DAFTAR ISI
Bab I A. B. C. D. E. F.
Pendahuluan Latar Belakang Masalah Permasalahan Peneletian Tujuan Penelitian Manfaat dan Kegunaan Penelitian Signifikansi Riset Sebelumnya
Bab II
Landasan Teori
A. Khitan dalam Perspektif Fikih Islam B. Kontroversi sekitar khitan perempuan C. Khitan Perempuan dan Kesehatan Bab III A. B. C. D. E.
Metodologi Penelitian
Jenis Penelitian Pendekatan Penelitian Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Metode Analisa Data
Bab IV
Hasil Penelitian
A. Pandangan keagamaan terhadap khitan perempuan B. Tingkat pengetahuan terhadap dampak khitan perempuan C. Persepsi terhadap regulasi tentang khitan perempuan Bab V Bibliografi
Penutup
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Hingga kini, khitan perempuan masih menjadi kontroversi tak berujung dan belum menemui keputusan final, baik dilihat dari tinjauan medis ataupun agama. Satu pandangan berpendapat bahwa khitan terhadap perempuan merupakan keutamaan ajaran agama. Sedangkan kelompok lain berpandangan bahwa khitan terhadap perempuan hanyalah budaya sebuah negara yang dipengaruhi oleh lembah Nil (tradisi pedalaman Nil) yang tidak banyak memiliki manfaat bagi perempuan. Jadi khitan terhadap perempuan tidak mempunyai kaitan dengan syari'at agama. Tapi hanyalah sebuah kebiasaan klasik dari negara-negara Afrika yang dilalui oleh sungai Nil. Pun
demikian
dalam
Islam,
para
agamawan
sendiri
masih
memperdebatkan praktek khitan wanita dari aspek legitimasi keagamaannya. Syekh Ali Jadd al-Haqq, Syaikh al-Azhar, pada tanggal 29 Januari 1981, menfatwakan bahwa khitan baik bagi laki-laki atau perempuan adalah salah satu tuntutan agama Islam, meski ulama berbeda pendapat apakah hukumnya wajib atau sunnah. Tak satupun pendapat dari para fukaha yang menyatakan keharaman khitan baik untuk laki-laki atau perempuan. Sebagaiamana Rasulullah telah mengajari Ummi Habibah untuk tidak berlebihan dalam mengkhitan perempuan Islam pada waktu itu. 1 Senada dengan fatwa tersebut adalah fatwa Abdul Aziz bin al-Bazz, mufti Saudi Arabia, menyatakan bahwa khitan wanita adlah sunnah yang disyariatkan oleh Islam dan salah satu bentuk kesucian, melanjutkan tradisi agama Ibrahim (millah Ibrahim) sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an. 2 Berbeda dengan fatwa di atas, sekelompok mufti di Kuwait menyatakan bahwa khitan perempuan bukan perintah wajib maupaun sunnah. Hadits yang 1
Lihat Fatawa Dar al-Ifta al-Misriyyah, juz II, h. 208 Lihat Majmu Fatawa Ibn Baz, juz X, h. 46.
2
diriwaytkan oleh Abi Dawud dan lainnya tentang dialog Nabi dengan Ummu Habibah adalah lemah (dlaif). Di sisi lain, para aktivis LSM perempuan menolak praktek tersebut karena
merupakan
bentuk
kekerasan
terhadap
perempuan
yang
dapat
membahayakan kesehatan reproduksi serta efek negatif lainnya, seperti kehilangan kesempatan untuk mencapai orgasme seksual atau dampak psikis lainnya. Para aktivis berpendapat praktek khitan bagi perempuan disamping menyalahi aturan hak asasi manusia, dari segi kesehatan, khitan perempuan tidak memiliki alasan kesehatan yang kuat seperti khitan laki-laki. Dalam konteks itulah diseminasi informasi ini perlu bagi petugas kesehatan (bidan, dokter, perawat) untuk tidak melakukan tindakan medis (medikalisasi) khitan perempuan. 3 Pandangan ini juga didukung oleh para ahli medis yang memandang khitan perempuan tidak memilki manfaat bagi kesehatan bagi perempuan, bahkan bisabisa menimbulkan efek yang tidak baik bagi kesehatan perempuan. Badan Kesehatan Dunia atau WHO sendiri sejak tahun 1982 sudah meyatakan bahwa sunat terhadap perempuan merupakan tindakan yang melanggar hak asasi manusia, melanggar hak atas penikmatan sepenuhnya standar kesehatan tertinggi yang dapat dicapai seperti tercantum dalam pasal 24 (ayat 1 dan 3) dari Konvensi Hak Anak. 4 Di dunia, kebanyakan negara telah melarang praktek khitan perempuan ini bahkan diantaranya telah merupakan sanksi pidana atau denda. Sudah tercatat juga 16 negara-negara Afrika yang mengundang-undangkan larangan khitan ini. Selain undang-undang, sangsi yang dikenakan adalah kurungan 6 bulan hingga satu tahun. Benin, Chad, Niger mengeluarkan peraturan ini pada tahun yang sama pada tahun 2003. Ethiopia, Jibouti, Burkina Faso, Ghiena, Senegal, Tanzania dan Togo baru tahun lalu (2010) menetapkan pelarangan ini. Selain itu negara Afrika Selatan terryata sudah mengundangkan larangan khitan perempuan sejak tahun 3
4
Lihat,www.jurnalperempuan.com Lihat www.who.int
1996. Dan masih banyak negara Afrika dan negara maju di Eropa, seperti Prancis, Swiss, yang sudah mematenkan larangan khitan terhadap kaum hawa. Peninjauan yang dilakukan di negara-negara Afrika yang kemudian menyebabkan negara-negara kulit hitam ini mengeluarkan undang-undang melarang sunat terhadap perempuan adalah, akibat buruk dan trauma yang ditimbulkan dari tradisi ini. Menurut perkiraan PBB, sekitar 28 juta perempuan Nigeria, 24 juta perempuan Mesir, 23 juta perempuan Ethiopia, dan 12 juta perempuan Sudan, dengan sangat terpaksa telah menjalani sunat ini. Dikisahkan, seorang gadis asal Togo bernama Fauziya Asinga (17) melarikan diri dari negaranya dan meminta suaka di Amerika karena dipaksa untuk dikhitan. Di saat beberapa negara di dunia telah melakukan regulasi pelarangan khitan perempuan, sedang Indonesia belum melarang praktek khitan perempuan karena alasan tradisi keagamaan. Sebenarnya praktek inklubasi klitoris ini telah “dilarang” secara implisit dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Pasal 46 butir C menegaskan bahwa hak khusus yang ada pada diri wanita dikarenakan fungsi reproduksinya dijamin dan dilindungi oleh hukum. Namun pada faktanya berdasarkan penelitianyang dilakukan oleh Population Council menunjukkan bahwa praktek khitan perempuan masih banyak terjadi di Indonesia, bahkan untuk beberapa daerah seperti Padang dan Padang Pariaman di Sumatra Barat khitan perempuan justru dilakukan oleh bidan atau petugas kesehatan yang lain. Berkaitan dengan praktek khitan perempuan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. WHO pada tahun 1982 sebenarnya telah melarang penggunaan medikalisasi khitan perempuan atau melarang petugas kesehatan untuk melakukan tindakan khitan pada perempuan. 5 Penekanan pelarangan bagi petugas kesehatan ini dianggap penting karena dari hasil studi lapangan di 6 propinsi di Indonesia yaitu Sumatra Barat, Banten, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo mendapatkan bahwa khitan perempuan tidak hanya dilakukan oleh dukun bayi 5
Lihat www.jurnalperempuan.com
atau tukang sunat saja tapi juga oleh petugas kesehatan. Bahkan dalam beberapa daerah, khitan perempuan ini dijadikan satu paket jika melahirkan di tempat yang sama. 6 Problem lemahnya penegakan aturan khitan perempuan sebagaimana amanat Undang-undang Kesehatan tersebut sangat dipengaruhi pandangan kebanyakan masyarakat, khususnya umat Islam yang menganggap khitan perempuan sebagai kewajiban atau minimal anjuran keagamaan. Majelis Ulama Indonesia dalam fatwanya Nomor 09 Tahun 2008 secara implisit mengajurkan khitan wanita dengan menyebutnya sebagai fitrah, syiar Islam dan makrumah. Pun demikian, Nahdlatul Ulama dalam Muktamar Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-32 yang bersidang di Komisi Bahtsul Masa`il Diniyah Maudlu`iyyah (pembahasan masalah keagamaan tematik) membuat kesimpulan akhir bahwa hukum khitan untuk perempuan adalah sunah dan wajib. Kesimpulan ini diambil setelah para pembahas menggali rujukan dalam berbagai kitab kuning, yang mengulas dalil-dalil khitan perempuan, di kalangan empat mazhab utama, yakni Hanafi, Maliki, Syafi`i, dan Hambali. Hasil penggalian dari empat mazhab itu diperoleh tiga kesimpulan atas khitan perempuan: wajib, sunah, dan makrumah (dimuliakan). Fatwa ini mengundang kekecewaan sejumlah pihak dari kalangan NU sendiri, seperti Fatayat NU yang menginginkan penghapusan praktek khitan perempuan. 7 Bahkan dengan dikeluarkannya Permenkes Nomor 1636 Tahun 2010 secara legal praktek tersebut diakomodir termasuk tata cara khitan perempuan agar tidak menyebakan dampak negatif terhadap kesehatan perempuan. Reaksipun beragam, bagi sebagian kalangan aktifis gender keluarnya Permenkes tersebut dianggap negera telah melegalisasi
dan melanggengkan praktek kekerasa
terhadap perempuan. Sementara kalangan agamawan. Permenkes tersebut adalah “jalan tengah” untuk merespon aspek keagamaan dan kesehatan. 6
Lihat www.jurnalperempuan.com
7
Lihat Gatra Nomor 22, Kamis, 8 April 2010
Di sisi lain, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu institusi akademik terkemuka pada level nasional dengan visi integrasi keislaman, keilmuan, dan keindonesiaan, memiliki peran strategis untuk memberikan kontribusi dalam memecahkan masalah-masalah umat Islam Indonesia. Civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta sebagai kelas menengah Islam terdidik seringkali menjadi rujukan terhadap kebijakan-kebijakan publik. khususnya terkait masalah-masalah keislaman. Para guru besar atau dosen UIN banyak terlibat dan mewarnai wacana keislaman Indonesia dengan pandangan-pandangan mereka yang modern. Berangkat dari realitas tersebut, peneliti mengangap perlu dilakukan sebuah penelitian untuk mengetahui persepsi civitas akademika khususnya para dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta terhadap praktek khitan perempuan. Permasalahan Penelitian Masalah penelitian ini dibatasi pada persepsi para dosen terhadap khitan perempuan secara spesifik terkait dengan pandangan keagamaan, kesehatan reproduksi perempuan, dan regulasi khitan perempuan di Indonesia. Rumusan masalahnya adaah sebagai berikut: 1. Bagaimana pandangan keagamaan para dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta terhadap praktek khitan perempuan? 2. Apakah para dosen mengetahui dampak khitan perempuan terhadap kesehatan? 3. Apakah para dosen menyetujui regulasi tentang larangan khitan perempuan? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pandangan keagamaan para dosen UIN Jakarta terkait khitan perempuan.
2. Untuk mengetahui persepsi para dosen terhadap dampak negatif praktek khitan terhadap kesehatan perempuan yang umumnya terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. 3. Untuk mengetahui pandangan para dosen tentang regulasi yang lebih tegas tentang khitan perempuan. Manfaat dan Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki manfaat dan kegunaan sebagai berikut: 1.
Secara akademik, penelitian ini dapat dijadikan bahan akademik untuk memberikan peta pemikiran dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta sebagai kelompok Muslim terdidik yang secara intens melakukan pengkajian terhadap hukum Islam dalam menanggapi praktek khitan perempuan yang umunya masih menjadi tradisi masyrakat Muslim Indonesia.
2.
Secara sosial, penelitian ini akan memberikan gambaran spektrum pemikiran yang bervariasi diantara para pakar hukum Islam tentang khitan wanita di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta.
3.
Penelitian ini dapat dijadikan pijakan bagi peneliti selnajutnya untuk memetakan persepsi masyarakat Muslim terdidik terhadap tradisi khitan perempuan.
Signifikansi Penelitian ini memiliki siginifikansi secara teoritis dalam memotret dinamika pemikiran para intelektual Muslim tentang isu-isu krusial, dalam hal ini khitan perempuan. Dengan mengetahui potret spektrum pendapat tersebut pada gilirannya akan mendorong diskursus akademik yang berkualitas dan berbobot untuk melahirkan pemikiran-pemikiran alternatif dan solutif terkait dengan masalah khitan perempuan, kini dan akan datang. Berangkat dari kaidah ( ﺗﻐﻴﺮ اﻷﺣﻜﺎم ﺑﺘﻐﻴﺮ اﻷزﻣﻨﺔ واﻷﻣﻜﻨﺔHukum Islam itu berubah dengan perubahan zaman dan tempat), maka wacana khitan perempuan
bukanlah wacana yang telah final secara akademik. Ruang-ruang untuk mendiskusikan kembali adalah hal lumrah mengingat perekambangan zaman dan keadaan yang begitu cepat. Oleh karena itu penelitian ini tetap seksis untuk diangkat. Riset Sebelumnya Beberapa riset tentang khitan perempaun telah dilakukan oleh berbagai lembaga Population Council menunjukkan bahwa praktek khitan perempuan masih banyak terjadi di Indonesia. Temuan dalam penelitian ini menyatakan bahwa praktek khitan perempuan di berbagai daerah di Indonesia
karena
anggapan sebagai pelaksanaan ajaran agama. Bahkan beberapa tenaga kesehatan pun melakukan medikalisasi khitan perempuan.
BAB II KERANGKA TEORI A. Khitan Dalam Perspektif Fikih Kata khitan berasal dari akar kata Arab khatana-yakhtanu-khatnan, artinya memotong. Makna asli kata khitan dalam bahasa Arab adalah bahagian yang dipotong dari kemaluan laki-laki atau perempuan. Khitan laki-laki disebut juga dengan i’zar. Sedangkan khitan perempuan disebut juga dengan khafdh (merendahkan). Secara istilah khitan adalah memotong kulit yang menutupi penis laki-laki atau memotong kulit yang terdapat di atas vagina wanita yang seperti jengger kepala ayam jantan atau klitoris. 8 Dalam bahasa biasa disebut genital mutilation. Dalam Islam, dalil yang sering dikemukan untuk mendukung praktek khitan perempuan adalah: Pertama, hadis Nabi dari Abu Hurairah r.a : اﻟﻔﻄﺮة ﺧﻤﺲ أو ﺧﻤﺲ ﻣﻦ اﻟﻔﻄﺮة اﻟﺨﺘﺎن: ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ:ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة ﻗﺎل (واﻻﺳﺘﺤﺪاد وﻧﺘﻒ اﻹﺑﻂ وﺗﻘﻠﻴﻢ اﻷﻇﻔﺎر وﻗﺺ اﻟﺸﺎرب )ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : “ Fitrah itu ada lima : khitan, mencukur bulu di sekitar kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (HR.Bukhari dan Muslim) 9 ; Kedua, Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda kepada Ummi Athiyyah, salah seorang yang biasa mengkhitan anak-anak perempuan di Madinah, “ Apabila kamu meng-khifadh (khitan untuk perempuan), janganlah berlebihan karena yang tidak berlebihan itu akan menambah cantiknya wajah
8 9
Ibn al-Manzh r, Lisân al-Arab, (Mesir: Dâr al-Ma‘ârif, t.th.), juz 13, h.1102
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dalam Shahih-nya no. 5550 dan no. 257. Lihat al-Maktabah al-Syamilah.
dan lebih menambah kenikmatan dalam berhubungan dengan suami.” (HR.Thabrani, Hadits Hasan); Ketiga, hadis Nabi SAW: 10
اﻟﺨﺘﺎن ﺳﻨﺔ ﻟﻠﺮﺟﺎل ﻣﻜﺮﻣﺔ ﻟﻠﻨﺴﺎء: ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ ﻗﺎل: ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎس
“Khitan itu sunnah untuk laki-laki dan kehormatan/dianggap baik untuk wanita.” (HR.Ahmad dan al-Thabarani); Keempat hadis Nabi : ﻋﻦ أﺑﻲ هﺮﻳﺮة ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ ﻗﺎل إذا اﻟﺘﻘﻰ اﻟﺨﺘﺎﻧﺎن وﺟﺐ اﻟﻐﺴﻞ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري 11
واﻟﺘﺮﻣﺬي واﻟﻨﺴﺎﺋﻲ وأﺣﻤﺪ
“Apabila bertemu dua khitan maka wajib mandi.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, al-Tirmidzi, al-Nasai, dan Ahmad). Umumnya ulama sepakat mengatakan bahwa khitan itu suatu hal yang masyru’ (disyari atkan) baik bagi laki-laki ataupun wanita dengan berbagai variasi pendapat. Sebagaimana yang dinukil Ibnu Hazm dalam bukunya Maratibul Ijma’ dan Ibnu Taimiyah dalam bukunya Majmu’ Fatawa. Namun mereka berbeda pendapat dalam menetapkan hukumnya, apakah khitan itu wajib atau tidak. Dalam hal ini ada tiga pendapat: Pertama: Khitan itu wajib, baik bagi lakilaki ataupun wanita. Ini adalah pendapat ulama mazhab Syafii, Hanbali, dan sebagian ulama Maliki. Bahkan Imam Malik sangat keras dalam masalah khitan laki-laki. Beliau berkata, "Barangsiapa tidak berkhitan maka tidak sah menjadi imam dan persaksiannya tidak diterima." Juga berkata Imam Ahmad, "Tidak boleh dimakan sembelihan orang yang tidak khitan, tidak sah shalat dan hajinya sampai bersuci, dan ini adalah kesempurnaan Islam seseorang." Kedua: Khitan itu hukumnya adalah sunah, baik bagi laki-laki, maupun wanita. Ini adalah pendapat ulama Hanafi, Imam Malik dan Imam Ahmad dalam satu riwayat. Ketiga: Khitan itu wajib hukumnya bagi laki-laki, sedangkan bagi wanita hanya merupakan suatu 10
Diriwayatkan oleh al-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Kabir, no. 11590. Lihat al-Maktabah al-Syamilah. 11
26025
Al-Bukhari no. 287, al-Nasai. No. 191, al-Tirmidzi no. 109, Ahmad no.
kehormatan (makrumah/mustahab). Ini pendapat sebagian ulama Maliki, ulama Zhahiri, dan pendapat imam Ahmad dalam satu riwayat. 12 Para ulama yang berpendapat bahwa khitan wajib bagi laki-laki dan wanita, berdalil dengan hal-hal berikut: 1. Firman Allah: “Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat perintah dan larangan, lalu Ibrahim melaksanakannya” (QS. Al-Baqarah: 124). Khitan adalah salah satu kalimat yang diperintahkan Allah sebagai ujian terhadap Nabi Ibrahim sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Dan biasanya seseorang itu diuji Allah dengan sesuatu yang wajib. 2. Firman Allah: “Kemudian Kami wahyukan kepadamu agar engkau mengikuti agama (ajaran) Ibrahim dengan lurus”. (QS. an-Nahl: 123). Ini adalah perintah untuk mengikuti ajaran Ibrahim as, dan khitan merupakan salah satu ajarannya, sebagaimana yang diriwayatkan Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda, 'Nabi Ibrahim Khalilur Rahman berkhitan setelah berumur delapan puluh tahun”. Maka khitan termasuk ajaran Ibrahim yang wajib kita ikuti, karena dalam kaidah ilmu ushul fiqh dikatakan bahwa pada dasarnya. Sebuah perintah itu berhukum wajib selagi tidak ada dalil yang memalingkannya kepada hukum lainnya. 3. Rasulullah bersabda kepada seseorang yang masuk Islam: Dari Utsaim bin Kulaib dari bapaknya dari kakeknya bahwasannya dia datang kepada Rasulullah, seraya berkata: "Saya telah masuk Islam." Maka Rasulullah, bersabda, "Buanglah darimu rambut kekufuran dan berkhitanlah." Ini adalah bentuk perintah, di dalam kaidah ilmu ushul fiqh bahwa pada dasarnya sebuah perintah itu berhukum wajib selagi tidak ada dalil yang
12
Lihat Ianah al-Thalibin (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), juz IV, h. 202; Fath alBari, (Beirut: Dar al-Ma’rifah), juz X, h. 340- 347; Nail al-Authar, (Beirut: Dar al-Jail), Juz I, h. 137.
memalingkannya kepada hukum lainnya. Perintahnya untuk satu orang mencakup semua orang selama tidak ada dalil yang menunjukkan khusus. 4. Diriwayatkan oleh Zuhri, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang masuk Islam, maka hendaklah berkhitan, sekalipun dia telah besar”. Ibnu Qayyim berkata :” Hadis ini sekalipun mursal, namun layak untuk dijadikan dalil (sandaran hukum)”. 5. Dari Ummu Muhajir, beliau berkata: “Saya dan budak-budak dari Romawi tertawan. Lalu Utsman menawarkan kepada kami (masuk) islam, di antara kami tidak ada yang masuk islam kecuali saya dan satu lagi yang lain, maka Utsman berkata;”Khitan keduanya dan sucikan! Lalu saya berkhidmat kepada Utsman. (HR. Imam Bukhari). 6. Khitan adalah syi'ar kaum muslimin dan yang membedakan antara mereka dengan umat lainnya dari kalangan kaum kuffar dan ahli kitab. Oleh sebab itu, sebagaimana syi'ar kaum muslimin yang lain wajib, maka khitan pun wajib. Juga, sebagaimana menyelisihi kaum kuffar itu wajib, maka khitan juga wajib. Rasulullah bersabda: "Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk darinya." 7. Dibolehkan membuka aurat untuk dikhitan, kalaulah hukum khitan itu bukan wajib, maka pasti membuka aurat untuknya tidak dibolehkan, apalagi tidak ada unsur darurat disitu dan tidak ada pula unsur pengobatan. 8. Khitan itu memotong anggota badan sedangkan pada dasarnya memotong anggota tubuh itu haram. Sesuatu yang haram tidak mungkin menjadi boleh kecuali dengan sesuatu yang wajib. 9. Bahkan Ibnul Qayyim menyebutkan lima belas dalil tentang kewajiban khitan bagi laki-laki dalam kitabnya “Tuhfat al-Maudud”. Mereka yang berpendapat bahwa hukum khitan itu adalah sunat bagi lakilaki dan wanita, berdalil dengan dalil-dalil berikut : 1. Diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda (artinya): “Ada lima hal yang merupakan fitrah: Khitan, membuang bulu kemaluan, memendekkan
kumis, memotong kuku dan mencabut bulu ketiak”, yang dimaksud fitrah disini adalah sunat, artinya khitan itu hukumnya sunat bukan wajib, oleh karena itu dalam hadis ini Rasulullah saw menyebutnya bersamaan dengan hal-hal yang disunatkan. Dan hadis ini bersifat umum, tanpa membedakan antara laki-laki dan wanita. 2. Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda (artinya): “Khitan itu adalah sunnah bagi kaum laki-laki dan kehormatan bagi kaum wanita”. Zahir Hadis ini menunjukkan bahwa khitan itu tidak wajib, baik bagi laki-laki maupun wanita. Sedangkan mereka yang berpendapat bahwa khitan wajib bagi laki-laki, dan hanya merupakan kehormatan (mustahab) bagi wanita, berdalil dengan dalildalil kelompok pertama, dan mengatakan bahwa khitan bagi laki-laki lebih kuat, karena khitan bagi laki-laki tujuannya membersihkan sisa air kencing yang najis yang terdapat pada kulit tutup kepala zakar, sedangkan suci dari najis merupakan syarat sah shalat. Sedangkan khitan bagi wanita hanyalah untuk mengecilkan dan menstabilkan syahwatnya, yang ini hanyalah untuk mencari sebuah kesempurnaan dan bukan sebuah kewajiban. 1. Adanya beberapa dalil yang menunjukkan Rasulullah menyebut khitan bagi wanita di antaranya sabda beliau: "Apabila bertemu dua khitan, maka wajib mandi." Imam Ahmad berkata, "Hadits ini menunjukkan bahwa wanita juga dikhitan." 2. Dari Aisyah, beliau berkata, "Rasulullah bersabda,"Apabila seorang laki-laki duduk di empat abang wanita dan khitan menyentuh khitan, maka wajib mandi.” Hadis ini zahirnya menunjukkan bahwa wanita juga dikhitan. 3. Dari Anas bin Malik berkata, "Rasulullah bersabda kepada Ummu Athiyah, "Apabila engkau mengkhitan wanita, maka sedikitkanlah, dan jangan berlebihan, karena itu lebih bisa membuat ceria wajah dan lebih disenangi oleh suami."
4. Khitan bagi wanita sangat masyhur dilakukan oleh para sahabat dan para salaf,diantaranya apa yang diceritakan oleh Ummu muhajir diatas. Ibnu Taimiyah pernah ditanya, "Apakah wanita itu dikhitan ataukah tidak?" Beliau menjawab, "Ya, wanita itu dikhitan, dan khitannya adalah dengan memotong bagian yang paling atas yang mirip dengan jengger ayam jantan. Rasulullah bersabda kepada wanita yang mengkhitan, 'Biarkanlah sedikit dan jangan potong semuanya, karena itu lebih bisa membuat ceria wajah dan lebih disenangi suami.' Hal ini karena tujuan khitan laki-laki ialah untuk menghilangkan najis yang terdapat dalam kulit penutup kepala zakar. Sedangkan tujuan khitan wanita ialah untuk menstabilkan syahwatnya, dan itu akan membuat jiwa mereka lebih suci dan kehormatan diri mereka lebih terjaga. 13
B. Kontroversi sekitar khitan perempuan Realitas mengakar terjadi, dimana, di sebagian masyarakat telah menganggap khitan perempuan sebagai kewajiban penyempurnaan dalam kehidupan beragama telah menimbulkan kontroversi di kalangan sarjana, agamawan, dan ahli kontemporer. Sebagian besar bahkan mensakralkan bahwa khitan perempuan merupakan ritual yang berasal dari perintah agama. Sehingga mereka berkesimpulan, jika perempuan belum dikhitan maka agamanya belum sempurna. Di sisi lain sebagian kecil intelektual menyoal legitimasi penafsiran terkait dengan khitan perempuan. KH. Husein Muhammad misalnya —sebagaimanaa mengutip pendapatnya Sayid Sabiq—dalam bukunya “Ijtihad Kiai Husein: Membangun Keadilan Gender”, menyatakan bahwa maksud dari ayat ini sesungguhnya membicarakan hal yang lebih luas dan lebih prinsip dibanding sekedar bicara soal khitan. Ajakan atau perintah millah Ibrahim adalah ajakan 13
273-274.
Ibn Taimiyah, al-Fatâwâ al-Kubra, (Beirut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, t.th), h.
kepada keyakinan tauhid dan menjauhi kekafiran atau kemusyrikan kepada Allah melalui argumen rasional dan ilmiah. Menurut Husein, bahwa Al-Qur’an sama tidak memberikan rujukan dan dasar teologis terkait dengan khitan perempuan. Dangkalnya pengetahuan dan pemahaman dalam mengkaji ayat-ayat inilah yang menjadikan tradisi khitan perempuan masih saja dilestarikan.Walaupun tidak dipungkiri ada beberapa hadits yang sepintas merujuk pada perintah khitan perempuan, seperti misalnya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal: “Dari Abu Hurairah ra. Nabi SAW bersabda: “Khitan adalah sunah bagi laki-laki dan kehormatan bagi perempuan”. Atau juga bersandar pada hadits yang serupa dari Zaid ibn Abi Habib bahwa “Sesungguhnya Abu Hasan ibn Abi al-Hasan menanyakan tentang khitan kepada Rasulullah, lalu Nabi menjawab; Untuk laki-laki merupakan ajaran (sunah) dan bagi perempuan merupakan anjuran mulia”. Dalam membaca berikut memahami interpretasi hadits ini, diperlukan sebuah olah pikir yang mendalam. Tradisi khitan yang sudah berlangsung lama ini harus dikontekstualisasikan dengan kondisi kekinian, dengan kata lain tradisi yang dianggap terhormat disuatu masa dan tempat, tidak melulu terhormat untuk masa dan tempat yang lain. Dalam pada itu, hadits ini harus dipahami dalam konteks yang dalam kehidupan klasik-tradisional telah mengakar tradisi khitan perempuan ekstrim, yakni praktik dengan menghilangkan sebagian klitoris (clitorydectomy) atau bahkan memotong keseluruhan klitoris, labia minora, dan labia mayora sekaligus (infibulation). Oleh sebab itu, hadits ini harus dipahami dalam bentuk usaha transformasi gradual-kultural yang dilakukan Nabi dalam menyikapi ekstrimisme tradisi khitan perempuan saat itu. Dan secara implisit, hadits ini mempunyai spirit dan pesan moral bahwa Nabi sebetulnya ingin menghapuskan praktik khitan perempuan ini. Peninjauan ulang (penghapusan) praktik khitan perempuan menemukan signifikansinya
tatkala
melihat
beberapa
indikasi
dan
mudarat
yang
mengakibatkan kekerasan fisik maupun psikis yang disebabkan oleh praktik khitan perempuan, seperti; pendarahan yang dapat mengakibatkan kematian, infeksi yang dapat menimbulkan rasa sakit pada saat menstruasi, dan sakit karena operasi tanpa pembiusan yang berimplikasi trauma berkepanjangan, stress, dan gangguan kejiwaan lainnya. Sebagian kalangan lagi berpendapat bahwa membincangkan soal khitan perempuan merupakan hal tabu, terlebih jika hal ini jarang atau tidak pernah sama sekali disosialisasikan ke publik secara terbuka dan ilmiah, dari perspektif medis maupun teologis (agama). Akan tetapi jika melihat fakta sosial masyarakat, terkait problem serius yang disebabkan praktik khitan perempuan, seperti dibeberapa Negara, semisal Afrika yang masih ditemukan praktik-praktik “kejam”; memotong seluruh klitoris dan kemudian menyemburkan sejenis abu gosok kebagian luka, atau juga dengan cara menjahit bagian lubang vagina. Dan tidak heran jika akibat praktik khitan tidak sedikit anak perempuan yang meninggal akibat praktik khitan perempuan ini. Sementara itu Majelis Ulama Indonesia menegaskan bahwa khitan bagi laki-laki mapaun perempuan termasuk fitrah dan syiar Islam, sednagkan khitan perempuan meruapakan makrumah, pelaksanaannya sebagai salah satu bentuk ibadah yang dianjurkan. Sebalaiknya MUI menolak segala upaya pelarangan praktek khitan perempuan dipandang bertentangan dengan syariat Islam. Namun MUI juga tidak menutup mata dimana terjadi penyimpangan praktek khitan perempuan yang dapat memebhayakan kesehatan perempuan, sehingga dalam pelaksanaannya MUI memberikan batasan. Khitan perempuan hanya dilakuakn dengan mengupas selaput yang menutupi klitoris dan tidak boleh dilakukan dengan melekuai atau memotong klitoris. 14 MUI berpendapat bahwa berdasarkan kosensus ulama menegaskan bahwa khitan perempuan adalah hal disyariatkan dan tidak ada satupun yang 14
Makalah.
M. Asrorun Niam Sholeh, “Fatwa MUI tentang Khitan Perempuan”,
melarangnya. Dari keumuman ayat al-Qur’an dan hadis yang sahih, praktek sahabat, khazanah fiqh klasik tidak ditemukan satupun pendapat yang melarangnya, baik status hukumnya makruh, atau haram. Pendapat sejenis juga ditegaskan dengan mengutip pendapat mufti kontemporer dari Mesir Syekh Yusuf al-Qaradhawi dalam al-Hukm al-Syari fi Khitan al-Inats yang menyatakan bahwa tidak staupun ahli Fiqh yang menyatakan khitan perempuan itu haram atau makruh, baik tahrim maupun tanzih. Ini adalah dalail atas pensyariatan khitan perempuan. Ijma’ dlimniy dari seluruh ahli Fiqh ini menjadi dalil bahwa khitan perempuan sepanjang dilakukan sesusi denga petunjuk hadis dimana Nabi menyarankan memotong sedikit dan tidak berlebihan, maka jelas bukan perbuatan dosa. 15 Juga ditegaskan Syekh al-Azhar Jad al-Haqq dalam Buhuts Fatawa Muashirah
menyatakan bahwa seluruh mazhab Fiqh sepakat bahwa
sesungguhnya kkhitan bagi laki-laki dan perempauan adalah bagian dari fitrah (kesucian) dan syiar Islam. Khitan pada prinsipnmya adalah perkara terpuji dan sepanjang penelaahan terhadap atas kitab-kitab fiqh tidak satupun pendapat yang melansir tentang larangan khitan perempuan atau menganggapnya bahaya. 16 Berdasarkan paparan tersebut di atas, persoalan hukum khitan perempuan akan tetap mereupakan masalah kotroversial baik intern kalangan ulama, maupun antar ahli. Titik temu tentu sangat diharapkan agar regulasi yang terkait dengan khitan perempuan akan membawa kemasalahtan bagi perempuan bukan sebaliknya.
B. Khitan Perempuan dan Kesehatan Para ahli kesehatan menyatakan bahwa khitan terhadap perempuan tidak memilki manfaat, bahkan membahayakan kesehatan. Prof. DR Jurnalis Udin, Guru Besar Universitas YARSI, menyatakan bahwa berdasarkan penelitian
15 16
Ibid. Ibid.
bahwa khitan terhadap wanita memilki dampak negatif jangka panjang terhadap wanita yakni: 1. Rasa sakit berkepanjangan pada saat berhubungan seks 2. Penis tidak dapat masuk dalam vagina sehingga memerlukan tindakan operasi 3. Disfungsi seksual (tidak dapat mencapai orgasme pada saat berhubungan seks) 4. Disfungsi haid yang mengakibatkan hematocolpos (akumulasi darah haid dalam vagina), hematometra (akumulasi darh haid dalam rahim), dan hematosalpinx (akumulasi darah haid dalam saluran tuba) 5. Infeksi saluran kemih kronis 6. Inkontinensi urine (tidak dapat menahan kencing) 7. Bisa terjadi abses, kista dermoid, dan keloid (jaringan parut mengeras). 17 Perdebatan tak berujung ini pada sisi akibat terjadikan perbedaan cara pijak berpikir masing-masing pihak. Untuk diskusi dan dialog lebih panjang terkait masalah ini masih sangat dibutuhkan waktu untuk mencari titik temu.
17
Jurnalis Udin dalam Laporan Penelitian “Khitan Perempuan dalam Perspektif Agama, Gender, dan Kesehatan.”
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survei. Penelitian survei menitik beratkan pada penelitian rasional yakni mempelajari hubungan variabel-variabel sehingga secara langsung maupun tidak langsung hipotesa selalu dipertanyakan. Dalam survei informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Survey adalah salah satu bentuk teknik penelitian yang banyak dikenal dimana dalam teknik ini informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa orang, melalui pertanyaan-pertanyaan; satu cara mengumpulkan data melalui komunikasi dengan individu-individu dalam dalam suatu sampel (Sugiarto, 2003). Survey adalah metoda pengumpulan data melalui instrument yang bias merekam
tanggapan-tanggapan
responden
dalam
sebuah
sampel
penelitian
(Sugiyono, 2004). Walaupun umumnya banyak orang saling mempertukarkan istilah Survey dengan daftar pertanyaan, namun istilah survey digunakan sebagai kategori umum penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara sebagai metodenya (Suharsimi Arikunto, 1997). Survey merupakan satu metode penelitian yang teknik pengambilan datanya dilakukan melalui pertanyaan tertulis atau lisan (Bhuana Agung Nugroho, 2005). Survey boleh disebut sebagai satu bentuk penelitian yang respondennya adalah manusia, dan untuk dapat memperoleh informasi, maka perlu disusun satu instrument penelitian yaitu kuesioner (daftar pertanyaan) dan atau pedoman wawancara.
Umumnya pengertian survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Dengan demikian, penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Pada umumnya yang merupakan unit analisa dalam penelitian survei adalah individu. Unit analisa perlu sekali diperhatikan terutama bagi peneliti muda. Menurut Sugiyono (2004) Penelitian survei dapat digunakan untuk maksud : (1) penjajagan (2) deskriptif (3) penjelasan (4) evaluasi (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu dimasa yang akan datang (6) penelitian operasional (7) pengembangan indikator-indikator sosial. Pertimbangan yang sering digunakan dalam desain sebuah penelitian survei yaitu : Survei yang tepat harus : (1) merefleksikan proposisi teoritis yang relevan; (2) menggunakan hasil dari sampel untuk melakukan generalisasi terhadap populasi; (3) dapat direplikasi. Untuk mendesain kuisioner kita harus : (1) membaca hal-hal seputar topik; (2) menentukan tujuan;(3) menentukan populasi dan kelompok sampel;(4) menguji sebelum pelaksanaan. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah para pegawai pada BPRS di kabupaten bogor yang berjumlah 600 orang. B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1.
Populasi Populasi dalam penelitian ini dosen tetap fakultas syariah dan hukum UIN Jakarta yang berjumlah 113 orang
2.
Sample
Ukuran menentukan sampel yang digunakan dalam penelitiian ini penarikan sampel yang digunakan menggunakan Table Kretice ukuran sampel langsung diketahui berdasarkan jumlah populasi yang dimiliki. Dengan demikian jumlah populasi dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta berjumlah 113 orang maka sampel yang yang diambil sebanyak 78 dengan tingkat kesalahan 5 %. 3.
Teknik sampling Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan probability sampling atau sampling probabilitas adalah pengambilan sampel dimana setiap objek penelitian yang diambil memilki peluang yang sama untuk dijadikan sampel penelitian. Adapun yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling dengan ciri-cirinya yaitu pertama, bentuknya sederhana, setiap sampel memilki kesempatan sama untuk dipilih ; kedua; populasinya bersifat homogen. Caranya adalah dari populasi diambil objek secara acak, tanpa adanya penunjukan yaang subjektif. Objek yang sudah terpilih adalah menjadi sampel penelitian.
C. Metode pengumpulan data Dalam penelitian ini metode pengumpulan data menggunaka bebarapa metode yaitu; a. Metode Wawancara Wawancara adalah pengumpulan data dengan melalui tatap muka, dimana dua orang atau lebih secara fisik langsung berhadap-hadapan dan masing-masing dapat menggunakan saluran komunikasi secara wajar dan lancer, jadi dalam penulisan ini penggunaan wawancara bertujuan untuk memperoleh data langsung dari sumbernya sebagai responden/key Performen
b.
Kuesioner
Dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada dosen tetap pada fakultas Syariah dan hukum UIN Jakarata yang berjumlah 73 kuesioner c.
Metode kajian Pustaka Pada penelitian kepustakaan ini dilakukan untuk mencari data-data yang
berupa catatan, buku dan sebagainya yang relevan dengan masalah yang akan dibahas. Menurut J. Supranto (2000 : 11) penelitian kepustakaan dilaksanakan untuk memperoleh data skunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi D. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis, penelitian ini menggunakan deskriftif analis, Berdasarkan data yang didapat dari pertanyaan,
pernyataan-pernyataan dalam
kuesioner, maka butir-butir pernyataan dilakukan analisis.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data dan Pengujian Instrumen Penelitian 1. Deskripsi Data Jumlah responden yang menjadi sampel penelitian seluruhnya berjumlah 78 orang, yang terdiri atas 66 orang (84 % ) laki-laki dan 12 orang (16 % ) perempuan. Dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 1 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan
Jumlah 66 12
16 % laki perempuan 84 %
Sumber; diolah dilapangan tahun 2102 Tabel 2 Umur responden Umur 20-29 Tahun 30-39 Tahun 40-49 Tahun 50-59 Tahun 60-70 Tahun
Jumlah 0 27 40 9 2
50 40 40
30 27
20 10
9
2
50‐59 Tahun
60‐70 Tahun
0
0 20‐29 Tahun
30‐39 Tahun
40‐49 Tahun
Sumber: diolah dari lapangangan tahun 2012 Prosentase usia responden usia 30-39 tahun berjumlah 27 orang ( 9%), usia 40-49 tahun berjumlah 40-49 orang (12%), usia 50-59 tahun berjumlah 25 orang (73%) dan usia 60-70 tahun (2%) Berdasarkan komposisi usia responden di atas menunjukan bahwa pada umumnya usia responden sebagian besar masih berada pada usia produktif dan ini merupakan tenaga pendidik yang dapat mendukung pelaksanaan tugas di masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sementara itu, jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 3 Tingkat pendidikan Pendidikan S1 S2 S3
Jumlah 0 46 31
50 46
40 30
31
20 10
0
0 S1
S2
S3
Sumber: diolah dari data lapangan tahun 2012 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa proporsi tingkat pendidikan responden terbesar adalah tingkat pendidikan S2 sebanyak 46 orang atau 62 % dan pendidikan S3 sebanyak 33 orang atau 48 %. Dari komposisi latar belakang pendidikan responden yang diuraikan di atas, terlihat bahwa reponden dituntut untuk menguasai pengetahuan pada bidang pekerjaannya sebagai tenaga pendidik. Sementara itu, status
responden berdasarkan status perguruan
tinggi dapat dilihat pada tabel berikut pada tabel berikut; Tabel 4 Status Perguruan Tinggi responden Status Perguruan Tinggi Negeri Swasta
Jumlah 78 0
100 80 60
78
40 20
0
0 Negeri
Swasta
Tabel
di atas merupakan gambaran jawaban responden mengenai
perbedaan nilai-nilai dasar yang ada pada Perguruan Tinggi Negeri dengan perguruan tinggi Swasta. Ternyata, mayoritas responden, yakni rata-rata di atas 100 % lulusan perguruan tinggi negeri. Adapun jenis organisasi kemasyarakatan (ORMAS) yang diikuti oleh responden bisa dilihat pada tabel berikut; Tabel 6 Jenis Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) yang diikuti responden Jenis Organisasi Kemasyarakatan (ORMAS) HISSI NU Muhammadiyah Al-Washliyah Aisyiyah HMI MES KEI IAEI LKB ICMI Tidak ada/ tidak dijawab 40 30 20 10 0
Jumlah 19 13 6 2 4 4 2 2 2 2 2 38
38 19
13
6
2
4
4
2
2
2
2
2
Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2012 Jika dilihat pada diagram di atas, secara keseluruhan responden lebih banyak aktif pada organisasi kemasyarakatan. Yakni HISSI 19 orang, NU sebanyak 13 Orang, Muhamadiyah 6 orang, Al-Washliyah 2 orang,
Aisiyyah 4 orang, HMI 4 oarng, Masyarakat Ekonomi Islam 2 orang, KEI 2 Orang IAEI 2 orang, LKB 2 orang ICMI sebanyak 2 orang. Sementara itu, status responden berdasarkan status atau Posisi dalam ORMAS dapat dilihat pada tabel berikut pada tabel berikut; tabel Posisi Dalam ORMAS Posisi Dalam ORMAS Pengurus Harian Pusat Pengurus Daerah Anggota Tidak ada/ tidak dijawab 40 30 20 10 0
Jumlah 19 11 13 35
35 19 Pengurus Harian
11
13
Pengurus Daerah
Anggota
Tidak ada/ tidak dijawab
Sumber: Diolah dari data lapangan tahun 2012 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa responden menyatakan memilki posisi dalam ormas yaitu pengurus harian di tingkat pusat sebanyak 19 orang atau 14,82 %, pengurus daerah sebanyak 11 orang atau 8,58 % dan anggota sebanyak 13 orang atau 10,14 %.
B. Pandangan Keagamaan terhadap Khitan Perempuan Untuk melihat tingkat pengetahuan responden mengenai Praktek Khitan Perempuan Dalam Islam serta hal-hal yang terkait dengan masalah tersebut, bisa dilihat pada beberapa Tabel berikut;
Taabel 1 Peengetahuan Respondenn Tentang Khitan K Perem mpuan Apaakah Merupakan Perinntah Atau Ajaran Aj Agam ma Islam
Ya
14% 51% 35%
Tidak Tidak Tahu/Tidak Dijawab
Sumbber: Diolah dari data laapangan tahun 2012 Taabel 1 menuunjukkan baahwa umum mnya responnden dosen F Fakultas Sy yariah dan Huukum Univeersitas Islam m Negeri Syarif S Hidayyatullah kettika dintany yakan apakahh khitan perrempuan meerupakan peerintah atauu ajaran agaama Islam, 51 % respondden menjaw wab ya, artinya umumn nya respondden meyakiini bahwa khitan k peremppuan adalahh bagian darri jaran Islam m. Sedangkkan sebesar 14 % respo onden mengannggapnya bukan b ajarann agama. Sedang yangg menjawabb tidak tahu u atau tidak menjawab m raata-rata 35 %. % Daari jawaban responden tersebut, ketika k ditanyyakan rincian status hu ukum dalam Fikihh, umumny khitan perempuan p ya bisa dilihaat pada tabeel berikut;
Taabel 2 Pengetahuan Responden Tentang Hu ukum Khitaan Menurut Ilmu Fikih
5% %
1 17% Ya Tidak 78%
Tidak Tahu/Tidak Dijawab
mber: Diolaah dari data lapangan taahun 2012 Sum Keetika respoonden ditannya tentang g “apakah Anda menngetahui bahwa b hukum Khitan perrempuan menurut m fikiih”, mayoritas respondden, yakni 78 % menyattakan ya. Dan D responden yang menjawab m “ tidak ”, yyakni rata-raata di atas 5 % dan yang menyaatakan tidak tahu hannya 17 %.. Kenyataaan ini menunjjukan bahw wa, sesunggguhnya reesponden hampir h sem mua mengeetahui bahwa,, hukum khiitan menuruut fikih. Tinngginya peengetahuan responden tentang huukum khitann menurut fikih, ternyata tidak seemua respponden men njawab deengan jawaaban samaa. Ini berbandding lurus dengan paandangan ap pakah khitaan itu ajaraan atau perrintah agama sebagaimaana dalam tabel t 1. Un ntuk melihat gambaraan tersebut,, bisa dilihat pada tabel di bawah inni;
Taabel 3 g Hukum Khhitan Menurrut Ilmu Fik kih Pengetahuaan Respondden Tentang wajib
sunnah
mubah
makruh
h haram
tidak tahu
3% 6%
43% 48%
Sumber: Diolah dari data lapanngan tahun 2012 Billa dilihat pada p diagrram di atas, ternyata terdapat pperbedaan antar kelomppok respondden tentangg hukum khitan. k Respponden hukum khitan, yakni y
yaang menyaatakan
sunnnah sebany yak 36 %,, Mubah ssebanyak 40 4 %
Sedanggkan responnden yang menyatakan m Hukum Khhitan adalah wajib yakn n 5 %, dan ressponden yanng menyatakkan makruh h yakni 2 % tentang huukum khitann menurut fikih Daari responden yang mengetahui m tersebuut, adapun suumber penggetahuan responden meengenai hukkum khitan lebih rincinyya tentang suumber penggetahuan ressponden tersebut bisa ddilihat pada tabel berikutt; Tabel.4 Pengettahuan tentaang sumberr responden mengetahuui hukum kh hitan
Buku
17% 14 4% 61% 3 3% 5%
Sejawaat Media Massa
Sumber : diolah darri data lapanngan tahun 22012
Suumber pengeetahuan ressponden ten ntang hukum m khitan peerempuan seeperti terlihatt pada tabell di atas, um mumnya berrasal dari buku b sebanyyak 61%, media m sebanyak 3% dann teman sejjawat kamp pus sebanyaak 5% dan responden yang menjaw wab ketigannya hanya 14 %, sum mber pengetahuan yaang berpeng garuh berasall dari buku. Addapun menngenai tinggkat pengeetahuan ressponden teerhadap anggota keluargga respondeen yang berjenis kelam min peremppuan apakaah dikhitan,, bisa dilihat pada diagraam berikut ini; i Taabel 5 Pendapaat jenis kelam min peremppuan seluruhh anggoota keluarga responden di khitan Semua Anggota Keluarga u Perempuan di Khitan 19% % 8% % 56% 5% % 12%
Sebagian Besar Anggota Keluarga uan di Perempu Khitan Sebagian Kecil Anggota Keluarga uan yang di Perempu Khitan
Sumber; data d diolah dilapangan tahun 20122 Keetika responnden ditanyya tentang “Apakah Seluruh Annggota Kelu uarga Yang Berjenis B Perrempuan”, ternyata t jaw wabannya cuukup variatif seperti teerlihat pada taabel di atass. Respondeen memberiikan jawabaan semua aanggota kelu uarga peremppuan dikhittan ternyataa sebanyak 56 %, daan sebagiann kecil anggotan peremppuan yang dikhitan d sebanyak 5 %, dan yang menyatakan m n sebagaian besar anggotaa keluarga perempuan p dikhitan seb banyak 12 %. % Selain itu, ressponden jugga ditanya tentang t khittan perempuuan bertentaangan HAM Pengetahua P an responden atas pertaanyaan tersebut bisa ddilihat pada tabel
berikutt; Taabel 6 Pengetahuaan respondeen tentang khitan perem mpuan berteentangan HA AM 8%
5%
11% Ya Tidaak Tidaak Tahu
76%
Tidaak Dijawab
Sumbeer; data diollah dilapanggan tahun 20012 Jikka dilihat paada tabel dii atas, secarra keseluruhhan respondden lebih baanyak yang menj njawab “tidaak” yakni 76 7 % dan haanya 11 % yang menyyatakankan “ya”. Bahkan, responden r y yang menyaatakan tidak k mengetahuui yakni 8 % dan respo onden yang tidakk menjawabb sebanyak 5 %. Taabel 8 Pengetahhuan responnden apakah h khitan itu mengandunng maslahatt baggi perempuaan menurut Islam 10% 14%
49%
Ya Tidaak
27%
Tidaak Tahu Tidaak Dijawab
Sumber: data diolah h dari lapanggan tahun 22012 Jikka dilihat paada tabel dii atas, secarra keseluruhhan respondden lebih baanyak yang menjjawab “tidaak” Yakni 27 2 % dan hanya 49 % yang menyyatakankan “ya”.
Bahkan,
responden yang menyatakan tidak mengetahui yakni 114 % dan
responden yang tidak menjawab sebanyak 10 %. Pengetahuan responden yang cukup tinggi tentang khitan itu mengandung maslahat bagi perempuan menurut Islam “responden juga dimintai alasanya beberapa hal penting yang khitan terkait jenis kemaslahatan khitan perempuan, diantaranya adalah bisa dilihat dari tabel sebagai berikut Tabel 9 Pengetahuan responden tentang jenis kemaslahat khitan perempuan 43
14 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
mereduksi libido Membuat suami bahagia Fitrah Penghormatan kebersihan organ mengurangi seksualitas … kesehatan meredam gejolak syahwat aspek tahsiniyat gairah seks tidak hipper sex kemuliaan adat tidak sensitif menyebabkan wajah berseri patuh pada perintah/ ajaran … menyeimbangkan/stabilitas … kontrol/ balancing emosi jiwa pemotongan kelentit harus … jaga kehormatan jika pemotonganya lebih … menghilangkan penyakit menghilangkan … menyederhanakan dalam … ada beberapa … lebih menyenangkan suami membuat wajah lebih cantik menjaga agar syahwat tidak … tidak dijawab
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Sumber: diolah dari data lapangan tahun 2012 Alasan yang dikemukakan oleh responden yang menyatakan bahwa tentang jenis kemaslahat khitan perempuan, seperti terlihat pada diagram di atas, yakni mereduksi libido 1,8 % responden, Membuat suami bahagia 1,8 %, Fitrah 1,8 %, Penghormatan 1,8 %, kebersihan organ 1,8 %, mengurangi seksualitas yang berlebih 1,8 %, kesehatan 14 %, meredam gejolak syahwat 1,8
%, aspek tahsiniyat 1,8 %, gairah seks 1,8 %, tidak hipper sex 1,8 %, kemuliaan adat 1,8 %, tidak sensitif 1,8%, menyebabkan wajah berseri 1,8 %, patuh pada perintah/ ajaran Islam, 1,8%, menyeimbangkan/stabilitas syahwat wanita 1,8 %, kontrol/ balancing emosi jiwa 1,8 %, pemotongan kelentit harus sederhana tidak terlalu panjang 1,8 %, jaga kehormatan 1,8%, jika pemotonganya lebih banyak akan menyebabkan efek tidak baik 1,8 %, menghilangkan penyakit 1,8 %, menghilangkan penyumbatan air seni 1,8 %, menyederhanakan dalam hubungan sex 1,8 %, ada beberapa pendapat, ada maslahat ada juga yang berpendapat tidak maslahat malah ada yang berpendapat khitan perempuan membahayakan kesehatan 1,8 %, lebih menyenangkan suami 1,8 %, membuat wajah lebih cantik 1,8 %, menjaga agar syahwat tidak berlebihan 1,8 %. Dan responden yang tidak menjawab sama sekali sebanyak 39, 45 % Berdasarkan jawaban tersebut dapat ditafsirkan bahwa maslahat dari khitan perempuan, umumnya responden taken for granted karena khitan perempuan adalah perintah agama tanpa dapat memerinci maslahat yang dimaksud. Namun bagi sebgain responden yang tidak menganggapnya itu bukan perintah agama maka memililih tidak menjawab. C. Pengetahuan terhadap Dampak Kesehatan Perempuan Untuk melihat tingkat pengetahuan responden mengenai dampak kesehatan khitan perempuan serta hal-hal yang terkait dengan masalah tersebut, bisa dilihat pada beberapa Tabel berikut;
Taabel 1 Peengetahuan responden tentang t dam mpak buruk khitan pereempuan terh hadap kesehatan
14%
32%
Yaa Tiidak
54 4% Tiidak Tahu/Tid dak D Dijawab
Sumberr; data diolaah dilapanggan tahun 20012 Taabel 1. menuunjukkan baahwa umum mnya responnden dosen fakultas Sy yariah dan
H Hukum Unniverstas
I Islam Neg geri Syariif Hidayattullah mem miliki
pengetaahuan yangg cukup tinnggi tentan ng dampak buruk
khhitan perem mpuan
terhadaap kesehatan yakni yaang mengettahui sejum mlah 32 %. Tapi mayoritas dosen tidak t menggetahui dam mpak buruk khitan pereempuan terrhadap keseehatan yakni sebesar s 54 %, Bahkann yang menjjawab tidakk tahu atau tidak menjjawab rata-ratta 14 %. Daari respondeen yang menngetahui ten ntang damppak buruk khhitan perem mpuan terhadaap kesehatann tersebut, adapun sum mber pengettahuan respponden men ngenai dampakk buruk khhitan peremppuan lebih rincinya teentang sumbber pengetaahuan respondden tersebutt bisa dilihaat pada tabel berikut;
Taabel 2 t sum mber mengettahui dampak Sumber peengetahuan responden tentang bu uruk khitan perempuan p 9% %
Dokterr/tenaga kesehaatan Sejawaat
8% 8%
Ahli keesehatan
51%
% 5% 19% 1
Media massa Buku Tidak TTahu/Tidak Dijawaab
Sumberr; data diolaah dilapangaan tahun 20012 Suumber pengeetahuan ressponden ten ntang dampaak buruk khhitan perem mpuan seperti terlihat padda tabel di atas, umum mnya berasaal dari bukuu sebanyak 19% respondden, mediaa massa seebanyak
9% 9
responnden, ahli kesehatan 8 %
respondden, dan tem man sejawatt kampus seebanyak 8% % respondenn, dokter 9 % dan respondden yang tiddak menjaw wab atau tidaak tahu kettiganya hanyya 51 %, Suumber penggetahuan reesponden yang y cukupp tinggi teentang “dam mpak kesehatan khitan perrempuan“. Responden juga diminntai alasanyya beberap pa hal mpak buruk khitan perremuan, diaantaranya adalah a penting yaang terkaitt jenis dam bisa dilihaat dari tabel sebagai berrikut;
Taabel 3 Pengetahuaan respondeen tentang jeenis dampakk buruk kessehatan khittan peremp puan Gangguan n Hubungan Seksual Gangguan n menstruaasi Infeksi
32% 51%
11% % 3% 3%
Gangguan n buang air kecil Gangguan n psikis
Sumber; data d yang diiolah dilapaangan tahunn 2012 Alasan yang dikemukaakan oleh responden yang mennyatakan bahwa b tentangg jenis damppak buruk khitan k perem mpuan, sepeerti terlihat pada diagraam di atas, yakni y sebesarr,
32 % yang meenyatakan
gangguuan menstruuasi
adanya gaangguan huubungan seeksual
51% respondenn, 11 %
responden yang
menyattakan infekksi, 3 % ressponden yan ng menyataakan gangggguan buan ng air kecil, dan d 3 % ressponden yanng menyatak kan gangguuan psikis. Alasan pengetahuan p n responden yang cukupp tinggi tenntang terkaitt jenis dampakk buruk khhitan perem muan. Respo onden juga dimintai Keeterangan teerkait keluhann khitan perrempuan daari orang laiin, diantarannya adalah bisa dilihaat dari tabel seebagai berikkut;
Tabel T 4 man respondden pernah atau a tidaknyya menerim ma keluhan khitan k Pengalam perrempuan darri orang lainn. 3%
11 1% Ya Tidak
8 86% Tidak TTahu/Tidak Dijawab
Sumbeer; data diolaah dilapanggan tahun 2012 Jika dilihhat pada tabbel di atas, secara keeseluruhan responden lebih banyakk yang mennjawab “tiddak” Yaknii 86 % ressponden
ddan hanya 11 1 %
respondden menyattakankan “yya”. Bahkan, respondden yang m menyatakan tidak mengettahui yakni 3 % responnden. D. Persep psi terhadaap Regulasii Khitan Peerempuan di d Indonesiia Unntuk melihaat tingkat persepsi
responden mengenai regulasi khitan k
peremppuan di Inddonesia serrta hal-hal yang y terkaiit dengan m masalah terssebut. Dikarennakan hal ini i penting untuk dilaakukan denggan tujuan mengkonfirrmasi tingkat pengetahuuan dan meengukur tin ngkat kepedulian respponden terh hadap khitan perempuann di Indoonesia. Beb berapa hall terkait ddengan perrsepsi respondden terhadaap regulasi khitan perrempuan dii indonesia, disajikan pada beberappa diagram berikut;
Tabeel 1 Persepsi responden n terhadap hukum Ind donesia ten ntang khitan pereempuan S Sangat Setuju
7% 14%
19%
14%
S Setuju C Cukup setuju
46%
T Tidak setuju S Sangat tidak se etuju
Sumbber ; data yaang diolah dilapangan d t tahun 2012 Taabel di atass menunjukkkan bahwaa umumnya respondenn dosen Fak kultas Syariah dan Hukum m Universtaas Islam Neegeri Syarif Hidayatulllah menyaatakan setuju terhadap t h hukum Indonesia yan ng mempeerbolehkan praktek khitan k perempuuan yakni sebanyak s 46 %. Yang menyatakaan tidak settuju hanya 14 % respondeen, sangat tiidak setuju sebesar 19 % respondden, cukup ssetuju 14 %, % dan sangat seetuju 5 %. N Namun respponden menganggap perlu p bahw wa perlunyaa UU yang g dan peraturann lainnya yaang terkait khitan pereempuan diam mandemen// disempurn nakan, diantarannya adalah bisa dilihatt dari tabel sebagai s beriikut;
Taabel 2 g perlunya UU U khitan pperempuan Tanggaapan responnden tentang diaamandemen// disempurnnakan. Sangat perlu
5%
Perlu
1 18% 38%
22% 17%
Cukup Tidak perlu Sangat tidak perlu
T Tabel diatas menunjuukkan bahw wa umumnyya respondden menyaatakan tentang perlunya UU U khitan perempuan n diamandemen atau disempurn nakan yakni yaang menyaatakan sanggat perlu 5 % responnden, perluu sebesar 38 3 % respondeen, cukup 17 1 % responden , tidak perlu 22 % respondden, sangat tidak perlu 5 % respondenn. Namunn ketika ditanyakan tentang hal h apa saja yang perlu disempurrnakan um mumnya tiddak dapat memerinci jawabnnayya sebagaiimana dilihat daari tabel sebbagai berikuut;
Tabel 3 Pengetahuan responden tentang hal-hal apa saja undang-undang khitan ini perlu diamandemen atau disempurnakan 45 40
42
35 30 25 20 15 10 5
2
2
2
2
2
5
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
Sumber data di olah dilapangan tahun 2012 Tabel di atas menunjukkan tanggapan responden yang menyatakan bahwa dalam hal apa undang-undang dan peraturan terkait perlu diamandemen, seperti terlihat pada tabel di atas, yakni
pengkhitanan harus tenaga medis, 2,47 %
responden, definisi dan pembatasanya 2,47 % responden, penegasan batasan dan syarat-syarat khitan 2,47 % responden, pembatasan khitan perempuan dilakukan oleh ahli 2,47 % responden, tidak perlu ada peraturan/ UU, diserahkan kepada individu 2,47 % responden, kesehatan 6,17 responden, dalam hal kewanitaan 2,47 % responden , batasan umur 2, 47 % responden, mekanisme dan prosesnya 2,47
2
% respondden, pertimbbangan keseehatan 2,47 7 % respondden, jaminann kesehatan n 2,47 % responnden, perempuann
perrsyaratan yang y tidak k menghalaangi terlakksananya khitan k
2,47
%
responden,
mem mpertegas
tentang
ppelarangan
dan
membolehhkan dalam pandangan islam 2,47 %, diperboolehkanya khhitan perem mpuan 2,47 % reesponden, batas b penyuunatan 2,47 7 % respondden, tidak boleh di po otong rata/ dihabbiskan 2,47 %, tata carra khitan peerempuan yaang baik 2,447 % respo onden 2, 47 % reesponden daan Tidak Taahu/Tidak Dijawab D sebeesar 51, 85 % respondeen. T Tanggapan responden tentang tentang t ressponden peerlunya reg gulasi tentang baatasan-batassan tatacaraa pelaksanaaan sunat perempuan daalam perund dangundangan dan peratuuran terkait apakah settuju sudah memadai m unntuk melind dungi anak pereempuan darri praktek khitan k yang g tidak sehaat dan mem mbahayakan n bisa dilihat darri tabel sebaagai berikut; Tabel 4 Penddapat responnden tentang batasan-b batasan tataccara pelaksaanaan sunat perempu uan
Sangat Setuju 18% 19%
10%
Setuju 39%
14%
Cukup setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
S Sumber: Datta diolah dillapangan taahun 2012 Tabel diatas meenunjukkan bahwa um mumnya reesponden dosen d fakkultas Syariiah dan Hukkum Univerrstas Islam Negeri Syaarif Hidayattullah meenyatakan tentang t penndapat respo onden tentanng batasan--batasan tattacara
pellaksanaan sunat s perem mpuan dalam m perundanng-undangaan dan peraaturan terrkait sudah memadai untuk meliindungi anaak perempuuan dari prraktek khhitan yang tidak sehatt dan mem mbahayakann
yakni yaang menyaatakan
sanngat setuju 10 % respponden, setuju sebesaar 39 % reesponden, cukup c settuju 14 %, tidak setujju 19 % sangat tidak setuju 10 % dan tidak k tahu sebbesar 18 % responden Tangggapan responnden yang setuju tentaang batasan batasan tattacara pellaksanaan sunat s perem mpuan dalam m perundanng undangaan dan peraaturan terrkait sudah memadai untuk meliindungi anaak perempuuan dari prraktek khhitan yang tidak sehatt dan mem mbahayakan.. Respondeen juga dim mintai perrsepsinya terkait tenntang perlu u atau tiddakah merrespon dessakan maasyarakat innternasionall dengan melarangnya m a proses khhitan perem mpuan bissa dilihat daari tabel sebbagai beriku ut; Tabel 5 Pendapat responden tentang perrlu atau tidaakah meresppon desakan n m masyarakat i internasiona al dengan melarangnya m a proses khiitan peremp puan
8% % 5%
9%
Sangat perrlu 27%
43%
Perlu 8%
Sumber; data diolah dilapangann tahun 20122 Tabel
diatas
menunjukk kan
bahw wa
umumnnya
respo onden
meenyatakan tentang t perrlu atau tid dakah mereespon desaakan masyaarakat intternasional dengan meelarangnya proses p khittan perempuuan yakni yang meenyatakan sangat s perluu 5 % resp ponden, perllu sebesar 227 % responden, cukkup 8 % ressponden , tiidak perlu 43 4 % responnden, sangatt tidak perlu u9% ressponden.