DAFTAR PUSTAKA BUKU Moeleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Nasution. 2010. Sosiologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Aksara. Abdul Syani. 2007. Sosiologi ( Skematika, Teori, Dan Terapan ). Jakarta : Bumi Aksara. Soejono Soekamto. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada Kartini Kartono.2010. Patologi Sosial 3(Gangguan Kejiwaan).Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada
–
Gangguan
Kartini Kartono. 2014. Patologi Sosial 1. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi), Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004. Tuti Budirahayu. 2013. Buku Ajar Sosiologi Perilaku Menyimpang. Surabaya : PT. Revka Petra Media. Irwanto (2002). Psikologi Umum (Buku Panduan Mahasiswa). Jakarta: PT. Prenhallindo. Sarwono SW. ( 2008 ). Psikologi Remaja. Jakarta : PT Grafindo Persada. Sudarsono. ( 2008 ). Kenakalan Remaja. Jakarta : Rineka Cipta Sugiyono. ( 2008 ). Memahami Penilitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Irwanto. Psikologi umum .Jakarta : PT Prenhallindo, 2002. Bimo Walgito. (2004).Pengantar psikologi Umum. Jakarta: Penerbit Andi Notoatmodjo Soekidjo (2007). Promosi Perilaku.Jakarta: Rinera Cipta. Salemba Medika
Kesehatan
dan
Ilmu
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2011) Santoso, Drs Agus, 2006. Sosiologi 1. Jakarta : PT. Balai Pustaka M. Indianto, 20014. Sosiologi. Jakarta : Erlangga
B. SARAN Sehubungan dengan permasalahan di atas, seorang guru pembimbing di sekolah harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut : 1.Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya. Setiap siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal. 2. Membantu siswa meningkatkan standar prilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi, bahkan ada yang mempunyai standard prilaku yang sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap
guru dan berusaha
meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya. 3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat di setiap sekolah terdapat aturanaturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum. Perturanperaturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya, agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Siswa yang sudah dicap nakal mereka selalu melakukan suatu perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan yang diterapkan oleh sekolah yaitu SMP Negeri 3 Bintan, karena siswa tersebut sudah memiliki label atau di cap oleh teman-teman sekelasnya dengan demikian tanpa di sadari siswa tersebut dapat melakukan tindakan penyimpangan perilaku berupa pengerusakan,penganiayaan, berkelahi, merokok
yang dapat
merugikan teman tindakan sekelas serta tidak lagi
mengikuti peraturan yang diberikan oleh pihak sekolah untuk dipatuhi. Setiap siswa benar-benar bersikap sesuai karakter yang dia punya dengan adanya pengelompokan kelas sehingga berdampak ke diri anak tersebut untuk melakukan tindakan yang tidak wajar label yang didapat didasari berkumpulnya mereka dalam satu ruangan, sehingga mereka dapat mengembangkan bakatnya untuk dapat sama-sama bisa melepaskan hasrat dalam berperilaku menyimpang. Siswa nakal ternyata bisa mempengaruhi siswa yang lain di lihat dari kenyataan yang terjadi, mereka mempunyai suatu pemikiran tersendiri dalam bertindak sesuai dengan apa yang di fikirkan terlebih dahulu. Perbuatan yang di lakukan siswa seperti berkelahi, merusak fasilitas di lingkungan sekolah berawal dari melihat siswa lain melakukan tindakan tersebut, bisa dilakukan siswa yang lainnya untuk melakukan perbuatan tersebut. Berarti berawal dari keisengan bisa membawa suatu perbuatan yang menyimpang.
Berikut pengakuan dari yanto: “ saya di proses oleh guru bimbingan konseling”dimarah dan disuruh buat surat perjanjian tak akaan mengulanggi lagi perbuatan yanag saya lakukan didalam kelas sewaktu guru berhalangan hadir diwaktu kejadian itu”(Wawancara, Selasa, 7 April 2015)
Dari pernyataan informan diatas dapat dianalisa
bahwasannya semua
permasalahan akan di tangani oleh guru Bimbingan Konseling ( BK ) tindakan penganiayaan yang dilakukan siswa juga masih terekam dipemikiran siswa tersebut, yang kasusnnya sudah di tangani oleh guru bimbingan konseling. Permasalahan kalau sudah keguru bimbingan konseling siswa yang bermasalah akan di panggil oleh guru bimbingan konseling, dan mereka akan mendapat teguran berupa surat pangilan yang akan diberikan kepada orang tua. Jadi penyimpangan lanjutannya bahwa masih tersimpan didalam pemikiran informan apabila melakukan tindakan penyimpangan perilaku yang sudah mereka lakukan berupa tindakan penganiayaan hal tersebut sudah menjadi suatu bentuk penyimpangan berapa kali itu
sudah menjadi bentuk penyimpangan lanjutan
karena dia lakukan sudah disimpan difikiran mereka dan terus teringat dan terbayang apa yang sudah di lakukan. Ternyata pemanggilan yang dilakukan guru bimbingan konseling kepada anak yang bermasalah sampai tiga kali berarti permasalahan memang harus diselesaikan dari pihak sekolah dan orang tua ikut membantu agar anak tidak melakukan perbuatannya lagi.
Wawancara peneliti dengan imforman Yanto: “ ia bu, pada jam pelajaran di waktu guru tidak masuk”kami di beri tugas waktu itu pas pelajaran terakhir gurunya ada urusan didinas nah disitulah kejadian tindakan itu menjadi panas” (Wawancara tanggal: 7-8-2015)
Dari hasil wawancara dapat dianalisa disaat Pada waktu guru tidak hadir Dari hasil wawancara diatas ternyata dapat mempengaruhi siswa untuk dapat melakukan tindakan yang merugikan siswa yang lainnya. Kejadian yang menimpah sesama siswa ternyata pada waktu mata pelajaran Teknologi Ilmu Komputer (TIK). Kata sidiran ternyata dapat membuat siswa merasa tersinggung
bisa
dilihat dari tingkah laku yang dilakukan sesama teman berupa tindakan penganiayaan. Penyesalan yang timbul di diri siswa pasti ada, setelah siswa tersebut melakukan suatu tindakan penganiayaan tapi sayang penyesalan itu datang setelah semuanya sudah terjadi. Perbuatan siswa yang bermasalah sudah ada berupa tindakan yang mereka lakukan itu merupakan hal biasa bagi mereka. Masih tersimpan didalam pemikiran mereka suatu tindakan
penyimpangan
lanjutan (secondary deviance) yang sudah mereka lakukan berupa tindakan penganiayaan berapa kali yang dia lakukan sudah disimpan difikiran mereka dan terus teringat dan terbayang apa yang sudah di lakukan. Kejadian yang menimpah sesama siswa ternyata pada waktu mata pelajaran Teknologi Ilmu Komputer (TIK). Pemikiran mereka suatu tindakan yang sudah mereka lakukan berupa tindakan penganiayaan berapa kali yang dia lakukan sudah disimpan difikiran mereka dan terus teringat dan terbayang apa yang sudah di lakukan.
perlu di jaga rasa persaudaraan antara sesame teman menj Wawancara peneliti dengan Wawan: “Teman sekelaslah bu”payah juga semua sekelas pada berani lagi,ya kamipun Cuma ikutan dimana mereka nongkrong kalau kami jalan pasti dipanggil suruh gabung, kalau tak mahu habis asik disindir-sindir mau tak mau ya ikutan jugalah sama mereka:”(wawancara, Sabtu, 4 April 2015)
Teman sekelas cendung dapat mempengaruhi jiwa siswa yang melakukan suatu tindakan perbuatan menyimpang perilaku yang dilakukan mereka dapat juga mempengaruhi teman sebayanya
dari keisengan dapat juga membuat siswa
melakukan tindakan yang dapat mempengaruhi teman lainnya. a.
Tindakan Penganiayaan
Pada Tindakan Penganiayaan biasanya terdapat pada Rasa emosi kadangkala bisa membuat siswa merasa ingin melakukan suatu tindakan menyimpang dengan melalui kata sindiran yang di ucapkan teman sebaya sehingga siswa yang merasa disindir merasa dirinya di permalukan didepan teman yang lainya.berikut pengakuan Yanto: “Tak sering tapi pernah bu”kadang saya emosi tak bisa terkendali habis awalnyakan Cuma gurauan lama-lama sindir-menyindir emosi lah saya langsung bertindaklah saya bagi dia dengan pukulan”(Wawancara, Selasa, 7 April 2015)
Dari hasil wawancara dapat dianalisa Kepuasan sendiri bagi informan bila sudah melakukan tindakan penganiayaan merupakan kebanggaan bagi siswa karena sudah terbayang dipemikiranya
apa yang dilakukan. Siswa mulai
melakukan tindakan penganiayaan ternyata sejak
mereka duduk di bangku
sekolah Menengah Pertama (SMP) disini tindakan lanjutannya dari kata-kata sindiran informan bisa berbuat suatu perbuatan menyimpang.
teman-teman sehingga perilaku menyimpang dilakukan juga disekolah.Tidak semua teman-teman yang ada dilingkungan perokok yang ikut merokok juga ini dapat dilihat dari pengakuan diantara mereka. Pertemuan antara sesama siswa setiap tindakan yang mereka lakukan harus hati-hati, lihat situasi yang benarbenar aman menurut mereka baru mereka mulai melakukan apa yang di inginkan mmelakukan kegiatan merokok. berikut wawancara dengan wawan: “ dikantin bu”kalau Cuma satu batang bergilir kantin aja sebab ada kantin yang biasa kami singahi tak berani mengadu kami merokok mereka takut juga sebab kami makan dan minum disiti kan menguntungkan bagi mereka”(Wawancara, Sabtu, 4 April 2015,)
Dari wawancara diatas dapat dianalisa Kantin merupakan tempat mereka berkumpul bersama untuk melakukan suatu perbuatan yang mereka anggap bisa membuat mereka senang yaitu merokok. Situasi sangat mempengaruhi siswa untuk berkumpul bersama. Rasanya sudah aman pasti mereka ingin melakukan tindakan merokok. Kebersamaan diantara mereka selalu terjaga antara sesama siswa dilingkungan tempat tersembunyi harus aman, bersama meluangkan rasa senang berbuat sesuatu yang menyimpang berupa berbuatan yang melanggar aturan sekolah,sanggup bergilir satu batang rokok digilir sudah menjadi, suatu kenikmatan bagi siswa yang sudah masuk dalam komunitasnya. Rasa takut ternyata dapat mempengaruhi fikiran mereka dalam bertindak, keamanan diri perlu juga dijaga antara sesama mereka. Rasa takut ternyata dapat mempengaruhi fikiran mereka dalam bertindak, keamanan diri perlu juga dijaga antara sesama mereka. Rasa takut ternyata dapat mempengaruhi fikiran mereka dalam bertindak, keamanan diri perlu juga dijaga antara sesama mereka. Rasa ikutan mendasari mereka melakukan tindakan sesama komunitasnya dalam berbuat ,kalau tidak melakukan pasti tidak dianggap teman.Pertemanan sesama teman sekelas ternyata
berbuat tindakan. Sebagian siswa ikut juga dalam tindakan pengerusakan sesuai dengan apa yang mereka lihat dilingkungan tempat mereka lakukan.Berawal dari melihat teryata bisa membuat siswa terpengaruh untuk melakukan tindakan pengerusakan. Kepuasan yang dilakukan siswa yang melakukan tindakan pengerusakan merupakan kepuasan sendiri bagi siswa yang sudah melakukan perbuatannya. Penyimpangan Lanjutan / pemberian cap (Secondary deviance) a. Merokok Merokok sangat membahayakan bagi kesehatan seseorang siswa karena didalam rokok ada mengandung racun yang dapat menganggu kesehatan bagi siswa yang mengisapnya, berikut pengakuan dari Wawan: “ kok ibu Tanya saya kayak gitu”begini bu saya cerita ya sebenarnya saya suka lihat teman-teman merokok kok kayak mereka tenang kali dan asik kali kalau sudah pegang rokok ide-ide mereka selalu keluar berbicara lancar gitu jadi saya coba-coba ikutan.”(Wawancara, Sabtu, 4 April 2015).
Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisa Siswa yang merokok merasa tidak senang bila di tanya mereka merokok, mereka tidak tahu dan berfikir bahwa rokok itu akan menyebabkan sakit jantung, ingatan melemah, mempengaruhi diri mereka dalam belajar, apabila ada yang tahu bahwa tindakan penyimpangan yang dilakukan itu di ketahui orang lain, merasa bangga, berarti pemikiran penyimpangan
lanjutannya
mereka
begitu
tajam,
untuk
tetap
bisa
menyembunyikan jati diri yang sebenarnya.berawal dari suka melihat siswa yang lain
timbul keinginan untuk melakukannya juga. Merokok dilakukan sejak
mereka duduk di bangku SMP berarti lingkungan sesama teman sekolah dapat membuat mereka cendrung melakukan tindakan menyimpang. Merokok ternyata tidak juga suatu hal yang menyenangkan bagi mereka. Sekedar menghargai
menyenangkan hati dan perasaan saya tersendiri rasanya kalau sudah berbuat lega kali hati ini.”(wawancara, Senin, 6 April 2015)
Dari hasil wawancara dapat dianalisa ternyata keisengan cenderung dapat membuat siswa melakukan tindakan pengerusakan berdasarkan pemikiran yang mereka inginkan berupa suatu tindakan nyata di sekolah. Permasalahan yang terjadi antara siswa
yang merusak didasari dengan
mereka melihat teman
melakukan pengerusakan, dari situlah dia coba untuk melakukannya juga. Siswa yang yang satu kelas ternyata dapat mempengaruhi siswa yang lainnya dalam bersikap melakukan tindakan pengerusakan. Apapun perbuatan yang dilakukan siswa dalam melakukan suatu perbuatan yang melanggar ketentuan sekolah , mereka merasa bisa mengatasi dengan rasa bangga pasti mereka yang hadapi sendiri. Mereka berbuat ternyata dipemikiran mereka pasti nanti mereka juga yang perbaiki ternyata tingkah laku awalnya sudah bisa dirasakan mereka dalam berbuat tindakan. Siswa yang yang satu kelas ternyata dapat mempengaruhi siswa yang lainnya dalam bersikap melakukan tindakan pengerusakan. Apapun perbuatan yang dilakukan siswa dalam melakukan suatu perbuatan yang melanggar ketentuan sekolah , mereka merasa bisa mengatasi dengan rasa bangga pasti mereka yang hadapi sendiri. Mereka berbuat ternyata dipemikiran mereka pasti nanti mereka juga yang perbaiki ternyata tingkah laku awalnya sudah bisa dirasakan mereka dalam berbuat tindakan. Apapun perbuatan yang dilakukan siswa dalam melakukan suatu perbuatan yang melanggar ketentuan sekolah , mereka merasa bisa mengatasi dengan rasa bangga pasti mereka yang hadapi sendiri. Mereka berbuat ternyata dipemikiran mereka pasti nanti mereka juga yang perbaiki ternyata tingkah laku awalnya sudah bisa dirasakan mereka dalam
merugikan seseorang dalam bertidak melakukan hal yang ingin dibuatnya menjadi suatu perbuatan nyata.pemikiran yang ada dalam ingatan siswa selalu membayangi dirinya untuk berbuat tindakan pengerusakan berikut pengakuan dari Adi: “ Ikutan teman merusak saya jadinya ingin melakukan juga ibu.teman ada tu yang suka duduk-duduk dimeja waktu jam istirahat main didalam kelas saya ikut duduk jugalah sebab sik kali sambil bercanda-canda eh langsung patah kaki mejanya habis teman dorong-dorong saya”(Wawancara, senin, 6 April 2015)
Dari hasil wawancara dapat dianalisa keinginan merusak ternyata didasari oleh melihat teman merusak, jadi siswa melakukan pengerusakan, yang dilakukan siswa, ternyata setelah mereka masuk sekolah Menengah Pertama.Perkembangan sikap perilaku siswa dimasa remaja bisa membuat mereka berbuat diluar pikirannya, karena masa remaja adalah masa puber keinginan siswa untuk bertindak spontan saja.bisa dilihat dari perbuatan yang dilakukan berupa pengerusakan. Awal dari tingkah laku siswa melakukan pengerusakan dari rasa senang-senang
sesama mereka .dari situlah timbul niat apa yang sudah di
rencaanakan dari pikiran siswa yang dapat merugikan fasilitas tersebut. Siswa yang melakukan pengerusakan ternyata ada barang bukti, berupa 2 unit kursi dan 1 unit meja. Apapun perbuatan yang sudah menjadi masalah di sekolah tetap menjadi ingatan siswa sampai kapanpun tetap diingatnya Rasa takut pada siswa dapat membayangi fikirannya sendiri, dan mereka bisa menyadari
kalau sudah merusak pasti disuruh perbaiki sendiri.berikut
pengakuan dari Aldi: “ kan tadi saya bilang iseng aja”apapun berbuatan saya terjadi sendirinya kayaknya sudah terekam difikiran saya untuk berbuat sesuatu yang sifatnya dapat
didalam memori pemikirannya.Apapun yang dilakukan siswa perlu juga menjaga mulutnya sebab bisa membuat masalah sesama teman dilingkungan sekolah. Rasa takut yang dimiliki siswa terhadap permasalahan yang ucapan seorang yang tidak benar atau menyinggung perasaan teman sebaya ternyata dapat menjadi punca permasalahan dikemudian hari. Harga diri seorang siswa selalu diperjuangkan, ucapan yang disampaikan dari mulut teman-teman sekelas sifatnya menyinggung perasaan
siswa
tersebut
tetap
menjadi
ingatan
didalam
memori
pemikirannya.Apapun yang dilakukan siswa perlu juga menjaga mulutnya sebab bisa membuat masalah sesama teman dilingkungan sekolah. Rasa takut yang dimiliki siswa terhadap permasalahan yang dihadapi sangat mengganggu pikiran mereka dikarenakan mereka tak mau kalau permasalahannya dihadapkan ke guru Bimbingan konseling Merusak fasilitas Peduli dengan diri sendiri untuk menunjukan indititas serta mengikuti cara bergaul antara sesama teman sekelas kadangkala perilaku yang ada dapat mempengaruhi diri teman lainnya melalui suatu tindakan yang menyimpang berupa pengerusakan fasilitas sebagai penunjang siswa untuk belajar di sekolah. Hal yang sama juga diungkapkan oleh pengakuan adi: “Suka-suka ibu lihat teman-teman awalnya gendang-gendang meja baru angkatangkat meja ya mejanya lepas dari pakunya.habis mejanya pada gampang terbuka sudah lama lagi” suka aja lihat teman berbuat begitu.”(Wawancara, senin, 6 April 2015).
Ternyata berawal dari sekedar suka-suka maka timbul keinginan ingin merusak fasilitas sekolah. Didasari dari pemikiran awal untuk berbuat sesuatu perbuatan yang menyimpang dalam melakukan suatu tindakan yang dapat
suatu masalah yang terjadi didalam lingkungan sekolah perkelahian antara sesama mereka masih pengakuan dari Jaswir sebagai berikut : “Dia lah bu orangnya nanti saya tunjuk, geram saya melihat dia, sudah tahu saya orangnya emosian masih juga ditantang emangnya saya takut sama dia walaupun badannya besar saya juga besar,saya kalau sudah meradang tak perduli lagi siapa orang didepan saya yang penting saya puas.”(Wawancara, Kamis, 2 April 2015)
Dari pendapat informan dapat dianalisa berarti Pemikiran awal yang dilakukan siswa dia mengingat temannya yang telah membuat dia mengingatingat perbuatan temannya yang telah menyakiti hatinya, maka timbul rasa geram yang mendalam sehingga tindakan perkelahian terjadi antara sesama teman sekelasnya. Kata ejekan bisa membuat seseorang merasa tersinggung dikarenakan kata-kata itu bisa membekas difikiran siswa yang merasa harga diri diinjak-injak oleh teman sekelasnya, mereka merasa tidak nyaman kalau dihina maka timbul permasalahan berupa tindakan yang menjadi penyebab kejadian dilingkungan sekolah berikut pengakuan dari informan Jaswir: ” saya tidak suka cara dia bu, suka mengejek kami”coba dia yang diejek begitu juga dengan saya,malulah saya kalau dipermalukan didepan orang ramai apalagi jam istirahatkan banyak orang dikantin”(Wawancara, kamis, 2 April 2015).
Dari pendapat informan dapat dianalisa
ternyata Kata ejekan bisa
membuat seseorang merasa terganggu. Karena berawal dari perbuatan itu timbul permasalahan. merasa Perbuatan yang dilakukan dengan ejekan ternyata dapat membuat siswa tidak suka, dan dapat menimbulkan rasa benci sesama mereka. Ucapan seorang yang tidak benar atau menyinggung perasaan teman sebaya ternyata dapat menjadi punca permasalahan dikemudian hari. Harga diri seorang siswa selalu diperjuangkan, ucapan yang disampaikan dari mulut teman-teman sekelas sifatnya menyinggung perasaan siswa tersebut tetap menjadi ingatan
siswa yang lain sehingga suasana disekitar mereka berkumpul bisa berubah menjadi lebih buruk dari kenyataanya dengan perbuatan. Berikut ini yang termasuk dalam Penyimpangan dasar (Primary deviance) Untuk penyimpangan dasar penulis memasukan siswa yang berkelahi . Berikut wawancara dengan informan Jaswir: “Tak juga bu,sebenarnya saya tak suka berkelahi, malu juga dilihat teman-teman apa untungnya bagi saya tapi kadang kala ada teman sok-sok hebat makanya saya tunjukan kebebatan saya juga.(Wawancara, Kamis, 2 April 2015)
Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisa Ternyata yang dilakukan siswa tidak begitu sering sesuai dengan situasi yang ada berarti perkelahian berawal dari situasi dan keadaan dimana dari dalam diri selalu membayangi apa bermasalahan yang bisa memicu kemarahan antara sesama siswa di lingkungan sekolah, sini ada proses awal. Proses awal (Primary deviance) dari adanya ejekan dari sesama siswa biasa membuat pemikiran seseorang anak cenderung membuat bertambah marah dan dapat menimbulkan suatu tindakan yang menyimpang, berikut masih pengakuan dari jaswir: “Menyinggung dan mempermalukan diri saya,emangnya mereka siapa berani mengejek-ejek saya langsung pukullah biar tahu rasa mereka.”(Wawancara, Kamis, 2 April 2015)
Dari hasil wawancara diatas dapat dianalisa maksud dari mengejek- gejek Permulaan yang terjadi berawal dari mengejek antara satu sama lainnya dari situ mulai timbul permasalahan terjadi antara sesama siswa berupa perkelahian rasa itu timbul melalu pemikiran dimana selalu saja diingatnya setiap ejekan dari temanteman yang sudah menghinanya. Emosi kadangkala bisa membuat anak menjadi tak terkontrol dalam berbuat sesuatu perbuatan yang menyimpang banyak terjadi
Penyimpangan lanjutan / muncul konsep diri (Secondary deviance). Penyimpangan yang ke dua atau lanjutan ada setiap siswa dimana karena mereka sudah ada label disetiap diri setiap siswa yang punya kebiasaan melakukan tindakan menyimpang. Apa yang dilakukannya selalu didasari dengan kemauan diri setiap siswa yang sudah dicap nakal dengan percaya diri menunjukan kehebatan bahwa siswa tersebut pemberani kutiban wawancara dengan imforman ‘’merokok sebenarnya hanya ikut –ikutan, ada teman yang merokok kamipun ikut merokok kalau tak ikut merokok tak dianggap teman’’ berarti konsep diri yang ditanamkan siswa berpedoman dengan harga diri siswa untuk dapat biasa bergabung dengan teman sepermainan, takut tak punya teman dan di jauhi teman. C. Sebutan atau cap Berdasarkan hasil penelitian dilapangan penulis mengambil kesimpulan bahwa
terjadinya
penyimpangan
perilaku
siswa
dikarenakan
adanya
pengelompokan siswa yang benar-benar nakal bergabung dan berkumpul untuk saling menunjukan karakter diri dan kehebatannya masing-masing dalam bersikap yang kurang menyenangkan dengan melakukan suatu tindakan yang tidak wajar dikarenakan mereka benar-benar sudah punya krakter diri dan kemampuan untuk berbuat sesuatu tindakan penganiayaan, pengerusakan, berkelahi, bahkan merokok, karena dilingkungan atau ruang mereka beraktivitas sangat menunjang melalui teman sekelas yang sama-sama punya keperibadian tidak jauh beda samasama bandel dan sama-sama punya label dicap anak bandel atau nakal oleh teman sekelasnnya dengan demikian keperibadian seorang siswa nakal dikumpulkan satu kelas dengan siswa yang nakal juga cenderung dapat mempengaruhi perilaku
tindakan merokok terhadap temannya sendiri. Ketika siswa tersebut ditantang untuk melakukan merokok terhadap teman lain jika siswa tersebut tidak mau melakukannya maka siswa tersebut dikatakan sebagai pengecut. Tingkah laku yang dilakukan siswa didalam kelas pada umumnya sudah menjadi suatu hal biasa dengan adanya cap dia yang paling kuat paling ditakuti teman sekelas menjadi suatu kebanggaan tersendiri mempunyai nilai yang sangat berarti untuk dapat di pertahankan. Berikut Kutipan wawancara antara peneliti dengan informan Adi : “Awalnya hanya lihat-lihat teman-teman bermain dikelas, ada yang tendang-tendang meja jadi saya ikutan kayak mereka. Tendang juga langsung rusak dan patah mejanya.”(Wawancara ,:Senin, 6 April 2015)
Informan menjelaskan apa yang menjadi faktor
yang mengarahkan
kepada siswa untuk melakukan tindakan ‘’ hal biasa untuk memgerusak fasilitas seperti meja awalnya hanya iseng aja suka lihat yang lain melakukan pengerusakan’’ berdasarkan wawancara diatas, menegaskan bahwa siswa yang melakukan penyimpangan perilaku didasari dengan keisengannya untuk berbuat sesuatu supaya dilihat teman sekelasnya bahwa dia hebat. Faktor katerakteristik
siswa diperkuat dilapangan dimana terjadinya
penyimpangan perilaku siswa dengan ada yang disegani dan ditakuti teman sekelasnya, mereka selalu di segani apapun yang disuruh teman lainnya selalu di lakukan siswa tersebut dapat berbuat sesuka hatinya asalkaan dia senang semua teman sekelasnya selalu di suruh melakukaan tindakan yang tidak wajar, contoh apapun yang dia inginkan akan selalu dapat untuk disalurkan melalui sebuah kebiasaan meminta benda, uang, dan meangerjakan pekerjaan atau tugas dari guru.berarti katerakteristik siswa tersebut sangat disegani teman sekelasnya.
Berikut
ini
adalah
hasil
analisa
peneliti
mengenai
factor
yang
melatarbelakangi penyimpangan perilaku siswa SMP Negeri 3 Bintan dilihat dari faktor primary deviance. Penyimpangan dasar (Primary deviance) merupakan suatu perbuatan penyimpangan tingkah laku awal (dikaitkan) biasanya terlihat sebagai perbuatan yang lebih atau paling penting atau menonjol daripada aspek lainnya pada orang yang bersangkutan. Dalam
hal
ini,
informan
merasa
terpengaruh
untuk
melakukan
penyimpangan seperti merokok, berkelahi, melakukan tindakan penganiayaan dan merusak fasilitas sekolah tanpa mampu berfikir dampak yang ditimbulkan akibat perbuatannya tersebut.Salah satu informan juga memaparkan bahwa dirinya terpengaruh untuk melakukan penganiayaan terhadap orang lain yang perbuatan tersebut merupakan hal yang tidak dilakukan oleh banyak siswa pada umumnya seperti yang dikatakan informan. Berikut ini kutipan wawancara antara peneliti dengan informan Wawan: “Coba- coba bu, kan hanya merasa kayak apa enaknya merokok itu, ternyata asik juga ya, apa lagi sama teman-teman jadi pemberani.” (Wawancara , Sabtu, 4 April 2015).
Dimana informan menjelaskan apa yang menjadi faktor mereka melakukan tindakan Merokok di sekitar lingkungan sekolahnya, “teman-teman mengatakan siapa yang berani melakukan Merokok
bersama akan menjadi laki-laki
pemberani”. Berdasarkan wawancara diatas, menegaskan bahwa beberapa siswa melakukan
tindakan
merokok
dilingkungan
sekolahnya
karena
mereka
menginginkan label seorang pemberani diantara siswa lain pada umumnya. Faktor primary deviance juga diperkuat dengan kenyataan dilapangan beberapa siswa terpengaruh dengan pemberian gelar pemberani jika melakukan
Berdasarkan data table diatas dalam rancangan awal, peneliti mendapatkan 17 orang siswa dari SMP Negeri 3 Bintan yang bersedia untuk diteliti dan diwawancarai. Ke-tujuh belas informan ini memiliki informasi yang berbeda-beda diantaranya merusak fasilitas sekolah sebanyak 7 orang, berkelahi disekolah sebanyak 2 orang, siswa yang merokok 5 orang, siswa yang melakukan tindakan penganiayaan 3 orang. Ketujuh belas informan ini peneliti anggap mampu memenuhi pencarian data , jadi dari 17 orang yang bersedia, peneliti pilih 4 orang untuk diwawancara . Proses wawancara yang dilakukan peneliti mengalami beragam situasi dari mulai tidak merespon-nya informan hingga menunjukkan sikap emosional dari beberapa informan yang peneliti wawancarai. Meskipun diawal pembicaraan peneliti mengalami sedikit gugup namun akhirnya peneliti mampu menggali informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. B. Penyimpangan perilaku siswa SMP Negeri 3 Bintan di sekolah Faktor-faktor terbentuknya penyimpangan perilaku Latar belakang terbentuknya penyimpangan perilaku pada siswa SMP Negeri 3 Bintan didasari atas alasan mereka
menerima julukan dari
komunitasnya. Sehingga hal tersebut menjadi apa yang menjadi alasan mereka melakukan penyimpangan terhadap lingkungan sekitarnya. Faktor lain kurang perhatian orang tua terhadap anaknya dirumah, orang tua sibuk dengan pekerjaannya masing-masing membuat anak bebas berbuat sesuka hati mereka tampa ada pengawasan secara langsung dari orang tua.
dirinya bebas dalam bertindak di jalur yang tidak diinginkan. Mereka disegani dan ditakuti teman sekelasnya, mereka selalu di segani apapun yang disuruh teman lainnya selalu di lakukan siswa tersebut dapat berbuat sesuka hatinya asalkan dia senang semua teman sekelasnya selalu di suruh melakukan tindakan yang tidak wajar contoh apapun yang dia inginkan akan selalu dapat untuk disalurkan melalui sebuah kebiasaan meminta benda, uang, dan meangerjakan pekerjaan atau tugas dari guru. Berarti katerakteristik siswa tersebut sangat disegani atau tepatnya lebih ditakuti teman sekelasnya. Maka dengan ini penulis melihat secara langsung ternyata informan biasa berbuat hal menyimpang dipengaruhi dengan kehidupan pribadi masing-masing informan, salah satu diantaranya kurang perhatian orang tua. Dampaknya kepada mereka adalah menjadi berani melawan guru dan melanggar peraturan sekolah di SMP Negeri 3 Bintan . Penggunaan metode penelitian dengan teknik pengumpulan data dan wawancara mendalam dengan informan yang berasal dari Siswa SMP Negeri 3 Bintan menjadi langkah awal peneliti untuk mengetahui kehidupan siswa yang melakukan penyimpangan dari segi siapa dan bagaimana seorang siswa tersebut biasa melakukan perilaku yang dianggap menyimpang secara umum dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitar rumahnya. Berikut ini tabel tentang siswa yang berperilaku menyimpang yang bersedia diwawancarai yaitu: Data Tabel 4.2 No
berkelahi
1.
2 orang
Merusak Fasilitas 7 orang
merokok 5 rang
Tindakan penganiayaan 3 orang
ket
BAB IV PENYIMPANGAN PERILAKU SISWA A. Karakteristik siswa yang melakukan penyimpangan perilaku
Faktor katerakteristik imforman di pengaruhi dengan kehidupan orang tua dilingkungan tempat tinggalnya. Berikut ini data tentang kateristik pekerjaan orang tua: Tabel 4.1 N0
Informan
Buruh
Petani
1
17
10
7
Ket Gaji dibawah upah maksimum berjumlah Rp.1500.000 perbulan perjiwa
Sumber: data SMP Negeri 3 Bintan Tahun 2014
Orang tua informan yang pekerjaannya sebagai petani dan buruh harian lepas yang serba kekurangan, di mana rata-rata orang tua mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing, pergi pagi pulang sore, dengan pendapatan penghasilan sebulanya dibawah standar untuk memenuhi kebutuhan hidup kadang kala masih tidak tercukupi, sehingga kurang perhatian orang tua dengan anaknya disekolah. Jadi kateristiknya dengan penghasilan orang tua yang serba kekurangan membuat anak kurang diperhatikan orang tua, hal tersebut diperkuat dilapangan dimana terjadinya penyimpangan perilaku siswa terjadi karena kurang perhatian orang tua membawa dampak buruk kepada siswa. Mereka merasa bebas untuk berbuat sesuatu tampa ada pengawasan dari orang tua di rumah. Informan banyak meluangkan waktu bermain dengan teman- teman sebaya, bebas berbuat sesuatu tampa sepengetahuan orang tua. Berarti imforman merasa
4. Memicu perkelahian 5. Merokok di sekolah pada jam istirahat. 6. Berbuat asusila. Hal – hal tersebut diatas merupakan perilaku keseharian yang di lakukan oleh siswa – siswa kelas VII D di sekolah. Bagi mereka hal tersebut merupakan keharusan dan merupakan kebiasaan yang terus dilakukan untuk terus mendapatkan perhatian dari teman – teman di sekolah, dengan tujuan agar mereka terus mendapatkan penghormatan dan di takuti oleh sesama teman di kelas maupun luar kelas.
Di sekolah sering kali melihat perbedaan individu ini, misalnya ada siswa yang sangat cepat dan ada yang sangat lambat belajar. Ada yang menonjol dalam kecerdasan tertentu tapi kurang cerdas pada bidang yang lain.Kenyataan ini akan membawa konsekuensi bagi pelayanan pendidikan, khususnya yang menyangkut permasalahan yang di hadapi siswa , diantaranya siswa yang berkelahi, pasti mendapat pelayanan khusus dari guru bimbingan konseling dan
pelayanan
lainnya. Siswa akan menghadapi kesulitan dalam penyesuaian diri antara keunikan dirinya dengan dengan tuntutan dalam lingkungan sekolah. Hal ini di sebabkan karena pelayanan pada pada umumnya program pendidikan memberikan pelayanan atas dasar ukuran pada umumnya atau rata-rata.serta peraturan sekolah sebagai acuan agar siswa yang melakukan tindakan menyimpang perlu mengikuti aturan yang sudah dibuat sekolah.
jam istirahat. Keisengan yang dilakukan siswanya kerap sering terjadi manakala pergantian jam pelajaran dimulai atau pada saat lonceng istirahat berbunyi. Bermula dari rasa iseng yang tidak bisa di kendalikan sampai pada tahap memicu pertengkaran di dalam kelas. Keisengan dimulai dengan mencoret – coret bangku dan meja kelas, dengan tulisan - tulisan yang berbunyi tidak pantas untuk di ungkapkan sebagai pelajar, mengganggu teman sekelas terutama siswa putri dengan melakukan tindakan - tindakan yang memicu keributan di kelas, merusak alat – alat peraga penunjang proses belaja - mengajar. Tidak ada yang terlewatkan bagi mereka untuk melakukan hal - hal yang jelas dilarang oleh peraturan sekolah. Sikap perilaku mereka pada saat jam pelajaran di mulai juga sengaja menampakkan rasa bosan, mengantuk, dan tidak sekali mereka keluar kelas dengan alasan kekamar kecil untuk tidak mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung. Hal - hal yang dilakukan pada saat dikamar kecil juga tidak lepas dari tindakan pengrusakan. Mencoret - coret dinding kamar kecil dengan tulisan – tulisan yang tidak wajar. B. Ciri – ciri Siswa Berperilaku Menyimpang Dibandingkan dengan siswa – siswa yang mengikuti peraturan sekolah dan bertingkah laku wajar, siswa yang berperilaku menyimpang terlihat lebih menonjol dalam hal berpakaian, sikap, dan kepribadian diantaranya sebagai berikut : 1. Kurang hormat kepada guru dan karyawan. 2. Kurang disiplin terhadap waktu dan tidak mengindahkan peraturan. 3. Kurang memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan.
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Siswa Berperilaku Menyimpang Penyimpang perilaku siswa di Smp Negeri 3 Bintan terjadi awal dari proses siswa tersebut berada di sekolah. Awal proses penyimpangan perilaku yang mereka lakukan dikarenakan adanya pengelompokan kelas di bedakan menurut prestasi belajar siswa di kelas. Siswa yang pandai dan berprestasi dimasukan dikelas VII A, sementara siswa yang lain di sesuaikan dengan tingkat kepandaiannya, jumlah kelas terbagi menjadi empat kelas. Dari kelas VII A sampai dengan kelas VII D. Dari kelas nilai rata – ratanya tertinggi berjumlah diantara 9,00 sampai 8.00, dilihat dari nilai rata-rata hasil ujian sekolah, sampai dengan kelas yang siswanya mempunyai nilai rata – rata terendah berjumlah 6.00 sampai 5.50 dilihat juga dari nilai hasil ujian sekolah pada saat mereka masuk ke SMP Negeri 3 Bintan. (Sumber data nilai dari SMPN 3 Bintan Tahun 2014). Objek penelitian penulis fokuskan pada kelas VII D, dimana kelas tersebut adalah golongan kelas yang siswanya mempunyai nilai rata – rata terendah dari beberapa kelas tingkat kelas VII lainnya. Adapun jumlah siswa di kelas tersebut cukup banyak berjumlah 36 siswa. Rata-rata yang yang sering masuk data panggilan orang tua anak yang bermasalah kebanyakan dari kelas VII D. Berdasarkan data yang didapat dari guru bimbingan konseling. Tingkat kenakalan mereka begitu tinggi,sampai-sampai teguran serta bimbingan yang diberikan guru bimbingan konseling tak mereka hiraukan, selalu saja melakukan tindakan yang memicu keributan baik didalam kelas maupun pada
b.
Deviant Career Konsep deviant career mengacu pada seseorang yang diberi label telah
benar-benar bersikap dan bertindak seperti label yang diberikan kepadanya secara penuh. Kai T. Erikson dalam Becker (2005) menyatakan bahwa label yang diberikan bukanlah keadaan sebenarnya tetapi merupakan pemberian dari anggota lingkungan yang mengetahui dan menyaksikan tindakan mereka baik langsung maupun tidak langsung (Atwar 2009). Hubungan Labeling Dengan Prestasi Belajar Remaja yang diberi label akan mengatakan label yang diberikan adalah benar, seterusnya akan terus menerus melakukan dan menjadi apa yang di labelkan kepadanya. Seandainya guru-guru atau siapapun melabelkan seseorang dengan gelar yang tidak baik seperti “ bodoh ”, akhirnya label itu perlahan-lahan membentuk pribadi seseorang. Karena label-label ini, seseorang menjadi pribadi yang tertutup, berputus asa dan tidak ada semangat yang tinggi untuk menjalani hidup ( Sazuana, 2009 ). Begitu besar dampak labeling bagi anak terutama remaja yang sedang dalam fase pencarian jati diri. Dia akan tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang labil serta tidak memiliki rasa percaya diri ( Saputro, 2008 ). Memberikan konseling/ bimbingan kepada klien, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas. Konseling merupakan proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual (Bangfad, 2008).
mereka cenderung melakukan penyimpangan yang lain karena tidak dapat mempertahankan sikap terhadap label yang diberikan kepadanya (Martine, 2008). Konsep lain dari teori labeling adalah : a.
Master Status Teori penjulukan memiliki label dominan yang mengarah pada suatu
keadaan yang disebut dengan master status. Maknanya adalah sebuah label yang dikenakan (dikaitkan) biasanya terlihat sebagai karakteristik yang lebih atau paling penting atau menonjol daripada aspek lainnya pada orang yang bersangkutan. Bagi sebagaian orang label yang telah diterapkan atau yang biasa disebut dengan konsep diri, mereka menerima dirinya seperti label yang diberikan kepadanya. Bagaimanapun hal ini akan membuat keterbatasan bagi seseorang yang diberi label, selanjutnya dimana mereka akan bertindak. Bagi sesorang yang diberi label, sebutan tersebut menjadi menyulitkan mereka akan mulai bertindak selaras dengan sebutan itu. Dampaknya mungkin keluarga, teman, atau lingkungannya tidak mau lagi bergabung dengan yang bersangkutan. Dengan kata lain orang yang mengalami label sebagai penyimpang / menyimpang dengan berbagai konsekuensinya, dia akan dikeluarkan atau tidak diterima oleh lingkungan sekitarnya. Kondisi seperti ini akan sangat menyulitkan untuk menata identitasnya menjadi dirinya sendiri tanpa memandang label yang diberikan kepadanya. Akibatnya, dia akan mencoba melihat dirinya secara mendasar seperti label yang diberikan kepadanya, terutama sekarang ia mengetahui orang lain memanggilnya seperti label yang diberikan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Teori Labeling Labeling adalah identitas yang diberikan oleh sekelompok kepada individu
berdasarkan ciri-ciri yang dianggap minoritas oleh suatu kelompok masyarakat. Labeling cenderung diberikan pada orang yang memiliki penyimpangan perilaku yang tidak sesuai norma dimasyarakat. Seseorang yang diberi label akan mengalami perubahan peranan dan cenderung akan berlaku seperti label yang diberikan kepadanya (Sujono, 1994). Teori labeling mengatakan bahwa makin sering makin banyak orang yang memberikan label kepadanya, orang atau kelompok tersebut akan menyerupai bahkan dapat menjelma menjadi label yang diberikan kepadanya. Reaksi ini muncul karena seseorang yang diberi label merasa terkurung dalam label yang diberikan kepadanya (Hikayat, 2008). Labeling merupakan suatu teori yang muncul akibat reaksi masyarakat terhadap perilaku seseorang yang dianggap menyimpang. Seseorang yang dianggap menyimpang kemudian dicap atau diberi label oleh lingkungan sosialnya (Nitibaskara, 1994). Labeling
merupakan
salah
satu
penyebab
seseorang
melakukan
penyimpangan sekunder. Seseorang yang diberi label akan cenderung melakukan tindakan-tindakan lain yang juga termasuk penyimpangan tindakan primer, khususnya dalam mempertahankan diri dari pemberian label tersebut. Seseorang yang diberi label berusaha menghilangkan label yang diberikan, tetapi akhirnya
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. O.
Sistematika Penulisan Untuk menyajikan penulisan ini secara lengkap dan tepat, maka peneliti
membagi menjadi 5 (lima) BAB dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini materinya sebagian besar berupa penyempurnaan dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan teoritis, konsep operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Didalam bab ini akan dibahas mengenai pengertian penyimpangan, perilaku, siswa dan kelas. BAB III OBJEK PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang gambaran obyek penelitian, misalnya gambaran umum sekolah, sejarah dan perkembangan sekolah, struktur organisasi, dan lain-lain. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan pembahasan tentang perilaku penyimpangan siswa dikelas. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri dari kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan serta saran-saran yang diperlukan kepada pihak-pihak yang terkait.
Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain. Meleong (dalam Herdiansyah, 2010: 143) disini penulis mengumpulkan data berupa dokumentasi foto yang diambil penulis pada saat terjadinya perilaku menyimpang kls 7d dilingkungan sekolah. L.
Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Bintan yang berlokasi di Jl.
Nusantara KM 18 Kijang Kelurahan Gunung Lengkuas Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan. M.
Populasi dan Sampel Populasi dan sampel tidak digunakan dalam penelitian ini sebagaimana
pernyataan Moleong ( 2006 : 224 ). Peneliti menggunakan informan. Yang terdiri dari siswa kelas VII SMP NEGERI 3 BINTAN. N.
Teknik Analisa Data Menurut Bogdan dan Biklen (1982) dalam (Moleong, 2007:248) analisis
data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan data yang dapat dikelola, mensintesiskan data, mencari dan menentukan pola, mengemukakan apa
dengan cara mencatat semua informasi yang didapat dari pihak lain pada saat terjadinya proses pembelajaran diruang kelas. K.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data adalah alat atau sarana bantu yang dipilih dan
digunakan penulis dalam kegiatan pengumpulan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik dan alat pengumpulan data yang meliputi : 1.
Observasi
Teknik dan Alat pengumpulan data dan informasi dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang telah diteliti, disertai dengan catatan-catatan yang menggunakan cek list sebagai alat untuk melihat gejala-gejala yang terjadi dilapangan tanpa sepengetahuan orangorang didalamnya. 2.
Wawancara (Interview)
Percakapan dilakukan dengan dua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer yang mengajukan pertanyaan dan wawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007:186). Adapun tujuan wawancara untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya atau data primer yang sangat menunjang tentang interaksi antar siswa pada saat guru berhalangan hadir. 3.
Dokumentasi
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk suratsurat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya.
Adapun metode penelitian ini penulis menggunakan jenis kualitatif yaitu dengan cara memecahkan semua permasalahan dan memaparkan keadaan apa yang akan diteliti yang berdasarkan fakta-fakta dilapangan yang kurang dan tercapai disaat sekarang ini. Menurut (Moleong, 2007:55-6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang dialami dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah I.
Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendekripsikan fenomena – fenomena yang ada. J.
Sumber dan Jenis Data
a. Data Primer Data Primer merupakan data yang diperoleh melalui wawancara langsung kepada guru dan siswa dilokasi penelitian. Data tersebut berupa data yang berhubungan dengan penyimpangan perilaku siswa di SMP Negeri 3 Bintan. b. Data Sekunder Data Sekunder merupakan data penelitian yang sifatnya mendukung untuk menguatkan data dalam rangka penyusunan laporan penelitian guna menjelaskan permasalahan yang diteliti. Data Sekunder dapat diperoleh dari siswa kelas VII D
Primary deviance yaitu perbuatan menyimpang tingkah laku awal berguna untuk mengidentifikasi berbagai macam pengertian, sikap, tanggapan (termasuk stigma, pencitraan, hingga labelling) masyarakat atas penyimpangan perilaku siswa sehingga membentuk konfigurasi proses kriminalisasi atas suatu perbuatan. Sedang secondary deviance yang di lakukan seseorang menjadi cap tersendiri bahkan orang tahu tentang perbuatannya di mata sesama siswa, berupaya untuk menguak faktor yang tersembunyi di balik persepsi masyarakat atas penyimpangan yang dilakukan siswa di lingkungan sekolahnya. G.
{
HYPERLINK
"http://www.inforemaja.com/2012/10/pengertian-ciri-ciri-
remaja.html" \t "_blank"}Penyimpangan Remaja
Indikator yang penulis gunakan tentang siswa yang melakukan penyimpangan yaitu : 1. Bandel atau tidak patuh dan taat perkataan orang tua untuk perbaikan diri sendiri serta tetap melakukan perbuatan yang tidak disukai orangtua dan mungkin anggota keluarga lainnya. 2. Tidak mengindahkan perkataan orang-orang di sekitarnya yang memiliki wewenang seperti guru dan kepala sekolah. 3. Melakukan pelanggaran terhadap norma yang berlaku di lingkungannya. 4. Melakukan tindak kejahatan atau kerusuhan dengan tidak peduli terhadap peraturan atau norma yang berlaku secara umum dalam lingkungan sekolah sehingga menimbulkan keresahan, ketidakamanan, ketidaknyamanan atau bahkan merugikan, menyakiti, dan lain-lain. H.
Metode Penelitian
ditujukan kepada perbuatan penyimpangan tingkah laku awal. Kelanjutan dari penyimpangan ini berkaitan dengan reorganisasi psikologis dari pengalaman seseorang karena cap yang dia terima dari perbuatan yang telah dilakukan. Ketika label negatif diterapkan begitu umum dan begitu kuat sehingga menjadi bagian dari identitas yang individual, ini yang kemudian diistilahkan Lemert penyimpangan sekunder. Individu yang telah mendapatkan cap tersebut sulit melepaskan diri dari cap yang dimaksud dan cenderung untuk bertingkah laku sesuai dengan label yang diberikan (mengidentifikasi dirinya sebagai pelaku penyimpangan/penjahat). Manusia, dan antar orang dengan kelompok-kelompok masyarakat. Interaksi terjadi apabila dua orang atau kelompok saling bertemu dan pertemuan antara individu dengan kelompok dimana komunikasi terjadi diantara kedua belah pihak (Yulianti, 2003: 91). Oleh karena itu, tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial dimaksudkan sebagai pengaruh timbal balik antar individu dengan golongan dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang diharapkan dan untuk mencapai tujuannya (Ahmadi, 2004: 100). F.
Konsep Operasiona Dalam konsep operasional penulis mengunakan teori labeling dimana
Dua konsep penting dalam teori labeling adalah primary deviance dan secondary deviance. Primary deviance ditujukan kepada perbuatan penyimpangan tingkah laku awal, sedangkan secondary deviance adalah berkaitan dengan reorganisasi psikologis dari pengalaman seseorang sebagai akibat dari penangkapan dan cap sebagai penjahat.
C.
Tujuan Penelitian a. Mengidentifikasi dan memberikan gambaran – gambaran bagaimana perilaku siswa di lingkungan SMP Negeri 3 Bintan. b. Memberikan gambaran faktor – faktor apa saja yang memotivasi siswa melakukan penyimpangan di lingkungan SMP Negeri 3 Bintan.
D.
Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, manfaat
yang diharapkan adalah : a.
Manfaat Teoritis
Menambah ilmu pengetahuan dilingkungan akademis tentang perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh siswa usia SMP, menambah wacana baru tentang kajian perilaku siswa usia SMP bagi perkembangan dan pendalaman studi kasus perilaku penyimpangan, sehingga dapat menjadi referensi bagi penelitian serupa dimasa yang akan datang. b.
Manfaat Praktis
Menambah ilmu pengetahuan dan bahan masukan untuk penulis secara langsung dalam melihat proses penyimpangan perilaku
siswa di lingkungan
sekolah. Secara garis besar menambah bahan referensi yang dapat digunakan oleh para guru dan siswa dalam menghadapi proses belajar-mengajar diruang kelas.
E.
Tinjauan Teoritis Edwin Lemert (1950) memberikan perbedaan mengenai konsep teori
labeling ini, yaitu primary deviance dan secondary deviance. Primary deviance
Di SMP Negeri 3 Bintan kelas VII berjumlah 4 (empat) kelas, masingmasing kelas terdiri dari 36 siswa. Disini penulis melakukan penelitian di kelas VII D. Dari hasil pengamatan didapatkan informasi bahwa ada siswa berkelahi, menyontek jawaban teman sekelasnya, berbicara dikelas, merusak fasilitas yang ada dikelas yaitu kursi dan meja. Dari hasil pengamatan penulis terhadap proses pembelajaran di kelas VII D di SMP Negeri 3 Bintan, penulis melihat ternyata dari 36 siswa yang mengikuti proses pembelajaran selama tiga hari terdapat lebih dari separuh jumlah siswa yang bermain dikelas. Sehingga disini penulis ingin mencoba mencari apa yang menjadi penyebab siswa melakukan tindakan tindakan melawan aturan sekolah yang telah ditetapkan, menjadi suatu permasalahan yang dapat penulis jadikan sebagai sumber penelitian. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik mengambil judul “Penyimpangan Perilaku Siswa” (studi kasus :
SMP Negeri 3 Bintan Jl.
Nusantara Kelurahan Gunung Lengkuas Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan KEPRI ). B. Rumusan Masalah Berdasarkan gejala permasalahan yang diutarakan di latar belakang, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : a. Bagaimana bentuk ciri - ciri perilaku siswa yang melakukan penyimpangaan di dalam lingkungan sekolah SMP Negeri 3 Bintan? b. Mengapa Siswa melakukan tindakan penyimpangan di lingkungan sekolahnya?
F.KEBERSIHAN, KETERTIBAN, KEDISIPLINAN DAN KERAPIHAN 1. Siswa harus menjaga kebersihan di lingkungan sekolah. 2. Setiap siswa harus membuang sampah pada tempat yang ditentukan. 3. Siswa harus menjaga kebersihan kamar kecil / toilet, musholla, halaman sekolah dan lingkungan sekolah. 4. Setiap siswa wajib mengikuti kegiatan gotongroyong yang dilaksanakan sekolah. 5. Tim paket kelas harus membersihkan lantai serta merapikan bangku-bangku dan meja sebelum pelajaran. 6. Setiap siswa menjaga suasana ketenangan belajar baik dikelas, perpustakaan maupun ditempat lain dilingkungan sekolah. 7. Setiap siswa mentaati jadwal kegiatan sekolah, penggunaan dan peminjaman bukuperpustakaan, penggunaan laboratorium dan sumber belajar lainnya. 8. Setiap siswa menyelesaikan tugas yang diberikan sekolah sesuai ketentuan yang ditetapkan. 9. Siswa dilarang : -Berkuku panjang -Mengecat rambut dan kuku -Bertato -Khusussiswa laki-laki tidak berambut panjang melewati kerah baju dan rambut depan melebih alis mata, pakai kalung, gelang, anting-anting, memelihara kumis dan jenggot. -Khusus siswa perempuan tidak boleh memakai make up atau sejenisnya kecuali bedak tipis dan rambut harus dikepangdua pakai pita. G. LAIN-LAIN Dalam kegiatan sehari-hari siswa disekolah, setiap siswa dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Merokok, meminum minuman keras, mengedarkan dan mengkomsumsi narkotika, obat psikotropika, obat terlarang lainnya dilingkungan sekolah. 2. Berkelahi baik perorangan maupun kelompok, didalam sekolah dan diluar sekolah. 3. Mencoret dinding bangunan, paga sekolah, perabot dan peralatan sekolah lainnya. 4. Bebicara kotor, mengumpat, bergunjing, menghina atau menyapaantar siswa atau warga sekolah dengan kata sapaan atau panggilan tidak senonoh. 5. Membawa barang yang tidak ada hubungannya dengan kepentingan sekolah, seperti senjata tajam yang membahayakan keselamatan orang lain. 6. Membawa, membaca mengedarkan bacaan, gambar sketsa, audio atau video pornografi. 7. Membawa kartu dan berjudi dilingkungan sekolah. 8. Membawa HP. 9. Siswa tidak dibenarkan mengambil sesuatu yang bukan miliknya, kecuali mendapat izin dari pemiliknya atau pun yang bertanggungjawab. (Sumber tata tertib sekolah Smp Negeri 3 Bintan tahun 2014)
9.
10. 11.
Siswa yang berhalangan hadir harus membuat surat izin dari orang tua dengan alpa atau tidak hadir tanpa izin dan diberikan sanksi sesuai dengan peraturan. Siswa yang sakit lebih dari 3 hari harus membuat surat keterangan dari dokter. Siswa tidak boleh keluar berbelanja diluar halaman sekolah selama jam pelajaran yang berlangsung.
D. PAKAIAN SERAGAM SEKOLAH 1. Setiap siswa memiliki dan memakai seragam sekolah sesuai dengan ketentuan berlaku, lengkap dengan atributnya. Adapun seragam yang ditetapkan sekolah : a. Hari Senin-Selasa Putih Biru b. Hari Rabu-Kamis Baju Kotak c. HariJumat Kurung Melayu d. Hari Sabtu Olahraga 2. Dalam mengikuti pelajaran olahraga siswa harus memakai pakaian yang sudah ditentukan oleh sekolah dan dipakai saat pelajaran olahraga. 3. Topi sekolah harus dipakai siswa sewaktu mengikuti upacara pada hari senin pagi dan hari-hari yang ditentukan sekolah. E. KetentuanUmum 1. Sopan santun dan rapi dengan ketentuan yang berlaku. 2. MemakaiAtribut OSIS. 3. Topi sekolah sesuai dengan ketentuan, ikat pinggang warna hitam berlambang OSIS. 4. Kaos kaki warna putih menutupi mata kaki dan sepatu bewarna hitam. 5. Pakaian tidak terbuat dari kain tipis tembus pandang, tidak ketat dan tidak membentuk tubuh. 6. Tidak menggunakan perhiasan yang mencolok seperti emas. I. KhususLaki-laki 1. Baju dimasukkan kedalam celana. 2. Panjang celana sesuai dengan ketentuan. 3. Celana dan lengan baju tidak digulung. 4. Celana tidak robek atau dikecilkan (celanapinsil) atau dijahit cutbrai. II. KhususPerempuan 1. Baju dimasukkan kedalam rok. 2. Panjang rok sesuai dengan ketentuan. 3. Bagi yang berjilbab memakai jilbab warna putih. 4. Tidak memakai perhiasan atau aksesoris yang mencolok. 5.Lengan baju tidak digulungkan.
bahas belumnya. Dengan demikian konsikuensinya setiap siswa wajib melaksanakan segala ketentuan yang tercantum dalam tatatertib dengan penuh kesadaran. A. 1. 2. 3.
4.
5.
A. 1.
2. 3. 4. 5.
B. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
8.
DASAR PENYUSUNAN TATA TERTIB Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Keputusan Rapat Dewan Pembina OSIS dengan Pengurus OSIS perwakilan Kelas SMP Negeri 3 Bintan tanggal 08 Nopember 2010. Keputusan Rapat Kerja (Raker) guru, karyawan serta Komite SMPNegeri 3 Bintan. AZASUMUM Sebagai warga negara yang baikdansiswa yang bertanggungjawab patuh pada peraturan dan tatatertib sekolah, hormat pada orang tua, guru, karyawan, santun dalam bertutur kata serta etik dalam pergaulan. Memiliki rasa solidaritas, loyalitas dan integritras terhadap SMPNegeri 3 Bintan. Selalu menjaga nama baik keluargadanSMPNegeri 3 Bintan. Mengerjakan dan melaksanakan semua tugas kewajiban sebagai siswa SMP Negerti 3 Bintan dengan penuh tanggungjawab. Memelihara keamanan, ketertiban dan kebersihan lingkungan sekolah. KEGIATANKURIKULER Siswa wajib mengikuti semua mata pelajaran. Siswa tidak boleh terlambat dalam mengikuti pelajaran. Siswa dilarang sabut dari pekarangan saat PBM berlangsung dari jadwal ditentukan, terkecuali izin dari guru piket. Siswa sudah berada disekolah 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai. Siswa harus berbaris didepan kelas dan masuk kelas dengan tertib dan teratur. 15 menit sebelum awal jam pelajaran pertama, dimulai dengan berdoa an membaca juz Amma (suratpendek) bagi siswa yang beragama islam. Bagi siswa non muslim 15 menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai harus berdoa menurut agama dan kepercayaan masingmasing. Siswa yang terlambat ha rus melapor pada guru piket terlebih dahulu.
kehadiran siswa setiap harinya, dalam satu bulan ada saja yang tidak masuk sekolah. Ini dapat dilihat dari data absensi terdapat 20% ketidak hadiran dari 36 siswa dengan berita tanpa keterangan (Alpa).disamping itu nilai setiap mata pelajaran tidak mencapai tingkat prestasi, dan ada data tentang nilai anak yang bermasalah diantaranya nilai rata-rata kelasnya dibawah harapan dengan kriteria kumulatif mata pelajaran (KKM). Standar
KKM sekolah 72 sampai berkisar
kelevel 78 per setiap mata pelajaran.(sumber data Kurikulum di SMP Negeri 3 Bintan). Adapun di SMP Negeri 3 Bintan mempunyai tata tertib sekolah yang harus di taati yang isinya sebagai berikut : Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( Sisdiknas ), Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya kekuatan spiritual keagamaan , pengendalian diri , kepribadian , kecerdasan , akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya , masyarakat bangsa dan negara. Untuk mewujudkan komitmen pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan SMP N 3 Bintan selaku tenaga pendidik sudahs elayaknya secara konsekuen ikut berperan serta aktif melakukan pembenahan–pembenahan dari segala idang, Sebagaimana yang terlihat dalam beberapa waktu belakangani bahwa tidak sedikit pelajar yang melakukan tindakan –tindakan yang tidak seharusnya dilakukan oleh kaum berpendidikan yang notaben mendapat pendidikan moral dan agama di sekolahnya . Bahkan memprihatinkan lagi banyak tindakan –tindakan yang tidak pantas dilakukan didalam lingkungan pendidikan itu sendiri. Jadi alangkah disayangkan sekali apabila generasi muda kita yang berpendidikan ,bersikap yang tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang pelajar. Untuk mencegah hal-hal yang demikian terulang kembali mental seorang pelajar yang bertujuan agar terbentuknya suasana sekolah yang konduksif sehingga terwujudnya proses belajar mengajar yang efektif. Tata tertib sekolah bertujuan sebagai rambu-rambu dalam bersikap, berucap ,bertindak melaksanakan kegiatan sehari-hari di sekolah,diharapkan dengan dipertegasnya kembali tatatertib yag menjadi rambu-rambu siswa ,mudah-mudahan terciptalah suatu proses belaja mengajar yang efekti seperti yang diharapkan. Adapun tata tertib sekolah ini dibuat berdasarkan dan nilai-nilai yang dianut sekolah dan masyarakat yang meliputi nilai ketakwaan, sopan santun pergaulan, kedisiplinan, ketertiban, kebersihan, kesehatan, kerapihan, keamanan dan nilainilai yang mendukung berlangsungnya kegiatan belajar seperti yang telah kita
jahat oleh teman sekelasnya. Sehingga dia menjadi terkenal didalam lingkungan teman – teman disekolahnya. Hal tersebut bisa dilihat dari penyimpangan yang dilakukan siswa berupa bentuk tindakan seperti berkelahi, merokok didalam kelas, merusak fasilitas sekolah, tindakan penganiayaan, yang di lakukan didalam kelas disaat guru berhalangan masuk atau pergantian jam pelajaran, bahkan pada saat jam istirahat. siswa yang sudah terbiasa berbuat tersebut sangat mempengaruhi siswa lainnya, bahkan mereka merasa takut siswa tersebut karena sudah mereka anggap sebagai yang terkuat dan punya kekuatan untuk melakukan perbuatan semena – mena terhadap siswa yang lain yang di anggap lebih lemah kekuatannya atau tidak berani melawan. Penyimpangan perilaku yang terjadi di SMP Negeri 3 Bintan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Penyimpangan perilaku siswa SMP Negeri 3 Bintan
No
Siswa
Penyimpangan Perilaku
1. 3 siswa Berkelahi 2. 4 siswa Merokok di dalam kelas 3. 5 siswa Merusak fasilitas sekolah 4. 10 siswa Tindakan penganiayaan Sumber : Data SMP Negeri 3 Bintan tahun 2014 Penyimpangan perilaku siswa tersebut mengakibatkan menurunnya prestasi terutama dalam kegiatan belajar dan mempengaruhi siswa yang lain yang berada disekitarnya. Menurunnya perestasi belajar tersebut dapat dilihat dari daftar
maupun kota tanjungpinang, dengan di dukung
transportasi yang mudah,
sehingga dapat dikatakan SMP Negeri 3 Bintan menjadi salah satu pilihan yang menarik bagi orang tua siswa
yang berada di luar Tanjungpinang untuk
melanjutkan pendidikan anaknya ke sekolah tersebut. Kenyataan ini menjadi tantangan tersendiri bagi pihak sekolah, dengan keterbatasan jumlah daya tampung di SMP Negeri 3 Bintan yang hendak menjalani pendidikan di SMP Negeri 3 Bintan, sedangkan permintaan siswa yang ingin menjalani pendidikan di sekolah tersebut. Dengan bertambahnya jumlah siswa, maka tidak dapat dipungkiri sekolah mengahadapi berbagai permasalahan khususnya dilingkungan sekolah dalam proses belajar siswa dikelas maupun pada proses pertemuan sesama siswa di lingkungan sekolah tersebut. Kendala dilapangan dalam menghadapi masalah pribadi siswa yang mempunyai latar belakang berbeda adalah salah satu faktor pencetus terjadinya permasalahan antara sesama siswa yang terjadi pada saat proses belajar di sekolah. Masalah itu berupa perkelahian antar siswa, penganiayaan bahkan berujung pengrusakan yang dilakukan siswa di lingkungan sekolah, mereka tidak ragu – ragu dalam melakukan tindakan – tindakan yang di anggap melanggar peraturan sekolah. Karena tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan sekolah, maka hal ini dapat dikatakan sebagai bentuk penyimpangan. Penyimpangan ini dilakukan siswa karena mereka merasa sudah terbiasa melihat suatu kesalahan dan hal biasa yang dilakukan terhadap teman sekelas dengan menunjukan kekuatanya dalam berkelahi, paling jagoan ditakuti bahkan kalau tidak berbuat merasa resah sehingga sudah menjadi suatu keharusan untuk berbuat kesalahan. Siswa yang selalu melakukan perbuatan tersebut sudah di cap
BAB I A.
Latar Belakang Masalah
Perilaku
menyimpang
yang
juga
biasa
dikenal
dengan
nama
penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial.
Dalam perspektif sosiologi perilaku menyimpang pelajar terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku pelajar yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang, atau telah terjadi kenakalan pelajar. Dalam pemikiran perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku nakal atau jahat yaitu perilaku yang disengaja sehingga menimbulkan keresahan pada masyarakat. Seperti dapat dilihat pada SMP NEGERI 3 Bintan. Siswa yang ada di SMP Negeri 3 Bintan pada umumnya berasal dari wilayah Kabupaten Bintan
PENYIMPANGAN PERILAKU SISWA ( Studi Kasus SMP NEGERI 3 BINTAN ) LISMAIMUNAH Mahasiswa Sosiologi FISIP UMRAH
ABSTARCT Deviant behavior student behavior occurs because there is a deviation from a variety of social rules or of values and social norms in force. Basically deviant behavior or delinquency students are things that are done by the student as an individual and not in accordance with the norms of living prevailing in society. The issues examined in this study regarding deviant behavior in students of SMP Negeri 3 Bintan, while the issues to be addressed in this study need to be formulated in order to be firm and clear formulation of the problem that picture deviant behavior students of SMP Negeri 3 Bintan, and what factors that cause aberrant behavior in students of SMP Negeri 3 Bintan. What kind of behavior they are doing and what factors cause aberrant behavior in students of SMP Negeri 3 Bintan. Students who perform deviant behavior can affect other students seen from the fact that happens, they have their own thoughts in acting in accordance with what is contemplated in advance Keywords: deviant behavior of students, labeling / label deviant students.
PENYIMPANGAN PERILAKU SISWA ( Studi Kasus SMP NEGERI 3 BINTAN ) LISMAIMUNAH Mahasiswa Sosiologi FISIP UMRAH
ABSTRAK Perilaku menyimpang pelajar terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Pada dasarnya perilaku menyimpang atau kenakalan pelajar adalah hal-hal yang dilakukan oleh pelajar sebagai individu dan yang tidak sesuai dengan norma-norma hidup yang berlaku di dalam masyarakatnya. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini mengenai perilaku menyimpang pada siswa SMP Negeri 3 Bintan, sedangkan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini perlu di rumuskan agar menjadi tegas dan jelas, rumusan masalah yakni gambaran perilaku menyimpang siswa SMP Negeri 3 Bintan, dan faktorfaktor apa saja yang menyebabkan perilaku menyimpang pada siswa SMP Negeri 3 Bintan. Jenis Perilaku yang bagaimana yang mereka lakukan dan faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang pada siswa SMP Negeri 3 Bintan. Siswa yang melakukan penyimpangan perilaku dapat mempengaruhi siswa lain dilihat dari kenyataan yang terjadi, mereka mempunyai pemikiran tersendiri dalam bertindak sesuai dengan apa yang difikirkan terlebih dahulu Kata Kunci : Perilaku menyimpang siswa, pemberian cap / label siswa yang menyimpang.