GELIAT KOMED
Daftar Isi
1 2 4 6 8
TENTANG GELIAT KOMED MEREKAM KELAS DALAM BINGKAI KAMERA JADI GURU JANGAN KUDET JUKU CARD DAN DENAH KECAMATANKU
10 13 14 16
APAPUN MATERINYA JADI MENARIK DENGAN ADANYA MEDIA AKU ADALAH KOMED GETAR ITU DATANG KETIKA HENING MENEMANI BAGAIMANA MEN JADI KELUARGA KOMED
MENGUKUR EFEKTIFITAS MEDIA PEMBELAJARAN GELIAT KOMED
i
GELIAT KOMED TRIWULAN I
TENTANG GELIAT KOMED omunitas Guru Pembuat Media Pembelajaran (KOMED) adalah program yang dibentuk Pusat Sumber Belajar (PSB) sebagai wadah bagi guru - guru untuk berkreasi dan berinovasi dalam membuat media pembelajaran yang berkualitas dan efektif dalam pembelajaran.
Dalam edisi Geliat KOMED pertama, kami akan melaporkan kegiatan – kegiatan yang telah dilakukan selama bulan Januari hingga Maret 2016. Berita tentang bagaimana guru – guru ikut dalam beragam pelatihan yang dilakukan selama triwulan pertama akan kami tuangkan di laporan kecil ini.
KOMED berdiri sejak pertengahan 2014, anggotanya semakin banyak di tahun 2016, guru – guru yang bergabung juga semakin variatif, mulai dari guru TK hingga SMP, mulai dari dalam kabupaten Bogor hingga Jabodetabek. Banyak aktivitas – aktivitas yang kami lakukan di KOMED ini.
Sementara itu, cerita pembuatan media pembelajaran akan dipaparkan oleh salah satu anggota KOMED. Begitu juga paparan pengalaman selama bergabung di KOMED akan dikisahkan oleh salah satu anggota yang cukup aktif.
GELIAT KOMED
1
MEREKAM KELAS DALAM BINGKAI KAMERA uru adalah salah satu profesi yang memiliki peluang banyak dalam merekam jejak sejarah manusia, dalam hal ini adalah siswa-siswinya. Banyak kisah yang terjadi di dalam kelas di mana guru adalah saksinya. Namun cerita yang silih berganti, tidak akan dikenang sebagai apa-apa jika tidak dibingkai dalam tulisan atau foto yang mengabadikannya, hanya menjadi sebuah kesan dalam ingatan masing–masing warga kelas yang terlibat. Pilihannya ada dua, menulis atau memotret. Menulis sudah tentu menjadi sebuah keharusan bagi guru, terutama ketika ada tuntutan membuat PTK (Penelitian Tindakan Kelas), namun memotret sangat jarang diprioritaskan kecuali karena alasan dokumentasi. Tidak hanya soal saksi sejarah saja, guru merupakan manusia penuh kesempatan dalam berkreasi dan berinovasi membuat beragam metode, strategi dan media pembelajaran. Namun sayangnya, mengabadikan karya melalui foto masih
PELATIHAN
terpinggirkan dikalangan guru dan tak menjadi prioritas utama. Karena hal inilah Pusat Sumber Belajar mengajak para guru di Komunitas Media Pembelajaran (KOMED) berkumpul di gedung Pusat Sumber Belajar (PSB) Makmal Pendidikan dalam rangka mempelajari pentingnya merekam cerita dan karya pada bingkai foto. Pada Kamis (31/03) para guru berkumpul untuk belajar sekaligus praktik mengambil foto yang bagus dan berkualitas dengan menggunakan alat smartphone. “Foto bukan hanya sebuah dokumentasi, tetapi ia bicara sebuah kisah dan sejarah” ujar Andi Angger Sutawijaya, trainer pada pelatihan kala itu. Andi Angger sudah malang melintang di dunia fotografi dan ingin berbagi pengalamannya pada guru–guru terkait dunia fotografi. Dengan mengajarkan teknik serta praktik langsung pelatihan ini berlangsung seru. Untuk memotret karya atau aktivitas kelas harus ada pengkondisian dan metode–metode fotografi
GELIAT KOMED
2
PELATIHAN guna menghasilkan foto yang berkualitas. Teknik tersebut dinamakan Entire Detail Frame Angel Time atau disingkat EDFAT, merupakan metode yang diperkenalkan Walter Cronkite School of Journalism and Telecommunication Arizona State University sebagai salah metode pemotretan untuk melatih cara pandang melihat sesuatu dengan detil yang tajam. Metode EDFAT diuraikan ke dalam beberapa teknik di antaranya: Entire, Detail, Frame, Angel dan Time. Teknik Entire adalah bagaimana kita mengambil gambar secara menyeluruh tatkala melihat sebuah peristiwa. Detail artinya mengambil gambar yang paling inti, mungkin kalau dalam paragraf dinamakan kalimat inti, di mana satu gambar dapat menjabarkan keseluruhan peristiwa. Frame adalah teknik mengambil gambar dengan menghadirkan sebuah frame untuk menghasilkan gambar yang akurat dan fokus, metode frame sangat cocok digunakan dalam mengambil karya media pembelajaran yang dihasilkan oleh guru–guru. Angel adalah teknik mengambil gambar dari sudut pandang yang diinginkan, misal dari atas-bawah atau kiri – kanan. Sedangkan Time adalah pengaturan waktu dalam mengambil gambar, hal ini sangat
penting karena terkait ketersediaan cahaya ketika mengambil gambar. Tidak hanya bicara teori fotografi saja, pelatihan ini diwarnai dengan banyak aktivitas dan praktik mengambil gambar, utamanya mengambil foto media pembelajaran. Dalam mengambil foto media, guru tidak boleh asal ambil foto, melainkan harus mencoba teknik EDFAT tadi dengan tujuan mengambil satu foto media pembelajaran namun dapat menjelaskan secara keseluruhan apa yang ingin disampaikan sehingga viewer (orang yang melihat foto) tahu media pembelajaran itu untuk apa dan bagaimana cara menggunakannya. Pelatihan kali ini membuat peserta sangat antusias dan penasaran ingin segera mencoba praktik di kelas, bagaimana tidak? Umumnya orang sangat suka wajahnya berhadapan kamera, apalagi jika sudah tahu trik menghasilkan foto yang bagus hanya menggunakan smartphone. Sebuah cerita dan karya akan dibingkai dengan lebih mudah jika sudah mengetahui triknya. ‘Amati kehidupan bergerak seperti sungai disekitarmu, dan sadari bahwa fotomu bisa menjadi bagian dari sejarah kolektif’ -Eli Reed GELIAT KOMED
3
memberi tahu, maka “Untuk harus tahu ilmunya dulu. Agar bisa memberikan keterampilan,maka kudu terampil dulu. Resiko jadi guru harus mau berguru.
”
PELATIHAN
JADI GURU JANGAN KUDET eorang anak perempuan, sekitar kelas 5 SD sedang duduk manis di angkot. Kepalanya menunduk sedangkan jarinya lincah menyentuh gawai yang dipegangnya. Dari awal masuk angkot, tampaknya anak ini khusyuk memainkan games yang ada di gawainya, ia luput memperhatikan lingkungan sekitarnya, tidak peduli ada bahaya disekitarnya. Fenomena semacam ini bukanlah hal asing lagi, hampir setiap orang memiliki ponsel pintar yang disimpan di saku baju, tas atau bahkan menempel terus di jarinya, seolah sudah menyatu dengan kehidupan. Mulai dari usia SD hingga yang kakek nenek, ponsel pintar tampak lebih manarik untuk digunakan. Pun di dunia per-sekolah-an, ada peraturan pun tak membuat gentar, para siswa menyembunyikan ponselnya dari razia guru. Daripada kucing–kucingan lebih baik mencarikan solusi bagaimana memanfaatkan ponsel pintar sebagai media belajar. Namun tidak semua guru mahir atau terbiasa menggunakan teknologi, dalam banyak kasus
para siswa lebih pintar menggunakan teknologi daripada gurunya. Ketika guru memberikan informasi pembelajaran dengan cara monoton, maka siswa memilih asik berkelana di dunia teknologi yang menyajikan beragam informasi dan games menarik. Di sinilah tantangannya, Jadi Guru jangan Kudet alias jangan mau ketinggalan zaman. Memaksimalkan teknologi terkini mau tidak mau harus dilakukan. Masalahnya, terkadang guru juga tidak tahu caranya memaksimalkan teknologi untuk kepentingan pembelajaran. Padahal salah satu faktor yang menunjang keberhasilan proses KBM di sekolah formal adalah pemanfaatan dan penggunaan media dalam proses pembelajaran. Itulah mengapa pemilihan media sangat penting dengan mempertimbangkan sasaran, penggunaan dan relevansi situasi dan perkembangan zaman. Media yang paling mutakhir dan cepat perkembangannya saat ini adalah Teknologi Informasi dan Komunikasi. Berangkat dari masalah tersebut, maka KOMED (Komunitas Guru
GELIAT KOMED
4
Pembuat Media Pembelajaran) mengumpulkan para anggotanya yang terutama masih awam dengan ICT (Information Communication Technology) untuk belajar bersama di PSB pada 26 Februari 2016 di Pusat Sumber Belajar (PSB) Dompet Dhuafa dalam pelatihan “Media Pembelajaran Digital”. Pelatihan pun dimulai dengan ice breaking dan dilanjutkan dengan memberikan pemahaman apa itu ICT (Information, Communication and Technology). ICT merupakan sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara umum adalah semua bagian diantaranya yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi), pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian dari sebuah informasi (Kementerian Negara Riset dan Teknologi, 2006). Pak Iwan Sahrudin yang lebih akrab disapa kang Iwan membuat gerakan unik untuk menghafal pengertian ICT. Iwan Sahrudin adalah praktisi yang fokus menggeluti bidang media pembelajaran digital. Untuk mempersempit bahasan serta menambah keterampilan para guru, Kang Iwan mengajarkan membuat media pembelajaran menggunakan Microsoft Power Point. Mengapa memilih aplikasi ini? Aplikasi ini sering digunakan oleh guru dan dapat ditemukan pada setiap laptop atau PC, yang biasanya hanya digunakan untuk kepentingan presentasi.
Dengan menggunakan 4 prinsip penyajian informasi, kang Iwan Sahrudin mulai mendampingi masing–masing guru membuat media pembelajaran menggunakan power point. Empat prinsip tersebut adalah: unity, di mana gambar, warna dasar dan font harus relevan dan seragam dengan tema. Composition, berkaitan dengan tata letak teks dan pengaturan gambar, mulai dari pengaturan urutan baca hingga meminimalisasi ruang kosong. Emphasis, memberikan penekanan pada teks yang menjadi inti bahasan dengan mengatur besar, jenis dan warna font. Balancing, yaitu pengaturan warna backround dengan teks, teks dengan gambar. Tidak hanya 4 prinsip tersebut yang diajarkan pada pelatihan ini, teknik pengambilan gambar, video, suara hingga memberikan efek–efek lainnya pada power pointpun diajarkan pada pelatihan ini. Jelas sekali guru tertantang membuat presentasi yang bagus. Ketika pelatihan selesai, beberapa di antara para peserta bahkan masih asik mengotak – atik saking penasaran. Terlihat ada optimisme bahwa guru – guru ini tidak akan mengabaikan teknologi lagi untuk dipakai dalam pembelajaran. Butuh dampingan dua hingga empat kali lagi, maka guru akan mampu memanfaatkan media pembelajaran digital.
PELATIHAN
GELIAT KOMED
5
WORKSHOP
JUKU CARD DAN DENAH KECAMATANKU eski hari mendung dan kurang mendukung, dua puluh satu guru dari beragam SD/MI Kab. Bogor tak surut semangat melangkahkan kaki ke Pusat Sumber Belajar Dompet Dhuafa pada Sabtu, 20 Februari 2016, PSB yang biasanya sepi mulai ramai saat waktu menunjukkan pukul satu siang , guru – guru mulai berdatangan dengan penuh semangat, satu dua orang diantara mereka tampak kelelahan karena aktivitas pagi yang padat di sekolahan, namun terlihat jelas motivasi belajar yang tidak kenal lelah dan waktu. Menghadiri “Workshop Membuat Media Pembelajaran Juku (Jumlah Kurang) Card dan Denah Kecamatanku “ itulah tujuan mereka berkumpul saat itu, mereka ingin belajar dari sesama rekan guru bagaimana membuat sebuah media yang
efektif, murah dan menyenangkan. Guru mulai serius saat mendengarkan presentasi media pembelajaran Juku Card yang disampaikan oleh bu Widati yang merupakan salah satu anggota KOMED dari SDN Putat Nutug 04 kec. Ciseeng , Juku (Jumlah Kurang) card merupakan media pembelajaran sederhana dan murah terbuat dari bahan karton dengan modal biaya kurang dari Rp. 5000, namun media ini disulap semenarik mungkin dengan menciptakan aturan permainan seperti anak – anak bermain kartu. “Sedih sekali menerima kenyataan bahwa anak – anak kelas 4 SD kesulitan belajar matematika terutama belajar bilangan positif dan negatif”, ujar bu widati. Alasan itulah yang kemudian melatar belakangi pembuatan Juku Card. 77% bahan Juku Card berkategori layak, dari segi
GELIAT KOMED
6
tampilan menurut responden terdapat di kategori sangat layak dengan nilai 90%, dari segi peran mencapai angkai 91 % artinya sangat layak, sedangkan dari segi harga mencapai angka 100 %, sangat layak. Data tersebut diambil dari riset uji kelayakan yang dilakukan di 3 sekolah yaitu SDN Karikhil 02, SDN Bambu Kuning dan SDN Baitunnisa, responden merupakan siswa kelas 4 dan guru kelas 4, dengan total jumlah 81 responden , riset tersebut dilakukan pada tanggal 16 – 18 Februari 2016. Secara umum Juku Card memberikan dampak yang cukup siginifikan pada hasil belajar siswa, terlihat dari hasil evaluasi siswa yang meningkat, begitu juga dengan motivasi siswa, siswa sangat semangat dan antusias selama pembelajaran ketika menggunakan Juku Card. Semangat tidak hanya berhenti pada siswa, guru – guru yang mengikuti workshop juga tambah semangat untuk membuat reflikasi Juku Card, mereka mulai menggunting karton dan membuat permainan kartu yang disesuaikan dengan materi pelajaran yang mereka ajarkan di kelas. Media “Denah kecamatanku” yang dipresentasikan oleh bu Euis Fitriyah juga tidak kalah menarik, bu Euis merupakan salah satu guru di SDS Baitunnisa Kec. Ciseeng. Denah Kecamatanku merupakan media yang dibuat untuk
mempermudah guru menyampaikan materi bahasa Indonesia dan IPS materi arah mata angin, dengan media ini siswa dapat melihat model nyata sebuah kecamatan melalui miniature kecil yang menarik. Hasi dari riset uji kelayakan untuk media “Denah Kecamatanku” yang diujikan di 2 sekolah dengan 80 responden siswa dan guru kelas 4, terdapat presentase 69% untuk kategori bahan yang artinya media ini layak digunakan, 76% dari indikator tampilan berkategori layak dan 88% media tersebut sangat layak menurut indikator peran. Dengan media “Denah Kecamatanku” siswa seolah – olah bisa melihat bagaimana keadaan tata kecamatannya dari jarak dekat, mereka bisa belajar secara real letak – letak dan arah gedung satu dengan gedung lainnya. Tak ayal lagi, media ini juga memberikan inspirasi bagi guru – guru lain yang ikut di workshop tersebut. Workshop berjalan dengan lancar dan riang dari awal hingga akhir, sebuah nyanyian motivasi yang dipersembahkan oleh bu Euis Fitriyah mengakhiri pertemuan workshop saat itu. “aku percaya…aku pasti bisa…bi-sa Akupun tahu aku pasti bisa…bi-sa Asalkan berusaha jangan lupa berdo’a Aku…pasti bisa Bisa..bisa…yess”
WORKSHOP
GELIAT KOMED
7
MENGUKUR EFEKTIFITAS MEDIA PEMBELAJARAN utinitas seorang guru di setiap pagi adalah bersiap berangkat ke sekolah, namun pada Jum’at, 29 Januari 2016 dua puluh enam guru tidak melangkahkan kakinya ke sekolah seperti hari – hari sebelumnya, melainkan berangkat ke Pusat Sumber Belajar Dompet Dhuafa untuk menimba ilmu dan bersua dengan kawan – kawan guru KOMED. Memilih menjadi guru artinya siap untuk mengajari dan siap untuk diajari, dua puluh enam guru ini membuktikannya bahwa Kasih guru kepada siswa Tidak hanya sekedar mengajar saja ……… Menjadi guru tidak hanya sekedar datang ke sekolah, menyapa anak – anak , mengajarkan materi pelajaran, menilai ulangan dan mengisi raport, dan terus menerus aktivitas tersebut berulang. Sedangkan di luar sana ada banyak aktivitas dan perubahan yang begitu cepat dan
PELATIHAN
meninggalkan siapapun yang tidak mau ikut berubah dan menyesuaikan zaman. Seorang guru mungkin akan dihormati murid dan orang tua murid ataupun masyarakat, tetapi zaman tidak mengendaki demikian. Karena itu penting sekali guru bergabung dengan komunitas dan mengikuti pelatihan – pelatihan atau membaca literature pendidikan terkini, baik untuk pengembangan dirinya maupun pengajarannya. Tidak hanya melihat murid senang lantas kita berkesimpulan bahwa pembelajaran berhasil, namun perlu analisa untuk mengukur sejauh mana efektivitas media pembelajaran dinilai berhasil. Untuk alasan inilah, dua puluh enam guru semangat berkumpul di ruangan ini, seolah ingin membuktikan komitmen dan menunjukan diri bahwa diri mereka tidak hanya sekedar pengajar, tetapi mereka juga sekaligus pembelajar.
GELIAT KOMED
8
Media pembelajaran adalah sebuah media atau sarana yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi/pesan, dimana media tersebut telah disiapkan dan direncanakan untuk pembelajaran. Di KOMED guru – guru tidak hanya asal – asalan menggunakan media pembelajaran, ada 4 tahapan yang harus dilakukan, yaitu perencanaan, pembuatan, penggunaan dan evaluasi. Di pelatihan ini guru – guru fokus pada tahap keempat, yaitu bagaimana melakukan evaluasi media pembelajaran untuk melihat pengaruh dan efektivitasnya bagi proses pembelajaran. Pelatihan diawali dengan memberikan pemahaman tentang pentingnya melakukan evaluasi, dilanjut dengan memberikan materi bagaimana melakukan riset uji kelayakan hingga menyimpulkan hasil uji kelayakan. Semua peserta terlihat aktif dan antusias mengikuti pelatihan ini, bahkan ada tanya jawab yang seru antara pemateri dengan peserta. Masing – masing kelompok peserta diberikan sebuah media untuk dianalisa dan diperagakan, selanjutnya mereka diminta untuk membuat kuesioner dari hasil analisa tersebut, lucunya ada satu kelompok peserta yang terlalu anteng melakukan analisa media pembelajaran, mereka mencoba memperagakan media Monofruits, Monofruits adalah board game edukatif hasil modifikasi monopoli yang ditujukan untuk mem-
bantu anak – anak memahami konsep pasar tradisional serta penggunaan rupiah dalam kehidupan sehari – hari, gurunya saja senang dengan permainan tersebut apalagi jika yang memainkan adalah anak didiknya. Setelah peserta berhasil membuat kuesioner, peserta diminta untuk menyebar kuesioner tersebut ke kelompok peserta lain untuk diisi, selanjutnya kuesioner tersebut diinput dan diolah. Hasil olahan data tersebut mereka definisikan menjadi kesimpulan singkat dan disajikan di power point. Di sesi presentasi masing – masing kelompok saling berlomba untuk mempercantik tampilan presentasinya agar tidak kalah menarik dari kelompok lain. Tidak ada kata lain selain amazing untuk menggambarkan aktivitas mereka hari ini. Saking asiknya dengan pelatihan ini bahkan mereka lupa memperhatikan waktu yang molor setengah jam dari waktu yang telah ditetapkan, bahkan saat pulang masih ada peserta yang asik nongkrong dan mulai merencanakan uji kelayakan di sekolah mereka. Guru yang asik dan dicintai murid, ia tidak hanya datang ke sekolah tepat waktu hari ini. Tetapi ia juga datang ke tempat lain untuk update dan upgrade ilmu untuk disuguhkan pada pembelajaran di kelas hari esok.
PELATIHAN
GELIAT KOMED
9
APAPUN MATERINYA JADI MENARIK DENGAN ADANYA MEDIA
KARYA KOMED TRIWULAN I
etelah mengikuti beberapa pelatihan dan pendampingan, akhirnya guru – guru KOMED menelurkan beberapa karya media pembelajaran. Dengan beragam tantangan, baik waktu, kemauan maupun kemampuan lahirlah 35 karya media pembelajaran yang sudah digunakan di kelas. Minimnya alat dan bahan pembuatan media tidak menjadi kendala, barang bekas atau pinjam peralatan ke anggota lain menjadi cerita yang menarik. Apapun alat dan bahan yang tersedia, dengan kreativitas akan menghasilkan media yang berguna, apapun materi pelajarannya media pembelajaran akan membuat aktivitas KBM menjadi menarik dan berbeda.
GELIAT KOMED
10
Berikut ini kami tampilkan 15 karya media pembelajaran dari total 35 karya yang dihasilkan :
TALI PAS Mengenal Beragam bidang pekerjaan hanya dengan tali, tinggal cocokkan lalu pasang. _Kelas 3 SD_
DENAH KECAMATANKU Mengenal desa dan kecamatan sendiri melalui miniatur/maket sederhana. Belajar arah dan deskripsi arahpun tidak serumit yang dibayangkan _Kelas 4 SD_
BALU DONK Menyenangkannya belajar pecahan hanya menggunakan donat besar _Kelas 4 SD_
KARTU AJAIB Belajar tajwid tidak lagi rumit, ada kartu ajaib yang akan membantu mengerti materi tersebut _Kelas 2 SD_
KARYA KOMED TRIWULAN I KANTONG AJAIB Membawa doraemon ke kelas akan membuat siswa penasaran, belajar Tarikh menjadi lebih riang _Kelas IV SD_
JAM SI DUKU Belajar sudut dan waktu dari jam karakter membuat siswa lebih menantikan pembelajaran _Kelas 4 SD_
CHAMPION STARS Siswa tidak perlu horor lagi belajar matematika, terutama operasi bilangan campuran. _Kelas VI SD_
JUKU CARD Dalam suasana santai sekalipun, anak – anak masih bisa belajar bilangan bulat dengan menggunakan media ini _Kelas 4 SD_ GELIAT KOMED
11
KARYA KOMED TRIWULAN I
SAPULING Atasi kebingungan siswa dalam belajar satuan puluhan menggunakan media SAPULING _Kelas 2 SD_
MONOPOLI KENAMPAKAN ALAM Menyulap lantai menjadi media interaktif belajar kenampakan alam _Kelas 5 SD_
KEONG KALBA Belajar huruf hijaiyah bersama seekor keong ? Pasti anak – anak akan lebih penasaran _Kelas 1 SD_
MONO TEMPER Seperangkat media untuk beragam materi yang dikemas semenarik mungkin dalam sebuah permainan _Kelas 3 SD_
PPA Siswa akan dibuat penasaran untuk menyusun kepingan puzzle perjalanan si air _Kelas 5 SD_
KUARTET SEJARAH Dengan media ini serasa masuk ke masa lalu dan berkenalan dengan tokoh – tokoh nasional _Kelas 5 SD_
ALBID ALMUFRODAT Sekeranjang telur cantik berisi informasi kosa kata bhs. Arab _Kelas 2 SD_
GELIAT KOMED
12
aku adalah komed i tahun 2014, ada undangan pelatihan “media pembelajaran” yang datang ke sekolah tempatku mengajar. Seingat saya undangan tersebut ditujukan untuk guru kelas 4 atau 5 SD. Tapi guru yang bersangkutan kurang apresiatif untuk datang, sangat disayangkan sekali. Saya sendiri yang tidak dituju atau tidak diundang sangat tertarik untuk ikut karena pada saat itu saya merasa kurang aktifitas dan masih minim pengalaman, akhirnya dengan antusias saya langsung menawarkan diri untuk ikut. Dengan seizin KepSek (Kepala Sekolah) saya pun ikut pelatihan media pembelajaran. Saya ikuti setiap pelatihan demi pelatihan, sampai tiba saatnya pembentukan sebuah komunitas yang dinamakan KOMED (Komunitas Guru Pembuat Media Pembelajaran), saya juga turut aktif di dalamnya walaupun dengan
CURHATPELATIHAN ANGGOTA
peserta yang sangat sedikit. Pada saat itu saya rasakan kebersamaan yang sangat terbatas, sehingga kurangnya rasa semangat dari setiap anggota. Tetapi atas kerja keras Pusat Sumber Belajar untuk menghidupkan KOMED, akhirnya KOMED telah melakukan banyak pencapaian, anggotanya semakin banyak, guru – guru di dalamnya memiliki semangat yang luar biasa. Banyak kegiatan-kegiatan KOMED yang sangat bermanfaat untuk guru, apalagi guru seperti saya yang masih sedikit pengalaman. Selain mendapatkan ilmu yang bermanfaat, saya juga mempunyai saudara-saudara baru yang luar biasa. Alhamdulillah beruntungnya saya berada diantara guru-guru luar biasa seperti mereka. Bangga jadi anggota KOMED. Kesuksesan KOMED adalah kebanggaanku, karena KOMED adalah Aku. (Fauziah).
GELIAT KOMED
13
Getar Itu Datang Ketika Hening Menemani ku sayang mereka, anak-anakku kelas 5 B. Aku tahu mereka haus sesuatu yang baru. Kalau mengingat mereka yang berlari, bernyanyi, bercanda, marah, menangis, semakin ingin aku membuat mereka senang. Kalau mereka senang, aku pikir akan mudah mereka belajar dan bermain bersamaku. Bilangan pecahan yang dipelajari di kelas 5, materinya sungguh membuat anak-anakku yang tadinya ceria, jadi tertegun. Wow… materinya muter sana muter sini, mengenalkan macam macam pecahanpun membuat mereka pusing kepala. Ok.. Sepertinya aku harus do something. Tercetuslah ide untuk membuat sebuah tepuk pecahan sebagai apersepsi. Sambil berjalan pulang menuju rumah, dalam hening, ... Aku bergumam, “tepuk pecahan : pecahan biasa, prok prok prok, campuran prok prok prok, desimal prok prok prok, persen prok prok prok, bagi
CURHATPELATIHAN ANGGOTA
dongg”. Yeee… anak anak pasti senang. Esoknya tepuk pecahan itu aku kenalkan, alhamdulillah mereka lebih mudah mengingat macam-macam bentuk pecahan. Tiba saatnya kami belajar materi pecahan, berlatih berlatih dan berlatih. Wah senangnya ketika berlatih soal pecahan mereka dengan mudah mengerjakannya. Namun, apa yang terjadi, satu minggu kemudian, hanya 10 orang yang mengingat materi minggu lalu, 22 orang lagi, bilang lupaa buuu... Wahhhh sebagai guru mereka aku merasa gagal. Untungnya aku memiliki belahan jiwa, yang membuat aku merasa ada sebagai guru, yang membuat aku merasa dihargai setelah bertahun-tahun aku merasa berjuang sendiri, KOMED belahan jiwaku, penyemangatku, tempat aku berkeluh kesah tempat aku merasa selalu ingin berkreasi. Kreasi pertama aku bergabung di Komed adalah
GELIAT KOMED
14
membuat resume kelas online, senangnya hal kecil yang aku lakukan mendapat jempol dari teman-teman. Sejak itu kegiatan demi kegiatan aku ikuti, mulai dari bookshare, ikut diskusi penentuan warna kaos KOMED, kopi darat dan banyak kegiatan lainnya. Apalagi k hari Senin, ada aku dan KBM. seruuu,,,,, teman - teman di KOMED semua kreatif. Setiap ada yang posting gambar media pembelajaran di grup akan aku amati, amati lagi dan lagi. Aku bisa, aku pasti bisa bikin media pembelajaran yang lebih bagus. Saat pertama akan membuat media aku mengalami kebingungan, “aku mau bikin media apa yaaaa? Hahahaha”, yang aku ingat dan selalu diingat, bahwa media adalah alat yang memudahkan guru untuk menyampaikan materi pembelajaran, aku ingat hasil diskusi dengan mba nurul, untuk membedakan apa itu media dan apa itu alat, ketika guru menggunakan gunting untuk memotong kertas, gunting adalah alat, tapi ketika gunting digunakan untuk menjelaskan benda tajam, berarti gunting adalah media.
Hmmmm,,,,, saatnya beraksi. Ketika semua terlelap dalam malam, getar itu datang. Getar datang karena keinginan kuat untuk membuat media, supaya getar itu ntidak menguap, aku diam-diam keluar kamar, aku buat sketsa , sketsa media ular tangga pecahan, setelah puas, barulah aku terlelap. Esok harinya, sepulang mengajar, alat dan bahan sudah siap, mulailah aku membuat media ular tangga pecahan, aku ikuti sketsa yang sudah dibuat. Ada kepuasan tersendiri ketika membuatnya. Esok harinya, media ular tangga pecahan digunakan anak-anakku di kelas, dan berhasil, mereka senang. Mereka main dan main lagi, tanpa mereka sadari sebenarnya mereka sedang berlatih berlatih dan berlatih soal. Foto aku dan KBM media ular tangga mendapatkan banyak jempol dari anggota lainnya dan diapresiasi dengan hadiah buku dari PSB. Terima kasih KOMED, getar cintaku, penyemangatku, hehehhehe. Sampai jumpa kembali di cerita selanjutnya, aku mau bikin media lagi, lagi dan lagi…... (R. Ida)
CURHATPELATIHAN ANGGOTA
GELIAT KOMED
15
WORKSHOP
Bagaimana Menjadi Keluarga KOMED Apakah anda termasuk salah satu guru yang tertarik menjadi anggota keluarga KOMED? Tapi anda bingung bagaimana memulainya ?. Naaahhhh…. Ikuti langkah – langkah berikut ini 1. Joinlah ke grup facebook Komunitas Guru Media Pembelajaran Komunitas Guru Media Pembelajaran (KOMED)
2. Setelah di “approve” oleh admin, kirimlah pesan anda ke Nurul Aeni (search nama tersebut di member) dengan menuliskan nama_no HP WA_asal sekolah_wilayah 3. Tunggu beberapa saat, anda akan langsung bergabung dengan grup keluarga KOMED di WA 4. Ikuti aktivitas – aktivitas daring yang kami lakukan di grup WA 5. Di minggu ketiga dan keempat setiap bulannya, anda akan diundang untuk mengikuti workshop dan pelatihan media pembelajaran di Pusat Sumber Belajar Kami tunggu
GELIAT KOMED
16
Jalan Raya Parung - Bogor Km 42 Jampang, Kemang, Bogor, Jawa Barat Indonesia 16310 Telp 0251 8610817, 8610818, 8162044 Faks 0251 8615016
www.pusatsumberbelajardd.com Facebook: Pusat Sumber Belajar Makmal Pendidikan - Dompet Dhuafa Twitter: @makmalDD