DAMPAK LINGKUNGAN LOKALISASI PROSTITUSI BAGI PERKEMBANGAN ANAK USIA 7-12 TAHUN DI DUSUN CAKARAYAM BARU KOTA MOJOKERTO DEVI RETNO SARI 11002008 Subject : Lingkungan lokalisasi prostitusi, dan perkembangan anak usia 7-12 tahun Description Salah satu faktor yang sangat mendukung perkembangan anak adalah faktor lingkungan keluarga. Perkembangan anak bisa terganggu jika salah satu anggota keluarga atau keluarga tinggal di lingkungan lokalisasi prostitusi. Anak juga merupakan peniru lingkungan, jika lingkungannya buruk maka anak bersikap buruk pula. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak lingkungan lokalisasi prostitusi bagi perkembangan anak usia 7-12 tahun di Dusun Cakarayam Baru Kota Mojokerto. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Variabel penelitian adalah dampak lingkungan lokalisasi prostitusi bagi perkembangan anak usia 7-12 tahun. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia 7-12 tahun di Dusun Cakarayam Baru Kota Mojokerto berdasarkan data bulan Maret 2014 didapatkan 66 responden. Responden berjumlah 56 anak yang diambil melalui teknik simple random sampling. Sumber data adalah data primer yang dikumpulkan melalui teknik angket. Analisa data secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian didapatkan sebagai besar perkembangan anak tidak memerlukan rujukan ke spesialis anak yaitu sebanyak 34 anak (60,7%). Bentuk gangguan perkembangan pada anak yaitu anak sering bermasalah dengan guru, kurang minat (kurang terlibat dalam kegiatan) di sekolah, sukar berkonsentrasi, anak sering berkelahi dengan anak lain, anak tidak memperdulikan aturan. Kelekatan keluarga merupakan suatu hal yang harus dijaga untuk menghindarkan anggota keluarga dari pengaruh negatif lokalisasi. Dinas sosial setempat harus selalu memantau kondisi anak-anak disekitar lokalisasi dengan melakukan screening perkembangan supaya mereka tidak mengalami gangguan perkembangan. ABSTRACT One of the factors that support children‟s improvement is a family environment. The children‟s improvement will not run well if one of their families lives in prostitution area. Children is a good imitator as well if the children‟s environment is good then they tend to be better. On the other hand, if their environment is bad, they will tend to be bad as well. The purpose of this study
was to know the impacts of prostitution area in children improvement aged 7-12 years old in Dusun Cakarayam Baru, Mojokerto. The type of this study was descriptive used case study approaches. Study variable was impacts of prostitution area in children improvement aged 7-12 years old. The population was all mothers who haved children aged 7-12 years old in Dusun Cakarayam, Mojokerto. Based on the data on March 2014 the study gained 66 respondents. The respondents were 56 children taken through simple random sampling technique. Data source was the primary data collected through questionnaire technique. Analysis of data was conducted with descriptive and presented in the form of a frequency distribution table. The study found that most of the children did not require referral to pediatrician which were many as 34 children (60,7%). Forms of developmental disorders in children were children often get problems with their teachers, lack of attention ( less involved in activities ) in school., difficult to concentrate, children often fights with other children, and they did not care about the rules. Proximity in the family was something that must be maintained to prevent family members from the negative impacts of localization. Social Department around there should always monitor the children condition around localization with do screening in order they do not experience developmental disorders. Keywords : Environmental prostitution localization, improvement of children aged 7-12 years Contributor Date Type Material URL Right Summary
: 1. Sulis Diana, M.Kes. 2. Ch. Widji Utami, SST : 02 Juni 2014 : Laporan Penelitian : : Open Document :
LATAR BELAKANG Sesuai ketentuan Badan Kesehatan Dunia (WHO) batasan usia sekolah adalah 6 sampai 12 tahun. Pada usia tersebut anak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup penting, terutama saat menjelang remaja. Pada usia sekolah terjadi sejumlah perkembangan, diantaranya perkembangan fisik yang lebih cepat dibanding usia balita, perkembangan intelektual yang mulai nyata di mana sudah terlihat adanya keinginan atau kemauan untuk berbuat sesuatu yang bersifat keterampilan, seperti menggambar, membaca, menyanyi, berolahraga, dan sebagainya, juga perkembangan sosial serta sosial (Hindah, 2009 : 6).Salah satu faktor yang sangat mendukung perkembangan anak adalah faktor lingkungan keluarga, karena pada lingkungan keluarga adalah lingkungan utama dan pertama yang dikenal anak sebelum mengenal dunia luar. Keluarga adalah pemberi perawatan terbaik bagi anak. (Supartini, 2004 : 21). Perkembangan anak bisa terganggu jika salah satu anggota keluarga atau keluarga tinggal di lingkungan lokalisasi prostitusi. Prostitusi adalah bentuk penyimpangan seksual, dengan pola-pola organisasi impuls/dorongan seks yang
tidak wajar dan tidak terintegrasi dalam bentuk pelampiasan nafsu-nafsu seks tanpa kendali dengan banyak orang (prosmiskuitas), disertai eksploitasi dan komersialisasi seks yang impersonal tanpa afeksi sifatnya (Demy, 2012:1). Lokalisasi atau tempat praktek prostitusi ini tidak hanya dihuni oleh Pekerja Seks Komersil (PSK) saja, akan tetapi menyatu dengan pemukiman penduduk lokal. Tentu saja hal ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial anak-anak baik anak-anak dari penduduk lokal, maupun anak-anak dari para PSK (Rhea, 2013:1). Berdasarkan Direktur Rehabilitasi Tuna Sosial Kementerian Sosial, Sonny W Manalu, mengatakan saat ini terdapat 40 ribu lebih pekerja seks komersial (PSK) yang menghuni lokalisasi di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, 7.500 orang di antaranya menghuni lokalisasi di berbagai derah di Jawa Timur (Ika, 2013:1). Berdasarkan hasil pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) pada 500 anak dari lima Wilayah DKI Jakarta, ditemukan, 57 anak (11,9%) mengalami kelainan tumbuh kembang (Depkes, 2013:1). Kelainan tumbuh kembang pada anak yang tinggal dilokalisasi dapat menyebabkan gangguan kesehatan jiwa dimasa mendatang. Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia 6,0 %. Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara TimurSalah satu lokalisasi yang sudah umum terdengar di kota Mojokerto adalah Yayasan Majapahit di Lingkungan Dusun Cakarayam Baru Kota Mojokerto. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan diDusun Cakarayam Baru Kota Mojokerto tanggal 20 Maret 2014 pada 10 ibu yang mempunyai anakusia 7-12 tahun didapatkan 6 anak (60%) kemungkinan mengalami gangguan perkembangan dan perlu dirujuk ke dokter spesialis anak. Gejala yang sering terjadi pada anak tersebut sering kali adalah Sering bermasalah dengan guru, Sukar berkonsentrasi, Kurang minat (kurang terlibat dalam kegiatan) di sekolah dan gejala lainnya. Sedangkan 4 anak (40%) tidak perlu dirujuk karena dalam kategori normal. Lingkungan lokalisasi merupakan lingkungan yang menuntut adaptasi lebih pada keluarga dalam menghadapi pengaruh lingkungan. Untuk itu, keluarga yang tinggal dalam lingkungan lokalisasi dituntut untuk menguatkan faktor protektif yang ada dalam keluarga. Dengan adanya kelekatan, masingmasing individu dalam keluarga akan merasa bertanggung jawab akan terciptanya lingkungan yang positif bagi perkembangan individu lain. Selain itu, faktor spiritualitas juga memegang peranan penting dalam menjaga agar keluarga tidak ikutterjerumus dalam lokalisasi (Issabela dan Hendriani, 2010:1). Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Dampak lingkungan lokalisasi prostitusi bagi perkembangan anak usia 7-12 tahun di Dusun Cakarayam Baru Kota Mojokerto”..
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan, memberi suatu nama, situasi atau fenomena dalam menemukan ide baru (Nursalam, 2008:77). Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk menjelaskan dampak lingkungan lokalisasi prostitusi bagi perkembangan
anak usia 7-12 tahun di Dusun Cakarayam Baru Kota Mojokerto. Variabel dalam penelitian ini adalah dampak lingkungan lokalisasi prostitusi bagi perkembangan anak usia 7-12 tahun. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia 7-12 tahun di Dusun Cakarayam Baru Kota Mojokerto berdasarkan data bulan Maret 2014 didapatkan 76 responden. Namun setelah dikurangi sebagai responden penelitian menjadi 66 responden. Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia 7-12 tahun di Dusun Cakarayam Baru Kota Mojokerto dengan besar sampel sebanyak 57 responden. Penelitian ini menggunakan probability sampling dengan jenis simple random sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak. Lokasi Penelitian dilakukan di Dusun Cakarayam Baru Kota Mojokerto. Waktu Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 8-20 Mei 2014. Sumber data penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan melalui teknik angket. Pada penelitian ini kuesioner diberikan kepada responden kemudian diisi sendiri oleh responden setelah selesai dikembalikan kepada peneliti. Instrument yang digunakan adalah kuesioner yang mengadopsi dari Pediatric Symptom Checklist (PSC) sehingga tidak diperlukan uji validitas dan reliabilitas. Pada teknik mengolahan data penelitian ini menggunakan program komputer. Untuk mencegah terjadinya kesalahan hasil dari komputer maka diperlukan proses pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti melalui tahap editing, coding, scoring, data entry, cleaning dan Penyusunan data (tabulating). Aplikasi analisa data pada penelitian ini mengkriteriakan jawaban dari kuesioner Pediatric Symptom Checklist (PSC) ke dalam kategori. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia orang tua didapatkan data bahwa hampir setengah orang tua anak berusia antara 20-35 tahun yaitu sebanyak 37 responden (66,1%). Berdasarkan pendidikan orang tua didapatkan data bahwa sebagian besar orang tua responden lulusan pendidikan menengah (SMA/SMK) yaitu sebanyak 33 orang (58,9%). Berdasarkan pekerjaan orang tua didapatkan data bahwa sebagian besar orang tua responden adalah ibu bekerja yaitu sebanyak 31 responden (55,4%). Dan berdasarkan perkembangan anak didapatkan data bahwa sebagai besar perkembangan anak tidak memerlukan rujukan ke spesialis anak yaitu sebanyak 34 anak (60,7%). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwa sebagai besar perkembangan anak tidak memerlukan rujukan ke spesialis anak yaitu sebanyak 34 anak (60,7%) dan hampir setengah anak memerlukan rujukan ke spesialis anak yaitu sebanyak 22 responden (39,3%). Permasalahan yang timbul di lingkungan lokalisasi salah satunya adalah adanya pengaruh terhadap perkembangan psikologis anak. Mereka juga dihadapkan pada stigma masyarakat tentang lokalisasi itu sendiri. Terutama bagi anak-anak yang memasuki umur 7-12 tahun. Karena pada umur-umur tersebut tingkat kemampuan anak dalam meniru sangatlah tinggi. Mereka akan terpengaruh dengan apa yang mereka lihat. Banyak siswa yang mengantuk di kelas. Ketika malam hari, saat anak-anak harus belajar atau tidur, „kehidupan‟ lokalisasi justru semakin ramai. Tidak adanya perhatian dari orang tua juga menjadi penyebab beberapa siswa yang suka membolos dalam waktu yang lama (Lubis, 2008).
Hasil penelitian melalui identifikasi kuesioner didapatkan gangguan perkembangan pada anak adalah anak sering bermasalah dengan guru (no.5) masalah yang terjadi dengan gurunya biasanya dialami anak dalam bentuk anak sangat sering tidak mengerjakan tugas-tugas sekolah, beberapa anak juga sudah mengenal rokok dan mengonsumsinya. Perilaku merokok tersebut juga sering dilakukan disekolah dan dipergoki gurunya. Selain itu mereka juga terlihat kurang minat (kurang terlibat dalam kegiatan) di sekolah (no. 6). Anak-anak yang tinggal dilingkungan sekitar tempat prostitusi lebih suka dengan kegiatan di luar sekolah seperti kegiatan main kartu, dangdutan, dan kegiatan negatif lain sehingga mereka kurang minat dalam kegiatan disekolah. Selain membawa dampak pada kegiatan dan prestasi akademik disekolah. Lingkungan prostitusi juga berkontribusi besar dalam membentuk perilaku kekerasan anak. Perilaku anak banyak dibentuk oleh lingkungan sekitar tempat tinggal, salah satu faktor yang membentuk perilaku anak adalah dari keluarga atau orang tua di mana anak itu diasuh. Berdasarkan data penelitian terdapat beberapa data yang dapat dikaitkan dengan perkembangan anak. Berdasarkan usia orang tua didapatkan data bahwa hampir setengah orang tua anak berusia antara 20-35 tahun yaitu sebanyak 37 responden (66,1%). Dan menurut tabulasi silang didapatkan paling banyak anak berusia yang mempunyai keluarga dengan usia kurang dari 20 tahun didapatkan hampir seluruh anaknya perlu dirujuk yaitu sebanyak 5 anak (83,3%). Menurut Huclok, semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Wawan, 2010). Patut diberi perhatian bahwa anak yang mempunyai ibu berusia kurang dari 20 tahun menurut informasi setempat anak anak yang lahir tanpa ayah kandung yang sah sehingga ibu tersebut merawat anaknya sendiri. Ibu tersebut sering kewalahan menghadapi perilaku nakal anaknya sehingga ibu sering kurang memperhatikan kegiatan anak diluar rumah. Berdasarkan data pendidikan orang tua didapatkan data bahwa sebagian besar orang tua responden lulusan pendidikan menengah (SMA/SMK) yaitu sebanyak 33 orang (58,9%). Sedangkan menurut tabulasi silang didapatkan responden yang lulusan pendidikan dasar didapatkan sebagian besar anaknya mengalami gangguan perkembangan atau perlu dirujuk yaitu sebanyak 12 responden (60%). Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Wawan, 2010). Warga yang menjadi responden ditempat penelitian rata-rata adalah warga pendatang yang mengais rezeki di tempat tersebut. Mereka mencari rezeki tidak mengandalkan pendidikan sehingga banyak responden yang berpendidikan rendah. Dengan tingkat pendidikan yang rendah mereka sangat sulit untuk menerapkan perilaku yang baik pada anaknya. Berdasarkan data pekerjaan orang tua didapatkan data bahwa sebagian besar orang tua responden adalah ibu bekerja yaitu sebanyak 31 responden (55,4%). Sedangkan menurut tabulasi silang didapatkan baik orang yang bekerja maupun tidak bekerja tidaklah membawa perbedaan. Pekerjaan orang tua memang lebih banyak dilakukan di tempat prostitusi tersebut baik sebagai pelaku prostitusi maupun sebagai pedagang atau pemilik tempat. Sehingga sehari-hari anak masih
berada tidak jauh dengan orang tuanya, namun orang tua tidak terlalu mengontrol anaknya tindakan anaknya. Hal tersebut menyebabkan anak dapat bertindak semaunya tanpa ada kontrol yang ketat dari keluarga. Untuk itu, keluarga yang tinggal dalam lingkungan lokalisasi dituntut untuk menguatkan faktor protektif yang ada dalam keluarga. Kelekatan keluarga merupakan suatu hal yang harus dijaga untuk menghindarkan anggota keluarga dari pengaruh negatif lokalisasi. Dengan adanya kelekatan, masingmasing individu dalam keluarga akan merasa bertanggung jawab akan terciptanya lingkungan yang positif bagi perkembangan individu lain. Selain itu, faktor spiritualitas juga memegang peranan penting dalam menjaga agar keluarga tidak ikut terjerumus dalam lokalisasi. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul dampak lingkungan lokalisasi prostitusi bagi perkembangan anak usia 7-12 tahun di Dusun Cakarayam Baru Kota Mojokerto tanggal 8-20 Mei 2014 pada 56 responden didapatkan bahwa sebagai besar perkembangan anak tidak memerlukan rujukan ke spesialis anak yaitu sebanyak 34 anak (60,7%) dan hampir setengah anak memerlukan rujukan ke spesialis anak yaitu sebanyak 22 responden (39,3 %). REKOMENDASI Petugas kesehatan terutama bidan harus selalu mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat diwilayah kerjanya dengan melibatkan keluarga dan masyarakat yang berhubungan dengan perubahan-perubahan pada anak yang tinggal dilingkungan lokalisasi terutama masalah perkembangannya. Dinas sosial setempat harus selalu memantau kondisi anak-anak disekitar lokalisasi dengan melakukan screening perkembangan supaya mereka tidak mengalami gangguan perkembangan. Dalam penelitian ini masih banyak kekurangan-kekurangan. Untuk itu diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih lanjut meneliti tentang masalahmasalah yang berhubungan dengan kecemasan menghadapi menopause. Diharapkan dapat menambah wacana, wawasan dan informasi ilmiah mengenai menopause terutama pada pengaruh dukungan suami terhadap kecemasan istri menghadapi masa menopause. Serta dapat menambah katalog perpustakaan untuk bisa dikembangkan pada penelitian selanjutnya Alamat correspondensi
: Dusun Krajan Rt. 03/01, Desa Bagorejo, Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi (
[email protected]) (081332881100)