DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN ………| 123
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN MUSEUM TRINIL TAHUN 2010-2013
Yuli Astutik & Soebijantoro* Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak kunjungan wisatawan terhadap pelestarian Museum Trinil tahun 2010-2013. Lokasi penelitian ini berada di Musuem Trini dan sekitarnya Dukuh Pilang Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan induktif dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber datar primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Validasi yang digunakan untuk menguji kebenaran dan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Sedangkan analisis data menggunakan analisi model interaktif miles dan hubbermain. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu semakin banyak jumlah wisatawan yang berkunjung ke Museum Trinil yang terjadi pada tahun 2010 hingga 2013 menyebabkan Museum Trinil semakin tidak lestari. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya dampak negatif kuat daripada dampak positif. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa keinginan dari sebagian besar wisatawan asing untuk memiliki benda-benda cagar budaya yang asli bukan replika buatan manusia sebagai sebuah souvenir. Sehingga hal ini menyebabkan sebagian besar koleksi-koleksi yang ada di Museum Trinil hanya sebuah replika atau tiruan dari fosil yang sebenarnya yang dapat mengurangi keaslian bukti peninggalan sejarah yang ada Kabupaten Ngawi khususnya di Museum Trinil itu sendiri. Sedangkan wisatawan lokal sering meninggalkan sampah disekitar Museum Trinil khususnya di taman belakang yang lokasinya jauh dari pengawasan pengelola museum. Selain itu, banyaknya coretan-coretan menggunakan aerosol semprot benda-benda yang ada di sekitar Museum Trinil. Terbukti dari banyaknya coretan pada replika hewan-hewan purba yang ada di taman belakang gedung serta pada tugu peresmian berdirinya Museum Trinil. Meskipun peningkatan jumlah wisatawan yang terjadi mulai tahun 2010 hingga 2013 membawa dampak positif dengan perenovasian gedung Museum Trinil yang dilakaukan oleh Pemerintah Pusat, dampak negatif akan tetap ada dan kemungkinan juga akan merusak hasil perenovasian tersebut apabila tidak diimbangi dengan peraturan-peratuan yang jelas untuk para wisatawan baik asing maupun lokal. Kata Kunci : Kunjungan Wisatawan, Pelestarian Museum Pendahuluan
rekreasi
Hampir semua orang mengenal dan
melainkan
untuk
keperluan-
keperluan pragmatis seperti perjalanan
dengan
dinas, ziarah, dagang dan lain sebagainya
pariwisata. Pariwisata bukan lagi sebuah
(Kodhyat, 1996: 13). Pada zaman dahulu
kegiatan perjalanan yang mewah ditengah-
pariwisata
tengah masyarakat. Kegiatan tersebut sudah
maupun bangsawan saja, tetapi sekarang
dikenal
haltersebut dapat dilakukan oleh siapapun,
menyukai
apa
sejak
yang
masa
disebut
sebelum
Revolusi
hanya
dan
dilakukan
oleh
raja
Industri. Tetapi maksud dari perjalanan
dimanapun
kapanpun.Seiring
yang dilakukan pada masa itu bukan untuk
perkembangan zaman, saat ini seseorang melakukan kegiatan pariwisata tidak hanya
*
Yuli Astutik adalah alumni Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN
*
Soebijantoro adalah Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI MADIUN
124 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
sekedar mencari tahu tentang keberadaan
juga memanfaatkan keindahan alam yang
suatu tempat, tetapi sudah merupakan
dimiliki Indonesia untuk menarik para
suatu kebutuhan. Hal ini sesuai dengan teori
bangsawan dari negara lain melakukan
motivasi yang dikemukan oleh Abraham
kegiatan pariwisata ke Indonesia. Meskipun
Maslowbahwa manusia selalu terdorong
demikian kunjungan wisatawan asing di
untuk memenuhi kebutuhan yang kuat
Indonesia
sesuai waktu, keadaan dan pengalaman
kolonial membatasi dan mengawasi secara
yang bersangkutan dengan mengikuti suatu
ketat kunjungan dan ruang gerak orang-
hirearki (Muljadi, 2010: 5). Apabila kita
orang asing non-Belanda sebagai upaya agar
berbicara tentang pariwisata banyak hal
wisatawan asing tidak terpikat dengan
yang
kekayaan
menarik
untuk
diperbincangkan
cukup
alam
terbatas.
Indonesia
Pemerintah
(1996:
46).
terutama di Indonesia, dari Mianas sampai
Sehingga dapat dikatakan bahwa pariwisata
Pulau
serta
yang dikelola pada masa kolonial sebagai
kenampakan alam yang menarik sebagai
penunjang sektor perekonomian mereka.
daerah tujuan wisata. Di Indonesia kegiatan
Hal tersebut terjadi sampai sekarang bahwa
pariwisata itu sendiritidakhanya dikenal
pariwisata
dalam
saja,
penting dalam sektor ekonomi. Devisa yang
melainkan kegiatan tersebut di Indonesia
dihasilkan dari pariwisata mampu menjadi
sudah terjadi sejak masa kerajaan. Dimana
sumber pendapatan nomor tiga setelah
sebagian raja-raja di Indonesia pada masa
komoditi ekspor minyak dan kelapa sawit.
Rote
memiliki
dasawarsa
keunikan
terakhir
ini
itu membangun berbagai sarana yang bersifat
rekreatif.
memegang
peranan
Di Indonesia terdapat banyak sekali
Taman
tempat-tempat wisata domestik (wisata
Narmada yang dibangun pada abad ke-17
lokal) yang tidak kalah dengan tempat
sebagai tempat peristirahatan raja-raja
wisata di luar negeri. Mulai dari wisata alam
Lombok. Selain itu, Kolam Segaran di
maupun
Trowulan
masa
A.Yoeti (2006: 4-8) menjelaskan bahwa
kejayaan kerajaan Majapahit sebagai tempat
objek dan daya tarik wisata berdasarkan
rekreasi, disamping untuk penyediaan air
Riset Citra Pariwisata (Survey On Indonesia’s
pada musim kemarau (Kodhyat, 1996:16).
Tourism Image As Perceived By International
yang
Diantaranya
masih
dibangun
pada
Kemudian pariwisata di Indonesia mulai
lebih
berkembang
2003)
buatan.
yang
Menurut
dilakukan
Oka
oleh
masa
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,
penjajahan Hindia Belanda. Dimana pada
disimpulkan Objek dan Daya Tarik Wisata
masa ini disamping pemerintah Hindia
(ODTW) merupakan daya tarik yang tidak
Belanda
dan
pernah dilewatkan yang terdiri dari empat
memeras sumber daya manusia, mereka
kategori yaitu pertama ODTW keindahan
mencari
pada
Tourists
wisata
rempah-rempah
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN ………| 125
alam, ODTW berupa peninggalan sejarah,
Kabupaten Ngawi itu sendiri. Dewasa ini
ODTW yang masuk dalam kategori budaya
beberapa museum di Indonesia sebenarnya
dan ODTW yang diciptakan manusia.
kaya akan koleksi, namun masih dikatakan
Objek
dan
Daya
Tarik
Wisata
miskin
informasi.
Pengunjung
hanya
tentang keindahan alam merupakan tempat
menikmati benda kuno, bukan gagasan,
wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
pengetahuan atau pesan yang bermanfaat
berwujud keadaan alam serta flora dan
saat ini (Abraham, 2011: 81).
fauna,
seperti
pemandangan
alam,
Berdasarkan catatan lapangan yang
panorama indah, hutan rimba dengan
dilakukan peneliti dengan Petugas Museum
tumbuhan tropis, serta binatang-binatang
Trinil yang dilakukan pada 13 Oktober 2013
langka. ODTW berupa peninggalan sejarah
dapat disimpulkan bahwa sampai saat ini
yaitu
memiliki
ada beberapa koleksi Museum Trinilyang
peninggalan purbakala, berupa museum
mengalami kerusakan tetapi tidak parah.
maupun semua benda-benda peninggalan
Sejumlah
bersejarah. ODTW yang masuk dalam
beberapa atau bahkan seluruh koleksi
kategori budaya adalah objek-objek wisata
museum hanyalah benda purbakala imitasi
yang sering menampilkan atraksi-atraksi
atau tidak asli. Dengan adanya fenomena
budaya khas daerahnya. Sedangkan ODTW
tersebut maka dapat dipastikan tidak ada
yang diciptakan manusia merupakan karya
wisatawan yang tertarik untuk berkunjung
manusia yang berwujud bangunan, gedung,
ke Museum Trinil. Tetapi berdasarkan data
tempat rekreasi, taman hiburan, maupun
dari loket penjualan tiket masuk museum,
wisata-wisata agro.
terjadi
tempat-tempat
yang
benda-benda
peningkatan
purbakala
jumlah
dan
kunjungan
Dari penggolongan tempat-tempat
wisatawan yang cukup signifikan dari tahun
wisata yang disebutkan di atas, Ngawi
2010 hingga 2013. Peningkatan kuantitas
adalah kabupaten yang memiliki tempat
wisatawan tersebut dimungkinkan akan
wisata
yaitu
memberikan dampak bagi Museum Trinil
peninggalan sejarah berupa benda-benda
itu sendiri. Berdasarkan keadaan inilah
purbakala yang tersimpan di museum.
maka
Masyarakat lebih mengenal keberadaan
mengetahui dampak yang ditimbulkanbaik
museum di Ngawi dengan nama Museum
dampak negatif maupun positif terkait
Trinil sebagai tempat pelestarian benda-
dengan
benda
terhadap
dengan
purbakala.
kategori
kedua
Keberadaan Museum
penelitian
jumlah
ini
dilakukan
kunjungan
pelestarian
untuk
wisatawan
Museum
Trinil
Trinil belum mendapat urutan pertama
sepanjang tahun 2010 hingga 2013 di
sebagai tujuan wisata dikalangan wisatawan
Kabupaten Ngawi.
lokal kususnya untuk masyarakat di sekitar
Tujuan Penelitian
126 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
Berdasarkan latar belakang masalah,
fonomena yang ditimbulkan oleh
batasan masalah dan rumusan masalah di
salah satu bentuk kegiatan manusia,
atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
yaitu
menganalisis dan mendeskripsikan dampak
perjalanan (travel). Suatu perjalanan
kunjungan wisatawan terhadap pelestarian
dapat dikatakan sebagai pariwisata
Museum Trinil tahun 2010-2013.
apabila memiliki beberapa cirri-ciri
kegiatan
yang
disebut
diantaranya pertama, adanya unsur travel (perjalanan) yaitu pergerakan
Kajian Pustaka
manusia dari satu tempat ke tempat
A. Pariwisata
lainnya. Kedua, adaya unsur tinggal
1. Pengertian Pariwisata
sementara di tempat yang bukan kata
merupakan tempat tinggal yang
pariwisata berasal dari dua suku
biasanya. Ketiga, tujuan utama dari
kata yaitu, pari dan wisata. Pari
pergerakan manusia tersebut bukan
berarti
untuk
Secara
etimologi
banyak, berkali-kali
dan
mencari
penghidupan/
berputar-putar, sedangkan wisata
pekerjaan di tempat yang dituju
berarti perjalanan atau bepergian.
(Richardson and Fluker dalam I Gde
Sehingga
Pitana dan Gayatri, 2005: 46).
pariwisata
berarti
Hal senada disampaikan oleh
perjalanan atau bepergian yang dilakukan secara
berkali-kaliatau
pakar
pariwisata
berkebangsaan
8).
Swiss, Huziker dan Krapf (dalam
Pariwisata lebih identik diartikan
Muljadi, 2010: 8) mendefinisikan
sebagai kunjungan seseorang atau
pariwisata sebagai:
berkeliling
(Muljadi,
2010:
kelompok ke suatu tempat dengan
The
tujuan
menghilangkan
realitionship
maupun
sekedar
tersebut.
Pada
penat
totality
of and
tempat
phenomena arising from
hakikatnya
the travel and stay of
tahu
berpariwisata adalah suatu proses
strangers,
kepergian sementara dari seseorang
stay
atau lebih menuju tempat lain di luar
establishment permanent
tempat
residence
tinggalnya
(Gamal
does
provided not and
the
empty is
not
with
a
Suwantoro, 2004: 3). Pengertian
connected
tersebut sama seperti yang telah
remunerated activit.
dijelaskan oleh Kodhyat (1996: 1)
(Penjelasan secara harfiah
bahwa
tersebut
pariwisata
adalah
suatu
menegaskan
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN ………| 127
bahwa pariwisata adalah
aneh maupun berbeda dari yang
keseluruhan
biasanya mereka lihat (Oka A.Yoeti,
dan
hubungan
gejala-gejala
yang
1996: 73).
timbul dari adanya orang
Mathieson and Wall dalam
asing dan perjalanannya
kutipan I Gusti Bagus dan Mahadewi
itu tidak untuk bertempat
(2012: 104) menyatakan pariwisata
tinggal menetap dan tidak
adalah
ada
dengan
untuk sementara ke suatu destinasi
kegiatan untuk mencari
di luar tempat normal mereka
nafkah).
tinggal
hubungan
Muljadi
(2010:
7)
perpindahan
dan
melakukan
masyarakat
bekerja
aktivitas
di
untuk daerah
memandang pariwisata adalah suatu
destinasi dengan adanya fasilitas
aktivitas perubahan tempat tinggal
untuk
sementara dari seseorang, di luar
Pariwisata juga dapat dipahami
tempat tinggal sehari-hari dengan
sebagai aktivitas
suatu
selain
aktivitas waktu luang. Perjalanan
bisa
wisata bukanlah suatu kewajiban,
menghasilkan upah atau gaji. Seperti
dan umumnya dilakukan pada saat
yang terkandung dalam Undang-
seseorang bebas dari pekerjaan (I
undang No. 10 tahun 2009 Tentang
Gde Pitana dan Gayatri, 2005: 47).
Kepariwisataan Pasal 1 Ayat 3
Dengan
dijelaskan bahwa pariwisata adalah
pariwisata
berbagai macam kegiatan wisata dan
mengisi waktu luang pada saat
didukung berbagai fasilitas serta
liburan
layanan
oleh
dengan keperluan atau maksud-
masyarakat, pengusaha, Pemerintah
maksud lainnya di balik perjalanan
dan Pemerintah Daerah. Ada pula
tersebut (Oka A. Yoeti, 1996: 119).
alasan
melakukan
apapun
kegiatan
yang
yang
disediakan
yang mengatakan bahwa pariwisata merupakan
suatu
“withdrawal
memenuhi
kata
mengenai
bersantai
lain,
tidak
atau
perjalanan
adalah
yang
Dari
kebutuhannya.
perjalanan digandulkan
beberapa
pendapat
pengertian
pariwisata
symptom” dimana terdapat suatu
maka dapat disimpulkan bahwa
gejala orang-orang melarikan diri
pariwisata adalah suatu kegiatan
dari
manusia berpindah tempat atau
lingkungan
yang
biasanya
mereka tinggali atau dari tempat
aktivitas
perjalanan
untuk
mereka bekerja sehari-hari dengan
sementara waktu dengan tujuan
tujuan untuk mencari sesuatu yang
tertentu tanpa ada maksud menetap
128 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
maupun mencari nafkah dimana
Artinya bahwa kepergian seseorang
tempat yang dituju tersebut juga
tersebut memiliki alasan tertentu
menyediakan
bukan
fasilitas
untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
ditujukan sekelompok
lebih
senada juga disampaikan oleh I Gusti
atau
Bagus dan Mahadewi (2012: 105)
seseorang
orang
yang
(Oka A.Yoeti, 1996: 73). Definisi
wisatawan
pada
urusan
berhubungan dengan pekerjaannya
2. Pengertian Wisatawan Istilah
untuk
yang
sedang
tentang
wisatawan
adalah
melakukan suatu perjalanan wisata
pengunjung sementara yang tinggal
maupun
sekurang-kurangnya 24 jam di suatu
berkunjung
ke
tempat
wisata (Gamal Suwantoro, 2004: 4).
destinasi
Menurut
Bahasa
dengan tujuan untuk bersenang-
Indonesia wisatawan adalah orang
senang (pleasure), bisnis, keluarga,
yang berwisata, pelancong, turis,
misi atau pertemuan.
Kamus
Besar
pemerintah berusaha menarik lebih
yang
dikunjunginya
Berdasarkan Undang-undang
banyak arus luar negeri dengan
No.10
memperkenalkan
tempat-tempat
Kepariwisataan Pasal 1 ayat 2,
yang indah dan menarik (KBBI,
pengertian wisatawan adalah orang
2007:
yang melakukan kegiatan wisata,
1367).
Ogilvie
(dalam
Tahun
2009
Nyoman, 2006: 35) mendefinisikan
sedang
wisatawan adalah semua orang yang
perjalanan
memenuhi syarat, yaitu pertama,
seseorang atau sekelompok orang
bahwa mereka meninggalkan rumah
dengan
kediamannya untuk jangka waktu
tertentu
kurang dari satu tahun dan kedua,
pengembangan
bahwa sementara mereka bepergian
mempelajari keunikan daya tarik
mereka
wisata
mengeluarkan
uang
di
tempat yang mereka kunjungi tanpa
wisata
adalah
tentang
yang
dilakukan
mengunjungi untuk
yang
kegiatan
tujuan pribadi, dikunjungi
oleh
tempat rekreasi, atau dalam
jangka waktu sementara.
dengan maksud mencari nafkah di
I Gde Pitana dan Diarta (2009:
tempat tersebut. Wisatawan juga
39) merumuskan bahwa seseorang
dapat dipahami sebagai seseorang
dapat dikatakan sebagai wisatawan
yang pergi meninggalkan rumahnya
dilihat dari sisi perilakunya memiliki
dengan
kriteria sebagai berikut:
alasan
apapun
tanpa
memangku jabatan atau pekerjaan di
Negara
yang
dikunjunginya.
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN ………| 129
1) Melakukan perjalanan jauh dari tempat
tinggal
normalnya
sehari-hari;
wisatawan satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
apabila
tujuan perjalanan tersebut untuk
2) Perjalanan tersebut dilakukan
studi maupun liburan di museum
paling sedikit semalam tetapi
atau
tidak secara permanen;
purbakala,
3) Dilakukan
Misalnya,
pada
saat
tidak
tempat
penyimpanan
tidak
menuntut
kemungkinan
benda-benda
bekerja atau mengerjakan tugas
purbakala bisa jadi rusak atau
rutin lain tetapi dalam rangka
bahkan hilang. Larangan merusak
mencari
pengalaman
bagian dari tempat wisata tertuang
mengesankan dari interaksinya
dalam Undang-undang No.10 tahun
dengan beberapa karakteristik
2009 tentang Kepariwisataan pasal
tempat
27 ayat 1-2 yang berbunyi,
yang
dipilih
untuk
dikunjungi.
1) Setiap orang dilarang merusak sebagian atau seluruh fisik daya
IUOTO (International Union of Official
Travel
tarik wisata.
Organizations)
2) Merusak fisik daya tarik wisata
merupakan organisasi internasional
sebagaimana dimaksud pada ayat
yang berdiri pada tahun 1925
(1) adalah melakukan perbuatan
bermarkas
mengubah
(Belanda)
besar
Den
sebagai
penghimpun
Haag
organisasi badan-badan
kepariwisataan memberikan pengertian
di
negara-negara
warna,
mengubah
bentuk, menghilangkan spesies tertentu,
mencemarkan
lingkungan,
memindahkan,
rumusan
tentang
mengambil, menghancurkan, atau
wisatawan
adalah
memusnahkan daya tarik wisata
pengunjung sementara yang tinggal
sehingga
sekurang-kurangnya
atau
24
jam
di
berakibat hilangnya
berkurang keunikan,
Negara yang dikunjungi, dengan
keindahan, dan nilai autentik
maksud dan tujuan perjalanannya
suatu daya tarik wisata yang
untuk keperluan liburan, kesehatan,
telah ditetapkan oleh Pemerintah
studi, agama (ziarah) dan olahraga
dan/atau Pemerintah Daerah.
(Kodhyat, 1996: 4). Adanya tujuan
Meskipun demikian, kebijakan
dan maksud yang dibawa oleh
tersebut dirasa masih nihil. Terbukti
masing-masing
wisatawan
dari sebagian besar fasilitas-fasilitas
antara
yang ada di tempat wisata rusak dan
menjadikan
kegiatan
130 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
tercemar akibat ulah wisatawan. Dari
penjelasan
disimpulkan
di
atas
bahwa
adalah
seseorang
sekelompok
orang
Motivasi perjalanan antara
dapat
wisatawan satu dengan wisatawan
wisatawan
yang lainnya tentu berbeda-beda.
maupun
Oka A.Yoeti (1994: 7) merumuskan
yang
pergi
motivasi
wisatawan
melakukan
berkunjung ke suatu tempat wisata
perjalanan wisata diantaranya untuk
baik dalam negeri maupun luar
tujuan santai dan kesegaran badan,
negeri dengan tujuan tertentu dalam
tujuan
waktu sekurang-kurangnya 24 jam
kesenangan,
tanpa ada maksud mencari nafkah di
terhadap Negara lain, alasan untuk
tempat tersebut.
mengunjungi famili, untuk mencari
3. Tipologi Wisatawan
hal-hal yang bersifat spiritual, dan
Tidak hanya tempat-tempat wisata
saja
diklasifikasikan
kesehatan,
mencari
menaruh
perhatian
keinginan untuk mengetahui lebih
yang
dapat
mendalam tata cara hidup di tempat
jenisnya,
dalam
yang
dikunjunginya.
Adakalanya
pariwisata tipologi wisatawan juga
motivasi
dapat
dengan
perjalanan pariwisata yaitu sebagai
menggunakan berbagai dasar. Pada
salah satu cara untuk menemukan
prinsipnya dasar-dasar klasifikasi
diri sendiri yang dapat menunjukkan
tersebut
atau memberikan petunjuk siapa
diklasifikasikan
dapat
menjadi
yaitu
“aku” ini sesungguhnya (2006: 179).
interaksi (interactional type) dan
Berangkat dari motivasi yang
dasar
atas
melakukan
dasar
atas
dua,
dikelompokkan
seseorang
kognitif-normatif
dimiliki
oleh
masing-masing
(Murphy dalam I Gde Pitana dan
wisatawan tersebut maka obejk
Gayatri, 2005: 53). Dimana tipologi
wisata yang dipilih juga harus tepat.
atas dasar interaksi dilihat dari
Museum
seberapa
antara
tujuan wisata yang mencakup tiga
wisatawan dengan masyarakat lokal.
hal pokok terkait dengan kebutuhan
Dengan adanya interaksi tersebut
pengunjung, yakni sebagai tempat
menandakan
riset,
jauh
interaksi
bahwa
masyarakat
merupakan
pendidikan
salah
dan
satu
hiburan.
lokal menerima baik kedatangan
Tujuan pendirian museum sebagai
wisatawan. Sedangkan tipologi atas
tempat riset diperuntukkan bagi
dasar kognitif-normatif menekankan
akademisi yang melaukan penelitian.
pada
Kedua,
motivasi
melatarbelakangi perjalanan.
yang
museum
sebagai
sarana
edukasi dimana semua orang dapat
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN ………| 131
mengetahui informasi yang ada di
museum berasal dari bahasa
museum maupun dapat mengamati
Yunani,
benda dan pola-pola tertentu yang
berarti sebuah bangunan tempat
disajikan dalam museum. Ketiga,
suci untuk memuja dewa seni
museum sebagai tempat hiburan
dan dewa ilmu pengetahuan
atau
yang
tempat
rekreasi
dimana
seseorang dapat menikmati libur, santai
dan
maupun
penyegaran
pikiran
dari
terletak
di
Adapun
yang
gunung Peraturan
Pemerintah No.19 Tahun 1995
kesehariannya (Supratikno, 2011:
Tentang
162-163).
Pemanfaatan
B. Museum
Musion
Parnanus.
badan kegiatan
yaitu
Pemeliharaan Benda
dan Cagar
Budaya di Museum pasal 1 ayat
1. Pengertian
dan
Fungsi
Museum
1 bahwa museum merupakan lembaga tempat penyimpanan,
Secara
umum museum
perawatan,
pengamanan
dan
dapat dipahami sebagai tempat
pemanfaatan benda-benda bukti
untuk
atau
material hasil budaya manusia
mengoleksi benda-benda yang
serta alam dan lingkungannya,
dianggap langka maupun benda-
guna
benda hasil temuan yang dinilai
perlindungan dan pelestarian
mempunyai arti dan makna bagi
kekayaan budaya bangsa.
menyimpan
perkembangan budaya atau ilmu pengetahuan
(Mohammad
menunjang
upaya
Dalam Jurnal Kebudayaan Vol.2 (2012: 234) pengertian
Iskandar, 2009: 103). Menurut
museum
Parker
International Council of Museum
yang
dikutip
dalam
Abraham Nurcahyo dan Yudi Hartono
(2011:
menurut
definisi
(ICOM) sebagai berikut:
69)
A museum is a non profit
menerangkan bahwa museum
permanent institution, in
adalah
yang
the service of society and
aktifitasnya mengabdikan diri
its development and open
pada tugas interpretasi dunia
the public, which acquires,
manusia
concerves,
suatu
dan
Pengertian
lembaga
lingkungannya. yang
diungkapkan
oleh
(2001:
tentang
5)
sama Soenatris istilah
researches,
communicates
and
exhibits, for the purpose of study,
education
and
132 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
enjoyment,
material
of
kepada
masyarakat
melalui
man and his environment.
publikasi, bimbingan edukatif
(Museum adalah sebuah
cultural dan pameran.
lembaga tetap yang tidak mencari
Hal
serupa
juga
keuntungan
disampaikan oleh Mohammad
pribadi belaka, melayani
Iskandar (2009: 103) bahwa
masyarakat
koleksi yang tersimpan dalam
dan
perkembangannya, terbuka
untuk
yang
museum, umum
memperoleh,
merawat,
selain
penyelamatan
untuk
maupun
objek
penelitian kepurbakalaan atau arkeologis, juga berfungsi untuk
menghubungkan
dan
memperkenalkan
peninggalan-
memerkan untuk tujuan
peninggalan budaya Indonesia.
studi,
Hal
pendidikan,
kesenangan batin),
dan
senada
juga
dijelaskan
(kepuasan
dalam
Undang-undang
No.11
barang-barang
Tahun
2010
Cagar
Tantang
pembuktian manusia dan
Budaya Pasal 18 ayat 2, museum
lingkungannya).
merupakan
lembaga
berfungsi Museum lembaga
tetap
sebagai juga
suatu berhak
yang
melindungi,
mengembangkan, memanfaatkan koleksi berupa
merawat dan melindungi serta
benda,
memamerkan
benda-
struktur yang telah ditetapkan
benda sejarah, maka museum
sebagai cagar budaya atau yang
memiliki
bukan
koleksi
beberapa
fungsi.
bangunan
cagar
budaya,
Menurut Oka A.Yoeti (2006: 14),
mengakumulasikannya
terdapat dua fungsi museum
masyarakat.
yaitu pertama melindungi dan menjaga
Berdasarkan
dan
kepada beberapa
benda-
pengertian di atas maka dapat
hasil
dijelaskan mengenai pengertian
budaya manusia serta alam dan
museum yaitu suatu tempat
lingkungannya.
penyimpanan dan pelestarian
benda
kelestarian
dan/atau
bukti
material
mengkomunikasikan menyebarkan
Kedua, dan informasi
mengenai benda-benda tersebut
benda-benda
cagar
budaya
sebagai sarana edukasi maupun sarana
informasi
kepada
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN ………| 133
masyarakat luas. Dimana sebuah museum
berfungsi
museum
penelitian
koleksinya terdiri dari
kepurbakalaan maupun arkeolgi,
kumpulan bukti material
museum juga berfungsi untuk
manusia
atau
memperkenalkan
lingkungannya
yang
sebagai
selain
2) Museum Khusus, yaitu
obyek
peninggalan-
yang
peninggalan budaya Indonesia
berkaitan dengan satu
kepada masyarakat Indonesia
cabang seni, satu cabang
pada kususnya dan dimata dunia
ilmu atau suatu cabang
pada umumnya.
teknologi.
2. Jenis Museum
Dari penggolongan jenis
Banyaknya peninggalan-
museum di atas, maka dapat
peninggalan budaya yang ada di
dikatakan Museum Trinil masuk
Indonesia menjadikan Indonesia
pada kategori jenis museum
memiliki banyak museum yang
khusus. Hal ini terbukti dari
tersebar di seluruh Nusantara.
koleksi-koleksi
Urip
Museum Trinil hanya satu jenis
Suroso
(1993:
26)
menerangkan bahwa terdapat
saja
bermacam-macam
dengan
satu
maupun
cabang
yang
dapat
berbagai
museum
ditinjau
sudut
diantaranya
jenis
menurut dikelompokkan
dari
yang
yang
ada
berkaitan
di
dengan
cabang
seni
ilmu
yaitu
pandang,
kepurbakalaan. Dimana koleksi
museum
Museum Trinil terdiri dari fosil
koleksinya menjadi
dua
jenis yaitu:
manusia
purba,
fosil
hewan
purba seperti gajah, kerbau, badak kuda nil purba, fosil
1) Museum Umum, yaitu museum
yang
koleksinya terdiri atas kumpulan bukti material
kerang dan tumbuhan serta replika
manusia
purba
(Soenatris Hadi, 2001: 3). Sedangkan jenis museum
manusia
atau
menurut kedudukannya antara
lingkungannya
yang
lain yaitu Museum Nasional,
dengan
Museum Provinsi dan Museum
berbagai cabang seni,
Lokal. Museum Nasional adalah
disiplin
museum yang koleksinya bersal
berkaitan
teknologi.
ilmu
dan
dari seluruh wilayah Indonesia
134 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
yang bernilai nasional. Museum
hanyalah
Provinsi yaitu museum yang
penyimpanan
koleksinya yang mencerminkan
kuno. Keadaan tersebut yang
atau menggambarkan wilayah
akan mempengaruhi intensitas
provinsi
museum
pengunjung untuk berwisata ke
tersebut berada. Museum Lokal
museum baik pengunjung dari
merupakan
yang
golongan pelajar maupun umum.
koleksinya berasal dari wilayah
Ada yang mengatakan bahwa
kabupaten atau kotamadya (Urip
museum
Suroso, 1993: 26).
selama
ada
Artinya
kelangsungan
hidup
tergantung
pada
dimana museum
Menurut
sebuah
museum
museum
dibedakan
atas
Museum
banyak
Pemerintah
dan
Museum
pengunjung
Dimana
Museum
datang.
Swasta.
benda-benda
akan
penyelenggaraanya,
bangunan
tetap
berdiri
pengunjungnya.
atau
tidaknya
museum
Tetapi
di
yang
sisi
lain
Pemerintah merupakan museum
kuantitas pengunjung tersebut
yang
bukan berarti menjadi satu-
diselenggarakan
dan
dikelola oleh pemerintah, baik
satunya
pemerintah
pusat
maupun
museum.
Sebab
pemerintah
daerah.
Museum
beberapa
museum
Swasta
yakni museum yang
faktor
pelestarian terdapat dengan
jumlah pengunjung yang banyak
diselenggarakan serta dikelola
malah
oleh pihak swasta (1993: 27).
tersebut menjadi tidak lestari.
Dari
jenis
Misalnya benda-benda koleksi
museum-
museum sebagian mengalami
museum yang ada di Indonesia
kerusakan atau imitasi. Berbeda
yang dikelola oleh pihak swasta
dengan museum swasta yang
lebih maju daripada museum
senantiasa memberikan warna
yang dikelola oleh pemerintah.
baru
Hal ini terbukti dari sejumlah
museumnya.
museum
yang
museum Jamu yang ada di
lambat laun semakin kusam dan
Tawangmangu dengan tatanan
tidak menarik lagi. Sehingga
yang
menimbulkan
museum
penggolongan tersebut,
masyarakat
pemerintah
kesan bahwa
pada museum
membuat
dalam
lebih
museum
pengelolaan
Sebagai
dan
unik
menjadikan
pengunjung
lupa
akan
museum
citra
apik
contoh
sebagai
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN ………| 135
tempat yang using. Harapannya
museum yang menjadi urusan
dengan
pemerintah,
berkunjungan
ke
sedangkan
museum menjadi upaya untuk
koleksinya
melestarikan museum tersebut,
harta warisan sejarah alam atau
tidak hanya sebagai hiburan saja
sejarah kebudayaan nasional.
tetapi
tempat
Museum Lokal yaitu museum
belajar (Harian Kompas, 3 Juli
yang ruang lingkup tugasnya
2013).
terbagi atas lingkup provinsi,
juga
sebagai
Berdasarkan
menggambarkan
jenis
kabupaten dan kota madya.
museum
menurut
Sedangkan Museum Lapangan
penyelenggaraannya,
Museum
Terbuka ialah museum dengan
Trinil merupakan jenis museum
lahan yang luas dan terdiri dari
pemerintah. Hal ini dapat dilihat
beberapa
jenis
bangunan
dari pengelolaan Museum Trinil
maupun
koleksi.
Museum
dibawah
pembinaan
Lapangan Terbuka dapat pula
(Dinas
terdiri atas Museum Situs, yakni
Pariwisata Budaya Pemuda dan
museum yang didirikan di lahan
Olahraga)
dekat
DISPARYAPURA
mulai
Kabupaten dari
infrastruktur
Ngawi
pengelolaan jalan
menuju
museum hingga semua fasilitas yang
ada
di
kompleks
bersejarah
atau
bangunan bekas
peninggalan kepurbakalaan. 3. Museum Trinil
museum
Dalam catatan Soenatris
(wawancara dengan Sujono 13
Hadi (2001: 1), Museum Trinil
Oktober 2013).
merupakan salah satu tempat
Adapun
dalam
hunian kehidupan purba pada
Ensiklopedia Nasional Indonesia
zaman Pleistosen tengah ± 1 juta
(1990: 105-106) jenis museum
tahun
berdasarkan
lingkup
ditemukan data manusia purba,
wilayah tugasnya dan status
di Trinil juga menyimpan bukti
hukum pendirian dan tujuan
konkrit tentang lingkungannya
penyelenggaraannya,
baik flora maupun faunanya.
menjadi
ruang
tiga
yaitu
terbagi Museum
yang
Soenatris
lalu.
Selain
juga
Nasional, Museum Lokal dan
mengemukakan asal-usul kata
Museum
Lapangan
Terbuka.
Trinil yaitu Penggalian manusia
Museum
Nasional
adalah
purba (Pithecanthropus Erectus)
136 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
di tiga perbatasan desa ditengah
di Kabupaten Ngawi. Disamping
bengawan Solo, yaitu sebelah
berfungsi
barat desa Kawu, sebelah utara
penyimpanan
desa Gemarang dan sebelah
purbakala untuk sarana edukasi,
timur desa Ngancar. Selain itu
Museum Trinil juga digunakan
juga
sebagai tempat rekreasi.
Eugene
Dubois
menggunakan kata Trinil untuk menyebut kode penemuan, dan akhirnya
menjadi
nama
“Museum Trinil” (2001: 24-25). Museum
Trinil
berdiri
sekitar tahun 1980-1981 dimana pendirian
museum
ini
pada
oleh
salah
awalnya
dirintis
seorang
penduduk
bernama tahun
setempat
Wirodiharjo 1968.
Mulai
pada didata
koleksinya tahun 1979 dengan semakin
banyak
ditemukan
fosil-fosil purba baik oleh para arkelog maupun warga sekitar. Kemudian
pembangunan
Museum Trinil diresmikan oleh Soelarso Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur pada tanggal 20 November 1991 (Soenatris Hadi, 2001: 2). Berdasarkan
uraian
di
atas maka dapat disimpulkan tentang
pengertian
Museum
Trinil adalah suatu gedung yang menyimpan, merawat
memelihara,
serta
benda-benda
memamerkan
sejarah
berupa
benda-benda purbakala terletak
sebagai
tempat
benda-benda
Metode Penelitian A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.
Lokasi Penelitian Lokasi
penelitian
dilaksanakan di Museum Trinil yang terletak di Dukuh Pilang Desa Kawu
Kecamatan
Kedunggalar
Kabupaten Ngawi. Alasan penelitin ini dilakukan di tempat tersebut yakni Museum Trinil merupakan salah satu tempat wisata budaya di Jawa Timur kususnya di Kabupaten Ngawi yang masih berdiri sampai sekarang sebagai tempat wisata edukasi maupun sebagai tempat pelestarian purbakala
benda-benda meskipun
terdapat
banyak tempat wisata modern yang
mulai
bermunculan
di
Kabupaten Ngawi. Museum Trinil berjarak ± 14 km dari Kota Ngawi kearah barat daya pada Km 11 jalan Raya jurusan Ngawi-Solo masuk ke utara 3Km 2. Waktu Penelitian Penelitian ini
dilakukan
selama 6 bulan yaitu mulai bulan Februari sampai Juli 2014. Waktu
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN ………| 137
penelitian terbagi dalam tiga tahap
kondisi obyek yang alamiah, dimana
yaitu
peneliti
tahap
persiapan,
tahap
instrumen
kunci,
Adapun jadwal penelitian yang
dilakukan secara triangulasi, analisis
dilakukan
data
terdapat
dalam
Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis
penelitian
ini
teknik
sebagai
penelitian dan tahap penyelesaian.
pembahasan tahap penyelesaian. B.
adalah
bersifat
pengumpulan induktif,
dan
data hasil
penelitian kualitatif menekankan pada makna (Sugiyono, 2013: 15). Pada
adalah
dasarnya
penelitian
deskriptif kualitatif. Hal ini didasarkan
digunakan
pada hasil yang dipaparkan dalam
merujuk pada obyek dan fenomena
penelitian ini berupa penggambarkan
yang terjadi secara alami. Selain itu,
situasi yang ada di Museum Trinil
metode kualitatif digunakan karena
tahun 2010-2013. Penelitian deskriptif
metode ini menyajikan secara langsung
dapat
prosedur
hakikat hubungan antara peneliti dan
pemecahan masalah yang diselidiki
informan (Lexy J. Moleong, 2012: 9-10).
dengan
atau
Sehingga sudah memperjelas alasan
melukiskan keadaan subyek atau objek
bahwa jenis penelitian ini adalah
penelitian
penelitian deskriptif kualitatif.
diartikan
sebagai
menggambarkan pada
saat
sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak
dalam
kualitatif
penelitian
yang
C. Sumber Data
(Hadari Nawawi, 2005: 63). Hal serupa
Sumber data pada penelitian ini
disampaikan oleh I Made Wirartha
merupakan subyek dari data yang akan
(2006:
diperoleh. Subyek penelitian adalah
154)
bahwa
penelitian
berkaitan
dengan
informan
yang
pengumpulan data untuk memberikan
informasi
yang
gambaran atau penegasan suatu konsep
penelitian. Sumber data pada penelitian
atau gejala. Ditambah analisis data yang
ini diperoleh dari sumber data primer
dilakukan tidak untuk menerima atau
dan sumber data sekunder sesuai yang
menolak hipotesis, melainkan berupa
diungkapkan oleh Gabriel Amin Silalahi
deskripsi atas gejala yang diamati yang
(2003: 56-57) bahwa
tidak selalu berbentuk angka-angka
dalam penelitian terbagi menjadi dua
atau koefisien antar variable (2006:
yaitu sumber data primer dan sumber
135).
data sekunder.
deskriptif
Sedangkan
maksud
dari
a)
dapat
menjelaskan
diperlukan
dalam
sumber data
Sumber Data Primer
kualitatif adalah metode penelitian
Sumber data primer merupakan
yang digunakan untuk meneliti pada
sumber data yang diperoleh secara
138 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
langsung dari sumber asli atau tidak
Ngawi,
melalui perantara. Data primer adalah
DISPARIYAPURA
data yang diperoleh secara langsung
Budaya Pemuda dan Olahraga) berupa
dari masyarakat baik yang dilakukan
sumber data tertulis berasal dari arsip,
melalui wawancara, observasi dan alat
dokumen
lainnya (Joko Subagyo, 2004: 87).
diperoleh dari Museum Trinil maupun
Menurut Gabriel Amin Silalahi (2003:
dokumen pribadi milik informan.
57) data-data primer dapat berupa
data
yang
diperoleh
(Dinas
serta
dari
Pariwisata
buku-buku
yang
D. Teknik Pengumpulan Data
opini informan utama, hasil observasi
Pengumpulan data merupakan
terhadap suatu benda fisik maupun
prosedur
hasil
serupa
memperhatikan penggarisan yang telah
Umar
ditentukan. Hal ini dimaksudkan untuk
(2011:42) data primer merupakan data
menghindari data yang tidak terpakai
yang diperoleh dari sumber pertama
karena
baik dari individu atau perseorangan
diperoleh dengan keperluannya (Joko
seperti hasil dari wawancara atau hasil
Subagyo, 2004: 38). Semua kegiatan
pengisian
pengumpulan data dilakukan
pengujian.
disampaikan
Hal
oleh
Husein
kuisioner
yang
biasa
dilakukan oleh peneliti.
yang
sistematik
jauhnya
dengan
informasi
yang
untuk
memecahkan masalah dalam sebuah
Dalam penelitian ini sumber
penelitian. Sesuai dengan pendekatan
data primer tersebut diperoleh dari
penelitian kualitatif dan sumber data
informan yang terdiri dari Perangkat
yang
Desa, Sesepuh, warga desa sekitar
pengumpulan data dalam penelitian ini
Trinil,
menggunakan beberapa teknik, yaitu:
pengunjung
Museum
Trinil,
Petugas Museum Trinil dan Dinas
1.
Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan
digunakan,
maka
teknik
Wawancara Wawancara
merupakan
Olahraga Kabupaten Ngawi.
kegiatan atau metode pengumpulan
b)
data yang dilakukan dengan bertatapan
Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah
langsung dengan informan. Informan
data penelitian yang diperoleh peneliti
yang digunakan dalam penelitian ini
secara tidak langsung atau melalui
baik
media
Pariwisata
perantara
yang
diperoleh
dari
DISPARIYAPURA Budaya
Pemuda
(Dinas dan
maupun dicatat oleh pihak lain (Gabriel
Olahraga) Kabupaten Ngawi, penjaga
Amin, 2003: 57). Adapun sumber data
museum Trinil maupun wisatawan dari
sekunder
berbagai
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah profil Kabupaten
tingkatan
yaitu
tingkatan
anak-anak Sekolah Dasar, tingkatan
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN ………| 139
anak-anak Sekolah Menengah Pertama
Artinya bahwa peneliti tidak ikut di
maupun Sekolah Menengah Atas, serta
dalam
tingkatan untuk umum. Dimana pada
diobservasi
tingkatan
berkedudukan
umum
ini
nantinya
kehidupan dan
orang secara
selaku
yang terpisah
pengamat.
diklasifikasikan berdasarkan usia para
Dengan kata lain, penelitian dilakukan
informan
secara sepintas pada saat tertentu (Joko
maupun
berdasarkan
pekerjaan.
Subagyo, 2004: 66).
Peneliti menggunakan metode
3.
Dokumentasi
wawancara untuk memperoleh data
Metode dokumentasi digunakan
dan informasi yang sifatnya primer
untuk
dengan
pertanyaan
menghasilkan catatan-catatan penting
langsung dan terbuka kepada informan.
yang berhubungan dengan masalah
Untuk
kegiatan
yang diteliti. Sehingga akan diperoleh
wawancara harus memahami tujuan
data yang lengkap, sah dan bukan
dari
berdasarkan
mengajukan itu
dalam
penelitian.
setiap Dengan
begitu
mengumpulkan
perkiraan
data
yang
(Basrowi
pewawancara selalu terikat dengan
Suwandi, 2008: 158). Dalam penelitian
tujuan yang ingin dicapai, termasuk
ini
juga akan mampu mengembangkan
berupa foto-foto dokumenter koleksi
tema-tema wawancara (Burhan Bungin,
Museum Trinil, catatan pribadi para
2007: 109). Misalnya pertanyaan yang
informan seperti catatan pribadi milik
ditujukan kepada penjaga Museum
penjaga Museum Trinil dari awal
Trinil tentang tindakan pihak museum
berdirinya sampai sekarang, arsip-arsip
apabila terjadi kerusakan pada benda-
dari
benda purbakala.
Pemuda
2.
Ngawi
Observasi Terdapat
berbagai
dokumentasi
Dinas
yang
Pariwisata
dan terkait
digunakan
Kebudayaan
Olahraga
Kabupaten
dengan
kunjungan
jenis
wisatawan dari tahun 2010-2013. Data
observasi, yaitu observasi partisipan,
dokumentasi ini digunakan sebagai
observasi
observasi
data
eksperimental,
observasi
penguat bagi data primer yang sudah
noneksperimental,
observasi
diperoleh.
nonpartisipan,
sistematik, dan observasi nonsistematik (Hadari
Nawawi,
pelengkap
dan
E. Teknik Keabsahan Data
104-110).
Terdapat banyak cara yang bisa
pengklasifikasian
digunakan untuk menguji keabsahan
tersebut, observasi dalam penelitian ini
data dalam penelitian kualitatif. Lexy J.
dilakukan
Moleong (2012: 327) mengungkapkan
Berdasarkan secara
2005:
pendukung,
non-partisipan.
140 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
keabsahan data dapat diuji dengan
pengumpulan
kriteria
kebenaran
kredibilitas
kepercayaan.
atau
Kredibilitas
dimaksudkan
untuk
derajat data
ini
membuktikan
bahwa data yang sudah dikumpulkan
Adapun
data
dapat
dan
teruji
kemantapannya.
secara
singkat
teknik
trianggulasi sumber dapat dilihat dari bagan di bawah ini:
sesuai dengan kenyataan yang ada di tempat penelitian. Selain itu, dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa cara
yang
bisa
dipilih
untuk
Bagan 3.1 : Triangulasi Sumber
data penelitian. Salah satu diantaranya triangulasi
yang
(H.B Sutopo, 2006: 94)
diartikan
Teknik triangulasi sumber data
sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2006:
content analysis observasi
aktifitas/perilaku
pengembangan validitas (kesahihan) adalah
wawancara
informan data
dapat dilakukan dengan cara menggali sumber-sumber data yang berbeda jenisnya, seperti menggunakan sumber dari informan. Dalam hal ini diambil
330). Pengumpulan data umumnya dilakukan
dengan
menggunakan
triangulasi sumber. triangulasi sumber merupakan cara mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan data wajib menggunakan beragam sumber data yang
tersedia
dan
berbeda-beda,
dengan demikian data yang diperoleh dari sumber satu akan lebih teruji kebenaranya dengan
apabila
sejenis
dibandingkan
yang
berbeda
sumbernya (H.B Sutopo, 2006: 93). Teknik
triangulasi
sumber
menekankan pada proses pencarian, pengecekan data dari sumber data dengan membandingkan dari berbagai sumber
namun
dalam
pokok
permasalahan sama sehingga teknik
dari
wawancara
dengan
Petugas
Pemeliharaan Museum Trinil, Dinas Pariwisata Olahraga,
Budaya serta
Pemuda
para
dan
wisatawan
Museum Trinil. Selain itu sumber data juga diambil dari arsip atau dokumen maupun
observasi
terhadap
objek
kajian yang diteliti. F. Teknik Analisis Data Analisa data merupakan proses mencari dan menyusun data yang diperoleh
dengan
mengorganisasikannya kategori
yang
telah
kedalam ditentukan.
Menurut Milles and Hubberman (1992: 16) analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan
doku
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN ………| 141
yaitu: reduksi data, penyajian data,
2.
Penyajian data (display data)
penarikan kesimpulan/verifikasi. 1.
Penyajian data merupakan
Reduksi data
sekumpulan informasi tersusun
Reduksi
data
dapat
yang
memberi
kemungkinan
diartikan sebagai sebagai proses
adanya penarikan kesimpulan dan
pemilihan, pemusatan perhatian,
pengambilan tindakan (Mattew B.
pada
penyederhanaan,
Miles dan A. Michael Huberman,
pengabstrakan, dan tranformasi
1998: 17). Data yang telah dipilih
data kasar yang muncul dari
kemudian disusun sesuai kategori
catatan
sejenis untuk ditampilkan sesuai
tertulis
dilapangan.
Adapun tujuan dari reduksi data
permasalahan
merupakan bentuk analisis yang
termasuk kesimpulan sementara
menjamkan,
menggolongkan,
yang ditarik saat data direduksi. Ini
mengarahkan,
memilih
dan
penting dilakukan karena peneliti
mengorganisasikan data sehingga
harus dapat menggabungkan dan
mendapatkan
final
menyusun data yang diperoleh
dan
secara
yang
kesimpulan
dapat
ditarik
baik
diverifikasikan (Mattew B. Miles
mendapatkan
dan A. Michael Huberman, 1992:
benar.
16).
memberikan Reduksi
data
yang
dihadapi,
agar
mampu
kesimpulan
Dengan
yang
demikian
kemudahan
akan untuk
Dilakukan
melakukan analisis data selanjutya.
dengan penggalangan data yang
Saaat melakukan analisis
diperoleh dari lapangan dan ditulis
data meliputi kegiatan penyajian
dalam
laporan
data dari data yang diperoleh
tersebut
dilapangan.
uraian-uraian
terperinci.
Laporan
Peneliti
haruslah
kemudian dirangkum, digolongkan
menyajikan data sevara teliti dan
dan dipilih hal yang pokok. Hal itu
tersusun untuk kemudian dapat
dilakukan untuk mempermudah
menarik kesimpulan dalam tahap
penyusunan data dan memilah
yang selanjutnya. wujud sajian
mana data yang relevan dengan
data berupa sekumpulan informasi
yang
Dilakukan
yang
membuat
rumusan masalah yang diajukan.
tidak
dengan ringkasan
relevan. seleksi, singkat
dan
menggolongkan kedalam pola yang lebih luas dan bermakna.
3.
disusun
Penarikan (verifikasi)
sesuai
dengan
kesimpulan
142 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
Penarikan
kesimpulan
Setelah adanya verifikasi
merupakan tahapan mencari pola
maka akan di cross check sejumlah
dan kejelasan dari informasi yang
data yang terkumpul agar data
didapat saat proses penelitian.
yang diperoleh benar-benar valid.
Hasil kesimpulan akhir diharapkan
Data dalam penelitian ini berupa
mampu menjawab permasalahan
data temuan di lapangan ketika
dalam
melakukan
penelitian.
merupakan
Proses
tahapan
ini
mencari
wawancara
dengan
informan, dokumen Museum Trinil
makna dari data yang diperoleh
dan
dan
Pariwisata Budaya Pemuda dan
menguji
kebenaran
serta
DISPARIYAPURA
validitasnya. Verifikasi dilakukan
Olahraga)
saat data sudah tersusun dan
Pengecekan data dilakukan dengan
memiliki keterkaitan dengan data
membandingkan data semua hasil
yang
memiliki
wawancara, data hasil observasi
mendukung
dan data yang diperoleh dari
lain
relevansi
sehingga untuk
penelitian. yang
dokumen
Kabupaten
(Dinas
dinas
terkait.
Ngawi.
Oleh
Kesimpulan-kesimpulan
karena itu dalam tahapan yang
disusun
dilakukan
selama
juga
penelitian
Verifikasi
yang
kemungkinan
diverifikasi berlangsung.
dilakukan
merupakan
merupakan
suatu
rangkaian tahapan yang memiliki
ada
keterkaitan. Adapun keterkaitan
hasil
komponen antara tahapan tersebut
pemikiran sementara yang dimiliki
sebagai berikut:
oleh peneliti (Miles & Huberman, 1998: 19). Untuk itu perlu adanya peninjauan
ulang
terhadap
verifikasi yang dilakukan peneliti agar hasil penarikan kesimpulan lebih
benar
dan
mewakili
penelitian yang sebenarnya.
Hasil Penelitian A. Gambaran Umum Museum Trinil 1. Struktur Museum Trinil
Kepengurusan
Gambar 3.2 Analisis Data Model Interaktif (Miles dan Huberman, 1992: 20)
Museum
Trinil
merupakan salah satu museum yang masuk dalam kategori jenis museum lokal dimana ruang
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN ………| 143
lingkup tugasnya terbagi atas
10) Sri
Wardayati
provinsi dan juga kabupaten.
(Pengelola
Sehingga untuk kepengurusan
Trinil)
Museum Trinil tersebut juga
b.
Museum
Pengelola dari Pemerintah
berasal dari dua golongan atau
Kabupaten Ngawi
kelompok,
1) Martha
museum
yaitu dari
pengelola Pemerintah
(Kepala Museum Trinil)
Kabupaten Ngawi dan pengurus
2) Sujono
dari Balai Pelestarian Cagar Budaya
Trowulan
Mojokerto
3) Suyono
dari
4) Suryono
Balai
5) Suprapto
Trowulan Hari
Gumono
6) Sulistyo
Museum
Budi
(Pengelola
Trinil)
Museum
Trinil)
2) Agus H.W (Pengelola Museum Trinil) 3) Mardi
(Pengelola
Museum Trinil) 4) Sugianto
(Pengelola
Museum Trinil) 5) Suwardi
(Pengelola
Museum Trinil) 6) Juwono
(Pengelola
Museum Trinil) 7) Suwono
(Pengelola
Museum Trinil) S.
(Pengelola
Museum Trinil) 9) Nanik (Pengelola Trinil)
(Pengelola
Museum Trinil)
(Pengelola
8) Yayuk
(Pengelola
Museum Trinil)
Pelestarian Cagar Budaya 1) Catur
(Pengelola
Museum Trinil)
daftar pengelola Museum Trinil: Pengelola
(Pengelola
Museum Trinil)
Jawa Timur. Berikut ini adalah a.
Karuniawati
Limawati Museum
Dari paparan tersebut nampak
Museum
Trinil
merupakan museum lokal yang terbagi
ke
provinsi
dalam dan
kabupaten,
museum museum
maka
pengelolaan
dalam
Museum
Trinil
tersebut juga terbagi dua yaitu pengelolaan
dari
pihak
Pemerintah Kabupaten Ngawi dan
pengelolaan
(Badan
dari
Pelestarian
BPCB Cagar
Budaya) Trowulan. Pemerintah Kabupaten
Ngawi
lebih
cenderung mengelola dalam hal sarana penataan
prasarana,
seperti
taman
bermain
144 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
maupun area parkir kendaraan
b.
Fosil tengkorak manusia
di museum. Sedangkan dari
purba
Balai Pelestarian Cagar Budaya
Erectus
Trowulan Timur,
Mojokerto dalam
Jawa
c.
pengelolaan
koleksi-koleksi
tersimpan koleksi
di
museum
yang
yang
Pithecanthropus
Erectus d.
baik
Fosil
atap
tengkorak
manusia
dipamerkan
maupun koleksi yang masih
Fosil tulang paha manusia purba
Museum Trinil lebih difokuskan pada
Pithecanthropus
purba
Pithecanthropus Erectus e.
Fosil tengkorak manusia
berada di laboratorium (sumber:
purba
daftar pengelola Museum Trinil
Soloensis
2014)
Pithecanthropus
Sedangkan koleksi fosil
2. Koleksi Museum Trinil Apabila dilihat dari jenis
hewan purba yang ada di ruang pameran Museum Trinil maupun
museum yang ada di Indonesia,
yang
museum Trinil tergolong dalam
diantaranya fosil gajah purba
museum khusus yaitu koleksi-
atau fosil gading purba, fosil
koleksi yang ada di Museum
kerbau purba, badak kuda nil
Trinil hanya satu jenis saja yang
purba,
berkaitan dengan dengan satu
tumbuhan purba (wawancara
cabang seni maupun cabang
WR-02, 27 April 2014).
ilmu
yaitu
kepurbakalaan.
ada
di
fosil
laboratorium
kerang
dan
3. Sejarah Museum Trinil
Jumlah koleksi yang ada di
Menurut
WR-02
Museum Trinil ±131 fosil purba
Trinil
yang terdiri fosil manusia purba,
penggalian
fosil binatang purba dan fosil
(Pithecanthropus Erectus) di
tumbuhan
sedangkan
tiga perbatasan desa ditengah
yang ada di laboratorium ±1000
bengawan Solo, yaitu sebelah
fosil purba. Koleksi yang dimiliki
barat desa Kawu, sebelah utara
Museum Trinil terdiri dari fosil
desa Gemarang dan sebelah
manusia purba diantaranya:
timur desa Ngancar. Selain itu,
a.
Fosil gigi geraham manusia
Eugene Dubois menggunakan
purba
kata Trinil untuk menyebut
Erectus
purba,
Pithecanthropus
diartikan
kata
manusia
sebagai purba
kode penemuan, dan akhirnya
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN ………| 145
menjadi nama “Museum Trinil”.
Sesudah
menjabat
Pendirian museum ini dirintis
sebagai Bayan, Wiro menjadi
oleh salah seorang penduduk
petani biasa. Ditengah-tengah
setempat
bernama
kesibukannya menjadi petani
Wirodihardjo pada tahun 1968
tersebut, Wiro menjadi tenaga
(wawancara 27 April 2014).
pembantu ekspedisi penelitian
Wirodihardjo atau Wiro
Eugene Dubois dan Salenka
Balung lahir pada tanggal 18
ilmuan asal Belanda. Berbekal
Agustus 1918 di Desa Gemarang
dari pengalaman tersebut Wiro
Kecamatan
mulai
Kedunggalar
gemar mengumpulkan
Kabupaten Ngawi. Penyebutan
fosil-fosil
nama Wiro Balung itu melakat
sungai Bengawan Solo yang
dikarenakan Wirodihardjo suka
arah alirannya melalui Dukuh
mengumpulkan
atau
Pilang
yang
penemuan
tulang
dalam
balung hal
ini
disekitar
Desa
tepian
Kawu
fosil
dimana
yang
Wiro
dimaksudkan adalah fosil-fosil
lakukan tersebut secara tidak
yang telah ditemukan. Pada
sengaja. Kemudian fosil yang
tahun 1930 Wirodihardjo lulus
Wiro temukan pada saat itu
dari Sekolah Rakyat atau SR.
diteliti oleh Eugene Dubois dan
Kemudian
Salenka.
Gubernemen
melanjutkan pada
ke masa
Ternyata
fosil-fosil
tersebut merupakan salah satu
penjajahan Belanda dan lulus
jenis
tahun 1932. Pada tahun 1941
Erectus.
Wirodihardjo
BKR
mengundang banyak perhatian
(Barisan Keamanan Rakyat) di
masyarakat sekitar, sehingga
desa
hal
dan
menjadi masuk
menjadi
fosil
itu
Pithecanthropus
Penemuan
tersebut
menyebabkan
Wiro
pasukan Seinedan pada tahun
termotivasi
1942 ketika Indonesia masa
mengumpulkan fosil-fosil yang
penjajahan
Setelah
lain. Tujuan pengumpulan yang
merdeka
dilakukan Wiro hanya sebatas
Wirodihardjo menjadi hansip,
ingin melestarikan benda-benda
sedangkan pada tahun 1965-
peninggalan sejarah tersebut.
1967 diangkat menjadi Bayan
Sedangkan penemuan fosil oleh
Desa Kawu.
masyarakat yang tidak sengaja
Indonesia
Jepang.
untuk
atau secara kebetulan diberikan
146 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
imbalan jasa misalnya berupa
museum
rokok maupun beras. Hal itu
fosil-fosil tersebut. Kemudian
dilakukan
pada
bahwa
dengan
nantinya
harapan fosil
untuk tahun
menampung 1990/1991
yang
mendapat bantuan dari APBD
ditemukan tidak dijual kepada
(Anggaran Pendapatan Belanja
orang luar atau orang asing.
Daerah) Tingkat I Jawa Timur
Bersumber dari gagasan
untuk
merenovasi
serta
Wiro yang ingin melestarikan
menambah sarana prasarana
fosil-fosil
museum.
tersebut,
sepertiga
Bertepatan
dengan
Seratus
Tahun
dari rumahnya terisi dengan
peringatan
koleksi fosil yang diletakkan di
Pithecanthropus Erectus, pada
meja maupun di rak terbuka.
tanggal 20 November 1991
Tetapi setelah ada peninjauan
Gubernur Jawa Timur Soelarso
dari Depdiknas (Departemen
meresmikan museum tersebut
Pendidikan
Nasional)
dengan nama “Museum Trinil”
Kabupaten Ngawi sekitar tahun
sebagai bukti bahwa fosil-fosil
1978
yang ditemukan banyak yang
Wiro
mendapatkan
bantuan 3 buah almari. Pada
berasal
kurun waktu 1968 sampai 1978
Selain itu, sebagai tanda jasa
fosil-fosil yang dilestarikan oleh
atas apa yang dilakukan oleh
Wirodihardjo masih berstatus
Wirodihardjo
koleksi
diabadikan
pribadi.
Baru
pada
dari
daerah
Trinil.
namanya sebagai
nama
tahun 1979 MUSKALA (Museum
gedung pameran museum yaitu
dan Purbakala) dari Kanwil
“Gedung
Depdikbud
(PEMKAB
(Kantor
Wilayah
Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan)
Provinsi
Jawa
Timur
mengadakan
inventarisasi
semua
Wirodihardjo” DISPARIYAPURA,
2013 :16). B. Data
Kunjungan
Wisatawan
Museum Trinil Tahun 2010-2013 Museum
Trinil
peninggalan sejarah purbakala
merupakan salah satu tempat wisata
dan
Wirodihardjo
edukasi yang ada di Kabupaten
sebagai juru pelihara dengan
Ngawi dimana jumlah kunjungan
status sebagai pegawai honorer.
wisatawan di Museum Trinil ini
Pada tahun 1980/1981
mulai meningkat pada tahun 2010
Pemerintah Daerah mendirikan
hingga 2013. Hal ini dapat dilihat
menunjuk
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN ………| 147
dari
tabel
jumlah
pengunjung
berikut :
Tabel 4.1 Tabel jumlah kunjungan wisatawan tahun 2009 Jumlah Pengunjung Jumlah Umum Asing Dinas Pelajar 2 3 4 5 6 700 514 1214 412 218 630 758 104 862 657 3 175 835 723 80 803 735 140 875 712 190 902 600 74 674 525 82 607 559 344 903 520 38 148 706 758 183 941 7.659 41 2.252 9952 Sumber : Data Loket Masuk Museum Trinil tahun 2009 Tabel 4.1 tentang jumlah wisatawan tahun 2010 sampai 2013,
Tahun 2009, Bulan 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah
kunjungan wisatawan tahun 2009
yang terlihat pada tabel 4.2 sampai
tersebut
tabel 4.5 sebagai berikut:
sebagai
pembanding
dengan tabel jumlah kunjungan Tabel 4.2 Tabel Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 2010 Tahun 2010, Bulan 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 September Oktober November Desember Jumlah
Jumlah Pengunjung Jumlah Umum Asing Dinas Pelajar 2 3 4 5 6 546 433 979 453 124 577 456 61 517 739 435 1174 697 276 973 275 278 553 407 275 682 142 2 22 166 2 3 4 5 6 1319 27 432 1778 580 18 498 1096 550 15 541 1106 585 1 6 350 942 6.749 45 24 3.725 10.543 Sumber : Data Loket Masuk Museum Trinil Tahun 2010 Tabel 4.3
148 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
Tabel Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 2011 Tahun 2011, Bulan 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah
Jumlah Pengunjung Jumlah Umum Asing Dinas Pelajar 2 3 4 5 6 751 751 649 649 500 500 707 707 568 70 638 565 122 687 498 263 761 479 158 637 546 145 691 586 12 1754 2352 535 3 517 1055 679 25 682 1386 7.063 3 3.711 10.814 Sumber : Data Loket Masuk Museum Trinil Tahun 2011 Tabel 4.4 Tabel Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 2012
Tahun 2012, Bulan 1 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah
Jumlah Pengunjung Jumlah Umum Asing Dinas Pelajar 2 3 4 5 6 602 21 332 955 535 12 96 643 735 267 1002 700 2 192 924 989 518 1507 697 25 690 1412 458 19 120 637 581 20 236 837 528 20 290 847 666 22 703 1391 490 10 234 759 900 694 1604 7.881 151 4.372 12.518 Sumber : Data Loket Masuk Museum Trinil Tahun 2012 Tabel 4.5 Tabel Jumlah Kunjungan Wisatawan Tahun 2013
Tahun 2013, Bulan 1 Januari Februari Maret April Mei
Jumlah Pengunjung Umum Asing Dinas Pelajar 2 3 4 5 580 198 343 223 552 26 649 747 3 5 592 632 20 588
Jumlah 6 778 566 1227 1347 1240
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN ………| 149
Juni Juli Agustus September Oktober 1 November Desember Jumlah
971 840 1811 410 20 92 522 760 263 1023 494 22 97 613 625 4 23 604 1256 2 3 4 5 6 530 5 121 656 1392 75 1034 2501 8.036 52 151 13.540 Sumber : Data Loket Masuk Museum Trinil Tahun 2013
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa dari tahun 2010 saampai tahun 2013 jumlah wisatawan yang berkunung ke Museum Trinil semakin meningkat. Hal
ini
dapat
dilihat
Banyaknya Pengunjung
14000 12000
melalui 12518
grafik
berikut:
13540
9952 10543 10814
10000 8000 6000 4000 2000 0 2009
2010
2011
2012
2013
Tahun Grafik perkembangan jumlah wisatawan Museum Trinil tahun 2009-2010 Bagan 4.1 Perkembangan Jumlah Wisatawan Museum Trinil Tahun 2009-2010 C. Temuan
Penelitian
Dampak
Kunjungan Wisatawan Terhadap
dua dampak yang ditimbulkan yaitu dampak positif dan dampak negatif.
Pelestarian Museum Trinil
Dampak
Bedasarkan paparan data
semakin
positif
meningkatnya
dari jumlah
yang telah disampaikan di atas maka
wisatawan bahwa kondisi museum
dapat
dampak
dapat dikatakan semakin lestari. Hal
terhadap
ini terbukti dari temuan-temuan
pelestarian Museum Trinil, terdapat
yang ada di lapangan menunjukkan
dilihat
kunjungan
bahwa
wisatawan
bahwa
dampak
positif
dari
150 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
peningkatan jumlah wisatawan yang
menambah pemasukan dana APBD
terjadi pada tahun 2010 hingga
(Anggaran
2013 yaitu dengan kondisi gedung
Daerah). Meskipun Museum Trinil
Museum Trinil yang lebih bagus dan
dalam
lebih nyaman bila dibandingkan
pemasukan
dengan kondisi gedung sebelum
dikatakan jauh dibawah rata-rata,
tahun
demikian
tetapi setidaknya dengan semakin
disebabkan karena adanya renovasi
bertambahnya jumlah wisatawan
seluruh gedung Museum Trinil oleh
maka hal itu juga akan menambah
Pemerintah Pusat yang dilakukan
dana
pada tahun 2013.
Pemerintah Kabupaten Ngawi.
2010.
Kondisi
Selain meningkatnya
itu, jumlah
hal
APBD
dengan wisatawan
Pendapatan
Belanja
berpatisipati
untuk
dana
dapat
APBN
yang
masuk
Sedangkan dilapangan
ke
temuan
yang
menunjukkan
juga menjadikan banyak dibukanya
dampak negatif dengan semakin
warung kuliner yang ada disekitar
meningkatnya jumlah wisatawan di
Museum Trinil. Meskipun warung
Museum
kuliner banyak berdiri di sekitar
Museum
Museum Trinil, pada kenyataannya
dikategorikan semakin tidak lestari.
hanya terdapat satu atau dua saja
Kondisi
yang membuka untuk berjualan
banyaknya sampah yang tertinggal
kuliner. Untuk kios-kios yang sudah
di taman belakang gedung Museum
disediakan
museum
Trinil. Selain itu, lebih parah lagi
sebagai tempat berjualan souvenir
banyaknya coretan di replika hewan
sampai saat ini masih kosong dan
purba yang juga terletak di taman
tidak ada yang pernah berjualan
belakang. Hal tersebut dikarenakan
disitu. Berdasarkan paparan data
letak taman belakang jauh dari
dan
warung-
pengawasan
kios-kios
museum, sehingga bagi wisatawan-
souvenir buka hanya pada saat
wisatawan yang kurang memiliki
tertentu saja. Contohnya pada saat
kesadaran
ada lomba dalang dan sinden cilik
melestarikan
Tingkat Sekolah Dasar Se-Kabupaten
mengotori
Ngawi.
benda yang ada disekitarnya.
hasil
warung
oleh
pihak
pengamatan
kuliner
Selain
dan
itu,
Trinil
maka
Trinil ini
kondisi
juga
dapat
terbukti
para
akan
dengan
pengelola
menjaga
tempat
dan wisata
dan merusak benda-
bagi
Tidak hanya coretan yang
pemerintah setempat tentu akan
ada direplika hewan purba di taman
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN ………| 151
belakang saja, tetapi tugu peresmian berdirinya terletak
Museum di
bersebelahan
Trinil
yang
taman
samping
dengan
gedung
A.
Dampak
Positif
Kunjungan
Wisatawan
Terhadap
Pelestarian
Museum Trinil Setiap
wisatawan
yang
pameran Museum Trinil juga banyak
berkunjung ke Museum Trinil memiliki
terdapat coretan. Tetapi bedanya
tujuan yang berbeda-beda diantaranya
taman sekitar gedung pameran dan
tujuan edukasi maupun tujuan rekreasi
pendopo tidak terdapat sampah
yang hanya sekedar melepas penat
yang
yang ada dalam diri masing-masing
bertebaran,
lebih
terjaga
kebersihannya dan lebih terawat. Berdasarkan kondisi yang
wisatawan dan untuk mengetahui suatu objek
wisata
yang
belum
pernah
ada di lapangan, maka semakin
dikunjunginya. Hal ini relevan dengan
meningkatnya
maksud berwisata menurut I Gde
jumlah
wisatawan
yang ada di Museum Trinil dapat
Pitana dan Gayatri (2005: 47)
dikatakan kondisi Museum Trinil
aktivitas bersantai atau aktivitas waktu
akan menjadi lebih buruk atau tidak
luang
lestari. Hal ini didukung dengan
kewajiban dan umumnya dilakukan
beberapa bukti yang ada dilapangan
pada
menyebutkan
pekerjaan.
meskipun
gedung
bukanlah saat
Museum Trinil sudah lebih bagus dan nyaman, tetapi dampak negatif dari tahun ke tahun belum tentu dapat dicegah. Sebab kesadaran wisatawan
untuk
menjaga
kebersihan dan melestarikan tempat wisata bisa jadi juga akan semakin berkurang apabila tidak diimbangi dengan
managemen
pengelolaan
museum yang baik. Pembahasan Dampak kunjungan wisatawan
suatu
seseorang
yaitu aktifitas
bebas
dari
Tahun 2010 Musuem Trinil mulai ramai kembali dikunjungi oleh wisatawan,
baik
wisatawan
lokal
maupun wisatawan interlokal, baik wiisatwan
dalam
negeri
maupun
wisatawan luar negeri. Peningkatan jumlah wisatawan yang terjadi pada tahun 2010 tersebut dilatarbelakangi karena adanya Kebijakan Pemerintah Daerah tentang Wajib Kunjung Museum yang diperuntukkan bagi seluruh anak sekolah
Se-Kabupaten
Ngawi
terhadap pelestarian Museum Trinil yang
khususnya anak sekolah dasar. Hal
terjadi pada tahun 2010 sampai tahun 2013
tersebut merupakan salah satu strategi
yaitu :
yang dicanangkan oleh Pemerintah
152 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
Kabuapten Ngawi sebagai bentuk upaya
Museum
pelestarian Museum Trinil. Selain itu,
berjualan.
upaya lain yang dilakukan Pemkab yaitu
dengan
diadakannya
Museum
pendopo
Museum
Pariwisata
Trinil.
Kabupaten
dicanangkan
Kabupaten cukup
Ngawi
efektif menjadikan
oleh Pemerintah Pusat pada tahun 2013. Dimana gedung-gedung Museum
dirasa
Trinil
menjadikan
Museum
wisatawan tahun
Museum
2013
terdiri
dari
gedung
dan pendopo dilakukan pemugaran
Trinil
meskipun bukan pemugaran secara total.
Pemugaran
tersebut
guna
jumlah
memperbaiki
sampai
Museum Trinil seperti gedung pameran
memberikan
Museum Trinil sebelum dipugar dalam
Trinil
tersebut
yang
pameran, kantor, taman, laboratorium
semakin dikenal oleh masyarakat luas. Meningkatnya
semakin
gedung Museum Trinil yang dilakukan
Museum Trinil ramai akan pengunjung dan
yang
ini terbukti dengan adanya pemugaran
Pemerintah
untuk
Trinil
di
lestari daripada tahun sebelumnya. Hal
Dinas Ngawi
tersebut
wisatawan
saat ini dapat dikatakan bertambah
di
mengungkapkan bahwa kedua strategi yang
untuk
2013 dapat menjadikan Museum Trinil
oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan bertempat
buka
meningkat dari tahun 2010 hingga
Kabuapten Ngawi yang diselenggaran Ngawi
itu
Jumlah
lomba
dalang dan sinden cilik tingakaT SD Se-
Kabupaten
Trinil
fasilitas-fasilitas
dampak positif bagi Museum Trinil
kondisi
maupun
sekitar
memprihatinkan untuk dikategorikan
Museum Trinil. Hal ini terbukti dari
sebagai sebuah gedung pameran, atap
warung-warung makan yang berdiri di
yang sebagian besar dalam keadaan
sekitar
bocor serta lantai dengan kondisi yang
bagi
masyarakat
Museum
Trinil
semakin
menjamur. Tetapi, ada fakta lain yang menyebutkan
bahwa
meskipun
warung-warung makan banyak berdiri disana, warung-warung makan tersebut hanya buka pada saat-saat tertentu saja, seperti pada saat ada perlombaan maupun pada saat liburan panjang anak sekolah. Sehingga tidak setiap hari semua warunng yang ada di sekitar
yang
di
tergolong
kurang bersih. B.
Dampak
Negatif
Kunjungan
Wisatawan
Terhadap
Pelestarian
Museum Trinil Keinginan wisatawan yang seharusnya menganggap bahwa benda purbakala
merupakan
benda
peninggalan sejarah yang harus di jaga kelestariannya
guna
mengetahui
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN ………| 153
kehidupan masa lalu tidak relevan
Leiden Belanda. Dengan begitu benda
dengan teori yang diungkapkan oleh
purbakala
Oka A.Yoeti (2006:6) tentang alasan
khususnya di Museum Trinil menjadi
keberadaan benda-benda peninggalan
berkurang
sejarah dan purbakala yang dianggap
didukung dengan teori yang dikemukan
menarik serta diminati oleh wisatawan
oleh
mungkin dulu ikut terlibat dalam
(1996: 15) bahwa keinginan untuk
perjalanan sejarah atau termasuk anak
membawa benda asli, bukan cindera
cucu yang ingin menapaki tilas leluhur
mata tiruan yang dibuat menyerupai
mereka. Hal ini terbukti dari alasan
benda aslinya menimbulkan jual beli
sebagian
yang
benda antik yang mungkin dari sekian
berkunjung ke Museum Trinil hanya
banyak perdagangan salah satunya
untuk berekreasi, sebagian kecil baru
adalah
datnag dengan alasan edukasi. Misalnya
sejarah dan purbakala.
besar
wisatawan Museum
asing Trinil
kepentingan
wisatawan
yang
datang
mayoritas
penelitian.
Khususnya
wisatawan asal Belanda dan Perancis yang
lebih
banyak
melakukan
kunjungan ke Museum Trinil datang dengan tujuan penelitian lapangan seperti penggalian fosil-fosil purba yang ada di sekitar Museum Trinil. Penggalian
di
keasliannya.
Indonesia Hal
dan
benda-benda
ini
Sudjiman
peninggalan
Meskipun demikian koleksi yang tersimpan dalam museum, selain untuk penyelamatan maupun objek penelitian
kepurbakalaan
arkeologis,
juga
berfungsi
memperkenalkan peninggalan
atau untuk
peninggalan-
budaya
Indonesia
(Iskandar, 2009: 103). Museum Trinil yang berdiri secara resmi sejak tahun
yang
1990
asing
pengelolan
yang
Ngawi dan Badan Pelestarian Cagar
ditemukan bisa jadi akan dibawa ke
Budaya Trowulan Mojokerja sampai
Belanda untuk dipadukan dengan hasil
saat
temuan fosil yang dulu dilakukan oleh
eksistensinya menjadi sebuah museum
Eugene
fosil
yang berfungsi sebagaimana mestinya
ini
sebagai museum khusus yang memiliki
dlakukan berdampak
oleh pada
Dubois
Pithecanthropus
fosil
ada
Murdyastomo
ke
untuk
yang
wisatawan hasil
fosil
penemu Erectus.
Hal
di
ini
bawah
pengawasan
Pemerintah
telah
dan
Kabupaten
menunjukkan
menyebabkan koleksi-koleksi yang ada
koleksi
benda-benda
di Museum Trinil sebagian replika dari
khususnya
bentuk asli fosil yang telah dibawa ke
Pithecanthropus Erectus yang menjadi
fosil
purbakala
manusia
purba
154 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
salah
satu
tempat
penelitian
menerima
kedatangan
wisatawan
kepurbakalaan dan juga tujuan wisata
dengan tepo sliro atau diterima dengan
edukasi
baik,
yang
memperkenalkan
tetapi
ketika
wisatawan
kehidupan masa lalu, artinya Museum
melanggar peraturan yang dibuat oleh
Trinil sebagai jembatan penghubung
pihak
antara
mampu mengingatkan sewajarnya atau
masa
lalu
dengan
masa
sekarang.
bahkan Menurut Murphy (dalam I
Gde Pitana dan Gayatri, 2005: 53) tipologi wisatawan pada prinsipnya diklasifikasikan ke dalam dua jenis yaitu tipologi wisatawan atas dasar interaksi (interactional type) dan atas dasar kognitif-normatif. Tipologi atas dasar interaksi dilihat dari seberapa jauh interaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal, Sedangkan tipologi atas
dasar
menekankan
kognitif-normatif
pada
melatarbelakangi
motivasi
yang
perjalanan.
Oka
A.Yoeti (1994: 7) merumuskan motivasi wisatawan
melakukan
perjalanan
wisata diantaranya untuk tujuan santai dan kesegaran badan, tujuan kesehatan, mencari
kesenangan,
menaruh
perhatian terhadap Negara lain, alasan untuk
museum,
mengunjungi
famili,
untuk
masyarakat
tidak
motivasi
perduli.
yang
hanya
Sedangkan
melatarbelakangi
perjalanan wisatawan di Museum Trinil hanya sekedar mencari kesenangan dan juga keinginan untuk mengetahui lebih mendalam tata cara hidup di tempat yang
dikunjunginya.
kesenangan
dalam
hal
wisatawan
anak-anak,
Mencari ini
antara
wisatawan
remaja dan wisatawan dewasa satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Bagi wisatawan anak-anak datang ke Museum Trinil mayoritas ajakan dari keluarga, ingin bermain di taman dan karena
wajib
kunjung
museum.
Wisatawan remaja yang berkunjung mayoritas untuk berjalan-jalan dengan lawan
jenis,
sedangkan
wisatawan
dewasa berkunjung ke Museum Trinil untuk mengenalkan Museum Trinil pada keluarganya.
mencari hal-hal yang bersifat spiritual,
Berdasarkarkan data yang
dan keinginan untuk mengetahui lebih
peroleh di lapangan tahun 2010 sampai
mendalam tata cara hidup di tempat
2013
yang dikunjunginya
meningkat dengan rata-rata wisatawan
Interaksi antar wisatawan dan masyarakat lokal hanya sekedar bertegur
sapa.
Masyarakat
bisa
jumlah
wisatawan
semakin
yang berkunjung ke Museum Trinil berkisar 15 sampai 20 wisatawan untuk hari biasa dan mencapai 30
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN ………| 155
wisatawan untuk hari libur baik dari
semprot baik pada dinding maupun
wisatawan lokal maupun mancanegara.
pada replika hewan purba.
Peningkatan yang terjadi pada tahun 2010 sampai tahun 2013 tersebut menjadikan
Museum
Trinil
dapat
dikatakan semakin tidak lestari. Hal ini terbukti
dari
paparan
yang
telah
disampaikan di atas bahwa dampak dari banyaknya wisatawan asing yang datang ke Museum Trinil mayoritas memiliki keinginan untuk membawa benda atau fosil asli temuan penggalian mereka di lapangan. Selain
Jauhnya lokasi taman dari pengawasan pengelola Museum Trinil seharusnya
bukan
wisatawan
berbuat
hal-hal
benda-benda
di
merusak
tidak
hanya
alasan yang sekitar
Museum Trinil. Menurut Oka A.Yoeti (2006:
14),
terdapat
dua
fungsi
museum yaitu pertama melindungi dan menjaga kelestarian benda-benda bukti material hasil budaya manusia serta alam
itu,
menjadi
dan
lingkungannya.
Kedua,
mengkomunikasikan dan menyebarkan
wisatawan asing yang memberikan
informasi
dampak
pelestarian
tersebut kepada masyarakat melalui
Museum Trinil tetapi meningkatnya
publikasi, bimbingan edukatif cultural
wisatawan
lokal
dan pameran.
kunjungan
ke
menjadikan
Museum
negatif
pada yang
melakukan
Museum Trinil
Trinil juga
semakin tidak lestari. Menurut temuan penelitian di lapangan, fakta tersebut dibuktikan dengan banyaknya sampah yang ditinggalkan oleh sebagian besar wisatawan lokal di berbagai tempat khususnya tempat-tempat yang jauh dari pengawasan pengelola museum. Tempat-tempat tersebut diantaranya taman belakang Museum Trinil dan taman samping gedung pameran. Di taman belakang museum selain banyak sampah yang tertinggal, juga banyak coretan-coretan menggunakan aerosol
mengenai
benda-benda
Fungsi Museum Trinil untuk mengkomunikasikan cagar
budaya
benda-benda berupa
benda
kepurbakalaan dilakukan dengan cara pembuatan leaflet baik dari Pemerintah Kabupaten
Ngawi
maupun
dari
Museum Trinil itu sendiri disamping diadakan pameran pada acara khusus diluar Museum Trinil itu sendiri. Selain itu,
Museum
menjalankan
Trinil
juga
fungsinya
sudah untuk
melindungi dan menjaga kelestarian benda-benda cagar budaya berupa benda purbakala tetapi kurangnya rasa peka pada masing-masing wisatawan menjadi faktor penentu utama dalam
156 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
menjaga dan melestarikan Museum
mengajak wisatawan dan masyarakat
Trinil sebagai tempat pelestarian benda
luas untuk menjaga dan melestarikan
cagar
tempat-tempat
budaya
tersebut.
Meskipun
secara fisik gedung dan bangunan yang apabila
semua
sikap
wisatawan yang berkunjung kesana memiliki sikap untuk merusak maka dapat dipastikan pelestarian Museum Trinil tidak akan berjalan dengan baik atau bahkan mengalami kegagalan.
khususnya
tempat wisata cagar budaya.
ada di Museum Trinil mengalami kemajuan,
wisata
Harapannya Museum Trinil yang berdiri saat ini dapat lebih diperhatikan
khususnya
Pariwisata
Pemuda
dan
Dinas Olahraga
Kabupaten Ngawi sebagai tujuan wisata edukasi dan tempat pelestarian benda cagar budaya. Meskipun Museum Trinil
Berdasarkan paparan dan
juga
bagian
dari
BPCB
(Badan
pembahasan yang telah diuraikan di
Pelestarian Cagar Budaya) Trowulan,
atas, maka solusi yang diberikan untuk
bukan berarti semua tanggung jawab
meminimalisir dampak negatif yang
pelestarian
muncul akibat meningkatnya jumlah
pengelola dan BPCB Trowulan. Selain
wisatawan
ke
itu Pemerintah Kabupaten seharusnya
dengan
tidak hanya berhenti pada renovasi
yang
Museum
berkunjung
Trinil
yaitu
hanya
bertumpu
pada
diadakannya
peraturan
yang
jelas
yang dilakukan pada tahun 2013 akan
untuk
wisatawan
baik
lokal
sarana-prasarana penunjang di sekitar
maupun wisatawan asing, baik jelas
Museum Trinil saja tetapi juga sarana
dalam
pensosialisasiannya
maupun
prasarana penunjang lainnya seperti
sanksi
tegas
diterima
jalan menuju lokasi Museum Trinil dan
para
yang
akan
wisatawan apabila peraturan tersebut
alat transportasi dapat diperhatikan.
dilanggar. Meskipun solusi tersebut
Penutup
nantinya akan memberikan dampak lain bagi Museum Trinil misalnya
A. Simpulan
jumlah wisatawan yang berkunjung akan
berkurang,
setidaknya
temuan penelitian dan pembahasan
wisatawan yang berkunjung untuk
yang telah disampaikan dimuka
kedepannya
terbiasa
maka dapat disimpulkan bahwa
Tentu
dampak yang ditimbulkan dengan
peraturan
adanya kunjungan wisatawan di
akan
tetapi
Berdasarkan paparan data,
mulai
dengan
peraturan
dalam
pensosialisasian
tersebut
dibuat
tersebut. dengan
maksud
Museum
Trinil
yaitu
semakin
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN ………| 157
meningkatnya
jumlah
wisatawan
antara wisatawan
yang datang maka Museum Trinil
wistawan
semakin
menjaga
tidak
lestari.
Hal
ini
yang
satu dengan lainnya
kebersihan
dalam
lingkungan.
dibuktikan oleh sikap atau perilaku
Selain itu, sikap tidak bertanggung
yang dibawa oleh masing-masing
jawab dari para wisatawan lokal
wisatawan baik wisatawan asing
untuk melakukan aksi coret-coret
maupun
lokal
pada benda-benda yang ada di
kerusakan
sekitar Museum Trinil. Terbukti dari
pada Museum Trinil. Dampak yang
banyaknya coretan pada replika
diberikan wisatawan asing yaitu
hewan-hewan purba yang ada di
keinginan
besar
taman belakang gedung serta pada
wisatawan asing untuk memiliki
tugu peresmian berdirinya Museum
benda-benda cagar budaya yang asli
Trinil.
wisatawan
memberikan
bukan
banyak
dari
replika
sebagian
buatan
manusia
Meskipun
sebagai sebuah souvenir. Sehingga
jumlah
hal ini menyebabkan sebagian besar
mulai tahun 2010 hingga 2013
koleksi-koleksi yang ada di Museum
membawa dampak positif dengan
Trinil hanya sebuah replika atau
perenovasian gedung Museum Trinil
tiruan dari fosil yang sebenarnya
yang dilakaukan oleh Pemerintah
yang dapat mengurangi keaslian
Pusat, dampak negatif akan tetap
bukti peninggalan sejarah yang ada
ada dan kemungkinan juga akan
Kabupaten Ngawi khususnya di
merusak
Museum Trinil itu sendiri.
tersebut apabila tidak diimbangi
Sedangkan dampak yang
dengan
wisatawan
peningkatan
hasil
yang
terjadi
perenovasian
peraturan-peratuan
yang
ditimbulkan dari wisatawan lokal
jelas untuk para wisatawan baik
antara lain sampah-sampah yang
asing maupun lokal.
ditinggalkan
semakin
banyak.
Kurangnya kesadaran atau bahkan
B. Saran
tidak adanya kesadaran dari masing-
Setelah
melakukan
masing wisatawan untuk menjaga
peneliitian ini, sebagai peneliti dan
kebersihan
di
insan akademisi ada beberapa hal
khususnya
tempat-tempat
Museum
Trinil yang
lokasinya jauh dari pengawasan pengelola. Selain itu, kurangnya kepedulian
untuk
mengingatkan
yang menjadi saran antara lain: 1.
Pengelola Museum Trinil Perenovasian
gedung
Museum Trinil yang dilakukan
158 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
pada tahun 2013 hendaknya
Trinil dapat diperbaiki guna
bukan suatu akhir perjalanan
memperlancar
para
mempermudah para wisatawan
pengelola
museum
menunjukkan keberhasilannya
yang
dalam
pelestarian
Museum
kendaraan pribadi.
Trinil,
tetapi
tersebut
hal
3.
tidak
pengelola
menggunakan
Wisatawan
menjadi awal dari perjalanan
Peneliti berharap pada
untuk
wisatawan baik wisatawan lokal
memanagement kembali agar
maupun wisatawan asing di
Museum Trinil yang dulu jarang
Museum
dikenal masyarakat luas tidak
menyadari bahwa semua yang
terulang
Sebaiknya
ada di tempat wisata harus
dengan kondisi bangunan yang
dijaga dan dilestarikan baik dari
lebih baik saat ini, seluruh
segi
pengelola Museum Trinil lebih
koleksi yang ada di Museum
maksimal lagi dalam menjaga
Trinil.
dan melestarikan
menlestarikan
Trinil
2.
serta
kembali.
Museum
melalui
peraturan-
Trinil
untuk
lingkungannya Sebab
kewajiban
maupun
menjaga bukan
dari
lebih
dan hanya
pengelola
peraturan yang jelas khususnya
Museum Trinil saja tetapi juga
bagi wisatawan.
semua
Pemerintah Kabupaten Ngawi
lingkungan
Peneliti harapan
menaruh
yang
besar
bagi
yang
wisatawan
terlibat
dalam
tersebut
baik
maupun
warga
sekitar.
Pemerintah Kabupaten Ngawi untuk lebih memperhatikan dan mempedulikan
keberadaan
Museum Trinil sebagai salah satu tempat wisata edukasi dan pelestari
benda
peninggalan
bersejarah demi kemajuan ilmu pengetahuan.
Selain
itu,
diharapkan kelengkapan dalam sarana
prasarana
transportasi
dan
berupa perbaikan
jalan menuju lokasi Museum
DAFTAR PUSTAKA Abraham Nurcahyo. 2011. Jurnal Agastya Pendidikan Sejarah. Madiun: Program Studi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Madiun ________________ dan Yudi Hartono. 2011. Konsep Dasar dan Pengembangan IPSSD. Magetan: Swastika Press Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN ………| 159
Burhan Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi. Kebijakan Publik dan Ilmu Sosil Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Ensiklopedia Nasional Indonesia. 1990. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka Gabriel Amin. 2003. Metodologi Penelitian dan Studi Kasus. Sidoarjo: Citra Media Gamal
Suwantoro. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: CV ANDI Offset
Hadari Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press H.B
Sutopo. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Dasar teori Dan Terapan Dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Husaini Usman. 2004. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara Husein Umar. 2011. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesisi Bisnis Edisi Kedua. Jakarta: PT RajaGarafindo Persada I Gde Pitana dan Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: ANDI Offset __________ dan Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: CV ANDI Offset I
I
Gusti Bagus dan Mahadewi. 2010. Metodologi Penelitian Pariwisata dan Perhotelan. Yogyakarta: CV ANDI Offset
Made Wirartha. 2006. Metodologi Penelitian Sosiologi. Yogyakarta: Andi Yogyakarta Irna Trilestari. 2012. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Vol.7 No.2 . Jakarta: Puslitbang Kebudayaan Komp. Kemendikbud
Joko Subagyo. 2004. Metode Penelitian dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Kodhyat. 1996. Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Grasindo Kunjungi Museum Jamu. 2013. 3 Juli. Kompas Lexy J.Moleong. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Miles,
Mathew B dan A Michael Hubbermain. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press
Muljadi. 2010. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta: PT Raja Garfindo Persada Murdyastomo dan Sudjiman. 1996. Dampak Pariwisata Terhadap Pelestarian Benda Sejarah dan Purbakala. Jurnal Informasi: Kajian Masalah Pendidikan dan Sosial (Online), No. 3 Th XXIV, (www.staff.uny.ac.id Diunduh 29 Maret 2014) Moehar Daniel. 2003. Metode Penelitian Sosial Ekonomi: Dilengkapi Beberapa Alat Analisa dan Penunun Penggunaan. Jakarta: PT Bumi Aksara Mohammad Iskandar. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: PR Raja Grafindo Persada Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nyoman S. Pendit. 2006. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramita Oka A. Yoeti. 2006. Pariwisata Budaya dan Solusinya. Jakarta: PT Pradnya Paramita
160 | JURNAL AGASTYA VOL 5 NO 2 JULI 2015
___________ . 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa ___________ . 1994. Komersialisasi Seni Budaya Dalam Pariwisata. Bandung: Angkasa Poerwadarminta. 2007. Kamus Bahasa Indonesia Edisi Jakarta: Balai Pustaka
Umum Ketiga.
Soenatris Hadi. 2001. Situs Museum Trinil Kabupaten Ngawi Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta ________ . 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Supratikno Raharjo. 2011. Pengelolaan Warisan Budaya Dalam Pariwisata. Bandung: Lubuk Agung Urip Suroso. 1993. Kecil Tapi Indah: Pedoman Pendirian Museum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek Pembinaan Permuseuman Wahidmurni. 2008. Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang Press Arsip Pemerintah Kabuapten Ngawi. 2013. Buku Pariwisata dan Sejarah. Ngawi: Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ngawi Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 1995 Tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. 2010. Mojokerto: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan