penyiraman yang kurang tepat dan faktor lingkungan yaitu kelembaban yang terlalu tinggi. Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan yaitu pengawasan dan pendampingan berkala selama proses produksi, menyemprotkan desinfektan dalam gudang penyimpanan, mengadakan kegiatan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan ketelitian pekerja, melakukan perbaikan SOP dengan memberikan rincian tentang volume penyiraman, dan mengurangi jumlah daun. Saran yang dapat diberikan kepada KBH Kledung yaitu mengadakan kegiatan pengawasan dan pendampingan selama proses produksi dengan meningkatkan intensitas inspeksi 3 sampai 4 kali selama kegiatan. Menyemprotkan desinfektan dalam gudang penyimpanan sebelum maupun sesudah benih masuk dalam gudang. Mengadakan kegiatan pelatihan kepada seluruh pekerja yang disesuaikan dengan bagian kerja dengan memfokuskan pada bagian roguing dan pemanenan disertai dengan pemberian pengetahuan mengenai ciri-ciri tanaman yang terkena hama penyakit dan cara pemanenan yang tepat. Melakukan perbaikan SOP berkaitan tentang penyiraman berupa pemberian rincian kebutuhan air sesuai dengan kondisi cuaca yang sedang terjadi di KBH Kledung. Mengurangi jumlah daun agar tidak terlalu lebat sehingga dapat mengurangi tingkat kelembaban akibat curah hujan tinggi. Pelaksanaan kegiatan ini dapat dilakukan setiap hari pada saat pelaksanaan roguing.
DAFTAR PUSTAKA Hartus, T. 2001. Usaha Pembibitan Kentang Bebas Virus. Jakarta: Penebar Swadaya. Semangun, H. 1991. Penyakitpenyakit Tanaman Hortikultura Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Setiadi, dan Surya F. 1993. Kentang : Varietas Dan Pembudidayaan. Jakarta: Penebar Swadaya. Sumarni, E. 2012. Pengembangan Produksi Benih Kentang Secara Aeroponik di Kluster Kentang Jawa Tengah Menuju Benih Tersertifikasi. http://insentif.ristek.go.id/. Diakses pada 10 April 2014. Surakhmad, W. 1998. PenelitianPenelitian Ilmiah. Bandung: CV Tarsito.
maupun gudang terang. Benih sebelum masuk gudang juga sudah ditaburi insektisida, oleh karenanya sudah dapat meminimalisasi penularan hama/penyakit. Mengadakan kegiatan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan ketelitian pekerja. Mengadakan program pelatihan kepada karyawan dan seluruh pekerja yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian dan ketelitian. Pelatihan yang diberikan terkait dengan kegiatan produksi yang diaksanakan di KBH Kledung mulai dari persiapan lahan hingga budidaya. Pelatihan ini disesuaikan dengan bagian kerja. Selain dilatih, pekerja juga diberikan pengetahuan terkait aspek-aspek dalam kegiatan produksi seperti ciri-ciri tanaman yang terkena hama dan penyakit serta cara pemanenan yang tepat. Diharapkan dari kegiatan pelatihan ini dapat meningkatkan keahlian pekerja dan meminimalisir kesalahan yang terjadi selama proses produksi. Melakukan perbaikan pada SOP dengan memberikan rincian tentang volume penyiraman atau kebutuhan air. Penting melakukan perbaikan pada SOP dikarenakan penyiraman sangat berpengaruh terhadap kerusakan dominan yang terjadi. Perbaikan yang dilakukan berupa penjelasan mengenai jumlah volume air yang diberikan yaitu rincian volume yang dibutuhkan untuk setiap kondisi yang dimungkinkan terjadi di KBH Kledung. Seperti pada saat cuaca panas, berawan, berkabut, hujan ringan, hujan sedang dan hujan lebat. Pada proses penyiraman biasanya volume air yang diberikan kadang terlalu banyak/ sedikit. Dari kegiatan
ini diharapkan mampu meminimalisasi kerusakan yang terjadi akibat kesalahan penyiraman. Mengurangi jumlah daun. Mengurangi jumlah daun agar tidak terlalu lebat, dapat mengurangi tingkat kelembaban yang diakibatkan karena curah hujan yang tinggi. Adanya curah hujan tinggi membuat lingkungan disekitar menjadi lembab dan pertumbuhan daun menjadi lebat. Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan roguing setiap harinya. Pengurangan jumlah daun maka akan mengoptimalkan tanaman dalam menyerap cahaya matahari. Hal ini akan memberikan iklim mikro yang kondusif bagi pertumbuhan tanaman kentang. SIMPULAN Jenis-jenis kerusakan pada produksi benih kentang di KBH Kledung terdapat delapan jenis yaitu busuk kering 18.457 knoll, busuk coklat 15.905 knoll, busuk lunak 13.256 knoll, nematoda 4.498 knoll, mekanis 6.176 knoll, hijau 3.948 knoll, scab 8.724 knoll dan serangan ulat 2.286 knoll. Jenis kerusakan dominan pada produksi benih kentang di KBH Kledung adalah kerusakan akibat busuk kering yang disebabkan oleh jamur Fusarium sp sebanyak 18.457 knoll dari total produksi sebanyak 73.250 knoll atau sekitar 25,20%. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih kentang di KBH Kledung yaitu faktor manusia terdiri dari kurangnya memperhatikan sterilisasi, kurang teliti dalam kegiatan roguing dan kurang hati-hati dalam kegiatan pemanenan. Selain itu, faktor metode yang mempengaruhi adalah
Gambar 2. Diagram Sebab Akibat Produk Rusak Jenis Busuk Kering di KBH Kledung Tahun 2013 Tindakan Perbaikan dalam Mengatasi Kerusakan Benih Kentang yang Dihasilkan KBH Kledung Setelah mengetahui penyebab yang terjadi pada produk rusak benih kentang di KBH Kledung melalui diagram sebab akibat, maka dapat dibuat suatu usulan atau rekomendasi tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu benih kentang yang di produksi. Usulan atau rekomendasi yang dapat dibuat sebagai berikut : mengadakan kegiatan pengawasan dan pendampingan. Pengawasan dan pendampingan selama proses produksi dan dalam gudang penyimpanan yang dapat dilakukan dengan memperbanyak intensitas inspeksi oleh karyawan KBH Kledung agar proses produksi dapat terpantau dengan lebih baik. Pengawasan dan pendampingan dilaksanakan pada setiap pelaksanaan pekerjaan dalam screen house dan gudang sehingga pekerja tidak melalaikan penggunaan kelengkapan alat seperti masker, topi, sepatu, dan pencelupan alas
kaki ke dalam bak disinfektan. Pengawas juga diberi kewenangan untuk menegur pekerja apabila melakukan kesalahan dan memberikan laporan kepada bagian ploting tenaga kerja. Adanya pengawasan dan pendampingan secara langsung diharapkan pekerja lebih memperhatikan kelengkapan alat, menjaga sterilisasi saat melaksanakan kegiatan dalam screen, pekerjaannya terkontrol sehingga dapat meminimalisir penularan penyakit. Menyemprotkan desinfektan dalam gudang penyimpanan. Akibat kurangnya sterilisasi pekerja dan sterilisasi kondisi gudang penyimpanan dapat mempercepat proses penularan kerusakan/penyakit. Penularan ini dapat berlangsung dengan cepat apabila tidak dilakukan pencegahan dan tindakan selama benih berada di dalam gudang. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan menyemprotkan desinfektan sebelum dan sesudah benih di masukkan dalam gudang. Penyemprotan dilakukan secara merata baik dalam gudang gelap
merasa sudah terbiasa melaksanakan sehingga mengganggap sepele hal tersebut. Padahal dampak yang ditimbulkan cukup besar karena dalam masa pertumbuhan maupun dalam gudang, sedikit virus/jamur ataupun penyebab kerusakan lainnya akan dengan mudah menjalar. Kurang teliti dalam kegiatan roguing. Roguing merupakan kegiatan mencabut tanaman yang sakit, di duga sakit, bervirus, varietas dan tanaman lain. Roguing sangat menentukan mutu hasil panen dan mutu benih di gudang. Kegiatan ini membutuhkan ketelitian agar tanaman yang tidak sesuai dapat terbuang semua tanpa ada yang tertinggal di lahan. Akan tetapi terkadang masih terlewatkan, masih menyisakan tanaman yang sakit di dalam screen house sehingga kerusakan akibat jamur seperti fusarium dapat dengan mudah menular. Kurang hati-hati dalam kegiatan pemanenan. Kegiatan pemanenan benih kentang dilaksanakan 7-10 hari setelah dilakukannya pemangkasan daun. Alat yang digunakan yaitu sekop kecil. Pemanenan perlu dilakukan dengan hati-hati agar alat yang digunakan tidak melukai umbi yang ditanam. Seringnya pekerja tidak hati-hati karena merasa sudah mahir dan ingin segera menyelesaikan pekerjaan dengan cepat akan tetapi justru menimbulkan kerusakan. Hasil dari pemanenan benih kentang oleh pekerja banyak umbi yang mengalami luka karena tergores sekop yang digunakan. Umbi yang sudah luka tidak akan lolos sortasi
karena kerusakan mekanis. Selain itu juga apabila umbi mengalami luka maka akan mudah terserang penyakit. Penyiraman yang kurang tepat. Faktor metode yang mempengaruhi adalah penyiraman yang kurang tepat. Penyiraman dilakukan setiap hari oleh pekerja dengan menyemprotkan air menggunakan power sprayer pada setiap tanaman. Akan tetapi pengaturan volume penyiraman ini tidak di atur dalam SOP. Instruksi yang diberikan hanya sebatas pemberian air saja. Inilah yang mengakibatkan banyak pekerja yang memberikan penyiraman kurang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Penyiraman terkadang terjadi kelebihan penyiraman ataupun kekurangan penyiraman. Tanah yang lembek akan mudah terserang penyakit sedangkan yang kering akan mengakibatkan kematian. Kelembaban yang tinggi. Faktor lingkungan yang mempengaruhi kerusakan adalah kelembaban yang tinggi. Musim hujan dan kemarau terjadi sering tidak menentu. Seperti yang terjadi pada tahun 2013 dimana intensitas hujan yang tinggi menjadikan hasil panen benih kentang mengalami busuk kering yang disebabkan jamur fusarium. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan tanah dan udara semakin lembab dan juga kabut tebal yang sangat berbahaya sebab mudah menjadi pemicu berkembangnya penyakit jamur (Hartus, 2001). Kondisi ini akan mengakibatkan tanaman menjadi layu dan busuk karena jamur.
Pareto Chart of Jenis Kerusakan 80000
100
60000
80
50000
60
40000 30000
40
20000
20
10000 Jenis Kerusakan
0
t g k k la na rin Co Ke /L u k k k ca su su Bu Bu Ble
Count Percent Cum %
Percent
Jumlah Kerusakan
70000
ab Sc
a nis od ka at m Me Ne
18457 15905 13256 8724 25,2 21,7 18,1 11,9 25,2 46,9 65,0 76,9
6176 8,4 85,3
4498 6,1 91,5
ja Hi
u
3948 5,4 96,9
r he Ot
0
2286 3,1 100,0
Gambar 2. Diagram Pareto Produk Rusak Benih Kentang KBH Kledung 2013 Analisis Masalah/Kerusakan Dominan Benih Kentang yang Terjadi di KBH Kledung Hasil analisis diagram pareto menunjukkan bahwa persentase kerusakan yang terbesar adalah busuk kering sebesar 25,20%. Kemudian yang kedua adalah busuk coklat sebesar 21,71%, ketiga sampai terakhir berturut-turut yaitu busuk lunak 18,10%, scab 11,90%, mekanis 8,43%, nematoda 6,14%, hijau 5,40% dan kerusakan akibat ulat sebesar 3,12%. Permasalahan dominan yang terjadi adalah busuk kering dengan jumlah kerusakan terbanyak sebesar 25,20% dan menjadi suatu masalah yang sangat penting dan perlu di prioritaskan dalam melaksanakan perbaikan pada produk yang mengalami kerusakan. Penyakit busuk kering fusarium adalah penyebab paling penting dari kerugian pascapanen tanaman kentang. Penyakit busuk kering ini disebabkan oleh spesies jamur dalam genus Fusarium, sehingga diberi nama busuk Fusarium kering.
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Dominan Benih Kentang yang Dihasilkan KBH Kledung Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan fishbone diagram seperti Gambar 2, dari faktor-faktor penentu mutu produk yang diamati, faktor yang mempengaruhi kerusakan dominan adalah faktor manusia, faktor metode dan faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut adalah : kurang memperhatikan sterilisasi dalam screen house dan gudang penyimpanan. Setiap hari seharusnya pekerja menjaga kesterilan baik diri sendiri maupun lingkungan dengan dengan menggunakan masker, topi dan sepatu khusus. Hal ini dikarenakan di dalam screen house maupun gudang penyimpanan serangan hama penyakit rawan penularannya karena terbawa stek, pekerja harian, petugas yang sering keluar masuk. Pencegahan penularan penyakit yang dibawa pekerja dilakukan dengan cara mencelupkan alas kaki ke dalam bak disinfektan yang tersedia. Pentingnya sterilisasi tersebut sering diabaikan oleh pekerja. Mereka
rerata prosentase kerusakan sejumlah 20,7% dari total produksi. Berdasarkan hasil analisis peta kendali p menunjukkan bahwa produksi benih kentang selama tahun 2013 semuanya berada di luar batas kendali. Perubahan titik-titik yang secara mendadak ke luar batas dari garis pusat dan tidak beraturan disebabkan karena banyaknya produk rusak yang dihasilkan dan pengendalian mutu untuk produk
benih kentang yang sesuai dengan standar BPSB masih mengalami penyimpangan. Penyimpangan ini dikarenakan adanya permasalahan pada proses produksi sehingga menghasilkan produk rusak yang melebihi standar. Permasalahan pada proses produksi benih kentang adalah terjadinya kerusakan pada hasil produksi sehingga tidak lolos dalam sortasi (Semangun, 1991).
Tabel 2. Produksi dan Jenis Kerusakan Benih di KBH Kledung Tahun 2013 Waktu Panen
Σ panen (Knoll)
Jenis kerusakan (Knoll) BK
BC
BL
NM
MK
Hj
SCB
Ulat
Σ prod. rusak (Knol)
% prod. Rusak
10 Jun
54186
1713
1341
1192
447
894
522
1043
299
7451
13,7
27 Jun
34500
837
655
582
218
437
255
509
147
3640
10,5
1 Jul
32800
955
747
664
219
498
291
581
165
4120
12,6
15 Jul
36126
1080
845
751
281
564
329
657
189
4696
13,0
19 Agt
47998
3015
2668
2087
928
812
464
1392
232
11598
24,2
7 Okt
41511
3240
2990
2492
498
997
623
1247
374
12461
30,0
24 Okt
33728
2831
2613
2178
436
871
544
1089
326
10888
32,3
21 Nov
37760
2459
2077
1699
755
566
472
1132
285
9445
25,0
10 Des
35806
2327
1969
1611
716
537
448
1074
269
8951
25,0
Σ
354415
18457
15905
13256
4498
6176
3948
8724
2286
73250
186,3
Rerata
39379,4
2050,7
1767,2
1472,8
499,7
686,2
438,6
969,3
254
8138,8
20,7
25,2
21,7
18,1
6,2
8,4
5,4
11,9
3,1
100
100
% jenis kerusakan
Sumber : Analisis Data Sekunder P Chart of Jumlah Produk Rusak 0,35 1 1
Proportion
0,30
0,25
1
1
1
UCL=0,2131 _ P=0,2067 LCL=0,2003
0,20
0,15 1 1
0,10
1
1
1
2
3
4
5 Sample
6
7
8
9
Gambar 1. Peta Kendali p Jumlah Produk Rusak di KBH Kledung 2013
METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif analitik (Surakhmad, 1998). Lokasi penelitian berada di Kebun Benih Hortikultura (KBH) Kledung Kabupaten Temanggung yang didasarkan pada pertimbangan bahwa KBH Kledung merupakan kebun benih kentang satu-satunya di Jawa Tengah dan memproduksi benih kentang secara kontinyu setiap tahunnya. Informan pada penelitian ini berjumlah 5 orang dari KBH Kledung yaitu pimpinan, karyawan produksi G1, karyawan gudang & maintenance, karyawan produksi lapangan dan karyawan laboratorium & administrasi. Selain itu juga satu orang petugas BBTPH Jawa Tengah wilayah Surakarta dan satu petugas BPSB Jawa Tengah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara mendalam dan pencatatan. Metode analisis data yang digunakan adalah statistical quality control (SQC) dengan mengumpulkan data permasalahan mutu menggunakan check sheet, membuat histogram, membuat peta kendali p untuk pengendalian proses secara statistik dengan tahapan yang pertama menghitung prosentase kerusakan :
=
.............................. (1)
Dimana: np adalah jumlah yang rusak dalam sub grup dan n adalah jumlah yang diperiksa dalam sub grup. Tahap kedua menghitung garis pusat/Central Line (CL) :
= ̅=
∑ ∑
...........................(2)
Dimana: ∑np adalah jumlah total yang rusak dan ∑n adalah jumlah total yang diperiksa. Tahap ketiga menghitung batas kendali atas atau Upper Control Limit (UCL) : (
UCL = ̅ + 3
)
..............(3)
Dimana: p adalah ata-rata ketidak sesuaian produk dan n adalah jumlah produksi. Tahap keempat menghitung batas kendali bawah atau Lower Control Limit (LCL) : LCL = ̅ - 3
(
)
...............(4)
Dimana: p adalah ata-rata ketidaksesuaian produk dan n adalah jumlah produksi. Selanjutnya adalah menentukan masalah dominan menggunakan diagram pareto dan mencari faktor penyebab dengan diagram sebab akibat. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Masalah/Kerusakan Benih Kentang yang Terjadi di KBH Kledung Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa jenis kerusakan pada benih kentang mulai dari lahan sampai gudang penyimpanan berupa busuk kering sebanyak 18.457 knoll, busuk coklat sebanyak 15.905 knoll, busuk lunak sebanyak 13.256 knoll, nematoda sebanyak 4.498 knoll, mekanis sebanyak 6.176 knoll, hijau sebanyak 3.948 knoll, scab sebanyak 8.724 knoll dan serangan ulat sebanyak 2.286 knoll. Total produksi benih kentang pada tahun 2013 di KBH Kledung sebanyak 73.250 knoll dalam 9 kali panen dengan
PENDAHULUAN Kebutuhan terhadap produk pertanian semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Salah satu subsektor yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut adalah subsektor hortikultura. Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki potensi pengembangan diversifikasi pangan nasional. Penggunaan benih kentang bermutu dari varietas unggul sangat menentukan keberhasilan pencapaian produksi sesuai dengan target yang ditetapkan. KBH Kledung merupakan satusatunya kebun benih yang memproduksi benih kentang di Jawa Tengah. KBH Kledung memproduksi benih kentang varietas granola mulai dari klas G0 (generasi nol), G1 dan G2. Produksi benih KBH Kledung terdistribusi ke hampir seluruh wilayah pengembangan kentang di Jawa Tengah dan juga di luar pulau Jawa. Namun jumlah benih yang tersedia di KBH Kledung belum mampu mencukupi kebutuhan benih kentang khususnya di Jawa Tengah. Kebutuhan benih kentang di Jawa Tengah mencapai 12.000 ton per tahunnya, tetapi baru dapat dipenuhi sebanyak 300 ton, sehingga terjadi kekurangan benih unggul sebanyak 11.700 ton (Sumarni, 2012).
Permasalahan yang dihadapi adalah jumlah benih kentang yang dihasilkan KBH Kledung banyak mengalami kerusakan. Tingkat kerusakan ini ditandai dengan banyaknya jumlah benih yang rusak dari total keseluruhan benih kentang yang diproduksi dibanding dengan toleransi jumlah kerusakan yang di tetapkan BPSB Jawa Tengah. Toleransi standar BPSB untuk jumlah benih yang terkena busuk kering benih G1 maksimal 0,1% dari total panen. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa jumlah benih G1 yang terkena busuk kering sebanyak 7.600 dan 10.857 knoll atau sekitar 3,7% dan 7,3% dari jumlah total. Tingginya kerusakan yang terjadi merupakan permasalahan mutu yang perlu diperhatikan oleh Kebun Benih Hortikultura (KBH) Kledung. Penyebab tingginya kerusakan benih dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber daya manusia (man), metode (method), bahan baku (materials) dan lingkungan (environment). Maka dari itu perlu dilakukan analisis pengendalian mutu untuk mencari penyebab spesifik terkait faktor-faktor tersebut dan memperoleh solusinya.
Tabel 1. Data Luas Lahan, Jumlah Panen, Jumlah Kerusakan dan Calon Benih Kentang G1 di Kebun Benih Hortikultura Kledung tahun 2013 Jenis kerusakan
Luas (Ha)
Jumlah panen
BC
BL
NM
MK
Hj
SCB
Ulat
Calon benih
BK
0,4075
205.610
7.600
6.256
5.276
2.093
3.205
1.861
4.182
1.032
174.125
0,3475
148.805
10.857
9.649
7.980
2.405
2.971
2.087
4.542
1.254
107.065
Keterangan : - Satuan : G1 = knoll, G2 = Kg - BC : Busuk Coklat - NM : Nematoda - Hj : Hijau (penyakit) Sumber : Data Sekunder
BK BL MK SCB
: Busuk Kering : Blecak/Lunak : Mekanis : Scab
ANALISIS PENGENDALIAN MUTU BENIH KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L.) DI KEBUN BENIH HORTIKULTURA (KBH) KLEDUNG KABUPATEN TEMANGGUNG Ikke Dewi Fortuna, Sapja Anantanyu, Kunto Adi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./Fax (0271) 637457 Email :
[email protected] Telp. 085642191159 ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja jenis kerusakan yang terjadi, kerusakan dominan yang terjadi, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan dominan dan tindakan perbaikan dalam mengatasi kerusakan dominan benih kentang yang dihasilkan di KBH Kledung. Metode dasar penelitian ini adalah diskriptif analitik. Lokasi penelitian berada di KBH Kledung Kabupaten Temanggung yang merupakan satu-satunya kebun benih produsen benih kentang di Jawa Tengah. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Metode analisis data adalah SQC dengan alat bantu check sheet, histogram, peta kendali p, diagram pareto dan diagram sebab akibat. Hasil penelitian menunjukkan jenis-jenis kerusakan yang terjadi ada delapan yaitu busuk kering 18.457 knoll, busuk coklat (15.905), busuk lunak (13.256), nematoda (4.498), mekanis (6.176), hijau (3.948), scab (8.724), ulat (2.286). Kerusakan dominan yang terjadi adalah busuk kering. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih kentang yaitu faktor manusia terdiri dari kurang memperhatikan sterilisasi dalam screen house dan gudang penyimpanan, kurang teliti dalam roguing, kurang hati-hati dalam pemanenan. Faktor metode yang mempengaruhi yaitu pengairan yang kurang tepat dan faktor lingkungan yang mempengaruhi yaitu curah hujan yang terlalu tinggi. Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan yaitu melakukan pengawasan dan pendampingan berkala pada saat proses produksi, menyemprotkan desinfektan dalam gudang penyimpanan, mengadakan kegiatan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan ketelitian pekerja, melakukan perbaikan SOP mengenai volume pengairan dan mengurangi jumlah daun. Kata kunci : Pengendalian mutu, Mutu benih kentang, SQC ABSTRACT : This research aims to find out what kind of damage that occurs, knowing the type of damage that occurs predominantly, determine the factors that influence of dominant damage and determine corrective actions to address the dominant damage produced seed potatoes in KBH Kledung. The basic method from this study is descriptive analytic. Method of determining the location of purposively be in KBH Kledung Temanggung based on considerations that KBH Kledung is only potato seed orchards in Central java and continuously producing seed potatoes. The data used are primary and secondary data. Data analysis methods used are statistical quality control (SQC) with the tool check sheet, histogram, p control charts, Pareto charts and causeeffect diagram. The results show the types of damage that occurred there eight damages are 18.457 knoll dry rot, 15.905 knoll brown rot, 13.256 knoll soft rot, 4.498 knoll nematodes, 6.176 knoll mechanical, 3.948 knoll green, 8.724 knoll scab and 2.286 knoll worm attacks. Damage dominant in potato seed production occurs in KBH Kledung is dry rot caused by the fungus Fusarium sp. Factors that affect the quality of seed potatoes is human factors comprising less attention to sterilization in the screen house and storehouse, less thorough roguing activities and less careful in harvesting activities. Factors influencing the method is less precise irrigation and environmental factors that influence is too high humidity. Corrective actions that can be done is to perform periodic monitoring and assistance during the production process, spraying disinfectant into the storehouse, conduct training activities aimed at improving the accuracy of workers, provide guidance regarding the water needs of the plant before the implementation of activities, and reduce the number of leaves. Keywords : Quality control, Quality of potatoes seed, SQC