DAKWAH DAN TAREKAT ( ANALISIS MAJLIS TAKLIM AL- IDRISIYYAH MELALUI TAREKAT DI BATU TULIS GAMBIR JAKARTA PUSAT )
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos. I)
Oleh NANANG MUHAMMAD RIDWAN NIM: 103051028589
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H / 2008 M
vi
ABSTRAK
Nanang Muhammad Ridwan Dakwah dan Tarekat (Analisis Majlis Taklim Al-Idrisiyyah Melalui Tarekat di Batu Tulis Gambir Jakarta Pusat. Tarekat Idrisiyah adalah salah satu organisasi atau aliran yang didalamnya mengamalkan dan melaksanakan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dibawa dan di contohkan oleh Rasulallah Saw serta dikerjakan oleh para sahabatnya, tabi’in, tabi’at dan turun temurun sampai kepada guru-guru tarekat. Dan Tarekat Idrisiyah mulai berdiri dan berkembang di Indonesia sejak tahun 1930-an, dan orang yang pertama kali memperkenalkan tarekat ini adalah Syekh Akbar Abdul Fatah yang mendapatkan Kekholifahan dari Syekh Ahmad Syarif as-Sanusi alKhatabi di Jabal Abu Qubais, Mekkah. Majlis Taklim Al-Idrisiyah adalah salah satu Zawiyah atau cabang dari Tarekat Idrisiyah yang paling besar dan paling tua diantara Zawiyah-zawiyah yang lainya, dan sebagai Sekertariat Pusat Tarekat Idrisiyah di wilayah Jabodetabek. Melalui majlis taklim inilah ajaran-ajaran dan aktivitas dakwah tarekat idrisiyah dilaksanakan dan di sebarkan kepada masyarakat luas. Pada saat seorang da’i (Syekh) akan menyampaikan dakwahnya, maka sangatlah dibutuhkan strategi dalam menyampaikan dakwahnya tersebut, baik melalui metode dakwahnya, materi-materi dakwahnya, dan melalui media apa dalam menyampaikan dakwahnya. Sehingga targer yang dituju akan tercapai. Penelitian ini ingin mengetaui lebih jauh bagaimana dakwah yang dilakukan tarekat Idrisiyah melalui ajaran-ajaran dan aktivitas-aktivitas dakwah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah yang berada di Jln. Batutulis XIV, No.4-5, Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. Melalui wawancara dan observasi di ketahui bahwa dakwah tarekat Idrisiyah melalui ajaran-ajaran dan aktivitas dakwah yang dilakukan di Majlis taklim Al-Idrisiyah sangatlah efektif, karena ajaran dan aktivitas dakwah Tarekat Idrisiyah bersifat Logis, sesuai dengan nalar, dan ajaranya bisa diterima oleh setiap kalangan, baik dari kalangan bawah, menengah, sampai kalangan atas. Sehingga banyak orang yang tertarik, dan pada akhirnya mereka masuk dan menjadi pengikut tarekat. Subyek yang diteliti adalah bagaimana dakwah tarekat Idrisiyah melalui ajaran-ajaran dan aktivitasaktivitasnya yang dilakukan di Majlis Taklim A-Idrisiyah.
vii
KATA PENGANTAR
ا ا ا Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai nikmat yang tak terkira banyaknya serta kemudahan dari berbagai kesulitan yang penulis hadapi dalam penyelesaian skripsi ini yang berjudul “Dakwah Dan Tarekat” (Analisis Majlis Taklim Al-Idrisiyah melalui Tarekat di Batu Tulis Gambir Jakarta Pusat). Sehingga dengan syafa’atnya semua kesulitan-kesulitan itu dapat penulis lalui dengan penuh kesabaran dan kebijakan mencari solusi. Dan penulis sadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sebagai mana yang diharapkan. Shalawat dan salam semoga terlimpahkan ke junjungan Nabi Muhammad Saw, Rasulullah yang senantiasa di tawashuli oleh umatnya di setiap desahan nafas dan kedipan mata serta dalam sebanyak bilangan luasnya ilmu Allah. Nur beliau senantiasa menerangi setiap pengikutnya yang selalu dahaga akan spiritualitas dan senantiasa mengharapkan syafa’atnya di yaum al-hisab melalui ketaatannya mengikuti para penerus beliau, al-ulama waratsat al-anbiya. Penulis menyadari kedhaifan serta kekhilafan diri penulis di dalam penyelesaian skripsi ini, karena itu banyak sekali keterlibatan pihak-pihak lain yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu penulis menghaturkan banyak terimakasih kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang membantu serta mendorong selesainya skripsi ini. Perkenankanlah penulis secara khusus dengan rasa hormat menyampaikan terimakasih yang tulus dan mendalam kepada:
viii
1. Bapak Dr. H. Murodi M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 2. Bapak Dr. Arief Subhan, M.Ag. Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. Mahmud Djalal. M.A, Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum, dan Dr. Study Rizal LK. M.A Pembantu Dekan
Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Dakwah dan Komunikasi. 3. Bapak Dr. Wahidin Saputra M.A dan Ibu Umi Musyarrofah M.A, Selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. 4. Bapak Dr. Study Rizal L.K. M.A selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, fikiran dan tenaganya kepada penulis untuk memberikan arahan dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. 5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan ilmu serta berbagai macam pengalaman dan wawasan mereka selama penulis menuntut ilmu. Dan tidak lupa kepada seluruh staf dan karyawan, juga para staf perpustakaan Fakultas maupun Universitas yang telah memberikan pelayanan kepada penulis selama menjalani Studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Segenap keluarga besar Yayasan Tarekat Al-Idrisiyah yang telah banyak meluangkan waktunya untuk penulis dalam memberikan data dan informasinya yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
ix
7. Orang tua tercinta, Ayahanda A. Fauzi Qosim dan Ibunda Tati Nurhayati, goresan tinta tidak dapat mewakili kata terimakasih penulis sebagai dua insan yang sungguh tak kenal balas jasanya, membantu penulis baik moril maupun materil dalam hidup ini, yang setiap hembusan nafasnya mengalir do’a untuk kebahagiaan penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dan menyelesaikan Studi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Kakek dan Nenek di Kampung yang telah membantu penulis baik moril maupun materil serta doa’ dan kasih sayangnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di UIN. Semoga Kakek dan Nenek di kampung diberikan umur panjang dan sehat wal’afiat. 9. Adik-adikku tercinta Budi Rahman Hakim, Resti Nurfitriyana, Fika Patmasari, Ilma Sidika damayanti, dan si Bungsu Annaba. Semoga kelak kalian semuanya menjadi orang yang berguna bagi Bangsa, Agama, Negara. 10. Keluarga Besar Yayasan Amal Abadi Beasiswa ORBIT yang telah memberikan Beasiswa Pendidikan kepada penulis selama Dua Tahun, dengan beasiswa tersebut, alhamdulillah penulis sangat terbantu dalam biaya kuliah di UIN. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dan menyelesaikan Studi di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
11. Teman-teman seperjuangan KPI D Angkatan 2003, Arif, Ikhsan, Doni, Saeful, Erna, Rahmat dan semua teman-teman kelas yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu terimakasih atas kebersamaan dalam suka dan duka. 12. Teman-teman KBM-Galuh Jaya, Kang Uep, Kang Jajang, Erma, Irfan, Dalang, Atep dan semua teman-teman Galuh yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas kebersamaanya. 13. Ka Azam dan Istri tercintanya “Teh Cucun” yang telah banyak membantu penulis dalam proses pengeditan penulisan sripsi ini. Semoga kalian menjadi keluarga yang bahagia, Sakinah, Mawahdah, Warohmah.”Amien”
Akhirnya, hanya doa’ serta harapan yang bisa penulis panjatkan, semoga semua pengorbanan dan bantuan yang mereka berikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini dibalas dengan pahala yang melimpah oleh Allah Swt. Dan penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari harapan dan kesempurnaan, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Ciputat, 14 April 2008 M
Penulis
xi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................. vi BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................ A. Latar Belakang Masalah ........................................................... B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. D. Tinjauan Pustaka ...................................................................... E. Metodologi Penelitian .............................................................. F. Sistematika Penulisan ..............................................................
BAB II
TINJAUAN TEORITIS ............................................................... 13 A. ............................................................................................Tin jauan Umum Tentang Dakwah ................................................. 13 1.........................................................................................Pen gertian Dakwah .................................................................. 13 2.........................................................................................Un sur-unsur Dakwah .............................................................. 15 B. ............................................................................................Tin jauan Umum Tentang Tarekat .................................................. 20 1.........................................................................................Pen gertian Tarekat ................................................................... 20 2.........................................................................................Tuj uan Tarekat ........................................................................ 21 3.........................................................................................Ma cam-macam Tarekat ........................................................... 22
BAB III GAMBARAN UMUM MAJLIS TAKLIM AL-IDRISIYAH ...... A. Majlis Taklim Al-Idrisiyah ....................................................... 1. Latar belakang Berdirinya Majlis Taklim Al-Idrisiyah ....... 2. Tujuan Majlis Taklim Al-Idrisiyyah ................................... B. Struktur Organisiasi Majlis Taklim Al-Idrisiyah ...................... C. Sejarah Lahir dan Berdirinya Tarekat Idrisiyah di Indonesia ................................................................................. D. Ajaran-ajaran Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyyah ............................................................................ E. Sarana dan Prasarana Majlis Taklim Al-Idrisiyah...................... BAB IV
1 1 6 7 8 9 12
30 30 30 31 32 35 37 59
HASIL PENELITIAN ................................................................. 61
xii
A. Unsur-Unsur Dakwah Pada Tarekat Idrisiyah ........................... 61 B. Aktivitas Dakwah Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah. ............................................................................ 73 C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah Melalui Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah. ...................... 77
BAB V
PENUTUP .................................................................................... 80 A. ............................................................................................Kes impulan .................................................................................... 80 B. ............................................................................................Sar an.............................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... LAMPIRAN ..................................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyiarkan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmatan lil-alamin. Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan manakala ajaranya dijadikan pedoman hidup dan dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen. Dan usaha penyiaran Islam dalam realitas ajarannya melalui dakwah. Perjalanan dakwah Islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad Saw, beserta para sahabat dan pengikutnya dari zaman Pra teknologi sampai era globalisasi saat ini, tengah mengalami sebuah perubahan, baik pengertian maupun persepsi masyarakat tentang dakwah Islam secara definitif. Pada hakekatnya dakwah merupakan upaya mempengaruhi seseorang dalam bertindak dan berprilaku, melalui dakwah diharapkan akan mampu merubah kepribadian seseorang baik secara individu maupun kolektif. Dakwah Islam dan perubahan sosial merupakan unsur yang sangat mempunyai pengaruh satu sama lainnya. Dakwah untuk saat ini, tidak lagi diartikulasikan secara praktis dan simpel sebagai salah satu kegiatan dalam penyampaian sebuah ajaran agama melalui ceramah, tablihg, maupun khutbah. Namun dewasa ini, dakwah dapat
xiv
dilakukan dengan berbagai macam cara sesuai dengan keahlian dan keterampilan para pelaku dakwah. Islam telah mewajibkan kaum muslimin untuk mengembangkan dakwah islamiyah di setiap waktu dan kesempatan. Kaum muslimin wajib berusaha merubah keadaan mereka, terutama tatkala kekufuran telah merajalela dan Islam telah lenyap dari kehidupan. Di samping itu, Syaikh Mustofa Al-Galaya seperti dikutip oleh H. Amura menyebutkan dalam bukunya, Al-Islam Ruhul Madaniyah
bahwa
dakwah adalah “kehidupan agama, tidak akan berdiri agama tanpa dakwah, serta kebaikannya harus disebarluaskan”.1 Dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah kepada umatnya sangat bijaksana dan patut untuk di contoh, sebab tiap kali beliau melangsungkan dakwahnya, ia selalu melihat kondisi serta situasi yang sesuai dengan kebijakan umat (mad`u) serta berbicara pada bidang yang mereka pahami. Telah menjadi Sunnatullah bahwa manusia mempunyai pola berfikir yang berbeda, mulai dari tingkat kecerdasan, perasaan, tabiat, sikap, sifat, tingkah laku, serta keinginan dan bakatnya. Landasan inilah yang mengharuskan Nabi Muhammad Saw untuk mengambil langkah dalam memilih metode yang sesuai dengan obyeknya.
1
Amura, Tentang Unsur Dakwah Dalam Film, Perfilman di Indonesia Pada Masa Orde Baru, (Lembaga Komunikasi Islam, Jakarta, tt), h. 115
xv
Sebagaimana Fathiyakan mengatakan bahwa “untuk mempengaruhi suatu obyek harus memilih metode yang sesuai dengan taraf kecerdasan”.2 Sebagai umatnya wajib untuk meneruskan dakwah Nabi Muhammad Saw, yaitu dengan mengajak manusia untuk selalu mengerjakan yang ma`ruf dan meninggalkan yang munkar, sesuai dengan ajaran Islam. Muhammad Ahmad Al-Dawi mengatakan: Merupakan kewajiban untuk sebagian manusia untuk melaksanakan dakwah, mengajak kepada jalan yang ma`ruf dan mencegah segala kemunkaran. Dalam berdakwah memang membutuhkan ketangguhan serta kekuatan hingga ajaran agama tidak tersia-siakan dan mencelakakan manusia, sebab hakikat dakwah yang sebenarnya adalah membina dan mempersatukan seluruh umat manusia serta menyelamatkan mereka dari kesengsaraan dunia dan akhirat. 3 Menyadari akan pentingnya dakwah sebagai pembinaan umat manusia ke arah tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat kelak, maka sudah selayaknya kegiatan dakwah harus mendapat perhatian serta penanganan yang khusus dan serius dengan menggunakan metode dan sarana-sarana yang dapat diterima oleh sasaran dakwah dimaksud. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa kegiatan dakwah harus terus dapat berkembang dan dikemas dengan berbagai macam metode serta sarana yang khusus agar lebih efektif demi tercapainya tujuan dakwah, sehingga dakwah dapat diterima di semua kalangan. Salah satu sarana dakwah adalah Tarekat, yang dikembangkan dengan metode dakwah bil lisan, bil hall dan bil qalam, sebagai alat dalam
2 Fathiyakan, Bagaimana Kita Memanggil Kepada Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1997) Cet. Ke-1 h. 36 3 Muhammad Ahmad Al – Dawi, Buku Pintar Para Da`i, (Surabaya: Dua Ilmu. 1991) Cet. Ke-2, h. 6.
xvi
mengkomunikasikan nilai-nilai ajaran Islam. Tarekat merupakan salah satu media alternatif dalam berdakwah, jelas tidak tabu dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam, sebab ajaran tarekat memuat kalimat-kalimat zikir yang selalu mengingatkan jamaahnya kepada Allah. Dari sekian banyak metode, sarana, dan media yang digunakan dalam berdakwah, maka dengan ini penulis tertarik untuk membahas serta mengkaji secara rinci tentang dakwah Islam melalui kegiatan ajaran dan pengamalan tarekat. Tarekat berasal dari kata bahasa Arab Thariqat yang artinya jalan, keadaan, aliran dalam garis sesuatu, seperti dalam al-Qur`an surat al-Jin ayat 16:
(16 :*َﺱَْْ"َهُْ ﻡَءً (َ'َ&ً )ا#َ َِوَأَنْ َِ اﺱََْﻡُا ََ ا ِی Artinya : “ Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar–benar kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar ( rizqi yang banyak )”. ( Q.S : 72 : 16 ). Yang dimaksud jalan di sini adalah jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah Taqarrabun Ilallah, berupa suatu perbuatan yang ditentukan dan dicontohkan Rasulullah, dikerjakan oleh para tabi’in kemudian diteruskan secara turun temurun sampai kepada guru tarekat.4 Agar dapat mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Suci, ruh manusia harus lebih dahulu disucikan. Sufi-sufi besar kemudian merintis jalan tersebut sebagai media untuk penyucian jiwa yang dikenal dengan nama tariqat (jalan). 4
Budi Munawar Rahman dan Asep Usman Ismail, Cinta di Tempat Matahari Terbit, Ulumul Qur`an No 8 Vol. 2 ( 1991 ) h. 100
xvii
Jalan dalam terekat itu antara lain terus menerus berada dalam naungan zikir atau ingat selalu kepada Tuhan dan terus menerus menghindarkan diri dari sesuatu yang melupakan Tuhan.5 Dengan demikian kiranya dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan : Tarekat adalah jalan yang bersifat spiritual bagi seorang sufi yang di dalamnya memuat amalan-amalan ibadah yang dapat mempertemukan seorang hamba dengan Tuhannya dengan menyebut nama Allah serta sifat-sifatnya yang disertai dengan penghayatan yang mendalam. Amalan dalam tarekat ini di tujukan untuk memperoleh hubungan sedekat mungkin dengan Tuhan. 6 Sebagai awal munculnya tarekat, tashawuf pada waktu itu telah mencapai tujuan zaman keemasannya pada abad ketiga dan keempat Hijriyah. Dari zaman inilah timbul beberapa tarekat yang menurut Hujwiri dalam kitabnya Kasyf al-Mahjub ada 10 : 1. Al – Muhasibiyyah dinisbatkan kepada Al-Harist ibn As’ad Al-Muhasibi 2. Al – Qassariyyah dinisbatkan kepada Hamdan ibn Ahmad al-Qassar 3. Al – Taufuriyyah dinisbatkan kepada Abu Yazid taifur ibn Isa al-Bistami 4. Al – Junaydiyyah dinisbatkan kepada Abu Qasim al-Junayd al-Bagdadi 5. Al – Nurriyyah dinisbatkan kepada Abu Husein al-Nurri 6. As – Sahliyah dinisbatkan kepada Sahl ibn Abdullah al-Tasturri 7. Al – Hakimiyyah dinisbatkan kepada Abdullah Muhammad ibn al-Hakimi 8.
Al – Kharazjiyyah dinisbatkan kepada Abu said al – Kharaz
9. Al – Khaffiyyah dinisbatkan kepada Abu Abdullah Mahmud ibn Khaff
5 6
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta 200) h. 270 Ibid, h. 271
xviii
10. Al – Sayriyyah dinisbatkan kepada Abu Abbas al – Sayyar. Tarekat di atas adalah sebagian tarekat yang termashur pada zaman keemasan Islam. Mereka telah mewariskan banyak petuah kerohanian yang sangat berharga bagi kehidupan kesuffian dan juga berbeda dengan penafsiran yang dikenal dengan penafsiran lahiriyah seperti yang terdapat di kalangan fuqoha dan ulama kalam. Selanjutnya tarekat yang dimaksud penulis adalah Tarekat Idrisiyah, kegiatan tarekat Idrisiyah dirasakan keberadaannya bukan hanya di Kota-kota, tapi juga sampai ke wilayah pedesaan. Pengikut tarekat inipun sangat bervariasi mulai dari kalangan Cendikiawan, Pengusaha dan Politisi, laki-laki dan perempuan, tua dan muda, serta meliputi banyak profesi lainnya Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Dakwah dan Tarekat” (Analisis Majlis Taklim Al-Idrisiyah Melalui Tarekat di Batu Tulis Gambir Jakarta Pusat ).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Melihat banyak dan maraknya bentuk tarekat yang berkembang pada saat ini, maka penulis hanya memfokuskan dan memberi arah yang tepat dalam penulisan skripsi ini, pada Unsur-unsur dakwah pada Tarekat Idrisiyah, aktivitas dakwah Tarekat Idrisiyah di majlis taklim Al-Idrisiyah Batu tulis Gambir Jakarta Pusat. Adapun perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
xix
1. Bagaimana unsur-unsur Dakwah pada Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah? 2. Bagaimana aktivitas Dakwah Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim AlIdrisiyah Batu tulis Gambir Jakarta Pusat? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dakwah Terekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan kejelasan tentang bagaimana unsur-unsur Dakwah pada Tarekat Idrisiyah, Bagaimana aktivitas dakwah Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah, dan apa saja faktor pendukung dan penghambat dakwah Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah Batu tulis Gambir Jakarta Pusat. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah : a. Kegunaan Akademis Kajian tentang dakwah melalui tarekat ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan dakwah Islam dewasa ini, khususnya bagi mahasiswa untuk terus menerus mengembangkan dan melakukan penelitian lanjutan. Sehingga apabila hal itu dilakukan,
xx
tentunya akan memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi perkembangan dakwah Islam yang lebih aktual. b. Kegunaan Praktis Harapan penulis, dengan dilakukannya penelitian ini dapat menambah ilmu dan memperluas wawasan tentang bagaimana kita dapat menerapkan ajaran-ajaran Islam secara totalitas dan murni dalam kehidupan sehari-hari, tanpa harus ketinggalan zaman walaupun telah berada di zaman yang penuh dengan kemajuan teknologi dan informasi.
D. Tinjauan Pustaka Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis telah mengadakan tinjauan pustaka di perpustakaan yang terdapat di Fakultas Dakwah maupun di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah. Menurut pengamatan penulis, dari hasil observasi yang telah penulis lakukan ternyata ada dua orang yang telah melakukan penelitian dan penulisan tentang dakwah tarekat, yaitu: 1. Yulianah, KPI angkatan Tahun 2000 yang menulis skripsi dengan judul: “Tarekat Sebagai Media Dakwah”(Studi Tarekat Hizib Nadhatul Wathon di Pondok Pesantren Ash-Shaulatiayyah Nahdatul Wathon, Larangan Cileduk ). 2. Fahmi, KPI angkatan 2002 yang menulis skripsi dengan judul: Dakwah Islam Melalui Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah di Pondok Pesantren Zawiyah Al-Khoeriyah Ciampea Bogor Jawa Barat.
xxi
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwasannya belum ada seorang penulispun yang membahas dan menuliskan skripsi seperti penulis buat, yaitu tentang Dakwah yang dilakukan Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim AlIdrisiyah. Dan skripsi ini tentu berbeda dengan skripsi yang lainya. Untuk itulah penulis tertarik untuk membahas dan mengkaji secara rinci mengenai Tarekat Idrisiyah yang berkaitan dengan proses Dakwah yang telah berkembang seluruh aktivitas kegiatannya, yang selanjutnya dapat disimpulkan dengan judul: “Dakwah dan Tarekat” (Analisis Majlis Taklim Al-Idrisiyah Melalui Tarekat di Batu Tulis Gambir Jakarta Pusat )
E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip dari buku “Metodologi Penelitian Kualitatif”, metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, dan perilaku yang dapat diamati.7 Deskriptif yaitu suatu metode yang membahas permasalahan dengan cara memaparkan atau menguraikan terlebih dahulu dengan pokok masalah secara teoritis. 2. Lokasi Penelitian
7
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet 17, h. 3
xxii
Jln. Batutulis XIV, No.4-5, Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. 3. Teknik Pengumpulan Data. a. Obeservasi. Observasi berarti pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena yang diselidiki.8 Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena yang ada di Majlis Taklim Al-Idrisiyah sebagai upaya memperkecil kemungkinan yang dapat menghambat pelaksanaan penelitian.
b. Wawancara (Interview) Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil tatap muka antara sipenanya dengan si penjawab. Penulis menggunakan tekhnik wawancara berbentuk wawancara mengenai Dakwah Tarekat Idrisiyah, dalam hal ini penulis mewawancarai salah satu Pengurus Majlis Taklim Al-Idrisiyah yaitu Ustd. Tatang Akhyar MD dan Pengurus Yayasan Al-Idrisiyah yaitu Ustd Lukmana S.ag. Maksud dari wawancara ini adalah untuk mengetahui bagaimana Dakwah yang dilakukan Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim AlIdrisiyah, baik dari ajaran-ajaranya, aktivitas dakwahnya, dan yang lainnya. Terutama untuk melengkapi data guna menjawab rumusan masalah yang peneliti ajukan. 8
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach, (Yogyakarta : Andi Ofset, 1992), Cet. ke-2, h. 129
xxiii
Wawancara semacam ini dilakukan sedemikian rupa, sehingga narasumber berbicara terus menerus, sedangkan pewawancara duduk mendengarkan dengan baik dan diselingi dengan sesekali mengajukan pertanyaan.9 Wawancara ini bersifat bebas dan terbuka. Peneliti bertanya kepada narasumber, kemudian dapat dijawab secara bebas tanpa terikat pada pola-pola tertentu. c. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu. Data-data diperoleh melalui dokumen-dokumen yang berupa catatan formal, buku-buku, artikel, majalah, Koran, dan bahan informasi lainya yang memiliki relefansi dengan masalah penelitian serta dapat memperkaya dan mempertajam analisa analisis ini. Sumber-sumber data yang terdapat dalam penelitian ini berasal dari sumber tertulis10 seperti buku-buku yang pernah diterbitkan oleh Yayasan Tarekat Al-Idrisiyah yaitu: Buku yang berjudul Biografi Tokoh-tokoh AlIdrisiyah, Hadiqotur Riyahin, Mengenal Tarekat Idrisiyah Sejarah dan Ajaranya, Haramnya Tembakau, dan buku Memahami Argumentasi Cadar atau Burgho. Melalui Koran atau majalah yang membahas tentang Aktivitas
dakwah
Tarekat
Idrisiyah
dan
pemahaman-pemahaman
mengenai ajaran-ajaran Tarekat Idrisiyah. Ataupun melalui Web site resmi Tarekat Idrisiyah yaitu “www.al-idrisiyyah.com”. d. Analisa Data 9 10
Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. h. 137-138 Ibid, h. 161.
xxiv
Analisa data dalam penelitian ini lebih bersifat deskriftif kualitatif, yaitu setelah data dikategorisasikan dan diklasifikasikan sesuai aspek data yang terkumpul lalu diinterpretasikan secara logis. Dengan demikian akan tergambar sejauh manakah keefektifan dakwah yang diselenggarakan melalui tarekat, dengan melihat data-data yang diperoleh penulis melalui observasi dan wawancara, setelah itu disusun dalam laporan penelitian. Selanjutnya di dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiyah ( penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang berlaku untuk seluruh UIN, STAIN, Pertais dan sejenisnya yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan penulisan ini ke dalam lima bab. Dimana masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub dengan rincian sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN,
memuat:
Latar
Belakang
Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, Sistematika Penulisan. BAB II
LANDASAN TEORITIS, memuat : Pengertian Dakwah, Unsurunsur Dakwah, yakni Dai’, Mad’u, Metode dakwah, Materi Dakwah dan Media Dakwah. Pengertian Tarekat, Tujuan Tarekat dan Macam-macam Tarekat.
xxv
BAB III
GAMBARAN UMUM MAJLIS TAKLIM AL-IDRISIYAH, memuat: Majlis Taklim Al-Idrisiyah, Latar belakang Berdirinya Majlis Taklim Al-Idrisiyah, Tujuan Majlis Taklim Al-Idrisiyyah Sruktur Organisasi, Sejarah lahir dan berdirinya Tarekat Idrisiyah di Indonesia, Ajaran-ajaran Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah, dan Sarana dan Prasarana Majlis Taklim AlIdrisiyah.
BAB IV
ANALISA DAN HASIL PENELITIAN, memuat tentang : Unsur-unsur Dakwah Pada Tarekat Idrisiyah, Aktivitas Dakwah Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah, Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al- Idrisiyah.
BAB V
PENUTUP: Kesimpulan dan Saran.
xxvi
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Tinjauan Umum Tentang Dakwah 1. Pengertian Dakwah Secara etimologis kata dakwah berasal dari Bahasa Arab, yaitu dari kata da’a, yad’u, da’watan, yang mengandung arti panggilan, ajakan, atau seruan.11 Sedangkan dalam kamus Al-Munir diambil dari kata memanggil ia, menyeru ia akan dia.12 Sedangkan secara terminologi pengertian dakwah yang dikemukakan oleh Para Ulama adalah sebagai berikut: a. Menurut pendapat Toha Yahya Oemar, Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka dunia dan akherat. 13 b. Pendapat Bakhial Khauli yang dikutip oleh Ghazali Darussalam, “Dakwah adalah satu proses menghidupkan peraturan-peraturan Islam dengan maksud memindahkan umat dari satu keadaan kepada keadaan yang lain.14 11
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1998), h. 127
12
Ahmad Warsan Munawar, Al-Munir: Kamus Arab-Indonesia, ( Surabaya: Progresif, 1993 ), Cet. Ke 1, h. 27. 13
Toha Yahya Oemar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), Cet. Ke 5, h. 1
14
Ghazali Darussalam, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia: Nur Niaga, 1996), Cet 1. h. 10
xxvii
c. Menurut Jamaluddin Kafie, Dakwah adalah sebagai suatu strategi menyampaikan nilai-nilai Islam kepada ummat manusia demi taat kehidupan yang imani dan realitas hidup yang Islami.15 d. Prof. Dr. M. Quraish Shihab mendefinisikan bahwa Dakwah adalah sebagai seruan atau ajakan kepada keinsyafan, atau mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna.baik terhadap pribadi maupun kelompok serta kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama dalam rangka pembangunan bangsa dan umat manusia.16 e. Adapun menurut Asmuni Syukir, pengertian dakwah adalah sebagai berikut: 1. Dakwah adalah usaha atau proses yang diselenggarakan dengan sadar dan terencana. 2. Usaha yang dilakukan adalah mengajak manusia kejalan Allah, memperbaiki situasi yang lebih baik. 3. Usaha tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yakni hidup bahagia sejahtera di dunia maupun di akhirat. 17 Dari pengertian Dakwah tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwasanya dakwah adalah usaha untuk menyeru atau mengajak manusia kepada jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT, melalui cara atau methode
15
Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah, 1993), h. 29
16 Quraish Syihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Pesan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, ( Bandung: Mizan, 1998), Cet ke-17, H. 194. 17
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Islam, Surabaya, 1983), h. 21
xxviii
tertentu supaya terwujud suatu pengamalan ajaran-ajaran Islam dengan baik dan benar agar mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akherat.
2. Unsur-unsur Dakwah Berbicara tentang dakwah tidak akan lepas dengan apa yang disebut dengan unsur-unsur dakwah. Adapun unsur-unsur dakwah terdiri dari: a. Da’i Da’i adalah orang yang melakukan dakwah.18 Atau dapat diartikan sebagai orang yang menyampaikan pesan dakwah kepada orang lain (mad’u). Seorang dapat dikatakan da’i apabila secara keilmuan ia sudah menguasai tentang ajaran-ajaran Islam. Dari segi wawasan, intelektual, pengamalan spiritual, sikap mental dan kewibawaannya. Seorang yang disebut da’i biasanya akan terlebih matang ilmunya dibandingkan dengan mad’unya.19 Menurut Siti Muriah, da’i dibedakan menjadi dua bagian yaiu : a. Da’i dalam pengertian umum yakni seluruh pribadi muslim menjadi da’i dalam dakwah Islamiyah. b. Da’i dalam pengertian khusus yakni seseorang atau sekelompok orang yang menekuni ajaran Islam kemudian menyampaikan ajaran tersebut dalam bentuk penerangan, pendidikan serta peringatan-peringatan dengan tujuan agar orang yang menerima (mad’u) benar-benar dapat berbuat atau bertingkah laku sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan as-Sunnah.20
18
19
Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: PT Ikhtiar Bar Van ouve, 1992), jilid. 2, h. 137 Asep Muhyidin, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka setia, 2002) h.
125 20
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2000), Cet. Ke-1, h. 24
xxix
b. Mad’u Mad’u dapat diartikan sebagai orang atau kelompok yang lazim disebut dengan jama’ah yang sedang menuntut ajaran agama dari seorang da’i.. Menurut A. Hasanuddin objek dakwah atau mad’u adalah orang yang diseru, dipanggil, diundang, atau diajak.21 Sedangkan menurut Mashyur Amin objek dakwah terfokus hanya pada perorangan, keluarga, masyarakat, dan umat manusia seluruhnya.22 Seorang da’i akan menjadikan mad’u sebagai objek bagi transpormasi keilmuan yang dimilikinya. c. Metode dakwah Kata metode berasal dari bahasa Yunani, yakni “Methodus yang mengandung arti cara atau jalan”.23 Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata metode mengandung arti “cara yang teratur dan berfikir baik-baik untuk maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya), cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”.24
21
A. Hasanudin, Rhetorika Dakwah dan Publisitas dalam Kepemimpinan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 38 22
M. Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta : al-Amin Press, 1997), h. 11 23
Prent, Kamus Latin-Indonesia, (Jogjakarta: Kanisius, 1969), h. 232
24
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1986), Cet. Ke-9, h.649
xxx
Methode dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah. Adapun metode dakwah yang sering dilakukan da’i dalam berdakwah anatara lain : 1) Dakwah bi al-Hikmah Metode Hikmah mengadung makna yang sangat luas. Kata alHikmah sendiri di dalam al-Qur’an dalam berbagai bentuk ditemukan sebanyak 208 kali. Secara harifyah kata hikmah mengandung makna “kebijaksanaan yang sedemikian rupa”, sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang di dakwahkan, atas kemauan sendiri tidak ada paksaan, konflik, maupun rasa tertekan”.25 Dalam kegiatan dakwah metode hikmah muncul dalam berbagai bentuk, yakni “Mengenal Strata Mad’u, kapan harus berbicara, kapan harus diam, mencari titik temu, toleran tanpa kehilangan shibghah, memilih kata yang tepat, cara berpisah, uswatun hasanah, dan lisanul hal.”26 Dakwah dengan metode bil hikmah dapat memancing seseorang untuk mau mengikuti. Setiap mad’u akan terlena karena kebijaksanaan seorang da’i dalam menyampaikan ajaran Islam dan mengajak kepada kebenaran. 2) Dakwah bi al-Mau’idzoh hasanah atau Nasehat yang baik. Berdakwah
dengan
memberikan
nasehat-nasehat
atau
menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga
25
Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta : Pustaka Panji Mas, 1983), h. 321
26
M. Yunan Yusuf , Dalam Seminar dan Launching Buku Optimalisasi Dakwah dalam Meningkatkan Reguinitas Umat, (Jakarta : Rahmat Semesta, Februari 2004), h.7
xxxi
nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mad’u.27 Nasehat-nasehat dakwah yang disampaikan kepada mad’u harus dapat dirasakan bukan atas paksaan dari orang lain, akan tetapi lahir dari keinginan diri untuk mau berubah ke arah yang lebih baik. 3) Dakwah bi al-Mujaddalah Mujaddalah yaitu “bertukar pikiran untuk mendorong agar berpikir secara tepat dan benar dengan cara yang lebih baik”.28 Beberapa bentuk metode mujadalah antara lain dakwah dengan lisan, tulisan, seni, dan bilhal. Dakwah dengan lisan berupa ceramah, seminar, symposium, diskusi, khutbah, saresehan, dan lain-lain. Dakwah dengan tulisan berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk, pamplet, dan lain-lain. d. Media dakwah Media dakwah merupakan separangkat alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah. Menurut Hamzah Yakub, macammacam media dapat digolongkan menjadi lima jenis yaitu lisan, tulisan, lukisan, audio visual dan akhlak”.29 Setelah menyiapkan materi dan objek, langkah selanjutnya adalah mempersiapkan media, media apa yang hendak dipergunakan oleh da’i untuk menyampaikan isi pesan materinya. Apakah media mimbar, cetak atau media elektronik dan lain sebagainya, sesuai dengan bidang dan kehaliannya. 27
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana 2004), cet. Ke 1. h. 136
28
Said bin Ali al-Qhatani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta : Gema Insani Press, 1994), Cet. Ke-1, h. 10 29
Hamzah Yakub, Publisistik Islam ; Tekhnik Dakwah dan Leadership, (Bandung : CV. Di Ponogoro, 1982), Cet. Ke-2, h. 13
xxxii
e. Materi Dakwah Materi dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan oleh da’i pada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi materi dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bisa dijadikan materi dakwah islam. Akan tetapi, ajaran Islam yang dijadikan materi dakwah pada garis besarnya dapat dikelompokan sebagai berikut: a. Aqidah yang meliputi rukun iman b. Syari’ah yang meliputi: Ibadah (Shalat, Zakat, Puasa, haji) dan Muamallah (Hukum perdata dan hukum publik) c. Akhlak, yaitu meliputi: akhlak terhadap khalik dan akhlak terhadap makhluk.30 Adapun sumber materi dakwah adalah bersumber pada al-Qur’an dan Al-Hadits, karena keduanya sudah diyakini kebenaranya bagi setiap tindakan manusia. Oleh karena itu, materi dakwah juga meliputi hampir semua bidang kehidupan manusia.31 Sehingga bisa dipastikan tidak ada satu bagianpun dari aktifitas muslim yang terlepas dari materi-materi dakwah tersebut.
30
Aziz, Ilmu Dakwah, h. 94
31
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Cahaya Media Pratama, 1997), Cet. Ke-
18, h. 43
xxxiii
B. Tinjauan Umum Tentang Tarekat 1. Pengertian Tarekat Secara etimologis kata tarekat menurut bahasa Indonesia memiliki banyak arti yaitu jalan, cara, aturan atau petunjuk.32 Sedangkan menurut istilah, Tarekat berarti perjalanan seorang salik (Pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara mensucikan diri atau perjalanan yang harus di tempuh oleh seseorang untuk dapat mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan.33 Banyak para ahli yang telah mengemukakan definisinya masingmasing tentang tarekat, sebagaimana yang dikutip oleh KH. Noer Iskandar AlBasrani, MA: a. Harun Nasution Tarekat adalah jalan yang harus ditempuh seorang sufi dengan tujuan berada sedekat mungkin denganTuhan. b. E. St. Harahap Tarekat adalah jalan menuju kebenaran, ilmu kebajikan agama, persaudaraan dalam kebaktian pada kerohanian. c. Abu Bakar Atceh Tarekat artinya jalan petunjuk dalam pelaksanaan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in, secara turun temurun sampai kepada guru-guru, sambung menyambung dan rantai berantai. d. Syekh Al-Jurjani Tarekat adalah jalan atau tingkah laku tertentu bagi orang-orang yang berjalan (beribadah) kepada Allah dengan melalui perantara (manajil) dan meningkat kepada tingkatan yang lebih tinggi (maqomat).34
32
Poerwadarminta, Kamus Indonesia, (Jakarta : Balai Kota 1982), h. 20
33
Ensikopedi Islam, (Jakarta. PT. Ikhtiar Baru Van Hoeve, vol. 4, 1997), h. 66
34
Noer Iskandar Al-Basrani, Tashawuf Tarekat dan Para Sufi, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1996), Cet. Ke 1, h. 91
xxxiv
2. Tujuan Tarekat Tujuan tarekat adalah mengingat kepada Allah Swt yang dilakukan secara terus menerus (istiqamah) di setiap waktu dan kesempatan agar apresiasi cinta seseorang kepada Tuhanya dapat terealisasikan melalui zikir (mengingat Allah). Sedangkan tujuan yang lainnya adalah sebagai berikut : a. Dapat melatih jiwa dan memerangi hawa nafsu serta dapat membersihkan diri dari sifat-sifat tercela dan diisi dengan sifat-sifat terpuji melalui perbaikan budi pekerti dalam berbagai seginya. b. Selalu dapat mewujudkan rasa ingat kepada Allah Dzat yang Maha Besar dan Maha Kuasa atas segala-galanya melalui jalan wirid dan zikir yang serta dibarengi dengan bertafakur yang secara terus menerus dilakukan. c. Akan timbul rasa takut yang hadir dalam diri seeorang akan perbuatan yang selalu menyebabkan lupa kepada Allah. d. Dapat melihat rahasia dibalik tabir cahaya Allah dan Rosul-Nya secara terang benderang. e. Akan memperoleh pengetahuan tentang hal-hal yang sebenarnya menjadi tujuan hidup yang hakiki yaitu Makrifatullah.35 Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwasanya dengan bertarekat seseorang akan memperoleh hasil berupa ketenangan jiwa serta mendapat bimbingan langsung dari Mursyidnya melalui ziki-zikir yang selalu
35
Ibid h. 10
xxxv
dilantunkan di setiap waktu dan kesempatan. Dengan begitu seluruh rahasia tabir kehidupan yang menjadi rahasia Allah akan tersingkap secara bertahap.
3. Macam-macam Tarekat Menurut Jumhur Ulama pada abad sekarang ini terdapat 41 macam tarekat, masing-masing mempunyai Syekh, kaifiat, zikir, dan upacara ritual. Di antaranya adalah sebagai berikut : a. Tarekat Qadiriyyah Tarekat ini didirikan oleh Syeikh Abdul Qadir Zailani. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Muhyiddin Abdul Qadir bin Musa bin Abdullah bin Husna Al-Jailani. Pengikut tarekat Qadiriyah memegang prinsip tasamuh, toleransi, sebab Syeikh Abdul Qadir Jailani menegaskan kepada mereka: “kita tidak hanya mengajak diri sendiri tetapi juga mengajak semua mahkluk Allah supaya seperti kita”. Pokok Tarekat Qadiriah ada lima yaitu : 1) Tinggi cita-cita 2) Menjaga segala yang haram 3) Memperbaiki hidmat Tuhan 4) Melaksankan tujuan baik 5) Memperbesar karunia Tuhan 36
36
Abu Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat: Kajian Historis tentang Mistik (Solo, Ramadhani, 1998) , h. 5
xxxvi
b. Tarekat Syadziliah Tarekat ini didirikan oleh Syeikh Abu Hasan bin Abdul Jabbar bin Hormuz Asy Syadizili Al Magribi Al Husaini Al Idrisi, keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Pokok ajaran tarekat ini adalah : 1) Taqwa kepada Tuhan secara lahir dan batin 2) Mengikuti sunah dalam perkataan maupun perbuatan 3) Mecegah dengan menggantungkan nasib kepada manusia 4) Rela dengan pemberian Tuhan dalam sedikit maupun banyak 5) Berpegang kepada Tuhan pada siang dan malam.37 c. Tarekat Tijaniah Tarekat ini didirikan oleh Sayyid Abu Abas Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar bin Ahmad Syarif At Tijani. Tarekat ini menganut prinsip tasamuh dan toleransi. Ajaran terekat Tijaniah ini amat sederhana diantaranya berupa wirid yang ringan dan wadhifah (ajaran) yang mudah dipraktekkan oleh para pengikutnya. Menurut keterangan Fazlur Rahman, terekat Tijaniah menyederhanakan sebagian besar upacara keagamaan dan memberi penekanan yang lebih besar terhadap niat dan semua perbuatan yang baik. Dan ini pula yang membantu keberhasilannya menarik simpati para calon dan pengikut.38
37
Ibid. h.11
38
Noer Iskandar Al-Basrany, Tasawuf Tarekat dan Para Sufi, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1996), Cet. Ke-1, h. 94
xxxvii
d. Tarekat Sanusiah Terekat ini didirikan oleh Syeikh Abu Ahmad bin Ali Sanusi. Dasar terekat ini adalah ajaran Islam dan lapangan kerjanya mendidik umat supaya dapat mengendalikan hawa nafsu untuk keselamatannya dari dunia dan akhirat.39 e. Tarekat Rifai’iah Tarekat ini didirikan oleh Syeikh Abu Ahmad bin Abu Al Hasan ArRifa’i. Beliau adalah kemenakan dari Abdul Qadir al-Jailani dan kelahiran tarekatnya pun hampir bersamaan dengan kelahiran Tarekat Qadiriyah. Adapun tentang ajaran Tarekat Rifa’iyah ini, Sayyid Mahmud Abu alFadl al-Manufi menerangkan bahwa Tarekatnya dibina atas tiga dasar yaitu : 1) Tidak meminta (sesuatu) 2) Tidak menolak dan 3) Tidak menunggu. Al-Sya’rani meriwayatkan bahwasanya ajaran Tarekat Rifa’iyah tentang asketisme. Ini adalah landasan hal (egnosis) yang diridhai dan maqam yang disunnahkan.40 f. Tarekat Sahwardiah Tarekat ini didirikan oleh Syeikh Abu Hasan bin Al Sahrawardi (490563 H) dan anak saudaranya Syihabudin Abu Hafidz al-Shuhwardi al-Bagdadi (536-632).
39
Ibid, h. 93
40
Ibid, h. 94
xxxviii
Shuhrawardi adalah seorang penganut aliran Sunni, sehingga pandangannya berbeda dengan tasawuf falsafi. Baginya ma’rifah adalah menaruh kebenaran kepada perbuatan Allah. Ia diawali dengan menaruh amalan-amalan kemudian meningkat ke ahwal, dapat meningkatkan kecintaan kepada Allah Swt. Suatu cinta yang bergerak tiap detik dan hidupnya sepanjang masa. Jiwa dan badan bergerak dan berdiri dengan Allah dan sujud dihadapan-Nya. Jika hati sudah bersujud dan jiwa sudah tesungkar, maka terjadilah Mahabbah (kecintaan) antara Allah dengan manusia. Seluruh bagian badannya, tergetar dan hidup merasakan kelezatannya dengan berzikir kepada Allah.41 g. Tarekat Sammaniyah Tarekat ini didirikan oleh Syekh Muhammad Samman atau dikenal dengan nama Syekh Siddiq al-Madani (1189-1720) di Madinah. Tentang ajaran Sammaniyah ini oleh Abu Bakar Atjeh disebutkan diantaranya : 1. Memperbanyak shalat dan zikir 2. Berlemah lembut kepada fakir miskin 3. Jangan mencintai dunia 4. Menukarkan
akal
Basyariyah
Rabbaniyah (ketuhanan)
41
Ibid, h. 95
xxxix
(kemanusian)
dengan
akal
5. Bertauhid
kepada
Allah
dalam
Dzat,
Sifat,
dan
Af’al
(perbuatanya).42 h. Tarekat Mu’tabarrah al-Nahdliyah Terekat ini pada dasarnya bukanlah nama sebuah aliran tarekat sebagaimana institusi-institusi tarekat lainnya. Ia merupakan nama sebuah badan fedarasi di bawah organisasi massa Indonesia bernama Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Mengingat berdirinya badan federasi tersebut pada dasarnya adalah atas prakarsa para ulama pimpinan tarekat, terutama yang duduk dalam kepemimpinan NU, maka menjadi sebuah kebiasaan bahwa pimpinan tertinggi badan federasi itu selalu para kiyai ternama selain menjadi Mursyid tarakat tertentu, juga memimpin pesantren besar ternama pula. Pada waktu itu mereka yang duduk dalam pimpinan tertinggi badan federasi antara lain : 1. K.H. Baidlawi 2. K.H. Ma’sum 3. K.H. Hafidh (Ketiganya adalah pemimpin pesantren Lasem, Rembang, Jawa Tengah) 4. K.H. Muslih (Mranggen, Semarang) 5. K.H. Adlan Ali (Tebuireng, Jombang Jawa Tengah) 6. K.H. Arwani (Kudus, Jawa Tengah).43
42
Abu Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat: (Solo, Ramadhani, 1998) , h. 7
43
Noer Iskandar Al-Basrany, Tasawuf Tarekat dan Para Sufi, h. 97
xl
Sekarang ini, ketua umum badan federasi tersebut diduduki oleh Habib Luthfi, Pekalongan, Jawa Barat. i. Tarekat Naqsabandiyah Tarekat ini didirikan oleh Syekh Bahauddin an-Naqsabandy. Dasar tarekat ini adalah : 1) Memegang teguh I’tiqad Ahlusunnah 2) Membiasakan rukhsah dan membiasakan kesungguhan 3) Senantiasa muqorabah 4) Meninggalkan kebimbangan dunia dari selain Allah 5) Hudur terhadap Allah 6) Mengisi diri (tahalli) dengan segala sifat-sifat yang berfaedah dari ilmu agama 7) Mengihlaskan zikir 8) Menghilangkan kealfaan terhadap Allah 9) Berakhlak seperti Nabi Muhammad Syarat-syarat untuk memasuki tarekat ini adalah : 1) I’tiqad yang sah 2) Taubat yang sungguh-sungguh 3) Menunuaikan hak orang 4) Memperbaiki kezaliman 5) Mengalah dalam perselisihan 6) Teliti dalam beradab dan sunnah 7) Memilih amal menurut syariat yang sah
xli
8) Menjauhakan diri dari yang munkar dan bid’ah44 j. Tarekat Haddadiah Tarekat ini didirikan oleh Syekh Abdullah Ba’lawi Haddad. Ia lahir di Tarim, sebuah kota yang terletak di Hadramaut (1044). Ia pengarang Ratib Haddad dan dianggap sah sebagai seorang wali qutub dan Arifin dalam ilmu tasawuf. Ia juga banyak mengarang kitab-kitab dalam ilmu tasawuf, di antaranya adalah kitab yang berjudul Nasahidud Diniyah (Naseha-nasehat Agama), dan Mu’awanah fi suluk Thariq Akhirah (Panduan Mencapai Hidup Akhirat)45 k. Tarekat Idirisiyah Tarekat ini adalah salah satu organisasi tarekat yang mulai berkembang di Indonesia
sejak tahun 1930. Orang
yang pertama
memperkenalkanya adalah Syekh Akbar Abdul Fatah (1884-1947), satusatunya murid asal Indonesia yang mendapatkan bimbingan langsung dari Syekh Akbar Ahmad Syarif as-Sanusi al-Khatabi di Jabal Abu Qubais, Mekkah. Tarekat Idrisiyah pertama kali di dirikan oleh Syarif Ahmad bin Idris’ Ali al-Mashishi al-Yamkhi al-Hasmi (1760-1837 M) pada awal abad 19 M. Tidak sebagaimana lazimnya, penamaan Idrisiyah bukanlah disandarkan pada nama pendirinya, melainkan pada nama ayah dari pendirinya. Bahkan bila dirunut lebih jauh lagi, Tarekat Idrisiyah sudah tumbuh sejak abad ke-18 M dengan peletak dasarnya adalah Syekh Abdul Aziz Ad-Dabbagh (1717 M).
44
Ibid, h. 84
45
Ibid, h. 99
xlii
Sebelum dinamakan Tarekat Idrisiyah, Tarekat Idrisiyah bernama Tarekat Sanusiah yang didirikan oleh Muhammad Ali As-Sanusi. Dari beliau, tongkat kepemimpinan Tarekat Sanusiah kemudian dilimpahkan kepada putranya yang bernama Muhammad Al-Mahdi. Pada periode berikutnya, Muhammad Al-Mahdi menyerahkan mandat kepada keponakanya yang bernama Syekh Akbar Syarif As-Sanusi. Dari beliaulah Syekh Akbar Syekh Abdul Fatah menerima pengajaran sekaligus mandat ”Khalifah” Tarekat Sanusiah kemudian di bawa ke Indonesia oleh Abdul Fatah tahun 1930. dikarenakan dan mengingat kondisi politik Indonesia pada saat itu tidak kondusif untuk pengembangan dakwah Tarekat Sanusiah yaitu adanya kecurigaan dari penjajah Belanda pada nama Sanusiah oleh karena kesamaanya dengan gerakan perlawanan terhadap penjajahan bangsa barat (Prancis) di Al-Jazair. Kemudian K.H. Abdul Fatah mengganti nama Tarekat Sanusiah menjadi Tarekat Idrisiyah. Selanjutnya Bendera Tarekat Idrisiyah inilah yang kemudian dikibarkan Syekh Abdul Fatah di Indonesia.46
46
Pengurus Yayasan Al-Idrisiyah, Mengenal Tarekat Idrisiyah, Sejarah dan Ajarannya, (Jakarta : Al-Idirsiyah, 2003), h. 90
xliii
BAB III GAMBARAN UMUM MAJLIS TAKLIM AL-IDRISIYAH
A. Majlis Taklim Al-Idrisiyah 1. Latar belakang Berdirinya Masjid Taklim Al-Idrisiyah Majlis Taklim Al-Idrisiyah ini adalah salah satu cabang (Zawiyah) dari Tarekat Idrisiyah yang paling besar dan paling tua di antara Zawiyah-zawiyah yang lainya, dan sebagai Sekertariat Pusat Tarekat Idrisiyah di wilayah Jabodetabek. Karena majlis taklim ini dirintis dan didirikan oleh Syekh Akbar Abdul Fattah sebagai pembawa Tarekat Idrisiyah yang di bawah dari Jabal Abi Gubais Mekkah Pada Tahun 1930. Majlis Taklim Al-Idrisiyah terletak di wilayah Jakarta Pusat, tepatnya di Jln. Batutulis XIV, No 4-5, Juanda 3, Kelurahan Kebon Kelapa, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat. Sedangkan pusat dari Tarekat Idrisiyah itu sendiri bertempat di Pondok Pesantren Fathiyyah Al-
xliv
Idrisiyah (FADRIS), JL. Raya Ciawi, No 79, Pagendingan, Jatihurip, Cisayong, Tasikmalaya, Jawa barat.47 Pada awal mulanya didirikan majlis taklim al-Idrisiyah ini berbentuk bangunan rumah sederhana dan kecil, yang dijadikan tempat pengajian di kalangan keluarga Syekh Akbar Abdul Fattah. Yang di tempati Majlis Taklim Al-Idrisiyyah ini dulu merupakan hasil wakaf dari Para murid-murid Syekh Akbar Abdul Fattah yang simpati dan setia kepada beliau. Dan kebanyakan dari mereka adalah para Tokoh-tokoh dan jawara-jawara yang berpengaruh di wilayah tersebut. Sementara sebagian tokoh-tokoh dan para jawara yang pada awal mulanya menolak ajaran tarekat Idrisiyah, seiring dengan waktu semakin banyaknya jamaah tarekat Idrisiyah yang berdatangan dari berbagai daerah dan wilayah ke Batutulis, dan pada akhirnya tokoh-tokoh dan jawara yang ada di sekitar Batutulis bersimpati dan bergabung menjadi murid Syekh Akbar Abdul Fattah.48 2. Tujuan Majlis Taklim dan Dzikir Al-Idrisiyyah Tujuan
berdirinya
majlis
taklim
al-Idrisiyah
adalah
untuk
menyampaikan ajaran-ajaran Islam secara murni dan totalitas, dan sebagai media untuk berdakwah dan ibadah yaitu menyampaikan nilai-nilai dakwah
47
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Tatang Akhyar MD Wakil Ketua Harian Majlis Taklim Al-Idrisiyah, Jakarta 18 Juli 2007. 48 Wawancara Pribadi dengan Ustd. Tatang Akhyar MD Wakil Ketua Harian Majlis Taklim Al-Idrisiyah, Jakarta 18 Juli 2007.
xlv
kepada orang banyak dan mengajak kepada manusia untuk beribadah kepada Allah SWT melalui pendekatan dan ajaran Tarekat Idrisiyah.49 Pada intinya berdirinya majlis taklim dan Dzikir Al-Idrisiyah adalah sebagai syi’ar dakwah, karena penyampaian dakwah pada masa dahulu tantangannya berbeda dengan dakwah sekarang. Dan pada zaman dahulu masih jarang ada majlis taklim. Walaupun ada, jaraknya sangat jauh sampai puluhan kilometer bahkan ratusan kilometer yang berada di Jakarta. Walaupun sudah ada masjid, belum tentu masjid tersebut ada majlis taklimnya. Selain itu juga, tujuan lain dari didirikannya majlis taklim al-Idrisiyah ini adalah ingin mengembangkan nilai-nilai agama dari sisi pendekatan yang berbeda. Dengan menggunakan pendekatan tashawuf. Walaupun pada akhirnya sekarang dikembalikan lagi kepada khittohnya (asalnya). Ilmu tashawuf itu adalah Dinul Islam sendiri, dan Dinul Islam itu sendiri adalah rangkaian birokrasi Ilahiah ( Sistem kepeminpinan yang berada di tarekat Idrisiyah).50
B. Struktur Organisiasi Majlis Taklim dan Dzikir Al-Idrisiyah Organisasi merupakan kekuatan ummat yang disusun dalam kesatuan dan berbentuk persatuan mental maupun spiritual serta fisik maupun materil di bawah satu komando satu pimpinan, sehingga akan dapat melaksanakan tugas
49
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Tatang Akhyar MD Wakil Ketua Harian Majlis Taklim Al-Idrisiyah, Jakarta 18 Juli 2007. 50 Wawancara Pribadi dengan Ustd. Tatang Akhyar MD Wakil Ketua Harian Majlis Taklim Al-Idrisiyah, Jakarta 18 Juli 2007.
xlvi
dengan lebih terarah, jelas motivasi, arah dan targetnya serta jelas tahapan kegiatanya. 51 Begitu pula dengan majlis taklim al-Idrisiyah yang dibawah naungan Yayaan Tarekat Al-Idrisiyah, untuk menunjang kelancaran jalannya setiap kegiatan dan pengelolaan yang ada di majlis taklim yang dimaksud, maka dibentuklah struktur organisasi sebagai media kepengurusanya. Dengan demikian, jika organisasi kepengurusan telah dibuat dan diberlakukan untuk setiap pihak yang bersangkutan melalui wadah musyawarah, maka kecil kemungkinan dalam pelaksanaan setiap kegiatan akan mendapatkan kesulitan yang lebih besar. Adapun struktur organisasi dari majlis taklim al-Idrisiyyah adalah sebagai berikut: SRUKTUR ORGANISASI MAJLIS TAKLIM AL-IDRISIYAH 52
Ketua Ir. Irfan Budiono Bendahara Abdullah Sidik Romdoni S.Kom
Sekretaris Faisal M. Daud Almon Kalbuadi Wakil Ketua Tabib Tatang Akhyar, MD
Kabid Peribadatan dan Dakwah Akhmad Sholeh, S.Ag
Kabid Pendidikan dan Pengembangan SDM TB. Tatang Akhyar. MD
DKM Ruslan
Keanggotaan dan Kaderisasi Luthfi M.Ag
Kabid Perekonomian dan Kesejahteraan Herizal, S.E
Kozis Almon Kalbuadi, S.T
51
Kabid Umum Cecep Syarif Hidayatullah
Pelayanan Masyarakat Drs. Hayumi Jam’un
Tutty Alawiyah AS. Strategi Dakwah di Lingkungan Masjid Taklim. ( Bandung : Mizan, 1997), Cet. Ke-1. h. 64 52 Dokumentasi Yayasan Al-Idrisiyah
xlvii
Majlis Taklim M. Fakhrurrozi, M.T
Media Elektronik UU. Fatah Husain
Pendidikan Ir. Ubun Bunyamin
Koperasi / Tenaker Yuki Ariawan
Pemuda ORSB Dedi Sukmono Hartono Jufri Imanto Subandi
Wakaf & Invent dan Aset M. Yahya Sidik
Media Cetak Zuftazani, B.A
Wira Usaha Romdhoni
STRUKTUR YAYASAN AL-IDRISIYYAH. 53
53
Dokumentasi Yayasan Al-Idrisiyah
xlviii
Humas / Hal Drs. Hayumi Jam’un
C. Sejarah Lahir dan Berdirinya Tarekat Idrisiyah. Tarekat Idrisiyah adalah salah satu organisasi tarekat yang mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1930-an. Orang yang pertama memperkenalkanya tarekat ini adalah Syekh Akbar Abdul Fatah (1884-1947), satu-satunya murid asal Indonesia yang mendapatkan bimbingan langsung dari Syekh Ahmad Syarif as-Sanusi al-Khatabi di Jabal Abu Qubais, Mekkah.54 Sebelum dinamakan tarekat Idrisiyah, tarekat Idrisiyah bernama tarekat Sanusiah yang didirikan oleh Muhammad Ali as-sanusi. Dari beliau, tongkat kepemimpinan Tarekat Sanusiah kemudian dilimpahkan kepada putranya
yang bernama Muhammad Al-Mahdi. Pada periode berikutnya,
54
Yayasan Al-Idrisiyah, Mengenal Tarekat Idrisiyah, Sejarah dan Ajaranya, (Jakarta:AlIdrisiyah 2003) h. 90
xlix
Muhammad Al-Mahdi menyerahkan mandat kepada keponakannya yang bernama Syekh Akbar Syarif As-Sanusi. Dari Syekh Akbar Syarif As-Sanusi itulah, Syekh Akbar Syekh Abdul Fattah menerima pengajaran sekaligus mandat”Khalifah”55 Tarekat Sanusiah kemudian dibawa ke Indonesia oleh K.H. Abdul Fatah tahun 1932. Dia menerimanya dari Syekh Ahmad Syarif asSanusi(1875-1933) di Jabal Abu Qubais (Mekkah). Kemudian mengingat kondisi politik Indonesia pada saat itu tidak kondusif untuk pengembangan Dakwah tarekat Sanusiah, yaitu adanya kecurigaan dari penjajah Belanda terhadap nama Sanusiah oleh karena kesamaannya dengan gerakan perlawanan terhadap penjajahan bangsa barat (Prancis) di Al-Jazair. Hal ini sesuai dengan pendapat Prof. Husnul Aqib Suminto dalam bukunya yang berjudul Politik Islam Hindia Belanda yang menulis: Sejak lama dikalangan masyarakat Belanda di Indonesia telah terdapat rasa ketakutan terhadap tarekat, karena mereka yakin bahwa gerakan tarekat akan bisa di pergunakan oleh peminpin-peminpin panatik sebagai basis kekuatan untuk memberontak. Kehkawatiran semacam ini nampak jelas pada peristiwa Cilegon Banten 1888 dan peristiwa Garut 1919.56
Juga seperti yang diungkapkan Snouck Hurgroneye, penasehat Pemerintah wilayah jajahan dalam wawasan agama, sebagaimana dikutip Delier Noor : 55 56
Ibid.h. 92 Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda ( Jakarta : LP3ES, 1986 ). H. 64
l
Syekh dan pengikut-pengikutnya itu merupakan musuh yang sangat berbahaya bagi kekuasaan Belanda, sekurang-kurangnya sama bahayanya dengan orang-orang golongan Sanusi terhadap kekuasaan Prancis di Alzajair.57
Kemudian K.H. Abdul Fatah mengganti nama tarekat Sanusiah menjadi tarekat Idrisiyah. Bendera tarekat Idrisiyah inilah yang kemudian dikibarkan Syekh Akbar Abdul Fatah di Indonesia.58
D. Ajaran-ajaran Tarekat Idrisiyyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah Mengingat Tarekat itu sendiri merupakan bentuk praktis tashawuf, maka aktifitas tarekat lebih dominan atau hanya menitik beratkan pada ajaran dan praktek Sufistik Adapun ajaran-ajaran Tarekat Idrisiyah yang dilaksanakan di Majlis Taklim Al-Idrisyah adalah sebagai berikut: 1. Dimensi Eksoterik (satu fiqih) Setiap aliran terekat mempunyai ciri khas dalam ajaran-ajarannya. Ajaran tarekat Idrisiyah tidak hanya mengajarkan acara-acara ritual guna ma`rifat kepada Allah, seperti dzikir, suluk atau yang lainnya, tetapi juga menekankan pada masalah fiqh Islam bahkan dapat dikatakan tarekat ini telah
57
Delier Noor, Gerakan Modern Islam di Indonesia, ( Jakarta: LP3ES, 1994). h. 24
58
Untuk mendapatkan menyeluruh tentang sejarah dan berdirinya Tarekat Idrisiyah, bisa di lihat dalam Buku Biografi Tokoh-tokoh Al-Idrisiyyah karangan Lukmana S Ag. Atau di Web site resmi www.al-idrisiyyah.com tentang Tokoh Tarekat.
li
membangun mazhab sendiri (satu fiqh, satu dzikir). Di antara ajaran tarekat Idrisiyah dalam dimensi Eksoterik (Nahiyah Dhawahiri) adalah: a.
Pandangan Terhadap Mazhab Sebagai pewaris tarekat Sanusiyah dan Idrisiyah, pendapat-pendapat
yang dianut oleh jama`ah tarekat Idrisiyah sebagian berasal dari pemikiranpemikiran yang dirintis dan dikembangkan oleh Ahmad bin Idris dan Muhammad bin Ali as-Sanusi. Keduanya juga menyeru umat, terutama para ulama, untuk melakukan ijtihad dan tidak bertaklid kepada mazhab yang manapun. Imam mazhab dalam tarekat Idirsiyah adalah Syeikh Akbar. Bahkan Syekh
Akbar
bukan
hanya
imam
dalam
masalah
syari`at
(fiqhiyyah/ushuliyyah) saja, namun juga secara lebih luas dalam masalah thariqat dan haqiqat. Prinsip
yang dipegang dalam menyelesaikan
permasalahan fiqh adalah Al-Muhafadatu ala qaulil qadim wal-akhdu bil qauli syekh (mengakui pendapat/ijtihad ulama terdahulu namun mengambil pendapat/ijtihad Syekh mursyid sekarang). Pendapat syekh merupakan pendapat atau ijtihad yang harus diamalkan namun pendapat syeikh tersebut tentunya banyak merujuk kepada pendapat ulama terdahulu.59 Mazhab-mazhab yang dirujuk tarekat Idrisiyah mencapai 18 buah, selain mazhab yang empat (Maliki, Hanafi, Syafi’i dan Hambali). Akan tetapi yang dipentingkannya adalah pertimbangan keserasiannya (relevansi dan kontekstualitasnya) dengan permasalahan yang dicarikan jawabannya, tanpa 12
Salim B. Pili, Tarekat Idrisiyah”Sejarah dan Ajarannya” (Tesis) (Yogyakarta: IAIN Sunan kalijaga 1998) h. 126-127
lii
membedakan apakah pendapat tersebut berasal dari mazhab ini atau itu. Sebagai hasil ijtihad kebenaran suatu pendapat tidak tergantung kepada masyhur tidaknya mazhab tersebut dalam suatu mazhab tertentu, serta tidak pula membatalkan atau dibatalkan oleh hasil ijtihad imam-imam mazhab lainnya. Lebih lanjut, pendapat-pendapat yang telah di pilih sebelumnya itu sewaktu-waktu dapat pula di tinggalkan untuk kemudian digantikan dengan pendapat lainnya manakala terjadi ‘illa-‘illat (masakah-masalah) tertentu.60 Di tinjau dari ilmu Fiqih, pandangan dan sikap demikian di namakan tafliq (elektik) dan intiqal (berpindah-pindah dari satu mazhab ke mazhab yang lainnya dalam suatu masalah). Kendati telah menolak pendapat yang menganggap Tarekat Idrisiyah ber-tafliq dan ber-intiqol. Syekh Akbar Muhammad Dahlan menyatakan, ketika membahas suatu permasalahan ia tidak hanya merujuk pendapat saja, melainkan juga bersama dalil-dalil dan cara istinbath mereka. Jadi dengan kata lain, yang diambil itu bukan hasil ijtihadnya (Fiqih)-nya saja, melainkan metodologinya (Ushul Fiqih)-nya.61 b. Salat Sunnah Berjamaah dan Digabungkan Apabila di kalangan umum kaum muslimin salat sunnah yang dilaksanakan secara berjamaah tertentu kepada Salat dua hari raya (I‘daini) tarawih, shalat istisqo, sholat gerhana, (kusf dan khusf). Di kalangan tarekat Idrisiyah, salat-salat rawatib, witir, tasbih, dan shalat hajat juga dilaksanakan secara berjama`ah. Tujuan utamanya disamping
60
Ibid, h. 128 Yayasan Al-Idrisiyah, Mengenal Tarekat al-Idrisiyyah, Sejarah dan Ajarannya. (Jakarta : al-Idrisiyah 2003), hal. 103-104 61
liii
mengharapkan ganjaran berjama`ah, juga untuk mendidik murid-murid awam (baru) agar membiasakan salat-salat sunnah tersebut.62 Adapun kitab yang dijadikan bahan rujukan para ulama tarekat Idrisiyah antara lain bersumber dari: Khazinatul-Asrar karya Sayyid Muhammad Haq an-Nazili, halaman 38, Fawaidul-Makkiyah karangan Sayyid Alwi bin Assegaf, halaman 150, Bughzatul-Mustarsyidiin karangan Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Husein bin Umar, halaman 67, Syarah Safinatun-Naja karangan Syekh Nawawi al-Bantani, halaman 87, IbanatulAhkam karangan Hasan Sulaiman an-Nury, juz II halaman 34.63 Disamping salat-salat sunnah yang dijama`ahkan, ada sepuluh macam shalat sunnah yang lain dalam satu niat. Pelaksanaan dua salat dalam satu niat ini dinamakan “tadakhal”,
shalat-shalat
yang boleh di gabungkan
pelaksanaannya tersebut adalah: 1. Salat sunnah tahiyyat al-masjid 2. Salat sunah Ihram 3. Salat sunnah thawaf 4. Salat sunnah Wudhu 5. Salat sunnah Ghaflah (karena kelupaan) 6. Salat sunnah Istikharah 7. Salat sunnah Hajat 8. Salat sunnah Zawal 9. Salat sunnah Qudum (datang dari suatu perjalanan) 62
Ibid, h. 63
63
Ibid, h. 64
liv
10. Salat sunnah Safar (akan berpergian).64
c.
Salat Jum`at Syekh Akbar mengambil pendapat Imam Malik yang mengatakan
bahwa waktu pelaksanaan salat jum`at itu dari waktu shalat Dzuhur sampai sekitar pukul lima sore. Dengan demikian bagi seorang muslim yang karena alasan tertentu, seperti tidak diizinkan meninggalkan kesibukan kerja yang mempertahankan nafkah hidupnya, salat Jum`at dapat dilaksanakan usai jam kantor. Dengan mengumpulkan beberapa teman sekerja yang sama-sama belum melaksanakan shalat Jum’at, shalat Jum`at dilaksanakan sebagaimana lazimnya, ada khutbah dan jama`ahnya. 65 Pendapat Imam Malik di atas di pegang untuk memberi kesempatan bagi banyak umat yang demi mencari nafkah, tak dapat meninggalkan pasar, kantor pabrik, perusahaan tempat mereka kerja pada saat pelaksanaan salat Jum`at. Dari pada tidak melaksanakan salat Jum`at sama sekali, atau harus mendapatkan sanksi diberhentikan dari kerja (PHK). d. Tata Cara Berpakaian a). Pakaian Jama`ah Pria Salah satu ciri khas pakaian yang dikenakan jama`ah tarekat Idrisiyah adalah celana panjang, jubah atau ghamis, dan peci semua berwarna putih, ditambah selempang atau selendang berwarna hijau. Mereka menganggap sunnah penyeragaman putih-putih ini dikenakan manakala menunaikan shalat, 64
Ibid, h. 64-65 Dewi Nurjulianti, “Menelusuri Tarekat Idrisiyah di Pagendingan, Tasikmalaya” dalam jurnal `Ulumul Qur`an no. 1 vol V (tahun 1994). H. 102 65
lv
wirid dan dzikir. Disamping menjadi identitas yang membedakan komunitas lain, yang paling utama adalah karena ada hadits yang memerintahkan pemakaiannya dan mengabarkan bahwa Rasulullah saw memakai pakaian putih-putih tersebut dan juga bila terkena kotoran akan segera kelihatan jelas. Dalil-dalil Naqlinya antara lain sebagai berikut: 1.
Al-Qur`an, surat al-`Araf (7): 31
ُا:َُِْ ﺕ9ََْ ُا و8 ﻡَْ*ِ'ٍ وَآُُا وَا45ُُْ ِ"ْ'َ آ2ََ"ُوا زِی0ُ1 َ ءَادَم-ِ"َ َی .َِ:ُِْ ِْ@? اAَُ ی9 ُ<إِﻥ “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” 2.
Pendapat-pendapat para ulama tentang pakaian, celana, ghamis, peci, sorban, dan selempang di rujuk dari kitab-kitab: Bughyatul-Mustarsyidin, halaman 86-87, Irsyadul-`Ibad, halaman 49, dan Utsmu-Ainain, halaman 103.66 Selain pakaian putih para pria juga disunnahkan memelihara jenggot.
Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Bukhari, serta beberapa hadits senada riwayat Muslim, memerintahkan kaum muslimin untuk memelihara jenggot dan mencukur kumis tipis-tipis sebagai ciri pembeda (identitas) dari kaum musyrikin:
66 Uwes Fatoni, Pengaruh Perilaku Keagamaan Penganut Tarekat Terhadap Interaksi Sosialnya Dengan Masyarakat (Studi Tarekat Idrisiyah Pagendingan Tasikmalaya) (Tesis) (Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati 2005), h. 105
lvi
“Dari Umar r.a, Rasulullah saw bersabda : “Bedakanlah (penampilan kalian dari ) kaum musyrikin, panjangkan jenggot kalian dan cukurlah kumis tipis-tipis. (HR. Bukhori).”
Keterangan pendapat para imam mazhab yang empat dan para ulama lainya tentang masalahan memelihara jenggot ini di rujuknya dari kitab Bughyatul-Mustarsyidin karya Muhammad bin Husain bin Umar halaman 20 dan kitab al-Ibad fi Mudhari al-Ibtida’ karya Dr. Mahfudz, halaman 408.67
b). Pakaian Wanita Kaum wanita jama’ah tarekat Idrisiyah boleh memakai busana dengan model seperti busana muslimah sekarang asal tidak tembus pandang dan tidak pula memperlihatkan lekuk tubuh mereka. Bagi kalangan tarekat Idrisiyah, aurat wanita meliputi seluruh tubuhnya termasuk muka, dada dan kedua telapak tangan. Karena itu jemaah wanita tarekat Idrisiyah untuk menutupi seluruh tubuhnya dengan mengenakan cadar (burgho). Cadar di kalangan wanita Idrisiyah di kenal dengan nama burgho’ (burqu’) atau jilbab.68 Dan inilah salah satu ciri khas dari ajaran tarekat Idrisiyah. Dalam bahasa Arab terdapat banyak kata lain yang semakna dengan kata niqab (cadar), yaitu burqu’, bukhnuk, lifanu, waswasu dan junnah. Dasar pemakaian cadar atau Burgho bagi mukminat tercantum dalam: 67
Ibid, h. 106 Pemakaian cadar telah menjadi identitas wanita Tarekat Idrisiyah. Pemikiran tentang cadar atau Burqho’ ini telah terangkum dalam satu buku Memahami Argumentasi Cadar atau Burqho’ (Jakarta: Idrisiyah, 2001) 68
lvii
1. Al-Qur’an surat al-Ahzab (33): 59
ِِْ ﻡCََْ َِْﻡِ"َِ یُ'ْﻥGُ َْ وَﻥَِءِ اEَِ وَ َ"َﺕEَِزْوَاﺝ#ِ ْ5ُ& ?-ِD"َ اC?یَأَی .ً َُِرًا رKَ( ُ<ْذَیَْ وَآَنَ اGََُ ی: َْ:َْIَُ أَدْﻥَ أَنْ یEَِِ ذCِDِ ََﺝ “Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha penyayang.” 2. Hadits tentang kisah al-ifki, aisyah menutup wajahnya dengan jilbab. Riwayat bukhari dan Muslim. 3. Pendapat ulama yang menyatakan bahwa aurat wanita adalah seluruh badannya, termasuk wajah dan kedua telapak tangannya diambil dalam kitab safinah an-naja halaman 49 serta kitab sulam at-taufiq halaman 66.69 e.
Hukum Merokok Merokok adalah prilaku yang sangat biasa dan tampak wajar bagi
kehidupan keseharian masyarakat di Indonesia, juga di negeri Islam lainnya. secara sosial, seorang pria dewasa merokok dapat temui di tempat-tempat umum dan lingkungan kerja. Bahkan dalam perspektif agama Islam, yakni secara umum hanya dihukumi sebagai makruh (dibenci) dan tidak masuk dalam kategori haram. Tetapi lain halnya dengan ajaran tarekat Idrisiyah yang mengandung pilar-pilar kemaslahatan duniawi dan ukhrawi. Di antara ajarannya adalah menganjurkan para penganutnya untuk berusaha belajar tidak merokok, merokok bagi tarekat Idrisiyah hukumnya adalah haram. Disamping merugikan kesehatan dan orang lain, juga berakibat jauhnya ridha 69
Mengenal Thariqat Idrisiyyah Sejarah dan Ajaranya, (Jakarta : al-Idrisiyah 2003), h.
54-60
lviii
Allah. Hal tersebut tidak selaras dengan firman Allah Ta’ala yang mengatakan:
َْ ًُنَ ﺕِ*َرَة2َِ إِ أَنْ ﺕ5ِLَDِْ ُْ2َ"َْ ُْ2َْآُُا أَﻡَْا#َِیَ ءَاﻡَ"ُا َ ﺕ0َ اC?یَأَی ً َُِْ ر2ِ َُْ إِن ا<َ آَن2َُKُْْ وََ ﺕَُُْا أَﻥ2ْ"ِﺕََاضٍ ﻡ Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya Allah Maha penyayang kepada dirimu sendiri” (An-Nisa’ : 29)
Dan juga firman-Nya:
?@ِAَُ ِ وَأَِْ"ُا إِن ا<َ ی2ُْCُْ إَِ ا2َیْ'ِی#ِ ِ ا<ِ وََ ﺕُُْا5ِDَ ﺱ-ِ: ُِاKْوَأَﻥ َِ"ِْAُ ْا Artinya :“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berbuat baik”. (al-Baqarah: 195). Menurut Dr. Kartono Muhammad, Setiap batang rokok yang di bakar, akan mengeluarkan 4000 jenis bahan kimia. 40 diantaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitroogen oksida, hydrogen sianida serta ammonia.70 Dan terdapat 7 alasan menurut penganut tarekat Idrisyah sehingga menyebabkan rokok diharamkan : 1. Memabukan dan membahayakan 2. Menyia-nyiakan harta dan memubadzirkannya 3. Menganggap kotor baunya/baunya tidak enak 4. Menyakiti orang lain dengan sebab bau yang tidak enak 5. Berlebih-lebihan 70
Kartono Muhammad, “Merokok dan Kesehatan” dalam Harian Pelita, (22 September
2000).
lix
6. Melalaikan Dzikir kepada Allah Ta’ala 7. Sangat dikhawatirkan Su’ul Khatimah (jelek akhir hayatnya).71 Pada tanggal 27-30 November 1976 para ulama tarekat Idrisiyah dari Jawa dan Sumatera menyelenggarakan acara musyawarah di Pesantren Fadris Pagendingan yang menghasilkan keputusan bahwa hukum merokok adalah haram.
f.
Hukum Bunga Bank Syekh Akbar M. Daud Dahlan menyatakan bahwa bunga bank adalah
halal. Hal ini bertentangan dengan fatwa yang telah dikeluarkan oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang menyatakan bahwa bungan bank itu haram, karena dianggap riba. Alasan Syekh Akbar menyatakan bahwa bunga bank adalah halal karena 3 hal: 1. Idrisiyyah sepakat bahwa riba yang berlipat ganda adalah haram. Kategori bunga bank yang didefinisikan oleh para ulama sebagai riba tidak relevan dengan kondisi ilmu perekonomian sekarang, karena uang dimasa sekarang sudah menjadi komoditi yang diperdagangkan, bunga bank merupakan buah dari hasil hubungan perdaganagan, karena uang yang ada di bank dikaryakan dalam berbagai bentuk usaha yang dilakukan bank. Maka menurut beliau bunga bank masuk ke dalam kategori jual beli. 2. Nilai dan fungsi uang di zaman sekarang berbeda dengan masa dahulu (zaman Nabi saw). Pada masa dahulu uang apabila disimpan dalam jangka waktu yang lama tidak mengalami perubahan, sedangkan sekarang uang yang ditanam dalam bentuk modal (invest) akan berkembang sesuai dengan naik turunnya pendapatan yang dihasilkan dari pengembangan uang yang disimpan. 3. Pengertian riba yang diharamkan menurut al-Qur’an adalah yang berlipat ganda (adha’fan mudha’afah). Kapasitas berlipat disini setara dengan 100% atau lebih. Alasan riba pada zaman Nabi Saw haram adalah karena sifatnya memberatkan. Bunga bank disatu sisi tidak memberikan perkara 71
Hukum Haramnya Merokok atau Tembakau Telah Terangkum Dalam Satu Buku “Tinjauan mengenai Haramnya Tembakau” (Jakarta: Idrisiyah, 2001)
lx
yang memberatkan keuntungan.72
kepada
para
nasabah,
bahkan
memberikan
Menurut kalangan jema’ah tarekat Idrisiyyah, keuntungan lebih besar yang di peroleh Bank dari Nasabahnya bukanlah dasar unsur merugikan bagi pihak nasabah. Merupakan hal yang wajar jika pihak Bank yang bertindak aktif dalam memutarkan atau mengembangkan uang itu sebagai modal usaha mempunyai peran yang lebih besar dalam menentukan persentase keuntungan (fee) yang di kategorikan sebagai bunga. Namun hakekat sebenarnya adalah berupa jasa investasi nasabah. Para ulama terdahulu dan sekarang memang telah sepakat bahwa yang namanya riba itu adalah haram. Namun yang menjadi permasalahan di sini adalah apakah bunga Bank itu dikategorikan sebagai Riba? Nabi sebenarnya mengungkapkan kepada kita bahwa riba yang dianggap sebagai pinjaman yang mengandung pertambahan nilai itu sebenarnya diberlakukan bagi kebutuhan yang bersifat konsumtif seperti makanan. Berbeda dengan aplikasi pinjaman uang (modal) yang bersifat Produktif (untuk usaha), bukanlah di kategorikan sebagai Riba. Ekses riba
(sebagaimana
yang dilarang oleh al-Qur’an)
itu
memberatkan pihak yang meminjam (memegang harta), namun pada kenyataanya pihak peminjam dan pemegang modal didasari oleh rasa suka sama suka yang keduanya saling menguntungkan. Tarekat Idrisiyah melihat
72
Uwes Fatoni, Pengaruh Perilaku Keagamaan Penganut Tarekat, h. 109-110
lxi
Bunga Bank itu diformulasikan sebagai jasa investasi bagi nasabah, sehingga istilah Bunga titak sama dengan Riba.73
2. Dimensi Esoteris (Satu Dzikir) a. Guru dan Murid Guru (mursyid) adalah pemandu awal dan langsung bagi murid dalam menempuh dalam ruhaninya. Melalui mata rantai spiritual (silsilah)-nya, guru akan mengantarkan murid-muridnya menuju bimbingan Rasulullah yang menjadikan utama mereka. Dengan demikian memiliki bimbingan guru secara tak langsung atau hakikinya adalah memiliki hubungan ruhani dengan Nabi Muhammad saw. Mursyid di tarekat Idirsiyah dikenal dengan gelar “Syekh Akbar”. Gelar Syekh Akbar yang diletakan di depan nama adalah gelar kehormatan yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepada Sultan Auliya pilihan pda zamannya, bukan semata-semata ungkapan pujian atas suatu kelebihan dari murid-muridnya. Kalimat Syekh Akbar merupakan Dakwah Mursyidah, yang diungkapkan seperti mengajak semua manusia untuk mencari tahu siapakah yang dikatakan sebagai ‘Syekh Akbar’ itu dan siapakah Guru Mursyid sebenarnya (haqiqi), yang merupakan pilihan Rasulullah SAW pada setiap zamannya. Sehingga meskipun ia berada di belahan bumi manapun, maka
73
Lihat dalam situs www.al-idrisiyyah.com dalam bagian bunga Bank
lxii
hendaknya ia mencarinya agar senantiasa mendapat petunjuk dan tidak tersesat.74 Menyebut kata ‘Syekh Akbar’ berarti menyebut semua Guru dalam silsilah Tarekat. Ketika seorang murid meneriakkan “Madad” (tolong Syekh Akbar) maka secara langsung berarti ia memohon pertolongan kepada Allah SWT, sebab dalam sekejap setiap Syekh yang mendengar panggilan muridnya itu akan meneriakkan kalimat tersebut kepada Gurunya masing-masing, hingga yang rantai penyampaiannya sambung menyambung dari guru pertamanya hingga terakhir. Oleh karena itu gelar Syekh Akbar bukan berarti ia adalah Syekh yang Paling Agung (terbesar), tetapi maknanya adalah seorang Syekh yang senantiasa merasakan seluruh gerakan nafasnya berada dalam genggaman Allah yang maha besar (Akbar). Selanjutnya Syekh tersebut belajar untuk taat dan memahami segala perintah Allah Yang Maha Besar. Bagi jama’ah tarekat Idrisiyah hubungan antara murid dan Guru adalah jauh lebih utama dari pada hubungan antara anak dan orang tua. Hal ini menurut Syekh Akbar, sebab orang tua adalah jalan yang melaluinya kita turun dari surga ke bumi. Sedangkan guru adalah jalan yang melaluinya murid-murid naik dari bumi ke surga. Sebaiknya guru pun demikian, baginya murid-murid yang berbakti dan saleh, yang mahabbah dan taslim adalah lebih utama dari pada anak kandungnya sendiri, karena hubungan keturunan ini
74
Ceramah Syekh Akbar M. Daud Dahlan tanggal 15 juli 2007 di Majlis Taklim AlIdrisiyah Batu tulis, Jakarta Pusat.
lxiii
hanya berlangsung di dunia saja, sementara di akhirat tidak ada hubungan orang tua dan anak. Masing-masing mempertanggungjawabkan amalnya. Perilaku penganut Tarekat Idrisiyah berdasarkan pada Tatakrama, etika dan akhlak sahabat kepada Nabi dan Akhlak sahabat kepada sahabat yang lain. Dalam Tarekat, Syekh Akbar diumpamakan sebagai Rasul, dan Para Murid sebagai para Sahabat Nabi.75 Akhlak penganut tarekat Idrisiyah dengan Syekh Akbar biasanya berdasarkan konsep fana fi syekh yakni melebur dengan diri Syekh. Seorang yang mendapat legitimasi spiritual diyakini sebagai warasat al-anbiya, pewaris para Nabi pada zamannya. Oleh karenanya Jama’ah Idrisiyah senantiasa mengikuti prilaku Syekh Akbar. Diantara prilaku yang tampak jelas dalam sikap hidup seorang murid, ialah meniru lahiriah syekh dalam konteks ibadah. Berpakaian seperti syekh, melakukan ritual peribadatan seperti yang dianjurkan syekh. Para jamaa’ah meleburkan karakter syekh dengan sifatnya, sehingga dapat menghilangkan watak buruk para murid masa lalu.76 Hubungan antara murid dengan syekh Akbar dan antara murid dengan murid yang lain (Ikwan) diatur dalam akhlak kepada Syekh Akbar dan akhlak sesama Ikhwan. a. Akhlak kepada Syekh Akbar 1. Menghormati dan mengagungkan Syekh Akbar baik lahir maupun batin. 2. Tidak boleh menentang Syekh Akbar 3. Mendahulukan Syekh Akbar daripada yang lain. 75 M. Wahyuni Nafis, Rekontruksi dan Renungan Relijius Islam, (Jakarta; Paramadina, 1996) h. 302 76 Mokhtar Andre, “Wali Zaman di Tengah Kerusakan Moral Manusia” dalam Tabloid Muslim (Jakarta) Edisi kedua, Bulan Mei 2005 h. 3
lxiv
4. Tidak boleh banyak bicara pada Syekh Akbar 5. Tidak boleh menduduki sajadah atau tempat yang disediakan untuk Syekh Akbar. 6. Tidak boleh mengabaikan perintah Syekh Akbar. 7. Tidak boleh bepergian, menikah, dan melakukan perbuatan-perbuatan kecuali atas izin Syekh Akbar. 8. Tidak boleh mengganggu kesibukan Syekh Akbar. 9. Tidak boleh menceritakan satu kebaikan dihadapan lawan yang memusuhi Syekh Akbar. 10. Menjaga hubungan baik dengan Syekh Akbar baik pada waktu hadir maupun ghaib 11. Tidak boleh berdekatan terus dengan orang yang membenci syekh Akbar. 12. Selalu mengingat (rabithah) Syekh Akbar di dalam hati dalam keadaan apa saja barokahnya akan menyebar 13. Yakin bahwa semua barokah itu bisa dihasilkan melalui perantara Syekh Akbar. 14. Tidak boleh mengunjungi Syekh Akbar kecuali dalam keadaan suci. 15. Tidak boleh melakukan Kholwat kecuali atas izhin Syekh Akbar 16. Bersikap baik sangka terhadap keadaan semua Syekh Akbar. 17. Tidak boleh memberi beban apapun kepada Syekh Akbar. b. Akhlak dengan sesama Anggota Tarekat (Ikhwan) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Berjabat tangan pada saat bertemu atau berpisah Tidak boleh saling bermusuhan dan memutuskan tali persaudaraan Mencintai terhadap orang yang tua maupun yang muda Tidak boleh mementingkan diri sendiri dan mengabaikan orang lain Mencintai semua Ikhwan satu tarekat seperti mencintai diri sendiri. menjenguk Ikhwan yang sakit Berprasangka baik terhadap sesama ikhwan satu tarekat dan mencari kerelaannya 8. Tidak saling bersaing dalam masalah duniawi 9. Saling membantu dalam berdzikir kepada Allah 10. Saling menolong dalam kasih saying 11. Saling menjaga aib sesama ikhwan 12. Saling berlapang dada terhadap apa yang terjadi pada Ikhwan 13. Mencintai orang yang mencintai ikhwan 14. Memberi pelayanan baik terhadap sesame ikhwan 15. Tidak memberi beban yang berat pada ikhwan.77 b. Bai’at
77
Uwes Fatoni, Pengaruh Perilaku Keagamaan Penganut Tarekat, h. 115-117
lxv
Untuk bergabung menjadi anggota tarekat seseorang haruslah terlebih dahulu mengadakan perjanjian dengan gurunya. Perjanjian tersebut lazim disebut bai’at (pentahbisan, inisiasi), atau ikrar setia. Di kalangan jama’ah tarekat Idrisiyah, perjanjian dikenal dengan sebutan “talqin” dan “Ijazah”.78 Ketika upacara talqin berlangsung, Guru duduk berhadapan-hadapan dengan murid, bersalaman atau meletakan tangannya di atas tangan murid (bila seorang, bila lebih dari seorang, cukup dengan bersalaman saja). Kemudian membaca surat al-Fatihah, istighfar, dzikir dan shalawat, masingmasing satu kali, kemudian secara lisan guru menyampaikan ajaran yang harus menjadi amalan sehari-hari bagi si murid. Apabila yang akan menjadi murid tersebut perempuan maka upacara talqin dilaksanakan oleh isteri Syekh Akbar.79 c. Silsilah Silsilah bagi seorang Syekh atau guru tarekat merupakan syarat terpenting untuk mengajarkan atau memimpin suatu tarekat. Mereka yang akan menggabungkan diri kepada suatu tarekat hendaklah mengetahui sungguh-sungguh nisbah atau hubungan guru-gurunya itu sambungmenyambung satu sama lain sampai kepada Nabi Muhammad.80 Walaupun tarekat ini silsilahnya sampai Rasulullah SAW, namun ia tidak seperti tarekat-tarekat lainnya, dimana setelah Rasulullah selalu
78
Hadiqah al-Riyahin, (Tasikmalaya: Idrisiyyah, 2001) h. 67 Peneliti pernah menghadiri dan memperhatikan salah satu prosesi talqin jama’ah Idrisiyah yang baru di Talqin/di bai’at di Majlis Taklim Al-Idrisiyyah, (Batutulis 15 Juli 2007). 79
80
Abu Bakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat, (Solo: Ramadhan, 1985), Cet. Ke-3, h. 97
lxvi
menghubungkan silsilahnya kepada Ali bin Abi Thalib atau sahabat-sahabat lainnya, tarekat ini menghubungkan silsilahnya dengan Nabi Khidir As.81 Menurut Syekh Akbar, Nabi Khidir As sampai sekarang belum meninggal dan masih suka membimbing murid-murid Tarekat Idrisiyah atau orang lain yang dikehendakinya. Ia suka menampakan diri sebagai manusia biasa dan memberikan bimbingan kepada seseorang yang sedang mengalami kesulitan atau menemuinya apabila sedang fana. Silsilah Tarekat Idrisiyah selengkapnya: 1. Syekh Akbar M. Daud Dahlan 2. Syekh Akbar Muhammad Dahlan 3. Syekh Akbar Abdul Fatah 4. Ahmad Syarif as-Sanusi 5. Muhammad al-Mahdi 6. Muhammad bin ‘Ali as-Sanusi 7. Ahmad bin Idris 8. Abdul Mawahib Abd. Wahab at-Tazi 9. Abdul `Aziz Ibnu Mas`ud ad-Dabbagh 10. Sayyidina khidir As 11. Sayyidina Muhammad Saw. Selain dari silsilah Tarekat, Syekh Akbar M. Daud Dahlan juga memiliki silsilah nasab (keturunan) dari Nabi Muhammad Saw. Silsilah Nabi beliau adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
K.H.M. Daud Dahlan K.H. Muhammad Dahlan K.H. Abdul Fattah H. Syarief Haji Umar Embok Atok Ranang Pangeran Derajat Syarif Hidayatullah 81
Ceramah Syekh Akbar Muhammad Daud Dahlan tanggal 15 Juli 2007 di Majlis Ta’lim Al-Idrisiyah.
lxvii
10. Ali Nur Alim 11. Jamaluddin al-Husein 12. Syekh Jamaluddin 13. Abdullah Kamuddin 14. Abdul Malik 15. Alwi Amir Faqih 16. Muhammad 17. Ubaidillah 18. Ahmad al-Muhajir 19. Isa al-Basri 20. Muhammad Nagib Idris 21. Qasim al-Kamil 22. Ja’far Sadiq 23. Muhammad al-Bakir 24. Zainal Abidin 25. Husein as-Sabti 26. Fatimah az-Zahra Ra 27. Muhammad Saw.82 d. Dzikir dan Wirid Dalam agama Islam setiap orang mukmin diperintahkan untuk berdzikir sebanyak-banyaknya atau bahkan setiap saat wajib berdzikir kepada Allah. Dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 41. Allah berfirman:
ًِQََْةً وَأ2ُ ُPُA4Dًَِا وَﺱOَِیَ ءَاﻡَ"ُا اذْآُُوا ا<َ ذِآًْا آ0َ اC?یَأَی Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Berdzikirlah (dengan menyebut nama Allah), dan berdzikir dengan sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepadanya diwaktu Pagi, siang, dan Malam.” ( AlAhzab : 41-42) Dzikir menurut tuntutan Syariat Islam dan Al-Qur’an menyebut namanya dan mengingat Allah dalam setiap keadaan. Tujuanya adalah untuk menjalani ikatan bathin (kejiwaan) antara hamba dengan Allah (Hablullah), sehingga timbul jiwa muraqqobah (merasa dekat dan diawasi oleh Allah swt). Maka dengan berdzikir iman seseorang menjadi hidup, terjalin rasa kedekatan 82
Syekh Akbar Muhammad Daud Dahlan, Hadiqah ar-Riyahin, (Tasikmalaya, 2001), h.
15
lxviii
dengan Allah. Rasa dekat ini akan menjadi kendali yang paling kuat dan efektif untuk mengendalikan hawa nafsu sehingga tidak terjerumus ke lembah kenistaan.83 Bagi Tarekat Idrisiyah, Dzikir menempati tempat yang paling penting. Seperti halnya setiap Tarekat memiliki ciri tertentu dalam komposisi berdzikir serta methodenya. Adapun proses Berdzikir dengan Dzikir Jahar yang dilakukan Jema’ah Tarekat Idrisiyah ketika Penulis mengikuti pengajian dan kegiatan Berdzikir setelah melaksanakan Sahalat berjamaah di Majlis taklim Al-Idrisiyah adalah sebagai berikut: 1. Sebelum membaca wirid mereka membaca berbagai doa, yaitu diantaranya doa Tawashul yaitu memohon kepada allah dengan perantara guru-guru sesuai dengan silsilah keguruan Tarekat Idrisiyah, kemudian membaca Al-Fatihah 5 x, doa, membaca Ayat Kursi, disambung membaca surat Al-Ikhlas 11 x, al-Falak, Annas. Setelah itu membaca Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu akbar yang masingmasing 33 x. 2. Membaca Istigfar Awsat: “Astagfirullaha al-azhim waatubuilaih” 10x. 3. Membaca Istigfar Shaghir: “Astagfirullaha al-azhim waatubu ilaih” 100x 4. Membaca kalimat dzikir yang paling utama, yaitu: “ La iaha illaallah Muhammadarrosulullah fi kulli lamhatin wa nafasin ‘adadu ma wasi’ahu ‘ilmullah” sebanyak 300 x. Setelah itu disambung dengan membaca Lailahaillallah, Allah. Allah. Allah, allah, allah, allah, hu, hu, hu, hu, yahu, yahu, yahu, Lahua ialhu. Dan jumlah bilanganya tidak di tentukan. Kemudian membaca Sholawat Ummiyah: “Allahumma sholli ala sayyidina muhammadin an-nabiyyial- Ummiyyi wa-ala alihi wa-shahbihi wa-sallam” sebanyak 5 x. dan berbagai doa dan pujian lagi. 5. Membaca Asma-alHusna, disambung doa Asma-alHusna dan doa Ikhtitam.84
83 Simun. Tashawuf dan Perkembanganya dalam Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997. Cet. Ke 2. hal 114. 84 Bacaan ini mengikuti pedoman wirid yang telah di tetapkan oleh Syekh Akbar dalam Buku Hadiqoh ar-riyahin (Tasikmalaya 2001) hal. 90
lxix
Yang di maksud dengan dzikir jahri disini adalah dengan suara keras yang biasanya dilaksanakan di masjid-masjid khusus jama’ah Idrisiyah (biasanya di Masjid al-Fatah) secara berjama’ah seusai shalat shubuh, ashar, maghrib, dan isya dalam keadaan demikian jama’ah duduk melingkar dan dipimpin oleh salah seorang jama’ah atau oleh Syekh Akbar langsung. Mulamulanya duduk untuk membaca al-Qur’an dan Istighfar. Setelah membaca dzikir semuanya Jamaah berdiri. Dan ketika berdiri itulah, seluruh jemaah mengikuti irama berdzikir yang di iringi lantunan sholawat dengan musik sambil menggerakan seluruh anggota tubuhnya, meliuk-liuk seperti penari. Pada keadaan demikian, konsentrasi benar-benar tertuju kepada Allah. Semakin lama, lantunan dzikir semakin keras dan ada sebagian jemaah dzikir yang berguling-guling sambil menjerit histeris seperti orang yang tidak sadarkan diri. Dan dzikir Jahri inilah salah satu ciri khas dzikir yang dilakukan oleh tarekat Idrisiyah yang berbeda dengan dzikir tarekat-tarekat yang lainya. Dan ketika pemimpin dzikir membacakan shalawat, maka semuanya duduk kembali.85 Dzikir dengan jahri ini dimaksudkan untuk melatih murid terbiasa melakukan dzikir yang sesungguhnya (dzikir sirri atau dzikir qalbi) dan merupakan puncak dari segala bentuk dzikir. Adanya suara keras bukan karena tuhan yang disebut-sebut tidak mendengar, melainkan karena justru sesungguhnya hati manusia yang keras, yang tidak mendengar dan menyadari keagungan-Nya. Kerasnya hati manusia itu bisa lebih keras dari batu granat. 85
Penulis Pernah Mengikuti proses Berdzikir yang dilakukan Jemaah Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah (Jakarta 15 Juli 2007)
lxx
Karena itu lafadz dzikir yang dibaca bersama-sama tersebut diharapakan dapat melunakannya dan efek tersebut dirasakan cukup menunjang semangat berdzikir, terutama bagi murid pemula. Adapun dasar melakukan Dzikir Jahar adalah sesuai dengan Firman Allah dalam surat Annisa, ayat :103
: )ا"ء.... ُْ2ِ ُ"ُُدًا وَََ ﺝIُ&ََذْآُُوا ا<َ &َِﻡً و: ََةTَُُْ اSَ& ِذَاRَ: (103 Artinya: “Maka jika engkau telah melakukan sholat, maka berdzikirlah kepada Allah dengan keadaan berdiri, duduk, dan berbaring.” (AnNisa : 103)86 Selain melakukan dzikir jahar yang dilakukan bersama-sama, Pengikut Tarekat Idrisiyah yang telah ditalqin harus melaksanakan kewajiban wirid harian sebagai berikut: 1) Membaca al-Qur’an satu juz satu hari satu malam. Apabila tidak mampu maka boleh diganti dengan surat al-Fatihah 25 x. 2) Membaca istighfar 100 X
ِِْXَIُِْ ا َاKْYَْأَﺱ 3) Membaca 300 X
ِ َ<ُ ُِْ اIٍِ َ'َدَ ﻡَ وَﺱZَKٍََ وَﻥAْ َ 45ُِ آ-: ِ َ 'ٌ رَﺱُْلُ اAُ ا ُ ﻡ9َِاِ<َ ا9 4) Shalawat Ummiyah, 100 X
4 4 اْ^ُﻡ4-ِDََ 'ٍ ﻥAُ'ِﻥَ ﻡ4َ ََ ﺱ4َQ ُCَّا ََِ<ِ وَﺱDْAَQَ وَََ اِ<ِ و5) Dilanjutkan dengan peningkatan taqwa kepada Allah.87
86
. Yayasan Al-Idrisiyah, Mengenal Tharekat Al-Idrisiyah, Sejarah dan Ajaranya, ( Jakarta : Al-Idrisiyah 2003 ) h.45
lxxi
Tambahan lafadz “fi kulli lamhatin wa nafasin ‘adadu ma wasi’ahu ‘ilmullah” (dalam setiap tarikan nafas membilang betapa luasnya ilmu Allah) merupakan ciri khas dzikir tarekat Idrisiyah, yang diterima oleh Ahmad bin Idris langsung dari rohani Nabi Muhammad Saw, yang datang bersamanya dengan Nabi Khidir As. Dzikir ini merupakan formula terbaik mengatasi segala bentuk dzikir lainnya. Di antara fadhilah dzikir “fi kulli lamhatin wa nafasin ‘adadu ma wasi’ahu ‘ilmullah” bagi yang mengamalkannya secara istiqamah adalah: 1) Diberi pahala sebanyak pahala makhluk yang bernafas 2) Dapat menyamai derajat amalan para sahabat periode pertama (as-sabaqun al- awalun) 3) Diberi kekuatan dalam melaksanakan ibadah-ibadah lainnya 4) Dapat membukakan hijab/pintu alam gaib, atau merupakan alat untuk mencapai kasyf (tingkat mukasyafah).88 Pelaksanaan wirid dan dzikir di atas waktunya sangat leluasa. Dalam sehari semalam bisa dengan menyelsaikannya sekaligus ba’da subuh, ba’da ashar, ba’da isya atau tengah malam sekaligus. Bisa juga dengan mencicilnya setiap ba’da salat sedikit demi sedikit. Karena itu cara mengerjakan Dzikir dengan cara khafi biasanya dilakukan manakala murid Idrisiyah setelah melakukan ibadah shalat wajib di masjid umum atau rumah-rumah mereka. Sedangkan dzikir sirr dilaksanakan
87
Bacaan ini mengikuti pedoman wirid yang telah di tetapkan oleh Syekh Akbar dalam Buku Hadiqoh ar-Riyahin (Tasikmalaya 2001) hal. 90. 88 Yayasan Al-Idrisiyah, Mengenal Tharekat Al-Idrisiyah, Sejarah dan Ajaranya, ( Jakarta : Al-Idrisiyah 2003 ) h.45
lxxii
setiap hari pada aktivitas sehari-hari, di tempat kerja mereka, ditengah kemacetan lalu lintas atau lainnya.89 e. Madad Kata madad berasal dari bahasa Arab “madadun” yang berarti pertolongan; bantuan. Kata madud di tarekat Idrisiyah diletakan mendahului nama Syekh Mursyid mereka. Misalnya : “Madad Syekh Akbar” (Syekh Akbar adalah sebutan untuk Syekh mursyid Tarekat Idrisiyah).90 Rangkaian kata tersebut digunakan oleh para murid tarekat pada awal mula melaksanakan suatu pekejaan, seperti akan shalat, bekerja, bepergian. Kalimat tersebut adalah untuk membuat atau menolong mereka dalam mengerjakan pekerjaan yang akan mereka lakukan. Dasar hukum yang mereka gunakan adalah: Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 186:
ِ &َِی@ٌ أُﺝِ@ُ دََْةَ ا'اعِ إِذَا دََن-4ِﻥRَ: -4"َ َدِيDِ َEََ#َوَإِذَا ﺱ َُ'ُون8َُْْ یCَIَ -ِ ْﻡِ"ُاGَُْ و-ِ ُاDِ*َََْْ: Artinya : “Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu, tentang aka, maka (jawablah), bahwasanya aku dekat. Aku mengabulkan permohonan yang mendo’a apabila ia berdo’a kepadaku, maka memohonlah kepadaku-Ku dan berimanlah kepada-Ku agar aku selalu berada dalam kebenaran”. Jika menginginkan sesuatu diwajibkan memohon kepada Allah. Para sufi menganggap tidak semua manusia dapat mencapai Allah. Perantara dipercayakan kepada wali-wali Tarekat untuk menjabatnya. Termasuk K.H.
89 90
Hadiqah al-Riyahin, (Tasikmalaya 2001). h. 20 Yayasan Al-Idrisiyah, Mengenal Thariqat al-Idrisiyah, ( Jakarta : Al-Idrisiyah 2003 )
h. 25
lxxiii
Muhammad Daud Dahlan saat ini menjadi perantara bagi murid-muridnya untuk memohon kepada Allah. “Madad Syekh Akbar” saat ini banyak digunakan oleh murid-murid Tarekat Idrisiyah terutama pada saat-saat murid Tarekat Idrisiyah mendapat kesulitan, dengan keyakinan akan mendapat pertolongan dari guru mereka.
E. Sarana dan Prasarana Majlis Taklim Al-Idrisiyah Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat diperlukan untuk mencapai suatu tujuan, tanpa adanya sarana dan prasarana, maka maksud dan tujuan yang ingin di capai tidak akan terlaksana. Misalnya seperti: sarana fisik masjid untuk beribadah, sarana fisik madrasah untuk lembaga pendidikan adalah
gedung-gedung
atau
suatu
tempat
yang
diperlukan
untuk
penyelenggaraan pendidikan dan penyampaian untuk berdakwah.91 Begitupun dengan majlis taklim al-Idrisiyah itu sendiri yang memiliki sarana dan prasarana yang dapat menunjang dalam pengembangan misi dakwah Islam. Yaitu memiliki Masjid Agung Al-Fattah sebagai tempat atau sarana untuk beribadah dan menuntut ilmu. Sekertariat sebagai tempat untuk konsolidasi para pengurus Yayasan, memiliki TPA dan Madrasah Ibtidaiyyah sebagai sarana pendidikannya. Dan dari segi Ekonomi, Majlis Taklim AIdrisiyyah memiliki tempat-tempat usaha seperti, Qini Market (Warung serba ada), Qini Phone (Telepon umum tunggu), Qini Fresh (Air isi ulang), Qini Art
91
Soegarda Poerbakawatja. Et al, Ensiklopedi Pendidikan, ( Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981), Cet. Ke-2. hal 320-321
lxxiv
(Galeri Seni). Kemajuan ini di tunjang dengan bantuan dari beberapa Bank dan Koperasi yang siap membantu. Majlis taklim Al-Idrisiyah mempunyai beberapa Cabang (Zawiyah) seperti yang berada di Daerah Serpong, Bogor, Cileduk, Bekasi, Tangerang, dan Depok (JABODETABEK). Masing-masing cabang memiliki Masjid dan Majlis Taklim yang bernama Masjid Al-Fattah, karena dinisbatkan dari pendirinya yaitu Syekh Akbar Abdul Fattah.92
92
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Tatang Akhyar MD Wakil Ketua Harian Majlis Taklim Al-Idrisiyah, Jakarta 18 Juli 2007.
lxxv
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Unsur-unsur Dakwah Pada Tarekat Idrisiyah 1. Dai’ ( Syekh Mursyid Tarekat Idrisiyah ) Dai’ adalah orang yang melaksanakan dan menyampaikan dakwah baik secara lisan maupun tulisan dan perbuatan baik secara individu, kelompok, atau berbentuk organisasi atau lembaga.93 Begitu juga dengan tarekat, tarekat Idrisiyah memiliki
dai’ atau
seorang pemimpin yang didikenal dengan gelar ”Syekh Akbar” ( Syekh Mursyid Tarekat Idrisiyah ). Gelar Syekh akbar yang diletakan di depan nama adalah gelar kehormatan yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepada Sultan Auliya pilihan pada zamannya, bukan semata-semata ungkapan pujian atas suatu kelebihan dari murid-murid atau pengikutnya. Tugas dan kewajiban seorang syekh adalah membimbing murid-muridnya atau jemaahnya baik secara lahiriah, maupun bathiniyah.94 Sebagai jalan yang di tempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah, orang yang melakukan tarekat tidak dibenarkan meninggalkan Syariat, bahkan pelaksanaan tarekat merupakan pelaksanaan syariat agama. Oleh karena itu melakukan tarekat tidak bisa sembarangan orang, orang yang bertarekat harus dibimbing oleh guru yang disebut Mursyid (Pembimbing) atau Syekh Akbar, 93
Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Predana Media, 2004), Cet. Ke-1, h. 75
94
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan AlIdrisiyyah, , Jakarta, 19-Maret-2008.
lxxvi
Syekh inilah yang bertanggung jawab terhadap murid-muridnya yang melakukan atau mengikuti tarekat. Ia mengawasi murid-muridnya dalam kehidupan lahiriah serta rohaniah dan dalam pergaulan sehari-hari, bahkan ia menjadi perantara antara murid dengan tuhan dalam beribadah. Karena itu, seorang Syekh haruslah sempurna dalam ilmu Syariat, dan hakekat menurut Al-Qur’an, Sunnah, dan Ijmak. Syekh mursyid adalah pemandu awal dan langsung bagi murid dalam menempuh dalam ruhaninya. Melalui mata rantai spiritual (silsilah)-nya, Syekh akan mengantarkan murid-muridnya menuju bimbingan Rasulullah yang menjadikan utama mereka. Dengan demikian memiliki bimbingan guru secara tak langsung atau hakikinya adalah memiliki hubungan ruhani dengan Nabi Muhammad Saw. Seorang guru mursyid (Syekh) harus merupakan soerang yang memiliki sifat irsyad.95 Ia harus memiliki ilmu syariat dan haqikat secara lengkap. Pemikiran dan tutur kata serta prilakunya dalam banyak hal harus mencerminkan akhlak yang terpuji.96 Adapun kedudukan dan fungsi seorang Syekh Mursyid adalah sebagai berikut: a. Seorang syekh merupakan syarat yang tidak boleh tiada bagi murid tarekat. Menurut Al-Ghazali, yang tidak mempunyai seorang Syekh sebagai penuntun jalanya, maka syetan akan menjadi syekhnya/gurunya.
95
Said Hawwa, Jalan Rohani. (Bandung: Mizan 1998), h. 236
96
Ahmad Purwadaksi, “Tarekat dan Masa depan” dalam Rekontruksi dan Renungan Religius Islam, (Jakarta : Paramadina, 1996) h. 305
lxxvii
b. Seorang Syekh merupakan jalan pintas dalam mencapai tujuan, Syekh mempersingkat jalan bagi murid-muridnya untuk menguasai ilmu dan penyempurnaan jiwa,. c. Seorang Syekh menyelamatkan murid-murid dari kesalah pahaman, yang timbul dari kecenderungan pribadi mereka dalam menapaki pendakian Rohani. d. Seorang Syekh, melalui majlisnya memberikan keteladanan moral dan spiritual serta merambatkan ilmunya kedalam hati. Bagi murid yang mengikuti majlis taklim, tentu akan menghasilkan banyak kemaslahatan, baik dalam hal Duniawi, maupun Ukhrowi. e. Dengan mengikuti pendidikan dari ahlinya tertentu murid akan menemukan metode yang mudah untuk menguasai ilmu sesuai dengan potensi dan kecenderungan-kecenderungan pribadi.97 Sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya yang besar, Seorang mursyid dituntut untuk memiliki persyaratan sebagai berikut: 1.
2.
3.
4.
5. 6. 7. 8.
Selain menguasai ilmu-ilmu lahir (Fiqih, hadits, kalam, dan seterusnya) dan Ilmu bathin (Tashawuf) juga harus menunjukan kesalahan pribadinya. Seorang Syekh mestilah seorang yang “ahli amal”. Telah mengalami dan melaksanakan perjalanan rohani dari awal sampai akhir, kemudian kembali lagi dari awal agar bisa berfungsi sebagaimana pemandu jalan bagi muridnya. Dapat mengetahui langsung bakat dan potensi yang berbeda-beda dari para murid serta perkembangan yang berlagsung dalam perjalanan muridnya. Pandai menyimpan rahasia para murid yang berkenaan dengan urusan duniawi maupun pengalaman-pengalaman spiritual yang ditemuinya selama menjalankan pendidikan. Tidak menyuruh murid-muridnya, kecuali terhadap sesuatu yang layak dikerjakan. Memberikan petunjuk untuk memperbaiki keadaan murid-muridnya. Mengetahui dengan baik sifat-sifat hati, penyakit-penyakit serta cara penyembuhanya. Memiliki sifat bijaksana, lapang dada, ikhlas dan santun terhadap sesame muslim, terutama murid-muridnya.98
97 Salim B. Pili, Tarekat Idrisiyah”Sejarah dan Ajaranya” (Tesis) (Yogyakarta: IAIN Sunan kalijaga 1998) h. 34-35 98
Ibid, h. 36
lxxviii
2. Mad’u ( Jemaah Tarekat Idrisiyah ) Mad’u adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia yang menerima dakwah, baik secara individu, maupun secara kelompok, baik manusia yang beragama Islam, maupun Non-Islam.99 Begitu pula dalam tarekat, mad’u dalam tarekat Idrisiyah di sebut murid atau Jemaah tarekat. Sebelum murid memutuskan untuk berbai’at kepada seorang guru mursyid, ia terlebih dahulu memiliki ilmu yang meyakinkan atau yang disebut “ilmu yakin” bahwa kepada siapa ia hendak berhidmat
adalah
benar-benar
seorang
mursyid
yang
mampuh
membimbingnya mencapai tujuan.100 Ketentuan-ketentuan dasar dan umum bagi murid terhadap guru mursyidnya adalah sebagai berikut: 1) Setelah resmi menjadi murid, murid harus menyerahkan dirinya kepada guru secara total tanpa syarat apapun terhadap guru, ia mesti berlaku laksana mayit ditangan pemandinya agar sang guru dapat membuat kelahiran rohani kembali dalam tingkatan yang lebih sempurna dan langgeng. 2) Tidak boleh berguru kepada syekh lain dan tidak meninggalkanya sebelum mata hatinya terbuka. 3) Hendaklah murid senantiasa mengikat syekh, terutama ketika hendak melaksanakan amalan (wiridan dan dzikir). 4) Murid hendaknya selalu berbaik sangka (husnudzan) terhadap syekhnya. 5) Tidak boleh memberi apalagi menjual hadiah dari guru kepada orang lain.101
99
Aziz, Ilmu Dakwah. h. 90
100
Sayyid Hussein Nashr, Tashawuf dulu dan Kini, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2002), h.
101
Salim B. Pili, Tarekat Idrisiyah”Sejarah dan Ajaranya”, h. 37-39
68
lxxix
Adapun adab atau akhlak murid/jemaah tarekat terhadap Syekh mursyid (Syekh Akbar) antara lain: 18. Menghormati dan meng-agungkan Syekh Akbar baik lahir maupun batin. 19. Tidak boleh menentang Syekh Akbar 20. Mendahulukan Syekh Akbar daripada yang lain. 21. Tidak boleh banyak bicara pada Syekh Akbar 22. Tidak boleh menduduki sajadah atau tempat yang disediakan untuk Syekh Akbar. 23. Tidak boleh mengabaikan perintah Syekh Akbar. 24. Tidak boleh bepergian, menikah, dan melakukan perbuatan-perbuatan kecuali atas izin Syekh Akbar. 25. Tidak boleh mengganggu kesibukan Syekh Akbar. 26. Tidak boleh menceritakan satu kebaikan dihadapan lawan yang memusuhi Syekh Akbar. 27. Menjaga hubungan baik dengan Syekh Akbar baik pada waktu hadir maupun ghaib 28. Tidak boleh berdekatan terus dengan orang yang membenci syekh Akbar. 29. Selalu mengingat (rabithah) Syekh Akbar di dalam hati dalam keadaan apa saja barokahnya akan menyebar 30. Yakin bahwa semua barokah itu bisa dihasilkan melalui perantara Syekh Akbar. 31. Tidak boleh mengunjungi Syekh Akbar kecuali dalam keadaan suci. 32. Tidak boleh melakukan Kholwat kecuali atas izin Syekh Akbar 33. Bersikap baik sangka terhadap keadaan semua Syekh Akbar 34. Tidak boleh memberi beban apapun kepada Syekh Akbar.102 Adapun mengenai jemaah majlis taklim Al-Idrisiyah, menurut Ustd. Lukmana murid atau Jemaah Tarekat Idrisiyah yang mencakup wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (JABODETABEK) yang mengikuti dan menghadiri pengajian di majlis taklim Al-Idrisiyah ini berjumlah 1000 orang lebih, Data tersebut berdasarkan data ketika pelaksanaan kegiatan-kegiatan atau iven-iven besar yang diadakan di majlis taklim ini seperti perayaan maulid nabi, isra’ mi’raj, dan hari-hari besar Islam 102
Uwes Fatoni, “Pengaruh Perilaku Keagamaan Penganut Tarekat Terhadap Interaksi Sosialnya Dengan Masyarakat” (Studi Tarekat Idrisiyah di Pagendingan Tasikmalaya), (Tesis) (Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati 2005), h. 115-116
lxxx
lainya.103 Namun ketika pengajian rutin yang diadakan di majlis taklim yang diadakan pada malam jum’at dan hari Minggu yang kebetulan jadwal Syekh Akbar ceramah di Jakarta, jumlah jemaah yang hadir dalam pengajian tersebut sekitar 400 orang. Dan apabila pengajian tersebut bukan jadwal Syekh Akbar yang memberikan ceramah karena Syekh Akbar mengisi pengajian yang di Tasikmalaya, maka murid atau Jamaah yang hadir dalam pengajian tersebut sekitar 200 orang.104 Maka dapat disimpulkan apabila pengajian di Majlis Taklim A-Idrisiyah ini di hadiri dan di isi oleh Syekh Akbar, maka murid atau jemaah yang hadir akan banyak. dan apabila pengajian bukan jadwal Syekh Akbar yang mengisi ceramah, maka jemaah yang hadir berkurang. Dan untuk jumlah Jemaah Laki-laki di Majlis Taklim Al-Idrisiyah ini berjumlah sekitar 550 Orang atau sekitar 55% dari jumlah keseluruhan. Dan untuk jumlah Jemaah Perempuan sekitar 450 Orang atau sekitar 45%.105 Adapun klasifikasi jemaah Majlis Taklim Al-Idrisiyah dapat di bagi menjadi dua bagian, dapat di lihat dari segi pendidikan dan dari segi ekonomi. 1. Klasifikasi jemaah majlis taklim al-Idrisiyah dari segi pendidikan. Jemaah majlis taklim al-idrisiyah yang berpendidikan S1 sampai dengan S3 sekitar 20%, yang berpendidikan SMU sekitar 60%, dan 20%
103
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan AlIdrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008. 104
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan AlIdrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008. 105
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan AlIdrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008.
lxxxi
berpendidikan SMU ke bawah. Jadi dapat disimpulkan, mayoritas daripada Jemaah Majlis Taklim Al-Idrisiyah adalah berpendidikan SMU. 2. Klasifikasi Jemaah Majlis Taklim Al-Idrisiyah dari segi Ekonomi. Sekitar Tahun 1950 sampi tahun 2000 mayoritas jemaah majlis taklim al-Idrsiyah 80% adalah berprofesi sebagai wiraswasta, pedagang kecil, buruh, tukang kredit (Menengah ke bawah). Dan 20% adalah yang berprofesi sebagai Karyawan, Pengusaha, dan Guru (Menengah ke atas). Adapun dari tahun 2000 sampai sekarang ada peningkatan yang cukup signifikan dari segi ekonomi di kalangan jamaah majlis taklim sekitar 60% dari kalangan menengah, dan 40% dari kalangan menengah ke bawah.106 3. Materi Dakwah Materi Dakwah tarekat Idrisiyah yang disampaikan oleh Syekh Akbar yang menjadi aekon (utama) dalam pengajian di Majlis Taklim Al-Idrisiyah antara lain: 1. Materi Birokrasi Ilahiyyah (Kesadaran akan adanya seorang pemimpin dalam Islam) 2. Materi tentang bagaimana menyikapi tentang berbagai persoalan yang terjadi di tengah-tengah kehidupan ummat, baik itu ummat Muslim maupun non muslim. Baik mengenai permasalahan-permasalahan yang aktual dan faktual yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
106
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan AlIdrisiyyah, , Jakarta, 19-Maret-2008.
lxxxii
3. Mengusung ide-ide dinul Islam. Tidak diperuntukan hanya untuk ummat Islam aja, akan tetapi diluar islam juga, karena agama islam itu sifatnya adalah”Kaafa linnas”.107 Selain Syekh Akbar yang memberikan materi dakwah di majlis taklim ini, ada ustad/ajengan yang di utus oleh Syekh Akbar untuk memberikan ceramah di majlis taklim ini. Materi yang disampaikan oleh ustad/ajengan yaitu megembangkan materi-materi yang Syekh Akbar sampaikan melalui disiplin Ilmu yang mereka kuasai, seperti melalui pendekatan Ilmu tasawuf, fiqih, tauhid, akhlak dan sebagainya. Dan masing-masing ustad/ajengan memiliki ciri khas tersendiri dalam penyampaian dakwahnya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dari pada jamaah dan murid-murid tarekat Idrisiyah. Materi-materi dakwah yang disampaikan
di majlis taklim ini
keseluruhannya mencakup tentang keislaman, dan di majlis taklim ini juga membahas tentang Ekonomi keislaman dan Ekonomi kerakyatan. Karena kenapa, supaya para jemaah atau murid dalam menyikapai kehidupan di dunia ini supaya menjadi orang atau ummat yang berada tangan yang di atas (orang Dermawan/orang yang banyak Sedekah) dari pada menjadi Ummat yang berada tangan yang di bawah (pengemis). Dan untuk materi-materi baik yang disampaikan oleh Syekh Akbar maupun oleh ustad dalam pengajian di majlis taklim ini tidak tersusun atau terjadwal di setiap pengajianya. Akan tetapi, materi-materi yang disampaikan 107
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan AlIdrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008.
lxxxiii
di Majlis taklim ini berdasarkan kebutuhan dan perkembangan dari pada kehidupan Masyarakat dan para jamaah Tarekat Idrisiyah itu sendiri.108 4. Metode Dakwah Adapun metode dakwah tarekat Idrisiyah yang dilakukan di majlis taklim al-Idrisiyah adalah sebagai berikut: a. Metode Ceramah Metode ceramah sangat sesuai dengan model penyampaian informasi/pesan dakwah yang bersifat pengetahuan yang sifatnya memberikan Ilmu agama secara dokrin. 109 Metode ceramah ini cara penyampaian materi dakwah dalam bentuk uraian dan penjelasan secara lisan oleh da’i kepada mad’unya. Dengan metode ceramah ini, da’i memberikan penjelasan tentang materi dakwah yang sedang di bahas, sedangkan jema’ah duduk, melihat, mendengarkan dan menyimak apa-apa yang disampaikan oleh da’i. Metode ceramah ini yang paling sering digunakan Syekh Akbar atau ustad dalam menyampaikan materi dakwah di majlis taklim alidrisiyah. Metode ceramah yang di aplikasikan di majlis taklim alIdrisiyah ini bersifat edukatif yang menitik beratkan kepada arahanarahan, ajaran-ajaran dan nasehat yang baik, sehingga mudah di pahami dan di mengerti oleh para jemaah. 108
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan AlIdrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008. 109
M. Bakhri Ghazali, Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. Ke-1, h. 24
lxxxiv
b. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab lebih akurat apabila digunakan sebagai pendalaman materi dalam kegiatan pengajian. Dalam kegiatan sedikimian rupa terjalin hubungan yang mantap antara da’i dengan mad’unya, yang utama sekali adalah masalah pemahaman ajaran agama secara lengkap.110 Dalam metode ini mad’u bertanya tentang sesuatu masalah yang dirasa belum dimengerti ketika da’i menjelaskan materi, dan menjawab atas pertanyaan mad’u adalah da’i yang menyampaikan materi tersebut. Metode tanya jawab ini diaplikasikan untuk melayani kebutuhan jemaah atau mad’u dan menjelaskan tentang hal-hal yang berkenaan dengan materi yang sedang di bahas, juga untuk mengurangi kesalahpahaman jamaah.111 Dai’ dalam menyampaikan materi dengan metode tanya jawab di selingi dengan metode ceramah, agar mudah dipahami dan dimengerti oleh jemaah. Adapun metode tanya jawab yang di gunakan di Majlis Taklim Al-Idrisiyah hanya dilakukan ketika ceramah yang disampaikan oleh ustad atau ajengan saja, akan tetapi ketika ceramah yang di sampaikan oleh Syekh Akbar maka mad’u atau para jamaah tidak diperkenankan untuk bertanya, dengan alasan dikhawatirkan banyak dari pada jemaah atau madu’ yang banyak bertanya dan mengakibatkan tidak akan
110
111
Ibid, h. 24 Asmuni Sy ukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
124
lxxxv
fokusnya terhadap pembahasan yang disampaikan oleh Syekh Akbar.112 Dan apabila ada dari sebagian jemaah atau madu’ yang kurang mengerti atau kurang faham dari ceramah yang disampaikan oleh Syekh Akbar, maka jemaah/madu’ tersebut bisa mempertanyakan melalui pengurus atau ustad yang di percayakan oleh Syekh Akbar. Dan
apabila
pertanyaan
tersebut
tidak
bisa
terjawab
oleh
ustad/pengurus, maka pengurus tersebut akan menyampaikan kepada Syekh Akbar. Dan Syekh akbar akan menyampaikan permasalahan atau pertanyaan-pertanyaan yang belum bisa terjawab tersebut bukan diwaktu pengajian berlangsung, akan tetapi disampaikan di waktu khusus di luar pengajian yang disediakan untuk jemaah yang ingin menanyakan tentang permasalahan-permasalahan yang tidak bisa dipahami dan diperselisihkan.113 c. Metode Mudzakaroh (Diskusi) Diskusi yang dimaksud di sini yaitu metode di dalam mempelajari atau menyampaikan bahan-bahan materi dengan cara mendiskusikanya. Metode ini hanya digunakan antara jema’ah dengan jema’ah atau murid dengan murid tarekat Idrisiyah yang membahas tentang masalah-masalah keilmuan atau kehidupan.
112
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan AlIdrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008. 113
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan AlIdrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008.
lxxxvi
d. Metode mengajak untuk Beramal Maksud dari metode ini adalah Para Pengurus dan Syekh Akbar mengajak dan menganjurkan kepada Murid-murid dan Para Jama’ah untuk
berlomba-lomba
memperbanyak
beramal,
dengan
cara
menyisihkan sebagian hartanya untuk di jalan allah. Dan pengurus Majlis Taklim menyediakan medianya seperti Lembaga ZIS (Zakat, Infaq dan Sedekah), dan GAWAT (Gerakan Wakaf Tunai).114 5. Media Dakwah Media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.115 Pengertian media adalah sarana yang dapat dipergunakan oleh komunikator sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, apabila si komunikan jauh tempatnya, banyak jumlahnya, atau kedua-duanya. 116 Begitu juga dalam tarekat Idrisiyah, untuk menyampaikan misi dakwah tarekat ada beberapa media atau tempat yang dapat digunakan, diantaranya adalah:
114
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan AlIdrisiyyah, , Jakarta, 19-Maret-2008. 115
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya, 1983), h. 163
116
Onang Ujana Efendi, Kamus Komunikasi, (Bandung : CV. Mandiri Maju, 1989),
h.220.
lxxxvii
1) Melalui Mading (majalah dinding). Mading tersebut bertempat di depan Majlis Taklim Al-Idrisiyah, berfungsi untuk memberikan informasi kepada Para Jamaah dan simpatisan. 2) Melalui buku-buku yang di buat dan di cetak oleh pengurus Yayasan tarekat al-Idrisiyah. 3) Mengirimkan beberapa artikel-artikel ke beberapa wartawan media, baik majalah, koran, ataupun surat kabar. 4) Melalui website resmi tarekat Idrisiyah (www.al-idrisiyyah.com), ataupun melalui relasi e_mail berbagai jemaah yang berada di wilayah Jabodetabek maupun di luar dari jemaah tarekat Idrisiyah. 117
B. Aktivitas Dakwah Tarekat Idrisiyah Di Majlis Taklim Al-Idrisiyah. Dakwah Islam yang dilakukan melalui ajaran tarekat identik dengan sebuah majlis taklim, namun tidak semua majlis taklim dapat dikatakan sebagai pusat penyebaran dakwah Islam melalui tarekat. Walaupun demikian, tarekat dan majlis taklim selalu mengemban misi yang sama, yakni menyebarkan, mengembangkan dan melestarikan tradisi Islam dijaman Rasulullah saw, hanya saja dalam tarekat lebih menekankan pada sebuah aturan-aturan yang dikemas melalui sistem tertentu yang harus dipatuhi serta dilaksanakan oleh pengikutnya sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh guru tarekat (Syekh mursyidnya).
117
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan AlIdrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008.
lxxxviii
Adapun aktivitas dakwah melalui pengamalan serta ajaran yang dilakukan tarekat Idrisiyah di majlis taklim al-Idrisiyyah adalah sebagai berikut: 1) Mengadakan pengajian mingguan rutin yang dilaksanakan pada malam jum’at dan hari minggu. Adapun yang mengikuti dan menghadiri pengajian tersebut bukan hanya para murid dari jemaah tarekat saja, melainkan dari warga sekitar yang simpati dan tertarik untuk mengikuti pengajian tersebut. Dan waktu pelaksanaan pengajiannya yaitu pada malam jum’at dilaksanakan pada pukul 19.30 (ba’da isya)-sampai pukul 11.30, sedangkan pelaksanaan Pengajian pada hari Minggu dilaksanakan dari pukul 09.00-sampai 02.00 siang.118 Adapun ritual acara dalam pengajian di Majlis taklim Al-Idrisiyah ini adalah sebagi berikut: 1. Bertawashul atau hadiyyah kepada Nabi muhammad saw, keluarga nabi, para sahabat, guru-guru mursyid terdahulu, kebaikan dan kesehatan Syekh akbar dan jemaah tarekat Idrisiyyah. 2. Dilanjut dengan ceramah atau siraman rohani yang disampaikan oleh Syekh Akbar. 3. Setelah ceramah Syekh akbar selesai, dilanjut dengan berdzikir bersama yang dipimpin langsung oleh Syekh Akbar atau oleh ajengan atau ustad yang ditunjuk langsung oleh Syek Akbar untuk memimpin dzikir tersebut. 118
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan AlIdrisiyyah, , Jakarta, 19-Maret-2008.
lxxxix
Adapun proses dzikir yang berlangsung di majlis taklim ini ketika Penulis mengikuti pengajian di majlis taklim ini adalah sebagai berikut: a. Sebelum membaca wirid mereka membaca berbagai doa, yaitu diantaranya doa Tawashul yaitu memohon kepada Allah dengan perantara guru-guru sesuai dengan silsilah keguruan Tarekat Idrisiyah, kemudian membaca Al-Fatihah 5 x, doa, membaca Ayat Kursi, disambung membaca surat Al-Ikhlas 11 x, al-falak, Annas. Setelah itu membaca Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu akbar yang masing-masing 33 x. b. Membaca istigfar Awsat: “Astagfirullaha al-azhim wa atubuilaih” 10x. c. Membaca Istigfar Shaghir: “astagfirullaha al-azhim waatubu ilaih” 100x d. Membaca kalimat dzikir yang paling utama, yaitu: “La iaha illaallah Muhammadarrosulullah fi kulli lamhatin wa nafasin ‘adadu ma wasi’ahu ‘ilmullah” sebanyak 300 x. Setelah itu disambung dengan membaca Lailahaillallah, Allah. Allah. Allah, allah, allah, allah, hu, hu, hu, hu, yahu, yahu, yahu, Lahua ialhu. Dan jumlah bilanganya tidak di tentukan. Kemudian membaca Sholawat Ummiyah: Allahumma sholli ala sayyidina muhammadin an-nabiyyial- Ummiyyi wa-ala alihi wa-shahbihi wa-sallam” sebanyak 5 x. dan berbagai doa dan pujian lagi.
xc
e. Membaca Asma-alHusna, disambung doa Asma-alHusna dan doa Ikhtitam.119 4. Setelah acara dzikir selesai, dilanjut dengan shalat dzuhur berjamaah. 5. Sebelum acara pengajian selesai, para jemaah bermushafahah (Bersalam-salaman) dengan Syekh Akbar sambil mencium tangan, kening dan ada juga sebagian Murid yang mencium kaki Syekh Mursyidnya. Dengan maksud meminta berkah dan keshalehan dari Syekh Mursyidnya (Syekh Akbar). 2) Mengistikomahkan (rutinitas) berdzikir berjamaah di masjid Al-Fattah setelah melakukan sholat wajib setiap ba’da magrib sampai isya, dan Ba’da Subuh sampai Sholat sunnah Isyrok. 3) Selain dakwah internal yang dilakukan tarekat Idrisiyah, juga dilakukan secara personal yaitu mengajak teman-teman atau rekan kerja daripada murid-murid tarekat Idrisiyah untuk mengikuti dan mengetahui bagaimana sebenarnya ajaran Tarekat Idrisiyyah. Dan pada akhirnya banyak dari mereka yang tertarik dan masuk menjadi Murid Tarekat Idrisiyah. 4) Mengadakan acara tabligh dan dzikir akbar setiap peringatan hari-hari besar Islam, seperti peringatan muharram, isra mi’raj, dan maulid nabi yang dihadiri oleh murid jemaah tarekat dari wilayah/zawiyah-zawiyah yang ada di Jabodetabek dan masyarakat sekitar majlis taklim. 5) Mengadakan tadabbur alam (safari dakwah) ke tempat-tempat rekreasi atau alam bebas seperti pantai pangandaran, pantai carita sukabumi, dan 119
Penulis pernah menghadiri dan mengikuti proses berdzikir di Majlis Taklim AIdrisiyah (Batu tulis, 20 Maret-2008).
xci
pantai pulau seribu Jakarta, dengan mengadakan kegiatan Tabligh dan Dzikir Akbar yang di ikuti oleh para jamaah tarekat dari berbagai wilayah (Zawiyah), bukan hanya dari zawiyah Jabodetabek saja, akan tetapi dari berbagai zawiyah yang tersebar di Pulau Jawa. 6) Memberikan konsultasi agama dengan melayani masyarakat atau jamaah tarekat itu sendiri yang ingin mengkonsultasikan masalahnya terutama halhal yang bersifat spiritual.120
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah. Dalam melakukan sebuah kegiatan, baik yang menyangkut dengan persoalan keagamaan maupun sosial kemasyarakatan, tentunya tidak terlepas dari dua faktor yang saling bertentangan, yaitu faktor pendukung dan faktor penghambat. Seiring kegiatan dimaksud berlangsung, diantaranya adalah: 1. Faktor Pendukung. a) Ajaran tarekat Idrisiyah bersifat Logis, sesuai dengan Nalar. Dan ajaranya bisa diterima oleh setiap kalangan, baik dari kalangan bawah, menengah, sampai kalangan atas. b) Respon yang baik dari masyarakat setempat dalam memberikan dukunganya berupa moril maupun materil dalam setiap kegiatan yang dilakukan Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyyah.
120
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan AlIdrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008.
xcii
c) Ajaran Tarekat Idrisiyah tidak menafikan (Meninggalkan) kegiatan dan aktivitas Duniawi,
yang kebanyakan
orang beranggapan
bahwasanya ajaran tarekat akan melupakan urusan dunia dan Ortodok. Akan tetapi di tarekat Idrisiyah beranggapan urusan dunia penting untuk bekal nanti ke akherat. Akan tetapi orang tersebut harus bisa mempertanggung jawabkan apa yang dihadapi dan dilakuknya, sehingga banyak orang yang tertarik untuk masuk Tarekat Idrisiyah. d) Tarekat Idrisiyah mendapatkan dukungan Strategis dan dikenal baik oleh Tokoh-tokoh masyarakat sekitar dan Aparat Pemerintahan. Bahkan dari mereka ada yang menjadi murid Tarekat Idrisiyyah. e) Tarekat Idrisiyyah Memiliki Cabang atau Jawiyah-jawiyah di berbagai daerah sebagai syiar Dakwah ajaran Tarekat. f)
Tarekat Idrisiyah memiliki Sarana Pendidikan baik itu sekolah, madrasah, dan Pondok pesantren yang berada di Tasikmalaya. Dan ini salah satu Faktor pendukung Dakwah Tarekat.
g) Ada Donatur dari para Jamaah dan simpatisan yang selalu membantu dalam setiap melakukan kegiatan Dakwah Tarekat.121 2. Faktor Penghambat: a) Jauhnya jarak rumah para jama’ah dengan Majlis Taklim sehingga sedikit menyulitkan para Jamaah untuk berkonsulidasi Dakwah Idrisiyyah di Majlis taklim.
121
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan AlIdrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008.
xciii
b) Faktor belum meratanya ekonomi di kalangan Jemaah Tarekat Idrisiyyah, sehingga ketika ada kegiatan atau Syiar Dakwah Tarekat banyak para jemaah yang tidak bisa ikut dikarenakan keterbatasan ekonomi mereka. c) Ada Sebagian masyarakat di sekitar lingkungan majlis taklim yang kurang empati dan menjaga jarak terhadap kegiatan tarekat, sehingga mereka enggan untuk ingin tau dan bergaul dengan sekitar. d) Kurangnya SDM (Sumber daya Manusia) yang berkualitas di Majlis taklim ini, dikarenakan banyak Murid yang berkualitas tersebar di berbagai daerah atau Zawiyah-zawiyah. e) Karena dilingkungan Majlis Taklim masih banyak dikuasai oleh orangorang Cina dan Non-Muslim, sehingga ajaran tarekat tidak bisa masuk kepada mereka.122
122
Wawancara Pribadi dengan Ustd. Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan AlIdrisiyyah, Jakarta, 19-Maret-2008.
xciv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas, sebagai upaya dari hasil pembahasan dalam penulisan skripsi ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Unsur-unsur dakwah pada tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah: a. Dai’ (Syekh Mursyid Tarekat Idrisiyah). Peminpin dalam Tarekat Idrisiyah didikenal dengan gelar ”Syekh Akbar”, Tugas dan kewajiban seorang syekh adalah membimbing murid-muridnya atau jemaahnya baik secara lahiriah, maupun bathiniyah. b. Mad’u (Jemaah Tarekat Idrisiyah). Mad’u dalam tarekat Idrisiyah di sebut murid atau Jemaah tarekat, jemaah majlis taklim Al-Idrisiyah yang mencakup wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (JABODETABEK) yang mengikuti dan menghadiri pengajian di majlis taklim Al-Idrisiyah ini berjumlah 1000 orang lebih, data tersebut berdasarkan data ketika pelaksanaan kegiatan-kegiatan atau iven-iven besar yang diadakan di majlis taklim ini seperti perayaan Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, dan hari-hari besar Islam lainnya. c. Materi dakwah, materi dakwah tarekat Idrisiyah yang disampaikan oleh Syekh Akbar yang menjadi aekon (utama) dalam pengajian di Majlis Taklim Al-Idrisiyah antara lain: 1. Materi Birokrasi Ilahiyyah (Kesadaran akan adanya seorang pemimpin dalam Islam). 2. Materi
xcv
tentang bagaimana menyikapi tentang berbagai persoalan yang terjadi di tengah-tengah kehidupan ummat, baik itu ummat Muslim maupun non muslim. Baik mengenai permasalahan-permasalahan yang aktual dan faktual yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. 3. Mengusung ide-ide dinul Islam. Tidak diperuntukan hanya untuk ummat Islam aja, akan tetapi di luar Islam juga, karena agama Islam itu sifatnya adalah”Kaafa linnas”. d. Metode Dakwah yang di gunakan tarekat Idrisiyah yang dilakukan di majlis taklim al-Idrisiyah adalah sebagai berikut: a. Metode Ceramah. b. Metode Tanya Jawab. c. Metode Mudzakaroh (Diskusi), d. Metode mengajak untuk ber’amal. e. Media Dakwah. Media Dakwah yang dapat digunakan tarekat Idrisiyah, untuk menyampaikan misi dakwah tarekat Aantara lain: a. Melalui Mading (majalah dinding). b.Melalui buku-buku yang di buat dan di cetak oleh pengurus Yayasan tarekat al-Idrisiyah. c. Mengirimkan beberapa artikel-artikel ke beberapa wartawan media, baik majalah, koran, ataupun surat kabar. d. Melalui website resmi tarekat Idrisiyah (www.al-idrisiyyah.com), ataupun melalui relasi e_mail berbagai jemaah yang berada di wilayah Jabodetabek maupun di luar dari jemaah tarekat Idrisiyah. 2. Aktivitas-aktivitas Dakwah melalui pengamalan serta ajaran yang dilakukan Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyyah adalah sebagai berikut: Mengadakan Pengajian mingguan rutin yang dilaksanakan pada
xcvi
malam Jum’at dan hari Minggu. Mengistikomahkan berdzikir berjamaah di Masjid Al-Fattah setelah melakukan sholat wajib setiap ba’da Magrib sampai Isya, dan Ba’da Subuh sampai Sholat sunnah Isyrok. Mengadakan acara Tabligh dan Dzikir Akbar setiap peringatan Hari-hari besar Islam, seperti peringatan Muharram, Isra Mi’raj, dan Maulid Nabi. Mengadakan Tadabbur alam (Safari Dakwah) ke tempat-tempat Rekreasi atau alam bebas seperti pantai Pangandaran, pantai Carita Sukabumi, dan pantai Pulau seribu Jakarta, dengan mengadakan kegiatan Tabligh dan Dzikir Akbar yang di ikuti oleh para jamaah tarekat Idrisiyah dari berbagai Zawiyah. Dan memberikan konsultasi agama dengan melayani masyarakat atau jemaah tarekat itu sendiri yang ingin mengkonsultasikan masalahnya terutama hal-hal yang bersifat spiritual. Dakwah melalui Aktivitas dan Ajaran-ajaran dalam tarekat ini merupakan langkah dalam dakwah Islam untuk membina menuntun dan membimbing seluruh jemaah dan pengikutnya kepada jalan yang lurus. Sesuai dengan Motto Tarekat Idrisiyah itu sendiri yaitu “Membimbing ke jalan yang lurus” 3. Adapun faktor pendukung dan Penghambat dalam kegiatan dakwah melalui Tarekat Idrisiyah di Majlis taklim Al-Idrisiyah adalah sebagai berikut: Ajaran Tarekat Idrisiyah bersifat logis, sesuai dengan nalar, dan ajarannya bisa diterima oleh setiap kalangan, baik dari kalangan bawah, menengah, sampai kalangan atas. Respon yang baik dari masyarakat setempat dalam memberikan dukunganya berupa moril maupun materil dalam setiap kegiatan yang dilakukan Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyyah. Ajaran Tarekat Idrisiyah tidak menafikan (Meninggalkan)
xcvii
kegiatan dan aktivitas duniawi yang kebanyakan orang beranggapan bahwa ajaran tarekat akan melupakan urusan dunia dan ortodok, akan tetapi di tarekat Idrisiyah beranggapan bahwa urusan dunia penting untuk bekal
menuju
akherat,
akan
tetapi
orang
tersebut
harus
bisa
mempertanggung jawabkan apa yang dihadapi dan dilakukannya, sehingga banyak orang yang tertarik untuk masuk Tarekat Idrisiyah. Tarekat Idrisiyah mendapatkan dukungan strategis dan dikenal baik oleh tokohtokoh masyarakat sekitar dan Aparat Pemerintahan, bahkan dari mereka ada yang menjadi murid Tarekat Idrisiyyah. Tarekat Idrisiyah memiliki sarana pendidikan baik itu sekolah, madrasah, dan pondok pesantren yang berada di Tasikmalaya. Dan ini salah satu faktor pendukung Dakwah Tarekat. Adapun faktor penghambatnya: Belum meratanya ekonomi di kalangan Jemaah Tarekat Idrisiyyah, sehingga ketika ada kegiatan atau Syiar Dakwah Tarekat banyak para jemaah yang tidak bisa ikut dikarenakan keterbatasan ekonomi, Sebagian masyarakat di sekitar lingkungan majlis taklim yang kurang empati dan menjaga jarak terhadap kegiatan tarekat, sehingga mereka enggan untuk ingin tau dan bergaul dengan sekitar, Kurangnya SDM yang berkualitas di Majlis taklim ini, dikarenakan banyak murid yang berkualitas tersebar di berbagai daerah atau Zawiyah-zawiyah, Dilingkungan Majlis Taklim masih banyak dikuasai oleh orang-orang Cina dan Non-Muslim, karena letak Majlis taklim berada di tengah-tengah kota sehingga ajaran tarekat tidak bisa masuk kepada mereka.
xcviii
4. Antara dakwah, tarekat, dan Majlis taklim mempunyai peranan yang sangat penting untuk melanjutkan risalah Nabi Muhammad saw. Dari unsur dimaksud di atas adalah satu paket saran dan sumber yang saling berkaitan dalam melestarikan serta mengembangkan nilai-nilai ajaran serta syi’ar Islam.
B. Saran-saran Tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada para dai’ dan ulama khususnya kepada Pimpinan Tarekat Idrisiyah dan Pengurus Majlis Taklim Al-Idrisiyah, penulis ingin menyampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Kepada seluruh ulama-ulama tarekat, lebih khusus tarekat Idrisiyah harus lebih dapat memberikan pemahaman agama melalui ajaran-ajaranya kepada khalayak yang dituangkan baik secara lisan maupun tulisan. 2. Kepada para para jemaah dan murid-murid tarekat Idrisiyah kiranya dapat mengembangkan serta mengaplikasikan nilai-nilai ajaran serta syi’ar Islam dalam kehidupan sehari-hari guna terciptanya kehidupan sejahtera, aman, damai, dan sentosa. 3. Dalam mengaplikasikan nilai-nilai ajaran Islam, tarekat Idrisiyah kiranya dapat disebarluaskan kepada masyarakat tanpa adanya diskriminasi serta dapat menghargai segala perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya berhasil atau tidaknya dakwah yang dilakukan melalui terekat Idrisiyah kiranya dapat dikembalikan hasilnya kepada Allah Swt.
xcix
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar MD, Tatang, Wakil Ketua Harian Majlis Taklim Al-Idrisiyah, Wawancara Pribadi (Jakarta 18 Juli 2007) Alawiyah AS, Tutty. Strategi Dakwah di Lingkungan Masjid Taklim. ( Bandung : Mizan, 1997), Cet. Ke-1. Amin, M. Masyhur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta : al-Amin Press, 1997). Amura, Tentang Unsur Dakwah Dalam Film, Perfilman di Indonesia Pada Masa Orde Baru, (Lembaga Komunikasi Islam, Jakarta, tt) Andre, Mokhtar, “Wali Zaman di Tengah Kerusakan Moral Manusia” dalam Tabloid Muslim (Jakarta) Edisi kedua, Bulan Mei 2005 Atjeh, Bakar, Abu, Pengantar Ilmu Tarekat, (Solo: Ramadhan, 1985), Cet. Ke-3 Aziz, Ali, Moh., Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana 2004), cet. Ke 1. Basrani, Iskandar, Noer, Tashawuf Tarekat dan Para Sufi, (Jakarta: Pustaka AlHusna, 1996), Cet. Ke 1, h. 91 Dahlan, Daud, Muhammad, Syekh Akbar, Hadiqah ar-Riyahin, (Tasikmalaya, 2001) Darussalam, Ghazali, Dinamika Ilmu Dakwah Islamiyah, (Malaysia: Nur Niaga, 1996), Cet 1. Daudy, Ahmad, Kuliah Ilmu Tasawuf. ( Bulan Bintang : Jakarta, 1997 ) Dawi, Ahmad, Muhammad, Buku Pintar Para Da`i, (Surabaya: Dua Ilmu. 1991) Cet. Ke-2 Efendi, Uchjana, Onong, Kamus Komunikasi, (Bandung : CV. Mandiri Maju, 1989). Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: PT Ikhtiar Bar Van ouve, 1992), jilid. 2, Fathiyakan, Bagaimana Kita Memanggil Kepada Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1997) Cet. Ke-1
c
Fatoni, Uwes, “Pengaruh Perilaku Keagamaan Penganut Tarekat Terhadap Interaksi Sosialnya Dengan Masyarakat” (Studi Tarekat Idrisiyah di Pagendingan Tasikmalaya), (Tesis) (Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati 2005) Ghazali, Bakhri, M., Dakwah Komunikatif Membangun kerangka dasar Ilmu Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. Ke-1. Hadi, Sutrisno, Metodologi Reseach, (Yogyakarta : Andi Ofset, 1992), Cet. ke-2, Hajir, M., Metodologi Penelitian, (Jakarta : Ghalis Indonesia, 1985). Hamka, Tafsir al-Azhar, (Jakarta : Pustaka Panji Mas, 1983) Hasanudin, A., Rhetorika Dakwah dan Publisitas dalam Kepemimpinan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982) Hawwa, Said, Jalan Rohani. (Bandung: Mizan 1998) Kafie, Jamaluddin, Psikologi Dakwah, (Surabaya: Indah, 1993) Kartono, Muhammad, “Merokok dan Kesehatan” dalam Harian Pelita, (22 September 2000). Lukmana S.Ag. Sekertaris Umum Yayasan Al-Idrisiyyah, Wawancara Pribadi, (Jakarta, 19-Maret-2008 ) Moleong, J., Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet ke-17 Muhyidin, Asep, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka setia, 2002) Munawar, Warsan, Ahmad, Al-Munir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Progresif, 1993 ), Cet. Ke 1 Muriah, Siti, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2000), Cet. Ke-1 Nafis, M. Wahyuni, Rekontruksi dan Renungan Relijius Islam, (Jakarta; Paramadina, 1996) Nashr, Hussein, Sayyid, Tashawuf dulu dan Kini, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 2002) Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, (PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta 200)
ci
Noor, Delier, Gerakan Modern Islam di Indonesia, ( Jakarta: LP3ES, 1994). Nurjulianti, Dewi, “Menelusuri Tarekat Idrisiyah di Pagendingan, Tasikmalaya” dalam jurnal `Ulumul Qur`an no. 1 vol V (tahun 1994). Oemar, Yahya, Toha, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), Cet. Ke 5 Pengurus Yayasan Al-Idrisiyah, Mengenal Tarekat al-Idrisiyyah, Sejarah dan Ajarannya. (Jakarta : al-Idrisiyah 2003) Pili, B., Salim, Tarekat Idrisiyah”Sejarah dan Ajaranya” (Tesis) (Yogyakarta: IAIN Sunan kalijaga 1998) Poerbakawatja, Soegarda. Et al, Ensiklopedi Pendidikan, ( Jakarta: PT. Gunung Agung, 1981), Cet. Ke-2. Poerwadarminta, Kamus Indonesia, (Jakarta : Balai Kota 1982) Prent, Kamus Latin-Indonesia, (Jogjakarta: Kanisius, 1969) Purwadaksi, Ahmad, “Tarekat dan Masa Depan” Dalam Rekontruksi dan Renungan Religius Islam, (Jakarta : Paramadina, 1996) Qhatani, Said bin Ali, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta : Gema Insani Press, 1994), Cet. Ke-1 Rahman, Munawar, Budi dan Ismail, Asep, Cinta di Tempat Matahari Terbit, Ulumul Qur`an No 8 Vol. 2 ( 1991 ) Simun, Tashawuf dan Perkembanganya Dalam Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997. Cet. Ke 2. Suminto, Aqib, Politik Islam Hindia Belanda ( Jakarta : LP3ES, 1986 ). Syihab, Quraish, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Pesan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1998), Cet ke-17 Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Cahaya Media Pratama, 1997), Cet. Ke-18 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1986), Cet. Ke-9
cii
Yakub, Hamzah, Publisistik Islam ; Tekhnik Dakwah dan Leadership, (Bandung : CV. Di Ponogoro, 1982), Cet. Ke-2 Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, ( Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1998) Yusuf, M. Yunan , Dalam Seminar dan Launching Buku Optimalisasi Dakwah dalam Meningkatkan Reguinitas Umat, (Jakarta : Rahmat Semesta, Februari 2004) www.al-idrisiyyah.com
ciii
Lampiran
Hasil Wawancara Responden Jabatan Hari/Tgl Tempat
: Tatang Akhyar, MD. : Wakil Ketua Harian Majlis Taklim Al-Idrisiyah : Rabu 18 Juli 2007 : Kantor Sekertariat Yayasan Al-Idrisiyah
1. Tanya : Bagaimana latar belakang berdirinya Majlis Taklim Al-Idrisiyah di Batu tulis ini? Jawab : Awalnya tidak terlepas dari sosok kehadiran Syekh Akbar Abdul Fattah sebagai pendiri Tarekat Idrisiyah yang di bawa dari Jabal Abi Gubais mekah. Sebenarnya beliau sudah memiliki beberapa Majlis Taklim di Jakarta dan beliau sudah menjadi mualim kalo kata orng jakarta. Hal ini bisa dirujuk dari berbagai ungkapan-ungkapan dari tokoh-tokoh ulama dan masyarakat yang pernah disinggahi diantaranya mesjid Al-Ma’mur Tanah Abang, mereka mengakui bahwasanya syekh Akbar Abdul Fattah pernah mengajar disana, dan dari berbagai keterangan dari jemaah senior bahwasanya Abdul Fattah telah memiliki banyak majlis taklim di Jakarta, dan beliau Pindah-pindah mencari tempat yang cocok untuk dijadikan pusat kegiatan Dakwahnya. Kronologisnya, setelah perjalanan beliau dari Jabal Abi qubais Mekkah dalam pencarian guru mursyid, beliau menghubungkan kembali majlis taklim yang pernah beliau bina di jakarta. Sehingga dari sinilah ada beberapa persepsi kapan berdirinya dan masuknya ajaran Al-idrisiyah di indonesia, ada yan mempunyai persepsi sebelum tahun 1930, mengingat sebelum taun itu Syek Abdul Fatah pernah mengajar di jakarta. Ada juga itu setelah mendekati wafatnya syekh Ahmad Syarif As-sanusi sekitar taun 1930/32. Sebelum menjadi Masjid Al-fattah dan Majlis Taklim ini berbentuk bangunan Rumah sederhana dan kecil kemudian dijadikan tempat pengajian dikalangan keluarga Abdul Fattah. Tempat ini dulu adalah hasil wakaf dari muridmurid beliau yang setia. Justru yng simpati kepada beliau adalah Tokohtokoh yang berpengaruh diwilayah tersebut, istilah sekarang Preman
civ
kampungnyalah, malah mereka yang sangat bersimpati Karena muridmurid beliau datang dari berbagai daerah dan wilayah datang kesini dan mereka menetap dan mereka menetapi tanah wakap ini. Sedangkan yang kita tau proses untuk mendirikan sebuah Jawiyah membutuhkan proses waktu yang cukup lama, dan tidak sebentar. Disamping sepak terjang beliau yang suka Nomaden atau pindah-pindah dan pada Akhirnya beliau menetap disini di Batutulis. Dan diperkirakan berdirinya Majlis Taklim Al-Idrisiyah di Batutullis ini berdiri pada tahun 1930-1934. 2. Tanya : Apa yang menjadi tujuan berdirinya Majlis Taklim Al-Idrisiyah ini? Jawab : Pada intinya berdirinya Majlis Taklim Al-Idrisiyah adalah Sebagai Syiar Dakwah, karena dakwah pada masa dahulu tantanganya berbeda dengan Dakwah yang sekarang, dan dahulu masih jarang ada majlis Taklim, walaupun ada jaraknya puluhan kilometer bahkan ratusan kilometer dii Jakarta ini.belum ada Majlis taklim dan masjid, adapun masjid juga belum tentu ada majlis taklimnya. Selain itu juga, tujuan lainya adalah ingin mengembangkan nilai-nilai agama dari sisi pendekatan yang berbeda. Dengan menggunakan pendekatan Tashawuf. Walaupun pada akhirnya sekarang di kembalikan pada Khittohnya ilmu Tashawuf itu adalah Dinul Islam sendiri. Dan dinul islam sendiri adalah rangkaian Birokrasi Ilahiah. 3. Tanya : Dimana Letak Majlis Taklim Al-Idrisiyyah ini? Jawab : Sepintas Majlis taklim Al-idrisiyah ini tidak terlihat dari pinggir jalan raya jalan Juanda 3 atau dari Jln Ayam Wuruk, tapi kalau orang mengetahui misalkan dimana Harmoni yang dulu ada Duta Merlin dan sekarang di ganti oleh Supermal Carefur, lalu dari Jln Juanda 3 yang mengarah ke Pasar Baru, Mesjid Al-Fatah ini dulu sudah terlihat dari pinggir jalan. Tapi kalo sekarang sudah di tertutupi oleh gedung-gedung tingkat yang menutupi Masjid Al-Fattah ini.dan situasi Pengajian pada malam jum’at yang diadakan tengah malam dan memakai ritual Dzikir yang keras, itupun tidak diketahui oleh masyaraakt sekitar apalagi yan
cv
jauh di pinggiur jalan mereka tidak akan tau bahwasannya disini pada jam 12 malam tengah setiap malam jum’at itu ada pengaijian di Batutulis. Dan untuk lebih ditailnya letak Majlis Taklim Al-Idrisiyah ini adalah Jln Batutulis 14, No.5, Juanda III, Kelurahan Kebon kelapa Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat.dan letaknya satu Ring dengan Istana Negara. Kalau dari arah ke pasar baru turunya di Juanda 3, dan kalo jalur jakarta kota atau dari arah blok M turun di Hayam wuruk atau di Harmoni. 4. Tanya : Apa saja sarana dan prasarana yang dimiliki Majlis Taklim AlIdrisiyah? Jawab : Majlis Taklim Al-Idrisiyah ini mempunyai anak Cabang atau Zawiyah seperti di Serpong, Cileduk, Tangerang, Bogor dan Depok. Dan masing-masing zawiyah memiliki Masjid Al-Fattah juga dan hampir semua Masjid yang ada di zawiah-zawiyah bernama Masjid Al-Fattah yang di nisbatkan dari pendirinya yaitu Syekh Akbar Abdul Fattah. Dan hanya dua Masjid Taklim yang Aktif di Jabodetabek di Serpong dan di Batutulis ini. Sarana dan prasarananya seperti Mesjid, Majlis Taklim, Termpat-tempat Usaha, Koperasi, Lembaga keuangan seperti KOZIS, Gerakan Wakaf Tunai (GAWAT), Forum Majlis Taklim di lingkungan Warga Batutulis itu juga yang mengaktifkan dari jemaah kita. Lalu adanya ling persahabatann, mitra kerja dakwah kita dengan unsur-unsur Pemerintahan, kepolisian. Dan kita sering dilibatkan dan diundang dalam setiap
iven-iven acara, Itu menandakan mereka merespon dengan
kehadiran kita. Dan dilingkunag kita sendiri mereka sangat merespon dengan keberadaan kita.dan disini juga memiliki Yayasan AL-Idrisiyah yang memiliki Akya Notaris landasan hukum Organisasi. Dan memiliki TPA sebagai sarana pendidikanya. Dan untuk pembinaan Jemaah kita sering mengadakan Pengajian di Daerah-daerah/ Zawiayah-zawiyah kita ang berada di JABODETABEK, lampung dan Palembang selama 1 bulan sekali secara keliling/bergilir.
cvi
Responden
( Tatang Akhyar MD )
Hasil Wawancara Responden Jabatan Hari/Tgl Tempat
: Ustd. Lukmana S.ag : Sekertaris Umum Yayasan Al-Idrisiyah : Rabu 19 Maret 2008 : Kantor Sekertariat Yayasan Al-Idrisiyah
1. Tanya : Siapakah Da’i atau Pemimpin dalam Tarekat Idrisiyah? Jawab : Tarekat Idrisiyah memiliki dai’ atau seorang Pemimpin yang di dikenal dengan gelar ”Syekh Akbar” ( Syekh Mursyid Tarekat Idrisiyah ). Gelar Syekh akbar yang diletakan di depan nama adalah gelar kehormatan yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepada Sultan Auliya pilihan pada zamannya, bukan semata-semata ungkapan pujian atas suatu kelebihan dari murid-murid atau pengikutnya. Dan Pemimpin atau Syekh di Tarekat Idrisiyah bernama Syekh Akbar Muhammad Daud Dahlan.
2. Tanya : Apa saja tugas dan kewajiban seorang Syekh Mursyid dalam Tarekat? Jawab : Tugas dan kewajiban seorang syekh adalah membimbing murid-murid atau jemaahnya baik secara lahiriah, maupun bathiniyah. Syekh Mursyid adalah pemandu awal dan langsung bagi murid dalam menempuh dalam ruhaninya. Melalui mata rantai spiritual (silsilah)-nya, Syekh akan mengantarkan
murid-muridnya
menuju
bimbingan
Rasulullah
yang
menjadikan utama mereka. Dengan demikian memiliki bimbingan guru secara tak langsung atau hakikinya adalah memiliki hubungan ruhani dengan Nabi Muhammad Saw.
cvii
3. Tanya : Berapa Jumlah Jemaah/Murid Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah ini? Jawab : Jemaah Tarekat Idrisiyah yang mencakup wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (JABODETABEK) yang mengikuti dan menghadiri Pengajian di Majlis Taklim Al-Idrisiyah ini berjumlah 1000 orang lebih, Data tersebut berdasarkan data ketika pelaksanaan kegiatan-kegiatan atau Iven-iven besar yang diadakan di majlis taklim ini seperti Perayaan Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, dan hari-hari besar Islam lainya. Namun ketika pengajian rutin yang diadakan di Majlis Taklim yang diadakan pada malam Jum’at dan hari Minggu yang kebetulan jadwal Syekh Akbar ceramah di Jakarta, jumlah jemaah yang hadir dalam pengajian tersebut sekitar 400 orang. Dan apabila pengajian tersebut bukan jadwal Syekh Akbar yang memberikan ceramah karena Syekh Akbar mengisi pengajian yang di Tasikmalaya, maka murid atau Jemaah yang hadir dalam pengajian tersebut sekitar 200 orang. Namun apabila dari Jemaah majlis taklim ini yang sudah tidak pernah hadir dalam pengajian di majlis taklim ini masih tercatat sebagai Jemaah Tarekat Idrisiyah.
4. Tanya : Berapa Jumlah Jemaah Laki-laki dan Perempuan yang ada di Majlis Taklim ini? Jawab : Untuk jumlah jemaah laki-laki di Majlis Taklim ini berjumlah sekitar 55% dari 1000 jemaah, Diperkirakan sekitar 550 Orang. Dan untuk Jumlah Jemaah Perempuanya sekitar 45% diperkirakan Berjumlah 450 Orang.
5. Tanya : Bagaimana Klasifikasi Jemaah Majlis taklim Al-Idrisiyah dari segi Pendidikan/Akademis? Jawab : Jemaah Majlis Taklim Al-idrisiyah yang berpendidikan S1 sampai dengan S3 sekitar 20%, yang berpendidikan SMU sekitar 60%, dan 20% berpendidikan SMU ke bawah.
cviii
6. Tanya : Bagaimana Klasifikasi Jemaah Majlis Taklim Al-Idrisiyah dari segi Ekonomi? Jawab : Kalau dahulu sekirat Tahun 40-tahun 2000 kebanyakan Jemaah Al-Idrisiyah 80% berprofesi sebagai Wiraswasta, Pedagang kecil, buruh, tukang kredit. Dan 20% adalah Karyawan, Pengusaha, atau Guru. Dan dari Tahun 2000 sampai Sekarang dari kalangan menengah sekitar 60% dan Dari kalangan menengah ke bawah sekitar 40%. Maksud dari kalangan menengah kebawah pengertianya adalah untuk kebutuhan sandang dan pangan serta biaya sekolah anak pas-pasan (Hidupnya apa adanya).
7. Tanya : Apa saja Materi-materi Dakwah yang disampaikan oleh Syekh Akbar atau Ajengan/Ustad yang ada di Majlis Taklim ini? Jawab : Materi dakwah Tarekat Idrisiyah yang di sampaikan oleh Syekh Akbar yang menjadi Aekon (Utama) dalam pengajian di Majlis Taklim Al-Idrisiyah yaitu: 4. Materi Birokrasi Ilahiyyah (Kesadaran akan adanya seorang Pemimpin dalam Islam) 5. Materi tentang bagaimana menyikapi tentang berbagai persoalan yang terjadi di tengah-tengah kehidupan ummat, baik itu ummat Muslim maupun Non muslim. Baik mengenai permasalahan-permasalahan yang Aktual dan Faktual yang terjadi di tengah-tengah Masyarakat. 6. Mengusung ide-ide Dinnul Islam. Tidak diperuntukan hanya untuk ummat Islam aja, akan tetapi diluar islam juga, karena agama islam itu sifatnya adalah”Kaafa linnas”. Adapun Materi dakwah yang disampaikan oleh Ustad/Ajengan di Majlis Taklim ini yaitu megembangkan materi-materi yang Syekh Akbar sampaikan melalui disiplin Ilmu yang mereka kuasai, seperti melalui pendekatan Ilmu Tashawuf, Fiqih, Tauhid, Akhlak dan sebagainya. Dan masing-masing ustad/ajengan memiliki ciri khas tersendiri dalam
cix
penyampaian dakwahnya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dari pada jamaah dan murid-murid Tarekat Idrisiyah. Dan materi-materi dakwah yang disampaikan di Majlis taklim ini keseluruhannya mencakup tentang Keislaman, dan di majlis taklim ini juga membahas tentang Ekonomi keislaman dan Ekonomi kerakyatan. Karena kenapa, supaya para jemaah atau murid dalam menyikapai kehidupan di dunia ini supaya kita menjadi orang atau ummat yang berada tangan yang di atas (orang Dermawan/orang yang banyak Sedekah) dari pada menjadi Ummat yang berada tangan yang di bawah (Pengemis). Dan untuk materi-materi baik yang disampaikan oleh Syekh Akbar maupun oleh Ustad dalam pengajian di majlis taklim ini tidak tersusun atau terjadwal di setiap pengajianya. Akan tetapi, materi-materi yang disampaikan
di
Majlis
taklim
ini
berdasarkan
kebutuhan
dan
perkembangan dari pada kehidupan Masyarakat dan para jamaah Tarekat Idrisiyah itu sendiri.
8. Tanya : Apa saja Metode Dakwah yang digunakan di Majlis Taklim ini? Jawab : Metode Dakwah yang dilakukan di Majlis taklim ini kebanyakan adalah 1. Metode Komunikasi satu arah atau Metode Ceramah. Karena kenapa, kalau ada tanya jawab dalam ceramah Syekh Akbar maka dikhawatirkan tidak akan fokus terhadap pembahasan yang disampaikan oleh Syekh Akbar. Karena kalau di buka seasen Pertanyaan maka berapa banyak orang yang akan bertanya nanti. Dan kalau ada dari Jemaah yang ingin bertanya, maka akan disediakan Medianya, Yaitu: Mempertanyakan lewat pengurus /ustad Apabila pertanyaan tidak bisa terjawab oleh pengurus atau ustad tersebut, maka pengurus akan menyampaikan kepada Syekh Akbar. Karena di majlis taklim ini ada tahapan-tahapanya. Dan Syekh Akbar akan menyampaikan permasalahan atau pertanyaan-pertanyaan itu bukan diwaktu pengajian berlangsung, akan tetapi disampaikan diwaktu khusus di luar pengajian yang disediakan
cx
atau di Pasilitasi untuk menanyakan tentang perkara-perkara atau permasalahan-permasalahan yang tidak bisa dipahami atau di perselisihkan. 2. Metode Tanya Jawab. Metode ini hanya dilakukan antara Murid/Jemaah dengan Para Ustad/Ajengan saja ketika Ustad sedang menyampaikan ceramah. 3. Metode Mudzakaroh (Diskusi) yaitu yang dilakukan antara Jemaah dengan jemaah yang membahas tentang permasalahan-permasalahan keilmuan ataupun kehidupan. 4. Methode Mengajak Untuk Beramal. Maksudnya Pengurus atau Syekh Akbar menganjurkan kepada Murid atau Jemaah untuk banyak-banyak beramal. Dan para pengurus menyediakan Medianya seperti ZIS (Zakat,Infaq dan sedekah), dan GAWAT (Gerakan Wakaf Tunai).
9. Tanya : Melalui Media apa saja Dakwah yang dilakukan Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim ini? Jawab : 1. Melalui MADING (Majalah Dinding). Mading tersebut bertempat di depan Majlis Taklim Al-Idrisiyah, berfungsi untuk memberikan Informasi kepada Para Jamaah dan simpatisan. 2. Melalui Buku-buku yang di buat dan di cetak oleh Pengurus Yayasan Tarekat AlIdrisiyah. 3. Mengirimkan beberapa Artikel-artikel ke beberapa Wartawan media, baik Majalah, Koran, ataupun Surat kabar. 4. Melalui Website resmi Tarekat Idrisiyah (www.al-idrisiyyah.com), ataupun melalui relasi E_mail berbagai jemaah yang berada di wilayah Jabodetabek maupun di luar dari jemaah tarekat Idrisiyah
10. Tanya : Apa saja kegiatan Atau aktivitas-aktivitas Dakwah Tarekat Idrisiyah di Masjd Taklim Al-Idrisiyah ini? Jawab
: Aktivitas dakwah Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim ini
antara lain: 1. Mengadakan Pengajian mingguan rutin yang dilaksanakan pada malam Jum’at dan hari minggu. Adapun yang mengikuti dan menghadiri Pengajian tersebut bukan hanya para murid dari jemaah tarekat
cxi
saja, melainkan dari warga sekitar yang simpati dan tertarik untuk mengikuti pengajian tersebut. Dan waktu pelaksanaan pengajiannya yaitu pada malam Jum’at dilaksanakan pada Pukul 19.30 (ba’da Isya)-sampai pukul 11.30, sedangkan pelaksanaan Pengajian pada hari Minggu dilaksanakan dari Pukul 09.00-sampai 02.00 siang. 2. Mengistikomahkan (rutinitas) berdzikir berjamaah di masjid Al-Fattah setelah melakukan sholat wajib yaitu setiap ba’da Magrib sampai Isya, dan Ba’da Subuh sampai Sholat sunnah Isyrok. 3. Selain Dakwah internal yang dilakukan tarekat Idrisiyah, juga dilakukan secara personal yaitu mengajak teman-teman atau rekan kerja daripada murid-murid tarekat Idrisiyah untuk mengikuti dan mengetahui bagaimana sebenarnya ajaran Tarekat Idrisiyyah. Dan pada akhirnya banyak dari mereka yang tertarik dan masuk menjadi Murid Tarekat Idrisiyah. 4. Mengadakan acara Tabligh dan Dzikir Akbar setiap peringatan Harihari besar Islam, seperti peringatan Muharram, Isra Mi’raj, dan Maulid Nabi yang dihadiri oleh Murid jemaah tarekat dari wilayah/zawiyahzawiyah yang ada di Jabodetabek dan Masyarakat sekitar Majlis Taklim. 5. Mengadakan Tadabbur alam (Safari Dakwah) ke tempat-tempat Rekreasi atau alam bebas seperti pantai Pangandaran, pantai Carita Sukabumi, dan pantai Pulau seribu Jakarta, dengan mengadakan kegiatan Tabligh dan Dzikir Akbar yang di ikuti oleh para jamaah tarekat dari berbagai wilayah (Zawiyah), bukan hanya dari zawiyah Jabodetabek saja, akan tetapi dari berbagai zawiyah yang tersebar di Pulau Jawa dan luar Jawa. 6. Memberikan konsultasi agama dengan melayani masyarakat atau jemaah tarekat itu sendiri yang ingin mengkonsultasikan masalahnya terutama hal-hal yang bersifat spiritual.
11. Tanya : Apa saja faktor pendukung Dakwah Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah ini?
cxii
Jawab : 1. Ajaran Tarekat Idrisiyah bersifat Logis, sesuai dengan Nalar. Dan ajaranya bisa diterima oleh setiap kalangan, baik dari kalangan bawah, menengah, sampai kalangan atas. 2. Respon yang baik dari masyarakat setempat dalam memberikan dukunganya berupa moril maupun materil dalam setiap kegiatan yang dilakukan Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyyah. 3. Ajaran Tarekat Idrisiyah tidak menafikan (Meninggalkan) kegiatan dan aktivitas Duniawi, yang kebanyakan orang beranggapan bahwasanya ajaran tarekat akan melupakan urusan dunia dan Ortodok. Akan tetapi di tarekat Idrisiyah beranggapan urusan dunia penting untuk bekal nanti ke akherat. Akan tetapi orang tersebut harus bisa mempertanggung jawabkan apa yang dihadapi dan dilakuknya, sehingga banyak orang yang tertarik untuk masuk Tarekat Idrisiyah 4. Tarekat Idrisiyah mendapatkan dukungan Strategis dan dikenal baik oleh Tokoh-tokoh masyarakat sekitar dan Aparat Pemerintahan. Bahkan dari mereka ada yang menjadi murid Tarekat Idrisiyyah. 5. Tarekat Idrisiyah memiliki Sarana Pendidikan baik itu sekolah, madrasah, dan Pondok pesantren yang berada di Tasikmalaya. Dan ini salah satu Faktor pendukung Dakwah Tarekat. 6. Ada Donatur dari para Jamaah dan simpatisan yang selalu membantu dalam setiap melakukan kegiatan Dakwah Tarekat
12. Tanya : Apa saja faktor Penghambat Dakwah Tarekat Idrisiyah di Majlis Taklim Al-Idrisiyah ini? Jawab : f) Jauhnya jarak rumah para jama’ah dengan Majlis Taklim sehingga sedikit menyulitkan para Jamaah untuk berkonsulidasi Dakwah Idrisiyyah di Majlis taklim. g) Faktor belum meratanya ekonomi di kalangan Jemaah Tarekat Idrisiyyah, sehingga ketika ada kegiatan atau Syiar Dakwah Tarekat
cxiii
banyak para jemaah yang tidak bisa ikut dikarenakan keterbatasan ekonomi mereka. h) Ada Sebagian masyarakat di sekitar lingkungan majlis taklim yang kurang empati dan menjaga jarak terhadap kegiatan tarekat, sehingga mereka enggan untuk ingin tau dan bergaul dengan sekitar. i) Kurangnya SDM (Sumber daya Manusia) yang berkualitas di Majlis taklim ini, dikarenakan banyak Murid yang berkualitas tersebar di berbagai daerah atau Zawiyah-zawiyah. j) Karena dilingkungan Majlis Taklim masih banyak dikuasai oleh orangorang Cina dan Non-Muslim, sehingga ajaran tarekat tidak bisa masuk kepada mereka.
13. Tanya : Apa saja solusi yang digunakan Tarekat Idrisiyah dalam Penghambat Dakwah Tarekat di Majlis Taklim Al-Idrisiyah? Jawab : a) Mengenai masalah jauhnya jarak antara tempat tinggal para jama’ah dengan Majlis Taklim Al-Idrisiyah, maka di tempat daerah jemaah tersebut mengadakan pengajian rutin yang pengajiannya di isi oleh Syekh Akbar secara bergiliran. b) Lemahnya ekonomi merupakan salah satu penghambat dari Syiar Dakwah, maka dari pada itu Syekh Akbar menganjurkan kepada jemaahnya untuk mencari dunia (harta), melalui bidang usaha atau sebagainya, akan tetapi harus diseimbangkan dengan urusan Akhirat. c) Adapun tentang sebagian masyarakat di lingkungan Majlis Taklim yang kurang empati terhadap kegiatan-kegiatan dakwah tarekat di Majlis Taklim ini, Syekh akbar tidak memaksakan mereka untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di Majlis Taklim ini, akan tetapi jemaah tarekat tetap berhubungan baik dengan mereka. d) SDM (Sumber daya manusia) yang berkualitas merupakan salah satu faktor pendukung dan penunjang dalam syiar Islam. Itulah yang
cxiv
sedang di upayakan oleh Tarekat Idrisiyah untuk mencetak murid atau jemaah yang berkualitas dengan cara meningkatkan program pendidikan melalui Pondok Pesantren, Sekolah dan Madrasah yang berada di Tasikmalaya. e) Adapun mengenai tentang banyaknya orang-orang Cina atau orangorang non-Muslim yang berada di sekitar Majlis Taklim ini, dikarenakan letak wilayah majlis taklim ditengah perkotaan, akan tetapi jemaah tarekat Idrisiyah tetap berhubungan baik dengan mereka, Selagi tidak ada yang dirugikan.
Responden
(Ustd. Lukmana S.ag )
cxv
cxvi