DAMPAK SIKAP ANGGOTA TERHADAP TINGKAT KEMAJUAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) DI KABUPATEN ASAHAN (Studi Kasus Kecamatan Air Batu) THE EFFECT OF MEMBERS ATTITUDE TO ADVANCED LEVEL OF THE UNIT REGIONAL COOPERATION (KUD) IN ASAHAN REGENCY (The Case Study on Air Batu Sub-District) Friston Siregar Kepala Laboratorium Sosiologi Pedesaan Penyuluhan Pertanian dan Dosen pada Program Studi Agribisnis dan Penyuluhan Pertanian Fakultas Pertanian USU Medan ABSTRAK Tujuan studi ini adalah untuk menampilkan performa dari matriks hubungan dan dampak dari 5 (lima) faktor, yaitu disiplin anggota membayar iuran, mengikuti rapat anggota tahunan, keaktifan mengikuti pelatihan dan penyuluhan, realisasi bantuan dari pemerintah, respons masyarakat sekitarnya, dan faktor keenam, yaitu; nilai penerimaan Sisa Hasil Usaha. Secara sengaja ditetapkan, daerah sampel adalah Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan. Secara statistik ditetapkanlah 30 responden. Secara proporsional diperoleh, responden 50 % dari KUD Harapan Jaya; 33.33 % dari KUD Selamat serta 16.67 % dari KUD Sumberjaya. Hasil penelitian menunjukkan adanya berbagai variasi derajat hubungan keenam faktor di atas. Kata kunci: Sikap anggota, KUD, Matriks hubungan ABSTRACT The objective of this study is to see the performance of the relationship the five factors, that are the dicipline of member to pay fixed retribution, to follow the year meeting members, to follow the activeness on training and extension, the realization of goverment subsidiary, response of the sorround community, while to the sixth factor is the value of return of activity. The purposive method was fixing that area sample was Air Batu Sub-district in Asahan Regency. Statistic method fixed respondent was 30. Proporsional sampling method found the respondent was 50% from KUD Harapan Jaya; 33.33% from KUD Selamat, and 16.67 % from KUD Sumberjaya. The result of study was to seen that was some levels varians relation-ship of six factors. Keywords: Member of performance, The unit regional cooperation, Matrix relationship
PENDAHULUAN Koperasi Unit Desa (KUD), dikembangkan dari Badan Usaha Unit Desa (BUUD) sebagai unit kegiatan ekonomi utama, di tingkat desa. KUD ini berasal dari BUUD. Jika wilayah unit desa, belum ada koperasi, maka KUD boleh langsung dibentuk. Koperasi Unit Desa dapat melakukan kegiatan pelayanan ekonomi di perdesaan, disebut fungsi perkreditan, penyediaan dan penyaluran sarana 100
produksi, pengolahan dan pemasaran produksi, dan lain-lainya (Purwa, K.I., 1983), bahkan saat ini telah ada yang berhasil sebagai koperasi transportasi penghubung perkotaan. Menurut Swasono (1983), kegiatan unit usaha koperasi menampung, mempertahankan, memperkuat identitas dan budaya bangsa Indonesia, kepribadian bangsa, bergotong royong, cara hidup kolektif, membina dan memupuk kekuatan bersama antargolongan ekonomi kecil/pribumi yang
Pengaruh Residu Fosfor dan Bahan Organik terhadap pH H2O, KTK, AI-DD dan Produksi Kacang Hijau Setelah Dua Kali Pertanaman Padi pada Lahan Sawah Tadah Hujan (Mahyuddin Dalimunthe dan Firman Tanjung)
lemah. Pra-kondisi seperti, memupuk kesadaran, makna koperasi dan berkoperasi dengan semangat kebersamaan dan kekeluargaan dari Ekonomi Pancasila. Menurut, Djojohadikusumo (1983) beberapa koperasi mengerjakan kegiatan ekonomi (produsen batik), sosial, dan pekerjaan amal seperti mendirikan poliklinik sendiri untuk keluarga pegawai, yang dianggap bertentangan, dan umumnya sukar dikerjakan bersama-sama. Menurut Kusumah (1982), koperasi tidak ada yang hanya melakukan kegiatan sosial saja dan selalu bersama-sama dengan kegiatan ekonomi. Menurut Djojohadikusumo (1983) sikap batin penduduk menentukan maju mundurnya koperasi dalam perkonomian anak negeri yang berperan juga untuk memperbaiki distribusi pendapatan, untuk menanggung ongkos untuk melaksanakan ibadah agama. Menurut Sihombing, et al. (2005) kegiatan dari 3 (tiga) buah KUD sampel di Kabupaten Asahan hanyalah kegiatan ekonomi dan berbeda-beda. KUD Harapan Jaya, menerima fee atas kesertaannya dalam usaha memungut rekening listirik PLN, pemasaran/lelang kakao, unit usaha pangkalan minyak tanah walau sedang merugi, simpan pinjam, pasar murah. KUD Selamat melakukan kegiatan usaha simpan pinjam, warung serba ada, unit usaha sarana produksi pertanian, Koperasi Unit Desa Sumber Jaya, kegiatannya saat penelitian hanyalah Unit Usaha Kerjasama dengan PLN. Menurut Purwa (1983) dari segi keanggotaan belum baik, sebab semua kelompok tani dan rakyat perdesaan belum menjadi anggota, walaupun struktur pembinaan KUD, hampir sempurna, sesuai Inpres No.2 Tahun 1978 tentang BUUD/KUD. Berdasarkan fungsi, koperasi ialah alat perjuangan ekonomi untuk mensejahterakan rakyat, alat demokrasi nasional, urat nadi ekonomi bangsa, alat pembina pemersatu bangsa. Dari sisi kekokohan ekonomi, tentunya anggota organisasi KUD/Koperasi haruslah berperilaku ekonomi dan sosial-budaya bekerjasama serta kreatif, berkehendak untuk meningkatkan kecerdasan, untuk mencapai pendapatan yang adil dan merata, serta mempertinggi taraf hidup.
Koperasi telah mengalami kegoncangan yang hebat selam tahun 1965 – 1966, makanya sebagai “organisasi ekonomi yang berwatak sosial”, mulai dibina dan dikembangkan lagi, diarahkan agar koperasi kembali kepada fungsinya selaku salah satu wahana dan sarana ekonomi yang mampu bertindak secara rasional, efisien, dan efektif, serta mampu mempersatukan semua rakyat yang ekonominya lemah untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Menurut Wahyono (1999) kemandirian dapat diciptakan dengan mendidik, memberdayakan agar mampu mengantisipasi perubahan terutama oleh penyebab global, mampu menerapkan teknologi agar jangan statis saja. Pernyataan ini, menjelaskan bahwa, perilaku dinamis dari anggota koperasi, oleh pengurus dapat diciptakan dengan upaya pemberdayaan dengan mendidik atau melatih, dana dari pemerintah relatif kecil untuk pembiayaan pembinaan dan penyediaan sarana penunjang. Koperasi Unit Desa di Kabupaten Asahan, tidak bergerak pada bidang produksi padi lagi, tetapi pada usaha ekonomi lelang pemasaran produksi kakao ekspor. Waktu yang mendatang, perilaku pengurus, dan anggota (rapat anggota tahunan, harus mampu mengantisipasi perubahan akibat kebijakan perdagangan bebas (kelembagaan AFTA, APEC dan APEM), globalisasi, peran WTO lambat atau tidak akan mempengaruhi kinerja dari KUD Kabupaten Asahan. Sehingga tujuan penelitian adalah, untuk mengkaji dampak dari 6 (enam) faktor, yaitu; (1) disiplin anggota membayar iuran, (2) mengikuti rapat anggota tahunan, (3) keaktifan mengikuti pelatihan dan penyuluhan, (4) realisasi bantuan dari pemerintah, (5) respons masyarakat sekitarnya, (6) pembagian Sisa Hasil Usaha.
METODOLOGI Kesengajaan pemilihan daerah sampel Kabupaten Asahan, oleh karena KUD ini telah bergerak di luar kebiasaan, yaitu; bidang usaha komoditas ekspor coklat dan juga usaha bukan pertanian. Responden sejumlah 30 kepala keluarga, ditetapkan secara proporsional dari 739
JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 4, Nomor 2, Agustus 2006: 99 – 103
101
anggota 3 (tiga) buah KUD di Kecamatan Air Batu. Cara wawancara adalah pendekatan untuk mengumpulkan data primer, yang diperoleh dari jawaban atas pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti. Untuk dikaji, penulis hanyalah
mempergunakan sebagian data primer. Data sekunder dikumpulkan dari kelembagaan statistik kabupaten.
Tabel 1. Distribusi Populasi dan Responden Anggota KUD No.
Koperasi Populasi Unit Desa (unit) (Jiwa) 1. Harapan Jaya 369 2. Selamat 246 3. SumberJaya 124 Jumlah 3 739 Sumber: Kantor BPS Kabupaten Asahan dalam Angka 2003
Responden) (Jiwa) Persen 15 50 10 33.33 5 16.68 30 100
Tabel 2. Keanggotaan Koperasi, Sumber Daya Lahan, serta Penduduk di Kabupaten Asahan dan Kecamatan (Sampel) Kecamatan
Luas Lahan (ha) 19.071 453730
Jumlah Penduduk (jiwa) 67.886 943344
Air Batu Lain-lain (19) Jumlah 462.441 990230 Rata2 231221 247555.8 Sumber: Kantor BPS dalam Angka 2003.
KUD 3 30 33 1.66
Untuk analisis perkembangan KUD ini, akan dikaji 5 (lima) parameter sikap dari anggota dan diduga masih ada yang akan berpengaruh terhadap kemajuan Koperasi Unit Desa di Kecamatan Air Batu, yaitu Sisa Hasil Usaha (SHU). Kelima parameter adalah: 1. Disiplin membayar iuran keanggotaan (DMY). 2. Mengikuti rapat anggota sesuai dengan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga KUD. 3. Berpartisipasi atau turut serta dan aktif mengikuti pelatihan dan penyuluhan yang diadakan koperasi. 4. Respons masyarakat sekitarnya. Biasanya tidak semua penduduk yang mau menjadi anggota KUD. Kategori keanggotaan ada dua jenis, yaitu; anggota KUD dan anggota yang dilayani. 5. Realisasi bantuan pemerintah. Sejak awal pemerintah selalu aktif untuk mendorong, berperan membantu mengembangkan KUD. Parameter ke-6 yaitu; Sisa Hasil Usaha yang dihasilkan oleh KUD (PSHU). Keberhasilan KUD oleh karena telah melakukan kegiatan ekonomi, yaitu; 102
Koperasi Non Jumlah KUD (unit) 18 21 415 455 443 22.16
476 23.8
Anggota Koperasi KUD Non Jumlah KUD (jiwa) 739 1558 2297 14471 24091 18482 15210 760.6
25549 1277.5
40779 20409.0
menjual jasa diukur perkembangan keberhasilannya dari besar tidaknya Sisa Hasil Usaha yang diperoleh selama satu tahun (2003 – 2004). Penilaian atas kelima opsi menjadi lima kategori, diawali dengan nilai 5, 4, 3, 2, 1. Derajat paling tinggi, dinilai pada skor 5 hingga sampai pada nilai yang paling rendah yaitu; skor 1.
HASIL DAN KESIMPULAN
PEMBAHASAN
SERTA
Tabel 2 memperlihatkan bahwa per Kecamatan, luas lahan adalah 2.312.21 Ha Tingkat Kepadatan penduduk, adalah 2.14 orang per Ha. Penduduk per kecamatan 24755.8 jiwa. Keanggotaan KUD adalah 460.91 Anggota koperasi (KUD dan Non KUD) adalah, 85.67 jiwa. KUD di Kecamatan Air Batu, ada 3 (tiga) unit dengan jumlah anggota 4.86 % dari anggota KUD Kabupaten Asahan. Koperasi Unit Desa ini, masih mungkin dikembangkan, sebab jumlahnya masih 1.89 % dari jumlah penduduk. Tabel 3 akan memperlihatkan perkembangan dari total SHU selama 5 (lima) tahun.
Dampak Sikap Anggota terhadap Tingkat Kemajuan Koperasi Unit Desa (KUD) di Kabupaten Asahan (Studi Kasus Kecamatan Air Batu) (Friston Siregar)
Tabel 3 juga memperlihatkan bahwa Sisa Hasil Usaha KUD Harapan Jaya, relatif meningkat dibandingkan Kedua KUD lainnya, sebab kinerja dibidang kegiatan ekonomi, lelang kakao, kerjasaama dengan PLN, unit usaha pangkalan minyak Tabel 3.
tanah, simpan pinjam masih terus berjalan. Pertumbuhan KUD ini menjadi semakin kuat. KUD Selamat kinerjanya semakin menurun. Sebab unit usaha simpan pinjam mengalami penurunan pendapatan.
Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) Ketiga KUD yang menjadi Sampel Penelitian
No.
Tahun
Harapan Jaya SHU (Rp)
Selamat %
SHU (Rp)
Sumber Jaya
Kabupaten
%
SHU (Rp)
%
SHU (Rp)
1.
2000
2144015.
5.85
644179
27.70
925267
19.16
3713461
2.
2001
2693771
7.35
579450
24.91
841171
17.42
4198488
3.
2002
3035969
1.11
489745
21.06
1131250
23.42
8855452
4.
2003
11059541
30.19
367154
15.79
1495950
30.97
12922645
5
2004
17695800
48.31
245276
10.55
436500
9.04
3130022
Jumlah
36629096
100
2325804
100
4830138
100
75085259
Rata2
73225819
-----
465160
------
966027
966028
15017052
Sumber: Sihombing, Edison, E. 2005. Evaluasi Perkembangan Koperasi Unit Desa, Skripsi, S-1. Departemen Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian USU. Medan.
Tabel 4. Distribusi dari Skor Tingkat Partisipasi dari Responden Anggota terhadap Sisa Hasil Usaha Kegiatan dari 3 (tiga) buah Koperasi Unit Desa Sampel di Kabupaten Asahan Tingkat
DMY
AMPP
ISRAT
RBDP
RMSTK
PSHU
Org
%
org
%
org
%
org
%
org
%
org
%
V (5)
5
16.67
6
20
7
23.33
0
0
8
26.67
2
6.67
IV (4)
7
23.33
6
20
5
16.67
7
23.33
9
30
11
36,67
III (3)
9
30
9
30
8
26.67
15
50
7
23.33
4
13.33
II (2)
6
20
6
20
7
23.33
7
23.33
3
10
11
36.67
I (1)
2
6.66
3
10
3
10
---
-----
---
---
---
----
Jlh
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
30
100
Sumber: Sihombing, Edison,E. 2005, Ibid. Data Primer Diolah. Keterangan: Option jawaban, dinyatakan dengan angka kategori tertinggi hingga terendah, yang menyatakan tingkat perilaku.
Dengan demikian, pertumbuhan koperasi ini lebih lemah dibandingkan kedua KUD. Kinerja KUD Sumber Jaya semakin menurun, oleh karena pendapatan dari unit usaha kemitraan dengan PLN semakin menurun. Analisis selanjutnya dapat memperlihatkan hubungan atau dampak dari setiap kategori sikap dari derajat apresiasi tertinggi hingga paling rendah. Asumsi dari kajian ini adalah ke-5 parameter sikap anggota tersebut berdampak positif atau meningkatkan pertumbuhan Sisa Hasil Usaha dari kegiatan ekonomi KUD sampel. Berdasarkan analisis secara sederhana (deskriptif), hubungan matrikal dari variabel vertikal yaitu; kategori-kategori variabel sikap dari
anggota terhadap variabel horizontal, yaitu; SHU sebagai akibat kinerja kegiatan ekonomi dari 3 (tiga) KUD ini. Sisa Hasil Usaha sangat besar, itulah yang menjadi target dari kegiatan pelayanan jasa. Untuk itu kajian terhadap kinerja KUD akan dilihat. Tabel 4 memperlihatkan bahwa opsi SHU sangat besar (kategori IV) dinyatakan oleh hanya 6.67 % dari responden. Distribusi responden yang menyatakan bahwa SHU berada pada besar dan kurang besar dengan persentase yang sama, yakni 36.67 %. Opsi SHU sangat besar, juga dipilih oleh 16.67 % dari anggota dengan tingkat disiplin membayar iuran (DMY) yang sangat tinggi (kategori V). Oleh 20 % dari anggota
JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 4, Nomor 2, Agustus 2006: 99 – 103
103
yang aktif mengikuti pelatihan dan penyuluhan (AMPP) menyawab sama. SHU sangat besar (kategori V) ini, dinyatakan juga oleh 23.33 % dari anggota yang tingkat kesertaannya sangat rutin (ISRAT), dalam menghadiri rapat anggota tahunan (RAT). Akan tetapi 50 % dari responden menyatakan bahwa, realisasi bantuan pemerintah (RBDP) berada pada kategori III, yaitu; kategori cukup besar. Walaupun ditanggapi oleh 13.33 % responden RBDP hanya berdampak SHU pada kategori cukup besar (III). Tabel 4 juga menunjukkan bahwa 30 % responden menyatakan masyarakat respons terhadap KUD ini. Dampaknya, SHU-nya besar seperti dinyatakan oleh 36.67 % responden. Artinya berbagai derajat variasi telah ditemukan.
KESIMPULAN Ada berbagai variasi derajat hubungan keenam variabel yang diteliti.
UCAPAN TERIMA KASIH
(Editor). Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta Sihombing, E., E. dan Kelin Tarigan, Lily Fauziah. 2005. Evaluasi Perkembangan Koperasi Unit Desa (Studi Kasus; Kecamatan Air Batu. Kabupaten Asahan). Skripsi S -1, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan. Swasono, 1983. Membangun Koperasi sebagai Soko–Guru Ekonomi Perekonomian Indonesia dalam Mencari Bentuk, Posisi dan Realitas Koperasi di dalam Orde Ekonomi Indonesia. Oleh Sri Edi Swasono (Editor). Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Wahyono, U., 1999. Dengan Gema Protekan 2003 Menuju Kemandirian dan Pengusaha Perikanan dalam Ekstensia. Majalah Penyuluh Perania, ISSN 0853-5922, Volume 9 tahun, Februari 1999. Hal.18 – 9.
Kami melalui kesempatan ini, menyatakan terima kasih kepada Saudara Edison Eduard Sihombing. Data skripsinya, kita gunakan untuk mengembangkan dan memperluas wacana data hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA Anonimous, 1981. Azas-Azas Koperasi. Diterjemahkan oleh, M. A. S. Chourmain dan E. D. Damanik. Departemen Perdagangan Dan Koperasi, Direktorat Jenderal Koperasi. Jakarta. Djojohadikusumo, R. M. M. 1983. Dasar Sosiologis dan Psikologis Koperasi dalam Mencari Bentuk, Posisi dan Realitas Koperasi di dalam Orde Ekonomi Indonesia. Oleh Sri Edi Swasono (Editor). Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Purwa, I. K. 1983. Strategi Pengembangan Koperasi di Indonesia dalam Mencari Bentuk, Posisi dan Realitas Koperasi di dalam Orde Ekonomi Indonesia. Oleh Sri Edi Swasono
104
Dampak Sikap Anggota terhadap Tingkat Kemajuan Koperasi Unit Desa (KUD) di Kabupaten Asahan (Studi Kasus Kecamatan Air Batu) (Friston Siregar)
PEMBERIAN PUPUK UREA, ZA, DAN BEBERAPA DOSIS AQUASYM TERHADAP TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) Bilter Sirait ABSTRAK
Staf Pengajar Kopertis Wilayah I Medan
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan pengaruh dua jenis sumber pupuk nitrogen dan beberapa dosis Aquasym terhadap tanaman sawi (Brassica juncea L.) serta kombinasi keduanya. Percobaan menggunakan RAK (Rancangan Acak Kelompok) Faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan. Faktor pertama meliputi dua jenis pupuk yaitu N1= pupuk urea 10 g/m2 dan N2=pupuk ZA 10 g/m2, sedang faktor kedua adalah dosis Aquasym (A) terdiri dari empat taraf yaitu A0= kontrol, A1= 30 g Aquasym/m2, A2= 60 g Aquasym/m2 dan A3=90 g Aquasym/m2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk urea dan dosis Aquasym 90 g/m2 memberi hasil tertinggi yang dipelajari dari pertumbuhan tanaman meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, rasio jumlah daun dengan bobot segar tanaman, serta rasio jumlah daun dengan bobot akar tanaman. Kombinasi kedua perlakuan hanya berpengaruh nyata terhadap bobot akar per tanaman. Kata kunci: Pertumbuhan sawi, Urea, ZA, Dosis Aquasym
PENDAHULUAN Salah satu dari jenis sayuran yang digemari adalah sawi karena selain rasa enak dan segar, kaya pula akan sumber vitamin dan mineral serta kandungan air cukup tinggi, yaitu mencapai 92.2 g setiap 100 g sawi (Rukmana, 1994). Dalam hal ini, pertumbuhan tanaman sawi memerlukan air dalam jumlah relatif banyak dan kontinu. Apabila terjadi stres air mengakibatkan penurunan pertumbuhan sel, sintesis dinding sel, sintesis protein, kandungan nitrat reduktase, membukanya stomata, asimilasi karbondioksida tetapi meningkatkan asam absisik, akumulasi prolin serta menambah akumulasi gula. Kebutuhan tanaman sawi terhadap N tergolong tinggi sebab sawi merupakan tanaman sukulen, sehingga pemberian pupuk N akan menentukan kualitas dan hasil. Penggunaan lahan yang terus menerus tanpa memperhatikan kelestarian kesuburannya mengakibatkan pemiskinan hara pada lahan dimaksud apalagi tanaman sayuran termasuk sawi, banyak menyedot hara dari dalam tanah lewat pemanenan seluruh bagian tanaman tanpa kembali ke bekas pertanamannya. Untuk meningkatkan kualitas dan hasil panen sawi sering diberi hara nitrogen yang dapat dipasok oleh urea dan ZA. Kebutuhan air untuk tanaman sawi dapat dipenuhi dari kandungan air tanah
dan penyiraman alami/air hujan serta penyiraman buatan. Apabila hanya mengharapkan kandungan air tanah sebagai sumber air tidak akan mencukupi terlebih pada musim kemarau, sedang air hujan tidak dapat diharap turun terus menerus. Bila penyiraman dilakukan pagisore setiap harinya, sudah barang tentu menambah cost yang tinggi dan cenderung terjadi pemborosan air. Kekurangan air pada tanaman sawi akan menimbulkan dampak negatif dari aspek fisiologi, biokimia, molekuler yang ujungujungnya terlihat secara visual dari aspek morfologi tanaman yang sifatnya empiris. Dari aspek fisiologi, stres air di dalam akan menimbilkan tanamanan pertumbuhan sel berkurang, sintesis dinding sel, dan sintetis protein, serta kandungan nitrat reduktase juga berkurang, terganggunya pembukaan stomata dan asimilasi CO2, sebaliknya ada kecenderungan peningkatan asam absisik, akumulasi prolin, dan akumulasi gula. Penelitian ini menitikberatkan pada aspek morfologi-pertumbuhan tanaman sawi. Salah satu alternatif untuk mengatasi di atas adalah dengan masalah menggunakan suatu bahan pelembab tanah sebagai absorben sehingga kelembaban tanah terjamin. Absorben dalam penelitian ini adalah Aquasym yaitu bahan sintesis yang terdiri dari ikatan silang
JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 4, Nomor 2, Agustus 2006: 99 – 103
105
polyacrilamida dan dapat menyerap air lebih dari 400 kali massanya, namun air yang terserap tetap tersedia diserap oleh akar tanaman (Anonimus, 1988).
BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di pekarangan Jl. Karya Tani Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 32 m di atas permukaan laut, dimulai pada bulan Juli 2004 hingga bulan September 2004. Bahan dan alat percobaan. Adapun bahan-bahan yang digunakan di antaranya benih sawi, pupuk urea, ZA, Aquasym, TSP, Dithane M-45, Tamaron 200 EC, cat, bambu, tali plastik, dan kawat, sedang alat yang digunakan yakni cangkul, parang, gergaji, hand sprayer, gembor, timbangan, meteran, ember, dan alat tulis. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial terdiri dari dua faktor, faktor pertama adalah sumber pupuk nitrogen (N) dengan dua jenis yaitu N1= pupuk urea 10 g/m2 dan N2= pupuk ZA 10 g/m2, sedang faktor kedua adalah dosis Aquasym (A) terdiri dari empat taraf yaitu A0=kontrol, A1=30 g Aquasym/m2, A2= 60 g A3= 90 g Aquasym/m2. Aquasym/m2 dan Kombinasi perlakuan diulang tiga kali. Pelaksanaan percobaan. Petak percobaan yang telah bersih dan diolah sedalam 30 cm yang berikutnya diberi pupuk dasar, dibuat berukuran 1 x 2 m dengan ketinggian 25 cm, jarak antarpetak 0.3 m, jarak antar-blok 0.5 m dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Jumlah tanaman per plot 50 tanaman. Bibit dari persemaian yang berumur dua minggu ditanam pada petakan yang telah disebar Aquasym secara merata sesuai perlakuan, sedang pupuk urea dan ZA diberikan satu minggu setelah tanam yang pemberiannya juga sesuai dengan perlakuan. Selanjutnya, penyiraman dilakukan 1 x 2 hari sedang penyulaman hanya pada umur tujuh hari setelah pindah tanam. Penyiangan dan pengendalian hama, penyakit tergantung pada keadaan. Peubah amatan antara lain tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar tanaman, dan bobot akar tanaman.
106
HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi tanaman. Dari Tabel Lampiran 1 terlihat bahwa pengaruh perlakuan pupuk dan dosis Aquasym nyata terhadap tinggi tanaman utamanya pada umur 19 dan 25 HST (Hari Setelah Tanam). Respons sawi terhadap kedua perlakuan berbeda nyata (Tabel 1) yang ditandai bahwa tinggi tanaman tertinggi diberikan oleh urea yang berbeda nyata dengan ZA sedang pemberian dosis Aquasym 90 g/m2 menghasilkan tinggi tanaman tertinggi yang berarti makin tinggi dosis Aquasym menghasilkan tanaman semakin tinggi pula. Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman (cm) pada Pupuk dan Dosis Perlakuan Aquasym Dosis Pupuk Rataan Aquasym N1 N2 (g/m2) (Urea) (ZA) A0=control 18.27 17.40 17.83 c A1= 30 21.93 17.97 19.95 b A2= 60 22.43 20.03 21.23 a A3= 90 21.87 23.07 22.47 a Rataan 21.13 a 19.62 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 % berdasarkan DMRT
Pengaruh nyata dari pemberian pupuk yang berbeda di mana perlakuan urea (N= 46 %) menghasilkan tinggi tanaman tertinggi diduga karena pada pertumbuhan vegetatif sawi unsur N yang merupakan unsur hara makro dan esensial banyak dibutuhkan tanaman sehingga perlakuan dengan kandungan N yang tinggi menghasilkan tanaman yang semakin tinggi. Dalam hal ini pupuk ZA hanya memiliki kandungan N sekitar 21 – 24 % atau lebih rendah dari kandungan pupuk urea. Selanjutnya semakin tinggi dosis Aquasym yang diberikan diperoleh tanaman yang pertumbuhannya semakin tinggi pula. Hal ini diduga karena Aquasym mampu memperbaiki kondisi tanah terutama dalam penyediaan air bagi kebutuhan tanaman termasuk aerasi tanah tetap baik. Bila Aquasym bercampur dengan media tumbuh, dapat mengisap air dalam jumlah besar dalam bentuk gel/secara koloidal. Butiran-butiran gel ini
Pemberian Pupuk Urea , ZA, dan Beberapa Dosis Aquasym terhadap Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)(Bilter Sirait)
menjamin Aquasym tetap berada di sekitar tanaman dan tidak hanyut oleh air hujan. Penguapan juga berkurang sehingga air yang tersedia di dalam tanah meningkat yang pada gilirannya meningkatkan ketersediaan unsur hara sehingga mudah diserap oleh tanaman. Selain itu, Aquasym juga dapat meningkatkan KTK tanah (Anonimous, 1988). Jadi, semakin tinggi unsur hara nitrogen dan ketersediaan air meningkat, respons tanaman sawi yang termasuk golongan sukulen akan semakin baik. Jumlah daun. Dari Tabel Lampiran 1 terlihat bahwa pengaruh perlakuan pupuk dan dosis Aquasym nyata terhadap jumlah daun utamanya pada umur 19 dan 25 HST. Respons sawi terhadap kedua perlakuan berbeda nyata satu sama lain (Tabel 2) yang ditandai bahwa tinggi tanaman trertinggi diberikan oleh urea yang berbeda nyata dengan ZA sedang pemberian dosis Aquasym 90 g/m2 menghasilkan tinggi tanaman tertinggi yang berarti makin tinggi dosis Aquasym menghasilkan jumlah daun tanaman semakin tinggi pula. Tabel 2. Rataan Jumlah Daun (helai) pada Pupuk dan Dosis Perlakuan Aquasym Dosis Pupuk Rataan Aquasym N1 (Urea) N2 (g/m2) (ZA) A0=control 9.53 9.20 9.37 c A1= 30 9.93 9.53 9.73 b A2= 60 10.34 9.77 10.06 b A3= 90 11.67 10.67 10.87 a Rataan 10.22 a 9.79 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 % berdasarkan DMRT.
Pengaruh nyata dari pemberian sumber N di mana perlakuan urea (N= 46 %) menghasilkan jumlah daun tertinggi diduga karena pada pertumbuhan vegetatif sawi unsur N yang merupakan unsur hara esensial banyak dibutuhkan tanaman untuk sintesis protein dan sintesis yang berhubungan dengan pembelahan dan pembesaran sel hingga diferensiasi, sehingga perlakuan dengan kandungan N yang tinggi menghasilkan jumlah daun yang semakin tinggi. Dalam hal ini pupuk ZA hanya memiliki kandungan N sekitar 21 – 24 % atau kira-kira separuh dari pupuk urea.
Pola yang sama dijumpai bahwa semakin tinggi dosis Aquasym yang diberikan, maka diperoleh jumlah daun tanaman yang semakin tinggi pula. Bobot segar tanaman per sampel. Dari Tabel Lampiran 1 terlihat bahwa pengaruh perlakuan sumber pupuk N dan dosis Aquasym nyata terhadap bobot segar tanaman pada umur 25 HST. Respons sawi terhadap kedua perlakuan masing-masing berbeda nyata (Tabel 3) yang ditandai bahwa bobot segar tanaman per sampel tertinggi diberikan oleh urea yang berbeda nyata dengan ZA sedang pemberian dosis Aquasym 90 g/m2 menghasilkan bobot segar tanaman per sampel tertinggi. Tabel 3. Rataan Bobot Segar Tanaman per Sampel (g) pada Perlakuan Pupuk dan Dosis Aquasym Dosis Pupuk Rataan N1 (Urea) N2 Aquasym (ZA) (g/m2) 212.33 A0=kontrol 96.00 154.17 c 257.67 A1= 30 155.00 206.33 b A2= 60 300.67 253.33 268.00 a A3= 90 324.00 229.33 276.67 a Rataan 273.67 a 178.92 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 % berdasarkan DMRT.
Pengaruh nyata dari pemberian sumber N di mana perlakuan urea (N= 46 %) menghasilkan bobot segar tanaman per sampel tertinggi diduga karena pada pertumbuhan vegetatif sawi unsur N yang merupakan unsur hara makro banyak dibutuhkan tanaman sehingga perlakuan dengan kandungan N yang tinggi menghasilkan bobot segar tanaman per sampel yang semakin tinggi. Selanjutnya semakin tinggi dosis Aquasym yang diberikan bobot segar tanaman juga semakin tinggi. Bobot akar per tanaman. Tabel Lampiran 1 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan sumber pupuk N dan dosis Aquasym serta kombinasi kedua perlakuan nyata terhadap bobot kering akar per tanaman pada umur 25 HST. Respons sawi terhadap kombinasi kedua perlakuan diterakan pada Tabel 4.
JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 4, Nomor 2, Agustus 2006: 104 – 108
107
Tabel 4. Rataan Bobot Akar per Tanaman (g) pada Perlakuan Pupuk dan Dosis Aquasym Dosis Pupuk N Aquasym N1 (Urea) N2 (ZA) (g/m2) A0=kontrol 125.00 de 110.00 e A1= 30 180.00 b 123.33 e A2= 60 235.00 a 140.00 cd A3= 90 243.67 a 180.00 b Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 % berdasarkan DMRT.
Tabel 5.
Rasio Jumlah Daun (Helai) dan Bobot Segar Tanaman (g) pada Perlakuan Pupuk dan Dosis Aquasym
Dosis Aquasym (g/m2) A0=kontrol A1= 30 A2= 60 A3= 90
Pupuk N N1 (Urea) N2 (ZA) 0.045 0.039 0.034 0.036
0.096 0.061 0.038 0.046
Pupuk N N1 (Urea) N2 (ZA) 0.076 0.055 0.044 0.048
0.084 0.077 0.070 0.059
Dari Tabel 4 terlihat bahwa kombinasi N1 dengan A3 memberi hasil tertinggi diikuti kombinasi A1N2 yang tidak beda nyata yang berarti bahwa kandungan N yang tinggi pada dosis Aquasym yang tinggi menghasilkan bobot akar sawi per tanaman yang semakin tinggi. Dalam hal ini dijumpai ada interaksi atau saling pengaruh mempengaruhi pada kedua perlakuan. Hal ini dapat diartikan bahwa pemberian kandungan N tinggi yang didukung kondisi tanah dengan jaminan penyediaan air bagi kebutuhan tanaman termasuk aerasi tanah akan menghasilkan pertumbuhan akar yang baik sehingga diperoleh bobot segar akar yang lebih tinggi. Tabel 5 dan Tabel 6 menunjukkan bahwa pemberian pupuk ZA tanpa 108
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pupuk urea dan dosis Aquasym yang tinggi meningkatkan pertumbuhan tanaman sawi. Pupuk urea memberi hasil pertumbuhan sawi yang lebih tinggi dari sudut biaya produksi, Aquasym tampaknya dapat menghemat biaya produksi. Saran Penelitian ini perlu diulang dengan menyeimbangkan hara makro dan mikro serta dosis Aquasym pada tanaman sawi. Selain itu kandungan gizi perlu diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 6. Rasio Jumlah Daun (Helai) dan Bobot Akar per Tanaman (g) pada Perlakuan Pupuk dan Dosis Aquasym Dosis Aquasym (g/m2) A0=kontrol A1= 30 A2= 60 A3= 90
Aquasym, memberikan rasio jumlah daun (helai) dan bobot segar tanaman (g) serta rasio jumlah daun (helai) dan bobot akar segar tanaman (g) yang lebih tinggi. Hal ini belum sepenuhnya dimengerti, akan tetapi bila jumlah daun menjadi tujuan sebaiknya diberikan pupuk ZA tanpa Aquasym.
Buckman, H. O. dan N. C. Brady. 1983. Ilmu tanah (terjemahan Soegiman). Bhratara Karya Aksara, Jakarta. Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian RI, 1988. Peranan Aquasym pada Tanaman Bididaya Perkebunan. Tuntunan penggunaan Aquasym. Harjadi, S. S., 1993. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Marbun, S. 1988. Penggunaan Aquasym untuk Mengurangi Pemberian Air pada Bibit Karet dalam Polybag. Kumpulan makalah pertemuan teknis tentang Aquasym. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa (P4TM). Mengel dan Kirkby. 1982. Principles of plant nutrition. International Potash Institute, P.O. Box, CH3048Worblaufen-Bern/ Switzerland. Najiyati, S. dan Danarti, 1989. Petunjuk Mengairi dan Menyiram Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta. Rukmana, R., 1994. Bertanaman Petsai dan Sawi. Kanisius, Yogyakarta.
Pemberian Pupuk Urea , ZA, dan Beberapa Dosis Aquasym terhadap Tanaman Sawi (Brassica juncea L.)(Bilter Sirait)
LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Daftar Sidik Ragam Berbagai Peubah Tanaman Sawi pada Perlakuan Pemberian Pupuk dan Dosis Aquasym (Hari Setelah Tanam) Sumber Keragaman Blok Perlakuan Eu N Eu A L Q C N XA KK (%)
7 0.04tn 0.57 tn 0.03 tn 0.81 tn 0.51 tn 13.24
Tinggi Tanaman (cm) 13 19 25 0.96 tn 2.27 tn 1.20 tn 2.52 tn 2.38 tn 8.01
4.88* 2.48* 6.00* 3.43* 9.66** 0.41 tn 0.01 tn 0.36 tn 10.62
2.37 tn 5.34** 4.81* 8.28** 24.36** 0.27 0.04 2.57 8.27
7 1.14tn 0.84tn 0.22tn 1.12 tn 0.76 tn 8.15
Jumlah Daun (helai) 13 19 3.45 tn 0.84 tn 0.94 tn 1.08 tn 0.57 tn 9.57
3.76* 3.46* 4.80* 6.33* 15.50** 2.27 tn 0.06 tn 0.13 tn 5.93
25 0.81 tn 5.03** 4.50* 10.19** 28.98** 0.82 tn 0.23 tn 0.06 tn 4.90
Bobot Segar Tanaman per Sampel (g) 10.70** 14.20** 46.47** 17.04** 47.67** 1.63 tn 0.67 tn 0.60 tn 15.05
JURNAL PENELITIAN BIDANG ILMU PERTANIAN Volume 4, Nomor 2, Agustus 2006: 104 – 108
Bobot Akar Pertanaman (g) 3.45 tn 16.97** 42.60** 21.91** 65.30** 0.21 tn 0.07 tn 3.48* 12.93
109