Dampak Banjir Terhadap Inflasi Praptono Djunedi, Peneliti Badan Kebijakan Fiskal
“Siapa yang merusak harga pasar hingga harga itu melonjak tajam, maka Allah akan menempatkannya di dalam neraka pada hari kiamat.”(HR. Thabrani)
Akhir-akhir ini, hampir setiap hari, muncul berita tentang musibah banjir yang melanda sejumlah daerah di Indonesia. Jakarta, Purworejo dan Manado adalah contoh beberapa daerah yang mengalami bencana banjir. Setidaknya ada tiga faktor penyebab terjadinya banjir yaitu: (1) kegiatan manusia yang berdampak pada perubahan tata ruang yang berujung pada perubahan alam, (2) terjadinya peristiwa alam seperti tingginya curah hujan,1 naiknya permukaan air laut, dan sebagainya, serta (3) terjadinya degradasi lingkungan seperti pendangkalan sungai akibat sedimentasi, penyempitan alur sungai dan sebagainya.2 Di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Pesanggrahan, misalnya, hampir 70 persen dari luas DAS merupakan kawasan terbangun. Areal kawasan hijau sedikit sekali, hanya sekitar tujuh persen dan itu pun tidak merata. Hulu DAS Pesanggrahan berada di Tanah Sereal kota Bogor sedangkan hilirnya di daerah Jakarta Barat. Demikian juga dengan DAS Angke yang luasnya 239 km2. Sekitar 60 persen dari luas DAS ini juga dipenuhi pemukiman masyarakat. Dengan kondisi tutupan lahan seperti ini menyebabkan terjadinya banjir di Jakarta.3 Musibah banjir menyebabkan kerugian finansial yang tidak sedikit. Untuk mengatasi banjir di Jakarta saja, pemerintah menyediakan alokasi anggaran sedikitnya Rp2,3 triliun dalam rangka menormalisasi sungai Pesanggrahan, Angke dan Sunter. Belum lagi kerugian yang
1
Ketika air hujan turun, ada sebuah do’a yang diajarkan kepada kita “Allahumma Shayyiban Naafi’an” ( “Ya Allah jadikanlah hujan ini hujan yang bermanfaat”). Pesan doa ini seolah-olah mengajarkan bahwa ada hujan yang bermanfaat dan ada hujan yang tidak bermanfaat. 2 Lihat Kajian”Kebijakan Penanggulangan Banjir di Indonesia”, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Bappenas, dalam http://www.bappenas.go.id/files/5913/4986/1931/2kebijakan-penanggulangan-banjir-diindonesia__20081123002641__1.pdf 3 “Banjir Jakarta Diduga Akibat Pendangkalan Sungai”, 28 Oktober 2012
dialami masyarakat Jakarta,, termasuk masyarakat bisnis, yang bisa mencapai ratusan miliar.4 Untuk di Manado,, banjir yang terjadi diprediksi menimbulkan kerugian lebih dari Rp90 miliar.5 Sedangkan kerugian akibat banjir di Purworejo Purworejo, yang melanda 13 kecamatan di wilayah itu, diperkirakan mencapai Rp77 miliar.6 Lantas, muncul pertanyaan, apakah banjir akan berdampak pada meningkatnya meningkatny inflasi? Seberapa siginifikankah dampak banjir terhadap kenaikan inflasi?
Gambar 1: Perkembangan Tingkat ingkat Inflasi, 2006 s.d 2013 12,0% 10,0% 8,0% 6,0% 4,0% 2,0% 0,0% 2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dampak Kecil Sebagaimana diketahui, air banjir itu mempunyai daya rusak yang luar biasa. Air banjir akan merugikan atau merusak apa saja yang ditemui, misalnya membanjiri persawahan bisa menyebabkan gagal panen, membanjiri jalan atau jembatan menyebabkan infrastruktur jalan /jembatan tersebut menjadi rusak dan akhirnya distribusi bahan pangan atau logistic menjadi terhambat, membanjiri kota membuat perekonomian kota tersebut menjadi terganggu dan 4
“Kadin: Kerugian Akibat Banjir Jakarta Ratusan Miliar Rupiah”, 19 Januari 2014, dalam http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/14/01/19/mzniu3-kadin-kerugian http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek kerugian-akibat-banjirjakarta-ratusan-miliar-rupiah 5 “Akibat Banjir, Kerugian Infrastruktur Manado Capai Rp91,3 Miliar”, 20 Januari 2014 dalam http://www.aktual.co/sosial/165543akibat http://www.aktual.co/sosial/165543akibat-banjir-kerugian-infrastrukur-manado-capai-rp913-miliar miliar 6 “Total Kerugian Bencana Di Purworejo Capai Capa Rp77 M”, 27 Desember 2013, dalam http://m.suaramerdeka.com/index.php/read/news/2013/12/27/184814
sebagainya.
Dengan
terhambatnya
distribusi
berbagai
komoditas,
utamanya
pangan,
menyebabkan pasokannya juga terganggu. Pada kondisi inilah, ketika demand lebih besar daripada supply dapat menyebabkan kenaikan harga berbagai komoditas (atau naiknya tingkat inflasi). Inflasi dapat berpengaruh pada dua kelompok masyarakat yaitu masyarakat konsumen dan masyarakat produsen. Dampak bagi masyarakat konsumen adalah menurunnya daya beli masyarakat, meningkatnya jumlah masyarakat miskin, serta semakin tingginya jumlah pengangguran. dan kejahatan. Sedangkan dampak inflasi terhadap masyarakat produsen adalah meningkatnya biaya operasional serta biaya ekstensifikasi usaha sehingga dapat pula menurunkan kesempatan kerja. Dengan demikian, dampak banjir atau bencana alam lainnya akan mempengaruhi harga-harga komoditas apabila terjadi gangguan pada distribusinya sehingga jumlah pasokan menjadi berkurang daripada biasanya. Dampak tersebut dapat terwakili melalui sumbangan kenaikan harga berbagai komoditas terhadap tingkat inflasi. Sebagai contoh, mari kita lihat tingkat inflasi tahun 2013 yang mencapai 8,38 persen. Pada tahun 2013, lima komoditas yang dominan menyumbang kenaikan harga (dari yang terbesar) terhadap tingkat inflasi nasional adalah bensin (1,17 persen), tarif angkutan dalam kota (0,75 persen), bawang merah (0,38 persen), tarif listrik (0,38 persen) dan cabai merah (0,31 persen).7 Apabila dilihat dari sisi kelompok pengeluaran, tingkat inflasi 8,38 persen disumbang oleh berbagai kelompok berikut ini. Pertama, kelompok bahan makanan memberikan kontribusi sebesar 2,75 persen. Yang termasuk kelompok ini meliputi bawang merah, cabai merah, ikan segar, beras, daging ayam ras, daging sapi, jeruk dan ikan diawetkan, Kedua, kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan memberikan andil sebesar 2,36 persen. Yang termasuk kelompok ini meliputi bensin, tarif angkutan dalam kota, tarif angkutan udara, dan tarif angkutan antar kota. Ketiga, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,48 persen. Yang termasuk kelompok ini meliputi tariff listrik, tariff sewa rumah, upah tukang bukan mandor, bahan bakar rumah tangga dan upah pembantu rumah tangga. Keempat, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,34 persen meliputi nasi dengan lauk, rokok kretek filter dan mie. Sedangkan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga (0,26
7
Badan Pusat Statistik, “Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi”, Edisi 44 Januari 2014
persen),
kelompok kesehatan (0,15 persen), dan kelompok sandang (0,04 persen)
menyumbangkan angka yang relatif kecil. Dengan demikian, apabila menyimak paparan di atas maka faktor kenaikan harga BBM menjadi penyumbang terbesar terhadap tingkat inflasi tahun 2013. Hal ini terkonfirmasi setelah memperhatikan perkembangan tingkat inflasi selama delapan tahun terakhir (2006 s.d. 2013) sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 1 di atas, tampak bahwa tingkat inflasi yang relatif tinggi terjadi pada tahun 2008 (11,06 persen) dan tahun 2013 (8,38 persen) ketika diumumkannya kenaikan harga BBM. Selanjutnya, kalau menyimak tampilan Gambar 2, maka lagi-lagi adanya kenaikan harga BBM sejak 22 Juni 2013 dan kebetulan momen tersebut menjelang bulan puasa telah memicu tingkat inflasi bulan Juli langsung meningkat tajam (3,29 persen). Sedangkan pada bulan-bulan lainnya, walaupun di daerah-daerah tertentu menjadi langganan banjir, tingkat inflasi paling tinggi berada pada level satu persen.
Gambar 2: Perkembangan Inflasi Bulanan, 2012 s.d. 2013 3,5 3
persen
2,5 2 1,5 1 0,5
-0,5
Jan-12 Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan-13 Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
0
Jadi, faktor banjir memang diduga dapat mempengaruhi tingkat inflasi bulan Januari ini, namun diperkirakan besarannya sama seperti bulan Januari tahun 2013, yakni sekitar satu persen. Sebab, pemerintah tentu tidak akan membiarkan kurangnya pasokan logistik akibat terganggunya distribusi menjadi pemicu kenaikan harga-harga barang tanpa terkendali.
Selain itu, diharapkan dukungan semua pihak, terutama pelaku bisnis, dalam kondisi Indonesia sedang menghadapi banjir, agar tidak melakukan sesuatu perbuatan yang dapat merugikan masyarakat luas, seperti penimbunan barang. Tentu, perbuatan ini sangat tidak etis. Toh, agama juga mengajarkan kepada kita agar tidak melakukan penimbunan barang karena penimbunan barang hanya akan merusak harga pasar, sebagaimana diingatkan dalam kutipan di atas.