3
KAITAN FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERT, JUVENSIL KARANG, PERIFITON, MAKROALGAE
Pendahuluan Faktor lingkungan perairan seperti suhu, salinitas, kecerahan, kecepatan arus,
oksigen terlarut, BOD, COD dan substrat dasar untuk penempelan biota laut (bakteri, juveni I karang, peri fiton dan makroalgae) sangat besar peranannya dalam menunjang keberadaan spesies sebagai penciri adanya suatu biota laut dimana tinggal. Kaitan faktor lingkungan tersebut, terhadap keberadaan suatu biota laut terkait Aengan kebutuhan biota laut untuk respirasi, membantu mempertahankan
hidup melalui proses metablisme, reforming, metamorfose, dimana setiap spesies komunitas mampu tumbuh dan berkembang biak.
Bakteri sangat besar peranannya dalarn melakukan reforming surnber makanan, bahan organik dengan proses deornposisi nlenjadi unsur; N.P, K, SiOz, C,
Ca yang bermanfaat bagi kehidupan juvenil karang. Juveni! karang sajlgat inembuiuhkan unsur N, P, K, SiO;, C , Ca. Terutma unsur SiOz sarlgat dibutuhkan oleh larvz planula karang untuk menetq dalzm bentuk juvenii k~rang.Selair. S O z
oibutuhkm oleh juvenil kara~g;juga
perifiwn rnembubIhkm SiO; agar m m p u
tumbw+ dzlani pcmbcntukm dinding sel, karena dinding sel membntuhkm Si02.
Kaitan faktor lingkungan perairan yang banyak mengandung unsur nitrogen (N), fosfor (P), akan menyebabkan peri-mbuhan makroalgae clan perifiton. Aki bat
perturnbuhan yang tidak terkontrol (blooming),dapat menyebabkan biota air lainnya
terganggu, termasuk juvenil karang, sehingga akan mempengaruhi keberadaan
kommitas tersebut. Faktor lainnya adalah cahaya, substrat, suhu perairan, salinitas,
C02,pH, oksigen terlanrt, akan mempengaruhi keberadaan komunitas bakteri, juvenil karang, perifiton dan makroalga (Tomascik et 01. 1997; Zahuranec 1988; Fairfull & Harriott 1999; Watnick & Koitir 2000; Teixido 2003; Anderson el al., 2004; Sakai
et al., 2004).
Peranan penting lainnya, pengaruh faktor 1ingkungan dengan keberadaan biota laut adalah adanya lingkungan dizona intertidal yang sangat di pengaruhi oleh pasang surut menyebabkan adanya daerah terbuka dan terendam di zona tersebut (Nybakken 1997). Kondisi ini akan menyebabkan, kemarnpuan cahaya mempengaruhi reproduksi
Iperturnbuhan makroalgae dan
perifiton,
sehingga secara tidak
langsung
mempengaruhi penyebaran di zona pasang surut (intertidal). Intensitas cahaya yang
tinggi dapat membantu persporaan Porphyra namun akan rnenghambat pada jenis makroalgae terutama e d e m a . Cahaya hijau sangat baik un tuk pembentukan spora
pada gelidium, tetapi menghambat pada prorosiphon (Aslan 199 1; Amstrong, 2004). Adanya penelitian ini, diharapkan dapat mengetahui peranan faktor lingkungan sebagai parameter kunci (key factor) yang menentukan distribusi
keberadaan komuntas bakteri, j uvenil karang, perifiton dan makroalgae Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengkaji kaitan faktor l i n g h g a n dengan keberadaan spesieskornuntas
bakteri, juvenil karmig. periTito11dan rnakro algae. 2. Mengetahui "key ,fuclor" yang menentukan keberadaarr komunitas bakteri, juvenil karang. periti ton 3an makrodgae. 3. Mengkaii f&tor
lingkmgar: y a g rnempttngmhi distribnsi komuniks
bakteri, jub*eailkazng, p:r i5tm dm xakrcdga.
Bahah Dan Metode 1.Waktu Dan Tempat
Penelitian dilakukan selama 8 bulan dimulai awal bulan Oktober 2002 sarnpai
akhir bulan Mei 2003 (selarna 8 bulan). Penelitian dilakukan di perairan Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah di tempatkan di dua (2) lokasi penelitian yaitu sebagai berikut : 1. Stasiun
1,
dilokasi perairan sebelah barat Pulau Menjangan Besar
(mesotrofik), melipuri TKB-Al, TKB-A2, TKB-A3. TKB-A 1 D, TKB-A2D, TKB-A3D) dengan posisi GPS BT I 1 0°26'00, LS 5" 55'00).
2. Stasiun 2
.
ditempatkan di perairan Gon Waru Pulvu Karimunjawa
(oligotrofik) adalah TKB-B I , TKB-B2, TKB-B3, TKB-B I D, TKB-B2D,
TKB-B3D) dengan posisi GPS BT 110" 27' 30" dan LS 5" 54' 12" (Gambar 4.1)
Perlakuan ini seperti pada bab 3 meliputi permukaan luar TKB di tempatkan
di Pdau Menjangan Besar terhadap TKB A1 (posisi sesuai arah angin), TKB A2 (posisi lawan arah angin), TKB A3 (posisi peralihan arah angin). Adapun permukaan dalam TKB adalah TKB A 1 D (sesuai arah angin), TKB A2D (lawan arah angin), dan
TKB A3D (peralihan arah angin). Pada TKB yang di ternpatkan di Gon Waru sebagai perlakuan pada perrnukaan luar TKB adalah TKB 3 I (posisi sesuai arah angin), TKB
B2 (posisi lawan arah angin), T W B3 (posisi peralihan arah angin). Pada permukaan dalam TKB sebagai perlakuan adalah TKE B I D (posisi sesuai arah angin), TKB B2D (lawan arah angin) d m TKB B3D (peralihan arah angin) (Gambar 4.2,4.3,4.4).
Perlakuan tersebut dilakukan masing-masing dengan ulangan 4 kali. Selanjutnya pada periakuaa TKE3 (terumbu karang buatanj diternpatkan pada jarak antar TKB 4 m.
Alum peilempatan perlakuan ini. mtuk membandirigkan perbedan kbitat. (pesir dan karmg rusak), sehingga berbeda balian orga.a!ikdan m i k e ! teriarut
(gn n y a n i c j
perziran, sebinggz kompsisi kelirnpdan dm pola s&sesi skan berbeda. .Metode pe~~eliiiandeilgar, ~nengguna~anmetode eksplsratif alengan r a ~ c ~ g s rlofi n
parametrik dengan Kruskal I- Wall is untuk mengetahui pengaruh perkdaan antar
perlakuan pada lokasi berbeda (d i Pulau Menjangan Besar dan Gon Waru).
2. Peralatan Percobaan Alat-alat yang dipakai dalarn penelitian ini, meliputi alat --dat selam (scuba
diving), 1 buah kamera bavlsh air, hand counter, penggaris tahan karat, timbangan, tali temali, plastik, identifikasi karang (Veron, 1986; AHen dan Stecne 1994; English et al.. 19941, buku identifikasi perifiton (Newell & Newel1 1963; Yamaji 1979),
identifikasi makroalgae (Larkum
ei a/.1989;
Luning, 19901, alat pencacah data, 10
buah transek kuadrat, I buah perahu motor tempel, serta alat pemantau kualitas air seperti : tennometer, seehidisk, alat pengukur sedimentasi, specfrofotometer, currenf
meler, pipet ukur ketelitian 0,sml, 0,2 ml, neraca elektrik, cenfrifuge.freezer, stirrer
dan lainnya. 3. Bahan Percobaan Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain terurnbu buatan yang terbuat dari semen berbentuk pyramid ukuran 75x75x125cm,berjumlah 6 buah (gambar 4 . 9 , sample j uvenil karang, isolat bakteri laut, perifiton, makrodgae bahan lainnya se perti : fonnalin 4%, lug011 100 ml untuk pengawetan perifiton, makroalgae, bahan isolasi
bakteri dikultur bakteri media zobell22 16 E satu paket. 4. Prosedur Penelitian Lokasi pengarnatan
Studi dilakukan di perairan Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah, adapm titik-titik lokasi penelitian terletak di stasiun 1, terletd ddi perairan seklah harat h l a u Menjangan besar (TKB-AI, 'CKB-A2. TKB-A3, TKP-
All), M - A 2 D , TKB-A3D) dm stasiun 2, ter!etkk di perairan Gon Waru Pulau
ICanrnmjawa yaitu TKB-E 1, TKB-B2, I'KB-B3, TKB-3 1D, m - B 2 C , 1 KB-E3D (Gam bar.4.5). Teagarnatal ;rows juksesr dm ~&:eri h u t diiak.dkC-,rm 2 minggu seka!~ jrada
bulm pertama TKB d i i e ~ n p a t k(Gkober). ~ seimjutilya pacia bulan ~rikutnya (Nopember-Mei) dilakukan secara bersamaan dengan juvenil karang, perifiton dan makroalgae pada terumbu karang dilakukan setiap bulan sekdi, selanjutnya setiap bulan sekali selarna 8 bulan (bulan Oktokr 2002 sampai Mei 2003), dilakukan pengamatan kualitas air setiap bulan sekali dengan pengarnatan sehari dua kali pada
pagi (jam 07.00) dm sore jam 17.00 selama 8 bulan penelitian. Pengukuran kualitas air meliputi:
Q2
terlarut, NH3 (amoniak), NO2 (nitrit), PO4 (fosfat), BOD5, COD,
silikat, suhu, salinitas. Sedangkan komposisi kimia lendir yang menernpel pa& permukaan lw dan dalam TKB yang diamati meliputi: N, P, C, Ca, K, SiO,. Data kelimpahan jenis dan kom-posisi pada bakteri laut dua rninggu sekali pada bulan pertama (Oktober) kemudian dilaukan bersamaan dengan juvenil karang, perifiton
dan makroalgae dilakukan setiap bulan sekali, menggunakan metode (Yamaji f 979;
Luning, 1990; Holt el ul 1994; English et al 1994; Jornas 1997; Lieske & Myers, 200 1).
Metode identi fikasi bakteri dilakukan dengan cara mengerik permukaan luar
dan dalam TKB secara acak pada luasan 1 cm2, kemudian diambil 1 ml, diencerkan dalam larutan steril air laut 9 rnl dengan mortar dan dikakukan seri, kemudian diambil 1 ml dimasukkan dalam labu erlemeyer 9 ml dan di kocok sampai homogen diperoleh
pengenceran 1 om',dengan cara yang sama dilakukan pengenceran 1 o - ~1,o - ~1,04, 1 W5. Selanjutnya sampel tersebut diambil 100 pm kedalam cawan petri yang telah diisi
media zobel dm disebar rnerata kemudian dibungkus kertas steril dan diinkubasi 2x24 jam. Selanjutnya isolat bakteri di mumikan dengan teknik goresan dan
diidentifikasi jenis bakteri secara morfologi dan uji biokimiawi (uji oksidase, katalase, Hugh Leison, H2S, indol, methyl red, Vogen-Proskauer, reduksi nitrat, citrat, gula, dekuboksilase, hidrolisa pati dan lainnya) dengan menggunakan netode
Holt er a!. t 1994). Kemudian untuk identifikasi juvenil karang menggunakan metode
English et a!. (19941, Perifiton rnetode Y ainaji ( 1 1)79),miduoalgae (Luning, 1900). Pengamatan kuaiim air melip-ati: I. Suhu air
Suhu air y m g iramaii pada pent-iitisn ini adslah suhu pemukaan d m pada kedalamal yang dimggap mewakili kondisi suhu perairan disehtar perairan Pdau Menjangan Besar (ststsiun 1) dan di Gon Waru Pulau Kariunjawa (stasiun 2) dengan
menggunakan thermometer air. Pengamatan dilakukan sehari dua kali pada pagi (jam
07.00)dm sore hari (1 7.00)sebuian sekali. 2. Kedalaman
Pengukuran kedalaman perairan pada setiap stasi un pengamatan (Pulau Menjangan Besar dm Gon Waru Pulau Karimunjawa) dengan menggunakan "Depth
Visi Meter". 3. Arus
Pengukuran kecepatan dan arah arus dimasing-masing stasiun dilakukan dengan menggunakan alat pengukur kecepatan arus (currenf meter). sedangkan untuk
mengetahui arah arus di&an
kompas. Pengukuran dildukan dua kali pada pagi
(jam07.00) dm sore hari (jam 17.00). 4. Salinitas
Pengukuran salinitas perairan dilakukan dengan menggunakan h n d refractrometer pada masing-masing stasiun 1 dan stasiun 2 pada pagi clan sore.
Salinitas ini diukur pada permukaan air Iaut dan pada kedalaman 5 m. 5. Phospat (PO4)
Pengukuran phospat dilakukan dengan cara mengambil sampel air di stasiun pengamatan dilakukan pada pagi dan sore hari. Selanjutnya air tersebut dimasukkan
kedalarn botol "carnmarer" yang dibungkus dengan kertas aluminium, kernudian disimpan dalam botoi pendingin (agar aktivitas fotosintesis terhenti). Botol sampel
kemudian dianalisis di Iaboratorium Marine Science Teluk Awur Universitas Diponegoro di Jepam Penentuan jumlah total kandungan phospat di laboratorium di
tentukan dengan berdasarkan prinsip kolorimerer dengan alat spectrofofometer. Kandungan p h o ~ ~ aditentukan t 01th senyaura phosphoniolybdnte. Kandungan senyawa ini dilakukan dengm men&ur absorbansi lvvtan pada panjang gelombang
ees U;;l. 6.Nitrit P~nguicuranniht dilakukan dcngm a a rnmgambii szilpia air diinaing-
masing stasiun pada gag1 d m sore hari, kemddizn air tersebut dimasukkm d a l m botol "cammerer " yang dibungkus dengan kertas aluminium, selanjutnya dalam botol
pendingin, kemudian dianalisis di laboratorium. Prinsip pengukuran kandungan nitrit
dalam
contoh,
ditentukm
berdasarkan
prinsip
kolorimetri
dengan
alat
spectrofotometer. Kandungan nitrit ditentukan pada panjang gelombang 543 urn. 7. Silikat Metode pengamatan contoh prosesnya seperii pada phospat, selanjutnya sample
ini
dianalisis di laboratorium dengan prinsip menentukan kandungan silikat air
contoh dengan prinsip kolorirnetri dengan alat spectrofotometer . Kemudian pengukuran absorbansi un tuk mengetahui kandungan si l i kat pada panjang gelombang
810 urn.
8. Derajat Keasaman
Pengukuran pH dilakukan dengan cara mengambi l sample air pada kedalarnan 5 meter, kemudian diukur dengan pH meter.
Pengukuran mineral unsure N,P,C,K dm SiOz, Ca pada permukaan lw dan
&lam TKB diukur dengan menggunakan metode Yoshida et a / . ( 1 972). Analisis Data Data penunjang seperti analisis kualitas lingkungam perairan seperti : suhu
air, salinitas, kecerahan, arah dan kecepatan arus, phospat, nitrit, oksigen terlarut,
silikat, pH, BOD, COD dan kandungan unsure kimia pada lendir pada terurnbu buatan (TKB) (indikator biofilm yang dianalisis unsur N, P, C , K, SiOz, Ca)
dilakukan secara diskriptif. Selanjutnya distribusi komunitas bakteri hut, juvenil karang, perifiton dan mhoalgae d i d i s i s secara ekologis dan diskriftip. Untuk uji kaitan factor lingkungan dengan bakteri lahi, j uvenil karang, perifiton dan
rnakroalgae diandisis dsngan Canmical Corespondence A xalysis (CCA) dengm menggwakan soft ware Biplot. (Cut;oniccr! Correspondmce Analysis), dari metcrde
Ter B r i i (19861, Bra& dan Verdonscfio: ( 19% j, Makarertkov dan Legendre (2004) dibantu dengan Soft ware Riplot).
Hasii dan Pembahasan a). Kaitan Faktor Lingkungan Dengan Keberadaan Bakteri Laut, Juvenil
Kamng, Perifiton dan Makroalgae Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan yang nyata keberadaan j enis bakteri Iaut, jenuvenil karang, perifi ton dan makrodgae dengan komposisi kimia lendir dan kualitas lingkungan perairan laut. Keterkaitan
tersebut dijelaskan dengan menggunakan analisis CCA (Canonical Correspondence
Analysis) dari metode Ter Braak (1 986), Braak dan Verdonschot (1 999, Makarenkov dan Legendre (2004) dibantu dengan Soft ware Biplot (Gambar 3.5,3.6,3.7,3.8).
Hasi l penelitian memperlihatkan b&wa
terdapat kaitan yang nyata
keberadaan j enis bakteri laut, juvenil karang, perifiton dan makrodgae. Hasil pernantauan kualitm lingkungan menunjukkan bahwa di lokasi Pulau Menjangan
Besar suhu perairan berkisar (2 7-29'C), salinitas (3 1-34%) b o l i jtaiine), kecerahan
(82-85 cm), kecepatan arus (0,34-0,3? ddetik), Ozterlarut (6,s1-7:89mg/lj, NH3 (0,0073-C,0 108 mg/l),
dari 9-001 nlgll,
N@2(0,O1S?-O,!E!?
PT)d(i),O
1-0,O 13 @I),
m d ) . nitrat (NO3) kandunganny~kurang
ROD (1,4 16- 1.428 mg!l!,
COD (2 1,452 1,82
rng'i). si (ika ( 1 -612-1,628 mdl). Kondisi ~ r a i r a nterszbl~l rA~enc~iljakk;~ kersifk mesotropik Kesemuanya parameter air tersebut lebih rzndah dari nilai amhang barn
(NAB) Kep.02 MENKLAH 1982 (Lampiran 32-47).
Kondisi peraim di Pulau
Menjangm Besar masih relatif baik dalam menopang kehidupan biota laut, karena
masih dibawah nilai ambang batas (NAB) Kep.02 MENKLH 1982 dan masih dibawah nilai alarniah air lad dari Neumann dan Pierson( 1966) (Lampiran 32). Kandungan kimia lendir permukaan TKB di Pulau Menjangan Besar berkisar N(39,87-47,04 mg/l), P(2,96-3,78 rngll), C(439,05-578,83 mg/l), Ca(449,92-494,35
mg/l), K(44,27-59,39 mg/l), Si02(484,16-733,74mg/l) (Lampiran 42, 43, 44, 45,46, 47). Kondisi kimia lendir ini dibuat oleh bakteri melalui proses biofilm bemanfaat
untuk pembentukan suksesi primer pada terumbu buatan. Hasilnya menunjukkankan
bahwa suksesi primer pada TKB yang ditempatkan di Pulau Menjangan Besar adalah
terjadi penyuburan (mesotrofik), komunitas struktur bersifat "'pluntdominated reefs
"
yaitu komunitas yang menempel pada substrat terumbu buatan baik luar maupun
dalam didominasi makroalgae atau turnbuhan laut bentuk "ohlique", ditumbuhi kntik makropit (benthic rnacrophyte), "kelps" dan rurnput laut yang lebat. Keaneka-
ragaman jenis sedang, ditemukan banyak ikan herbivor, ikan pemakan plankton,
hubungan antar komunitas tidak terkontrol clan suksesi mencapai stadia muda.
Berbeda halnya dengan kondisi kualitas perairan di Gon Wanr dengan kisaran
suhu perairan 27-28OC salinitas 30-32.5 % (oligohaline), kecerahan 82-95 cm, pH 7,2-9,3, kecepatan arus 0,33-0,34 mldetik, Oz terlarut (7,03-7,23
mgll), NH3(0,0054-
ma), P04(0,008-0,O18 mgjl), BOD(2,653-2,717
0,0071 mg/l), NO? (0,0153-0,026
rng/l), COD(25,85-25,94 rng/l), silika (1,563-1,577 mgh) d m kandungan kimia lendir permukaan TKB di Gon Waru sebagai berikut: N (1 3,07-46,62 mg/l), P(0,22-0,78
mg/l), C(127,35- 686,08mgll), Ca(109,02-42 1,68 mgA), K(64,9-75,83mg/l) dan SiOz (1 73,23-1050,47 mgll) (Tabel 3.1, Lampiran 32-47).
Tabel 3.1 Rata -rats komposisi kimia lendir yang menempel pada perm~kaan terumbu karang buatan (TKS)yang ditempathn di Perairan Pulau Menjangan Besar dan Goo Waru.
I
Enviroamentrrl (komposisi kimio lendi~ menempel pada TKB,mfl) P
62 B3 A1 A2 A3
i
c
cs
1
K
j
(
S~OZ
4593 0,75 684,87 420,87 75,29 1050,02 46,62 0,78 686,08 421,68 75,711050,47 47,04 3,05 439,07 450,133 59,3 484,16 46,09 2,96 439,05 449,92 58,65 484,48 46,79 2,98 43934 450,48 59,39 403,72 Keterangan: Ni lai rata-rata 8 ulangan (N=8).
Kondisi perairan ini menunjukkan di Gon Waru termasuk ol igotropik yang sesuai untuk tumbuhnya juvenil karang atau biota laut lainny a, karena nilai komposisi
kimia air seperti nitrit (NO2),BOD, COD masih dibawah nilai ambang batas (NAB) menurut Kep.02 MENKLH 1982 dan masih dibawah nilai alamiah air laut dari Neumann dan Pierson (1966). Berdasarkan ha1 tersebut diatas rnenunjukkan bahwa
di Gon Waru masih layak untuk rnendukung suksesi primer pada bakteri, perifiton, juvenil karang dan makroalgae, sehingga membentuk tipe komunitas terurnbu bentuk "coral dominated reef'. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Seaman (2000)
denkan kriteria kondisi perairan bersifat oligotropik, komunitas yang menghuni (menempel pada t e m b u ) seperti makroalgae, invertebrata, simbion zooxanthelae, dan karang hermatipik (ditemukan mendorninasi Acropora tenuis). Spesies karang
tersebut mendominasi
dengan keanekaragarnan jenis tinggi, terdapat ikan hias
herbivora dan ditemukan pula pembentukm koloni karang yang menempel pada terurnbu buatan.
Menurut Nugroho d m Arnbariyanto (2001) melaporkan bahwa pada peraim1 laut dengan daar perairw k q a s i r , pe&an
kamr~g,dan karang hidup disekitar
~zrairmE a n d ~ ~ g l Kabapaten r. Jepara untuk mencnjang kehidupm biota iaut p d a kondisi perairan dzngm dasar s~bstmtberpsir da!ah slhu 3 !.5 "T' f 0,58. salhrtas 30 o/oo -t 0,82, kezerahan 655 1i,S, fbs:'ai C',li?.rj m,n~!, niirit G,lj2 m q l . P d a substrat pecahan karang rnenunjukkan baliwa suhu perairan 30,75 OC 29,5 0100
+ 0,96, kecerahan
f 40 cm
+ 0 5 , saliritas
+ 22,4, fosfat 0,028 mg/l, nitrit 0,092 mg/l.
Berbeda dengan dasar perairan karang hidup menunjukkan bahwa suhu perairan 3 1
*
"C f 0,82, salinitas 29,s oloo 0,96, kecerahan 40 crn f 22,4, fosfat 0,014 mgll dan nitri t 0,157 mg/l.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Punvanto ( 1 999) mengatakan
bahwa perairan oligotropik adalah perairan yang bersih dan sedikit materi organik atau sedirnen dengan aktivitas biologis yang minimum sangat cocok untuk
tun~buhnyaj u ~ ~ e n karang. il Untuk menjelaskan kaitan tersebut digunakan analisis CC A sebagai berikut:
1. Distribusi Bakteri Laut Kaitannya
Dengan Kualitas Lingkungan
Komposisi Kimia Lendir Subsirat Dslsar TKB (N,P,C,Ca, K, SiOz). Analisis CCA kaitannya dengan distribusi bakteri laut dengan parameter
lingkungan komposisi kimia lendir pada permukaan luar dm dalam TKB terhadap berbagai perlakuan TKB A l , TKB A2, TKB A3, TKB A1 D, TKB A2D, TKB A3D di
lokasi Pulau Menjangan Besar dan di Gon Waru terhadap TKB B1, TKB B2, TKB
B3, TKB BID, TKB B2D, TKB B3D. Sebagai parameter kimia lendir pada pennukaan substrat dasar TKB adalah unsur :N, P, C, Ca, K, Si02 (lihat gambar 3.1). Hasilnya menunjukkan bahwa dilihat dari nilai Eigen vulue atau ax-1 dm ax-2
(Tabel 3.2). Hasilnya terlihat bahwa secara biogeografi (ax-1) terdapat perbedaan antar lokasi (TKB yang ditempatkan di Pulau Menjangan Besar berbeda dengan di
TKB Con W m ~ l . Hasil ini dicirikan pads Pulau Menjagan Besar sumana penyuburan (pernupukan), karma kandungafi fasfat yang mendominasi
suasana
perairan yang mesotropik. 'Tetapi berbeda dengan di pereiran Gun Waru yang dicirikan cleh prGses mineralismi, khususnya perm. silikat sangat donliilan
nernp~ngamhi dis~ribusi komunitas baktefi? j uvec il karang. perifiton dm makro~!gae. ICclniis~ rcrsebut menuaj~&hibzlh\-a peraircn Gon Walu term:lsuk
oligotrofik. Pada ax-2 ( f i s i o g d ~ )mencirikan bahwa seciua fisiografi dirnana posisi dan perrnukaan (luar dan dalam) pada TKB akan berpengaruh terhadap distribusi
komunitas bakteri, j uvenil karang, perifiton dan makro algae (Tabel 3 -2).
Tabel 3.2 Kaitan komposisi kimia lendir TKB (N, P, K, C . Ca, S O z ) dengan nilai eigen value pada ax-1 dan ax-2 terhadap komunitas bakteri, juvenil karang, perifiton dan makroalgae. Komunitas
Ax- 1 ( % ) ( ~ i o ~ e o ~ r a f i Ax-2 ) (%) (fisiografi)
1 . Bakteri
94,56
1 ,Ol
2. Juvenil karang
38,79
30,09
3. Perifiton
95,4
50,2
4. Makroalgae
82,32
75,8
B-
G i m k 3 .I, t d h t MW nilti Eigen pip vdw) UJ.94S5(ax-
& 0-. (=-2=I.01%, & i i ) (Tabel 3.21 psda =-l 10W W mala M W biktai nwnmjukkan Wwa tmk@ p d x d m 1+?4.56, )-
kellmpahan W e s Wed pada prlTRB yang diternpatkan di Pulsu M e n j a ~BesaF @ads THB Urn TKB A3D, TP;B Am, TKB A2), tejadi m(me) kbib bsar v w (;do&@]
-
yang ~ ~ d i G o n W a r u ( T I Z B n
TKB BID). hh m-2 (%ii,m) k+t 2=1,61%3 m -
Wwa PQ*
k ~ m d bW, % Wukma psada pd&m
TKB B3D,TKBB2D, m B 1 D ~~~p~
&htifl& TKB befbeda -@
TKB &,
k
- (a-
A3D, W B2#TKB B3, W p l a I a w n TKByazl$
ditempatkan di TKB A2D dan TKB B3. TKB B1 (kondisi negatif), sebagai spesies pioner didominasi spesies Micrococcus luteus dan bakteri S. jerrnus (Lampiran
1,2,3,4). Hal ini disebabkan karena bakteri M
lureus
tahan hidup pada kondisi
ekstrim (pencemaran lingkungan, gelombang besar, arus, ketersediaan pakm),
ssdangkan ciri lain dari jenis bakteri tersebut (M. luteus), bakteri berbentuk bulat, terrnasuk gram positif,
aerobik, non motil, tidak menghidrolisis gelatin, tidak
membentuk asarn dari karbohidrat dan tidak mereduksi nitrat. Dengan kontribusi chi square di TKB A2 -0.10902 dengan kelimpahan TKB A2D (40.000
-
165.000
cfu/crn2)dm B. fermm TKB B 1 dengan kelimpahan 60.000 -245.000 cfu/cm2. Sedangkan B. firmus cirinya terrnasuk gram positip, berbentuk batang,
menghasilkan endospora, yang membentuk elips, aerobik, rnotil (berbeda untuk setiap strain), menghidrolisis pati, menghidrolisis kasein, dapat menfermentasi, glukosa
tidak menghasiikan indol, menghasilkan katalase, mereduksi ni trat . Dijelaskan pula bahwa kelxradaan spcsies B epiphyrus (Pac-epi), B. freudenr~ichii (Bac-freu)
berkaitan dengan factor lingkungan sebagai komposisi kimia lendir pada pemukatin substrat TY 0 dicirikan de~ganfactar lingkungan pada kadar yang tinggi N (0.23473
mgl!). P (0,26402 (mglll. C (0,0325 mg,'l), Ca (0.1 732 rndl).terutama pada perlakuar~ dl TE;R A3.1 KE ,43Eymg terietak di kwa&rm I. St.imj~tn:c pada kwzdrm I1 (keiompok 11) keberaclarl hakteri ;enis 8.
circulus (Bac-cir), d.fer:nlis (Bac-fer), M. comrnun~s(Mar-corn), dlcirikan dengan kadar yang tinggi dari unsur Si02, K, terutama pada perlakuan TKB-B2, TKB B3D. Pada kelompok I11 (kwadran 111) keberadaan bakteri B. circulus (Bac-cir), dicirikan dengan kadar yang rendah Si02 dan K, yang terletak pada perlakuan TKB
B 1 , TKB B3. Berbeda halnya pada kelompok IV (kwadran IV) keberadaan bakteri laut jenis M.lureus (Micro-lut) berkaitan dengan factor lingkungan kornposisi kimia pada dicirikan dengan kadar yang rendah dari unsur N, P. C, Ca terutama terletak
pada perlakuan di TKB Al, TKB A2,TKB A2D (Gambar 3.1, Tabel 3.1). Hasil penelitian mendukung pendapat Mills el
a1 (2004) peran nutrien
N,P,C,
Fe yang berasal dari bahan organik dan anorganik dari laut akan berperan penting
dalam pengkayaan nutrien laut dan berpengaruh nyata. Ditambahkan pula oleh Holt
el
aI(1994) bakteri yang paling penting perannya addail Micrococcus luteus pada
proses penempelan substrat terutama unsur Mg, Ca, K, Fc, Mn,Zn, Cu, Co.
Keberadam spesies M. luteus sebagai spesies pioner yang mendomimi
dicirikan dengan kadar komposisi kimia lendir TKB kadar N (39,87-47,04 mgll), P (2,9642 mgll), C (439,OS-578,83 mg/I), bahwa M lureus tahan hidup pa& kondisi estrim (pencemaran lingkungan, gelombang besar, arus. ketersediaan makmmnya),
dengan ciri yang lain adalah bakteri ini berbentuk bulat, gmm positip, aerobik, non
motil tidak menghidrolisis gelatin, tidak membentuk asarn dari karbohidrat, menghasilkan katalase (Lampiran 40,42,42,44).
Hasil peneitian ini memperkuat pendapat Anderson et al. (2004) bahwa peran nutrien N, P, C, Fe yang berasa1 dari bahan organik dan anorganik dari perairan laut &an berperan penting ddam pengkayaan nutrien air Iaut dan berpengaruh nyata
terhadap keberadaan bakteri laut (Buchanan dan Gibbor, 1974; Atlas, 1993). Ditambahkan pula oIeh Characklis et al. (1 990) bakteri yang paling berperan penting d a m suE:sesi primer dari kelompok .Micrococcus dm Fiacillus terhadap proses
~ n e n p e l a n pada pemmkaan subsirat dasar adalah komposisi kimia ymg mecgandung unsur Mg, Ca, K, Fe, Mn, Zn, Cu, Ca. yctng dibutuhkan bakteri !aut untdk fUG1buh dan hidilp sartz untuk proses metabolisme bakteri dipei.11-h zdanya ni trcgc~? (Y ). phosph~r(F)dan sulfix (5).
Ke terkaitannya bakteri laut sebagai indikztor awd terj ad inya suksesi primer
terlihat dari spesies j uvenil karang yang spesifik mmcul Pocillopora h i c o r n i s (TKB A I D). Bakteri Micrococcus luteus sebagai penciri, mendorong munculnya juvenil h a n g Pociilopuru darnicornis, ha1 ini sesuai dengan analisis CCA, bahwa
kadar yang tinggi Ca (kalsium), phosphor (P), C (karbon) dan kadar yang rendah siiikat (Si02) (Gambar 3.1).
H a i l penelitian ini mendukung pendapat Johnson dan Sutton (1984) diacu dalam Johnson el al. ( 1 997) mengernukakan bahwa perbedaan jenis bakteri yang menempel pada perrnukaan substrat akan menyebabkan perbedaan jenis juvenil k m g yang menempel pada substrat dan organisme penempel lainnya seperti
barnakel dan Bryozoans. Fitt et 01. (1987) diacu ddarn Johnson et a!. (1997) bakteri
2. Distribdsi 3uvdIKanmg~hbmnya Dengan F&torLingkang%n Gm-i Kimh b d i r Padn Permalraan TKB (N,P,C&K,SiOZ). B
~
b h ahd a d i s CCA (mnorti~:aICwrespo&e
Analysis)
jwlenil kamg [ Y ~ ~ I O ~hiEmM* FEO SiyIophora pisMat~,ACToporu tettuis, Skriatqwra @&kc, G a k afmcicudmis, Pori&a lufea) t e d d q disaibltsi 6 j&s
kaihnya dmgan factor liq&m&sn komm
kimia lm& @a pemmba luar d m
dalm TKB yang ditempath di Pulau Menjangan B&ar ('EB Al, TKB A2, TKB
TKB AID, TKB Am, TKB A3D) dan di Gun W m (TKB31, TKB B& TKB B3, TKB BID, TKB B2D, T D D3Dj dmgm kompodi kimia 1 6 dari unsur N, P, C,Ca,K, SjO2 (Ombar 3.2, Tabel 3..1).
A3,
Rerdasarkan Gambar 3.2, rnenunjukkan bahwa nilai eigen kumulatif 0,3879 % (ax- 1 =38,79%, biogeografi), 0,7001% (ax-2=30,09%,fisiografi), ha1 ini rnenunjukan
bahwa berdasarkan biografi (lokasi) dan fisiografi (posisi dan perbedaan permukaan
luar dan &lam TKB) terdapat perbedaan distribusi kelimpahan (richness) spesies juvenil karang pada TKB yang ditempatkan di Pulau Menjangan Besar dan di Gon Waru.
Pada ax-l(Biogeografi) perlakuan TKB-A3, 'IXB A3D, TKB B2, TKB B2D berbeda distribsi kelirnpahan juvenil karang dengan TKB B3, TKB B3D, TKB A2, TKB BID, Begitu juga pa& ax-2 (fisiografi) kelimpahan spesies juvenil karang juga
berbeda TKB B2, TKB A3, TKB A3D, TKB B2D dan TKB A2, TKB B3, TKB BID,
TKB B3D secara nyata (psitip) berbeda aistribusi kelimpahan juvenil h a n g dengan pertakuan TKB B2D, TKB A 1, TKEP A 1D, TKB B 1 .
Sebagai spesies pioner j uvenil karang didominasi oleh Pocillopora
darnicornis dengnn kelimpahan TKB A1 0,625
- 0,73 individu/cm2, pada TKB di
Pulau Menjag= Besar. sedangkaa di Con Warn sebagai spesies pioner didominasi A. ienuis terutama di TKB 3 ID dengm kelimpahan spesies berkisar 0,9063 - 1,03 13
individulcm' (Tahe! 3.3, Lampiran.24, 30 ). Beriiasarkan analisis CCA menunjukkan bahwa distribusi juven~lkurang pads kelompok I (kddran I) keberadaannya jenis S. p.irtzlgtc (Sty-pis), C;. ,+arcictrhri.j (Gal-fzs), P. /urea {Par-lu;) bcrkaitan dmgm fact~r
lingkungan kimia lendir dipzngamhi lreberadaannya o1eh faktor penciri dewan kadar yang tinggi
N, C. Ca, K, Si02, terutama pada perlakuan TK3 A3, TKB A3D, TKB
B2, TKB B2D.
Kemudian pada kelompok II (kwadaan LI) keberadaan juvenil karang jenis A. tenuis (Acro-te), S. h y s ~ i x( Ser-hys), P. iutea (Por-lut), terdapat hubungan dengan
faktor lingkungan kirnia lendir TK8 dicirikan dengan kadar yang tinggi dari unsur
silikat (SiO2) dm Mium ( K ), terutama pada perlakuan di TKB A2, TKB B3, TKB BID, TKB B3D.
Pada kelompok I11 (kwadran Ill), keberadaan juvenil karang jenis P. damicornis (Pw-dam), S. hysrrix(Ser-hys) berkaitan dengan factor lingkungan kimia
lendir pada TKB dicirikan dengan kadar yang rendah dari unsur SOz, terutama pada
perlakuan di TKB AID, TKB B1. Kemudian pada kelornpok IV @wadran W ) diternukan j uvenil karang jenis P. damicornis, S. pistillata, G, fascicularis
keberadaannya berkaitan dengan factor lingkungan kirnia lendir pada pemukaan TKB dicirikan dengan kadar yang rendah N, P, C , Ca, terutama perlakuan TKB A1
dm TKB A2D. Fenornena distribusi k e l i m p h juvenil karang pada lokasi yang berkda di
Pulau Menjangan Besar dan Gon Waru, hasilnya menunjukkan perbedaan distribusi
dan spesies yang mendombsi dengan unsur kimia sebagai penciriya seperti unsur fosfor (P), silikat ( S i a ) , kalium (K), karbon ( C ), kalsiurn (K) dan nitrogen (N).. Fenomena ini disebabkan oleh sifat karakter perairan yang berbeda pada kedua tempat tersebut. Sehingga spesies juvenil karang keberadaannya juga berbeda. Pada
Iokasi di Pulau Menjangan Besar juvenil k
g yang mendominasi terutama
keberadaan adaiah spesies P. dmicornis dengan kelimpahan 0,7344 individulcm2
ditemukan di TKB A l . Spesies tersebut marnpu b e r t a h hidup pada lokasi perairan yang ekstrim yaitu pada gelembang besar pada m u s h barat untuk spesies danricornis (bulan Pebmari).
g&
P.
Ha! ini diduhng pendapat McGehee (1997) bahwa
air sangat krpenparuh terhadap distribusi dan penempelan juvenii karang,
pada gelombang besar (geral-a arus cepat), maka juvenil a k a mengalmi kesulitan menempel p d a substrar . Padv atr~s
relntif kmlg &mmcmpermudah juveni:
menempei. Pendapat ini diperkuat pendapat Fairfull dan Hamott ( 1939) mengatakan
bahwa penempelan j uvenil k m g pada substrat permukaan keramik kelimpahannya
akan meningkat pa& kondisi perairan yang relatif tenang dan dapat menutupi pemukaan keramik mnpai 98%. Akan tetapi berbeda dengan di Gon Waru distribusi
juvenil k m g didominasi oleh spesies Acropora tenuis dengan kelirnpahan 0,78 1 3
individulcmZterutarna terletak di TKB 8 2 pada bulan Oktober. Pada TKB B2 adalah TKB yang dilefakkan pada posisi lawan arah angin, kondisi perairan tenang, jernih dan perairan bersifat oligotropik . Kondisi ini akan mempengamhi A. tenuis mampu hidup dm berkembang dengan kelimpahan yang relatif tinggi. H a i l penelitian ini
didukung pendapat Martin (2002) mengemukakan bahwa kelirnpahan juvenil karang spesies Acropora sp (A. tenuis) yang menempel pada permukaan substrat sangat
dipengaruhi oleh musim pemijahan karang Acropora sp dan dipengaruhi pula oleh arus. Pada arus yang relatif tenang akan mempercepat proses penempelan dan perkembangbiakan karang Acropora sp. Adanya pola distribusi j uvenil karang yang
berbeda pada lokasi di Pulau Menjangan Besar dan di Gon Wam disebabkan pula oleh adanya pengaruh arus laut. Hasil penelitian ini didukung pendapat Tomascik et a1 (1997); Martin (2002) mengatakan bahwa arus laut bermanfaat untuk perpindahan
nutrien (N, P, K, SiOz, Ca, K, C), planula karang (juvenil arang), larva, perifiton dan
sedimen. Pola pergerakan arus j uga berpengaruh terhadap waktu reproduksi pada karang yang dapat mempengaruhi distribusi planula karang dm kelimpahan j uvenil karang yang rnenem pel pada permukaan substrat. 3. Distribusi Perifiton Dan Kaitannya Dengan Faktor Lingkungan Komposisi
Kimia lendir pada Permukaon TKB (N,P, C, Ca, K, SiOz).
Berdasarkaii hasil analisis CCA (Canonical Correspondence Anulysis) kaitannya
dengan
distribusi
perifiton
ymg
didom inasi
terutama
farnili
Biddulphiaceue (Bidul), Melosirace=le (Melos), Rhizos~leniaccae (IChizos), Eucampiaceue (Bu Camj, Frcgtiai-iazeae (Fragil), IThulassionematocel-re (Thales),
Tabellariaceae
(Tabel l).
Shletonemcceai. (Sicel ).
Bcilluriaceoe
(Bacill),
hravicu!acene
(Navi),
Chuettweracece (Chae), L t ~ ~ t ~ c ~ d i ~ z d r u(Leptc.). cece
Nitzschiaceue (Nit z), SurireIlacecle (Suri), dan laimyq distribusinya berkaitarr
dengan parameter komposisi kimia lendir pada permukaan luar dan daIarn TKB di
Pulau Menjangan Besar (TKB A 1, TKB A2, TKB A3, TKB A 1D, TKB A2D, TKB A3D) dan Gon Waru (TKB B1,TKB B2, TKB B3, TKB BID, TKB BZD, TKl3 B3D) dengan komposisi kimia lendir seperti unsur N, P, C, Ca, K dm SiOz (Gambar 3 -3,
Tabel 3.1).
Ek&&gm
Gambar 3.3, WWkmkwa d a i &gem IctmW 0254 0/6 (ax-
L*s,~Y~, b i o $ e ~~M~Y.I=-~+o.J%, ~ ~ ~ . -. kdtm WO~W& (a~-l=25-4 %] terdapat
IM& = -
WboSi spsies(ridsrospa8clTIEByang~~d~~M~~B~dan&~n TKE AID, TK8 Al, A Z TRBM Wtgu, Pads TK.3 MD, TKB m d M distripeEiBO21 SeGW nyzb [Wtip) dan berbeda $ e s g a n ~ B l D , ~ B 2 . , T K B B ~ , ~ L'I%B B 3Elf., D ,TKtEB3. Sdmjuhyapada w1.2se#.ara @idgd!ib e r M pi& dm peaukam lw dan
~~
d @ m T # B , m ~ ~ d i ~ ' b u s i k $ ~ ~ i = p a d a
~~di9al~Mmjqm~bdiGonWm.Wini~dUIbrtt@ TRI3 A33, TKB AW, TKB AID, TEB BID, TKBR2DbIXB B31, m81,TKB $3, TKB B3D (kg-.
Kmwfim %bagpi sped@@JET
yang dihmp$km di GmWam addab TEB B2 adtdah @es
ni~nertl~ pith ?XE @iz~$oImid k h a t u
(PQnili IkdarisEaae) bcrkisar 100 -140 i n d i M d . Pa& Wdaldrari hh &nlsajangpl
ksar TKE%Mdido-
mt
qesies pioner s@ks B ~ d l i a w & d
k b p b q & & 140 ~ v i d d d .
nilai d e n p
Sedangkan distribusi keberadaan perifiton pada kelompok I (Kwadran I), ditemukan perifiton didomnasi dari famili Thalassionemataceae, Peri niaceae ,Chaetophoraceae,
Dinophysidae,
Phaeocystaceae,
Thecadiummaceae
,
Biddulphiaceae, Rhizosoleniaceae, berkaitan dengan factor lingkungan kimia lendir pa& permukaan TKB sebagai penciri dengan kadar yang tinggi unsur P, C, Ca
terutama pada perlakuan TKB A 1D, TKB A2D.
Selanjutnya pada kelompok I1 (Kwadran 11) keberadaan spesies perifiton: Bacillariaceae, Chaetoceraceae, Globorotalidae, Zygnemataceae, Rhodophyceae , Atlantidae, Ceramiaceae, dipengaruhi faktor lingkungan kimia lendir pada
permukaan TKB dengan penciri S O z , terutama pada perlakuan TKB B 1D. Kemudian pa&
kelompok I11
(kwadran 111)
keberadaan
Rhizosoleniaceae (Rhizos), Bacillariaceae
(Bacill), Skeletonemaceae
Chaetoceraceae
(Navi),
(Chae),
Nmiculaceue
Cosci~odiscaceae(Cosci) dipengd
Melosiraceue
perifiton
(Skel), (Melos),
oleh f&or 1ingkurlgan kimia lendir se bagai
penciri adalah kadar krendah dari msur K, SiOz terutama pada perlakuan TKB B2D,
IXR b3D dan TKB 82. Pala keloxpok IV (kwadran IV) keberdzan perifiton dari famili Lepiccyiindmceue
(Lepto), Globigzrimidae (Glo-ger), Chlorapkyceue (Chloj,
Gscillar~riclceae{Oscir), Zyvgtreemooiden (Zjmoi). Lic!-rreliaceae (S x i),Eucampiacrce
(Bu-cam). Berkaitan de~ganfktor lingkungan kimia lendir dicirikan oleh kdar yang rendah dari w u r N,Ca terutarna pada perlakuan di TKB A 1, TKB A2.
Hasil penelitian rnenunjukkan dominasi distribusi perifiton kaitannya dengan
faktor lingkungan oleh kelompok diatom terutama spesies B. parndoxa (di Pulau Menjangan Besar) dan R. hebetata (di Gon Warn). Hasil penelitian ini mendukung pendapat Hale dan Syvertsun diacu &lam Jomas (1997) bahwa B. plrradoxu (fami1i:Bucillariaceaedan R. hebetala (famili: Rhizosoleniaceae) keduanya terrnasuk kelompok diatom. Ditarnbahkan oleh Nyabakken ( 1 992) diatom ini mernbutuhkan
silikat (SiO2) untuk tumbuh karena dibutuhkan untuk membentuk dinding sel. Nybakken (1992) rnenyebabkan bahwa diatom hidup dalam suatu kotak gelas yang
unikdan tidak memiliki alat-alat gerak. Kotak ini terdiri dari dua bagian
yang
dinamakan katup. Bagian hidup diatom terdapat dalam kotak ini terbuat dari silikon dioksida (Sia), yaitu bahan utarna pembuat gelas berhiaskan lubang-lubang besar
kecil dengmi pola-pola yang khas menurut spesies diatom. Diatom ini rnerupakan prodmen primer yang terbanyak, hampir dternukan disemua bagian lautan, tetapi melimpah didaerah permukaan dm lintang tinggi dimana terdapat air dingin yang penuh zat hara (Romimohtarto dan Juwana 19W).
Dijelaskan pula bahwa sifat khas dari kelompok diatom ini adalah hstulanya (cangkangnya) terdii dari silika bening dan beraneka ragam bentuknya dan ukiran
yang ditunjukkan dalam bentuk garis-garis (stride), titik dan lekukan yang kelihatan sangat menarik. Cangkang-cangkang ini sangat penting dalarn pempentukan sedirnen
silika yang dapat membentdc endapan fosil diatom. Nybakken (1 992) menambahkan
selain N, P, K, S i a , C untuk kebutuhan diatom (B. paradoxa, R. hebetala) juga
diperlukan vitamin B, khususnya vitamin B 12, tiamin dan biotin. 4, Distribusi Makmsllgae Dan Kaitahnya Dengan Fsktor Lingkungan
Kornposisi W i a lendir pada Perniukaan TKB (N,P,C,Ce,K,SiOZ). 13eLdaff-
b s i l malisis CCA (Cc~noniccl Correspondence Analysis)
kaitannya dengan estribusi makrodgae meliputi: Xctinotrichiu ~,fiagzli,r(A cti-fra), C'rr ulerpu racernosu (Cau-ra), Catikrgu ser? u&a (Lai-ser ), Cauierpc ~crrularioide;
(Cau-des). HuIimeda macrolcbd (Hal-mac), H~ilinzedaoptlntia (Hal-opu), -Padirr~~ austrulis (Pad-aus), Padina pavo~tica (Pad-pav), Sargassum polycisrunr (Sar-poI), Udoteaj7ubellum (Udo-fla), dengan factor lingkungan pada komposisi kimia lendir
(N,P,C,Ca,K, Si02) pada permukaan TKB seperti TKB A1,TKB A2, TKB A3, TKB A1 D. TKB A2D, TKB A3D dan TKB B1, TKB B2, TKB B3, TKB BID, TKB B2D,
TKB B3D (Tabel. 3.1 dan Garnbar 3.4). Berdasarkan Gambar 3..4, terlihat bahwa nilai eigen kumulatif 0,8232% (ax1=82,32%, biogeograf~)dan 0,949 (ax-2=75,8 %, fisiografi). Hal ini menunjukkan
bahwa perbedaan lokasi (biogeografi) akan menyebabkan perbedaan distribusi kelimpahan spesies makroalga yang menempel pada permukm luar dan dalam TKB. Pada TKB yang diternpatkan di Pulau Menjangan Besar maupun TKB yang
ditempatkan di Gon Waru Pulau Karirnunjawa seperli terlihat pada TKB B2, TKB B3, TKB B 1 sangat mendominasi distribusi makroalgae (positip) dan berbeda dengan
TKB
A2D, TKB A30, TKB A2, TKB A l , TKB A3, TKB B3D, TKB B2D, TKB
B 1D, TKB A1 D.. Begitu juga pada ax-2 secara fisiografi (posisi dan permukaan lua. dan dalam TKB) menunjukkan perbedtian pada TKB-B2, TKB A 1, TKB A2, TKB A2D, TKB A3D (positip) dan pada TKB B1, TKB B3, TKB B3D,TKB B2D, TKB A3, TKB A1 D,TKB B 1 D (negatif).
Pada TKB B2 didominasi oleh spesies rnakroalgae A ctinofrichiu fragilis dengan kelirnpahan spesies berkisar 0,0156 - 0,469 individdcm2 (Lampiran 14).
Kemudiam pada TKB-A2 dengan spesies pioner didominasi jenis Pudina austraIis dengan kelimpahan spesies berkisar 0,0156
- 0,0469. Begitu juga pada TEU3 B3D
dominasi spesies pioner jenis Caulerpa racernoso dengan kelimphan spesies berkisar
0,O156 - 0,03 13 individu/cm2. Sedangkan TKB A3D didominasi spesies pioner Pndillc pavonu dengm keiirnpahen spesies 0,O1 56 individu/cm2. Selanjutnya
berdasarkm distribusi makroalgac pada kelompk I jkwadran I\ ditemukan rnakro dgae :A. fiagiiis, H. m~croloba,U flab~llurn, keberahfiya sangat dipengamhi
oleh faktor !ingkungan kimia iendir pada pemukaar~TKB dicirikan oleh kadar yang tinggi dari llnsur N,C, Ca, SiOz,telutarr,a p d a ~ r ! & u m TKB B2. Begitii jugrt pa& kelornpok 11 [ka&m
111, k e k r d m mtlkrualgae jeais C.
rGzernosa, C. serrulnrioides, berkaitan d e ~ g a nfaktor lingkungan kimia lendir pada
pemukaan TKB dengan penciri kadar yang tinggi unsur P, terutarna pada perlakuan
TKB A1 ,TKB A2, TKB A2D, TKB A3D.
Pada kelompok III (kwadran III), keberadaan makro alga jenis S. plycisturn, C. serrularioides,H. macroloba, H.opunf ia, P. uustralis, C. racemosa, C. serrulata,
H. macroloba, berkaitan dengan factor lingkungan kimia lendir substrat ~rmukaan
TI33 dengan penciri kadar rendah K, N, terutama pada periakuan TKB A3, TKB A1 D,TKB B1 D, TKB B2D, TKB B3D.
Pada kelompok IV (Kwadran IV) keberadaan makroalgae jenis A. jagilis, C. serrulata, P. australis, berkaitan dengan factor li ngkungan kimia lendir pada
masuk ke macrocystis integrifolia pada perairan British Columbia diperkirakan 60 g
~
~ (Wheeler ' 2 dan
Druehe, 1986 diacu &lam Luning et a!. 1990) konsentrasi nitrat
1-2 p dalam kolom air dapat meningkatkan perturnbuhan berat biomas M pyrifera 4% berat basah perhari. Fosfor terjadi di laut dalam bentuk ortofosfat ( H P O ~ ~ ~ ) ,
ntrgendan fosfor laju penyerapan yang rendah dari spesies Fucus vesicerlosus dan Phyllophra truncata, Claabphora glomerata, Cerarnium stricturn Ssp, tenuicorne) atau Scytosiphon lomentoria dm Dictyosiphor foeniculaceus (Wallentinus, 1 984
diacu dalam Luning er al. 1 990). b). Kaitan Faktor Lingkungan Kimia Perairan Dengan Bakteri, Juvenil Karaag, Perifiton dan Makroalgae.
Hasil analisis kualitas air laut pada Tabel 3.2., menunjukkan bahwa factor
lingkungan meliputi: oksigen terlarut (02terlarut), amoniak (NH3), nitrit (NOz), phosphat (PO4), Siologicd o v g e n demand (BOD), chtrrni'cl oxygen demand (COD), dm silikat (SiOz) akm mempengaruhi (adad kaitan) dengan keberadam (dis~rbusi)
spesies daii komunitas bakteri laut, juvenil karang, perifiton d m makroalgae. Hal ini
didxkung dengan hasi! a d i s i s statistik CC A (Canonical i'orrespo~denceAna1;vsis). Flail pernattmm seiama penelitian menunj r,~asingT U yarq ditempatkzw
ill
hahvv hasilnya pada maslng-
Pulau Mmjangm Besar (TKB A I , T i i A2, TKB
A3, TKB AID, 'TKB QD) dan di Gon Waru (:TKB B1, TKB B2, TE;B B3, TKB B1 D,TKB B2D, TKB B3D), menunjukkan kadar kimia lingkungan p a h u yang
berbeda (lihat Tabel 3.3, Gambar 3.5). Pengarnatan kualitas air laut secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4 1). . Kandungan kimia air laut di perairan di Puiau Menjangan Besar kandungan 0 2 terlarut lebih rendah dibandingkan dengan di Gon Waru. Pada TKB A 1,TKB A2,
TKB
A3 niiai oksigen terlarut berkisar O2 (7,35 mg/l - 7,89 mg/l) dan pada
perrnukaan dalam TKB di pulau Menjangan Besar terutama pada TKB A 1D, TKB A2D, TKB A3D oksigen terlarut berkisar O2 6,58 mgll
TKB B2, TKB B3 berkisar 0
2
- 6,81 mgll) dan TKB B1,
ferlmt (7,2 mgll - 7,23 m d l ) dm TKB BID, TKB
B2D, TKB B3D (7,03 mg/l sld 9,07 mgl) (Tabel 3.3).
Tabel. 3.3. Hasil analisis kualitas air laut selama penelitian di perairan pulau Menjangan Besar clan Gon Waru (Pulau Karimunjawa) selama penelitian (Oktober 2002 - Mei 2003)
TKB: A1 D A2D A3D BID B2D 830 61
B2 83 A1 A2 A3
Environmental (Parameter Kualitas air, mg/l) P34 BOD COD NO, 0 2 NH3 0.0173 0.01 21.48 1.427 0.0108 6.81 21.49 0.0073 0.0167 0.012 1.425 6.58 0.0176' 0.011 -1.428 0.0074 21.82 6.74 O.Ua8 0.0153 2.716 25.93 7.06 0.0058 0.01 2.717 25.94 7.03 0.0054 0.0167 0.016 0.018 2.716 7.07 0.0059 25.91 0.024 0.011 2.653 7.21 0.0071 25.85 0.025 0.012 0.0068 2.674 25.87 7.2 0.01 0.026 0.013 2.654 25.85 7.23 0.0237 0.012 1.416 21.407 7.89 0.0079 0.0187 0.01 1 1.423 0.0077 21.47 7.35 0.0588 7.87 0.0078 0.013,1.417 21.45
SlLlKAT 1.613 1.612 1.614 1.566 1.563 1.57 1.577 1.576 1-577 1.628 1.623 1.628
Pada kandungan arnorliak (NH3) padh TKE3 A l , TKB A2, TKB A3 (0,00770.0079 mg/l), TKB AID, TKB MD, TKB A3D NH3 (6,58 mg/l
-
6,81 m a ) ,
TK3 B2,TKB B3 kandungannya lebih r e n u NH3 krkisar (0,0068 rngll- 0,01 rnfl), sedangkan TKLi BlU, TKB B2D, TKB B3D sementm pa& perlakuan TK3 81,
NH3 berkisar (0,0254 mg'l - 0,0059 mgll). Secara umum kondisi Whs air t e r u m NO2, P04, BOD5, C o i l dm siihat lebi! liaik di Gon W a n yagg rnerlcirikm p e r a i r yang bersifat oligotrofik d i c i r i h kandungan silikat yang optimum (1,576 mgl
1,577 mgll), karena terjadinya mineralisasi, sedan*
-
di Pulau Menjangan Besar
bersifat Mesotrofik dicirikan kandungan fosfat yang tinggi ((0,O 11 mgll - 0,013 mgll)
(Tabel 3.2). Adanya perbedam kornposisi kimia perairan baik pada perairan sekitar Pulau Menjangan Besar (mesotmfik), maupun di Gon Waru Pulau Karimunjawa (oligotrofik), akan rnempengaruhi perbedaan distribusi penyebaran komunitas bakteri laut, juvenil karang, perifiton dan makroalgae. Berdasarkan nilai eigen value pada ax1 (biogeografi, lokasi berbeda), terdapat perbedaan antar lo kasi penempatan TKB.
Terdapat perbedaan distribusi komunitas bakteri, j uvenil karang, perifiton dan
makroalgae antara Pulau Menjangan Besar dan Gon Waru (Tabel 3.3). Pada perairan
perkdaan posisi dan pemukaan luar & dalam TKB berbeda terhadap distribusi biota laut dengan nilai eigen value menunjukkan perbedaan, posisi mempengaruhi
perbedaan distribusi komunitas biota laut. Pada TKB A1 (posisi sesuai arah angin, permukaan luar TKB), akan berbeda dengan TKB A2 (posisi lawan arah angin, permukaan luar TKB) dan berbeda pula dengan TKB A3 lposisi perdihan arah angin, permukaan luar TKB). Posisi TKB ini berlaku pula untuk di Gon Waru seperti pada
TKB B1 (sesuai arah angin, permukaan luar) akan berbeda dengan TKB B2 (posisi lawan arah, permukaan luar TKB) dan berbeda pula pada TKB B3(posisi peralihan
xah angin, pemukaan luar TKB). Perbedaan posisi yang akan mempengaruhi distribusi komunitas bakteri, juvenil karang, perifiton dan makroalgae berlaku pula pada p e m u k m luaqr dan dalm TKB di Pdau Menjangan Besar dan Gon Waru.
Tabe13.4 Kaitan komposisi kirnia kudir TKB (Oz, NH3,NOz, PO1, BOD, COD, SiOz) dengan nilai eigm vahe pada ax-1 dan ax-2 terhadap komunitas bakieri, jwenil kwraag, perifiton dan makroalgae. Komwli't
I
Ax-1 (Y4
Ax-2 (%) (fisiogmfil
(Biogeom) 5. Bakteri
89,12
3,63
6 . Jtlvenil karang
48,26
22,99
26
49,8
78,56
8,25
7. Perifiton
8. Makroalgae
Secara mendetail hasil andisis CCA &pat diuraikan seperti tersebut dibawah ini :
Berdasarkan Garnbar 3..5, terlihat puIa bahwa nilai eigen 0,891 2% (ax1=89,12% secara biogeografi berbeda) dan 0,9647 (ax-2=3,63%, secara fisiografi
beda) (Tabel 3.4) menunjukkan bahwa adanya perbedaan lokasi (biogeografi)
terdapat perbedaan distribusi kelimpahan bakteri pada TKB yang dtempatkan di Pulau Menjangan Besar dengan di GonWaru pada ax-I, menunjukkan distribusi komunitas bakteri berbeda pada lokasi yang berbeda. Dari ax-] terlihat bahwa dominasi pengaruh lebih tinggi (positip) pada perlakuan TKB-AI, TKB A2D, TKB A3D, TKB A2, TKB A3 berbeda dengan perlakuan TKB B2D, TKB B3, TKB B 1,
TKB B2, TKB B3D, TKB B1 D (lebih rendah, negatifl. Tetapi sebaliknya pada ax-2, posisi dm pemukaan luar & ddam TKB berbeda (fisiografi) ditunjukkan dengan terdapatnya perbedaan pada TKB-Al, TKB B2D,
TKB B1, TKB B3 lebih dominan pengaruhnya (positip) dengan perlakuan TKB A2, TKB A3, TKBA2D7 TKB A3D, TKB BID, TKB B3D, TKR B2 lebih rendah dominasinya (negatif). Sebagai spesies pioner didominasi j eilis bakteri Bacillus fermzis di TKB R I d e ~ kkempahm g ~ spesies pio~ierberkisx 660.000 - 245.000 cfulcc/cm2 (iampiran 2). Begitu juga TKB k 2 U yang ditempatkan di Pulau
;Yiznjangmi k s a r didominasi s p i e s pioner Microaoccus iuteus ddegar~kelirnpahan spesiea Gerkisar 40.000 - !65.000 cfi~/c/cm'. Pada kelo~npok:I (kwadran ii), kebedaan Sskteri sar!gat dippeng-di oleh
faktor lirigkungan sebzgai penciri HOD5, COD pada kadar y-mg tinggi-terutamap d a perlakuan TKB B 1, TKB B3, TKB B2D. Pa& kelompok I11 (kwadran III), distribusi
bakteri laut Bacillus fieudenreichii, Marimmonus communis, dipengaruhi oleh faktor lingkungan dengan penciri kadar rendah dari P04, BODs, COD terutarna pada perlakuan TKB B2 dan TKB B3D. Selmjutnya pada kelompok IV (kwadran IV) distribusi bakteri laut jenis Bacillus epiph-vius dipengaruhi oleh faktor lingkur
an
yang dicirikan pada kadar rendah NO2 terutama pada perlakuan TKB A2D, TKB
A3 D,TKB A3, TKB A2.
Hasil penelitim rnenunjukkan secara biogeografi pada lokasi berbeda keberadaan spesies bakteri pada lokasi di Pulau Menjangan Besar berbeda dengan di Gon Waru. Spesies bakteri yang mendominasi adalah M. luteus pada lokasi di Pulau
Menjangan Besar karena perairan bersi fat mesotrofik dari adanya penyburan
kandungan fosfat. Berbeda halnya di Gon Waru didominasi spesies bakteri dari M.
communis mencirikan hidup pa& peraim oligotrofik dimana terjadi mineralisasi dari unsur si li kat, pada penelitian ini suhu perairan berkisar 27-29" C (di Pulau Menjangan Besar) . Hasil penelitian ini berbeda pendapat Austin (1 993) bahwa kelompok bakteri
Micrococcus sp akan meningkat kelimpahannya pada musim panas atau suhu perairan hangat. Bakteri ini temsuk gram psitip. Bakteri Micrococcus sp tersebut
banyak ditemukan diperairan pantai dan dipengaruhi oleh pengkayaan nutrien yang mas& keperairsm. Pada perairan di daerah subtropis , bakteri kelompok Micrococcus akan melimpah pada musim Summer atau pada suhu perairan mencapai 20' C . Kondisi perairan yang relatif tenang dan sifat perairan Gon Waru yang oligotropik maka akan meningkatkan perkembangbiakan bakteri M comrnunis. Bakteri spesies ini sangat menyukai kondisi marine (laut), hasilnya rnenunjukkan
kelimpahan yang tinggi. Hal ini berbeda dengan di TKB I33 (posisi peralihm) bakteri yang rnendominasi R. circulus dengan kelimpahan 257000
spesics yang mendominasi
cfuicii12
dan TKE3 E l
communis 2590W cfdcm2 (pa& buian Jan=:',).
Menurut Holt er al. (1 994) B.ci.-culxs xmy: 549p dilzut pada kondisi air laut y a g agak tenanp . Sifat yang menonjol dari bakteri irLi adalah tennasuk betkteri y a m positi f, h e r b e n d batang, mengkilkan endospra, menghidrolisis
;~at,ti dqx;
melakukan fermentasi dengan glukosa d a menghasilkan katalase. S p i e s bzkteri
lain yang rnendominasi suksesi primer pada terumbu buatan adalah B. epiphytus yang rnampu mereduksi nitrat , sehingga kandungan nitrat di perairan Pulau Menjangan Besar dan Gon Waru relatif rendah (< 0,001 rnd, sehingga tidak terdeteksi alat pengukur
kandungan ni trat, dengan kepekaan O,OO I mg/l)). Hail penel itian ini
didukung pendapat Cappuccino dan Sherman ( 1 987) bakteri B. epiphytus mampu mereduksi nitrat, sehingga dapat mernpengaruhi kandungan nitrat dalarn perairan laut.
2. DMribwiJpvenil Kamng K a h m y n Dengam F&ot
Kgdbu
Air Laut (02tdamt, NH3, NO2, PO4, BOD, COD, SiWmf). l%r&eh
bad analisis CCA bihmy4 dengan distribusij m n i I kmmg ditemukan
6 jmh fiiu PoeiIfopwa ~ k o m i (Pocdm), s SSyIopkora pistillata (Sty-pis),
dcropra tefiuis (Aim-*), W u f o p ~ rClyst~IjE d (Ser-hysII G d b 8 af~~cicu~aris (Gal%), Porites Zutw (Por-1ut) (libat Gambm .3,6),
~~~
Gmbw.3.6 IXmhusi Jwed dear* KnaIi-tas L h g k m g a P d r m ( o.2,NH& NU2 PW, BOD, COD,diht).
AID, TKB A2, TKB B3D, TKB B1. TKB B3 (positip), berbeda dengan TKB B2, TKB B2D, TKB BID, TKB A l , TKB A3, TKB A2D, TKB A3D (dominasi rendah,negatif). Tetapi sebaliknya pada ax-2 (22,99%), secara fisiografi pada posisi penempatan TKB yang berbeda akan mempengaruhi perbedaan distribusi kelimpahan. Pada TKB AID, TKB A2, TKB B3D, TKB B20, TKB B2 kelimpahan
lebih ting$i (dorninasi positip) dibandingkan dengan TKB B1, TKB B3, TKB A2D,
TKB A l ,TKB A3, TKB A30, yang lebih rendah dominasinya (negatif). Sebagai spesies pioner j uvenil karang jenis Pocillopora damicornis di TKB
AID dengan kelimpahan spesies berkisar 0,7188 - 0,8281 individu/cm2, dan di TKB B 1D didominasi spesies pioner Acropora tenuis dengan kelimpahan spesies berkisar
0,9063 - 1,03 13 individdcm2 (Lampiran.8) Dijelaskan pula bahwa keberadaan juvenil karang pada kelompok I (kwadran I) yaitu jenis P. hmicornis, S. hys~ix,berkaitan dengan factor Iingkungan perairan dengan penciri kadar yang tinggi BOD5, COD terutma pada perlakuan TKB A2, TKB A1D, TKB B3D. Selanjutnya dkelompok I1 (kwadran 11) keberadaan juvenil k s m g S. pistillufa, A. renrris, berkaitan decgm factor lingkungm peraim Jicirikan dengan kadar ymg tinggi kandungan si!ikat (Si02) terutima
ger!~!uan TKB B2, TKB
BiD, TKE B2D. itemudim pada k~,lompc.kIII (kwariran 1111, renirama k z k ~ a d m nj uvcril k m g j ecis P. damicornis, S. pisiillata krkaitan dengan factor lingklmgm. perairan
dengm kandungan yang tinggi PO4, terutama perlakuan TKB A 1, TKB A3, TKB A2D, TKB A3D. Kelompok IV (kwadran IV) keberadm j uvenil karang jenis Pocilloporn damicornis, Seriaroporcr hystrix, Galaxea fascicularis, berkaitan dengan factor l ingkungzn perairan kandungan yang rendah NOz, 02, NH3, NOz, SOz, terutama
pada perlakuan TKB B 1 , TKB B3.
Hasil penelitian ini mendukung pendapat Fairfull dan Harriott (1999) mengatakan bahwa penempelan juvenil karang pada substrat permukaan kerarnik
kelimpahannya akan meningkat pada kondisi perairan yang relatif tenang dan dapat menutupi permukaan keramik sampai 98%. Hal ini sarna dengan di Gon Waru
3. Distn'btlfli Pdfikon K d b n q a DmgmF a r L
i h a l b a Air Laut
(02 terlamt, NEB, NO2, P04,BOB,COD, SEW). Berdaaarh basil d i s CCA, ~~~8 @hg m
&di
dengm didxibusi p&&n
yang
pada paamplm di TKEI adalah &ti f a d i BMdpkiweae
~Melmipaceae,Rhizus~Zmhzmue,&ucumpiaceae, Fragilaria~ae*Wmsi~ptem&aceae, TabellmarJaceae, B ~ e ~ a n ~ a c Navicuheae, eae~ Shle@nemce&,
Ckoetocma-
dan f h d i perifiton l m a ke!xmhmya sangat dipen@ oleh f z b r h g b l g 02, ~ ~NH3, NQ, P04, BOD5, COD h silikat @at Tabel 3.2, G a r r J k
ceae, 3.7).
v
t
t%.mbar,3.7. I W r i h i pediton lmitamya dmgm Witas l i ~ ~ w g a n paakin ( 0 2 , NH3, N02,P a , BOD, COD, dht].
Berdasarkan tabel 3.3, gambar 3.7. menunjukkan bahwa cilai eigen kumulatif 0,2696 (ax-I= 269'0, biogeografi lokasi beda) dm 0,502 (ax-2 = 49,8%, fisiografi,
posisi beda). Hal ini menunjukkan bahwa secara biogeografi (ay-1) terdapat
perbedaan kelimpahan spesies pada TKB yang ditempatkan di Pulau Menjangan Besar dm di Gon Waru. Seperti pada ax-1 secara biogeografi pada lokasi yang berbeda maka distribusi perifiton pada TKB yang ditempatkan di Pulau Menjangm
Besar berbeda dengan di Gon Waru ha1 ini terlihat dari dominasi oleh TKB A2D,
TKB AID, TKB A3D, TKB A3, TKB A2, TKB A1 rnencerminkan dominasi tinggi, (positip) terhadap distribusi perifiton, berbeda halnya dengan TKB BID, TKl3 BZD, TKB B3D, TKB B3, TKB B1, TKB B2 domimi yang rendah (negatif). Pada ax-2 pada TKB A1 D, TKB A2D, TKB A3D, TKB BID,
(pada posisi berbeda, fisiod)
TKB B2D (dominasi positip), berbeda dengan TKB A3, TKB B3D, TKB B3, TKB B 1 , TKB B2 (dominasi rendah,negatif).
Kzmudian sebagai spesies pioner perifiton yang rnuncul di TKB B2 didominaqi spesies pioner jenis Rhizosolenia kebetuta [farnili Rhimsoleniaceae) dengan kelimpahan spesies berisar 100
-
140 individdcd, berbeda dengan pada
TKa A2 Bacillarirzceae (baci1) pada spesies Brrcillaria parad~b.:ad sngw k d l m ? han ~ 2 spesies betisar 1C - 140 ifidivid~zrn Selanjutnya m i d mengetahui distribusi
perifiron ditunjtdtkan pa& kclornpok I ( k w d r m 1) keberadmi perifiton pacia Edmili :7hulassionemaceae,
C,'haetotreraceu~,
Phaeocys~uceae,
Biddrtlphiaceae.
Rhizosoleniaceaa, Chue~oceruceae Chlorobottys. Dinophysiciae, Rhodophyceae, Periniaceae, Pyrocystaceae dipengaruhi oleh faktor lingkungan perairan dengan
kandungan yang tinggi dari NH3, silikat terutama pada perlakuan
TKB A 1D,TKB
A2D, TKB A3D. Pada kelompok Zygnemataceae,
11
(kwadmn 11) keberadaan perifiton
Allantidue,
Spongollidae, Globorotalidue,
pada farniG Bacillariaceae,
Ceramiuceae, dipengaruhi oleh faktor lingkungan perairan dengan penciri kandungan
yang tinggi ROD, COD terutama pada perlakuan TKB BI D,TKB B2D.
Selanjutnya pada kelompok III (kwadran Ill), Melosiraceae
(Melos),
Titinoid
ioricas
keberadaan perifiton,
(Titinoi), SkeIefonernaceae
(Skel),
Bacillariaceae (BacilI), Nitzschiaceae (Nitz) berkaitan dengan factor lingkungan perairan dengan penciri kandungan yang rendah si li kat, BOD5, COD, NO2 terutama
pada perlakuan TKB B2, TKI3 B3, TKB B3 D. Kemudian pada kelompok IV (kwadran IV), keberadaan perifiton:
Chlorophyceae (Chlo), Leptocyiindraceae (Lepto), Thecadiumaceae (Theca), Globigerimidae (Glo-ger), Eucampiaceae (Bu-cam), Zygnernoidea (Zygmoi),
Oscillatoriaceae (Oscil), Surirellaceae (Suri), Nitzschiaceae (Nitz), Ceramiaceae (Ceram), berkaiteur dengan factor lingkungan perairan dengan penciri kandungm
yang rendah 02, NH3, Pod, NO2 terutama pada perlakuan TKB A1 , TKB A2, TKB A3.
Berdmkan uraian tersebut diatas distribusi perifiton didominasi dari kelompok diatom. Terutama pada lokasi di PuIau Menjangan Besar oleh spesies Shletonema costarum dengan kelimpahan sebesar 660 individu/cm2 pada bulan
Oktober di TKB A2 (perrnukaan luar TKB, posisi peralihan arah anginj. Pada hulan Oktober iner~llnjukkanmusia Pancaroba 2 (September- Nopember), dimana air laut
di perairan Puiau Menjangan
Resrtr
relatif ten~qg,sehingga S. cos:aturi lnampu
m b u h dengan baik. Pertumbuhm S co,rtatunt y m g baih akm meningkatkm
kelimpahm periiitc!~ yang tinggi. Selsl~lpcngwh air !aut yang t e m g , jdga dipengaruhi cieh ~~utxiefitperairwr Fulau bienjangan Ersar yang subui terjadi pengkayaan nutrien terutama fosfat (0,O1
- 0.01 3
mdl) decgaii kandui~g~l silikat
pada substrat TKB 1403,72- 733,74mg/l), sedangkan kandungm silikat pada perairan
1,614-1,623 mg/l. Tetapi b e r w dengan TKB yang di Gon Waru distribusi spesies dominan adalah N membranaceae dengan kelimpahan 230 individu/cm2 di TKB B3 pada bulan Nopember ( M u s h Pancaroba 2, pada bulan September- Nopember) dengan posisi TKB lawan arah angin. Pada bulan Nopember kondisi perairan airnya tenang,
perairan
yang
oligotrofik, tejadi
minerdisasi,
sehingga mampu
meningkatkan kelimpahan perifiton dari spesies N. membranaceae. Hal ini sesuai denga pendapat Nybakken (1992) A! membranaceae akan tumbuh pada perairan
yang mengandung silikat, karena dibutuhkan untuk membentuk dinding sel dari diatom. Hal
ini sesuai dengan pendapat Torreton er al. (1997) bahwa
bakterioplankton sangat besar perannya dalam proses mineralisasi didalarn perairan terumbu k m g .
Unsur lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan perifiton adalah unsur karbon ( C ), hasi 1 peneli tian menunj ukkan unsur C berpengaruh terhadap dorninasi distribusi
perifiton dari spesies B, parucioxa (untuk di Pulau Menjangan Besar) dan Rhizosolenia hebetala (dilokasi Gon Waru). H a i l penelitian ini mendukung pendapat Toneton ef al. (1997) melaporkan bahwa rendahnya CGY (Carbon Growth Yield) pertumbuhan karbon merupakan batas indek dasar dimana bakteri plankton tumbuh
dalarn perairan lagoon sekitar terumbu karang dengan laju pertumbuhan bakteri plankton yang rendah rata-rata suhu perairan yang baik untuk pertumbuhan bakteri plankton adalah 30°C. Ditambahkan pula oleh Kroer ( 1 993) dalam Torreton er al. (1997) untuk mengukur karbon ( C ) dari produksi berisi C d m konsumsinya. Dapat
dikultur oleh grazer bakteri plankton dan akan mempengaruhi distribusi perifiton (plankton). Ditambahkan puia oleh Blsnchot dm Charpy (1997) ba!!wa perifiton (phyto
plankton) beperm penting secara lsngsung dalam berasosiasi
dengar, nutrien
nitrogen @ kandungm I), nitrat dan nitrit di perairan laut sekitar 0,1 p.Pada
kmdungan N y m g optiml;?~dapat rnrningbtkan k e l i m p h ~perifiton. 4. Distribusi Makroillgae kaitannya oengan Faktor Lingkungan Kualitas
Perairan ( 0 2 terlarut, NH3, N02, P04, BOD, COD, Silikat).
Berdasarkan hasil analisis CCA, kaitannya dengan distribusi makroalgae dari spesies A. fragilis (Acti-)a),
C. racemosa (Cau-ra), C. serrula f a (Cau-ser), C:.
serrularioides (Cau-des), H
macrolo ba (Hal-mac), H. opunlia (Hal-opu), P.
auslralis (Pad-am), P. pavonica (Pad-pav), S pc ~ycistum (Sar-pol), U. flabellurn (udo-flu) keberadaannya dipenganrhi oleh faktor lingkungan kualitas air laut (02
terlarut, NH3, N02, P 0 4 , BOD5, COD, silikat) (lihat Tabel 3.4, Gambar 3.8).
Berdasarkan G a m k 3.9, rnenunjukkan bahwa nilai eigen kumulatif makro alga 0,7856 (ax- 1=78,56%, biogeografi pada lokasi berbeda) dm 0,9175 (ax-2= 8,25 %, fisiografi, posisi TKB berbeda). Hal ini menggambarkan bahwa terdapat
perbedaan kelimpahan spesies pada makroalga yang menempel pada permukaan luar dm dalam TKB, baik yang ditempatkan di Pulau Menjangan Besar maupun di
GonWarn. Seperti terlihat pada ax- 1=78,56%,
bingead
mencerminkan bahwa secara
Pa& lokasi berbeda (Di Pulau Menjangm Besar dan di Gon Waru)
keberadaan makrodgae didominasi secara (positip) oleh TKB B 1 , TKB B3, TKB B2,
akan krbeda TKB B3D, TKB A l , TKB A3, TKB B2D, TKB AID, TKB BID, TKB A2, TI33 A3D, TKB A2D.
Pada ax-2 (8,25%, posisi TKB berbeda) kekradaan makroalgae didominasi positip oleh TKB Bl, TKB B3, TKB BID, TKB AID, TKB B2D, TKB A3, TKB A1yang berbeda dengan TKE3 B2, TKBA2, TKB A3D, TKB A2D (dominasi rendah, negatif). Selanjutnya sebagai spesies pioner makroalga di TKB B2 didominasi spesies Actjnotrichia fragilis
dengan kelimpahan spesies berkisar 0,O1 56
-
0,469
individu/cm2. Pada TKBA3D didominasi spesiez makroalgae spesies Padina puvonica dengan kelimpahan s p i e s berkim 0,0156 - 0,0465 individdcm2. Kemudizn untuk mengetahui dishibusi mikwalgac kaitannya dengar, f&or lingkungan dapat ddilihat
adz ke!mpc!: !:kwildruan I) rndmalgae jenis A. j?agilis,
C. serru!atu. P. au,~tralis,
U.falhellum, C. racemosa keberzdaamya dipengar,~hi o!eh faktor liiigkuilgm perairan kimia dengan yenciri kanduigan iminggi N02, BOS, G2, NE3, teataiia
pada perlakurin di TKE1-l31, TKB B3.
Selanjutnya pada kelornpok 11 keberadaan makro algae spesies S. policysturn,
C. rucemosa, H. puntiu, P. australis, C. serrulariuides, C. serrulata, berkaitan dengan factor lingkungan perairan dengan penciri oleh kandungan yang tinggi dari
NH3, silikat, 0 2 terlamt, terutama pada perlakuan TKB A l , TKB A3, TKB AID,
TKB BID, TKB B2D. Kemudian pada kelompok III (kwadran III), kekradaan makro algae jenis L: racemosu, C. serrulafa, C. racemosa, C. .~.errularioides, H. maroloba, P. ausrralis, P.
pavonica, berkaitan dengan
factor lingkungan perairan kimia dengan penciri
kandungan yang rendah silikat, P04, terutama pada perlakuan di TKB A2, TKB A3U, TKB A2D.
pent ing untuk sintesis terhadap sulfat polisakarida seperti : agar, carcageeman, karbon ( C ), jumlah yang melimpah pada air laut pada pH 7,2-7,8 dalam bentuk bikarbonat
(HC03) 90% dalarn bentuk anorganik karbon. Dikemukan pula oleh Raven ( 1 986)
diacu dalam Luning el a1 (1990) konsentrasi fosfat yang tinggi dapat meningkatkan makroalgae tetapi dapat rnengakibatkan tertutupnya karang oleh makro alga, sehingga mengganggu perturnbuhan karang. Simpuhn
Distribusi komunitas bakteri, perifi ton dan makroalgae terdapat kaitan dengan
faktor lingkungan (komposisi kimia substrat permukaan luar dan dalarn TKB N, P, C, Ca, K, SiOz dan kimia perairan O2terlarut, NH3,NO2, P04, BOD5, COD, siIikat.
Terdapat perbedaan komposisi kimia lendir unsur fosfor (P) dan C untuk di Pulau .Menjar.gan Besar (Permukaan luar TKB A1 , A2, A3 dm &lam TKB A1D,
A2D, A2D) dan Fosfor (P), Pada bulan Desember (rnusim D m ? ) kandmgan P (3,97
mgiI), C (627 mg/l) d m Mei (musim Fincaroba 1) P (3,57 mgllj, C (571,65) rnemicu terjadicya suksesi primer b~rcirikz-. 'plant aomi~ated reef' ddm. s w r a mesotrofik Berbeda dengan di Gon W m unsw yang krperanan pada lecdir a&!&
1'm
Fosfor (PI, kalsiuni (Ca) dan silikai (SiOzj. Teruta;?a pads p e r m i 1 lm
(TKB B1, B2, B3) dan perinukam d a l m (TKB BID, B2D, B3D). Terdapat perbedam kandungan P dan C di Gon War= pada m u s h barat (Desember) P(0,77
mgll) & C (69 1,37 mg/l) dan rnusim Pancaroba 1 (Mei) P (0,72 mgtl) & C(675,25 mg/l) mendorong terjadinya suksesi primer pada terumbu buatan yang bercirikan
"
coral dominated reer '., dalarn suasana oligotrofik yang berpengaruh terhadap
keberadaan komunitas bakteri ,j uvenil karang, peri fiton, makroalgae.