DAFTAR PUSTAKA [...........]. 2006. Buku Registrasi Kelembagaan Masyarakat Desa Hutan (KMDH) "Karya Asih". Kampung Cihangasa: Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi. Abdurrahman. 2006. Hak Masyarakat Hukum Adat dalam Pengelolaan Hutan di Indonesia. Makalah yang disampaikan pada Seminar Sehari ”Menengok Wacana Kebijakan dalam Konteks Pengelolaan Sumberdaya Hutan Berbasis Masyarakat (Adat dan Lokal) di Kawasan Ekosistem Halimun”. Bogor, 26 Juni 2006. RMI. The Institute for Forest and Environment. Ackerman, E.A. 1965. Population and Natural Resources. Di dalam Burton, I., R.W. Kates, and L. Burton [Editors]. Readings in Resource Management and Conservation. Chicago: The University of Chicago Press. Adimihardja, K. 1992. Kasepuhan yang tumbuh di atas yang luruh. Bandung: Tarsito. Adimihardja K, A.M. Kramadibrata, dan O.S. Abdullah. 1994. Penelitian Hubungan Timbal Balik Masyarakat Pedesaan dengan Hutan di Kawasan Gunung Halimun Jawa Barat. Bandung: BAPPEDA Provinsi Tk 1 Jawa Barat dan INRIK, Universitas Padjajaran. Affif, S. 2005. Tinjauan atas Konsep “Tenure Security” dengan Beberapa Rujukan pada Kasus-kasus di Indonesia. Wacana Jurnal Ilmu Sosial Transformatif Edisi 20 Tahun VI 2005: 227-249. Yogyakarta: INSIST Press. Agrawal, A., K. Redford. 2006. Poverty, Development, and Biodiversity Conservation: Shooting in the Dark. WCS Working Paper No. 26. New York: Wildlife Conservation Society. available at http://www.wcs.org/science Alikodra, HS. 2005. Pengembangan Institusi Lingkungan Hidup. [Diktat Kuliah KSH 701]. Bpgpr : Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Institut Pertanian Bogor. Alikodra, HS. 1992. Pengembangan Kawasan Cagar Alam Gunung Halimun, Jawa Barat. Di dalam Ryadisoetrisno, B. [Editor]. Konservasi dan Masyarakat: rumusan workshop Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Jakarta: Biological Science Club (BSsC). Hal 11-19, 28-42 Alwasilah, A.C. 2002. Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya. Ambinari, M. 2003. Pengkajian Terhadap Strategi Promosi Kegiatan Ekowisata di
230
231
Taman Nasional Gunung Halimun [Tesis]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor Aridka, I.G. 1999. Aspek Kelembagaan Dalam Pengembangan dan Pengelolaan Potensi Ecotourism. Makalah yang disampaikan pada Seminar Prospek dan Manajemen Ekoturisme Memasuki Milenium Ketiga yang diselenggarakan oleh Departemen Kehutanan pada tanggal 25 Maret 1999 di Hotel Salak, Bogor. Asep. 2000. Kesatuan Adat Banten Kidul: Dinamika Masyarakat dan Budaya Sunda Kasepuhan di Kawasan Gunung Halimun, Jawa Barat [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Aoki, M. 2000. Institutional Evolution as Punctuated Equilibria. Di dalam Menard, C. [Editor]. Institutions, Contracts, and Organizations: Perspectives from New Institutional Economic. Northampton: Edward Elgar. [BAPEDAL] Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 2001. Laporan pelaksanaan proyek : kriteria pengembangan ekowisata dalam rangka pengendalian kerusakan kawasan konservasi dan hutan lindung. Jakarta: Proyek pengelolaan dan pemulihan kerusakan lingkungan, Bapedal. [BAPPEDA] Badan Penelitian dan Perencanaan Daerah Kabupaten Sukabumi. 2003. Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Sukabumi 2006-2010. Sukabumi: BAPPEDA. [BAPEDA] Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa Barat. 1999. Peranan Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Pengembangan Wisata Alam di TNGH. Makalah dipresentasikan pada acara Worskhop on Ecotourism Development in Gunung Halimun National Park, Caringin-Bogor, 9-10 Maret 1999. [BAPEDA] Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa Barat. 2005. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Provinsi Jawa Barat. Bandung: BAPEDA. [BAPEDA] Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa Barat. 2003. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat 2010. Laporan Utama. Bandung: BAPEDA Jawa Barat. [BPMD] Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. 2006. Profil Desa / Kelurahan: Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Sukabumi: Pemerintah Daerah Sukabumi [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Banten. 2007. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Banten (RPJM) 20072012. www.bantenprov.go.id diakses tanggal 20 Agustus 2007.
232
[BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2003. Indonesia Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) 2003-2020. Dokumen Nasional. Jakarta: Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. [BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2004. Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Indonesia: Antara Krisis dan Peluang. Jakarta: Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. [BTNGH] Balai Taman Nasional Gunung Halimun.2000a. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun 2000-2024 : Buku I Rencana Kegiatan Pengelolaan. Kabandungan: Balai TNGH, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. [BTNGH] Balai Taman Nasional Gunung Halimun.2000b. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun 2000-2024 : Buku II Data Umum dan Proyeksi Analisis. Kabandungan: Balai TNGH, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. [BTNGH] Balai Taman Nasional Gunung Halimun.2000c. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun 2000-2024 : Buku III Rencana Umum Tata Ruang. Kabandungan: Balai TNGH, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. [BTNGHS] Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. 2007. Pengelolaan Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Balai TNGHS, Direktorat Jenderal Perlindungan Alam dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. Dipresentasikan pada Semiloka Pengakuan Masyarakat Adat Kasepuhan Kabupaten Lebak di dalam dan sekitar Kawasan TNGHS di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak pada tanggal 13 Desember 2008 yang diselenggarakan RMI. [BTNGHS] Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. 2006. Dipresentasikan pada konsultasi publik tanggal 21 Februari 2007 di Hotel Brajamustika. Bogor Babbie, E. 1998. The practice of social research. Belmont, CA: Wadsworth Publishing Company. Banana, A.Y., W. Gombya-Seembajjwe. 2000. Successful Forest Management: The Importance of Security of Tenure and Rule Enforcement in Ugandan Forest. Artikel dalam Gibson, C.G., M.A. McKean. 2000. People and Forest: Community, Institutions, and Governance. Massachusetts: The MIT Press. Barrow, C.J. 2000. Social Impact Assessment: An Introduction. London: Arnold.
233
Benham, A., L. Benham. 2000. Measuring the Costs of Exchange. Di dalam Menard, C. [Editor]. Institutions, Contracts, and Organizations: Perspectives from New Institutional Economic. Northampton: Edward Elgar. Boo, E. 1990a. Ecotourism: The Potentials and Pitfalls. Volume 1. Washington, D.C.: World Wildlife Fund. Boo, E. 1990b. Ecotourism: The Potentials and Pitfalls. Volume 2. Washington, D.C.: World Wildlife Fund. Brenner, R. 2007. The Hierarchy of Needs for Project Organizations. Cambridge: Chaco Canyon Consulting. www.chacoCanyon.com diakses tanggal 31 Januari 2007. Brundtland, G.H., M. Khalid, S. Agneli, S.A. Al-athel, B. Chidzero, L.M. Fadika, V. Hauff, I. Lang, M. Shijun, M.M. de Botero, N. Singh, P.N. Neto, S. Okita, S.S. Ramphal, W.D. Ruckeshaus, M. Sahnoun, E. Salim, B. Shaib, V. Sokolov, J. Stanovnik, M. Strong [World Commission on Environment and Development]. 1987. Our Common Future. Oxford: Oxford University Press. Butler, R.W. 1990. Alternative tourism: Pious hope or Trojan horse?”. Journal of Travel Research, Vol. 28 (3) , 40-45. Burton, I., R.W. Kates, and L. Burton [Editors] 1965. Readings in Resource Management and Conservation. Chicago: The University of Chicago Press. Boyce, J.K., and M. Pastor. 2001. Building Natural Assets: New Strategies for Poverty Reduction and Environmental Protection. Amherst : Political Economy Research Institute and The Center for Popular Economics, University of Massachusetts-Amherst. Boyce, J.K., and B.G. Shelley. 2003. Natural Assets: Democratizing Environmental Ownership. Washington: Island Press. Borg WR, and M.D. Gall. 1989. Educational research: An introduction. New York: Longman. [CWPD] Center for Water Policy and Development. 2005. Institutional Development - Netherlands Support to the Water Sector 1988-1998. Leeds: School of Geography, University of Leeds. Diakses pada tanggal 11 November 2005. Capra, F. 2000. Titik Balik Peradaban: Sains, Masyarakat dan Kebangkitan Peradaban. Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya. Ceballos-Lascurain, H. 1996. Tourism, ecotourism and protected area. Switzerland: IUCN.
234
Creswell, J.W. 1998. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among five traditions. Thousand Oaks: Sage Publications. Cernea, M. 1985. Putting people first: Sociological variables in rural development. Washington, D.C.: Oxford University Press. Chambers, R. 1995. Rural development: Putting the last first. England: Longman Group Limited. [DEPDAGRI] Departemen Dalam Negeri. 2006. Profil Desa/Kelurahan: Desa Citorek, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Daerah Tingkat I Banten. [DEPDIKNAS] Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. [DEPHUT] Departemen Kehutanan. 1998. Buku Petunjuk Pariwisata Alam di Hutan Lindung, Taman Buru dan Suaka Margasatwa. Bogor: Direktorat Bina Kawasan Pelestarian Alam, Dirjen Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Departemen Kehutanan. [DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2000. Studi Awal: Pengembangan Ecotourism di Kawasan Konservasi di Indonesia. Jakarta: Kerjasama Direktorat Pengembangan Wisata Alam, Hutan dan Kebun, Dirjen Perlindungan dan Konservasi Alam, Dephut dengan JICA dan RAKATA. [DEPHUT] Departemen Kehutanan. 2005. Kawasan Konservasi. Jakarta: Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. Dedi, R., dan Andianto. 2003. Ecotourism Guide Book Gunung Halimun National Park: Ciptarasa Village. Setyono, D., K. Hiroshi, A. Muzakir, T. Hartono, G. Mulcahy, and O. Seiji [Editors]. Kabandungan: BCP-JICA. Dewar, J., C.H. Builder, W.M. Hix, and M.H. Levin. 1993. Assumption-Based Planning: A Planning Tool for Very Uncertain Times. Santa Monica, CA: RAND. Dewar,J., J.A.Isaacson, and M.Leed. 1996. Assumption-Based Planning and Force XXI. Arroyo Center. Dick,B.1997. Stakeholder Analysis [on line]. Available at www.scu.edu.au/schools/gcm/ar/arp/stake.html diakses tanggal 12 Desember 2004. Dinas Sosial-Provinsi Jawa Barat. 2005. Profil Komunitas Adat Terpencil di Jawa Barat. Cimahi: Sub Dinas Pengembangan Sosial, Dinas Sosial-Provinsi Jawa Barat.
235
Djubiantono, T. 2005. Geo-arkeologi Kawasan Lebak Cibeduk. Siddhayatra, Jurnal Balai Arkeologi Palembang, Volume 10 Nomor 1 Mei 2005. Palembang: Balai Arkeologi. www.balarpalembang.go.id diakses tanggal 14 Desember 2006 jam 7:00 AM. Dorn, H.F. 1965. Pitfalls in Population Forecasts and Projections. Di dalam Burton, I., R.W. Kates, and L. Burton [Editors]. Readings in Resource Management and Conservation. Chicago: The University of Chicago Press. Drake. 1991. Local participation in eco-tourism projects. In T.Whelan. (Ed.). Nature tourism: Managing for the environment. (pp. 133 – 163). Washington D.C.: Island Press. Dunn, W. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogya: Gadjah Mada University Press. Echols, J. H. Shadily. 1992. Kamus Inggris- Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Ellsworth, L. 2004. A Place in the World: A Review of the Global Debate on Tenure Security. New York: Ford Foundation. Everhart, W.C. 1983. The National Park Service. Boulder: Westview Press. Evy, O. 15 Nopember 2003. TN Gunung Halimun – Salak, Permata Hijau Khatulistiwa. Kompas. www.kompas.com diakses pada tanggal 23 Februari 2006 jam 09:43 WIB. Fennel, D.A. 1999. Ecotourism: An Introduction. New York: Routledge. Fennel, D.A. 2001. A Content Analysis of Ecotourism Definitions. Current Issues in Tourism Vol. 4(5):403-421. Fisher, S., J. Ludin , S. Williams, D.I Abdi, R. Smith, and S. Williams. 2001. Mengelola Konflik: Keterampilan & Strategi untuk bertindak. Kartikasari, S.N., M.D. Tapilatu, R. Maharani, dan D. N. Rini [Penerjemah]; S.N. Kartikasari [Editor]. Jakarta: The British Council, Indonesia. Fisher, J.L. 1965. Perspectives on Population and Resources. Di dalam Burton, I., R.W. Kates, and L. Burton [Editors). Readings in Resource Management and Conservation. Chicago: The University of Chicago Press. Furze, B., T. De Lacy, J. Birckhead. 1997. Culture, conservation and biodiversity. Chichester: John Wiley & Sons. Fraenkel, J.R., E.W. Norman. 1996. How to design and evaluate research in education. New York: McGraw-Hill.
236
Galudra, G. 2003. Conservation policies versus reality: Case study of flora, fauna, and land utilization by local community in Gunung Halimun-Salak National Park. Bogor: ICRAF Souteast Asia Working Paper, No. 2003_4. Gakahu, C.G. 1992. Participation of local communities in ecotourism : Rights, roles and socio-economic benefits (Masai Mara/Serengeti Ecosystem). Gakahu, C.G., and B.E. Goode [Editors]. Ecotourism and Sustainable Development in Kenya. Pp. 117-123. The Proceeding of the Kenya Ecotourism Workshop. September 13-17th, 1992. Lake Nakuru National Park, Kenya: Wildlife Conservation International. Gartner, W.C. 1996. Tourism Development: Principles, Processes, and Policies. New York: Van Nostrand Reinhold. Glacken, C.J. 1965. The origins of the Conservation Philosophy. Burton, I., R.W. Kates, and L. Burton [Editors]. Readings in Resource Management and Conservation. Chicago: The University of Chicago Press. Gordillo de Anda, G. 1997. The Reconstruction of Rural Institutions. Rome: FAO. Grayson, T.E. 2002. Needs Assessment. A Mini Workshop on Needs Assessment. Februari 8th, 2002. Illinois: Champaign Gurung, C.P. 1995. People and Their Participation: New Approaches to Resolving Conflicts and Promoting Cooperation. J.A. McNeely [Editors]. Expanding Partnership in Conservation. Washington DC: Island Press. Gurung, C.P., M. De Coursey. 1994. Chapter 11: The Annapurna Conservation Area Project: A pioneering example of sustainable tourism? In Carter, E., and Lowman, G (Editors). Ecotourism: A sustainable Option? (pp. 176194). Chichester: John Wiley & Sons Ltd. Hammergren, L. 1998. Institutional Strengthening and Justice Reform. Washington, DC: Center for Democracy and Governance, Bureau for Global Programs, Field Support, and Research, U.S Agency for International Development. Hanafi, I., N. Ramdhaniaty, B. Nurzaman. 2004. Nyoreang Alam Ka Tukang, Nyawang Anu Bakal Datang : Penelusuran Pergulatan di Kawasan Halimun Jawa Barat-Banten. Hidayati, U., dan L. Hendarti [Editor] . Bogor: RMI Harada, K., A. Muzakir, M. Rahayu, Widada. 2001. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume VII : Traditional People and Biodiversity Conservation in Gunung Halimun National Park. Bogor: LIPI, PHPA, JICA. Harada, K. 2003. Attitudes of Local People Towards Conservation and Gunung Halimun National Park in West Java, Indonesia. Journal Forestry Research (2003) 8: 271-282. Tokyo: The Japanese Forestry Society and Springer-
237
Verlag. Hardjasoemantri, K. 1993. Hukum Perlindungan Lingkungan: Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Yogyakarta: Gajahmada University Press. Harsono, B. 2005. Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undangundang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Cetakan kesepuluh. Jakarta: Djambatan. Hartono, T. 2005. Catatan Proses Perkembangan Aktivitas Wisata Alam di TNGH. Bogor: Yayasan Ekowisata Halimun Hartono, T. 1999. Ringkasan Pengalaman Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Lokal, Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat. Di dalam Sudarto, G. Ekowisata: Wahana Pelestarian Alam, Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bekasi: Yayasan Kalpataru Bahari. Hal 78-84. Hasibuan, G. 2003. Pengembangan Ekowisata di TNGH. Lokakarya Pengembangan Model Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun, Hotel Kinasih, Caringin - Bogor 18-19 Februari, 2003. Dept. Kehutanan dan BCP, JICA. Hendarti, L. 2004. No Land No Foods. SPARK News Letter Issue No. 17, June 2004 English version: 3-4. Quezon City: Voluntary Service Overseas Philippines (VSO) and Environmental Science for Social Change (ESSC). Henderson, K.A. 1991. Dimensions of choice: A qualitative approach to recreation, parks, and leisure research. PA: Venture Publishing, Inc. Herfindahl, O.C. 1965. What is Conservation? Burton, I., R.W. Kates, and L. Burton [Editors] 1965. Readings in Resource Management and Conservation. Chicago: The University of Chicago Press. Hidayati, U. 2004. Non-existence within existence : a case study of the excessive burden placed on women peasants in two villages in the Halimun Ecosystem. Down To Earth (DTE) No. 63, November 2004: 5-7. London: The AsiaPacific Peoples’ Environment Network. Home, R. 2000. Negotiating Security of Tenure for Peri-urban Settlement: Traveller Gypsies and the Planning System in the United Kingdom. Habitat International volume 26 page 335-346. Elsevier Science Ltd. Horiuchi, H. 1997. Study of Ecotourism in Gunung Halimun National Park dalam Nijima, K. H. Horiuchi, N. Sukigara, K. Harada [Editors]. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume I: General Review of the Project. Bogor: LIPI-JICA-PHPA
238
Horiuchi, H. 1998. Study of Ecotourism in Gunung Halimun National Park-2-. Di dalam Horiuchi, H, Y. Sakuma [Editors]. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume III: Information System and Park Management of Gunung Halimun National Park. Bogor: LIPI-JICA-PHPA Hornby, A.S, E.V. Gatenby, H. Wakefield. 1958. The Advance Learner’s Dictionary of Current English. London: Oxford University Press. Howell, R.E, M.E. Olsen, D. Olsen. 1987. Designing a citizen involvement program: A guidebook for involving citizens in the resolution of environmental issues. Corvallis: the Western Rural Development Center, Oregon State University. Idea. 2000. Kumpulan Makalah: Lokakarya Pengembangan Pariwisata Alam di Kawasan Konservasi, Bogor 24-27 Juli 2000. Diselenggarakan oleh Departemen Kehutanan dengan New Zealand Official Development Assistance (NZODA), dan Forum Mitra Wisata Alam. Institute of Development Studies (IDS). 2006. Understanding Policy Processes : A review of IDS research on the environment. Brighton : Knowledge, Technology and Society Team, Institute of Development Studies at the University of Sussex. Jones, L.G. 1997. A participatory design process to prepare a conceptual ecotourism plan for the Calakmul Biosphere Reserve, state of Camphece, Mexico [Thesis]. College of Environmental Science and Forestry, Syracuse, State University of New York. [Kembudpar] Kantor Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2004. Rencana Strategis Nasional Ekowisata. disusun oleh Sekartjakrarini, S., dan N. Legoh. Jakarta: Kantor Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia. [KLH] Kantor Mentri Negara Lingkungan Hidup. 2001. Bunga Rampai Kearifan Lingkungan. Jakarta: Asisten Deputi Urusan Sosial Budaya, Deputi II Menteri Negara Lingkungan Hidup. Kartodiharjo, H., dan H. Jhamtani [Editor]. 2006. Politik Lingkungan dan Kekuasaan di Indonesia. Jakarta: Equinox. Keefer, P., M.M. Shirley. 2000. Formal versus Informal Institutions in Economic Development. Di dalam Menard, C. [Editor]. 2000. Institutions, Contracts, and Organizations: Perspectives from New Institutional Economic. Northampton: Edward Elgar. Keiji, N., O. Seiji, Sudarmadji, Abdurrozak, P.J. Manikam, Widada, L.W. Muslihat, Genman, E. Wahyuningsih, D. Purwanto dan Glen. 2001. Ecotourism Action Plan of Gunung Halimun National Park. Keiji, N.
239
[Editor]. Bogor: Biodiversity Conservation Project-Japan International Cooperation Agency (BCP-JICA). Kiah, R.B. 1976. A content analysis of children’s contemporary realistic fiction about black people in the United States to determine if and how a sampling of these stories portray selected salient shared experiences of black people [Doctoral dissertation], Dept. of Elementary and Special Education College of Education, Michigan State University, East Lansing, Michigan. Koentjaraningrat. 1992. Bunga Rampai Kebudayaan, Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mentalitas
dan
Krippendorff, K. 1980. Content analysis : An introduction to its methodology. Beverly Hills: Sage Publications. Kusler, J. [Editor]. 1991. Ecotourism and Resources Conservation. Selected Papers from the 2nd International Symposium: Ecotourism and Resource Conservation. Madison: Omnipress. Kurniawan, I. 2002. Sistem Pengelolaan Lahan oleh Masyarakat Kasepuhan di Sekitar Taman Nasional Gunung Halimun [Skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Kraus, R., L.R. Allen. 1997. Research and evaluation in research, parks and leisure studies. Arizona: Gorsuch Scarisbick. Ladkin A., AM Bertramini. 2002. Collaborative Tourism Planning: A Case Study of Cusco, Peru. Current Issues in Tourism. Volume 5 (2) pp. 71-93. Lama, M.T.T. 1995. Annapurna Conservation Area Project. Annual progress report, 15th July 1994 – 14th July, 1995. Nepal: King Mahendra Trust for Nature Conservation. Lash, G.Y.B., A.D. Austin. 2003. Rural Ecotourism Assessment Program (REAP): A Guide to Community Assessment of Ecotourism as a Tool for Sustainable Development. EplerWood International. Available at http://www.eplerwood.com Lee, D.N.B., D.J. Snepenger. 1991. An Ecotourism Assessment of Tortuguero, Costa Rica. Research Notes and Reports. Annal of Tourism Science. P.367370 Linberg, K. 1998. Economic Aspect of Ecotourism. K. Linberg, M.E. Wood, and D. Engledrum [Editors]. Ecotourism : A Guide for Planners and Managers. Volume 2. North Bennington: The Ecotourism Society. Linberg, K., B. Furze, M. Staff, R. Black. 1998. Ecotourism in the Asia Pacific Region : Issues and outlook. Bangkok: FAO Regional Office for Asia and
240
the Pacific. Lindberg, K., M.E. Wood, D. Engledrum (Editors). 1998. Ecotourism: A Guide for Planners and Managers. Volume 2. North Bennington, Vermont: The Ecotourism Society. Loomis, J.B., R.G. Walsh. 1997. Recreation Economic Decisions: Comparing Benefits and Costs. Second Edition. Pennsylvania: Venture Publishing, Inc. Lynch, O.J., E. Harwell. 2002. Whose Natural Resources? Whose Common Good? Towards a New Paradigm of Environmental Justice and the National Interest in Indonesia. Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat. [MSH &UNICEF]. 1998. Stakeholder Analysis [on line]. A Joint Effort of Management Science for Health and United Nations Children’s Fund. Available at .http://erc.msh.org/quality/ittools/itstkan.cfm diakses tanggal 12 Desember 2004. MacKinnon, J., K. MacKinnon, G. Child, J. Thorsell. 1990. Pengelolaan Kawasan yang Dilindungi di Daerah Tropika. H.H. Amir [Penerjemah]. Terjemahan dari : Managing Protected Areas in the Tropics. International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Malik, I., B. Wijardjo, N. Fauzi, A. Royo. 2003. Menyeimbangkan Kekuatan: Pilihan Strategi Menyelesaikan Konflik atas Sumberdaya Alam. Jakarta: Yayasan Kemala. Mardiastuti, A. 2004. Arah dan Skenario Pengembangan Konservasi Sumberdaya Hutan. IPB: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan. Maryono, E., S.A. Kuswanto, M. Getteng, T. Ahmad, S. Mulyasari. 2005. Pelibatan Publik dalam Pengambilan Keputusan. Jakarta: LP3ES. Martono, S., O. Suwartapradja. 2006. The Sociography of Sirnarasa Village, District of Sukabumi, West Java, Indonesia. Http://www.geocities.com/inrik/sosio.htm diakses tanggal 14 Desember 2006. McIntyre, G. 1993. Sustainable Tourism Development: Guide for Local Planners. Madrid: World Tourism Organization. McLaughlin, W.J., A. Abastaflor, J. Courrau, A. Drumm, S. Edwards, P. McFarren, B. Rossmiller, R. Taylor. 2002. Bolivia Ecotourism Assessment. Final Report. International Resources Group. Miles, M.B., A.M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. T.R. Rohidi dan
241
Mulyarto [Penerjemah]. Terjemahan dari: Qualitative Data Analize. Jakarta: UI-Press. Mitchell, E.G.R. 1998. Community Integration in Ecotourism: A Comparative Case Study of Two Communities in Peru [Thesis]. The University of Guelph, Canada Moleong, L.J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Rosdakarya.
Bandung: PT Remaja
Moniaga, S. 2004. The National Park is Their Homelands: A Study of the Reconciliation Possibilities of the Conflicting Laws on Land Tenure System in Lebak District of Banten Province, Indonesia. Makalah dipresentasikan dalam Congress on Folk Law and Legal Pluralism ke XIV, Fredericton, Canada, Agustus 2004. Moyini, Y. 2006. Uganda Ecotourism Assessment. Kampala: Ministry of Tourism & Industry-UNCTAD Export Development Program – Uganda Export Promotion Board (UEPB). Naibaho, HA. 2002. Studi Perilaku Pengunjung Dalam Kegiatan Ekowisata di Taman Nasional Gunung Halimun [Skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Ngafenan, M. 1991. Kamus Pariwisata. Semarang: Dahara Prize. Nijima, K. 1997. Summary of Draft of Gunung Halimun National Park Management Plan Book II. Di dalam Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume I: General Review of the Project. 1997. Bogor: LIPI, JICA dan PHPA. Nugraheni, E. 2002. Sistem Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional: Studi Kasus Taman Nasional Gunung Halimun [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Noertjahyo, L.I., M.A. Safitri. 2000. Anotasi Peraturan Perundang-undangan berkaitan dengan Akses Masyarakat Adat pada Sumberdaya Alam di Indonesia. Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM). North, D. 2000. Understanding Institutions. Di dalam Menard, C. [Editor]. Institutions, Contracts, and Organizations: Perspectives from New Institutional Economic. Northampton: Edward Elgar. [ODA] Overseas Development Administration. 1995. Guidance Note on How to Do Stakeholder Analysis of Aid Projects and Programmes [on line]. Social Development Department, Overseas Development Administration. Available at http://www.euforic.org/gb/stake1.htm diakses tanggal 12 Desember 2004.
242
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Samingan, T, B. Srigandono [Penerjemah]. Terjemahan dari: Basic of Ecology. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Olindo, P. 1991. The Old man of nature tourism: Kenya (Masai Mara/Serengeti Ecosystem). Di dalam Whelan T, [Editor]. Nature Tourism: Managing for the environment. Halaman 23-38. Washington DC: Island Press. Owen, J.L., E. Harwell. 2002. Whose Natural Resources? Whose Common Good?: Towards a new paradigm of environmental justice and national interest in Indonesia. Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM). [PEMDA] Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. 2000. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 17 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor. [PERDA] Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat. Palacios, K. 2003. Developing A Comprehensive Needs Assessment Model for Implementation in Continue Education [Thesis]. The Department of Political Science, Southwets Texas State University. Peluso, N.L. 1994. Rich Forests, Poor People: Resources Control and Resistance in Java. Berkeley: University of California Press. Peters, B.G. 2000. Institutional Theory: Problems and Prospects. Viena: Institute for Advance Studies. Peters, W.J. 1997. Local participation in conservation of The Ranomafana National Park, Madagascar. Journal of World Forest Resource Management 8: 109-135. Perez, C.A. 1997. Negotiating beneficiary involvement in agricultural development projects: Experiences from care. Practicing Anthropology. Vol. 19 (3), 31-35. Perman, R., Yue Ma, & McGilvray, J. 1996. Natural Resource & Environmental Economics. New York: Longman. Pratiwi, S. 2000. Community Participation in Ecotourism Development: A Critical Analysis of Select Published Literature [Thesis]. East Lansing, Michigan : Michigan State University. Primack, R.B. 1998. Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Price, E.T. 1965. Values and Concepts in Conservation. Burton, I., R.W. Kates, L.
243
Burton [Editors]. Readings in Resource Management and Conservation. Chicago: The University of Chicago Press. Purwanto, D., M. Pakpahan, N. Keiji, A. Mujakir. 2001. Ecotourism Guide Book Gunung Halimun National Park: Leuwijamang Village. Sudarmadi, Abdurrozak, P.J. Manikam, Widada, E. Wahyuningsih, K. Hiroshi, dan O. Seiji [Editor]. Kabandungan: BCP-JICA. Putro, H.R. 2006. Analisis Para Pihak (Stakeholders Analysis) Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Draft 18 Mei 2006. Bogor: kerjasama BTNGHSJICA. Rahayu, SS. 2004. Makna Hutan Bagi Masyarakat Adat: Studi Kasus Kesatuan Adat Banten Kidul, Kasepuhan Ciptagelar [Skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Rahmena, M. 1992. Participation. In Sachs, W. (Editor.). The development dictionary: A guide to knowledge as power. London: Zed Books Ltd. Reimer, G.D. 1994. Community participation in research and development: A case study from Pangnirtung, Northwest Territories. Master thesis , McMaster University, Canada. Reksohadiprodjo, Sukanto, Pradono. 1998. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Energi (Edisi 2). Yogyakarta: BPFE. Ribot, J.C, N.L Peluso. 2003. A Theory of Access. Rural Sociology 68(2): 153181. Ricthie, J.R.B., C.R Goeldner. 1994. Analyzing Media Messages: using quantitative content analysis in Research. Mahwah: Lawrence Erbaum Associates. Riffe, D., S. Lacy, F.G. Fico. 1998. Analyzing media messages: Using quantitative content analysis in research. Mahwah: Lawrence Erlbaum Associates Ritzer, G., D.J. Goodman. 2005. Teori Sosiologi Modern. Edisi ke-enam. Alimandan [Penerjemah]; T.B. Santoso [Editor]. Terjemahan dari : Modern Sociological Theory. 6th Edition. McGraw-Hill. Jakarta: Prenada Media Riyanto, B. 2004. Pokok-Pokok Masalah Pengusahaan Pariwisata Alam di Kawasan Pelestarian Alam. Bogor: Lembaga Pengkajian Hukum Kehutanan dan Lingkungan. Rouda, R.H., M.E. Kusy JR. 1995. Development of Human Resources Part 2: Needs Assessment-the first step. Tappi Journal, Volume 78 (6): 255-257.
244
Rosdiana, E. 1994. Pengembangan Wisata Alam di Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Runte, A. 1987. National Park: The American Experience. Lincoln: University of Nebraska Press. Ruttan, V.W. 1999. Induced Institutional Innovation. paper presented at a conference on “Induced Technology Change and The Environment,” International Institute for Applied Systems Analysis, Laxenberg, Austria, June 21-22, 1999. Santos, R., M. de Jesus [Editors]. 2003. Proceedings of the SPARK "rural livelihoods" workshop. October 15 to 17, 2003, Bali, Indonesia. Denpasar: VSO, LATIN, ESSC dan DFID. Santosa, A. 2006. Kampung Nyungcung Melanjutkan Hidup. Bogor: RMI.http://www.kpshk.org. diakses pada tanggal 23 Februari 2006 jam 04:40WIB Saunier RE, R.A. Meganck, editor. 1995. Conservation of biodiversity and the new regional planning. Washington, D.C. : Dept. of Regional Development and Environment, Executive Secretariat for Economic and Social Affairs, General Secretariat, Organization of American States. Saputro GE. 2006. Modal Sosial Dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan Pada Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul [Skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor Schmid, A. 1987. Property, Power, and Public Choice. New York: Praeger. Sebo, R.E. 1996. Introduction to tourism texbooks: A descriptive content analysis [Disertasi]. University of Connecticut. Sekartjakrarini, S. 2003. Pengelolaan dan Pengembangan Eco-tourism di Taman Nasional. Makalah disampaikan pada Seminar dan Lokakarya “Pengembangan Model Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun” , Hotel Kinasih, Caringin, Bogor, 18-19 Februari 2003. LIPI-JICA-BTNGH. Sekartjakrarini, S., dan N. Legoh. 2003. Teknik Interpretasi. Jakarta: Idea. Shaw, K.A. 2005. Institutional Change: The Why and The How. Paper presented at the TIAA-CREF Institute Conference: The New Balancing Act in the Business of Higher Education. New York City, November 3-4, 2005. Sirait, M. 2004. Membangun Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam di Kawasan Ekosistem Halimun. Rangkuman Semiloka.
245
Bogor 23 Desember 2004, RMI-FKKM-Dep. Kehutanan-EU-FLB Sitorus, M.T.F. 1998. Penelitian Kualitatif Suatu Perkenalan. Bogor: Kelompok Dokumentasi Ilmu-ilmu Sosial untuk Laboratorium Sosiologi, Antropologi, dan Kependudukan, Jurusan Ilmu Sosial dan Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB. Soemarwoto, O. 1986. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan. Spoehr, A. 1965. Cultural Differences in the Interpretation of Natural Resources. Di dalam Burton, I., R.W. Kates, and L. Burton [Editors]. Readings in Resource Management and Conservation. Chicago: The University of Chicago Press. Sproule, KW., A.S. Suhandi. 1998. Guidelines for Community-Based Ecotourism Programs: Lessons From Indonesia. Di dalam Lindberg, K., M.E. Wood, D. Engledrum (Editors). Ecotourism: A Guide for Planners and Managers. Volume 2. North Bennington, Vermont: The Ecotourism Society. Stewart, W.P., S. Sekartjakrarini. 1994. Disentangling Ecotourism. Annals of Tourism Research Journal. Volume 21(4) page 840-843. Stokey,E., R. Zechauser. 1978. A Primer for Policy Analysis. New York: W.W. Norton & Company Sudarto, G. 1999. Ekowisata: Wahana Pelestarian Alam, Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bekasi: Yayasan Kalpataru Bahari. Suhaeri. 1994. Pengembangan Kelembagaan Taman Nasional Gunung Halimun [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Suharyono, D. 2007. Dilema, Mengamankan Hutan: Konservasi TNGHS Wilayah Sukabumi. Catatan Lapangan Staf LSM LATIN. Sukathme, P.V. 1965. The World’s Hunger and Future Needs in Food Supplies. Di dalam Burton, I., R.W. Kates, and L. Burton [Editors]. Readings in Resource Management and Conservation. Chicago: The University of Chicago Press. Sumarga, A. 2006. The Transformation of Farmer Institutions in Rural Areas: A Case Study on Farmer Groups Development in West Java Province [Thesis]. Gottingen: The George-August University. Sutton, R.1999. The Policy Process: An Overview. Working Paper 118. London: Overseas Development Institute.
246
Suwarno, A. 2003. Narasi Kegiatan Lapangan April 2003. Sukabumi : LSM LATIN Triono, T., N. Keiji, G.N.S. Mulcahy, O. Seiji, A. Muzakkir, A. Supriatna, Sopian. 2002. A Guide to Cikaniki-Citalahab Looptrail Gunung Halimun National Park, West Java, Indonesia. Sudarmadi, Abdurrozak, Widada, E. Wahyuningsih, G.N.S. Mulcahy, K. Hiroshi, and O. Seiji [Editors]. Kabandungan: BCP-JICA. Tasosa, M.S. 1993. Evaluating community participation in tourism planning : The case of Ascroft and Lytton, RC [Thesis]. Canada: Dept. of Geography, Simon Fraser University. Uphoff, N. 1997. Institutional Capacity and Decentralization for Rural Development. Rome: FAO Van Vught, M. 2002. Central, Individual, or Collective Control? Social Dilemma Strategies for Natural Resource Management. American Behavioral Scientist (2002) vol. 45, pp. 783-800. [WCED] World Commission on Environment and Development. 1987. Our Common Future. Oxford: Oxford University Press. Wall G, and S. Ross. 1998. Ecotourism towards congruence between theory and practice. Waterloo, Canada: Faculty of Environmental Studies, University of Waterloo . Paper was presented at 7th International Symposium Society and Resource Management, May 27-31, 1998. University of Missouri-Columbia. Weaver, D.B. 1998. Ecotourism in less Developed World. Wallingford: CAB International. Widada. 2004. Nilai Manfaat Ekonomi dan Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Halimun bagi Masyarakat [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor Wight, P. 1993. Ecotourism: Ethics or eco-sell? Journal of Travel Research, 31(3), 3-9. Wight, P. 1993. Sustainable Ecotourism: Balancing Economic, Environmental, and Social Goals within an Ethical Framework. Journal of Tourism Studies, 4, 2, pp. 54-66. Wijaya, H. 2007. Kondisi, Potensi dan Kendala Pengembangan Ekowisata di TNGHS. Counterpart GHSNP-MP. Makalah dipresentasikan pada acara Diskusi dan Koordinasi Penyusunan Rencana Strategi dan Aksi Pengembangan Ekowisata TNGHS, Bogor, 14 Februari 2007. Acara ini diselenggarakan oleh BTNGHS dan JICA. Winardi, J. 2003. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Jakarta: PT. Raja
247
Grafindo Persada. Wondolleck, J.M., S.L. Yafee. 2000. Making Collaboration Work: Lessons from Innovation in Natural Resource Management. Washington, DC.: Island Press. Wood, M.E. 1998. Meeting the global challenge of community participation in ecotourism: case studies and lessons from Ecuador. Arlington: The Nature Conservancy. Wood, M.E, F. Gatz, K. Lindberg. 1991. The Ecotourism Society: An Action Agenda. J. Kusler [Editor]. Ecotourism and Resources Conservation. Selected Papers from the 2nd International Symposium: Ecotourism and Resource Conservation. Madison: Omnipress. Woolf HB, Artin E, Crawford FS, Gilman EW, Kay MW, Pease Jr RW (Editors). 1976. The Merriam-Webster Dictionary. New York: Pocket Books. Wulan, Y.C., Y. Yasmi, C. Purba C, E. Wollenberg. 2004. Analisa Konflik Sektor Kehutanan di Indonesia 1997 – 2003. Bogor: Center for International Forestry Research (CIFOR). Wordnet.princeton.edu/perl/webwn diakses tanggal 17 Desember 2005 www.polity.org.2ce/html/govdocs/white tanggal 11 November 2005
papers/social97gloss.html
www.undp.org/rnec/nhds/1996/georgia/glossary.htm 11 November 2005
diakses
diakses
tanggal
www.meriam-webster.com/dictionary/need diakses tanggal 27 Februari 2007 www.tnhalimun.go.id. diakses tanggal 14 Desember 2006
LAMPIRAN
Lampiran 1 Observasi dan pengambilan data lapangan
A. Pertemuan yang diikuti No. 1
WAKTU 23-25/04/2’07
TEMPAT Citorek, Kabupaten Lebak
ACARA Pertemuan (Riungan) Kasepuhan Banten Kidul ke IX
PENYELENGGARA Kasepuhan atas dukungan LSM: RMI, Huma, WG Tenure, Sawit Watch, Kemala BTNGHS-JICA
2
21/02/2007
Brajamustika, Bogor
Konsultasi Publik RPTNGHS
3
14/02/2007
Bogor
BTNGHS dan JICA
4
3-6/10/2006
5
28/11/2006
Gadog, Kab. Bogor Curug Bitung, Kab. Bogor
Diskusi dan Koordinasi Penyusunan Rencana Strategi dan Aksi Pengembangan Ekowisata TNGHS Pertemuan Tim Kecil, LFA RPTN-TNGHS
RMI
6
7-9/08/2006
7
3/08/2006
Selabintana, Sukabumi IPB
8
26/06/2006
Bogor
Diskusi Membangun Kesepakatan antar Desa Dalam Menata Kawasan Konservasi dengan Mengakar Pada Budaya dan Pengetahuan Setempat Lokakarya Logical Framework Approach (LFA) Rencana Pengelolaan TNGHS Semiloka Perencanaan Komunitas: Upaya Masyarakat Kawasan Ekosistem Halimun Menata Ruang Untuk Keberlanjutan Hidupnya Seminar: Menengok Wacana Kebijakan dalam Konteks Pengelolaan SD hutan Berbasis Masyarakat (Adat dan Lokal) di Kawasan Ekosistem Halimun
BTNGHS-JICA
BTNGH-JICA-LIPI RMI dan Departemen Arsitektur Lanskap IPB
RMI
B. Dokumentasi pertemuan No. 1.
WAKTU 13/12/2006
TEMPAT Rangkasbitun, Kabupaten Lebak Cisarua, Bogor Wisma Kinasih, Bogor Caringin, Kab Bogor
ACARA Semiloka: Pengakuan Masyarakat Adat Kasepuhan Kabupaten Lebak di dalam dan sekitar Kawasan TNGHS Lokakarya LFA RPTNGHS III Lokakarya LFA RPTNGHS II
Working Group on Forest Land Tenure Seminar dan Lokakarya: ”Pengembangan Model Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun” Lokakarya: ”Pengembangan Ekowisata di Taman Nasional Gunung Halimun”
2. 3.
13-14/09/2006 24-25/08/2006
4.
8-10/08/2006
5. 6.
7/10/2003 18-19/02/2003
Bogor Caringin, Bogor
7.
9-10/03/1999
Caringin, Bogor
Lokalatih Ekowisata
248
PENYELENGGARA RMI
BTNGHS-JICA BTNGHS-JICA Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor WG Tenure BTNGH-JICA-LIPI
BTNGH-JICA-LIPI
249
C. Observasi lapangan No. WAKTU 1 6-8 Januari 2007
2
22 Februari 2007 16-18 Februari 2007
3
18-20 Februari 2007
4
9 Desember 2006 28-29 Januari 2007 22 Februari 2007 30-31 Januari 2007
KETERANGAN Kampung Cibedug, Desa Citorek, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak Rangkas Bitung, Kabupaten Lebak Kampung Pangguyangan, Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi. Kampung Citalahab Central, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor Kampung Malasari, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor Kecamatan Naggung, Kabupaten Bogor Kampung Leuwijamang, Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor
D. List wawancara WAKTU
LOKASI
-Nov 2007 s/d Sept 2007 6-9/01/2007 22/03/2007 22/02/2007 14/03/2007
Bogor Bogor Cibedug Citorek Kantor Seksi Wilayah Lebak Rangkas
17-18/02/2007
Pangguyangan/ Desa Sirnarasa, Kabupaten Sukabumi
19/02/2007 21/02/2007 19/02/2007
Kabupaten Sukabumi
7/08/2006 29/01/07 30/01/2007 14/02/2007 19/02/2007
Acara LFA, Sukabumi Citalahab/ Desa Malasari Leuwijamang/ Desa Cisarua Bogor Cipeteuy, Citalahab Sentral
22/02/2007 19/02/2007
Kantor Seksi Kantor BTNGH, Kabandungan 3 Kecamatan Bandung, Konsultasi Publik Bogor
-21/2/2007
INSTITUSI
ISSUE
RMI YEH Masyarakat adat Masyarakat adat BTNGH Dinas INKOSBUDPAR, Kab. Lebak Masyarakat Adat & Non-Adat LSM/LATIN Diparda Kab. Sukabumi Dishutbun Ka. Sukabumi BTNGH, JICA Non-Adat Non-Adat Diparda Kab. Bogor LSM/ABSOLUT & PT Nirmala BTNGH BTNGH Kecamatan Bappeda Propinsi Jabar
Ekowisata, Konflik Ekowisata, Konflik Ekowisata, Konflik Ekowisata, Konflik Ekowisata, Konflik Ekowisata, Ekowisata, Konflik Ekowisata, Konflik Ekowisata Ekowisata, Konflik Ekowisata, Konflik Ekowisata, Konflik Ekowisata, Konflik Ekowisata Ekowisata, Konflik Ekowisata, Konflik Ekowisata, Konflik Ekowisata, Konflik Ekowisata, Konflik
Lampiran 2 Daftar dokumen untuk data sekunder 1. [...........]. 2006. Buku Registrasi Kelembagaan Masyarakat Desa Hutan (KMDH) "Karya Asih". Kampung Cihangasa: Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi. 2. [BPMD] Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. 2006. Profil Desa / Kelurahan: Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Sukabumi: Pemerintah Daerah Sukabumi. 3. [BTNGH] Balai Taman Nasional Gunung Halimun.2000a. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun 2000-2024 : Buku I Rencana Kegiatan Pengelolaan. Kabandungan: Balai TNGH, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 4. [BTNGH] Balai Taman Nasional Gunung Halimun. 2000b. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun 2000-2024 : Buku II Data Umum dan Proyeksi Analisis. Kabandungan: Balai TNGH, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 5. [BTNGH] Balai Taman Nasional Gunung Halimun. 2000c. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun 2000-2024 : Buku III Rencana Umum Tata Ruang. Kabandungan: Balai TNGH, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 6. [BTNGH] Balai Taman Nasional Gunung Halimun.[Tanpa Tahun]. Upaya Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun. Kabandungan: kerjasama Balai TNGH, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Perkebunan dengan JICA. 7. [BTNGH] Balai Taman Nasional Gunung Halimun. [Tanpa Tahun]. Taman Nasional Gunung Halimun. Kabandungan: kerjasama Balai TNGH, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Perkebunan dengan JICA. 8. [BTNGH] Balai Taman Nasional Gunung Halimun. 2005. Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Kabandungan: Balai TNGH, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 9. [BTNGHS] Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. 2007. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak 2007-2026 : Ringkasan. Balai TNGHS, Direktorat Jenderal Perlindungan Alam dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. Dipresentasikan pada konsultasi publik tanggal 21 Februari 2007 di Hotel Brajamustika Bogor. 10. [BTNGHS] Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. [Tanpa Tahun]. Tantangan Pengelolaan Kolaborasi di Taman Nasional Gunung HalimunSalak. Bogor: GHSNP-MP JICA Project Office. 11. [DEPDIKBUD] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1989. Laporan Penilaian Teknis Arkeologis Megalitik Lebak Cibedug Sub Direktorat Pemugaran, Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, DepDikBud 12. [DEPDAGRI] Departemen Dalam Negeri. 2006. Profil Desa/Kelurahan: Desa Citorek, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Daerah Tingkat I Banten.
250
251
13. [FKMHJBB] Forum Komunikasi Masyarakat Halimun Jawa Barat dan Banten. 2003. Pernyataan Sikap 31 Desa di Kawasan Halimun dalam Mensikapi Status Pengelolaan Kawasan Halimun di Provinsi Jawa Barat dan Banten. www.rmibogor.org diakses tanggal 14 Desember 2006. 14. [LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. [Tanpa Tahun]. Visitor Information of Cikaniki Research Station in Gunung Halimun National Park. Jakarta:kerjasama Biro Kerjasama IPTEK, LIPI dengan BTNGH-JICA. 15. Adimihardja K, A.M. Kramadibrata, OS Abdullah. 1994. Penelitian Hubungan Timbal Balik Masyarakat Pedesaan dengan Hutan di Kawasan Gunung Halimun, Jawa Barat. BAPPEDA Provinsi DT I Jawa Barat dan Indonesia Resource Centre for Indigenous Knowledge (INRIK), UNPAD.B10 16. Adimihardja, K. 1992. Kasepuhan yang Tumbuh di Atas yang Luruh: Pengelolaan Lingkungan secara Tradisional di Kawasan Gunung Halimun Jawa Barat. Bandung: TARSITO. 17. Alikodra, HS. 1992. Pengembangan Kawasan Cagar Alam Gunung Halimun, Jawa Barat. Di dalam Ryadisoetrisno, B [editor]. 1992. Konservasi dan Masyarakat: rumusan workshop Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Jakarta: Biological Science Club (BSsC). Halaman 12-19. 18. Ambinari, M. 2003.Pengkajian Terhadap Strategi Promosi Kegiatan Ekowisata di Taman Nasional Gunung Halimun [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 19. Asep. 2000. Kesatuan Adat Banten Kidul: Dinamika Masyarakat dan Budaya Sunda Kasepuhan di Kawasan Gunung Halimun, Jawa Barat [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 20. Bari, A. 1992. Pengembangan Masyarakat di Cagar Alam Gunung Halimun, Jawa Barat. Di dalam Ryadisoetrisno, B [editor]. 1992. Konservasi dan Masyarakat: rumusan workshop Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Jakarta: Biological Science Club (BSsC). Halaman 44-51. 21. Dedi, R., Andianto. 2003. Ecotourism Guidebook Gunung Halimun National Park: Ciptarasa Village. Setyono, D., K. Hiroshi, A. Muzakir, S. Ozawa, T. Hartono, G. Mulcahy (editors). Sukabumi: kerjasama BTNGH dan YEH. 22. Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. 2005. Profil Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Jawa Barat. Bandung: Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. 23. Djubiantono T. 2005 Geo-arkeologi Kawasan Lebak Cibeduk. Siddhayatra, Jurnal Balai Arkeologi Palembang, Volume 10 Nomor 1 Mei 2005. Palembang: Balai Arkeologi. www.balarpalembang.go.id diakses tanggal 14 Desember 2006 jam 7:00 AM 24. Galudra, G. 2003. Conservation policies versus reality: Case study of flora, fauna, and land utilization by local community in Gunung Halimun-Salak National Park. Bogor: ICRAF Souteast Asia Working Paper, No. 2003_4. 25. Hamami, M. 2006. Visi dan Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Sukabumi. Makalah disampaikan pada acara Saresehan Ekowisata di Hotel Semeru, 7 Februari 2006. 26. Hanafi I, N. Ramdhaniaty, B. Nurzaman. 2004. Nyoreang Alam Ka Tukang, Nyawang Anu Bakal Datang : Penelusuran Pergulatan di Kawasan Halimun Jawa Barat-Banten. U. Hidayati, L. Hendarti, editor. Bogor: RMI.
252
27. Harada, K. 2003. Attitudes of Local People Towards Conservation and Gunung Halimun National Park in West Java, Indonesia. J for Res (2003) 8: 271-282. 28. Harada, K., A.Mulyana. 1998. A Preliminary Survey on Participatory Management of Gunung Halimun National Park.dalam Horiuchi, H, Y. Sakuma [editor]. 1998. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume III: Information System and Park Management of Gunung Halimun National Park. Bogor: LIPI-JICA-PHPA. Halaman 145-170. 29. Harada, K., A. Muzakir, M. Rahayu, Widada. 2001 Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume VII : Traditional People and Biodiversity Conservation in Gunung Halimun National Park Bogor: LIPI, PHPA, JICA. 30. Hartono, T. 2005. Catatan Proses Perkembangan Aktivitas Wisata Alam di TNGH. Bogor: Yayasan Ekowisata Halimun. 31. Hartono, T. 1999. Ringkasan Pengalaman Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Lokal, Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat. Di dalam Sudarto, G. 1999. Ekowisata: Wahana Pelestarian Alam, Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bekasi: Yayasan Kalpataru Bahari. Hal 78-84. 32. Hasibuan, G. 2003. Pengembangan Ekowisata di TNGH. Lokakarya Pengembangan Model Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun, Hotel Kinasih, Caringin - Bogor 18-19 Februari, 2003. Departemen. Kehutanan dan BCP, JICA. 33. Herawan, H. 2006. Visi dan Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Bogor. Makalah disampaikan pada acara Saresehan Ekowisata di Hotel Semeru, 7 Februari 2006. 34. Horiuchi, H. 1997. Study of Ecotourism in Gunung Halimun National Park Di dalam Nijima, K. H. Horiuchi, N. Sukigara, K. Harada [editor]. 1997. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume I: General Review of the Project. Bogor: LIPI-JICA-PHPA. Halaman 136-158. 35. Horiuchi, H. 1998. Study of Ecotourism in Gunung Halimun National Park-2-. Di dalam Horiuchi, H, Y. Sakuma [editor]. 1998. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume III: Information System and Park Management of Gunung Halimun National Park. Bogor: LIPI-JICA-PHPA. Halaman 94-114. 36. Horiuchi, H. 1999. Developing an Action Plan for Eco-tourism in Gunung Hallimun National Park by JICA Project. Di dalam Proceedings Workshop on Ecotourism Development Bogor-Caringin, 9-10 March 1999. Bogor: LIPIJICA-PHPA. Halaman 81-85. 37. Joy, R. 1999. Strategi Pengembangan Kegiatan /Usaha Wisata Alam Berbasis Masyarakat Lokal di Taman Nasional Gunung Halimun. Di dalam Proceedings Workshop on Ecotourism Development Bogor-Caringin, 9-10 March 1999. Bogor: LIPI-JICA-PHPA. Halaman 86-96. 38. Keiji, N., O. Seiji, Sudarmadji, Abdurrozak, P.J. Manikam, Widada, L.W. Muslihat, Genman, E. Wahyuningsih, D. Purwanto dan Glen.2001. Ecotourism Action Plan of Gunung Halimun National Park. Keiji, N. [editor]. Bogor: Biodiversity Conservation Project-Japan International Cooperation Agency (BCP-JICA).
253
39. Kepala Bappeda Dati I Jawa Barat. 1999. Peranan Pemerintah Daerah dalam Mendukung Pengembangan Wisata Alam di TNGH dalam Proceedings Workshop on Ecotourism Development Bogor-Caringin, 9-10 March 1999. Bogor: LIPI-JICA-PHPA. Halaman 65-74. 40. Kepala Dinas Pariwisata Dati I Jawa Barat. 1999. Peranan Dinas Pariwisata dalam Mendukung Pengembangan Wisata Alam dalam Proceedings Workshop on Ecotourism Development Bogor-Caringin, 9-10 March 1999. Bogor: LIPI-JICA-PHPA. Halaman 75-80. 41. Kobayashi, H., S. Mulyati, Widada. 2003. Kepedulian Masyarakat untuk Konservasi di Dalam dan Sekitar TNGH. Lokakarya Pengembangan Model Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun, Hotel Kinasih, Caringin Bogor 18-19 Februari, 2003. Departemen. Kehutanan dan BCP, JICA. 42. Kurniawan, I. 2002. Sistem Pengelolaan Lahan oleh Masyarakat Kasepuhan di Sekitar Taman Nasional Gunung Halimun [skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 43. Mainawati, S. 2004. Partisipasi Masyarakat Adat Dalam Pengelolaan Kawasan Taman Nasional [skripsi].Bogor: Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 44. Manikam, PJ. 1998. Draft of Gunung Halimun National Park Management Plan Book I. 1998. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume III: Information System and Park Management of Gunung Halimun National Park. Bogor: LIPI-JICA-PHPA. Halaman 115-126. 45. Martono, S., O. Suwartapradja. 2006. The Sociography of Sirnarasa Village, District of Sukabumi, West Java, Indonesia. Http://www.geocities.com/inrik/sosio.htm diakses tanggal 14 Desember 2006 46. Moniaga, S. 2004. Taman Nasional itu, Kampung Halaman Mereka. versi Indonesia makalah “The National Park is Their Homelands: A Study of the Reconciliation Possibilities of the Conflicting Laws on Land Tenure System in Lebak District of Banten Province, Indonesia” yang dipresentasikan dalam Congress on Folk Law and Legal Pluralism ke XIV, di Fredericton, Canada pada bulan Agustus 2004. 47. Mulyati, S., Widada, K. Hiroshi. 2003. Perkembangan Pendidikan Lingkungan di TNGH. Lokakarya Pengembangan Model Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun, Hotel Kinasih, Caringin - Bogor 18-19 Februari, 2003. Departemen. Kehutanan dan BCP, JICA. 48. Mulyo, H. 1992. Pengembangan Masyarakat di Cagar Alam Gunung Halimun, Jawa Barat. Di dalam Ryadisoetrisno, B [editor]. 1992. Konservasi dan Masyarakat: rumusan workshop Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Jakarta: Biological Science Club (BSsC). Halaman 52-57. 49. Naibaho, HA. 2002. Studi Perilaku Pengunjung Dalam Kegiatan Ekowisata di Taman Nasional Gunung Halimun [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 50. Nakashima, K. 2000. Ecotourism Action Plan in TNGH. Makalah dalam Lokakarya Pengembangan Ecotourism di Taman Nasional. Hotel Safari Garden, Cisarua, Bogor 1-2 November 2000. Bogor: PHPA-JICA. 51. Nijima, K. 1997. Summary of Draft of Gunung Halimun National Park Management Plan Book II. 1998. Research and Conservation of Biodiversity
254
in Indonesia Volume III: Information System and Park Management of Gunung Halimun National Park. Bogor: LIPI-JICA-PHPA. Halaman 75-116. 52. Nugraheni E. 2002. Sistem Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional : Studi Kasus Taman Nasional Gunung Halimun. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 53. Ozawa, S., A. Muzakkir, A. Rozaq, G.S. Hasibuan, Kuswandono. 2003. Kegiatan Ekowisata di TNGH (Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati). Lokakarya Pengembangan Model Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun, Hotel Kinasih, Caringin - Bogor 18-19 Februari, 2003. Departemen Kehutanan dan BCP, JICA. 54. Ozawa, S., A. Muzakir, A. Rozaq, G.S. Hasibuan, Kuswandono, Widada. 2002. Ecotourism in Gunung Halimun National Park. dalam Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume XII. halaman 73-84. Bogor: LIPI-JICA-PHPA. 55. Pemerintah Kabupaten Lebak. 2005. Arah dan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah: Tahun Anggaran 2006. Pemerintah Kabupaten Lebak. 56. Purwanto, D., M. Pakpahan, N. Keiji, A. Mujakir. 2001. Ecotourism Guide Book Gunung Halimun National Park: Leuwijamang Village. Sudarmadi, Abdurrozak, P.J. Manikam, Widada, E. Wahyuningsih, K. Hiroshi, dan O. Seiji [editor]. Kabandungan: BCP-JICA. 57. Purwanto, D. 2007. Aktualisasi Ekowisata Berbasis Masyarakat di TNGHS. Bogor: Yayasan Ekowisata Halimun (YEH). Makalah dipresentasikan pada acara Diskusi dan Koordinasi Penyusunan Rencana Strategi dan Aksi Pengembangan Ekowisata TNGHS, Bogor, 14 Februari 2007. Acara ini diselenggarakan oleh BTNGHS dan JICA. 58. Putro, HR. 1999. Institution and Partnership in the Development of Ecotourism in Halimun National Park. dalam Proceedings Workshop on Ecotourism Development Bogor-Caringin, 9-10 March 1999. Bogor: LIPIJICA-PHPA. Halaman 97 – 103. 59. Putro, H.R. 2006. Analisis Para Pihak (Stakeholders Analysis) Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Draft 18 Mei 2006. Bogor: kerjasama BTNGHS-JICA. 60. Rahayu, S.S. 2004. Makna Hutan Bagi Masyarakat Adat: Studi Kasus Kesatuan Adat Banten Kidul, Kasepuhan Ciptagelar [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 61. Ramdhaniaty, N. A.Rachman [editor]. 2002. Prosiding Seminar dan Lokakarya: Memahami Desa dan Kawasan Halimun Melalui Pemetaan Partisipatif. Cisolok, 28 Februari 2002. 62. Rasidi, S. 1992. Pengambangan Kawasan Cagar Alam Gunung Halimun, Jawa Barat. Di dalam Ryadisoetrisno, B [editor]. 1992. Konservasi dan Masyarakat: rumusan workshop Keanekaragaman Hayati Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Jakarta: Biological Science Club (BSsC). Halaman 20 -27. 63. Rofiko. 2003.Nilai Ekonomi Total Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun: Studi Kasus di Desa Cisarua dan Desa Malasari [skripsi]. Bogor:
255
Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 64. Rosdiana, E. 1994. Pengembangan Wisata Alam di Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 65. Saigawa, K. 1998. Report on Study of Eco-tourism Development in Gunung Halimun National Park. Di dalam Horiuchi, H, Y. Sakuma [editor]. 1998. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume III: Information System and Park Management of Gunung Halimun National Park. Bogor: LIPI-JICA-PHPA. Halaman 171-181. 66. Saparjadi, K (Direktur BKPA). 1999. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kegiatan Usaha Wisata Alam dalam Proceedings Workshop on Ecotourism Development Bogor-Caringin, 9-10 March 1999. Bogor: LIPI-JICA-PHPA. Halaman 54-64. 67. Saputro, G.E. 2006. Modal Sosial Dalam Pengelolaan Sumberdaya Hutan Pada Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul [skripsi]. Bogor: Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 68. Setyono, D. 2003. Upaya Pengelolaan TNGH. Lokakarya Pengembangan Model Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun, Hotel Kinasih, Caringin-Bogor 18-19 Februari, 2003. Departemen Kehutanan dan BCP, JICA. 69. Setyono, D. 2006. Perkembangan Ekowisata di TNGHS. Makalah yang di presentasikan dalam acara saresehan ekowisata di Hotel Semeru, 7 Februari 2006. 70. Sirait, M. 2004. Membangun Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam di Kawasan Ekosistem Halimun. Rangkuman Semiloka. Bogor 23 Desember 2004, RMI-FKKM-Dep. Kehutanan-EU-FLB 71. Sproule, KW., A.S. Suhandi. 1998. Guidelines for Community-Based Ecotourism Programs: Lessons From Indonesia. Dalam Lindberg, K., M.E. Wood, D. Engledrum (editor). 1998. Ecotourism: A Guide for Planners and Managers. Volume 2. North Bennington, Vermont: The Ecotourism Society. Halaman 215-236. 72. Suhaeri. 1994. Pengembangan Kelembagaan Taman Nasional Gunung Halimun [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 73. Suharyono, D. 2007. Dilema, Mengamankan Hutan: Konservasi TNGHS Wilayah Sukabumi. Catatan Lapangan Staf LSM LATIN. 74. Susmianto, A., EKSH. Muntasib, Sunaryo, R. Joy, H.R. Putero, I. Kadar [Tim perumus]. 1999. Rumusan Hasil Workshop Pengembangan Wisata Alam TNGH. Di dalam Proceedings Workshop on Ecotourism Development BogorCaringin, 9-10 March 1999. Bogor: LIPI-JICA-PHPA. Halaman 1-7. 75. Susmianto, A. 1999. Potensi dan Peluang Usaha Wisata Alam di TNGH. Di dalam Proceedings Workshop on Ecotourism Development BogorCaringin, 9-10 March 1999. Bogor: LIPI-JICA-PHPA. Halaman 35-45. 76. Suwarno, A. 2003. Narasi Kegiatan Lapangan April 2003. Sukabumi : LSM LATIN 77. Takashashi, S. 1998. Integrating Field-based Research and Community-based Ecotourism: Case Study of the Management of the Research Station in GunungHalimun National Park, West Java. dalam Horiuchi, H, Y. Sakuma
256
[editor]. 1998. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume III: Information System and Park Management of Gunung Halimun National Park. Bogor: LIPI-JICA-PHPA. Halaman 132-144. 78. Tim Peneliti Pusat Kemasyarakatan dan Kebudayaan. 2001. Studi Kehidupan Sosial Budaya dan Lingkungan Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Provinsi Jawa Barat. Executive Summary. Bandung: Lembaga Penelitian UNPAD dan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. 79. Triono, T., N. Keiji, G.N.S. Mulcahy, O. Seiji, A. Muzakkir, A. Supriatna, Sopian. 2002. A Guide to Cikaniki-Citalahab Looptrail Gunung Halimun National Park, West Java, Indonesia. Sudarmadi, Abdurrozak, Widada, E. Wahyuningsih, G.N.S. Mulcahy, K. Hiroshi, dan O. Seiji [editor]. Kabandungan: BCP-JICA. 80. Van der Hoop, ANJT. 1932. Megalitics Remains in South Sumatra. Netherland: W.J Thieme & Cie, Zutphen. 81. [WGT] Working Group Tenure. 2003. Catatan Proses Diskusi Studi Kasus I: Perluasan TNGHS dan Implikasinya terhadap Pemanfaatan Tanah-tanah Desa di sekitarnya. Proceeding Roundtable Discussion I Pendalaman Kasus-kasus Tenurial di Kawasan Hutan. Bogor, 7 Oktober 2003. Kerjasama WGTFKKM-Watala-ICRAF-NRM-FF-Yayasan Kemala-Departemen Kehutanan. 82. Widada, S. Mulyati, H. Kobayashi. 2003. Strategi dan Program Pendidikan Lingkungan di TNGH. Lokakarya Pengembangan Model Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun, Hotel Kinasih, Caringin - Bogor 18-19 Februari, 2003. Dept. Kehutanan dan BCP, JICA. 83. Widada. 2004. Nilai Manfaat Ekonomi dan Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Halimun bagi Masyarakat [disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 84. Wijaya, H. 2007. Kondisi, Potensi dan Kendala Pengembangan Ekowisata di TNGHS. Counterpart GHSNP-MP. Makalah dipresentasikan pada acara Diskusi dan Koordinasi Penyusunan Rencana Strategi dan Aksi Pengembangan Ekowisata TNGHS, Bogor, 14 Februari 2007. Acara ini diselenggarakan oleh BTNGHS dan JICA.
Lampiran 3 Daftar Peraturan perundangan dan kebijakan terkait 1 Undang-undang 1. UU No.5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan 2. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Keanekaragaman Sumberdaya Hayati berserta ekosistemnya 3. UU No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan 4. UU No.5 Tahun 1990 tentang Benda Cagar Budaya 5. UU No. 24 Tahun1992 tentang Penataan Ruang 6. UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 7. UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan 8. UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas UU No. 18/1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah 9. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 3/1995 tentang Perubahan atas UU No. 32 Tahun 2004 Peraturan Pemerintah/Keputusan Presiden/Instruksi Presiden 10. PP No. 33 Tahun 1970 tentang Perencanaan Hutan 11. PP No. 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan 12. Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung 13. PP No. 10 Tahun 1993. Pelaksanaan Undang Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya 14. Keputusan Presiden No. 75 Tahun 1993. Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional 15. PP No. 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam 16. Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1995 tentang : Pembentukan Tim Pengamanan Hutan Terpadu 17. PP No. 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan 18. PP No. 69 Tahun 1996 tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Penataan Ruang 19. PP No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 20. PP No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam 21. PP No. 62 Tahun 1998 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Di Bidang Kehutanan Kepada Daerah 22. Keppres No. 111 Tahun 1999 tentang Pembinaan Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil 23. PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom 24. PP No. 54 Tahun 2000. Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Di Luar Pengadilan 25. Keppres No. 102 Tahun 2001 tentang : Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan organisasi, dan Tata Kerja Departemen 26. PP No. 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan 27. PP No. 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah 28. INPRES No.16 Tahun 2005 tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata 29. PP 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencanan Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan
1 Sumber: Dephut 1998; Dephut 2000; BTNGH 2000; Idea 2000; Noertjahyo dan Safitri 2000.; Riyanto 2004; BTNGHS 2007.
257
258
Peraturan Menteri/SK Menteri/KepMen 30. Kepmenhut No. 622/KPTS-II/95 tentang Pedoman Hutan Kemasyarakatan 31. KepmenHut No. 167/Kpts-II/ 1996 tentang Sarana dan Prasarana Pengusahaan Pariwisata Alam di Kawasan Pelestarian Alam 32. Kepmenhutbun No. 279/1999 tentang Pembinaan Wilayah di Bidang Kehutanan 33. Kepmenhut No. 348/1997 tentang Perubahan KepMenHut No. 446/Kpts-II/1996 tentang Tata Cara Permohonan, Pemberian dan Pencabutan Izin Pengusahaan Pariwisata Alam 34. Permendagri No. 3/1997 tentang Pemberdayaan dan Pelestarian Serta Pengembangan Adat Istiadat, Kebiasaan-Kebiasaan Masyarakat, dan Lembaga Adat di Daerah dan Data Wilayah Administrasi Pemerintah Desa/Kelurahan 35. Kepmenhut No. 465/KPTS-II/1999 tentang Hak Pemanfaatan Hutan untuk Pendidikan, Pelatihan dan Penelitian 36. Kepmenhut No.31/2000 tentang Penyelenggaran Hutan Kemasyarakatan 37. Kepmenhut No.32/Kpts-II/2001 tentang : Kriteria dan Standar Pengukuhan Kawasan Hutan 38. Kepmenhut 70/Kpts-II/2001 tentang Penetapan Kawasan Hutan, Perubahan Status dan Fungsi Kawasan Hutan 39. KepmenSos No. 06/PEGHUK/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil 40. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri 126/2742/SJ/2002 tentang Pedoman Penetapan dan Penegasan Batas Daerah 41. PermenHut No. 19/Menhut-II/2004 tentang Pengelolaan Kolaborasi 42. Permendagri No. 1/2006 tentang Pedoman Penegasan Batas Daerah 43. Permenhut No. 56/2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional PEDOMAN 44. Departemen Kehutanan [Dephut]. 1998. Buku Petunjuk Pariwisata Alam di Hutan Lindung, Taman Buru dan Suaka Margasatwa. Bogor: Direktorat Bina Kawasan Pelestarian Alam, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Dephut. 45. Departemen Kehutanan [Dephut]. 2001. Kriteria dan Standar: Sarana dan Prasarana Pengusahaan Pariwisata Alam. Bogor: Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa Lingkungan, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelstarian Alam, Dephut. 46. Departemen Sosial. 2003. Pedoman Kerja Petugas Lapangan (Pendamping Sosial) Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil, Dirjen Pemberdayaan Sosial, Departemen Sosial. 47. Kantor Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata. 2004. Rencana Strategis Ekowisata Nasional. Sekartjakrarini S, Legoh NK (Ed). Jakarta: Kantor Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata TNGHS: 48. Kepmenhut Nomor : 282/Kpts-II/92 Tentang Perubahan Fungsi Dan Penunjukan Cagar Alam Gunung Halimun Yang Terletak Di Kabupaten Daerah Tingkat Ii Bogor Dan Kabupaten Derah Tingkat II Lebak Provinsi Tingkat I Jawa Barat Seluas ± 40.000 (Empat Puluh Ribu) Hektar Menjadi Taman. Nasional Dengan Nama Taman Nasional Gunung Halimun 49. Keiji N, editor. 2001. Ecotourism Action Plan of Gunung Halimun National Park. Biodiversity Conservation Project-JICA 50. [BTNGH] Balai Taman Nasional Gunung Halimun. 2000a. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun 2000-2024 : Buku I Rencana Kegiatan
259
Pengelolaan.Kabandungan: Balai TNGH, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 51. [BTNGH] Balai Taman Nasional Gunung Halimun. 2000b. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun 2000-2024 : Buku II Data Umum dan Proyeksi Analisis. Kabandungan: Balai TNGH, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 52. [BTNGH] Balai Taman Nasional Gunung Halimun. 2000c. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun 2000-2024 : Buku III Rencana Umum Tata Ruang.Kabandungan: Balai TNGH, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 53. Kepmenhut No. 175/2003 tentang Penunjukan Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Seluas ± 113.357 Hektar Di Provinsi Jawa Barat Dan Provinsi Banten Menjadi Taman Nasional Gunung Halimun-Salak PERDA PROVINSI JAWA BARAT 54. Perda Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 2 /1996 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung Di Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat 55. Perda Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat No.32/2000 tentang Pedoman Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup dan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup di luar Pengadilan 56. Perda Provinsi Jawa Barat No. 19/ 2001 tentang Pengurusan Hutan 57. Perda Provinsi Jawa Barat No. 2/2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat 58. Perda Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 48/2006 tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPDA) Provinsi Jawa Barat KABUPATEN BOGOR 59. Perda Kabupaten Bogor No. 2/2000 tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Desa 60. Perda Kabupaten Bogor No. 3/2000 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Pemerintahan Desa 61. Perda Kabupaten Bogor No. 4/2000 tentang Badan Perwakilan Desa dan Tata Cara Pembentukannya 62. Perda Kabupaten Bogor No. 7/2000 tentang Peraturan Desa 63. Perda Kabupaten Bogor No.8/2000 tentang Sumber Pendapatan Desa 64. Perda Kabupaten Bogor No. 17/2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor 65. Perda Kabupaten Bogor No.22/2000 tentang Kerjasama antar Desa KABUPATEN SUKABUMI 66. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukabumi 2006-2010 (Draft Lap. Akhir). 67. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Sukabumi (RPJM) 2006-2010 PERDA PROVINSI BANTEN 68. UU No. 23/2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten 69. Perda No. 36/2002 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten 70. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Banten (RPJM) 2007-2012 KABUPATEN LEBAK 71. Perda No. 13/1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lebak
Lampiran 4 Daftar dokumen untuk analisis ekowisata
1. [BTNGH] Balai Taman Nasional Gunung Halimun. 2000a. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun 2000-2024 : Buku I Rencana Kegiatan Pengelolaan. Kabandungan: Balai TNGH, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 2. [BTNGH] Balai Taman Nasional Gunung Halimun.2000b. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun 2000-2024 : Buku II Data Umum dan Proyeksi Analisis. Kabandungan: Balai TNGH, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 3. [BTNGH] Balai Taman Nasional Gunung Halimun. 2000c. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun 2000-2024 : Buku III Rencana Umum Tata Ruang. Kabandungan: Balai TNGH, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 4. [BTNGH] Balai Taman Nasional Gunung Halimun. [tanpa tahun]. Upaya Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun. Kabandungan: kerjasama Balai TNGH, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Perkebunan dengan JICA. 5. [BTNGH] Balai Taman Nasional Gunung Halimun. [tanpa tahun]. Taman Nasional Gunung Halimun. Kabandungan: kerjasama Balai TNGH, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Perkebunan dengan JICA. 6. [BTNGH] Balai Taman Nasional Gunung Halimun. 2005. Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Kabandungan: Balai TNGH, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 7. [BTNGHS] Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. 2007. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak 2007-2026 : Ringkasan. Balai TNGHS, Direktorat Jenderal Perlindungan Alam dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. Dipresentasikan pada konsultasi publik tanggal 21 Februari 2007 di Hotel Brajamustika Bogor. 8. [LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. [tanpa tahun]. Visitor Information of Cikaniki Research Station in Gunung Halimun National Park. Jakarta:kerjasama Biro Kerjasama IPTEK, LIPI dengan BTNGH-JICA. 9. Ambinari, M. 2003. Pengkajian Terhadap Strategi Promosi Kegiatan Ekowisata di Taman Nasional Gunung Halimun [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 10. Dedi, R., Andianto. 2003. Ecotourism Guidebook Gunung Halimun National Park: Ciptarasa Village. Setyono, D., K. Hiroshi, A. Muzakir, S. Ozawa, T. Hartono, G. Mulcahy (editors). Sukabumi: kerjasama BTNGH dan YEH. 11. Hartono, T. 2005. Catatan Proses Perkembangan Aktivitas Wisata Alam di TNGH. Bogor: Yayasan Ekowisata Halimun 12. Hartono, T. 1999. Ringkasan Pengalaman Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat Lokal, Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat. dalam Sudarto, G. 1999. Ekowisata: Wahana Pelestarian Alam, Pengembangan
260
261
Ekonomi Berkelanjutan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bekasi: Yayasan Kalpataru Bahari. Hal 78-84. 13. Hasibuan, G.S. 2003. Pengembangan Ekowisata di TNGH. Lokakarya Pengembangan Model Pengelolaan Taman Nasional Gunung Halimun, Hotel Kinasih, Caringin - Bogor 18-19 Februari, 2003. Departemen Kehutanan dan BCP, JICA. 14. Horiuchi, H. 1997. Study of Ecotourism in Gunung Halimun National Park. Di dalam Nijima, K. H. Horiuchi, N. Sukigara, K. Harada [editor]. 1997. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume I: General Review of the Projject. Bogor: LIPI-JICA-PHPA 15. Horiuchi, H. 1998. Study of Ecotourism in Gunung Halimun National Park-2. Di dalam Horiuchi, H, Y. Sakuma [editor]. 1998. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume III: Information System and Park Management of Gunung Halimun National Park. Bogor: LIPI-JICA-PHPA 16. Horiuchi, H. 1999. Developing an Action Plan for Eco-tourism in Gunung Hallimun National Park by JICA Project. Di dalam Proceedings Workshop on Ecotourism Development Bogor-Caringin, 9-10 March 1999. Bogor: LIPIJICA-PHPA. 17. Joy, R. 1999. Strategi Pengembangan Kegiatan /Usaha Wisata Alam Berbasis Masyarakat Lokal di Taman Nasional Gunung Halimun. Di dalam Proceedings Workshop on Ecotourism Development Bogor-Caringin, 9-10 March 1999. Bogor: LIPI-JICA-PHPA. 18. Keiji, N., O. Seiji, Sudarmadji, Abdurrozak, P.J. Manikam, Widada, L.W. Muslihat, G.S. Hasibuan, E. Wahyuningsih, D. Purwanto dan Glen.2001. Ecotourism Action Plan of Gunung Halimun National Park. Keiji, N. [editor]. Bogor: Biodiversity Conservation Project-Japan International Cooperation Agency (BCP-JICA). 19. Kepala Bappeda Dati I Jawa Barat. 1999. Peranan Pemerintah Daerah dalam Mendukung Pengembangan Wisata Alam di TNGH. Di dalam Proceedings Workshop on Ecotourism Development Bogor-Caringin, 9-10 March 1999. Bogor: LIPI-JICA-PHPA. Halaman 65-74 20. Kepala Dinas Pariwisata Dati I Jawa Barat. 1999. Peranan Dinas Pariwisata dalam Mendukung Pengembangan Wisata Alam. Di dalam Proceedings Workshop on Ecotourism Development Bogor-Caringin, 9-10 March 1999. Bogor: LIPI-JICA-PHPA. Halaman 75-80 21. Naibaho, HA. 2002. Studi Perilaku Pengunjung Dalam Kegiatan Ekowisata di Taman Nasional Gunung Halimun [skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 22. Nakashima, K. 2000. Ecotourism Action Plan in TNGH. Makalah dalam Lokakarya Pengembangan Ecotourism di Taman Nasional. Hotel Safari Garden, Cisarua, Bogor 1-2 Nopember 2000. Bogor: PHPA-JICA. 23. Nugraheni, E. 2002. Sistem Pengelolaan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional : Studi Kasus Taman Nasional Gunung Halimun. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 24. Ozawa, S. A. Muzakkir, A. Rozaq, G.S. Hasibuan, Kuswandono. 2003. Kegiatan Ekowisata di TNGH (Proyek Konservasi Keanekaragaman Hayati). Lokakarya Pengembangan Model Pengelolaan Taman Nasional Gunung
262
Halimun, Hotel Kinasih, Caringin - Bogor 18-19 Februari, 2003. Departemen Kehutanan dan BCP, JICA. 25. Ozawa, S., A. Muzakir, A. Rozaq, G.S. Hasibuan, Kuswandono, Widada. 2002. Ecotourism in Gunung Halimun National Park. Di dalam Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume XII. halaman 73-84. Bogor: LIPI-JICA-PHPA 26. Purwanto, D., M. Pakpahan, N. Keiji, A. Mujakir. 2001. Ecotourism Guide Book Gunung Halimun National Park: Leuwijamang Village. Sudarmadi, Abdurrozak, P.J. Manikam, Widada, E. Wahyuningsih, K. Hiroshi, dan O. Seiji [editor]. Kabandungan: BCP-JICA. 27. Purwanto, D. 2007. Aktualisasi Ekowisata Berbasis Masyarakat di TNGHS. Bogor: Yayasan Ekowisata Halimun (YEH). Makalah dipresentasikan pada acara Diskusi dan Koordinasi Penyusunan Rencana Strategi dan Aksi Pengembangan Ekowisata TNGHS, Bogor, 14 Februari 2007. Acara ini diselenggarakan oleh BTNGHS dan JICA. 28. Putro, HR. 1999. Institution and Partnership in the Deevelopment of Ecotourism in Halimun National Park. Di dalam Proceedings Workshop on Ecotourism Development Bogor-Caringin, 9-10 March 1999. Bogor: LIPIJICA-PHPA. 29. Saigawa, K. 1998. Report on Study of Eco-tourism Development in Gunung Halimun National Park. Di dalam Horiuchi, H, Y. Sakuma [editor]. 1998. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume III: Information System and Park Management of Gunung Halimun National Park. Bogor: LIPI-JICA-PHPA 30. Saparjadi, K (Direktur BKPA). 1999. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kegiatan Usaha Wisata Alam. Di dalam Proceedings Workshop on Ecotourism Development Bogor-Caringin, 9-10 March 1999. Bogor: LIPIJICA-PHPA. 31. Setyono, D. 2006. Perkembangan Ekowisata di TNGHS. Makalah yang di presentasi dalam acara saresehan ekowisata di Hotel Semeru, 7 Februari 2006. 32. Sproule, KW., A.S. Suhandi. 1998. Guidelines for Community-Based Ecotourism Programs: Lessons From Indonesia. Di dalam Lindberg, K., M.E. Wood, D. Engledrum (editors). 1998. Ecotourism: A Guide for Planners and Managers. Volume 2. North Bennington, Vermont: The Ecotourism Society. 33. Susmianto, A., EKSH. Muntasib, Sunaryo, R. Joy, H.R. Putero, I. Kadar [tim perumus]. 1999. Rumusan Hasil Workshop Pengembangan Wisata Alam TNGH. Di dalam Proceedings Workshop on Ecotourism Development BogorCaringin, 9-10 March 1999. Bogor: LIPI-JICA-PHPA. 34. Susmianto, A. 1999. Potensi dan Peluang Usaha Wisata Alam di TNGH. Di dalam Proceedings Workshop on Ecotourism Development BogorCaringin, 9-10 March 1999. Bogor: LIPI-JICA-PHPA. 35. Takashashi, S. 1998. Integrating Field-based Research and Community-based Ecotourism: Case Study of the Management of the Research Station in Gunung Halimun National Park, West Java. Di dalam Horiuchi, H, Y. Sakuma [editor]. 1998. Research and Conservation of Biodiversity in Indonesia Volume III: Information System and Park Management of Gunung Halimun National Park. Bogor: LIPI-JICA-PHPA
263
36. Triono, T., N. Keiji, G.N.S. Mulcahy, O. Seiji, A. Muzakkir, A. Supriatna, Sopian. 2002. A Guide to Cikaniki-Citalahab Looptrail Gunung Halimun National Park, West Java, Indonesia. Sudarmadi, Abdurrozak, Widada, E. Wahyuningsih, G.N.S. Mulcahy, K. Hiroshi, O. Seiji [editor]. Kabandungan: BCP-JICA. 37. Widada. 2004. Nilai Manfaat Ekonomi dan Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Halimun bagi Masyarakat [disertasi]. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. 38. Wijaya, H. 2007. Kondisi, Potensi dan Kendala Pengembangan Ekowisata di TNGHS. Counterpart GHSNP-MP. Makalah dipresentasikan pada acara Diskusi dan Koordinasi Penyusunan Rencana Strategi dan Aksi Pengembangan Ekowisata TNGHS, Bogor, 14 Februari 2007. Acara ini diselenggarakan oleh BTNGHS dan JICA.
Lampiran 5 Analisis kebijakan proses penetapan taman nasional KODE DATA RATER
: .................... : ....................
1 1. Apakah peraturan perundangan ini mengatur mengenai 1 : a. Inventarisasi hutan b. Pengukuhan kawasan hutan: (1) Penunjukan (2) Penataan Batas (3) Pemetaan (4) Penetapan 2. Apakah peran stakeholder berikut ini diatur dalam peraturan perundangan ini? a. Pemerintah Pusat b. Pemerintah Provinsi c. Pemerintah Kabupaten d. Kecamatan dan Desa e. Masyarakat f. Stakeholder lainnya 3. Jika ya, sebutkan peran stakeholder berikut ini : a. Pemerintah Pusat b. Pemerintah Provinsi c. Pemerintah Kabupaten d. Kecamatan dan Desa e. Masyarakat f. Stakeholder lainnya
2
3
Petunjuk Pengisian: 1. Gunakan kata kunci: taman nasional, kawasan pelestarian alam, kawasan konservasi, kawasan lindung untuk mencari kebijakan yang relevan dengan topik penelitian. 2. Kolom 1 = variabel yang diidentifikasi dalam kebijakan; 3. Pertanyaan nomor 1, 2, dan 3 untuk Kolom 2 = jawab 1 jika YA atau 0 jika TIDAK; 4. Pertanyaan nomor 1dan 2 untuk Kolom 3 = Jika YA sebutkan pasal dan/atau ayat yang menyebutkan variabel tersebut; dan pengisian pasal yang diacu oleh rater, digunakan untuk melakukan verifikasi apakah interpretasi jawaban berdasarkan pasal yang sama. Jika pasal yang diacu lebih > atau = 3 dan perbedaan hanya satu pasal maka interpretasi (rater) dianggap sama, Tapi jika perbedaan pasal yang diacu > atau = 2 maka variabel yang dinilai dianggap 0 atau tidak terjadinya kesepakatan antar rater. Jika Pasal yang diacu = 2 dan terdapat perbedaan 1 pasal yang diacu maka variabel yang dinilai dianggap 0 atau tidak terjadinya kesepakatan antar rater. 5. Pertanyaan nomor 3 untuk kolom 3, jika a, b,c,d,e, atau f pada nomor 2 dijawab Ya maka sebutkan peran stakeholders yang disebutkan dalam kebijakan normatif tersebut. 6. Pengukuhan kawasan ialah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan kepastian hukum (Pasal 14 ayat 2 UU No. 41/1999 tentang Kehutanan); Pengukuhan kawasan hutan adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan melalui proses inventarisasi, penunjukan, penataan batas, pemetaan dan penetapan kawasan hutan (Pasal 1 ayat 3 Kepmenhut No. 32/Kpts-II/2001). 7. Inventarisasi kawasan ialah kegiatan untuk mengetahui dan memperoleh data dan informasi tentang SDA (sumberdaya alam), potensi kekayaan alam hutan serta lingkungannya secara lengkap mulai tingka nasional, wilayah, DAS sampai unit pengelolaan (Pasal 13 ayat 1 dan 3 UU No. 41/1999 tentang Kehutanan). 8. Penunjukan ialah penetapan awal suatu wilayah tertentu sebagai kawasan hutan yang dapat berupa penunjukan mencakup wilayah provinsi atau partial/kelompok hutan (Pasal 1 ayat 4 Kepmenhut No. 32/Kpts-II/2001). 9. Penataan Batas adalah kegiatan yang meliputi proyeksi batas, inventarisasi hak-hak pihak ketiga, pemancangan tanda batas sementara, pemancangan dan pengukuran tanda batas definitif (Pasal 1 ayat 5 Kepmenhut No. 32/Kpts-II/2001). 10. Pemetaan adalah kegiatan pemetaan hasil pelaksanaan penataan batas kawasan hutan berupa peta tata batas yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Berita Acara Tata Batas. (Pasal 1 ayat 6 Kepmenhut No. 32/Kpts-II/2001). 11. Penetapan adalah suatu penegasan tentang kepastian hukum mengenai status, letak, batas dan luas suatu wilayah tertentu yang sudah ditunjuk sebagai kawasan hutan menjadi kawasan hutan tetap dengan Keputusan Menteri (Pasal 1 ayat 7 Kepmenhut No. 32/Kpts-II/2001).
1 Disusun berdasarkan pengertian kegiatan pengurusan hutan dalam Bab III Pasal 9 UU No.5/1967 tentang Ketentuan Pokok Kehutanan dan Bab III Pasal 10 UU No. 41/1999 tentang Kehutanan.
264
Lampiran 6 Analisis penilaian kecukupan ekowisata di TNGH Kode Data Rater FAKTOR 1. Landasan Pengelolaan
: .................... : .................... VARIABEL A. Definisi
SUB-VARIABEL 1) Pengetahuan responden terhadap konsep ekowisata
2) Definisi Ekowisata menurut responden
DAFTAR PERTANYAAN
DOKUMEN Ya Tidak
RESPONDEN Ya Tidak
1. Apakah responden mengetahui atau pernah mendengar istilah ekowisata / pariwisata alam/wisata alam? atau apakah istilah ekowisata/pariwisata alam/wisata alam disebut dalam dokumen ini? a. Ya b. Tidak 2. Apakah definisi/pengertian ekowisata menurut responden/dokumen? a. Aktivitas Wisata alam b. Aktivitas Wisata budaya c. Aktivitas wisata agro d. Aktivitas penelitian e. Pengembangan wisata yang memberi manfaat ekonomi bagi kawasan konservasi dan masyarakat lokal f. Pemanfaatan SDA untuk mendukung konservasi g. Kegiatan membawa turis ke obyek wisata h. Pemanfaatan SDA untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa i. Pendidikan lingkungan untuk masyarakat j. Wisata lingkungan k. Kegiatan alternatif untuk mengurangi tekanan Penduduk l. Pilihan a, b, dan c m. Pilihan a dan d
265
FAKTOR
VARIABEL
SUB-VARIABEL
DAFTAR PERTANYAAN
DOKUMEN Ya Tidak
RESPONDEN Ya Tidak
h. Tidak tahu/ Tidak ada informasi B. Pemanfaatan untuk Perlindungan
2. Partisipasi Masyarakat
A. Karakteristik masyarakat
1) Tujuan pengembangan
3. Dimana ekowisata diselenggarakan? a. Kawasan alami b. TNGH c. Kawasan Pedesaan sekitar TNGH d. Kawasan cagar budaya e. Kawasan Budidaya (Perkebunan Teh, sawah) f. TNGH dan sekitarnya g. Tidak tahu 4. Apa tujuan pengembangan Ekowisata? a. Pengenalan alam dan pendidikan LH bagi wisatawan b. Konservasi dan pemberdayaan masyarakat sekitar c. Meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat d. Sumber income bagi kawasan konservasi e. Konservasi/pelestarian f. Penelitian g. Pemicu pertumbuhan ekonomi kawasan sekitar h. Mengurangi tekanan penduduk terhadap TNGH i. Tidak ada informasi 5. Apakah karakteristik budaya masyarakat yangmenjadi responden atau yang dibahas dalam dokumen? a. Umum/ non-adat b. Adat c. Campuran: adat dan non-adat d. Tidak ada informasi
266
FAKTOR
VARIABEL
SUB-VARIABEL
B. Keterlibatan masyarakat
C. Inisiatif partisipasi
D. Siapa saja yang dilibatkan
1) Institusi lokal
DAFTAR PERTANYAAN
DOKUMEN Ya Tidak
RESPONDEN Ya Tidak
6. Dimana lokasi pemukiman masyarakat tersebut (no. 5)? a. di luar kawasan TNGH b. di dalam kawasan TNGH c. Enclave d. Campuran: di dalam dan di luar kawasan TNGH e. Tidak ada informasi 7. Apakah masyarakat terlibat/dilibatkan dalam pengembangan ekowisata? a. Ya b. Tidak c. Tidak ada informasi 8. Siapakah yang berinisiatif untuk berpartisipasi mengembangkan ekowisata? a. Masyarakat b. Balai TNGH c. Pemda d. Donor e. LSM/ Konsorsium f. Masyarakat dan LSM (Konsorsium) g. Tidak ada informasi h. Investor 9.Lingkup Wilayah masyarakat yang dilibatkan? a. b. c. d.
Kampung Desa Beberapa kampung saja Lainnya: Kawasan sekitar TNGH
267
FAKTOR
VARIABEL
SUB-VARIABEL
2) Status ekonomi
DAFTAR PERTANYAAN
DOKUMEN Ya Tidak
RESPONDEN Ya Tidak
e. Tidak ada informasi 10. Unsur masyarakat yang terlibat/dilibatkan? a. Aparat Desa/Kecamatan/Kabupaten/Propinsi b. Tokoh Masyarakat/Pemuda/sesepuh c. Organisasi Lokal d. Pilihan a&b e. Pilihan a&c f. Pilihan a,b&c g. Tidak tahu/tidak ada informasi 11. Status ekonomi masyarakat yang terlibat/dilibatkan? a.
3) Gender
4)Lokasi pemukiman masyarakat
Pendapatan tinggi (memiliki lebih dari satu sumber pendapatan) b. Menengah (PNS, aparat desa, pemilik lahan, dll) c. Rendah (Buruh upah) d. Tidak ada informasi 12. Apakah baik laki-laki maupun perempuan dilibatkan dalam kegiatan pengembangan ekowisata? a. Ya b. Tidak c. Tidak ada informasi 13. Lingkup wilayah masyarakat yang dilibatkan/terlibat? a. b. c. d. e.
Seluruh kampung di desa Kampung disekitar obyek wisata saja Lainnya: kawasan sekitar TNGH Kampung yang berminat saja Tidak ada informasi
268
FAKTOR
VARIABEL
SUB-VARIABEL
E. Level partisipasi
DAFTAR PERTANYAAN
DOKUMEN Ya Tidak
RESPONDEN Ya Tidak
14. Pada level partisipasi yang mana masyarakat dilibatkan? a. b. c. d. e.
Berbagi informasi Proses nominal (masyarakat hanya jadi pekerja) Konsultasi (masyarakat ikut dalam berbagai bentuk konsultasi publik: FGD, rembug desa, lokakarya, dll) Pilihan gabungan jawaban a&b Pilihan gabungan jawaban a&c
f.
3. Produk Ekowisata
A. Kegiatan Pendidikan Lingkungan
1) Jenis aktifitas wisata yang ditawarkan
Inisiasi aksi: masyarakat yang mempunyai inisiatif, melakukan perencanaan, dan melaksanakannya (gabungan a,b,&c,) g. Pengambilan keputusan : masyarakat bagian dari manajemen pengelolaan yang memiliki hak suara dalam pengambilan keputusan (gabungan a,b,c,&d) h. Tidak tahu/ tidak ada informasi 15. Produk /Aktifitas wisata apa saja yang ada/ditawarkan untuk kegiatan ekowisata ? a. b. c. d. e. f. g.
Wisata alam (Pengamatan flora dan fauna, obyek wisata alam lainnya, lintas alam) Wisata agro: mengunjungi pabrik/perkebunan teh, kebun, sawah dll Wisata sejarah : mengunjungi situs/candi/dll Wisata budaya: melihat acara seperti seren taun, menikmati makanan khas, Pilihan a&b Pilihan a, b &c Pilihan a,b,c,&d
269
FAKTOR
VARIABEL
SUB-VARIABEL
2) Tujuan wisatawan
DAFTAR PERTANYAAN
DOKUMEN Ya Tidak
RESPONDEN Ya Tidak
h. Pilihan a,b,&d i. Pilihan a & c j. Pilihan a,& d k. Pilihan b & c l. Pilihan b & d m. Pilihan c & d n. Tidak ada informasi 16. Unsur yang terkandung pada produk ekowisata (no.15)? a. Pendidikan /Pembelajaran/Pengenalan lingkungan/Penelitian b. Rekreasi c. Pilihan a&b d. Tidak ada informasi 17. Apakah tujuan kedatangan wisatawan : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m.
Pendidikan/Pengamatan &Pengenalan alam Penelitian Rekreasi: berkemah, lintas alam, fotografi, dll Lainnya: Jiarah, silahturahmi, Pilihan a&b Pilihan a, b &c Pilihan a,b,c,&d Pilihan a & c Pilihan a,& d Pilihan b & c Pilihan b & d Pilihan c & d Tidak ada informasi
270
FAKTOR 4. Ekonomi
VARIABEL A. Dampak langsung
SUB-VARIABEL 1) Peluang Kerja
2) Peningkatan Pendapatan
3) Pendapatan Daerah
DAFTAR PERTANYAAN
DOKUMEN Ya Tidak
RESPONDEN Ya Tidak
18. Peluang pekerjaan yang ada akibat pengembangan ekowisata ? a. Guide, Porter, Buruh atau yang dipekerjakan b. Pengelola usaha akomodasi, transportasi, konsumsi, dll c. Bagian dari manajemen pengembangan d. Pilihan a dan b e. Pilihan a,b, dan c f. Tidak ada/ Tidak ada informasi 19. Apakah ada peningkatan pendapatan selama terlibat dalam kegiatan pengembangan ekowisata? a. Ya b. Tidak c. Tidak ada informasi 20. Jika ya, berapakah jumlah peningkatan pendapatan yang diterima dari kegiatan ekowisata? a. Di atas pendapatan pokok dari hasil sawah (Desa Malasari: + Rp. 300.000/bln/0,25 Ha) b. Di bawah pendapatan pokok dari bertani c. Tidak tentu d. Tidak ada informasi 21. Apakah pendapatan dari ekowisata diterima oleh kas desa sebagai pajak/retribusi wisata? a. Ya b. Tidak c. Tidak ada informasi 22. Apakah pendapatan dari ekowisata diterima oleh kas kecamatan sebagai pajak/retribusi wisata?
271
FAKTOR
VARIABEL
B. Dampak Tidak langsung
SUB-VARIABEL
1) Diversifikasi kegiatan ekonomi
DAFTAR PERTANYAAN
DOKUMEN Ya Tidak
RESPONDEN Ya Tidak
a. Ya b. Tidak c. Tidak ada informasi 23. Apakah pendapatan dari ekowisata diterima oleh kas Kabupaten sebagai pajak/retribusi wisata? a. Ya b. Tidak c. Tidak ada informasi 24. Apakah pendapatan dari ekowisata diterima oleh kas TNGH sebagai pajak/retribusi wisata? a. Ya b. Tidak c. Tidak ada informasi 25. Apakah kegiatan pengembangan ekowisata di lokasi studi menimbulkan peluang kerja baru ? a. Ya b. Tidak c. Tidak ada informasi 26. Bentuk peluang kerja apa saja yang mendapat manfaat ekonomi dari kegiatan ekowisata ? a. Jasa : tour operator/travel agent, guide, transport, wisma, guest house, dll b. Produksi: penjual makanan, cindera mata, dll c. Gabungan a, dan b d. Tidak ada informasi
272
Lampiran 7 Sejarah pengelolaan di TNGH dan di 4 lokasi studi TAHUN
<1381
1381-1556
1556-1729
1700an 1729-1797
1797-1832
TNGH
KASEPUHAN CIBEDUG 1 Desa Citorek Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
KASEPUHAN CIPTARASA LEUWIJAMANG CITALAHAB PANGGUYANGAN 2 Desa Cisarua, Desa Malasari Desa Sirnarasa, Kecamatan Sukajaya Kecamatan Nanggung Kecamatan Cikakak, Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor Kabupaten Sukabumi Pusat kekuasaan kasepuhan (Kampung Gede) berpindah 4 kali 3 ( catatan pada buku milik Sesepuh Girang dalam Rahayu 2004). Pusat kekuasaan berpindah ke Cipatat, Urug, Bogor dipimpin oleh Aki Buyut Ros (catatan pada buku milik Sesepuh Girang dalam Rahayu 2004) Pusat kekuasaan berpindah ke Banten di 8 lokasi 4 (catatan pada buku milik Sesepuh Girang dalam Rahayu 2004). Pembukaan tanah-tanah perkebunan di Sukabumi dan Bogor (Adimihardja 1992: 179; Galudra 2006) Pusat kekuasaan berpindah ke Lebak Binong, Banten. Pemimpin saat itu adalah Aki Buyut Kayon (catatan pada buku milik Sesepuh Girang dalam Rahayu 2004) Pusat kekuasaan berpindah ke Pasir Talaga, Priangan. Pemimpin saat itu adalah Aki Buyut Santaiyan (catatan pada buku milik Sesepuh Girang dalam Rahayu 2004)
1
Kasepuhan Cibedug merupakan salah satu kasepuhan yang berada di Banten (Moniaga 2004: 7). Kasepuhan ini memiliki kekerabatan lebih dekat dengan Suku Baduy dibandingkan dengan Kasepuhan Citorek (hasil wawancara dengan nara sumber pada 7 Januari 2007). 2 Di kawasan Halimun terdapat 3 kasepuhan yang dipercaya oleh 9 komunitas untuk menjaga Halimun yaitu: Kasepuhan Urug, Kasepuhan Cipta Gelar (dulu di Ciptarasa), dan Kasepuhan Citorek (Hanafi et al. 2004; Moniaga 2004). 3 Lokasi perpindahan Kasepuhan : Sendi dan Kaduluhur di Bogor serta Guradog Kaler dan Lebak Binong di Banten. Terakhir dipimpin oleh Sesepuh Buyut Rembang Kuning (catatan pada buku milik Sesepuh Girang dalam (Rahayu 2004). Mengacu pada penelitian yang dilakukan ahli sejarah Sunda seperti Tubagus Roesjan (1954), Atja (1968), Danasasmita (1983), Djajadiningrat (1983), Ekadjati (1984), Moh. Amor Sutaarga (1984), dan juru pantun Ki Baju Rambeng (1908), Adimihardja (1992: 14-26) menyimpulkan bahwa cikal bakal Kasepuhan berasal dari Kerajaan Sunda-Hindu Padjajaran yang runtuh sekitar abad 16 M. 4 Pasir Gombong, Ciear, Cimanaul (Maja Leuwiruruh), Bongkok, Cibeber, Pasir Talaga (Priangan), dan Lebak Larang. Pemimpin saat itu adalah Aki Buyut Gondo (catatan pada buku milik Sesepuh Girang dalam Rahayu (2004).
273
TAHUN
TNGH
KASEPUHAN CIBEDUG 1 Desa Citorek Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
KASEPUHAN CIPTARASA PANGGUYANGAN 2 Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi
1800an
CITALAHAB Desa Malasari Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Kampung Leuwijamang dibuka oleh orang dari Kasepuhan Citorek untuk huma (Nugraheni 2002; Purwanto et al. 2001)
1832-1895
Pusat kekuasaan berpindah ke Tegallumbu,, Banten dan Cicadas (Priangan) dipimpin oleh Aki Buyut Arikin (catatan Sesepuh Girang dalam Rahayu 2004) Pusat kekuasaan berpindah ke Bojong Cisono, Banten dan Cicemet, Priangan dipimpin oleh Aki Buyut Jasiun (catatan Sesepuh Girang dalam Rahayu 2004) Cikal bakal kampung sudah ada di sekitar Desa Sirnarasa (Harada et al. 2001)
1895-1937
1900an
1913
Tanah-tanah perkebunan diberikan hak pemilikan kepada masyarakat (Galudra 2006)
1915
1916
penemuan bijih emas oleh geologi (BTNGH 200b:I-7)
1924
Penambangan di Cikotok oleh WF Oppennorth (BTNGH 200b:I-7) dibawah pemerintahan Belanda, kawasan Gunung Halimun
1924-1934
LEUWIJAMANG Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor
Pemerintah penjajah Belanda mengijinkan masyarakat untuk menggarap lahan didaerah Cisarua 5 . Bukti hak kepemilikan Capsinga (Adimihardja 1992; Harada et al. 2001). Penataan batas kawasan hutan di Sukabumi oleh Belanda (Suharyono 2007)
5
Saat itu, ada sekitar 5 rumah yang berdiri dan sejumlah ladang yang tersebar lokasinya. Kawasan disekitar Ciptarasa tidak diperkenankan ditempati dan dijadikan sebagai hutan lindung untuk mencegah invasi masyarakat (Harada et al. 2001).
274
TAHUN
TNGH
KASEPUHAN CIBEDUG 1 Desa Citorek Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
KASEPUHAN CIPTARASA PANGGUYANGAN 2 Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi
LEUWIJAMANG Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor
CITALAHAB Desa Malasari Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
ditetapkan sebagai hutan lindung dengan luas 39.941 ha (BTNGH 2000b:I-33s/d34; Widada 2004:46). 1926
Penetapan kawasan hutan (sekarang kawasan TNGH dan Perhutani) oleh Belanda (Suharyono 2007)
1930an
9 keluarga mulai bermukim di Jamang, Cisalak, dan Sarongge (Nugraheni 2002:132)
1930-40
Konflik lahan mengenai status huma antara karesidenan Banten vs Jawatan Kehutanan (Galudra 2006) Masa pemerintahan Residen Banten, F.G. Putman Craemer. Cibedug secara administratif merupakan bagian dari Desa Citorek dan tercatat dalam memori Residen Banten 24 Februari 1931 sbg daerah dengan sistem bersawah yang patut dicontoh oleh desa lainnya di Banten (Arsip Nasional Republik Indonesia 1980 dalam Moniaga 2004) Penelitian menmgenai situs Cibedug oleh Van der Hoop. Studi ini menegaskan adanya pemukiman di kawasan tersebut (Van der Hoop 1932:63-64):
1931-1940
1932
1935-1961
dibawah pengelolaan pemerintah Belanda dan Indonesia Cq. Djawatan Kehutanan Jawa Barat, status kawasan Gn Halimun berubah menjadi Cagar Alam (BTNGH 2000b:I-33; Harada et al. 2001; Widada 2004:46).
275
TAHUN
KASEPUHAN CIBEDUG 1 Desa Citorek Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
KASEPUHAN CIPTARASA PANGGUYANGAN 2 Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi
1936
NV Mijnbow Maatschapay Zuid Bautam, sebuah perusahaan swasta mulai menambang di bagian timur dan timur laut dalam kawasan TNGH (BTNGH 2000b:I-7)
1937-1960
Pusat kekuasaan berpindah ke Cikaret, Priangan (Sukabumi). Pemimpin saat itu adalah Aki Rusdi (catatan Sesepuh Girang dalam Rahayu 2004) Sampai dengan 1942 sudah Pendudukan Jepang menyatakan bahwa mengalami 8 kali perpindahan 6 kebijakan kehutanan yang ditetapkan Belanda tidak berlaku lagi. Masyarakat (Hanafi et al. 2004). kemudian melakukan invasi ke kawasan hutan lindung (Harada et al. 2001) Perang Dunia II. Pertambangan 1942, setelah mengalami beberapa Selama pendudukan Jepang penduduk Cikotok mulai dikelola oleh kali perpindahan kampung, sampai kasepuhan tinggal di Cicadas dan orang Jawa (BTNGH, 2000b:I-7) di wewengkon Kasepuhan Cibedug Cicemet di tahun 1942 (Harada et al. (Hanafi et al. 2004). 2001) Pembukaan hutan di seluruh kawasan TNGH karena ketidak pastian hukum (Adimihardja 1992; Galudra 2006) Pada saat penjajahan Jepang, 3 Penduduk kasepuhan pindah ke keluarga sampai di Cibedug Sirnaresmi (Harada et al. 2001) (Harada et al..2001) Penambangan dibuka kembali Sampai Desember 2006 secara oleh NV Tambang Emas Cikotok administratif menjadi bagian Desa (BTNGH 2000b:I-7). Citorek Jumlah penduduk Cibedug Pusat kekuasaan berpindah ke Cikaret, bertambah menjadi 40 KK (Harada Priangan (Sukabumi). Pemimpin saat itu et al. 2001) adalah Abah Ardjo (catatan Sesepuh Girang dalam Rahayu 2004) Cagar Alam Gunung Halimun dikelola oleh Perum Perhutani (Harada et al. 2001 dalam Widada 2004:46)
1942
1942-1945
1944 1945
1950
1960-1972
1961-1978
6
TNGH
LEUWIJAMANG Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor
CITALAHAB Desa Malasari Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
siklus lokasi perpindahan sebagai berikut: Sajra, Lebak, Menteng, Cidikit, Sinagar, Bojong Neros, Sangiyang, Wewengkon Cibedug (Hanafi et al. 2004).
276
TAHUN
1968
TNGH
KASEPUHAN CIBEDUG 1 Desa Citorek Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
KASEPUHAN CIPTARASA PANGGUYANGAN 2 Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi
Pusat kekuasaan berpindah ke Ciganas, Sirnarasa (Sukabumi). Pemimpin saat itu adalah Abah Ardjo. Menurut Harada et al. (2001) kasepuhan pindah ke Sirnarasa pada tahun 1974.
1973
1977
Pebruari 1978
1979
1979-1990
CITALAHAB Desa Malasari Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
NV Tambang Emas Cikotok nama perusahaan diubah menjadi PT Aneka Tambang (BTNGH 2000b:I-7)
1972-1980
1977
LEUWIJAMANG Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor
Perkebunan teh PT Ciangsana menguasai lahan di Kampung Citalahab I, Citalahab Sentral, Legok Jeruk, Legok KarangCiwalen (RMI 2001:26) Semua hutan lindung di JABAR diserahkan pengurusannya kepada Dirjen Perlindungan dan Pelestarian Alam (BTNGH 2000b:I-33). Atas dasar peta Brigade Planologi Penjajah Belanda, Cagar alam Gn Halimun diperluas menjadi 40.000 Ha (BTNGH 2000b:I-33). Kawasan Cagar Alam Gn Halimun dan semua kawasan hutan di Jawa diserahkan pengelolaannya kepada Perum Perhutani (BTNGH 2000b:I-33). Kawasan Cagar Alam Gn Halimun diperluas menjadi 40.000 ha (BTNGH 2000b:I-33) Pengelolaannya di bawah Dirjen PPA, diawasi dari kantor Pelestarian SDA Jawa Barat (BTNGH 2000b: I-41). Cagar Alam Gunung Halimun dikelola oleh Balai KSDA III
Sejak dikelola oleh Perum Perhutani, masyarakat diwajibkan membayar pajak hasil panen (Harada et al. 2001)
Kampung Sirnarasa berdiri sebagai bagian dari Desa Cikakak (Martono dan Suwartapradja 2006)
277
TAHUN
TNGH
KASEPUHAN CIBEDUG 1 Desa Citorek Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
KASEPUHAN CIPTARASA PANGGUYANGAN 2 Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi
LEUWIJAMANG Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor
CITALAHAB Desa Malasari Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
(Harada et al. 2001 dalam Widada 2004:46) 1980-1982
Tahun 1982 ketika pemerintah hendak melakukan tata batas, masyarakat Cibedug tidak diberi informasi (Harada et al. 2001)
1982-2000
Pusat kekuasaan berpindah ke Ciptarasa, (Sukabumi). Pemimpin saat itu adalah Abah Anom. Ditempati oleh 245 warga Kasepuhan yang tinggal dalam 60 rumah (Dedi dan Andianto 2003; Harada et al. 2001) Desa Cikakak terbagi dua menjadi Desa Sirnarasa dan Desa Margalaksana (Martono dan Suwartapradja. 2006)
1984
1985-1990
1985
1986
Pusat kekuasaan berpindah ke Linggarjati, Cisarua, (Sukabumi). Pemimpin saat itu adalah Abah Ardjo (Harada et al. 2001)
PT Aneka Tambang melakukan penelitian dan menemukan lima lokasi potensial di dalam dan di luar kawasan (BTNGH 2000b:I7) Batas Cagar Alam Gunung Halimun sudah ditetapkan. Pal batas merupakan tanda fisik dilapangan yang belakangan hilang atau rusak. Tidak ada peta tata batas (BTNGH 2000a:V-2). Salah satu anggota kasepuhan (Ahmad Astara) secara resmi menjadi sebagai juru pelihara (kuncen) yang bertugas memelihara situs cibedug 7
7
Berdasarkan surat Keterangan No. 299/101.3.12/J/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kabupaten Lebak, Kantor Kecamatan Bayah, C.q Pemilik Kebudayaan. a/n Achmad Badjadji pada 15 Juni 1986. Sampai saat ini, biaya pemeliharaan situs tersebut berasal dari sumbangan sukarela pengunjung (dokumentasi Kasepuhan Cibedug dan hasil observasi).
278
TAHUN
TNGH
1987
1990-1992
1991
KASEPUHAN CIBEDUG 1 Desa Citorek Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
KASEPUHAN CIPTARASA PANGGUYANGAN 2 Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi
CITALAHAB Desa Malasari Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Polisi hutan datang ke Cibedug dan memberitahukan bahwa wilayah yang mereka tinggali adalah kawasan hutan negara (Moniaga 2004:7) Cagar Alam Gunung Halimun dikelola oleh TN Gede Pangrango (Harada et al. 2001 dalam Widada 2004:46) Pertambangan di Cikotok selesai, namun dilanjutkan dengan penambangan di Gn Pongkor dimulai dan persiapan penambangan di Cikidang (BTNGH 2000b:I-7)
Opsi transmigrasi ditawarkan pemerintah namun ditolak oleh masyarakat Cibedug (Harada et al. 2001)
1992
26 Pebruari 1992
LEUWIJAMANG Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor
Perkebunan teh PT Nirmala Agung menguasai sebagian lahan di Desa Malasari 8 . Sementara sebagian lahan Desa Malasari lainnya dinyatakan sebagai bagian dari wilayah Taman Nasional Gunung Halimun 9 (RMI 2001:26). TNGH ditetapkan sebagai taman nasional 10 . Tanggung jawab pengelolaan berada di bawah TN Gunung Gede Pangrango 11 (BTNGH 2000a; BTNGH 2000b:I-34).
1992 Wewengkon Cibedug masuk kawasan TNGH dan berstatus encrouchment 12
8
Kampung Citalahab I, Citalahab Sentral, Legok Jeruk, Legok Karang-Ciwalen. Kampung Hanjawar, Garung, Citalahab dan Legok Jeruk. 10 Berdasarkan SK MenHUt No. 282/Kpts-II/1992. 11 Berdasarkan SK Dirjen PHPA No. 1544/DJ-VI/TN/1992. 12 Encrouchment ialah status dimana masyarakat menempati suatu lokasi namun tidak diakui keberadaannya (Saputro 2006:27). 9
279
TAHUN
TA 1994/1995
1996 dan 1997
26 Pebruari 1997
1998-2003
1998
TNGH
dilakukan pelaksanaan orientasi tata batas terutama dengan enclave Nirmala. 1995/1996 pelaksanaan rekonstruksi tata batas dengan enclave (BTNGH 2000a: V-2). situasi kawasan TNGH tidak aman sehingga memerlukan operasi gabungan antara ABRI dan Pemda setempat (BTNGH 2000a: V-37 s/d 44). UPT Balai TNGH 13 setingkat eselon III dengan 3 sub-seksi: Cikidang (Kabupaten Sukabumi), Cigudeg (Kabupaten Bogor), dan Bayah, Kabupaten Lebak (BTNGH 2000a; BTNGH 2000b:I-34; Harada et al. 2001 dalam Widada 2004:46). TNGH mendapatkan bantuan dari pemerintah Jepang melalui program Biodiversity Conservation Project Phase II 14 (Widada 2004: 53): 4 dokumen hasil penelitian mengenai KH dan sistem informasi (LIPI, JICA & PHPA) merekomendasikan penyusunan managemen plan/ rencana pengelolaan kawasan.
KASEPUHAN CIBEDUG 1 Desa Citorek Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
KASEPUHAN CIPTARASA PANGGUYANGAN 2 Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi
LEUWIJAMANG Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor
CITALAHAB Desa Malasari Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Kuncen Situs Cibedug diganti oleh Ki Asbaji melalui surat keterangan yang direvisi secara informal oleh nama pejabat 15 yang sama karena meninggalnya Bpk Ahmad Astara.
13
melalui SK MenHUt No. 185/Kpts-II/1997 BTNGH ditetapkan. Dimanfaatan antara lain untuk : penguatan sumberdaya manusia TNGH; pembangunan fasilitas, sarana dan prasarana ekowisata; dan materi informasi ekowisata (leaflet, guide book, CD program, dan peta ekowisata). 15 Pada saat itu Bpk Achmad Badjaji mengatasnamakan sebagai koordinator kasepuhan Banten Kidul. 14
280
TAHUN
1999
1999
1999
2000
2000-2003
2001
TNGH
Laporan program kolaborasi TNGH dengan masyarakat dapat dilihat pada dokumen yang dikeluarkan oleh LIPI, JICA dan PHPA 16 . pelaksanaan orientasi dan rekonstruksi jalur batas luar baru direalisasikan. Penataan tata batas luar belum dilaksanakan (BTNGH 2000a: V-2). elang jawa, owa jawa dan macan tutul ditetapkan sebagai spesies kunci RPTNGH merekomendasikan untuk membagi TNGH menjadi 5 zona: zona inti, zona rimba, zona pemanfaatan intensif, zona pemanfaatan tradisional, dan zona rehabilitasi (BTNGH 2000a; Widada 2004:47) Phase II Proyek BCP kerjasama BTNGH-LIPI-JICA
KASEPUHAN CIBEDUG 1 Desa Citorek Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
KASEPUHAN CIPTARASA PANGGUYANGAN 2 Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi
Petugas kehutanan mendatangi Cibedug dan menyebutkan status masyarakat Cibedug sebagai penduduk liar atau “encroacher” dan wilayah mereka adalah bagian dari TNGH 17 (Moniaga 2004).
Pusat kekuasaan berpindah ke Ciptagelar, (Sukabumi). Pemimpin saat ini adalah Abah Anom (Dedi dan Andianto 2003)
Tahun 2000, masyarakat adat mulai terbuka mengenai siapa diri mereka dan mulai mencari ‘berjuang’ untuk mencari pengakuan
Proyek Revitalisasi Kampung Adat Ciptarasa dari Menkimpraswil (Hartono 2005)
LEUWIJAMANG Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor
CITALAHAB Desa Malasari Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Laporan sosialisasi program sistem informasi TNGH dengan mitra kerja dapat dilihat pada dokumen yang dikeluarkan oleh LIPI, JICA dan PHPA 18 .
16 Harada, Widada, H. Noveriawan. 1999. Research and Conservation Biodiversity in Indonesia Volume V Collaborative Management of Forest with Local People in and around Gunung Halimun National park in Indonesia 17 Terjadi penyitaan alat-alat pertanian. Masyarakat saat itu setuju untuk menyerahkan sebagian hasil pertanian mereka agar bisa tetap tinggal dan bertani (Moniaga 2004). Setelah observasi dilakukan, diperoleh informasi bahwa yang melakukan penyitaan dan memungut sebagian hasil pertanian di Kampung Cibedug ialah petugas dari Perum Perhutani. 18 Judul dokumen: Research and Conservation Biodiversity in Indonesia Volume VI Nature Comservation Information Center-Information System
281
TAHUN
2001
Sampai Desember 2003
2003
2004 -
2021
TNGH
Laporan sosialisasi program sistem informasi TNGH dengan mitra kerja dapat dilihat pada dokumen yang ditulis oleh Kazuhiro HARADA et al. 2001 19 . TNGH belum memiliki zonasi kawasan yang definitif (Harada et al. 2001 dalam Widada 2004:47). Berdasakan SK Menhut No. 175/2003, kawasan TNGH diperluas menjadi 103 Ha dan berganti nama menjadi TNGHS (BTNGH 2000a: V3-5) 20 Park Management TNGHS Project kerjasama BTNGHS dengan JICA (Hartono 2005)
KASEPUHAN CIBEDUG 1 Desa Citorek Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
KASEPUHAN CIPTARASA PANGGUYANGAN 2 Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi
LEUWIJAMANG Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor
CITALAHAB Desa Malasari Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Tahun 2003, RMI mulai masuk ke Kampung Cibedug dan mendapat kepercayaan dari kasepuhan untuk mendampingi mereka dalam mencari ‘pengakuan’. Perluasan Kawasan TNGH Keberadaan Wewengkon Cibedug secara legal semakin terdesak.
Kejadian pada tahun 2000 terulang lagi. ’Pemerasan” oleh oknum petugas kehutanan (Perum Perhutani) ditolak oleh masyarakat 21
penambangan di Gn Pongkor diperkirakan selesai
19
Research and Conservation Biodiversity in Indonesia Volume VII Traditional People and Biodiversity Conservation in Gunung Halimun National Park Dasar perluasan kawasan TNGH adalah 1) Studi detail Gunung Salak dan Gunung Endut yang menyebutkan bahwa a) terjadi pemecahan ekosistem; b) masih adanya kawasan hutan yang cukup luas yang dikelola Perum Perhutani di luar kawasan TNGH yang dapat digunakan sebagai kawasan penyangga dari tekanan penduduk; dan c) untuk menghindari isolasi satwa, penyatuan hutan lindung Gn. Salak dan Gn. Endut dengan kawasan TNGH ini juga dianggap bisa digunakan sebagai koridor (penghubung) bagi satwa-satwa. 2) Studi Hutan Lindung Ciusul yang menyebutkan a)adanya degradasi dibagian Barat yaitu bagian Barat dan Utara Kampung Citorek. Sedangkan sisi Selatan kampung Citorek yaitu ”dekat Ciusul (diluar kawasan TNGH) cukup terjaga dan jauh lebih baik kondisinya dari bagian taman nasional tadi. Oleh karenanya untuk menyerasikan keadaan, perlu dipertimbangkan pertukaran kedua lokasi tersebut.”; b) usulan penambahan areal TNGH, konstruksi Batas Baru, dan Penyusunan Rencana Pengelolaan; dan c) berdasarkan hasil kedua studi diatas, berdasarkan evaluasi tingkat kelayakan dan sensitifitas aspek-aspek biologi, fisik, dan aspek sosial ekonomi akan diusulkan perluasan dan batas baru. 21 Sumber: Catatan lapangan RMI dalam Moniaga, 2004 dan Hasil interview penulis dengan nara sumber pada bulan Desember 2006. 20
282
Lampiran 8 Sejarah pengembangan ekowisata Tahun
>1986
1986
1986-sekarang
>1995
TNGH
KASEPUHAN CIBEDUG Desa Citorek Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Warga Kasepuhan Cibedug memelihara Situs Cibedug sebagai amanat dari leluhur 1 . Salah satu anggota Kasepuhan Cibedug resmi diangkat menjadi Juru Pelihara Situs Cibedug 2 . Sampai dengan sekarang kedatangan pengunjung ke Situs Cibedug tercatat ratarata 100-200 orang/tahun 3 .
KASEPUHAN CIPTARASA PANGGUYANGAN Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi
Menjadi basecamp peneliti dari beberapa institusi pendidikan atau kelompok pencinta alam 4 .
LEUWIJAMANG Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor
Menjadi basecamp peneliti dari beberapa institusi pendidikan atau kelompok pencinta
CITALAHAB Desa Malasari Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
Menjadi basecamp peneliti dari beberapa institusi pendidikan atau kelompok
1
Situs selain warisan leluhur juga merupakan awisan atau tanda wilayah adat kasepuhan ini (hasil wawancara dengan Pamukul Gede Kasepuhan Cibedug pada 6-8 Januari 2007). Pada tanggal 15 Juni 1986 Kepala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kabupaten Lebak, Kantor Kecamatan Bayah, C,q, Pemilik Kebudayaan membuat surat keterangan No. 299/101.3.12/J/1986 yang menerangkan bahwa Ahmad Astara sebagai Juru Pelihara yang bertugas memelihara Situs Cibedug. Surat tersebut juga menerangkan bahwa selama menunggu anggaran pemeliharaan dari pemerintah, pengunjung diharapkan memberi sumbangan sukarela. Surat ini ditandatangani oleh apak Achmad Badjaji. 3 Diolah dari buku tamu Kasepuhan Cibedug. 4 Sumber : Hartono 2005; Hartono 1999; dan hasil wawancara dengan narasumber di lapangan dan staf YEH. 5 Sumber : Hartono 2005; Hartono 1999; dan hasil wawancara dengan narasumber di lapangan dan staf YEH. 6 Hasil wawancara dengan narasumber di lapangan dan staf YEH. 2
283
Tahun
1995
1995
1995-1998
TNGH
Konsorsium KPPETNGH dibentuk 7 (Sproule dan Suhandi 1998; Hartono 1999; Hartono 2005; Widada 2004). KPPETNGH mendapat dana hibah dari USAID 11 (Hartono 1999, 2005; Widada 2004; Purwanto 2007) BScC melakukan fasilitasi pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di tiga lokasi (Hartono 1999, 2005;Widada 2004; Purwanto 2007)
KASEPUHAN CIBEDUG Desa Citorek Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
KASEPUHAN CIPTARASA PANGGUYANGAN Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi
Terpilih sebagai salah satu lokasi pengembangan ekowisata 8 .
KSM Sinar Wangi terbentuk untuk mengembangkan dan mengelola fasilitas ekowisata di lokasi studi (Hartono 1999; 2005)
LEUWIJAMANG Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor alam 5 . Terpilih sebagai salah satu lokasi pengembangan ekowisata 9 .
CITALAHAB Desa Malasari Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor pencinta alam 6 . Terpilih sebagai salah satu lokasi pengembangan ekowisata 10 .
KSM Pada Asih terbentuk untuk mengembangkan dan mengelola fasilitas ekowisata di lokasi studi (Nugraheni 2002; Widada 2004; Purwanto 2007)
KSM Warga Saluyu 12 terbentuk untuk mengembangkan dan mengelola fasilitas ekowisata di lokasi studi (Nugraheni 2002)
7
Konsorsium Program Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Gunung Halimun (KPPETNGH) terdiri dari perwakilan BTNGH; LSM nasional (BScC); LSM Internasional (Wildlife Protection Trust International-WPTI); Pusat Konservasi Biologi-UI; dan Swasta (McDonald). 8 Lokasi dipilih berdasarkan masukan dari LSM yang sering menjadikan ketiga lokasi tersebut sebagai lokasi studi lapangan (hasil wawancara dengan Bapak Dedi dari YEH). 9 Lokasi dipilih berdasarkan masukan dari LSM yang sering menjadikan ketiga lokasi tersebut sebagai lokasi studi lapangan (hasil wawancara dengan Bapak Dedi dari YEH). 10 Lokasi dipilih berdasarkan masukan dari LSM yang sering menjadikan ketiga lokasi tersebut sebagai lokasi studi lapangan (hasil wawancara dengan Bapak Dedi dari YEH). 11 Dana hibah ini antara lain digunakan untuk: pembangunan fasilitas, sarana dan prasarana ekowisata; penguatan kelembagaan; pelatihan tekowisata untuk masyarakat lokal; dan promosi dan publikasi. 12 Anggota KSM dipilih berdasarkan pertemuan antara KPPETNGH dengan warga masyarakat yang mewakili 7 kampung yaitu: Citalahab Central, Citalahab Kampung, Garung, Cilanggar, Legok Jeruk, Hanjawar, dan Citalahab Bedeng (Nugraheni 2002).
284
Tahun
TNGH
KASEPUHAN CIBEDUG Desa Citorek Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
KASEPUHAN CIPTARASA PANGGUYANGAN Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi
Pembangunan Guest-house di atas lahan milik sesepuh yang didanai oleh USAID.
1997
1998-2003
1998
Studi Ekowisata dilakukan oleh shortterm expert dari Jepang dengan biaya dari JICA 13 . BTNGH mendapat bantuan dari pemerintah Jepang melalui program Biodiversity Conservation Program Phase II (Widada 2004:53) 14 . Studi ekowisata kembali dilakukan oleh short-term expert dari Jepang 15 .
Penggantian juru pelihara Situs Cibedug karena meninggalnya juru pelihara sebelumnya 16
Penurunan kunjungan wisatawan akibat krisis moneter.
LEUWIJAMANG Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor Pembangunan Guesthouse di atas lahan milik kelompok pemuda yang didanai oleh USAID.
CITALAHAB Desa Malasari Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Pembangunan Guesthouse di atas lahan milik desa yang didanai oleh USAID.
Penurunan kunjungan wisatawan akibat krisis moneter. Akibatnya tidak ada dana pemeliharaan
13 Hasil studi dapat dilihat pada dokumen yang ditulis oleh Hiroshi, H. 1997. Research and Conservation Biodiversity in Indonesia Volume I : General Overview yang merupakan kerjasama LIPI, JICA dan Dirjen PHPA, Departemen Kehutanan. 14 Dana bantuan Jepang ini digunakan antara lain untuk kegiatan (Widada 2004:53): penguatan sumberdaya manusia, pembangunan fasilitas ekowisata, penyusunan materi informasi ekowisata (leaflet, guidebook, CD, dan peta ekowisata). 15 Hasil studi dapat dilihat pada dokumen yang ditulis oleh Kazuo Saigawa. 1998. Research and Conservation Biodiversity in Indonesia Volume III : Information System and Park Management of Gunung Halimun National Park yang merupakan kerjasama LIPI, JICA dan Dirjen PHPA, Departemen Kehutanan. 16 Sumber: dokumentasi Kasepuhan Cibedug dan wawancara dengan Pamukul Gede Kasepuhan Cibedug pada bulan Januari 2007.
285
Tahun
1999
1999-2000
2000
2001
TNGH
Lokakarya pengembangan ekowisata di TNGH yang diselenggarakan di Caringin Bogor pada 9-10 Maret 1999 (Widada 2004:146). YEH 18 mendampingi masyarakat di 3 lokasi dengan dana dari Kehati 19 . Lokakarya pemantapan Rencana Pengelolaan TNGH jangka Panjang 20002024 (Widada 2004:146) Terbitnya dokumen ‘Ecotourism Action Plan of Gunung Halimun National
KASEPUHAN CIBEDUG Desa Citorek Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
Situs Cibedug ditetapkan sebagai obyek wisata alam oleh BTNGH. Hal yang sama juga diusulkan oleh Kabupaten Lebak (BTNGH 2000b:IV-8) Berdasarkan hasil interview dengan masyarakat dokumen action plan ini tidak
KASEPUHAN CIPTARASA PANGGUYANGAN Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi
LEUWIJAMANG Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor guesthouse (Purwanto 2007) 17 .
CITALAHAB Desa Malasari Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
KSM didampingi oleh staf dari YEH
KSM didampingi oleh staf dari YEH
KSM didampingi oleh staf dari YEH
Berdasarkan hasil interview dengan masyarakat dokumen action plan ini tidak diketahui proses penyusunan maupun
Berdasarkan hasil interview dengan masyarakat dokumen action plan ini tidak
Berdasarkan hasil interview dengan masyarakat dokumen action plan ini tidak
17
Menurut wawancara dengan mantan Ketua KSM Bapak Saki yang dilakukan pada 30 Januari 2007, wisatawan yang berkunjung ke Leuwijamang kebanyakan wisatawan asing. Yayasan Ekowisata Halimun (YEH) berdiri pada tahun 1998 oleh mantan anggota KPPETNGH dan staf BScC sebagai wujud komitmen kepada masyarakat, anggota KSM, untuk mendampingi proses pelaksanaan ekowisata di 3 lokasi (hasil wawancara dengan staf YEH). 19 Hasil wawancara dengan staf YEH. 18
286
Tahun
2001
2002
2003
TNGH
Park’ yang diterbitkan oleh JICA 20 (Widada 2004:146) Survey dan identifikasi potensi ekowisata di 3 lokasi: Leuwijamang, Citalahab, dan Pengguyangan yang didanai JICA (Widada 2004:146) Aktivitas yang didanai JICA: Pembuatan peta ekowisata di 3 lokasi, peningkatan fasilitas dan media informasi, dan pelatihan untuk menjadi pemandu dan interpreter (Widada 2004:146)
KASEPUHAN CIBEDUG Desa Citorek Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak diketahui proses penyusunan maupun isinya oleh mereka.
KASEPUHAN CIPTARASA PANGGUYANGAN Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi
isinya oleh mereka.
LEUWIJAMANG Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor diketahui proses penyusunan maupun isinya oleh mereka. Buku panduan ekowisata ke Leuwijamang diterbitkan dalam bahasa Inggris oleh BCP-JICA 21 (Purwanto et al. 2001)
CITALAHAB Desa Malasari Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor diketahui proses penyusunan maupun isinya oleh mereka.
Buku panduan ekowisata ke Citalahab-Cikaniki diterbitkan dalam bahasa Inggris oleh BCP-JICA 22 (Triono et al. 2002)
Buku panduan ekowisata ke kampung Ciptarasa diterbitkan
20
Buku ini ditulis dalam bahasa Inggris oleh Keiji, N., O. Seiji, Sudarmadji, Abdurrozak, P.J. Manikam, Widada, L.W. Muslihat, Genman, E. Wahyuningsih, D. Purwanto dan Glen.2001. Ecotourism Action Plan of Gunung Halimun National Park. Keiji, N. [editor]. Bogor: Biodiversity Conservation Project-Japan International Cooperation Agency (BCP-JICA). 21 Purwanto, D., M. Pakpahan, N. Keiji dan A. Mujakir. 2001. Ecotourism Guide Book Gunung Halimun National Park: Leuwijamang Village. Sudarmadi, Abdurrozak, P.J. Manikam, Widada, E. Wahyuningsih, K. Hiroshi, dan O. Seiji [editor]. Kabandungan: BCP-JICA. 22 Triono, T., N. Keiji, G.N.S. Mulcahy, O. Seiji, A. Muzakkir, A. Supriatna, Sopian. 2002. A Guide to Cikaniki-Citalahab Looptrail Gunung Halimun National Park, West Java, Indonesia. Sudarmadi, Abdurozak, Widada, E. Wahyuningsih, G.N.S. Mulcahy, K. Hiroshi, dan O. Seiji [editor]. Kabandungan: BCP-JICA.
287
Tahun
TNGH
KASEPUHAN CIBEDUG Desa Citorek Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak
KASEPUHAN CIPTARASA PANGGUYANGAN Desa Sirnarasa, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi
LEUWIJAMANG Desa Cisarua, Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor
CITALAHAB Desa Malasari Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor
dalam bahasa Inggris atas kerjasama BTNGH dan YEH 23 (Dedi et al. 2002). 2004-sekarang
2007
YEH dan KSM bekerja secara mandiri (Hartono 2005)
KSM Pada Asih dibubarkan 24
Cibedug dan Citorek diidentifikasi sebagai potensi wisata TNGH di wilayah SKW I 26 Lebak (Wiajaya 2007)
diidentifikasi sebagai potensi wisata TNGH di wilayah SKW III Lebak (Wiajaya 2007)
diidentifikasi sebagai potensi wisata TNGH di wilayah SKW II Lebak (Wiajaya 2007)
LSM lokal (ABSOLUT) membantu pengembangan ekowisata di bagian Timur TNGH 25 diidentifikasi sebagai potensi wisata TNGH di wilayah SKW II Lebak (Wiajaya 2007)
23
Dedi, R., Andianto. 2003. Ecotourism Guidebook Gunung Halimun National Park: Ciptarasa Village. Setyono, D., K. Hiroshi, A. Muzakir, S. Ozawa, T. Hartono, G. Mulcahy (editors). Sukabumi: kerjasama BTNGH dan YEH. 24 Sumber: Hartono (2005) dan hasil wawancara dengan Pak Saki pada bulan Januari 2007. 25 Hasil wawancara dengan staf Absolut pada 19/02/2007 26 Wijaya, Hendra. 2007. Kondisi, Potensi dan Kendala Pengembangan Ekowisata di TNGHS. Counterpart GHSNP-MP. Makalah dipresentasikan pada acara Diskusi dan Koordinasi Penyusunan Rencana Strategi dan Aksi Pengembangan Ekowisata TNGHS, Bogor, 14 Februari 2007. Acara ini diselenggarakan oleh BTNGHS dan JICA.
288
Lampiran 9 Analisis stakeholder : pengembangan ekowisata Studi Kasus: Desa Citorek, Desa Sirnarasa, Desa Malasari, dan Desa Malasari
STAKEHOLDERS
DAMPAK PENGEMBANGAN EKOWISATA
A. STAKEHOLDER UTAMA (PRIMER) 1 1. Masyarakat Adat a. Kampung Cibedug, Langsung Desa Citorek b. Kampung Ciptarasa, Langsung: Desa Sirnarasa 2. Masyarakat Non-Adat a. Di dalam kawasan Langsung (Desa Malasari) Langsung b. Enclave : Desa Cisarua, Kampung Leuwijamang
KEPENTINGAN
PENGARUH
ESTIMASI SIKAP
STRATEGI PARTISIPASI
Menjaga Situs Cibedug; Ekonomi Ekonomi dan pelestarian budaya
Rendah 2
Mendukung dengan catatan 3
1,2,3,4
Sedang 4
Mendukung dengan catatan 5
1,2,3,4
Ekonomi
Sedang 6
1,2,3,4
Ekonomi
Rendah 8
Mendukung dengan catatan 7 Mendukung
1,2,3,4
1
Stakeholders utama (primer) : merupakan stakeholders yang terkena dampak langsung baik positif maupun negatif oleh suatu rencana atau proyek. Mereka juga mempunyai kaitan kepentingan langsung dengan kegiatan tersebut. Stakeholders kategori ini karenanya harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam pengambilan keputusan. Contoh: masyarakat lokal, tokoh masyarakat, institusi atau pihak yang terkait langsung dengan persoalan yang dihadapi (Maryono et al. 2005; ODA 1995). 2 Rendah karena kendala bahasa, pendidikan, pengalaman bernegosiasi, dan dukungan pihak lain yang masih terbatas (hasil penelusuran literatur dan observasi bulan Januari 2007). 3 Berdasarkan wawancara, masyarakat adat sangat mendukung pengembangan ekowisata walaupun belum memahami sepenuhnya apa itu ekowisata (Cibedug, 7 Januari 2007). 4 Sedang karena kapasitas SDM dan banyak bantuan program dari PEMDA dan pihak lainnya (hasil penelusuran literatur dan observasi Februari 2007). 5 Berdasarkan wawancara dengan Kepala Desa Sirnarasa kedatangan pengunjung ke Kampung Ciptarasa dapat memberikan alternatif penghasilan bagi penduduk. Namun demikian kegiatan ini dapat dan sudah berlangsung tanpa kerjasama dengan TNGH (17-18 Februari 2007). 6 Sedang karena adanya aksesibilitas yang cukup baik untuk mendapatkan informasi, pendidikan non-formal, pengalaman bernegosiasi, dan dukungan pihak lain (hasil penelusuran literatur dan hasil observasi pada bulan Februari 2007). 7 masyarakat sangat mendukung tujuan yang diusung oleh TNGH tapi menolak perluasan TNGH dan tetap menuntut akses terhadap lahan garapan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (hasil interview dan observasi bulan Januari-Februari 2007). 8 Rendah karena kendala bahasa, pendidikan, pengalaman bernegosiasi, dan dukungan pihak lain yang masih terbatas (hasil penelusuran literatur dan hasil observasi pada bulan Januari 2007).
289
STAKEHOLDERS
DAMPAK PENGEMBANGAN EKOWISATA
Langsung 3. PEMERINTAH DESA 9 4. PEMERINTAH TK KECAMATAN 10 B. STAKEHOLDER KUNCI 1. PEMDA KABUPATEN 12 a. BAPPEDA Langsung. Perubahan fungsi kawasan
b. Dinas Kehutanan
Tidak langsung
KEPENTINGAN
PENGARUH
ESTIMASI SIKAP
STRATEGI PARTISIPASI
Aset dan kas desa
Sedang
Mendukung
1,2,3,4
Pembinaan
Sedang
Mendukung 11
1,2,4
Sebagian kawasan TNGH berada dalam wilayah administratif; sinkronisasi tata ruang; PAD Kawasan hutan berbatasan dengan TNGH;
Tinggi
Mendukung dengan catatan 13
1,2,3,4
Sedang
ikut keputusan Bupati
1,2,3,4
9 Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara kesatuan RI (Pasal 1 no. 12 UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah). Perangkat Pemerintahan Desa yang masuk dalam lokasi studi ialah Desa Citorek (Kabupaten Lebak), Desa Sirnarasa (Kabupaten Sukabumi), Desa Malasari dan Desa Cisarua (Kabupaten Bogor). 10 Kecamatan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. juga menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi: mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat; penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan; membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan; dan melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan (Pasal 129 UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah) Perangkat Kecamatan yang masuk dalam lokasi studi ialah Kecamatan Bayah (Kabupaten Lebak), Kecamatan Cikakak (Kabupaten Sukabumi), Kecamatan Nanggung dan Kecamatan Sukajaya (Kabupaten Bogor). 11 Hasil wawancara dengan Camat Nanggung dan perwakilan Kecamatan Sukajaya pada acara Diskusi Membangun Kesepakatan antar Desa Dalam Menata Kawasan Konservasi yang difasilitasi oleh RMI pada 28 Nopember 2006 di Desa Curug Bitung, Kecamatan Nanggungs. 12 Pemerintah Daerah (PEMDA) adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah (Pasal 1 no. 3 UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah). Tugas dan kewenangan Pemerintah Kabupaten tercantum dalam Pasal 14 UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. Perangkat Pemerintah Kabupaten yang masuk dalam lokasi studi ialah Kabupaten Lebak, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Bogor. 13 Dari tiga Kabupaten di lokasi studi, Kabupaten Sukabumi sudah menjadikan Kampung Ciptarasa sebagai salah satu obyek dan daya tarik wisata kabupaten (Peta wisata Kabupaten Sukabumi 2006) dan mengembangkan kegiatan pariwisata di zona pemanfaatan ruang TNGH (RTRW 2006-2010 bab VII). sedangkan berdasarkan wawancara dengan narasumber, Kabupaten Bogor dan Lebak meskipun mendukung pengembangan ekowisata di TNGH namun belum memiliki program khusus untuk mendukungnya. Kabupaten Bogor: dalam Perda No. 17/2000 tentang RTRW Kabupaten Bogor, kawasan pariwisata yang dikembangkan dipusatkan ke kawasan Puncak. Kabupaten Lebak: Situs Cibedug merupakan salah satu obyek wisata andalan Kabupaten Lebak (www.disperindag-lebak.go.id/wisata.htm diakses tanggal 8 Agustus 2007).
290
STAKEHOLDERS
DAMPAK PENGEMBANGAN EKOWISATA
c. Dinas Sosial
Tidak langsung
d. Dinas Pariwisata 15
Tidak langsung
2. PEMDA PROVINSI 17 a. BAPPEDA Langsung sebagian PROVINSI kawasan TNGH berada dalam wilayah administratif b. Tim Koordinasi Tata Tidak langsung
KEPENTINGAN
PENGARUH
ESTIMASI SIKAP
STRATEGI PARTISIPASI
Kegiatan operasional pemberdayaan KAT 14 yang terdapat di dalam dan luar kawasan TNGH Pembinaan masyarakat, pengelolaan obyek wisata daerah 16 ; PAD
Sedang
Ikut keputusan Bupati
Tinggi, Sedang
ikut keputusan Bupati
1,2,3,4
Sinkronisasi perencanaan tata ruang
Tinggi
Mendukung dengan catatan 18
1,2,3,4
Sinkronisasi
Sedang
Mendukung
1,2,3,4
14
Kepmensos No. 06/PEGHUK/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan KAT Pasal 11. Nama-nama Dinas Pariwisata di lokasi studi Dinas Pariwisata Daerah (Diparda), Kabupaten Sukabumi; Dinas Pariwisata, Kesenian dan Kebudayaan (Disparsenibud), Kabupaten Bogor; Dinas Informasi Komunikasi Seni Budaya dan Pariwisata (INKOSBUDPAR), Kabupaten Lebak. 16 Contoh: Kampung Ciptarasa dalam Peta Kawasan Wisata Kabupaten Sukabumi tahun 2006 merupakan Daerah Tujuan Wisata Budaya unggulan. Sedangkan, Candi Cibedug, berdasarkan Keputusan Presiden No. 101 Tahun 2001 dan SK Kepala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kabupaten Lebak, No. 2999/101.3.12/J/1986, merupakan cagar budaya dimana pengelolaan dan pemeliharaannya merupakan kewenangan Kementerian Pariwisata dan Dinas Kebudayaan (sekarang: Dinas Informasi Komunikasi Seni Budaya dan Pariwisata) Kabupaten Lebak. 17 Tugas dan kewenangan Pemerintah Provinsi tercantum dalam Pasal 13 UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. Perangkat Pemerintah Provinsi yang masuk dalam lokasi studi ialah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten. 18 Provinsi Jawa Barat, menurut dokumen RTRW 2010 pengembangan pariwisata diarahkan pada program penataan kawasan wisata di Sukabumi (wisata pantai) dan BOPUNJUR (Puncak). Kebijakan yang sama terdapat dalam dokumen Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (2005). Namun dalam dokumen ini disebutkan TNGH dan kegiatan ekowisata sebagai salah satu daya tarik untuk mengunjungi kawasan Puncak. Provinsi Banten, dalam Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2007-2012, Kabupaten Lebak meskipun diarahkan untuk menjadi kawasan pariwisata namun diidentifikasi sebagai daerah yang didominasi kawasan tertinggal. Hal yang sama ditunjukan dalam Peta Pariwisata Provinsi Banten (www.bantenprov.go.id) . Tidak disebutkan keberadaan TNGH dalam arah kebijakan pengembangan kawasan maupun program pembangunan daerah. 15
291
STAKEHOLDERS
DAMPAK PENGEMBANGAN EKOWISATA
Ruang* c. Dinas Kehutanan
Tidak langsung
d. Dinas Sosial
Tidak langsung
e. Dinas Pariwisata
Langsung
3. PEMERINTAH PUSAT 21 a. Dep. Kehutanan Cq. Langsung Dirjen PHKA dan BAPLAN
KEPENTINGAN perencanaan tata ruang Penataan batas kawasan hutan lindung dan pengurusan pemanfaatan hutan Kewenangan koordinasi perencanaan pemberdayaan KAT 19 yang terdapat di dalam dan luar kawasan TNGH Pembinaan dan pengelolaan obyek wisata daerah 20 ; PAD Berwenang dalam kebijakan pengurusan kawasan hutan 22
PENGARUH
ESTIMASI SIKAP
STRATEGI PARTISIPASI
keputusan Gubernur Sedang
Mendukung keputusan Gubernur
1,2,3,4
Sedang
Mendukung keputusan Gubernur
1,2,3,4
Sedang
Mendukung keputusan Gubernur
1,2,3,4
Tinggi
Mendukung
1,2,3,4
19
Kepmensos No. 06/PEGHUK/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan KAT Pasal 10. Contoh: Kampung Ciptarasa dalam Peta Kawasan Wisata Kabupaten Sukabumi tahun 2006 merupakan Daerah Tujuan Wisata Budaya unggulan. Sedangkan, Candi Cibedug, berdasarkan Keputusan Presiden No. 101 Tahun 2001 dan SK Kepala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kabupaten Lebak, No. 2999/101.3.12/J/1986, merupakan cagar budaya dimana pengelolaan dan pemeliharaannya merupakan kewenangan Kementerian Pariwisata dan Dinas Kebudayaan (sekarang: Dinas Informasi Komunikasi Seni Budaya dan Pariwisata) Kabupaten Lebak. 21 Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara RI sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Pasal 1 no.1 UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah) 22 Keppres No. 102/2001 tentang : Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan organisasi, Dan Tata Kerja Departemen Pasal 27-29. 20
292
STAKEHOLDERS
DAMPAK PENGEMBANGAN EKOWISATA
b. Departemen Dalam Negeri
Tidak langsung
c. Departemen Sosial
Tidak langsung
d. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Langsung
4. BTNGH
Langsung
KEPENTINGAN Berwenang dalam kebijakan perencanaan daerah 23 Berwenang dalam pembinaan kesejahteraan sosial KAT 24 Berwenang dalam menetapkan Kawasan Pariwisata, obyek dan daya tarik wisata 25 , persyaratan pemintakatan /zoning, pencarian, pemanfaatan, sistem pengamanan, dan kepemilikan benda cagar budaya serta persyaratan penelitian arkeologi 26 . Bertanggung jawab terhadap
PENGARUH
ESTIMASI SIKAP
STRATEGI PARTISIPASI
Tinggi
Mendukung
1,2,3,4
Sedang
Mendukung
1,2,3
Tinggi
Mendukung
1,2,3,4
Tinggi
Mendukung
1,2,3,4
23
Keppres No. 102/2001 tentang : Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen Pasal 3-5. Keppres No. 111/1999 tentang Pembinaan Kesejahteraan Sosial Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Kepmensos No. 6/PEGHUK/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberdayaan KAT UU No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Pasal 29(2); PP No. 67/1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan Pasal 40 (2). 26 Keputusan Presiden No. 101 Tahun 2001 Tentang : Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Menteri Negara Pasal 21. 24 25
293
STAKEHOLDERS
DAMPAK PENGEMBANGAN EKOWISATA
KEPENTINGAN
PENGARUH
ESTIMASI SIKAP
STRATEGI PARTISIPASI
pelaksanaan Pengelolaan, perlindunganTNGH C. STAKEHOLDER PENDUKUNG 27 1. LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT a. ABSOLUT Tidak langsung
LSM lokal yang bergiat di kampanye kesadaran LH melalui di radio lokal, & guide ekowisata. b. Yayasan Ekowisata Pendampingan Halimun (YEH) masyarakat untuk pengembangan ekowisata 2. INSTITUSI PENDIDIKAN DAN LEMBAGA PENELITIAN a. IPB TD Lokasi penelitian bidang pengelolaan SDA dan Sosial b. Biological Science Lokasi penelitian Club (BScC) keanekaragaman hayati 3. SWASTA PT Perkebunan Nirmala Tidak langsung Salah satu obyek Agung (Kecamatan wisata Nanggung)
Sedang
Mendukung
1,2,3
Sedang
Mendukung
1,2,3
Sedang
Mendukung
1,2,3
Sedang
Mendukung
1,2,3
Sedang
Mendukung
1,2,3
27
Stakeholders pendukung (sekunder) : merupakan stakeholders yang tidak memiliki kepentingan langsung terhadap proyek tapi memiliki kepedulian. Mereka dapat menjadi intermediaries atau fasilitator dalam proses dan cukup berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Contoh: LSM, perguruan tinggi, peneliti. (Maryono et al. 2005; ODA 1995)
294
STAKEHOLDERS 4. LEMBAGA DONOR: a. JICA 28 b. KEHATI 29 c. USAID 30 5. INDIVIDU a. Wisatawan
DAMPAK PENGEMBANGAN EKOWISATA
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Donor Donor Donor
Daerah tujuan wisata b. Peneliti Tidak langsung Daerah Penelitian 6. FORUM KOMUNIKASI DAN ORGANISASI MASYARAKAT Inisiasi a. KPPETNGH Pengembangan Ekowisata b. HPI Daerah tujuan wisata c. KSM Langsung Organisasi Lokal pelaksana kegiatan ekowisata dan pengelola Guest House
Tidak langsung
KEPENTINGAN
PENGARUH
ESTIMASI SIKAP
STRATEGI PARTISIPASI
Kuat Sedang Kuat
Mendukung Mendukung Mendukung
1,2,3 1,2,3 1,2,3
Rendah
Mendukung
1,2
Rendah
Mendukung
1,2,3
Sedang
Mendukung
1,2,3
Sedang
Mendukung
1,2,3
Sedang
Mendukung
1,2,3,4
Catatan: Untuk identifikasi parameter yang digunakan diantaranya : langsung, tidak langsung atau tidak ada (Dick 1997; ODA 1995). Kepentingan bisa diidentifikasi diantaranya melalui apa yang diharapkan atau manfaat yang bisa diperoleh stakeholder (ODA 1995). Pengaruh: tinggi =jika mempunyai kekuatan untuk memveto keputusan; sedang =jika keputusan stakeholders masih bisa dipengaruhi / dinegosiasikan; dan rendah=jika tidak mampu atau sangat terbatas kemampuannya untuk mempengaruhi keputusan (Dick 1997). Parameter estimasi sikap terhadap TNGH dan Pengembangan ekowisata: mendukung, tidak ada pendapat, atau tidak mendukung/oposisi (Dick 1997). Kategori stakeholder: primer= jika mendapatkan dampak langsung atau memepunyai kepentingan langsung dengan TNGH; sekunder =jika mempunyai kepedulian dan bisa berperan sebagai intermediaries di TNGH; kunci= jika mempunyai kewenangan dan kepentingan dalam pengambilan keputusan (Maryono et al. 2005; ODA 1995). Tipe partisipasi: (1)Informasi, (2)Konsultasi, (3) Mitra, dan (4)Pengambilan keputusan dan Kontrol (Dick 1997; ODA 1995).
28
Mendanai studi-studi pengembangan ekowisata di TNGH, penyusunan bahan promosi dan inventarisasi obyek wisata pada dalam kurun waktu tahun 1998-sekarang. Mendanai kegiatan pendampingan masyarakat setelah tahap inisiasi program selama dua tahun 1998-199. 30 Mendanai kegiatan pengembangan ekowisata di TNGH pada tahap inisiasi program selama dua tahun 1997-1998. 29
295