Daftar Isi
Volume 1 / 2007
19 Workshop Sinkronisasi ADB - WB
20 Pameran DEEP Indonesia 2007 22 Membangkitkan Ekonomi Raja Ampat
26 Dahulu Mengebom sekarang Haji
28 Overview Wartawan ke Pulau Mapour
30 Baseline Ekologi Wilayah Timur Indonesia
33 Saat Rumput Laut menjadi Tumpuan Hidup
3
Pengantar Redaksi
4
ADB Mission 2007
6
Liputan Utama : Tahun Baru Tantangan Baru COREMAP II
8
Penerapan Penanggungjawab KPA dan PPK
10 Wawancara dengan Dr. Jamaluddin Jompa
ISSN : 1907-7416
35 COREMAP II saat ini
“Sekretaris Eksekutif itu Katalisator”
16 Susunan NCU PMO COREMAP II - 2007 17 Seri Pengenalan Karang : Family Oculinidae 18 Workshop Sinkronisasi COREMAP II
BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 2
Tahun Baru Tantangan Baru COREMAP II
Volume 1 / 2007
6/11/2007 2:54:40 PM
pengantar redaksi Tahun baru, tantangan baru bagi COREMAP II yang tahun ini memasuki pertengahan perjalanan waktu pelaksanaan programnya. Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan (KP3K-DKP) lembaga dimana COREMAP tahap kedua bernaung melakukan sebuah langkah pembenahan adminstrasi pengelolaan kegiatan. Berdasarkan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan Nomor B.344/SJ/ KU.610/IX/2006 tanggal 7 November 2006 tentang Pejabat Pengguna Anggaran 2007 ditunjuk pejabat yang masing-masing untuk Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dimana sebelumnya diemban oleh satu orang pejabat saja. Dirjen KP3K-DKP, Prof. Syamsul Maarif dalam sebuah workshop sinkronisasi COREMAP II bulan Januari lalu menyatakan bahwa perubahan merupakan suatu hal yang biasa terjadi, hal ini tidaklah menandakan telah terjadi suatu yang tidak baik, namun diharapkan dengan tampilnya sosok baru dalam suatu organisasi menumbuhkan sebuah pencerahan atau cara pandang yang baru sehingga organisasi berjalan lebih dinamis. Berlakunya SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.15/MEN/2007 tertanggal 23 Februari 2007 tentang Pembentukan Komite Pengarah, Komite Teknis dan Pengelola Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang Tahap II memunculkan figure baru serta rotasi pengelola program. Tanggung jawab Sekretaris Eksekutif COREMAP II diberikan kepada Dr. Jamaluddin Jompa, seorang Pakar Kelautan Universitas Hasanuddin. Dr. Jompa, memang bukan orang baru di dalam COREMAP II, namun posisinya sebagai Sekretaris Eksekutif tentu menjadi tantangan baru bagi dirinya untuk menjadi katalisator kegiatan COREMAP II kedepan. Memasuki tahun 2007, Buletin COREMAP II menampilkan sebuah format media komunikasi yang baru pula, berbagai saran dan masukan yang diterima tim redaksi akan menampilkan kemasan informasi yang baru. Buletin COREMAP II mencoba membahas isu-isu yang sedang dihadapi oleh COREMAP II sebagai menu Laporan Utama Buletin COREMAP II. Selain itu, informasi tentang kondisi terumbu karang secara umum, kegiatan COREMAP II di pusat dan daerah dan juga opini dari pihakpihak yang terkait dengan program COREMAP II akan terus ditampilkan. Pada edisi pertama di tahun 2007, Buletin COREMAP II menyampaikan hasil wawancara dengan Dr. Jamaluddin Jompa, Sekretaris Eksekutif COREMAP II yang baru sebagai bagian dari menu laporan utama. Kemudian laporan beberapa pertemuan COREMAP II yang telah dilakukan baik secara internal maupun nasional dengan mengundang seluruh pengelola COREMAP II di Propinsi dan Kabupaten. Akhirnya, tim redaksi Buletin Coremap II berharap media komunikasi ini dapat menjadi media pertukaran informasi antar program Coremap II di Indonesia. Untuk itu, berbagai saran untuk perbaikan kualitas Buletin ini sangat kami harapkan. Selamat membaca!!!
Redaksi Pelindung:
Syamsul Maarif Penasehat:
Yaya Mulyana Eko Rudianto Penanggung Jawab:
Elfita Nezon Pemimpin Redaksi:
Aris Kabul Pranoto Staf Redaksi:
Miftahul Huda Leonas Chatim Amehr Hakim Design Grafis:
Pola Grade Distribusi:
Yudha Miasto
Volume 1 / 2007 BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 3
6/11/2007 2:54:40 PM
ADB Mission 2007
Activities in all of the components, … have made considerable progress
“Activities in all of the components, including their subcomponents, have made considerable progress, particularly the preparation of Coral Reef Management Plans (RPTKs) at the village level, drafting of District Policy Strategies and Regulations and identification of Marine Management Areas (MMAs). NPIULIPI has also substantially covered most of the project sites for the conduct of baseline surveys, although some five to eight new sites have yet to be surveyed in 2007...”
BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 4
Volume 1 / 2007
6/11/2007 2:54:48 PM
Forty-six LPSTKs (Coral Reef Management Bodies) consisting of 264 Community Groups (Pokmas) with a total of more than 2,000 members have been established as of the end of 2006. Preparations for community-based MCS are on-going such as the procurement of patrol boats, provision of traditional surveillance boats, establishment of telecommunications facilities, preparation of standard operating procedures and training of MCS Pokmas. Social infrastructures, mostly information centers, sanitation facilities, clean water supply and jetties have been constructed in project villages. Several livelihood activities at demonstration scale are being pilot-tested. The Mission noted the recent changes in the EA structure and it expressed its hopes that these changes would not only contribute to greater amount of management time dedicated to the project but to the achievement of project targets as well. A new Executive Secretary, Kuasa Pengguna Anggaran or KPA (Project Manager) and Pejabat Pembuat Komitmen or PPK (Project Operational Manager) have been assigned at PMO. The Mission recommended that clear delineation of functions among the various units and positions at PMO should be made to attain higher organizational efficiency and synergy of efforts among the officials. With project activities reaching new peaks in 2007, the Mission also suggested that EA might consider the addition of staff at PMO and the PIUs. Demikianlah beberapa pasal penting dari Aide Memoire Bank Pembangunan Asia (ADB) yang tercantum setelah melakukan Loan Review Mission yang dilaksanakan mulai 19 Februari hingga 2 Maret 2007. Loan Review Mission ADB de ngan dua orang perwakilannya yaitu M. Nasimul Islam, Environment Specialist dan Mr. Homer Taylor, National Officer bertujuan melakukan Review perkembangan kegiatan COREMAP II yang telah di lakukan dan meng indentifikasi permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program,
sehingga di harapkan dapat menghasilkan pemecahan masalah untuk pelaksanaan program selanjutnya. Tim ADB dan PMO COREMAP II mengadakan kunjungan lapangan pelaksanaan kegiatan COREMAP II dan kegiatan Rehabilitasi Paska Tsunami dan Gempa di Kab. Nias dan Nias Selatan, serta melaksanakan pertemuan dengan Bupati Nias, DPRD Nias dan Muspida terkait untuk mendapat masukan dan dukungan untuk pelaksanaan program. Hasil dari Review Mission tersebut menghasilkan Aide
Peserta pertemuan acara Mission ADB di Nias
Tim Missi ADB berdialog dengan anggota kelompok usaha masyarakat
Memoire yang telah di sepakati pada pertemuan tanggal 2 Maret 2007 yang dipimpin oleh Direktur Perikanan dan Kelautan BAPPENAS dan di hadiri antara lain oleh Direktur PMO Coremap II, Direktur NPIU - LIPI, wakil dari Ditjen PHLN Depkeu serta Biro Perencanaan DKP yang di laksanakan di Bappenas. Langkah-langkah tindak lanjut yang perlu dilakukan secara rinci di Aide Memoire dan untuk selanjutnya PMO perlu melakukan pertemuan secara berkala untuk monitoring implementasi Aide Memoire tersebut.
Pertemuan Tim Mission ADB dengan PMO COREMAP II
Tim Missi ADB berdialog dengan fasilitator program
Hasil dari Review Mission tersebut menghasilkan Aide Memoire yang telah di sepakati pada pertemuan tanggal 2 Maret 2007 yang dipimpin oleh Direktur Perikanan dan Kelautan BAPPENAS Tim Missi ADB melakukan kunjungan dari satu pulau kepulau lainnya di lokasi Program COREMAP II
Volume 1 / 2007 BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 5
6/11/2007 2:55:02 PM
Liputan Utama
Tahun Tantangan baru
Coremap II
Surat Edaran Sekretaris Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan Nomor B.344/SJ/KU.610/ IX/2006 tanggal 7 November 2006 tentang Pejabat Pengguna Anggaran 2007 berdampak sangat signifikan terhadap jalannya program COREMAP II - DKP. Program rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang terbesar di dunia yang saat ini sudah memasuki tahap II dan implementasinya menjadi tanggung jawab Departemen Kelautan dan Perikanan harus menunjuk pejabat-pejabat untuk Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (SPM) dan Bendahara Pengeluaran di tingkat Pusat dan Daerah (Propinsi dan Kabupaten/ Kota). Maka COREMAP II melakukan koordinasi internal salah satunya melalui restrukturisasi organisasi. Berikut Liputan Tim Redaksi Buletin COREMAP II : Elfita Nezon, Aris Kabul Pranoto, Miftahul Huda, Leonas Chatim, Amehr Hakim.
BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 6
Syamsul Maarif, Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil - DKP
Yaya Mulyana, Direktur COREMAP II
Direktur PMO/NCU COREMAP II menekankan pentingnya upaya pener tiban organisasi dengan mengambil kebijakan agar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan diberi tanggung jawab sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sementara pejabat dibawahnya sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). KPA akan fokus pada tanggung jawabnya pengelolaan keuangan program, sementara PPK akan fokus pada managemen substansi program. Surat Edaran (SE) tersebut memang tidak memaksa untuk pergantian pejabat di lingkungan program COREMAP II, namun lebih menekankan perlunya koordinasi yang lebih baik di program-program yang dilingkungan DKP, sehingga tujuan program COREMAP II sebagai salah satu program di lingkungan KP3K – DKP dapat dicapai lebih optimal dan terukur. Selain itu, melalui Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.KEP.15/MEN/2007 tanggal 23 Februari 2007, tentang Pembentukan Pengelola Progam COREMAP II menetapkan pergantian posisi Sekretaris Eksekutif. Dr. Sapta Putra Ginting yang sebelumnya menjabat sebagai sek-
Volume 1 / 2007
6/11/2007 2:55:06 PM
kerjasama yang telah dilakukan oleh Dr. Sapta.
Pawan Patil, WB
retaris eksekutif, mulai tahun anggaran 2007 posisinya dijabat oleh Dr. Jamaluddin Jompa. “Tidak ada yang istimewa dari pergantian ini” ujar Syamsul Maarif, Direktur Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) DKP pada Workshop Sinkronisasi COREMAP II pada pertengahan Januari 2007 di Jakarta. Ditambahkan oleh Syamsul Maarif bahwa pergantian pejabat di dalam struktur organisasi seperti halnya COREMAP II tidak mengindikasikan terjadi suatu pelanggaran atau kesalahan yang sangat signifikan kepada pejabat yang diganti, namun munculnya pejabat baru dalam organisasi diharapkan memberikan nuansa lebih segar. Di kemudian hari Dr. Sapta akan dibebani tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan perbatasan antara Perair an Negara Indonesia dengan Negaranegara lain. Tanggung jawab yang tidak ringan ini, memang membutuhkan wakil pemerintah yang piawai dalam berdiplomasi, berdialog, negosiasi dan berdiskusi di forum-forum internasio nal. Atas pergantian dirinya, Dr. Sapta menyampaikan salam perpisahan yang disampaikan dalam acara Workshop pada pertengahan Januari 2007. Dr. Sapta, berharap silaturahmi yang sudah terjalin, tidaklah putus karena tanggung jawab yang diembannya tetap mengunjungi pulau-pulau terluar yang beberapa diantaranya berada di propinsi program COREMAP II. Dr. Pawan Patil, Task Team Leader COREMAP II Bank Dunia, yang hadir pada workshop turut menyampaikan rasa simpati atas prestasi dan
Jabatan Sekretaris Eksekutif sangat penting dalam COREMAP II. Bersama dengan dengan enam orang Asisten Direktur (Asdir) membantu Direktur PMO/NCU COREMAP II memastikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di lokasi program terdiri dari delapan propinsi dan lima belas Kabupaten/kota sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam dokumen program. Seba gaimana seringkali disampaikan bahwa program COREMAP II adalah program yang unik karena dalam program ini bukanlah bersifat charity (sumbangan) kepada masyarakat atau bagi-bagi duit, namun lebih pada tumbuhnya perubah an pola pikir, perspektif untuk melin dungi, merehabilitasi dan melakukan konservasi terumbu karang. Diharapkan dengan berubahnya pola pikir dan juga perilaku maka terumbu karang terjaga dengan sehat, jumah ikanpun ber tambah banyak, aktifitas ekonomipun berkembang hingga mampu mensejahterakan masyarakat khususnya yang tinggal di pesisir. Sekretaris Eksekutif yang baru Dr. Jamaluddin Jompa memang bukanlah orang baru di program COREMAP II. Dosen UNHAS di bidang kelautan ini telah terlibat sejak di program COREMAP tahap I. Dengan latar belakang seorang dosen ditambah latar belakang pendidikan yang sangat memadai diharapkan dapat menyelaraskan landasan teori dan kebijakan di dalam upaya pengelolaan dan konservasi terumbu karang. Perputaran pejabat (rolling) juga terjadi di pelaksana kegiatan yang lain dimana beberapa pejabat pengelola program yang sebelumya tidak terlibat lagi, di struktur organisasi tahun 2007 kembali masuk dalam struktur organisasi COREMAP II. Kemudian, beberapa pejabat yang sebelumnya terlibat, tahun ini sudah terlibat lagi. Sebagaimana pesan Dirjen KP3K DKP, bahwa pergantian pejabat merupakan hal yang biasa dan tidak perlu ditanggapi secara berlebihan.
Diharapkan dengan berubahnya pola pikir dan juga perilaku maka terumbu karang terjaga dengan sehat, jumlah ikanpun bertambah banyak, aktifitas ekonomipun berkembang hingga mampu mensejahterakan masyarakat khususnya yang tinggal di pesisir
Namun penerapan pelaksanaan pejabat pengelola keuangan yaitu KPA dan PPK di beberapa daerah menemui beberapa tantangan. Tantangan atas penerapan kebijakan yang diberlakukan di beberapa lokasi program COREMAP II menimbulkan persoalan yang perlu mendapat perhatian serius. Keberadaan program COREMAP II tampaknya sangat diterima oleh beberapa Lembaga-lembaga Pemerintah di Daerah. Beberapa diantaranya menginginkan terlibat dalam pelaksanaan program COREMAP II hingga dalam urusan administrasi. Banyaknya surat-surat yang diterima oleh NCU/ PMO COREMAP II di Jakarta yang berasal dari Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah, Kepala Dinas, maupun DPRD tingkat Propinsi maupun Kabupaten, sebagian diantaranya menyampaikan pemikiran dan penerapan di daerahnya masing-masing. Keluarnya Surat Keputusan ini memang tidak perlu ditanggapi secara berlebihan apalagi menimbulkan konflik di tingkat daerah, namun yang perlu dibangun adalah sikap penghargaan terhadap upaya menjalankan program yang lebih baik dan dinamis. Manfaat program COREMAP II harus dirasakan oleh masyarakat khususnya di pesisir. n Tim Redaksi
Volume 1 / 2007 BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 7
6/11/2007 2:55:08 PM
Liputan Utama
Penerapan Penanggung Jawab
KPA dan PPK Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2007 di lingkungan KP3K – DKP maka setiap SATKER, layaknya COREMAP II diminta agar
menunjuk Pejabat Pengguna Anggaran yang terdiri dari Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (SPM) dan Bendahara Pengeluaran. Di dalam
Memorandum Sekretaris Direktur Jenderal KP3K ditegaskan bahwa apabila oleh karena sesuatu hal, antara lain untuk efisiensi atau berhubung dengan keterbatasan SDM Pengelola Anggaran yang dimiliki perangkapan jabatan dapat dilakukan antara Kepala Satuan Kerja, Kuasa Pengguna Anggaran dan Pejabat Pembuat Komitmen. Setiap pejabat yang akan ditunjuk harus memenuhi persyaratan yang disebarluaskan melalui Memorandum Sekretaris Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan dan kemudian dilanjutkan dengan Memorandum Sekretaris Jenderal Keluatan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Untuk jabatan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) persyaratannya harus Pegawai Negeri Sipil; Serendah-rendahnya menduduki Eselon III dan atau Kepala Satuan Kerja pada UPT; Tidak menduduki jabatan struktural dibidang perencanaan/program/anggaran; Sehat jasmani dan rohani, mampu, jujur, tidak terlibat tindakan kejahatan/pelanggaran dan kasus kerugian Negara; Tidak mempunyai hubungan keluarga dekat dengan Bendahara; Menguasai peraturan perundang-undangan dibidang pengelolaan keuangan dan kebendaharaan; dan Memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah (ketentuan tersebut wajib dipenuhi dalam pelaksanaan APBN tahun 2008).
Elfita Nezon, PPK COREMAP II
BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 8
Untuk posisi Pejabat Pembuat Komitmen harus memenuhi persyaratan sebagai Pegawai Negeri Sipil; Serendah-rendahnya menduduki Eselon III dan atau Eselon
Volume 1 / 2007
6/11/2007 2:55:09 PM
M. Eko Rudiyanto, KPA COREMAP II
IV pada UPT; Tidak menduduki jabatan struktural dibidang perencanaan/program/anggaran; Memiliki integritas moral, disiplin tinggi, tanggung jawab dan kualifikasi teknis serta manajerial untuk melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya; tidak mempunyai hubungan keluarga dekat dengan Bendahara; Menguasai peraturan perundang-undangan dibidang pengelolaan keuangan dan kebendaharaan; Memiliki sertifkat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah (ketentuan tersebut wajib dipenuhi dalam pelaksanaan APBN tahun 2008). Sementara untuk pejabat penandatangan Surat Perintah Membayar (SPM) harus memenuhi persyaratan sebagai Pegawai Negeri Sipil; Tidak menduduki jabatan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/Pejabat Pembuat Komitmen; Menguasai Peraturan Perundang-undangan dibidang pengelolaan keuangan Negara; Mampu bersikap mandiri dalam mengambil keputusan dibidang keuangan dan bertanggung jawab; Tidak dalam status Masa Persiapan Pensiun (MPP) dan sehat jasmani dan rohani, mampu, jujur tidak terlibat tindak kejahatan/ pelanggaran dan kasus kerugian Negara. Kemudian untuk Bendahara Pengeluaran harus memenuhi persyaratan sebagai Pegawai Negeri sipil, Pendidikan sekurang-kurangnya SLTA atau sederajat; berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda Tk I (II/b); diutamakan mempunyai sertifikat Bendahara “A”; Sehat Jasmani dan rohani, mampu, jujur tidak terlibat tindak kejahatan/pelanggaran dan kasus kerugian Negara; Mampu bersikap mandiri dalam mengambil keputusan dibidang keuangan dan bertanggung jawab secara pribadi atas segala keputusan sehubungan dengan pelaksanaan tugas; Tidak dalam status masa persiapan pensiunan (MPP); Menguasai peraturan perundangundangan dibidang pengelolaan keuangan Negara; dan Bendahara Pengeluaran tidak boleh merangkap bendahara Penerimaan. n Tim Redaksi
Setiap pejabat yang akan ditunjuk harus memenuhi persyaratan Surat Edaran Sekjen DKP yang disebarluaskan melalui Memorandum Sekretari Direktur Jenderal tersebut. Untuk jabatan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) persyaratannya harus Pegawai Negeri Sipil; Serendahrendahnya menduduki Eselon III dan atau Kepala Satuan Kerja pada UPT; Tidak menduduki jabatan structural dibidang perencanaan/program/ anggaran; Sehat jasmani dan rohani, mampu, jujur, tidak terlibat tindakan kejahatan/pelanggaran dan kasus kerugian Negara; Tidak mempunyai hubungan keluarga dekat dengan Bendahara; Menguasai peraturan perundangundangan dibidang pengelolaan keuangan dan kebendaharaan; dan Memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah
Volume 1 / 2007 BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 9
6/11/2007 2:55:11 PM
“Sekretaris Eksekutif itu Katalisator…” Dr. Jamaluddin Jompa:
Visi dan misi saya dalam menjalankan fungsi sebagai Sekretaris Eksekutif bukan visi perorangan tapi visi institusi, visi lembaga, visi organisasi sehingga saya kira kalau ditanya, saya kira jawabannya adalah melaksanakan fungsi sebagai Sekretaris Eksekutif sebaik mungkin, semaksimal mungkin sehingga mampu memberi support kepada elemen-elemen lain yang ada di COREMAP II .
10
BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 10
Volume 1 / 2007
6/11/2007 2:55:16 PM
…”
Revitalisasi sebenarnya adalah istilah atau slogan untuk membangkitkan semangat baru supaya lebih lancar, lebih efektif, lebih efesien, walaupun dulu tetap jalan sebagaimana layaknya. Intinya ingin menggambarkan bahwa ada semangat untuk menghandle, men-tackle hal-hal yang sifatnya urgent.
Saat ini Bapak menjadi Sekretaris Eksekutif, bagaimana komentar Bapak terhadap perubahan yang terjadi di dalam COREMAP II II?
tapi kemudian isu yang di-tackle itu
yang selama ini berada di luar yaitu di
(JJ) Inti sebuah organisasi program
sifatnya sama saja seperti masa lalu
dunia pendidikan lebih banyak berbicara
adalah kerja tim atau Team Work. Team
saya kira tidak benar.
Work ini menentukan keberhasilan
Sehingga akhirnya kata “revitalisasi”
retaris eksekutif sesuai dengan tugas
melekat pada dua aspek: kesatu aspek
pokok yang sudah digariskan. Kemu-
timnya sendiri; yang kedua substansi
dian, mencoba untuk menyumbangkan
yang akan di-tackle. Kalau timnya kuat
kreatifitas dalam arti pengalaman saya
idealisme kemudian masuk kedalam dunia nyata yaitu pelaksanaan program,
program. Menteri atau Dirjen melihat
Apa visi dan misi Bapak sebagai Sekretaris Eksekutif ?
pentingnya merevitalisasi tim ini untuk
(JJ) Visi dan misi saya dalam men-
Namun justru akan memperkaya kita di
mengawal COREMAP II yang saat ini
jalankan fungsi sebagai Sekretaris
dalam mencari solusi-solusi baru yang
berada di pertengahan waktu.
Eksekutif bukan visi perorangan tapi
mungkin sifatnya mengarah kepada
visi institusi, visi lembaga, visi orga
substansi yang lebih kuat.
atau kesuksesan suatu kegiatan atau
mungkin disitu ada benturan-benturan antara Idealisme dengan Realisme.
Saya tidak melihat siapa menggantikan
nisasi sehingga saya kira kalau ditanya,
siapa, tetapi lebih pada upaya revita
saya kira jawabannya adalah melak-
lisasi organisasi NCU/PMO COREMAP
sanakan fungsi sebagai Sekretaris
ajak teman-teman supaya tidak terlalu
II dalam mencapai tujuannya. Sebagai
Eksekutif sebaik mungkin, semaksimal
formal. Keberadaan saya sebagai sci-
bagian dari Team Work, yang terpent-
mungkin sehingga mampu memberi
entist dapat dimanfaatkan oleh teman-
ing adalah bisa saling bekerjasama
support kepada elemen-elemen lain
teman didalam mencapai tujuan-tujuan
dengan baik dan menciptakan manage-
yang ada di COREMAP II .
COREMAP II kearah yang lebih sub-
Kedua visi saya mencoba untuk meng
stantive. COREMAP II-kan mengelola
ment yang efektif. Kita harus melihat NCU-PMO secara
suatu ekosistem, dan ekosistem ini
Apa yang dimaksud dengan “Revitalisasi” disini?
keseluruhan COREMAP II yang ada
sangat rumit. Kerumitan ekosistem ini
di Indonesia. Ibarat mobil atau mesin
banyak yang tidak paham, keberadaan
(JJ) Revitalisasi sebenarnya adalah isti-
kendaraan kita gunakan mancapai
saya mungkin bisa memberikan sub-
lah atau slogan untuk membangkitkan
suatu tujuan, kita semua ini sebagai ele
stansi didalam mencoba me-link-kan
semangat baru supaya lebih lancar,
men-elemen. Dari kendaraan ini, ada
antara kompleksitas ekosistem ini de
lebih efektif, lebih efisien, walaupun
yang berfungsi sebagai ban, ada yang
ngan kompleksitas pengelolaannya.
dulu tetap jalan sebagaimana layaknya.
berfungsi sebagai busi, dan lain-lain.
Intinya ingin menggambarkan bahwa
Satu saja yang tidak berfungsi dengan
Saya tahu bahwa pengelolaan eko-
ada semangat untuk meng-handle, men-
baik, maka saya kira fungsi kendaraan
sistem itu sangat rumit tapi kerumitan
tackle hal-hal yang sifatnya urgent.
akan macet.
itu diperparah oleh ekosistem itu sen diri. Di dalam dua dimensi ini dibutuh-
Saat ini ada banyak isu yang sifatnya harus segera ditangani, dan ini hanya
Oleh karena itu, pertama saya akan me-
kan kearifan kita melihat ekosistem tapi
bisa dilakukan melalui tim yang kuat.
maksimalkan fungsi saya sebagai sek-
juga melihat konsep pengelolaannya supaya bisa sampai pada tujuannya.
Volume 1 / 2007 BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 11
11
6/11/2007 2:55:17 PM
Sebelum ini Bapak banyak terlibat dengan Program COREMAP II di Sulawesi Selatan. Sekarang, sebagai Sekretaris Eksekutif NCUPMO, Bapak harus melihat program secara lebih luas, dimana COREMAP II merupakan the biggest integrated Coral Reef Management in the World?
12
dituntut memahami tujuan COREMAP
Oleh karena itu, kalau dulu program
II secara keseluruhan.
COREMAP II banyak dilaksanakan di
Pelaksana kegiatan di daerah diberi
yang terjadi di daerah) dan mungkin
daerah (karena saya tau persis apa semacam TOR (Term of Reference-red)
merupakan kelemahan, sekarang bisa
untuk melakukan kegiatan, indicator
diperbaiki.
kegiatan yang diberikan adalah untuk mencapai kegiatan tetapi bukan untuk
Dalam konteks kedua, saya mengarah
mencapai tujuan program. Dampaknya
ke atas, ke hal yang bersifat kompleks
di lapangan, setelah saya zoom in, zoom
yaitu World Bank dan ADB. Saya kira
out dan saya berada di level yang lebih
luar biasa tantangannya. Terminologi
(JJ) Walaupun saya lebih banyak terli-
atas, ooh… ternyata di tingkat bawah
yang digunakan walaupun tidak terlalu
bat di Sulawesi Selatan dan sekitarnya,
itu banyak yang tidak memahami
complicated, tapi tetap memerlukan
tapi bicara dalam konteks ideal, setiap
ultimate goal COREMAP II . Bukan
waktu untuk memahami manfaat pro-
unit pelaksanaan COREMAP II , baik itu
hanya lebih banyak karena kegiatan itu
gram ini untuk bangsa. Untuk sampai
di ujung ranting terjauh sampai pangkal
dipihak ketigakan, kadang-kadang hanya
kesitu memang memerlukan waktu
ke akar yang ada dipusat itu seharusnya
dikelola oleh unit-unit terkecil yang
untuk mempelajarinya. Sebenarnya,
ada di dalam suatu kesatuan. Idealnya
hanya berorientasi untuk mencapai
kalau kita baca dokumen PAD (WB) dan
lagi bahwa ujung tombak yang ada di
tujuan kegiatan saja tidak untuk tujuan
PAM (ADB), substansinya sangat ideal
desa memahami ultimate goal, sehing-
pogram COREMAP II . Nah… ini yang
sebagai suatu alat untuk membangun
ga dimana pun kita melakukan kegiatan
harus coba kita perbaiki. Terutama
pesisir Indonesia. Kuncinya adalah
COREMAP II tujuannya mengarah
di dalam penyusunan program, saya
kemampuan kita menterjemahkan
pada ultimate goal yang sama. Tetapi
mencoba untuk selalu memahami
kegiatan yang cocok untuk mencapai
di dalam kenyataannya, kelemahan
tujan setiap kegiatan itu akan men-
tujuan itu. Memang, ada digariskan
utama kita di dalam melakukan pro-
support apa? Kemudian performance
tapi itu sifatnya normative dan generic
gram kita dibatasi oleh rambu-rambu
indicator yang ingin kita capai apa, sich?
seharusnya kita lebih mampu mencari
yang kadang-kadang terlalu birokratis
Sehingga kegiatan apapun yang ada di
pendekatan yang lebih applicable untuk
dan administrative, sehingga dalam
situ, akan mencapai sasaran yang ada
wilayah tertentu. Sekali lagi termi-
melakukan kegiatan sepertinya tidak
pada COREMAP II .
nologi yang digunakan ini tidak mudah,
BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 12
Volume 1 / 2007
6/11/2007 2:55:23 PM
memperkuat kemampuan bangsa ini di
Dalam implementasi program yang selalu diingat bukan hanya mencapai tujuan di dalam dokumen itu, tetapi yang menjadi ruh adalah Coral Reef (terumbu karang-red). Jadi apapun yang kita lakukan misalnya Mata Pencaharian Alternative (MPA-red) memelihara kepiting atau memelihara rumput laut, tujuannya tetap mengarah kepada penyelamatan terumbu karang. Jangan sampai kegiatan memelihara rumput laut tapi merusak terumbu karang
dalam mengelola terumbu karang. Baik di level nasional, regional, kabupaten maupun kebawah sampai dengan desa sampai ke masyarakat. Kita berharap nanti, pengelolaan terumbu karang menjadi suatu kebutuhan. Saat ini masih bernuansa proyek, seolah-olah masih program dari pusat, suatu saat itu akan menjadi kebutuhan sehingga dimana pun di Indonesia walaupun bukan lokasi COREMAP II, mereka melihat bahwa kalau terumbu karang ini dikelola dengan baik berdasarkan dengan yang dikembangkan oleh COREMAP II (idealnya) maka terumbu karang menjadi lebih bagus dan bermanfaat untuk masyarakat. Itu harapan yang luar biasa sebenarnya kalau kita menjalankan fungsi COREMAP II.
sehingga harus berpikir keras untuk
penyelamatan terumbu karang. Jangan
memahaminya.
sampai kegiatan memelihara rumput laut tapi merusak terumbu karang.
Jadi, apakah ultimate goal program COREMAP II ini?
atau ultimate goal. Walaupun tujuan
(JJ) Tujuan COREMAP II sebenarnya
kegiatan tersebut tetap tercapai yaitu
sudah ada di dalam dokumen Loan
memelihara rumput laut, dan bagus al-
Agreement, kemudian dijabarkan
ternative income-nya, tapi betul nggak
sangat komprehensif di dalam PAD
dia menyelamatkan terumbu karang?
(WB) kemudian PAM (ADB), kemu-
Kedua, saya kira masalah pengelolaan
dian dijabarkan pula component dan
terumbu karang itu tidak simple. Ne
sub-component beserta performance
gara-negara berkembang pun itu jatuh
indicator-nya.
bangun di dalam mengelola terumbu
Artinya kita kehilangan sasaran akhir
karangnya. Australia itu butuh sekitar Cuma bahasa sederhananya mung-
20 sampai 30 tahun hingga akhirnya
kin, di dalam implementasi program
membentuk berbagai lembaga yang
selalu diingat bukan hanya mencapai
secara permanent cukup kuat, misalnya
tujuan di dalam dokumen itu, tetapi
GBRMPA (Great Barrier Reef Marine
yang menjadi ruh adalah Coral Reef
Park Authority). Itupun juga mengha-
(terumbu karang-red), jadi sasaran uta-
dapi masalah yang diilhami oleh mereka
manya adalah penyelamatan terumbu
cuma memang kondisi negara berbeda
karang, yang harus menjadi salah satu
sehingga mereka cukup cepat tanggap
inti kegiatan. Jadi apapun yang kita
di dalam menyelesaikan masalahnya.
lakukan misalnya Mata Pencaharian
Di Indonesia dengan kompleksitas yang
Alternative (MPA-red) memelihara
begitu rumit, dan komplesitas eko-
kepiting atau memelihara rumput laut,
sistem yang juga begitu luas maka mau
tapi tujuannya tetap mengarah kepada
tidak mau harus ada upaya kita dalam
Ketiga ultimate goalnya tentunya kesejahteraan masyarakat. Diharapkan semua orang mampu membahasakan bahwa ‘no take zone’ itu tujuannya untuk memperbanyak indeks yang tersedia di dalam terumbu karang sehingga nanti produktivitas perairan atau ikan, atau produksi biota laut lainnya akan berlipat ganda. Jadi tak satupun kegiatan di COREMAP II itu yang bertentangan dengan tujuan ketiga ini. Saya ulangi, satu, memperbaiki ekosistem yang ultimate goalnya pada kesejahteraan, yang kedua memperbaiki kemampuan kita dalam mengelola terumbu karang secara nasional ke bawah. Bahkan mungkin akan ada kerjasama antara daerah dalam wilayah; dan yang ketiga adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam pengertian jangka pendek dan jangka panjang. Jangka panjang saya kira sudah tidak perlu dipertanyakan karena itu akan datang dengan sendirinya ketika terumbu karang sudah bagus dan
Volume 1 / 2007 BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 13
13
6/11/2007 2:55:25 PM
dikelola dengan baik, tetapi tujuan jangka
apabila dalam suatu reaksi kemudian
tunya menjadi anggota tim yang baik,
pendek tetap ada karena mungkin dalam
ada unsur yang tidak dapat bereaksi,
yang bisa menjadi sumber motivator
masa transisi ini kita harus mengalihkan
maka tugas sekretaris eksekutif untuk
untuk menyelesaikan masalah.
kegiatan-kegiatan destructive. Perlu
menjadikan reaksi itu terjadi. Sebagai
pembinaan lebih lanjut untuk memotivasi
contoh, dalam proses pembentukan
masyarakat bekerja lebih pada berbagai
garam dibutuhkan natrium dan chlorida,
komponen di daerah, mendeteksi
Latar belakang Bapak seorang dosen yang sangat erat dengah ilmuwan, disisi lain banyak orang yang melihat bahwa ’scientific opinion’ sulit untuk diwujudkan menjadi kabijaksanaan oleh pihak management. Bagaimana komentar bapak?
unsur yang harus diperbaiki agar reaksi
(JJ) Dunia kerja mempunyai tantang
dapat berlangsung.
an yang bermacam-macam, bagi
aspek. Maka ada kegiatan jangka pendek
walaupun ada katalisator disitu misal-
yang memberikan kontribusi dalam
nya suhu agar reaksinya cepat, tetapi
memberikan peningkatan kesejahteraan
kalau chlorida tidak ada, maka tetap
masyarakat dan itu dinilai sebagai salah
tidak bisa jadi garam. Jadi menurut
satu parameter.
saya fungsi katalisator harus memiliki
Komentar Bapak terhadap ungkapan bahwa sebagai Sekretaris Eksekutif baru dikatakan sebagai mualim baru di COREMAP II ?
kemampuan memahami komponen-
kebanyakan orang, perpindahan dari Fungsi lain adalah availability terutama
satu habitat ke habitat lain itu perlu
(JJ) Menjadi mualim? Bisa iya bisa
agar komunikasi dan koordinasi bisa
adaptasi, sedangkan dalam proses
tidak, bagaimanapun ini mengacu pada
berjalan secara optimal. Saya fulltime
beradaptasi, ada yang susah ada yang
leadership, perlu diingat bahwa dalam
di sini artinya punya waktu untuk
adaptasinya lebih gampang. Bagi saya
program ini ada Direktur ada Dirjen se-
membantu menyelesaikan permasalah
adaptasi ini memang memerlukan
bagai penanggung jawab program dan
an dalam waktu yang relatif singkat,
waktu tapi tidak terlalu susah-susah
juga Kementerian yang terlibat dalam
katakanlah satu atau dua hari sehingga
banget. Karena bagi seorang dosen
policy makers (kebijaksanaan-red)
tidak perlu menunggu sampai satu atau
memiliki tiga fungsi: pendidikan, pe
secara makro. Sedangkan dalam men-
dua bulan. Saya pikir ini yang secara
nelitian dan pengabdian masyarakat.
gawal program ini, fungsi Sekretaris
praktikal saya bisa lakukan, itupun su-
Dan di dalam keseharian juga saya
Eksekutif sebagai katalisator, dimana
dah lebih dari cukup. Fungsi lainnya ten-
banyak terlibat dalam berbagai organi
Dr. Jamal memperlihatkan salah satu spesies bintang laut berduri yang mengancam kondisi Terumbu Karang
14
BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 14
Volume 1 / 2007
6/11/2007 2:55:33 PM
Saya Coremap dari man tida oleh anta man dipi
Saya merasa di Coremap II, direction dari sisi government atau management tidak bisa tidak harus didukung oleh scienc., Integrasi antara science, use dan management tidak bisa dipisahkan.
Terumbu Karang Sehat Ikan Berlimpah
sasi baik yang terkait dengan persoalan
bijak. Kadang-kadang orang merasa
masa kepengurusan saya, ada kontribusi-
kelautan dimana saya sebagai ketua
science itu terlalu teoritis, itu tidak
lah sedikit baik secara langsung maupun
konsorsium Program Mitra Bahari,
practical atau complicated. Padahal sci-
tidak langsung dalam mendekatkan kem-
kemudian terlibat didalam Ketua Pro-
ence itu lahir dari begitu banyak teori,
bali ketiga aspek ini karena itu mutlak di
vincial Task Force Program MCRMP,
begitu banyak pengalaman dan dari
dalam pengelolaan lingkungan termasuk
yang disetiap program itu memerlukan
kurun waktu yang luar biasa panjang.
terumbu karang. Integrasi ketiga ini ha-
integrasi berbagai stakeholders.
Sehingga tidak terlalu re-inventing the
rus, tidak bisa tidak.
real untuk sesuatu yang harus kita Saya merasa di COREMAP II , direction
lakukan, tetapi dapat melihat apa yang
dari sisi government atau management
telah ratusan tahun berjalan sehingga
Bagaimana optimisme bapak sebagai Sekretaris Eksekutif ?
tidak bisa tidak harus didukung oleh
kita bijak melihat hasil penelitian itu.
(JJ) Saya kira kalau ditanya optimisme,
scienc., Integrasi antara science, use
tidak perlu diragukan, kalau saya tidak
dan management tidak bisa dipisah-
Disisi user, berjalan sendiri-sendiri juga,
optimis maka saya tidak akan menerima
kan. Dimana-mana di seluruh aspek
mungkin karena user kita lebih mengarah
tugas ini. Oleh karena saya merasa bisa
keproyekan atau program kadangkala
kepada tradisional use, maka dia sangat
memberikan kontribusi maka saya op-
ditemui hambatan yang luar biasa se-
tertekan oleh aspek management yang
timis mampu menjalankan melakukan
mentara integrasi antara science, use
dianggap terlalu banyak melarang a, b,
tugas ini. Saya juga optimis akan kema-
dan management kita masih sangat
c, d, namun tidak didukung oleh aspek
juan COREMAP II kalau timnya lebih
lemah. Oleh karena itu tantangan yang
science, komponen public awareness-
solid, sehingga misi yang sangat mulia
terberat bagi saya, yang berangkat dari
nya tidak jalan dimasyarakat. Sehingga
ini kita mampu mengantarnya pada
dunia science masuk ke dunia mana
masyarakat belum yakin bahwa mempro-
suatu stage yang pasti. Sebagaimana
gement, memang adalah bagaimana
teksi terumbu karang bisa jalan.
tadi saya katakan bahwa ultimate goal
mempengaruhi keputusan-keputusan
itu sesuatu yang panjang maka perjalan
management sesuai dengan back-
Disadari bahwa science, use dan mana
an kita masih butuh waktu. Sekali lagi,
ground science. Sebaliknya, bagaimana
gement di level masyarakat itu memang
Insya Allah saya optimisme bisa jalan
management melihat science lebih
masih sangat rendah. Sehingga dalam
kalau di dukung oleh teman yang lain. n Tim Redaksi
Volume 1 / 2007 BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 15
15
6/11/2007 2:55:36 PM
Salinan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP-15/MEN/2007 1
Ir. Yaya Mulyana
Direktur Pengelola Program
2
Dr. Jamaluddin Jompa
Sekretaris Eksekutif
3
Ir. M. Eko Rudianto, M.Bus *
Kuasa Pengguna Anggaran
4
Dr. Elfita Nezon *
Pejabat Pembuat Komitmen
5
Ir. Sri Atmini, M.Sc
Koordinator Perencanaan
6
Ir. Ida Kusuma Wardaningsih
Koordinator Unit Monev-Feedback
7
Muhandis Sidqi, SPi, MS
Koordinator Kemitraan Bahari
8
Drs. Santoso, MS
Koordinator Pelatihan
9
Yudha Miasto, ST
Kepala Urusan Tata Usaha
10
Ir. Tommy Hermawan
Fasilitator Perencanaan Program
11
Suwarno, SE
Fasilitator Perencanaan Program
12
Sutomo, SPi, MSi
Fasilitator Perencanaan Program
13
Ir. Mian Sahala Sitanggang, MBA
Fasilitator ADB dan WB
14
Drs. Chandra Emirullah
Fasilitator ADB
15
Benny Tambunan, SIP
Fasilitator Hubungan Donor
16
Drs. Berty Mendur
Fasilitator Daerah dan Kelembagaan
17
Drs. Aminoel Siddiq Nasution, M.Si
Fasilitator Daerah dan Kelembagaan
18
Drs. Sutardjo, MSi
Fasilitator Hukum dan MCS
19
Hanung Cahyono, SH, LLM
Fasilitator Hukum dan Kebijakan
20
Darmanta, SH
Fasilitator Hukum dan Kebijakan
21
Ir. Agus Dermawan
Asdir Bidang Kebijakan dan Pengembangan MMA/MCA
22
Ir. Rofi Alhanif, MSc
Banasdir Kebijakan
23
Suraji, SP, MSi
Banasdir Pengembangan MCA dan MMA
24
Dr. Ir. Toni Ruchimat, MSc
Asdir Bidang Pengelolaan Berbasis Masyarakat (CBM)
25
Amin Nurhakim, SPi
Banasdir Pengembangan Masyarakat
26
Amehr Hakim, SPi
Banasdir Mata Pencaharian Alternatif dan Infrastruktur
27
Rudi Alex Wahyudin, SPi, MSi
JFPR Liaison Officer
28
Ir. Aris Kabul Pranoto, MSi
Asdir Bidang Penyadaran Masyarakat dan Penyuluhan
29
Miftahul Huda, S.Si, MSi
Banasdir Pengadaran Masyarakat, Kehumasan dan Komunikasi
30
Ir. Rina, MSi
Banasdir Penyuluhan
31
Ir. Dulhadi
Asdir Bidang Dukuman Taman Nasional Laut
32
Ir. Fransisca Moga
Banasdir KSDA
33
Ir. Gunung Sinaga
Banasdir Taman Nasional Laut (TNL)
34
Ir. Alina S. Tampubolon
Asdir Bidang MCS
35
Ir. Turman Hardianto
Banasdir Pengawasan dan Penegakan Hukum
36
Sarmintohadi, SPi, MSi
Banasdir Operasional MCS
37
Drs. Susetiono, MSc
Asdir CRITC
38
Dra. Nurul Dhewani Mirah Sjafrie, MSc
Banasdir Sistem Informasi dan Pelatihan
39
Dr. Deni Hidayati
Banasdir Edukasi dan Komunikasi
* SK Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.07/MEN/SJ/KU.610/I/2007
16
BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 16
Volume 1 / 2007
6/11/2007 2:55:36 PM
Seri Pengenalan Karang
Family Oculinidae * Elfita Nezon, Leonas Chatim
Seri pengenalan jenis-jenis karang disadur langsung dari Buku Pengenalan Jenis-jenis karang di Kawasan Konservasi laut yang dikeluarkan oleh Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan. Terumbu Karang adalah endapan-endapan massif yang pen ting dari kalsium karbonat yang dihasilkan oleh karang (filum Cnidaria, klas Antozoa, ordo Madreporaria = Scleractinia) de ngan tambahan dari alga berkapur dan organisme-organisme lainnya yang menghasilkan Kalsium Karbonat.
Berdasarkan struktur geomorphologi dan proses pembentuk annya, terumbu karang terdiri atas 4 (empat) tipe terumbu yaitu: (1) Terumbu karang tepi (fringing reef); (2) Terumbu Karang penghalang (barrier reef); (3) Terumbu karang cincin (atoll); (4) Terumbu karang takat/gosong (patch reef).
Binatang karang merupakan makhluk hidup sederhana yang berbentuk tabung dengan mulut di bagian atas dan mulut ini pula berfungsi juga sebagai anus. Mulut dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi sebagai penangkap.
Pada volume satu di tahun dua ribu tujuh, Buletin COREMAP II memperkenalkan Family Oculinidae. Ada dua spesies yang dibahas yaitu Genus Galaxea astreata dan Galaxea fascicularis.
Nama karang (coral) diberikan kepada ordo sclerectinia yang anggotanya mempunyai skeleton kapur keras. Ordo sclerectinia dibagi atas kelompok yang membentuk terumbu (reef building) dan kelompok yang tidak membentuk terumbu. Kelompok yang membentuk terumbu dikenal dengan nama karang hermatipik yang memerlukan sinar matahari untuk kelangsungan hidupnya, dan yang tidak membentuk terumbu dikenal dengan nama karang ahermatipik yang secara normal hidupnya tidak tergantung pada sinar matahari.
Galaxea astreata dapat ditemui pada kedalaman tiga hingga lima belas meter dengan ciri-ciri koloni submasif, kolumnar dan biasanya terbentuk dua meter di perairan keruh. Koralit memiliki bentuk yang berbeda tergantung tempat hidupnya. Tentakel jarang keluar di siang hari. Umumnya berwarna keabu-abuan, pink hijau dan coklat. Umumnya hidup di perairan dangkal dan berarus deras.
Dilihat dari bentuk pertumbuhannya, karang dibedakan menjadi enam kategori utama yaitu: (1) karang bercabang, (brenching); (2) karang padat (massive); (3) karang mengerak (encrusting); (4) Karang Meja (tabulate); (5) karang berbentuk daun (foliose); (6) Karang jamur (mushroom).
Sedangkan Galaxea fascicularis sering dijumpai hidup pada kedalaman tiga hingga lima belas meter dengan koloni kecil berbentuk seperti bantal, koloni besar memiliki ukuran lima meter berbentuk kolumnar atau masif, koralit memiliki ukuran yang berbeda-beda. Tentakel biasanya ada pada siang hari. Umumnya berwana hijau keabu-abuan, coklat dan putih. Umumnya hidup pada rataan terumbu di perairan dangkal.
Galaxea fascicularis sering dijumpai hidup pada kedalaman tiga hingga lima belas meter dengan koloni kecil berbentuk seperti bantal, koloni besar memiliki ukuran lima meter berbentuk kolumnar atau masif Galaxea fascicularis
Volume 1 / 2007 BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 17
17
6/11/2007 2:55:44 PM
Never ending Workshop Sinkronisasi COREMAP II
Process Sosialisasi Coremap II! Hingga saat ini masih dijumpai pengelola program Coremap II yang tidak mengerti tentang Coremap II. Sebuah kenyataan yang menunjukkan bahwa kompleksnya tantangan yang dihadapi program ini. Untuk itu sistem komunikasi antar stakeholders menjadi sangat penting dan ‘sosialisasi’ menjadi never ending process dalam program ini. Demikian diungkapkan oleh Direktur PMO/NCU COREMAP II , Ir. Yaya Mulyana pada Workshop sinkronisasi COREMAP II pada awal tahun 2007 lalu. “Komponen Public Awareness harus terus meningkatkan kinerjanya serta bentuk kegiatan yang membumi, agar visi dan misi Coremap dapat dipahami oleh masyarakat luas terutama di pesisir lokasi program COREMAP II ” tambahnya. Pengarahan Pak. Yaya pada acara worskshop tersebut tentunya menjadi bahan renungan seluruh
18
BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 18
Yaya Mulyana, Direktur COREMAP II
pengelola program COREMAP II untuk selanjutnya dijadikan acuan/referensi pelaksanaan program tahun 2007.
memang tidak muncul pada saat progam di desain, namun memiliki peran yang sangat penting dalam implementasi.
Acara workshop sinkronisasi COREMAP II bertujuan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan Program COREMAP II. Pembukaan acara workshop dihadiri oleh Dirjen KP3K-DKP, NCU COREMAP II , Perwakilan RCU dan PMU COREMAP II untuk daerah WB, Konsultan COREMAP II baik individual maupun Perusahaan serta dan Perwakilan Bank Dunia.
Hingga akhir tahun 2006, melalui komponen CBM, COREMAP II sudah merekrut lebih kurang 200 orang tenaga SETO, Community Facilitator (CF) dan juga Village Motivator (VM). Menyadari banyaknya tenaga program COREMAP II di lapang an, maka perlu dibangun sebuah sistem komunikasi yang efektif agar sosialisasi program COREMAP II ini dapat berjalan lebih terarah dan mengurangi timbulnya distorsi informasi.
Pada kesempatan itu, Pak. Yaya juga mengharapkan workshop ini dapat menjembatani permasalahan mendasar para pelaksana program di pusat dan daerah (RCU dan PMU) khususnya tentang (i) Penyerapan anggaran yang masih relatif kecil sehingga kinerja program di mata institusi masih kurang baik; selanjutnya (ii) kemampuan pengelola program untuk memahami dan menterjemahkan dokumendokumen program seperti PAD/PAM, Loan Agreement, Logical Framework perlu terus ditingkatkan; dan (iii) koordinasi antar NCU, NPIU LIPI, NPIU PHKA, RCU dan juga PMU. Terutama peran RCU yang
Dr. Pawan Patil, Task Team Leader Bank Dunia yang hadir pada workshop tersebut, menyatakan dukungan terhadap upaya yang tengah dilakukan oleh Coremap dalam mencapai target-target yang telah ditetapkan. Beberapa lembaga yang terlibat dalam program COREMAP II, seperti Departemen Kehutanan dan LIPI diharapkan dapat meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam mencapai tujuan COREMAP II. Dr. Pawan juga menekankan pentingnya dukungan kepada masyarakat melalui komponen CBM.
Volume 1 / 2007
6/11/2007 2:55:49 PM
Workshop Sinkronisasi ADB-WB
Kembali ke ….
Log Frame!
Ketika saat ini Program COREMAP II berada di pertengahan waktu implementasinya, maka saatnya untuk mengevaluasi pencapaian kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan dengan tujuan yang ditetapkan. Dalam rangka membahas hal tersebut, PMO/NCU COREMAP II menyelenggarakan workshop sinkronisasi kegiatan COREMAP II bantuan ADB dan WB dengan tujuan untuk memastikan seluruh kegiatan COREMAP II sesuai dengan Logical Framework (Log Frame). Bertempat di kawasan puncak Jawa Barat, workshop sinkronisasi program COREMAP II seluruh Indonesia dilaksanakan pada pertengahan bulan Maret 2007.
“Salah satu tujuan dari workshop sinkronisasi adalah menyepakati upaya untuk mempercepat kemajuan program di daerah dengan melakukan berbagai kegiatan yang mengacu pada Log Frame.” KPA COREMAP II
Logical Framework (Log Frame) merupakan bagian dari dokumen perencanaan implementasi program COREMAP II yang disusun bersama antara pengelola program dengan lembaga donor, Bank Dunia dan ADB. Dokumen persiapan proyek bantuan ADB dikenal dengan Project Appraisal Memorandum (PAM) sedangkan dokumen Bank Dunia dikenal sebagai Project Appraisal Document (PAD). Log Frame Program COREMAP II berisikan informasi lebih rinci mengenai tujuan, indikator keberhasilan, verifikasi, dan penggunaan indikator hasil. Informasi yang dituangkan dalam Log Frame menjadi indikator kegiatan evaluasi yang dilaksanakan oleh lembaga donor. Log Frame menjadi acuan evaluasi Mid Term Project program COREMAP II bantuan ADB dan WB yang akan dilakukan pada beberapa bulan ke depan. Direktur PMO/NCU COREMAP II, Ir. Yaya Mulyana pada kesempatan tersebut mengingatkan kembali kepada seluruh pengelola di pusat dan daerah agar setiap kegiatan terutama di tingkat kabupaten harus fokus, sesuai dengan Log Frame dengan Output yang terukur, melaksanakan program-program nyata yang langsung bermanfaat pada masyarakat.
KPA COREMAP II sedang menyampaikan presentasi
Buletin Coremap ok2.indd 19
Hingga tahun keempat progam COREMAP II bantuan ADB diperkirakan telah mencapai kemajuan fisik sebesar 37%, sedangkan untuk WB mencapai 19,03%. Sementara kemajuan ma sing-masing propinsi dan kabupaten kota ADB bervariasi mulai dari 23%46%, sedangkan untuk lokasi WB sampai dengan 20%. Persentase ini menandakan progress perkembangan program COREMAP II kurang cepat. Sehingga salah satu tujuan dari workshop sinkronisasi adalah menyepakati upaya untuk mempercepat kemajuan program di daerah dengan melakukan berbagai kegiatan yang mengacu pada Log Frame. Selain membahas hal tersebut diatas, workshop sinkronisasi juga membahas permasalahan pokok lain diantaranya mengenai dana pendamping; koordinasi antara Kepala Dinas, KPA dan PPK, Integrasi antar komponen proyek, kegiatan sosialisasi yang belum optimal, optimalisasi peran LPSTK, peningkatan peran RCU, pembangunan infrastruktur dan lainnya. Workshop sinkronisasi ini diharapkan dapat membawa secercah optimisme untuk menghadapi tantang an program ke arah yang tepat sasaran dan cepat, meskipun membutuhkan kerja keras bersama. Semoga…
Volume 1 / 2007 BULETIN COREMAP II
19
6/11/2007 2:55:53 PM
Pameran DEEP Indonesia 2007 Anjungan” The Exploration of COREMAP II” Dikunjungi 400 Pengunjung
Kerumunan masyarakat pemerhati kelautan dan olah raga air di Indonesia memadati arena pameran DEEP Indonesia 2007 yang diselenggarakan di Semanggi Expo. Pameran internasional pertama di Indonesia bertemakan selam, wisata petualangan bahari dan olahraga perairan ini menampilkan berbagai informasi kegiatan yang berhubungan dengan kelautan. COREMAP II memanfaatkan event ini untuk melakukan sosialisasi program dengan tema “The Exploration of COREMAP II”. Tak disangka, stand booth dapat menarik perhatian lebih kurang 400 pengunjung pameran yang berlangsung mulai tanggal 29 Maret hingga 1 April 2007. Berbagai materi sosialisasi (merchandise) COREMAP II berupa poster, boneka, pin, warta, bulletin dan berbagai produk lainnya sangat diminati oleh pengunjung pameran DEEP Indonesia 2007 yang umumnya sangat peduli dengan bidang kelautan di Indonesia. Berbagai atraksi dan diskusi di pandu oleh Coremap II sebagai bentuk partisipasi dalam kegiatan DEEP Indonesia 2007 tersebut, yaitu Pameran, Workshop pemerhati terumbu karang, Dialog interaktif, dan juga lomba mewarnai.
Pameran Coremap II mengambil area pameran seluas 36m2 yang diisi dengan berbagai macam materi sosialisasi seperti banner, spanduk, poster, Buletin dan Warta Coremap II, leaflet, booklet dan merchandise: pin, boneka, sticker dan lainnya yang bersumber dari NCU, RCU dan PMU lokasi Coremap II.
20
BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 20
Workshop Pemerhati Terumbu Karang Prita Laura, presenter Metro TV bertindak sebagai moderator sekaligus anchor acara workshop pemerhati terumbu karang yang dibuka oleh Direktur Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil - Departemen Kelautan dan Perikanan (Dirjen KP3K - DPK), Prof. Syamsul Maarif pada tanggal 30 Maret 2007. Selain Dirjen KP3K-DKP, Dr. Suharsono, Kepala P2O LIPI, Marcus Wanma, Bupati Raja Ampat, dan Bayu D dari National Geographic Indonesia menjadi narasumber acara workshop pemerhati terumbu karang di acara DEEP Indonesia 2007. Workshop dengan tema “Terumbu karang Indonesia: Tantang an Pengelolaannya” ini menjadi forum bagi pihak-pihak yang
Volume 1 / 2007
6/11/2007 2:56:02 PM
terkait dengan isu pengelolaan dan rehabilitasi terumbu karang. Peserta workshop diantaranya adalah anggota LSM, Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan juga Instansi Pemerintah. Tujuan workshop pemerhati terumbu karang yang dilakukan oleh Coremap II dalam ajang DEEP Indonesia 2007 adalah forum untuk menyebarluaskan konsep pengelolaan terumbu karang di Indonesia sebagai aset untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir. Acara workshop ini dikemas dalam bentuk dialog yang dipandu secara efektif oleh moderator sehingga menarik perhatian seratusan pengunjung pameran.
Dialog Interaktif Pada tanggal 31 Maret 2007, bertempat di panggung terbuka Pameran diselenggarakan dialog Interaktif yang diprakarsai oleh Coremap II. Narasumber acara dialog adalah Ir. Yaya Mulyana, Direktur PMO/NCU Coremap II; Dr. Anugerah Nontji, Peneliti Coremap; Hugua, Bupati Wakatobi; Cipto Aji Gunawan, Photographer bawah laut; Prita Laura, presenter Metro TV; dan Nugie, penyanyi (selebritis) dan dipandu dengan segar oleh Dani dari Seaworld Indonesia sebagai moderator. Dialog ini juga dihadiri oleh para Kerabat Konservasi yang sebagian besar berasal dari wilayah Jabodetabek meskipun ada juga yang datang dari Batam.
Tema dialog interaktif Coremap II yang diusung adalah “Ada apa dengan terumbu karang Indonesia?”
Dialog ini membahas tentang kondisi terumbu karang Indonesia yang masih menanggung beban yang cukup berat akibat ulah segelintir orang yang mengambil ikan dengan cara yang tidak ramah lingkungan. Para pemateri yang mempunyai latar belakang profesi sebagai pengambil kebijaksanaan (pemerintah pusat dan daerah), peneliti, jurnalis, selebriti dan juga pelajar memberikan pendapat atau opini dan juga komitmen untuk upaya konservasi terumbu karang Indonesia.
Lomba mewarnai dan menggambar Bekerjasama dengan Panitia X-Net dan berbagai sponsor, Coremap II mendukung pelaksanaan lomba mewarnai dan menggambar poster yang merebutkan piala Coremap II. Lomba mewarnai dan menggambar dibagi dalam tiga kategori kelompok umur; kelompok umur 5-7 tahun untuk lomba mewarnai dengan tema “Terumbu karangku”; kelompok umur 8-11 tahun untuk lomba menggambar “Aku Cinta Bahari” dan kelompok umur 12-15 tahun untuk lomba desain Poster “I Love Shark”. Sebagai pameran perdana maka DEEP Indonesia dinilai cukup bagus dalam menarik minat masyarakat umum untuk mengetahui potensi kelautan Indonesia. Maka pelaksanaan pameran untuk tahun berikutnya sudah mulai direncanakan, tentunya dengan tekad dan niat agar dapat dilaksanakan lebih baik dari sekarang.
DEEP Indonesia 2007 DEEP Indonesia merupakan ajang pertukaran informasi, jaring dan bisnis. Sebuah pameran yang menintikberatkan pada kegiatan kelautan Indonesia dikemas dengan kegiatan-kegiatan hiburan, pendidikan dan diskusi publik mengenai pengenalan dan pengelolaan ekosistem kelautan. Acara Pembukaan DEEP Indonesia 2007
Dialog interaktif Ada apa dengan terumbu karang?
Workshop Pemerhati Terumbu Karang
Pejabat di Lingkungan KP3K DKP berpose di stand COREMAP II
Tujuan kegiatan DEEP Indonesia 2007 dapat dikategorikan dalam Mendukung, Mempromosikan dan Memasyarakatkan industri selam, wisata petualangan dan kelautan dan juga berupaya meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan terutama lingkungan kelautan dan pemeliharaan sumber-sumber daya kelautan. Pameran ini dibuka pada tanggal 29 Maret 2007 dan ditutup pada tanggal 1 April 2007. Pada ajang pameran ini dilakukan pula berbagai kegiatan pendukung seperti workshop, seminar, dialog, musyawarah, pelatihan photografi bawah air, Promosi daerah wisata, lomba mewarnai untuk anak-anak, pengenalan cara menyelam, temu public figure dan acara hiburan lainnya.
Volume 1 / 2007 BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 21
21
6/11/2007 2:56:19 PM
Keindahan Alam Raja Ampat di bawah laut
Membangkitkan
*Sumedi, Suara Pembaharuan
Ekonomi Raja Ampat Walaupun gerak pembangunan lambat, Kabupaten Raja Ampat sangat dikenal di mancanegara. Kabupaten muda yang memiliki 610 pulau (hanya 35 pulau yang berpenghuni) ini menjadi sasaran pencinta wisata bawah laut mancanegara karena keelokan taman lautnya. Pulau-pulau yang belum terjamah dan air laut yang masih bersih, membuat turis terpikat. Artikel serta foto-foto warna-warni terumbu karang dan keunikan biota laut lainnya di perairan Raja Ampat menghiasi majalah-majalah pariwisata dunia. Hampir semua fotografer bawah laut terkemuka sudah menjelajah dan mengabadikan kecantikan perairan di “Kepala Burung”, Provinsi Irian Jaya Barat itu. 22
BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 22
Volume 1 / 2007
6/11/2007 2:56:23 PM
Papua Diving, satu-satunya resor eksotis yang menawarkan wisata bawah laut di kawasan itu, didatangi turis-turis penggemar selam yang betah selama berhari-hari bahkan hingga sebulan penuh mengarungi lekuk-lekuk dasar laut. Mereka seakan tak ingin kembali ke negeri masing-masing karena mendapatkan ”pulau surga” yang tak ada duanya di bumi ini. Max Ammer, warga negara Belanda pemilik Papua Diving Resort yang juga pionir penggerak wisata laut kawasan ini, misalnya, harus mati-matian menyiapkan berbagai fasilitas untuk menarik turis. Sejak memulai usahanya delapan tahun lalu, banyak dana harus dikeluarkan. Namun, hasilnya juga memuaskan, karena setiap tahun dikunjungi minimal 600 turis spesial yang menghabiskan waktu rata-rata dua pekan. Penginapan sangat sederhana yang dibagi dua kamar dan hanya berdinding serta beratap anyaman daun kelapa itu bertarif minimal 75 euro atau Rp 900.000 semalam. Jika ingin menye lam harus membayar 30 euro atau sekitar Rp 360.000 sekali menyelam pada satu lokasi tertentu. Max Ammer yang beristri warga Manado itu mengungkapkan, turis menyelam hampir setiap hari, bahkan bisa berkali-kali dalam sehari karena lokasi penyelaman sangat luas dan beragam. Keindahan terumbu karangnya memang bervariasi sehingga banyak pilihan dan mengundang penasaran. Tiga tahun lalu, Papua Diving membangun penginapan mo dern tak jauh dari lokasi pertama. Ternyata, penginapan yang dibangun dengan mengandalkan bahan bangunan lokal ini hampir selalu penuh dipesan, padahal tarifnya mencapai 225 euro atau Rp 2,7 juta per malam.
Artikel serta foto-foto warna-warni terumbu karang dan keunikan biota laut lainnya di perairan Raja Ampat menghiasi majalah-majalah pariwisata dunia. Hampir semua fotografer bawah laut terkemuka sudah menjelajah dan mengabadikan kecantikan perairan di “Kepala Burung”, Provinsi Irian Jaya Barat itu.
Warga lokal dilibatkan dalam pembagunan resor, bahkan 80 persen dari 100 karyawannya adalah warga setempat. Salah satu paket wisatanya mengunjungi perkampungan sekitar. Turis pun dikenakan biaya untuk mengisi kas desa dan membeli makanan bergizi untuk balita setempat. Warga dilatih berbahasa asing dan menggunakan peralatan selam. Turis di Raja Ampat hanya ingin ke Papua Diving di Pulau Mansuar karena fasilitas dan pelayanannya sudah berstandar internasional. Mereka mendarat di Bandara Domne Eduard Osok, Sorong, langsung menuju lokasi dengan kapal cepat berkapasitas sekitar 10 orang yang tarifnya Rp 3,2 juta sekali jalan. Mereka enggan berkunjung ke tempat lain karena tidak ada fasilitas memadai. Toilet di bandara Sorong pun sangat jorok.
Keindahan Alam Raja Ampat di daratan
Keindahan Alam Raja Ampat di bawah laut
Volume 1 / 2007 BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 23
23
6/11/2007 2:56:38 PM
Minim Fasilitas Raja Ampat adalah pecahan dari Kabupaten Sorong. Walaupun sudah tiga tahun diberi hak otonomi serta mendapat APBD dan berbagai bantuan lain dalam jumlah ratusan miliar rupiah, jalan utamanya belum di aspal atau dibeton, sehingga becek di saat hujan dan berdebu ketika kemarau. Kabupaten berpenduduk sekitar 31.000 jiwa ini luasnya 46.000 km2, 40.000 km2 berupa lautan. Mau bermalam di Raja Ampat pun sulit karena tidak ada penginapan umum selain bangunan milik pemda setempat yang terbatas dan minim fasilitas. Di Waisai, ibukota kabupaten, jika ingin makan harus menahan lapar karena hanya tersedia warung kecil di dekat pantai yang menjual mie instan untuk sekadar mengganjal perut.
adalah salah satu instansi yang serius membantu mengembangkan kabupaten yang kaya sumber daya alam itu. Dinas Kelautan dan Perikanan setempat dikenal sangat aktif, bahkan membuat pusat pelatihan di sebuah pulau cantik dengan sumber air tawar yang dikelilingi hutan lebat. Wilayah ini sempat menjadi incaran para pemburu ikan karang dengan cara mengebom dan menebar racun sianida. Namun, masih banyak penduduk yang berupaya melindungi kawasan itu sehingga kekayaan lautnya bisa diselamatkan. Terumbu karang di laut Raja Ampat dinilai terlengkap di dunia. Dari 537 jenis karang dunia, 75 persennya berada di perairan ini. Ditemukan pula 1.104 jenis
Di ibukota kabupaten, aliran listrik sering mati, terutama setiap tengah malam. Akibatnya, air yang mengandalkan pompa listrik tak mengucur. Bayangkan jika ingin mandi dan buang air besar di tengah malam atau di pagi hari pasti stres berat. Kondisi seperti itu mencerminkan lemahnya infrastruktur dan menghambat perkembangan diberbagai sektor.
Keindahan Alam Raja Ampat di bawah laut
Jika infrastruktur masih terbatas tampaknya sulit menarik investasi, terutama di sektor pariwisata yang menjadi andalan dan bisa menyerap pendapatan dari luar daerah maupun luar negeri.
Jika infrastruktur masih terbatas tampaknya sulit menarik investasi, terutama di sektor pariwisata yang menjadi andalan dan bisa menyerap pendapatan dari luar daerah maupun luar negeri. Padahal, lokasi wisata laut kawasan ini bukan main indahnya, dan berpotensi mengeruk devisa sangat besar jika dikelola dengan baik. Bupati Raja Ampat, Marcus Wanma, mengaku minimnya infrastruktur. Namun, dia menegaskan, pihaknya te rus berupaya memperbaiki berbagai kekurangan.”Pemda setempat baru saja membangun 10 pembangkit listrik tenaga diesel untuk mengalirkan listri ke penjuru ibukota kabupaten yang sebenarnya masih mirip desa terpencil,”ujarnya. Bantuan tetap bermunculan. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP)
24
BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 24
Volume 1 / 2007
6/11/2007 2:56:45 PM
ikan, 669 jenis moluska (hewan lunak), dan 537 jenis hewan karang. Bank Dunia bekerja sama dengan lembaga lingkungan global menetapkan Raja Ampat sebagai salah satu wilayah di Indonesia Timur yang mendapat bantuan Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap) II. Di Raja Ampat, program ini mencakup 17 kampung dan melibatkan penduduk lokal. Coremap II dimulai tahun 2005 dan akan berlangsung selama enam tahun. Asisten Direktur COREMAP II Bidang Penyadaran Masyarakat dan Penyuluhan, Miftahul Huda, menjelaskan, COREMAP II telah membentuk Daerah Perlindungan Laut Berbasis Masyarakat (DPLM) dan
mengangkat Budaya Sasi sebagai nilai kearifan lokal dalam pengelolaan dan konservasi terumbu karang di Raja Ampat. Selain diberi contoh mencari ikan de ngan cara tak merusak lingkungan, nelayan setempat juga diajari alternatif lain seperti budi daya kerapu dan rumput laut. Tokoh-tokoh setempat, termasuk kaum muda berpendidikan perikanan, ikut memantau dan menyebarkan informasi. Nelayan ditempatkan sebagai subjek dan rutin melakukan pertemuan kelompok untuk membahas berbagai masalah. Mereka sudah menyadari bahwa terumbu karang harus dilindungi karena disanalah rumah, tempat pemijahan,
dan berlindung berbagai jenis ikan. Jika terumbu karang tumbuh dan terawat dengan baik, maka ikan-ikan karang yang berharga mahal akan berkembang biak dan mudah ditangkap. Jika lingkung an terjaga, masyarakat juga yang akan menuai keuntungannya. Lingkungan laut yang indah dan asri mengundang banyak wisatawan. Saat ini yang memanfaatkan baru orang asing, sehingga ekonomi kawasan setempat belum tumbuh signifikan. Perlu disiapkan infrastruktur memadai dan sumber daya manusia terampil agar Raja Ampat bukan hanya terkenal keindahan alam dan konservasi lautnya tapi juga kehebatan pembangunan dan pertumbuhan ekonominya.
Bank Dunia bekerja sama dengan lembaga lingkungan global menetapkan Raja Ampat sebagai salah satu wilayah di Indonesia Timur yang mendapat bantuan Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap) II. Di Raja Ampat, program ini mencakup 17 kampung dan melibatkan penduduk lokal. Coremap II dimulai tahun 2005 dan akan berlangsung selama enam tahun.
Volume 1 / 2007 BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 25
25
6/11/2007 2:56:50 PM
bom sekarang Haji
Dahulu menge
Budidaya Rumput Laut
Nelayan Koja Doi dulu mengebom untuk mendapatkan ikan. Tapi, kini tidak terdengar lagi ledakan. Yang terlihat adalah bentangan tali di pantainya. Pada tali terikat bibit rumput laut yang memboyong beberapa nelayan pergi haji. * Andi Wahyudi, Majalah Layar Waktu menjelang sore, Ombak di Teluk Maumere belakangan ini muai besar, “Mau ke mana, Pak? Tanya seorang petugas berseragam TNI AL. “Mau ke Koja Doi,” jawab Layar seraya tersenyum. “Hati-hati, Pak. Kalau bisa, sebelum pukul 17.00 sudah kembali karena ombaknya mulai besar,” balasnya. Boat bermesin 2x85 PK yang ditumpangi segera menderu, perlahan mulai meninggalkan pelabuhan Teluk Maumere. Bersama beberapa orang, LAYAR melaju ke Pulau Koja Doi. Jaraknya sekitar 30 menit perjalanan dengan boat.
26
BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 26
Setengah jam berselang sampailah di Pulau Koja Doi. Di tepi dermaga, seorang bertubuh tegap menyambut LAYAR. Begitu mendarat, kami bersalaman. Oh rupanya Hanawi, orang yang ingin ditemui LAYAR. Sambil berbincang-bincang, kami menuju rumah Hanawi yang tak jauh dari tempat kami mendarat. Sepanjang perjalanan menuju kediaman Hanawi terlihat hamparan rumput yang sedang dijemur. “Dulunya penduduk di desa ini nelayan bagan, pukat hiu, dan nelayan mincing. Bahkan
Volume 1 / 2007
6/11/2007 2:57:06 PM
kami sering mengebom untuk mendapatkan ikan,” ujarnya Hanawi. Tapi, menurutnya, seiring program COREMAP II yang dilaksanakan Departemen Kelautan dan Perikanan, nelayan di desa ini berubah menjadi nelayan rumput laut. “Penghasilan sebagai nelayan rumput laut ternyata lebih besar ketimbang sebelumnya. Sebaliknya, kalau kami menangkap ikan pakai bom, yang rugi kami juga karena banyak sumber daya alam yang rusak,” kata Hanawi yang juga ketua Kelompok Koperasi Koja Doi. Pria berkumis ini mengutarakan bahwa penghasilan dari budi daya rumput laut bisa mencapai rata-rata minimal Rp. 2 juta per bulan. “Harga terendah rumput laut bisa mencapai Rp. 4.000 per kilo, bahkan pada musim baik bisa mencapai Rp. 5.200 per kilo,” paparnya seraya menambahkan bahwa rata-rata tiap nelayan mendapatkan hasil panen 500 kg. “Kalau nelayan punya kapling yang besar, otomatis panennya besar juga,” sambungnya. Yang disebut kapling adalah lahan tempat tumbuhnya rumput laut yang sudah ditandai dengan bentangan tali sepanjang 30 meter sebagai tempat tumbuhnya rumput laut. “Setiap nelayan punya kapling yang berbeda. Tapi, di sini rata-rata memiliki minimal 50 sampai 100 bentang,” ujar Hanawi yang memiliki tiga kapling. Penghasilan yang cukup lumayan ini memang menjadi alasan utama mengapa nelayan di desa ini membudidayakan rumput laut. “Selain penghasilannya lumayan, nelayan juga tidak perlu
jauh-jauh melaut. Kalau dulu kami sering berhari-hari melaut dengan tangkapan yang tidak menentu, sekarang kami tidak perlu jauh-jauh melaut karena kapling rumput laut kan tidak jauh dari pantai. Jadi, setelah memeriksa kapling, siangnya kami bisa kumpul dengan keluarga,” papar Hanawi. Untuk pemasaran rumput laut, Hanawi mengaku mempunyai partner pengusaha rumput laut. “Kami menjualnya kepada para pengusaha rumput laut. Biasanya beberapa hari setelah panen mereka datang dan membeli dari kami dengan harga pasaran,“tuturnya. Rumput laut ini oleh pengusaha itu kemudian diolah menjadi berbagai produk, mulai dari makanan hingga produk perawatan kecantikan. Diakui pria kelahiran tahun 1968 ini, rumput laut desanya disukai pengusaha karena kualitasnya yang baik. “Rumput laut ini bibitnya dari Filipina. Kebetulan di sana budidaya rumput lautnya sangat besar,” katanya. Ketika ditanya soal kendala yang dihadapi dalam mengembangkan budidaya rumput laut, Hanawi mengatakan, “Kendala jangka pendek adalah sering munculnya penyakit pada rumput laut yang menyebabkan tidak bisa berkembang biak. Sedangkan kendala jangka panjangnya yaitu terbatasnya lahan. Sebab, makin banyak nelayan yang berminat pada usaha ini, maka lahannya akan makin ke tengah laut. Dan itu berarti nelayan akan butuh biaya lebih besar lagi. Karena, jika di tengah laut, mereka butuh alat yang cukup banyak, “paparnya.
Suasana desa yang damai di Koja Doi
Usaha budidaya rumput laut masyarakat Koja Doi
Melaut, membudidaya rumput laut
Volume 1 / 2007 BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 27
27
6/11/2007 2:57:26 PM
Hasan Abdulah, Kepala Dusun
“Coremap memberikan wawasan kepada masyarakat pesisir utamanya yang tinggal di pulau dengan akses terbatas untuk turut menjaga, memelihara dan melakukan upaya konservasi terhadap terumbu karang yang berada di perairan Mapour. Untuk mencapai tujuan ini, masyarakatpun telah mendapat berbagai pelatihan dan pertemuan yang bermanfaat” demikian rangkuman pernyataan yang dilontarkan oleh Pak Hasan Abdulah, Kepala dusun I di Pulau Mapour Bintang, Kepulauan Riau tentang implementasi program Coremap di tempat tinggalnya.
Dermaga memasuki Pulau Mapour
“COREMAP II menuju kearah yang sangat baik…..” Overview wartawan ke Pulau Mapour 28
BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 28
Volume 1 / 2007
6/11/2007 2:57:32 PM
Pulau Mapour
Beliau sangat optimis terhadap pening katan kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir melalui program konservasi dan rehabilitasi terumbu karang ini. Sudah seringkali Pak Hasan mengikuti pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh COREMAP II di Pulau Mapour, Bintan sejak tahun 2003 atau sejak tahap pertama program COREMAP II. Ia juga merasa banyak manfaat yang didapat dan perlu untuk diterapkan oleh masyarakata Pesisir di Pulau Mapour. Namun demikian beliau juga mengungkapkan bahwa program ini belum sepenuhnya mampu dijalankan dengan baik dan harus didukung oleh seluruh komponen masyarakat, termasuk Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) yang bertugas untuk menjaga wilayah perairannya. Karena hingga saat ini masih sering terdengar bunyi ledakan di peraiaran di tempat tinggalnya. Syamsul Bahri, salah seorang warga di Pulau Mapour mengakui bahwa pengeboman di peraiaran Pulau Mapour masih ada namun menurutnya hal itu dilakukan oleh masyaraat dari luar Pulau Mapour. Diskusi dengan masyarakat Pulau Mapour ini berlangsung pada saat dilakukan overview wartawan ke lokasi-lokasi COREMAP II pada pertengahan Maret 2007. Pada kesempatan tersebut, COREM AP II bersama wartawan dari Majalah bulanan terbitan nasional Samudra, Sani dan Wicko. Overview wartawan ini bertujuan untuk melihat lebih dekat kemajuan program COREMAP II
Masyarakat setelah berdialog dengan wartawan dari Majalah Samudra
melalui perspektif jurnalis. Masyarakat dapat menyampaikan berbagai hal yang dirasakan selama program COREMAP II tahap kedua ini berlangsung di tempat tinggalnya. Liputan perjalanan wartawan ini dipublikasikan dalam Majalah Samudra yang akan terbit pada bulan April 2007. Selain, bertemu dengan masyarakat di Pulau Mapour, tim wartawan juga melakukan wawancara dengan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, Ir. Zufrin Juniwar yang didampingi oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kab. Bintan, Zul Iskandar. Pak Kadis yang biasa dipanggil “Pak Oyen” dan baru saja menjabat sebagai Kepala Dinas KP, menjelaskan salah satu manfaat program COREMAP II di Kab. Bintan adalah tumbuhnya kesadaran masyarakat di Kab. Bintan terhadap upaya menjaga dan konservasi sumber daya laut. “Mereka tak segan-segan menangkap setiap pelaku pengeboman di perairannya” jelas Pak Oyen. Menanggapi akan masih adanya masyarakat yang melakukan pelanggaran, Zul Iskandar mengungkapkan masih kurangnya sosialisasi COREMAP II oleh pihak penyuluh. “Akibatnya seperti ada miscommunication antara warga dengan pihak Penyuluh” ungkapnya. Proses sosialisasi yang intensif juga menjadi perhatian Pak Hasan, karena waganya dirasa masih kurang mendapat informasi dan perkembangan tentang program COREMAP II.
Salah satu manfaat program COREMAP II di Kab. Bintan adalah tumbuhnya kesadaran masyarakat di Kab. Bintan terhadap upaya menjaga dan konservasi sumber daya laut Melalui sosialisasi dan koordinasi yang lebih baik dari pihak pengelola program dan juga penempatan tenaga penyuluh yang segera dimobilisasi diharapkan dapat mendekatkan pada cita-cita program COREMAP II di lokasi program.
Volume 1 / 2007 BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 29
29
6/11/2007 2:57:42 PM
Baseline Ekologi Wilayah Timur Indonesia
Data dan Informasi Kondisi Terumbu Karang Terkumpul * Winardi dan Tim CRITC COREMAP II
Pengumpulan data ekologi oleh tim Survey
Melalui kegiatan survey pengumpulan data dasar untuk kondisi terumbu karang lokasi COREMAP II di bagian timur wilayah Indonesia terkumpul. Komponen CRITC COREMAP II memantau dan melakukan pendataan awal tentang kondisi terumbu karang berbagai stasiun penelitian. 30
BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 30
Volume 1 / 2007
6/11/2007 2:58:03 PM
Kondisi bawah laut Wakatobi
Studi baseline ekologi (ecological baseline study) sangatlah diperlukan untuk mendapatkan data-data dasar ekologi di lokasi tersebut terutama kondisi ekosistem terumbu karangnya. Data-data yang diperoeh dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi para stakeholder dalam mengelola ekosistem terumbu karang secara lestari. Selain itu, dibuat pula beberapa transek permanent di masing-masing lokasi untuk dipergunakan sebagai tanda pemantauan di masa mendatang. Adanya data dasar dan data hasil pemantauan pada masa mendatang sebagai data pembanding, dapat dijadikan bahan evaluasi yang penting bagi keberhasilan COREMAP II. Studi ini tentunya bertujuan untuk melihat kondisi terumbu karang di perairan lokasi COREMAP II serta menentukan titik awal untuk keperluan monitoring di tahun-tahun berikutnya.
Pusat Penelitian Oceanographi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI) selaku penanggung jawab komponen CRITC COREMAP II menggungakan metoda RRI (Rapid Reef Resources Inventory) dan transek garis (Line Intercept Transect, LIT), untuk karang dan biota bentik lainnya. Untuk ikan karang dengan metoda sensus visual, sedangkan untuk biota megabentos (Reef Check Bentos) dengan transek sabuk (belt transect). Peta dasar sebaran terumbu karang di lokasi COREMAP II berdasarkan peta sementara (tentative) yang diperoleh dari hasil interpretasi data citra digital Landsat-7 “Enhanced Thematic Mapper Plus (Landsat ETM+)”. Kemudian dipilih secara acak titik-titik penelitian (stasiun) sebagai sampel. Sampel yang terambil diharapkan cukup mewakili
Studi baseline ekologi (ecological baseline study) sangatlah diperlukan untuk mendapatkan data-data dasar ekologi di lokasi tersebut terutama kondisi ekosistem terumbu karangnya. Data-data yang diperoleh dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan bagi para stakeholder dalam mengelola ekosistem terumbu karang secara lestari.
Volume 1 / 2007 BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 31
31
6/11/2007 2:58:32 PM
Lokasi-lokasi Baseline Survey No
Kabupaten
1
Selayar
2
Pangkep
3
Wakatobi
4
Buton
5
Biak
6
Raja Ampat
7
Sikka
Lokasi Bagian Barat P. Selayar Pasimasunggu (P. Tanajampea) Pasimarannu (P. Kalao) Kec. Tupabbiring Kec. Tangaya P. Wangi-wangi P. Kaledupa P. Tomia P. Kapota Kec. Mawasangka Kec. Kadatua-Sioumpu Kec. Wabula-Pasar Wajo Kec. Lasalimu Pesisir Biak Timur Pulau-pulau Padaido Bawah (P. Owi, Auki, Pai) Waigeo Selatan (Tim mengalami kondisi cuaca buruk yang mengakibatkan kerusakan pada kemudi) Kec. Waigete Kec. Talibura
untuk menggambarkan tentang kondisi perairan di lokasi tersebut. Tim survey baseline ekologi dari komponen CRITC COREMAP II telah mengeluarkan Buku tentang hasil kegiatan survey ekologinya. Buku yang berjumlah tujuh buah tersebut berisikan tentang hasil kegiatan survey ekologi di seluruh kabupaten lokasi COREMAP II. Sebagai contoh hasil survey adalah kondisi terumbu karang di Kab. Biak, dengan kondisi tutupan karang di sebelah barat daya Bosnik adalah >70% dengan karang Non Acropora ditemukan dengan pertumbuhan cukup baik di
lokasi tersebut. Dalam buku tersebut disampaikan pula saran berupa pelarangan melintas di sebelah utara P. Owi dikarenakan pertumbuhan Acropora yang sangat baik dan akan muncul dipermukaan ketika air surut. Dikhawatirkan kegiatan di sekitar area tersebut dapat merusak terumbu karang yang ada. Beberapa grapik, tabel dan hasil analisa juga ditampilkan dalam buku laporan tersebut. Lebih lengkapnya, laporan hasil baseline ekologi dapat diakses melalui website: http://www.coremap. or.id/berita/penelitian_research. Selamat menyelami!
Pusat Penelitian Oceanographi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI) selaku penanggung jawab komponen CRITC COREMAP II menggunakan metoda RRI (Rapid Reef Resources Inventory) dan transek garis (Line Intercept Transect, LIT), untuk karang dan biota bentik lainnya. Untuk ikan karang dengan metoda sensus visual, sedangkan untuk biota megabentos (Reef Check Bentos) dengan transek sabuk (belt transect).
32
BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 32
Volume 1 / 2007
6/11/2007 2:58:34 PM
Saat menjadi
rumput laut
tumpuan hidup
*Naomi Siagiaan, Sinar Harapan
Sikka - saat memasuki perairan Desa Koja Doi, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, yang terlihat hanya hamparan rumput laut. Memang, sekeliling sisi pulau kecil ini telah menjadi budi daya rumput laut. Inilah sekarang mata pencaharian utama yang memberi keuntungan bagi penduduknya. Desa Koja Doi berada pada salah satu dari pulau-pulau kecil di Sikka. Pulau itu dapat dicapai dalam waktu sekitar satu jam perjalanan menggunakan speedboat dari Maumere. Penduduk yang menghuni pulau ini sebanyak 160 keluarga. Sebagaimana masyarakat pesisir, sebelumnya penduduk Koja Doi bertahuntahun menggeluti pekerjaan sebagai nelayan. Penduduk yang umumnya nelayan pukat hiu, bahkan berani menjajal melaut hingga ke perbatasan Australia. Parahnya para nelayan ini menggunakan bom untuk menangkap ikan. “Sekarang semua berhenti menjadi nelayan, beralih menjadi pembudidaya rumput laut,” kata ketua koperasi Koja Doi Namawi penuh semangat, pekan lalu. Perkataan Namawi tidak berlebihan. Ketika menginjak pulau itu, halaman
penuh dengan rumput laut yang sedang dijemur. Kolong rumah penduduk yang bermodel panggung dimanfaatkan se bagai tempat membersihkan rumput laut yang baru dipanen. Bahkan ada juga rumput laut yang te ngah dipanen, padahal baru saja memasuki musim bagus untuk berbudidaya rumput laut. Disebut musim bagus karena arus angin dan gelombang cukup baik, yakni periode DesemberAgustus. Paling jelek adalah periode September-November di mana angin dan gelombang tidak ada karena masuk musim kering. Budidaya rumput laut telah mengubah kehidupan ekonomi penduduk Koja Doi. Namawi, pria asal Buton, Sulawesi Tenggara, ini mengatakan penduduk bisa memperoleh penghasilan bersih
hingga Rp. 2-3 juta tiap panen. “Ini penghasilan yang cukup besar bagi kami,” katanya. Bandingkan dengan penghasilannya sebagai nelayan. Nelayan pukat hiu masih bisa mendapatkan penghasilan lumayan. Salah satu nelayan di Desa Koja Doi, Baharudin mengaku dengan menjadi nelayan bisa memperoleh Rp. 10 juta. Sayangnya uang itu mesti dibagi dengan tujuh orang rekannya yang berada dalam satu kapal. Sementara itu, nelayan bagan paling hanya bisa memperoleh Rp. 100.000. Namawi menjelaskan umumnya penduduk Koja Doi memiliki 50-100 bentang lahan budidaya. Bentang adalah istilah untuk banyaknya jumlah tali yang digunakan. Dengan luas lahan itu, saat musim subur atau musim bagus, penduduk bisa memperoleh produksi tinggi.
Volume 1 / 2007 BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 33
33
6/11/2007 2:58:43 PM
‘Selain dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, budidaya rumput laut juga memberikan dampak positif bagi pelestarian terumbu karang” Bupati Sikka, Alexander Longginus.
Sebanyak 100 bentang lahan dapat memanen 1 ton rumput laut dengan masa tanam hanya sekitar 45 hari. Pemeliharaannya pun nyaris sangat mudah, hanya perlu membersihkan tanaman. Soal harga, juga lumayan tinggi. Namawi mengatakan harga rata-rata rumput laut kering mencapai Rp. 4.000-5.200 per kg. Sekitar 70 persen hasil panen dijual, sisanya dimanfaatkan sebagai benih. Pembeli langsung datang ke pulau yang sebelumnya sudah dikumpulkan di koperasi Koja Doi. Luas lahan pembudidaya tergantung pada modal. “Semakin luas lahan dan kedalamannya semakin besar modal yang dibutuhkan.” ujarnya. Untuk memulai budidaya rumput laut nelayan harus menyediakan bahan dasar, yaitu tali rafia, tali ris, botol air mineral, dan galon. Menurut Namawi untuk sekitar 100 bentang lahan budidaya, kira-kira butuh Rp. 12 juta.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sikka berjuang cukup ulet mengubah pola kerja masyarakat pesisir yang buruk. Tidak cuma Desa Koja Doi, kebiasaan mengebom untuk menangkap ikan terjadi di semua desa pesisir di Sikka. Pemberdayaan masyarakat pesisir dilakukan melalui program Coral Reef Rehabilitation and Management Project (COREMAP II), yakni kegiatan pelestarian terumbu karang di wilayah perairan Maumere demi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ini merupakan proyek nasional dengan tugas utama mengubah kebiasaan nelayan mengebom sebab itu merusak terumbu karang. “Selain dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, budidaya rumput laut juga memberikan dampak positif bagi pelestarian terumbu karang” kata Bupati Sikka Alexander Longginus. Potensi terumbu karang di Sikka cukup terkenal. Alexander mengatakan luas tutupan terumbu karang di Sikka sepanjang 128 km. Namun potensi tersebut mengalami degradasi seiring kebiasaan nelayan menangkap ikan dengan mengebom. Upaya melindungi terumbu karang dan mengatasi kerusakan lebih parah, pemerintah Australia ikut memberikan bantuan senilai Rp. 45 miliar selama tiga tahun sampai April 2004, yang meru-
pakan COREMAP tahap I. Ada enam desa yang tercakup dalam tahap I. Kemudian sejak 2005, COREMAP tahap II dibiayai oleh Bank Dunia bekerja sama dengan pemerintah pusat untuk menjangkau 34 desa di Sikka. Bank Dunia mengucurkan dana Rp. 8,7 miliar untuk Sikka pada 2006. “Ada perubahan sangat besar di masyarakat pesisir setelah adanya program COREMAP II. Setidaknya mulai tumbuh kesadaran menghentikan kebiasaan mengebom ikan,” katanya. Alexander tampak bangga, kini Pemkab Sikka mampu memproduksi 350-450 ton per bulan rumput laut. Bahkan dia menargetkan peningkatan produksi de ngan mengenalkan budidaya rumput laut kepada masyarakat yang lebih luas. Hanya perlu tetap diwaspadai, meski berpenghasilan lebih baik, toh profesi yang sudah mendarah daging tetap sulit ditinggalkan. Baharudin, misalnya, justru berniat kembali menjadi nelayan yang menangkap ikan hiu,”katanya. Agaknya ini menjadi tantangan bagi pemerintah. Kita Cuma bisa berharap sosialisasi berjalan baik sehingga kesadaran menangkap ikan dengan cara bertanggung jawab tumbuh. Kalau tidak, bom akan terus meledak di perairan Maumere. Padahal Pemkab Sikka telah bertekad laut menjadi tumpuan hidup penduduknya.
“Hidup kami lebih sejahtera setelah membudidayakan rumput laut. Tidak ada lagi anak putus sekolah,” katanya dengan nada puas.
Sulit Jangan mengira mudah mengalihkan pekerjaan dari seorang nelayan pengebom ikan menjadi pembudidaya rumput laut. Namawi mengakui membutuhkan upaya lama, apalagi kebiasaan itu sudah digeluti berpuluh tahun. Awalnya kegiatan mata pencaharian yang ramah lingkungan ini hanya diikuti segelintir orang. “Masyarakat meminta contoh budidaya rumput laut yang berhasil,” jelas Namawi.
34
BULETIN COREMAP II
Buletin Coremap ok2.indd 34
Volume 1 / 2007
6/11/2007 2:58:49 PM
Coremap II saat ini….. Hingga dengan triwulan I tahun 2007, Program Coremap II bantuan ADB dan WB telah mencapai: Komponen Penguatan kelembagaan
ADB Kab. Tapanuli Tengah telah menyelesaikan Rencana Strategis Pengelolaan Terumbu Karang, sementara kabupaten lain masih dalam proses
WB Mendukung penyelesaian Dokumen Pengelolaan Terumbu Karang dalam bentuk Peraturan Daerah di seluruh PMU
Setiap PIU sedang melakukan proses pembuatan Rancangan Peraturan Daerah Pengelolaan Terumbu Karang Community Based Management
Tiap desa sedang melakukan usaha-usaha sebagai Mata Pencaharian Alternatif yang dikembangkan berdasarkan potensi dan kemampuan masyarakat setempat
SETO, CF dan Motivator Desa sedang menyusun Rencana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK) dan di Wakatobi dilakukan validasi terhadap RPTK yang telah disusun
Monitoring, Controlling & Surveillance (MCS)
Konsep Pemantauan dan Perlindungan wilayan pesisir dikembangkan dengan dukungan peralatan teknis yang diperlukan
Konsep Pemantauan dan Perlindungan wilayah pesisir dikembangkan dengan dukungan peralatan teknis, seperti Respon Boat, Detection Lab, dll
CRITC
Komputer dan berbagai peralatan pendukung sudah diterima oleh setiap unit CRITC di Propinsi dan Kabupaten
Laporan hasil baseline ekologi dan sosial ekonomi telah di disemininasikan, pengelola CRITC di kabupatenpun dilibatkan dalam beberapa kegiatan pengelolaan data dan informasi terumbu karang
Public Awareness (PA)
Berpartisipasi dalam pameran DEEP Indonesia 2007, sekaligus menyelenggarakan Workshop Pemerhati terumbu karang dalam dua versi dan mendukung lomba mewarnai dan pembuatan poster. Selain itu mengembangkan bahan sosialisasi untuk program Coremap II
Buletin Coremap ok2.indd 35
6/11/2007 2:58:55 PM