i
DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI GURANDIL (Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)
AMI KUSUMA HANDAYANI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Industri Pertambangan Emas Tanpa Izin terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Gurandil Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2015
Ami Kusuma Handayani NIM I34110054
ii
iii
ABSTRAK AMI KUSUMA HANDAYANI. Dampak Industri Pertambangan Emas Tanp Izin terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Gurandil Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh IVANOVICH AGUSTA. Kehadiran industri di suatu wilayah pasti akan menimbulkan reaksi dari masyarakat sebagai bentuk responnya. Berbagai perubahan yang terjadi akibat respons terhadap pembangunan industri dan dampak yang menyertainya akan beragam tergantung pada definisi subyektif yang dipengaruhi kepentingan pribadi dan nilai sosial masyarakat. Dampak industri pertambangan dapat mempengaruhi gaya hidup masyarakat pedesaan dilihat dari perubahan aspek aktivitas, minat, dan pendapat seseorang. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode acak sederhana (simple random sampling) dan menggunakan rank Spearman untuk menganalisis hubungan antar variabel. Hasil dari penelitian ini adalah adanya dampak industri pertambangan yang tinggi dilihat dari perubahan tingkat kesempatan kerja menjadi penambang liar. Terdapat hubungan positif yang sedang antara dampak industri pertambangan dengan respons masyarakat karena masyarakat mengalami perubahan yang tinggi dilihat dari kesempatan kerja, tingkat pengeluaran dan tingkat pendapatan. Begitupun dengan respons masyarakat dengan gaya hidup terdapat hubungan positif yang sedang dikarenakan perubahan gaya hidup masyarakat yang tinggi. Kata Kunci: industri, pertambangan, gaya hidup, respons masyarakat
ABSTRACT AMI KUSUMA HANDAYANI. Gold mining without authorization effect toward gurandil social and economy life case of Pangkal Jaya Village, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Supervised by IVANOVICH AGUSTA. Rural industrialization was synergy in order to promote the economic empowerment of rural farmers.Various changes that occur in response to industrial development and the accompanying impact will vary depending on a subjective definition of the affected private interests and social values of the society. The impact of the mining industry can affect people's lifestyles countryside views of change aspects activities, interests, and one person's opinion. The method used in this study is a randomized method (simple random sampling) and using the Spearman rank to analyze the relationship between variables. The results of this study is the impact of the mining industry seen from the change rate of employment become illegal miners. There is a moderate positive relationship between the impact of the mining industry to the community because the community's response to the changes lofty views of employment, the level of expenditure and income level. Likewise with the public response to the lifestyle there is a positive relationship are due to changes in lifestyle society. Keywords: industry, mining, lifestyle, community response
iv
v
DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN EMAS TANPA IZIN TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI GURANDIL (Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)
AMI KUSUMA HANDAYANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
vi
vii
Judul Skripsi : Dampak Industri Pertambangan Emas Tanpa Izin terhadap Kehidupan Sosial dan Ekonomi Gurandil Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor Nama : Ami Kusuma Handayani NIM : I34110054
Disetujui oleh
Dr Ivanovich Agusta, SP MSi Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
viii
ix
PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Skripsi berjudul “Dampak Industri Pertambangan Emas Tanpa Izin terhadap Kehidupann Sosial dan Ekonomi Gurandil Kasus Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor” ini dengan baik. Laporan ini disusun sebagai syarat pelaksanaan penelitian pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selain itu laporan ini juga disusun sebagai bentuk kepedulian penulis terhadap masyarakat pedesaan khususnya dalam bidang pertanian dan sangat berguna dalam memperluas wawasan penulis dalam menganalisis hubungan pengaruh industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat pedesaan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Masyarakat Desa Pangkal Jaya, khususnya tiga puluh lima responden gurandil dan beberapa informan yang sudah bersedia merelakan sedikit waktu untuk memberikan informasi yang bermanfaat untuk penulisan skripsi. 2. Hormat dan terimakasih kepada orang tua tercinta Hj Dra Novi Andayani Praptiningsih, MSi dan Ir Agung Nugroho Hartono, adik tersayang Rahmatallah dan Hidayatullah yang selalu mendoakan dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis. 3. Dr Ivanovich Agusta, SP Msi, dosen pembimbing skripsi yang telah banyak mencurahkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini. 4. Teman-teman tercinta Syahwil Hidayat, Fatimah Solihah, Sifna Audia Qalabi, Mutiara Irfarinda, Yuana Zahra, Debby Faradiba, Singit dan I Made Astu Pradnyana atas dukungan dan semangatnya layaknya keluarga. 5. Teman-teman BEM FEMA 2014/2015, khususnya Divisi Pengembangan Olahrga Budaya dan Seni (PBOS) atas semangatnya. 6. Teman-teman seperjuangan SKPM 48 atas semangat dan kebersamaan selama ini. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang dampak industri pertambangan.
Bogor, Mei 2015 Ami Kusuma Handayani
x
xi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
xv
DAFTAR GAMBAR
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
xxi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Masalah Penelitian
3
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
4
PENDEKATAN TEORETIS
5
Tinjauan Pustaka
5
Konsep Dampak Industri Pertambangan
5
Konsep Respons Masyarakat
6
Konsep Gaya Hidup
7
Kerangka Pemikiran
11
Hipotesis Penelitian
11
Definisi Operasional
11
PENDEKATAN LAPANGAN
17
Metode Penelitian
17
Lokasi dan Waktu Penelitian
17
Teknik Pengambilan Responden dan Informan
17
Teknik Pengumpulan Data
18
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
18
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
21
Kondisi Geografis dan Keadaan Lingkungan
21
Kondisi Demografi dan Sosial Budaya
22
Kependudukan
22
Ketenagakerjaan
23
Pendidikan
24
Kondisi Sarana dan Prasarana
24
Struktur Sosial dan Kebudayaan
25
Pola Adaptasi Ekologis
26
xii
xiii
DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN
27
Tingkat Kesempatan Kerja
27
Tingkat Migrasi
28
RESPONS MASYARAKAT
31
Tingkat Jual Beli Lahan
31
Tingkat Pendidikan
34
Tingkat Pendapatan
36
Tingkat Pengeluaran
37
GAYA HIDUP
39
Tingkat Aktivitas
39
Tingkat Minat
43
Tingkat Opini
45
HUBUNGAN ANTARA DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN,
47
RESPONS MASYARAKAT DAN GAYA HIDUP Hubungan Dampak Industri Pertambangan dengan Respons Masyarakat
47
Hubungan Respons Masyarakat dengan Gaya Hidup
48
SIMPULAN DAN SARAN
51
Simpulan
51
Saran
52
DAFTAR PUSTAKA
53
LAMPIRAN
55
RIWAYAT HIDUP
76
xiv
xv
DAFTAR TABEL 1
Perbandingan konsep indikator industri pertambangan
6
2
Perbandingan konsep indikator respons msyarakat
7
3
Perbandingan konsep indikator gaya hidup
9
4
Definisi operasional industri pertambangan
11
5
Definisi operasional respons masyarakat
12
6
Definisi operasional gaya hidup
14
7
Pemilihan informan
18
8
Jenis dan metode pengumpulan data
18
9
Luas lahan menurut jenis penggunaan di Desa Pangkal Jaya
18
10
Jumlah penduduk Desa Pangkal Jaya
22
11
Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Desa Pangkal Jaya
23
12
Usia penduduk Desa Pangkal Jaya
23
13
Jumlah rumah tangga per RW Desa Pangkal Jaya
23
14
Data pendidik sekolah formal dan non formal Desa Pangkal Jaya
24
15
Tingkat pendidikan penduduk Desa Pangkal Jaya
24
16
Data sarana dan prasarana pendidikan Desa Pangkal Jaya
25
17
Data kelompok budaya dan kesenian Desa Pangkal Jaya
25
18
Tempat peribadatan Desa Pangkal Jaya
26
19
Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
28
20
Jumlah dan persentase responden berdasarkan migrasi masuk di beli lahan di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
29
21
Jumlah dan persentase beli lahan di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
31
22
Jumlah dan persentase perolehan lahan milik responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
31
23
Jumlah dan persentase penjual lahan milik responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
32
24
Jumlah dan persentase penggunaan lahan milik responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
32
25
Jumlah dan persentase luas tanah bangunan yang ditinggali di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
34
xvi
xvii
26
Jumlah dan persentase tingkat pendidikan istri dan anak di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
36
27
Jumlah dan persentase tingkat pendapatan responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
36
28
Jumlah dan persentase tingkat pengeluaran responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
37
29
Jumlah dan persentase umur responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
39
30
Jumlah dan persentase kegiatan sosial yang dilakukan responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
40
31
Jumlah dan persentase frekuensi kegiatan sosial yang dilakukan responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
40
32
Jumlah dan persentase liburan yang dilakukan responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
41
33
Jumlah dan persentase media hiburan televisi yang dimiliki responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
41
34
Jumlah dan persentase olahraga sepakbola yang dilakukan responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
42
35
Jumlah dan persentase media komunikasi handphone yang dimiliki responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
42
36
Jumlah dan persentase jenis lantai bangunan tempat tinggal responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
43
37
Jumlah dan persentase jenis dinding bangunan tempat tinggal responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
43
38
Persentase persepsi aktivitas di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
45
39
Persentase persepsi minat di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
46
40
Persentase persepsi opini di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
47
41
Jumlah dan persentase tingkat gaya hidup responden di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
47
42
Hasil uji korelasi Rank Spearman dampak industri pertambangan dengan respons masyarakat
50
43
Hasil uji korelasi Rank Spearman respons masyarakat dengan gaya hidup
51
xviii
xix
DAFTAR GAMBAR 1 2 3
Kerangka pemikiran Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati Pendidikan terakhir responden
10 33 35
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Jadwal pelaksanaan penelitian Sketsa Desa Pangkal Jaya Hasil uji reliabilitas dan uji korelasi Rank Spearman Hasil reduksi data kualitatif berdasarkan topik terkait Desa Pangkal Jaya tahun 2015 Deskripsi statistik pengeluaran pangan di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
58 59 60 61
6
Deskripsi statistik pengeluaran sandang di Desa Pangkal Jaya tahun 2015
65
7
Riwayat Hidup
66
5
62
111
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia saat ini adalah banyaknya jumlah pengangguran terbuka dalam periode beberapa tahun terakhir ini terus meningkat. Selain itu masalah yang dihadapi Indonesia adalah pendapatan perkapita yang masih rendah dibandingkan dengan negara berkembang lainnya seperti Thailand dan Malaysia. Salah satu alternatif yang mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatkan pendapatan adalah dengan mengembangkan sektor yang potensial. Salah satu sektor yang potensial tersebut adalah sektor industri. Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan nasional dalam menigkatkan pertumbuhan ekonomi telah membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut meliputi dampak pembangunan industri terhadap sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan sekitar industri. Menurut data statistik dari BPS (Biro Pusat Statistik) tahun 2013 angka produksi minyak bumi dan gas alam terus menurun dari tahun ke tahun. Demikian dengan angka produksi bahan tambang emas terus menurun dalam 5 tahun terakhir yaitu pada tahun 2009, 2010, 2011, 2012 dan 2013 produksi emas per kg berturut-turut 127.716, 106.316, 76.763, 69.291 dan 59.066. Data tersebut menujukan penurunan produksi hasil tambang yang signifikan. Oleh karena itu diperlukan adanya penanggulangan baik dalam menghadapi masalah kelangkaan minyak bumi maupun hasil tambang seperti emas. Karena diramalkan dalam beberapa tahun kedepan sumberdaya tersebut akan habis. Pengembangan industri yang berkembang pesat menjadi perhatian pemerintah. Hal ini dibuktikan sejalan dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2012 yaitu Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Peraturan ini meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan usaha pertambangan, perlu mewajibkan modal asing untuk mengalihkan sebagian sahamnya kepada Indonesia. Menurut Sulistyaningsih (2013) pembangunan industri telah memberikan pengaruh secara langsung dan tidak langsung, pengaruh langsungnya adalah berkurangnya lahan pertanian, sedangkan pengaruh tidak langsungnya adalah bergesernya mata pencaharian penduduk setempat ke bidang industri dan jasa/perdagangan. Pengaruh langsung dan tidak langsung tersebut juga ada yang positif dan negatif. Pengaruh positifnya adalah menciptakan keanekaragaman kehidupan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sedangkan pengaruh negatifnya adalah munculnya kecemburuan sosial dari pemuda setempat karena adanya persaingan dalam mendapatkan pekerjaan. Pengaruh negatif lainnya adalah berkurangnya lahan pertanian yang menyebabkan petani yang hanya memiliki sedikit lahan dan tidak memiliki keterampilan serta tingkat pendidikan yang rendah menjadi tersingkir. Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di setiap masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi didalam masyarakat akan menimbulkan ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada didalam masyarakat, sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai fungsinya bagi masyarakat
2
yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang telah mencapai peradaban tertentu, berarti telah mengalami evolusi kebudayaan yang lama dan bermakna sampai tahap tertentu yang diakui tingkat IPTEK dan unsur budaya lainnya. Dengan demikian, masyarakat tadi telah mengalami proses perubahan sosial yang berarti, sehingga taraf kehidupannya makin kompleks. Proses tersebut tidak terlepas dari berbagai perkembangan, perubahan, dan pertumbuhan yang meliputi aspek-aspek demografi, ekonomi, organisasi, politik, IPTEK dan lainnya. Minat manusia dalam berbagai barang dipengaruhi oleh gaya hidup dan barang yang mereka beli mencerminkan gaya hidup tersebut. Gaya hidup seseorang berbeda-beda antara orang yang satu dengan yang lainnya, ada orang yang cepat mengikuti perubahan gaya hidup atau trend masa kini dan ada juga orang yang tidak terlalu memperhatikan hal tersebut. Orang yang mengutamakan gaya hidup akan selalu berusaha mengikuti perkembangan produk masa kini, walaupun untuk memperolehnya harus mengeluarkan biaya yang cukup besar asalkan dapat mencerminkan gaya hidupnya. Gaya hidup konsumtif adalah gaya hidup yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, hal ini terjadi pada kehidupan masyarakat yang telah mengalami perubahan secara signifikan semenjak adanya industrialisasi. Istilah gaya hidup konsumtif diartikan sebagai aktifitas yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam merencanakan, membeli dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa, yang menjadi masalah ketika kecenderungan yang sebenarnya wajar pada masyarakat ini dilakukan secara berlebihan. Budaya konsumen atau mengkonsumsi barang dan gaya hidup masyarakat kita sudah jauh mengalami perubahan, menuju budaya dan perilaku kehidupan yang konsumtif. Perilaku dan gaya hidup konsumtif ternyata bukan hanya milik orang kaya dan orang kota, melainkan juga ditiru bahkan dilkakukan oleh kelompok kelas bawah dan masyarakat yang ada di desa. Hal ini sudah dirasakan dan membudaya di masyarakat. Desa Pangkal Jaya merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor yang memiliki luas wilayah lebih kurang 377 hektar dengan jarak 2 kilometer dari ibukota kecamatan, 45 kilometer dari ibukota kabupaten dan 187 kilometer dari ibukota propinsi. Desa Pangkal Jaya terletak di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Desa Pangkal Jaya merupakan wilayah pongkor penambangan emas sehingga banyak terdapat penambang liar (gurandil) sebagai mata pencaharian penduduk sekitar. Kegiatan dan usaha pertambangan yang terus meningkat pada dasarnya memberikan lapangan pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat pedesaan. Kondisi tersebut secara langsung akan berdampak pada kecenderungan berperilaku dan modernisasi masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, pertanyaan yang akan dibahas dalam proposal penelitian ini adalah sejauhmana dampak industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat pedesaan.
3
Masalah Penelitian Menurut Purwanto (2003), pembangunan industri di pedesaan akan membawa dampak seperti penyempitan lahan pertanian, peningkatan arus migrasi, terbukanya desa bagi kegiatan ekonomi dan munculnya peluang kerja dan berusaha di bidang non pertanian. Hal tersebut berdampak pada makin banyaknya pendatang yang bekerja di pabrik-pabrik, di kawasan industri, menyebabkan kepadatan penduduk meningkat. Lahan pertanian yang makin sempit akibat alih fungsi lahan untuk pembangunan industri dan sarana penunjangnya dipaksa untuk menampung jumah penduduk yang terus meningkat sehingga mengakibatkan merosotnya kegiatan ekonomi masyarakat yang berbasis pertanian. Oleh karena itu, menjadi penting bagi peneliti untuk menganalisis sejauh mana dampak industri pertambangan mempengaruhi respon masyarakat? Gaya hidup menurut Plummer (2003) adalah cara hidup yang diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang. Penilaian gaya hidup dapat dilakukan melalui analisa psikografik. Psikografik merupakan teknik analisis untuk mengetahui gaya hidup konsumen sehingga dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik gaya hidupnya. Gaya hidup merupakan sebuah penggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler, 2002). Menurut Susanto (2010) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya. Sumarwan (2003) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Oleh karena itu, menjadi penting bagi peneliti untuk menganalisis sejauh mana respons masyarakat mempengaruhi gaya hidup masyarakat? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian secara umum adalah untuk menganalisis pengaruh dampak industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat pedesaan dan secara khusus untuk: 1. Menganalisis sejauh mana dampak industri pertambangan mempengaruhi respons masyarakat di pedesaan. 2. Menganalisis sejauh mana respons masyarakat mempengaruhi gaya hidup masyarakat pedesaan.
4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan masalah petani dalam penerapan strategi nafkah petani, khususnya kepada : 1. Civitas Akademika untuk memperoleh pengetahuan tentang dampak industri pertambangan terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat pedesaan. Hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai hubungan dampak industri pedesaan, respons masyarakat dan gaya hidup serta menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dalam kajian ilmu pengetahuan mengenai Peti dan gaya hidup. 2. Masyarakat untuk memperoleh pengetahuan tentang dampak industri pertambangan dan perubahan gaya hidup. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat mengenai dampak indsutri pertambangan liar di daerah sekitar tempat tinggal mereka. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan masyarakat untuk lebih memahami keterlibatan dan peran mereka dalam respons masyarakat dan gaya hidup. 3. Pemerintah untuk menyusun arah kebijakan mengenai industri pertambangan terhadap masyarakat pedesaan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun dan mengambil keputusan berkaitan dengan Pertambangan Emas Tanpa Izin (Peti) agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dapat turut berkontribusi dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya komunitas gurandil.
5
PENDEKATAN TEORETIS Tinjauan Pustaka Dampak Industri Pertambangan Industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri atau industri pengolahan adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam hal ini termasuk kegiatan jasa industri dan pekerja perakitan (assembling). Dalam istilah ekonomi, industri mempunyai dua pengertian. Pertama, industri merupakan himpunan perusahaan-perusahaan sejenis, contoh industri kertas berarti himpunan perusahaan-perusahaan penghasil kertas. Kedua, industri adalah sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Yustika (2000) menyatakan bahwa pergeseran pertumbuhan sektor produksi ini secara langsung juga akan berpengaruh pada perubahan komposisi tenaga kerja yang dari semula bermata pencaharian utama pada sektor pertanian, bergeser ke sektor lain seperti pada sektor industri, serta perdagangan dan jasa. Ketika satu negara telah mencapai tahapan dimana sektor industri sebagai leading sector maka dapat dikatakan negara tersebut sudah mengalami industrialisasi (Yustika, 2000). Dapat dikatakan bahwa industrialisasi sebagai transformasi struktural dalam suatu negara. Oleh sebab itu, proses industrialisasi dapat didefenisikan sebagai proses perubahan struktur ekonomi dimana terdapat kenaikan kontribusi sektor industri dalam permintaan konsumen, PDB, ekspor dan kesempatan kerja (Chenery, 1996). Industrialisasi dalam pengertian lain adalah proses modernisasi ekonomi yang mencakup seluruk sektor ekonomi yang mempunyai kaitan satu sama lain dengan industri pengolahan. Artinya industrialisasi bertujuan meningkatkan nilai tambah seluruh sektor ekonomi dengan sektor industri pengolahan sebagai leading sector. Rahardjo (1984) menyatakan bahwa proses industrialisasi berpengaruh lebih luas lagi yaitu membawa gejala ekonomi berupa perkembangan infrastruktur dan perdagangan dengan proses kapitalisasi (akumulasi dan konsentrasi modal), persaingan ekonomi, gejala sosial berupa demokratisasi dan pertentangan kelas, serta gejala budaya berupa timbulnya gaya hidup yang produktif dan konsumtif, persepsi yang rasional, antisipatif dan pragmatis. Akibatnya hubungan antar manusia (human relations) menjadi berubah, demikian juga struktur sosial masyarakat di sekitarnya. Industrialisasi yang semula sebagai sebuah sistem yang diterapkan dalam usaha-usaha produksi pabrik, kemudian mempengaruhi komunitas (masyarakat) secara keseluruhan. Adanya industri yang sering kali diikuti oleh masuknya para pendatang baru di desa sebagai tenaga kerja berdampak pada perubahan pemilikan dan pemanfaatan tanah. Terjadi jual-beli tanah pekarangan maupun tanah sawah sebagai upaya untuk mendukung kegiatan perindustrian.
6
Menurut Purwanto (2003), pembangunan industri di pedesaan akan membawa dampak seperti penyempitan lahan pertanian, peningkatan arus migrasi, terbukanya desa bagi kegiatan ekonomi dan munculnya peluang kerja dan berusaha di bidang non pertanian. Hal tersebut berdampak pada makin banyaknya pendatang yang bekerja di pabrik-pabrik, di kawasan industri, menyebabkan kepadatan penduduk meningkat. Lahan pertanian yang makin sempit akibat alih fungsi lahan untuk pembangunan industri dan sarana penunjangnya dipaksa untuk menampung jumah penduduk yang terus meningkat sehingga mengakibatkan merosotnya kegiatan ekonomi masyarakat yang berbasis pertanian. Namun di sisi lain, hal yang juga tak bisa dipungkiri, masuknya industri ini juga membuka peluang bagi peningkatan ekonomi masyarakat. Tabel 1 Perbandingan konsep indikator industrialisasi Chenery (1996) Rahardjo (1984) Purwanto (2003) Kenaikan Permintaan Terbukanya Kegiatan Ekspor Ekonomi Kenaikan Kesempatan Perkembangan Muncul Peluang Kerja Kerja Perdagangan Bidang Non Pertanian Perkembangan Penyempitan Lahan Infrastruktur Pertanian Pertentangan Kelas Gaya Hidup Konsumtif Peningkatan Arus Migrasi Respons Masyarakat Purwanto (2003) memaparkan jika kehadiran industri di suatu wilayah pasti akan menimbulkan reaksi dari masyarakat sebagai bentuk responnya. Berbagai perubahan yang terjadi akibat respons terhadap pembangunan industri dan dampak yang menyertainya akan beragam tergantung pada definisi subyektif yang dipengaruhi kepentingan pribadi dan nilai sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Proses merespons terlebih dulu diawali dengan interpretasi masyarakat. Dalam hal ini bagaimana interpretasi masyarakat atas industri yang ada di lingkungannya. Di dalam proses pendifinisian gejala pembangunan industri tersebut terlibat pula kepentingan pribadi dan nilai-nilai sosial yang dianut masing-masing warga tersebut. Dalam penelitian Sulasmono (1994) dilihat jika respon kaitannya dengan definisi subyektif seseorang hanyalah kepentingan ekonomi dan kepentingan politik. Kelas atas masyarakat cenderung lebih siap untuk merespon peluang-peluang usaha yang muncul. Faktor pengalaman (sudah menekuni dunia usaha) dan ketersediaan modal yang umumnya dimiliki kelas atas membuat mereka lebih siap menangkap peluang. Kehadiran industri besar semakin memperbesar peluang warga kelas atas untuk mengakumulasi kekayaan lewat dunia usaha. Kelas bawah masyarakat tidak siap memanfaatkan peluang usaha yang ada karena tiadanya modal (dahulukan selamat, takut mengambil resiko). Purwanto (2003) menyatakan bahwa berbagai perubahan yang terjadi akibat masuknya industri ini menjadi faktor pendorong (stimulus) bagi masyarakat petani untuk melakukan perubahan atau penyesuaian dalam aktivitas ekonomi keluarganya. Adapun menurut Sulasmono (1994) bahwa faktor status
7
politik berpengaruh pada kemampuan warga masyarakat untuk merespons peluang-peluang yang bersifat terbatas. Pemanfaatan peluang terbatas (seperti menjadi pegawai kantor dan Satkam pabrik, atau memasok makanan pekerja pabrik dan memperdagangkan limbah padat industri) memerlukan koneksi dengan pihak pabrik. Oleh karena itu elit formal lebih mampu merespons peluangpeluang yang bersifat terbatas tersebut. Bentuk responnya seperti antara lain menyediakan tempat pemondokan, transportasi ojek atau mendirikan toko dan warung untuk memenuhi kebutuhan para pekerja pabrik. Latar belakang keagamaan juga mempengaruhi respon masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung dan menginternal dalam masyarakat dapat mendorong masyarakat untuk menutup diri atau juga bahkan terbuka karena memang diperbolehkan oleh agama. Terkait ini menarik untuk melihat hasil penelitian Sulasmono (1994) mengungkapkan bahwa tidak terdapat petunjuk bahwa agama berpengaruh terhadap bentuk-bentuk respons masyarakat terhadap pembangunan industri besar dan akibat-akibat iringannya. Sikap menutup diri warga Abangan terhadap kaum pendatang, bukan dipengaruhi oleh status mereka sebagai orang Abangan, tetapi lebih berkaitan dengan status mereka sebagai bekas anggota partai terlarang. Tabel 2 Perbandingan Konsep Indikator Respon Masyarakat Terhadap Industrialisasi Purwanto (2003) jual beli lahan tingkat pendidikan meningkat tingkat pendapatan meningkat
Sulasmono (1994) Pemanfaatan peluang terbatas peluang-peluang usaha yang muncul
Gaya Hidup Gaya hidup menurut Winata (2006) didefinisikan secara luas bagaimana orang-orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas-aktivitas), apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka (opini-opini). Gaya hidup dapat dipandang sebagai pola unik dari hidup seseorang dimana mempengaruhi dan direfleksikan dengan perilakunya. Jadi, gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup mencakup lebih dari sekedar kelas sosial dan kepribadian seseorang, akan tetapi hal itu menyangkut keseluruhan bentuk tindakan dan interaksi sepenuhnya. Penelitian gaya hidup dengan menggunakan variabel-variabel AIO (activities, interests and opinions) telah digunakan sejak tahun 1970 oleh para peneliti. Gaya hidup adalah konsep yang lebih baru dan lebih mudah terukur dibandingkan dibandingkan dengan kepribadian. Gaya hidup menurut (Engel, Blackwell dan Miniard, 1995) didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup dan menggunakan uang dan waktunya (pattern in which people live and spend time and money). Psikografik merupakan konsep yang terkait dengan gaya hidup. Psikografik adalah suatu instrumen untuk mengukur gaya hidup, yang memberikan pengukuran kuantitatif dan bisa dipakai untuk menganalisis data yang sangat besar. Psikografik analisis biasanya dipakai untuk melihat segmen
8
pasar. Psikografik adalah pengukuran kuantitatif gaya hidup, kepribadian dan demografik konsumen. Psikografik sering diartikan sebagai pengukuran AIO (activity, Interest, Opinion), yaitu pengukuran kegiatan, minat, dan pendapat konsumen. Pendekatan psikografik sering dipakai produsen dalam mempromosikan produknya (Sumarwan, 2003). Untuk memahami bagaimana gaya hidup, sekelompok masyarakat diperlukan program atau instrumen untuk mengukur gaya hidup yang berkembang, sebagaimana yang ditulis oleh Haryanto (2005) dalam penelitiannya bahwa di dalam kajian literatur mengindikasikan tiga pendekatan untuk mengeksplorasi profil gaya hidup yaitu Pendekatan analitis dan sintesis, Pendekatan Value and Lifestyle (VALS), dan Pendekatan Activities, Interests, and Opinions (AIO). Pendekatan analitis dan sintesis menjelaskan lima dimensi untuk mengungkap gaya hidup, yaitu Morfologi, Hubungan sosial, Domain, Makna, dan Style. Penelitian Walker dan Li (2006) menemukan bahwa gaya hidup pada masing-masing kelas yaitu kelas satu berorientasi pada sub-urban, gaya hidup auto-oriented dengan tempat tinggal yang lebih besar, parkir offstreet, banyak rumah single, dan waktu perjalanan ke tempat kerja lebih pendek, kualitas sekolah yang bagus, tempat belanja menengah atas (toko khusus dan lapangan). Christensen (2009) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan variabel karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda antara organisme, situasi atau lingkungan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Activities, Interests, and Opinions (AIO). Gaya hidup merupakan sebuah penggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler, 2002). Menurut Susanto (2010) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya. Plummer (2003) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Gaya hidup adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta. Gaya hidup merupakan ciri sebuah negara modern, atau yang biasa disebut dengan modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakan sendiri atau orang lain. Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam interaksi sehari hari kita bisa menerapkan suatu gagasan tentang gaya hidup tanpa perlu menjelaskan apa yang dimaksud. Oleh sebab itu gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari hari dunia modern dan gaya hidup berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang tidak hidup dalam masyarakat modern. Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup
9
dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen. Perubahan sosial, baik pada fungsi maupun struktur sosial yang di dukung oleh nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan adalah terjadi sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas. Nilai dan norma-norma kebudayaan itu tidak mudah diubah begitu saja, karena diintroyeksikan dalam jiwa dan keyakinan para anggota masyarakat seperti halnya terjadi dalam proses sosialisasi. Dalam rangka menguraikan dan membahas suatu gejala kehidupan manusia yang disebut perubahan sosial, akan dapat bermanfaat bila berasumsi bahwa perubahan adalah normal, wajar, pada dasarnya tidak mengandung trauma, terdapat pula perubahan yang beraneka ragam, dan terbuka bagi setiap masyarakat. Tabel 3 Perbandingan konsep indikator gaya hidup Walker (2006) Aktivitas: - Bekerja - Kegiatan Sosial - Komunitas - Liburan - Hiburan
Susanto (2010) Aktivitas: - Bekerja - Kegiatan Sosial - Komunitas - Liburan - Hiburan - Olahraga - Belanja
Minat: - Media informasi - Keluarga - Rumah - Pekerjaan - Rekreasi
Minat: - Media informasi - Keluarga - Rumah - Pekerjaan - Rekreasi - Gaya - Makanan - Pencapaian
Opini: - Masa Depan - Diri Sendiri - Pendidikan - Budaya - Karakteristik Bangunan - Desain - Ekonomi - Lokasi
Pendapat: - Masa Depan - Diri Sendiri - Pendidikan - Budaya - Karakteristik Bangunan - Desain - Ekonomi - Lokasi - Produk
Kottler (2002)
Aktivitas: - Pekerjaan - Hobi - Kegiatan Sosial - Liburan - Hiburan - Keanggotaan Klub - Komunitas -Belanja - Olahraga Minat: - Keluarga - Rumah - Pekerjaan - Komunitas - Rekreasi - Fashion - Makanan - Media - Pencapaian Opini : - Terhadap Diri Sendiri - Isu-isu Sosial - Politik - Bisnis - Ekonomi - Pendidikan - Produk-produk - Masa Depan - Kebudayaan
10
Kerangka Pemikiran Tujuan dari penelitian ini salah satunya adalah mengetahui adanya hubungan antara dampak industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat pedesaan. Berdasarkan kerangka analisis adanya kebijakan pertambangan dapat mempengaruhi berkembangnya sektor industri pertambangan. Pembangunan industri pedesaan yang demikian tentu akan menimbulkan dampak pada daerah dimana industri tersebut berada. Namun yang jelas kehadiran industri tersebut menimbulkan kesempatan semakin terbukanya untuk bekerja di luar bidang pertanian, yang sebelumnya merupakan bidang pekerjaan yang dominan. Dari dampak tersebut menimbulkan respon dari masyarakat. Kehadiran industri tidak dapat dipungkiri menarik arus migrasi penduduk untuk bekerja sebagai gurandil. Masyarakat desa yang sudah banyak bekerja sebagai gurandil dan juga ditambah lahan pertanian yang sudah menurun karena tersingkir oleh pabrik industri menimbulkan kesempatan kerja di bidang pertanian menjadi semakin rendah. Maka terjadilah perubahan pemilikan tanah yang diperoleh dari para petani maupun penduduk asli pemilik lahan tersebut. Demikian respon lain masyarakat dengan bertambahnya mata pencaharian baru didesanya. Kehadiran industri berakibat pada perubahan sosial ekonomi yang meliputi kegiatan ekonomi, psikis dan relasi sosial. Perubahan pada pemilikan dan pemanfaatan lahan berimbas juga pada perubahan profesi, perubahan pendapatan dan pengeluaran. Perubahan ini menyebabkan pula pada perubahan pendapatan. Dengan hadirnya industri ini ternyata mempunyai pengaruh terhadap kondisi psikologis masyarakat. Begitupula dengan modernisasi yang terjadi akan sangat berdampak pada gaya hidup yang berbeda dengan sebelumnya. Gaya hidup yang diukur dari minat, aktivitas, dan pendapat seseorang dapat diukur apakah gaya hidup masyarakat tersebut tinggi atau rendah. Respons masyarakat dengan adanya jual beli lahan, tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran dan tingkat pendapatan yang meningkat juga sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat pedesaan. X1. Dampak Industri Pertambangan: X1.1 Tingkat Kesempatan Kerja X1.2 Tingkat Migrasi
Kebijakan Industri Pertambangan
X2. Respons Masyarakat: X2.1 Tingkat Jual Lahan X2.2Tingkat Beli Lahan X2.3 Tingkat Pendidikan X2.4 Tingkat Pendapatan X2.5 Tingkat Pengeluaran
Keterangan: : Hubungan (kuantitatif) : Hubungan (kualitatif) Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Y. Gaya Hidup: Y1. Tingkat Aktivitas Y2. Tingkat Minat Y3. Tingkat Opini
11
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan diatas, maka hipotesis penelitian yang didapatkan adalah sebagai berikut: 1. H0: Tidak terdapat hubungan antara dampak industri pertambangan dengan respon masyarakat pedesaan H1: Terdapat hubungan antara dampak industri pertambangan dengan respon masyarakat pedesaan 2. H0: Tidak terdapat hubungan antara respons masyarakat dengan gaya hidup masyarakat pedesaan H1: Terdapat hubungan antara respons masyarakat dengan gaya hidup masyarakat pedesaan
Definisi Operasional Dampak Industri Pertambangan Rahardjo (1984) menyatakan bahwa proses industrialisasi berpengaruh lebih luas lagi yaitu membawa gejala ekonomi berupa perkembangan infrastruktur dan perdagangan dengan proses kapitalisasi (akumulasi dan konsentrasi modal), persaingan ekonomi, gejala sosial berupa demokratisasi dan pertentangan kelas, serta gejala budaya berupa timbulnya gaya hidup yang produktif dan konsumtif, persepsi yang rasional, antisipatif dan pragmatis. Akibatnya hubungan antar manusia (human relations) menjadi berubah, demikian juga struktur sosial masyarakat di sekitarnya. Tabel 4 Definisi operasional dampak industri pertambangan No Variabel Definisi Indikator Operasional 1 Tingkat Pekerjaan utama 1: PNS POLRI Kesempatan dalam perolehan 2: Swasta Kerja pendapatan utama 3:Pedagang dalam KK 4: Buruh 5: Petani 6: Wiraswasta 7: Ternak 2
Tingkat Migrasi
Migrasi adalah proses perpindahan penduduk atau gerak penduduk dari luar desa ke desa peneliti yang dinyatakan dalam jiwa
Jenis Data Ordinal
8:Tidak Bekerja X ≤ ½ SD : Ordinal rendah ½ SD < X < ½ SD : sedang X ≥ ½ SD : tinggi Hasil Lapangan: Rendah: migrasi ≤ 1.319
Sumber Rujukan Kariyasa, Siregar, Suradisa stra, dan Yusdja
BPS (2005)
12
Sedang: 1.319 < migrasi < 1.821 Tinggi: migrasi ≥ 1.821 Respons Masyarakat Purwanto (2003) memaparkan jika kehadiran industri di suatu wilayah pasti akan menimbulkan reaksi dari masyarakat sebagai bentuk responnya. Berbagai perubahan yang terjadi akibat respons terhadap pembangunan industri dan dampak yang menyertainya akan beragam tergantung pada definisi subyektif yang dipengaruhi kepentingan pribadi dan nilai sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Tabel 5 Definisi operasional respons masyarakat No Variabel Definisi Operasional Indikator 1
Tingkat Lahan
Jual Jual beli lahan adalah luas lahan yang dijual atau dibeli oleh rumah tangga, diukur dengan meter persegi (m2)
2
Tingkat Pendapatan
Rata-rata hasil (X) kerja berupa uang yang diperoleh tiap individu per bulan, tingkat pendapatan diukur berdasarkan rataan pendapatan rumah tangga responden
Jenis Data X ≤ ½ SD : Ordinal rendah ½ SD < X < ½ SD : sedang X ≥ ½ SD : tinggi Hasil lapangan: Rendah : luas tanah ≤ 35 m2 Sedang : 35 m2 < luas tanah < Rp 60 m2 Tinggi : luas tanah ≥ Rp 60 m2 X ≤ ½ SD : Ordinal rendah ½ SD < X < ½ SD : sedang X ≥ ½ SD : tinggi Hasil lapangan: Rendah : pendapatan ≤ Rp
Sumber Rujukan BPS (2005)
BPS (2005)
13
3
Tingkat Pendidikan
4
Tingkat Pengeluaran
Menurut UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Tingkat pendidikan atau sering disebut dengan jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi Rata-rata (X) konsumsi/pengeluara n untuk pemenuhan kebutuhan pangan, pendidikan dan kesehatan (nonpangan). Pengukuran tingkat pengeluaran didasarkan pada pengeluaran rumah tangga responden untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan pendidikan dan jasa (non-pangan).
1.932.174,6,Sedang : Rp 1.932.174,6,< pendapatan < Rp 4.612.968,3,Tinggi : pendapatan ≥ Rp 4.612.968,3,1.SD Ordinal 2. SMP 3. SMA 4. Kuliah 5 Pendidikan Non Formal
X ≤ ½ SD : Ordinal rendah ½ SD < X < ½ SD : sedang X ≥ ½ SD : tinggi Hasil Lapangan: Rendah : pengeluaran ≤ Rp 1.324.317,8,Sedang : Rp 1.324.317 < pengeluaran < Rp
BPS (2005)
BPS (2005)
14
6.615.339,3,Tinggi : pengeluaran ≥ Rp 6.615.339,3,Gaya Hidup Gaya hidup adalah konsep yang lebih baru dan lebih mudah terukur dibandingkan dibandingkan dengan kepribadian. Gaya hidup menurut (Engel, Blackwell dan Miniard, 2005) didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup dan menggunakan uang dan waktunya (pattern in which people live and spend time and money). Plummer (2003) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Activities, Interests, and Opinions (AIO). Tabel 6 Definisi operasional gaya hidup No Variabel Definisi Operasional 1
Kegiatan Sosial
Kegiatan seseorang dalam memanfaatkan waktunya untuk membantu orang lain
2
Liburan
3
Hiburan
4
Komunitas
5
Olahraga
Kegiatan seseorang dalam memanfaatkan waktunya untuk berekreasi Kegiatan seseorang dalam memanfaatkan waktunya untuk melepas kejenuhan Kegiatan seseorang bersama sekelompok orang dalam memanfaatkan waktunya untuk masyarakat dan lingkungan Kegiatan seseorang dalam memanfaatkan waktunya untuk berolahraga
Indikator 1.Posyandu 2.Donor Darah 3.Kerja Bakti 4.Karang Taruna 5.Pengajian 1.Tempat Rekreasi 2.Menonton bioskop 1. Televisi 2. Koran 3. Majalah 4. Radio 1.Pengajian 2.Karang Taruna 3.Posyandu
1.Bulu Tangkis 2.Basket 3.Sepak Bola
Jenis Data Ordinal
Sumber Rujukan Kottler (2002)
Ordinal
Kottler (2002)
Ordinal
Kottler (2002)
Ordinal
Kottler (2002)
Ordinal
Kottler (2002)
15
6
7
Media Komunikasi
Alat komunikasi dan teknologi yang digunakan untuk berinteraksi sosial Jenis 7 lantai Merupakan jenis bangunan lantai bangunan tempat terluas yang menjadi tinggal tempat tinggal rumah tangga.
8
Jenis 8 dinding terluas
Merupakan jenis dinding bangunan terluas yang menjadi tempat tinggal rumah tangga.
9
Aktivitas
Berbagai jenis kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memanfaatkan waktunya
10
Minat
Berbagai prioritas yang dianggap seseorang penting disekitarnya
11
Opini
Pandangan-pandangan seseorang, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitar
4.Voli 5.Lainnya 1.Handphone Ordinal Kottler 2.Radio (2002) 3.Internet 4.Telepon 1.Tanah Ordinal BPS 2.Bambu (2005) 3.Kayu murah 4.Kayu mahal 5.Keramik 1.Rumbia Ordinal BPS 2.Bambu (2005) 3.Kayu kualitas rendah 4.Tembok bata 5.Tembok beton
1. Sangat Tidak Setuju 2. Tidak Setuju 3. Setuju 4. Sangat Setuju 1. Sangat Tidak Setuju 2. Tidak Setuju 3. Setuju 4. Sangat Setuju 1. Sangat Tidak Setuju 2. Tidak Setuju 3. Setuju 4. Sangat Setuju
Ordinal
Kottler (2002)
Ordinal
Kottler (2002)
Ordinal
Kottler (2002)
16
17
PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Penelitian kuantitatif yang akan dilakukan merupakan penelitian sensus individu masyarakat. Metode kuantitatif dilakukan melalui pengisian kuesioner. Pendekatan kuantitatif ini diharapkan dapat menjawab bagaimana hubungan industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat di Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Data kualitatif dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap informan. Hasil uraian dijelaskan secara inferensial dan terfokus pada hubungan antara variabel dampak industrialisasi, respons masyarakat dan gaya hidup untuk menguji hipotesa. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Wilayah ini termasuk dalam wilayah pengembangan industri. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan karena adanya pengembangan industri di Desa Pangkal Jaya yaitu dengan adanya penambangan emas. Penelitian dilaksanakan dalam waktu tiga bulan, terhitung mulai bulan Januari 2015 sampai dengan Maret 2015. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi. Teknik Pengambilan Responden dan Informan Populasi penelitian ini adalah keseluruhan masyarakat yang bekerja sebagai penambang tanpa izin yang ada di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Berdasarkan populasi tersebut, dibentuklah kerangka sampling dari masyarakat Desa Pangkal Jaya yang terdiri dari beberapa kampung. Selanjutnya ditentukan sampel penelitian sebanyak 35 orang responden. Pengambilan sample atau responden dalam penelitian ini menggunakan teknik “simple random sampling”. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu. Pada awalnya, teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan jumlah populasi masyarakat yang ada di Desa Pangkal Jaya yang bekerja sebagai penambang liar kemudian dibentuk kerangka sampel dan diberi nomor urut pada seluruh daftar populasi yang terdapat dalam kerangka sampel tersebut dan di acak dengan menggunakan Microsoft Exel untuk memilih 35 responden. Informan adalah orang yang menceritakan tentang lingkungannya atau pihak-pihak lain. Adapun informan yang diambil adalah instansi terkait dalam penelitian ini seperti kantor Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, tokoh masyarakat seperti ketua RT, ketua RW, serta masyarakat yang memiliki pengaruh kuat di dalam desa tersebut. Informan juga dikatakan sebagai pihak yang dapat mendukung keberlangsungan informasi penelitian secara lancar.
18
Tabel 7 Pemilihan informan Kerangka Berfikir Dampak Industri Pertambangan
Respons Masyarakat
Gaya Hidup
Informan -Ketua RT/RW -Pak Usup -Gurandil -Ketua RT/RW -Pak Jaya -Gurandil -Pak Heri -Gurandil
Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengambilan data primer dan sekunder, wawancara mendalam kepada responden dan informan, melakukan pengamatan berperan serta secara langsung dilapangan dan penyebaran kuesioner. Tabel 8 Jenis dan metode pengumpulan data
No 1
Kebutuhan data
Survei (sumber data)
Sensus Gurandil yang ada ditempat
Sumber data dari sensus gurandil
Metode Data sekunder (sumber data) -
Peta desa dan data Sumber data dari monografi Desa kantor Desa Lulut Pangkal Jaya Dampak industri Sumber data dari pertambangan wawancara kepada responden menggunakan panduan kuesioner
2
3
Respons masyarakat
4
5
Sumber data dari wawancara kepada responden menggunakan panduan kuesioner Gaya hidup Sumber data dari masyarakat wawancara kepada gurandil responden menggunakan panduan kuesioner
-
-
Wawancara mendalam (sumber data) Sumber data dari wawancara mendalam kepada informan dengan panduan pertanyaan Sumber data dari wawancara mendalam kepada informan dengan panduan pertanyaan. Sumber data dari wawancara mendalam kepada informan dengan panduan pertanyaan.
19
Pengamatan dilakukan agar peneliti dapat melihat, merasakan dan memaknai pola perilaku sosial yang terjadi pada dunia tineliti sehingga sehingga memungkinkan adanya pembentukan pengetahuan secara bersama. Pengumpulan data sekunder yang dilakukan adalah dengan penyebaran kuesioner kepada responden dan mengambil data-data dari penelitian sebelumnya dan dari dokumen serta arsip dari Desa Pangkal Jaya. Setelah turun ke lapangan mengambil data, kuesioner diuji reliabilitasnya lalu hasilnya adalah cronbach alpha sebesar 0.635 atau sebesar 63,5% dari selang kepercayaan 90% yang dapat dilihat pada lampiran 5 diakhir laporan. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis yaitu data kuantitaif dan data kualitatif. Data kualitatif menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2007 dan SPSS for windows 20.0. Pembuatan tabel frekuensi, grafik, diagram, serta tabel tabulasi silang untuk melihat data awal responden untuk masing-masing variabel secara tunggal menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2007. Dalam penelitian ini, menggunakan analisis hubungan (correlation). Karena digunakan untuk menguji hubungan antara 2 variabel atau lebih, apakah kedua variabel tersebut memang mempunyai hubungan yang signifikan, bagaimana arah hubungan dan seberapa kuat hubungan tersebut. Karena data yang digunakan berupa data ordinal dan interval, maka analisis datanya juga menggunakan korelasi spearman rank, yaitu digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara dua variabel. Hasil dari pengamatan dan wawancara dilapangan dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan kutipan langsung. Data sekunder diperoleh melalui literatur yaitu buku-buku, podes, bps, profil desa, informasi tertulis, data-data dan literatur-literatur yang mendukung kebutuhan data mengenai fokus penelitian seperti profil desa, masyarakat dan tingkat taraf hidup. Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Pertama ialah proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan, penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari mereduksi data ini ialah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak perlu. Reduksi data dilakukan menurut topik kebijakan dalam kategori dampak industri, respons dan gaya hidup. Kedua ialah penyajian data yang berupa menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian katakata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan. Penyajian data berupa narasi, diagram, dan matriks. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah pada tahap reduksi. Verifikasi dilakukan dengan mendiskusikan hasil olahan data kepada responen, informan, dosen pembimbing. Seluruh hasil penelitian pada akhirnya dituliskan dalam laporan skripsi.
20
21
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografis dan Keadaan Lingkungan Desa Pangkal Jaya memiliki luas wilayah 370 Ha, yang terdiri dari Dua Dusun dengan 13 Rukun Warga (RW) dan 27 Rukun Tetangga (RT). Desa Pangkal Jaya memiliki batas wilayah administratif yaitu bebatasan sebelah utara dengan Desa Kalong Liud, sebelah timur berbatasan dengan Desa Hambaro, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bantar Karet dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Nanggung dan Parakanmuncang (dengan batas Kali Cikaniki). Desa Pangkal Jaya merupakan desa yang berada di daerah Perbukitan, dengan ketinggian antara 400 - 650 m dpl (diatas permukaan laut). Sebagian besar wilayah Desa Pangkal Jaya adalah Bukit Dengan kemiringan antara 15 0 - 200 di sebelah timur dibatasi oleh perbukitan “Sibentang” yang sekaligus menjadi batas dengan Desa Hambaro, dan disebelah selatan berbatasan dengan Desa Bantar karet. Aspek Hidrologi suatu wilayah desa sangat diperlukan dalam pengendalian dan pengaturan tata air wilayah desa. Berdasarkan hidrologinya, aliran-aliran sungai di wilayah Desa Pangkal Jaya membentuk pola daerah aliran sungai, yaitu linear tercatat beberapa sungai maupun solokan baik skala kecil, sedang, dan besar. Disamping itu ada pula beberapa mata air yang bisa digunakan sebagai sumber mata air bersih, maupun sumber air untuk pertanian. Mata air utama yang menghidupi masyarakat Desa Pangkal Jaya adalah diantaranyam mata air Ciketug, mata air Cisawer, mata air Ciparanje dan mata air Citundun. Pada umumnya lahan yang terdapat di Desa Pangkal Jaya Digunakan secara produktif, dan hanya sedikit saja yang tidak dipergunakan. Hal ini menunjukan bahwa kawasan Desa Pangkal Jaya memiliki sumber daya alam yang memadai dan siap untuk diolah. Luas lahan berupa sawah teknis seluas 10 ha, semi teknis 10 ha, tadah hujan 370 ha, dan yang lainnya berupa pekarangan 160 ha, hutan rakyat 80 ha, hutan negara 0 ha, dan lain – lain 40 ha. Untuk lebih jelasnya mengenai luas tanah danpenggunaannya dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini. Tabel 9 Luas lahan menurut jenis penggunaan di desa Pangkal Jaya Jenis Penggunaan Sawah Teknis Sawah Tadah Hujan Pekarangan Pemukiman Hutan Rakyat Lain-lain Jumlah
Jumlah 10 150 80 90 40 370
Persentase (%) 2.70 40.54 21.60 24.32 10.81 100,00
Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya Panjang jalan di Desa Pangkal Jaya Pada tahun 2010 sepanjang 6,71 Km (6.710 meter), yang terdiri atas jalan PT. Antam Pongkor 1,8 Km, serta jalan Desa sepanjang 4,91 Km. Mulai Tahun 1995, di Desa Pangkal Jaya mulai di lintasi oleh trayek angkutan umum yaitu Trayek Leuwiliang - Nunggul, sehingga amat membantu bagi transportasi masal penduduk. Namun demikian angkutan ojeg masih terdapat di beberapa tempat sebagai alat transportasi penduduk yang sulit
22
dicapai kendaraan roda empat. Hal ini bisa terlihat banyaknya jumlah pengemudi ojeg di Desa Pangkal Jaya yaitu sebanyak 12 orang. Kondisi Demografi dan Sosial Budaya (1) Kependudukan Penduduk Desa Pangkal Jaya berdasarkan data terakhir hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 tercatat sebanyak 6520 Jiwa, Tahun 2009 sebanyak 6470 Jiwa, Tahun 2008 sebanyak 6348 Jiwa, Tahun 2007 sebanyak 6264 Jiwa, mengalami kenaikan setiap tahunnya rata-rata sebesar 0, 76 – 1,8% yang dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 10 Jumlah penduduk desa Pangkal Jaya No 1 2 3
Tahun 2013 2012 2011
Jumlah 6.520 6.470 6.348
Laju Pertumbuhan (%) 0,76 % 1,88 % 1,3 %
Sumber: Profil Pangkal Jaya Jumlah Penduduk hasil sensus tahun 2011 menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki berjumlah 3474 dan jenis kelamin perempuan berjumlah 3126 jiwa yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Dapat dilihat bahwa persentase jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki sebesar (52,71%) lebih besar dibandingkan persentase jumlah penduduk jenis kelamin perempuan yaitu sebesar (47,29%). Tabel 11 Jumlah penduduk hasil sensus No Jenis Kelamin 1 Laki-Laki 2 Perempuan Jumlah
Jumlah 3.474 3.126 6.590
Persentase (%) 52,71 47,29 100,00
Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya Sebaran usia penduduk di Desa Pangkal Jaya menurut sensus tahun 2011 rata-rata berusia 18-40. Jumlah sebaran usia penduduk dengan usia produktif dan non produktif dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Penduduk usia 0-1 tahun berjumlah 104 jiwa, penduduk usia 2-7 tahun berjumlah 756 jiwa, penduduk usia 8-13 tahun berjumlah 864 jiwa, penduduk usia 14-17 tahun berjumlah 544 jiwa, penduduk usia 18-40 tahun berjumlah 2848 jiwa dan penduduk usia lebih dari 40 tahun berjumlah 1474 jiwa. Dapat dilihat bahwa terdapat lebih banyak penduduk usia produktif dibandingkan usia non produktif.
23
Tabel 12 Usia penduduk hasil sensus No 1 2 3 4 5 6 Jumlah
Jenis Usia Bayi (0-1 Tahun) Usia Anak-anak 2-7 Tahun Usia SD 8-13 Tahun Usia Remaja 14-17 Tahun Usia Dewasa 18-40 Tahun Usia Dewasa Akhir >40 Tahun
Jumlah 104 756 864 544 2.848 1.474 6.590
Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya Jumlah rumah tangga di Desa Pangkal Jaya Tahun 2007, sebanyak 1478 Rumah Tangga/KK, Tahun 2008, sebanyak 1502 Rumah Tangga/KK, Tahun 2009 sebanyak 1544 Rumah Tangga/KK. Proyeksi jumlah penduduk di Desa Pangkal Jaya Tahun 2011 berjumlah 6620 Jiwa, Tahun 2012 berjumlah 7012 Jiwa. Tabel 13 Jumlah rumah tangga per RW desa Pangkal Jaya No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jumlah
RW RW.01 RW.02 RW.03 RW.04 RW.05 RW.06 RW.07 RW.08 RW.09 RW.10 RW.11
Jumlah Rumah Tangga 110 162 156 101 98 128 236 178 154 105 156 1.584
Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya (2) Ketenagakerjaan Berkaitan dengan perkembangan situasi dan kondisi ketenaga kerjaan di Desa Pangkal Jaya sampai akhir Tahun 2011, masih menunjukan keadaan kondusif, walaupun di pihak lain masih di hadapkan pada keterbatasan lapangan kerja dan jumlah pencari kerja yang cukup banyak. Keadaan ini semakin sulit di kendalikan sebagai akibat krisis ekonomi dan kenaikan harga BBM. Banyaknya pencari kerja di Desa Pangkal Jaya adalah sebagai akibat penambahan tenaga kerja baru dan pemutusan hubungan kerja (PHK). Kondisi ini terus berlangsung di berbagai lapisan dan tingkatan sektor-sektor usaha startegis yang banyak menyerap tenaga kerja. Keadaan seperti ini memberikan kontribusi sangat besar terhadap jumlah pencari kerja yang tidak terproyeksikan sebelumnya. Jumlah angkatan kerja pada tahun 2011 sebanyak 74 Orang. Jumlah pencari kerja yang dapat di salurkan dan di tempatkan di perusahaan-perusahaan maupun jenis pekerjaan lainnya sebanyak 52 Orang, sedangkan sisanya sebesar 22 Orang belum mendapat pekerjaan. Untuk tahun 2011 jumlah pencari kerja lakilaki sebesar 48 Orang, sedangkan perempuan sebanyak 36 Orang, sedangkan
24
pencari kerja perempuan yang dapat di tempatkan lebih besar dari pada laki-laki yaitu 28 orang dan laki-laki sebesar 22 orang. (3) Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu modal dasar perbangunan. Sehingga pendidikan adalah sebuah Investasi (modal) di masa yang akan datang. Di Desa Pangkal Jaya Tahun 2011-2013, jumlah guru dan murid tiap tahunnya mengalami peningkatan. Guru pada Tahun 2010 berjumlah = 38 Orang, dengan jumlah murid PAUD sebanyak 202 Orang, SD sebanyak 1.232 Orang, SLTP sebanyak = 182 Orang, SLTA sebanyak = 129 Orang. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada table di bawah ini. Tabel 14 Data pendidik atau sekolah formal dan non formal No 1 2
Uraian Guru Murid
PAUD 16 202
SD 19 1.232
SLTP 3 182
SLTA 129
Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya Jumlah sarana prasarana sekolah, maupun jenjang terus di upayakan kuantitas maupun kualitasnya, baik itu negeri maupun swasta, dari mulai TK/PAUD/RA sampai dengan SLTA. Rekapitulasi tingkat pendidikan penduduk Desa Pangkal Jaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 15 Tingkat pendidikan penduduk No 1 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah
Tingkat Pendidikan Penduduk Tidak tamat SD TamatSD Tamat SLTP Tamat SLTA D1 D2 D3 S1
Jumlah 446 2.562 867 328 0 84 0 24 4.311
Persentase (%) 10,34 59,42 20,11 7,60 0,00 1,9 0,00 0,55 100,00
Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya Kondisi Sarana dan Prasarana Pada umumnya jenis sarana sosial ekonomi masyarakat Desa Pangkal Jaya berupa usaha perdagangan, terutama warung kebutuhan rumah tangga sehari-hari yang berskala kecil. Di samping itu pula sarana ekonomi yang menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat Desa Pangkal Jaya adalah perusahaan-perusahaan yang ada di sekitar Kecamatan Nanggung, transportasi ojeg, dan sarana lahan pertanian dan perkebunan dengan skala kecil pula. Hal yang menjadikan Desa Pangkal Jaya Maupun Desa –desa yang ada di Kecamatan Nanggung menjadi beda dengan Desa dan Kecamatan lain di Kabupaten Bogor. Adapun jumlah sarana prasarana pendidikan di Desa Pangkal Jaya terdiri dari jenjang TK s.d
25
SLTP, baik formal maupun non formal. Nama dan Jumlah sarana Pendidikan ada di Desa Pangkal Jaya dapat di lihat pada tabel 20 di bawah ini. Tabel 16 Data sarana dan prasarana pendidikan No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Sekolah
Jenjang
Status
PAUD Kakatua PAUD Darussa’adah PAUD Al-Muhimmah SDN Pangkal Jaya SDN Ciketug SDN Wates SDN Tapos MTsS Al- Madaniyah
PAUD PAUD PUD SD SD SD SD SLTP
Swasta Swasta Swasta Negeri Negeri Negeri Negeri Swasta
Lokasi Kp. Pangaduan Kuda Kp. Ciketug Kp. Tapos Kp. Parengpeng Kp. Pangkalan Kp. Pangaduan Kuda Kp. Tapos Kp. Pangaduan Kuda
Jumlah Murid 82 64 56 286 254 267 225 56
Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya Struktur Sosial dan Kebudayaan Kebudayaan yang ada di desa Pangkal Jaya Merupakan modal dasar pembangunan yang melandasi pembangunan yang akan di laksanakan, warisan budaya yang bernilai luhur merupakan dasar dalam rangka pengembangan pariwisata yang di jiwai oleh mayoritas Keluhuran Nilai Agama Islam. Salah satu aspek yang di tangani dan terus di lestarikan secara berelanjutan adalah pembinaan berbagai aspek kelompok kesenian. Pemerintahan terus membina kelompok dan organisasi kesenian yang ada, walaupun dengan keterbatasan dana yang di alokasikan, namun semangat para pewaris kebudayaan di Desa Pangkal Jaya terus berusaha menjaga, merawat serta memeliharanya agar budaya dan kelompok kesenian tersebut terus terpelihara. Beberapa kelompok kesenian yang ada di Desa Pangkal Jaya yang masih eksis dan terawat walaupun kondisinya sangat memprihatinkan di antaranya dapat di lihat pada tabel di bawah ini. Tabel 17 Data kelompok budaya dan kesenian No 1 2
Jenis kelompok Budaya dan Kesenian Degung Qasidah
Jumlah
Keterangan
1 5
Pasif Aktif
Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya Di bidang pariwisata, Desa Pangkal Jaya Terus berupaya memelihara satusatunya lokasi Wisata Alam yng bernama Situ Saat, lokasi ini dari zaman sebelum kemerdekaan sampai dengan sekarang masih sering di kunjungi terutama oleh warga sekitar, terutama sering di pergunakan menjadi kawasan Pemancingan. Namun dengan demikian lokasi Wisata Ala mini belum tergali dan terpelihara secara optimal, mengingat dana yang amat terbatas, sehingga hanya memanfaatkan lokasi yang seadanya. Padahal jika saja lokasi ini di kelola dengan baik, niscaya akan menjadi lokasi wisata yang bakal menjanjikan, dan yang paling cocok lokasi ini di peruntukan misalnya bagi wisata Camping Ground, Wisata Air, Wisata Olahraga, maupun yang lainnya. Dalam kepemimpinan Kepala Desa terpilih pada periode ini (periode 2011 -2016), pembangunan lokasi Wisata Situ
26
Saat menjadi skala prioritas program kegiatan kepemimpinannya. Di samping itu pula masih banyak budaya-budaya yang ada di Desa Pangkal Jaya yang dulu sempat ada dan sekarang menjadi tenggelam, dan hal ini perlu di kembalikan pada beberapa tahun mendatang, sehingga anak cucu di desa Pangkal Jaya akan teringat kembali akan semua peninggalan budaya nenek moyangnya, yang mana kondisi akhir-akhir ini (anak generasi / kelahiran 70’an sampai dengan sekarang) sudah banyak kehilangan dan sudah tidak mengenal lagi budaya karuhun. Selain itu, agama yang dipeluk oleh mayoritas masyarakat Desa Lulut adalah agama Islam. Menurut Sjaf (2012), hal ini menyebabkan tokoh agama menjadi salah satu pemimpin informal yang disegani dan dijadikan ujung tombak dalam menyelesaikan masalah dan persoalan yang dihadapi oleh warga Desa Lulut. Adanya mayoritas penduduk yang memeluk agama Islam ini mempengaruhi ketersediaan sarana dan prasarana peribadatan seperti masjid atau mushollah dan sanggar. Selain digunakan untuk ibadah sholat, masjid atau mushollah di Desa Lulut banyak digunakan untuk pengajian ibu-ibu (majlis ta’lim), pengajian warga (umum), dan pengajian TPA (Tempat Pendidikan AlQuran). Sementara itu, sanggar hanya digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang dalam lingkup keluarga atau kerabat terdekat saja. Sarana tempat peribadatan dapat dilihat pada tabel 22. Tabel 18 Tabel tempat peribadatan No 1 2 3
Jenis Masjid Mushola Madrasah
Jumlah 12 9 6
Sumber: Profil Desa Pangkal Jaya Pola Adaptasi Ekologis Adanya Pertambangan Emas Tanpa Izin (Peti) yang menyebabkan terbentuknya komunitas gurandil membawa perubahan pada kondisi ekologi desa tersebut. Perubahan yang terjadi yaitu pengalihfungsian lahan pertanian menjadi lahan tambang dan lahan non-pertanian lainnya. Berkurangnya lahan pertanian, baik lahan sawah maupun lahan non-sawah (kebun), menyebabkan masyarakat Desa Pangkal Jaya beralih mata pencaharian dari yang awalnya mayoritas masyarakat bekerja pada sektor pertanian kini beralih pada sektor industri dan jasa, sehingga kini hanya sebagian kecil saja yang masih bekerja di sektor pertanian.
27
DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN Tingkat Kesempatan Kerja Kehadiran industri menyebabkan berbagai perubahan-perubahan di bidang sosial dan ekonomi masyarakat. Pada penelitian ini perubahan yang dimaksud adalah kesempatan kerja sebagai buruh meningkat. Adanya industri di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor secara nyata telah membuka kesempatan kerja di bidang non pertanian, dalam hal ini khususnya bekerja di industri sebagai buruh atau yang biasa disebut gurandil. Menurut penuturan salah satu warga yang merupakan tokoh masyarakat, “Dampak industri bagi masyarakat, karena dengan adanya pongkor menjadikan masyarakat desa Pangkal Jaya menjadi masyarakat yang awalnya produktif menjadi konsumtif, yang awalnya masyarakat itu tradisional menjadi masyarakat modern. Wujud realnya adalah para orang tua mulai menghiasi dirinya dengan perhiasan, emas-emas dan barang-barang mahal yang biasanya dipakai untuk kegiatan, dari kalangan bapak-bapak mulai membeli apa yang mereka inginkan, dari kalangan remaja mulai bergaya layaknya pemuda metropolis. Akibatnya persaingan hidup mulai timbul, seperti : perselingkuhan, pergaulan bebas, dan meningkatnya angka kriminalitas, perubahan ini terjadi secara langsung dikarenakan adanya pekerjaan menjadi gurandil mempunyai peran yang sangat penting dalam mendesain perubahan dalam masyarakat”
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa dalam komunitas gurandil di Desa Pangkal Jaya terdapat tingkatan strata dalam penggolongan anggota komunitas gurandil. Strata tersebut adalah gurandil yang memiliki lobang memiliki strata tertinggi, gurandil yang memiliki gelondongan (pengolahan lumpur menjadi emas) memiliki starta sedang dan gurandil jitrek (g track) yang bertugas menjadi kuli menggali lobang dan kuli panggul hasil penggalian. Oleh karena itu penjelasan deskriptif dalam penelitian ini akan disajikan berdasarkan ketiga strata dalam gurandil di Desa Pangkal Jaya. Menurut penuturan informan bahwa dampak industri pertambangan sangat mempengaruhi perubahan mata pencaharian warga Desa Pangkal Jaya sehingga masyarakat dapat meningkatkan perekonomian keluarganya. Responden penelitian diteliti menggunakan sensus gurandil di lokasi Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. Sensus dalam penelitian ini menghasilkan responden yang berjumlah 35 orang warga yang pernah bekerja sebagai gurandil dengan jenis kelamin laki-laki. Terdapat sekitar 91.4% masyarakat desa pangkal jaya pekerjaan utamanya adalah gurandil.
28
Tabel 19 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Jenis Pekerjaan G. Lobang Swasta Pedagang Buruh Petani Wiraswasta Tidak Bekerja G. Gelondongan Swasta Pedagang Buruh Petani Wiraswasta Tidak Bekerja G. Track Swasta Pedagang Buruh Petani Wiraswasta Tidak Bekerja Total
Sebelum Industri Jumlah (%)
Sesudah Industri Jumlah (%)
Perubahan Jumlah (%)
0 0 0 0 2 0
0,0 0,0 0,0 0,0 5,7 0,0
0 0 2 0 0 0
0,0 0,0 5,7 0,0 0,0 0,0
0 0 -2 0 -2 0
0,0 0,0 -200 0,0 -200 0,0
3 11 4 2 1 7
8,6 31,9 11,4 5,7 2,9 20,3
0 0 28 3 0 0
0,0 0,0 81,2 8,6 0,0 0,0
-3 -11 22 1 -1 -7
-100 -110 433 50 -100 -700
0 0 2 0 0 3 35
0,0 0,0 5,7 0,0 0,0 8,6 100,0
0 0 5 0 0 0 35
0,0 0,0 14,5 0,0 0,0 0,0 100,0
0 0 3 0 0 -3 35
0,0 0,0 300 0,0 0,0 -300 73
Hasil penelitian menunjukkan frekuensi jenis pekerjaan responden sebelum dan sesudah adanya industri pertambangan. Sebesar (8.6%) sebelum adanya industri responden bekerja dibidang swasta, (28.6%) sebelum adanya industri responden bekerja sebagai pedagang, (17.1%) sebelum adanya industri responden bekerja sebagai buruh, (5.7%) sebelum adanya industri responden bekerja sebagai petani, (8.6%) sebelum adanya industri responden bekerja sebagai wiraswasta dan (31,4%) sebelum adanya industri responden tidak bekerja. Sedangkan perubahan yang signifikan terjadi setelah adanya industri yaitu sebesar (91,4%) responden bekerja sebagai buruh dan hanya (8.6%) responden bekerja sebagai petani. Dapat dilihat bahwa responden sebelum adanya industri banyak yang tidak memiliki pekerjaan tetapi setelah adanya industri pekerjaan mereka beralih menjadi gurandil atau bekerja sebagai buruh. Tingkat Migrasi Arus migrasi masuk ke Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor tidak terhindarkan lagi semenjak adanya industri pertambangan. Para pendatang ini tersebar di tujuh kampung yang ada di Desa Pangkal Jaya. Tentu sebagian besar pendatang bertujuan untuk bekerja sebagai gurandil. Tingkat arus migrasi masuk para pendatang ini cukup tinggi sedangkan arus migrasi
29
keluarnya tidak ada karena kebanyakan pendatang menetap dan memperistri masyarakat Desa Pangkal Jaya sehingga menjadi warga disana. Tabel 20 Jumlah dan persentase responden berdasarkan migrasi masuk di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Migrasi Masuk G. Lobang Ada Tidak Ada G. Gelondongan Ada Tidak Ada G. Track Ada Tidak Ada Total
Suami Jumlah Persentase(%)
Istri Jumlah Persentase (%)
1 1
2,9 2,9
1 0
2,9 0,0
12 16
34,8 46,4
7 18
20,3 52,2
2 3 35
5,8 8,7 100,0
0 4 30
0,0 11,6 100,0
Hasil penelitian menunjukkan adanya frekuensi migrasi masuk responden baik suami maupun istri setelah adanya industri pertambangan. Sebesar (42.9%) suami adalah pendatang dan sebesar (57.1%) suami adalah masyarakat asli Desa Pangkal Jaya. Sedangkan sebesar (26.7%) istri adalah pendatang dan sebesar (73.3%) istri adalah masyarakat asli Desa Pangkal Jaya. Pada bagian jumlah migrasi masuk pada istri jumlah migrasi sebanyak 30 dikarenakan 5 dari responden penelitian ini yaitu yang berperan sebagai suami tidak memiliki istri. Sehingga dari 35 responden hanya 30 responden yang memiliki istri. Menurut pemaparan responden bahwa kebanyakan mereka datang ke Desa Pangkal Jaya pada tahun 1990an dan 2000an lalu menikahi warga setempat dan menjadi masyarakat legal Desa Pangkal Jaya. Dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil terdapat arus migrasi yang cukup tinggi tetapi tidak adanya arus migrasi keluar karena kebanyakan mereka berkeluarga dan mejadi penduduk setempat Desa Pangkal Jaya.
30
31
RESPONS MASYARAKAT Tingkat Jual Beli Lahan Kebutuhan akan lahan terutama untuk keperluan perumahan dan untuk memenuhi sarana dan prasarana lainnya termasuk lokasi produksi pertanian dan gelondongan untuk pengolahan emas. Sebagai konsekuensi masuknya industri berdampak pada perubahan pemilikan lahan. Terjadilah jual-beli lahan baik tanah pekarangan, maupun tanah sawah yang dijual oleh penduduk asli kepada pendatang baru maupun kepada tetangganya sendiri. Pembelian lahan di Desa Pangkal Jaya dari 35 responden penelitian sebanyak (60%) membeli lahan dan sebanyak (40%) tidak membeli lahan. Tabel 21 Jumlah dan persentase beli lahan di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Pembelian Lahan G. Lobang Ada Pembelian Tidak Ada Pembelian G. Gelondongan Ada Pembelian Tidak Ada Pembelian G. Track Ada Pembelian Tidak Ada Pembelian Total
Jumlah
Persentase (%)
2 0
5,7 0,0
19 9
55,1 26,1
0 5 35
0,0 14,5 100,0
Dari hasil penelitian, perolehan lahan milik responden di Desa Pangkal Jaya didapat dari warisan dan membeli dari pendatang atau tetangga. Perolehan lahan yang diperolah dari warisan adalah sebesar (52,4%) dan lahan yang diperoleh dari membeli sebesar (47,6%). Dapat dilihat bahwa dari 35 responden yang memiliki lahan adalah sebanyak 21 orang. Oleh karena itu pada tabel perolehan lahan milik responden hanya bertotal 21 orang. Dan dari 21 orang tersebut responden cenderung lebih banyak diperoleh dari warisan daripada membeli. Tabel 22 Jumlah dan persentase perolehan lahan milik responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Perolehan Lahan G. Lobang Warisan Beli G. Gelondongan Warisan Beli G. Track Warisan Beli Total
Jumlah
Persentase (%)
0 2
0,0 5,8
11 8
31,9 23,2
0 0 21
0,0 0,0 100,0
32
Dari hasil penelitian, penjual lahan milik responden di Desa Pangkal Jaya didapat dari pendatang atau tetangga. Penjual lahan yang dibeli dari tetangga adalah sebesar (70%) dan lahan yang dibeli dari pendatang sebesar (47,6%). Dapat dilihat bahwa dari 21 responden yang memiliki lahan hanya terdapat sebanyak 10 orang yang mendapatkan lahan ddengan cara membeli. Oleh karena itu pada tabel perolehan lahan milik responden hanya bertotal 10 orang. Dan dari 10 orang tersebut pembelian lahan responden cenderung lebih banyak diperoleh dari tetangga daripada pendatang. Tabel 23 Jumlah dan persentase penjual lahan milik responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Penjual Lahan G. Lobang Tetangga Pendatang G. Gelondongan Tetangga Pendatang G. Track Tetangga Pendatang Total
Jumlah
Persentase (%)
0 0
0,0 0,0
7 3
70,0 30,0
0 0 10
0,0 0,0 100,0
Dari hasil penelitian, kegunaan lahan milik responden di Desa Pangkal Jaya digunakan sebagai pertokoan, kebun dan sawah. Lahan yang digunakan sebagai pertokoan adalah sebesar (2,9%), lahan yang digunakan sebagai kebun adalah sebesar (28,6%) dan lahan yang digunakan sebagai sawah sebesar (28,6%). Dapat dilihat bahwa dari 35 responden yang memiliki lahan adalah sebanyak 21 orang. Oleh karena itu pada tabel kegunaan lahan milik responden hanya bertotal 21 orang. Dan dari 21 orang tersebut responden kegunaan lahan cenderung lebih banyak digunakan sebagai kebun dan sawah. Tabel 24 Jumlah dan persentase kegunaan lahan milik responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Kegunaan Lahan G. Lobang Pertokoan Kebun Sawah G. Gelondongan Pertokoan Kebun Sawah G. Track Pertokoan Kebun Sawah Total
Jumlah
Persentase (%)
1 1 0
2,9 2,9 29
1 10 11
2,9 29 31,9
0 0 1 35
0,0 0,0 2,9 100,0
33
Dari hasil penelitian, status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati responden di Desa Pangkal Jaya ada beberapa macam yaitu milik sendiri, bebas sewa, milik orangtua dan lainnya. Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang merupakan milik sendiri adalah sebesar (80%), status penguasaan bangunan tempat tinggal yang merupakan bebas sewa adalah sebesar (1,4%), status penguasaan bangunan tempat tinggal yang merupakan milik orangtua adalah sebesar (17,2%) dan lahan yang diperoleh dari membeli sebesar (1,4%).
Gambar 2 Status Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal yang Ditempati Dari hasil penelitian, luas tanah bangunan responden di Desa Pangkal Jaya dibedakan menjadi rendah, sedang dan tinggi. Luas tanah bangunan yang ditinggali responden dengan luas rendah yaitu pada ukuran 35 m2 sebesar (28,57%), luas tanah bangunan yang ditinggali responden dengan luas sedang yaitu pada ukuran 35 m2 sampai 60 m2 sebesar (51,42%) dan luas tanah bangunan yang ditinggali responden dengan luas sedang yaitu pada ukuran 60 m2 sebesar (20%). Dapat dilihat bahwa luas tanah bangunan yang ditinggali oleh responden cenderung lebih banyak pada ukuran sedang yaitu dengan luas 35 m2 sampai 60 m2 dibandingkan dengan ukuran luas tanah rendah dan tinggi.
34
Tabel 25 Jumlah dan persentase luas tanah bangunan yang ditinggali di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Luas Tanah Rendah : luas tanah ≤ 35 m2 Sedang : 35 m2 < luas tanah < Rp 60 m2 Tinggi : luas tanah ≥ Rp 60 m2 Total
Jumlah 10 18
Persentase (%) 28,57 51,42
7 35
20,00 100,00
Aktivitas jual-beli lahan pada kelompok responden semenjak adanya industri terjadi sudah cukup lama karena banyak pendatang yang datang ke Desa Pangkal Jaya sehingga membeli lahan dari warga setempat. Adapun pembeli lahan tersebut biasanya digunakan sebagai kebun dan sawah karena kebanyakan pekerjaan warga setempat adalah sebagai petani dan masih menggeluti sistem pertanian. Peneliti mendatangi rumah tokoh masyarakat dan bertanya tentang bagaimana perubahan sosial ini terjadi pada masyarakat yang dulunya masyarakat agraris sekarang menjadi masyarakat modern, beliau pun menuturkan kepada saya, “perubahan disini awalnya karena adanya pongkor sama Antam, ada pembebasan lahan dari perusahaan antam. Ini sudah dua kali melakukan pembebasan lahan atau tanah di desa ini, ya bayarannya tergantung tanah yang di jual sih neng. Sebagian besar orang-orang sini menggunakan uang itu buat foya-foya, namun sebagian ada yang buat beli tanah baru sama tetangga. Tapi begitu uangnya habis yang udah gak punya apa-apa ya akhirnya jadi gurandil ke pongkor”
Menurut penuturan informan pembebasan lahan atau adanya jual-beli lahan juga merupakan satu hal yang berpengaruh dalam perubahan kehidupan dan mata pencaharian masyarakat Desa Pangkal Jaya. Aktivitas jual-beli lahan mengindikasikan respons masyarakat terhadap industri yang berkembang dalam bentuk jual-beli lahan masih cenderung rendah. Hal ini karena kepemilikan lahan dan keuangan oleh responden yang minim sehingga kegiatan jual-beli lahan sulit untuk dilakukan. Hal ini karena pertambahan penduduk yang tinggi karena adanya industri menyebabkan kebutuhan akan perumahan juga meningkat. Tingkat Pendidikan Menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2003) tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir, yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Tingkat pendidikan dibedakan menjadi SD-tidak tamat, SD-tamat, SMP-tidak tamat, SMP-tamat, SMA-tidak tamat, SMA-tamat, kuliah dan pendidikan non formal. Pendidikan di Desa Pangkal Jaya jika melihat jumlah sekolahnya hanya ada Sekolah Dasar (SD) sebanyak tiga buah, yang terdiri dari satu SD negeri dan dua SD swasta. Untuk Sekolah PAUD ada tujuh sekolah, sedangkan untuk sekolah Sekolah Menengah Pemula (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Desa Benda belum tersedia. Dengan keterbatasan sekolah tersebut apalagi di tingkat SMP dan SMA menyebabkan banyak siswa sekolah yang bersekolah ke luar Desa Pangkal Jaya.
35
Tingkat pendidikan dari 35 responden hingga tingkat tidak tamat SD adalah sebesar (67,6%), tingkat pendidikan responden hingga tingkat tamat SD adalah sebesar (17,6%), tingkat pendidikan responden hingga tingkat tamat SMP adalah sebesar (5,9%) dan tingkat pendidikan responden hingga tingkat tamat SMA adalah sebesar (8,8%). Dapat dilihat bahwa kebanyakan responden cenderung memiliki tingkat pendidikan rendah karena 67% dari sampel penelitian memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu tidak tamat SD.
Gambar 3 Pendidikan Terakhir Responden Tingkat pendidikan keluarga responden juga dilihat pada penelitian ini sehingga dapat dilihat apakah tingkat pendidikan juga meningkat pada istri responden. Dari 35 responden hanya 21 responden yang sudah berkeluarga dan mempunyai istri sehingga total jumlah tingkat pendidikan istri hanya 21 orang. Tingkat pendidikan istri responden hingga tingkat tidak tamat SD adalah sebesar (57,1%), tingkat istri pendidikan responden hingga tingkat tamat SD adalah sebesar (14,3%), tingkat pendidikan istri responden hingga tingkat tamat SMP adalah sebesar (14.3%), tingkat pendidikan istri responden hingga tingkat tamat SMA adalah sebesar (4,8%), tingkat pendidikan istri responden hingga tingkat kuliah adalah sebesar (4,8%) dan tingkat pendidikan istri responden yang mengikuti pendidikan non formal adalah sebesar (4,8%). Dapat dilihat bahwa kebanyakan istri responden cenderung memiliki tingkat pendidikan rendah karena 57% dari sampel penelitian memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu tidak tamat SD. Tingkat pendidikan keluarga responden juga dilihat pada penelitian ini sehingga dapat dilihat apakah tingkat pendidikan juga meningkat pada anak responden. Dari 35 responden terdapat 21 responden yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak sehingga total jumlah tingkat pendidikan anak sebanyak 42 orang. Tingkat pendidikan anak responden hingga tingkat tidak tamat SD adalah
36
sebesar (4,8%), tingkat pendidikan anak responden hingga tingkat tamat SD adalah sebesar (14,3%), tingkat pendidikan anak responden hingga tingkat tamat SMP adalah sebesar (71.4%) dan tingkat pendidikan anak responden hingga tingkat tamat SMA adalah sebesar (9,5%). Tabel 26 Jumlah dan persentase sebaran tingkat pendidikan istri dan anak di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Pendidikan Terakhir SD-tidak tamat SD-tamat SMP-tidak tamat SMP-tamat SMA-tidak tamat SMA-tamat Kuliah Pendidikan Non Formal Total
Istri Jumlah Persentase (%) 12 57,1 3 14,3 0 0,0 3 14,3 0 0,0 1 4,8 1 4,8 1 4,8 21
Anak Jumlah Persentase (%) 2 4,8 6 14,3 0 0,0 30 71,4 0 0,0 4 9,5 0 0,0 0 0,0
100,0
42
100,0
Dapat dilihat bahwa kebanyakan anak responden cenderung memiliki tingkat pendidikan cenderung tinggi dibandingkan orangtuanya karena sebesar 71% dari sampel penelitian memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu tamat SMP. Hal ini membuktikan bahwa semenjak suami atau kepala keluarga bekerja sebagai gurandil karena adanya industri pertambangan maka tingkat pendidikan keluarga seperti anak semakin tinggi walaupun dengan terbatasnya akses. Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan masyarakat diukur dengan melihat pendapatan responden penelitian dalam satu bulan terakhir dari pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan responden. Dari hasil data yang diperoleh dari lapangan didapati bahwa pendapatan rata-rata responden sebelum adanya industri adalah sebesar Rp. 671,428,- per bulan. Sedangkan, setelah masuknya industri pendapatan rata-ratanya mencapai Rp3.272.571,- per bulan. Tabel 27 Jumlah dan persentase pendapatan di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Pendapatan Rendah : pendapatan ≤ Rp 1.932.174,6,Sedang : Rp 1.932.174,6,- < pendapatan < Rp 4.612.968,3,Tinggi : pendapatan ≥ Rp 4.612.968,3,Total
Jumlah 10
Persentase (%) 28,57
16
45,71
9
25,71
35
100,00
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat pendapatan responden Desa Pangkal Jaya mningkat secara fluktuatif semenjak adanya industri
37
pertambangan liar dengan bekerja sebagai gurandil dibandingkan sebelum adanya industri yang bekerja sebagai pedagang maupun petani. Jika tingkat pendapatan digolongkan berdasarkan setengah dari standar deviasi maka tingkat pendapatan rendah adalah kurang dari atau sama dengan Rp 1.932.174,6,- yaitu sebanyak (28,57%), tingkat pendapatan sedang adalah lebih dari Rp 1.932.174,6,- dan kurang dari Rp 4.612.968,3,- yaitu sebanyak (45,71%) dan tingkat pendapatan sedang adalah lebih dari atau sama dengan Rp 4.612.968,3,- yaitu sebanyak (25,71%). Dapat dilihat bahwa kebanyakan pendapatan responden di Desa Pangkal Jaya cenderung sedang karena sebanyak 45% dari responden memiliki pendapatan sedang. Hal ini dikarenakan ada yang memiliki pekerjaan ganda seperti menjadi gurandil dan petani. Selain itu frekuensi gurandil yang kegunung pun berbeda-beda, ada yang sering dan ada yang jarang. Oleh karena itu pendapatan mereka pun berbeda jauh karena tingkat frekuensi menambang yang berbeda-beda. Tingkat Pengeluaran Tingkat pengeluaran masyarakat diukur dengan melihat pengeluaran responden penelitian dalam satu tahun terakhir terakhir. Lalu dilihat berdasarkan pengeluaran mingguan, bulanan dan tahunannya. Dari hasil data yang diperoleh dari lapangan didapati bahwa pengeluaran rata-rata responden setahun terakhir mencapai Rp. 3.969.828,- per bulan. Tabel 28 Jumlah dan persentase pengeluaran di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Pendapatan Rendah : pengeluaran ≤ Rp 1.324.317,8,Sedang : Rp 1.324.317 < pengeluaran < Rp 6.615.339,3,Tinggi : pengeluaran ≥ Rp 6.615.339,3,Total
Jumlah 2
Persentase (%) 5,71
29
82,86
4
11,43
35
100,00
Pengeluaran pangan rata-rata keluarga (Lampiran 6) adalah konsumsi pangan keluarga dalam sebulan terakhir ataupun setahun terakhir. Keluarga yang perolehan pendapatanya rendah maka mengalokasikan pendapatannya untuk kebutuhan pokok. Sementara untuk perolehan pendapatan yang cukup baik dapat memerikan peluang lebih besar pangan yang baik dari segi kualitas dan kuantitas. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa tingkat pengeluaran responden Desa Pangkal Jaya cukup tinggi. Jika tingkat pengeluaran digolongkan berdasarkan setengah dari standar deviasi maka tingkat pengeluaran rendah adalah kurang dari atau sama dengan Rp 1.324.317,8,- yaitu sebanyak (5,71%), tingkat pengeluaran sedang adalah lebih dari Rp 1.324.317,8,- dan kurang dari Rp 6.615.339,3,- yaitu sebanyak (82,86%) dan tingkat pengeluaran sedang adalah lebih dari atau sama dengan Rp 6.615.339,3,- yaitu sebanyak (11,43%). Dapat dilihat bahwa kebanyakan pengeluaran responden di Desa Pangkal Jaya cenderung sedang karena sebanyak 82% dari responden memiliki pengeluaran sedang.
38
39
GAYA HIDUP Gaya hidup merupakan ciri sebuah negara modern, atau yang biasa disebut dengan modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggabarkan tindakan sendiri atau orang lain. Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lain. Dalam interaksi sehari hari kita bisa menerapkan suatu gagasan tentang gaya hidup tanpa perlu menjelaskan apa yang dimaksud. Oleh sebab itu gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari hari dunia modern dan gaya hidup berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang tidak hidup dalam masyarakat modern. Gaya hidup kalau di definisikan lebih luas adalah sebagai cara hidup yang di identifikasi oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktifitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereke sendiri dan juga dunia disekitarnya (pendapat). Tingkat Aktivitas Tingkat aktivitas adalah berbagai jenis kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memanfaatkan waktunya. Aktivitas yang terdapat di Desa Pangkal Jaya adalah kegiatan sosial, liburan dan olahraga. Jika dilihat berdasarkan kelompok umur, umur responden Desa Pangkal Jaya merupakan pasangan usia produktif dan beberapa pasangan sedang mencapai puncak karirnya. Dengan demikian, upaya untuk menambah pendapatan keluarga masih memungkinkan guna mencapai tingkat kesejahteraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden terbanyak adalah pada usia 21-25 tahun yaitu sebesar (28,57%). Dapat dilihat bahwa rata-rata usia responden berada pada usia produktif. Tabel 29 Jumlah dan persentase umur responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Umur Umur > 50 th 46-50 th 41-45 th 36-40 th 31-35 th 26-30 th 21-25 th 16-20 th Total
Jumlah 1 1 6 8 3 5 10 1 35
Persentase (%) 2,90 2,90 15,20 22,80 8,60 14,30 28,57 2,90 100,00
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa kegiatan sosial yang terdapat di Desa Pangkal Jaya yang diikuti oleh gurandil adalah kerja bakti dan pengajian. Sebanyak (37,1%) kegiatan sosial kerja bakti diikuti oleh responden dan sebanyak (62,9%) responden mengikuti kegiatan sosial pengajian. Dari hasil turun lapangan juga kebanyakan yang mengikuti kegiatan sosial kerjabakti adalah gurandil yang
40
berusia muda dibawah 30 tahun sedangkan gurandil yang berusia sudah tua yaitu diatas 30 tahun kebanyakan mengikuti kegiatan sosial pengajian. Tabel 30 Jumlah dan persentase kegiatan sosial yang dilakukan responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Kegiatan Sosial G. Lobang Kerja Bakti Pengajian G. Gelondongan Kerja Bakti Pengajian G. Track Kerja Bakti Pengajian Total
Jumlah
Persentase (%)
0 2
0,0 5,8
13 15
37,1 43,5
0 5 35
0,0 14,5 100,0
Kegiatan sosial yang ada di Desa Pangkal Jaya yang diikuti oleh gurandil adalah kerja bakti dan pengajian. Tingkat frekuensi kegiatan sosial yang diikuti oleh masyarakat gurandil dibedakan menjadi rendah ketika mengikuti kegiatan sosial kurang dari 48 kali dalam setahun, sedang ketika mengikuti kegiatan sosial sama dari 48 kali dalam setahun dan tinggi ketika mengikuti kegiatan sosial lebih dari 48 kali dalam setahun. Menurut hasil penelitian frekuensi mengikuti kegiatan sosial dengan taraf rendah adalah sebanyak (22,9%), frekuensi mengikuti kegiatan sosial dengan taraf sedang adalah sebesar (25,7%), dan frekuensi mengikuti kegiatan sosial dengan taraf tinggi adalah sebanyak (51,4%). Dari hasil turun lapangan juga kebanyakan yang mengikuti kegiatan sosial dengan frekuensi tinggi adalah gurandil yang berusia sudah tua yaitu diatas 30 tahun sedangkan pemuda atau gurandil yang berusia muda dibawah 30 tahun disana jarang mengikuti kegiatan sosial secara berkala. Tabel 31 Jumlah dan persentase frekuensi kegiatan sosial responden Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Frekuensi Kegiatan Sosial G. Lobang Lebih dari 48 kali Sama dengan 48 kali Kurang dari 48 kali G. Gelondongan Lebih dari 48 kali Sama dengan 48 kali Kurang dari 48 kali G. Track Lebih dari 48 kali Sama dengan 48 kali Kurang dari 48 kali Total
Jumlah
Persentase (%)
2 0 0
5,8 0,0 0,0
12 8 8
34,8 22,9 22,9
4 1 0 35
11,6 2,9 0,0 100,0
41
Masyarakat gurandil di Desa Pangkal Jaya sering melakukan liburan untuk melepas penat dan berkumpul bersama keluarga. Dari 35 responden, masyarakat gurandil yang melakukan liburan dengan cara mengunjungi tempat rekreasi adalah sebanyak (82,9%), masyarakat gurandil yang melakukan liburan dengan cara menontn bioskop adalah sebanyak (14.3%) dan hanya sebesar (2,9%) responden yang tidak melakukan liburan dalam setahun terakhir ini. Kebanyakan masyarakat yang melakukan kegiatan liburan menonton bioskop adalah gurandil yang masih muda sedangkan ke tempat rekreasi baik gurandil yang sudah tua maupun muda masih melakukannya. Tabel 32 Jumlah dan persentase liburan yang dilakukan responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Jenis Liburan G. Lobang Tempat Rekreasi Menonton Bioskop Tidak Liburan G. Gelondongan Tempat Rekreasi Menonton Bioskop Tidak Liburan G. Track Tempat Rekreasi Menonton Bioskop Tidak Liburan Total
Jumlah
Persentase (%)
2 0 0
5,8 0,0 0,0
23 5 0
66,7 14,3 0,0
4 0 1 35
11,6 0,0 2,9 100,0
Media hiburan yang dimiliki oleh masyarakat Desa Pangkal Jaya kebanyakan adalah televisi. Hampir semua rumah tangga atau individu pasti memiliki televisi di era modernisasi ini. Dari 35 responden penelitian menyebutkan bahwa sebesar (97,1%) responden memiliki televisi, hanya sekitar (2,9%) responden yang tidak memiliki televisi. Ketika ditanya alasannya beliau memang sudah tua dan tidak menyukai adanya televisi sejak zaman dahulu. Tabel 33 Jumlah dan persentase media hiburan televisi yang dimiliki responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Media Hiburan Televisi G. Lobang Ada Tidak Ada G. Gelondongan Ada Tidak Ada G. Track Ada Tidak Ada Total
Jumlah
Persentase (%)
2 0
5,8 0,0
28 0
81,2 0,0
4 1 35
11,6 2,9 100,0
42
Masyarakat gurandil Desa Pangkal Jaya juga menyukai olahraga sepakbola. Bahkan setiap tahunnya pasti diadakan kompetisi sepakbola oleh para pemuda-pemudi untuk merayakan ulang tahun kemerdekaan indonesia atau hanya sekedar untuk mengakrabkan diri antar warga. Dapat dilihat bahwa sebesar (62,9%) responden masih mengikuti olahraga sepakbola dalam setahun terakhir ini, sedangkan sebesar (37,1%) responden tidak mengikuti kegiatan olahraga sepakbola dalam setahun terakhir ini dikarenakan sudah tidak minat dan sudah tua sehingga membatasi ruang bergerak. Tabel 34 Jumlah dan persentase olahraga sepakbola yang dilakukan responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Olahraga Sepakbola G. Lobang Mengikuti Tidak Mengikuti G. Gelondongan Mengikuti Tidak Mengikuti G. Track Mengikuti Tidak Mengikuti Total
Jumlah
Persentase (%)
2 0
5,8 0,0
17 11
49,3 31,9
3 2 35
8,7 5,8 100,0
Media komunikasi sangat berkembang pesat di era-modernisasi ini. Apalagi semenjak adanya industri pertambangan liar yang meningkatkan pendapatan sehingga masyarakat dapat membeli barang-barang elektronik dan barang tersier lainnya. Hampir sebgaian besar masyarakat sudah memiliki handphone, karena handphone bukan lagi barang tersier tetapi barang sekunder bahkan primer. Dapat dilihat bahwa sebessar (85,7%) responden memiliki handphone dan hanya sebesar (14,3%) responden tidak memiliki handphone. Tabel 35 Jumlah dan persentase media komunikasi handphone yang dimiliki responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Media Komunikasi Handphone G. Lobang Ada Tidak Ada G. Gelondongan Ada Tidak Ada G. Track Ada Tidak Ada Total
Jumlah
Persentase (%)
2 0
5,8 0,0
27 1
78,3 2,9
1 4 35
2,9 11,6 100,0
43
Hasil penelitian menunjukan bahwa setiap indikator memiliki nilai persentase yang tinggi perindikatornya. Jenis lantai terluas memiliki perolehan tertinggi pada keramik yaitu sebesar 94%, mayoritas keluarga gurandil di Desa Pangkal Jaya memilih keramik sebagai jenis lantai untuk kenyamanan rumah. Perolehan jenis lantai kedua yang sering digunakan yaitu lainnya bambu (6%). Persentase demikian memberikan prestise bahwa keramik memiliki keunggulan yang banyak digunakan oleh masyarakat gurandil Desa Pangkal Jaya dalam menggunakan jenis lantai. Penggunakan keramik memiliki nilai kenyamanan yang tinggi serta estetika yang cukup bagus. Tabel 36 Jumlah dan persentase jenis lantai bangunan tempat tinggal responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Jenis Lantai G. Lobang Keramik Bambu G. Gelondongan Keramik Bambu G. Track Keramik Bambu Total
Jumlah
Persentase (%)
2 0
5,8 0,0
28 0
81,2 0,0
3 2 35
8,7 5,8 100,0
Jenis dinding terluas yaitu tembok kayu yaitu sebesar 94% masyarakat gurandil yang memiliki jenis dinding bangunan tembok kayu. Tembok kayu dan tembok beton dipilih untuk membentuk dinding rumah karena mudah dan tidak perlu banyak memakan waktu banyak dalam membuat dinding tersebut. Kemudian ada sebesar 3% masyarakat gurandil di Desa Pangkal Jaya memilih jenis dinding bambu dan sebesar 3% untuk tembok beton. Pemilihan jenis dinding disesuaikan dengan kondisi rumah. Tabel 37 Jumlah dan persentase jenis dinding bangunan tempat tinggal responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Jenis Dinding G. Lobang Bambu Tembok Kayu Tembok Beton G. Gelondongan Bambu Tembok Kayu Tembok Beton G. Track Bambu Tembok Kayu Tembok Beton Total
Jumlah
Persentase (%)
0 1 1
0,0 2,9 2,9
0 28 0
0,0 81,2 0,0
1 4 0 35
2,9 11,6 0,0 100,0
44
Gaya hidup merupakan ciri sebuah negara modern, atau yang biasa disebut dengan modernitas. Maksudnya adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakan sendiri atau orang lain. Oleh sebab itu gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan sosial sehari hari dunia modern dan gaya hidup berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang mungkin tidak dapat dipahami oleh mereka yang tidak hidup dalam masyarakat modern. Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Perubahan sosial, baik pada fungsi maupun struktur sosial yang di dukung oleh nilai-nilai dan norma-norma kebudayaan adalah terjadi sebagai akibat dari kegiatan-kegiatan tersebut di atas. Nilai dan norma-norma kebudayaan itu tidak mudah diubah begitu saja, karena diintroyeksikan dalam jiwa dan keyakinan para anggota masyarakat seperti halnya terjadi dalam proses sosialisasi. Dalam rangka menguraikan dan membahas suatu gejala kehidupan manusia yang disebut perubahan sosial, akan dapat bermanfaat bila berasumsi bahwa perubahan adalah normal, wajar, pada dasarnya tidak mengandung trauma, terdapat pula perubahan yang beraneka ragam, dan terbuka bagi setiap masyarakat. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Desa Pangkal yaitu perubahan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat modern dan bergaya hidup konsumtif. Hal tersebut sebagai akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam tata perekonomian masyarakat yang mengalami perubahan yang sangat pesat yang diakibatkan oleh perubahan mata pencaharian dari petani atau berdagang menjadi gurandil atau penambang liar. Peneliti mendatangi rumah tokoh masyarakat dan bertanya tentang bagaimana perubahan gaya hidup yang sekarang menjadi masyarakat modern, beliau pun menuturkan kepada saya, “memang benar dulu Masyarakat Desa Pangkal Jaya adalah masyarakat agraris yang menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian. Mayoritas warga menggantungkan hidupnya pada sawah, karena sawah merupakan lahan perekonomian warga yang sangat penting. Desa Pangkal Jaya ini juga semula adalah desa yang jauh dari peradaban, dengan latar belakang pendidikan serta sumber daya manusia yang sangat rendah serta tidak adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan formal bahwa kehidupan masyarakat desa Pangkal Jaya sangat dipengaruhi oleh adanya pertambangan pongkor dan menjadi gurandil. Hal ini yang menimbulkan perubahan sosial yang sangat cepat di dalam masyarakat, bapak-bapak yang biasanya bercocok tanam diswah jadi kerja nambang kepongkor nu gurandil”
Dalam pengukuran gaya hidup diperlukan adanya persepsi mengenai aktivitas. Dapat dilihat bahwa persepsi aktivitas mengenai aktivitas yang modern semenjak bekerja menjadi penambang liar atau gurandil kebanyakan responden cenderung menjawab setuju dan sangat setuju dibandingkan sangat tidak setuju dan tidak setuju. Tabel ini menunjukkan bahwa aktivitas gurandil sangat disukai oleh responden dan mendapatkan skor tingkat aktivitas yang tinggi yaitu menunjukkan bahwa persepsi gaya hidup masyarakat yang tinggi.
45
Tabel 38 Persentase persepsi aktivitas di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Persepsi Aktivitas 1 Pekerjaan yang beralih menjadi gurandil 2 Menyukai pekerjaan sebagai gurandil 3 Dapat melakukan kegiatan sosial ketika bekerja sebagai gurandil 4 Dapat berlibur ketika bekerja sebagai gurandil 5 Mengikuti suatu organisasi 6 Senang mengikuti kegiatan kelompok 7 Kegiatan yang dilakukan anggota kelompok dalam komunitas 8 Dapat berbelanja makanan ketika bekerja sebagai gurandil 9 Dapat berbelanja pakaian ketika bekerja sebagai gurandil 10 Dapat berbelanja motor dan handphone ketika bekerja sebagai gurandil 11 Dapat berolahraga ketika bekerja sebagai gurandil
G. Lobang Setuju Tidak Setuju 5,8 0,0
G. Gelondongan Setuju Tidak Setuju 81,2 0,0
G. Track Setuju Tidak Setuju 14,5 0,0
5,8
0,0
75,4
5,8
14,5
0,0
5,8
0,0
75,4
2,9
11,6
2,9
5,8
0,0
72,5
5,8
11,6
2,9
5,8 5,8
0,0 0,0
66,7 75,4
14,5 5,8
14,5 14,5
0,0 0,0
5,8
0,0
75,4
5,8
14,5
0,0
5,8
0,0
75,4
2,9
11,6
2,9
5,8
0,0
75,4
5,8
14,5
0,0
5,8
0,0
75,4
5,8
14,5
0,0
5,8
0,0
72,5
8,7
14,5
0,0
Tingkat Minat Pengukuran gaya hidup diperlukan adanya persepsi mengenai minat. Minat adalah berbagai prioritas yang dianggap seseorang penting disekitarnya. Dapat dilihat bahwa persepsi minat mengenai minat yang modern semenjak bekerja menjadi penambang liar atau gurandil kebanyakan responden cenderung menjawab setuju dan sangat setuju dibandingkan sangat tidak setuju dan tidak setuju. Walaupun ada beberapa orang yang menjawab cenderung tidak setuju mengenai beberapa pernyataan mengenai minat. Tabel ini menunjukkan bahwa minat gurandil sangat disukai oleh responden dan mendapatkan skor tingkat minat yang tinggi yaitu menunjukkan bahwa persepsi minat gaya hidup masyarakat gurandil juga tinggi.
46
Tabel 39 Persentase persepsi minat di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Persepsi Minat 1 Memikirkan kesehatan keluarga dahulu ketika bekerja sebagai gurandil 2 Memikirkan pendidikan keluarga dahulu ketika bekerja sebagai gurandil 3 Lebih tertarik pekerjaan sebagai gurandil dibandingkan sektor pertanian 4 Merupakan seseorang yang mencintai pekerjaan 5 Merupakan seseorang yang ulet 6 Merupakan seseorang yang bertanggung jawab 7 Ikut serta dalam komunitas 8 Ketertarikan dalam rekreasi 9 Ketertarikan dalam fashion 10 Lebih tertarik pada barang tersier dibandingkan primer 11 Tertarik membeli barang karena iklan 12 Tertarik membeli barang karena ingin meningkatkan kekayaan
G. Lobang Setuju Tidak Setuju 5,8 0,0
G. Gelondongan Setuju Tidak Setuju 81,2 0,0
G. Track Setuju Tidak Setuju 14,5 0,0
5,8
0,0
81,2
5,8
14,5
0,0
5,8
0,0
75,4
5,8
11,6
2,9
5,8
0,0
81,2
0,0
14,5
0,0
5,8
0,0
81,2
0,0
14,5
0,0
5,8
0,0
81,2
0,0
14,5
0,0
5,8 5,8
0,0 0,0
81,2 81,2
0,0 0,0
14,5 14,5
0,0 0,0
0,0 0,0
5,8 5,8
69,6 26,1
26,1 60,9
0,0 0,0
14,5 14,5
0,0
5,8
31,9
52,2
0,0
14,5
0,0
5,8
34,8
49,3
2,9
11,6
Dari tabel dapat dilihat bahwa kebanyakan responden menjawab setuju dan sangat setuju tetapi ada pada bagian persepsi minat responden yang lebih tidak setuju dan sangat tidak setuju pada bagian persepsi minat responden lebih menyukai pekerjaan sebagai gurandil atau pertanian. Terdapat tiga responden yang tidak setuju dikarenakan responden masih muda dan mengenyam pendidikan cukup tinggi dan sadar bahwa pekerjaan sebagai gurandil adalah ilegal dan tidak menjamin keselamatan sehingga responden tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Begitu pula dengan pernyataan dimana responden lebih tertarik membeli barang tersier dibandingkan makanan. Kebanyakan yang setuju adalah responden yang masih muda sedangkan responden yang sudah tua tidak setuju karena mereka tidak memikirkan barang-barang elektronik dan tidak membutuhkan barang untuk pergaulan seperti layaknya anak muda.
47
Tingkat Opini Pengukuran gaya hidup diperlukan adanya persepsi mengenai opini. Opini adalah Pandangan-pandangan seseorang, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Dapat dilihat bahwa persepsi opini mengenai opini yang modern semenjak bekerja menjadi penambang liar atau gurandil kebanyakan responden cenderung menjawab setuju dan sangat setuju dibandingkan sangat tidak setuju dan tidak setuju. Tabel ini menunjukkan bahwa opini gurandil sangat disukai oleh responden dan mendapatkan skor tingkat opini yang tinggi yaitu menunjukkan bahwa persepsi opini gaya hidup masyarakat gurandil juga tinggi. Tabel 40 Persentase persepsi minat di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Persepsi Opini 1 Meningkatkan kepercayaan diri ketika bekerja sebagai gurandil 2 Perluasan pergaulan ketika bekerja sebagai gurandil 3 Pengaruh pemilihan kepala desa ketika bekerja sebagai gurandil 4 Banyaknya pertokoan ketika adanya komunitas gurandil 5 Peningkatan pendidikan ketika bekerja sebagai gurandil 6 Budaya masyarakat saat ini adalah bekerja sebagai gurandil 7 Sektor industri pertambangan merupakan inovasi yang baik
G. Lobang Setuju Tidak Setuju 5,8 0,0
G. Gelondongan Setuju Tidak Setuju 75,4 5,8
G. Track Setuju Tidak Setuju 14,5 0,0
5,8
0,0
81,2
0,0
14,5
0,0
5,8
0,0
75,4
2,9
11,6
2,9
5,8
0,0
81,2
0,0
14,5
0,0
5,8
0,0
78,3
2,9
14,5
0,0
5,8
0,0
81,2
0,0
14,5
0,0
5,8
0,0
78,3
2,9
14,5
0,0
Secara keseluruhan setelah diolah pada spss didapat data mengenai tingkatan rendah sedang dan tinggi nya gaya hidup maka didapatkan hasil bahwa kebanyakan responden masyarakat gurandil Desa Pangkal Jaya memilliki gaya hidup yang cenderung tinggi yaitu sebesar (42.9%) dibandingkan dengan gaya hidup yang rendah atau sedang. Tabel 41 Jumlah dan persentase tingkat gaya hidup responden di Desa Pangkal Jaya Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Tingkat Gaya Hidup Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah 9 11 15 35
Persentase (%) 25,7 31,4 42,9 100
48
Dengan menjumlahkan tingkat aktivitas, persepsi aktivitas, persepsi minat dan persepsi opini didapatkan hasil tingkatan gaya hidup. Dari tabel dapat dilihat bahwa gaya hidup masyarakat yang rendah adalah sebesar (25.7%), gaya hidup masyarakat sedang adalah sebesar (31.4%) dan gaya hidup masyarakat yang tinggi adalah sebesar (42.9%). Gaya hidup masyarakat berubah karena berawal dari perubahan mata pencaharian yang dari pertanian dan perdagangan menjadi gurandil. Selain untuk membeli barang-barang canggih ada juga masyarakat yang meninvestasikan berupa tanah dan membuat toko jual-beli emas, sehingga uang tidak selalu dibelanjakan untuk membeli barang barang elektronik yang mahal. Dalam diskusi oleh seorang tokoh masyarakat yang merupakan pendatang beliau menuturkan bahwa, “biasa anak-anak muda disini mah ikut menambahi juga, dulu iku mas, masyarakat sini iku tradional bangetz leh, saiki wis modern koyok wong kota, mergo akeh masyarakate sing kerja nu guranil, tapi yow arek-arek nom iku yow ora terus turu ae, anak-anak iku semangat kerjone gede, mergo punya pemikiran, piye carane oleh duit. Terus niku neng, gaya hidup konsumtif masyarakat iku di pengaruhi juga oleh tetanggane, kapan tetanggane iku tuku barang sing apik maka tetanggane sing liyane iku melet pisan, dan juga sudah menjadi kebutuhan masyarakat juga untuk bergaya hidup konsumtif iku neng” Dengan wawancara di atas dapat kita diskripsikan bahwa gaya hidup masyarakat itu di pengaruhi oleh adanya pongkor dan perubahan mata pencaharian menjadi gurandil yang terjadi di Desa Pangkal Jaya. Berawal dari masyarakat tradisonal menuju modern ini menjadikan gaya hidupnya tinggi karena mereka memiliki pendapatan yang tinggi.
49
HUBUNGAN DAMPAK INDUSTRI PERTAMBANGAN, RESPONS MASYARAKAT DAN GAYA HIDUP Hasil analisis masing-masing variabel dalam penelitian ini yang meliputi dampak industri pertambangan, respons masyarakat, dan gaya hidup masyarakat gurandil telah dibahas pada bab sebelumnya. Bab ini membahas mengenai hasil analisis hubungan antar variabel tersebut. Pertama, analisis hubungan dampak industri pertambangan dengan respons masyarakat. Kedua, analisis hubungan respons masyarakat dengan gaya hidup masyarakat gurandil. Uji statistik non-parametik melalui SPSS yang menggunakan uji Rank Spearman. Data yang ada mengenai dampak industri pertambangan ditotalkan dan dikelaskan dan diintervalkan menjadi tiga kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Akhirnya didapat data rangking (ordinal). Kemudian respons masyarakat telah dikode berdasarkan tingkat jual-beli lahan, pendapatan, pendidikan dan pengeluaran (skala ordinal). Maka hasil uji kolerasi Rank Spearman didapatkan data sebagai berikut: Penelitian ini menggunakan uji Rank Spearman untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antar variabel yang diuji serta mengetahui seberapa kuat hubungan diantara variabel tersebut. Signifikansi menunjukkan ada atau tidaknya hubungan antar variabel yang diketahui apabila nilai sig (2-tailed) kurang dari nilai alpha. Kekuatan hubungan atau kekuatan signifikansi diketahui dari nilai Corelation Coefficient dengan kriteria sebagai berikut (Bungin seperti yang dikutip Lubis 2013): a. +0,70 – +ke atas : hubungan positif yang sangat kuat b. +0,50 – +0,69 : hubungan positif yang mantap c. +0,30 – +0,49 : hubungan positif yang sedang d. +0,10 –+0,29 : hubungan positif yang tak berarti e. -0,00 – -0,09 : hubungan negatif yang tak berarti : hubungan negatif yang rendah f. -0,01 – -0,29 g. -0,30 – -0,49 : hubungan negatif yang sedang h. -0,50 – -0,69 : hubungan negatif yang mantap i. -0,70 – -ke bawah : hubungan negatif yang sangat kuat Hubungan Dampak Industri Pertambangan dan Respons Masyarakat Menurut Purwanto (2003), pembangunan industri di pedesaan akan membawa dampak seperti penyempitan lahan pertanian, peningkatan arus migrasi, terbukanya desa bagi kegiatan ekonomi dan munculnya peluang kerja dan berusaha di bidang non pertanian. Hal tersebut berdampak pada makin banyaknya pendatang yang bekerja di pabrik-pabrik, di kawasan industri, menyebabkan kepadatan penduduk meningkat. Lahan pertanian yang makin sempit akibat alih fungsi lahan untuk pembangunan industri dan sarana penunjangnya dipaksa untuk menampung jumah penduduk yang terus meningkat sehingga mengakibatkan merosotnya kegiatan ekonomi masyarakat yang berbasis pertanian. Namun di sisi lain, hal yang juga tak bisa dipungkiri, masuknya industri ini juga membuka peluang bagi peningkatan ekonomi masyarakat.
50
Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara dampak industri pertambangan dengan respons masyarakat yang ditunjukkan dari nilai signifikasinya sebesar 0,044. Nilai tersebut memenuhi kriteria batas signifikasi hubungan sebesar < 0.05 dengan selang kepercayaan 95%. Uji hubungan pada variabel dampak industri pertambangan dengan respons masyarakat memiliki nilai Correlation Coeficient sebesar +0.343. Maka dari itu dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang sedang antara dampak industri pertambangan dengan respons masyarakat. Hal ini berarti bahwa dampak industri yang tinggi tidak selalu diikuti dengan respons masyarakat yang tinggi pula karena terdapat dampak industri pertambangan yang tinggi tetapi respons masyarakatnya rendah. Tabel 42 Hasil uji korelasi Rank Spearman dampak industri pertambangan dengan respons masyarakat
Dampak industri pertambangan Respons masyarakat
Dampak industri pertambangan Koefifien Korelasi 1,000
Respons masyarakat Sig. (2-tailed) 0,343**
0,343**
0,000
Keterangan: **. Korelasi signifikan pada 0,05 siginikan 2-tailed
Nilai kolerasi yang didapatkan adalah 0,343 dengan signifikan 0,044 yang berarti memiliki hubungan positif yang sedang. Maka H1 diterima dan H0 ditolak. Dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut. Antara lain: 1. Bahwa dalam kenyataannya dampak industri pertambangan seperti tingkat kesempatan kerja dan tingkat migrasi memiliki hubungan yang tinggi terhadap respons masyarakat gurandil. 2. Respons masyarakat seperti tingkat jual-beli lahan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan pengeluaran cukup tinggi dikarenakan dampak industri pertambangan yang cukup tinggi dengan adanya perubahan mata pencaharian menjadi gurandil. Hubungan Respons Masyarakat dan Gaya Hidup Gaya hidup menurut Winata (2006) didefinisikan secara luas bagaimana orang-orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas-aktivitas), apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka (opini-opini). Gaya hidup dapat dipandang sebagai pola unik dari hidup seseorang dimana mempengaruhi dan direfleksikan dengan perilaku konsumen. Jadi, gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup mencakup lebih dari sekedar kelas sosial dan kepribadian seseorang, akan tetapi hal itu menyangkut keseluruhan bentuk tindakan dan interaksi
51
sepenuhnya. Penelitian gaya hidup dengan menggunakan variabel-variabel AIO (activities, interests and opinions) telah digunakan sejak tahun 1970 oleh para peneliti. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan terdapat hubungan antara respons masyarakat dan gaya hidup masyarakat yang ditunjukkan dari nilai signifikasinya sebesar 0.005. Nilai tersebut memenuhi kriteria batas signifikasi hubungan sebesar < 0.01 dengan selang kepercayaan 99%. Uji hubungan pada variabel respons masyarakat dan gaya hidup masyarakat memiliki nilai Correlation Coeficient sebesar +0.464. Maka dari itu dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang sedang antara respons masyarakat dan gaya hidup masyarakat. Hal ini berarti bahwa respons masyarakat yang tinggi cenderung diikuti oleh gaya hidup masyarakat yang tinggi dan begitu pula sebaliknya, respons masyarakat yang rendah cenderung diikuti oleh gaya hidup masyarakat yang rendah. Tabel 43 Hasil uji korelasi Rank Spearman respons masyarakat dengan gaya hidup
Respons masyarakat Gaya Hidup
Respons masyarakat Koefifien Korelasi 1,000 0,464**
Gaya Hidup Sig. (2-tailed) 0,464** 0,000
Keterangan: **. Korelasi signifikan pada 0,01 siginikan 2-tailed
Nilai kolerasi yang didapatkan adalah 0,464 dengan signifikan 0,005 yang berarti memiliki hubungan positif yang sedang. Maka H1 diterima dan H0 ditolak. Dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut. Antara lain: 1. Respons masyarakat seperti tingkat jual-beli lahan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan pengeluaran berhubungan cukup tinggi. 2. Respons masyarakat berpengaruh terhadap gaya hidup yang dilihat dari tingkat aktivitas, persepsi aktivitas, persepsi minat dan persepsi opini. Semakin tinggi respons masyarakat maka semakin tinggi pula gaya hidup masyaarakat gurandil di Desa Pangkal Jaya.
52
53
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil deskripsi profil desa, deskripsi dampak industri pertambangan, respons masyarakat, dan gaya hidup, serta hubungan antara dampak industri pertambangan, respons masyarakat, dan gaya hidup, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut: Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis pekerjaan gurandil berubah secara signifikan terjadi setelah adanya industri yaitu hampir sebagian besar masyarakat bekerja sebagai buruh dan hanya sedikit masyarakat disana bekerja sebagai petani. Kegiatan dan usaha pertambangan yang terus meningkat pada dasarnya memberikan lapangan pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat pedesaan. Kondisi tersebut secara langsung akan berdampak pada kecenderungan berperilaku dan modernisasi masyarakat pedesaan. Dapat dilihat bahwa gurandil sebelum adanya industri banyak yang tidak memiliki pekerjaan tetapi setelah adanya industri pekerjaan mereka beralih menjadi gurandil atau bekerja sebagai buruh. Kebutuhan akan lahan terutama untuk keperluan perumahan dan untuk memenuhi sarana dan prasarana lainnya termasuk lokasi produksi pertanian dan gelondongan untuk pengolahan emas. Sebagai konsekuensi masuknya industri berdampak pada perubahan pemilikan lahan. Terjadilah jual-beli lahan baik tanah pekarangan, maupun tanah sawah yang dijual oleh penduduk asli kepada pendatang baru maupun kepada tetangganya sendiri. Tingkat aktivitas adalah berbagai jenis kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memanfaatkan waktunya. Aktivitas yang terdapat di Desa Pangkal Jaya adalah kegiatan sosial, liburan dan olahraga. Jika dilihat berdasarkan kelompok umur, umur responden Desa Pangkal Jaya merupakan pasangan usia produktif dan beberapa pasangan sedang mencapai puncak karirnya. Dengan demikian, upaya untuk menambah pendapatan keluarga masih memungkinkan guna mencapai tingkat kesejahteraan. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Desa Pangkal yaitu perubahan dari masyarakat agraris yang sederhana menjadi masyarakat yang bergaya hidup modern dan bergaya hidup konsumtif. Hal tersebut sebagai akibat dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam tata perekonomian masyarakat yang mengalami perubahan yang sangat pesat yang diakibatkan oleh perubahan mata pencaharian dari petani atau berdagang menjadi gurandil atau penambang liar. Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman, ditemukan adanya hubungan antara dampak industri pertambangan dengan respons masyarakat dan hubungan diantara kedua variabel ini merupakan hubungan positif yang sedang. Selain itu juga terdapat hubungan antara respons masyarakat dengan gaya hidup masyarakat gurandil, hubungan diantara dua variabel ini termasuk hubungan positif yang sedang.
54
Saran Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian mengenai dampak industri pertambangan terhadap gaya hidup masyarakat Desa Pangkal Jaya, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai saran dari penelitian ini. 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan mata pencaharian warga masyarakat Desa Pangkal Jaya cukup tinggi yaitu dari pertanian beralih menjadi penambang emas liar tanpa izin. Untuk pemerintah diharapkan dapat menyusun arah kebijakan mengenai faktor-faktor yang dapat melandasi terciptanya kesejahteraan bagi warga Desa Pangkal Jaya khususnya para komunitas gurandil agar tidak bekerja sebagai penambang liar karena resiko keselamatan yang tinggi dan sadar akan hukum dan kelestarian alam. 2. Untuk masyarakat Desa Pangkal Jaya diharapkan diberikan penyuluhan dan sosialisasi mengenai bekerja sebagai penambang liar bukanlah pekerjaan yang menjanjikan untuk masa depan dan dapat mengasah dan meningkatkan keterampilan individual agar mencapai kesejahteraan yang berarti. 3. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam oleh civitas akademika mengenai dampak industri dan gaya hidup masyarakat Desa Pangkal Jaya agar dapat dilihat seberapa besar perubahannya.
55
DAFTAR PUSTAKA (BPS) Badan Pusat Statistik. 2006. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2006. Jakarta (ID): BPS (BPS) Badan Pusat Statistik. 2012. Produksi Barang Tambang Mineral. Berita resmi Statistik No. 22/XII/4 1996-2012. (Internet). (diunduh tanggal 21 September 2014). Dapat diunduh di: www.bps.go.id Chenery D. 1996. Lifestyle Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta (ID): Jalasutra. Engel J, Blackwell R, Miniard P. 1995. Perilaku Konsumen Edisi ke Enam Jilid 2. Jakarta (ID): PT Binarupa Aksara. Gandi R. 2011. Pengaruh industrialisasi pedesaan terhadap taraf hidup masyarakat di RW01 dan RW09 Desa Benda, Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat. (Skripsi). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 90 hal. Haryanto B. 2005. Pendekatan Activities, Interests, dan Opinions (AIO). JMR. Vol (1:4). Kamanto S. 2000. Pengantar Sosiologi (Edisi Kedua). Jakarta (ID): Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Press. Kottler P. 2002. Manajemen Gaya Hidup (Edisi Keduabelas). Jakarta (ID): PT Indeks. Muhidin SA, Abdurahman M. 2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung (ID): CV Pustaka Setia. 280 hal. Plummer JT. 2003. The Concept and Application of Lifestyle Segmentation. JM. Vol (1:35). Purwanto. 2003. Perubahan Pola Pencaharian Nafkah Masyarakat Petani di Sekitar Kawasan Industri (Kasus di Desa Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur). (Tesis). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Qomariah R. 2003. Dampak Kegiatan Pertambangan Tanpa Izin (PETI) Batubara terhadap Kualitas Sumberdaya Lahan dan Sosial Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Banja, Kalimantan Selatan. (Tesis). Bogor. (ID): Institut Pertanian Bogor. Rafles. 2012. Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat dan Implikasinya Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kenagarian Mundam Sakti Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung. (Thesis). Jakarta (ID): Universitas Indonesia.
56
Rahardjo MD. 1984. Transformasi Pertanian, Industrialisasi dan Kesempatan Kerja. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Rusli S. 2005. Pengantar Ilmu Kependudukan. Jakarta (ID): LP3ES. Salim A. 2002. Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia. Yogyakarta (ID): PT Tiara Wacana Yogya. Salim HS. 2007. Hukum Pertambangan di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. (PERMEN) Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa Pertambangan Mineral dan Batubara. (Internet). (diunduh tanggal 21 September 2014). Dapat diunduh di: www.permen.go.id Sulasmono BS. 1994. Respons masyarakat desa terhadap pembangunan industri besar (Kasus Desa Hardjosari, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. (Tesis). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sumarwan U. 2003.Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Susanto. 2010. Membidik Gaya Hidup. Yogyakarta (ID): PT Tiara Wacana Yogya. Sutrisna E. 2008. Dampak Industrialisasi Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat. Jurnal Industri dan Perkotaan. (Internet) (diunduh tanggal 15 Januari 2015).08(22). Dapat diunduh dari :http://adiyatnapages.files.wordpress.com/2011/04/dampak-industriliasiterhadap-aspek-sosial-ekonomi-masyarakat1.pdf
Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID): LP3ES Walker JL, Li J. 2006. Latent Lifestyle Preferences and Household Location Decisions. Jakarta (ID): Gramedia Utama. Wibisono B. 2008. Model Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pertambangan Mineral Yang Berkelanjutan (Studi Kasus: Pengelolaan Lingkungan ModADA Di Kabupaten Mimika, Papua). (Disertasi). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Winarta S. 2006. Analisis Pengaruh Situasi Pembelian dan Gaya Hidup Terhadap Keputusan Pembelian. (Disertasi). Jakarta(ID): Universitas Indonesia. Yustika AE. 2000. Industrialisasi Pinggiran. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar.
57
LAMPIRAN
58
59
Lampiran 1 Jadwal pelaksanaan penelitian Kegiatan Penyusunan Proposal Skripsi Kolokium Perbaikan Proposal Pengambilan Data Lapangan Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Sidang Skripsi Perbaikan Laporan Penelitian
Des 3
Jan Feb Maret April Mei 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
60
Lampiran 2 Sketsa Desa Pangkal Jaya
Keterangan: Nama Wilayah: Desa Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor Batas-batas Geografis: Timur Barat Utara Selatan
: berbatasan dengan Desa Hambaro : berbatasan dengan Desa Nanggung : berbatasan dengan Desa Kalong Liud : berbatasan dengan Desa Bantar Karet
61
Lampiran 3 Hasil uji reliabilitas dan uji korelasi Reliability Statistics Cronbach's
N of Items
Alpha .635
173
Case Processing Summary N Valid Cases
% 31
88.6
4
11.4
35
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Correlations Dampak
Spearman's rho Dampak Industri Pertambangan
Correlation Coefficient
Respons
Pertambangan
Masyarakat *
1.000
.343
.
.044
35
35
Sig. (2-tailed) N
Respons Masyarakat
Industri
Correlation Coefficient
.343
*
1.000
Sig. (2-tailed)
.044
.
35
35
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations Respons Masyarakat Spearman's rho
Respons Mayarakat
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed) N Gaya Hidup
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Gaya Hidup .464
**
.
.005
35
35
**
1.000
.005
.
35
35
.464
62
Lampiran 4 Hasil reduksi data kualitatif berdasarkan topik terkait di Desa Pangkal Jaya Tahun 2015 Topik Dampak Industri Pertambangan “Dampak industri bagi masyarakat, karena dengan adanya pongkor menjadikan masyarakat desa Pangkal Jaya menjadi masyarakat yang awalnya produktif menjadi konsumtif, yang awalnya masyarakat itu tradisional menjadi masyarakat modern. Wujud realnya adalah para orang tua mulai menghiasi dirinya dengan perhiasan, emas-emas dan barang-barang mahal yang biasanya dipakai untuk kegiatan, dari kalangan bapak-bapak mulai membeli apa yang mereka inginkan, dari kalangan remaja mulai bergaya layaknya pemuda metropolis. Akibatnya persaingan hidup mulai timbul, seperti : perselingkuhan, pergaulan bebas, dan meningkatnya angka kriminalitas, perubahan ini terjadi secara langsung dikarenakan adanya pekerjaan menjadi gurandil mempunyai peran yang sangat penting dalam mendesain perubahan dalam masyarakat” Topik Respons Masyarakat “perubahan sosial ini terjadi karena adanya pongkor sama Antam, ada pembebasan lahan dari perusahaan antam. Ini sudah dua kali melakukan pembebasan lahan atau tanah di desa ini, ya bayarannya tergantung tanah yang di jual sih neng. Sebagian besar orang-orang sini menggunakan uang itu buat foya-foya, namun sebagian ada yang buat beli tanah baru sama tetangga. Tapi begitu uangnya habis yang udah gak punya apa-apa ya akhirnya jadi gurandil ke pongkor” Topik Gaya Hidup “memang benar dulu Masyarakat Desa Pangkal Jaya adalah masyarakat agraris yang menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian. Mayoritas warga menggantungkan hidupnya pada sawah, karena sawah merupakan lahan perekonomian warga yang sangat penting. Desa Pangkal Jaya ini juga semula adalah desa yang jauh dari peradaban, dengan latar belakang pendidikan serta sumber daya manusia yang sangat rendah serta tidak adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan formal bahwa kehidupan masyarakat desa Pangkal Jaya sangat dipengaruhi oleh adanya pertambangan pongkor dan menjadi gurandil. Hal ini yang menimbulkan perubahan sosial yang sangat cepat di dalam masyarakat, bapak-bapak yang biasanya bercocok tanam diswah jadi kerja nambang kepongkor nu gurandil” “biasa anak-anak muda disini mah ikut menambahi juga, dulu iku mas, masyarakat sini iku tradional bangetz leh, saiki wis modern koyok wong kota, mergo akeh masyarakate sing kerja nu guranil, tapi yow arek-arek nom iku yow ora terus turu ae, anak-anak iku semangat kerjone gede, mergo punya pemikiran, piye carane oleh duit. Terus niku neng, gaya hidup konsumtif masyarakat iku di pengaruhi juga oleh tetanggane, kapan tetanggane iku tuku barang sing apik maka tetanggane sing liyane iku melet pisan, dan juga sudah menjadi kebutuhan masyarakat juga untuk bergaya hidup konsumtif iku neng”
63
Lampiran 5 Deskripsi statistik pengeluaran pangan di Desa Pangkal Jaya tahun 2015 Descriptive Statistics N Pengeluaran Konsumsi Beras Sebelum Pengeluaran Konsumsi Beras Sesudah Pengeluaran Konsumsi Ikan Sebelum Pengeluaran Konsumsi Ikan Sesudah Pengeluaran Konsumsi Daging Sebelum Pengeluaran Konsumsi Daging Sesudah Pengeluaran Konsumsi Telur dan Susu Sebelum Pengeluaran Konsumsi Telur dan Susu Sesudah Pengeluaran Konsumsi Sayur-sayuran Sebelum Pengeluaran Konsumsi Sayur-sayuran Sesudah Pengeluaran Konsumsi Buah-buahan Sebelum Pengeluaran Konsumsi Buah-buahan Sesudah Pengeluaran Konsumsi Minyak dan Lemak Sebelum Pengeluaran Konsumsi Minyak dan Lemak Sesudah Pengeluaran Konsumsi Bumbu-bumbuan Sebelum Pengeluaran Konsumsi Bumbu-bumbuan Sesudah
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
35
.00
5.040.000.00
3.994.628
1.578.098
35
.00
5.760.000.00
3.896.914
1.812.890
35
.00
26.880.000.00
1.600.428
4.420.531
35
.00
13.440.000.00
2.045.657
3.586.301
35
.00
4.000.000.00
926.742
941.386
35
.00
4.320.000.00
1.590.342
1.267.255
35
.00
7.200.000.00
2.275.714
1.937.252
35
.00
23.040.000.00
2.945.942
4.101.870
35
.00
3.600.000.00
1.425.428
781.030
35
.00
3.600.000.00
1.440.857
732.555
35
.00
2.000.000.00
607.714
641.730
35
.00
2.600.000.00
767.428
721.042
35
.00
1.800.000.00
855.771
492.479
35
.00
1.800.000.00
900.342
465.854
35
.00
4.680.000.00
1.745.600
932.522
35
.00
4.680.000.00
1.839.314
928.347
35
.00
25.920.000.00
5.106.171
6.020.029
35
.00
259.200.000.00
19.491.428
53.740.263
Pengeluaran Konsumsi Tembakau dan Sirih Sebelum Pengeluaran Konsumsi Tembakau dan Sirih Sesudah
64
Pengeluaran Konsumsi Makanan dan Minuman Jadi
35
.00
4.800.000.00
330.857
951.980
35
.00
4.800.000.00
360.000
975.753
35
.00
3.000.000.00
124.285
549.915
35
.00
3.000.000.00
124.285
549.915
35
.00
10.000.000.00
285.714
1.690.308
35
.00
10.000.000.00
428.571
1.867.456
35
.00
720.000.00
20.571
121.702
35
.00
15.000.000.00
620.571
2.700.977
35
.00
3.500.000.00
874.571
847.159
35
.00
6.000.000.00
1.146.571
1.323.228
35
.00
6.000.000.00
820.571
1.186.913
35
.00
4.200.000.00
804.000
832.428
Sebelum Pengeluaran Konsumsi Makanan dan Minuman Jadi Sesudah Pengeluaran Konsumsi Konsumsi lainnya Sebelum Pengeluaran Konsumsi Konsumsi lainnya Sesudah Pengeluaran Sewa, kontrak, perkiraan sewa rumah Sebelum Pengeluaran Sewa, kontrak, perkiraan sewa rumah Sesudah Pengeluaran Pemeliharaan rumah dan perbaikan ringan Sebelum Pengeluaran Pemeliharaan rumah dan perbaikan ringan Sesudah Pengeluaran rekening listrik, air, gas, minyak tanah, kayu bakar Sebelum Pengeluaran rekening listrik, air, gas, minyak tanah, kayu bakar Sesudah Pengeluaran Rekening telepon rumah, pulsa hp, telepon umum, wartel, internet, warnet, benda pos Sebelum Pengeluaran Rekening telepon rumah, pulsa hp, telepon umum, wartel, internet, warnet, benda pos Sesudah
65
Pengeluaran sabun mandi/cuci, kosmetik, perawatan rambut/muka,
35
.00
2.400.000.00
769.428
586.900
33
60.000.00
2.400.000.00
998.787
651.746
35
.00
600.000.00
41.428
137.458
35
.00
15.000.000.00
913.571
2.990.667
34
.00
9.000.000.00
328.823
1.548..216
34
.00
9.000.000.00
331.764
1.548.646
35
.00
6.500.000.00
1.524.000
1.536..587
35
.00
7.200.000.00
17.194.28
1.639.192
tisu Sebelum Pengeluaran sabun mandi/cuci, kosmetik, perawatan rambut/muka, tisu Sesudah Pengeluaran Biaya kesehatan Sebelum Pengeluaran Biaya kesehatan Sesudah Pengeluaran Biaya Pendidikan Sebelum Pengeluaran Biaya Pendidikan Sesudah Pengeluaran Transportasi pengangkutan, bensin, solar, minyak pelumas Sebelum Pengeluaran Transportasi pengangkutan, bensin, solar, minyak pelumas Sesudah Valid N (listwise)
32
66
Lampiran 6 Deskripsi statistik pengeluaran sandang di Desa Pangkal Jaya tahun 2015 Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Pengeluaran Pakaian, alas kaki dan tutup kepala
35
.00
3.000.000.00
834.285
636.138
35
300.000.00
5.000.000.00
1.177.142
946.537
35
.00
2.000.000.00
85.714
373.491
35
.00
85.000.000.00
3.282.857
14.403.604
35
.00
4.000.000.00
164.428
675.780
35
.00
4.000.000.00
164.428
675.780
35
.00
25.000.000.00
714.285
4.225.771
35
.00
25.000.000.00
714.285
4.225.771
Sebelum Pengeluaran Pakaian, alas kaki dan tutup kepala Sesudah Pengeluaran Barang tahan lama, alat elektronik, kendaraan, perhiasan Sebelum Pengeluaran Barang tahan lama, alat elektronik, kendaraan, perhiasan Sesudah Pengeluaran Pajak (PBB, pajak kendaraan) Sebelum Pengeluaran Pajak (PBB, pajak kendaraan) Sesudah Pengeluaran keperluan pesta dan upacara Sebelum Pengeluaran keperluan pesta dan upacara Sesudah Valid N (listwise)
35
67
RIWAYAT HIDUP Ami Kusuma Handayani lahir di Jakarta pada tanggal 25 Mei 1993 adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Agung Nugroho Hartono dan Novi Andayani Praptiningsih. Pendidikan formal yang pernah dijalani adalah TK Al-Azhar periode 1998-1999, SDIT Fajar Hidayah periode 1999-2005, SMP Negeri 239 Jakarta periode 2005-2008, SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan periode 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan. Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti kegiatan di dalam dan luar kampus. Penulis pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Komunikasi Bisnis periode 2014. Penulis juga aktif sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA) Divisi Pengembangan Budaya Olahraga dan Seni (PBOS) pada masa kepengurusan selama dua periode yaitu tahun 2012/2013 dan 2013/2014. Selain itu penulis mengikuti kegiataan kepanitiaan Pemilihan Raya FEMA Divisi Publikasi dan Dekorasi tahun 2012, Panitia Himasiera Olah Talenta Divisi Sponsorship tahun 2012, Panitia Familiarity Night Divisi Acara tahun 2012, Panitia Career Development Training Divisi Marketing Promotion tahun 2012, Panitia 6th Ecology Sport and Art Event Divisi Sponsorship tahun 2013, Panitia IPB Festival Divisi Acara tahun 2013, Panitia Gebyar Nusantara Divisi Acara tahun 2013, Panitia Familiarity Night Divisi Sponsorship tahun 2013, Panitia 7th Ecology Sport and Art Event Divisi Acara tahun 2014, Panitia Gebyar Nusantara Divisi Acara tahun 2014 dan Panitia Familiarity Night Divisi Acara tahun 2014. Untuk kegiatan di luar kampus, penulis mengikuti kegiatan Marching Band The Crescendo Corps dari tahun 2002 sampai 2013.