DAMPAK KERAHASIAAN ODHA DI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU ODHA DALAM MENCEGAH PENULARAN HIV DI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2010
TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Derajad Magister Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh: SISMULYANTO NIM S540209120
PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
TESIS
DAMPAK KERAHASIAAN ODHA DI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU ODHA DALAM MENCEGAH PENULARAN HIV DI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2010
Disusun oleh: SISMULYANTO S-5402091-20
Telah Disetujui oleh Pembimbing Pada Tanggal :
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Samsi Haryanto, MPd
Dr. Nunuk Suryani, MPd
Nip. 19440404 197603 1 001
NIP. 19661108 199003 2 001
Mengetahui Ketua Prodi Magister Kedokteran Keluarga
Prof. Dr. Didik Gunawan Tantomo, dr. PAK, MM, M.Kes ii
Nip. 19480313 197610 1 001
LEMBAR PENGESAHAN PENDERITA HIPERTENSI PRIMER : PENGETAHUAN TENTANG DIET RENDAH GARAM,KEPATUHAN DAN KENDALANYA (Studi di Klinik As Sakinah Tamansari Tegalsari Banyuwangi) TESIS Disusun oleh: Sumarman S-540209123 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing untuk di pertahankan Didepan Tim Penguji Tesis Pada Tanggal: ........Juni 2010
Dewan Pembimbing Jabatan Tangan
Nama
Tanda
Pembimbing I
Prof. DR. Samsi Haryanto,MPd NIP :194404041976031001
.…………….
Pembimbing II
DR. Nunuk Suryani,MPd NIP : 196611081990032001
..……………
Mengetahui, Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga
iii
Prof. DR. Didik Tamtomo,Dr,PAK,MM,M.Kes NIP: 194803131976101001 DAMPAK KERAHASIAAN ODHA DI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU ODHA DALAM MENCEGAH PENULARAN HIV DI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2010 TESIS Disusun oleh: Sismulyanto (S-540209120) Telah disetujui dan disahkam oleh Tim Penguji Tesis Pada Tanggal : ...........Juni 2010 Dewan penguji Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua Merangkap Anggota
: Prof.DR.Didik G Tamtomo,Dr,PAK,MM,M.Kes .…………….
Sekretaris Merangkap Anggota
: Prof Ambar Mudigdo,Sp.PA(K)
Anggota Anggota
: NIP : 194803131976101001 .....………….
: NIP : 194903171976091001 1 : Prof.DR.Samsi Haryanto,MPd NIP :194404041976031001 2 : DR.Nunuk Suryani,MPd NIP : 196611081990032001
Mengetahui Direktur Program Pascasarjana
Prof.Drs.Suranto.MSc.Ph.D NIP : 195708201985031004
.……………. ..……………
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Prof.DR.Didik G Tamtomo,dr,PAK,MM,M.Kes NIP: 194803131976101001 iv
KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan Taufik, Hidayah dan Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul “ DAMPAK KERAHASIAAN ODHA DI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU ODHA DALAM MENCEGAH PENULARAN HIV DI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2010”. Usulan tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan pada Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan usulan tesis ini penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat : 1.
Prof. Dr. Moch. Syamsul Hadi, dr. SpKj(K), selaku Rektor
Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan wawasan ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan usulan penelitian ini. 2.
Prof. Drs. Suranto, MSc. Ph.D, selaku Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan surat keputusan pengangkatan dosen pembimbing tesis mahasiswa Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr, PAK, MM, M.Kes. selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menempuh v
pendidikan di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4.
P. Murdhani,dr. MHPEd, selaku Ketua Minat Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakartayang telah menyetujui permohonan ijin penelitian ini
5.
Prof. Dr. Samsi Haryanto, MPd selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam penulisan usulan penelitian ini.
6.
Dr. Nunuk Suryani, MPd selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam penulisan usulan penelitian ini
7.
Calon pendamping hidupku yang selalu memberikan motivasi dan semangat hingga dapat terselesaikan tugas ini.
8.
Teman-teman seperjuangan mahasiswa pasca sarjana Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menjalin kerjasama dalam menempuh pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis berusaha untuk menyelesaikan usulan tesis ini dengan sebaik-
baiknya, namun demikian penulis menyadari bahwa masih perlu adanya masukan dari berbagai pihak untuk kesempurnaan tesis ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi kemajuan bersama.
Banyuwangi,
Februari 2010
Penulis vi
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul.................................................................................................. i Lembar Persetujuan ......................................................................................... ii Kata Pengantar ................................................................................................. iii Daftar Isi .......................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D.
Latar Belakang ..................................................................................... Rumusan Masalah ................................................................................ Tujuan ................................................................................................. Manfaat Penelitian ...............................................................................
1 3 3 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. B. C. D. E. F. G. H.
Konsep HIV AIDS ....... ....................................................................... Perjalanan Penyakit HIV/ AIDS .......................................................... Gejala Infeksi HIV ............................................................................... Kelompok Beresiko Tertular dan Menularkan HIV ............................ Pencegahan HIV ................................................................................. Dasar Kebijakan Penanggulangan HIVdan AIDS ............................... Prinsip Pelayanan Konseling dan Testing HIV/ AIDS Sukarela….. ... Kerangka Berpikir ................................................................................
6 6 7 9 10 11 14 16
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat ............................................................................... B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................. 1. Bentuk Penelitian ........................................................................... 2. Strategi Penelitian .......................................................................... C. Sumber Data ........................................................................................ 1. Tempat dan peristiwa ..................................................................... 2. Informan ......................................................................................... 3. Dokumen atau Arsip ...................................................................... D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. E. Uji Keabsahan Data ............................................................................ F. Kerangka Kerja Penelitian ................................................................... G. Analisa data .......................................................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
17 17 17 17 18 18 18 18 18 21 24 25
A. Deskripsi Latar, Tempat Penelitian, Informan. .................................... 28 vii
B. Temuan Penelitian................................................................................ 31 C. Pembahasan .......................................................................................... 46 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan. ......................................................................................... 57 B. Saran..................................................................................................... 58 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 59 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 60
viii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Kerangka Berfikir........................................................................ 16 Gambar 3.1 Kerangka Kerja .......................................................................... 25
ix
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Daftar Poliklinik dan Specialisasi di RSUD Blambangan ............... 28 Tabel 4.2 Tabel karakteristik Informan ........................................................... 31 Tabel 4.3 Jawaban Informan tentang Perilaku ODHA di masyarakat ............. 32 Tabel 4.4. Persepsi dan Sikap ODHA terhadap HIV ...................................... 39 Tabel 4.5 Upaya ODHA untuk mencegah penularan HIV ............................. 41 Tabel 4.6 Perlakuan Confidential ODHA di masyarakat ................................. 43
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Wawancara mendalam 2. Lembar Pernyataan kesediaan menjadi Responden 3. Lembar Kuisioner 4. Transkrip Hasil Penelitian
xi
DAFTAR SINGKATAN
1 AIDS
:
Acquired Immune Defesiency Syndrom
2 CD4
:
Jenis Sel Antibodi manusia
3 HIV
:
Human Immmunodefeciency Virus
4 IDU
:
Injecting Drug User
5 IMS
:
Infeksi Menular Seksual
6 KKBS
:
Kelompok Kerja Bina Sehat
7 LSM
:
Lembaga Swadaya Masyarakat
8 NAPZA
:
Narkotika dan Zat Aditif
9 ODHA
:
Orang dengan HIV/ AIDS
10 OHIDHA
:
Orang Hidup dengan HIV/ AIDS
11 PMI ASA
:
Palang Merah Indonesia Aksi Stop Aids
12 PPS
:
Pria pekerja seks
13 PPT
:
Periodic Presumtif Treatment
14 PSK
:
Pekerja seks Komersial
15 RSUD
:
Rumah Sakit Umum Daerah
16 VCT
:
Voluntary Conseling and Testing
17 WHO
:
Word Health Organization
18 WPS
:
Wanita pekerja seks
xii
ABSTRAK Sismulyanto, S540209120.2010. DAMPAK KERAHASIAAN ODHA DI MASYARAKAT TERHADAP PERILAKU ODHA DALAM MENCEGAH PENULARAN HIV DI KABUPATEN BANYUWANGI. Tesis ; Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
Acquired Immune Defesiency Syndrom (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immmunodefeciency Virus (HIV). Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi menunjukkan bahwa sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1999 kasus HIV/ AIDS terus meningkat. Hingga akhir tahun 2009, jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 548. Jumlah temuan tersebut dari tahun ke tahun juga semakin meningkat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi dampak kerahasiaan ODHA di masyarakat berkaitan penularan HIV kepada orang lain. Selain itu juga untuk mendapatkan informasi perilaku ODHA, sikap dan persepsi ODHA terhadap HIV/AIDS dan juga cara pencegahan dan upaya yang dilakukan ODHA untuk mencegah penularan HIV ini kepada orang lain. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah ODHA di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Teknik sampling yang digunakan adalah Snow Ball sampling. Jumlah subyek penelitian sebanyak 3 informan. Penggalian data dilakukan dengan in depth interview. Selanjutnya data dianalisis dengan reduksi data, data display dan vefikasi data. Untuk memastikan kredibiltas data maka dilakukan uji kredibilitas data dengan triangulasi sumber. Hasil penelitian ini menyatakan semua responden mengatakan tidak mau menularkan HIV yang ada dalam tubuhnya kepada orang lain. Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah penularan itu, terutama kepada anaknya. Masa lalu informan beragam ada yang berasal dari pengguna napsa suntik, heteroseks, bahkan ada yang tertular dari suaminya. Perlakuan Kerahasiaan kepada ODHA harus tetap dilaksanakan karena mereka takut adanya deskriminasi terhadap ODHA. Hal tersebut terjadi karena masyarakat belum paham tentang HIV sehingga mereka masih sangat menstigma HIV. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka memang perlu adanya suatu intervensi ganda yang harus segera dilakukan, yaitu intervensi ke masyarakat berupa sosialisasi tentang HIV/ AIDS. Sedangkan kepada ODHA, perlu adanya dampingan yang berkesinambungan sehingga penularan HIV dari ODHA kepada orang lain dapat dicegah. Keyword; Kerahasiaan, HIV, Perilaku, Penularan.
xiii
ABSTRACT
Sismulyanto, S540209120.2010. THE IMPACT OF CONFIDENTIAL PEOPLE WITH HIV/AIDS IN THE SOCIETY ON THEIR BEHAVIOUR IN PREVENTING HIV TRANSMISSION IN BANYUWANGI REGENCY Thesis; Sebelas Maret University, Graduate Program.
AIDS is a collection of symptoms of disease caused by HIV/AIDS. Data from Department of Health of Banyuwangi regency indicated that since it was first found in 1999, cases of HIV/AIDS continues to rise. Until the end of 2009, the number of HIV/AIDS is 548 cases. From year to year, the number of findings is increasing. The purpose of this study was to obtain confidential information on the impact of people with HIV/AIDS in the community related to the transmission of HIV/AIDS to others. It also purposed to obtain information on the behaviour of people with HIV, their attitudes and perceptions to the disease, ways of prevention on the disease and their efforts to prevent HIV/AIDS transmission to others. This research used descriptive qualitative approach. The unit of analysis in this research was three people with HIV/AIDS in the Banyuwangi regency. Sampling technique that was used was the snow ball sampling. The data was obtained by using in depth interview and it was analyzed by using data reduction, data display and data verification. To ensure the credibility of the data, a credibility test was held by using triangulation on data sources. The result of this study revealed that all the respondents had no desire to transmit HIV/AIDS in their bodies to the others. Many efforts were held to prevent the transmission, especially to their children. The informants’ past life was varied; they used to use narcotics injection, they were heterosexually active, some even infected with the disease from her husband. Confidential treatment to people with HIV/AIDS should be carried out constantly because they are afraid of discrimination against people with HIV/AIDS. It happens because the society does not understand about HIV so they still stigmatize the HIV/AIDS. Based on the results of research, a double intervention should be done immediately, that is intervention in the form of socialization about HIV into the society. Whereas, for the person with HIV/AIDS, assistance for them should also be held in order to the continuous transmission of HIV/AIDS to the others can be prevented.
Keywords: Confidential, HIV/AIDS, behaviour, spreading xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Acquired Immune Defesiency Syndrom (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immmunodefeciency Virus (HIV). Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan turunnya atau hilangnya daya tahan sehingga mudah terjangkit penyakit. Pada awalnya HIV disinyalir banyak ditemukan pada orang dengan perilaku seks yang tidak aman tetapi sejak tahun 1999 terjadi fenomena baru penyebatan HIV/ AIDS yaitu HIV mulai terlihat pada pengguna Narkotika suntikan (IDU/ Injecting Drug User) Penularan pada kelompok IDU terjadi secara cepat karena penggunaan jarum suntik bersama. Dari data dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur kasus HIV/ AIDS sampai dengan akhir tahun 2009 Jawa Timur menduduki peringkat ke 3 setelah DKI Jaya dan Jawa Barat. Kasus AIDS di Jawa Timur sampai dengan bulan Maret 2009 adalah 2.737 kasus. Sedangkan Kasus HIV/ AIDS di Kabupaten Banyuwangi pertama kali ditemukan pada tahun 1999 sebanyak 1 kasus dan mulai meningkat menjadi 4 kasus pada tahun 2000,
pada tahun 2001 ditemukan 9 kasus, tahun 2002
ditemukan 10 kasus, tahun 2003 ditemukan 12 kasus, tahun 2004 ditemukan 22 kasus, tahun 2005 ditemukan 19 kasus, tahun 2006 ditemukan 79 kasus, tahun xv
2007 ditemukan 105 kasus, 101 kasus tahun 2008, dan 186 kasus pada tahun 2009. Sehingga apabila di jumlah maka total kasus HIV/ AIDS sampai dengan Akhir bulan Desember tahun 2009 adalah 548 kasus dengan 110 penderita sudah meninggal. Jika dilihat dari factor resiko penularan yang paling tinggi adalah heteroseks ( 75% ) kemudian yang kedua adalah dari Pengguna Narkotika Suntik (Penasun) atau yang biasa disebut IDU ( Injecting Drug User ). Selain hal tersebut diatas ada hal yang menakjubkan adalah yakni adanya kejadian HIV/ AIDS pada ibu rumah tangga yaitu yang berjumlah 109 kasus. Kabupaten Banyuwangi merupakan wilayah yang letaknya sangat strategis, dari unsur geografis terletak di daerah pesisir yang berdekatan dengan pulau Bali dengan akses , perdagangan maupun mobilitas penduduk. Letaknya yang dekat wisata bertaraf internastional merupakan port the entry bagi turis mencanegara dan domestik ke wilayah Banyuwangi yang memungkinkan juga masuknya penyakit terutama penyakit yang ditularkan melaui hubungan seks. Selain itu di Banyuwangi mempunyai lokalisasi yang cukup banyak sehingga memungkinkan terjadi transaksi seksual yang beresiko tertular dan menulari IMS dan HIV/AIDS. Hal ini ditunjang dengan kurang sadarnya pelanggan yang tidak mau menggunakan alat pengaman (kondom) pada waktu berhubungan seks dan juga adanya daya tawar yang lemah dari PSK untuk memaksa pelanggan menggunakan kondom. Sebagai akibatnya terjadilah hubungan seks tidak aman yang merupakan faktor resiko terjadinya penularan IMS dan HIV/AIDS. Untuk menanggulangi hal tersebut diatas maka perlu dilakukan beberapa upaya yang langsung berkaitan dengan populasi beresiko tersebut. Dinas Kesehatan xvi
sebagai penanggung jawab Kegiatan Penanggulangan Penyakit Menular Sexual di Kabupaten Banyuwangi
bekerjasama dengan lembaga donor dan LSM telah
melakukan beberapa upaya penanggulangan penyakit tersebut, antara lain ; pemeriksaan berkala tiap bulan di lokalisasi, pengambilan dan pemeriksaan darah pada Sero Survey. Periodic Presumtif Treatment (PPT), pelayanan IMS di kinik IMS kertosari, Kinik IMS kedungrejo. Selain itu khusus untuk pelayanan HIV/ AIDS sudah disiapkan Klinik VCT RSUD Blambangan dan Klinik VCT RSUD Genteng yang melakukan mobile klinik dua kali dalam satu bulan. Selain skreening IMS untuk intervensi perubahan perilaku juga dilakukan pendampingan terhadap para PSK dan Pelanggan. Dinas Kesehatan melakukan pendampingan PSK bekerjasama dengan Kelompok Kerja Bina Sehat (KKBS) dan untuk pendampingan pelanggan bekerjasama dengan PMI ASA. Selain itu menjaga penularan HIV melalui transfuse darah di PMI dilakukan Screening pada semua darah pendonor.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah Perilaku ODHA di masyarakat?
2.
Bagaimanakah persepsi ODHA terhadap HIV ?
3.
Bagaimana upaya ODHA untuk mencegah penularan HIV kepada orang lain ?
4.
Bagaimanakah dampak kerahasiaan ODHA di masyarakat ?
C. Tujuan Penelitian
1.
Untuk mendapatkan informasi perilaku ODHA di masyarakat. xvii
2.
Untuk mengetahui Persepsi ODHA terhadap HIV/ AIDS.
3.
Untuk mengetahui upaya ODHA untuk mencegah penularan HIV kepada orang lain.
4.
Untuk mengetahui dampak Kerahasiaan ODHA di masyarakat.
D. Manfaat Penelitian
1.
Teoritis Penelitian ini dapat memastikan dan menegaskan bahwa penerapan kebijakan kerahasiaan pada ODHA di masyarakat sampai saat ini masih dapat diterapkan atau tidak mengingat perilaku para ODHA yang variatif.
2.
Manfaat Praktis a. Bagi Institusi dan profesi Kesehatan Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan dalam memberikan gambaran tentang penerapan kerahasiaan ODHA di masyarakat terhadap upaya mencegah penularan HIV dari ODHA ke OHIDA. b. Bagi Masyarakat Dapat menambah informasi dan pengetahuan masyarakat bahwa penerapan kebijakan kerahasiaan ODHA di masyarakat memang perlu dilakukan sampai hilangnya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA dengan resiko apabila ODHA tersebut tidak menyadari perlakuan
xviii
tersebut maka mereka tetap akan menularkan tanpa pernah diketahui orangnya.
c. Bagi peneliti yang akan datang Hasil penelitian ini dapat dijadikan data penunjang atau literature untuk peneliti yang akan datang. Dan untuk peneliti yang akan datang harap meneliti tentang masih perlukah penerapan kebijakan kerahasiaan terhadap ODHA dengan perilaku ODHA untuk mencegah penularan HIV.
xix
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep HIV/ AIDS HIV (Human Immunodefeciwency Virus ) adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS. Virus HIV adalah Retrovirus yang termasuk termasuk golongan virus RNA yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa genetic. Virus HIV pertama ditemukan pada Januari 1983 oleh Luc Montaigner di Perancis pada seorang pasien limfadenopati. Oleh karena itu kemudian dinamakan LAV ( Lymph Adenopathy Virus ).
Sedangkan Acquired Immune Defesiency Syndrom (AIDS) merupakan
kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immmunodefeciency Virus (HIV). (Depkes RI; 2003).
B. Perjalanan Penyakit HIV/ AIDS Kejadian awal timbul setelah infeksi virus HIV memasuki tubuh manusia, Sindrom retroviral akut diiku
oleh penurunan CD4dan peningkatan RNA-HIV dalam
plasma. Hitung CD4 perlahan akan menurun dalam waktu beberapa tahun dengan laju penurunan CD4 yang lebih cepat pada 1,5 – 2,5 tahun sebelum pasien jatuh dalam keadaan AIDS. Viral load akan meningkat dengan capat pada awal infeksi dan turun pada titik tertentu. Dengan berlanjutnya infeksi, viral load secara perlahan meningkat. Pada fase akhir penyakit akan ditemukan hitung sel CD4 < 200/mm3, xx
diikuti timbulnya infeksi oppurtunistik, munculnya kanker tertentu, berat ini secara perlahan Virus partikel virus tersebut bergabung dengan DNA sel penderita yang terinfeksi. DNA sel akan selalu ada pada manusia sehingga sebagai akibatnya sekali seseorang terinfeksi dan di istilahkan sebagai orang yang terinfeksi HIV. Dari semua pengidap HIV hanya sedikit yang menjadi AIDS pada tahun pertama; diperlukan waktu sekitar 3 sampai 10 tahun bagi pengidap HIV untuk menjadi tahap AIDS, yang selanjutya disebut penderita AIDS (Acquired Immune Defeciency Syndrom) Perjalanan penyakit tersebut menunjukkan gambaran penyakit yang kronis, sesuai dengan perusakan system kekebalan tubuh yang juga bertahap. Sel yang pertama diserang oleh HIV adalah salah satu jenis sel darah putih yang disebut lymphosit, sub-jenis limfosit sel T helper. Kerusakan system kekeba tercermin dari perkembangan perjalanan penyakit HIV, mulai dari tanpa gejala sampai keadaan klinis yang amat berat. Pada tahap awal biasanya penderitan tidak menunjukkan gejala sama sekali, ia merasa sehat tetapi sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain. (Depkes RI;2003).
C. Gejala Infeksi HIV 1. Tahap Infeksi Akut Sebanyak 30% – 60% penderita
dak mengalami gejala,
mbul dalam 6
minggu pertama, berupa demam, rasa letih, sakit pada otot dan sendi, sakit menelan, sdan pembersaran kelenjar getah bening. Jadi gejalanya mirip Influenza atau penyakit mononucleosis infeksiosa. Ada juga yang disertai gejala radang otak xxi
(meningitis aseptic) berupa demam,sakit kepala, kejang-kejang san kelumpuhan saraf otak. Pemeriksaan cairan otak menunjukkan peningkatan kadar protein dan sel mononuclear. 2. Tahap Asimtomatik (tanpa gejala ). Bila seseorang baru saja terinfeksi HIV, sering tidak menimbulkan gejala dan juga
dak ada keluhan. Masa seper
ini dapat berlangsung antara 6 minggu
sampai beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun setelah terpapar. 3. Tahap Simtomatik Ringan Setelah beberapa tahun tanpa gejala, pada tahap berikutnya berat badan penderita mulai menurun walaupun
dak mencolok sampai turun 10%. Pada
tahap ini kadang ada gejala kulit dan mulut yang ringan, misalnya jamur pada kuku, sariwan yang berulang pada mulut dan peradangan pada sudut mulut. Infeksi bakteri pada saluran nafas yang berulang dapat juga ditemukan. Walaupun demikian penderita masih melakukan aktifitas normal. Pada tahap lebih lanjut penderita makin kurus, penurunan berat badan 10%, diare lebih dari 1 bulan, panas yang diketahui sebabnya lebih dari 1 bulan baik yang hilang timbul maupun panas yang terus menerus. Gangguan mulut yang sering ditemukan adalah sariawan karena jamur (kandida ) dan bercak putih seperti rambut (Oral Hairly Lekoplakia). Radang paru-paru kadang dijumpai berupa Tuberkulosis dan pneumonia berat akibat infeksi bakteri. Pada tahap ini biasanya penderita berbaring di tempat bulan terakhir.
xxii
dur lebih dari 12 jam sehari selama satu
4. Tahap AIDS ( Tahap Lanjut) Ini merupakan tahap akhir,penderita diserang oleh satu atau beberapa macam infeksi opportunistic, misalnya;
pneumonia pnemocyctis carinii,
toksoplasma otak, diare akibat riptosporiodosis, penyakit virus sitomegali, herpes, kandida esophagus, trachea, bronkus, atau paru-paru serta jamur jenis lain. Kadang juga ditemukan beberapa jenis kanker, antara lain; kanker kelenjar getah bening dan kelenjar sarcoma Kaposi.
C. Kelompok Beresiko Tertular dan Menularkan HIV Aktifitas yang dilakukan oleh seseorang yang rentan tertular dan menularkan HIV disebut sebagai perilaku beresiko. Adapun kelompok perilaku beresiko tersebut antara lain : 1. Pengguna NAPZA suntik Pengguna NAPZA suntik (penasun) adalah yang menggunakan napza dengan cara disuntikan. Penasun juga disebut IDU ( Injecting Drug User ). Penasun memiliki dua perilaku beresiko yaitu; menggunakan jarum suntik secara bergantian (tidak steril) serta perilaku seks bebas. 2. PSK ( Pekerja seks Komersial )
xxiii
Pekerja seks selalu berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seks dengan pelanggannya.Pekerja seks bias Wanita pekerja seks ( WPS) atau). Umumnya mereka tidak punya posisi tawar ( bargaining position ) dalam menggunakan kondom untuk melindungi dirinya dari penularan HIV.
3. Pelanggan pekerja seks komersial Pelanggan pekerja seks komersial adalah laki-laki atau perempuan yang membeli seks kepada pekerja seks komersial. Mereka beresiko terinfeksi HIV dari pekerja seks tersebut. 4. Pasangan tetap Pekerja seks dan Pelanggan. Pekerja seks yang telah terinfeksi HIV dan mempunyai pasangan tetap ( baik pacar/ suami/isteri ) dapat berpontensi menularkan HIV kepada pasangannya. Pasangan ini bisa juga adalah seorang ibu rumah tangga. 5. Homoseksual Kelompok homoseksual terdiri dari gay, waria, dan lesbian. 6. Pasangan tetap penasun Pasangan tetap penasun baik istri/ suami yang sah atau pacar penasun juga beresiko tertular HIV, bila penasun tersebut telah terinfeksi HIV dan melakukan hubungan seks tanpa menggunakan kondom. 7. Bayi yang di kandung ibu hamil yang terinfeksi HIV HIV menular ke bayi melalui luka jalan lahir pada proses kehamilan,kelahiran, ataupun menyusui. xxiv
D. Pencegahan HIV Infeksi HIV dapat dihindari melalui beberapa cara. Beberapa cara tersebut adalah : 1. Abstinentia ( Puasa ) atau berpantang melakukan hubungan seks. Cara ini paling aman untuk menghindari infeksi melalui hubungan seks. 2. Be Faithful ( Setia pada pasangan ) Seseorang yang telah aktif secara seksual, dapat menghindari infeksi HIV dengan tidak melalukan hubungan seks dengan orang lain selain pasangannya. Ini berarti seorang laki-laki harus tetap melakukan hubunngan seks dengan seorang perempuan saja. 3. Condom ( Menggunakan Kondom ) Kondom adalah alat kontrasepsi yang diandalkan saat ini untuk melindungi diri dan pasangan dari infeksi HIV. 4. Hindari menggunakan jarum suntik dan alat bekas. Rata-rata penguna napza suntik ( penasun ) menyuntikan napza secara bergantian. Sehingga memudahkan penularan HIV. Selain itu banyak orang ketika menggunakan alat-alat tajam tidak lagi apakah alat itu steril atau tidak. Para tukang cukur rambut tradisional sering menggunakan alat cukunya yang tidak steril ketika akan menggunakanya. 5. Edukasi xxv
Meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan HIV dan AIDS melalui
penyuluhan,pelatihan kecakapan hidup ( life skill education ) baik pada kelompok beresiko tinggi dan kelompok resiko rendah.
E. Dasar Kebijakan Penanggulangan HIVdan AIDS Penularan dan penyebaran HIV/ AIDS sangat berhubungan dengan perilaku beresiko. Oleh karena itu penanggulangan harus memperhatikan factor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku tersebut. Bahwa kasus HIV dan AIDS diidap sebagian besar oleh mereka yang berperilaku resiko tinggi yang merupakan sub-populasi yang dimarginalkan, maka program-program pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS memerlukan perhatian terhadap nilai – nilai keagamaan, adat istiadat dan norma-norma masyarakat yang berlaku disamping pertimbangan kesehatan. Perlu adanya prgram – program pencegahan HIV dan AIDS yang effektif dan memiliki jangkauan layanan yang semakin luas dan program-program pengobatan, perawatan dan dukungan yang komprehensif bagio ODHA maupun OHIDHA untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dengan latar belakang pemikiran tersebut, maka kebijakan penanggulangan HIV/ AIDS di Indonesia disusun sebagai berikut : 1. Upaya penanggulangan HIV/AIDS harus memperhatikan nilai-nilai agama dan budaya/
norma
kemasyarakatan
dan
kegiatannya
di
arahkan
untuk
mempertahankan dan memperkokoh ketahan dan kesejahteraan keluarga. 2. Upaya
penanggulangan
HIV/ AIDS diselenggarakan
oleh masyarakat,
pemerintah dan LSM berdasarkan prinsip kemitraan. Masyarakat dan LSM xxvi
menjadi pelaku utama sedangkan pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing, dan menciptakan suasana yang mendukung terselenggaranya upaya penanggulangan HIV/ AIDS. 3. Upaya penanggulangan harus didasari pada pengertian bahwa masalah HIV/AIDS sudah menjadi masalah social kemasyarakatan serta masalah nasional dan penanggualanganya melalui “ Gerakan Nasional Penanggulangan HIV/ AIDS”. 4. Upaya penanggulangan HIV/AIDS harus memperhatikan kelompok masyarakat yang rentan, termasuk yang berkaitan dengan pekerjaan dan kelompok marginal terhadap penularan HIV/ AIDS. 5. Upaya penanggulangan HIV/AIDS harus menghormati harkat dan martabat ODHA dan keluarganya serta memperhatrikan keadilan dan kesetaraan gender. 6. Upaya pencegahan HIV damn AIDS pada anak sekolah, remaja dan masyarakat umum diselenggarakan melalui kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi guna mendorong kehidupan yang lebih sehat. Upaya pencegahan melalui pendidikan dilaksanakan intra dan ekstra kurikuler. 7. Upaya pencegahan yang effek
f termasuk penggunaan kondom 100% pada
setiap hubungan seks beresiko,semata-mata hanya untuk memutus mata rantai penularan termasuk HIV; 8. Upaya mengurangi infeksi HIV pada penyalahguna NAPZA suntik melalui kegiatan pengurangan dampak buruk ( Harm Reduction ) dilaksanakan secara komprehensif yang berarti juga megupayakan penyembuhan dan ketergantugan pada NAPZA.
xxvii
9. Upaya penanggulangan HIV/AIDS merupakan upaya-upaya terpadu dari peningkatan perilku hidup sehat, pencegahan penyakit, pengobatan dan perawatan berdasarkan data dan fakta ilmiah serta dukungan terhadap ODHA. 10. Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV dan AIDS harus didahului dengan penjelasan yang benar dan mendapat persetujuan yang bersangkutan ( Informed Concent ). Konseling yang memadai harus diberikan sebelum dan sesudah pemeriksaan, dan hasil pemeriksaan wajib dirahasiakan kepada pihak lain. 11. Diusahakan agar peraturan perundang-undangan harus mendukung dan selaras dengan Strategi Nasional Penanggulangan HIV/ AIDS di semua tingkat. 12. Setiap pemberi pelayanan berkewajiban memberikan layanan tanpa diskriminasi kepada ODHA dan OHIDHA. ( Komisi Penanggulangan AIDS Nasional ; 2007 )
Menindaklanjuti hal tersebut diatas, Kabupaten Banyuwangi juga telah menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) tentang Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/ AIDS yaitu Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2007. Dalam Peraturan Daerah tersebut Bab VII menyatakan tentang Perlindungan dan Rahasia Pasien.
Pasal 8 menyatakan ; “ Se ap orang karena tugas atau
pekerjaanya mengetahui atau memiliki informasi status seseorang yang mengidap IMS dan HIV/ AIDS wajib merahasiakan kecuali : a. Jika ada persetujuan atau izin tertulis dari orang yang bersangkutan. b. Jika ada persetujuan atau ijin tertulis dari orang tua atau wali dari anak yang belum cukup umur, cacat atau tidak sadar. xxviii
CDC memperkirakan bahwa 31 persen orang gagal untuk kembali ke situs uji publik untuk memperoleh hasil mereka, entah karena mereka lupa, atau karena mereka kehilangan keberanian untuk kembali. ( www.avert.com).
F. Prinsip Pelayanan Konseling dan Testing HIV/ AIDS Sukarela ( VCT ) 1. Sukarela dalam melaksanakan testing HIV Pemeriksaan HIV hanya dilaksanakan atas dasar kerelaan klien, tanpa paksaan, dan tanpa tekanan. Keputusan untuk dilakukan testing terletak ditangan klien. Kecuali testing HIV pada darah donor di unit transfusi dan transplantasi jaringan,organ tubuh
dan
sel.
Testing
dalam
VCT
bersifat
sukarela
sehingga
tidak
direkomendasikan untuk testing wajib pada pasangan yang akan menikah, pekerja seksual , IDU, rekrutmen pegawai/ tenaga kerja Indonesia dan asuransi kesehatan. 2. Saling mempercayai dan terjaminya konfidensialitas Layanan harus bersifat profesional, menghargai hak dan martabat semua klien. Semua informasi yang disampaikan klien harus dijaga kerahasiaannya oleh konselor dan petugas kesehatan, tidak diperkenankan didiskusikan di luar konteks kunjungan klien. Semua informasi tertulis harus disimpan dalam tempat yang tidak dijangkau oleh mereka yang tidak berhak. Untuk penanganan kasus klien selanjutnya dengan seijin klien, informasi kasus dari diri klien dapat diketahui. 3. Mempertahankan hubungan relasi konselor- klien yang effektif. Konselor mendukung klien untuk kembali mengambil hasil testing dan mengikuti pertemuan konseling pasca testing untuk mengurangi perilaku beresiko. Dalam VCT xxix
dibicarakan juga respon dan perasaan klien dalam menerima hasil testing dan tahapan penerimaan hasil testing positif. 4. Testing merupakan salah satu komponen dari VCT. WHO dan Departemen Kesehatan RI telah memberikan pedoman yang dapat digunakan untuk melakukan testing HIV. Penerimaan hasil testing senantiasa diikuti oleh konseling pasaca testing oleh konselor yang sama atau konselor lainnya yang disetujui oleh klien.
G. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan dalam menunjang tesis ini adalah Penelitian Sugeng Waluyo tentang Perilaku Seks Penderita HIV/ AIDS di Kabupaten Banyuwangi tahun 2007. dalam peneli
an tersebut dinyatakan bahwa penderita HIV masih melakukan
hubungan seks yang tidak aman dan beresiko menularkan kepada pasangannya.
H. Kerangka Berpikir
Factor Penyebab; Penderita HIV/ AIDS/ ODHA -
Pengetahuan Sikap Motivasi Kepercayaan
xxx Kelompok rawan tertular HIV oleh ODHA
PERILAKU ODHA
Faktor Pendukung;
- Lingkungan fisik - Sarana dan prasarana
Cara Penularan :
- Penularan melalui hubungan seks - Penularan melalui darah - Penularan melalui perinatal
Faktor Pendorong
- Sikap petugas kesehatan - Sikap masyarakat
Menurut teori Lawrence Green Perilaku dibentuk atau ditentukan dari 3 faktor. Pertama faktor Predisposisi yang terwujud dalam Pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai. Kedua adalah Faktor Pendukung (Enabling Factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, dan sebagainya. Ketiga Faktor Pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan referensi dari perilaku masyarakat. Ketiga hal tersebut diatas akan sangat domain atau menunjang perilaku xxxi
ODHA dalam menularkan HIV kepada orang lain. Sehingga orang lain karena ketidaktahuannya dan tidak diberitahu akan bersikap ceroboh dan tidak menduga kalau orang yang menjadi pasangannya (bagi heteroseks ) atau menjadi teman shearing jarum suntik (bagi IDU ) adalah orang yang terinfeksi HIV dan akan menularkan kepadanya. Dampak dari semua ini adalah peningkatan jumlah kasus HIV yang cepat di suatu daerah tertentu.
xxxii
xxxiii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu
: Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2010 – Mei Juni 2010
2. Tempat
: Kabupaten Banyuwangi
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode observasi. Fokus penelitian ini adalah untuk mengungkap sejauh mana dampak kerahasiaan ODHA di masyarakat dalam mencegah penularan HIV. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memahami tentang fenomena yang dialami oleh subyek penelitian, secara holistis dalam bentuk kata-kata dan bahasa (Moleong, L. J, 2006) 2. Strategi Penelitian Strategi yang ditetapkan adalah dengan observasi dan wawancara. Observasi dalam penelitian kualitatif sering disebut sebagai observasi berperan pasif (Spradley, 2002).
xxxiv
C. Sumber Data Sumber data yang akan dikumpulkan dan dimanfaatkan dalampenelitian ini berupa data dan informasi yang diperoleh dari beberapa sumber yang dikelompokkan menjadi 3 sumber data, yaitu: 1. Tempat dan peristiwa: Seluruh Wilayah Kabupaten Banyuwangi 2. Informan Sebagai informan yang dipilih adalah penderita ODHA yang bersedia menjadi informan untuk penelitian. 3. Dokumen atau arsip Adalah dokumentasi atau arsip yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi dan Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Banyuwangi.
D. Teknik Pengumpulan Data a. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan observasi, wawancara dan analisis dokumentasi. 1. Observasi Obeservasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadaap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala dalam objek penelitian. xxxv
Peneliti datang langsung ke penderita ODHA yang direkomendasikan oleh KPA dan bersedia menjadi informan dengan cara mengamati aktifitas perilaku penderita ODHA. Dari observasi diperoleh gambaran perilaku ODHA untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya
mengenai proses perilaku
ODHA. 2. Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapat keterangan secara lisan dari seorang sasaran peneliti (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) percakapan dengan maksud tertentu (Notoatmodjo, 2005). Wawancara mendalam dengan ODHA untuk mendapatkan jawaban yang jenuh dari subyek penelitian peneliti di tempat penelitian (Getting Along). Peneliti mencari informasi yang lebih banyak dengan wawancara terhadap penderita ODHA. 3. Analisis dokumen Dokumen merupakan suatu saran transformasi informasi dari satu orang ke orang lain atau dari satu kelompok kekelompok lain. Ini menentukan kita kepada pembahasan kandungan yang ada dalam suatu dokumen dan bukan medianya. Kandungan yang dimiliki oleh sebuah dokumen meliputi berbagai kegiatan yang diawali dengan berbagai suatu dokumen yang dibuat, dikendalikan, diproduksi, disimpan, didistribusikan dan digandakan (Kennedy,
xxxvi
1998). Arsip yang digunakan berupa data penderita ODHA di KPA Kabupaten Banyuwangi dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi.
b. Proses Pengumpulan Data 1). Birokrasi Perijinan Sebelum melaksanakan penelitian peneliti akan meminta ijin dan persetujuan kepada institusi terkait sehingga akan dapat mengurangi kendala dalam penelitian ini a). Alat Pengumpulan data Kerahasiaan ODHA Untuk memperoleh data dari responden atau informan, maka peneliti meminta bantuan kepada key person untuk menggali data temanteman mereka. Hal dilakukan karena peneliti utama tidak mungkin bisa masuk ke dalam jaringan komunitas ODHA tanpa adanya kejelasan informasi lebih dulu kepada mereka. Alat pengumpul data diperlukan dalam penelitian ini antara lain; kuisioner, bollpoin, kertas/buku, alat perekam.
b). Metode Pengumpulan data
xxxvii
Suatu prosedur yang berencana yang meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan yang di teliti ( Notoatmojo,2002:93) responden memberikan jawaban yang tidak sesuai kenyataan
dalam
pengisian
daftar
dengan pertanyaan
(Notoatmojo,2002:104). Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini menyesuaikan pada jenis penelitian adalah: (1) Kuisioner untuk mencari data dasar (2) In-deepth interview untuk mencari data kualitatif E. Uji Keabsahan Data Menurut Sugiono ( 2005) uji keabsahan data peneli
an kualita
f melipu :
1. Kredibilitas (credibility) yaitu kreteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian harus dapat dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dar responden sebagai informan. Untuk hasil penelitian yang kredibel, terdapat beberapa teknik yang diajukan, yaitu: perpanjangan kehadiran peneliti/pengamat (prologed engagment), pengamatan terus menerus (persistent observation), triangulasi (tringulation), diskusi teman sejawat (peer debrifing), anlisis kasus negatif (negative case analysis), pengecekan atas kecukupan referensial (referencial adequacy check), dan pengecekan anggota (member checking). Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu: xxxviii
a. Pengamatan yang terus menerus dari hasil wawancara mendalam maupun kuisioner terbuka untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut, peneliti secara khusus perilaku ODHA. b. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi juga bisa disebut sebagai teknik pengujian yang memanfaatkan penggunaan sumber yaitu membandingkan dan mengecek tehadap data yang diperoleh. Triangulasi dilakukan dengan sumber data dan penelitian atau pengamatan lain. Teknik triangulasi yang digunakan adalah teknik pemeriksaan yng memanfaatkan penggunaan sumber (wawancara dan triangulasi) dengan sumber berarti membandingkan dengan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh malalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Triangulasi yang dilakukan dengan triangulasi sumber yaitu dengan penderita ODHA, KPA, Dinas Kesehatan saat pengambilan data. c. Peer Debrifieng (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan KPA dan Dinas Kesehatan d. Mengadakan member check yaitu: dengan menguji kemungkinan dugaandugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta dengan mengajukan pertanyaa-pertanyaan tentang data. Hasil penelitian akan di cek xxxix
kepada pembri data, untuk melakukan proses ini peneliti akan mengadakan pertemuan dengan responden. 2. Transferabilitas (transferability) Validitas
eksternal
yang
menunjukkan
derajat
ketepatan
atau
dapat
diterapkannya hasil penelitian kepopulasian dimana sempel tersebut diambil (Sugiono, 2005). Uji trafeabilitas penelitian ini, peneliti memberikan gambaran hasil wawancara mendalam dalam hasil kuisioner terbukadari responden yang dilengkapi dengan teori yang mendukung fakta temuan sehingga dapat memperoleh gambaran yang jelas dan dapat diperlakukan di KPA dan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi. 3. Depandebilitas (dependability) kriteria ini dapat digunakan untuk menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak, dengan mengecek: apakah si peneliti
sudah
cukup
mengkonseptualisasikan
hati-hati, rencana
apakah
membuat
penelitiannya,
kesalahan
pengumpulan
data,
dalam dan
pengintepretasiannya. Teknik terbaik yang digunakan adalah dependabiliti audit dengan meminta dependen dan independen auditor untuk meriview aktifitas peneli
(Sugiono, 2005).
Peneliti secara terbuka siap dilakukan audit terhadap semua proses penelitian ini sebagai pertanggungjawaban, sehingga uji dependabilitas dapat dilakukan terhadap penelitian ini. 4. Konfirmabilitas (confirmability). Merupakan kriteria untuk menilai mutu tidaknya hasil penelitian. Jika depandabilitas digunakan untuk menilai kualitas dari proses yang ditempuk oleh peneliti, maka konfirmabilitas untuk menilai kualitas hasil xl
penelitian, dengan tekanan pertanyaan apakah data dan informasi serta interpretasi dan lainnya didukung oleh materi yang ada dalam audit trial (Sugiono, 2005). Untuk menguji hasil penelitian ini peniliti membuka diri untuk dilakukan uji terhadap proses penelitian, selain itu data base akan dikembangkan dan disimpan agar sewaktu-waktu dapat ditelusuri kembali bila dikehendaki adanya verifikasi.
F. Kerangka Kerja Penelitian Kerangka kerja merupakan bagan kerja terhadap rancangan kegiatan penelitian yang akan dilakukan meliputi subjek penelitian, variabel yag diteliti, dan variabel yang mempengaruhi dalam penelitian (Azis Alimul,2003:34).
Unit Analisis: Seluruh ODHA di Kab.Banyuwangi
Informan: Sebagian ODHA di Kab. Banyuwangi xli Pengumpulan data dasar : Kuisioner
G. Analisa data Dari hasil pengumpulan data kemudian dilakukan tabulasi dan disajikan dalam bentuk table crosstabulation yang berisi tentang perbandigan jumlah atau distribusi frekuensi variable dependent dan variable independent. Selanjutnya data yang juga dilakukan analisis menggunakan uji statistic. Uji statistik yang di gunakan untuk membandingkan dua variable yang berhubungan yaitu : antara Dampak kerahasiaan ODHA di masyarakat dengan Perilaku ODHA dalam mencegah penularan HIV di Kabupaten Banyuwangi tahun 2010. Dalam penelitian ini data yang terkumpul diolah dengan menggunakan analisa data dan tidak dianalisis dengan menggunakan uji statistic. Data kuantitif ini di gali hanya untuk mencari data dasar saja. Ketika dalam analisa data di temukan kesenjangan atau data yang menonjol maka data tersebut akan digali dengan pendekatan kualitatif agar data tersebut bisa lebih detail. Penggalian data dengan menggunakan pendekatan kualitatif dilakukan sampai
data benar-benar jenuh.
Menurut Miles dan Huberman (1984) mengemukakan dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif
dan berlangsung secara terus menerus pada setiap
tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Aktifitas dalam analisis data kualitatiaf adalah sebagai berikut : a. Reduction
xlii
Data yang di peroleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu, maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data bearti merangkum, meilih hal-hal yangpokok,memfokuskan pada hal hal yang penting, dicari tema dan polanya.
b. Display Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,bagan, hubungan antar kategori, Flowchart dan sejenisnya. c. Verification Langkah ketiga dalam analisa data kualitatif menurut Milen dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
xliii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi Latar, Tempat Penelitian, Informan. 1.
Deskripsi Tempat Penelitian Tempat Penelitian adalah VCT RSUD Blambangan yang terletak di Jalan Letkol Is
qlah Nomor 33 Banyuwangi.Batas Utara adalah Jalan Letkol Istiqlah ,
Batas Selatan adalah Makam Umum, Batas Barat adalah Asrama Polisi dan Sebelah Timur adalah jalan menuju perkampungan Bengawan. Bangunan depan terdiri dari UGD dan Poli rawat Jalan sedangkan rawat inap terletak di bagian belakang. RSUD Blambangan merupakan Rumah Sakit tipe C Plus dengan Kapasitas Tempat sebanyak 119 tempat
dur.RSUD Blambangan memliki 10
Specialisasi seperti tersebut di bawah ini ; Tabel 4.1. Daftar Poliklinik dan specialisasi di RSUD Blambangan No
Nama Poli Klinik
Penanggung jawab
1
Poli Penyakit Telinga Hidung dan tenggorokan
Dr. Mashari, SpTHT
2
Poli Penyakit Dalam
Dr. Andar, SpS
3
Poli Penyakit Mata
Dr. HTS Prayitno. SpM
4
Poli Penyakit Paru
Dr. Ririek, SpP
5
Poli Penyakit Anak
6
Poli Obstetri Ginekologi
Dr. Zaenal ,SpOG
7
Poli Penyakit Jantung
Dr. Didit, SpJP
Dr. Indro Zaeni, Sp.A Dr. Sri Rejeki, Sp.A
xliv
8
Poli Penyakit Bedah
Dr. Hanan, Sp.B Dr. Yahya, SpOT
9
Poli Penyakit kulit Kelamin
10
Poli Radiologi
Dr. Ida Ayu W. SpR
11
Poli/ Klinik VCT
Dr. Hariyanto
12
Dr. Paulus, SpPK
Penanggungjawab Laboratorium Klinik
28
Dr. I Gede Arna A., SpKK
Sedangkan untuk data ketenagaan kesehatan di RSUD Blambangan adalah sebagai berikut : 1. Dokter specialis
: 12 orang
2. Dokter umum
: 4 orang
3. Perawat
: 122 orang
4. Bidan
: 18 orang
5. Apoteker
: 2 orang
6. Ahli Gizi
: 2 orang
Khusus untuk Klinik VCT RSUD Blambangan yang terletak di sebelah timur dekat dengan UGD. Ketenagaan Klinik VCT terdiri dari 1 orang dokter umum bersetifikat penatalaksaan HIV/ AIDS , 1 orang dokter specialis Patologi Klinik, 1 orang analis terlatih / bersertifikat pemeriksaan HIV, 4 orang konselor bersertifikat, 1 orang petugas Reporting Recording, 1 orang petugas administrasi dan 1 orang Janitor ( petugas kebersihan ). Sehingga bila dilihat dari sumber daya manusia (SDM) yang ada maka VCT RSUD BLambangan memang suda layak untuk menjadi tempat layanan konseling, Testing dan Perawatan, Dukungan dan xlv
Pengobatan HIV di wilayah Banyuwangi. Selain itu VCT RSUD BLambangan juga sudah terdaftar secara Nasional menjadi VCT Rujukan di wilayah Kabupaten Banyuwangi.
Dalam
upaya
pengawasan
pelaksanaan
kinerjanya
dan
pengembangan cakupan maka VCT Blambangan selalu mendapat monitoring evaluasi dari Propinsi dan Sejak Bulan Maret 2010 VCT RSUD Blambangan menjadi ditetapkan menjadi salah satu VCT terbaik di Jawa Timur dan akan dijadikan Pilot Project penerapan desentralisasi ARV di Jawa Timur. Dalam hal penegakan diagnosis HIV di VCT RSUD Blambangan menggunakan metode Rapid test dengan menggunakan tiga reagen berbeda. Reagen yang digunakan sudah terstandart oleh Departemen Kesehatan. Selama ini reagen tersebut di drop dari Dinas Kesehatan Propinsi melalui Dinas Kesehatan Kabupaten.
2.
Deskripsi Informan Informan dalam penelitian ini orang yang sudah positif mengidap HIV di dalam tubuhya dan sudah menjalani serangkaian kegiatan pre test konseling, testing dan post test konseling. Saat ini informan juga sudah mendapat pengobatan antiretroviral terapi (ART) dan juga sudah didampingi oleh petugas pendamping (menejer kasus). Di Kabupaten Banyuwangi jumlah ODHA yang bisa menjadi Informan sebanyak
195 laki-laki dan 249 wanita dan 16 waria.
Sedangkan bila dilihat dari usia maka usia yang banyak adalah usia 26 – 30 tahun sebanyak 148 orang, sedangkan urutan kedua adalah usia 21 -25 tahun sebanyak 132 dan yang ke
ga adalah usia 31-35 tahun sebanyak 106 orang. Apabila dilihat
dari pendidikan maka yang paling banyak adalah SMA dan rata-rata saat ini xlvi
mereka sudah menikah. Lama menderita HIV sangat bervaria f mulai 10 bulan sampai 5 tahun. Untuk penderita yang baru belum bisa dijadikan informan karena mereka masih sangat sulit ditemui oleh orang yang belum mereka kenal termasuk peneliti. Mengingat sangat sulitnya menemui para ODHA tersebut (karena identitasnya dilindungi oleh Undang-undang) dan meskipun peneliti telah dibantu oleh key person yaitu ketua organisasi ODHA maka pemilihan sample dalam penelitian ini hanya didasarkan pada ODHA yang bisa ditemui dan bersedia untuk diteliti dilakukan wawancara. Tetapi dengan mempertimbangkan factor yang paling menonjol, yaitu; 1). Prevalensi terbesar adalah heteroseks, sehingga yang diambil adalah orang yang pernah melakukan hubungan seks dengan begantigan
pasangan. 2). Prevelensi kedua adalah Pengguna Napza Sun
yang diambil adalah para pengguna Napza sun
k, sehingga
k. 3). Prevelensi ke ga adalah Ibu
Rumah tangga, sehingga yang diambil adalah seorang ibu rumah tangga yang latar belakangnya sangat baik dan tidak pernah berbuat yang beresiko tertular dan menularkan HIV. Dalam penelitian ini Informan yang pertama seorang laki-laki umur 35 tahun beragama islam, berpendidikan SD dan bekerja sebagai wiraswasta. Dia sudah menikah sejak 2 tahun yang lalu tetapi belum punya anak. Dia mempunyai latar belakang seorang pecandu narkoba sejak usia 15 tahun, selain itu dia juga pernah berhubungan seks dengan banyak wanita. Informan pertama dinyatakan posi
f HIV 2 tahun yang lalu.
xlvii
Informan kedua adalah seorang ibu rumah tangga berumur 29 tahun, beragama islam, pendidikan Madrasah Aliyah, menikah 3 tahun yang lalu tetapi juga belum punya anak. Informan kedua ini dari keluarga yang agamis dan tidak pernah berbuat yang beresiko tertular HIV sebelumnya. Dia baru tahu statusnya HIV positif pada waktu test medical menjadi seorang tenaga kerja wanita ( TKW) di Surabaya. Dia merasa bahwa dia tertular dari suaminya. Suami informan kedua adalah mantan pencandu narkoba dan juga punya banyak pasangan seks. Informan kedua dinyatakan posi
f HIV sejak 2 tahun yang lalu.
Informan ketiga adalah seorang wanita berumur 31 tahun, beragama islam, berpendidikan sarjana, menikah dua kali, punya anak berumur 5 tahun dari suami yang pertama. Dinyatakan positif HIV pada bulan Oktober tahun 2006. Informan berasal dari keluarga yang terpandang, dan menikah dengan orang yang cukup kaya dari desanya. Suami informan adalah seorang pecandu narkoba dan meninggal 3 tahun yang lalu akibat AIDS. Tahun 2008 informan menikah lagi dan belum punya anak lagi. Sampai saat ini suami yang sekarang HIV Negatif, begitu juga dengan anak informan juga HIV Negatif.
Tabel 4.2. Karaktris k Informan Nomor Informan
Karakteristik
1
2
3
Umur
35 tahun
29 tahun
31 tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
wanita
wanita
xlviii
B.
Pendidikan
SD
Madrasah Aliyah
sarjana,
Pekerjaan
Wiraswasta
ibu rumah tangga
ibu rumah tangga
Status perkawinan
Kawin
Kawin
Kawin
Agama
Islam
Islam
Islam
Suku/ Bangsa
Jawa/ Indonesia
Jawa/ Indonesia
Jawa/ Indonesia
Latar Belakang yang berhubungan dengan HIV
IDU, Heteroseks
Pasangan IDU + HIV Pasangan IDU + HIV
Positif HIV
2 tahun
2 tahun
4 tahun
Identitas/ Status
Pasangan sudah tahu
Pasangan sudah tahu
Suami yang pertama meninggal dan suami yang sekarang sudah tahu statusnya.
Temuan Penelitian 1. Perilaku ODHA di masyarakat Berikut akan diuraikan hasil wawancara tentang perilaku orang dengan HIV/ AIDS di masyarakat yang dituangkan dalam bentuk table di bawah ini. Tabel 4.3 Jawaban Informan tentang Perilaku ODHA di masyarakat Pertanyaan
Bagaimana Pendapat anda tentang HIV/ AIDS ?
No. Inf. 1
Jawaban
Inti Jawaban
HIV adalah penyakit yang mematikan HIV merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus HIV. Itu terkutuk bukan penyakit kutukan tetapi penyakit terkutuk….. ( tertawa ).
xlix
P; Maksudnya terkutuk itu apa mas? I; Iya mas gara-gara penyakit ini saya jadi begini, tiap hari harus minum obat, makan harus diatur, mau ngapa-ngapain gak bisa bebas mas… belum lagi kalo ketahuan orang banyak… bisa di usir saya ini mas, trus gimana dengan nasib keluarga saya…..kalo sudah kayak gitu apa gak tersiksa saya ini mas….. P; Apa anda merasa menyesal… I ; ya pasti lah mas…. Terutama ketika saya tahu istri saya juga tertular dan saya yakin dia tertular dari saya.. P; Lalu bagaimana pendapat anda tentang orang yang mengidap HIV ? I; Dia adalah korban, ibarat orang naik kendaraan terus kecelakaan gitu lah mas….
2
Saya tahu saya menderita HIV pada Penyakit yang membuat saat saya mendaftar TKI di Surabaya saya stress pada waktu itu saya di test dan hasilnya saya positif HIV. Saya sangat Stress mas, saya bingung, gak tau harus bagaimana. Saya tidak percaya kalau saya menderita penyakit yang aneh itu. Saya pernah mendengar kalau HIV itu penyakit kutukan yang tidak bisa disembuhkan. Padahal saya ini dari keluarga agamis, saya merasa tidak pernah berbuat yang neko-neko. Saya yakin kalau saya tertular dari suami saya. Seminggu saya tidak mau makan mas, tapi akhirnya saya pasrah, mau l
bagaimana lagi semua sudah terjadi, sudahlah mas kita jalani apa adanya…..
3
HIV itu mas penyakit yang sangat ganas, yang biasanya di alami oleh orang yang nakal dan pemakai narkoba. suami saya juga meninggal karena penyakit itu mas. Saya tidak menduga sayapun menderita penyakit seperti itu. Karena saya merasa tidak pernah melakukan hal-hal yang aneh. Saya merasa sebagai korban dari suami saya. Awalnya saya tidak tahu kalau suami saya itu pemake’ dan positif HIV. Saya baru tahu kalau suami saya HIV setelah dia ngamar ( rawat inap ) dirumah sakit. Kemudian saya didatangi oleh seorang konselor untuk melakukan test HIV dan saya mau dan hasilnya sayapun positif HIV. Pada waktu itu saya hamil 4 bulan mas. Dan syukurlah anak saya HIV negative tidak tertular dari saya.
HIV merupakan Penyakit yang ganas yang biasanya di derita oleh orang yang nakal.
P; Maksudnya korban itu gimana mbak ? I; Iya saya ini gak pernah nakal, nggak pernah make’ narkoba, eh... ternyata suami saya malah yang kayak gitu, ya.. gini deh... saya kena penyakit ini deh.. Bagaimana keterkaitan HIV/ AIDS dengan trend jaman sekarang ?
1
Waduh mas, HIV itu sesuatu yang Hal yang menularkan HIV menakutkan tetapi hal yang memang menjadi trend. menularkan kayaknya memang sudah jadi trend ya... seperti free seks sekarang sudah biasa mas... anak sekarang kalo pacaran hampir semua pake itu mas..... sedangkan narkoba memang sekarang sudah merata, li
contohnya di desa saya saja anak SMP saja sudah pake...
P; Maaf mas yang anda maksud free seks itu apa ya ? I; Eih... mas ini ada-ada saja, yang pasti sering berhubungan seks dengan gonta-ganti pasangan..... P; kalo boleh tahu mas dulu pernah berhubungan seks dengan siapa saja ? I; waduh mas, saya sudah lupa banyak sih, ya pacar, ya PSK, ya Turis, waktu itu saya kan ikut Bos jadi ya.. sama bos diajak saya mau saja lha wong semua sudah disediakan mas, tinggal pake saja, ya saya pake’.... habis enak sih.... Tapi ternyata hasilnya kayak gini, saya benar-benar menyesal mas...
2
Kalo kaitanya HIV dianggap trend HIV bukan trend tetapi kayaknya tidak deh mas.......... kalo free free seks dan narkoba seks dan narkoba itu sudah mulai sudah mengerikan. mengerikan mas... apa mungkin karena terlalu sering melihat TV yang acaranya seronok ya mas.... artisnya begitu...ya banyak di contoh... P; Menurut mbak free seks itu apa ya mbak ? I;
Itu lho mas suka gonta-ganti pasangan seks, jaman sekarang kalo pacaran gak ngeseks katanya gak modern... Jadul... Ndeso... gak bisa mbuktiin cintanya.. ah.. macemlii
macem mas... bahkan saya pernah mendengar di acara TV ada artis yang mengatakan zaman sekarang mana ada pacaran tanpa seks... wah... ngeri deh mas...itu yang ngatakan artis .............. ( maaf peneliti tidak bisa menyebut nama tersebut ).
3
I ; Wah... pertanyaane kok aneh ya mas... masak HIV di kaitkan dengan trend... P; Maksudnya kaitanya trend zaman sekarang seperti pergaulan bebas, narkoba dan lain-lain berkenaan dengan peningkatan kasus HIV.. I ; O..... kalo itu mas, ya mendukung tentunya, coba kita amati adanya tradisi pacaran dengan free seks maka jelas akan mudah menularkan HIV dari satu orang ke orang lain kalau tidak memakai pengaman, masalahnya memakai pengaman itu justru menimbulkan kontroversi mas… P ; Boleh tau apa maksudnya? I ; gini mas, kalo biasanya gak pake tibatiba pake kan ada kecurigaan, ada apa dengan dia.... apa dia sakit... P; Lalu bagaimana pendapat anda tentang free seks ? I; waduh mas kalo itu jangan dikatakan lagi saya yakin hampir semua anak muda pasti tahu.. dan saya yakin hampir semua anak yang pacaran liii
Trend zaman sekarang seperti free seks mendukung penularan dan peningkatan kasus HIV
pernah melakukan seks, terlepas apa hanya ciuman bibir, sampai hubungan seks... kan itu juga pernah diteliti sama Dinas.... P; kalo mbak setuju apa tidak dengan free seks ? I; masalahnya bukan setuju tidak setuju sih mas... tapi..... (tertawa ) itu sudah jadi apa ya... kayaknya bukan hal yang tabu lagi mas biasalah…. Eh mas sudah punya pacar belum..... ( tersenyum ) P; (hanya tersenyum). Apa yang melatar belakangi anda melakukan Free seks?
1
I ; Saya dulu memang pernah gontaganti pasangan tapi itu dulu mas... sekarang sudah tidak lagi ... (tertawa) ...
enjoy saja sama temanteman diajak ya mau saja...
P; Boleh tau alasanya..... I ; ya... enjoy saja...mas... sama temanteman diajak ya mau saja...
Apa yang anda lakukan bila dorongan
2
Saya tidak pernah melakukan itu mas Tidak pernah gonta-ganti ga tau kalo suami saya... pasangan
3
He...he jadi malu... saya sih awalnya Pernah berhubungan tidak pernah melakukan itu mas... seks dengan pacarnya tetapi setelah saya menjanda saya tetapi pakai kondom. pernah berhubungan dengan mantan pacar saya tapi pada waktu berhubungan dia pake kondom kok... jadi aman kan......
1
I; Ya seperti biasa mas... hubungan dengan istri mas tapi saya selalu liv
Berhubungan dengan istri mas tapi saya selalu
seksual itu muncul ?
pake kondom, P; kalo seandainya istri anda menolak, apa yang sampeyan lakukan?
pake kondom, dan gak pernah ada niat cari pasangan lain.
I; ya .. paling keluar cari udara segar ngobrol sama teman-teman.. atau sholat mas..... P; gak ada niatan untuk mencari pasangan selain istri ? I; gak ada mas... itu masa lalu mas... sudahlah dikubur dalam-dalam saja... sekarang saatnya memperbaiki diri.. 2
Langsung saja dengan suami, P; bila suatu saat ada dorongan itu muncul dan suami gak ada apa yang jenengan lakukan ?
Langsung berhubungan dengan suami
I; Alhamdulillah gak pernah ada dorongan itu mas.....
3
He... he...mas ini bisa saja.. ya langsung minta sama suami to mas... P; kalo suami gak mau.... I ; wah mas.. kondisinya kayaknya terbalik mas... suami saya yang minta terus... bukan saya... tapi kadang memang saya sih yang minta.... P; Kalau suatu saat suami sampeyan gak ada kemudian dorongan itu muncul dengan sangat kuatnya apa yang anda lakukan? lv
Langsung minta sama suami to mas. Pernah ada niatan untuk berhubungan dengan orang lain tapi dia sadar akan keadaannya saat ini.
I; pernah sih mas... tapi saya kemudian telpon suami saya tak suruh cepat pulang, waktu itu ada sih pikiran untuk menyalurkan dengan yang lain tapi saya sadar siapa saya sekarang... saya gak mau tambah parah.... sudahlan cukup masa lalu saya saja yang seperti itu... saat ini yang penting saya bisa membesarkan anak saya.....
Bagaimana cara anda menyalurkan dorongan seksual ?
1
Ya kayak tadi mas.... kita salurkan sama Menyalurkan hasrat istri, toh dia juga gak pernah nolak..... sama istri, toh dia juga gak pernah nolak.....
2
Kita salurkan sama suami tapi saya Kita salurkan sama suami selalu menyiapkan kondom mas.... tapi selalu menyiapkan kondom
3
To the point saja mas... Yang…. main Langsung yuk...... mas mau..... ( sambil tertawa...) suaminya berhubungan
Bila istri/ suami/ pasangan anda tidak mau diajak berhubungan, apa yang anda lakukan ?
ngajak untuk
Pertanyaan ini sudah tergali di atas sehingga tidak perlu ditanyakan lagi......
Tabel 4.4. Persepsi ODHA terhadap HIV Bagaimana sikap keluarga anda terhadap anda ?
1
Bapak dan Ibu saya tidak tahu, yang saya beritahu hanya adik saya untuk jaga-jaga kalau ada apa-apa dia sudah siap. Sementara ini keluarga saya masih aman-aman saja. Tidak ada masalah, malah mereka menganggap saya sudah lvi
Keluarga tidak tahu, hanya adik yang diberitahu .tidak ada masalah dengan adiknya.
berubah menjadi lebih baik.
Bagaimana sikap anda sekarang terhadap HIV/ AIDS ?
2
Keluarga saya tidak ada yang tahu kalau saya positif HIV, dan tidak eh... belum saya beri tahu, saya belum siap, takut terjadi apa-apa dengan mereka dan saya. Sementara ini di desa saya anggapan yang berlebihan tentang penyakit ini masih banyak, bahkan ada yang mengancam akan mengusirnya, karena kena penyakit kutukan.
Keluarga tidak ada yang tahu. Seandainya diberi tahu takut menjadi Aip Keluarga.
3
Ibu saya sudah tahu tapi Bapak tidak tahu, saya tidak berani memberitahu takut ayah marah besar.... dan keluarga menjadi malu.. saya benar-benar takut mas... jangan sampai banyak orang tahu tentang kondisi saya.... saat ini keluarga saya tetap menyayangi saya seperti dulu, entah karena saya ini anaknya, entah karena ibu saya kasihan sama saya atau karena tak tahu apa yang saya alami.
Ibu tahu tapi Bapak tidak tahu, saya tidak berani memberitahu takut ayah marah besar. saat ini keluarga saya tetap menyayangi saya.
1
Waktu itu saya sakit dan Ngamar ( Saya tidak begitu kaget masuk rumah sakit ), saat itu sudah kalau saya terkena menduga jangan-jangan saya sakit yang penyakit ini. mengerikan itu, saya tahu persis bahwa saya pernah berbuat yang aneh-aneh, makanya saya tidak begitu kaget kalau saya terkena, Cuma ya... itu sekarang saya menyesal karena hidup saya gak bisa sehat seperti orang lain. Dan yang paling membuat saya menyesal adalah saya menularkan kepada istri saya, kasihan dia mas.. dia gak tau apa-apa, lvii
dia anak baik dann sholehah tapi sekarang menderita penyakit ini, kasihan mas... (tertunduk).
2
Awalnya saya sangat membenci Awalnya saya sangat penyakit ini, saya bingung, frustasi, membenci penyakit ini, marah.. wis pokoke gak karu-karuan tapi akhirnya pasrah saja mas..... tetapi setelah saya pikir-pikir ya... sudahlah mungkin ini takdir saya... lha wong saya ini gak pernah neko-neko kok malah kena... yo wis mas piye maneh.... pasrah ae...(bahasa jawa yang artinya;ya mau bagaimana lagi mas pasrah saja). Terlebih lagi saat ini suami saya sudah berubah... ya wis tak terima saja....
3
HIV itu sebenarnya bukan penyakit yang mengerikan mas tapi penyakit yang bisa diatasi, tapi ya.. itu mas.... harus ekstra hati-hati dan rajin minum obat dan kontrol ke Rumah Sakit. Pokoke gak penak blas mas... gak bisa bebas seperti sampeyan.... saya ini sekarang aktivis di bidang HIV/ AIDS mas... saya ingin berusaha untuk ikut menanggulangi penyakit yang gak genah ini (bahasa jawa).
HIV itu sebenarnya bukan penyakit yang mengerikan mas tapi penyakit yang bisa diatasi. penyakit yang gak genah ini
Tabel 4.5. Upaya ODHA untuk mencegah penularan HIV kepada orang lain Bagaimana pendapat anda tentang cara
1
HIV itu.... ditularkan melalui hubungan HIV ditularkan melalui seks, jarum tato, Jarum suntik dan dari hubungan seks, jarum lviii
penularan HIV/AIDS ?
Apa yang anda lakukan untuk mencegah penularan penyakit ini kepada orang lain ?
orang tua ke anaknya.
tato, jarum suntik dan dari orang tua keanaknya.
2
Menurut saya HIV itu menular lewat HIV menular lewat hubungan seks, dan Narkoba suntik. hubungan seks dan Buktinya suami saya tertular dari narkoba narkoba dan saya tertular dari suami saya.
3
HIV itu sebenarnya tidak mudah menular, dia hanya menular lewat hubungan seks yang tidak aman seperti tidak pake kondom, kemudian jarum suntik yang bergantian, dari ASI dan dari Ibu ke Anaknya. Jadi salah kalo HIV itu dikatakan sangat menular.
1
Ya... Setiap berhungan seks selalu pake Setiap berhungan seks kondom dan gak pake narkoba lagi pakai kondom dan tidak mas... sekarang saya sudah insyaf pakai narkoba lagi mas.... kasihan istri saya....
2
Saya setiap berhungan dengan suami saya selalu mengajurkan memakai kondom dan saya selalu menyiapkan di dekat tempat tidur mas....
3
Saya mencoba untuk selalu pake Mencoba untuk selalu pengaman..... dan juga saya sangat pake pengaman protektif protektif pada anak saya mas... biarlah pada anak ibu saja yang seperti ini asal dia dan suami saya jangan terkena, saya merasa bersalah mas.... (wajahnya mendadak muram). Sudahlah mas lix
HIV menular lewat Hubungan seks yang tidak aman, bergantian Jarum suntik, ASI dan dario ibu ke anaknya.
Saya setiap berhungan dengan suami saya selalu mengajurkan memakai kondom
jangan di ingat-ingat semua sudah terjadi..... ( minum es jeruk yang ada didepanya ) Tabel 4.6 Dampak kerahasiaan ODHA di masyarakat Bagaimana menurut anda perlakuan kerahasiaan pada ODHA?
1
Nah itu mas... saat ini masih banyak masyarakat yang masih beranggapan miring ke ODHA, yang paling buruk mas... mereka menganggap ODHA itu adalah kutukan.... mereka yang terkena penyakit ini adalah mereka yang perilakunya tidak benar... tidak senonoh... (tiba-tiba wajahnya muram dan matanya merah seolah mau menangis ). Tapi memang mas... kalo saya iya... Ndableg.. tapi kalo istri saya..... dia nggak ngerti apa-apa mas... kasihan dia. Dia tertular dari saya... dia anak sholeh... Coba mas banyangkan seandainya saya membuka diri bahwa saya ODHA bisa jadi saya di usir dari rumah mas... yang lebih parah lagi mas istri saya dan keluarganya itu kan orang alim... masak iya terkena penyakit terkutuk ..... wah bisa berabe mas.... P; Jadi menurut mas kerahasiaan itu bagaimana ? I; Harus tetap dijaga mas jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. P; Menurut mas sampai kapan kondisi ini harus dipertahankan ? I; sampai... masyarakat benar-benar siap menerima ODHA. P; menurut mas apakah ada jaminan lx
Kerahasiaan harus tetap dijaga, sampai saatnya nanti masyarakat siap menerima ODHA. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan merahasiakan statusnya mereka akan menjaga diri untuk tidak menularkan kepada orang lain.
bahwa dengan merahasiakan ODHA penularan HIV bisa di cegah ? ... I ; wah mas... ini pertanyaan krusial.... ( mengerutkan wajahnya seperti tidak berkenan ) kalo saya sih mas syukur mulai saya sakit dan ngamar itu saya sudah sadar dan langsung berhenti total dan sangat menyesal, sekarang saya menulari istri saya saja sudah menjadi beban bagi saya apalagi kalo menulari orang lain... tapi gak tau mas.... kalo teman-teman, karena setahu saya mereka masih banyak yang aktif narkoba dan free seks.....
2
I; Maksudnya apa ya mas... P; begini mbak Kerahasiaan itu artinya merahasiakan status ODHA kepada orang lain mbak. I; O.... kalo itu Harus mas ... saya ini adalah korban masak saya mau di kucilkan, mas kan tahu bagaimana pendapat masyarakat tentang HIV to.... waduh mas kalo semua orang tahu.... mau ditaruh dimana keluarga saya.... P; Maaf mbak apakah ada jaminan kalo ODHA dirahasiakan apakah ada jaminan dia tidak menularkan kepada orang lain ? I; Ya gak sih mas... siapa yang bisa jamin orang lain... tapi kalo saya InsyaAllah tidak mau menularkan ke orang lain, sekarang saja saya belum berani punya anak mesti sudah cukup lama lxi
Kerahasiaan harus dijaga tetapi memang tidak ada jaminan kalo ODHA tidak akan menularkan kepada orang lain......
menikah, karena takut menularkan kepada anak saya nanti......
3
Yang dimaksud konfidential itu kan Konfidential itu kerahasiaan mas.... jadi menurut saya kerahasiaan dan tetap itu harus.... harus dijaga Saya pernah ikut pelatihan mas... katanya sebenarnya tidak hanya HIV saja yang harus dirahasiakan tetapi semua penyakit pun mestinya di rahasiakan tetapi karena HIV itu penyakit yang munculnya seolah-olah karena perilaku yang buruk sehingga menimbulkan masalah besar ketika di sebutkan atau apa ya... eh... (tampak berfikir ) flor kan ke masyarakat. Jadi mas, maspun juga harus merahasiakan kondisi kita yang mas kenal, jangan sampai ada yang tahu status kita lho mas.... awas nanti kalo sampai terbuka mas bisa saya tuntut dengan perda lo .... mas.. benar kan mas ...(melirik kepada “S” teman Informan. P; apakah ada jaminan bahwa dengan dirahasiakan itu mereka tidak menularkan kepada orang lain ? I; waduh kalo itu sulit mas... saya saja yang mendampingi mereka kesulitan untuk menyadarkan mereka, mereka masih banyak yang aktif mas.....ya make’... ya... nge free...waduh susah mas... P; menurut anda sebaiknya bagaimana tindakan yang harus dilakukan ketika ada ODHA yang tidak perduli lxii
terhadap penularan HIV ? I; ya itu dia masalahnya... mas.... ini dilema kalo diberi tahu dia didiskrimasi masyarakat sedangkan kalo diabiarkan dia Nduableg poll.... tapi kami dari komunitas berusaha menyadarkan mereka... mas.... karena bagaimanapun juga HIV tidak boleh lagi berkembang... itu motto kita mas.... P; okey terima kasih mbak... I; okey mas....
C.
Pembahasan
1. Perilaku ODHA di masyarakat. Dari hasil wawancara didapatkan hasil bahwa semua informan sudah memahami tentang HIV / AIDS atau ODHA sudah tahu tentang HIV/ AIDS meski dengan bahasanya sendiri, tetapi secara detail mereka belum memahami tentang HIV itu sendiri, hal tersebut dijelaskan oleh informan ketiga.
Data yang disampaikan oleh informan ketiga diatas kemudian di trianggulasi ke menejer kasus (pendamping ODHA). Menurut menejer kasus memang kadang ODHA itu membuat kata-kata yang aneh, bahasanya kadang sulit dimengerti tetapi pada dasarnya mereka sudah mengerti tentang HIV/ AIDS karena mereka sudah di konseling dan didampingi lxiii
sehingga secara langsung tak langsung mereka sudah sangat mengenal HIV/ AIDS. Menurut Nursalam pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa factor, baik internal maupun eksternal, factor Internal meliputi ; a). Umur, semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang berfikir dan bekerja. b). Pendidikan, Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. c). Pekerjan, pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang hidup. Sedangkan Faktor Eksternal antara lain ; a). Lingkungan, adalah segala sesuatu yang ada di sekitar area. Lingkungan ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan perilaku seseorang atau kelompok. b). Sosial Budaya, social budaya mempengaruhi cara dan sikap dalam menerima informasi. (Nursalam; 2005). Berdasarkan data diatas maka umur informan diatas sudah tergolong dewasa sehingga mereka sudah matang dalam memahami sesuatu. Ini terbukti mereka bisa menyimpulkan semua informasi tentang HIV/ AIDS meski dengan bahasa mereka sendiri. Selanjutnya bila dilihat dari segi pendidikan, maka dapat terlihat perbedaan pemahaman dan cara pandang serta cara menjelaskan HIV/ AIDS kepada orang lain, hal tersebut dibuktikan dengan informasi yang disampaikan dari informan pertama sampai informan ketiga.Informan pertama yang berpendidikan SD menjelaskan bahwa penyakit ini terkutuk tetapi informan ketiga yang lxiv
berpendidikan Sarjana jauh bisa menjelaskan dengan lebih rinci. Sedangkan bila dilihat dari pekerjaan, pekerjaan informan ketiga adalah juga sebagai LSM yang peduli HIV sehigga dia paham betul tentang HIV dan cara pencegahanya sedangkan informan pertama pekerjaannya wiraswasta sehingga pemahaman tentang HIV nya pun jelas sekali berbeda dengan informan ketiga. Ini bias terlihat dari bahasa yang digunakan oleh informan pertama. Sedangkan bila dikaitkan dengan jenis kelamin maka pemahaman tentang HIV ini tidak ada perbedaan yang menyolok karena semua informasi bias didapat oleh semua jenis kelamin tanpa ada batasan. Dari factor eksternal lingkungan sangat mempengaruhi dari pola pemahanan dan cara pandang seseorang. Hal tersebut terlihat dari kata-kata yang di ungkapkan oleh informan pertama, yang menyatakan bahwa HIV adalah penyakit terkutuk. Selain itu lingkungan informan sangat tidak mendukung untuk informan mengungkapkan bahwa dirinya adalah ODHA tetapi karena lingkunganya rata-rata berpendidikan rendah dan lingkungan yang fanatic terhadap agama maka pemahaman tentang HIV juga masih kurang. Selain itu kurangnya socialisasi kepada masyarakat mendukung pemahaman yang keliru terhadap HIV. Hal lain yang juga mendukung pemahaman yang keliru dari masyarakat adalah social ekonomi dari masyarakat yang cenderung masih rendah dan kurang dapat mengakses informasi baru melalui berbagai media termasuk media elektronik. Menurut sumber dari Dinas kesehatan Kabupaten Banyuwangi mengatakan bahwa sosialisasi sudah banyak dilakukan baik melalui lxv
pertemuan, work shop maupun siaran radio.(Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi; 2010). Tetapi sepertinya butuh waktu yang cukup lama untuk bisa mengubah stiqma HIV/ AIDS di masyarakat karena latar belakang HIV ini memang dari perilaku yang buruk. Namun perlu diketahui bahwa penderita HIV atau biasa disebut ODHA tidak hanya berlatar belakang jelek. Saat ini ibu rumah tangga sudah menempati urutan ketiga jumlahnya setelah Heteroseks dan Pengguna Napza suntik. Melihat hal ini maka harus ada sebuh intevensi untuk menubah pendangan ini. Selanjutnya berkaitan dengan perilaku ODHA dalam menularkan perlu ada kajian lagi yang lebih dalam dan lebih intensif untuk dapat memastikan pemahaman mereka tentang HIV dan aktifitas mereka yang beresiko menularkan HIV kepada orang lain. Karena bagiamanapun yang menularkan HIV pasti adalah ODHA, tidak mungkin orang lain. Kajian tersebut juga perlu dikembangkan kepada effektifitas dampingan ODHA oleh menejer kasus yang selama ini berjalan. Tugas menejer kasus adalah mendampingi ODHA dan memfasiltasi ODHA serta mempermudah Akses layanan bagi ODHA. Di Kabupaten Banyuwangi satu orang menejer kasus mendampingi lebih dari 60 ODHA (Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi;2010), sehingga kalau dilihat effektifitasnya sangatlah kurang. Menurut informasi dari informan ketiga ketika awal terdiagnosis dia pun masih aktif menularkan dan informan pertama juga mengatakan tidak ada jaminan bahwa teman-teman ODHA tidak akan menularkan kepada orang lain. Menurut hasil penelitian Sugeng Waluyo (2007) menjelaskan bahwa lxvi
perilaku seks penderita HIV cenderung menggunakan prinsip free seks dan masih aktif menularkan kepada orang lain. Hal ini diungkapkan oleh salah informan yang mengatakan bahwa ia main dengan siapa saja yang mau dan dimana saja dengan tidak pernah memakai kondom. Sehingga apabila satu orang ini dianggap bias mewakili 100 orang, maka bias dihitung berapa banyak orang yang akan tertular oleh perilaku ODHA tersebut.
2. Persepsi ODHA terhadap HIV Pada awal diagnosis ada informan yang syok seperti dikatakan oleh informan kedua tetapi pada akhirnya dia menerima. Berbeda dengan informan kedua infroman pertama sudah menduga kalau ia terkena penyakit HIV, karena informan berlatar belakang pengguna narkotika suntik dan juga pernah bergantiganti pasangan. Seperti di utarakan oleh informan pertama. Penyakit HIV
memang masih merupakan stiqma di masyarakat dan menjadi momok sehingga mereka berpendapat kalau siapa saja yang terkena HIV adalah mereka yang telah berbuat nakal dan tercela. Hal ini dijelaskan oleh semua informan yang mengatakan bahwa masyarakat sekitar mereka mengatakan bahwa HIV adalah penyakit Kutukan. Dengan berlalunya waktu ternyata sikap dan padangan mereka terhadap HIV mulai berubah karena dengan ini mereka menjadi insyaf, seperti dikatakan oleh informan pertama;
Menurut sunaryo sikap dapat berubah –ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan dan syarat tertentu yang mempermudah sikap orang itu. lxvii
Selain itu sikap terbagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu; 1). Menerima ( receiving) , pada tahap ini individu ingin memperhatikan rangsang (stimulus) yang diberikan. 2). Merespon (responding), pada tingkat ini individu
memberi
jawaban
apabila
ditanya,
mengerjakan
dan
menyelesaikan tugas yang diberikan. 3). Menghargai ( Valuing ), pada tingkat ini sikap individu mengajak orang lain. 4) Bertanggungjawab ( Responsible) pada tingkat ini individu bertanggungjawab dan siap menanggung
segala
resiko
atas
segala
sesuatu
yang
dipilihnya.
(Sunaryo;2004) Seseorang dimana dia pada waktu masih sehat, kuat dan punya kemampuan maka mempunyai kecendrungan untuk berbuat semaunya. Yang penting dia bias senang dan puas. Hal itulah yang dialami oleh para penderita HIV/ AIDS sebelum mereka terdiagnosis HIV positif. Ketika mereka sudah terdiagnosis baru mereka sadar bahwa semua yang mereka lakukan di masa yang lalu harus ditebus dengan sesuatu yang sangat berat. Pada awalnya mereka menolak kondisi ini tetapi karena kondisi tersebut memang tidak bias diubah maka sesuai dengan teori diatas maka akhirnya mereka juga pasrah dan menerima kondisi yang mereka alami. Kondisi HIV/ AIDS adalah suatu kondisi penyakit terminal, artinya penyakit yang tidak mungkin untuk disembuhkan bahkan akan segera mengakhiri hidup seseorang apabila tidak segera dilakukan penalaksanaan. Hal ini akhirnya disadari oleh informan sehingga mereka mau berubah. Tetapi konsep diatas tidak berlaku pada
ODHA yang lain. Hal ini ditegaskan oleh semua lxviii
informan yang mengatakan bahwa tidak ada jaminan bahwa ODHA tidak akan menularkan lagi kepada orang lain. Bahkan ketika timbul sebuah pernyataan dari mereka yang mengatakan bahwa mereka tertular dari orang lain sehingga mereka juga mau balas dendam. Hal ini sangat gawat bila benar-benar terjadi karena akan banyak sekali orang yang tertular dari jumlah pendrita HIV/ AIDS di Kabupaten Banyuwangi akan meningkat dengan cepat. Berdasarkan data diatas juga terjadi tahapan atau proses adaptasi dari ODHA pada awalnya mereka menolak penyakitnya tetapi akhirnya dia menerima juga. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa proses adaptasi terdiri dari Danial (menolak), Anger (marah), Bergaining (tawarmenawar), Depresi dan Acceptence (Menerima).
3. Upaya ODHA untuk mencegah penularan HIV kepada orang lain Beberapa
ODHA memang sudah banyak yang menyadari bahwa
penularan HIV itu tidak mudah dan hanya melalui beberapa cairan tubuh, seperti cairan sperma, cairan vagina, darah dan produk darah, Air Susu Ibu dan dari ibu ke anaknya melalui persalinan. Sehingga cara pencegahanya juga menghindari kontak dari cairan tersebut di atas seperti yang dikatakan oleh informan pertama dan tersebut ditegaskan oleh informan ketiga. Menurut Departeman Kesehatan Republik Indonesia penularan HIV melalui Cairan Vagina, cairan Sperma, darah dan produk darah, ASI dan perinatal. Sehingga cara pencegahanyapun harus menghindari kontak langsung dengan cairan tersebut diatas. Penularan melalui hubungan seks dapat dicegah dengan lxix
menggunakan kondom, penularan melalui darah dapat dicegah dengan tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian, screening darah transfuse oleh PMI dan memberikan profilaksis pada ibu hamil dengan HIV positif dan melakukan kelahiran dengan operasi sectio cesaria. ( Depkes RI; 2008). Dari hal tersebut diatas maka dilihat bahwa penularan HIV adalah sangat terbatas. Tidak bisa secara langsung tanpa ada perantaranya, contohnya penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada pengguna Napza suntik yang menggunakan jarum suntik secaran bergantian,tetapi seandainya mereka mengunakan jarum suntik steril dengan tidak bergantian maka mereka tidak akan tertular HIV melalui jarum suntik tersebut. Untuk mencegah penularan tersebut pemerintah mengadakan program Harm Reduction ( Penanganan dampak buruk pengguna Napza). Tetapi lebih jauh program ini masih sangat sulit untuk dijalankan oleh karena masih banyak benturan-benturan dengan aparat penegak hukum. Dalam program Harm Reduction ada program untuk mendistribusikan jarum suntik steril kepada para pengguna Napza suntik, sedangkan alat suntik tersebut bisa dijadikan alat bukti sementara untuk menangkap para pengguna Napza suntik. Sehingga program inipun masih merupakan fenomena yang belum terjawab dengan jelas. Bahkan menurut informasi dari KPA Propinsi pada tahun 2008 yang lalu pernah ada petugas harm reduction yang ditangkap oleh Polisi karena kedapatan membawa alat suntik. Selain itu untuk mengurangi penularan HIV melalui hubungan seks maka sekarang digalakan penggunaan kondom 100% pada hubungan seks beresiko. Dalam hal ini para pakar pun masih ada yang meragukan efektifitas kondom lxx
dalam pencegahan penularan HIV dengan alas an ; 1). Dalam Konfrensi AIDS Asia Pasific di Chiang Mai, Thailand (1995) : dilaporkan bahwa penggunaan kondom tidaklah benar. Kondom dibuat dengan bahan latex yang pori-porinya sebesar 1/60 mikron dalam keadaan
dak meregang. Sedangkan pada saat
meregang pori-porinya mencapai 10 kali lipat. Sedang Virus HIV ukurannya 1/250 mikron. Saat kondom normal 4 Virus HIV bisa masuk lewat pori-pori kondom. Pada saat meregang 40 virus HIV bisa masuk lewat pori-pori tersebut. Ini hanya 1 pori-pori, padahal kondom mempunyai banyak pori-pori. Apalagi saat meregang. Carey (1992) dari Division of Pshysical Sciences, Rockville, Maryland, USA: menemukan bahwa virus AIDS dapat menembus kondom (yang beredar dipasaran) ternyata dari 29 dari padanya terdapat kebocoran atau dengan kata lain
ngkat kebocoran kondom mencapai 30%. Sedangkan untuk mencegah penularan dari Ibu ke Anak ada program
yang menangani yang disebut dengan PMTCT ( Prevention Of Mother To Child Transmision ). Tetapi yang menjadi masalah adalah tidak semua ibu hamil mau periksa atau test HIV sehingga apabila ibu tersebut sudah terinfeksi HIV dan tidak dilakukan profilaksis ARV maka anaknya pun 33 % akan tertular. Menurut data di Dinas Kesehatan Kabupetan Banyuwangi sudah ada 9 orang yang dilakukan program PMTCT tetapi 3 orang diantaranya ditemukan setelah hamil 3 bulan baru diketahui status HIV nya. Selain itu ada 2 kasus yang ditemukan bayi meninggal dengan klinis mengarah ke AIDS dan setelah ibunya di test HIV ternyata ibunya positif mengidap HIV. Oleh karena kasus HIV ini menganut fenomena gunung Es maka 2 kasus bayi dengan klinis HIV tersebut bisa merupakan gambaran 200 atau bahkan 2000 bayi yang lain beresiko terkena HIV. Oleh kerenanya program lxxi
PMTCT tersebut mestinya diawali dengan skrining ketat kepada semua Ibu hamil dengan factor resiko. Mereka semua harus ditest HIV meskipun dengan Provider Initiatif Conceling and Testing ( PITC) demi kelangsungan generasi mendatang.
4. Dampak kerahasiaan ODHA di masyarakat Kerahasiaan merupakan suatu perlakuan yang diterapkan pada Orang dengan HIV/ AIDS yaitu dengan tidak memberitahukan status HIV nya kepada orang lain tanpa persetujuan informan/ ODHA sendiri. Perlakuan tersebut ternyata masih sangat dibutuhkan oleh para informan mengingat masyarakat masih belum siap untuk menerima ODHA. Dan bila suatu saat masyarakat sudah siap menerima ODHA maka informanpun siap membuka diri, hal ini dinyatakan oleh informan ketiga. Dari hal tesebut diatas dapat diketahui bahwa ODHA saat ini sedang khawatir apabila kondisinya dibuka ke masyarakat. Sehingga nantinya dia takut dikucilkan dan di diskriminasi. Komisi Penanggulangan AIDS ( KPA ) Nasional dalam bukunya tentang strategi penanggulangan HIV/ AIDS mengatakan bahwa Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV dan AIDS harus didahului dengan penjelasan yang benar dan mendapat persetujuan yang bersangkutan ( Informed Concent ). Konseling yang memadai harus diberikan sebelum dan sesudah pemeriksaan, dan hasil pemeriksaan wajib dirahasiakan kepada pihak lain. Kemudian di buku pedoman konseling juga disebutkan bahwa Layanan harus bersifat profesional, menghargai hak dan martabat semua klien. Semua informasi yang disampaikan klien harus dijaga kerahasiaannya lxxii
oleh konselor dan petugas kesehatan, tidak diperkenankan didiskusikan di luar konteks kunjungan klien. Semua informasi tertulis harus disimpan dalam tempat yang tidak dijangkau oleh mereka yang tidak berhak. Untuk penanganan kasus klien selanjutnya dengan seijin klien, informasi kasus dari diri klien dapat diketahui. Melihat dari teori dan pedoman diatas, maka sudah bisa diprediksikan bahwa semua ODHA yang ada hanya beberapa orang yang tahu dan itupun pasti atas persetujuan dari ODHA yang bersangkutan. Apabila ada seseorang yang mengetahui status HIV seseorang kemudian dia menyebarluaskan informasi tersebut maka yang bersangkutan bisa dituntut di muka pengadilan. Di Kabupaten Banyuwangi Peraturan Daerah yang mengatur hal tersebut adalah Perda
Nomor 6 tahun 2007 yang
mengatur tentang penanggulangan HIV/ AIDS. Pada Perda tersebut pada bab VII pasal 8 menyatakan dengan tegas bahwa “ se
ap orang karena tugas atau
pekerjaanya mengetahui atau memiliki infromasi tentang status seseorang yang mengidap IMS dan HIV/ AIDS wajib merahasiakan kecuali ada ijin tertulis dari yang bersangkutan ( point A ) dan bab VIII pasal 11 menyatakan tentang sanksi apabila hal tersebut diatas dilanggar. Pelanggaran tersebut dapat dikenai pidana kurungan 6 (enam) bualan atau denda paling banyak 50.000.000,- . Melihat sangat ketatnya perlakukan kerahasiaan tersebut maka perlu rasanya untuk dipertanggungjawabkan oleh ODHA bersangkutan untuk tidak menularkan kepada orang lain. Karena orang lain tidak tahu kondisinya maka sangat mudah bagi ODHA untuk menularkan HIV kepada orang lain. Bila melihat perda yang ada, mulai dari pasal 1 sampai dengan terakhir tidak satupun yang menyatakan adanya sanksi pada para ODHA yang dengan sengaja menularkan kepada orang lain. Sehingga bila dilihat dari segi keadilan maka Perda tersebut juga tidak adil karena hanya mengatur tentang sanksi bagi yang lxxiii
membuka status HIV dan juga sanksi bagi Unit layanan kesehatan yang tidak mau melakukan
layanan
kepada
ODHA.
Selain
itu
adanya
larangan
untuk
mendiskrimasikan ODHA. secara singkat bisa dikatakan Perda Nomor 6 tersebut adalah Perda perlindungan terhadap ODHA dan bukan Perda Penanggulangan HIV/ AIDS di Kabupaten Banyuwangi. Bahkan bila dilihat dari sisi hukum PERDA tersebut adalah Perda yang Mandul karena tidak bisa mengatasi masalah yang timbul akibat HIV secara keseluruhan. Berbeda dengan hal tersebut, di Negara Uganda ada sebuah hokum yang pasti tentang sanksi menularkan HIV kepada orang lain, seperti dirilis oleh PlusNews Kampala tanggal 19 April 2007 menyebutkan Menurut undang-undang baru disahkan oleh parlemen Uganda pada hari Rabu, orang HIV-positif yang sengaja menginfeksi anak di bawah umur melalui hubungan seksual akan menghadapi hukuman mati. Di San Fransisco, Aturan baru yang dibikin oleh pemerintah Amerika menimbulkan kontroversi. Bagaimana tidak? Dalam aturan itu disebutkan bahwa siapapun yang ingin memasuki negara paman Sam itu harus terbebas dari HIV. Jika tidak, mereka akan dianggap ilegal. Menanggapi aturan yang rencananya diterapkan tahun 2010 itu, Dr Grant Colfax, direktur dari HIV Prevention and Research for the San Francisco Department of Public Health mengatakan larangan itu adalah bentuk diskriminasi bagi penderita HIV dan akan membuat masyarakat resah. (ForumPembaca-Kompas, 3 November 2009). Melihat hal tersebut diatas maka perlu adanya sebuah komitmen bersama untuk penangulangan HIV/ AIDS ini yang melibatkan semua unsur pemerintahan berupa kebijakan dan masyarakat berupa dukungan moral, spiritual agar mampu dan mau berubah memperbaiki kualitas hidupnya. Apabila system penanggulangan ini sudah sinergis antara pemerintah, ODHA dan masyarakat maka lxxiv
penanggulanagn HIV/ AIDS di Kabupaten Banyuwangi hampir dapat dipastikan akan berhasil.Sehingga masa depan Kabupaten Banyuwangi Khususnya dan bangsa ini pada umumnya bisa menjadi lebih baik.
lxxv
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan 1. Perilaku ODHA di masyarakat sebagian berusaha tidak menularkan kepada orang lain tetapi tidak bisa menjamin ODHA yang lain untuk tidak menularkan kepada orang lain. 2. Persepsi dan sikap ODHA terhadap HIV pada awalnya mereka syok mendengar bahwa dirinya positif menderita HIV, tetapi akhirnya mereka mau menyadari dan mau berubah dan berusaha untuk hidup lebih baik. 3. Upaya ODHA untuk mencegah penularan HIV kepada orang lain ada yang menggunakan kondom ada juga yang menghentikan penggunaan Narkoba lagi. Selain itu mereka juga sangat protektif pada anaknya agar tidak tertular dari ibunya. 4. Kerahasiaan ODHA di masyarakat masih sangat dibutuhkan untuk menghindari terjadinya hal-hal buruk seperti diskriminasi atau pengucilan mereka.Selain itu stiqma masyarakat tentang HIV masih sangat tinggi sehingga mereka tidak mau menjadi momok bagi mereka. Dan ODHA juga tidak mau di cap sebagai orang yang pasti berperilaku tidak benar.
61 lxxvi
B.
Implikasi 1. Teoritis Berdasarkan hasil penelitian ini maka secara teoritis perlakukan kerahasiaan pada para ODHA perlu adanya sebuah kajian yang lebih mendalam oleh karena perlakuan tersebut tidak ada jaminan untuk bisa menghentikan/ menurunkan penularan secara signifikan.
2. Praktis Perlakukan kerahasiaan memang perlu dilaksanakan tetapi secara praktis harus diikuti dengan pendampingan yang intensif dari menejer kasus sehingga keterlibatan menejer kasus dan atau pengawas minum obat ( PMO ) dan keluarga harus benar-benar dipantau.
C.
Saran 1. Bagi Institusi dan profesi Kesehatan Stiqma tentang HIV / AIDS harus segera dihilangkan untuk bisa segera melakukan pemberdayaan dan pemantauan perilaku ODHA di
masyarakat.
Sehingga apabila profesi kesehatan yang merupaka ujung tombak dan orang yang dianggap paling mengerti tentang kesehatan saja melakukan stiqmanisasi maka masyarakatpun pasti melakukan hal yang sama dan justru bisa lebih para. Akibatnya keberadaan ODHA dimasyarakat tidak bisa dipantau dan penularan lxxvii
sangat mungkin terjadi akibat kurang pengetahuan tentang tatacara pencegahan penularan HIV.
2. Bagi Masyarakat Sudah saatnya masyarakat ikut berperan aktif dalam penanggulangan HIV/ AIDS, bukan hanya pemerintah dan LSM saja. Mengingat jumlah kasus yang semakin hari semakin meningkat.
3. Bagi peneliti yang akan datang Agar dapatnya diteliti tentang perilaku ODHA dan tanggapan ODHA tentang HIV/ AIDS dan pola yang mereka pakai untuk menularkan kepada orang lain dengan Unit analisis adalah ODHA yang masih Aktif melakukan hubungan seks pada Wanita Penjaja Seks ( WPS ) atau Pria Pekerja Seks ( PPS).
lxxviii
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul, (2005) Metode Penelitian Kesehatan, Jakarta
Depkes RI (2001) Pedoman tatalaksana Klinis Infeksi HIV di sarana kesehatan, Jakarta.
Depkes RI ( 2003), Pedoman penatalaksanaan HIV/ AIDS, Jakarta
Depkes RI ( 2008 ) Pedoman Konseling dan Testing Sukarela, Jakarta.
Depkes RI, Pusdiknaskes ( 1997 ) Aids dan Penanggulanganya, Jakarta.
Forum-Pembaca-Kompas, 3 November 2009) ODHA dilarang masuk USA
Komisi Penanggulangan Aids Nasional ( 2007 ) Strategi Penanggulangan HIV/ AIDS 2007 – 2010, Jakarta
Nursalam,Si
Pariani (2001),Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta. CV.Sagung seto
Nursalam, Siti Pariani (2003), Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta. CV.Sagung seto,
Nursalam, (2005), Asuhan Keparawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Salemba.
lxxix
Notoatmojo, Sukidjo ( 2002), Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta. Rhineka Cipta
Pa
lima Hamid. (2005),Metode Penelitian Kualitatif, Bandung. Alfabeta.
Sugiono (2005), Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta.
Sunaryo, (2004), Perilaku Manusia, Jakarta. EGC
The Brithis Council (2000), Aplikasi Metode Kualitatif dalam Penelitian Kesehatan, Depok
Perda Nomor 6 (2007) Kabupaten Banyuwangi
Waluyo Sugeng (2007) Perilaku Seks penderita HIV/ AIDS di Kabupaten Banyuwangi 64
www. Dinkes-Banyuwangi.com/ HIV/ AIDS di Kabupaten Banyuwangi www.avert.com/HIV dan AIDS di Amerika
www.unaids.org/Buku Pegangan untuk Para legislator padaHIV / AIDS, Hukum dan Hak Asasi Manusia
www.PlusNews.com. Kampala tanggal 19 April 2007 Hukuman mati untuk positif seks anak-pelanggar HIV Parikesit, Arli A. http://netsains.com/2008/02/lebih-jauh-dengan-hivaids-danpenanggulanggannya/ Epoch-time, reuters. http://www.yaids.com/artikel_aids.html
lxxx
Garde, Avant. http://aidsina.org/modules.php?name=AvantGo&file=print&sid=3216 Garde, Avant. http://aidsina.org/modules.php?name=AvantGo&file=print&sid=3176 Garde, Avant. http://aidsina.org/modules.php?name=AvantGo&file=print&sid=3171 Nea. http://nheeacute.blogspot.com/2009/10/artikel-hiv-aids.html Susanti, fransisca. http://basabasicom.4.forumer.com/a/artikel-bagus-soalhivaids_post576.html Bagas, indro. http://www.konseling.net/artikel_seks/sunat_hiv.htm saputra, rio. http://www.jevuska.com/topic/artikel+hiv+aids+di+indonesia.html
lxxxi
lxxxii