen*/ /*TMJIA=5;*/ /*3. penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara non AFTA*/ /*TMJINA=0;*/ /*4. tarif impor persen*/ /*TMJINA=5;*/
jagung
Indonesia
dari
negara
non
AFTA
sebesar
5
/*5. penurunan harga eceran riil pupuk urea sebesar 10 persen*/ /*HRPUI=0.9*HRPUI;*/ /*6. Peningkatan harga riil jagung di tingkat petani sebesar 10 persen*/ /*HRJPI=1.10*HRJPI;*/ /*7. peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen*/ /*QJAS=1.24*QJAS;*/ /*8. peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen*/ /*CJJ=1.20*CJJ;*/ /*9. kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran riil pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga riil jagung di tingkat petani sebesar 10 persen*/ /*TMJIA=0; TMJINA=0; HRPUI=0.9*HRPUI; HRJPI=1.10*HRJPI;*/ /*10.kombinasi peningkatan konsumsi jagung Jepang sebesar 20 persen, penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran riil pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga riil jagung di tingkat petani sebesar 10 persen*/ /*CJJ=1.20*CJJ; TMJIA=0; TMJINA=0; HRPUI=0.9*HRPUI; HRJPI=1.10*HRJPI;*/ RUN; PROC SIMNLIN DATA=SIMULASI SIMULATE STAT; ENDOGENOUS
AJI YJI QJI SJI DJK DJP HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJW HRJW;
INSTRUMENTS
HRKTPI HRGI XJI DJKL TMJINA PDBRI CJKS EXRKS
SBKRI WRI HRKPBI HRPI POPI QJAS STJKS MJROA
DJI MJIA MJJ
HRPUI STJI TW EXRIAS TMJIA EXRIT QJAG CJJ EXRJ MJRONA MJROW XJROW
HRJPI MJIC MJKS HRBEI EXRIM STJJ MJIAG;
183
PARM A0 4027980 A5 -203.597 B0 -2.93878 C0 -3482069 C5 0.294917 D0 663007.4 E0 863.5116 F0 548.5568 G0 65.66489 G5 0.944228 H0 -3866.79 I0 -2511.81 J0 11260.07 K0 -1780.42 K5 0.324874 L0 516443.1 M0 67904.62 N0 23709115 O0 -2755577 P0 15629674 Q0 3031655 Q5 29540.75 R0 -126.195
A1 507.4808 A2 -153.030 A3 -72.6097 A4 -2241.12 A6 0.091013 B1 0.001908 B2 8.516E-7 C1 -118.853 C2 2012.737 C3 2.323283 C4 0.009826 D1 -165.871 E1 0.150346 F1 0.003992 G1 0.007073
D2 -24.4369 E2 -0.00002 F2 0.015769 G2 0.004945
D3 71.95952 D4 E3 22.78491 E4 F3 0.607249 G3 -0.00007 G4
H1 36.86668 I1 15.47631 J1 -2.86169 K1 -0.08305
H2 I2 J2 K2
289.2350 43.28388 0.012559 0.000666
H3 I3 J3 K3
L1 M1 N1 O1 P1 Q1
L2 M2 N2 O2 P2 Q2
0.012097 0.005944 0.044621 0.708744 0.360973 9.933606
L3 0.313100 M3 63004343 M4 0.242780 N3 0.192620 O3 127716.8 P3 -11320.4 P4 -0.62594 Q3 -1915.28 Q4 -7.25968
R2
155.5474 R3
-164.809 -24.9894 28814.48 508.2430 -1065.62 -1407.59
R1 -2.25E-6
91.70882 0.008435 I4 28397568 J4 4595165 K4
24055.51 0.076210 9.982244 45.10917 3420.888 289.2871
0.804390;
/*STRUCTURAL EQUATIONS*/ AJI = A0 + A1*HRJPI + A2*HRKTPI+ A3*HRGI + A4*SBKRI + A5*HRPUI + A6*LAJI; YJI = B0 + B1*HRJPI + B2*AJI; DJK = C0 + C1*(HRJEI-LHRJEI) + C2*HRBEI + C3*(PDBRI-LPDBRI) + C4*POPI + C5*LDJK; DJP = D0 + D1*LHRJPBI + D2*HRKPBI + D3*(HRPI-LHRPI) + D4*TW; HRJPI = E0 + E1*HRJPBI + E2*(QJI-LQJI) + E3*TW + E4*LHRJPI; HRJPBI = F0 + F1*HRJMIA + F2*HRJMINA + F3*LHRJPBI; HRJEI = G0 + G1*LHRJMIA + G2*(HRJMINA-LHRJMINA) + G3*(SJI-DJI) + G4*TW + G5*LHRJEI; HRJMIA = H0 + H1*LHRJW + H2*(TMJIA-LTMJIA) + H3*(EXRIAS/LEXRIAS); HRJMINA= I0 + I1*HRJW + I2*(TMJINA-LTMJINA) + I3*EXRIAS + I4*TW; MJIT = J0 + J1*HRJMIA + J2*(DJI-SJI) + J3*(GDPKAPI-LGDPKAPI) + J4*TW; MJIM = K0 + K1*HRJMIA + K2*(DJI-SJI) + K3*(GDPKAPI-LGDPKAPI) + K4*TW + K5*LMJIM; MJIC = L0 + L1*HRJMINA + L2*(DJI-LDJI) + L3*LMJIC; MJIAS = M0 + M1*HRJMINA + M2*(DJI-SJI) + M3*(GDPKAPI-LGDPKAPI) + M4*LMJIAS; XJAS = N0 + N1*HRJW + N2*LQJAS + N3*LXJAS; XJAG = O0 + O1*HRJW + O2*QJAG + O3*TW; MJJ = P0 + P1*LHRJW + P2*LCJJ + P3*(EXRJ-LEXRJ) + P4*STJJ; MJKS = Q0 + Q1*HRJW + Q2*CJKS + Q3*EXRKS + Q4*STJKS + Q5*TW; HRJW = R0 + R1*(XJW-LXJW) + R2*(MJW/LMJW) + R3*LHRJW; /*PERSAMAAN IDENTITAS*/ QJI = AJI*YJI; DJI = DJK + DJP + DJKL; SJI = QJI + MJI - XJI + LSTJI; MJIA = MJIT + MJIM + MJROA; MJINA = MJIC + MJIAG + MJIAS + MJRONA;
184
MJI XJW MJW
= MJIA + MJINA; = XJAS + XJAG + XJI + XJROW; = MJJ + MJKS + MJI + MJROW;
PPMJIT PPMJIM PPMJROA PPMJIC PPMJIAS PPMJRONA
= = = = = =
(TMJIA*MJIT*HRJMIA*EXRIAS)/100; (TMJIA*MJIM*HRJMIA*EXRIAS)/100; (TMJIA*MJROA*HRJMIA*EXRIAS)/100; (TMJINA*MJIC*HRJMINA*EXRIAS)/100; (TMJINA*MJIAS*HRJMINA*EXRIAS)/100; (TMJINA*MJRONA*HRJMINA*EXRIAS)/100;
LAJI LSTJI LDJK LHRJPI LHRJPBI LHRJEI LHRJMI LMJIM LMJIC LMJIAS LXJAS LHRJW LPOPI LHRKPBI LHRPI LQJI LTMJIA LEXRIAS LQJAS LPDBRI LEXRJ LCJJ LHRPUI LTMJINA LGDPKAPI LXJW LHRJMIA LDJI LHRJMINA LMJW
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
LAG(AJI); LAG(STJI); LAG(DJK); LAG(HRJPI); LAG(HRJPBI); LAG(HRJEI); LAG(HRJMI); LAG(MJIM); LAG(MJIC); LAG(MJIAS); LAG(XJAS); LAG(HRJW); LAG(POPI); LAG(HRKPBI); LAG(HRPI); LAG(QJI); LAG(TMJIA); LAG(EXRIAS); LAG(QJAS); LAG(PDBRI); LAG(EXRJ); LAG(CJJ); LAG(HRPUI); LAG(TMJINA); LAG(GDPKAPI); LAG(XJW); LAG(HRJMIA); LAG(DJI); LAG(HRJMINA); LAG(MJW);
RANGE TAHUN= 2003 TO 2010; RUN;
185
Lampiran 11. Hasil Simulasi Historis Tahun 2003-2010 Model Perdagangan Jagung Indonesia Menggunakan Metode NEWTON dan Prosedur SIMNLIN dengan Software SAS/ETS Versi 9.1 Contoh: 1. Penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA The SAS System The SIMNLIN Procedure Model Summary Model Variables Endogenous Parameters Range Variable Equations Number of Statements Program Lag Length
38 38 88 Tahun 38 68 1
The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Data Set Options DATA=
SIMULASI
Solution Summary Variables Solved Simulation Lag Length Solution Range First Last Solution Method CONVERGE= Maximum CC Maximum Iterations Total Iterations Average Iterations
38 1 Tahun 2003 2010 NEWTON 1E-8 9.41E-10 5 26 3.25
Observations Processed Read Lagged Solved First Last
9 1 8 18 25
186
The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range Tahun = 2003 To 2010 Descriptive Statistics
Variable
N Obs
N
AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPI HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW HRJW PPMJIT PPMJIM PPMJROA PPMJIC PPMJIAS PPMJRONA
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Actual Mean Std Dev 3701450 3.7400 13975930 15166083 9526500 887875 14797875 1650.8 1255.6 2330.0 218.3 427.9 120234 14106.9 136172 458825 61246.3 1111696 1247869 50654341 13013005 97489147 16582191 8478949 96844797 132.5 0 0 0 9.2094E9 1.446E10 4.535E10
350458 0.4492 3001807 2697452 2863840 183797 3063577 129.3 326.9 506.1 67.4315 577.1 95131.9 19583.0 99863.3 895767 66153.8 1258801 1221193 5301420 3075454 9380171 290478 501552 9274448 27.8002 0 0 0 1.517E10 3.054E10 9.774E10
Predicted Mean Std Dev 3765466 3.4790 13162940 14692721 9692464 858314 14934279 1683.0 1456.9 2917.8 -159.5 579.2 116360 12502.3 130694 712314 150294 1456803 1587497 49815543 12857964 96495307 16516694 8467942 97107922 130.8 0 0 0 1.465E11 3.524E10 4.912E10
236503 0.3082 1966204 1819500 2106344 82100.4 3164454 60.7717 39.6364 446.2 457.0 263.4 37338.4 5505.0 43839.9 185276 41103.8 607707 589936 2063758 2986537 9254918 88830.1 522748 9772420 13.0955 0 0 0 7.881E10 1.792E10 4.778E10
Label AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPI HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW HRJW PPMJIT PPMJIM PPMJROA PPMJIC PPMJIAS PPMJRONA
187
Contoh: 2. Tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA sebesar 5 persen The SAS System The SIMNLIN Procedure Model Summary Model Variables Endogenous Parameters Range Variable Equations Number of Statements Program Lag Length
38 38 88 Tahun 38 68 1
The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Data Set Options DATA=
SIMULASI
Solution Summary Variables Solved Simulation Lag Length Solution Range First Last Solution Method CONVERGE= Maximum CC Maximum Iterations Total Iterations Average Iterations
38 1 Tahun 2003 2010 NEWTON 1E-8 1E-9 3 24 3
Observations Processed Read Lagged Solved First Last
9 1 8 18 25
188
The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range Tahun = 2003 To 2010 Descriptive Statistics
Variable
N Obs
N
AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPI HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW HRJW PPMJIT PPMJIM PPMJROA PPMJIC PPMJIAS PPMJRONA
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Actual Mean Std Dev 3701450 3.7400 13975930 15166083 9526500 887875 14797875 1650.8 1255.6 2330.0 218.3 427.9 120234 14106.9 136172 458825 61246.3 1111696 1247869 50654341 13013005 97489147 16582191 8478949 96844797 132.5 8.9811E9 1.121E9 1.5231E8 9.2094E9 1.446E10 4.535E10
350458 0.4492 3001807 2697452 2863840 183797 3063577 129.3 326.9 506.1 67.4315 577.1 95131.9 19583.0 99863.3 895767 66153.8 1258801 1221193 5301420 3075454 9380171 290478 501552 9274448 27.8002 7.647E9 1.6606E9 2.8488E8 1.517E10 3.054E10 9.774E10
Predicted Mean Std Dev 3766155 3.4820 13177166 14703467 9691696 857223 14932419 1684.3 1465.2 2933.3 925.0 579.1 113098 12368.5 127298 712319 150205 1456718 1584016 49815426 12857962 96495188 16516697 8467947 97104449 130.8 4.365E10 5.0421E9 7.2638E8 1.465E11 3.521E10 4.911E10
236986 0.3103 1976594 1828004 2105774 81149.8 3163011 61.6267 34.2771 461.8 540.6 263.4 35595.6 5422.9 42025.2 185275 41032.7 607727 591073 2063714 2986537 9254897 88829.4 522747 9770740 13.0948 2.748E10 3.5951E9 1.2819E9 7.881E10 1.79E10 4.778E10
Label AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPI HRJMPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW HRJW PPMJIT PPMJIM PPMJROA PPMJIC PPMJIAS PPMJRONA
189
Contoh: 3. Peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen The SAS System The SIMNLIN Procedure Model Summary Model Variables Endogenous Parameters Range Variable Equations Number of Statements Program Lag Length
37 37 83 Tahun 37 67 1
The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Data Set Options DATA=
SIMULASI
Solution Summary Variables Solved Simulation Lag Length Solution Range First Last Solution Method CONVERGE= Maximum CC Maximum Iterations Total Iterations Average Iterations
37 1 Tahun 2003 2010 NEWTON 1E-8 8.89E-11 5 26 3.25
Observations Processed Read Lagged Solved First Last
9 1 8 18 25
190
The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range Tahun = 2003 To 2010 Descriptive Statistics
Variable
N Obs
N
AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW HRJW PPMJIT PPMJIM PPMJROA PPMJIC PPMJIAS PPMJRONA
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Actual Mean Std Dev 3701450 3.7400 13975930 15166083 9526500 887875 14797875 1255.6 2330.0 218.3 427.9 120234 14106.9 136172 458825 61246.3 1111696 1247869 50654341 13013005 97489147 16582191 8478949 96844797 132.5 8.9811E9 1.121E9 1.5231E8 9.2094E9 1.446E10 4.535E10
350458 0.4492 3001807 2697452 2863840 183797 3063577 326.9 506.1 67.4315 577.1 95131.9 19583.0 99863.3 895767 66153.8 1258801 1221193 5301420 3075454 9380171 290478 501552 9274448 27.8002 7.647E9 1.6606E9 2.8488E8 1.517E10 3.054E10 9.774E10
Predicted Mean Std Dev 3838865 3.7951 14621919 16118728 9704305 856936 14944741 1466.3 2508.3 924.4 578.9 95480.1 11047.0 108359 712390 139582 1446166 1554525 49814911 12857955 96494666 16516713 8467967 97074993 130.8 3.329E10 4.2534E9 8.1097E8 1.464E11 3.247E10 4.908E10
221716 0.3755 2043457 1821304 2099938 81184.9 3157433 35.3806 321.7 796.5 263.5 46110.0 5703.9 52781.4 185331 44057.7 609940 597897 2064542 2986545 9256004 88843.9 522729 9782959 13.1061 2.816E10 3.5942E9 1.2886E9 7.872E10 1.769E10 4.773E10
Label AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW HRJW PPMJIT PPMJIM PPMJROA PPMJIC PPMJIAS PPMJRONA
191
Contoh: 4. Peningkatan produksi jagung Amerika Serikat sebesar 24 persen The SAS System The SIMNLIN Procedure Model Summary Model Variables Endogenous Parameters Range Variable Equations Number of Statements Program Lag Length
38 38 88 Tahun 38 68 1
The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Data Set Options DATA=
SIMULASI
Solution Summary Variables Solved Simulation Lag Length Solution Range First Last Solution Method CONVERGE= Maximum CC Maximum Iterations Total Iterations Average Iterations
38 1 Tahun 2003 2010 NEWTON 1E-8 9.74E-10 6 29 3.625
Observations Processed Read Lagged Solved First Last
9 1 8 18 25
192
The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range Tahun = 2003 To 2010 Descriptive Statistics
Variable
N Obs
N
AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPI HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW HRJW PPMJIT PPMJIM PPMJROA PPMJIC PPMJIAS PPMJRONA
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Actual Mean Std Dev 3701450 3.7400 13975930 15166083 9526500 887875 14797875 1650.8 1255.6 2330.0 218.3 427.9 120234 14106.9 136172 458825 61246.3 1111696 1247869 50654341 13013005 97489147 16582191 8478949 96844797 132.5 8.9811E9 1.121E9 1.5231E8 9.2094E9 1.446E10 4.535E10
350458 0.4492 3001807 2697452 2863840 183797 3063577 129.3 326.9 506.1 67.4315 577.1 95131.9 19583.0 99863.3 895767 66153.8 1258801 1221193 5301420 3075454 9380171 290478 501552 9274448 27.8002 7.647E9 1.6606E9 2.8488E8 1.517E10 3.054E10 9.774E10
Predicted Mean Std Dev 3765962 3.4812 13173066 14717576 9691792 857454 14932746 1683.9 1462.7 2932.0 775.2 510.2 113354 12365.5 127551 728173 152307 1474675 1602225 53350886 12855698 1.0003E8 16521026 8474217 97133257 126.3 3.742E10 4.2714E9 7.083E8 1.332E11 3.197E10 4.466E10
236799 0.3094 1972329 1822552 2105933 81415.3 3163384 61.2230 36.3246 459.9 768.4 271.7 36969.4 5465.8 43394.7 185091 40844.6 606299 590137 2692785 2986715 9680278 87979.1 522634 9768773 13.5241 2.896E10 3.527E9 1.1589E9 7.423E10 1.725E10 4.38E10
Label AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPI HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW MJW PPMJIT PPMJIM PPMJROA PPMJIC PPMJIAS PPMJRONA
193
Contoh: 5.
Kombinasi penghapusan tarif impor jagung Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea sebesar 10 persen, dan peningkatan harga jagung di tingkat petani sebesar 10 persen The SAS System The SIMNLIN Procedure Model Summary Model Variables Endogenous Parameters Range Variable Equations Number of Statements Program Lag Length
37 37 83 Tahun 37 67 1
The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Data Set Options DATA=
SIMULASI
Solution Summary Variables Solved Simulation Lag Length Solution Range First Last Solution Method CONVERGE= Maximum CC Maximum Iterations Total Iterations Average Iterations
37 1 Tahun 2003 2010 NEWTON 1E-8 5.52E-10 5 26 3.25
Observations Processed Read Lagged Solved First Last
9 1 8 18 25
194
The SAS System The SIMNLIN Procedure Dynamic Simultaneous Simulation Solution Range Tahun = 2003 To 2010 Descriptive Statistics
Variable
N Obs
N
AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW HRJW PPMJIT PPMJIM PPMJROA PPMJIC PPMJIAS PPMJRONA
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
Actual Mean Std Dev 3701450 3.7400 13975930 15166083 9526500 887875 14797875 1255.6 2330.0 218.3 427.9 120234 14106.9 136172 458825 61246.3 1111696 1247869 50654341 13013005 97489147 16582191 8478949 96844797 132.5 0 0 0 0 0 0
350458 0.4492 3001807 2697452 2863840 183797 3063577 326.9 506.1 67.4315 577.1 95131.9 19583.0 99863.3 895767 66153.8 1258801 1221193 5301420 3075454 9380171 290478 501552 9274448 27.8002 0 0 0 0 0 0
Predicted Mean Std Dev 3874449 3.8254 14873800 16416022 9708096 859129 14950726 1451.0 2403.3 -158.9 390.1 94921.7 10907.0 107660 754750 143333 1492277 1599937 49816221 12857974 96495995 16516675 8467915 97120315 130.8 0 0 0 0 0 0
219602 0.3749 2053386 1844567 2100314 82639.1 3159262 42.5579 271.4 457.3 210.9 46177.0 5702.9 52888.8 167625 45499.0 595618 582845 2064703 2986545 9255704 88852.6 522747 9794790 13.1147 0 0 0 0 0 0
Label AJI YJI QJI SJI DJK DJP DJI HRJPBI HRJEI HRJMIA HRJMINA MJIT MJIM MJIA MJIC MJIAS MJINA MJI XJAS XJAG XJW MJJ MJKS MJW HRJW PPMJIT PPMJIM PPMJROA PPMJIC PPMJIAS PPMJRONA
195
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 18 Oktober 1992 dari ayah Ujang Iim dan ibu Nina Widyaningsih. Penulis adalah putri kedua dari empat saudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Jatiwangi dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB dan diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Ekonomi Umum pada tahun ajaran 2010/2011, 2011/2012, dan 2012/2013. Penulis juga aktif mengajar mata kuliah Ekonomi Umum di bimbingan belajar dan privat mahasiswa Katalis. Penulis juga pernah aktif sebagai sekretaris Departemen Pengabdian Masyarakat BEM FEM IPB. Penulis juga aktif mengikuti karya tulis ilmiah tingkat mahasiswa seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Meskipun tidak berhasil menjadi juara, namun PKM yang penulis usulkan berhasil didanai oleh IPB. Bulan Juni 2013 penulis mengikuti Praktik Lapangan di daerah Subang, Sumedang, dan Tasikmalaya dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Model Usahatani Terpadu Padi-Ternak dan Dampaknya terhadap Pendapatan Rumahtangga Petani di Jawa Barat.