5. PERBEDAAN SIFAT FlSIK HABITAT PADA PERMUKAAN LUAR DAN
DALAM TKB TERHADAP HUBUNGAN ANTAR KOMUNITAS
BAKTERI, JUVENIL KARANG, PERIFE'rON DAN MAKROALGAE
Perairan laut kepulauan Karimunjawa terletak pada katulistiwa 1 5"Lintang Selatan, merupakan kondisi perairan yang mernpunyai sifat biodiversitas yang cukup tinggi terletak pada wilayah kedalaman kurang dari 50 m (< 50 m). Kondisi hidro-
oseanografi berkai tan erat dengan dominan kekuatan (kekuatan pendorong) rnusim timur dm pada musirn barat, sehingga rnernpengaruhi kehidupan biota Iaut, termasuk
bakteri, j uveni l kacar-g, perifi ton dan makroalgac. Perbedaan fisi k habitat pada perairan pulau Menjangan Besar dan Gon W aru,
menunjukkan kualitas air yang berbeda, karena Pulau Menjangan Besar kualitas air lzutnya sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia
karena herdekatm dengal
penduduk, serta pengaruh h y a angin barat selama tiga bulan (Desem ber-Pebruari).
Kondisi ini rneccirikan perairan yang bersuhu relatif rendah 27-36@C(nc!ithermik), salinitas bersi fnt '>rlolihilline" (3 !-33 o!oo) daii pmduk tivitas p r i e r tinggi (Eurne.roti-quik),kolldisi ini rnznyebabk3n "growinitphz"
(Punranto, i 999).
Kondisi ikik ini berbeda s e c m fislk dengan perairan Gon W a x , disehejah tirnur pulau Karimunjawa, sifat fisik ymg menonjol adalah agak jauh dari pernukiman penduduk, perairan sangat dipengmhi oleh angin timur (Juni-Agustus). Ciri khas perairan di Gon Waru addah perairan relatif jernih, sedikit sedimentasi,
berdekatan dengan mangrove dan dominan pengamh angin Timw yang mernpunyai sifat suhu perairan relatif lebih hangat (29-3 1°C) dan salinitas bersifat "sreno haline" (32-33 oloo), sedangkan produktifitas primer menunjukkan tingkatan yang rendah
(uligofrophik).
Adanya perbedaan sifat fisik pad3 perairan Pulau Menjangan Besar dm Con
Waru akan rnernpengaruhi perbedaan hubungan antar komunitas bakteri dengan juveni l karang, bakteri dengan perifiton, bakteri dengan makroalgae, perifiton dengan
j uveni l karang, makroalgae dengan j uvenil karang. Adanya hubungan antar spesies atau komunitas ini, akan mempengamhi model suksesi dari komunitas tersebut.
Habitat fisik permukaan luar dan dalam TKB yang ditempatkan pada lokasi
perairan yang berbeda (lokasi Pulau Menjangan Besar dan Lokasi Gon W m ) , terutama unsur kimia permukaan luar d m dalam TKB yaitu:N,
P, K, Si, Ca , yang
secara nyata berpengamh terhadap penempelan biota laut (bakterijuvenil karang,
perifiton dan makrodgae), sehingga akan mempengaruhi hubungan antar komunitas
atau antar spesies.
Hubungan tersebut dikenal sebagai hubungan: netralisme, kompetisi langsung, kompetisi tak langsung, amensalisme, komensaIisme, protokooperasi, dan
mutualisme clan predasi. Diharapkan adanya penelitian ini akan diperoleh suatu temuan faktor perbedm fisik habitat, pada pemukaan luar dan dalam terumbu karang buatan (TKB) , akan mempengaruhi perbedam komunitas, atau spesies yang menempe! akan bsrbeda. Sehingga akan rnempengarhi perbedaan hubungan anhr spsies atau mtar
kornlmitaz terhadap bakieii, juveni l karaiig, pcrifiton, rnakro algac. Tujum pneliti=,
iin intok mer.getAiui pr'veciaan fisik habitat pada
pemukaan l w r dar: dtilrr~~ TKH. :crh;ldap hubilngar! antar spesies dm komunitas biota hut %perti:baktcri, ;wenil kxdng,perifiton. l-na~roalgae.
Bahan dan Metode 1. Waktu dan Tempat
Waktu penelitian dimulai awal bulan Oktober 2002 sampai akhir bulan Mei 2003 (selama 8 bulan). Tempat penelitian sarna dengan bab 3 dan 4, dilakukan di peraim Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah di
tempatkan pada dua lokasi berbeda (Garnbar Peta 4.1 ) yaitu sebagai beri kut: 1. Stasiun 1 , TKB ditempatkan di perairan sebelah barat Pulau Menjangan Besar
mewakili habitat pasir (TKB-A I , TKB-A2, TKB-A3, TKB-A 1D, TKB-A2D, TKB-A3D) dengan posisi GPS BT 1 lO"26'00, LS 5' 55'00).
2, Stasiun 2 , TKB ditaruh diperairan Gon Waru Pulau Karimunjawa, pa& substrat dasar
k m g rusak (TKB-B1 , TKB-B2, TKB-B3, TKR-BID, TKB-
B2D, TKB-B3D) dengan posisi GPS BT 110" 27' 30" dan LS 5' 54' 12" sebagai perlakuan sesuai dengan metoda bab 3 dan 4, prinsipnya dengan menempatkan TKB di Pulau Menjangam Besar pada permukaan luar TKB
TKB AID, TKB A2D, TKB A3D. Selanjutnya di lokasi Gon Waru pada permukaan lw T W TKB B 1, TKB B2 dan TKB B3 dan permukaan dalarn TKB meliputi TKB Bl D, TKB A l , TKB A2, TKB A3 dan pemukaan dalarn
B2D dm TKB B3D. Kemudian dari masing-masing TKB ditempatkan pada
jarak 4 meter pada antar TKB, serta dilakukan ulangan 4 kali. Alasan penempatan perlakuan ini, untuk membandingkan perbedaan karakteristik habitat yang berbeda seperti pada bab 3 dan 4, sehingga komposisi kelimpahan dm pola suksesi primer akan berbeda. Metode penelitian dengan
menggunakan mctode eksploratif. Perlakuan terdiri dari 12 perlakuan dm 4 kali ulagm. Pemukaan luar dan Calarn TKB yang ditempatkan pada perairan Pulau idenjangm Besw (permdzim luar I'KB A 1, A2, A3, dan pem.ukaan dalam TKB
AlG, A2C, A3D) dan ditempatkan di peraim Gon Wan1 (yennukaan icar TKB
B !. B2, 3 3 dzii prmukmr~ddam TY33 I3 1 P, BZD, !33 D). Masing-masing sanlpel yang dimati hi kornunitas bakteri, juvenil karang, perifiton clan m;Ikrtb
algae dengan memasang keramik ukuran 8x8 cm2 yang dipasang pada keempat sisi terumbu karang buatan berbentuk piramid terbuat dari semen. Keramik tersebut dipasang dengan posisi d i l w pada bagian yang kasar dengm tali kalipel. 2. Perslatan Percobaan
Alat-alat yang dipakai dalam penelitian ini, meliputi alat -alat sselam (scuba diving), I buah kamera bawah air, hand counier, penggaris lahan karat, timhangan.
tali temali, plastik dm buku identifikasi karang (Veron 1986; Allen & Steense 1994;
English et al. 1994), buku identifikasi perifiton (Newell & Newell 1963; Yamaji 1 979), identi fikasi makroalgae (Larkurn el al., i 989; Luning 1 990), alat pencacah
data, 10 buah transek kuadrat, I buah perahu motor ternpel, serta alat pemantau
kualitas air seperti: thermometer, sechidisk, alat pengukur sedimentasi, spectro-
fotometer, current meter, pipet ukur ketelitian 0,5 ml, 0,2 mI, neraca elektrik, centrifuge,freezer, stirrer dan lainnya.
3. Bahan Percobaan Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain terumbu buatan yang terbuat dari semen berbentuk pyramid ukuran 75x75x125cm, berjumlah 6 buah (gambar 3 -21, sample juvenil karang, isolat bakteri laut, peri fiton, rnakro algae, bahan lainnya seperti: formalin 4%, lug011 100 ml untuk pengawetan perifiton, makroalgae,
bahan isolasi bakteri dikultur bakteri media zobell22 16 E satu paket. 4. Prosedur PenelitLn
Penelitian dilakukan dengan menempatkan TKB pada lokasi berbeda yaitu di Pulau Menjangan besar (TKB-A1, TKB-A2, TKB-A3, TKB-AID, TKB-A2D, TKBA3D), dan di perairan Gon Waru Pulau Karimunjawa (TKB-B 1, TKB-B2, TKB-B3,
TKB-B I D, TKB-R2D, TKB-B3n) Selafijutnya di l&uicm pengmatan proses s&seqi
clan hubungm antar
komunitas (rneaakai metode McNa-ughtoii& Wo!f 1 973 ; I lasi buan 1989) dasi bakteri laui, iuvzni! karang, perifiion :Im makroaigze, p&a te.rurr!bu kmng dilak~kanseiiap
b ~ ~ l asekali, n se!mjubiys qe:jap bulm sekali sslam: 8 balan rOkto!xr 2002 sampai Mei 2GC?), d i l a k b pngamatar, terhadzp kosposisi icirnis leiidii ymg rnencmpzi pada permukaan luar cian daiam TKH yang diamati meliputi: N, P, C, Ca,K, Si02
(Memakai metode Yoshida et al., 1972 memahi AAS
=
Automic Absorption
Spectrophotometer). Data kelimpahan jenis dan komposisi pa& bakteri laut, juvenil karang, perifiton dan makroalgae dilakukan setiap bulan sekali, menggunakan metode (Yamaji 1979; Luning 1990; Holt el ul., 1994, English ei al., 1994; Jomas 1997).
Metde identifikasi bakteri dilakukan dengan cara mengerik permukaan luar dan dalam TKB secara acak pada luasan 1 crn2, kemudian diarnbil 1 rnl, diencerkan dalam larutan steril air laut 9 ml dengan mortar dan dilakukan seri, kemudian diambil 1 rnl dimasukkan dalam labu erlemeyer 9 ml dan di kocok sampai homoget, diperoleh
pengenceran lo-', dengan cara yang sama dilakukan pengenceran 1 o - ~1,o - ~ ,104, 1 om5.
Selanjutnya sampel tersebut diambil 100 pm kedalam cawan petri yang telah diisi media zobel dan disebar merata kernudian dibungkus kertas steril dan diinkubasi
2x24 jam. Selanjutnya isolat bakteri di mumikan dengan teknik goresan dm
diidentifikasi jenis bakteri secara morfologi dm uj i biokimiawi (uji oksidase, katalase, Hugh Leison, H2S, indol, methyl red, Vogen-Proskauer, reduksi nitrat, citrat, gula, dehrboksilase, hidrolisa pati dan lainnya) dengan menggunakan metode
Holt et nl (1994). Kemudian untuk identifikasi juvenil karang menggunakan metode English et a1 (1994), Perifiton metode Yamaji (1979) dm makroalgae (Luning, 1990). Analisis Data Data yang analisis yaitu kandungan unsur kimia lendir pada perrnukaan luar dm dalam terumbu karang buatan (TKB) (indikator biofilm yang dianalisis unsur N
,P, C , K, SiOl, Ca) dilaktrkan seczra diskriptif. Selanjutnya suksesi komunitas bakteri laut, juvenil karaiig, perifiton, makroalgae dimalisis modcl suksesi dengan model
hiotoniura, Model Preston 3an Model Mac -4rthur (Southwood, 1978, Giller. 1984). Seciangkan h~bungm anhr komuilihs
atau
spesies
menggunakan metde
(KcNaughtor~Pr. Wolf 1973; H a s i b ~ miY59: Agaurin dan Huis-5
a!., 2004, Radfard et a[., 2004; Titlyarl~ve! a1 , 2004).
2004; Jon? et
Hasil dan Pembahasan Hubungan Antar Komunitas (spesies) Bakteri, Juvenil Karang, Perifiton
dan Makroalgae.
B e r k k a n hasil penelitian menjukkan bahwa rata-rata kandungan komposisi kimia Iendir permukaan luar TKB (TK13 A l , A2, A3), dapat dilihat pada Tabel 5.1
dan lampiran 33-39). Tabel 5.1 Komposisi Kimia Lendir Yang Menempel Pada Permukaau Luar dan dalam TKB, Yang Di tempathn Di Perairan Pulau Menjangan Besar dan Gon Waru (Pulau Karimunjawa). Environmental (komposisi kimia lendir yang menempel -3ada
1
494,35 44,5! 733:69 1 (09.08 65,081 113.32 109,02 €4,9 173.25
1
1 1
6 2 /45,930,75 684,87 8 3 146,62 0.78 686,08 421,68 75,71 1050,47 A1 47,04 3,05439,07 450,t 33 59,3 484,16 A2 46,09 2,961439,05 449,92 58,65 484,48 A3 46,79 2,98 4 3 9 3 450,48 59,39 403,72 1. Lokasi Pulau Menjangan Besar (permukaan luar TKB).
Berdasarkan tabel 5.l.kandungan kimia lendir permukaan luar TKB yang ditempatkan di pulau Menjangan Besar (TKB A l , A2, A3) menunjukan bahwa
kandurlgan Nitrogen (N) masing-masing berkisar 46,09 - 47,05 mgll, fosfor (P)2,963,05 mdl, karbn ( C ) 439,05 4 3 9 - 3 4 mgll, kalsium ( Ca ) 449,92 4 5 0 , 4 8 mdl, kalium ( K ) 58,65-59,39 mg/l dan silikat (SiOz)403-72- 484,48 mdl.
Berdasarkan hasil analisis kimia (koefisien faktor), menunjukkan bahwa sebagai parameter kunci yang mempengaruhi keberadaan spesies bakteri, j uveni I karang, perifiton dan makroalgae adalah: fosfor (P) dengan niiai koefisien faktor 22,261995 % - 25,093741 %. Terdapat perbedaan komposisi kimia lendir unsur
fosfor (P) clan C untuk di Pulau .Menjangan Besar (Perrnukaan luar TKB A 1, A2, A3
dan dalam TKB AID, A2D, A2D) dan Fosfor (P), Pada hulm Desember (rnusirn Barat) kandungan P (3,97 mgll), C (627 mgll) dm Mei (musim Pancaroba 1) P (3,67 mgll), C (571,65). Yang akan mempengaruhi hubungan antar kornunitas bakteri
dengan juvenil karang
bentuk eksponensial ( Von Berfalanfi) dengan bentuk
hubungan protokooperasi, yaitu interaksi yang menguntungkan kedua spesies bakteri dan j uveniI karang, tanpa ada ketergantungan (Tabel 5.2, Gambar 5.1 ).
2 5GOaOC
32Q0000
i83000Q
Kelimpahan tohi bakteri (cfulem2) TKB A l , A2, A3 BakteriJ.Karang
Kelimpahan total b a k M (cfulcm2)
TKB Al,AZ,A3 Bakteri-Perifiton
Gambar 5.1 Hubungan protokooperasi kelimpahan total bakteri (cfu/cm2) dan j uvenil karang (individuicrn2) kurve eksponensial saturasi dm hubungan "amensalisme" Bakteri dengan peri fi ton kurve inkonsisten pada TKS A1,A2,A3 (permukaan luar) TKB yang ditempatkan di Pulau Menjangan Besar.
Pzda perlakuan TKB A l , A2, A3 rnenjukkar! bahwa pola suksesi primer cenderung pada awalnya baik (model Preston) bulan Oktober terhadap komunitas
bakteri, j uvenil karang, perifi ton dan makroaigae. Setelah akhir penelitian pada bulan Mei menunjukkan
modelnya cenderung ada perbaikan yang lebih baik (model
Preston dan Marc Arthur), kecuali pada komunitas bakteri dan makroalgae (Tabel S . 3 ) . Pada
hubungan antara bakteri dengan perifiton pada TKB A l , A2, A3
menunjukkan hubungan "amensalisme" dengan bentuk kurve inkonsisten (Gambar 5.1) Hal ini menunjukkan bahwa spesies satu terhambat (perifiton) dm spesies 2
(bakteri) tidak terganggu. Walaupun demikian pada
TKB A l ,
A2, A3 terdapat
hubungan bakteri dengan makroalgae terjadi hubungan yang bai k, karena bentuk hubungcin yang protokooperasi (Tabel 5.4, dan Gambar 5.2).
S2000n
t 220000
1820000
Ks:impahn rota1 perititon (ind!viddeacmZ)
Kelimpahan total bakteri {cfuicrn2)
L
TKB A1 *,A3
Periston4 - k a r a o g
Gambar 5.2 Hubungan protokooperasi kelirnpahan total bakteri (cfu/cm2) d m makroalgae bentuk kur:e eksponensial saturasi dan hubungan komensalisme perifiton dengan j uvenil Karang bentuk kurve inkonsisten pada TKB Al,A2,A3 (permukaan Iuar) TKB yang ditempatkan di Pulau Men~anganBesar. Yang artinya terjadi interaksi yang menguntungkan kedua spesies (bakteri dan makro
alga) tanpa ada ketergantungan. Sedangkan bentuk kurvenya bentuk "eksponensial".
Pada hubungan perifiton dengan juvenil karang bentuk hubungan komensalisme dengan bentuk kurve model inkonsisten ( y = x 3(Cambar ) 5.2).
Tabel 5.2
Hasil analisis hubungan dua spesies terhadap kelimpahan total baktcri (cfu/cm2) dengan Juvenil Karang (individu/cm2) pada TKB yang di tempatkan di Pulau Menjangan Besar dan Con Waru Pulau
[ Hubungan kedua ( Perlakuanflokasi TKB A l , A2, A3 Perrnukaan lux, TKB di Pulau Menjangan Besar.
juvenil karang.
1 Bentuk hubungan
i TKB B I ,B2,B3. Permukaan kuar ,TKB ditempatkan di Gon Warn P-Karimuniawa. 3.Bakteridengan TKBAlD,A2D, juvenil karang. A3 D,permukaan dalam TKB di Pulau Menjangm Besar. 4. ~aktenqengan T K 3 13 ID, B2D, j uvcnil karang. B?D, permukzm iuar TICR di Gon
2. Bakteri dengan juvenil karang.
I, I
tT~aTei& juvenil karang
6 . Bakteri dengan juvenil karang.
tanpa ada ketergantungan. Kurve eksponensial saturasi . Komensalisme:+ 0 =Spesies 1 diuntungkan (bakteri), sedangkan spesies 2 (juvenil karang) tidak terpengaruh. Kurve inkonsisten.
Komensalisme:+ 0 =Spesies 1 diuntungkan (bakteri), sedmgkan spesies 2 (juveni 1 karangj ti& terpengaruh. K-m-e inkonsisten.
= inter&si yang menguntungkm kedua spesies (Bakteri d m juveril karmg), Waru. tanpa ada ketergantungan. Kurve ekspnensial satu-&=i. I -TKB A l . A2, A3 Amenselisme:- G A I D, A2D, A3D. =Spesies 1 terhambatljuvenil karang), Permukaan luar dan spesies 2 (bakteri) tidak ter-ganggu. dalam TKE3 di K w e inkonsisten. Pulau Menjangan Besar. TKB I31,B2,B3, Protokooperasi:+ + B 1D,B2D,B3D. = Interaksi yang menguntungkan kedua Permukaan luar dan spesies (Bakteri dan juvenil karang), dalam TKH di Con tanpa ada ketergantungan. Kuwe Waru. eksmnensial saturasi.
Tabel 5.3
Hasil rnalisis hubungan dun spesies terhadap kelimpahan total bakteri (cfu/cm2) deagan perifiton (individu/cm ) pada TKB yang di tempathn di Pulau Menjsngan Besar dan Goo Warn Pulau Karimunjawa.
I
(
Hubungan kedua Perlakuaoflokasi
( Bentuk hubungan
I
1 =spesies
1
komuuitas
1.Bakteri dengan perifiton.
TKB A1 , A2, A3 Permukaan l w , TKB di Pulau Menjangan Besar. Permukaan luar ,TKB ditempatkan di Gon Waru
TKB AID, A2D, A3D, permukaan dalarn TKB di Pulau Menjangam
perifiton I
i1
Besar.
4. Bakteri dengan juvenil k m g .
e--.
--
i 5. Hzkteri dengan
1
juvenil k a g
I
'TKB BID, B2D, B3D, pertn~uhm lw TKB di Go11 Wxu.
I'm
A1, ,42, A3. A 1D, AZD, A3 3. Pemukaan luar d m dalarn TKB di Pulau Menjangan
1 terharnbat, tetapi spesies 2 tak terganggu (Perifiton terhambat dan bakteri tumbuh), kurve inkonsisten. Parasitisme + = S p i e s 1 yang rnenjadi parasit (bakteri) lebih kecil dari spesies 2 (inang) peri fi ton. Kurve bentuk inkonsisten Parasitisme + =Spesies 1 y m g menjadi parasit (bakteri) lebih kecil dari spesies 2 (inang) perifiton. K w e bentuk 1ini er neeatif Kornensalisme + 0 spesics 1(bakten) di.;-,,tungk~~,spe-;izz 2 (iuvenil k m g ) tidak terpengaruh. Kurve benhlk inkonsisten. Pxasitismt: + -Spesies 1 yang rnenjadi parasit (bakteri) lebih kzcil dari spesies 2 (inang) perifiton. Kurve bentuk kuadratik ada penghambatan.
j uvenil karang.
1 wan.
1 kuaditik ada penghambatan.
Tabel 5.4
Hasil analisis hubungan dua spesies terhadap kelimpaban total Bakteri (efukm2) dengan Mnkroalgae (individu/em2 ) pad. TKB yang di tempatkan di Pulau Menjrmngan Besar dan Gon Waru Pulau Karimunjawa.
[Hubungan kedua I Perlakuadokasi Makroalgae.
Makroalgae.
3. Bakteri dengan Makroalgae.
4. ~ & t ~ ~a4roal~aeT
I Bentukhubungan
t
~rotokerasi:+ = Interaksi yang menguntungkh kedua spesies (Bakteri dan Makro alga), tanpa ada ketergantungan. Kurve eksponensial saturasi. Parasitisme: + =Spesies 1 yang menjadi parasit Permukaan luar (bakteri), Iebih kecil dari spesies 2 ,KEl ditempatkan (inangnya) yaitu Makroalgae. Kurve di Gon Waru kuadratik ada penghambatan. 1 Protokooperasi:+ + 1 = ~nterakiiyang menguntungkan kedua A3D, perrnukaan spesies (Bakteri dm Makro alga), tanpa I dalarn TKB di ada ketergantungan. Kur~eeksponensial I Pulzu Merjangan saturasi. r i BID; d ~B2D,a P=itisme: + IB3D, prmukaz7-Spesieslyangmsnjadipmit luar TTKD t i Go11 / jbakteri), Iehih kecii dari spesies 2 / (inangnya) -raitu Makmslgx.Kurve Waru. I I kwdratik ada penghm:)atan. -1 K B A l . P.2, A3,~Pmickoope15t~i:++ = Interaksi yang menguntungkan kedua P.1D, N D , A30. Permukaan Iuar dm spesies (Bakteri dan Makroalgae), tanpa &lam TKB di ada ketergantungan. Kurve eksponensial Pulau Menjangan saturasi. Besar. Parasitisme: + TKB B I ,BZ,B3, B1 D,B2D,B3D. =Spesies 1 yang menjadi parasit Permukaan luar dan (bakteri), lebih kecii dari spesies 2 dalam TKB di Con (inangnya) yaitu MakroaIgae. Kurve Waru. kuadratik ada pengharnbatan.
TKB A1, A2, A3 Permukaan luar, TKB di Pulau Menjangan Besar.
1
t--
I -a-
5.Bakteridengan Makroalgae.
6 . Bakteri dengan Makroalgae.
Tabel 5.5
Hasil analisis hubungan dua spesies terhadap kelimpaban total Perifiton (individu/cdcm2) deogao juvenil kanng (individu/cm2 ) pada TKB yang di tempatkan di Pulau Menjangan Besar dan Gon Waru Pulau Karimunjawa.
I
[-~ubun~ kedua ai Perlakuan~lokasi komunitas I .Perifiton dengan TKB A1 , A2, A3 Juvenil Karang. Permukaan luar, TKB di PuIau Menjangan Besar. 2. Perifiton dengan TKB B 1,B2 ,B3. Juvenil Karang. Permukaan Iuar ,TKBditempatkan di Gon Waru
3. Perifiton dengan TKB AID, A2D, Juvenil karang. A3D, permukaan dalam TKB di Pulau Menjangan Resar. -4.Terifitcndengan TKE!B13,B2D, Juvenil karang. B3D. permukaan 1mTKB di Gor: I ward.
1
I
11
1
I L I
a u -
5 . Penfiton dengan T b 3 h 1 , A2, X3, Juvenii Karang. A1 D, A2D, A D .
I
[ Bentuk hubungan Komensalisrne:+ 0 =Spesies 1 diuntungkan (Perifiton), sedangkan spesies 2 (Juvenil Karang) t idak terpengaruh. Kurve inkonsisten Parasitisme: + = S p i e s 1 yang menjadi parasit (perifiton), lebih kecil dari spesies 2 (inangnya) yai tu ~uvenilKarang. Kurve linier negatif. Parasitisme: + = S p i e s I yang menjadi p m i t (perifiton), lebih kecil dari spesies 2 I jinangnya) yaitu Juvenil Karang. Kurve I kuadratik negatif. IProtokooperasi:++ ( = Interaksi y m g menguntungkan kedua ] spsies (Perifiton dan Juvenil ka,-ang), I tanPa keterganmgan. ekspoii~l% saiurasi.
we
1
I Pansit~sme:
1 = S p i e s 1 y m g rnenjadi parzsit Permukaan 1 w dan (perifiton), lebih kecil dari spesies 2 darn TKB di Pulau (inangnya) yaitu Juvenil Karang. Kurve linier negatif. Menjangan Besar. Parasitisme: -t 6 . Perifiton dengan TKB B 1,B2,B3, yang rnenjadi parasit +
Tabel 5.6
Hasil rnslisis hubungan dua spesies terhadap kelimpahan total Makmalgae (individu/cm2) dengan juvenil karang (iodividu/cm2 ) pada TKB yang di tempatkan di Pulau Menjangan Besar dan Gon Waru Pulau Karimunjawa.
Hubuagan kedua ( Perlakuadlolusi
( Bentuk hubungan
komunitas
1 .Makro Alga dengan Juvenil Karann. 2. Makro Alga dengan Juvenil Karang. -
I
3. Makro alga dengan Juvenil Karang.
dengan ~wekl Karang.
I
5. Makro Alga
ii
Komensalisme:+ 0 'IXB A l , A2, A3 =Spesies 1 diuntungkan (Makro Alga), Permukaan lux, sedangkan spesies 2 Cjuvenil karang) tidak 'TICB di Pulau Menjangan Besar. terpengaruh. Kurve inkonsisten. Komensalisme:+ 0 TKB B 1 ,B2,B3. =Spesies 1 diuntungkan ( M a h Alga), Permukaan luar ,TK3ditempatkan sedangkan spesies 2 (Juvenil karang) tidak I terpengaruh. Kurve eksponensial negatif. di Gon Waru Komensalisme:+ 0 TKB AID, A2D, A3D, perrnukaan =Spesies 1 diuntungkan (Makro alga), dalam TKB di sedangkan spesies 2 (Juvenil Karang) Pulau Menjangan tidak terpengaruh. Kurve eksponensial
B3D, permukaan =Spesies ! ierhanbat(Juveni1 karag), Iuar TKFi di G G ~ Yspesies 2 (Ma'K1.o Alga) ti& tergegggu. .. Kurve kuadratik negatif. 1TT
vvPIU-
+
--
X i 3 Ai , PJ. A3, 1 Xmendisxe: - 0 A, C2D. A 3 D s i c ! iei-han~br: (Juvenii krumg),
Pemukaan luar 1 spesics 2 (Makrr, alga) ti& dan dalam TKi3 di K w e linier negatif. Pdau Menjangan
6 . M a k n ~Alga dengan Juvenil Karang.
TKB B1 ,B2,B3, 8 1D,B2D,B3D. Permukaan luar dan dalam TKB di Gon W a n .
terganggu-
Amensalisme: - 0 =Spesies 1 terhambat(Juvenii karang), spesies 2 (Makro Alga) tidak terganggu. Kurve inkonsisten.
Pada hubungan rnakroalgae dengan juvenil karang pada TKB A I , A2, A3, terjadi bentuk kornensalisrne dengan kurve bentuk kuadratik (Y=x') (Garnbar 5.3).
Hubungan komensalisme yaitu spesies satu (makroalgae) diuntungkan, sedangkan
spesies dua (juvenil k m g ) ti&
terpengamh.
0.2
0.6
0.8
1.1
Kelirnpahantotal Makm alga
(indlvidulcm2)
Garnbar 5.3 Hubungan komensalisme kelim ahan total makroalgae (individdcm2) dan juvenil karang (individulcm ) pada TKB A 1, A2, A3 (permukaan luarj yang di tempatkan di Pulau Menjangan Besar dengan kurve inkonsisten
P
Ditinjau dari suksesi menunjukkan bahwa pada TKB -41, A2, A3 yang dite~npatkar.di pulau Menjangati Besar, pola suksesinya cenderung pala awalnya
baik yaitu model Preston (bulan Oktober), ke~nudiansetelah delapar, bulan TKB ditempatkan di d a s s perairan pola suksesinya pada komunitas j juvenil karang, perifitcn semakin Saik yaira model Prestan dan Man: Arthur. teapi pada karnunitas
bakteri clan mdxoalgae model suksesinya terjadi penurunan yai tu mode1 Motomura.
Model Preston rnenunjukkan bahwa kondisi komunitas dalam keadaan yang
sudah matang dan stabilitas yang t i n e . Sedangkan model Mac Arthur
,
mencerminkan suatu model klasik atau suatu kondisi komunitas yang ideal, serta
&lam kondisi yang sangat seimbang
dan stabil, komunitasnya yang sangat
mantab.Tetapi sebal iknya model Motomura menunjukkan produktivitasnya rendah dan strategi adaptasi serta keseimbangan kornunitas yang rendah.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kimia lendir pada permukaan luar TKB yang ditempatkan di perairan Pulau Menjangan Besar (mesotrofik) pada TKB A 1, A2, A3 ditemukan unsur kimia sebagai parameter kunci
adalah unsur fosfor (P) 2,96 - 3,05 mg/l dengan nilai koefisien faktor 22,261 995-
25,09374 1 %). Hal ini menunjukkan bahwa peranan yang utama unsur kimia tersebut
mempengaruhi keberadaan spesies Acornunitas bakteri, juvenil karang, perifiton clan rnakroalgae, sehingga mendorong komunitas akan tumbuh dm terjadi persaingan
tempatlsubstrat selama waktu tertentu.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Widiarti (2000) melaporkan bahwa fosfor dalarn bentuk fosfat (PO4) pada jurnIah yang optimum dapat meningkatkan pertumbuhan biomassa perifiton terutama dari
kelompok diatom seperti
Skeletonema costaturn. Tetapi dalam jumlah kurang, maka akan terjadi gangguan pada perkembang biakan dan kehidupan Skletonema costaturn. Ditambahkan pula
oleh Anderson et al. (2004) unsur N, P, C dapat mempengaruhl distribusi clan hubungan bakteri dengan juvenil karang. Karena bakteri ini penting peranannya dalam membantu proses penempelan pada larva planula karang sampai menetap
menjadi juvenil karang, serta mempercepat penempelan organisme lainnya seperti Hydractinia echinat, Cnssiopes and-rorneda,hkteroxeniafwcecen d m Pocil!~pora.
Hubungan langsung antara perifiton &%an
bakteri
dalarr, hentuk
"Amensolisme" dimana spesies satu (pifiton) terhambat dari s p i e s dua (bakteri) tidak terganggu akan terjadi pmbahm komunitas. Hasil pnelitian ini mempfrkuat
penclapat kegman ef al. (1996) setelah p i f i t o n (teruhma jenis Ske&eror~.m costuhm) mengalami penurunan populasi yang d i s e b z b h i w e n a h - d u g a n fosfat
(Pod) yang menurun, maka akan diikuti oleh pertumbuhan dan kelimpahan bakteri
&an meningkat. Selanjutnya Fukami et al. ( 1 996) mengatakan bahwa pertumbuhan
kelompok bakteri memegang pcranan penting &dam mendorong terjadinya suksesi pada perifiton dan terbukti &pat menghambat pertumbuhan Skieronema costaturn.
Perairan di pulau Menjangan Besar masukan unsur fosfor, dan nitrogen dapat
berasal dari Limbah domestik penduduk yang tinggal di Pulau Karimunjawa dan Pulau Menjangan Besar, menyebabkan kandungan fosfat sehingga akan menyebabkan
(P04)dan
nitrogen tinggi,
terjadinya kondisi perairan eutrofkasi . Eutrofikasi
merupakan suatu kondisi ekosistem akuatik yang mengalami penyuburan berlebihan
sehingga konsentrasi nutrien tinggi, dapat menstimulasi terjadinya ledakan
makroalgae dan perifiton (Hughes et al., 1W9,Oksanen 2000). Adanya penugkatan konsentrasi nutrien dalarn perairan akan menyebabkan peningkatan laju pertumbuhan makroalgae. Tetapi perhmbuhannya dibatasi oleh
faktor nutrien perturnbuhan makroalgae pada Snrgassum bacc ularia mengalami
peningkatan dengan meningkatnya konsentrasi nutrien (McCook el a/.,1997). . Ditambahkan pula oleh Lapointe et al. (1997), Hughes et al. (1999) mengatakan
beberapa spesies makroalgae seperti : Dicyota, Gracillaria dan A canthophora
mengalami peningkatan pertumbuhan dengan konsentrasi nutrien yang sangat tinggi. Hubungan yang muncul antara mahalgae dm juvenil karang pada penelitian ini (TKB A 1,A2,A3) adalah hubungan komensalisme dengan kurve inkonsisten (Y=x'),
ha1 ini mencerminkm makroalgae tumbuh dengan baik (spesies 1 ) diuntungkan, tetapi juvenil karang dapat krkemhmg (tetapi spesies 2) tidak terpengaruh
.
Hubungan ini mendukung pendapat Hasibuan (1 989) bahwa hubungan komensalisme adalah spesies satil diuntungkan (makrodgae) sedangkan s p i e s 2 Ijuveril karang) tidak rerpengh-I. Peadapat ini mzmvrhlat pendapat Birkeland ( 1997) bahwa pads
kasw terienhl makrwalgae dw, karang &pat hidup berdanpingm tmps d i n g mmFngar&,i
dsam kon&si Amr&m yang masih almi. Teapi pk &us
menur&kkan
p-tumb-&ar. yang rnemgkat h i malcrodgsle, akan menghambat
lair,
pertumbuhan, kelulushidupan dan reproduksi hewm b g , serta dapat menyebabkan tejadinya kematian karang (Birkeland, 1997). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa karang yang mampu hidup menernpel pada perm* pulau Menjangan Besar
TKB di
adalah jenis Pocillopora damicornis, mampu hidup
dominan dengan kelirnpahan 0,625
- 0,7344
mgll sedangkan hubungannya dengan
j uvenil karang dengan bakteri adalah Protokooperasi dengan bentuk kurve model
eksponensial, sedangkan hubungannya dengan makrodgae adalah komensalisme deggan kurve bentuk inkonsisten
(y=x3).Hubungan antara juvenil
k
g dengan
makrodga tersebut menunjukkan hubungan yang dapat menjaga kebersamaan dm kernantapan, terutama pada hubungan protokooperasi (juvenil karztng dengan makro
alga) berbeda dengan makroalgae (tejadi persaingan, komunitas kurang stabil pada waktu tertentu). Hasil penelitian ini mendukung pendapat McCook (2001)
mengemukakan bawa, terjadi persaingan m h a l g a e dengan karang masif Porites lobata terhadap ruang (tempat) permukaan substrat. Pada makmalgae pengaruhnya
sedikit terhadap pertumbuhan karang, tetapi sebaliknya karang masif secara signifikan &pat menutupi seluruh pemukaan makroalgae. Sehingga karang massif jenis P. lobata termasuk kornpetitor superior. Adanya hubungan yang nyata antara komunitas M e r i dengan juvenil karang, makrdga dengan h
g clan hubungan
antar komunitas, menunjukan terjadinya perklaan pola suksesi.
Hal ini ditwljukkan dengan kecenderungan TKB Al, A2, A3 pada awal suksesi bulan Oktober model Preston dan Mac Arthur (terutarna pada komunitas juvenil k g , perifiton), tetapi pada bakteri dan makroalgae model suksesinya
Motomura. Sehingga secara umurn &pat & W a n bahwa TKB di perairan Pulau M e n j q a n pada komunitas juvenil karang, perifiton &am kondisi m t a b dsn stabil, tetapi sebaiiknya pada balrteri kin rnakroalgae kondisinya tidak stabil, fi-agil.
Menurut Hasibmu1 (1989); Anderson et ul(20041 brthwa model suksesi riari Mac Arthur menggam'wkm s u m model kIasik atau s-utu kondisi kcn1mita.s yang ideal serta dzlaifi kondisi y m g scirnbang
zta5il knrnuni'tasnya. S e b g mod51
Prestm menggambarkan komllnitas matang dan stabiltas yang tinggi. Model Motsmura mencerminkan produkstivitas mdah dan stmtegi adaptasi dan komunitas yang rendah. 2. L o h i Gon Waru (permakaan luar TKB).
Dari hasil Tabel.5.1, kandungan kimia lendir pada permukaan Iuar TKB yang diternpatkan di perairan Gon Waru (TKB B 1 , B2, B3) menunjukkan bahwa kandungan nitrogen (N) berkisar antara 45,93 .- 46,62 mgA, fosfor (P) 0,75
- 0,78
mg/l , karbon ( C ) 684,87 - 686,08 mg/l, Ca (kalsium) 420,87 - 421,63 mgll, kalium
(K) 75,29
- 75,83 mgll, silikat (SiOz)
1049,68 - 1050,47 mgA. Sebagai parameter
kunci yang mempengaruhi hubungan antar spesies komunitas addah unsur kimia
- 33,641852 % (Lampiran 35).
fosfor (P) dengan nilai koefisien faktor 30,770012
Pada Gon Waru unsur yang berperanan pada lendir TK3 adalah Fosfor (P), kalsiurn
B I , B2, B3) dm p e m h dalam (TKB BID, B2D, B3D). Terdapat perbedaan kandungan P dan C (Ca) dan silikat ( S i a ) . Terutama pada permukan luar (TKB
di Gon Waru pada m u s h barat (Desemkt) P(0,77 rnd)& C (691,37 rngfl) dan musim Pmcaroba 1 (Mei) P (0,72 mgA) & C(675,25 mgli). Berdasarkan kandungan
fosfor yang relatif tinggi diperrnukaan luar TKB B1 ,B2,B3 (0,75 - 0,78 mgll) sebagai parameter kunci yang mempengaruhi keberadaan dan hubungm antar komunitas
bakteri dengan juvenil karang, perifiton, makroalgae dan antar spesies komunitas. Berdasarkan hubungan antar komunitas bakteri dengan juvenil karang menunjukkan hubungan komensalisme dm kurve bentuk inkomisten
(y=x3)(lihat
tabel 5.2). Hubungan komensalisme pada TKB B 1,B2,B3 menunjukkan bahwa
spesies satu (bakteri) diuntungkan, sedangkan spesies dua Cjuvenil karang) tidak terpengamh ( b b a r 5.4). --
--
--
---- -
- -
MHKlOO 1OOOOO 9MHHK) 2OM)(W wimpa&
total &kbd (d)urern2)
-
I
-
--
550
-
-
?2W
3850
kolhnpmhan tohd b a W (~1000)
Gambar 5 -4 Hubungan Komensalisme kelimpahan total bakteri (cfdcm2) dengan Juveni 1 karang kurve inbnsisten dan hubungan parasitisme bakteri dengan perifiton kurve bentuk inkonsisten pada TKB 61,B2,B3 @ermukaan luar) TK8 yang ditempatkan di Gon Waru. Ditinjau hubungan antara bakteri dengan perifiton, menunjukkan bentuk hubungan parasitisme dengan kurve bentuk eksponensial. Hal ini menunjukkan
bahwa hubungan spesies satu yang rnenjadi parasit (bakteri) lebih kecil dari spesies dua (inangnya) yaitu perifiton (Tabel 5.3 dan Gambar 5.4). Tetapi sebaliknya terhadap hubungan antar bakteri dengan makroalgae ,
menunjukkan hubungan parasitisme dengan bentuk kurve kuadratik (Tabe1.5-4).
Berdasarkan hubungan ini, menunjukkan bahwa salah satu spesies (komunitas) ada yang diuntungkan (bakteri) dan ada yang dirugikan yaitu malcro alga Karena
hubungan parasitisme menunjukan spesies yang rnenjadi parasit (bakteri) lebih kecil
dari spesies dua (inangnya) yaitu rnakroalgae (Gambar 5.5).
Gambar 5.5
'tiubungm parasitism: kelimphan Total Bakteri (cfdcm2) dengan ~nakro algae kunle kuadratik ada pengkmbatan dm Hubungao parasitisme perifiton dengan juvenil h a n g b - e linier negatif.pada TKB B l,B2,B3 (permukaan luar) yang di tempatkan di Gon W m .
Hubungan antara perifiton dengan juvenil karang pada TKl3 B1, B2, 33, menunjukan hubungan parasitisme dengan model kurve linier negatif. Artinya hubungan ini akan rnenyebabkan perifiton yang seldu meningkat, maka juvenil karang akan mengalami penuninan kelimpahan (Tabel 5.5 dan Gambar 5.5).
Dilihat dari hubungan antara kelimpahan makroalgae dengan j uvenii karang, terdapat hubungan bentuk komensalisme dengan kurve eksponensial negatif. Hal ini rnenunjukan bahwa a& spesies satu diuntungkan (makroalgae), sedangkan spesies dua Cjuvenil karang) ti& terpengaruh (Tabel 5.6 dan Gambar 5.6).
0.3
1.1
1.9
Wellmpahan tot81 maim alga (individulcm2)
i
Gambar 5.6 Hubungan k o m e d i s m e kelirn ahan total makroalgae (individu/cm2) d m juvenil h g (individulcs pada TKB B 1, BZ, 8 3 @ermukaan lw)yang di temptkan di Gon Waru eksponensial negatif
Berdasarkan hasil hubungan antar komunitas bakteri dengan juvenil karang, perifiton, makroalgae, maka akan menyebabkan terjadinya pola suksesi yang berbeda pula. Hal ini terliit pad2 perlakuan TKB yang ditempatkan di Gon Waru
@mnukam luar TK3, TKB B i , B2, B3) hasihya rnenunjukkm p l a
suksesi
cefiderung bentuk Preston cian Mac .4t=thur.Pada awalnya bentuk suksesinya model
?r:s:on
psda komunitas bakten, juvznii k g , perifiton dan rna.!malgae (TKB 13 1),
tekpi pada
TKB B2, R3 aural suhesiqfa bentuk Motamm pada k ~ n ~ w i t jtrvenil as
km9g (TAB E2) diin peritoil
&?
inakroaigae jT-KB B3), ietqi seteiah proses
suksesi selamz 8 bulm hasii akhk s-dsesi sernwya teqadi peniagk*ml model suksesi bentuk Preston k e c d i perifiton (Tabel 3.1, Lampiran 22 dan 23). Apbila dibandingkan antara perlakuan pemukaan luar 'lXB yang ditempatkan di Gon Waru
(TKB B1, B2,
8 3 ) menunjukkan berbeda hubungan antar komunitas maupun p l a
suksesinya. Terdapat kecenderungan bahwa p l a suksesi pada T I 3 yang ditempatkan di Gon Waru cenderung model suksesinya bentuk Preston dan Mac Arthur, serta hubungan antar komunitas cendemg bentuk hubungan "Komensalisrne" pada antar
komunitas bakteri dengan juvenil karang, begitu juga pada makroalgae, sedangkan y ang lain hubungan cenderung parasitisme, sehingga kondisi ini akan menyebabkan
komuntas di perairan Gon Waru lebih stabiI, mantab dm &pat bertahan lama. Tetapi sebaliknya pada TKB yang ditempatkan di perairan pulau Menjangan Besar terhadap
permukaan luar TKB (TKB A l , A2, A3) model suksesinya cenderung model Preston berubah ke Motornura, serta hubungan antar komunitas bentuk"amensa1isme"
(bakteri dan perifiton), komensalisme (perifiton dan juvenil karang) dan bentuk protokooperasi (bakteri denganjuvenil karang, bakteri dengan makroalgae).
Kondisi ini menunjukkan bahwa TKB yang ditempatkan di perairan pulau
Menjangan Besar, kondisi kornunitasnya kurang mantab, Iebih mu& W g i o dan dimasa yang akan datang komunitas cenderung terj adi ketidak seimbangan antar komunitas pada bakteri, juvenil k m g , perifiton dan makroalgae.
Berdasarkan hasil penelitian s e m i tersebut diatas, menunjukkan bahwa unsur kimia lendir pada p e r m h tuar TKB (TKB B 1,B2,B3j yang ditempatkan di perairan Gon Wam, sebagai parameter kunci adalah fosfor (P) kadarnya berkisar 0,75 dd 0,78 mgll dengan koefisien faktor 30,770012 - 33,641852 %. Kandungan fosfor yang relatif tinggi ini, optimum dapat meningkatkan
kelimpahan komunitas perifiton
dm makcoaigae, serta &pat mempenganh
kelimphan bdcteri. Szhingga aka1 meningkatkan hubungan altar komunitas takteri d a t ~juvenil karang, bakteri dengan perifiton, bakteri dengm makroalgae dan hubungan anbr komuniias y m g bin. Kondisi perairan di Gon 'Waru rnenwljukkan
prszimn Oligob~pi k. EIasi 1 pene!itim ini menduk ung pendapat PUMmto (: 999) rnengaiakm bahwz peraim oIigotrofi~ rnencermin'm peraim y m g bersih dan
sedikit materi organik atau sedirnen dengm aktivitas biologi yang minimum sangat
cocok untuk kehidupan juvenil karang. Hal ini sesuai dengan h i 1 penelitian, bahwa TKB yang ditempatkan di Gon Waru didominasi oleh juvenil karang A. tenuis
@limpahan 0,7188
-
0,8574 individu/cm2). Kandungan fosfor (P) yang optimum
dapat meningkatkan pertumbuhan perifiton dm makroalgae. Pada kondisi kelimpahan yang optimum makroalgae dan perifiton akan menyebabkan hubungan yang
seimbang dan baik, antara bakteri
dengan j uveni 1 karang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hubungan perifiton dengan bakteri bentuk hubungan parasitisme, sedmgkan perifiton dengan juvenil karang, bentuk hubungannya
parasitisme. Ditinjau dari hubungan antar komunitas tersebut maka kondisi komunitas
dalam keadaan lebih mantab, stabil dan matang. Menunrt Hasibuan (1 989) hubungan antar komunitas yang saling berinteraksi
k e d w y a d i n g menguntungkan (Protokoopemsi), dapat hidup bersama, tanpa ketergantungan atau keduanya saling tergantung (mutualisme), sdah satu spesies
diuntungkan dan yang satu tidak terpengaruh (komensalisme) rnaka kondisi komunitas lebih mantab, stabil, merata, adil, dewasa (model cenderung Mac Arthur, atau Preston). Komunitas diperairan Gon Waru menunjukkan hubungan yang mantab, stabil, dan pola suksesinya cenderung bentuk Preston d m Mac Arthur, meskipun pada awalnya suksesinya ada yang W t u k Model Motornura (tidak
stabil, muda dan dominansi tinggi). Sehingga pada akhir suksesi polanya dalarn
komunitas yang mantab, stabil, dewasa dengan bentuk suksesinya model Preston dan Marc Arthur (Legendre dan Legendre, 1983). Hal ini sesuai dengan pendapat McNaughton dan Wolf (1973) ; Fmhette dm McCoy (1593) ; Southwood dan Henderson (2000) ; Kennish (2000) mengem--
bahwa mode! Motomura
menggarnbarkan ekosistem dimana organisme komlmhsnya basifat
koqetitif
mer~galami ganggusn dm ~rnduksinya reudd!., model Freshn mencemllnkan
kornuni:~organisme layak, pxbagim reimg mmkb atau mmta
!ingkmgan
ymg stabil, sebingga rne1:cirikan komunita yang seirnbang (eqiti!ibrium). -Model
Mac Arthur mencerminkan organisasi komunitas ymg lebih merata dibandingkan
dengan model Preston, d
i pembagian relung mengacak, tanpa tumpang tindih.
3. L ~ k a sPulau i Menjnngan Besar (permukaan dalam TKB)
Terdapat kecenderungan bahwa kandungan unsur kimia lendir pada permukaan luar dan dalam TKB yang ditempatkan di perairan Pulau Menjangan
Besar (TKB AID, A2D, A3D) kandungan unsur kimianya lebih tinggi dibandingkan dengan unsur kimia dipennukaan luar TKB. Tetapi unsur nitrogennya lebih rendah
berkisar 39,875
- 40,88
mgll . Sedangkan pada unsur fosfor (P) lebih tinggi 3,46 -
3,78 mg/l, karbon ( C ) 578,83 - 579,5941 mgll, kalsiurn ( Ca) 493,4 - 494,92 mgll.
Kandungan kalium (K) berkisar 44,27
- 44,52 mg/l dan kandungan silikat 732,68 -
733,74 mgtl. Berdasarkan hasil analisis kimia lendir pada permukaan daiam TKB
yang ditempatkan dipulau Menjangan Besar, ditemukan parameter kunci karbon (C ) 578,83
-
579,594 1 mgll, dengan nilai koefisien faktor 12,84833 1-14,10219%
(Lampiran 50).
Berdasarkan parameter kunci ( C ) berpengaruh tertzadap hubungan antar komunitas bakteri dengan juvenil karang bentuk hubungannya komensalisme dengan kurve bentuk inkomisten (y=x3) (lihat Tabel 5.2 dan Garnbar 5.7). Bentuk hub-
komensalisme dengan kurve inkonsisten, akan mendorong hubungan kedua komunitas lebih mantab, karena komendisme menunjukkan spesies satu
diuntungkan
(bakteri)
dm
spesies
Quvenil
karang)
tidak
terpengd.'
Selanjutnya hubungan pada bakteri dengan perifiton menunjukkan parasitisme
dengan bentuk kurve bentuk linier negatif. Hal ini mencerminkan hubungan spesies iertentu kelimpahannya meningkat diunimgkan yaitu bakteri, tetapi spesies lain
dirugikan (perifiton), sehingga hubungm ini kamnitasnya :id& mantab dm kurang siabil (lihat Tr?hel 5.3 dan Garnbar 5.7).
5
5 5 .
-
'
E B
J1W
*+
2
-
Y
ij.
y 9 2 ~ - 1 8 x 4~ ~ - 1 +d 2 E a ' :
+
4.888
-3 *
,
i
:g
j
c
I I
4 , - - 500000
1100000
R' LW 4
' 3
17000M1
KellmpahPntotal b P b d (ddcm2)
=
* +
-
y=-b.m+L*s
+
7W+-.-.
-
*#Po0
OWOPO
+ 11-
Kd&mfmhmnt&t b*msrl (Ut#m12)
I
- - -.
-
Gambar 5.7 Hubungan komensalisme kelimpahan total bakteri (cfu/cm2) dan Juvenil karang (individdcm2) kurve i~lkonsisten dan hubungan parasitisme
bakteri dan perifiton kurve linier negatif pada TKB AlD,A2D,A3D @ermukaan daiam) TKB yang ditempatkan di Pulau Menjangan Besar dengan kurve inkosisten.
--g L
0.2
L
490000
I i
I
1
--
:---
990000
c~L--,--
'
7
1490000
Kelimpahan total bakteri ( M c m 2 )
I
TKB A1 D,A2D,A3D bakteri-makroalgae
1750
2750
3750
Ketlmpahan total periliton (individulm2)
I I
750
I
TKB AlD&D+UD perinton-j.kanng
I
Gambar 5.8 Hubungan protokooperasi kelimpahan total bakteri (cfu/cm2) dengan rnakroalgae kurve eksponensial saturasi. dan hubungan parasitisme perifiton dm juvenil karang bentuk kurve hdratik negatif pada TKB A1 D,A2D,A3D (permukaan Mam) di M a u Menjangan Besar.
Gambar 5 -9 Hubungan kornensalisme kelimpahan total makroalgae (individu/cm2) dan juvenil k m g (individu/cm2) pa& TKB AlD,A2D,A3D @ermukaan &am) yang di tempatkan di Pulau Menjangan Besar dengan kurve eksponensial negatif.
Hubungan bakteri dengan rnakroalgae terjadi sebaliknya, yaitu bentuk
hubungannya "Protokooperasi" dengan kurve bentuk eksponensial saturasi. Hubungan ini mencerminkan mendotong komunitas lebih mantab stabil dm
betkernbang. Hal ini ditunjukkan dengan masing-masing komunitas terjadi intemksi
yang menguntungkan kedua
spesies (bakteri d m makroalga) tanpa ada keter-
gantungm (Tabel 5.4, Gambar 5.8). Meskipun demikian hubungan antara kelimpahan perifiton dengan juvenil
karang tejadi parasitisme dengan kurve kntuk linier negatif. Hubungan ini akan menyebabkan spesies satu diuntungkan yang menjadi parasit (perifiton) lebih kecil
dari spesies dua (immgnya), yaitu juvenil karang dirugikan (menurun) (Tabel 5.5, Gambar.5.8). Hubungan yang terjadi dengan makroalgae dengan juvenil karang bentuk hubungan k o m e d i s m e dengan hiwe model eksponensial negatif. Hubungan ini
akan menyebabkan spesies satu diuntungkan sedangkan spesies dua (juvenil karang) ti&
(makroalgae) selalu berkembang
terpengaruh tetapi cenderung menurun
(Tabel 5.6 dan Gambar 5.9) Ber-an
hubungan antar komunitas tersebut pa& TKB yang ditempatkan
di pulau Menjangan Besar p d a pamuakan dalam TKB (TKR A 1D, A2D, A3 E) pola suksesinye cenderung kntuk Preston dm model Motornaq dimana pada awal
suksesinya @ulan Ohober ) model Preston pada komunitas hakteri, periiitori, r r d m alga (& W3 l. A 1D),nodei Pestor1 semua komunim (TKB N D ) d m madel Preston pada kornl~qitacbzkteri, perififon, rnahaigse {TKB A3D) kecuali pada komuni~as
j uvcril k-16
(WA A1 U, MD), setdah 5 b u l u
s&esiu);a
berhntuk mod4
Preston. (komuntas bakteri, makroalgae di TKB AID), komutas, bakteri karang
(TKB A3D) modelnya Preston. Tetapi sebaliknya pa& akhir suksesi (setelah delapan
bulan) pada komunitas perifiton dan makroalgae (TKB AID) model Motomura. Begitu juga jwenil karang dan perifiton modelnya Motomura (di TKB AID). Sedangkan komunitas perifiton dm makroalgae (TKB A3D) kntuk akhir suksesinya
setelah 8 bulan model Motomura. Kondisi ini menunjukan bahwa komunitas di permukaan dalam TKB yang di tempatkan di Pulau Menjangan Besar kondisinya
kurang mantab, tidak stabil dan hubungarl antar komunitas (bakterijuvenil karang, perifiton, makroalgae) cenderung tidak mantab, tidak stabil dm fragiI
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas ada kecendenrngan bahwa kandungan nutrien yang menempel pada permukaan dalam TKB terutarna unsur N,P,
K, Si,C, Ca dapat rneningkatkan kelimpahm bakteri, juvenil k g , perifiton clan makroalga. Sebagai parameter kunci yang paling menentukan kelimpelhan dan
k e b e d a a n komunitas tersebut adalah unsur karbon (C ) dengan kadar berkisar 578,83 - 57939 mg/l dengan koefisien faktor 12,84833 1
-
I4,102199% (Lampiran
36).
Sumlxr karbon ini sangat diperlukan oleh bakteri untuk berkembang biak dan juga perifiton dan makroalgae membutuhkan karbon dalam jumlah yang optimum
dapat m e n i n g k a h pertumbuhan bakteri, perifiton, makro alga Hasil penelitian ini mendukung pendapat Anderson et at. (2004) b a h organik dan anorganik dari perairan laut akan mernpengaruhi distribusi bakteri terutama wur nutrien N, P, C ,
Fe. Peran bakteri sangat penting dalam membantu proses penempelan larva planula karai1g dan invetebmta jenis Hydructinta echinnta, Cassiones andromeda dan
Pocillopora.
IIubungan komiitas yang menonjol dipermukm dalam TKB =didah hubwigan antara bakteri dengan juvenil kmmg dalarn bentuk k o m e d i s m e , hub?mgm kon~unitasini wencemhkm spesies satr: (bakteri) sagat
diuntmgkan
dapat berkembang dengan baik, s z h g k m spesies dua (juvenil kstiiilg) tidak
terpengaruh sehingga pa& saat tertentu juvenil karang dapat naik dan tmm kelimpahannya, sehingga bentuk b
e
inkomisten
(y=x3)(Tabel.
5.2). Hasil
penelitian ini memperkuat pndapat Anderson er nl. (2004) dan Teixido d a1 (2003)
bhawa bakteri dapat berkembang biak dalarn kondisi substrat yang banyak rnengandung unsur C, N, P, sehingga dapt mendorong planula karang untuk menernpel pada substrat. Hubungan yang terjadi secara tidak langsung bakteri &pat
mernpengaruhi juvenil karang untuk tumbuh dan berkembang biak. Disini bakteri berperan sebagai dekomposer juga berperan sebagai "reforming" yang menghasilkan
unsur N, P, Ca. Sehingga &pat dimanfaatkan oleh juvenil karang untuk
pertumbuhan, reproduksi dan berkernbang biakan (Zahuranec 1988; Sakai et al. 2004).
Hubungm yang menunjukkan kernantapan komunitas bakteri dengan makro algae aMah hubungan pmtokooperasi dengan b
e kntuk eksponensial, sehingga
pada substrat di TKB AID, A2D, A3D @ermukaan dalam TKB), menunjukkan hubungan kedua komunitas tersebut cenderung meningkat meskipun tidak ada interaksi. Menurut
Hasibuan (1989) k n h k
hubungan kedua komunitas
"Protokooperasi" menggambarkan interaksi yang mengunhmgkm kdua spesies
(bakteri dengan makroalgae), tanpa ada ketergantungan. Hubungan komunitas antara
perifiton
dengan juvenil karang bentuk parasitisme, sehingga ada ketidak
seimbangan ekosistem . Menurut Hasi buan (1 989)
parasitisme menggambarkan
spesies satu yang menjadi parasit biasanya lebih kecil dari pa& spesies inangnya. Hubungan yang baik antara komunitas bakteri, juvenil karang, perifiton, ~dcroalgat:di TK13 p e m b dalm yang ditempatkan di perahan .Pulau
Menjmgan Eesx akan rnempngaruhi pola suksesi yang baik dengaq model suksesi
model Preston dan, Motornura. Hal ini xenunjulrh bafiwa pada awal suksesi (bulan Oktohr) m~cielPresion terrltrtma pa& kornu,?ites ba!!teri, pxlfiton d m makroalgae,
maka kornunitas tersebVdiakm manab, stahil, merata. Tetapi sebalilrnya p& b e ~ t u k motomum pada komunik perifitfin clan mh alga menunjukkan
VKB AlS), hai iqi
produkstivitas rendah dan strategi adaptasi dan komunitas yaag
rendah. Legendre dan Legendre (1 983); Southwood dan Henderson (2000); Rasheed (2004) model Preston mencerminkan suatu komunitas yang matang dan stabiltas tinggi . Sedang model Motomura menggambarkan produktivitas rendah dan strategi adaptasi serta komunitas yang rendah. 4. Lokasi Gon Waru (Permukaan dahm TKB).
Berdasarkan hasiI analisis kimia lendir pada p e r m h dalm TKB yang ditempatkan di Gon Waru (TKB Bl D,B2D, B3D). Kandungan unsur kimia lendir ,
- 13,69 mgA, kandungan fosfor (P) 0,069282 - 109,46 mgll, karbon (C ) 127,35 - 128,22 mgll, kalsiurn (Ca) 109,02 109,46 mdl, kalium (K)64,9 - 65,42 mg/l dan silikat (SiOz) 173,23 - 173,76 m&.
cenderung lebih rendah nitrogen (N) 13,07
Dari hasil analisis kimia tersebut menunjukan bahwa sebagai parameter kunci adalah unsur kalsium dengan koefisien faktor 3 2,7865 8 - 3 5,657916 r nd (Lampiran 33 -39). Kondisi ini akan menyebabkan hubungan antar komunitas bakteri dengan j uvenil karang, b e n d hubungan protokooperasi dengan kurve bentuk eksponensial.
Hubungan ini
menunjukan interaksi yang menguntungkan
bagi kedw spesies
(bakteri dan juvenil), tanpa ada ketergantungan. Terjadi kecendmgan kedmya
a h tumbuh baik (Tabel 5.2, Garnbar 5.10;. Selanjutnya pada hubungan bakteri
dengan perifiton, bentuk hubungan
komensalisme dengan kurve bentuk inkonsisten (Y=Y), artinya hubungan ini akan menyebabkan kedua kornunitas akan berkembang dan kondisi komunitas mantab dan
stabil. Meskipun demikian komensalisme mencerrninkan hu bunyan antar komulitas pada spesiea satu diuntungkan (bakteri), sdangkan spesies dua (perifiton) tidak
:e~eng-
(Tebe15.3; Gambar 5.1 0).
HU~WIXZUI bakteri dengan makroalgae rnenunjukkan parasitisme dengan k w e bent& kudratik. Bsntuk parasitism:: rnenunjukan bahwa spsies sa?u pq mtnjadi
parasit (bakteri) lebih kccil dari pa& spesies 2 (inangnya) yaitu makrodgae (Gambar 5.1 1). Meskipun begitu pada awalnya kedua komunitas (bakteri
cenderung naik, tetapi setelah mencapai waktu tertentu
&algae
dan makro alga)
salah satu komunitas
turun, sedangkan bakteri selalu meningkat. Selanjutnya pada hubungan
antara komunitas perifiton dengan juveni karang "proto kooperasi" yang akan
menyebabkan kedua komunitas (perifiton dan juvenil karang) &an berkembang, sehingga komuni tas akan stabil, mantab dan dewasa (Tabel 5.4; Gambar 5.1 1).
Hubungan kedua komunitas pada makroalgae dan juvenil karang mernbentuk
hubungan amensalisme dengan kurve bentuk kuadratik negatif, Hal ini menunjukkan spesies tertentu menurun Cj uvenil karang) dan spesies makroalgae selalu naik ('label 5.6; Gambar 5.12).
( 5 ) Memberdayah
pramfa pembelajam bag^ petafil-PB dan secara p a r t i s i ~ f
rnengembmgkan pranata pembelajaran tersebut menjadi pusat i n f o m i dan
tekrmlogi penyuluhan kehutanan dan pertanian. Lokasi perlu mempertimbangkm faktor geografis dm menjangkau setiap PI3 . ( 6 )Memfurmulasikan d m mengem?m@m paket pehtihan h g i penyuluh kehutaaan
menjadi tiga kategori, yaitu (a) pelatihan dasar, (b) pelatihan lanjutan, dm ( c )
pelatihan ahh. Kurikulum dan paket p e I a t i i disusun atas dasar kompetensi yang
diperlukan o1eh penyuluh kehutanan untuk memenuhi kebutuhan PB. {a) Pekthm D w r
Materi pelatihm dasar &'bedan kepda Penyuluh K e h u m Lapangan (PKL), meliputi : (1)
Pengertian a k a sifat dan petanan organisasi penyduhan, meliputl: lingkup, filofosi dan tujuan pembangman masyarakat; dan organisasi dm ahinktrasi penyuluRan dan tingkat krtmgg~hingga ke thgkat terendah untuk mengetahui jenjang birokrasi dan mekmisme kerjanya;
(ii) Pengertian dan peugetahuan
tentang teknologi
befitan dengan materi
penyuluhan yang diprogramkan;
(iii) Kernampuan rnengidentifkasi kebutuhan, ptensi, dan p e r m a s a w petani
peladmg; f iv) K e m p u a n rnenerapkan metode dm k h i k pernhangunan partisipatif; (v) Ketrampilan menerapkan prinsipprinsip belajar dm andragogi; f vi) Kemampuan untuk w x r a partisipaiif mnyusun program yang
diimplementasikan:tujuan, kegunaan, dm cara mencaw program; (vii) Kemampuan untuk mengorganisasikan masyamkat dart sumberdaya yang
t e d i a : taksonomi, struktur, proses, individu ddam organisasi, dm kepemimpinan clan pernbim orgmksi; (viii)Kernampun mengindentimi rnamlah, mengindentifhsi altemtif pemecahan madah, dan mernilih dtemtif pemecahan madah yang tepat; (ix) Kefnampuan pengembangan jarhgan kerjasama antara lain melalui kontak-
kontak pemnal (human relation) tervtsma terhdap tokoh-tokoh lokal dan
Kellrnpahantotal makm alga
(indlvldulcm2)
Gambar 5.12 Hubungan amensalisme kelirnpahan total rnalcroalgae (individu/cm2) dengan juvenil karang (individdcm2) pads TKB B 1 3,B2D,B3D (pennukaan dalam) yang di tempatkan di Gon W m dengan kurve kuadratik negatif. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis model suksesi pada perlakuan TKE yang ditempatkan di Gon Waru pada pemukaan dalam TKB (B1D, BZD, B3D)
cenderwg model suksinya baik yaitu model Preston. Pada kornunitas juvenlil h g , perifiton
TU3 83D &gkm
B1 Dj, bakttn hut (Preston), perifiton (Mac Arthur) pada pada bakteri dan mioaigae (TKB BID) made1 &fotomura,
kgitu juga @a komuriihq juveni: k m g (TKB B2l-l). Sdmgkan pa&
TKE 83D
pa& komunitas W r i dan perifiton model suksesinja model Motomura (tabel 3.1, lampiran. 25, 26)Apabla dibandmgkan antara TKB yang ditempatkan di Pulau
Menjangan besar @ermukaan dalam TKB A 1D, A2D, A3D) dengan di Gon Waru (
permukaan Urn TKB AID, AZD, A3D) pola suksesi dan hubungan komunitas b e r k h . Hal ini d i h a t pada TKB di Pulau Menjangan Besar made1 suksesinya cenderung model Preston h b a h ke Model Motomura dengan hubungan komunitas antat
komunitas cenderung Komensalisme (21, proto kooperasi (I), dan parasitisme
(2), kondisi ini menunjukkm komunitas dalam keadaan stabit, agak mantab.
Apabila dibandingkan kondisi komunitas di TKB yang ditempatkan di pulau Menjangan Besar (TKB A 1D, A2D, A3D) dengan TKB di Gon Waru (TKB B 1 D,
B2D, B3D) Iebih baik di Gon Waru, karena di Gon Waru pola suksesinya cendemg
model Preston, Mac Arthur, yang menunjukkan komunitas lebih mantab, stabil dan
dewasa. Tetapi sebaliknya pada hubungan antar kornunitas di TKB B 1 D,B2D,B3 D cenderung "protokooperasi (2)", komensalisme (1 ), parasitisme ( 1 ), arnensalisme ( 1).Kondisi hubungan antar komunitas lebih stabil dan mantab.
Hasil analisis menunjukkan bahwa komposisi kimia lendir pada permukaan
dalam TKB yang ditempatkan di perairan Gon Waru
Pulau Karirnunjawa
berpengaruh terhadap kelimpahan bakteri, juvenil karang, perifiton dan makroalgae.
Sebagai parameter kunci, parameter kimia addah Msium (Ca) dengan kandungan 109,02
- 109,46 mgll dengan koefisien faktor 32,78658 - 35,65791 6%
(Lampiran 5 1).
Faktor parameter kimia yang dominan ini sesuai dengan kondisi perairan dengan
dasar perairan dominan adalah karang rwk (gravel). Pengaruh terhadap hubungan antar komunitas, baik bakteri dengan perifiton, makroalgae, j uvenil karang, dengan
bentuk hubungan yang berbeda. Hubungan yang menonjoi addah bakteri dengan perifito~bentuk komensalisme. Hubungan iri cukup baik untuk kelangsungan suksesi
karena kornunitas baker (spesies I ) diunkmgkan, sedmgkan spesies 2 (perifiton) tiak terpengaruh. A hbatnya kedua komunitas akan bcrkembang dengan kondisi yang mantab d m stabil. Hal ini sesuai dengm pendapat fikami
et a!. (1996) bahwa
perhunbuhan bakteri ymig cepat (diuntungkan). aaka perifiktrr (Skelctonema
costar~!m),tida terpengmh (spesied), sesehingga perifitor. dapat naik dm tam. tergantung kelimpahan bakteri . Hubungan yang relatif lebih baik pada antar komunitas adalah pada bakteri dan juvenil karang serta perifiton dengan juvenil karang, karena bentuk hubungannya Protokooperasi menggambarkan interaksi yang inenguntungkan antara k d u a komunitas (bakteri dengan juvenil k m g dan perifiton dengan juvenil kamng). Sehingga diahiri suksesi akan menyebabkan komunitas akan stabil mantab, dewasa dengan pola suksesi
cenderung model Preston dan Mac Arthur, sehingga
mencerminkan pola suksesi model Preston, komunitas yang matang dan stabilitas yang tinggi, sedangkan model Mac Arthur rnencemhkan mode1 klasik atau suatu
kondisi komunitas yang ideal serta dalam kondisi seimbang dan stabil komunitasnya.
Hasil penelitian tersebut berbeda dengan pendapat dari Fairfull dm Harriot
(1999); Kumagai et al. (2004); Sale (2004); Anderson
el
al. (2004) mengatakan
bahwa peran bakteri sebagai reforming yang menghasilkan N, P, Fe, C dapat memicu proses penempelan planula k m g dan invertebrata
lain seperti: Hydractinia
echinata, Cussiopes andromeda, Heteroxenia fuscecen, Pocillopora, sehingga keberadaannya j uvenil karang dalam jumlah yang optimum dapat rnendorong perifiton untuk menempel pada permukaan substrat, sehingga perifi ton dapat
berkembang dengan baik memanfaatkan unsur P (fosfor), N (nitrogen), C (karbon) dan Fe (besi). Pada hasil penelitian yang memicu proses penempelan juvenil karang terutama unsur silikat (SiOz) dan P yang memicu penempeIan juvenil karang spesies
A. tenuis pada TKB di Gon Waru dan P.domicornis di Pulau Menjangan Besar
Ada kecenderungan model ~rotokooperasidm p l a suksesinya motel Preston dm MG: Arthur urlhdc permukaan dalam TKB. Tetaoi sebalikqya pada permukaan
:uar TT,R h u b x ~ g ~mTar a komw-iras cer~bermgparasitisme, m e ~ s a i i s m edm. kondisi !ccmi!ni9s kurang malt&.
!ebih mil&, agak sabil model suksesinya cendemg
berubah h i Preston kk n ~ ~ dMotornw. el Ditemukan fenomena suksesi yang terbaik pada tipe komunitas biota (bakteri, juvenil karang, perifiton, makroalgae) di TKB Gon Waru dengan melihat hubungan
antar komunitas secara protokoperasi, komensdisme dan mencapai stadia dewasa
TKB di Gon Waru (TKB BID, B2D,B3D. Tetapi sebaliknya tipe komunitas biota di TKB Pulau Menjangan Besar pada pemukaan (matang) pada permukaan &lam
dalam (TKB A1 D, A2D, A3D) bentuk hubungan bakteri dengan juvenil karang komensalisme, perifiton dengan juvenil karang parasitisme dan mencapai stadia matang muda yang rnencerxninkan produktivitas yang rendah dan strategi adaptmi serta komunitas yang rendah.
Terdapat perbedaan komposisi kimia lendir unsur fosfor (P) dan C untuk di
Pulau .Menjangan Besar (Permukaan luar TKB A l , A2, A3 dan &lam TKB AID,
A2D, A2D) dan Fosfor (P), Pada bulan Desember (musim Barat) dan Mei (musim PancarobA 1) mernpengaruhi hubungan =tar komunitas biota laut (bakteri, perifiton, juvenil karang dan makroalgae). Berbeda dengan di Gon Waru unsur yang berpemmm pada lendir TKB adalah Fosfor
(P), kalsium (Ca) dan silikat (SiOz).
Terutama pada perrnukan luar (TKB B1, B2, B3) dm perrnukaan dalarn (TKB B ID,
BZD, B3D). Terdapat perbedaan kandungan P dan C di Gon Waru pada musim barat (Desember) dan musim Pancaroba 1 (Mei) P yang berpengaruh terhadap hubungan antar kolnunitas bakteri, j uvenil karang, perifiton dan makroalga.