DAMPAK KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP VOLATILITAS HARGA SAHAM PERUSAHAAN LQ 45 di BEI
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: JULFI FAJRIHAN NIM: 206081003950
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
i
DAMPAK KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP VOLATILITAS HARGA SAHAM PERUSAHAAN LQ 45 di BEI
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Julfi Fajrihan 206081003950
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB NIP. 19770122 2003121 1 001
Prof. DR. Ahmad Rodoni NIP. 19690203 200112 1 003
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431H/2010M
ii
Hari ini Kamis, Tanggal 16 Bulan September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Julfi Fajrihan NIM: 206081003950 dengan judul
skripsi
“DAMPAK
KEBIJAKAN
DIVIDEN
VOLATILITAS HARGA SAHAM PERUSAHAAN
TERHADAP
LQ 45 di BEI.
Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 September 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Penguji I
Penguji II
Prof. DR. Ahmad Rodoni
Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB
Penguji Ahli I
Penguji Ahli II
Herni Ali HT,SE., MM
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
iii
Hari ini Rabu, Tanggal 07 Bulan Tujuh Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Julfi Fajrihan NIM: 206081003950 dengan judul skripsi “DAMPAK KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP VOLATILITAS HARGA SAHAM PERUSAHAAN
LQ 45 di BEI. Memperhatikan
kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 07 Juli 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Penguji I
Penguji II
Indo Yama Nasarudin, SE., MAB NIP. 19741127 200112 1 002
DR. Yahya Hamja, MM NIP. 19490602 197803 1 001
Penguji III
Suhendra, S.Ag, MM NIP. 19711206 200312 1 001
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI Nama
: Julfi Fajrihan
Tempat/Tanggal Lahir
: Purwodadi, 1 Juni 1988
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Benda Barat 12 Blok D39/10a Pamulang Permai II - Tangerang Selatan
Telp
: 085691500521 / 02185496801
Email
:
[email protected]
PENDIDIKAN Tahun 1993-1994
: TK Islam Puspa Negara
Tahun 1994-2000
: SDN Pondok Benda I
Tahun 2000-2003
: SLTP Waskito 4
Tahun 2003-2006
: SMAN I Pamulang
PENGALAMAN ORGANISASI Tahun 2001-2002
: Seksi kesenian OSIS Waskito 4
Tahun 2007-2008
: Seksi Penelitian dan Pengembangan BEM FEIS Non Reguler
v
ABSTRACT This research has purposes : To analyze the influence between Dividen Payout Ratio, Dividend Yield, Earning Volatility, Firm Size, DAR and Growth In Assets partially and simultaneously to Stock Price volatility in LQ-45 companies, and to analyze independent Variable which most dominant to Stock Price volatility. This research is using multiple regression analysis. Data used in this study used inusing secondary data which is obtained from the Indonesian Stock Exchange. The chosen sample in this research is that all the company which is registered in Indonesian Stock Exchange which include in LQ-45 categories which have a dividend payment start from year 2005 until year 2009. The result of this research showing if there is an influence simultaneously in Dividend Payout Ratio, Dividend Yield, Earning Volatility, Firm Size, DAR, and Growth In Assets Variable to Stock Price Volatility. The conclution of this research shows if the Dividend Payout Ratio and dividend Yield has a significant influence partially to Stock Price Volatility. Where as Earning Volatility, Firm Size, DAR, Growth In Assets Variable is not really has a significant influence. The most dominant variabel which has a big influence in Stock Price Volatility is Dividend Payout Ratio. Keyword : Dividend Yield, Dividend Payout ratio, Earning Volatility, Firm Size, DAR, and Growth In Assets, Stock Price Volatility.
vi
ABSTRAK Penelitian ini memiliki tujuan: Menganalisa pengaruh secara parsial dan simultan antara Dividen Payout Ratio, Dividen Yield, Volatilitas Earning, Firm Size, DAR dan Growth In Asset terhadap Volatilitas Harga Saham pada perusahaan LQ-45, dan Menganalisa variabel independen yang paling dominan terhadap Volatilitas Harga Saham. Penelitian ini menggunakan analisa regresi linier berganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel pada penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang masuk kategori LQ-45 yang melakukan Pembayaran Dividen mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variabel Dividen Payout Ratio, Dividen Yield, Volatilitas Earning, Firm Size, DAR dan Growth In Asset terhadap Volatilitas Harga Saham. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel Dividend Payout Ratio dan Dividen Yield berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Volatilitas Harga Saham. Sedangkan variabel Volatilitas Earning, Firm Size, DAR, growth in asset tidak berpengaruh signifikan. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Volatilitas Harga Saham adalah Dividen Payout Ratio. Kata kunci: Dividen Yield, Dividen Payout Ratio,Volatilitas Earning, Firm Size, DAR dan Growth In Asset,Volatilitas Harga Saham
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ni’mat iman, ni’mat islam serta ni’mat sehat wal’afiat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada baginda alam junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Beliau adalah penutup para nabi, rasul yang amanah serta bagi para keluarga, sahabat dan kita semua sebagai pengikutnya, dengan harapan mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Manajemen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta . dengan judul skripsi “Dampak Kebijakan Dividen Terhadap Volatilitas Harga Saham Perusahaan LQ 45 di BEI”. Skripsi yang telah penulis selesaikan ini merupakan salah satu dari banyaknya ni’mat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Atas segala do’a, motivasi, serta arahan dari berbagai pihak merupakan modal utama bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada: 1. Bapak dan Mamah yang telah memberikan dukungan selama ini baik berupa moril dan materi. Semoga Allah SWT selalu melindungi, melimpahkan rahmat-NYA serta meninggikan derajat kalian. Amiin. 2. Bapak. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 3. Bapak. Indo Yama Nasarudin, SE., MAB selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
5. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmu akademis selama ini, semoga ilmu yang telah kalian berikan menjadi ilmu yang bermanfaat bagi saya khususnya dan umumnya orang lain. 6. Angga, Pakde, Bude, om, tante dan Saudara-saudara semuanya yang gak bisa disebut satu persatu. Terma kasih atas dukungannya selama ini. Walaupun kadang suka lupa dan bingung silsilah keluarga. 7. Seluruh staf karyawan dan karyawati Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis “Mba Ani, Mpo Heny, Mas Ajis, Mas Heri, Mas Alfred, Pak Sukmadi dan lain-lain”. Terima kasih atas layanan dan bantuannya di akademik walaupun suka lama. 8. Temen-temen anak-anak manajemen B “ Prima, Anggi P, Ade, Ali (belajar maen kartu dulu lw pada biar bisa ngalahin gw haha.) Kiki (buruan lo kerjain skripsi biar bisa ikut kloter berikutnya), Anggi S (wah curang lo nggi, nyolong start), Faisal, Alamsyah, Restu, Umar (kuliah yang bener lo kong, inget umur), Bukhori, Apung, Renal, Febrian, Yadih, Rosim, Muzakir, Ririn, Nurul, Rika, Purwanti, Lia, Rheina (say password.hehe), Luthfi” terima kasih udah berjuang bersama selama kuliah. Semoga perjuangan selama kuliah dapat dikenang selalu dan persahabatan kita akan selalu terjalin dengan baik. 9. Temen-temen dari kelas lain “Devi dan Khania (udah bantuin dan jelasin halhal yang gw gak tau tentang skripsi), Ale (buruan skripsi le, udah di tantang Taufik Hidayat lo.haha) dan anak-anak manajemen A yang gak bisa disebut satu persatu. Khoir (Terima kasih udah bantuin SPSS), Ibol (nongkrong terus sama anak manajemen B). Temen-temen SD, SMP, SMA, Les, Ngaji, tementemen maen gw dari dari kecil, iwan (geber terus may), tio , danto. 10. Buat Gustav (my ride), udah setia nganterin kemana-mana dari awal kuliah. Panas-panasan, hujan-hujanan, pokoknya tiada lawan. 11. Terima kasih juga untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu karena dengan segala keterbatasan. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.
ix
Akhinya dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan skripsi ini kepada semua pihak yang berkepentingan, dengan harapan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semuanya.
Jakarta,
September 2010
Julfi Fajrihan
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN SIDANG SKRIPSI ......................................... iii LEMBAR PENGUJIAN KOMPREHENSIF .............................................. iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v ABSTRACT .................................................................................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv BAB I Pendahuluan ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang.............................................................................. 1 B. Perumusan Masalah....................................................................... 9 C. Tujuan dan Manfaat .....................................................................
9
BAB II Tinjauan Pustaka................................................................................. 11 A. Volatilitas harga saham.................................................................. 11 B. Pengertian Dividen......................................................................... 15 1. Dividen...................................................................................... 15 2. Teori Tentang Dividen............................................................... 17 3. Pembayaran Dividen.................................................................. 20 4. Faktor - faktor yang Berpengaruh Terhadap Rasio Pembayaran Dividen....................................................................................... 21 5. Macam-macam Dividen………................................................. 24 C. Dividend Yield ................................................................................ 26 D. Dividend Payout Ratio.................................................................... 27
xi
E. Volatiltas earning ( Earning volatility) ........................................... 28 F. Hutang Jangka Panjang (Long-term Debt) ..................................... 29 G. Ukuran Perusahaan (Firm Size) .....................................................
34
H. Pertumbuhan Aset (Growth in asset) ............................................. 36 I. Penelitian Terdahulu......................................................................... 37 J. Hipotesis........................................................................................... 39 K. Kerangka pemikiran........................................................................ 40 BAB III Metode Penelitian..............................................................................
43
A. Ruang Lingkup Penelitian................................................................ 43 B. Metode Penetuan Sampel................................................................. 43 C. Metode Pengumpulan Data.............................................................. 44 D. Metode Analisis ............................................................................... 45 E. Operasional Variabel Penelitian........................................................ 48 BAB IV Analisis dan Pembahasan....................................................................
53
A. Gambaran Umum Objek Penelitian.................................................. 53 B. Sejarah Objek Penelitian................................................................... 62 C. Hasil Dan Pembahasan...................................................................... 63 1. Deskriptif Data............................................................................ 63 2. Pengujian Asumsi Klasik............................................................. 74 3. Uji Signifikansi............................................................................ 78 4. Analisis Regresi Linier Berganda................................................ 81 D. Interpretasi......................................................................................... 83 BAB V Kesimpulan dan Implikasi...................................................................... 87 A. Kesimpulan........................................................................................ 87 B. Saran dan Implikasi........................................................................... 87 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 90
xii
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
4.1
Perusahaan Objek Penelitian
63
4.2
Dividend Yield
64
4.3
Dividend Payout Ratio
66
4.4
Volatilitas Earning
67
4.5
Firm Size
68
4.6
Debt to Assets Ratio
70
4.7
Growth In Assets
71
4.8
Volatilitas Harga Saham
73
4.9
Hasil Pengujian Multikolinearitas
75
4.10
Hasil Pengujian Autokolerasi
76
4.11
Hasil Pengujian Uji t
78
4.12
Hasil Pengujian Uji F
80
4.13
Hasil Pengujian Adj R Square
81
4.14
Hasil Analisis Regresi
82
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Skema Kerangka Pemikiran
42
4.1
Struktur Pasar Modal Indonesia
54
4.2
Pengujian Normalitas Data
74
4.3
Uji Heteroskedastisitas
77
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Dividend Yield
94
2
Dividend Payout Ratio
94
3
Volatilitas Earning
95
4
Firm Size
95
5
Debt to Assets Ratio
95
6
Growth in asset
95
7
Volatilitas Harga Saham
97
8
Descriptive Statistics
98
9
Histogram
98
10
Normal P-P plot of regression strandardize residual
99
11
scatter plot
99
12
Residuals Statistics
100
13
Uji t
100
14
Uji F
101
15
Model Summary
101
xv
DAMPAK KEBIJAKAIT DIWDEN TERHADAP VOLATILITAS IIARGA
sArrAM PERUSAHAAhTLQ 4s di BEr
Skripsi
'
Diaiukan Kepada I'akultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Mehenuhi Syarat-SyaratUntukMeraih Gelar Sarjana Ekonomi
OIeh: JUE X'airihan 206081003950
Dibawah Bimbingan
Pembimbingl
Pembimbingll
Prof. DR Alimad Rodoni
nrP. 19690203 zffirrz I 003
F[IP. 197701222M3121 I 001
*oom"':#ffTKil"*'
T]NTVERSITASISLAM I\TEGERISYARIF' HIDAYATT]LLAH JAKARTA 1431H/2010M
Hari ini Kamis, Tanggal 16 Bulan SeptemberTahun Dua Ribu Sepuluhtelah dilakukanUjian Slaipsi atasnama Julfi FajrihanNIM: 206081003950dengan judul slcripsi *DAMPAK DWIDEN TERHADAP KEBIJAKAI{ YOLATILITAS
IIARGA
SAIIAM
PERUSAIIAAI\I
LQ 45 di BEI.
Memperhatikan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung,maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagaisalah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada JrrrusanEkonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UniversitasIslam Negeri OIllD Syarif HidayatullatrJakarta-
Jakaxt416 September2010
Tim Pcnsuii Uiiqn Skriosi
Penguji II
Penguji I ,/t
@
_L ffi
Prof. DR. Ahmadfrdoni
Indo Yama Nasaruddin. SE.. MAB
Penguii Ahli I
Penguji AhIi n
Prcf. Dr. AbdulHamid.MS
HsmiA|iHTSE..MM
111
Hari ini Rabu,Tanggal07 Bulan Tujuh TahunDua Ribu Sepuluhtelah dilalnrkan Ujian KornprehensifatasnamaJulfi FajrihanNIM: 206081003950 denganjudul skripsi {'DAMPAK KIBIJAKAI\I DWIDEN TERIIADAP YOLATILITAS IIARGA
SAIIAM
LQ 45 di BEI.
PERUSAHAAI\
Memperhatikan
kemampuankeilmuanmahasiswatersebutselamaujian berlangsung,maka skripsi ini sudahdapatditerima sebagaisalahsatusyaratuntuk memperolehgelar Sarjana Ekonomi pada JurusanManajemenFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (US{) Syarif HidayatultahJakarta
Jakarta07 Juli 2010
Tim Penguii Uiian Komprehensif
Pcnguji I
Penguji II
DR Yahva Hamia" MM iltrP.19490602197803I 001
NIP. 19?41127 2Ur12 t W2
Pengnji III
h&wffi-
Sufiendra.S.As. MM NIP. 197112M200312I {ill
lV
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan (return) di masa yang akan datang (Halim, 2005:4). Investasi dibagi kedalam dua kelompok, yaitu investasi pada aset-aset keuangan (financial assets) dan investasi pada aset-aset riel (real assets). Investasi pada aset-aset keuangan dapat dilakukan di pasar modal dan pasar uang, sedangkan investasi pada aset-aset riel dilakukan dengan membeli atau mendirikan asset-aset riel seperti membeli tanah atau rnendirikan pabrik. Salah satu bentuk investasi di pasar modal adalah saham. Investor saham dapat mengharapkan return dalam bentuk dividen dan atau capital gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan, dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen saham yang artinya setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga sejumlah saham yang dimiliki investor bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
1
Sedangkan Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual, dimana harga jual lebih tinggi dari harga beli, capital gain terbentuk dengan adanya aktifitas perdagangan di pasar sekunder. Pasar modal sangat sensitif terhadap peristiwa ataupun informasi yang beredar disekitarnya. Peristiwa ataupun informasi dapat memotivasi investor untuk bereaksi apakah menjual atau membeli saham, sehingga memicu terjadinya volatilitas harga saham. Dalam berinvetasi saham, investor tidak boleh terpaku hanya akan return yang akan dihasilkan. tetapi juga harus memperhatikan segala resiko yang melekat dalam bermain saham. Hal ini tentu akan membuat investasi saham lebih aman. Risiko yang dapat menyebabkan penyimpangan tingkat pengembalian investasi dapat dikelompokan menjadi 2 jenis, yaitu Systematic risk dan Unsystematic risk. Systematic risk disebut juga risiko pasar karena berkaitan dengan perubahaan yang terjadi di pasar secara keseluruhan, risiko ini terjadi karena kejadian diluar kegiatan perusahaan. Seperti resiko inflasi, resiko nilai tukar mata uang, resiko tingkat suku bunga. Unsystematic risk merupakan risiko spesifik perusahaan karena tergantung dari kondisi mikro perusahaan. Contoh unsystematic risk antara lain : risiko industri, operating laverage risk dan lain-lain. Risiko ini dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi investasi pada banyak sekuritas dengan pembentukan portofolio, unsystematic risk disebut juga diversible risk. Dalam kaitannya dengan dunia pasar modal, resiko pasar merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh para pelaku pasar seperti trader, baik yang
2
melakukan daily trading ataupun frequent trading. Risiko pasar ini erat kaitannya dengan ketersediaan data dan informasi pada pasar finansial. Volatilitas harga saham dan pergerakan harga di pasar modal pun menjadi fokus atas terjadinya risiko pasar ini. Dalam mengontrol dan mengurangi risiko pasar yang dapat terjadi, para pelaku pasar dapat melakukan pengukuran volatilitas atau tingkat risiko dari aset-aset keuangan yang mereka perdagangkan, seperti saham, nilai tukar, komoditi, indeks, portofolio, dan lain sebagainya. Salah satu cara meminimalisir resiko dalam bermain saham adalah dengan melihat besar resiko dari saham tersebut. Besarnya nilai resiko dari saham bisa dilihat dengan menggunakan indikator Beta. Nilai Beta ini diperoleh dari hasil regresi time series antara harga saham dengan IHSG dalam rentang waktu tertentu. Semakin besar Beta menunjukan resiko makin besar. Hal ini karena ketika pasar (IHSG) bergerak sedikit maka harga saham akan berubah cukup besar, atau lebih volatile. Menurut Alwi (2003) bahwa Volatilitas atau pergerakan naik-turun harga saham dari suatu perusahaan go public menjadi fenomena umum yang sering dilihat di lantai bursa efek yang tidak banyak orang yang mengerti atau banyak yang masih bingung mengapa harga saham suatu perusahaan bisa berfluktuasi secara drastis pada periode tertentu. Sebagai salah satu instrument ekonomi ada faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham di suatu bursa efek, baik harga saham individual maupun harga saham gabungan misalnya IHSG dan indeks LQ45, yaitu faktor internal (lingkungan mikro) dan eksternal (lingkungan makro).
3
Berdasarkan penelitian Septi uli rahmi (2009) yang berjudul Analisis perbandingan kinerja pasar modal syariah dan konvensional di Indonesia dengan pendekatan volatilitas return (studi kasus saham JII dan LQ45 di BEI tahun 2006 2008), menjelaskan bahwa saham syariah yang tergabung dalam JII memiliki kinerja relative lebih baik pada persistensi jangka pendek, sedangkan saham konvensional atau LQ45 relative lebih baik pada persistensi jangka panjang. Konsep beta sangat membantu investor dalam melakukan keputusan investasi. Jika investor menduga saham akan naik atau bullish , maka investor akan memilih saham dengan beta yang tinggi sehingga returnnya akan tinggi. Sebaliknya ketika investor mempunyai ekspektasi saham akan turun atau bearish, sebaiknya investor menjaga investasinya dengan saham yang mempunyai beta kecil sehingga penurunan harga saham tidak akan terlalu besar. Atas dasar pertimbangan resiko tersebut, pokok perhatian penulis adalah apakah kebijakan dividen yang dijalankan oleh perusahaan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan, mengingat informasi yang beredar di pasar modal dapat mempengaruhi investor dan berdampak fluktuasinya harga saham. Kebijakan dividen yang menghasilkan tingkat dividen yang semakin bertambah dari tahun ke tahun akan meningkatkan kepercayaan para investor, dan secara tidak langsung memberikan informasi kepada para investor bahwa kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba perusahaan semakin meningkat. Informasi yang demikian akan mempengaruhi permintaan dan penawaran saham perusahaan di pasar modal, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
4
Volatilitas harga saham memang diartikan sebagai resiko, karena ketidak pastian yang dimiliki investor akan masa depan. (Brigham dan Houston,2009). Banyak faktor - faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham. Seperti kondisi makro ekonomi dan mikro ekonomi suatu negara, kondisi keuangan perusahaan, informasi yang beredar di pasar modal dan sebagainya. Penilaian wajar saham dan prediksi harga pasar merupakan aktivitas penting bagi pelaku pasar modal. Para pelaku pasar modal seperti investor, broker, dan emiten akan menggunakan perbandingan antara nilai wajar dan harga saham pasar sebagai dasar pengambilan keputusan ( Elton & Gruber, 1995). Investor akan menggunakan perbandingan antara nilai wajar dan harga pasar untuk keputusan kapan beli dan kapan jual. Penelitian ini mengadaptasi pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh nishat dan chaudhari (2003) di Pakistan tentang dividend policy and stock price volatility. Berdasarkan penelitian yang dilakukan nishat dan chaudhari pada bursa efek karachi, menjelaskan dividend yield dan dividend payout ratio memiliki dampak yang signifikan pada volatilitas harga saham pada bursa pakistan. Pada periode keseluruhan firm size dan leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap volatilitas harga saham. Dan earning volatility adalah negatif dan signifikan hanya selama periode reformasi. Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Investor juga memperhatikan tingkat Dividend Payout Ratio (DPR) perusahaan. Rasio pembayaran dividen (Dividen Payout Ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam
5
perusahaan sebagai sumber pendanaan. Rasio pembayaran dividen (Dividen Payout Ratio) adalah persentase dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham (Jogiyanto,2000:252) Apabila dividend yield dari perusahaan yang efisien semakin tinggi maka semakin besar kemungkinan saham itu dinilai tinggi. Hal ini akan membuat investor mau menanamkan dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan akan saham tersebut naik pada akhirnya menyebabkan harga saham akan naik juga. Earning Volatility digunakan untuk mengukur tingkat resiko bisnis dan potensi kebangkrutan perusahaan. Perusahaan yang memiliki resiko bisnis yang besar cenderung memiliki rasio hutang yang rendah.
Volatilitas keuntungan
tidaklah selalu harus diartikan sebagai resiko (Brigham dan Houston,2009). Kita harus memikirkan penyebab dari volatilitas tersebut sebelum menarik kesimpulan mengenai apakah volatilitas menunjukkan adanya resiko. Beberapa perusahaan mengalami fluktuasi tersebut mengikuti pola-pola siklus atau musiman. Sehingga volatilitas tidak akan menjadi bagian yang signifikan dari resiko. Hal ini tidak akan menjadi kekhawatiran dari para investor, sehingga harga saham perusahaan tidak akan terpengaruh. Bradley, Jarrel dan Kim (1984); Friend dan Lang(1988); Long dan Malitz (1985), menemukan bahwa semakin tinggi volatilitas earnings maka leverage akan semakin rendah. Volatilitas earnings yang tinggi akan meningkatkan biaya kebangkrutan (agency cost of debt) sehingga leverage yang digunakan dalam
6
rangka pengendalian agency cost of equity akan berkurang (Crutchley dan Hansen, 1989). Menurut Francis (1986) dan Elton and Gruber (1995), perusahaan besar mengalami resiko yang lebih sedikit dibanding dengan perusahaan lebih kecil. Dengan kata lain, perusahaan besar mengalami risiko yang lebih kecil. hal ini dikarenakan perusahaan kecil bekerja kurang efektif dan efisien dibanding dengan perusahaan besar (Cheng F Lee dan Josepha E Finnerty 1991) Fama dan French (1992) meneliti mengenai beta pasar atau prediksi CAPM terhadap pengaruh positif beta pasar terhadap rata-rata return saham dan menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh pengaruh beta pasar terutama setelah dilakukan perhitungan yang bervariasi terhadap beta yang berhubungan dengan firm size. Variabel pertumbuhan aktiva (growth in assets) didefinisikan sebagai perubahan (tingkat pertumbuhan) tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan positif dengan Beta. Dengan alasan semakin cepat tingkat atau laju pertumbuhannya menggunakan dana untuk membiayai kebutuhan pertumbuhannya berarti semakin besar dana yang digunakan dan menyebabkan tingginya resiko yang akan dihadapi. variabel asset growth didefinisikan sebagai perubahan tahunan dari aktiva total (Hartono, 2000). Krisis global yang sudah terasa sejak tahun 2007 lalu, menyebabkan fluktuasi harga saham di bursa efek Indonesia meningkat. Hal ini menambah tingkat resiko dalam investasi di pasar modal. Tidak terkecuali perusahaan
7
tergolong indeks LQ45 yang merupakan perusahaan teraktif dan memiliki likuiditas yang tinggi. Hal yang paling mencolok dari krisis global di dunia adalah di amerika yang merupakan negara dengaa ekonomi terkuat. Ini antara lain ditandai kasus kebangkrutan sejumlah perusahaan otomotif besar, seperti General Motor (GM), Ford, dan Chrysler atau yang lebih dikenal The Big Three. Pada 2008, pangsa penjualan The Big Three di AS untuk pertama kalinya akan berada di bawah 50 persen. Kurangnya inovasi di bidang teknologi, desain, biaya, imaji, dan unsur lainnya menjadi penyebab penurunan penjualan mobil keluaran The Big Three. Seiring dengan pelemahan kinerja tiga perusahaan raksasa itu, pangsa pasar mereka pun kini semakin menurun. Dan sebaliknya, pangsa pasar pabrikan otomotif dari Jepang mengalami peningkatan. Pada 2008, tingkat penjualan mobil di AS mengalami kemerosotan yang drastis. Berdasarkan laporan Auto Observer, selama tahun 2008, seluruh The Big Six (The Big Three plus Honda, Nissan, dan Toyota) melaporkan penurunan penjualan. Dari kondisi ini kita bisa melihat betapa besarnya dampak krisis global terhadap terhadap perusahaan - perusahaan. Beberapa perusahaan mengalami penurunan penjualan bahkan sampai bangkrut, tetapi beberapa peusahaan justru mengalami kenaikan penjualan. Hal ini akan menjadi pertimbangan bagi investor apakah saham perusahaan yang dimilikinya masih menguntungkan atau tidak dan lebih selektif dalam menentukan dimana investor akan menanamkan modalnya.
8
Meskipun Indonesia tidak terlalu merasakan dampak dari krisis global, tetapi resiko dari berfluktuasinya harga saham menjadi pertimbangan yang harus dilakukan oleh investor. Berdasarkan latar berlakang diatas apakah kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan LQ 45 berdampak pada volatilitas harga saham. Oleh sebab itu Penulis meneliti tentang “Dampak Kebijakan Dividen Terhadap Volatilitas Harga Saham Perusahaan LQ45 di BEI”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini mencakup, sebagai berikut : 1.
Apakah dividend yield, dividend payout ratio, firm size, debt to asset ratio, earning volatility, growth in asset berpengaruh terhadap volatilitas harga saham secara simultan dan parsial?
2. Variabel independend manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap volatilitas harga saham?
C. Tujuan dan Manfaat 1. Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini mencakup, sebagai berikut: a. Menganalisis pengaruh dividend yield, dividend payout ratio, firm size, debt to asset ratio, earning volatility, growth in asset secara simultan dan parsial terhadap volatilitas harga saham.
9
b. Menganalisis variabel independend yang paling dominan berpengaruh terhadap volatilitas harga saham. 2. Manfaat penelitian a. Bahan masukan bagi perusahaan dalam mengkaji ulang kebijakan dividen yang diterapkannya, serta diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan kebijakan dividen dimasa yang akan datang b. Menambah wawasan bagi pembaca untuk mengetahui pengaruh dari menetukan kebijakan dividen yang dijalankan. c. Sebagai bahan pertimbangan bagi para investor sebelum menanamkan modalnya di perusahaan sektor industri manufaktur. d. Hasil penelitian dapat digunakan untuk memperdalam ilmu pengetahuan mengenai praktek pasar modal khususnya yang berkaitan dengan dampak kebijakan dividen dan volatilitas harga saham perusahaan. e. Sebagai bahan referensi dalam pembuatan karya ilmiah selanjutnya.
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Volatilitas Harga Saham ( Stock Price Volatility) Varians yang berubah seiring dengan perubahan waktu umumnya disebut volatilitas. Volatilitas mengukur banyaknya fluktuasi underlying asset dalam satu periode. Volatilitas harga saham memang diartikan sebagai resiko, karena ketidak pastian yang dimiliki investor akan masa depan. (Brigham dan Houston,2009). Pada dasarnya volatilitas dapat dilihat sebagai kecepatan perubahan dalam pasar, meskipun lebih tepatnya disebut kebingungan pasar. Terdapat 2 jenis volatilitas pada faktor-faktor yang mempengaruhinya (Karina,2006 dalam Chadijah) yaitu: 1.
Transistory Volatility adalah volatilitas yang bersifat sementara karena ada ketidak seimbangan arus order, seperti kepemilikan pasar, ekspektasi yang berlebihan, ada pihak tertentu yang berspekulasi membeli atau menjual komoditas dalam jumlah besar.
2.
Fundamental Volatility adalah volatilitas yang di sebabkan karena faktor fundamental seperti bencana alam, kegagalan panen, dan serangan hama. Menurut Alwi (2003,87) bahwa Volatilitas atau pergerakan naik-turun harga
saham dari suatu perusahaan go public menjadi fenomena umum yang sering dilihat di lantai bursa efek yang tidak banyak orang yang mengerti atau banyak yang masih bingung mengapa harga saham suatu perusahaan bisa berfluktuasi
11
secara drastis pada periode tertentu. Sebagai salah satu instrument ekonomi ada faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham di suatu bursa efek, baik harga saham individual maupun harga saham gabungan misalnya IHSG dan indeks LQ45, yaitu faktor internal (lingkungan mikro) dan eksternal (lingkungan makro). Lingkungan Mikro yang mempengaruhi volatilitas harga saham dan indeks harga saham antara lain ; 1. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, produk baru, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk dan laporan penjualan. 2. Pengumuman
pendanaan
(financing
announcements),
seperti
pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang, sekuritas yang
hybrid,
leasing,
kesepakatan
kredit,
pemecahan
saham,
penggabungan saham, pembelian saham, joint venture dan lainnya. 3. Pengumuman badan direksi manajemen (management board ofdirector announcements), seperti perubahan dan penggantian direksi, manajemen dan struktur organisasi. 4. Pengumuman
penggabungan
pengambilalihan
diversifikasi,
seperti
laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisi dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya. 5. Pengumuman investasi (investment announcements), seperti melakukan ekspansi pabrik, pengembangan riset dan pengembangan, penutupan usaha dan lainnya.
12
6. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negosiasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya. 7. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun dan setelah akhir tahun fiskal, EPS, DPS, PER, NPM, ROA, ROE, dan lain-lain. Sedangkan Lingkungan Makro yang mempengaruhi volatilitas harga saham dan indeks harga saham antara lain ; 1. Pengumuman dari pemerintah, seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan pemerintah. 2. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya. 3. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume / harga saham perdagangan, pembatasan / penundaan trading. 4. Gejolak sosial politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya volatilitas harga saham di bursa efek suatu negara. 5. Berbagai issue, baik dari dalam dan luar negeri, seperti issue lingkungan hidup, hak azazi manusia, kerusuhan massal, yang berpengaruh terhadap perilaku investor.
Sebagai suatu konsep, volatilitas sangat sederhana dan intuitif. Menurut (sigit dan Bambang, 2006 dalam Rahmi 2009) volatilitas mengukur variabilitas atau 13
disperse disekitar suatu tedensi pusat (central tedency). Lebih spesifik untuk suatu aset tertentu, volatilitas mengukur seberapa jauh harga sekarang dari aset tersebut menyimpang dari harga rata-rata masa lalu. Semakin besar penyimpangan berarti semakin besar voaltilitasnya. Sebaliknya, apabila harga hampir tidak pernah berubah berarti volatilitas rendah. Volatilitas dipandang sebagai ukuran resiko,dan return yang paling akurat. semakin tinggi volatilitas semakin tinggi pula resiko dan juga return. Ukuran volatilitas return saham yang paling umum digunakan adalah simpangan baku (Standar deviasi) dari perubahan harga, yang mengukur disperse dari return saham. Pengetahuan mengenai simpangan baku dari return saham sangat penting karena menunjukan peluang terjadinya nilai-nilai
return yang
ekstrim. Bila nilai simpangan baku besar berarti volatilitas juga besar, yang mengimplikasikan peluang terjadinya return yang positif atau negatif juga besar. Volatilitas mengukur kecepatan perubahan harga suatu saham. Semakin tinggi volatilitas, maka kemungkinan naik atau turunnya harga saham akan semakin besar. Perhitungan volatilitas akan dilakukan dengan metode statistik untuk memperoleh simpangan baku (standard deviasi). Standar deviasi merupakan alat pengukur volatilitas dari suatu varian yang memiliki penyebaran yang konstan (homokedastik). Standar deviasi adalah ukuran lebar disperse titik tengah distribusi profitabilitas, yakni jarak rata-rata dari perubahan return terhadap nilai mean sebagai puncak dari distribusi. Standar deviasi adalah akar kuadrat dari varian (Rahmi, 2009).
14
B. Pengertian Dividen 1. Dividen Dividen menurut Weston dan Copeland (2005) dalam buku Rodoni dan Ali adalah keuntungan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang diberikan kepada pemegang saham dan dinyatakan dalam suatu jumlah atau persentase (%) tertentu atas nilai nominal saham dan bukan atas nilai pasarnya. Pengertian dividen dalam undang-undang PPh Pasal 4 Ayat (1) 2008: ”pengertian dividen adalah dividen dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi. Kata-kata “dengan nama dan dalam bentuk apapun” memberikan makna yang luas bagi dividen yang misalnya tidak terikat pada nama dividen atau bentuk uang.” Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan. Secara teoritis perubahan harga saham dipengaruhi oleh banyak faktor. Marzuki Usman mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah dividend yield, price earning ratio dan nilai buku (Marzuki Usman, 1990:155). Menurut Bharbatosh Banerje (2008), kebijakan dividen yaitu: Dividend decision comprises one of the major decision areas of financial management. Dividend policy is the plan of action adopted by the board of directors of company whenever a dividend decison is made.It may be referred to as the policy relating to the amount to profits to be distributed to the equity shareholder in proportion of their holdings.
15
Peirson and Bird's (1998), menjelaskan kebijakan dividen adalah: An important aspect of mangement's decisions on these distributions is dividen policy which determines how much of a company's profit will be paid to shareholders as dividends and how muh will be retained. Kebijakan dividen penting karena dua alasan yaitu pertama, pembayaran dividen
akan
mempengaruhi
harga
saham,
dengan
demikian
akan
berpengaruhpula dengan perdagangan saham. Kedua, pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber tambahan modal sendiri (equity capital) yang terbesardan terpenting untuk pertumbuhan perusahaan. Kedua alasan tersebut merupakan dua sisi kepentingan perusahaan yang agak kontroversial. Agar kedua kepentingan itu dapat terpenuhi secara optimal, manajemen perusahaan seharusnya memutuskan secara hati-hati dan teliti kebijakan dividen yang harus dipilih. Banyak perusahaan yang menyadari adanya dua hal tentang reaksi investor atas dividen: a. Tingkat dividen absolut akan dikurangi hanya jika ada indikasi bahwa penurunan laba akan terjadi pada periode yang relative lama. b. Penurunan harga saham berhubungan dengan penurunan tingkat dividen absolut. Dampak positif utama terhadap harga saham adalah untuk menjaga target rasio pembayaran dividen sepanjang wakru. Jadi, pembagian dividen sangat erat hubungannya dengan investasi dana yang ada dalam perusahaan.
16
2. Teori Tentang Dividen Ada berbagai pendapat atau teori tentang kebijakan dividen antara lain : a. Teori “ Dividen Tidak Relevan “ dari Modigliani dan Miller Mengutip dari penelitian yang dilakukan oleh suhartono (2004), yang mendukung Modigliani dan Miller (MM) , nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tapi ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak ( EBIT ) dan kelas risiko
perusahaan. Jadi
menurut MM, dividen adalah tidak
relevan. Beberapa ahli menyoroti asumsi tidak adanya pajak. Jika ada pajak maka
penghasilan
investor
dari
dividen
dan
dari
capital
gains
(kenaikan harga saham) akan dikenai pajak. Seandainya tingkat pajak untuk dividen dan capital gains adalah sama, investor cenderung lebih suka
menerima capital gains dari pada dividen karena pajak pada
capital gains baru dibayar saat saham dijual dan keuntungan diakui atau di nikmati. Dengan kata lain, investor lebih untung karena dapat menunda pembayaran pajak. Investor lebih suka bila perusahaan menetapkan DPR yang rendah, menginvestasikan kembali keuntungan dan menaikkan nilai perusahaan atau harga saham.
b. Teori “ The Bird in the Hand “ Brigham, et al. (1999) dalam ariwibowo (2007). Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan akan naik jika DPR rendah karena investor lebih suka menerima dividen dari pada
17
capital gains. Menurut mereka, investor memandang dividend yield lebih pasti dari pada capital gains yield. Perlu diingat bahwa dilihat dari sisi investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan (KS) adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham. KS adalah keuntungan dari dividen (dividend yield ) ditambah keuntungan dari capital gains (capital gains yield). Modigliani dan Miller menganggap bahwa argumen Gordon dan Lintner ini merupakan suatu kesalahan (MM menggunakan istilah “The Bierd in the hand Fallacy “). Menurut MM, pada akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama. c. Teori Perbedaan Pajak Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividen lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa.
Jika manajemen percaya bahwa teori “ Dividen tidak relevan “ dari MM adalah benar, maka perusahaan tidak perlu memperdulikan
18
berapa besar dividen yang harus dibagi, Jika mereka menganut teori “The Bird in the Hand“, mereka harus membagi seluruh EAT dalam bentuk dividen. Dan bila manajemen cenderung mempercayai teori perbedaan pajak (Tax Differential Theory), mereka harus menahan seluruh EAT atau DPR = 0 %. Jadi ke 3 teori yang telah dibahas mewakili kutub – kutub ekstrim dari teori tentang kebijakan dividen. d. Teori “ Signaling Hypothesis “ Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya penurunan dividen pada umumnya menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen dari pada capital gains. Tapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas biasanya merupakan suatu “ sinyal “ kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dividen masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen
atau
kenaikan
dividen
yang
dibawah
kenaikan normal
(biasanya) diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit dividen waktu mendatang. Seperti teori dividen yang lain , teori “Signaling Hypotesis“ ini juga sulit dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa perubahan dividen mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek “sinyal“ atau disebabkan karena efek “sinyal“ dan preferensi terhadap dividen.
19
e. Teori “ Clientele Effect “. Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu Dividend payout Ratio yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi individu (misalnya orang lanjut usia dikenai pajak lebih ringan) maka pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Sebalinya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang besar. Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari “Clientele“ ini ada. Tapi menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen
kecil,
demikian sebaliknya.
Efek
“Clientele“
ini
hanya
mengatakan bahwa bagi sekelompok pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan mereka 3.
Pembayaran Dividen Berkaitan dengan pengakuan dan pembayaran dividen ada tiga hal penting dalam laporan dividen formel (A. Haryono Yusuf: 75) yaitu : 20
a. Tanggal pengumuman (Announcement Date) Tanggal pengumuman adalah tanggal dimana direksi secara formal mengumumkan dibagikannya dividen b. Tanggal pencatatan (Record Date) Tanggal pencatatan adalah tanggal dimana pemilik saham ditentukan, sehingga dapat diketahui kepada siapa dividen akan dibagikan c. Tanggal pembayaran (Paymnet Date) Tanggal ini dividen dibayarkan kepada pemegang saham. Setelah dividen dibayarkan kas di debet dan piutang dieliminasi. Dan pembayaran dividen akan dikenakan pajak penghasilan. Dari ketiga tanggal yang berkaitan dengan pembayaran dividen tersebut yang paling penting adalah tanggal pengumuman dividen. Karena pemegang saham dihadapkan pada pilihan untuk menjual kepemilikan sahamnya atau menahannya. Pengambilan keputusan tersebut dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah dividen. Jika dividen yang diterima kecil dibanding capital gain, maka kemungkinan besar pemegang saham memilih untuk menjualnya kembali. 4. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Rasio Pembayaran Dividen. Menurut Awat (1998) yang di kutip dari penelitian Dhailami (2006), terdapat beberapa faktor yang ikut menentukan kebijakan dividen suatu perusahaan, faktor-faktor tersebut adalah:
21
a. Dividend Payout Ratio industri di mana perusahaan itu berada. Artinya, perusahaan tidak boleh mengabaikan kebijakan dividen perusahaan pesaing. b. Pertumbuhan pendapatan perusahaan. Jika pendapatan perusahaan mengalami pertumbuhan, maka jumlah pembayaran dividen dapat dinaikkan. Sebab dengan adanya tambahan pendapatan maka dividen dan laba ditahan juga bertambah. c. Stabilitas pendapatan perusahaan. Jika pendapatan perusahaan tidak stabil maka manajer segan untuk mengurangi jumlah pembayaran dividen. d. Kesempatan investasi yang tersedia. Apabila terdapat kesempatan investasi maka diperlukan banyak tambahan dana. Tambahan dana yang tak punya biaya tunai adalah dana intern, yaitu laba ditahan. e. Jika tingkat keuntungan yang diharapkan dari suatu proyek baru adalah tinggi, pada umumnya pemegang saham bersedia menerima capital gain melalui kenaikkan harga saham. Dengan demikian, hubungan antara tingkat keuntungan yang diharapkan pada suatu proyek baru dan jumlah pembayaran dividen adalah negatif. f.
Ketersediaan dan biaya alternatif sumber dana. Apabila biaya modal pinjaman tinggi, maka penggunaan laba ditahan akan semakin menarik.
g. Preferensi pemegang saham dan keleluasaan untuk menyimpang dari maksimisasi kemakmuran.
h. Harapan mengenai kondisi bisnis pada umumnya. Pada waktu inflasi mungkin laba cenderung naik sehingga manajemen dapat menaikkan 22
pembayaran dividen. Dengan demikian, dalam keadaan inflasi, pendanaan melalui pinjaman akan lebih menarik, bandingkan dengan menggunakan laba ditahan. i. Pembatasan-pembatasan yang diberikan kreditur. Kadang-kadang para kreditur bisa memberikan batasan mengenai jumlah pembayaran dividen yang boleh dilakukan perusahaan. Tindakan ini biasanya dilakukan agar perusahaan mampu mengarahkan usahanya dalam pelunasan hutang. Menurut Hanafi (2004:375) faktor-faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran dividen terdiri dari: a. Kesempatan investasi Semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang bisa dibagikan akan semakin sedikit. Akan lebih baik jika ditanamkan pada investasi yang menghasilkan NPV positif. b. Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika jika aliran kas tidak baik. Alasan lain pembayaran dividen adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisisi, perusahaan tersebut bisa membayarkan dividen, dan sekaligus juga membuat senang pemegang saham.
23
c. Akses ke pasar keuangan Jika perusahaan mempunyai akses ke pasar keuangan yang baik, perusahaan bisa membayarkan dividen lebih tinggi. Akses yang baik bisa membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya. d. Stabilitas pendapatan Jika pendapatan perusahaan relatif stabil, aliran kas dimasamendatang bisa diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan semacam itu dapat membayar dividen yang lebih tinggi. Hal yang sebaliknya terjadi untuk perusahaan
yang
mempunyai
pendapatan
yang
tidak
stabil.
Ketidakstabilan aliran kas dimasa mendatang membatasi kemampuan perusahaan membayar dividen yang tinggi. e. Pembatasan-pembatasan. Seringkali kontrak utang, obligasi, ataupun saham preferen membatasi pembayaran dividen dalam situasi tertentu, atau rasio likuiditas tertentu, atau perusahaan tidak bisa membayarkan dividen sebelum dividen untuk pemegang saham preferen dibayar. Dalam situasi normal, atau baik, pembatasan semacam itu tidak berpengaruh banyak terhadap kemampuan perusahaan membayarkan dividennya. Tetapi dalam situasi buruk dimana aliran kas lebih kecil, pembatasan tersebut akan mempengaruhi pembayaran dividen oleh perusahaan. 5. Macam-macam dividen Menurut Baridwan (2003: 434) dividen yang dibagikan kapada para pemegang saham bias berupa:
24
a. Cash dividen Yang dimaksud cash dividen adalah dividen dalam bentuk kas.Dividen jenis ini paling umum dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Besar kecilnya dividen yang dibagikan tergantung dari pembatasan pembatasan oleh undang-undang, konrtrak-kontrak dari jumlah uang tunai yang dimiliki dan tersedia dalam perusahaan. b. Property Dividend (Aktiva dividen selain kas) Property dividen biasa disebut sebagai dividen barang yaitu, dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva selain kas. Aktiva yagn dibagikan bias berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, barang dagangan atau aktiva lain. c. Scrip Dividend (dividen utang) Dividen utang timbul apabila laba tidak dibagikan itu saldonya mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak mencukupi. Sehingga pimpinan perusahaan akan mengeluarkan scrip dividens yaitu tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan dating. scrip dividens ini mungkin berbunga, mungkin juga tidak. d. Liquidating dividend (Dividen likuidasi) Yang dimaksud dengan dividen likuidasi adalah dividen yang sebagian merupakan pengembalian modal. Dividen ini tercatat dengan mendebit rekening pengembalian modal yang dalam neraca di laporkan sebagai pengurangan modal saham.
25
e. Stock dividen (Dividen Saham) Dividen saham adalah pembagian tambahan saham, tanpa dipungut pembayaran kepada para pemegang saham, sebanding dengan saham yang dimilikinya.
C. Dividend Yield Dividend Yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham sekarang (Jones, 2004:41). Dividend yield dinyatakan dalam bentuk persentase yang merupakan salah satu komponen dari total return Total Return = Yield + Price Change Apabila perusahaan dapat memperoleh laba yang besar, maka secara teoritis perusahaan akan mampu membagikan dividen yang makin besar. Dengan meningkatnya kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang juga diiringi dengan semakin besarnya dividen yang dibagikan hal ini akan menyebabkan harga saham akan meningkat. Hal ini dikarenakan banyak investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba, sehingga demand akan saham tersebut meningkat. Jika investor bermaksud menyimpan saham selamanya, ia mengharapkan dividen saham. Jika investor bermaksud menjual saham dikemudian hari, ia mengharapkan dividen saham dan keuntungan akibat kenaikan harga saham. Ini berarti apabila dividend yield dari perusahaan yang efisien semakin tinggi maka semakin besar kemungkinan saham itu dinilai tinggi. Hal ini akan membuat investor mau menanamkan dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan
26
akan saham tersebut naik pada akhirnya menyebabkan harga saham akan naik juga. Dividend Yield (DY) dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut: DY = Dividen yang Dibayarkan Harga Saham Sekarang Dividend yield dinyatakan dalam bentuk persentase. Sedangkan untuk mengukur besarnya perubahan yang terjadi digunakan formula sebagai berikut: DDY = DY1 – DY0 DY0 Dimana :
DY1 : Dividend yield saat t DY0 : Dividend yield saat t-1
D. Dividend Payout Ratio Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan antara dividen per share dengan earning per share.
Definisi Dividend Payout Ratio menurut Van Horne &
Machowicz Jr. (1998:483) Dividend Payout Ratio adalah:
“Annual cash dividends divided by annual earnings; or alternatively Dividend per Share divided by Earning per Share. The ratio indicates the percentage of a company’s earnings that’spaid out to shareholder in cash.” DPR digunakan untuk mengukur berapa rupiah yang diberikan kepada pemegang saham dari keuntungan yang diperoleh perusahaan setelah dikurang pajak. Dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham ”equity investors”, sedangkan laba ditahan merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Setiap perusahaan selalu ingin adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut 27
disatu pihak dan juga dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham dilain pihak, tetapi tujuan tersebut selalu bertentangan. Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap di dalam perusahaan, berarti bahwa bagian dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen makin kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai ”cash dividend” disebut dividen payout ratio. Selain jumlah dividen yang dibagikan perusahaan, investor juga memperhatikan tingkat Dividend Payout Ratio (DPR) perusahaan. Rasio pembayaran dividen (Dividen Payout Ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Rasio pembayaran dividen (Dividen Payout Ratio) adalah persentase dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham (Jogiyanto,2000:252) DPR memberikan gambaran tingkat pembagian dividen terhadap Net income yang diperoleh perusahaan. Semakin mapan suatu perusahaan pada umumnya memiliki tingkat DPR yang semakin tinggi. Rumus : DPR = Total Dividend Net Income
E. Earning Volatility Variabel ini di gunakan untuk mengukur tingkat resiko bisnis dan potensi kebangkrutan perusahaan. Perusahaan yang memiliki resiko bisnis yang besar cenderung memiliki rasio hutang yang rendah
sehingga di harapkan akan
memiliki koefisien terhadap rasio hutang . 28
Bradley, Jarrel dan Kim (1984); Friend dan Lang(1988); Long dan Malitz (1985), menemukan bahwa semakin tinggi volatilitas earnings maka leverage akan semakin rendah. Volatilitas earnings yang tinggi akan meningkatkan biaya kebangkrutan (agency cost of debt) sehingga leverage yang digunakan dalam rangka pengendalian agency cost of equity akan berkurang (Crutchley dan Hansen, 1989). Volatilitas keuntungan tidaklah selalu harus diartikan sebagai resiko (Brigham dan Houston,2009). Kita harus memikirkan penyebab dari volatilitas tersebut sebelum menarik kesimpulan mengenai apakah volatilitas menunjukkan adanya resiko. Beberapa perusahaan mengalami fluktuasi tersebut mengikuti polapola siklus atau musiman. Sehingga volatilitas tidak akan menjadi bagian yang signifikan dari resiko. Hal ini tidak akan menjadi kekhawatiran dari para investor, sehingga harga saham perusahaan tidak akan terpengaruh. Menurut Riyanto (1995) dalam penelitian laili hidayati, menyatakan bahwa apabila ada aktiva perusahaan yang peka resiko, maka perusahaan harus lebih banyak membelanjai dengan modal sendiri, modal yang tahan resiko, dan sedapat mungkin mengurangi pembelanjaan dengan modal asing atau modal yang takut resiko. Dengan ringkas dapat dikatakan bahwa makin lama modal harus diikatkan, makin tinggi derajat resikonya, makin mendesak keperluan akan pembelanjaan seluruhnya atau sebagian besar dengan modal sendiri. F. Hutang Jangka Panjang (Long-term Debt) Rasio hutang terhadap total aktiva, yang umumnya disebut sebagai rasio hutang (debt ratio), akan mengukur presentase dari dana yang diberikan oleh
29
kreditor. Total hutang meliputi kewajiban lancar dan hutang jangka panjang. Kreditor lebih menyukai rasio total hutang yang lebih rendah karena semakin rendah angka rasionya, maka semakin besar peredaman dari kerugian yang dialami kreditor jika terjadi likudasi. Pemegang saham di lain pihak, mungkin menginginkan lebih banyak leverage karena ia akan memperbesar ekspektasi keuntungan (Brigham dan Houston,2009). Hutang jangka panjang umumnya timbul apabila perusahaan membutuhkan tambahan dana. Apabila dana ini akan digunakan untuk investasi dalam aktiva tetap yang akan memberikan hasil dalam jangka panjang seperti misalnya untuk pembuatan gedung atau pembelian mesin-mesin, maka dana yang dibutuhkan sebaiknya diperoleh dari hutang jangkapanjang atau modal sendiri. Hutang jangka panjang adalah semua hutang dan kewajiban yang akan jatuh tempo lebih dari satu tahun. Hutang terdiri dari pinjaman-pinjaman jangka panjang kredit investasi dari pinjaman hipotek. Istilah asing kredit bank umum jangka panjang disebut long term loan. Sedangkan mengucurkan kredit jangka panjang untuk mendanai perluasan usaha yang dibangun debitur disebut project financing. Sumber pendanaan jangka panjang terdiri dari : 1. Saham Biasa (common stock) Saham
merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan, pemegang saham
memperoleh pendapatan dari dividen dan capital again ( selisih antara harga jual dengan harga beli).
Berbeda dengan obligasi, saham tidak membayar pendapatan yang tetap. berbeda dengan bunga, dividen tidak harus dibayarkan apabila perusahaan 30
tidak mempunyai kas, tetapi perusahaan memerlukan kas tersebut untuk ekspansi, perusahaan juga tidak harus membayar dividen. 2. Modal Ventura Modal ventura adalah bentuk penyertaan modal perusahaan dari perusahaan pembiayaan kepada yang membutuhkan dana untuk jangka waktu tertentu. Perusahaan yang diberi modal sering dsebut sebagai investe, sedangkan perusahaan pembiayaan yang memberi dana disebut sebagai venture capitalist atau pihak invetor. Bentuk pembiayaan ini berbeda dengan utang bank. Utang bank mengharuskan membayar periodenya. Apabila perusahaan bangkrut, pemegang untuk memperoleh prioritas lebih tinggi dibandingkan pemegang saham dalam distribusi pembagian kas dari penjualan aset likuiditas. Penghasilan
modal ventura sama seperti
penghasilan saham biasa, yaitu dari dividen (kalau dibagikan) dan dari nilai saham dipegang (capital gain). 3. Obligasi Obligasi merupakan instrumen yang dikeluarkan oleh perusahaan dan dijual ke investor. Penjualan bisa dilakukan bursa keuangan dan dicatatkan (public placemen) atau bisa langsung dijual ke investor potensial (private placement). Struktur obligasi pada umumnya relatif sederhana. Perusahaan mengeluarkan surat berharga (surat utang) yang menjanjikan pembayaran pada periode tertentu. Penerbit obligasi adalah si peminjam atau debitur, sedangkan pemegang obligasi adalah pemberi pinjaman atau kreditur dan kupon obligasi adalah bunga pinjaman yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur.
31
Berikut ini adalah fitur terpenting dalam suatu obligasi.
a. Nilai nominal atau nilai utang pokok , yaitu nilai yang harus dibayar bunganya oleh penerbit dan harus dilunasi pada saat akhir masa jatuh tempo. b. Harga penerbitan, yaitu suatu harga yang ditawarkan kepada investor pada saat penjualan perdana obligasi. Nilai bersih yang diterima oleh penerbit adalah setelah dikurangi dengan biaya-biaya penerbitan. c. Tanggal jatuh tempo, yaitu suatu tanggal yang ditetapkan dimana pada saat tersebut penerbit wajib untuk melunasi nilai nominal obligasi. d. Kupon yaitu suku bunga yang dibayarkan oleh penerbit kepada pemegang obligasi. e. Tanggal kupon yaitu tanggal pembayaran bunga dari penerbit kepada pemegang obligasi. f. Dokumen resmi yaitu suatu dokumen yang menjelaskan secara terinci hak-hak dari pemegang saham. 4. Pinjaman dari lembaga keuangan Pinjaman lengsung dari lembaga keuangan biasanya mempunyai beberapa karakteristik, yaitu adanya amortisasi dan adanya jaminan. Kebanyakan pinjaman langsung bisa dibayar dengan cara amortisasi, yang berarti pinjaman dilunasi secara bertahap. kelebihan pinjaman langsung, yaitu: a. Pinjaman tidak perlu proses pendaftran dan evaluasi yang panjang seperti halnya jika perusahaan akan menerbitkan obligasi.
32
b. Waktu yang diperlukan bisa lebih singkat dibandingkan dengan penerbitan obligasi. kelemahan pinjaman langsung, yaitu: a. Bunga pinjaman langsung bisa lebih tinggi dibandingkan dengan bunga obligasi. b. Pembatasan-pembatasan yang dilakukan oleh pemberi pinjaman ( lembaga keuangan) barangkali akan mengurangi fleksibilitas perusahaan. c. Karena biaya investigasi yang cukup tinggi, lembaga keuangan barang membatasi pinjaman minimum yang bisa diberikan. d. dibandingkan dengan penerbitan obligasi mempunyai kurang "visible". 5. saham preferen Saham preferen merupakan bentuk saham tetapi mempunyai karakteristik obligasi. Pemegang saham preferen memperoleh dividen. Tetapi dividen tersebut seperti bunga, yaitu besarnya tetap. Biasanya besarnya sejumlah presentase tertentu dari nilai nominal saham preferen untuk setiap periode. keuntungan saham preferen yaitu: a. Karena saham preferen bukan merupakan utang, penggunaan utang bisa dilakukan oleh perusahaan. b. Berbeda dengan utang, jika dividen saham tidak dibayarkan, perusahaan tidak dibangkrutkan. c. kendali atas perusahaan biasanya masih ditangani pemegang saham sehingga hak suara pemegang saham tidak berkurang jika saham preferen diterbitkan.
33
meskipun saham preferen mempunyai manfaat seperti telah dijelaskan, saham preferen juga mempunyai kelemahan dari sudut pandang perusahaan. kelemahan utama adalah berbeda dengan utang, dividen yang dibayarkan kepada pemegang sahanm preferen akan diperlakukan sebagai pembayaran earning.
G. Ukuran Perusahaan (Firm Size) Menurut Cooke sebagaimana dikutip oleh Harianto dan Sudomo (2001:181), salah satu faktor yang mempengaruhi ketepatan prediksi laba adalah besaran perusahaan karena skala ekonomi yang berbeda-beda. Skala ekonomi tinggi menyebabkan perusahaan dapat menghasilkan produk dengan tingkat biaya rendah. Tingkat biaya rendah merupakan unsur untuk mencapai laba yang diinginkan sesuai standar yang dituangkan dalam bentuk ramalan. Sehubungan dengan hal itu, skala ekonomi tinggi menyebabkan biaya informasi untuk membuat ramalan menjadi turun. Jadi, perusahaan yang mempunyai skala ekonomi tinggi bisa membuat ramalan yang tepat karena kemungkinan dapat mempunyai data dan informasi yang cukup lengkap. Menurut Francis (1986) dan Elton and gruber (1995), perusahaan besar mengalami resiko yang lebih sedikit dibanding dengan perusahaan lebih kecil. Dengan kata lain, perusahaan besar mengalami risiko yang lebih kecil. hal ini dikarenakan perusahaan kecil bekerja kurang efektif dan efisien dibanding dengan perusahaan besar.
Fama dan French (1992) meneliti mengenai beta pasar atau prediksi CAPM terhadap pengaruh positif beta pasar terhadap rata-rata return saham dan
34
menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh pengaruh beta pasar terutama setelah dilakukan perhitungan yang bervariasi terhadap beta yang berhubungan dengan firm size.
Perusahaan besar lebih mempunyai pengendalian terhadap pasar. Oleh karena itu, perusahaan besar mempunyai tingkat daya saing yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil (Harianto dan Sudomo, 2001:182). Keputusan investasi yang dilakukan di pasar modal pada dasarnya merupakan proses yang berorientasi informasi, di mana informasi digunakan sebagai bahan untuk memprediksi ramalan. Dapat disimpulkan bahwa perusahaan besar bisa membuat ramalan laba yang lebih tepat dibandingkan dengan perusahaan kecil. Menurut Moh’d Perry dan Rinbey sebagaimana dikutip oleh Susilowati (2000), besaran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan natural log of sales. Sales dalam hal ini dilihat dari besarnya revenue pada laporan keuangan yang diterbitkan. Dalam penelitian ini, besaran perusahaan diukur dengan besarnya penjualan, karena besarnya penjualan lebih mencerminkan besarnya aktifitas perusahaan serta besarnya kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan. Pihak investor cenderung menyoroti besarnya perusahaan dari sisi penjualan karena peningkatan penjualan dari tahun ke tahun berarti perusahaan semakin besar dan keuntungan yang akan diperoleh juga akan semakin besar. Total
aktiva
dipilih
sebagai
proxy
ukuran
perusahaan
dengan
mempertimbangkan bahwa nilai aktiva relative lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan penjualan (Wuryatiningsih, 2002 dalam Sudarmadji, 2005). Besar kecilnya perusahaan dapat diukur dengan total aktiva dibagi besar harta perusahaan dengan menggunakan perhitungan nilai logaritma total aktiva 35
(Hartono, 2000:254). Ukuran perusahaaan menunjukkan jumlah pengalaman dan kemampuan tumbuhnya suatu perusahaan yang mengindikasikan kemampuan dantingkat risiko dalam mengelola investasi yang diberikan para stockholder untuk meningkatkan kemakmuran mereka. H. Pertumbuhan Aset (Growth in asset) Menurut Eko Wahyudi dan Baidori (2008), semakin besar growth in assets maka dividen yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham semakin rendah sebaliknya semakin rendah growth in net assets maka dividen yang dibayarkan oleh perusahaan semakin besar. Growth in assets yang besar akan menurunkan pembayaran dividen kepada pemegang saham karena pengelola perusahaan memanfaatkan laba yang diperoleh perusahaan untuk aktivitas pendanaan internal peluang investasi yang ada. Kesignifikanan pengaruh growth in net assets menunjukkan bahwa perusahaan dengan investment opportuniry lebih menyukai menggunakan dana internal sebagai sumber pendanaan. Rozeff (1982:249) menyatakan bahwa perusahaan akan membayar dividen yang rendah ketika mengalami atau mengantisipasi pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi karena pertumbuhan ini membutuhkan investment enpenditures yang lebih tinggi. Hal yang sama diungkapkan oleh Martin, dkk. (1999:459) bahwa perusahaan yang mempunyai peluang investasi maka rasio pembayaran dividen akan turun karena pihak manajemen lebih suka menggunakan dana internal dalam mendanai Investasi. Variabel pertumbuhan aktiva (asset growth) didefinisikan sebagai perubahan (tingkat pertumbuhan) tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksi
36
mempunyai hubungan positif dengan Beta. Dengan alasan semakin cepat tingkat atau laju pertumbuhannya menggunakan dana untuk membiayai kebutuhan pertumbuhannya berarti semakin besar dana yang digunakan dan menyebabkan tingginya resiko yang akan dihadapi. variabel asset growth didefinisikan sebagai perubahan tahunan dari aktiva total (hartono, 2000). Penelitian ini diukur dengan persentase perubahan aktiva dari suatu periode tahun ke-t dikurangi dengan periode tahun ke- t-1 dibagi dengan periode tahun ke- t-1. bentuk matematisny adalah sebagai berikut: Asseth growth = total aktiva t - total aktiva t-1 total aktiva t-1 Sesuai perhitungan asset growth per tahun tersebut, kemudian dihitung rata – rata pertumbuhan aktiva dengan membagi total asset growth selama periode pengamatan dibagi banyaknya tahun pengamatan.
average growth =
T ∑ growth t=1
.
T
I. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian Septi uli rahmi (2009) yang berjudul Analisis perbandingan kinerja pasar modal syariah dan konvensional di Indonesia dengna pendekatan volatilitas return (studi kasus saham JII dan LQ45 di BEI tahun 2006 2008), menjelaskan bahwa saham syariah yang tergabung dalam JII memiliki kinerja relative lebih baik pada persistensi jangka pendek, sedangkan saham konvensional atau LQ45 relative lebih baik pada persistensi jangka panjang.
37
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I.Roni setyawan (2006) yang berjudul Deteksi perbandingan volatilitas harga serta reaksi earning terhadap return dan harga saham sektor LQ45, dengan variabel ekses volatilitas, discount rate, earning, dan harga saham menjelaskan bahwa investor lebih memperhatikan eksese volatilitas harga dibandingkan dengan ekses volatilitas earning. Walaupun harus diakui bahwa mereka tetap menaruh minat positif terhadap kualitas earning yang dihasilkan oleh emiten LQ45. Menurut Anton (2006) hasil penelitian saham LQ45 menunjukkan bahwa return saham di Indonesia memiliki permasalahan time varying volatility, tetapi tidak terjadi leverage effect pada volatilitas return saham, serta return saham tidak dipengaruhi oleh volume perdagangan. Ternyata pasar modal Indonesia termasuk pasar bentuk lemah. Berdasarkan penelitian Todi Kurniawan yang berjudul volatilitas harga saham (Analisis atas Jakarta Islamic index) menjelaskan Shariah stock screening sejauh ini adalah pencapaian terbaik dalam hal Islamisasi pasar modal terutama pasar saham. Akan tetapi saham saham yang tergabung dalam indeks ini tidak akan pernah bisa bebas dari dinamisasi pasar yang salah satunya adalah volatilitas. Di pasar saham ini para pemain akan“easy come easy go”. Mereka akan dengan sangat mudah melakukan apapun yang mereka inginkan. Akan sangat sulit sekali untuk mengasumsikan mereka memiliki niat yang sama untuk melakukan investasi dengan cara yang Islami. Sehingga selama para pemain yang ada di pasar tidak memiliki paradigma keIslaman yang kuat Islamic index hanyalah sebuah index yang hanya bisa memberi mereka keuntungan atau kerugian.
38
Menurut nishat dan chaudhari (2003) yang berjudul dividen policy and stock price volatility menjelaskan bahwa menjelaskan kebijakan dividen ( dividend yield dan dividend payoyt ratio ) memiliki dampak yang signifikan pada volatilitas harga saham bursa Pakistan. Size dan leverage berpengaruh positif dan signifikan pada volatilitas harga saham. Earning volatility berdampak negatif dan sinifikan pada volatilitas harga saham. Menurut Shamsher Mohamad dan Annuar md Naher yang berjudul Factors Associated with Stock Price Volatility and Evaluation of Gordon's Share Valuation Model on the Kuala Lumpur Stock Exchange, Penemuan kajian menunjukkan Berkenaan dengan penerapan model Gordon dalam menilai saham, temuan ini menunjukkan bahwa model memegang baik. . Untuk kedua nilai buku dan nilai pasar versi k, model memegang serta F-statistik signifikan pada tingkat 5 persen R-squared disesuaikan sekitar 70 persen. Tanda-tanda variabel dividen dan pertumbuhan laba berada di arah di prediksi dan signifikan pada tingkat kepercayaan 0,05. Namun untuk ukuran nilai pasar k, variabel tingkat pertumbuhan dividen tidak signifikan tidak sama nol. ini berarti bahwa model gordon dengan nilai buku ukuran k dapat dipercaya digunakan oleh investor terhadap nilai harga saham biasa dari perusahaan yang terdaftar di KLSE dalam upaya mereka untuk mengidentifikasi kesalah harga saham
J. Hipotesis Untuk merumuskan permasalahan mengenai dampak kebijakan dividen (dividend yield, dividend payout ratio, firm size, Debt to asset Ratio, growth in
39
asset, earning volatility) terhadap volatilitas harga saham pada perusahaan LQ 45 di BEI, maka dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Ho : b1 = 0 :
Dividend payout ratio, Dividend yield, Dividend payout ratio, Size, Debt to asset Ratio, Growth in asset tidak terdapat pengaruh secara parsial terhadap volatilitas harga saham.
Ha : b1 ≠ 0 :
Dividend payout ratio, Dividend yield, Dividend payout ratio, Size, Debt to asset Ratio, Growth in asset terdapat pengaruh secara parsial terhadap volatilitas harga saham.
2.
Ho : b2 = 0 : Dividend yield, dividend payout ratio, earning volatility, longterm debt, size, growth in asset
tidak terdapat
pengaruh Secara simultan terhadap volatilitas harga saham. Ha : b2 ≠ 0 : Dividend yield, dividend payout ratio, earning volatility, longterm debt, size, growth in asset terdapat pengaruh Secara simultan terhadap volatilitas harga saham.
K. Kerangka pemikiran Pasar modal merupakan sarana untuk mempertemukan dua pihak yang berkepentingan. Pihak pertama adalah
perusahaan, sebagai
pihak yang
membutuhkan dana dan pihak kedua adalah investor sebagai pihak yang kelebihan dana. Pasar modal merupakan sarana invetasi yang sangat menguntungkan, tetapi besar pula resiko yang akan diterima.
40
Masalah dari kebijakan dividen adalah jika pendapatan perusahaan turun atau rugi pada suatu periode tertentu maka dividen yang diberikan akan menjadi rendah atau tidak ada. Karena dividen merupakan indikator dari kondisi perusahaan yang akan datang maka mungkin dapat berdampak buruk terhadap harga saham. Hal ini bisa menjadi sinyal bagi para investor mengenai investasinya pada saham perusahaan tersebut. Sehingga resiko kerugian yang dihadapi bisa di minimalisir. Hal seperti ini tentunya akan berpengaruh terhadap fluktuasi harga saham. Dalam penelitian ini penulis menggunakan variabel dividend yield, dividend payout ratio, firm size, long term debt, earning volatility, growth in asset sebagai variabel independent untuk mengetahui dampak atau pengaruhnya terhadap harga saham.
41
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran BEI
Perusahaan LQ45
Laporan keuangan Hitung volatilitas dengan standar deviasi
Harga saham
Kebijakan dividen
DPR
DY
EV
DA
SIZE
GROWTH
Uji model regresi
Uji asumsi klasik
Uji normalitas
Multikolineritas
Autokorelasi
heterokedastis
Uji regresi berganda
Uji F
Uji t
Kesimpulan
42
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini penulis memilih BEI sebagai tempat melakukan observasi. Jadi penelitian yang dilakukan adalah observasi tidak langsung berupa data sekunder dengan menggunakan data yang ada pada situs www.idx.co.id. Untuk menganalisis permasalahan yang ada, penulis mendata laporan keuangan dari perusahaan – perusahaan LQ 45. Penelitian ini menggunakan rentang waktu selama lima tahun sejak 2005 sampai dengan 2009. Periode pengamatan ini diambil berdasarkan pertimbanganpertimbangan sebagai berikut : 1. Kondisi ketidakstabilan bursa efek indonesia mengalami penurunan karena dampak dari krisis global. 2. Periode pengamatan tersebut dipilih untuk mengetahui bagaimana kondisi semenjak munculnya krisis dan perkembangannya terutama perusahaanperusahaan yang termasuk dalam kategori LQ 45.
B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi Populasi adalah seluruh objek yang menjadi target penelitian, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi. Populasi penelitian dengan mengambil
43
perusahaan yang tergolong dalam indeks LQ45 yang memiliki kapabilitas pasar yang besar. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergolong LQ 45di Bursa Efek Indonesia yang aktif membagikan deviden dan melaporkan keuangannya tahun 2005 - 2009. Kriteria sample yang digunakan untuk memilih sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Perusahaan yang tergolong LQ 45 yang melaporkan laporan keuangannya selama tahun 2005-2009. b. Perusahaan LQ 45
yang aktif membagikan deviden selama tahun
2005- 2009.
C. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data guna melengkapi penelitian ini penulis menggunakan metode Library Research. Dimana untuk memperoleh landasan dan konsep yang relevan agar dapat memecahkan permasalahan, maka penulis mengadakan kepustakaan dengan membaca literatur-literatur berupa text book, jurnal, artikel, surat kabar, dan majalah-majalah dan media massa lainnya yang berhubungan dengan topik penelitian. Data laporan keuangan yang digunakan sebagai data penelitian tiap varibel didapat dari beberapa situs internet seperti www.idx.co.id, www.idsaham.co.id.
44
D. Metode Analisis 1. Metode analisis Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi linear berganda, yaitu teknik yang digunakan untuk menghitung seberapa besar pengaruh kebijakan pembayaran dividen terhadap volatilitas harga saham pada perusahaan LQ 45. Model regresi linear berganda yang digunakan adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + εi Dimana: Y = Volatilitas harga saham a = Konstanta X1 = Dividend Yield X2 = Dividen Payout Ratio X3 = Volatilitas Earning X4 = Size X5 = hutang jangka panjang X6 = Pertumbuhan Aset ε
= error term
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali,2005)
45
Seperti diketahui bahwa uji t danF mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah kecil. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik, dengan kriteria sebagai berikut: 1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi yang terjadi diantara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu. Salah satu pengujian yang digunakan untuk mengetahui autokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson. Rumus uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut: dw = ∑( en – en-1) ∑ en2 c.
Multikolinearitas Uji multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antara beberapa variabel independen dalam model regresi. Multikolinieritas merupakan keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya.
46
Artinya bahwa jika perubahan-perubahan bebas digunakan sama sekali tidak berkolerasi satu dengan yang lain maka bisa dikatakan tidak terjadi multikolinieritas. Untuk menguji asumsi multikolinieritas dapat menggunakan VIF (Variance Inflation Factor), bila nilai VIF lebih besar dari 10 berarti terdapat kolinieritas sangat tinggi dan sebaliknya apabila nilai VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. d. Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat dilihat sebaran titik pada grafik scatterplot. Dari grafik Scatterplot jika terlihat titik-titik menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi (Ghozali,2005:79). Kasus heterokedastisitas ini sering muncul apabila data yang digunakan adalah data potong lintang (cross sectional). 3. Pengujian Statistik Untuk mengetahui pengaruh secara secara parsial dan simultan maka di lakukan pengujian hipotesis dengan statistika: a. Uji F (Simultan ) Untuk membuktikan apakah varibel-variabel bebas (X) secara simultan mempunyai pengaruh terhadap varibel terikat (Y) maka
47
dilakukan uji F. Apabila F hitung > F tabel, maka tolak Ho dan terima Ha, artinya variabel - variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. b. Uji T (Parsial) Uji parsial dimaksudkan untuk menguji parameter b atau digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual (parsial). Bila t hitung lebih besar dari t kecil table dan t kecil signifikan lebih kecil dari alpha 0,05 maka dapat dikatakan terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen
E. Operasional Variabel Penelitian Dalam penelitaian ini penulis memberikan definisi opersional dari masingmasing varibel penelitian yaitu: 1. Variabel terikat (Dependend Variabel) Variabel terikat yaitu Y (volatilitas harga saham) harga saham yang digunakan adalah harga saham bulanan selama 5 tahun dari 2005 sampai 2009. Volatilitas mengukur kecepatan perubahan harga suatu saham. Semakin tinggi volatilitas, maka kemungkinan naik atau turunnya harga saham akan semakin besar.
48
Volatiltas harga saham diukur dengan metode nilai ekstrim Parkinson (Garman dan Klass 1980) yang tercantum pada Shamser Mohamad dan Annuar MD Nassir untuk memiliki perkiraan yang efisien dari variabel dependen. PV =
AP(High) – AP (Low) 0,5[AP(High) + AP(Low) ]
Dimana : PV
= Price Volatility
AP (High)= Harga saham tertinggi AP (Low) = Harga saham terendah Deviasi standar adalah akar kuadrat dari varian. Rumus yang digunakan untuk mengukur deviasi standar sebagai berikut :
dimana : s = deviasi standar xi = variabel ke-i μ = mean n = jumlah variabel 2. Variabel Bebas (Independend varibel) a.
Deviden Payout Ratio
49
Dividen
payout
ratio
(DPR)
didefinisikan
sebagai
rasio
pembayaran dividen (Jensen et al, 1992). Rumus yang digunakan untuk mencari DPR adalah sebagai berikut.
DPR =
Dividen Laba bersih setelah pajak
b. Dividend Yield Dividend yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham sekarang (Jones, 1999). Dividend yield dinyatakan dalam bentuk persentase yang merupakan salah satu komponen dari total return. Dividend Yield (DY) dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut: DY = Dividen yang Dibayarkan Harga Saham Sekarang
c. Volatilitas earning (Earnings volatility) Pengukuran Earnings volatility didasarkan pada penelitian Johnson (1997), Toft dan Prucyk (1997), Homaifar, Zeitz dan Benkato (1994) yang tercantum dalam Laili Hidayati (2001). Volatility adalah standar deviasi atau selisih earnings before interest, tax and depreciation tahun sebelumnya (EBITD0) dengan earnings before interest, tax, and depreciation tahun penelitian (EBITD1) dibagi dengan nilaibuku total assets. tingkat volatilitas earnings yang diukur menggunakan persamaan:
Earnvoli = EBITD1 - EBITD0 X 100% Total Assets1
50
Volatilitas
earnings
berkaitan
dengan
ekspektasi
biaya
kebangkrutan yang berpengaruh pada agency cost of debt. (Crutchley dan Hansen, 1989).
d. Ukuran Perusahaan ( Firm Size ) Firm Size diberi simbol size. Variabel ini diukur dengan natural log total asset. Data untuk variabel ini diperoleh dari BEI selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Size = LN Total Asset
e. Debt to Assets Ratio Hutang jangka panjang adalah semua hutang dan kewajiban yang akan jatuh tempo lebih dari satu tahun. Debt to asset ratio dapat digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana kewajiban-kewajiban dapat ditutupi dari aktiva. Rasio Hutang atas Aktiva = total kewajiban (Debt to Asset Ratio) total aktiva
f. Pertumbuhan Asset ( growth in asset) variabel asset growth didefinisikan sebagai perubahan tahunan dari aktiva total. Penelitian ini diukur dengan persentase perubahan aktiva dari suatu periode tahun ke-t dikurangi dengan periode tahun ke- t-1 dibagi dengan periode tahun ke- t-1.
51
bentuk matematisnya adalah sebagai berikut: Asseth growth = total aktiva t - total aktiva t-1 total aktiva t-1 kemudian dihitung rata – rata pertumbuhan aktiva dengan membagi total asset growth selama periode pengamatan dibagi banyaknya tahun pengamatan.
52
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI) Penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) paling lambat 30 November 2007. Selanjutnya BEI mulai aktif 1 Desember 2007. di mana Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta. Sebelum penggabungan ini, telah dilakukan RUPS (Rapat Umum Penegang Saham) pada tanggal 30 Oktober 2007 untuk pembahasan rencana merger tersebut. Pada saat itu, proses merger kedua bursa tersebut masih menunggu persetujuan dari Dephukham. Sebab badan hukum dan nama keduanya berubah menjadi Bursa Efek Indonesia. Setelah menjalani beberapa proses, maka sekarang namanya telah menjadi Bursa Efek Indonesia. Mengenai direksi Bursa Efek Indonesia, posisi-posisi masih ditempati oleh direksi-direksi kedua bursa. Direksi tersebut akan melanjutkan tugas sampai RUPS 2009 dilakukan.
53
2. Struktur Pasar Modal Indonesia Menteri Keuangan BAPEPAM Bursa Efek
Lembaga Keuangan Dan Penjamin
Perusahaan Efek
Penjamin Emisi Efek Perantara Pedagang Efek Manajer Investasi Penasehat Investasi
Lembaga Penunjang
Lembaga Penyimpanan Dan Penyelesaian
Profesi Penunjang
Biro Adm Efek Custodian Wali Amanat Penanggung
Akuntan Konsultan Hukum Penilai Notaris
Pemodal
Domestik Asing
Emiten
Perusahaan Publik Reksa Dana
Gambar 4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia 3. Lembaga-lembaga yang terlibat di Bursa Efek Indonesia Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial yang sangat luas, Bursa Efek Indonesia melibatkan benyak lembaga masing-masing pihak mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda dan saling menunjang kepentingan pihak lainnya. Pihak-pihak dan saling kegiatan di Bursa Efek Indonesia adalah :
54
a. Perusahaan yang go publik (Emiten) Adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah melakukan penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan dana guna membelanjai operasi rencana investasi. b. Perusahaan Efek Adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha untuk beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, manager investasi atau penasehat investasi. c. Lembaga kliring dan penyelesaian penyimpanan Adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa efek, penyimpanan efek serta penitipan harta untuk pihak lain. d. Perusahaan Reksa dana Adalah pihak yang kegiatan umumya melakukan investasi, investasi kembali (reinvestasi). e. Lembaga Penunjang Lembaga penunjang meliputi tempat penitipan harta, wali amanat atau penanggung yang menyediakan jasa, tempat penitipan harta adalah yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut. Wali amanat (trust agent) adalah pihak yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan seluruh pemegang obligasi atau sertifikat kredit. Penanggung
55
(guarantor) adalah pihak yang menanggung kembali jumlah pokok atau bunga emisi obligasi atau sekuritas kredit dalam hal emiten cidera janji. Sedangkan Biro Administrasi Efek (BAE) yang semula berperan penting dalam regristrasi saham, setelah scripless berperan memelihara investasi hingga memantau peroleh deviden investor, penawaran perdana (IPO), atau corporate action lainnya. Dan saat ini pencatatan semua daham investor beralih ke Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). f. Profesi Penunjang Terdiri dari akuntan publik, notaris, perusahaan penilai (appraisal) dan konsultan hukum. Akuntan publik adalah pihak yang memiliki keahlian dalam bidang akuntansi dan pemeriksa akuntan (auditing). Fungsi akuntan adalah memberi pendapat atas kewajaran laporan keuangan emiten atau calon emiten. Notaris adalah pejabat yang berwenang membuat akte otentik sebagaimana dimaksudkan dalam Staad Glad 1860 No. 3 tentang pengaturan jabatan notaris. Peran notaris adalah membuat perjanjian, penyusunan anggaran dasar dan perubahannya, perubahan pemilik modal dan lain-lain. Penilaian appraisal adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani laporan penilai. Laporan penilai mencakup pendapat atas aktiva yang disusun berdasarkan pemerikasaan menurut keahlian penilai. Konsultan hukum adalah ahli hukum mengenai emisi atau emiten. Fungsi utama konsultan hukum adalah melindungi pemodal atau calon pemodal dari
56
segi hukum. Tugasnya antara lain meneliti akte pendirian, izin usaha dan lain-lain. g. Pemodal (Investor) Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan. h. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) merupakan lembaga pemerintah yang mempunyai tugas sebagai berikut : 1) Memonitor dan mengatur surat pasar dimana sekuritas-sekuritas dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar dan efisien dengan maksud untuk melinduingi kepentingan para pemodal dan masyarakat. 2) Mengawasi settlement perusahaan
dan dan
memonitor
pertukaran
lembaga-lembaga
sekuritas
dan
para
sekuritas,
penyimpanan pialang,
clearing,
reksa
berbagai
dana,
lembaga
pendukung pasar modal dan para profesional. 3) Untuk memberikan rekomendasi tentang pasar modal kepada Menteri Keuangan. Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan karena kegiatan perdagangan efek dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengannya diselenggarakan oleh Bursa Efek sendiri, selain itu
57
peraturan mulai oleh badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) secara konsisten. 4. Mekanisme Perdagangan a. Sistem Perdagangan Bursa Efek Indonesia Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpusat di lantai perdagangan di Indonesia Stock Exchange Building, Jl. Jenderal Sudirman Kav 52 – 53 Jakarta 12190, hingga saat ini, instrumeninstrumen yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah saham, bukti right, warant, obligasi dan obligasi konversi. Sejak 22 Mei 1995. sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah menggunakan komputer. Sistem yang tergolong paling modern yaitu Jakarta Automated Trading System (JATS), sedangkan kegiatan administratif dan manajemen Bursa Efek Indonesia terpusat di lantai empat gedung yang sama. b. Sistem pasar : digerakkan oleh Order dan Lelang Terbuka Bursa Efek Indonesia menganut sistem order – driven market atau pasar yang digerakkan oleh order-order dari pialang dengan sistem lelang secara terus-menerus. Pembeli atau penjual, yang hendak melakukan
transaksi
harus
menghubungi
perusahaan
pialang.
Perusahaan pialang membeli dan menjual efek dilantai bursa atas perintah atau permintaan (order) investor. Akan tetapi, perusahaan pialang melakukan jual efek untuk dan atas nama perusahaan itu sendiri sebagai bagian dari investasi portofolio.
58
Setiap perusahaan pialang mempunyai orang yang akan memasuki semua order yang diterima ke terminal masing-masing di lantai bursa. Orang-orang yang bertindak di perusahaan pialang tersebut disebut Wakil Perantara Perdagangan Efek (WPPE). Dengan menggunakan JATS, order-order tersebut diolah oleh komputer yang akan melakukan matcing dengan mempertimbangkan prioritas harga dan prioritas waktu. Dengan demikian sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia adalah sistem lelang secara terbuka yang berlangsung terus menerus selama jam bursa. Hingga saat ini, seluruh order dari perusahaan pialang memang harus dimasukkan ke dalam sistem melalui terminal yang ada di lantai bursa. Bursa Efek Indonesia telah menerapkan akses jarak jauh atau remote trading access untuk Jakarta automated trading system (JATS) sehingga seluruh perusahaan pialang bisa langsung melakukan perdagangan dari luar lantai bursa, bahkan dari luar Jakarta. 1) Penyelesaian Transaksi Transaksi di Bursa Efek Indonesia secara umum bukan transaksi yang bersifat tunai. Bursa menentukan apabila transaksi dilakukan hari ini, maka penterahan saham dan pembayaran harus diselesaikan melalui PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) dan PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada hari bursa ke lima (T+4) setelah terjadinya transaksi. Penyelesaian untuk transasksi obligasi dilakukan antara anggota bursa yang melakukan
59
transaksi. Sementara itu, penyelesaian untuk transaksi right dilakukan melalui PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). 2) Sistem Otomasi Perdagangan Otomasi sistem perdagangan atau JATS dimulai tanggal 22 Mei 1995. awalnya, Bursa Efek Jakarta menyediakan 444 unit trader work sistem di lantai perdagangan bursa. Pada bulan Mei 2000, Bursa Efek Indonesia melakukan perluasan lantai dengan 360 terminal di lantai 5 gedung bursa, perluasan ini dilakuakn untuk sementara. Terminal-terminal yang dinamakan Trader Work System
atau
booth
dihubungkan
dengan
mesin
utama
perdagangkan (Trading Engine) melalui Jakarta Stock Exchange Network. Pada tahap pertama, JATS lebih dipusatkan pada sistem konversi dari manual ke sistem komputerisasi. Pengembangan implementasi JATS terdiri dari beberapa tahap, antara lain : a) Implementasi perdagangan tanpa warant (scriless trading) yang terintegrasi dengan sistem kliring dan penjaminan (clearing and guarante system) PT. Kliring dan Penjaminan Indonesia. b) Berkenaan dengan peningkatan transaksi, perluasan lantai perdagangan dengan kapasitas 804 booth dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan anggota bursa terhadap fasilitas perdagangan pada pertengahan tahun 2000.
60
c) Pengembangan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). Dengan menggunakan fasilitas ini anggota bursa dapat secara langsung mengakses JATS dari kantornya, kantor pusat maupun kantor cabang. 3) Biaya Transaksi Untuk membeli atau menjual saham, investor diwajibkan membayar biaya transaksi kepada perusahaan pialang berdasarkan kesepakatan. Dalam peraturan Bursa Efek Indonesia, biaya komisi setinggi-tingginya 1 % dari total nilai transaksi (beli atau jual). Sementara itu, pialang diwajibkan membayar biaya transaksi sebesar 0,04 % dari total nilai transaksi di bursa. Perusahaan pilang diwajibkan membayar biaya-biaya sebagai berikut : a) Untuk transaksi saham dan right dikenakan sebesar 0,04 % dari kumulatif nilai transaksi setiap bulan dan 0,01 % dari biaya tersebut oleh PT. Kliring Penjamin efek (KPEI) dan sisanya 0,015 % untuk biaya operasional bursa dan 0,006 % untuk PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). b) Untuk transaksi obligasi atas unjuk tidak dikenakan biaya transaksi. c) Untuk transaksi warant dikenakan biaya sebesar 0,02 % dari nilai transaksi dimana 0,005 % untuk dana jaminan dan kliring di PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia. 0,0045 % untuk biaya
61
penyelesaian dan kliring di Kliring Penjamin Efek Indonesia, dan sisasnya untuk biaya operasional bursa 0,0075 % dan untuk Kustodian Sentral efek Indonesia 0,003 %. d) Untuk anggota bursa yang tidak melakukan transaksi sama sekali, wajib membayar biaya administratif kepada bursa sebesar Rp 250.000 per bulan (untuk anggota aktif). Pengenaan komisi dan biaya-biaya transaksi ini belum termasuk Pajak Penambahan nilai (PPn) sebesar 10%. Pajak transaksi penjualan saham ditetapkan sebesar 0,1 % dari kumulatif nilai transaksi penjualan (khusus untuk saham). B. Sejarah Objek Penelitian 1. Sejarah Perusahaan LQ-45 Indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham yang telah terpilih yang memiliki likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi yang terus direview setiap 6 bulan. Saham-saham pada indeks LQ 45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut : 1. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir. 2. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir) 3. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan 4. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhannya, frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
62
Perusahaan yang terdaftar pada indeks LQ 45 adalah perusahaan yang memiliki profit yang cukup tinggi dan memiliki saham yang cukup besar. Perusahaan yang terdaftar pada LQ 45 merupakan perusahaan yang masuk ke dalam perusahaan yang telah Go Publik. Di dalam indeks LQ 45 terdiri dari 45 perusahaan yang bervariasi dari berbagai sektor yang telah memenuhi persyaratan dalam indeks LQ 45. 2. Perusahaan yang menjadi Objek Penelitian Tabel 4.1 Perusahaan Objek Penelitian No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama Perusahaan PT. ANEKA TAMBANG Tbk PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk PT. BANK CENTRAL ASIA Tbk PT. BANK RAKYAT INDONESIA Tbk PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk PT. BANK DANAMON Tbk PT. BERLIAN LAJU TANKER Tbk PT. BANK MANDIRI Tbk PT. BUMI RESOURCE Tbk PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk PT. TIMAH Tbk PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk PT.BAKRIE SUMATRA PLANTIONS Tbk PT. UNITED TRACTORS
Kode Saham ANTM ASII BBCA BBRI AALI BDMN BLTA BMRI BUMI INDF TINS TLKM UNSP UNTR
C. Hasil Dan Pembahasan 1. Deskriptif Data Pengolahan data dilakukan secara elektronik mempergunakan Microsoft Excel dan SPSS 16.0 for Windows untuk mempercepat perolehan data hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Tabel deskriptif menunjukkan semua variabel yang digunakan 63
dalam model analisis Regresi Berganda, yaitu variabel Y (Volatilitas Harga Saham), variabel X1 Dividen Yield, X2 Dividen Payout Ratio, X3 Volatilitas Earning, X4 DAR, X5 Firm Size dan Growth In Asset sebagai variabel bebas. Penjelasan lengkap masing-masing variabel adalah: a. Dividen Yield Dividend Yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham sekarang (Jones, 2004:41). Dividend yield dinyatakan dalam bentuk persentase yang merupakan salah satu komponen dari total return Tabel 4.2 Dividen Yield Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009 EMITEN ANTM ASII BBCA BBRI AALI BDMN BLTA BMRI BUMI INDF TINS TLKM UNSP UNTR
2005 7,79 6,96 6,47 10,22 6,63 5,69 3,37 5,20 1,97 2,47 14,45 6,17 3,61 3,95
2006 4,07 2,80 3,27 3,36 2,58 1,97 2,30 2,41 1,78 2,30 4,67 3,00 1,55 1,98
2007 4,81 0,59 1,62 2,65 2,91 2,61 1,89 5,31 1,28 1,67 6,18 4,49 0,75 1,93
2008 5,27 8,25 3,03 3,69 5,15 2,93 0,86 4,37 5,56 5,05 12,31 4,30 3,46 7,72
2009 47,45 163,20 16,60 93,29 52,73 56,39 37,56 18,66 71,85 22,00 26,25 14,62 16,09 9,33
Berdasarkan hasil perhitungan Dividen Yield masing-masing perusahaan pada Tabel 4.2, Pada Tahun 2005, Dividen Yield, tertinggi dimiliki oleh PT.Timah Tbk sebesar 14,45 dan terendah dipegang oleh PT. 64
Bumi Resource Tbk sebesar 1,97. Pada Tahun 2006, Dividen Yield, tertinggi dimiliki oleh PT. Timah Tbk sebesar 4,67 dan terendah dipegang oleh PT. Bakrie Sumatra Plantions Tbk sebesar 1,55. Pada Tahun 2007, Dividen Yield, tertinggi dimiliki oleh PT. Timah Tbk sebesar 6,18 dan terendah dipegang oleh PT. Astra International Tbk sebesar 0,59. Pada Tahun 2008, Dividen Yield, tertinggi dimiliki oleh PT. Timah Tbk sebesar 12,31 dan terendah dipegang oleh PT. Berlian laju Tanker Tbk sebesar 0,86. Dan pada Tahun 2009, Dividen Yield, tertinggi dimiliki oleh PT.
Astra International Tbk sebesar 163,20 dan terendah dipegang oleh PT. United Tractors Tbk sebesar 9,33. Jika
investor
bermaksud
menyimpan
saham
selamanya,
ia
mengharapkan dividen saham. Jika investor bermaksud menjual saham dikemudian hari, ia mengharapkan dividen saham dan keuntungan akibat kenaikan harga saham. Ini berarti apabila dividend yield dari perusahaan yang efisien semakin tinggi maka semakin besar kemungkinan saham itu dinilai tinggi. Hal ini akan membuat investor mau menanamkan dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan akan saham tersebut naik pada akhirnya menyebabkan harga saham akan naik juga. b. Dividen Payout Ratio Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan antara dividen per share dengan earning per share. DPR digunakan untuk mengukur berapa rupiah yang diberikan kepada pemegang saham dari keuntungan yang diperoleh perusahaan setelah dikurang pajak.
65
Tabel 4.3 Dividen Payout Ratio Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009 EMITEN ANTM ASII BBCA BBRI AALI BDMN BLTA BMRI BUMI INDF TINS TLKM UNSP UNTR
2005 63,11 52,67 75,34 97,67 64,75 66,35 22,55 286,53 23,82 171,34 123,16 91,74 30,22 39,35
2006 40,00 47,99 49,39 49,94 65,00 49,58 13,80 59,66 15,47 44,28 50,00 55,54 20,22 39,85
2007 40,00 9,94 32,54 49,99 65,03 49,67 27,40 88,80 20,10 41,42 50,00 71,44 31,17 40,11
2008 40,07 38,32 42,68 34,92 30,23 29,95 1,47 34,84 13,89 39,90 4,99 56,37 19,64 40,01
2009 90,55 46,32 19,38 0,88 27,76 0,76 8,76 8,74 4,08 1,02 13,54 5,78 6,13 663,85
Berdasarkan hasil perhitungan Dividen Payout Ratio masingmasing perusahaan pada Tabel 4.3, Pada Tahun 2005, Dividen Payout Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk sebesar 286,53 dan terendah dipegang oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar 22,55. Pada Tahun 2006, Dividen Payout Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 65,00 dan terendah dipegang oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar 13,80. Pada Tahun 2007, Dividen Payout Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk sebesar 88,80 dan terendah dipegang oleh PT. Astra International Tbk sebesar 9,94. Pada Tahun 2008, Dividen Payout Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 56,37
dan terendah
dipegang oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar 1,47. Dan pada
66
Tahun 2009, Dividen Payout Ratio, tertinggi dimiliki oleh PT. United Tractors Tbk sebesar 663,85 dan terendah dipegang oleh PT. Bank Danamon Tbk sebesar 0,76. DPR memberikan gambaran tingkat pembagian dividen terhadap Net income yang diperoleh perusahaan. Semakin mapan suatu perusahaan pada umumnya memiliki tingkat DPR yang semakin tinggi. c. Volatilitas Earning Earning volatility adalah standar deviasi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT). Variabel ini di gunakan proxy untuk mengukur tingkat resiko bisnis dan potensi kebangkrutan perusahaan. Tabel 4.4 Volatilitas Earning Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009 EMITEN ANTM ASII BBCA BBRI AALI BDMN BLTA BMRI BUMI INDF TINS TLKM UNSP UNTR
2005 0,0069 0,0042 0,0041 0,0089 (0,0138) (0,0203) 0,0502 0,0004 (0,0455) (0,0289) (1,0432) 0,0668 0,0166 0,0092
2006 2007 0,1395 0,4221 (0,0403) 0,0750 0,0053 0,0015 0,0029 0,0028 (0,0009) 0,3973 (0,0083) 0,0089 0,0683 (0,0216) 0,0068 0,0060 0,0346 0,2043 0,0496 0,0466 0,0413 0,4583 0,0766 0,0439 0,0501 0,0217 (0,0190) 0,0536
2008 (0,5243) 0,0586 0,0054 0,0046 0,1588 (0,0055) 0,0320 0,0027 1,0855 (0,0135) (0,0942) (0,5789) (0,0136) 0,0789
2009 (0,1569) (0,0402) (0,0044) (0,0024) (0,2652) (0,0016) (0,0653) (0,0019) (1,0576) 0,0253 (0,3626) (0,0266) 0,0123 0,0144
Berdasarkan hasil perhitungan Volatilitas Earning masingmasing perusahaan pada Tabel 4.4, Pada Tahun 2005, Volatilitas 67
Earning, tertinggi dimiliki oleh PT. Telekumonikasi Indonesia Tbk sebesar 0,0668 dan terendah dipegang oleh PT. Timah Tbk sebesar 1,0432. Pada Tahun 2006, Volatilitas Earning, tertinggi dimiliki oleh PT. Aneka Tambang Tbk sebesar 0,1395 dan terendah dipegang oleh PT. Astra International Tbk sebesar -0,0403. Pada Tahun 2007, Volatilitas Earning, tertinggi dimiliki oleh PT. Timah Tbk sebesar 0,4583 dan terendah dipegang oleh PT. Berlian Laju Tanker Tbk sebesar -0,0216. Pada Tahun 2008, Volatilitas Earning, tertinggi dimiliki oleh PT. Bumi Resource Tbk sebesar 1,0855 dan terendah dipegang oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar -0,5789. Dan pada Tahun 2009, Volatilitas Earning, tertinggi dimiliki oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Tbk sebesar 0,0253dan terendah dipegang oleh PT. Bumi Resource Tbk sebesar -1,0576. d. Firm Size Firm Size diberi simbol size. Variabel ini diukur dengan natural log total asset (Masdupi, 2005). Tabel 4.5 Firm Size Perusahaan LQ45 tahun 2005 – 2009 EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009 29 30 30 30 30 ANTM 31 32 32 32 32 ASII 33 33 33 33 33 BBCA 32 33 33 33 33 BBRI 31 29 29 30 30 AALI 32 32 32 32 32 BDMN 30 30 31 31 31 BLTA 33 33 33 34 34 BMRI
68
BUMI INDF TINS TLKM UNSP UNTR
30 30 29 32 28 30
31 30 29 32 28 30
31 31 29 32 29 30
32 31 29 30 29 31
32 31 29 32 29 31
Berdasarkan hasil perhitungan Firm Size masing-masing perusahaan pada Tabel 4.5, Pada Tahun 2005, Firm Size, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk Dan PT.Bank Mandiri Tbk sebesar 33 dan terendah dipegang oleh PT. Bankrie Sumatra Plantions Tbk sebesar 28. Pada Tahun 2006, Firm Size, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk, PT.Bank Mandiri Tbk dan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk sebesar 33 dan terendah dipegang oleh PT. Bakrie Sumatra Plantion Tbk sebesar 28. Pada Tahun 2007, Firm Size, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk, PT.Bank Rakyat Indonesia Tbk dan PT. Bank Mandiri sebesar 33 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk, PT.Timah Tbk dan PT.Bakrie Sumatra Plantion Tbk sebesar 29. Pada Tahun 2008, Firm Size, tertinggi dimiliki oleh PT.Bank Mandiri Tbk sebesar 34 dan terendah dipegang oleh PT. Timah Tbk sebesar 29. Dan pada Tahun 2009, Firm Size, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk sebesar 34 dan terendah dipegang oleh PT. Timah Tbk dan PT.Bakrie Sumatra Plantion sebesar 29. Perusahaan besar lebih mempunyai pengendalian terhadap pasar. Oleh karena itu, perusahaan besar mempunyai tingkat daya saing yang tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil (Harianto
69
dan Sudomo, 2001:182). Keputusan investasi yang dilakukan di pasar modal pada dasarnya merupakan proses yang berorientasi informasi, di mana informasi digunakan sebagai bahan untuk memprediksi ramalan. e. Debt to Assets Ratio Tabel 4.6 DAR Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009 EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009 0,53 0,41 0,27 0,21 0,21 ANTM 0,48 0,54 0,50 0,50 0,45 ASII 0,89 0,90 0,91 0,91 0,90 BBCA 0,89 0,89 0,90 0,91 0,91 BBRI 0,15 0,19 0,21 0,18 0,19 AALI 0,87 0,88 0,88 0,90 0,84 BDMN 0,75 0,62 0,84 0,76 0,74 BLTA 0,91 0,90 0,91 0,91 0,91 BMRI 0,88 0,85 0,50 0,60 0,66 BUMI 0,68 0,65 0,63 0,67 0,64 INDF 0,44 0,52 0,33 0,34 0,33 TINS 0,52 0,52 0,48 0,52 0,50 TLKM 0,61 0,64 0,45 0,47 0,48 UNSP 0,61 0,59 0,55 0,51 0,42 UNTR Berdasarkan hasil perhitungan DAR masing-masing perusahaan pada Tabel 4.6, Pada Tahun 2005, DAR, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk sebesar 0,91 dan terendah dipegang oleh PT.Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,15. Pada Tahun 2006, DAR, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Dan PT.Bank Mandiri Tbk sebesar 0,90 dan terendah dipegang oleh PT.Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,19. Pada Tahun 2007, DAR, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Central Asia Tbk dan PT.Bank Mandiri Tbk sebesar 0,91 dan terendah dipegang oleh PT. Astra agro Lestari Tbk sebesar 0,21. Pada Tahun
70
2008, DAR tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk, PT.Bank Central Asia Tbk dan PT. Bank Rakyat indonesia Tbk sebesar 0,91 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,18. Dan pada Tahun 2009, DAR
tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Rakyat
Indonesia Tbk dan PT.Bank Mandiri Tbk sebesar 0,91 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,19. f. Growth In Asset Tabel 4.7 Growth In Asset Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009 EMITEN 2005 0,06 ANTM 0,20 ASII 0,01 BBCA 0,16 BBRI 8,52 AALI 0,15 BDMN 0,81 BLTA 0,60 BMRI 0,20 BUMI (0,06) INDF 0,14 TINS 0,10 TLKM 0,11 UNSP 0,57 UNTR
2006 0,14 0,23 0,18 0,26 (0,89) 0,21 0,04 0,02 0,38 0,09 0,26 0,21 0,43 0,06
2007 0,65 0,10 0,23 0,32 0,53 0,09 1,52 0,19 0,17 0,83 0,45 0,09 1,42 0,16
2008 (0,15) 0,27 0,13 0,21 0,22 0,20 0,21 0,12 1,19 0,34 0,15 (0,89) 0,09 0,76
2009 (0,02) 0,06 0,11 0,12 0,20 (0,07) (0,05) 0,02 0,09 0,03 (0,14) 9,43 0,09 0,02
Berdasarkan hasil perhitungan Growth In Asset masing-masing perusahaan pada Tabel 4.7, Pada Tahun 2005, Growth In Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Mandiri Tbk sebesar 0,60 dan terendah dipegang oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk sebesar -0.06. Pada Tahun 2006, Growth In Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Bakri Sumatra
71
Plantion Tbk sebesar 0,43 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar -0,89. Pada Tahun 2007, Growth In Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Bakri Sumatra Plantion Tbk sebesar 1,42 dan terendah dipegang oleh PT. Bank Damon Tbk dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 0,09. Pada Tahun 2008, Growth In Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Bumi Resource Tbk sebesar 1,19 dan terendah dipegang oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar -0,89. Dan pada Tahun 2009, Growth In Asset, tertinggi dimiliki oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 9,43 dan terendah dipegang oleh PT. Timah Tbk sebesar -0,14. Menurut Eko Wahyudi dan Baidori (2008), semakin besar growth in net assets maka dividen yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham semakin rendah sebaliknya semakin rendah growth in net assets maka dividen yang dibayarkan oleh perusahaan semakin besar. g. Volatilitas Harga Saham Varians yang berubah seiring dengan perubahan waktu umumnya disebut volatiles (sigit dan bambang,2006:29). Volatilitas mengukur banyaknya fluktuasi underlying asset dalam satu periode. Pada dasarnya volatilitas dapat dilihat sebagai kecepatan perubahan dalam pasar, meskipun lebih tepatnya disebut kebingungan pasar.
72
Tabel 4.8 Volatilitas Harga Saham Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009 EMITEN 2005 0,08 ANTM 0,09 ASII 0,05 BBCA 0,08 BBRI 0,08 AALI 0,07 BDMN 0,09 BLTA 0,07 BMRI 0,26 BUMI 0,10 INDF 0,19 TINS 0,04 TLKM 0,06 UNSP 0,09 UNTR
2006 0,11 0,04 0,04 0,07 0,07 0,05 0,07 0,08 0,06 0,08 0,17 0,49 0,08 0,05
2007 0,33 0,07 0,04 0,05 0,08 0,07 0,11 0,06 0,11 0,07 0,13 0,04 0,08 0,07
2008 0,18 0,22 0,17 0,18 0,20 0,24 0,27 0,25 0,22 0,15 0,46 0,11 0,28 0,29
2009 0,08 0,08 0,09 0,07 0,06 0,11 0,11 0,08 0,20 0,09 0,11 0,05 0,15 0,09
Berdasarkan hasil perhitungan Volatilitas Harga Saham masingmasing perusahaan pada Tabel 4.8, Pada Tahun 2005, Volatilitas Harga Saham, tertinggi dimiliki oleh PT.Bumi Resource Tbk sebesar 0,26 dan terendah dipegang oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 0,04. Pada Tahun 2006, Volatilitas Harga Saham tertinggi dimiliki oleh PT. Telekomunikasi indonesia Tbk sebesar 0,49 dan terendah dipegang oleh PT. Astra International Tbk dan PT. Bank Central Asia Tbk sebesar 0,04. Pada Tahun 2007, Volatilitas Harga Saham tertinggi dimiliki oleh PT. Aneka Tambang Tbk sebesar 0,33 dan terendah dipegang oleh PT. Bank Central Asia Tbk Dan PT.Telekomuniksi Tbk sebesar 0,04. Pada Tahun 2008, Volatilitas Harga Saham, tertinggi dimiliki oleh PT. Timah Tbk sebesar 0,46 dan terendah dipegang oleh
73
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 0,11. Dan pada Tahun 2009, Volatilitas Harga Saham tertinggi dimiliki oleh PT. Bumi Resouce Tbk sebesar 0,20 dan terendah dipegang oleh PT. Astra Agro Lestari Tbk sebesar 0,06. Volatilitas dipandang sebagai ukuran resiko dan return yang paling akurat. semakin tinggi volatilitas semakin tinggi pula resiko dan juga return. 2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak. Gambar 4.2 Pengujian Normalitas Data
74
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa data penelitian memiliki penyebaran dan distribusi yang normal karena data memusat pada nilai rata-rata dan median atau nilai plot PP terletak digaris diagonal, maka dapat dikatakan bahwa distribusi data return saham adalah normal. b. Uji Multikolinieritas Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus terbebas dari gejala multikolinearitas, gejala ini ditunjukan dengan korelasi antar variabel independen. Pengujian dalam uji multikolinearitas dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) harus berada di bawah 10, hal ini akan dijelaskan sebagai berikut : Tabel 4.9 Hasil Pengujian Multikolinearitas Collinearity Statistics Tolerance VIF .471 .499 .844 .536 .527 .804
2.125 2.002 1.185 1.867 1.896 1.244
a. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM
(Sumber data diolah) Tabel di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai 10 maka data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala multikolinearitas. Karena
75
data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih besar dari 10, keadaan seperti itu membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas. c. Uji Autokolerasi Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dalam penelitian ini maka digunakan uji Durbin Watson (DW). Pada tabel 4.7 diketahui nilai Durbin Watson (d) sebesar 1.562 nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sample (n) 70 dan jumlah variabel independen (k) adalah 6. Maka dari tabel didapat nilai du = 1.340 dan 4 – du = 4 – 1.340 = 2.66. Oleh karena nilai du < d < 4-du atau 1.340 < 1.562 < 2,66 maka dapat disimpulkan tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif. Tabel 4.10 Hasil Pengujian Autokolerasi b
Model Summary
Std. Error of the Model 1
R
R Square .574
a
Adjusted R Square
.330
.266
Durbin-Watson
Estimate 17.436666
1.562
a. Predictors: (Constant), GROWTH IN ASSET, FIRM SIZE, DIVIDEN PAYOUT RATIO, VOLATILITAS EARNING, DAR, DIVIDEN YIELD b. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM
(Sumber data diolah)
76
d. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas varian variabel dependen dalam model tidak equal terhadap variabel independen. Konsekuensi adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah estimator yang diperoleh tidak efisien, baik pada sampel kecil maupun besar. Diagnosis adanya heteroskedastisitas dalam uji regresi dapat diidentifikasi dari pola scatter plot diagram. Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas
(Sumber data diolah) Pada gambar 4.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu. Dengan demikian pada persamaan regresi linier berganda dalam model ini tidak ada gejala atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
77
3. Uji Signifikansi a. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang terdiri dari dari Dividend Yield, Dividend Payout Ratio, Earning Volaitity, firm Size, debt to Asset Ratio dan Growth In Asset terhadap Volatiltas Harga saham di Bursa Efek Indonesia secara parsial. Tabel 4.11 Hasil Pengujian Uji t Coefficients
Model 1
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error Beta
t
Sig.
(Constant)
1.356
55.653
1.803
.076
DIVIDEN YIELD
.659
.151
.658
4.377
.000
DIVIDEN PAYOUT RATIO .703
.146
.702
4.812
.000
VOLATILITAS EARNING
.030
8.557
.092
.822
.414
FIRM SIZE
.072
1.890
.154
1.096
.277
DAR
.015
.142
.015
.108
.914
GROWTH IN ASSET
.012
.115
.012
.105
.917
a. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM
(Sumber : Data diolah) Variabel Dividen Yield, dengan nilai t hitung sebesar 4.377 > 2,00 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0.000 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti Dividen Yield berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Volatilitas Harga Saham. Variabel Dividen Payout Ratio, dengan nilai t hitung sebesar 4.812 > 2,00 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), maka 78
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti Dividen Payout Ratio berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Volatilitas Harga Saham. Variabel Volatilitas Earning, dengan nilai t hitung sebesar 0.882 < 2,00 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0.414 > 0,05), maka dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti Volatilitas Earning tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Volatilitas Harga Saham. Variabel Firm Size, dengan nilai t hitung sebesar 1.096 < 2,00 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0.277 > 0,05), maka dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti Firm Size tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Volatilitas Harga Saham. Variabel DAR, dengan nilai t hitung sebesar 0,108 < 2,00 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0.914 > 0,05), maka dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti DAR tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Volatilitas Harga Saham. Variabel Growth In Asset, dengan nilai t hitung sebesar 0.105 < 2,00 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0.917 > 0,05), maka dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti Growth In Asset tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Volatilitas Harga Saham.
79
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yang terdiri dari Dividen Yield, Dividen Payout Ratio,Volatilitas Earning, Firm Size, DAR dan Growth In Asset
terhadap Volatilitas
Harga Saham secara simultan atau serentak. Tabel 4.12 Hasil Pengujian Uji F b
ANOVA Model 1
Sum of Squares Regression
Df
Mean Square
9423.149
6
1570.525
Residual
19154.351
63
304.037
Total
28577.500
69
F
Sig.
5.166
.000
a
a. Predictors: (Constant), GROWTH IN ASSET, FIRM SIZE, DIVIDEN PAYOUT RATIO, VOLATILITAS EARNING, DAR, DIVIDEN YIELD b. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM
(Sumber : Data diolah) Hasil pengujian ANOVA dengan menggunakan uji F dapat dilihat nilai F hitung sebesar 5.166 dengan signifikan 0,000. Dengan mencari pada table F, diperoleh nilai F tabel 2.37. Dengan kondisi dimana F hitung lebih besar daripada F tabel dan nilai signifikan lebih kecil dari alpha (0,05), maka dapat diambil kesimpulan adalah Ho ditolak dan Ha diterima
yang
berarti
variabel-variabel
independen
berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap Volatilitas Harga Saham.
80
c. Koefisien Determinasi (R Square) Melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien 2
2
determinasi (R ). Dari koefisien determinasi (R ) dapat diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda menunjukkan besarnya variasi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Besarnya nilai pengaruh variabel bebas ditunjukkan oleh nilai 2
(R ) = 0,330 yaitu persentase pengaruh variabel Dividen Yield, Dividen Payout Ratio,Volatilitas Earning, Firm Size, DAR dan Growth In Asset terhadap Volatilitas Harga Saham sebesar 33,0%. Tabel 4.13 Hasil Pengujian Adj R Square b
Model Summary
Std. Error of the Model 1
R
R Square .574
a
Adjusted R Square
.330
.266
Durbin-Watson
Estimate 17.436666
1.562
a. Predictors: (Constant), GROWTH IN ASSET, FIRM SIZE, DIVIDEN PAYOUT RATIO, VOLATILITAS EARNING, DAR, DIVIDEN YIELD b. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM
(Sumber : Data diolah) 4. Analisis Regresi Linier Berganda Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh Dividend Payout Ratio, Dividen Yield, Volatilitas Earning, DAR, Firm Size dan Growth In Asset terhadap Volatilitas Harga Saham di BEI adalah sebagai berikut:
81
Tabel 4.14. Hasil Analisis Regresi Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
a
Std. Error
1.356
55.653
DIVIDEN YIELD
.659
.151
DIVIDEN PAYOUT RATIO
.703
VOLATILITAS EARNING
Beta
t
Sig.
1.803
.076
.658
4.377
.000
.146
.702
4.812
.000
.030
8.557
.092
.822
.414
FIRM SIZE
.072
1.890
.154
1.096
.277
DAR
.015
.142
.015
.108
.914
GROWTH IN ASSET
.012
.115
.012
.105
.917
a. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM
(Sumber : Data diolah) Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk mengetahui pengaruh Dividen Yield, Dividen Payout Ratio,Volatilitas Earning, Firm Size, DAR dan Growth In Asset terhadap Volatilitas Harga Saham sebagai berikut: Y = 1.356 + 0.659 X1 + 0.703 X2 + ei Keterangan : Y
= Volatilitas Harga Saham
a = konstanta x1 = Dividen Yield x2 = Dividen Payout Ratio ei = error term
82
Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas dapat diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar 1.356 menunjukkan bahwa jika variabel Dividen Yield, Dividen Payout Ratio,Volatilitas Earning, Firm Size, DAR dan Growth In Asset bernilai nol maka nilai Volatilitas Harga Saham adalah 1.356. Sedangkan variabel Dividen Yield sebesar 0.659 menunjukkan bahwa jika variabel Dividen Yield meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan Volatilitas Harga Saham sebesar 0.659 satuan, Variabel Dividen Payout Ratio sebesar 0.703 menunjukkan bahwa jika variabel Dividen Payout Ratio meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan Volatilitas Harga Saham sebesar 0.703 satuan, dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
D. Interpretasi Hasil uji regresi berganda yang didapat adalah yang paling berpengaruh dan signifikan adalah Dividen Payout Ratio dan Dividen Yield ,dengan nilai signifikansi dibawah 0,05 Dividen Payout Ratio dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan Dividen Yield dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hasil ini sesuai dengan pendapat Alwi (2003), yang mempengaruhi volatilitas harga saham salah satunya adalah pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun dan setelah akhir tahun fiskal, EPS, DPS, PER, NPM, ROA, ROE, dan lain-lain. Dengan meningkatnya kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang juga diiringi dengan semakin besarnya dividen yang dibagikan hal ini akan
83
menyebabkan harga saham akan meningkat. Hal ini dikarenakan banyak investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba, sehingga demand akan saham tersebut meningkat. Temuan ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Menurut Nishat dan Chaudhari (2003) yang berjudul dividen policy and stock price volatility menjelaskan bahwa menjelaskan kebijakan dividen (Dividend Yield dan Dividend Payout Ratio) memiliki dampak yang signifikan pada volatilitas harga saham bursa pakistan. Temuan ini juga mendukung I.Roni setyawan (2006) yang berjudul Deteksi perbandingan volatilitas harga serta reaksi earning terhadap return dan harga saham sektor LQ45, dengan variabel ekses volatilitas, discount rate, earning, dan harga saham. Variabel Menjelaskan bahwa investor lebih memperhatikan ekses volatilitas harga dibandingkan dengan ekses volatilitas earning. Walaupun harus diakui bahwa mereka tetap menaruh minat positif terhadap kualitas earning yang dihasilkan oleh emiten LQ45. Variabel Earning volatility dengan nilai signifikansi 0,414>0,05 hal ini menunjukkan bahwa variabel earning volatility tidak berpengaruh terhadap volatilitas harga saham. Temuan ini sesuai dengan pendapat Brigham dan Houston (2009), volatilitas harga saham memang diartikan sebagai resiko, tetapi volatilitas keuntungan tidaklah selalu harus diartikan sebagai resiko. Kita harus memikirkan penyebab dari volatilitas tersebut sebelum menarik kesimpulan mengenai apakah volatilitas menunjukkan adanya resiko.
84
Beberapa perusahaan mengalami fluktuasi tersebut mengikuti pola-pola siklus atau musiman. Sehingga volatilitas tidak akan menjadi bagian yang signifikan dari resiko. Hal ini tidak akan menjadi kekhawatiran dari para investor, sehingga harga saham perusahaan tidak akan terpengaruh. Variabel size dengan nilai signifikansi 0,277>0,05 hal ini menunjukkan bahwa variabel size tidak berpengaruh terhadap volatilitas harga saham. Hal ini berbeda dengan temuan Nishat dan Chaudhari (2003) bahwa variabel size berpengaruh terhadap volatilitas harga saham. Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya volatilitasnya juga semakin rendah. terutama perusahaan yang tergolong LQ 45 yang merupakan perusahaan unggulan yang memiliki likuiditas tinggi. Temuan ini sesuai dengan Fama dan French (1992) yang meneliti mengenai beta pasar atau prediksi CAPM terhadap pengaruh positif beta pasar terhadap rata-rata return saham dan menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh beta pasar terutama setelah dilakukan perhitungan yang bervariasi terhadap beta yang berhubungan dengan firm size. Variabel DAR dengan nilai 0,914>0,05 hal ini menunjukkan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volatilitas harga saham. Temuan ini sejalan dengan penemuan Modigliani dan Miller (1958) yang menyatakan dalam sebuah pasar modal sempurna keputusan keuangan tidak lagi relevan, dengan kata lain penggunaan sumber pembiayaan baik itu dari hutang maupun modal sendiri tidak mempengaruhi cost of capital dan pada akhirnya tidak mempengaruhi nilai perusahaan (harga saham). Hasil ini terjadi kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anton (2006)
85
hasil penelitian saham LQ45 menunjukkan bahwa return saham di Indonesia memiliki permasalahan time varying volatility, tetapi tidak terjadi leverage effect pada volatilitas return saham. Variabel growth in assets dengan nilai signifikansi 0,917>0,05 hal ini menunjukkan bahwa variabel growth in assets tidak berpengaruh secara signifikan terhadap volatilitas harga saham. Pertumbuhan aset pada perusahaan mencerminkan kepastian akan return atau keuntungan yang akan didapat oleh invsetor, maka investor akan terus menginvetasikannya pada saham tersebut sehingga harga saham akan lebih stabil. Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dikarenakan adanya perbedaan objek penelitian dan wilayah penelitian yang terdapat pada penelitian sebelumnya, dan adanya perbedaan waktu penelitian. Penelitian terdahulu berada di luar Indonesia dengan tingkat pasar bentuk kuat sedangkan di Indonesia termasuk dalam pasar bentuk lemah.
86
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil Uji regresi ditemukan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham adalah Dividen Yield dan Dividen Payout Ratio sedangkan Volatilitas Earning, Firm Size, DAR dan Growth In Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham. 2. Berdasarkan koefisien regresi pada setiap variabel, dapat dijelaskan bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Volatilitas Harga Saham adalah Dividen Payout Ratio, karena memiliki nilai beta paling besar dibandingkan variable independent lainya.
B. Saran Dan Implikasi Beberapa saran perlu ditambahkan guna penelitian yang lebih baik lagi. Mengingat hasil dan analisa penelitian ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga masih banyak yang perlu diperbaiki dan diperhatikan lagi untuk penelitian-penelitian berikutnya. Adapun saran untuk penelitian berikutnya adalah sebagai berikut :
87
1. Menggunakan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian sehingga dapat mencerminkan keadaan pasar yang sesungguhnya yang terjadi di Bursa Efek Indonesia. 2. Memperpanjang periode (waktu) penelitian agar menambah jumlah data. 3. Menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi Volatilitas Harga Saham sehingga dapat menjadi luas penelitian 4. Mencari teori yang relevan dengan keadaan sekarang. Implikasi : Dividen merupakan suatu yang diharapkan dalam melakukan investasi di suatu perusahaan, yang akan meningkatkan keuntungan bagi investor. Maka perlu adanya penelitian-penelitian yang lainnya
yang dapat
meningkatkan keakuratan dalam melakukan investasi. Adapun penelitian ini akan bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu yang dimanfaatkan sesuai dengan tujuanya, yaitu: 1. Implikasi Bagi Investor Investor pada umumnya mengharapkan keuntungan dari investasi dalam pemilikan saham suatu perusahaan. Baik itu capital againt atau dividen yield. Pada investor yang akan menanamkan modal selamanya, tentunya akan mengharapkan dividen yang pasti dari perusahaan emiten. Tetapi investor yang akan menjual sahamnya dalam jangka pendek tentunya akan mengharapkan keuntungan dari capital againt atau selisih harga saham saat beli dan jual. Dimana harapan investor adalah harga
88
saham dimasa yang akan mendatang akan naik. Oleh karena itu dalam melakukan investasi, investor seharusnya mempertimbangkan secara matang mengenai beberapa hal yang sangat penting dalam pengambilan keputusan
investasi
yang dilakukannya,
sehingga
menghasilkan
keuntungan yang lebih baik lagi dan untuk mengetahui perubahanperubahan sehingga tidak salah dalam melakukan investasi. 2. Implikasi Bagi Perusahaan Besar kecilnya dividen yang akan diberikan kepada investor dan laba yang akan ditahan akan mempengaruhi harga saham suatu perusahaan. Karena investor pada umumnya mengharapkan keuntungan yang pasti. Hasil Penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan kebijakan yang berhubungan dengan investasi. 3. Implikasi Bagi Akademis Penilaian analisis Pengaruh Dividen Yield, Dividen Payout Ratio,Volatilitas Earning, Firm Size, DAR dan Growth In Asset berpengaruh terhadap Volatilitas Harga Saham sehingga dapat dijadikan tambahan pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
89
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Z. Iskandar, 2003, “Pasar Modal Teori dan Aplikasi”, Edisi Pertama, Penerbit Yayasan Pancur Siwah, Jakarta. Anton. “Analisis Model Diponegoro,2006.
Volatilitas
Return
Saham”,
Universitas
Asnawi, Kelana Said dan Wijaya, Chandra. “Riset Keuangan: Pengujian Pengujian Empiris”. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta , 2005 Banerje, Bharbatosh. “Fundamentals of Fiancial Management”. PHI Learning Private Limited, New Delhi, 2008. Baridwan, Z. "Sistem Akuntansi: penyusunan Prosedur dan Metode", Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2003 Brigham, Eugene dan Houston Joel. “Dasar- dasar Manajemen Keuangan”. edisi kesepuluh, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Chadijah, Siti. “Analisis pengaruh harga, volume perdagangan, return, frekuensi perdagangan, dan volatilitas harga saham terhadap Bid Ask Spread perusahaan yang melakukan stock split periode 2004-2008”, UIN Jakarta, Jakarta, 2010. Dhailami, Achmad Friady. "Pengaruh Insider Ownership dan Risiko Pasar terhadap Kebijakan Dividen ada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2003”, Universitas Islam Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2006 Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfieeld. “Intermediate Accounting”, tenth edition, Erlangga, Jakarta, 2001. Elton E.J, and M.J.Gruber. “Modern Portiofolio Theory and investment Analysis”. 5th edition. new york, N.Y. : John Wiley & Son,inc.1995 Guerard, John B Jr. “Corporate Financial Policy and R&D Management”. Second edition, John Wiley & Sons, Inc, Canada, 2005. Ghozali, Imam.”Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang 2005
90
Hamid, Abdul. ” Pedoman Penulisan Skripsi”. Jakarta, 2007. Harianto, Farid dan Sudomo, Siswanto. "Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia". PT.Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 2001 Hidayati, Laili. ”Analsis faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Keuangan Perusahaan Manufaktur yang Go Publik di Indonesia”. Universitas Diponegoro, Semarang, 2001 Jensen, G.,D. Solberg and T. Zorn, , “Simultaneous Determination of Insider Ownership, debt, and Dividend Policies”, Journal of Financial and Quantitaive Analysis, Vol 27, p.247-263. 1992
Jogiyanto, “ Teori Portofolio & Analisis Investasi “, Edisi Ketiga, Cetakan Pertama, BPFE UGM, Yogyakarta, 2003. Jones, C.P., “Invesment: Analysis and Management”, John Wiley & Son, New York, 1999, Kamaludin, “Struktur Volatilitas Pendekatan GARCH dan TARCH”, Media Riset Bisnis dan Manajemen, Bengkulu, 2008. Keown, Martin dan Petty,scott Jr. “Prinsip-prinsip dan Aplikasi Manajemen Keuangan” jilid 1, PT. Indeks kelompok gramedia, jakarta, 2004. Teguh, muhammad. ”Metodologi Penelitian ekonomi”. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999. Nishat,M dan Chaudari, M.I. “Dividend Policy and Stock Price Volatility in pakistan”. University of Karachi, Pakistan. 2003. Nurmala. ”Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham Perusahaan– perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta”. Rahmi, septi uli. ” Analisis perbandingan kinerja pasar modal syariah dan konvensional di Indonesia dengan pendekatan volatilitas return (studi kasus saham JII dan LQ45 di BEI tahun 2006 - 2008)”. Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta, Jakarta, 2009. Riyanto, Bambang. "Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan", Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, Yogyakarta.1995.
91
Rodoni, Ahmad dan Ali,Herni. “Manajemen Keuangan” edisi pertama.Mitra Wacana Media, Jakarta, 2010 Rodoni, Ahmad. “Modul Istitusi Depositori dan Pasar Modal”. FEIS-UIN Jakarta. Jakarta, 2008. Rodoni, Ahmad. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. Center for Social and Econimics Studies (CSES) Press, Jakarta, 2006. Rozeff, Michael S., "Growth, Beta and Agency Costs as Determinants of Dividend Payout Ratios," Journal of Financial Research, vol. 5, Fall 1982, pp. 249259 Ramantika, Himawan Pandu. ”Studi Empiris Tentang Stock Split dan Pengaruhnya Terhadap Aktivitas Volume Perdagangan dan Volatilitas Saham di Bursa efek Jakarta”. UNDIP, Semarang, 2001. Shamsher, Mohamad dan Annuar, md Naher. “Factors Associated with Stock Price Volatility and Evaluation of Gordon's Share Valuation Model on the Kuala Lumpur Stock Exchange”. Faculty of Economics and Management, Universiti Pertanian Malaysia, Malaysia, 1993 Suharyadi, dan Purwanto. “Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern”. buku I, Salemba Empat, Jakarta, 2003. Supranto, J. ”Ekonometri”. Ghalia Indonesia, Bogor, 2005 . Setiawan, I Roni. ”Pengaruh Perbandingan Ekses Volatilitas Harga Saham reaksi Earning Terhadap return & Harga Saham sektor LQ45” . Fakultas Ekonomi UIEU Jakarta, Jakarta, 2006.
Sjahrial, Dermawan. ”Pengantar Manajemen Keuangan”. Mitra Wacana Media, Jakarta, 2010. Van Horne, James C. dan Wachowicz, Jr. “Fundamental of Financial Management”. Prentice Hall, Inc. 10th edition, 1998 Van Horne, james C. “financial management”, salemba empat, Jakarta, 2007. W.k. Ardha Chandra," Pengaruh harga saham, Volume Perdagangan, dan Voltilitas Terhadap bid-ask Spread”. UNDIP, semarang, 2003.
92
Wahyudi, Eko dan Baidori."Pengaruh Insider Ownership, Cllateralized Assets, growth In Assets, dan Likuiditas Terhadapkebijakan Dividen Perusahaan manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006" Fakultas Ekonomi Universitas Surabaya,surabaya,2008 Widyorini,Susi. "Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiko Sistematik Saham". UNDIP, Semarang, 2003 Wild, John J dan Subramanyam, K.R. ”Financial statement”, Salemba empat, Jakarta, 2005. www.google.com www.idsaham.co.id www.idx.co.id
93
LAMPIRAN Dividen Yield Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009 EMITEN ANTM ASII BBCA BBRI AALI BDMN BLTA BMRI BUMI INDF TINS TLKM UNSP UNTR
2005 7,79 6,96 6,47 10,22 6,63 5,69 3,37 5,20 1,97 2,47 14,45 6,17 3,61 3,95
2006 4,07 2,80 3,27 3,36 2,58 1,97 2,30 2,41 1,78 2,30 4,67 3,00 1,55 1,98
2007 4,81 0,59 1,62 2,65 2,91 2,61 1,89 5,31 1,28 1,67 6,18 4,49 0,75 1,93
2008 5,27 8,25 3,03 3,69 5,15 2,93 0,86 4,37 5,56 5,05 12,31 4,30 3,46 7,72
2009 47,45 163,20 16,60 93,29 52,73 56,39 37,56 18,66 71,85 22,00 26,25 14,62 16,09 9,33
Dividen Payout Ratio Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009 EMITEN ANTM ASII BBCA BBRI AALI BDMN BLTA BMRI BUMI INDF TINS TLKM UNSP UNTR
2005 63,11 52,67 75,34 97,67 64,75 66,35 22,55 286,53 23,82 171,34 123,16 91,74 30,22 39,35
2006 40,00 47,99 49,39 49,94 65,00 49,58 13,80 59,66 15,47 44,28 50,00 55,54 20,22 39,85
2007 40,00 9,94 32,54 49,99 65,03 49,67 27,40 88,80 20,10 41,42 50,00 71,44 31,17 40,11
2008 40,07 38,32 42,68 34,92 30,23 29,95 1,47 34,84 13,89 39,90 4,99 56,37 19,64 40,01
2009 90,55 46,32 19,38 0,88 27,76 0,76 8,76 8,74 4,08 1,02 13,54 5,78 6,13 663,85 94
Volatilitas Earning Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009 EMITEN ANTM ASII BBCA BBRI AALI BDMN BLTA BMRI BUMI INDF TINS TLKM UNSP UNTR
2005 0,0069 0,0042 0,0041 0,0089 (0,0138) (0,0203) 0,0502 0,0004 (0,0455) (0,0289) (1,0432) 0,0668 0,0166 0,0092
2006 2007 0,1395 0,4221 (0,0403) 0,0750 0,0053 0,0015 0,0029 0,0028 (0,0009) 0,3973 (0,0083) 0,0089 0,0683 (0,0216) 0,0068 0,0060 0,0346 0,2043 0,0496 0,0466 0,0413 0,4583 0,0766 0,0439 0,0501 0,0217 (0,0190) 0,0536
2008 (0,5243) 0,0586 0,0054 0,0046 0,1588 (0,0055) 0,0320 0,0027 1,0855 (0,0135) (0,0942) (0,5789) (0,0136) 0,0789
2009 (0,1569) (0,0402) (0,0044) (0,0024) (0,2652) (0,0016) (0,0653) (0,0019) (1,0576) 0,0253 (0,3626) (0,0266) 0,0123 0,0144
Firm Size Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009 EMITEN 2005 2006 2007 2008 2009 29 30 30 30 30 ANTM 31 32 32 32 32 ASII 33 33 33 33 33 BBCA 32 33 33 33 33 BBRI 31 29 29 30 30 AALI 32 32 32 32 32 BDMN 30 30 31 31 31 BLTA 33 33 33 34 34 BMRI 30 31 31 32 32 BUMI 30 30 31 31 31 INDF 29 29 29 29 29 TINS 32 32 32 30 32 TLKM 28 28 29 29 29 UNSP 30 30 30 31 31 UNTR
95
Debt to Assets Ratio Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009 EMITEN 2005 0,53 ANTM 0,48 ASII 0,89 BBCA 0,89 BBRI 0,15 AALI 0,87 BDMN 0,75 BLTA 0,91 BMRI 0,88 BUMI 0,68 INDF 0,44 TINS 0,52 TLKM 0,61 UNSP 0,61 UNTR
2006 0,41 0,54 0,90 0,89 0,19 0,88 0,62 0,90 0,85 0,65 0,52 0,52 0,64 0,59
2007 0,27 0,50 0,91 0,90 0,21 0,88 0,84 0,91 0,50 0,63 0,33 0,48 0,45 0,55
2008 0,21 0,50 0,91 0,91 0,18 0,90 0,76 0,91 0,60 0,67 0,34 0,52 0,47 0,51
2009 0,21 0,45 0,90 0,91 0,19 0,84 0,74 0,91 0,66 0,64 0,33 0,50 0,48 0,42
Growth In Asset Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009 EMITEN 2005 0,06 ANTM 0,20 ASII 0,01 BBCA 0,16 BBRI 8,52 AALI 0,15 BDMN 0,81 BLTA 0,60 BMRI 0,20 BUMI (0,06) INDF 0,14 TINS 0,10 TLKM 0,11 UNSP 0,57 UNTR
2006 0,14 0,23 0,18 0,26 (0,89) 0,21 0,04 0,02 0,38 0,09 0,26 0,21 0,43 0,06
2007 0,65 0,10 0,23 0,32 0,53 0,09 1,52 0,19 0,17 0,83 0,45 0,09 1,42 0,16
2008 (0,15) 0,27 0,13 0,21 0,22 0,20 0,21 0,12 1,19 0,34 0,15 (0,89) 0,09 0,76
2009 (0,02) 0,06 0,11 0,12 0,20 (0,07) (0,05) 0,02 0,09 0,03 (0,14) 9,43 0,09 0,02
96
Volatilitas Harga Saham Perusahaan LQ45 tahun 2005 - 2009 EMITEN 2005 0,08 ANTM 0,09 ASII 0,05 BBCA 0,08 BBRI 0,08 AALI 0,07 BDMN 0,09 BLTA 0,07 BMRI 0,26 BUMI 0,10 INDF 0,19 TINS 0,04 TLKM 0,06 UNSP 0,09 UNTR
2006 0,11 0,04 0,04 0,07 0,07 0,05 0,07 0,08 0,06 0,08 0,17 0,49 0,08 0,05
2007 0,33 0,07 0,04 0,05 0,08 0,07 0,11 0,06 0,11 0,07 0,13 0,04 0,08 0,07
2008 0,18 0,22 0,17 0,18 0,20 0,24 0,27 0,25 0,22 0,15 0,46 0,11 0,28 0,29
2009 0,08 0,08 0,09 0,07 0,06 0,11 0,11 0,08 0,20 0,09 0,11 0,05 0,15 0,09
97
LAMPIRAN UJI REGRESI LINIER BERGANDA
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
VOLATILITAS HARGA SAHAM
3.55000E1
20.351085
70
DIVIDEN YIELD
3.55000E1
20.321332
70
DIVIDEN PAYOUT RATIO
3.55000E1
20.321332
70
-.0085
.26708
70
31.04
1.517
70
DAR
3.55000E1
20.325076
70
GROWTH IN ASSET
3.55000E1
20.338263
70
VOLATILITAS EARNING FIRM SIZE
98
99
Residuals Statistics Minimum Predicted Value Residual Std. Predicted Value Std. Residual a.
11.04966 -3.939557E1 -2.092 -2.259
Maximum
a
Mean
78.53844 4.915161E1 3.683 2.819
3.55000E1 .000000 .000 .000
N
11.686205 16.661311 1.000 .956
70 70 70 70
Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
Std. Deviation
B (Constant)
a
Standardized Coefficients
Std. Error
1.356
55.653
DIVIDEN YIELD
.659
.151
DIVIDEN PAYOUT RATIO
.703
VOLATILITAS EARNING
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
1.803
.076
.658
4.377
.000
.471
2.125
.146
.702
4.812
.000
.499
2.002
.030
8.557
.092
.822
.414
.844
1.185
FIRM SIZE
.072
1.890
.154
1.096
.277
.536
1.867
DAR
.015
.142
.015
.108
.914
.527
1.896
GROWTH IN ASSET
.012
.115
.012
.105
.917
.804
1.244
a. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM
100
b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
9423.149
6
1570.525
5.166
.000
Residual
19154.351
63
304.037
Total
28577.500
69
Regression
a
a. Predictors: (Constant), GROWTH IN ASSET, FIRM SIZE, DIVIDEN PAYOUT RATIO, VOLATILITAS EARNING, DAR, DIVIDEN YIELD b. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM
b
Model Summary
Durbin-Watson Model 1
R
R Square .574
a
.330
Adjusted R Square .266
Std. Error of the Estimate 17.436666
1.562
a. Predictors: (Constant), GROWTH IN ASSET, FIRM SIZE, DIVIDEN PAYOUT RATIO, VOLATILITAS EARNING, DAR, DIVIDEN YIELD b. Dependent Variable: VOLATILITAS HARGA SAHAM
101