Selamat Belajar …. !!!! Percaya bahwa sesuatu dapat dilakukan! Hapuskan kata tidak mungkin dari pikiran Anda! Pikirkan sesuatu yang istimewa! Berpikirlah ke depan lebih baik! Ingatlah: tidak ada yang tumbuh di dalam es!
21
siswa seringkali dibatasi pada aturan-aturan menulis dan tematema yang terlalu dipaksakan, yang sebenarnya menekan kreatiovitas mereka. Akibatnya, tugas menulis di sekolah seringkali menjadi aktivitas yang mejemukan. Dalam hal ini, Indonesia dapat belajar dari budaya menulis di sekolah yang berkembang di Jepang, di mana mereka membiasakan siswa menulis sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (http://www.acehkids.org). Guru sering memberikan tugas mengarang pada setiap pergantian musim dan setiap liburan. Pada saat-saat tertentu guru meminta mereka menulis tentang. cita-cita, impian-impian, harapan-harapan mereka di masa depan. Setelah itu, guru akan mendokumentasikan tulisan-tulisan mereka dan membukanya setelah lulus pada saat-saat reuni sekolah. Tidakkah ini menjadi aktivitas menulis yang menyenangkan? Selain itu, peran sekolah dalam hal ini adalah menumbuhkan minat baca di kalangan siswa dengan memberikan sarana-sarana, dalam hal ini buku-buku, yang memadai. Hal ini harus dilakukan mengingat budaya menulis tidak bisa dilepaskan dari minat baca. Terbatasnya buku-buku bacaan di sekolah selalu menjadi masalah klasik yang tidak pernah selesai.
harapan bagi perbaikan kualitas buku-buku bacaan untuk remaja dan penjagaan produktivitas industri perbukuan di Indonesia, khususnya industri perbukuan remaja. Sinergisitas peran penulis, pembaca, dan penerbit pun sangat diharapkan mendukung keberhasilan penciptaan peradaban ini.
5. Penutup Remaja memiliki kemampuan dan kreativitas imajinasi yang luar biasa untuk menulis. Memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengekspresikan ide dan imajinasinya, merupakan satu langkah tepat untuk pengembangan budaya menulis di kalangan mereka. Ide-ide kreatif dengan tema yang kaya pun menjadi
Nuranindya, Dyan. 2005. Dealova. Jakarta: Gramedia
DAFTAR PUSTAKA Hurlock, Elizabeth B. 1994. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Gramedia Kompas. Sabtu, 22 Januari 2005. Penulis Belia, Mengubah "Diary" Menjadi Novel . Jakarta ______ . Sabtu, 16 Juli 2005. Memburu Penulis di Medan Sayembara . Jakarta Munadi, Khairul. 2004. Mencermati Budaya Baca Tulis Masyarakat Jepang diambil dari http://www.acehkids.org
Republika. Minggu, 3 April 2005. Laris-Sepi Buku Sastra. Jakarta Teeuw. 1989. Sastra Baru Indonesia II. Jakarta: Pustaka Jaya
20
mereka sebagai pengamat remaja. Akan tetapi, saat ini para remaja ingin mengisahkan tentang dunia mereka sendiri. Ada nilai lebih dari fenomena ini bahwa remajalah yang paling tahu tentang dunianya dan merekalah yang paling tahu cara berkomunikasi di dalam dunianya. Kreativitas mereka dalam berimajinasi tentang dunia mereka pun harus dihargai. Dengan demikian dunia perbukuan remaja akan semakin kaya dengan tema. Selain kreatif dalam berimajinasi tentang persoalan remaja, kreativitas remaja dalam menulis juga dapat dilihat dari penggunaan bahasa dalam karya-karya mereka. Dari aspek kebahasaan ini pun dapat dilihat juga tentang karakter remaja yang cenderung ingin bebas dengan membentuk konvensi kebahasaan yang mereka ciptakan sendiri. Secara umum, ciri kebahasaan remaja dalam teenlit ini memang cenderung bebas. Mereka berbahasa tulis seperti bahasa lisan. Bahasa-bahasa gaul dan bahasa-bahasa tren dalam dunia remaja pun masuk dalam karya-karya mereka. Mereka juga bebas memasukkan bahasa Inggris dalam kalimat-kalimat yang berbahasa Indonesia. Sebagai contoh, hal ini bisa dilihat dalam kutipan novel berikut. "So, I m a lucky girl. Jarang lho, Dio minta maaf sama cewek. Dia kan paling dingin kalo sama cewek. Lo tau kan, banyak banget cewek yang cari muka di depan dia, banyak cewek yang berebut jadi pacar dia, tapi dia nggak nanggepin, kan?" (Nuranindya, 2005)
Merebaknya teenlit dari tangan para remaja dan penulis pemula ini membawa satu pertanyaan besar, yaitu dari mana dan bagaimana mereka belajar menulis. Pertanyaan itu pun memunculkan pertanyaan lanjutan, yaitu apakah sekolah, mengingat para penulis ini banyak lahir dari bangku sekolah, memiliki peran terhadap kemampuan menulis yang mereka miliki. Hal ini bisa dilihat komentar para penulis teenlit ini, di antaranya Dyan Nuranindya, Gisantia Bestari, Maria Adelia, dan Sasya Fitriana, yang mengatakan bahwa mereka tidak mengikuti pelatihan secara khusus untuk menulis, tetapi mereka belajar sendiri dengan kebiasaan menulis buku harian dan corat-coret di buku sendiri (Kompas, 22 Januari 2005). Hal ini menguatkan pendapat bahwa menulis itu sebuah ketrampilan. Dalam motivasi menulis yang sering disampaikan dalam berbagai pelatihan menulis, belajar menulis itu seperti belajar berenang. Artinya, sebanyak apa pun teori tentang berenang dikuasi, taetapi ia tidak akan membuat seseorang pandai berenang tanpa pernah memasukkan dirinya ke dalam air untuk sering berenang. Terkait dengan masalah menulis, maka semakin sering seseorang menulis, maka semakin mahir juga ia melahirkan tulisan-tulisan yang bermutu. Hal inilah yang dilakukan oleh para penulis muda ini. Terkait dengan peran sekolah, maka tugas guru adalah memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk menulis. Bisa jadi kesempatan itu sudah banyak diberikan, tetapi ada satu hal lagi yang menjadi permalahan budaya menulis di sekolah ini, yaitu seringkali guru tidak memberikan kebebasan kepada siswa untuk berkreasi dalam imajinasi yang liar . Para
19
mengherankan kalau pacaran di usia remaja ini seringkali sambung-putus. Fenomena sambung-putus dalam pacaran inilah yang banyak diangkat dalam novel remaja teenlit ini sehingga menarik untuk remaja. Secara khas, novel teenlit lebih banyak berbicara tentang remaja perempuan. Karena itu, tokoh-tokoh dan berbagai persoalan dalam novel pun dipandang dari sudut remaja perempuan ini. Hal ini tentu saja berpengaruh pada sasaran bidik atau konsumen novel-novel ini, yaitu remaja perempuan. Dengan membaca novelnovel jenis teenlit ini mereka merasa menemukan dunianya. Secara psikologis, pada masa remaja, mereka mulai menjauh dari orang tuanya dan lebih mendekat kepada kelompok sosialnya, yaitu sesama remaja (Hurlock, 1994). Diterima oleh kelompok sosialnya menjadi harapan besar bagi para remaja. Melalui dunia remaja dalam cerita teenlit ini, remaja secara tidak langsung merasa menemukan kelompok sosial yang mereka cari. Di sinilah ia membentuk identitas dirinya. Salah satu cara membentuk identitas ini adalah dengan mencari model (modelling) dari orang-orang di sekitarnya. Pada saat ia larut dalam dunia remaja teenlit itu, sebenarnya ia telah mencari model lewat tokoh-tokoh cerita. Tokohtokoh cerita dalam teenlit pun ternyata khas. Kebanyakan teenlit mengangkat tokoh remaja perempuan yang kuat, tidak cengeng, dan mandiri sehingga tidak mudah untuk diombang-ambingkan, dilecehkan dalam berbagai persoalan di pergaulan baik itu percintaan maupun persaingan mengejar prestasi dengan kaum lawannya, yakni kaum laki-laki (Kompas, 22 Januari 2005).
4. Teenlit dan Budaya Menulis pada Remaja Satu hal yang pantas diperhatikan dari fenomena teenlit ini bahwa novel-novel jenis ini banyak ditulis oleh para remaja putri yang masih sangat belia dan kebanyakan dari mereka adalah para penulis pemula. Hal ini menarik untuk dikaji. Jika dulu aktivitas menulis dianggap aktivitas yang elitis dan menjadi pekerjaan beberapa orang saja yang dianggap memiliki kemampuan lebih, maka dengan berkembangnya teenlit seakan mengubah asumsi itu bahwa menulis bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk penulis pemula seperti mereka. Minat menulis di kalangan para remaja ini pun pantas mendapat sambutan yang hangat. Dari data penyelenggaraan sayembara menulis remaja ini (Kompas, 16 Juli 2005), pada tahun 2003 penerbit DAR! Mizan menerima 120 naskah novel untuk jenis penulisan novel remaja. Pada tahun 2005 ini, peserta lomba itu meningkat tiga kali lipat menjadi 361. Berbeda dengan Mizan, sayembara yang diselenggarakan penerbit Gramedia tahun ini menerima tidak kurang dari 400 naskah. Hal ini menunjukkan bahwa antusiasme para remaja untuk menulis memang semakin meningkat. Jika dikaji lebih lanjut, fenomena ini menunjukkan adanya kecenderungan bahwa remaja tidak mau didekte. Dulu para remaja hanya menjadi penikmat atau menduduki posisi sebagai pembaca, dengan menerima sajian-sajian cerita dari orang yang lebih tua. Posisi pengarang yang notabene lebih tua usianya dari para remaja sebenarnya berada di luar lingkaran golongan remaja ini. Lebih tepat jika dikatakan bahwa mereka menulis dengan kaca mata
18
terbesar dari seluruh karya sastra yang ada. Hal ini di antaranya didukung oleh munculnya karya-karya terjemahan, terbuka peluang rubrik cerita populer di berbagai majalah dan koran, dan tentu saja mulai munculnya dukungan media perfilman yang mengangkat kisah-kisah dalam novel populer tersebut. Pada tahun 2000-an, pasar remaja di Indonesia dalam negeri dibanjiri dengan novel-novel remaja serial teenlit. Perkembangan penulisan teenlit ini dapat dilihat dari karya-karya seperti, seperti novel Dealova karya Dyan Nuranindya yang sampai pada bulan Januari 2005 sudah terjual tidak kurang dari 35.000 eksemplar padahal biasanya penjualan buku-buku standar hanya mencapai 2000-5000 eksemplar (Kompas, 22 Januari 2005), Cinta Adisty karya Gisantia Bestari, novel Aku vs Sepatu Hak Tinggi karya Maria Adelia, novel Beautiful Stranger karya Sasya Fitriana, dan novel Jilbab Spears karya Herlinatiens, Cupid Where are You karya Astuti Yudhiasari, dan sebagainya. 3. Teenlit dan Dunia Remaja Fenomena teenlit yang berkembang ini tidak bisa dilepaskan dari keberadaan remaja, baik keberadaan dunia remaja sebagai setting cerita, keberadaan remaja sebagai pembaca atau konsumen, maupun keberadaan remaja sebagai penulisnya. Oleh karena itu, untuk mengkaji perkembangan teenlit ini pun diperlukan kajian terhadap kehidupan dunia remaja. Terkait dengan setting cerita, novel remaja teenlit berkisar pada dunia remaja dengan berbagai masalah dan konflik yang khas pada remaja, seperti percintaan, persahabatan, pergaulan,
persaingan, pencarian identitas, dan sebagainya. Hal ini bisa dilihat sekilas dari novel-novel teenlit yang ada. Novel Dealova memunculkan tokoh perempuan yang tomboi, yang mencari identitasnya dengan terlihat perkasa di mata laki-laki. Novel Cinta Adisti memunculkan tokoh yang tidak suka pacaran atau percintaan yang berakhir menyedihkan karena putus tetapi penulis menggambarkan bahwa tidak perlu sedih hanya karena ditinggal cowok. Sementara itu, novel Aku vs Sepatu Hak Tinggi berisi pesan agar remaja mencintai dan menghargai dirinya sendiri, serta menghargai orang dari tampilan luarnya saja. Berbeda dengan itu, Cupid Where are You mengisahkan tentang seorang perempuan yang memendam cinta pada teman dekat selama enam tahun tetapi tidak bersambut karena perbedaan keyakinan. Tokoh yang diangkat dalam novel ini pun digambarkan sebagai perempuan yang kuat, di mana ia merasa bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan cinta itu, meskipun dengan cara menyakiti pacar dari teman dekatnya tersebut. Dari berbagai tema yang diangkat dalam teenlit ini, dapat dimengerti bahwa teenlit khas dengan persoalan remaja. Secara psikologis, remaja tengah memainkan peran seks dengan memiliki ketertarikan kepada lawan jenis. Ketertarikan ini dalam prakteknya diwadahi dengan aktivitas pacaran, yaitu bertemunya laki-laki dan perempuan yang saling jatuh cinta dan saling membuat komitmen dengan perasaannya masing-masing. Pacaran bagi remaja menjadi bagian simbol statusnya, di mana dengan pacaran ia merasa diterima dan dihargai oleh kelompok remajanya dan tidak dianggap kurang pergaulan/kuper. Karena itu, tidak
17
menduduki posisi sebagai penulisnya. Bahkan, tidak jarang penulis remaja ini merupakan remaja yang masih sangat belia. Hal ini bisa dilihat dari perkembangan novel-novel remaja teenlit yang banyak ditulis oleh para penulis pemula. Hasilnya pun tidak selalu jelek, bahkan novel-novel remaja teenlit hasil sayembara-sayembara yang diterbitkan pun beberapa dihasilkan oleh para penulis pemula ini. Ada banyak hal yang menarik dari fenomena perkembangan penulisan novel remaja teenlit ini di Indonesia. Makalah ini secara khusus akan membahas fenomena teenlit ini dan perannya dalam menumbuhkan budaya menulis di kalangan remaja. 2. Teenlit sebagai Genre Novel Populer Secara kasar, Teeuw (1989) membagi fiksi modern dalam tiga golongan besar, yaitu bacaan hiburan, cerita dengan kecenderungan konvensional, dan fiksi modern dengan kecenderungan inkonvensional. Pembagian itu tentu saja bukan pembagian yang kaku. Bacaan hiburan merupakan bacaan yang berfungsi untuk menghibur. Pembagian cerita dengan kecenderungan konvensional dan inkonvensional yang dilakukan Teeuw tersebut terkait dengan konvensi unsur-unsur intrinsik sastra. Konvensional dan inkonvensional pun tidak dikategorikan secara kaku karena tidak ada batas yang tegas dalam kategori tersebut. Oleh karena itu, Teeuw menyebutnya dengan memiliki kecenderungan konvensional dan inkonvensional. Jika cerita yang memiliki kecenderungan konvensional masih berpegang pada konvensi atau aturan-aturan yang ada, maka cerita yang memiliki
kecenderungan inkonvensional tidak berpegang atau menyimpang dari konvensi sastra yang sudah ada. Berbeda dengan dua jenis cerita tersebut, bacaan hiburan dalam bentuk novel seringkali juga disebut novel populer atau biasa disingkat novel pop. Sesuai dengan istilahnya, populer, maka novel ini berorientasi pada people atau orang. Artinya, novel ini berkembang mengikuti kemauan orang sebagai konsumennya. Karena itu, variasi novel jenis ini pun beragam dan berkembang dinamis mengingat selera orang sebagai konsumennya pun selalu berubah. Dalam pembagian fiksi modern yang dilakukan Teeuw, novel remaja teenlit termasuk dalam kategori novel populer ini. Dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II, Teeuw (1989) mengatakan bahwa keberadaan bacaan hiburan ini patut diperhitungkan dalam pembicaraan perkembangan sastra modern di Indonesia. Hal ini diperkuat oleh ditemukannya data bahwa secara historis keberadaan bacaan hiburan ini juga mengisi rangkaian sejarah sastra Indonesia. Hal ini berdasarkan telaah Labrousse (Teuuw, 1989) yang mengemukakan bahwa ketika novelnovel bermutu atau resmi tidak dapat diperoleh di Indonesia, khususnya selama tahun 1966-1969, maka novel-novel populer karya Motinggo Busye dan lain-lain merupakan satu-satunya bentuk fiksi yang ada. Dengan kata lain, kehadiran novel-novel populer ini termasuk mata rantai perjalanan sejarah sastra di Indonesia. Dalam perjalanan berikutnya, novel populer di Indonesia menunjukkan perkembangan yang baik. Bahkan, dalam tinjauan Teeuw (1989), jumlah karya sastra populer menduduki jumlah
16
5. TAHAP PUBLIKASI • •
Tulisan akan berarti dan lebih bermanfaat jika dibaca orang lain Sesuaikan tulisan dengan media publikasi yang akan kita tuju
Contoh Makalah TEENLIT DAN BUDAYA MENULIS DI KALANGAN REMAJA Oleh Kusmarwanti 1. Pengantar Dunia remaja selalu berkembang dan selalu berubah. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan kedinamisan dunianya. Perkembangan dan perubahan ini dapat dilihat dari kedinamisan perubahan tren remaja, mulai dari pakaian, tas, gaya bahasa gaul, tatanan rambut, sampai bacaan yang akhir-akhir ini marak dalam setiap perbincangannya, yaitu teenlit. Sesuai dengan asal katanya, teen, yang dalam bahasa Inggris berarti remaja, maka teenlit ini merupakan istilah untuk novel remaja, terutama remaja perkotaan. Perkotaan dalam hal ini bukan menunjuk pada kota yang sesungguhnya, karena novel jenis teenlit ini pun sudah masuk ke wilayah perkampungan, tetapi kota dalam arti peradaban. Peradaban perkotaan bagi remaja merupakan status gaul di mana
mereka menghindari julukan kuper dan kampungan karena tidak mengkuti perkembangan remaja perkotaan ini. Tema-tema novel jenis teenlit ini pun banyak didominasi dengan tema percintaan yang selalu menjadi pembicaraan menarik bagi remaja. Akhir-akhir ini perkembangan penerbitan novel remaja teenlit di Indonesia memang tengah melesat. Geliat para penerbit pun mulai terasa karena penerbitan novel remaja teenlit ini menjadi industri yang cukup menjanjikan dari sisi bisnis. Menanggapi hal ini, Robinson Rusdi, Sekretaris Umum Ikatan Penerbit Indonesia/IKAPI (Republika, 3 April 2005), mengatakan bahwa saat ini banyak buku-buku fiksi (teenlit masuk dalam kategori ini) banyak diminati, terbukti dengan seringnya buku-buku jenis ini booming dan best seller sehingga sering dicetak ulang. Hal ini menyebabkan banyak penerbit, penerbit lama maupun penerbit baru, ikut ramai-ramai masuk ke pasar buku fiksi jenis ini. Akan tetapi, ternyata hal ini tidak berlaku untuk buku-buku sastra serius di mana konsumennya tertentu atau terbatas sehingga penerbit kurang berminat. Karena peluang tersebut, fenomena dulu dan sekarang pun akhirnya berbicara lain. Jika dulu penulis mencari penerbit yang bersedia menerbitkan karyanya, maka saat ini penerbitlah yang memburu penulis untuk diterbitkan karyanya, khususnya karya-karya teenlit ini. Bukan hanya muncul pada penerbit, ternyata geliat itu pun juga muncul di kalangan para remaja. Remaja sering menjadi sasaran konsumen yang strategis untuk industri penerbitan. Yang lebih menarik lagi, jika dulu remaja menduduki posisi sebagai sasaran pembaca, tetapi akhir-akhir ini mereka berlomba
15
TAHAPAN MENULIS
Perhatikan dan bandingkan penulisan judul-judul berikut! KEGEMBIRAAN DAN KEBEBASAN BEREKSPRESI DALAM BELAJAR SAMBIL BERMAIN DI SDIT LUQMAN AL HAKIM YOGYAKARTA KEGEMBIRAAN DAN KEBEBASAN BEREKSPRESI DALAM BELAJAR SAMBIL BERMAIN DI SDIT LUQMAN AL HAKIM YOGYAKARTA KEGEMBIRAAN DAN KEBEBASAN BEREKSPRESI DALAM BELAJAR SAMBIL BERMAIN DI SDIT LUQMAN AL HAKIM YOGYAKARTA KEGEMBIRAAN DAN KEBEBASAN BEREKSPRESI DALAM BELAJAR SAMBIL BERMAIN DI SDIT LUQMAN AL HAKIM YOGYAKARTA
1. TAHAP PRAPENULISAN : pemilihan dan pembatasan topik, merumuskan tujuan, mempertimbangkan bentuk karangan, mempertimbangkan pembaca, mengumpulkan data pendukung, perumusan judul, dan penyusunan ide dalam bentuk kerangka karangan atau outline 2. TAHAP PENULISAN DRAF : mengekspresikan ide-ide ke dalam tulisan kasar, pengembangan ide masih bersifat tentatif. Pada tahap ini, konsentrasikan perhatian pada ekspresi/gagasan, bukan pada aspek-aspek mekanik 3. TAHAP REVISI : memperbaiki ide-ide dalam karangan, berfokus pada penambahan, pengurangan, penghilangan, penataan isi sesuai dengan kebutuhan pembaca. Kegiatan tahap revisi: (1) membaca ulang seluruh draft, (2) sharing atau berbagi pengalaman tentang draf kasar karangan dengan teman, (3) merevisi dengan memperhatikan reaksi, komentar/masukan 4. TAHAP PENYUNTINGAN : memperbaiki perubahanperubahan aspek mekanik karangan, memperbaiki karangan pada aspek kebahasaan dan kesalahan mekanik yang lain. Aspek mekanik a.l. : huruf kapital, ejaan, struktur kalimat, tanda baca, istilah, kosa kata, format karangan
14
Jabrohim dkk. 2001. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Menulis dengan Ikhlas. 2005. Diakses dari www.republika.co.id. Pada 25 Juli 2005. Mudiyono. 1996. Peranan Pendidikan Prasekolah dalam Proses Sosialisasi . Tesis Magister. Tidak diterbitkan. Program Pascasarjana IKIP Yogyakarta. Musfiroh, Tadkiroatun. 2004. Keseimbangan Intelegensi, Emosional, dan Spiritual Anak Usia Dini . Makalah disampaikan dalam Forum Ilmiah Guru dan Yayasan AUD se-DIY di BPKB Provinsi DIY, Juli 2004. Republika. 2005. Laris Sepi Buku Sastra . Minggu, 3 April 2005. Jakarta. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan (diterjemahkan oleh Melani Budianta). Jakarta: Gramedia. Wiedarti, Pangesti (Ed.). 2005. Menuju Budaya Menulis. Yogyakarta: Tiara Wacana.
MENULIS MAKALAH BAGIAN-BAGIAN MAKALAH Pada dasarnya, sebuah makalah terdiri dari tiga bagian yaitu pendahuluan (pengantar), isi, dan penutup. • Pendahuluan berisi latar belakang makalah atau tema makalah itu ditulis. • Isi merupakan inti tulisan atau makalah yang bisa ditulis dalam subjudul-subjudul. • Penutup merupakan bagian yang mengakhiri makalah yang berisi kesimpulan JUDUL Sebagaimana sebuah tulisan, makalah juga memiliki judul. Judul makalah harus menarik, ringkas, dan mudah dipahami. Yang penting diperhatikan juga dalam judul makalah adalah masalah penulisan. Jika judul cukup ditulis dalam satu baris memang tidak masalah. Akan tetapi, jika judul harus ditulis lebih dari satu baris, seringkali pemenggalan menjadi masalah.
13
Menuju Budaya Menulis (Ed. Pangesti Wiedarti). Yogyakarta: Tiara Wacana. Artikel dalam majalah/koran yang tidak ada nama pengarangnya Republika. 2005. Laris Sepi Buku Sastra . Minggu, 3 April 2005. Jakarta. Artikel dalam majalah/koran yang ada nama pengarangnya Imran, Ahda. 2004. Dadaisme dan Geni Jora: Antara Diskusi dan Pengadilan Juri , Khazanah, 27 Juni 2004. Bandung. Artikel dalam internet yang ada nama pengarangnya Hernowo. 2005. Mengikat Makna: Sebuah Proses Kreatif Membaca dan Menulis yang Memberdayakan Diriku . Diunduh dari www.ekuator.com pada 29 Maret 2005. Artikel dalam internet yang tudak ada nama pengarangnya Menulis dengan Ikhlas. 2005. Diakses dari www.republika.co.id. Pada 25 Juli 2005. Artikel dari makalah Musfiroh, Tadkiroatun. 2004. Keseimbangan Intelegensi, Emosional, dan Spiritual Anak Usia Dini . Makalah disampaikan dalam Forum Ilmiah Guru dan Yayasan AUD se-DIY di BPKB Provinsi DIY, Juli 2004. Skripsi/Tesis/Disertasi Mudiyono. 1996. Peranan Pendidikan Prasekolah dalam Proses Sosialisasi . Tesis Magister. Tidak diterbitkan. Program Pascasarjana IKIP Yogyakarta.
CARA MENYUSUN DAFTAR PUSTAKA Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun daftar pustaka: • Ditulis berdasar urutan abjad, ditulis satu spasi dengan jarak satu spasi setiap pergantian penulisan buku sumber • Jika ada dua atau lebih buku ditulis oleh orang yang sama, maka urutan penulisan berdasar urutan tahun terbit, tanpa harus mengulang nama pengarang dan cukup digantikan dengan garis ( ______ ) CONTOH PENYUSUNAN DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA Budiyanto, Dwi. 2005. Mengoptimalkan Kemampuan Menulis Anak Melalui Rangsangan Membaca Sejak Dini dalam Menuju Budaya Menulis (Ed. Pangesti Wiedarti). Yogyakarta: Tiara Wacana. Hernowo. 2003. Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza. Bandung: Kaifa. _______. 2005. Mengikat Makna: Sebuah Proses Kreatif Membaca dan menulis yang Memberdayakan Diriku . Diakses dari www.ekuator.com pada 29 Maret 2005. Imran, Ahda. 2004. Dadaisme dan Geni Jora: Antara Diskusi dan Pengadilan Juri , Khazanah, 27 Juni 2004. Bandung.
12
keluwesan kognitif umum. Individu yang kreatif memiliki kekuatan ego yang superior serta cara positif dan konstruktif dalam menanggapi masalah. Intuisi juga merupakan tanda orang yang kreatif. Kemandirian dalam sikap dan perilaku sosial tampak selalu mendampingi kreativitas.
• • • •
Kutipan tidak langsung, adalah kutipan dari sebuah buku sumber yang diungkapkan dengan bahasa dan gaya penulis sendiri, tentu saja dengan tidak mengurangi isinya dari penulis aslinya. Beberapa variasi penulisan kutipan tidak langsung ini di antaranya: • • •
Belajar di sekolah harus mampu mengembangkan rasa kasih, kerja sama, komitmen, dan kreativitas para peserta didik (Samples, 2002:26-27). Menurut Samples (2002:26-27), belajar di sekolah harus mampu mengembangkan rasa kasih, kerja sama, komitmen, dan kreativitas para peserta didik. Samples (2002:26-27) berpendapat bahwa belajar di sekolah harus mampu mengembangkan rasa kasih, kerja sama, komitmen, dan kreativitas para peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA Merupakan daftar buku sumber yang digunakan sebagai referensi dalam penulisan karangan ilmiah. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menulis daftar pustaka di antaranya:
Nama gelar tidak ditulis Judul buku dan nama majalah/koran/jurnal ditulis dengan huruf miring Judul artikel (majalah/koran/internet/makalah) ditulis dalam tanda petik Ada beberapa model penulisan daftar pustaka. Karena itu, jika Anda menulis skripsi, sesuaikan dengan aturan yang ditetapkan di fakultas Anda.
CARA MENULIS DAFTAR PUSTAKA Buku Hernowo. 2003. Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza. Bandung: Kaifa. Buku yang ditulis dua orang, buku terjemahan Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan (diterjemahkan oleh Melani Budianta). Jakarta: Gramedia. Buku dengan penulis lebih dari tiga Jabrohim dkk. 2001. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Buku hasil editan Wiedarti, Pangesti (Ed.). 2005. Menuju Budaya Menulis. Yogyakarta: Tiara Wacana. Artikel dalam buku kumpulan artikel yang ada editornya Budiyanto, Dwi. 2005. Mengoptimalkan Kemampuan Menulis Anak Melalui Rangsangan Membaca Sejak Dini dalam
11
KUTIPAN DAN DAFTAR PUSTAKA FUNGSI KUTIPAN Kutipan dalam sebuah karangan ilmiah berfungsi untuk menunjang dan memperkuat ide-ide yang dikemukakan dalam karangan ilmiah tersebut. Karena berfungsi hanya sebagai penunjang, maka jumlah kutipan semestinya tidak lebih banyak dari keseluruhan isi karangan. Jumlah kutipan, terutama kutipan langsung, yang terlalu banyak akan menimbulkan kesan bahwa penulis karya ilmiah kurang menguasai bahan pustaka yang dikutip. JENIS KUTIPAN Kutipan langsung, adalah kutipan yang sama persis dengan sumber aslinya. 1. Jumlah baris < 4 baris, ditulis di dalam teks dengan tanda petik, ditulis bukan dengan huruf miring, kecuali kutipan dalam bahasa asing. 2. Jumlah baris 4 baris, ditulis di luar teks tanpa tanda petik, jarak 1 spasi, menjorok ke kanan, ditulis bukan dengan huruf miring, kecuali kutipan dalam bahasa asing. Perhatikan contoh berikut ini!
......
Kondisi ini juga bertentangan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar kecerdasan terawat dengan baik, sebagaimana ditulis oleh Porter dan Hernacki (1999:30), Struktur saraf bagian bawah harus cukup berkembang agar energi dapat mengalir ke tingkat yang lebih tinggi, serta anak harus merasa aman secara fisik dan emosional.
...... Dari penelitiannya, Dellas dan Gaier (Hurlock, 2000:5) menyimpulkan ciri-ciri orang kreatif dalam kutipan berikut. Konstelasi ciri psikologis tertentu timbul secara konsisten pada individu yang kreatif dan membentuk kerangka kepribadian kreatif yang dapat dikenal. Kerangka ini menunjukkan bahwa pribadi yang kreatif lebih menonjol karena minat, sikap, dan dorongan ketimbang karena kecerdasan. Kemampuan kognitif yang tampak paling sering dikaitkan dengan kreativitas adalah kecerdasan di atas rata-rata dan penggunaan kecerdasan itu secara efektif, kemampuan untuk menghasilkan gagasan yang luar biasa dan tepat, kemampuan mengingat yang istimewa dan lebih banyaknya pengalaman hidup, kemahiran menghasilkan gagasan dan kemampuan untuk mensintesis gagasan yang asing dan berbeda, pengamatan yang diskritninatif dan
10
PENGEMBANGAN PARAGRAF PENGERTIAN PARAGRAF Paragraf merupakan gabungan beberapa kalimat yang saling berhubungan satu sama lain dan membentuk satu gagasan atau mendukung satu ide pokok. SYARAT PARAGRAF YANG BAIK 1. Hanya mengandung satu ide pokok atau gagasan 2. Ada kepaduan dan kesatuan antarkalimat pembentuk paragraf • Suatu paragraf dikatakan padu (cohesive) jika kalimat-kalimat pembentuknya berhubungan satu sama lain. • Suatu paragraf dikatakan memiliki kesatuan (coherence) jika kalimat-kalimat pembentuknya tidak terlepas dari ide pokok. 3. Berunsur kalimat topik (kalimat yang berisi ide pokok) dan kalimat pengembang (kalimat yang berisi rincian ide pokok yang terbentang dalam kalimat topik)
9
PENGEMBANGAN IDE PENGEMBANGAN IDE DENGAN METODE MIND MAPPING Pengembangan ide dengan metode mind mapping terilhami dari Quantum Learning. Prinsipnya adalah merapikan ide atau menjabarkan dan mengaitkan hubungan antara ide-ide kecil yang membentuk sebuah topik atau tema. Pengembangan ide dengan metode mind mapping ini agak mirip dengan penyusunan kerangka karangan. Bedanya, kerangka karangan hanya menjabarkan ide-ide besar atau subbab-subbab, sedangkan pengembangan ide dengan mind mapping menjabarkan ide sampai sekecil-kecilnya.
sewaktu-waktu ada ide baru terkait dengan tulisan yang Anda buat. CONTOH MIND MAPPING Contoh mind mapping pengembangan ide dapat dilihat pada bagan berikut.
Beberapa keuntungan pengembangan ide dengan metode mind mapping: 1. Tidak ada tulisan yang terulang 2. Tidak ada ide yang tertinggal 3. Bisa dilihat kaitan antara ide-ide kecil dalam satu kesatuan topik atau tema tulisan (Pada dasarnya ideide kecil itu adalah serpihan-serpihan pemikiran yang melintas di kepala Anda. Jika Anda pernah merasa memiliki ide tulisan yang baik tetapi tidak bisa menuangkan dalam tulisan, maka sesungguhnya ide yang banyak sekali itu adalah serpihan-serpihan pemikiran tadi. Dengan mind mapping, maka Anda telah merapikan ide-ide Anda.) 4. Meskipun belum ditulis, Anda sudah mempunyai gambaran tentang isi tulisan Anda bisa menambahinya
8
KARANGAN NONILMIAH karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan seharihari. CIR-CIRI: v ditulis berdasarkan fakta pribadi, v fakta yang disimpulkan subjektif, v gaya bahasa konotatif dan populer, v tidak memuat hipotesis, v penyajian dibarengi dengan sejarah, v bersifat imajinatif, v situasi didramatisir, v bersifat persuasif. v Contoh karangan nonilmiah yaitu dongeng, cerpen, novel, dan drama.
PENGGALIAN IDE Dilihat dari organisasinya, sebuah karangan terdiri dari dua unsur, yaitu isi dan format/bentuk. Isi terkait dengan ide yang dikembangkan dalam sebuah tulisan, sedangkan format/bentuk terkait dengan teknik penyajiannya (misalnya pemilihan katanya, pembentukan kalimatnya, pengembangan paragrafnya, alur tulisannya, dan sebagainya). Kedua hal ini saling berhubungan dan menentukan kualitas tulisan.
Sebagus apa pun ide tulisan, jika tidak didukung teknik penyajian/teknik penyampaian yang baik, tulisan itu tidak akan sampai kepada pembaca. Begitu juga sebaliknya. Seperti halnya makanan, seenak apa pun menu yang disajikan tanpa teknik penyajian yang menarik, makanan itu pun menjadi tidak menarik. Begitu juga sebaliknya. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih ide tulisan/karangan ilmiah: 1. menarik perhatian Anda 2. ada di sekitar Anda atau dekat dengan Anda 3. sempit dan terbatas 4. ada data dan fakta yang objektif 5. prinsip-prinsip ilmiahnya Anda ketahui 6. memiliki sumber acuan atau pustaka Beberapa contoh ide tulisan: 1. Belajar sambil bermain di sekolah Taman Kanak-kanak 2. Teenlit dan budaya menulis di kalangan remaja 3. Di balik pelarangan obat nyamuk Hit 4. Pro dan kontra Rancangan Undang-Undang kewarganegaraan ganda 5. Fenomena gempa di Indonesia
7
v Bentuknya dapat berupa makalah, usulan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. v Makalah terdiri atas judul karangan, abstrak, pendahuluan, pembahasan, simpulan, dan daftar pustaka. v Usulan penelitian memuat judul, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, hipotesis, metode penelitian, jadwal penelitian, sistematika penulisan, dan daftar pustaka CIRI-CIRI: • sistematik; • objektif; • cermat, tepat, dan benar; • tidak persuasif; tidak argumentatif; • tidak emotif • tidak mengejar keuntungan sendiri; • tidak melebihi-lebihkan sesuatu.
METODE ILMIAH
Ø konseptual berarti memiliki gagasan orisinil Ø procedural berarti memulai dengan observasi mengakhiri dengan pernyataan-pernyataan umum
dan
KARANGAN ILMIAH POPULER Ø karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut metodologi penulisan yang benar Ø bahasa yang digunakan melonggarkan aturan, seperti menggunakan diksi yang bermakna konotasi dan figurative, menggunakan istilah-istilah umum yang dipahami oleh semua kalangan, dan menggunakan kalimat yang kurang efektif Ø Karangan ilmiah populer dapat berbentuk artikel, editorial, opini, tips, dan resensi buku. Ciri-ciri: Ø ditulis berdasarkan fakta pribadi, Ø fakta yang disimpulkan subjektif, Ø gaya bahasa formal dan populer, Ø mementingkan diri penulis, Ø melebihi-lebihkan sesuatu, Ø usulan bersifat argumentatif, Ø bersifat persuasif
Pelaksanaan Penulisan Karangan Ilmiah
Ø Langkah-langkahnya yaitu membuat timbangan pustaka, menentukan masalah, memecahkan masalah, membentuk hipotesis, menguji hipotesis, dan menerbitkan hasil penelitian.
6
d.
radar radar [radar] Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal. dulce et utile status quo internet lift
KESANTUNAN KALIMAT Kehematan Jika…, maka… Jika…,... atau … maka… tidak sama seharusnya berbeda tidak jadi seharusnya batal mempunyai hak seharusnya berhak pengangkut udara seharusnya maskapai Misalnya: 1. Jika nama penumpang tidak sama dengan nama yang tercantum di dalam tiket, maka pengangkut udara mempunyai hak menolak orang yang namanya berbeda dengan nama yang tercantum di dalam tiket tersebut dan dengan demikian keberangkatan orang tersebut menjadi tidak jadi. Kalimat 1) dapat diperbaiki menjadi Jika nama penumpang berbeda dengan tiket, maskapai berhak menolak keberangkatannya. atau
Nama penumpang berbeda dengan tiket maka maskapai berhak menolak keberangkatannya. 2. Dengan ini kami atas nama jurusita saya beritahukan bahwa ia/mereka menjawab gugatan tersebut secara lisan/tertulis yang ditanda-tangani olehnya sendiri atau oleh kuasanya dan diajukan dalam persidangan dan kepada penggugat saya beritahukan juga bahwa untuk menguatkan dalildalilnya ia/mereka dapat mengajukan surat-surat bukti atau saksi dalam persidangan yang telah ditentukan tersebut di atas. Kalimat 2) dapat diperbaiki menjadi Dengan ini atas nama jurusita kami beritahukan bahwa penggugat berhak menggunakan hak jawabnya dengan mengajukan saksi dan buktibukti.
KARANGAN ILMIAH v Karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi serta penulisan yang benar v Menggunakan ragam bahasa Indonesia resmi v Terdapat konvensi penulisan yang terdiri atas bagian awal karangan, bagian isi, dan bagian akhir karangan
5
v
Contoh: anabolisme demokrasi
pasar modal pemerataan
Istilah Umum dan Istilah Khusus ü Istilah umum adalah istilah yang berasal dari bidang tertentu, yang karena dipakai secara luas, menjadi unsure kosakata umum. Misalnya: anggaran belanja penilaian daya radio ü Istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja. Misalnya: geniokologi orthopedic Persyaratan Istilah yang Baik 1. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat untuk mengungkapkan konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari makna itu. 2. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling singkat di antara pilihan yang tersedia yang mempunyai rujukan yang sama. 3. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi) yang baik. 4. Istilah yang dipilih adalah kata yang sedap didengar (eufonik). 5. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya sesuai kaidah bahasa Indonesia.
Pemadanan Istilah 1. Penerjemahan a. Langsung, berdasarkan kesesuaian maknanya, tetapi bentuknya tidak sepadan. Misalnya: supermarket pasar swalayan merger gabung usaha Berdasarkan kesesuaian bentuk dan makna. Misalnya: bounded zone kawasan berikat skycraper pencakar langir b. Dengan perekaan, menciptakan istilah baru. Misalnya: catering jasa boga inovention rekacipta 2. Penyerapan Penyerapan istilah asing, dengan mengutamakan bentuk visualnya, dilakukan dengan empat cara: a. Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal. camera [kaem ra] kamera [kam ra] system [s stem] system [s stem] b. Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal. design [desa n] desain [desain] photocopy [fotok pi] fotokopi c. Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan, tetapi dengan penyesuaian lafal. bias [ba s] bias [bias]
4
bukan kata penghubung
KALIMAT • •
Kalimat merupakan bagian terkecil karangan yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan (Alwi dkk. 1993:254) Karangan yang baik memiliki nilai keterbacaan yang tinggi, yaitu karangan yang ditampilkan dalam kalimat-kalimat yang bersahabat dengan pembaca (Razak, 1985:2)
KALIMAT EFEKTIF No Kriteria Kalimat Efektif 1. Ada keserasian bentuk dan makna 2. Unsur-unsur pembentuknya lengkap, minimal terdiri dari S dan P 3. S tidak berkata depan 4. O tidak berkata depan 5.
6.
Kata “yang mana” bukan kata penghubung Kata “di mana”
7.
Hemat kata
8.
Memenuhi syarat kesejajaran
9.
Memiliki satu gagasan pokok
Contoh Kalimat Salah Dia mengerumuni mahasiswa.
Banyak siswa yang tidak lulus ujian.
Di UNY akan mengadakan pameran pendidikan. Pertemuan itu membahas tentang pelepasan wisudawan. Ia mengunjungi ibunya yang mana telah melahirkannya. Ia membeli banyak bingkisan di mana
10. Tidak salah nalar
beberapa akan diberikan kepada anakanak yang orang tuanya meninggal karena gempa. Agar supaya mendapat nilai yang bagus, mahasiswa harus rajin belajar. Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan buku-buku diberi label. Pentas tari sebagai pertanggungjawaban kegiatan Penggalian Tari Mandiri mahasiswa semester gasal tahun ajaran 2004/2005 digelar tujuh repertoar tari tradisional, Sabtu, 11 Desember 2004, di Stage Tejokusumo oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Tari. Pencuri berhasil ditangkap polisi.
KESANTUNAN ISTILAH Istilah dan Tata Istilah v Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. v Tata istilah (terminologi) adalah perangkat asas dan ketentuan pembentukan istilah, serta kumpulan istilah yang dihasilkannya. v
3
singkatan penulisan kata dan frase gabungan singkatan huruf awal Akronim • Nama diri •
Bukan nama diri singkatan gelar
pemendekan kata lambang satuan dan ukuran
DIPISAH tanggung jawab bertanggung jawab tidak mengerti antar jemput karang taruna
PENULISAN SINGKATAN s.d. a.n. d.a. u.b. tgl. hlm. dll. dsb. swt. saw. a.s. PT CV SD RI SMP SMU UNY UGM PGSD PGTK PGRI Golkar Sekwilda Irjen Sekjen juknis juklak radar pemilu Dr. dr. drh. drg. S.H. S.E. S.T., M.Kom. S.Pd. S.Si. S.Sn. Ph.D. lab honor info pop rehab Rp $ kg cm cc m
dengan titik
Tuhan Yang Maha Esa Tuhan Yang Maha Pengasih Idul Fitri
antiklimaks Tuhan Yang Mahakuasa Halalbihalal
PERULANGAN tanpa titik
tanpa titik, huruf besar tanpa titik, huruf kecil dengan titik
tanpa titik tanpa titik
DIGABUNG mempertanggungjawabkan ketidakmengertian Antarkota kontraproduktif inframerah pascasarjana dasawarsa subbab
Kata Dasar Fotokopi mahasiswa subbab pertanggungjawaban kereta api wakil ketua DPR Mengangguk Mengukur
Kata Ulang fotokopi-fotokopi mahasiswa-mahasiswa subbab-subbab pertanggungjawaban-pertanggungjawaban kereta-kereta api wakil-wakil ketua DPR mengangguk-angguk mengukur-ukur
PENGGUNAAN HURUF DIANJURKAN TIDAK DIANJURKAN sistem, sistemik, sistematika Sistim apotek, apoteker Apotik praktik, praktikum, praktisi, Praktek praktikan Jadual Jadwal kwitansi, kwalitas, kwintal kuitansi, kualitas, kuintal Nopember, Pebruari, propinsi November, Februari, provinsi objek, objektif, subjek, subjektif obyek, obyektif, subyek, subyektif proyek, proyeksi, proyektor projek, projeksi, projeksi analisis, sistesis, hipotesis analisa, sistesa, hipotesa struktural, informal, konseptual strukturil, informil, konseptuil sah berlaku syah raja sarat penuh muatan syarat yang harus dipenuhi
2
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN HURUF BESAR Sultan Hasanudin Gubernur Jawa Tengah
KUMPULAN MATERI MATA KULIAH BAHASA INDONESIA
HURUF KECIL Dia baru diangkat menjadi sultan. Siapa gubernur yang akan dilantik? mengindonesiakan kata asing keinggris-inggrisan pisang ambon berlayar ke teluk menyeberangi selat menjadi sebuah republik menurut undang-undang yang berlaku
bangsa Indonesia suku Sunda bahasa Inggris Teluk Benggala Selat Sunda Republik Indonesia Undang-Undang Dasar Bapak menasihatkan, Berhati-hatilah di jalan, Nak! Tuhan, Allah, Yang Maha Pengasih, Islam, Alkitab bulan Agustus, hari Jum at, hari Natal Ia membaca buku Metode Penelitian Kualitatif. Ia membaca Republika Penemu arus listrik adalah Ampere.
Nama asing Nama buku, majalah, koran, jurnal
10 volt, 10 ampere, 10 kg
HURUF MIRING Carcinia mangostana Ia membaca buku Metode Penelitian Kualitatif. Ia membaca Republika
1