eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (4): 1017-1026 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2013
DAMPAK PENGGUNAAN MATA UANG RINGGIT TERHADAP PROSES KEGIATAN TRANSAKSI JUAL-BELI MASYARAKAT DI PULAU SEBATIK MELTIANA1 NIM. 0802045246
Abstract: Transactions in the border region is dominated by foreign currency (ringgit), international trade in the border region between Sebatik Island performed using Malaysian ringgit currency. As a result of foreign currency transactions occurring in Sebatik Island has a great impact on the exchange rate and people's dependence on Malaysian products. crucible because the rupiah is still low when compared to the ringgit currency and basic material needs Sebatik people still expect the supply from Malaysia. The results of the use of the ringgit currency dikahawatirkan will cause waning nationalism Sebatik Island to the State of Indonesia and the currency to be used in the territory of the Republic of Indonesia. Keywords: Use of Ringgit, Impact.
Pendahuluan Pulau Sebatik merupakan salah satu pulau terluar milik Indonesia. Pulau ini secara administratif dibagi manjadi dua bagian, di bagian utara dari Pulau Sebatik merupakan daerah yang termasuk dalam wilayah teritorial Negara Sabah, Malaysia. Sementara bagaian selatan merupakan wilayah kedaulatan Indonesia yang termasuk dalam provinsi Kalimantan Timur. Serta berbatasan langsung dengan Negara Malaysia Timur (Tawau, Sabah). Permasalahan yang sangat kompleks yang dihadapi di daerah perbatasan adalah letak geografis yang tidak menguntungkan dan jauh dari pemukiman perkotaan; kurangnya sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi sehingga mengakibatkan wilayah tersebut terisolir dari kegiatan ekonomi dan sosial, karena sulitnya transportasi tersebut mengakibatkan kebutuhan pokok masyarakat menjadi mahal serta dilain pihak hasil-hasil produksi masyarakat. Sehingga 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 4, 2013: 1017-1026
masyarakat Pulau Sebatik lebih cenderung melakukan perdagangan dengan negara tetangga (Tawau) Malaysia). Masyarakat Pulau Sebatik lebih dominan beriteraksi dengan masyarakat negara tetangga (Tawau,Malaysia) dalam kehidupan seharihari, untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok dalam keberlangsungan hidup. Masyarakat mendatangkan atau membeli langsung dari Tawau untuk di bawa Pulau Sebatik, sehingga kegiatan transaksi masyarakat menggunakan mata uang ringgit dan juga mata uang rupiah. Seluruh hasil sumber daya alam yang dimiliki Pulau Sebatik diperdagangkan ke Tawau Sabah Malaysia, dengan alasan jarak tempuh yang relatif lebih dekat jika dibandingkan menuju ke daerah lain yang ada di Indonesia (Nunukan, Tarakan). Dan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakatSebatik mendatangkan atau membeli dari negara tetangga (Tawau). Keterbatasan infrasktuktur di pulau ini seperti sarana perhubungan, transportasi, komunikasi, penyediaan air bersih yang mengharuskan masyarakat Sebatik lebih dominan ke Tawau Malaysia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kegiatan transaksi masyarakat Pulau Sebatik menggunakan mata uang ringgit Malaysia tidak hanya pada saat betransaksi di pasar Tawau (Malaysia).Namun di pasar tradisional dan kios-kios yang ada di Pulau Sebatik juga menggunakan mata uang ringgit dalam kegiatan transaksi bahkan harga-harga barang yang ada di kios-kiosPulau Sebatik dipatok dalam nilai mata uang ringgit.Dikarenakan nilai mata uang ringgit lebih tinggi dibandingkan mata uang rupiah. (http://www.beritasatu.com/bisnis/50553-masyarakat-sebatik-bergantung-padaproduk-malaysia.html) Sejak sekitar tahun 1970 Masyarakat Sebatik telah menggunakan mata uang ringgit dalam kegiatan transaksi jual-beli, dengan menggunakan fasilatas pasar memperbolehkan pertukaran mata uang asing untuk arus transaksi yang akan menyebabkan adanya arus uang dari satu negara lain. Hal tersebut berpengaruh bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan yang berada di sektor perdagangan.(http://www.setkab.go.id/nusantara-4828-cegah-peredaran-uangasing-perbatasan-katim-perlu-pelabuhan-ekspor-impor.html) Dengan kondisi ini tidak salah kalau kemudian masyarakat Sebatik mengantungkan hidup di Malaysia dan mereka lebih cenderung menggunakan ringgit Malaysia. Sekitar 50% masyarakat Sebatik menggunakan mata uang ringgit dari kurang lebih 35.000 jiwa sedangkan penggunaan mata uang rupiah sebagai alat tukar hanya sekitar 50%dari total peredaran uang. Dalam proses menyimpanan atau menabung di bank yang ada di Pulau Sebatik masyarakat menggunakan mata uang rupiah. Berdasarkan UU No. 3 Tahun 2004, bahwa satuan mata uang negara Republik Indonesia adalah rupiah (Rp.). Uang rupiah adalah alat pembayaran yang sah di wilayah negara Republik Indonesia.Dalam fungsinya sebagai alat pembayaran yang sah, maka setiap perbuatan yang menggunakan uang atau mempunyai tujuan pembayaran atau kewajiban yang harus dipenuhi dengan uang jika dilakukan di wilayah negara Republik Indonesia.
1018
Dampak Ringgit Terhadap Kegiatan Transaksi Jual-Beli (Meltiana)
Keadaan yang terjadi dalam proses kegiatan transaksidi Pulau Sebatik tidak sesuai dengan UU yang berlaku di Indonesia, dimana masyarakat Sebatik lebih dominan menggunakan mata uang ringgit Malaysia dari pada mata uang rupiah Indonesia sebagai alat pembayaran. (http://www.neraca.co.id/2012/05/31/transaksi-di-perbatasanpakai-uang-ganda/,)
Alasan penulis dalam penelitian ini yaitu karena Pulau Sebatik sebagai salah satu pintu masuk Indonesia atau beranda terdepan, yang seharusnya diperhatikan dikelola dan ditata secara optimal agar layak menjadi sebuah kota, namun pada kenyataannya Pulau Sebatik sangat jauh tertinggal jika dibandingkan dengan kota negara tetangga sehingga mengakibatkan kesenjangan sosial diperbatasan, sehingga menyebabkan masyarakat perbatasan lebih cenderung beriteraksi dengan masyarakat negara tetangga dalam hal sosial ekonomi dan menggunakan mata uang ringgit dalam kegiatan transaksi. Adapun alasan penulis mengambil negara Pulau Sebatik adalah alasan geografis yaitu pulau tersebut secara langsung berbatasan dengan Tawau Sabah Malaysia Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu, tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan dan mengetahui faktor penyebab masyarakat Pulau Sebatik cenderung menggunakan mata uang ringgit dalam kegiatan transaksi dan dampak yang ditimbulkan. Landasan Teori dan Konseptual 1.Teori ketergantungan Menurut Dos Santoso ketergantungan masyarakat Pulau Sebatik terhadap negara tetangga merupakan keterbelakangan ekonomi negara dunia ketiga bukan disebabkan oleh tidak terintegrasinya ke dalam tata ekonomi kapitalisme, tetapi monopoli modal asing, pembiayaan pembangunan dengan modal asing, serta penggunaan teknologi maju pada tingkat internasional dan nasional mampu mencapai posisi menguntungkan dalam interaksinya dengan negara maju, yang pada gilirannya menjadikan negara dunia ketiga mereproduksi keterbelakangan, kesengsaraan, dan marginalisasi sosial di dalam batas kewilayahannya.(Arif Budiman, 1995:69-70) Dengan adanya penggunaan mata uang ringgit bermanfaat bagi masyarakat Sebatik untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan menjadikan masayarakat lebih cenderung terhadap negara tetangga dalam kegiatan sosial ekonominya. 2.Teori Rasa Nasionalisme Menurut Anthony D. Smith, seorang pemikir politik yang secara khusus mengemukakan teori tentang etnisitas sebagai awal dari bangkitnya nasionalisme. Smith mengemukakan konstribusi etnisitas terhadap nasionalisme, ia pun menjelaskan masalah transisi dari royalitas (kesetiaan) dan identitas etnis disatu pihak dan kebangsaan serta paham kebangsaan dipihak lain. Nasionalisme merupakan suatu gerakan ideologi untuk mencapau dan mempertahankan otonomi, kesatuan dan identitas bagi suatu populasi, yang sejumlah anggotanya bertekad untuk membantu suatu negara yang aktual atau bangsa yang potensial.
1019
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 4, 2013: 1017-1026
(Anthony D Smith, 2003:11) Untuk mencukupi kebutuhan pokok masayarakat harus mendatangkan dari Tawau Malaysia serta kegiatan transaksi perdagangan didominasi oleh mata uang ringgit dan masyarakat Sebatik sebagian besar memiliki identitas ganda khususnya yang berada dipatok perbatasan, Hal tersebut yang akan menyebabkan lunturnya rasa nasionalisme atau cinta akan tanah air. 3.Konsep Nilai Tukar Nilai tukar merupakan suatu harga relatif yang diartikan sebagai nilai dari satu mata uang terhadap mata uang lainnya. Hal tersebut menentukan daya beli (paling tidak untuk barang yang diperdagangkan) dari suatu nilai mata uang satu dan lainnya.( Ratya Anindita & Michael R.Reed, 2008:99) Nilai tukar mata uang adalah dilihat dari jumlah unit suatu mata uang yang harus diberikan untuk memperoleh satu unit mata uang lain. Dengan kata lain adalah harga yang harus dibayarkan dalam suatu mata uang untuk memperoleh sejumlah dana dalam bentuk mata uang asing. T.May Rudy,2002:31) Banyaknya kebutuhan pokok masyarakat di Pulau Sebatik yang didatangkan dari Tawau membuat proses transaksi masyarakat dengan menggunakan mata uang ringgit Malaysia dan hal tersebut mempengaruhi nilai tukar rupiah, dimana mata uang ringgit lebih tinggi nialinya dabandingkan mata uang rupiah. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan tipe penelitian lapangan yaitu berupaya untuk menggambarkan faktor penyebab masyarakat Sebatik cenderung terhadap negara tetangga. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer, dan teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah melalui library research yaitu berdasarkan dari buku, media internet dan wawancara langsung. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah kualitatif dengan metode content analysis. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan data kualitatif dengan metode analisis yaitu menjelaskan dan menggambarkan data bedasarkan sumber-sumber tertulis yang ada dan fakta-fakta yang terlihat. Adapun fokus penelitian dalam penelitian ini yaitu penggunaan mata uang ringgit dan dampak yang ditimbulkan. Pembahasan Kawasan perbatasan merupakan wilayah yang secara geografis berbatasan langsung dengan negara tetangga dengan fungsi utama mempertahankan kedaulatan negara. Sebagai ciri-ciri suatu negara yang berdaulat dengan ditetapkanya mata uang suatu negara tersebut (rupiah, Indonesia), hubungan antara mata uang dengan kedaulatan negara secara nyata yaitu dapat kita lihat sebagai bentuk identitas diri suatu masyarakat negara tersebut. Akan tetapi hal lain yang terjadi di Pulau Sebatik yang merupakan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, masyarakat Pulau Sebatik menggunakan dua mata uang dalam kegiatan transaksi yaitu mata uang rupiah Indonesia dan ringgit Malaysia. Hal tersebut disebabkan oleh faktor perdagangan dan tingginya nilai mata uang ringgit, yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1020
Dampak Ringgit Terhadap Kegiatan Transaksi Jual-Beli (Meltiana)
Pertama, Perdagangan merupakan hubungan kegiatan ekonomi antar negara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang dan jasa atas dasar suka rela dan saling menguntungkan atau semua tindakan yang tujuannya menyampaikan barang untuk tujuan hidup sehari-hari, prosesnya berlangsung dari produsen kepada konsumen. Perdagangan merupakan proses tukar menukar barang dan jasa dari suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Kegiatan sosial ini muncul karena adanya perbedaan kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki. Dasar ekonomi perdagangan didasarkan pada kenyataan bahwa setiap negara memang berbeda-beda, baik dalam persedian sumber daya, kelembagaan ekonomi, sosial maupun kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Perbedaan itu menimbulkan pula perbedaan barang yang dihasilkan, biaya yang diperlukan, serta mutu dan kualitasnya, oleh karena itu mudah dipahami adanya negara yang lebih unggul dan istimewa dalam produksi. Aspek ekonomi sangat penting perananya dalam meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, termasuk di dalamnya tentang perdagangan. Perdagangan merupakan salah satu jenis usaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Interaksi perdagangan antara kedua kelompok masyarakat yang tinggal di perbatasan terjadi sejak dahulu dan secara alamiah. Setiap individu memiliki kebutuhan dasar untuk melangsungkan hidup yang tidak mungkin dapat terpenuhi tanpa bantuan dari individu lainnya sehingga sangat diperlukannya interaksi dengan kelompok atau individu lain dalam upaya pemenuhan kebuhutan dasar. Sebatik Tengah memiliki sumber daya unggulan di sektor perkebunan, dengan hasil perkebunannya berupa kelapa sawit, pisang, kakao, durian dan lain-lainnya, tetapi komoditi yang paling banyak dihasilkan adalah kelapa sawit dan kakao. Hasil perkebunan tersebut masyarakat Sebatik menjualnya ke Tawau Sabah Malaysia, dikarenakan Sebatik tidak memiliki penampungan untuk hasil sumber daya alam serta tidak ada pabrik untuk mengelola hasil perkebunan tersebut. Jika menjual ke Nunukan dan Tarakan, jarak tempuhnya cukup jauh dan memerlukan biaya yang banyak. Pasar Malaysia sangat potensial bagi pertanian dan perikanan di perbatasan. Selain akses mudah bagi petani untuk menjual hasil pertaniannya dan perikanan, juga diikuti dengan nilai jual yang sangat tinggi jika dibandingkan pasar dalam negeri. Harga pasar di Malaysia lebih kompetitif, lebih mahal dalam hal membeli hasil pertanian masyarakat di perbatasan, atau lebih bagus bagi hasil pertanian masyarakat, sehingga tidak heran jika kita lihat banyak masyarakat tani yang menjualkan hasil pertanian dan perkebunan serta perikanannya ke Negara seberang (Malaysia). Kebutuhan eokonomi perbatasan masih sangat berhadap dengan pasokan barangbarang dari Tawau (Malaysia) dan dalam memperdagangkan hasil perkebunan. Walaupun hubungan timbal balik perdagangan itu sifatnya tidak resmi, karena
1021
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 4, 2013: 1017-1026
tidak di fasilitasi dokumen resmi kedua negara masing-masing. Namun hubungan dagang itu, telah memberikan manfaat yang cukup besar bagi kehidupan warga penduduk di kedua wilayah saling berbatasan. Sehingga mata uang ringgit Malaysia pun mendominasi dalam kegiatan transaksi sehari-hari masyarakat Sebatik Tengah. Kedua, tingginya nilai mata uang ringgit: nilai nominal adalah nilai yang tercantum atau tertulis di uang kertas atau logam yang diakui sah sebagai alat tukar dan nilai riil adalah nilai uang yang sudah diukur dengan daya beli atau kemampuan uang tersebut untuk membeli berbagai macam barang dan jasa sesuai dengan harga yang berlaku saat itu. Nilai mata uang yang berlaku akan ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar. Perubahan pada variabel-variabel permintaan dan penawaran akan merubah tingkat kurs yang berlaku. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi fluktuasi kurs mata uang yang berlaku pada suatu negara yaitu: jumlah uang beredar adalah nilai keseluruhan uang yang berada di tangan masyarakat, baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas, senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Ia bisa membesar (ekspansif) atau mengecil (kontraktif); pendapatan nyata; perbedaan tingkat suku bunga; harapan nilai tukar. Mata uang merupakan alat dari peredaran moneter, yang dikeluarkan oleh pemerintahan suatu negara atau bank sentral untuk suatu ukuran biaya. Likuiditas mata uang suatu negara berbeda-beda, yaitu kemampuan aset untuk mempertahankan nilai nominalnya. Nilai tukar adalah harga satuan moneter suatu negara, dinyatakan dalam satuan moneter suatu negara. Keseimbangan daya beli nilai tukar berarti bahwa daya beli dari jumlah tertentu dalam sebuah pasar harus sama dengan jumlah yang ada dipasar lain. Karena tingginya nilai mata uang ringgit sehingga masyarakat Pulau Sebatik lebih cenderung menggunakan mata uang ringgit dalan kegiatan transaksi jual-beli sehari-hari, hal tersebut berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang rupiah dimana nilai mata uang rupiah lebih rendah. Sebab nilai mata uang rupiah mengikuti kurs mata uang ringgit. Jika bank central benar-benar moneternya terkendali sehingga tak terinflasi, maka berarti kurs mata uang dunia terhadap mata uang lokal pasti stabil, berarti sistem devisa bebas tidak bermasalah dan selama cadangan devisa cukup dan masyarakat tidak memperebutkan atau dengan perkataan lain bahwa masyarakat lebih banyak mempergunakan mata uang lokal yang terkendali dan menggunakan devisa khusus untuk transaksi impor/ekspor. Di negara dimana mata uang terinflasi terus menerus, maka kurs tidak bisa tetap, melainkan akan terus naik, sehingga bank central akan merubah sistem devisa menjadi bebas dengan kurs diambangkan yang berarti bank central tidak bersedia memikul akibat inflasi yang ditimbulkannya dan mengendalikan kurs dengan akibat inflasi yang dipicu
1022
Dampak Ringgit Terhadap Kegiatan Transaksi Jual-Beli (Meltiana)
dipaksakan agar masyarakat atau rakyat yang mensubsidinya dengan cara menurunkan daya beli uang lokal. (Kasmir, 2008:4) Dampak yang ditimbulkan dari penggunaan mata uang ringgit tersebut: Pertama, Ketergantungan. Pangan merupakan kebutuhan bahan pokok yang paling azasi menyangkut keberlangsungan hidup masyarakat. Kebutuhan masyarakat Sebatik sekitar 70% banyak disuplai dari Tawau Malaysia. Dengan perannya sebagai pasar potensial bagi produk-produk (pertanian, perkebunan, serta perikanan) dari Kalimantan Timur, terutama Sebatik, juga sebagai penyedia berbagai barang keperluan sehari-hari, Kota Tawau menjadi tujuan mobilitas penduduk Pulau Sebatik untuk menjual barang-barang produksi dan berbelanja barang-barang keperluan rumah tangga. Selain itu, ketersediaan lapangan kerja, meskipun melalui prosedur ilegal, merupakan daya tarik bagi angkatan kerja dari Sebatik, menjadikan masyarakat Sebatik tergantung terhadap pasokan bahan pokok dari negara tetangga dan mata uang ringgit untuk kegiatan transaksi. Faktor internal yang mendorong masyarakat perbatasan (Sebatik Tengah) lebih cenderung berinteraksi dengan negara tetangga, dikerenakan hal berikut : untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok dalam kehidupan sehari-hari. Dimana wilayah Sebatik Tengah merupakan salah satu daerah yang berada jauh dari pusat kota, sehingga sangat sulit untuk mensuplai bahan pokok dari dalam negeri sendiri; kurangnya sarana dan prasarana untuk memperdagangkan hasil sember daya alam; untuk menjalini silaturahmi antara masyarakat Sebatik dan Tawau, hal ini dikarenakan masih ada hubungan keluarga antara kedua masyarakat tersebut. Dari faktor eksternal yang mendorong masyarakat Sebatik melakukan aktivitas perdagangan dengan negara tetangga antara lain : jauhnya wilayah perbatasan dari pusat pemerintahan provinsi dan daerah dikeranakan keterbatasan aksesbilitas, kesenjangan kesejahteraan masyarakat perbatasan baik sosial maupun ekonomi dengan negara tetangga sehingga masyarakat seolah-olah terpinggirkan; tersedianya industri serta kesempatan kerja yang ada di negara tetangga. Yang menbuat masyarakat perbatasan lebih tertarik bekerja diluar dibandingkan di daerah asal dan kurangnya kepercayaan dengan pemerintah pusat dan daerah. Komoditi yang sangat dibutuhkan masyarakat dari negara tetangga seperti beras yang memiliki kepenting yang cukup tinggi bagi masyarakat sebagai bahan makanan, namun hingga saat ini pemerintah Indonesia belum dapat mendistribusikan komoditas tersebut sepenuhnya. Demikian halnya dengan komoditas lainya seperti bahan bakar minyak, daging, telur, bawang merah dan putih semua bahan tersebut di peroleh masyarakat Sebatik dari pasar Tawau Malaysia. Kedua, Rasa Nasionalisme dengan adanya fenomena ketergantungan masyarakat perbatasan (Sebati Tengah) terhadap mata uang ringgit Malaysia dan pasokan barang dari negara tetangga tidak hanya pada kebutuhan bahan pokok semata, melainkan merembet pada kebutuhan akan barang sekunder bahkan barang
1023
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 4, 2013: 1017-1026
mewah tersebut dapat diperoleh dari hasil perdagangan dan terhadap mata uang ringgit. Dimana kota Tawau begitu maju dan berkembang paset secara ekonomi menyebabkan masyarakat Sebatik sangat bergantung terhadap Tawau Sabah Malaysia. Pasar Tawau menjadi sangat penting bagi kegiatan perdagangan masyarakat Sebatik, baik barang industri maupun penjualan hasil tangkapan di tempat pelelangan ikan di Tawau, kapal merekapun dilengkapi dengan bendera Malaysia agar mudah untuk melintasi dan melakukan transaksi perdagangan. Kuatnya ketergantungan dengan Malaysia mengancam lemahnya rasa nasionaliosme warga perbatasan di Sebatik Tengah. Sehingga menyebabkan semakin berkurang atau lunturnya rasa nasionalisme masyarakat di daerah perbatasan sebagai akibat tak samapainya kemakmuran di daerah perbatasan, sedangkan masyarakat merasa terlindungi dengan adanya keberadaan negara tetangga yang menjamin keberlangsungan hidup mereka. Lunturnya nasionalisme masyarakat perbatasan sudah mulai tampak. Terbukti, ditemukannya warga Sebatik yang memiliki identitas card (IC) atau kartu identitas milik Indonesia dan identitas milik Malaysia. Warga di perbatasan terutama yang berdekatan dengan negara tetangga seperti Malaysia, hampir setiap hari mengadakan kontak ekonomi dengan negeri jiran. Sehingga tidak menutup kemungkinan masyarakat lebih memilih menjadi negara tetangga. Nasionalisme dan ekonomi adalah dua sisi mata uang yang sangat erat hubungannya. Bagaimana mungkin rasa nasionalisme itu bisa terbangun jika kualitas hidup secara ekonomi rendah, nihilnya lapangan pekerjaan yang diberikan pemerintah Indonesia. Rasa nasionalisme bisa kalah hanya karena kebutuhan untuk bertahan hidup dan gaji yang ditawarkan oleh Malaysia lebih tinggi. Masyarakat merasa diuntungkan menggunakan dua identitas (Indonesia dan Malaysia). Dengan adanya IC dari Malaysia, masyarakat dapat dengan mudah untuk masuk ke wilayah Tawau (Malaysia) untuk menjual hasil perkebunan dan perikanan atau berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar negara tetangga, tanpa harus menggunakan passpor atau pas lintas batas. Sama halnya dengan di wilayah Indonesia sendiri, masyarakat dapat dengan mudah untuk keluar masuk suatu daerah. Reaksi pemerintah dengan adanya penggunaan ringgit di Sebatik. Pemerintah daerah telah mengupayakan untuk mengatasi penggunaan mata uang ringgit, dengan mengeluaran kebijakan tidak memperbolehkan atau memperkanankan masyarakat menggunakan mata uang ringgit dalam hal pembayaran administrasi di intansi yang ada di daerah baik puskesmas, sekolah ataupun intansi lainnya. Dimana sebelumnya masyarakat dapat atau diperbolehkan menggunakan mata uang ringgit untuk penyelesaian administrasi tersebut, menggunakan mata uang ringgit digunakan hanya dalam proses perdagangan antar penduduk setempat atau dengan penduduk negara tetangga, sedangkan untuk perbankkan atau investasi masyarakat harus menggunakan mata uang rupiah.
1024
Dampak Ringgit Terhadap Kegiatan Transaksi Jual-Beli (Meltiana)
Kesimpulan Pulau Sebatik merupakan salah satu Pulau terluar milik Indonesia yang terletak dibagian utara Kalimantan Timur. Dan kecamatan Sebatik Tengah merupakan salah satu kecamatan yang berbatasan langsung dengan negara tetangga (Tawau) Malaysia. Dengan letak yang berbatasan langsung dengan negara tetangga memperemudah masyarakat Sebatik melakukan kegiatan perdagangan baik menjual atau membeli bahan pokok untuk kebutuhan sehari-hari dari Tawau Malaysia, dan kegiatan transaksi yang dilakukan masyarakat Sebatik Tengah menggunakan dua mata uang yaitu mata uang rupiah dan mata uang ringgit di pasar Tawau maupun di kios-kios serta pasar tradisional yang ada di Sebatik tengah. Alasan masyarakat Sebatik menggunakan mata uang ringgit dalam kehidupan sehari-hari dikerenakan : (1) perdagangan, dalam pemenuhan kebutuhan pokok ; (2) tingginya nilai mata uang ringgit dibandingkan mata uang rupiah. Hasil analisis dampak dari adanya penggunaan mata uang ringgit dalam kegiatan transaksi perdagangan masyarakat Sebatik, baik positif maupun negatif. Dan menjadikan masyarakat Sebatik tergantung kepada Tawau Malaysia, serta dari ketergantungan tersebut akan menimbulkan lunturnya rasa nasionalisme masyarakat perbatasan. Saran 1. Pentingnya perhatian dari pemerintah pusat maupun daerah untuk lebih memperhatikan derah perbatasan, agar terciptanya kesejahteraan masyarakat perbatasan. 2. Perlunya dibentuk lembaga khusus untuk merencanakan dan mengkoordinasi pelaksanaan hubungan perdagangan tersebut. terutama untuk menjamin keutuhan dan kedaulatan wilayah, pertahanan keamanan nasional, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat di wilayah perbatasan. 3. Meningkatkan pemasokan mata uang rupiah atau memperbanyak peredaran mata uang rupiah di perbatasan DAFTAR PUSTAKA Buku: Anindita, Ratya & Michael R.Reed,”Bisnis dan Perdagangan Internasional”,CV.ANDI OFFSET,Yogyakarta,2008 Budiman, Arif,”Teori Pembangunan Dunia Ketiga”, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995. Kasmir, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainya”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008
1025
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 4, 2013: 1017-1026
Rudy , T.May,”Bisnis Internasional : Teori,Aplikasi,Operasionalisasi”,PT Refika Aditama,Bandung,2002 Smith, Anthony D,“NASIONALISME: Teori Ideologi Sejarah”, Erlangga, Jakarta, 2003 Sudiar, Sonny, “SOSEK MALINDO KALTIM-SABAH, Kerjasama Pembangunan Internasional di Wilayah Perbatasan Negara”, Pustaka Radja, Surabaya, 2013 Internet : Masarakat Sebatik bergantung pada produk Malaysia http://www.beritasatu.com/bisnis/50553-masyarakat-sebatik-bergantung-padaproduk-malaysia.html Transaksi dengan mata uang asing http://www.setkab.go.id/nusantara-4828-cegah-peredaran-uang-asingperbatasan-katim-perlu-pelabuhan-ekspor-impor.html Transaksi di perbatasan pakai uang ganda, terdapat di http://www.neraca.co.id/2012/05/31/transaksi-di-perbatasan-pakai-uang-ganda/
1026