DAFTAR ISI Jutaan Terimakasih Prolog Selamat Pagi, Cekgu! Siapa sih, mereka? Sepuluh Empat Gara-gara SMS Pedekate Di Bis, Menuju Sekolah LCC PKn LCC PKn, Hari Ke-1 LCC PKn, Hari Ke-2 LCC Pkn, Final! Ulangan Fisika Kejutan dari Allah Dua Belas IPA Dua Ada Hantu di Sekolah Ada Apa di WC Putri? Kejadian Anak OSIS Nuril dan Nurina Biskuit di Perpustakaan Cerita Ka Harga Surat Buat Mutia Ulangan Biologi Umi, Oh Umi Ceritanya Belum Berakhir Tentang Si Penulis
4 6 8 11 22 28 42 45 54 59 66 74 86 90 99 102 113 116 124 128 135 142 162 177 184 188
Jutaan Terimakasih Thank’s
to my Beloved One, Tuhanku satu-satunya Allah SWT yang sudah memberikanku kemampuan untuk bisa menulis. Nabi dan Rasulku yang paling kucintai Muhammad saw, yang sudah memberiku contoh yang paling baik, memberikanku semangat dalam menghadapi setiap kegagalan. Umiku tercinta, Fatmah Audah yang selalu mewarnai hariku yang biasa ini dengan jutaan cinta dan doa yang luar biasa! Ayahku, Rali Setiawan yang paling sabar dan rajin, Kakakku, Rifa Meyda yang paling cantik, dan Adikku Rifqi Muaafi Arkam yang paling ngeselin, tapi paling ngangenin sedunia. Sekolahku tercinta, SMAN 7 Tangsel, dan semua guru-guru yang sudah sabar selama 3 tahun ini mengajarkanku. Bu Eka, Bu Choi, Bu Budi, Wali-wali kelasku yang sudah sabar banget menghadapi kelasku yang isinya anak-anak brutal, hehe. Bu Syukriah, guru Bahasa Indonesia yang bikin aku jadi tambah semangat nulis. Mrs. Enny, guru bahasa Inggris yang paling doyan marah-marah, tapi aslinya baiikkk banget! Bu Mirna, Bu Yantuti, Pak Nanang, Bu Dewi, Pak Mardion, Bu Dewi Asih, Mrs. Elli, Bu Luly, dan semua Bapak Ibu guru yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu. Maaf ya, ibu bapak semuanya, terutama yang sering aku cecar kalo 2
lagi ulangan, “Bu, ini jawaban saya kok salah, kenapa?!” “Pak, jawaban saya betul dong, kok saya diremed?” “Ibu, saya harusnya gak diremed! Ibu kemarin ngasih soalnya Kromosom Metasentrik, bukan Telosentrik!” “Bu Dewi, Ideologi tertutup itu kan tidak mengacu pada nilai dan cita-cita dong bu, bener bu, saya cari di internet kok semalem!” “Mrs Enny, delicate itu Fragile bu, bukannya thin! Ih!” Dan semua protes yang pernah aku keluarin kalo nilai ulanganku jelek, padahal aku yakin banget kalo jawabanku itu bener, hehehehe. Maafkanlah anak didikmu ini, huu.. bakalan kangen bapak sama ibu deh pokoknya! Insya Allah tahun depan, murid kalian yang bernama Rafid Arifuddin Shidqi ini menjadi seorang mahasiswa kedokteran di Amerika, Amiinnnn… Temantemanku yang selalu memberikan support, dan memberikan jutaan bantuan yang tiada terduga. Articade, terimakasih untuk tahun-tahun berharganya, dan semua teman-teman yang sudah banyak memberikan do’anya. Semua orang yang pernah sekelas denganku, terimakasih untuk 3 Tahun yang nano-nano! Keluarga besar yang juga sudah menyumbangkan Do’adoanya, Keluarga Abdurrachim Audah yang selalu memberikan support dan dukungan. Jazakallah Khairan Katsiran. Gonna Miss SMAN 7 Tangsel so bad :’)
3
Prolog
Mrs. Enny datang ke kelasku, yang saat itu sedang kacau banget! Febri dan Navel lari-larian di kelas sambil lempar-lemparan botol aqua, benar-benar kejadian paling memalukan. “Berhenti!” Mrs. Enny berteriak. Avel dan Febri langsung diam. Kami semua juga diam. Mereka menatap Mrs. Enny kaku. Kemudian Mrs. Enny berjalan masuk ke kelas kami. “Kalian sudah kelas XII, kalian sudah kelas 3 SMA! Dewasa sedikit! Masa lari-larian di kelas, udah kayak anak TK! Kalian gak tahu diri apa memangnya? Kalian sebentar lagi Ujian Nasional!” Mrs Enny gemetar. “Ujian Nasional tinggal 4 bulan lagi, disaat jam kosong kayak gini kalian malah sibuk bercanda. Coba lah, kalian konsultasikan masalah pelajaran UN yang tidak kalian mengerti, kepada teman-teman yang menguasai. Manfaatkan waktu luang untuk belajar, bukan bercanda! “Apakah kalian mau, kejadian 2 tahun lalu terulang? Sebanyak 20 orang kakak kelas kalian tidak lulus Ujian Nasional! Apa kalian mau?” Kami semua diam, dan menggeleng.
4
“Ujian Nasional akan sukses, Ujian Nasional akan mudah, Ujian nasional akan lancar. Dan kalian semua bisa lulus, kalau kalian semua kompak! Mengerti?” “Mengerti, Mrs…” Jawab kami penuh rasa bersalah. Kemudian Mrs. Enny keluar dari kelas kami. Perkataan Mrs. Enny barusan benar-benar membuat kami berfikir. Kami sudah kelas 3, kapan mau tobatnya? Ujian Nasional tinggal 4 bulan lagi, masa kelakuan kami masih kayak gini? Mrs. Enny marah lagi, gara-gara kelasku. Mungking, suatu saat kami bisa membuktikan, kalo kami bisa tobat dan bisa lulus Ujian Nasional dengan baik…. Insya Allah.
5
Selamat Pagi, cekgu! SMAN 7 Tangerang Selatan, The School of Champion and Qualities. Sekolahku ini terdiri dari 24 ruangan, kurang lebih, 6 ruangan untuk kelas XII IPA dan IPS, 9 ruangan untuk kelas XI IPA dan IPS, kayaknya, aku lupa abisnya kebanyakan sih aku gak pernah ngitungin. Yang pasti, kelas XI sekarang makin banyak anak muridnya. Waktu angkatanku, dulu kelas X nya Cuma ada 6, sekarang malah jadi ada 9 kelas. Menambah secara drastis, belum lagi, kelas X yang sekarang, lebih banyak lagi muridnya. Sekolahku gedungnya membentuk huruf L jadi ada lapangan ditengah-tengah gedung yang membentuk huruf L itu. Di sebelah kanan lapangan, ada laboratorium IPA dan Lab Komputer. Sebagian sudah selesai. Lantai atas masih dalam tahap pembangunan, dan rencananya akan menjadi Gedung Serbaguna, atau Aula sekolah yang baru. Di sebelah Lab Komputer yang baru, berdirilah Masjid At Taqwa SMAN 7 Tangerang selatan. Yang juga masih dalam tahap pembangunan, Kubah Masjidnya belum selesai. Didoakan deh, semoga masjidnya bisa berdiri megah sebelum aku lulus dan meninggalkan SMA 7. 6
Di sekolahku, Cuma ada 2 jurusan, IPA dan IPS. Angkatanku yang sekarang, angkatan ke-5, atau biasa disebut ARTICADE. Arttractivos Innovadores Cinco Grade. Itu nama angkatan. Anak IPS ada 3 kelas, dan anak IPA juga ada 3 kelas. Jadi, jumlah seluruh kelas XII ada 6 kelas. Siswanya ada kurang lebih 250 orang. Rata-rata kelas terdiri dari 40 siswa, tapi kelasku saja ada 43, kelebihan muatan. Kadang, yang kelasnya paling ribut, ya kelasku. Selain jumlah siswanya paling banyak, isinya anak-anak yang brutal pula! Hmm.. Untuk mata pelajaran, ada 14, terdiri dari satu muatan lokal. Dulu, kalo kelas X lebih banyak lagi. Soalnya ditambah pelajaran sosial seperti Ekonomi, Sosiologi, Geografi, tapi, setelah penjurusan, jumlah mata pelajaran dikurangi sesuai dengan jurusan yang dipilih. Warna seragam sekolahku, tentu Putih Abu-abu. Warna putih untuk bajunya, dan warna Abu-abu untuk celana atau roknya, sama seperti sekolah negeri kebanyakan. Untuk anak putri, rok sekolah sengaja dibuat panjang, 10 sentimeter dibawah lutut. Karena biasanya kan rok anak-anak SMA itu pada pendekpendek. Kepala sekolahku menganjurkan rok sekolah dibuat panjang sampai mata kaki. Biar lebih sopan, mungkin. Setiap kelas punya satu orang wali kelas. Nah, ini nih yang paling aku kagumi. Aku dapet wali kelas yang
7
paling sabar di seluruh sekolah. Maklum aja, waktu kelas X-4, kelasku dapat predikat kelas paling bandel! Balik lagi ke sekolahku, untuk anak kelas XII dan kelas XI masuk pagi. Kelas X masih dijadwalkan untuk masuk sekolah siang. Maklum, kelas X sekarang siswanya lebih banyak. Sehingga ruang kelas gak cukup untuk menampung siswa siswi baru. Oh iya, aku lupa mengucapkan. Welcome to SMA Negeri 7 Tangerang Selatan! []
8
Siapa sih, Mereka? Cerita
sebentar, ah. Teman-temanku selama di SMA ini, yang sudah banyak sekali membantuku dan sudah bersamaku dalam semua duka dan suka. Siapa dulu yang pertama diceritain, ya? Bilal, kayaknya ini orang yang paling berhak untuk diceritain pertama di bukuku ini. Kalo ngomongin soal Bilal, ini anak paling kocak, asli deh! Orangnya rada telat alias tulalit, aku aja kadang capek kalo ngomong sama Bilal. “Bil.” “Oy?” “Besok bawa tugas kelompok, ya!?” “Ok.” Besoknya.. “Bil, mana tugasnya?” “Oh iya…. Lupa…” Tuhkan. Tapi, aslinya si Bilal ini sih baik, baiiik banget. Oh iya, ada satu kejadian yang selalu aku inget tentang si Bilal. Konyol. Waktu itu, Bilal dibelikan sepeda motor baru, gak tanggung-tanggung, motornya keren, Honda City Sport 1. Motor buat cowok-cowok macho! Warnanya merah, waktu itu dia bilang sama aku, kalo mau nebeng katanya ditebengin sama motor barunya, asiiikkkk. 9
Kejadian pertamanya, aku dan Bilal mau pergi ke rumahnya Anin untuk kerja kelompok. Karena kebetulan jalan ke rumahnya Anin itu ada beberapa tanjakan dan turunan, aku nebeng bilal ke rumahnya Anin, naik motor barunya. “Bil, yakin bisa?” “Bisa.” “Beneran?” “Bener.” Yaudah deh, nurut aja. Begitu motor mulai berjalan. Emang masih normal, dan biasa-biasa aja. Bismillahirrohmanirrohim, ya Allah selamatkanlah aku.. Motor berjalan, selama beberapa menit, dan sudah berada di dalam perumahan menuju rumahnya Anin. Beberapa meter di depan, jalanan mulai menanjak. Suara motornya bilal mulai meraum-raum. Grengg. Grengg. “Bil, suara motornya kok begini?” “Soalnya, kan tanjakan.” “O.” Aku menurut saja. Motor mulai menanjak. Brum. Bruumm. Brummm… “Bil, motornya kuat nanjak, gak?” Aku bertanya cemas, dahiku mulai berkeringat. “Kuat kok, kuat.” Jawabnya santai. Bilal terus memutar gas, ban motor masih berputar, sementara motor kelihatan sulit menanjak. Karena motor Honda ini motor kopling, Bilal belum biasa membawa motor kayak gini, orang belajarnya aja baru kemarin. Dengan yakinnya, Bilal menginjak tuas gigi motor sambil menarik kopling. 10
Ceklek! Greenngggg….. Motor mulai berjalan mundur, “Bil, bil ini kenapa?!” Aku mulai panik. Bilal gak jawab, dia malah terus ganti gigi motor, dan gigi motor malah berubah jadi gigi normal. Bilal terus memutar gas, mesinnya meraumraum, tapi motor bukannya berjalan kedepan, malah berjalan mundur. “Bil, bil, yang bener bawa motornya!” Aku mulai teriak-teriak histeris sendiri. Bruumm Greennggg…. “E eh ehh eee eeee…!” GUBRAAAARKKKKK! Motornya bilal menabrak pohon di dekat selokan, untung gak ikutan nyemplung ke selokan. Yah, rusak deh motornya Bilal, padahal baru dibeliin. Belum apa-apa, Tapi sudah lecet-lecet begini motornya. Capedeeeh dasar Bilal. Mulai saat itu, aku gak akan mau diboncengin lagi sama si Bilal, sebelum dia benar-benar lancar membawa motornya. Akhirnya, aku terpaksa bantuin dorong motornya sampai rumah Anin. Haha. *** Puput, temanku waktu SD, ketemu lagi pas di SMA. Masih sama, masih item, masih kayak preman. Huahaha, tapi nih anak beda banget semenjak jadi anak SMA. Sampe aku inget omongannya Aloy waktu itu, “Put, sombong banget lu mentang-mentang udah cantik.” (Awas lu put, jangan GE’ER!)
11