6 1 9
KI LANG
PENCAIRAN
GAS ALAM
ARUN
DIRESMIKAN:
DAERAH ISTIMEWA ACEH MEMBANGUN Pemerataan pembangunan sesungguhnya mengandung arti bahwa seluruh lopisan masyarokat dan terutama rakyat k.ecil yang berpenghasilan rendah dapat menikmati hasil-hasil pembangunan secara merata. Pemerataan pembangunan tersebut juga berarti bahwa kegiatan pembangunan tersebar dan berlangsung diseluruh pelosok Tanah Air. (Presiden Soeharto).
DEPARTEMEN PENERANGAN R.l.
D A E R A H ISTIMEWA A C E H
KI LANG PENCAIRAN
GAS ALAM
ARUN
DIRESMIKAN:
DAERAH ISTIMEWA ACEH MEMBANGUN
( Lambang Daerah Istimewa Aceh )
DEPARTEMEN PENERANGAN R.I.
PENGANTAR
DAFTAR ISI : Halaman 1. K A T A P E N G A N T A R 2. Mengenal Daerah Istimewa Aceh 3. Perjoangan rakyat Aceh bagi Kemerdekaan RI (sekilas sejarah). 4. Kilang Pencairan Gas Alam Blang Lancang L h o k Seumawe Aceh Utara (Laporan Dirut. Pertamina Piet Haryono) 5. Gas A l a m Cair merupakan Ekspor Utama "Energi bersih" (Laporan Menteri Pertambangan dan Energi Subroto) 6. Kita manfaatkan sebaik-baiknya sumber gas alam (Amanat Presiden pada peresmian pencairan Gas Alam Arun) 7. Data pembangunan Kilang Gas Alam Cair ( L N G ) A r u n 8. Beberapa data pembangunan selama Pelita I dan II
Sumber bahan dan Photo : 1. Pem. Daerah Istimewa Aceh 2. Dep. Pertambangan 3. Pertamina Diolah oleh: Dit. Publikasi Dep. Penerangan PENERBITAN INI DISAJIKAN D A L A M RANG K A KUNJUNGAN K E R J A PRESIDEN SOEHARTO DAN ROMBONGAN KE D A E R A H ISTIMEWA ACEH UNTUK MERESMIKAN K I L A N G PENCAIRAN GAS A L A M (LNG) A R U N PADA T A N G G A L 19 SEPTEMBER 1978.
Pembangunan proyek Kilang Pencairan Gas Alam Arun di Aceh saat ini telah mencapai tahap berproduksi yang merupakan proyek Gas alam cair kedua di Indonesia. Proyek gas alam cair pertama ada di Bontang Selatan Kalimantan Timur yang selama setahun ini sejak berppeduksi telah menunjukkan prestasi produksi yang stabil. Keberhasilan pelaksanaan 2 buah proyek gas alam cair masing-masing di Kalimantan Timur dan di daerah istimewa Aceh itu, menempatkan Indonesia pada posisi yang sama dengan Alja^air sebagai negara pengekspor utama L N G di dunia pada saat i n i . Prestasi ini sangat penting artinya dalam pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan nasional dalam sektor Pertambangan dan Energi yang diharapkan dapat meningkatkan sumber penerimaan negara yang sangat dibutuhkan dalam rangka pembiayaan pembangunan nasional. Hasil-hasil yang telah dicapai jelas terjadi, berkat adanya kerjasama dan pengertian yang baik antara Pertamina, Team Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta masyarakat Aceh, sehingga proyek Arun ini berhasil. Proyek L N G Arun yang terdiri dari 3 train ini merupakan suatu komplek k i lang yang serba modern, bahkan ultra modern dengan peralatan-peralatan yang paling mutakhir. Hasil pelaksanaan proyek ini tidak saja akan memberikan suatu penghasilan yang utama bagi negara kita, akan tetapi juga akan sangat bermanfaat bagi perkembangan ekonomi daerah dan masyarakat Aceh secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu baik Pertamina dan Pemerintah pusat maupun Pemerintah daerah dan masyarakat A c e h , diharapkan dapat berusaha memelihara dan meningkatkan produksi proyek itu dengan ketekunan, kerja keras, kerjasama dan dedikasi yang tinggi. Harapan ini akan terlaksana dengan baik, karena kaitan khusus telah lama terjalin antara Pertamina dan Pemerintah Daerah serta masyarakat Aceh pada masa yang lalu. Dalam penerbitan ini kami sajikan berbagai data pembangunan dari daerah Istimewa Aceh terutama Proyek Pencairan gas Alam ( L N G ) A r u n . Semoga penerbitan ini bermanfaat bagi kita semua dalam rangka turut serta berpartisipasi di berbagai proyek-proyek pembangunan nasional, baik dalam penyelesaian Repelita II, maupun Repelita III yang akan datang.
R e d a'k s i.-
MENGENAL DAERAH
ISTIMEWA A C E H 4. Krueng Peureulak di Daerah Tingkat II Aceh Timur bermuara ke Selat Sumatera. 5. Krueng Tamiang di Daerah Tingkat II Aceh Timur bermuara ke Selat Sumatera. 6. Krueng Tenom di Daerah Tingkat II Aceh Barat. 7. Krueng-Woyla di Daerah Tingkat II Aceh Barat. 8. Krueng Meureubo di Daerah Tingkat II Aceh Barat. 9. Krueng Teripa di Daerah Tingkat II Aceh Barat. 10. Krueng Kluet di Daerah Tingkat II Aceh Selatan. 11. Krueng Singkel di Daerah Tingkat II Aceh Selatan.
K E A D A A N GEOGRAFIS DAN IKLIM
Daerah Istimewa Aceh terletak diujung Barat Laut Pulau Sumatera, yaitu antara 2 ° - 6 ° Lintang Utara dan 95° - 98° Bujur Timur, dengan batas-batas sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatas dengan Selat Sumatera. - Sebelah Selatan berbatas dengan Propinsi Sumatera Utara. - Sebelah Timur berbatas dengan Selat Sumatera. - Sebelah Barat berbatas dengan Samudera Indonesia. Dibahagian lepas pantai sebelah Barat Laut sampai dengan Selatan terdapat pulau-pulau antara lain, Pulau Weh dengan kotanya Sabang, Pulau Beras Pulau Nasi, Pulau Simeulu (di-Aceh Barat) dan Pulau-pulau Banyak (diAceh Selatan).Di tengah-tengah Daerah Istimewa Aceh agak kebarat terbentang Bukit Barisan, dengan dataran tinggi Tangse dan dataran tinggi Gayo dan Alas. Di samping itu terdapat pergunungan-pergunungan Pasai dengan puncaknya Gunung Geureudong (2590 M) dan Gunung Peut Sago (2780 M), pergunungan Gayo dengan puncaknya Gunung Burni Telong (2566 M) dan Gunung Ucap Malu (3187 M), pergunungan Alas dengan puncak-puncaknya. Gunung Abongabong (3015 M), dan Gunung Leuser (3466 M) dan pergunungan Aceh Raya dengan puncak-puncaknya Gunung Seulawah Agam (1762 M) dan Gunung Seulawah Inong (868 M). Danau yang terdapat di Daerah Istimewa Aceh ialah Danau Laut Tawar terletak di Daerah Tingkat II Aceh Tengah yang luasnya + 19X3 Km2 yang tingginya 1225 M dari permukaan laut. Selain itu terdapat Danau Aneuk Laot di Pulau Weh (Kotamadya Sabang).Beberapa sungai besar/panjang yaitu : 1. Krueng Aceh yang muaranya melintasi Ibukota Propinsi Banda Aceh. 2. Krueng Peusangan di Daerah Tingkat II Aceh Utara yang bermuara ke Selat Sumatera. 3. Krueng Jambo Aye di Daerah Tingkat II Aceh Utara.
Luas daerah menurut daerah tingkat II adalah sebagai berikut 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Kotamadya Banda Aceh (ibu kota Banda Aceh) 11,08 Km2 Kotamadya Sabang (ibu kotanya Sabang) 200,- Km2 Daerah Tingkat II Aceh Besar (ibu kotanya Banda Aceh) 3.028,92 Km2 Daerah Tingkat II Pidie (ibu kotanya Sigli) 3.415,- Km2 Daerah Tingkat II Aceh Utara (ibu kotanya Lho'Seumawe) .4.755,-Km2 Daerah Tingkat II Aceh Timur (ibu kotanya Langsa) . . . . 7.760,- Km2 Daerah Tingkat II Aceh Tengah (ibu kotanya Takengon). . 5.575,- Km2 Daerah Tingkat II Aceh Barat (ibu kotanya Meulaboh). . 12.100,- Km2 Daerah Tingkat II Aceh Selatan (ibu kotanya Tapak Tuan) 8.910,- Km2 Daerah Tingkat II Aceh Tenggara (ibu kotanya Kota Cane).9.635,- Km2 Jumlah
55.390,- Km2
Iklim di Daerah Istimewa Aceh adalah iklim tropis, dimana musim kemarau biasanya berlangsung setiap tahunnya antara bulan Pebruari s/d. Agustus dan musim penghujan berlangsung antara bulan September s/d. Januari. Dibagian pesisir Aceh berhawa panas, di dataran tinggi berhawa sedang dan dipegunungan berhawa dingin. Pada musim penghujan para Petani mengerjakan sawahnya. Kadang-kadang pada waktu musim penghujan apabila curah hujan tinggi dapat menyebabkan banjir. Pada musim kemarau angin bertiup
3
dari arah Timur dan pada musim penghujan anginbertiup dari arah Barat atau dengan perkataan lain dikenal dengan istilah Angin Barat dan Angin Timur. Daerah Tingkat II Aceh Selatan adalah merupakan daerah dengan intensitas hujan yang tinggi (3,385 mm/tahun) dan Daerah Tingkat II Pidie mempunyai intensitas hujan yang rendah (1,066 mm/tahun). Dari Luas Daerah Istimewa Aceh yang meliputi 55.390 km2 dapat diperinci sebagai berikut
Kelapa Pala Coklat Pinus Jeruk Cengkeh
4
-03 Km2 0,85 K m 2
0,73 K m 2 1.211,71 K m 2 0,38 K m 2 0,10 K m 2
4. Perikanan Darat
1
5. K o t a dan Kampung
Sawah Ladang Jagung Kacangkacangan Sayur-sayuran Ubi-ubian Buah-buahan
3.020,04 K m 2
Pinang Cengkeh Pala Lada Tembakau Randu Tebu Nilam
4
-
3 0 0
4
9
K
m
2
'"
K
m
2
'"
K
m
2
4.320,- K m 2 2.691,14 K m 2 Jumlah
55.390,00 K m 2
1.683,31 K m 2 221,08 K m 2 793,92 K m 2 277,54 K m 2 155,66 K m 2 102,55 K m 2 41,68 K m 2 4,05 K m 2 54,06 K m 2 12,39 K m 2 11.62Km2 8,76 K m 2
3. Perkebunan Besar Karet Kelapa sawit Tebu Kopi
7. Rawa-Rawa, Padang Rumput dan alang-alang
1
'
284,40 K m 2
2. Perkebunan Rakyat Karet Kelapa Kopi
4
8. Danau, sungai dan lain-lain
2.169,75 K m 2 218,30 K m 2 58,22 K m 2 124,70 K m 2 103,86 K m 2 60,81 K m 2
6
5 5 0
6. Hutan 1. Pertanian
6
Kantor Gubermtr Daerah Istimewa Aceh, pusat ddministfasi Peme1.659,02 K m 2
259,61 K m 2 163,96 K m 2 9,07 K m 2 8,58 K m 2
rintahan daerah dikendalikan. P E M E R I N T A H A N Daerah Istimewa Aceh dibentuk berdasarkan Undang-Undang N o . 24 tahun 1956, dengan i b u kotanya Banda A c e h . D i samping itu Banda Aceh ju-
ga menjadi ibu kota Kotamadya Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. D i harapkan dalam waktu dekat sesuai dengan perkembangan K o t a , Kota Banda Aceh sebagai ibu kota Kotamadya Banda Aceh dan ibu kota Daerah Istimewa Aceh akan segera diperluas, dimana beberapa kampting di Aceh Besar akan dimasukkan menjadi bahagian Daerah Tingkat II Kotamadya Banda Aceh; Hal ini telah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat II masing-masing daerah yang bersangkutan.Kemudian ibu kota Daerah Tingkat II Aceh Besar yang kini masih berlokasi dalam Daerah Tingkat II Kotamadya Banda Aceh, sesuai dengan rencana itu juga telah ditetapkan lokasinya di Daerah Tingkat II Aceh Besar sendiri yaitu di Jantho, Kecamatan Seulimeum. Propinsi Daerah Istimewa Aceh yang dipimpin oleh Gubernur selaku Kepala Daerah, terdiri dari 10 Daerah Tingkat II yaitu 8 Kabupaten dengan Kepala Daerahnya Bupati dan 2 Kotamadya dengan Kepala Daerahnya Walikotamadya, 129 Kecamatan dengan Kepala Wilayahnya Camat, 594 Kemukiman dengan Kepala Mukimnya disebut Imeum M u k i m dan 5462 Gampung/ Desa dengan Kepala Desanya disebut Geuchik.
PENDUDUK. Berdasarkan cacah jiwa tahun 1976, penduduk Daerah Istimewa Aceh berjumlah 2.276.037 jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduknya rata-rata 2,3% setiap tahun. Dilihat dari mata pencahariannya maka komposisinya per-sektornya dapat digambarkan sebagai berikut:
a. b. c. d. e.
Pertanian Perdagangan/Pengusaha Buruh Pegawai Negeri Lain-lain
75,25% 5,09% 2,16% 5,59% 11,34%
Perincian masing-masing Daerah Tingkat II beserta jumlah Kecamatan, M u kim dan Gampong (Kampung) Desa adalah sebagai berikut:
J U M L A H 1 1
KOTAMADYA/ N
O
-
K
KABUPATEN
ÏÏ7 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
(2)
Kotamadya Banda Aceh Kotamadya Sabang Kabupaten Aceh Besar Kabupaten Pidie Kabupaten Aceh Utara Kabupaten Aceh Timur Kabupaten Aceh Tengah Kabupaten Aceh Barat Kabupaten Aceh Selatan Kabupaten Aceh Tenggara Jumlah
E
C
A
MATAN '
k-AMDMMrV
M I I V I M
KAMPUNG
(3)
(4)
2
7 19 18 9
— 4 71 127 90 68 25 92 86 31
20 18 663 948 1422 737 166 762 497 229
129
594
5.462
12 23 23
"
(5)
KETERANGAN
(6) Ibu kota Banda Aceh Sabang. Banda Aceh Sigli. Lho'Seumawe Langsa Meulaboh Tapak Tuan Kota-Cane
Gedung DPR Daerah Istimewa Aceh, tempat wakil-wakil rakyat bermusyawarah bagi kelancaran pelaksanaan pembangunan daerah.
5
Presiden Soeharto sedang meneri/na upacara (pensijik) secara adat
6
Aceh.
. No.
Daerah Tingkat II
L
_ u
a
s
D
a
, e
r
a
h
(Km2) "pT 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
(2)
~
(3)
Kotamadya Sabang 200 Kotamadya Banda Aceh 11,08 Kabupaten Aceh Besar . 3.028,92 Kabupaten Pidie 3.415 Kabupaten Aceh Timur 7.760 Kabupaten Aceh Utara 4.755 Kabupaten Aceh Tenggara 9.635 Kabupaten Aceh Tengah 5.575 Kabupaten Aceh Selatan 8.910 Kabupaten Aceh Barat 12.100 Jumlah
55.390
Jumlah Penduduk 1 1976 1977 (4)~
~(5)"~~
18.868 58.668 203.577 313.199 351.045 538.935 148.139 129.599 256.025 252.982
19.297 62.709 208.404 317.965 353.070 539.991 149.951 134.992 259.665 261.745
2.276.037 2.407.792
Mesjid Raya di Banda Aceh, tempat Ummat Islam menunaikan iba dahnya bersamarsama.
Dengan jumlah penduduk 2.276.037 jiwa dibandingkan dengan luas Daerah Istimewa Aceh, yaitu 5.539.000 Ha., maka penyebarannya rata-rata 41,09 jiwa per K m 2 .
Pemusatan penduduk pada umumnya berada di daerah-daerah Pesisir Pantai Timur dan Barat Daerah Istimewa Aceh, sedangkan bahagian tengah/ pedalaman sangat jarang penduduknya, dan ini berarti penyebarannya adalah tidak merata. Kurangnya penduduk di daerah pedalaman Aceh hal ini disebabkan oleh karena keadaan tanah bergunung-gunung serta curam dan apa yang terkenal dengan Gunung Bukit Barisan. Penyebaran penduduk per daerah tingkat II dalam Daerah Istimewa Aceh (keadaan tahun 1976 dan angka sementara tahun 1977) dapat digambarkan sebagai berikut
Menanjaknya pertambahan penduduk selama tahun 1977 i n i , disebabkan oleh adanya tambahan tenaga kerja pada Proyek L . N . G . dan proyek-proyek besar lainnya ( P . M . A dan P . M . D . N . ) di samping itu tambahan dari transmigran-transmigran terutama dari Pulau Jawa.
SUKU BANGSA. Penduduk Daerah Aceh, umumnya terdiri dari Suku Bangsa Aceh. D i samping itu terdapat pula Suku Bangsa yang lain, yang jumlahnya jauh lebih kecil; sehingga seluruhnya terdiri sebagai berikut : 1. Suku Bangsa Aceh: U m u m n y a mendiami Daerah-daerah Tingkat II : Kotamadya Banda A c e h Kotamadya Sabang, Kabupaten Aceh Besar, Pidie, Aceh U t a r a - A c e h T i mur, Aceh Barat dan Aceh Selatan; 2. Suku Bangsa Gayo: Mendiami Daerah Tingkat II Aceh Tengah;
7
Proyek Air Minum Lam Baroe
Proyek Irigasi Krueng Grene. BAHASA DAERAH. 3. Suku Bangsa Gayo Alas: Mendiami Daerah Tingkat II Aceh Tenggara; 4. Suku Bangsa Tamiang: Mendiami Daerah Tamiang. sebuah Kecamatan dalam Daerah Tingkat II Aceh T i m u r : 5. Suku Bangsa Sinabang (Simeulu); Mendiami Daerah Pulau Simeulu Daerah Tingkat II Aceh Barat;
Dalam percakapan sehari-hari umumnya Suku-suku Bangsa di Daerah Aceh masing-masing mempergunakan Bahasanya sendiri-sendiri yaitu : 1. Suku Bangsa Aceh - mempergunakan bahasa Aceh; 2. Suku Bangsa Gayo mempergunakan bahasa G a y o ; 3. 4. 5. 6. 7.
Suku Suku Suku Suku Suku
Bangsa Bangsa Bangsa Bangsa Bangsa
G a y o Alas Sinabang Kleut Hulu Singkel Tamiang
mempergunakan - mempergunakan mempergunakan - mempergunakan - mempergunakan
bahasa bahasa bahasa bahasa bahasa
Gayo Alas; Simeule; Kleut; Hulu Singkel; Tamiang.
6. Suku Bangsa Kluet: Mendiami Daerah Kecamatan Kluet Utara dan Kluet 'Selatan di Daerah Tingkat II Aceh Selatan;
Pada umumnya Suku-suku Bangsa di Daerah A c e h . dapat mempergunakan Bahasa Indonesia, yang merupakan Bahasa Kesatuan Nasional dengan baik. Bahkan Suku Bangsa Aceh termasuk pelopor dalam mempergunakan Bahasa Kesatuan Nasional, yaitu Bahasa Indonesia, yang "tempo doeloe" disebut atau lebih dikenal dengan Bahasa Melayu.
7. Suku Bangsa Hulu Singkel: Mendiami Daerah bekas Kewedanaan Singkel bagian hulu, di Daerah Tingkat II Aceh Selatan.
Jauh sebelum Bahasa Indonesia diikrarkan menjadi Bahasa Kesatuan Nasional pada tanggal 28 Oktober 1928 - Pujangga-pujangga atau Ulamaulama Islam di Daerah Aceh pada Abad ke-IX maupun pada A b a d k e - X V d a n
8
ke-XVII, seperti Syekh Abdurrauf Syiah Kuala, Syekh Nuruddin Arraniry, dll., dalam literature yang ada, berupa Buku-buku pelajaran Agama, Hikayat, Syair-syair dan lain-lain, sudah mempergunakan Bahasa Indonesia dalam tulisan mereka, yang disebut Bahasa Melayu, atau disebut juga Bahasa jawi, dengan tulisan Huruf Arab, maka dengan demikian Bahasa Daerah Aceh-tidak demikian menonjol dalam percakapan sehari-hari, seperti Bahasa-bahasa Daerah yang lain di Tanah A i r . Di samping itu sebagian penduduk di pesisir Barat dan Selatan Daerah Aceh. dalam percakapan sehari-hari dewasa ini ada yang mempergunakan Bahasa Daerah yang disebut "Bahasa Aneuk Jamee" yang berarti bahawa tamu, mirip dengan Bahasa Daerah Minangkabau, Sumatera Barat, dan sebagian yang lain mirip pula dengan dialek Barus, Tapanuli Tengah.
Angkatan kerja tersebut tersebar dalam lapangan pekerjaan sebagai berikut : 1. Pertanian/perkebunan 481.054 jiwa (43,0%) 2. Nelayan 61.117 jiwa ( 5,6%) 3. lndustri/pengolahan 48.991 jiwa ( 4.3 %) 4. Jasa/Kemasyarakatan/Pem 83.264 jiwa ( 7.5%) 5. Perdagangan/Perhotelan/Rest 40.664 jiwa ( 3,5 %) 6. Angkutan/penyimpanan/Komunikasi 7.815 jiwa ( 0,7%) 7. Bangunan 15.277 jiwa ( 1,2 %) 8. Pertambangan/Penggalian 11.995 jiwa ( 1,0%) 9. Keuangan/Asuransi 1.732 jiwa ( 0,1%) 10. Listrik/Gas/Air 1.278 jiwa ( 0,1 %) 11. Kegiatan yang tidak jelas 34.647 jiwa ( 3 , 0 %) 12. Pelajar/Mahasiswa/Usia lanjut 328.067 jiwa (30,0 %)
MATA PENCAHARIAN PENDUDUK. Mengetahui lapangan pekerjaan penduduk, merupakan salah satu petunjuk untuk mempelajari kecenderungan mereka. D i atas telah diterangkan, bahwa kriteria golongan angkatan kerja, ialah mereka yang berusia 15 tahun ke atas yang tercatat sebanyak 55,6% dari seluruh jumlah penduduk, yaitu sebanyak 1.115,904 jiwa.
Jumlah
1.115.904 jiwa (100 %)
Dari kenyataan di atas menunjukkan, bahwa lapangan pertanian/perkebunan menduduki urutan pertama, sedangkan lapangan pekerjaan yang lain menduduki tempat berikutnya, namun banyak terjadi pergeseran, terutama dari bidang pertanian/perkebunan karena belum diolah dengan alat-alat tekhnologi yang moderen, maka nampak kecenderungan penduduk untuk beralih/pindah ke lapangan pekerjaan yang lain, seperti ke bidang industri, perdagangan, jasa dan lain-lain. PERTAMBANGAN. 1. Minyak Bumi Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara, yang disingkat dengan P E R T A M I N A sekarang i n i , memulai debutnya dari Daerah Aceh. Menurut statistik, sampai dengan akhir tahun 1972 menunjukkan bahwa 60% dari export minyak ex Pertamina - berasal dari sumur-sumur minyak dari Daerah Aceh;
Pabrik Gula Cot Girek di Aceh Utara
Berdasarkan Keputusan K A S A D (Jenderal A . H . Nasution), maka Pimpinan Pertamina (Let.Jend. D r . Ibnu Sutowo) mulai tanggal 1 5 Oktober 1957 menangani pertambangan minyak di Sumatera Utara dan Aceh, yuilu dibekas reruntuhan Perusahaan Tambang Minyak peninggalan BPM masa Hindia Belanda. Dari sumbernya berasal di ladang-ladang minyak terletak di Peureulak, K o t a Binjei, dan beberapa tempat lainnya di Daerah Tingkat II Aceh
9
Timur, yang sudah diperas hasilnya sejak tahun 1929 oleh B P M melalui pipapipa dialirkan untuk diproses ke Kilang Minyak yang terletak di Pangkalan Berandan (Sumatera Utara); Dari puing-puing peninggalan Perusahaan Asing itulah, untuk pertama kali dalam sejarah, maka pada tanggal 24 Mei 1958 di export minyak bumi produksi Perusahaan Nasional berasal dari Bumi Aceh, sebanyak 1.700 ton dengan nilai US$ 30.000,-, kemudian dibina menjadi suatu Perusahaan Nasional P E R T A M I N A sekarang i n i . Tetapi oleh karena dalam pengelolaan pertambangan dan Management Perusahaan tersebut, dianut warisan system yang diatur oleh B P M pada tahun 1929, maka Aceh tidak dapat memanfaatkan adanya Perusahaan P E R T A M I N A beroperasi di Daerah Aceh, kecuali sekedar sumbangsih pribadi Pimpinan. Menurut sumber Departemen Pertambangan, bahwa di Daerah Aceh masih banyak terdapat sumber minyak b u m i , baik di daratan (on shore), maupun di lepas pantai (off shore), tetapi untuk exploitasinya masih diperlukan penelitian yang lebih mendalam. 2. L N G . (liquefied Natural Gas) Perusahaan Gas Alam yang dicairkan ( L N G ) terletak di Aron Daerah Tingkat II Aceh Utara, ditemukan pada akhir tahun 1972, disaat-saat sedang memuncaknya krisis energy dunia, oleh Mobil O i l , selaku Kontraktor Pertarnina - dalam rangka production Sharing dengan Pemerintah Indonesia. Menurut perkiraan kasar, Lapangan A r o n tersebut mempunyai reservoir Gas Alam sebanyak + 20 trylion c.f. (cubic feet), merupakan sumber Gas Alam yang terbesar di Asia Tenggara, cukup untuk bahan pengolahan untuk jangka waktu paling kurang selama 50 tahun, dan diharapkan sudah mulai export pertama ke Jepang pada awal tahun 1978. Apabila Perusahaan tersebut sudah beroperasi panuh pada tahun 1978, diperkirakan, bahwa 800 1.000 Tekhnisi Asing dan ± 5 . 0 0 0 tekhnisi Bangsa Indonesia, akan dipekerjakan dan bertempat tinggal di Daerah A r o n dan sekitarnya. Modal investasi untuk Proyek tersebut ± U S $ 1,5 milyard untuk plant site saja, sedangkan untuk sarana dan fasilitas lainnya ditaksir akan mencapai US$ 4.- milyar atau lebih. Apabila Perusahaan tersebut dapat berjalan sebagaimana yang direncanakan, maka diperkirakan bahwa dalam tempo 25 tahun setelah Proyek menghasilkan, selain dapat membayar semua hutang keperluan dalam rangka
10
investasi perusahaan tersebut, juga hasilnya mampu membayar lunas semua hutang Negara RI kepada Luar Negeri selama i n i . Pelaksanaan Proyek L N G tersebut akan segera diikuti dengan perkembangan pembangunan sampingan lainnya, seperti Pabrik Pupuk, Petro K i m i a , dan lain-lain, di samping mendorong tumbuhnya usaha-usaha pembangunan di bidang lain dan kegiatan ekonomi masyarakat serta terbukanya lapangan kerja baru. 3. Tambang Emas Tambang emas terletak di Tutut, 60 K m kepedalaman di Meulaboh, Aceh Barat, diexploitir oleh Marsmans Algemeene M I J , sejak tahun 1930 sampai pada pendudukan Jepang. Pada awal perang Kemerdekaan RI tahun 1945, Tambang Emas tersebut diusahakan oleh bangsa Indonesia, yang dapat berjalan beberapa waktu dan dapat memberi hasil keperluan perjuangan pada waktu itu, tetapi akhirnya pertambangan tersebut mengalami kerusakan, dan pada akhir tahun 1946 tidak dapat berproduksi lagi. Dengan ditanda tangani Kontrak Karya baru-baru i n i , antara Pemerintah Indonesia dengan PT Aceh Mining Indonesia suatu Badan didirikan oleh Konsorsium Perusahaan Asing dibawah Newmont Mining Coorporation, maka Pertambangan Emas Tutut tersebut sudah di survey kembali dan akan di exploitir sebagaimana yang diharapkan. Selain di Tutut, juga terdapat pertambangan Emas Rakyat, dihulu Krueng Tadu dan Krueng Neuang, Krueng Cut dan Beutong Ateuh, yang diusahakan secara mendulang. Biasanya pendulangan emas diusahakan di luar musim turun ke sawah, mereka secara berkelompok kadang-kadang sampai 200 orang jumlahnya menyelam lubuk-lubuk sungai tersebut sampai 2 meter dalam, untuk mendapat batu atau tanah yang banyak mengandung emas. Seorang pendulang kadang-kadang berhasil mengumpulkan emas m u m i rata-rata antara satu sampai dua gram seorang sehari. 4. Paberik Semen Paberik Semen. masih merupakan rencana, terletak di sckitar Lliok Nga.14 K m dari Banda Aceh, dengan areal seluas 4 K m ' dimana tersedia potensi bahan baku untuk Paberik Semen. berupa Batu gamping. serpuh/sabak dan batu pasir kwarsa yang cukup besar dengan kadar dan mutu yang cukup baik.
Menurut hasil survey yang dilakukan oleh :
P E R K E B U N A N
PT Semen Indarung - tahun 1963; - Geology Bandung - tahun 1965 ;
Perkebunan Besar
untuk rencana Paberik Semen di L h o k Nga terdapat potensi sebagai berikut : -
Batugamping : Kapasitas + 173.200.000 ton Kadar
-
Batu serpuh/sabak
: CaO - 53,94 % dan MgO - 0,80%
; Kapasitas ± 2.221.000 ton
Kadar
: A l ° antara 9,9 - 20,5 % C a O - 13,38% S i 0 - 57,62 % F e 0 - 7,38 % 2
3
2
3
Pengusahaan Perkebunan di Daerah Aceh dipelopori oleh PT Socfindo, pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, disekitar tahun 1928. Ini tidaklah berarti bahwa sebelumnya tidak ada usaha perkebunan di Daerah ini, justru jauh sebelumnya sudah ada usaha perkebunan lada yang cukup dikenal pada masa Kerajaan Aceh Darussalam, dan hasil perkebunan lainnya, tetapi yang dimaksud ialah usaha perkebunan menurut system yang terakhir. Pada permulaan P T Socfindo beroperasi di Daerah dengan tanaman jenis karet, di Daerah-daerah Tingkat II : — Aceh Barat : Kebun Seunagan dan Seumayam — Aceh Selatan : Kebun Lae Butar dan Silabuhan — Aceh Timur : Kebun Sungai Liput dan Meudangara
ini di usahakan 4.902 H A ; 2.983 H A ; 8.565 H A ;
dan oleh Perusahaan Perkebunan Pemerintah Hindia Belanda, yang sekarang -
Batu pasir kwarsa
: Kapasitas + 3.688.800 ton;
yang bermutu baik dengan kadar : Si0
2
Ti 0
-
82,19% A 1 0 2
3
-
9,27% F e ^
-
2,70%
-
0,29% CaO
-
0,00% MgO
-
1,14%
Na 0 -
0,06% K 0
-
0,04% SO3
-
0,36%
-
0,06% K
-
0,04%
2
2
2
NgO
-
1,14%
SO
-
0,38%
Na 0 2
2
Hilang dalam pemijaran - 4,18%.Rencana Paberik Semen tersebut mempunyai prospek yang cukup baik terutama untuk konsumen dalam negeri, mengingat produksi semen dalam negeri yang sudah ada belum dapat menampung kebutuhan dalam negeri, tetapi masih harus diimport, lebih-lebih dalam era pembangunan sekarang ini dimana kebutuhan semen makin bertambah meningkat pada setiap tahunnya.
5. Deposit lainnya Deposit-deposit lainnya lihat daftar terlampir.
sudah menjadi milik P N Perkebunan-I, dengan tanaman karet di Daerahdaerah Tingkat II : — Aceh Timur — Aceh Barat
: tersebar di beberapa tempat, : tersebar di beberapa tempat,
19.553 H A ; 4.270 H A ;
Jumlah
40.273 H A ;
Dewasa ini luas areal tanaman tersebut sudah bertambah luas, yaitu sudah mencapai 30% dari luas areal tanah konsesi untuk perkebunan tersebut, yaitu tanah Hak Guna Usaha seluas ± 250.000 H A , tidak termasuk areal pinus markusi. Berhubung harga karet alam di pasaran dunia sangat menurun sebagai akibat adanya produksi karet sintesis, maka tanaman jenis karet pada Perkebunan-perkebunan milik P T Socfindo, sudah dikonversikan dengan tanaman kelapa sawit, dan dewasa ini sudah berproduksi minyak dan.biji sawit, sedangkan perkebunan milik P N Perkebunan-I masih mengusahakan tanaman karet, walaupun harganya sudah menurun sedemikian rupa, sehingga tidak dapat menutupi ongkos-ongkos produksinya, hal ini mungkin oleh karena penanganan perkebunan milik Pemerintah kurang serius digarap, sebagaimana penggarapan terhadap perkebunan P T . Socfindo, milik bangsa Asing (Joint venture dengan Pemerintah R.I.).
11
P N . Perkebunan-I juga mengolah hasil-hasil pinus merkusi berupa terpentin dan phynhart, di pabrik-nya di Lampahan, Daerah Aceh Tengah. Tanaman pinus merkusi di Daerah Aceh umumnya terletak di Daerah Aceh Tengah dan Aceh Tenggara. meliputi areal seluas ± 150.000 H A . suatu areal pinus merkusi yang cukup luas di Tanah A i r . dimana yang sudah diolah baru sebagian kecil saja, yaitu seluas ± 5.000 H A . , sedangkan yang lain belum pernah dijamah oleh manusia. Disamping itu P N Perkebunan-I juga mengusahakan jenis tanaman lain, seperti : kopi, kelapa, jarak, jambu mete, dll. hasilnya yang menonjol dan merupakan komoditi export adalah kopi sedangkan yang lain areal penanamannya masih pada tingkat percobaan. Pabrik Gula Cot Girek di L h o k Sukon, Daerah Tingkat II Aceh Utara, sudah mulai berproduksi - walaupun masih terbatas. Tahun ini areal tanaman tebu baru mencapai 2.000 H A . , tanaman tersebut diharapkan dapat diperluas menjadi 10.000 H A pada tahun yang akan datang. Apabila Paberik Gula Cot Girek dapat berproduksi secara penuh, maka hasilnya dapat menampung kebutuhan gula bagi penduduk Daerah Aceh dan Sumatera Utara. Walaupun hasil perkebunan di Aceh, seperti: Karet. Minyak dan biji sawit, kopi, d l l . cukup besar dan merupakan komoditi export yang amat penting untuk menambah devisa Negara, namun umumnya masyarakat jarang mengetahui, bahwa komoditi tersebut adalah hasil perkebunan di Daerah Aceh. Hal ini disebabkan oleh karena semua hasil Perkebunan tersebut diangkut ke Daerah Sumatera Utara, baik untuk diproses lebih lanjut, maupun untuk langsung di export ke luar negeri, ataupun untuk diperdagangkan antar pulau. Proses ini berlangsung sebagai akibat system pengusahaan dan pengolahan hasil-hasil perkebunan di Aceh pada masa Pemerintah Hindia Belanda, dimana semua fasilitas, sarana, prosesing, angkutan dan lain-lain tidak dipersiapkan di Daerah Aceh, dengan alasan kurang feasible, tidak ekonomis, d l l , tetapi harus dipersiapkan di Daerah Sumatera Utara, dengan asalan cukup feasibel, cukup ekonomis, dsb.nya. Padahal menurut pendapat kami adalah lebih feasible dan lebih ekonomis apabila sarana, alat prosesing. angkutan, fasilitas pelabuhan dan lain-lain sekaligus dipersiapkan di Daerah Aceh sendiri, dimana bahan-bahan tersebut diproduksikan, karena dengan demikian dapat menyerap tenaga kerja, pemerataan pengembangan Daerah, dan menggairahkan kegiatan ekonomi sampingan masyarakat se tempat.
12
Perkebunan Rakyat Perkebunan Rakyat meliputi jenis tanaman yang menonjol antara lain adalah : - Karet,
+
21.008 H A . , daerah centra penanaman : Aceh Timur, Aceh Barat dan Aceh Selatan. Remilling dan Crumb Rubber sebanyak 9 buah kesemuanya terletak di Meulaboh dan di Langsa, jumlah kapasitas 23.600 ton/pertahun.
Kelapa
+
71.405 H A . , Daerah sentra penanaman seluruh Aceh, kecuali Daerah Tingkat II Aceh Tengah sebagian hahasilnya dijadikan kopra. merupakan komoditi export, sebagian dijadikan minyak kelapa untuk kebutuhan dalam Daerah. dan sebagian kelapa butiran diperdagangkan antar Daerah;
Kopi
±
26.715 H A . , daerah penanamannya Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Pidie, Aceh Timur, merupakan komoditi export yang penting bagi Daerah Aceh;
- Pinang
+
15.566 H A . , daerah sentra penanaman Aceh Utara, Pidie dan Aceh Timur. tadinya merupakan komoditi export, tetapi dewasa ini tidak ada pasaran; 7.717 H A . , daerah sentra penanaman Aceh Barat, Aceh Selatan dan Aceh Besar, hasilnya ditaksir sebanyak 1.000 ton/musim, merupakan bahan perdagangan antara pulau, terutama untuk Pulau Jawa.
Cengkeh
±
Pala
±
3.648 H A . , daerah sentra produksi/penanaman di Aceh Selatan. Aceh Barat, Aceh Besar dan Aceh Utara, merupakan bahan komoditi export;
Tembakau
±
5.406 H A . , daerah sentra penanaman Aceh Tengah dan Aceh Tenggara. selain untuk kebutuhan dalam Daerah juga dipasarkan ke Sumatera Utara;
Teh
±
pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, Daerah Tingkat II Aceh Tengah dengan Paberik Redelong, merupakan penghasil Teh yang utama di Tanah A i r , tetapi setelah Proklamasi Kemerdekaan Paberik Teh tersebut tidak berfungsi lagi, sampai dewasa i n i .
Luas areal Perkebunan Rakyat di Daerah Aceh dewasa ini ditaksir seluas 208.747 H A . , dengan berbagai jenis tanaman antara lain sebagaimana yang dikemukakan diatas, hasilnya cukup baik dan dapat meningkatkan taraf hidup Rakyat setempat. Selain itu Daerah Aceh terkenal dengan surplus/penghasil beras - setiap tahun diperdagangkan ke Daerah-daerah tetangga seperti : Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Luas areal sawah/ladang dewasa ini ditaksir 232.959 H A . Daerah sentra produksi padi ialah : Aceh Utara, Pidie, Aceh Timur, Aceh Barat dan Aceh Selatan serta Aceh Tenggara. Dari keseluruhan areal tanaman padi sawah/ladang tersebut tercatat hasil panen padi sebanyak 697.081 ton, setelah dikurangi kebutuhan dalam Daerah, maka terdapat surplus sebanyak + 150.000 ton.
FLORA DAN FAUNA Daerah Aceh - baik yang terdiri didaratan Pulau Sumatera, maupun di Pulau-pulau kecil yang termasuk dalam wilayahnya, umumnya terdiri dari tanah yang cukup baik, hampir semua tanaman daerah tropis - dapat hidup dengan subur. Dibagian tengah daratan Aceh — merupakan dataran tinggi, dimana mulai berdiri rangkaian Bukit Barisan Pulau Sumatera, sedangkan dataran rendahnya terdapat dipesisir bagian Timur dan Barat, melebar antara 20 - 30 K M dari tepi pantai laut kepedalaman, kadang-kadang lebih sempit dan kadang-kadang lebih luas lagi. Alamnya terkenal dengan Flora dan Fauna, baik kayu-kayuan yang hampir semua jenis, maupun Marga Satwa yang cukup menarik, dapat hidup dengan baik dan segar, kesemuanya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kesejahteraan Rakyatnya, merupakan suatu pemberian dan Rakhmat Tuhan yang tidak ternilai harganya, namun diperlukan perhatian yang serius untuk digarap dan dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat. F L O R A Adapun jenis Flora yang penting : — Merante; — Semantok; Damar Laut; — Merbau;
-
Kuli; K a y u Kapur; Pinus merkusi; Dan lain-lain. Luas Hutan seluruhnya, ditaksir
Terdiri : - Hutan Lindung - Cagar alam dan marga satwa - Hutan Produksi
4.179.700 H A ; 436.800 H A ; 850.000 H A ; .1.720.800 H A ;
— Hutan ekonomis yang dapat diexploitir
3.007.500 H A ; 1.172.200 H A .
Dalam pengolahan hasil-hasil hutan — telah mampu menarik Penanaman Modal Asing ( P M A ) dan Penanaman Modal Dalam Negeri ( P M D N ) yang cukup besar, sehingga dapat menghasilkan export kayu dalam benfuk log sebesar 392.643 M 3 (tahun 1971) dengan U S $ 2.655.631.93. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, dewasa ini sudah mulai diolah hasil-hasil hutan di Daerah i n i , antara lain pembangunan Paberik Plywood, di Langsa, Aceh T i m u r . Hasil P l y w o o d tersebut selain dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, juga dapat menyerap tenaga kerja, disamping pemerataan dan pengembangan Daerah. Selain itu terdapat hasil hutan, yang juga merupakan k o m u d i t i export, seperti; rotan (dalam berbagai jenis), damar, kapur barus, dan lain-lain. Disamping itu terdapat pula areal padang rumput dan ilalang seluas 450.000 H A . , sangat sesuai untuk dikembangkan usaha peternakan, secara besar-besaran, dimana baru sebagian kecil yang sudah dimanfaatkan.
F A U N A Jenis-jenisnya yang penting adalah : — Harimau; Beruang; — Gajah (Elephan Indicus); — Badak (Rhinoceros Sonditious & Rhinoceros Senkor); — Mawas (orang utan); — Siamang; — Macan Kumbang (Felis Pardus); — Bermacam-macam jenis binatang ternak;
13
-
Bermacam-macam jenis burung, antara lain, ada yang dapat berbicara, yaitu : beo, burung kunyit (burung kuningan), berujuk balei, dll): Bermacam-macam binatang jenis replita: Bermacam-macam binatang jenis amphibia; Bermacam-macam binatang jenis Insecta — Hexapoda.
Untuk kelestarian berbagai-bagai jenis Flora dan Fauna tersebut G u nung Lauser, Daerah Tingkat II Aceh Tenggara, ditetapkan menjadi Wilayah Cagar Alam dan Marga Satwa, dengan Stasion di Ketambe, terletak + 35 K M dari Kutacane, yang berada dibawah asuhan Proyek World Wild Life Funds, suatu Badan Kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Negeri Belanda, dimana semua jenis Flora dan Fauna dilindungi, bahkan di Stasion Ketambe, dibuka Proyek pelepasan kembali ke hutan satwa-satwa yang sudah jinak, yang tadinya merupakan binatang peliharaan.
HASIL L A U T Perairan laut yang mengelilingi daratan Aceh, merupakan sumber ikan yang cukup besar. Jenis-jenis ikan yang penting adalah : - Jenis Ocianis Pelagis (Tuna, Gabur, i y u , dll); - Jenis Neritis Pelagis (Kembung, Tenggiri, Jenara, dll); - Jenis Dimertal (Bawal, Udang, Teri, dll); - Jenis ikan perairan karang (Ikan kuning, Kerapan, Kakap, Bona dll.). • Karena tertarik akan potensi perairan Aceh, maka banyak Perusahaan Besar yang bergerak dibidang perikanan telah mengadakan operasi pengelolaan hasil-hasil ikan di Daerah Aceh, antara lain : 1. Perusahaan Tuna L o n g Lines, yang berlokasi di Sabang, Kotamadya Daerah Tingkat II Sabang, yang khusus mengolah ikan besar; 2. Perusahaan Surya Aceh milik T . D . Pardede, yang berlokasi di L h o k Seumawe, Daerah Tingkat II Aceh Utara, yang mengolah hasil-hasil udang. Hasil-hasil laut lainnya yang cukup penting adalah: - Bunga karang; Agar-agar, di perairan Aceh Selatan; Lolak, teri pang, telur penyu, di perairan Aceh Selatan, Aceh Barat dan Aceh Besar; Mutiara, di perairan Pulau Banyak; Akar Bahar, di perairan Pulau Simeulu; Ikan Hias, di perairan Sabang.
14
DAYA TARIK Data sejarah dan perbakala peninggalan Nasional, merupakan salah satu daya tarik yang perlu dipertahankan kelestariannya. Berdasarkan inventarisasi yang dilakukan oleh J . De V i n k pada masa Pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1915, menunjukkan, bahwa Daerah Aceh —' memiliki sumber sejarah purbakala peninggalan Nasional yang cukup besar di Tanah A i r . Namun ada yang sudah dtinventarisir itu sudah rusak atau musnah samasekali, baik karena alam, ataupun karena perbuatan manusia sendiri, sehingga jumlah menjadi berkurang, tetapi sebaliknya dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Tenaga Ahli Bangsa kita dibawah bimbingan Lembaga Purbakala Peninggalan Nasional ( L P P N ) — Departemen P & K , dimana telah banyak ditemukan benda budaya dan purbakala peninggalan Nasional yang baru di Daerah ini, maka jumlahnya menjadi bertambah besar. Demikian pula pemandangan alam yang indah, baik tepi pantai laut yang landai, maupun tepi danau atau sungai, konon airnya gemercik mengalir dengan baik, ini merupakan bagian penting harus dipertahankan. Juga gunung-gunung dan lurah, kayu di hutan, yang tinggi, atau nyiur di pantai yang melambai, semuanya merupakan daya tarik bagi suatu daerah untuk diperkembangkan. Sebagian dari data tersebut telah diregistrasikan dalam daftar asset Pariwisata Daerah Aceh, yang turut dilampirkan pada laporan ini (Lampiran-II).
Kesenian Daerah: Kesenian Daerah Aceh cukup banyak aneka ragamnya. Tiap Daerah Tingkat II mempunyai berbagai jenis kesenian khas Daerahnya masing-masing, namun secara keseluruhan jenis-jenis kesenian tersebut beridentitas
khas
Daerah Aceh. Ibu Tien Soeharto pada upacara penutupan Pekan Kebudayaan Aceh Ke II tanggal 2 September 1972 di Banda A c e h , menyatakan perasaan kagum dan salut yang setinggi-tingginya terhadap penyelenggaraan penampilan kesenian Daerah Aceh, yang mana tadinya beliau tidak menduga sama sekali, bahwa Daerah Aceh memiliki perbendaharaan Kesenian Daerah yang melimpah ruah dan cukup mempesonakan. Tadinya diperkirakan, bahwa Daerah Aceh gersang, tidak memiliki suatu kesenian yang cukup menggemparkan, suatu Daerah yang tertutup, Daerah yang erat dipagari oleh agama Islam, dimana tidak dibenarkan menari
di 'depan umum, tetapi ternyata kemudian ajaran Islam demikian kuat menjiwai kesenian Daerah ini, bahkan menimbulkan imaginasi, bahwa justru sejak masuknya Agama Islamlah Kesenian di Daerah Aceh mengalami perkembangan yang pesat sekali. Dewasa ini dengan sering diadakan festival dan perlombaan seni tari antar grup dan antar Daerah, mulai nampaklah adanya perkembangan terutama di kota-kota besar. Dengan demikian kini di Daerah Aceh di samping masih banyak kita temukan kesenian tradisionil yang masih murni, juga mulai banyak dijumpai tari-tari kreasi baru. Berbicara mengenai seni tari Daerah Aceh, kiranya sulit untuk tidak menyebut seni lainnya yang erat hubungannya dengan seni tari tersebut, ialah seni membaca atau menyanyikan syair. Rakyat Aceh tempo dulu sangat gemar mendengarkan syair, baik yang berisi hikayat-hikayat, sejarah, kisah-kisah kepahlawanan ataupun petuah-petuah. Dengan masuknya agama Islam syair-syair tersebut kemudian banyak berisi ajaran Agama Islam. Jalinan kegiatan hidup sehari-hari antara mengalunkan kalimat-kalimat syair dengan beribadat dalam Agama Islam seperti berzikir, ratib, dakwah dan lain-lain, yang dilakukan sambil duduk, mengangguk-angguk, menggeleng-gelengkan kepala dan bertepuk tangan, telah melahirkan suatu seni yang merupakan paduan antara gerak dan nyanyi. Dalam perkembangannya ragam tepuk menjadi sangat kaya, sedang sikap badan pun semakin berkembang, ada yang berdiri, bahkan ada yang melompat-lompat. Lahir juga kemudian petikan jari untuk mengiringi setiap lenggang yang diayunkan. Dengan demikian tari Aceh pada umumnya merupakan paduan antara nyanyi dan gerak, terutama aneka ragam gerak tepukan tangan dan hentakan kaki. Ciri khas lain pada tari Aceh terletak pada sifatnya seperti permainan sehingga dapat dipertandingkan. Mengenai alat musik tradisionil dikenal beberapa macam yang sekarang masih aktif dipergunakan dan bahkan mulai dikembangkan, baik untuk mengiringi pembacaan syair-syair seperti "rapai Pasee", maupun untuk mengiringi tari-tariari, seperti genderang rapai, serune kalee dan lain-lain. Dibawah ini kami kemukakan beberapa cabang Kesenian Daerah Aceh dengan sekedar uraiannya, yaitu : 1. SEUDATI: Kesenian Séudati merupakan salah satu cabang Kesenian yang paling popuier dan digemari oleh rakyat Aceh. Semula tarian tersebut berkembang di Daerah Tingkat II Aceh Utara dan Daerah Tingkat II Pidie. (Kedua Daerah
Tingkat II ini, pada masa pemerintahan Hindia Belanda termasuk dalam Afdeling Nordkust van Aceh dengan Ibu* Kotanya di Sigli). Namun kemudian berkembang luas ke Daerah-daerah Tingkat II lainnya sehingga diterima menjadi kesenian Daerah seluruh Aceh. Perkataan Seudati berasal dari bahasa Arab yaitu "Syahadatain" atau "Syahadati" yang berarti "Pengakuan". Barang siapa yang berminat memeluk agama Islam harus mengucapkan dua kalimah Syahadat atau Dua pengakuan, yaitu pengakuan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan pengakuan, bahwa Muhammad adalah Rasul Allah. Kalau di Jawa, Wayang pernah dipergunakan sebagai sarana atau propaganda untuk meng-Islamkan penduduk setempat, demikian pula "Seudati" di Aceh, pernah pula dipergunakan untuk alat sebagai sarana atau propaganda dalam meng-Islam penduduk di Aceh. Ciri khas Tari Seudati terletak pada sifatnya seperti permainan sehingga dapat dipertandingkan. Dengan adanya sifat ini maka setiap Wilayah berusaha membina kelompoknya masing-masing, agar pada suatu saat dapat memenangkan pertandingan tersebut. Hal inilah kiranya yang menyehatkan mengapa tari Seudati hidup subur di kalangan masyarakat, baik di desa, maupun di kota-kota. Tari Seudati dibawakan oleh 8 (delapan) orang pemain semuanya pria, masing-masing terdiri: 1 (satu) orang pemimpin yang disebut "Syekh". 1 (satu) orang pembantu sebelah kanan, yang disebut "apet uneun". 2 (dua) orang pembantu sebelah kiri, yang disebut "apet wie". 1 (satu) orang pembantu belakang, yang disebut "apetbak". 3 (tiga) orang pembantu lainnya. Disamping itu masih ada satu atau dua orang lagi, yang berdiri di luar lingkaran, yang disebut "aneuk Seudati" atau "aneuk cah ie", yang bertugas mengiringi tari dengan nyanyian. Hal yang menonjol pada tari Seudati terletak pada suasana yang ditimbulkan, baik oleh alunan suara syair yang dibawakan oleh"aneuk Seudati", maupun yang disuarakan oleh "Syekh" yang bersambut dengan syair yang dinyanyikan secara sahut-sahutan oleh semua pemain seperti koor, ditingkah pula dengan suara petikan jari, disela-sela dengan tepukan dad a, dan hentakan kaki yang keras di lantai, sehingga keseluruhannya menimbulkan suasana yang gembira, gegap gempita, dan memberi kesan tari yang gagah, patriotik dan lincah. ;
15
Dengan berpakaian adat, puteri-puteri daerah Aceh tengah menanti kan kunjungan kerja fresiaen di Aceh.
16
Kesan gagah tersebut diperkuat oleh kostum yang praktis, berupa celana panjang dan baju berlengan panjang, warna putih yang ketat membungkus tubuh mereka masing-masing. kain sarung berlipat melilit pinggang, sebilah rencong terselip di pinggang dan sebuah tengkulok pengikat kepala. Tari Saudati dibawakan babak demi babak, syair-syair yang diucapkan biasanya berisi kisah kepahlawanan, hikayat, ajaran Agama, adat istiadat kemasyarakatan dan sebagainya. D i zaman dahulu Tari Seudati merupakan hiburan yang paling utama bagi prajurit Aceh, terutama bila mereka sedang dipersiapkan untuk berangkat ke medan perang. ataupun sekembali dari perjuangan yang melelahkan.
2.
SAMAN :
Tari Saman berkembang dari suatu kesenian yang disebut "Tepuk A n e " yaitu seni menyanyi syair sambil bertepuk tangan. Namum sumber lain mengatakan bahwa "Saman" mungkin berasal dari kata "samaniyah" (bahasa Arab) yang berarti "delapan" karena ada juga dibawakan oleh delapan orang, dan ada pula yang berasal dari tarikat yang dikembangkan oleh seorang ulama yang bernama Syekh Muhammad Saman (wafat tahun 1720). Dalam perkembangan Syair-syair tari ini banyak mengandung ajaran Agama Islam, Sejarah, dan lain-lain. Tari Saman banyak versi yang berkembang di Aceh. Yang berkembang di Gayo Alas, Aceh Tenggara disebut Saman Gayo (Alas), yang oleh Ibu Tien Soeharto disebut " T a r i Tangan Seribu". Sedang yang berkembang di daerah L o k o p , Aceh Timur, disebut Saman L o kop. disamping itu ada pula tari Saman menurut versi A c e h Barat dan Aceh Selatan, yang mana cara pertunjukannya hampir sama. Tari Saman dimainkan oleh penari pria, jumlahnya tidak terikat, ada kala 8, 18 dan 20 orang, semuanya duduk bersimpuh, bahu membahu berjajar. Walaupun tarian dilakukan dalam keadaan duduk bersimpuh, namun tampak sangat hidup dan lincah, karena adanya gerakan-gerakan, tepuk tangan yang sangat seragam dan akurat. Dari tepuk tangan biasa, ke tepuk paha, tepuk dada, tepuk silang, dan lain-lain, sambil mengangguk-angguk, menggeleng-geleng dengan cepat sekali dan ritmis. Dan sebagaimana tari Aceh umumnya, Tari Saman inipun ditingkah pula dengan alunan syair-syair yang dibawakan oleh " S y e k h " dan para penari lainnya secara bersahut-sahut, dan dapat dipertandingkan, antara satu grup dengan grup yang lain.
Tampak seorang wanita tengah menarikan sebuah tarian Alee Tunjang, yang biasanya Tarian ini diadakan pada upacara Keton Kuning dan Sitawar Sidingin, sesuai menurut legende dari asal usul penemuannya di daerah Aceh Timur.
17
Dewasa ini tari Saman versi Gayo (Alas), adapula yang dibawakan oleh wanita. pertunjukan serupa saja dengan tari saman yang dibawakan oleh pria. tetapi nampaknya yang dibawakan oleh wanita agak lebih menarik dari biasa. 3 RANUB LAMPUAN : Tari Ranub Lampuan artinya "sirih dalam cerana" — tari ini mengungkapkan adat Aceh dalam menerima tamu dengan sajian sirih. Hidangan sirih di Aceh merupakan pengantar kata sebelum sampai kepada tujuan-tujuan yang sesungguhnya. Tarian ini diperagakan oleh serombongan gadis yang mengenakan pakaian adat Aceh sebanyak 5 atau 7 orang. Gerak tari i n i menggambarkan kegiatan sejak dari memetik sirih, sampai ramauan dan menyusun sirih dalam cerana. Setelah melakukan serangkaian tari, kemudian tari ini ditutup dengan para penari turun menemui tamu untuk menghidangkan sirih tersebut kepada tamunya. 4. TARI PEUMULIA J A M E E : Tari Peumulia Jamee dalam bahasa Indonesia artinya "rnemuha tamu". Tari ini juga menggambarkan sifat dan adat istiadat Aceh, yang pada umumnya selalu terbuka terhadap tamu-tamunya dan bahkan dengan segala senang hati selalu menyambut tamu-tamu mereka dengan hidangan kuwe-kuwe spisipik Daerah Aceh. Tari peumulia Jamee dibawakan oleh penari wanita, juga dalam berpakaian adat Aceh, jumlahnya tidak mengikat, boleh 5 atau 10 orang. Gerak dan gerik tari ini lemah dan lembut. diiringi oleh bunyi genderang dan serune kale serta alunan suara nyanyian dalam lagu Daerah yang khas. 5. TARI U L A R - U L A R LEMBING. Ular-ular lembing merupakan tarian yang berasal dari Daerah Tamiang, kabupaten Aceh Timur. Tari i n i dibawakan oleh serombongan pemuda dan pemudi setempat, masing-masing 4 orang (4 pasang) dengan mengenakan pakaian Daerah Tamiang, mirip dengan pakaian Malaysia, diiringi oleh musik yang terdiri dari biola dan gendang. Sesekali penari ikut menyanyi bersamasama. secara bersahut-sahut. 18
Alee Tunjang merupakan sebuah kesenian rakyat daerah Aceh Utara yang dihormati. Tarian ini merupakan juga simbolis dari permulaan mengutip hasil panen yang kemudian akan ditumbuk, karena rakyat daerah tersebut banyak sekali padinya dan merupakan mata pencaharian utama.
Tari ini mula-mula dipertunjukan pada saat bulan purnama di tepi pantai sebagai tari pergaulan. Ular dilambangkan pada pemudi sedangkan lembing dilambangkan pada pemuda.
pula Tari Laweut -Pho (yang sudah digabungkan), juga dibawakan oleh 8 orang penari wanita dengan dipimpin oleh seorang " S y e k h " dan dibantu oleh "aneuk cahie".
6. T A R I L A W E U T P H O Tari Laweut Pho merupakan gabungan dua jenis tari, yaitu tari Laweut dan tari Pho. Tadinya baik tari Laweut, maupun tari Pho, dibawakan secara terpisah. tetapi oleh karena kedua jenis tari tersebut agak bersamaan, yaitu keduanya diperagakan oleh wanita melulu, maka pada akhir-akhir ini pertunjukan kedua tari tersebut sudah digabungkan. Dalam pertunjukan dilakukan secara beruntun, dimulai dengan tari Laweut kemudian disusul dengan Pho. Adapun penjelasan singkat kedua tari tersebut adalah sebagai berikut : - Tari Laweut Kata " L a w e u t " berasal dari kata shalawat kepada Nabi, tari ini juga disebut "seudati inong" artinya seudati wanita, karena semua pemainnya wanita melulu. Tari ini mempunyai susunan penari dan tata gerak mirip dengan tari seudati, maka pada tari Laweut tepukan tersebut diubah menjadi tepukan pada paha atau pinggul. Tari Laweut berasal dari Daerah Tingkat II Pidie. Tari Pho Tari pho berasal dari Daerah Tingkat II Aceh Barat, kemudian berkembang ke Daerah Aceh Selatan dan seterusnya hampir ke seluruh A c e h . " P h o " berasal dari kata "Peuba E p o " berarti meratap, sedangkan " p h o " panggilan kehormatan dari Rakyat kepada pimpinannya (Raja). Tari ini disebut juga Bineuh (mungkin berasal dari kata "Banat" (bahasa Arab) artinya gadis-gadis. Tari ini dibawakan oleh gadis-gadis dalam jumlah bilangan genap, sekurang-kurangnya terdiri dari 8 orang. Semula tari ini hanya dilakukan pada upacara-upacara kematian orang-orang besar, para bangsawan, merupakan ratapan dan permohonan do'a kepada yang Maha Kuasa bagi kebahagiaan simati diakhirat. Dalam perkembangannya tari tersebut dilakukan juga untuk memeriahkan upacara-upacara keramaian dan sebagainya. Sebagaimana tari di Daerah Aceh pada umumnya. maka tari pho dipimpin oleh seorang " S y e k h " dan didampingi oleh seorang atau lebih "aneuk chaie", maka
7. Tari Meuseukat Tari Meuseukat atau juga disebut tari "ratib meuseukat" berasal dari kata " R a t i b " artinya ibadat, dan "Meuseukat" artinya diam (bersemadi). Sumber lain mengatakan bahwa "Meuseukat" berasal dari. kata (nama) seorang ulama bernama Ibnu Maskawah, yang datang ke Aceh semasa Hamzah Fansuri. Maskawah diucapkan menjadi Meuseukat. Pada mulanya merupakan suatu madia dakwah dalam menyebarkan Agama Islam di Aceh. Meuseukat dibawakan oleh wanita dengan formasi antara 10-15 orang, dilakukan dalam posisi duduk berlutut, sambil menyanyi, membuat gerakan-gerakan setengah badan, kepala dan tangan. Tari ini dapat dipertandingkan. (Mirip dengan tari Saman). 8. Tari Guel Tari Guel berasal dari Daerah Tingkat II aceh Tengah, dari kisah seekor Gajah Putih persembahan rakyat Aceh Tengah untuk Sultan A c e h . Sang Gajah Putih mogok, kemudian dibujuk sehingga mau berjalan lagi sebagaimana yang direncanakan. Tari Guel mula-mula dilakukan oleh seorang pemuda menari dengan gerak maju dan mundur beringsut dalam jarak yang terbatas, menggambarkan gerak seseorang dalam membujuk gajah untuk bangun dari pembaringannya. Babak kedua dilakukan dengan irama yang lebih gembira, pertanda, bahwa gajah sudah mau berdiri. Pada babak ketiga irama lebih gembira lagi, karena sang gajah putih sudah mau berjalan. Dalam perkembangan tari Guel tersebut dilakukan dalam pesta perkawinan. Pengantin pria diumpamakan dengan gajah putih, yang dengan perasaan malu-malu terpaksa mengikuti penari yang mengajak sipengantin berdiri dari tempat duduknya. Kemudian beberapa orang pengunjung ikut pula menari-nari. Dalam pertunjukan dewasa ini Tari Guel tersebut, dibawakan oleh beberapa orang penari pria, yang mengenakan pakaian adat Daerah Aceh. Tengah, diiringi oleh b u n y i canang dan rapai (sejenis rebana).
19
Dalam upacara, seringkali „tari tumbuk padi" ini diperogakan. Tam-
Rapai Pase sejenis permainan rakyat yang khas Pase, Karena hanya,
pak juga dalam gambar para penari sedang memperagakannya. Tarian
didaerah Mlah yang ada Rapai jenis tersebut. Daerah Pase Aceh
ini merupakan tarian tradisionil rakyat daerah Aceh, dimana tarian
Utara adalah daerah dimana Agama Islam mula berkembang di
ini melambangkan adat istiadat daerah tersebut.
Tanah air kita.
9. Tari Antat Linto:
spesipik Daerah Tingkat II Aceh Utara. Pada zaman sebelum penjajah Belanda, tari ini merupakan keseniaan Rakyat yang sangat dihormati oleh penduduk setempat. dimana sebelum tari tersebut dipertunjukkan, lebih dahulu diadakan upacara adat dengan ketan kuning dan sitawar sidingin.
Antat Linto artinya mengantar pengantin laki-laki. Tari Antat Linto menggambarkan upacara adat Aceh dalam mengantarkan linto ke rumah pengantin perempuan. Dalam perjalanan selain diiringi oleh sanak Saudara dan handai tolan, juga disema*akkan dengan seruan do'a (Selawat kepada Nabi), dan bunyibunyian. Akhir-akhir ini tari tersebut dibawakan oleh serombongan 6 orang wanita dan 2 orang pria dengan membawakan rebana dan rapai. diiringi dengan serune kale dan gendang. sambil menyanyi dalam bentuk berzanji. Dalam pertunjukannya tari tersebut juga diperagakan adat Aceh dalam menerima pengantin pria. 10. Tari Alee Tunjang "Alee Tunjang" artinya "alu lesung dari akar tunjang", sebuah tari
20
Ini sesuai menurut legenda tentang asal usul tari tersebut. sebagai simbolis dari permulaan mengutip hasil panen padi rakyat sampai kepada menumbuk padi, karena Daerah Tingkat II aceh Utara terkenal dengan hasil padi yang merupakan gudang beras bagi Daerah Aceh. Dalam pelaksanaannya. tari tersebut dibawakan oleh serombongan wanita yang berpakaian Adat A c e h . dengan perlengkapan masing-masing sebuah lesung dan alu, mereka menumbuk padi, sambil menyanyi dan menari. Demikianlah beberapa jenis seni tari yang popuier di Daerah A c e h , dimana menurut registrasi tidak kurang dari 25 jenis seni tari lainnya, yang pernah dipentaskan belum dapat kami sebutkan satu persatu pada kesempatan i n i .
d. A L A T M U S I K T R A D I S I O N I L Alat musik tradisionil yang lazim dipergunakan hingga saat ini adalah : Serune Kalee, Rapai, Genderang, Canang, Gong, Bansi, Canang kecapi, dan lain-lain. 1. S E R U N E K A L E E Serune kalee adalah sejenis alat musik tiup, mirip dengan klarinet, atau seruling bambu. Serune berarti serunai atau seruling, sedangkan "kalee" adalah nama suatu desa di Daerah Tingkat II Aceh Besar, dimana alat musik tersebut mulai berkembang.
dan sebagainya. Cara memukul genderang di Aceh, sebelah dipukul dengan telapak tangan, sedangkan yang sebelah lagi dipukul dengan alat pemukul dari kayu. 4. C A N A N G Canang adalah sejenis gong, tetapi bentuknya agak lebih kecil dari gong. 5. G O N G Gong di A c e h sama dengan gong yang terdapat di Daerah lain, yaitu sebuah alat musik pukul terbuat dari perunggu. Dan beberapa jenis alat musik yang lain.
Keistimewaan Serune kalee terletak pada kemampuannya dalam menimbulkan bunyi yang terus menerus, karena susunan alat tersebut yang dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat berbunyi dalam keadaan nafas peniup sedang ditarik ataupun sedang dihembuskan. Namun jarang didapat peniup serune kalee yang mampu memperagakan alat musik tersebut. Permainan serune kalee biasanya disertai dengan bunyi genderang besar dan kecil serta seorang pembawa lagu. Dahulu dipertunjukkan dalam upacara mengantar pengantin pria ke rumah pengantin wanita. dimana rombongan Serune kalee ditempatkan dibarisan depan. Dewasa ini kesenian tersebut dipertunjukkan pada upacara keramaian rakyat sebagai hiburan. 2. R A P A I Rapai banyak jenisnya, ada Rapai biasa dan ada Rapai Pasee. Rapai adalah sejenis alat musik seperti Rebana. Sedangkan Rapai Pasee adalah sejenis alat musik seperti Rebana yang berasal dari Pasee di Daerah Tingkat II Aceh Utara dibekas kerajaan Samudra Pasee, ukurannya agak luar brasa besarnya, sehingga dalam pertunjukan perlu digantung dan menabuh dalam keadaan berdiri. Penabuhan Rapai biasanya diselenggarakan pada malam Jum'at, yang disertai dengan zikir atau syair-syair yang berisi ajaran agama. Rapai tersebut dewasa ini juga merupakan alat musik pengiring beberapa je nis seni tari Daerah Aceh. 3. G E N D E R A N G Genderang adalah sejenis alat musik pukul sama dengan genderang, dibuat dari kayu dan ujung ke ujung dilapisi dengan kulit hewan (kambing)
„TARI REBANA" Tari yang dimainkan oleh 10 orang penari pria & wanita ini berasal dari kotamadya Banda Aceh dengan memakai pakaian Aceh dalam Upacara yang diiringi oleh musik Tradisionil Rapai-dabus. Tarian ini menunjukkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
21
Kaum pria sedang inenvrikan sebuah tarian .jaman". Tarian ini di- Tari sendati ini termasuk tarian spesifik Acéh. Ini juga merupaka tarian daerah yang melambangkan kepribadian Rakyat dengan si lakukan secara duduk berlutut dan berjajar sambil menyanyikan sajaksajak atau pantun-pantun sambil berfepuk tangan bersama-sama. sifat patriotik dan seninya bergabung dalam satu bentuk tari-ta yang heroik Tarian ini berasal dari Aceh Tenggara.
22
SEKILAS
SE]ARAH:
PERJOANGAN RAKYAT A C E H BAGI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA Daerah Aceh sudah lama dikenal dalam sejarah, sejak tahun 824, yaitu melalui Kerajaan Negeri Peureulak di Daerah Tingkat II aceh Timur, yang merupakan Kerajaan Islam pertama di Tanah A i r , dari mana dimulai penyebaran Agama Islam keseluruh Nusantara - termasuk penyebaran dan pendirian Kerajaan Pasee, di Daerah Tingkat II Aceh Utara pada abad ke-XI, dan mencapai puncak kecemerlangan yang merupakan zaman keemasan pada masa Kerajaan Aceh Darussalam, dibawah pimpinan Sultan Iskandar Muda, tahun 1607 — 1636, dengan wilayah Pemerintahannya yang meliputi sebahagian besar Pulau Sumatera dan sebahagian Semenanjung Tanah Melayu, Malaysia sekarang i n i . Suku Bangsa Aceh, tadinya — terutama di zaman Sultan Iskandar M u da (1607 — 1636) terkenal dengan pelaut-nya, dimana pada saat itu sudah memiliki suatu Angkatan Laut yang tangguh, yang mampu menduduki sebagian suatu Angkatan Laut yang tangguh, yang mampu menduduki sebagian Semenanjung Tanah Melayu (Malaysia sekarang ini), di samping armada dagang yang cukup besar, yang mampu mengharungi samudera luas, menghubungi Daerah Aceh dengan Negeri Cina dan Daerah A c e h — Negeri Turki (Eropah), tetapi oleh karena kesempatan dan fasilitas untuk mereka pada dewasa ini sangat terbatas, maka warisan jiwa pelaut tersebut kurang dapat dikembangkan sebagaimana yang diharapkan.
R A K Y A T A C E H BERJOANG Sejak 26 April 1873 sampai dengan akhir tahun 1903 berkecamuklah suatu peperangan antara Kerajaan Aceh Darussalam dengan penjajah Belanda, mungkiri suatu perang yang terlama dalam sejarah. Belanda yang sudah menjajah hampir. seluruh Tanah A i r , Indonesia selama 350 tahun, dengan pusat Pemerintahannya di Batavia (Jakarta sekarang ini) — menyerang Kerajaan Aceh Darussalam. Jenderal J . H . R . Kohier yang ditunjuk selaku Panglima Expedisi ke-I, pada
tanggal 26 April 1873, di perairan Aceh — mengirimkan ultimatum kepada Pemerintah Kerajaan Aceh Darussalam untuk menyerah kepada Belanda, tetapi ultimatum tersebut ditolak mentah-mentah oleh Sultan Alaiddin Mahmudsyah, Sultan Kerajaan Aceh Darussalam pada waktu i t u . Karenanya, tentara Belanda didaratkan di Pante Cermin, terletak di Ulee Lheue (Oleleh) untuk menyerang pusat kerajaan Aceh Darussalam yang berkedudukan di Banda Aceh, yang mereka perhitungkan dapat ditaklukkan dengan mudah dan dalam waktu yang singkat, tetapi kenyataannya adalah sebaliknya, dimana Tentara Kerajaan Aceh Darussalam mampu memusnahkan Expedisi I tersebut. Tanggal 14 A p r i l 1973 Jenderal J . H . R . K o h i e r tertembak mati oleh peluru Tentara Aceh, di depan Mesjid Raya Baiturrakhman Banda Aceh, mayatnya bersama dengan sebagian kecil sisa Expedisi — I dilarikan ke Batavia (Jakarta) untuk kemudian dikebumikan di Perkuburan Tanah Abang, Jakarta. Kehancuran Expedisi—I Tentara Belanda dalam menghadapi perlawanan gigih Rakyat dan Tentara Kerajaan Aceh Darussalam, sangat memalukan Pemerintah Pusat Kerajaan Belanda di Den Hag. Kepada Gubernur Jenderal di Batavia (Jakarta) diinstruksikan untuk mengirimkan bala tentara dan perlengkapan yang diperlukan dalam jumlah yang berlipat ganda, disamping mempergunakan tipu muslihat yang licik untuk menyerang kembali dan menaklukkan Kerajaan Aceh Darussalam, dimana dalam pelaksanaannya lebih dititik beratkan sebagai pembalasan dendam terhadap Rakyat A c e h . Setelah Expedisi—I hancur berantakan, maka Belanda mengirimkan Expedisi ke-II dan Expedisi berikutnya. Dalam pelaksanaannya, disamping kekuatan yang didukung oleh perlengkapan yang berlipat ganda, juga diadakan perubahan strategy terhadap penyerangan dan penaklukkan Kerajaan A c e h , yaitu disanr ig kekuatan Militer, juga dibarengi dengan tipu muslihat yang licik. Walaupun korbannya berjatuhan, diantaranya Jenderal J . L . J . H . P e l , yang terbunuh di Aceh Besar tanggal 25 Pebruari 1876, dan lain-lain, maka
23
penjajah Belanda yang didukung oleh Tentaranya yang terdiri dari Suku-suku Bangsa Indonesia.sendiri, mampu menumbangkan Kerajaan Aceh Darussalam, dan sekaligus menjadikan Daerah jajahannya, sebagaimana Daerah-daerah lainnya di Tanah A i r kita, yang sudah lebih dahulu ditaklukkannya. Sejak saat itu — belanda, dengan system penjajahan yang orthodox — memeras Rakyat dan meng-exploitir Daerah A c e h mengintimidasikan penduduk dan menindas segenap potensi yang ada untuk kepentingan dan keuntuhan penjajahan Belanda, dimana kadang-kadang ajaran Snoek Hougranje, yang berpura-pura menganut atau berorientasi kepada ajaran Agama Islam, memegang peranan yang cukup penting. Dalam masa penjajahan dan penindasannya di Daerah Aceh yang berlangsung selama 40 tahun itu, penjajah Belanda berhasil memproyeksikan Daerah dan Rakyat Aceh — sebagai tempat percobaan pelaksanaan system penjajahannya yang orthodox di Tanah A i r kita. Ia memperalat sebagian Suku Bangsa kita untuk bersama-sama menindas peradaban dan kebudayaan Rakyat Aceh, dan sekaligus mampu dimana-mana disebagian besar Tanah A i r kita menanamkan perasaan kebencian — dengan segala manifestasinya, menghidup-suburkan perasaan saling permusuhan antara satu Suku Bangsa dengan Suku Bangsa yang lain, sehingga Rakyat dan Daerah Aceh sangat ter-isolir, dan secara physic praktis tidak dapat berkembang, sebagaimana Daerahdaerah lainnya, kalaupun ada pembangunannya — hanya terbatas untuk kepentingan Militer Belanda, atau rumah-rumah penjara untuk penduduk Bumi Putera. Usaha menanamkan perasaan kebencian dan permusuhan terhadap Rakyat Aceh — sebagai pembalasan dendam penjajah Belanda terhadap Rakyat Aceh, yang tadinya pernah menghancur-leburkan Expedisi ke-I tentara Belanda pada tahun 1873, disatu pihak secara kurang disadari, dapat mempertebal perasaan sumpah setia sebagian Suku Bangsa kita terhadap Kerajaan Belanda. usaha mana terus menerus di indoktrinasikan, sehingga menjadi candu, meresap menjadi darah daging dan merupakan makanan yang empuk bagi sebagian Suku Bangsa kita di Tanah A i r , karenanya konon sebagian Suku Bangsa kita itu pada masa perjuangan physic Bangsa Indonesia melawan kembalinya penjajahan Belanda ke b u m i Indonesia pada tahun 1945, ada yang terangterangan pula menentang perjuangan menegakkan dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, sedangkan dilain pihak Rakyat Daerah Aceh — harus berjuang untuk menegakkan peradaban dan kebudayaan Aceh, sebagai bagian tak terpisahkan dari peradaban dan kebudayaan Bangsa Indonesia. Dalam penetrapan
24
system penjajahannya
yang orthodox disatu pihak
Belanda sudah mampu merubah sifat-sifat characteristik kepribadian asli Bangsa Indonesia yang terkenal dengan gotong royong, dan sekaligus Belanda mampu membina dan membentuk watak baru bagi sebagian Suku Bangsa Indonesia, sehingga berpecah belah, dapat diperalat untuk di adu domba antara satu Suku Bangsa dengan Suku Bangsa yang lain, terutama ditujukan untuk menindas Raykat Aceh, dan dilain pihak oleh karena penindasan dan intimidasi yang terus-menerus dipraktekkan oleh penjajah Belanda terhadap Rakyat Aceh berlangsung dalam jang waktu yang cukup lama maka Suku Bangsa Aceh tidak memiliki kemesatan untuk membina dan mengembangkan kebudayaan dan peradabannya, konon lagi untuk membangun Daerah-nya. Pemimpin Rakyat dikejar-kejar, bahkan dibuang atau diasingkan ke luar negeri atau ke luar Daerah, Rakyat diperas dan di intimidasikan, karenanya mereka tidak memiliki kesempatan untuk membangun Daerah, sedangkan Pemerintah Belanda sendiri disamping sama sekali tidak memikirkan untuk membangun. Daerah i n i , bahkan sengaja diproyeksikan agar lebih j a ü h ketinggalan dan keterbelakangan-nya, juga kepada Daerah-daerah yang lain ditanamkan pengertian, bahwa Daerah Aceh sangat terkebelakang, Rakyatnya tidak mau menerima pembaharuan, karenanya harus diissolasikan dan bahkan ditakuti. Pengertian ini cukup termakan oleh sebagian Suku Bangsa kita — ia masih membekas dan terasa sampai pada kurun modern i n i , bahkan turut diexploitir terus menerus oleh generasi demi generasi mereka kurang menyadari, bahwa pengertian tersebut termasuk warisan system penjajahan Belanda yang ditrapkan di Tanah A i r kita. Maka menjadi kewajiban kita bersama untuk mengakhiri image tersebut dalam segala bentuk dan menifestasi-nya, demi untuk keutuhan dan Kesatuan Bangsa dalam kerangka wawasan Nusantara. Pemimpin dan Organisasi Masyarakat Aceh telah berjuang untuk melawan, mendobrak dan mengikis habis akibat cacat yang ditinggalkan sebagai warisan dari system penjajahan Belanda tersebut, dan Insya A l l a h , nampaknya perjuangan itu dewasa ini telah memberikan titik-titik terang, baik terhadap pembinaan image positive dari luar Daerah terhadap Aceh maupun tentang pembangunan Aceh pada keseluruhannya.
ACEH, DAERAH MODAL REVOLUSI Setelah Daerah demi Daerah, sehingga sebagian besar wilayah Negara R.I.— kecuali Daerah Aceh - jatuh dalam cengkeraman Tentara Belanda, ma-
•ka untuk pertama kali - setelah roklamasi Kemerdekaan R . I . , Presiden R.I.— Ir. Sukarno dan rombongan - pada tanggal 15 Juni 1948 datang mengunjungi Daerah Aceh, untuk menggembleng semangat perjuangan Rakyat Aceh, dalam menghadapi agressi Militer Belanda — yang sedang berusaha keras untuk menghancurkan Negara Proklamasi dan menjajah kembali seluruh wilayah Negara R.I. Dalam suatu rapat raksasa yang dilangsungkan pada tanggal 16 Juni 1948 bertempat di lapangan Blang Padang Kutaraja (Banda Aceh), ibukota Keresidenan Aceh, Presiden R . I . memberitahukan kepada Rakyat Aceh, bahwa hampir seluruh wilayah Negara R . I . jatuh dalam cengkeraman penjajah Belanda — dalam masa agressi Militer Belanda yang pertama, yang dimulai sejak tanggal 21 Juli 1947, kecuali, Daerah Aceh, yang merupakan "Daerah Modal Revolusi" bagi Negara. Presiden R . I . berpesan, bahwa walaupun wilayah Negara R . I . ini hanya tinggal sebesar payung, seperti Daerah Aceh i n i , yang merupakan "Daerah Modal Revolusi" harus dipertahankan sampai tetesan darah yang penhabisan. Suatu pidato Presiden R . I . yang masih segar dalam ingatan seluruh Rakyat Aceh sampai dewasa i n i . Sesuai dengan seruan Pemerintah Pusat R . I . yang berkedudukan di Yogyakarta. maka pada tanggal 16 Juni 1948, bertempat di Pendopo Keresidenan Aceh, secara simbolis Presiden R . I . menerima 2 (dua) buah Pesawat Terbang dari Residen Aceh, T.Tjhik M o h d . Daudsyah, yaitu sumbangan Rakyat Aceh kepada Pemerintah R . I . , yang masing-masing diberi nama (1). RI-001 "Seulawah A g a m " dan (2). RI-002 "Seulawah Inong" - RI-001 "Seulawah A g a m " terkenal dengan penerbangannya — Wewoko, Dirut G I A sekarang, dan RI-002 "Seulawah Inong" dengan penerbangan Bob Frieberg, seorang Warga Negara Amerika Serikat. Kemudian ternyata kedua Pesawat Terbang sumbangan Rakyat Aceh tersebut, merupakan Pesawat Terbang pertama milik Bangsa Indonesia. Kedua Pesawat Terbang sumbangan Rakyat Aceh tersebut sangat berjasa dan turut memegang peranan yang amat penting pada zaman Perang Menegakkan/Mempertahankan Kemerdekaan R I tahun 1945 - 1949. Penerbangan Wewoko dengan pesawat RI-001 "Seulawah A g a m " beroperasi di luar negeri, terakhir mengusahakan pengangkutan perlengkapan militer keperluan Pemerintahan Burma dalam memberantas pemberontakan di Negara tersebut yang dipimpin oleh Jenderal Ne Win, hasilnya mampu membiayai kebutuhan missi diplomatik Pemerintah R.I di luar negeri, yang
dipimpin oleh M r . A . A . Maramis,- di samping itu Pesawat tersebut dipergunakan juga untuk menembus blockade militer Belanda terhadap wilayah Negara R . I . , dalam mengangkut perlengkapan Militer bagi Tentara R . I . di Daerah Aceh. Sedangkan penerbang Bob Frieberg dengan pesawat RI-002 "Seulawah Inong" beroperasi di dalam negeri, antara lain yang terakhir dipergunakan untuk mengangkut kain merah putih keperluan Bendera Nasional, alat-alat perlengkapan kantor dan lain-lain dari Daerah Aceh — sebagai sumbangan Rakyat Aceh untuk Pemerintah R . I . di Yogyakarta pada awal penyerahan kedaulatan, walaupun pada akhirnya ia sendiri dengan pesawatnya gugur sebagai Pahlawan Bangsa Indonesia yang tidak banyak dikenal. Tanggal 19 Desember 1948 — Belanda memulai agresi militernya yang kedua terhadap wilayah Negara R . I . Dalam waktu singkat Belanda beerhasil merebut hampir seluruh wilayah Negara R . I . , kecuali Daerah Aceh dan beberapa Daerah pedalaman lainnya. Ibukota Negara R . I . — Yogyakarta didudukinya. Pemerintah R I dikucar-kacirkan. Presiden R I . , Ir. Sukarno, Wakil Presiden Dr. M o h d . Hatta dan beberapa orang Menteri serta Pejabat Tinggi Pemerintah R I . ditangkap dan digiring — sebagian ke Pulau Bangka dan sebagian lainnya diasingkan ke Pulau Samosir di Danau Toba. Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 27 Agustus 1945 tidak mempunyai pemerintahan lagi. Suatu hal yang amat membahayakan, oleh karena Belanda dengan lihai menyiarkan ke seluruh pelosok dunia, bahwa Negara Republik Indonesia tidak ada lagi, gerakan Kemerdekaan Indonesia sudah dapat ditumpas seluruhnya. Keadaan yang demikian gawat harus segera diatasi. Syukurlah karena dalam situasi yang amat kritis i t u , M r . Syafruddin Prawiranegara dan kawankawannya telah bertindak dengan cepat dan tepat. Beliau bersama dengan beberapa kawan seperjuangan menyingkir dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera. Tanggal 22 Desember 1948 beliau membentuk suatu Pemerintah baru, yang diberi nama dengan "Pemerintah Darurat Republik Indonesia" ( P D R I ) , pada waktu itu berkedudukan di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, dengan susunan Kabinet-nya sebagai berikut : 1. Ketua merangkap Pertahanan, Pene- : rangan, dan mewakili Urusan Luar Neger.; 2. Menteri Luar Negeri
M r . Syafruddin Prawiranegara.
M r . A . A . Maramis.
25
3. Menteri Pengajaran, Pendidikan dan : Kebudayaan, mewakili Urusan Dalam Negeri dan Agama.
M r . Teuku M o h d . Hasan
4. Menteri Keuangan dan mewakili Ke- : hakiman.
M r . Lukman H a k i m .
5. Menteri Perburuhan dan Sosial, P e m - : bangunan dan Pemuda serta Keamanan
M r . Sutan M o h d . Rasyid.
6. Menteri Pekerjaan U m u m dan Mewa- : kili Kesehatan.
Ir. Sitompul.
7. Menteri Perhubungan dan Mewakili Kemakmuran.
Ir. Indracahya.
dalam Pasal 1 dan Pasal 2, yaitu: Ps.1. Wakil Perdana Menteri pada umumnya diberikan hak atas nama Kabinet atau atas nama salah seorang Menteri, mengambil segala keputusan Pelaksanaan Pemerintahan (ekskutif) yang dipandang perlu, untuk mewujudkan stabilitas dan penyehatan diberbagai lapangan Pemerintahan di Sumatera, terutama mengenai lapangan Pertahanan, Keuangan, Perekonomian dan Kepamongprajaan khususnya;
1. Angkatan Darat dipimpin oleh Kolonel Hidayat; 2. Angkatan Laut dipimpin oleh Kolonel Subiyakto; 3. Angkatan Udara dipimpin oleh Kolonel Suyono Karsono;
Ps.2. Dalam keadaan yang memaksa, Wakil Perdana Menteri diberikan hak mengambil— atas nama dan sambil menunggu pengesahan Presiden sesuatu keputusan yang termasuk kekuasaan Pemerintahan Presiden; Berdasarkan Ketetapan Presiden itulah, maka dengan Ketetapan Wakil Perdana Menteri Nomor: 8/Des/WK.PM Tahun 1949 tanggal 17 Desember 1949, telah ditetapkan pembentukan Propinsi A c e h , dengan wilayahnya yang meliputi bekas Keresidenan A c e h , dengan ibukotanya di Kutaraja (Banda Aceh). Untuk jabatan Gubernur Propinsi Aceh ditetapkan a.n. Tgk. Mohd.Daud Beureu-eh, bekas Gubernur Militer A c e h , Langkat dan Tanah Karo, yang juga berkedudukan di Kutaraja (Banda Aceh).
Sedangkan Angkatan Kepolisian dalam status seperti sekarang ini belum ada, yang ada ialah Jawatan Kepolisian.
Ketetapan tersebut didasarkan kepada pertimbangan : 1. bahwa dengan Ketetapan Wakil Presiden Nomor: 3 / B K P / U / 1 9 4 7 tanggal
Pemerintah Darurat Republik Indonesia ( P D R I ) , yang dipimpin oleh M r . Syafruddin Prawiranegara, yang pada mulanya berkedudukan di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, karena situasi setempat dipindahkan ke Kutaraja (Banda Aceh), bersamaan dengan tempat kedudukan Markas Besar Angkatan Perang Republik Indonesia. Kedudukan Kutaraja (Banda Aceh) selaku Ibukota Negara Republik Indonesia - berlangsung selama 8 (delapan) bulan, yaitu dimulai sejak tanggal 22 Desember 1948 dan diakhiri pada bulan Agustus 1949. menjelang penyerahan kedaulatan dari Pemerintah Kerajaan Negeri Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat.
26 Agustus 1947, Kutaraja (Banda Aceh) pada waktu itu masih berstatus selaku Ibukota (tempat kedudukan) Gubernur Militer Aceh, Langkat dan Tanah Karo, yang dijabat oleh T g k . M o h d . Daud Beureu-eh;
Bersama dengan itu, maka Organisasi Pertahanan Republik Indonesia mengalami perubahan besar. Seluruh Markas Besar Angkatan Perang Republik Indonesia dipindahkan ke Kutaraja (Banda Aceh) selaku ibukota Daerah Aceh, yaitu :
Sesuai dengan Ketetapan Presiden R I . tanggal 20 Agustus 1949, Mr. Syafruddin Prawiranegara, bekas Ketua Pemerintah Darurat R I , yang pada waktu itu masih berkedudukan di Kutaraja (Banda Aceh), diangkat menjadi Wakil Perdana Menteri R I sebagai mewakili Pemerintah Pusat R I . yang baru untuk Pulau Sumatera, yang berkedudukan di Kutaraja (Banda Aceh). Menurut Ketetapan Presiden tersebut, kepada Wakil Perdana Menteri diberi hak dan kekuasaan yang sangat luas, antara lain sebagaimana dimaksud
2b
2. Bahwa Kutaraja (Banda Aceh) pada waktu itu masih berstatus selaku Ibukota Propinsi Sumatera Utara, yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor: 10 Tahun 1948 dengan Gubernurnya yang ditetapkan a.n. M r . S . M . A m i n , yang dilantik sendiri oleh Presiden R I , pada tanggal 19 Juni 1948, bertempat dipendopo Keresidenan Aceh di Kutaraja (Banda Aceh); 3. Untuk kepentingan konslidasi perjuangan menegakkan/mempertahankan Kemerdekaan Negara R I , yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, terutama disaat-saat menjelang penyerahan kedaulatan dari Pemerintah Kerajaan Belanda kepada Pemerintah R.I.S. (Republik Indonesia Sarikat), sesuai dengan dharma bakti, sejarah perjuangan, dan semangat pengorbanan serta kepahlawanan Rakyat Aceh. Sejak diresmikan pembentukan Propinsi A c e h , maka terhitung mulai tanggal 2 Januari 1950. Tgk. M o h d . Daud Beureu-eh, yang waktu itu menjabat selaku Gubernur Militer A c e h , Langkat dan Tanah Karo, dialihkan dan di-
angkat menjadi Gubernur Propinsi Aceh yang pertama. sedangkan M r . S . M . A m i n yang pada waktu itu menjabat selaku Gubernur Propinsi Sumatera Utara, yang juga berkedudukan di Kutaraja (Banda Aceh), berdasarkan Ketetapan P D R I (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) Nomor: 23/Pem/pdri/1949 tanggal 17 Mei 1949, diangkat menjadi Komisaris Pemerintah Pusat untuk Propinsi Sumatera Utara. Ketetapan Wakil Perdana Menteri M r . Syafruddin Prawiranegara, ten tang pembentukan Propinsi Aceh, dan pengangkatan Tgk. M o h d . Daud Beureu-eh menjadi Gubernur Propinsi Aceh yang pertama, adalah suatu ketetapan yang tepat dan bijaksana, sehingga karenanya Propinsi A c e h mampu dan lebih memungkinkan untuk memerankan dirinya selaku " D A E R A H M O D A L R E V O L U S I " , sesuai dengan harapan Presiden RI. sendiri, yang diikrarkan pada tanggal 16 Juni 1948. Dapat ditambahkan, bahwa penunjukkan Kutaraja (Banda Aceh) selaku ibukota Propinsi Sumatera Utara, adalah berdasarkan Ketetapan D P R Propinsi Sumatera Utara, yang bersidang di Kota Tapaktuan, Aceh Selatan pada tanggal 18 Desember 1948, menjelang agressi militer Belanda ke-II terhadap Republik Indonesia. Berdasarkan data-data yang kami kemukakan di atas, sejalan dengan situasi dan kondisi pada waktu itu, maka kami rasa tidaklah terlalu janggal, apabila Presiden R I . mempertaruhkan harapan beliau kepada Rakyat se Daerah Aceh selaku " D A E R A H M O D A L R E V O L U S I " dalam mempertahankan/menegakkan Negara Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 agustus 1945. SIKAP M E N T A L R A K Y A T A C E H Sebagaimana sikap mental Bangsa Timur umumnya, maka sikap mental Suku Bangsa Aceh - termasuk golongan masyarakat yang "gemar menerima tamu" (hospitality). Dalam pelaksanaan sehari-hari, sifat gemar menerima tamu yang dimiliki oleh suku Bangsa Aceh nampaknya lebih unique atau agak berlebihan. Sebagai contoh dapat dikemukakan antara lain : 1. Oleh karena umumnya rumah penduduk desa di Daerah Aceh dibangun di
atas tiang yang tingginya 2 a 3 meter - yang memerlukan tangga. jSerhubung sudah lama dalam pemakaian, maka tangga tersebut adakala'rusak atau lapuk. Apabila mereka akan kedatangan atau menerima tamu, maka tangga tersebut atau bagian-bagian lain yang penting dari perumahan mereka, segera diteliti untuk diperbaiki kembali sebagaimana mestinya - untuk menghindari agar tamu yang akan berkunjung ke rumah mereka tidak mendapat kecelakaan. Mereka kurang memperhatikan terhadap kepentingan dan keselamatan keluarganya sendiri yang setiap saat mempergunakan bagian-bagian rumah tersebut. 2. Demikian pula dalam penyediaan atau penyajian makanan. Kalau mereka akan kedatangan atau menerima tamu, maka segera dipersiapkan suatu hidangan dengan lauk-pauk yang serba cukup, melebihi dari biasa. Jika persediaan tidak mencukupi maka mereka bernulis berhutang untuk kepentingan penyajian makanan dengan lauk-pauk yang cukup untuk tamunya, sedang makanan untuk keluarganya sendiri cukup dipadai dengan - jika ada — lauk-pauk seala kadarnya. Kedua contoh tersebut sengaja ditampilkan di sini, karena merupakan refleksi dari sikap mental atau sifat umum masyarakat Aceh, terutama dalam hubungan dengan penyambutan atau penerimaan tamu. Sikap mental tersebut dapat dilihat dalam pergaulan sehari-hari, baik penduduk kota, konon lagi penduduk desa. Sifat umum tersebut berlaku baik untuk sesama Suku Bangsa Aceh maupun terhadap Bangsa Indonesia umumnya, bahkan terhadap Bangsa Asing sekalipun. Hal ini sekaligus membuktikan, bahwa umumnya Suku Bangsa Aceh tidak menganut "racial discrimination". Mungkin karena sikap gemar menerima tamu yang agak berlebihan itulah maka sebagai kompensasi kepada para tamu diharapkan suatu penghargaan dalam arti: saling hormat-menghormati ataupun harga-menghargai, sebagaimana hak dan kewajiban manusia biasa, (on equally dignity and right). Umumnya Suku Bangsa Aceh sederhana dalam pembicaraan lemah lembut dalam tindakan. Mereka tidak mengganggu ketertiban dan ketenteraman umum atau orang lain, apabila umum atau orang lain tidak mendahuluinya.
27
Menara Heat Exchanger Utüt dari kilang pencairan gas alam Blang Lancang. 28
LAPORAN
DIRUT.
PERTAMINA
PIET
HARYONO:
KILANG PENCAIRAN GAS A L A M BLANG LANCANG-LHOK
SEUMAWE A C E H - UTARA Perkenankanlah kami pada kesempatan ini melaporkan kepada Bapak Presiden R.I. secara ringkas tentang ProyeK L N G Arun berikut Kilang Pencairan Gas A l a m P E R T A M I N A Blang Lancang ini sebagai berikut: 1. Proyek L N G A r u n , khususnya kilang Pencairan Gas Alam Blang Lancang ini, semula peresmiannya direncanakan pada awal bulan Agustus yang lalu, sebagaimana dijadwalkan sebelumnya. Karena sesuatu kesulitan tehnis baru hari ini dapat dilaksanakan. Meskipun demikian masih dalam batas jangka waktu yang tidak terlalu jauh dari yang direncanakan semula. Beberapa gangguan tehnis yang menurut pengalaman negara-negara lebih terdahulu dalam membuat kilang seperti kita ini tidak dapat dihindarkan, bahkan memberikan pengalaman yang sangat berharga bagi kita dikemudian hari.
Dimt Pertamina Piet Haryono tengah menyampaikan laporan tentan$ kilang pencairan Gas Alam Blang Lancang.
Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Seru Sekalian A l a m , yang telah mengkurniakan Rahmat dan Nikmat-Nya kepada kita sekalian sehingga memungkinkan kita berkumpul pada upacara yang berbahagia i n i . Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Bapak Presiden dan Ibu Soeharto yang telah berkenan memenuhi undangan kami guna meresmikan Proyek L N G A r u n i n i . Demikian pula ucapan terima kasih kami aturkan pada sekalian tamu yang kami muliakan yang datang dari segenap penjuru.
2. K a m i sangat bersyukur kehadirat Ilahi R o b b i bahwa dengan Kurnia-Nya pula semburan liar yang menyebabkan terbakarnya salah satu Sumur Gas Alam di A r u n telah dapat dipadamkan tepat pada tanggal 1 September, sembilan belas hari yang lalu, walaupun seperti kami laporkan kepada Bapak Presiden peristiwa tersebut sebenarnya tidak mempengaruhi proses pencairan gas alam di kilang i n i . Semburan liar adalah suatu resiko perusahaan industri minyak dan gas bum i , yang sungguhpun sangat tidak dikehendaki datangnya, namun kecelakaan yang demikian kadangkala tidak dapat dielakkan. 3. Kemudian kiranya perlu kami sampaikan mohon maaf kami yang sebesarbesarnya kepada Bapak Presiden karena schedule kedatangan Kapal L N G tidak sesuai dengan peresmian hari i n i , dari sebab itu tidak memungkinkan pengapalan pertama dilakukan bersamaan. Namun pengapalan tetap akan dilaksanakan bulan September ini juga segera sesudah peresmian hari i n i .
29
4. Lapangan A r u n yang menghasilkan sumur gas alam dalam jumlah yang sangat besar ditemukan oleh M O B I L O I L pada akhir tahun 1971, dalam usahanya mencari minyak bumi berdasarkan Perjanjian Bagi Hasil dengan PERTAMINA. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, lapangan Arun termasuk salah satu lapangan gas alam yang terbesar di dunia. Lapangan meliputi area sepanjang 18,5 K M dan selebar 5 K M . C i ri-ciri khasnya adalah tekanannya yang sangat tinggi, yaitu 7100 pound per inch kwadrat dengan temperatur 352 derajat Fahrenheit. Dalam keadaan kapasitas penuh mampu mensuplai 1,5 milyard kubik kaki gas per hari bagi keperluan 6 train kilang Pencairan Gas A l a m untuk jangka waktu lebih dari 20 tahun. Seperti diketahui pada waktu ini baru dibangun 3 train kilang saja di Blang Lancang i n i . 5. Pengembangan lapangan gas Arun dewasa ini terdiri dari dua kelompok produksi (cluster) dengan lima sumur di masing-masing kelompok. Fasilitas-fasilitas pendinginan dan pemisahan diadakan di tiap cluster, kemudian hasil berupa gas dan kondensat dialirkan melalui pipa 4 2 " dan 16" ke Kilang L N G Blang Lancang i n i . 6. Seperti dimaklumi masaalah pokok gas bumi adalah masaalah penimbunan, pengangkutan dan pemasarannya. Pemecahannya dilakukan dengan mencairkan gas alam tersebut dengan jalan mendinginkan secara proces cyryogenic sampai dibawah titik didih gas metan, yaitu minus 160 derajat Celcius. 7. Untuk proyek L N G A r u n yang terdiri dari kilang pencairan, pipa-pipa, fasilitas penunjang dan perumahan, diperkirakan diperlukan biaya 940 juta US$. Dalam pembangunan proyek ini P E R T A M I N A dengan bantuan Pemerintah telah mendapat bantuan pinjaman dari Jepang sejumlah U S $ 807,5 juta dan dari Bank Indonesia sejumlah U S $ 124,5 juta (Pemerintah Indonesia dan Syndicate I B J / B O T ) . 8. Operasi Kilang pencairan gas alam Blang Lancang ini dilakukan oleh P.T. A R U N dengan saham terbesar dari P E R T A M I N A , disamping M O B I L O I L I N D O N E S I A dan J I L C O . P.T. A R U N telah membentuk suatu organisasi yang cukup berpengalaman dan menyusun prosedur-prosedur serta sistim-sistim yang dibutuhkan untuk menjalankan kilang dengan aman dan dapat diandalkan, sehingga tercapai produksi secara maksimal.
30
9. Setelah melalui pemilihan yang teliti, sebagaimana di Bontang Selatan, B E C H T E L yang sudah cukup berpengalaman, terpilih sebagai kontraktor utama untuk pelaksanaan pembangunan kilang-kilang. Kontrak untuk pembuatan kilang di Blang Lancang ini ditanda-tangani pada tanggal 2 Januari 1974. Rencana demi rencana po lebih kurang empat pembuatan kilang, kita berikut fasilitas untuk
dilaksanakan dengan seksama sehingga dalam temsetengah tahun setelah penanda-tanganan kontrak telah dapat menyaksikan penyelesaian proyek i n i . pengapalannya yang tujuannya juga ke Jepang.
10. Perjanjian penjualan dengan pihak Jepang telah ditanda-tangani tanggal 3 Desember 1973 dengan Perusahaan-Perusahaan Chubu Electric, Osaka Gas, Kanzai Electric, Kyushu Electric dan Nippon Steel untuk masa 20 tahun yang meliputi sejumlah 4.500 B T U L N G dari A r u n . Untuk memenuhi keseluruhan kontrak penjualan L N G ke Jepang perlu di bangun 3 train kilang di Blang Lancang. disamping 2 train yang telah beroperasi di Bontang Selatan. Harga L N G dikaitkan dengan harga minyak mentah Indonesia dan per kembangan inflasi dari.mata uang. Harga L N G dikaitkan dengan harga minyak mentah Indonesia dan perkembangan inflasi dari mata uang. L N G A r u n diangkut ke terminal-terminal pembeli di Jepang dengan mempergunakan kapal-kapal JJMG yang berkapasitas 125.000 M 3 , masing-masing kapal mempunyai 5 buah tangki berbentuk bola, yang dibuat khusus untuk ini dikontrak oleh P E R T A M I N A dari Burma Gas Transport L T D , selama 20 tahun. 11. Amat sulit melukiskan diatas kertas bagaimana besar dan rumitnya proyek L N G A r u n i n i , tetapi beberapa angka berikut mungkin dapat membantu untuk menunjukkan besarnya proyek. Bila kilang ini selesai seluruhnya. akan memiliki kurang lebih : 355 28 70.000 305.000 14 Juta 900
K M pipa karbon steel K M pipa stainless steil M3 beton M 3 batu dan kerikil M 3 tanah penimbun, dan K M kabel listrik.
Kilang juga menghasilkan : 1,6 Juta pound per jam uap air 105 Megawatt tenaga listrik.
Namun yang terpenting dalam pembangunan kilang ini adalah penggunaan tenaga manusia yang pada puncak kegiatannya mencapai jumlah 8.000 orang. Rencana keperluan tenaga operator telah dipersiapkan sejak tahun 1976. K i n i lebih dari 700 karyawan bangsa Indonesia telah dididik dan mengisi kebanyakan jabatan di kilang i n i , termasuk tenaga managemen. teknologi, tehnik dan operasi. 12.
Kilang ini dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas : a. Condensate recovery b. Pemurnian bahan baku gas c. Pencairan gas d. Penampungan dan pemuatan
L N G ke kapal
e. Penyediaan tenaga listrik f. Penyediaan tenaga uap g. Penyediaan kebutuhan air h. Perbengkelan dan pergudangan i.
Pelabuhan dengan sistim pemuatan yang terdiri dari : pompa-pompa muat, loading arms, sistim sirkulasi dan boil off, dengan waktu pengisian lebih-kurang 12 jam untuk kapal L N G yang berkapasitas 125.000 M 3 .
Mengingat kilang L N G A r u n ini terletak di tempat yang cukup terasing. maka disamping fasilitas-fasilitas L N G itu sendiri, untuk menunjang kegiatan operasi disediakan pula sarana penunjang seperti : — perumahan, lapangan terbang, pelabuhan barang dan telekomunikasi. Bantuan dan dorongan kepada Pertamina. Sebelum kami mengakhiri laporan kami i n i , perkenankanlah kami pada kesempatan ini menyampaikan rasa terima kasih kami yang sebesar-besarnya
pada Pemerintah yang telah membantu dan mendorong P E R T A M I N A untuk menyelesaikan proyek Pencairan Gas A l a m A r u n ini pada khususnya proyek-proyek lain pada umumnya. Kemudian izinkanlah pula kami menyampaikan penghargaan kami yang setinggi-tingginya kepada Bapak Gubernur dan anggauta Muspida Tingkat I Aceh dan Muspida Tingkat II A c e h Utara beserta masyarakat seluruhnya atas bantuan tulus yang telah diberikan pada P E R T A M I N A . Sebagai tanda terima kasih kami kepada masyarakat Aceh, P E R T A M I N A telah bertekad untuk membantu Pemerintah Daerah menyelesaikan dan meng-upgrade sebahagian besar jalan-jalan yang menghubungkan daerah Aceh Timur dan Aceh Utara yang dalam tahun 1976 — 1977 telah disiapkan sepanjang 73 K M ; dalam tahun 1977 - 1978 sepanjang 24 K M , dan dalam tahun 1978 - 1979 sepanjang 63 K M , disamping jalan yang sebelumnya telah disiapkan sepanjang 103 K M dalam tahun 1968 - 1976. Jalan negara sepanjang 263 K M yang di-upgrade tersebut telah menelan biaya tidak kurang dari 22,5 milyar Rupiah, atau sama dengan US$ 54,222,330. Terima kasih kami pula kepada seluruh karyawan P E R T A M I N A yang telah mendharma-baktikan tenaga dan fikirannya sehingga proyek yang besar ini dapat selesai dengan baik. Atas nama pimpinan Perusahaan perkenankanlah juga saya menyampaikan terima kasih serta penghargaan kepada M o b i l O i l Indonesia, Bechtel dan kontraktor-kontraktor lainnya khususnya kontraktor-kontraktor Indonesia yang berasal dari daerah ini yang telah membantu usaha penyelesaian kilang pencairan gas i n i . Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi kita semua. Akhirnya kami mohon kiranya Bapak Presiden berkenan meresmikan K i lang Pencairan Gas A l a m P E R T A M I N A di Blang Lancang i n i .
31
Penyambutan secara adat sesaat setelah Presiden sampai di Airport Malikussaleh Arun 32
Laporan Menteri Pertambangan dan Energi
GAS A L A M CAIR MERUPAKAN EKSPOR U T A M A „ENERGI BERSIH" A S S A L A M U ' A L A I K U M WAROHMATULOHI W A B A R O K A T U H , Dengan Rahmat dan Kurnia Tuhan Yang Maha Kuasa, Pemerintah Orde Baru pada hari yang berbahagia ini, kembali mencatat hasil gemilang dalam melaksanakan kebijaksanaan dibidang energi yang didasarkan GBHN, yaitu menggunakan kekayaan alam kita untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya guna pelaksanaan pembangunan yang merata, bagi kesejahteraan seluruh rakyat kita. Pada hari ini, dengan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas Rahmat dan Nikmat-Nya yang memungkinkan kita berkumpul pada upacara ini, kita dapat menghadiri peresmian Kilang Gas Alam Cair Indonesia kedua oleh Bapak Presiden R.I. di Arun ini, kurang lebih setahun setelah peresmian Kilang Gas .Alam' Cair yang pertama di Bontang, Kalimantan Timur.
LNG dari Arun pada saat ini, negara kita kini telah mulai menempatkan diri menjadi negara penghasil dan pengekspor utama "energi bersih'-' di dalam bentuk gas alam cair. Ini merupakan prestasi yang dapat kita banggakan bersama, mengingat bahwa hasil tersebut telah dicapai hanya dalam waktu kurang dari 7 tahun sejak diketemukannya lapangan-lapangan gas alam Arun dan Badak, masing-masing melalui kegiatan-kegiatan ekspolorasi Pertamina/Mobil Oil Indonesia dan Pertamina/Huffco Group. Priode tersebut merupakan suatu kurun waktu yang sangat cepat bagi suatu proyek gas alam cair yang hingga kini oleh kalangan industri Perminyakan Internasional dianggap suatu rekor waktu yang pernah terjadi dalam pelaksanaan suatu proyek gas alam cair.
Gas Alam Cair merupakan ekspor utama ,,Energi bersih"
Perencanaan, pengembangan dan pelaksanaan pembangunan Proyek Gas Alam Cair Indonesia untuk ekspor ke Jepang yang meliputi 2 unit pencairan di Bontang dan 3 unit di Arun, merupakan suatu rangkaian kegiatan yang rumit dan mencakup berbagai aspek yang saling berkaitan satu sama lain serta melibatkan banyak pihak. Rangkaian kegiatan demikian menghendaki adanya koordinasi yang erat, cepat dan effisien antara Pemerintah sebagai penentu kebijaksanaan dan Pertamina sebagai pelaksana Proyek. Koordinasi tersebut tidak saja harus terjamin pada tingkat pengambil keputusan di Pusat dan Daerah, akan tetapi juga pada tingkat pelaksana serta dengan masyarakat dan rakyat setempat di lokasi proyek. Dari perjanjian-perjanjian dan persetujuan-persetujuan yang telah dibuat untuk mengatur keseluruhan kegiatan Proyek, mulai dari eksplorasi dan produksi gas alam, pembangunan kilang gas alam cair, pembiayaan proyek, pengangkutan, pemasaran, penerimaan di Jepang hingga pada pengaturan dana hasil penjualan serta pembayaran hutang proyek, telah dilakukan dengan cara sebaik-baiknya.
Sesuai dengan harapan yang telah diutarakan pada peresmian kilang pertama di Bontang tahun yang lalu, dengan dimulainya produksi gas alam cair/
Dengan mulainya tahap produksi dari Kilang Gas Alam Cair Arun sekarang ini, pembangunan kilang gas alam Indonesia guna memenuhi kewa-
Ditinjau dari segi hasil usaha untuk melaksanakan kegiatan pembangunan yang harus selalu bertumpu pada TRILOGI Pembangunan. maka Kilang Gas Alam Cair Arun ini adalah merupakan sarana penunjang bagi usaha mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi untuk mencapai pemerataan pembangunan dan menciptakan stabilitas nasional yang mantap. Hasil ekspor Kilang Gas Alam Cair Arun ini, akan menambah sumber pendapatan negara yang sangat diperlukan untuk meningkatkan laju roda pembangunan nasional dari tahun ke tahun. Pembangunannya di daerah Aceh ini, disamping merupakan perwujudan usaha untuk menyebarkan pusat-pusat kegiatan pembangunan di seluruh tanah air, juga akan bertindak sebagai katalisator pertumbuhan daerah dalam bidang kehidupan masyarakat, terutama dalam sektor industri dan kesempatan kerja.
33
jiban Pertamina dalam kontrak penjualan untuk jangka waktu 20 tahun dengan pihak Jepang, telah mendekati penyelesaian akhir. Sebagaimana diketahui kontrak penjualan tersebut meliputi jumlah alam gas cair sebesar 7,5 juta metrik ton/tahun dan telah ditanda-tangani oleh Pertamina pada tanggal 3 Desember 1973 dengan pihak-pihak Chubu Electric Power C o y . , Kansai Eelectric Power C o y . , Kyushu Electric Power C o y . , Nippon Steel Corp. dan Osaka Gas C o . L t d . Dari jumlah tersebut, sekitar 4,5 juta metrik ton/tahun diharapkan dihasilkan dari ketiga unit Pencairan Gas Alam A r u n , sedang sisanya sekitar 3 juta metrik ton/tahun dari kedua unit di Bontang. Ketiga unit Pencairan Gas A l a m A r u n hanya membutuhkan kurang dari 50% cadang gas yang tersedia, selama periode 20 tahun. Meskipun demikian, ekspor gas alam cair A r u n ke Jepang tersebut, akan memberikan suatu penambahan pendapatan ekspor bagi Indonesia sebesar kurang lebih US$ 560 juta/tahun pada selama masa kontrak, sehingga investasi sebesar kurang lebih U . S . $ 940 juta pada kilang pencairan gas alam Arun akan memberikan manfaat yang cukup besar bagi perekonomian negara kita. Berbeda dengan lapangan gas Badak, lapangan gas A r u n dalam operasi produksi gas dan dalam proses pencairan gas akan menghasilkan kondensat dalam jumlah yang komersil. Sesuai dengan sifat gas A r u n tersebut, melalui proses tertentu kondensat telah dihasilkan dan diekspor dai Arun sejak bulan Oktober 1977 yang lalu ke Amerika Serikat.
dimulainya produksi serta berhasilnya penanggulangan kebakaran yang terjadi pada salah satu sumur di lapangan gas Arun baru-baru ini, telah lebih menortjolkan lagi kepada kita akan besarnya hasil yang bisa dicapai melalui kerja sama erat dan ketekunan semua pihak dalam setiap kegiatan. Bantuan dan kerja sama dari semua pihak terutama dari Pemerintah Daerah serta rakyat dan masyarakat A c e h , ternyata telah diberikan kepada Proyek i n i , tidak hanya pada pelaksanaan pembangunannya akan tetapi juga dalam penanggulangan kesulitan-kesulitan halangan-halangan yang dialami oleh Proyek.
Yang merupakan kebanggaan juga, dapat dilaporkan bahwa operasi kilang gas alam cair Arun ini hampir seluiruhnya telah mampu dilakukan oleh putraputra Indonesia sendiri. Diantara 700 karyawan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kilang i n i , hanya terdapat 80 orang tenaga asing, yang di dalam waktu tidak terlalu lama akan dapat diganti oleh tenaga ahli Indonesia sendiri.
Dalam hubungan berhasilnya pelaksanaan pembangunan Proyek Kilang Arun i n i , kami ingin menyampaikan kepada pimpinan dan karyawan Pertamina, Team Pemerintah, Pemerintah Daerah dan rakyat serta masyarakat, Team Pemerintah, Pemerintah Daerah dan rakyat serta masyarakat Aceh seluruhnya, dedikasi, pengorbanan dan kerja sama yang telah diberikan kepada Proyek i n i . sehingga pembangunan Proyek telah terlaksana dengan baik. Demikian pula kepada semua pihak yang turut mengambil bagian dalam pelaksanaan Proyek ini baik dalam pembangunannya/pengangkutannya, pemasarannya maupun dalam pembiayaannya, kami sampaikan ucapan selamat dan terima kasih atas keberhasilan yang dicapai semua pihak saat i n i .
Pada tahap sekarang, hampir keseluruhan kegiatan pembangunan yang tercakup dalam Proyek L N G untuk ekspor ke Jepang, telah dapat diselesaikan, baik pembangunan terminal penerima di Jepang maupun pembangunan kapal tanker gas alam cair oleh General Dynamics di Quincy Shipyard, Amerika Serikat. Secara keseluruhan terlihat bahwa masing-masing pihak yang turut mengambil bagian pada Proyek i n i , telah dapat menyelesaikan kegiatannya tidak terlalu berbeda dengan rencana yang telah disetujui bersama pada tahun-tahun 1973 dan 1974 yang lalu.
K a m i percaya bahwa semua kerja sama dan bantuan tersebut telah diberikan oleh Pemerintah Daerah dan masyarakat Aceh terdorong oleh kesadaran bahwa pelaksanaan pembangunan Kilang Gas A l a m Cair A r u n yang serba modern dan mahal i n i , tidak saja hanya akan memberikan suatu hasil yang terjamin selama 20 tahun bagi negara kita, akan tetapi juga sangat bermanfaat dalam perkembangan ekonomi daerah dan masyarakat Aceh secara langsung mapun tidak langsung. Selanjutnya kami sangat optimis bahwa baik kepada proyek-proyek lainnya yang masih akan dibangun di daerah i n i , masyarakat Aceh akan selalu memberikan kerjasama dan bantuannya.
Bantuan masyarakat
Kepada para pembeli L . N . G . Indonesia dari Jepang kami sampaikan ucapan selamat atas terjalinnya hubungan kita yang lebih luas lagi sehingga periode 20 tahun yang akan datang ini dapat dibina dan dikembangkan lebih lanjut lagi, bagi keuntungan bersama. •
Khusus mengenai pelaksanaan pembangunan Kilang Gas A l a m Cair Arun i n i , teratasinya kesulitan-kesulitan teknis yang dialami pada saat-saat
Akhirnya kami molton kepada Bapak Presiden, apakah kiranya berkenan meresmikan dimulainya produksi Gas A l a m Cair pada proyek A r u n i n i .
34
Amanat Presiden pada peresmian kilang pencairan Gas Alam Arun:
KITA M A N F A A T K A N SEBAIK - BAIKNYA SUMBER GAS A L A M jalan di daerah ini oleh P E R T A M I N A , seperti yang tadi kita dengarkan bersama dari laporan Saudara Direktur Utama P E R T A M I N A . Dengan proyek ini juga terbukalah kesempatan kerja bagi para pemuda kita dan juga kesempatan usaha bagi masyarakat sekitarnya. Dalam awal sambutannya Presiden mengatakan bahwa pagi ini kita bersama-sama menyaksikan upacara peresmian Kilang Pencairan Gas A l a m A r u n . Setahun yang lalu upacara yang serupa ini telah kita lakukan di Bontang, K a limantan Timur. Peristiwa mi jelas merupakan suatu langkah maju dalam usaha pembangunan bangsa kita. Dengan diresmikan dan berjalannya proyek ini negara kita memperoleh posisi yang lebih kuat sebagai negara penghasil dan pengekspor bahan energi yang diperlukan oleh dunia industri. Dengan mulai kita produksi dan kita ekspor gas alam cair ini, maka berarti kita dapat niakin menganekaragamkan sumber-sumber energi kita dan juga menganekaragamkan barang-barang ekspor kita. Ini adalah langkah maju lagi dalam usaha kita untuk makin menyehatkan ekonomi nasional kita.
Presiden tengah menanda tangani naskah peresmian Proyek LNG Arun. Pada peresmian Kilang Pencairan Gas A l a m ( L N G ) Arun (Aceh) tanggal 19 September 1978, Presiden mengatakan bahwa : kehadiran Proyek Kilang Pencairan Gas A l a m di Daerah Istimewa Aceh ini saya harapkan juga dapat menjadi salah satu sarana terwujudnya usaha-usaha pemerataan itu di samping sebagai sarana penambahan kemampuan ekonomi nasional kita. Proyek yang besar ini harus dapat kita manfaatkan sehingga menimbulkan pengaruh positif yang mendorong perkembangan sosial ekonomi yang menggairahkan dan menebalkan harapan kita akan masa depan yang lebih cerah. Manfaat itu telah terasa misalnya dengan adanya bantuan penyelesaian dan perbaikan
Oleh karena itu sumber gas alam ini harus kita manfaatkan sebaikbaiknya, guna sebesar-besar kepentingan bangsa kita yang sedang membangun.
Berbagai kemajuan telah kita capai Saat ini kita sedang mengakhiri pelaksanaan R E P E L I T A II. H a l ini berarti kita telah melaksanakan usaha-usaha pembangunan hampir satu dasawarsa. Dengan tidak menutup-nutupi hal-hal yang belum menggembirakan, kita merasakan berbagai kemajuan yang telah dicapai. Dalam menanggapi berbagai kemajuan selama Orde Baru i n i , lebih-lebih setelah hampir dua kali P E L I T A , saya mengajak kita semua untuk sama-sama lebih menghayati tuntutan dan tantangan pembangunan yang kita hadapi sekarang dan tahuntahun mendatang. I n i berarti kita tidak boleh cepat-cepat puas diri.
35
Pabrik LNG Arun Blang Lancang, Aceh
36
Sesungguhnya untuk tahap dan tingkat pembangunan kita sekarang dan lebih-lebih pada masa-masa yang akan datang, bangsa kita menghadapi lebih banyak lagi tantangan-tantangan yang harus dijawab dan persoalan-persoalan yang harus digarap. D i antaranya adalah hasrat dan tekad kita bersama untuk lebih menonjolkan segi pemerataan pembangunan dalam pelaksanaan R E P E L I T A III yang akan datang. Hal ini sudah barang tentu memerlukan pemikiran yang lebih tajam, usaha yang lebih sungguh-sungguh dan juga dana yang lebih besar. Dan dalam rangka menggali sumber dana yang lebih besar i t u , antara lain mestilah diperlukan peningkatan produksi dan ekspor L N G i n i .
Kehadiran Proyek Kilang Pencairan Gas A l a m di Daerah Istimewa Aceh ini saya harapkan juga dapat menjadi salah satu sarana terwujudnya usahausaha pemerataan itu di samping sebagai sarana penambahan kemampuan ekonomi nasional kita. Proyek yang besar ini harus dapat kita manfaatkan sehingga menimbulkan pengaruh positif yang mendorong perkembangan sosial ekonomi yang menggairahkan dan menebalkan harapan kita akan masa depan yang lebih cerah. Manfaat itu telah terasa misalnya dengan adanya bantuan penyelesaian dan perbaikan jalan di daerah ini oleh P E R T A M I N A , seperti yang tadi kita dengarkan bersama dari laporan Saudara Direktur U t a m P E R T A M I N A . Dengan proyek ini juga terbukalah kesempatan kerja bagi para pemuda kita dan juga kesempatan usaha bagi masyarakat sekkarnya. a
Pendataan pembangunan Untuk menghadapi lima l a h u n mendatang M P R —sebagai Lembaga Tertinggi Negara yang menyalurkan dan mengejawantahkan kedaulatan rakyat telah menetapkan strategi pembangunan bangsa kita dalam wujud G B H N . Di dalamnya sudah terkandung kerangka dasar jawaban kita terhadap tuntuntan dan tantangan pembangunan nasional untuk lima tahun mendatang. Program yang lebih bersifat operasionil sedang kita rumuskan dalam bentuk R E P E L I T A III. Atas dasar Trilogi Pembangunan maka jawaban kita itu tadi harus lebih menonjolkan arah dan usaha-usaha yang lebih jelas untuk mewujudkan cita-cita nasional kita, yakni keadilan sosial bagi segenap bangsa kita. U n t u k ini diperlukan perhatian dan pemikiran yang lebih terarah dan programprogram yang lebih sungguh-sungguh untuk usaha-usaha pemerataan pembangunan. Pemerataan pembangunan, sesungguhnya, mengandung arti bahwa seluruh lapisan masyarakat dan terutama rakyat kecil yang berpenghasil rendah dapat menikmati hasil-hasil pembangunan secara merata. Pemerataan pembangunan tersebut juga berarti bahwa kegiatan pembangunan tersebar dan berlangsung di seluruh pelosok Tanah A i r . Selaras dengan kerangka pemikiran itulah, maka dalam R E P E L I T A III nanti akan diusahakan peningkatan dalam 8 jalur pemerataan seperti saya kemukakan dalam Pidato Kenegaraan tanggal 16 Agustus yang lalu. Jalur-jalur pemerataan ini harus tercermin lebih lebih kentara dan terperinci dalam R E P E L I T A III yang akan datang. Dan atas dasar ini kita menentukan urutan kepentingan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
Sesungguhnya pada tingkat pertama terbukanya kesempatan kerja dan kesempatan usaha adalah sarana utama untuk usaha mewujudkan cita-cita keadilan sosial. Dalam kerangka pemikiran i n i , maka salah satu masalah yang harus mendapatkan perhatian adalah bagaimana memungkinkan terbukanya kesempatan yang seluas-luasnya bagi segenap warganegara untuk meningkatkan taraf dan mutu hidup mereka. Dalam hubungan ini maka persoalan kita juga mencakup bagaimana memperbesar semangat berproduksi, bagaimana menimbulkan gairah berprestasi dan bagaimana menumbuhkan jiwa w i raswasta dalam masyarakat kita. Dengan mengemukakan hal-hal tadi, maka disamping akan dapat meningkatkan paritisipasi dalam pembangunan sebagai salah satu jalan pemerataan yang harus kita usahakan, tetapi akan dapat makin menjamin pertumbuhan ekonomi yang memadai. Sebab bagaimanapun juga pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang ingin lebih kita tonjolkan dalam pelaksanaan R E P E L I T A III nanti tidak mungkin berangkat dari kondisi sosial ekonomi yang masih serba terbelakang. Pertumbuhan ekonomi dan keadilan harus kita kembangkan secara bersama-sama dan selaras. Yang satu tidak boleh menghambat yang lain; sebaliknya, malahan yang satu harus memperkuat yang lain. Salah satu kekuatan penting untuk mewujudkan pemerataan dalam pertumbuhan tadi justru bertambahnya sumber-sumber dana pembangunan. Ini merupakan salah satu tantangan yang tidak ringan. Dan dengan makin besarnya produksi gas alam cair yang kita ekspor ini, maka berarti bertambah pula sumber dana bagi usaha kita untuk memperbesar pembangunan yang menjamin pemerataan yang makin berkeadilan. Pembangunan memerlukan dana: Kita memang tidak menganggap dana modal sebagai satu-satunya kunci keberhasilan pembangunan. Namun kita juga sadar bahwa tanpa dana yang
J7
memadai maka pembangunan adalah kemustahilan. Karena itu kita harus mencari setiap jalan yang masuk akal agar kemampuan menghimpun dana ini terus meningkat. Proyek ini misalnya memang memerlukan modal yang besar. A k a n tetapi dari modal besar yang kita tanamkan sekarang ini, maka nanti akan menghasilkan tambahan dana pembangunan yang lebih besar lagi. Tambahan dana inilah yang kita gunakan untuk makin memajukan dan makin meratakan pembangunan. Proyek ini misalnya, memerlukan biaya sebesar 946 juta dolar Amerika. A k a n tetapi dengan selesainya proyek ini akan dapat menghasilkan sejumlah 7,7 milyar dolar; sedangkan hasil-bersih yang akan masuk ke negara tidak kurang dari 4,7 milyar dolar. Ini berarti bahwa proyek ini sungguh-sungguh memberi tambahan kemampuan dana yang cukup besar yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan proyek-proyek prasarana dan lain-lain yang masih sangat diperlukan untuk memajukan kesejahteraan rakyat. Kita memang wajib bersyukur dan berbesar hati bahwa proyek L N G ini felah dapat diselesaikan pada saatnya. Sebab apabila tidak, mungkin kita akan
tertinggal oleh negara-negara lain yang juga memiliki sumber-sumber energ gas alam i n i . Sebab itu saya dapat mengatakan di sini, bahwa pembangunan proyel yang besar ini memang dapat dipertanggungjawabkan dipandang dari segal; sudut. Akhirnya dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim Presiden menya takan Kilang Pencairan Gas A l a m A r u n ini secara resmi mulai bekerja, yanj mengharapkan agar proyek yang besar ini dapat terus dikelola untuk diman faatkan sebesar-besarnya bagi kepentingan negara dan juga untuk kepenting an masyarakat. Kepada P E R T A M I N A ; kepada perusahaan-perusahaan patung annya dan kepada semua pihak yang telah bekerja keras untuk menyelesai kan proyek i n i , atas nama Pemerintah Presiden menyampaikan penghargaan yang sebesar-besarnya.
Semoga Allah SWT senantiasa memberkati segala usaha kita.
Presiden tengah menekan tombol tanda dimulainya proyek LNG Menteri Pertambangan dan Energi Prof. Subroto tengah menun'ju dengan didumpingi Menteri Pertambangan dan Energi Soebroto, Dirut pada Presiden lokasi lapangan LNG Arun. Pertamina Piet Haryono dan Gubernur Aceh Majid Ibrahim.
38
DATA PEMBANGUNAN KILANG GAS A L A M (LNG) ARUN PENDAHULUAN Kilang L N G Blang Lancang berada di Daerah Istimewa Aceh, di pulau Sumatera sebelah Utara, tepatnya terletak di daerah pantai kira-kira 15 K M dari kota L h o k Seumawe dan 32 K M dari lapangan gas A r u n . Karena letaknya di daerah yang cukup terpencil, maka diperlakukan pengadaan sarana penunjang sebagai pelengkap dari kilang L N G tersebut, seperti: -
Sistim telekomunikasi Jalan Pelabuhan untuk barang dan pemuatan L N G Lapangan terbang Perumahan
Kilang L N G ini dibangun setelah diketemukannya lapangan gas A r u n pada tahun 1971 oleh M o b i l O i l Indonesia dalam rangka kontrak bagi hasil dengan Pertamian. Lapangan gas A r u n dikembangkan dan dilola oleh Mobil O i l Indonesia, yang bertindak sebagai kontraktor bagi hasil Pertamina dengan tujuan menjadikan sumber gas tersebut sebagai bahan baku utama untuk kilang L N G . Guna melaksanakan pembangunan kilang L N G , pilihan jatuh pada Bechtel Inc. mengingat pengalamannya baik dalam pembangunan kilang L N G ataupun proyek-proyek besar lainnya yang tersebar di seluruh dunia. Untuk sistim pencairan gas pilihan jatuh pada A i r Products and Chemicals Inc. mengingat sistim tersebut merupakan suatu sistim yang telah teruji. PERSEDIAAN GAS Pada keadaan kapasitas penuh, ketiga L N G train akan menerima gas bumi dari lapangan gas Arun sebanyak 600 juta cubic feet sehari. Program pengembangan lapangan gas A r u n dewasa ini terdiri dari dua kelompok produksi (cluster) dengan lima sumur di masing-masing kelompok. Fasilitas-fasilitas untuk pendinginan dan pemisahan diadakan di tiap cluster, kemudian masing-masing gas dan kondensat dialirkan melalui pipa 4 2 " dan 16" ke kilang L N G Blang Lancang.
Titik tolak proyek L N G A r u n ini dimulai ketika gas alam dalam jumlah yang besar diketemukan oleh M o b i l O i l Indonesia di daerah kerja kontrak bagi hasil, kira-kira antara akhir tahun 1971 dan awal tahun 1972. Penemuan sumber gas alam tersebut, serta bukti-bukti yang nyata setelah diadakan pengeboran-pengeboran lanjutan, memungkinkan bagi Pertamina untuk mempercepat realisasi ekspor gas alam. Berdasarkan pengecekan oleh fihak ketiga dalam hal i n i suatu konsultant, De Goyler & M c . Naughton, dapatlah dipastikan, bahwa tersedia sejumlah gas alam, yang secara ekonomis dapat dijadikan suatu sumber utama untuk menunjang suatu kilang L N G dengan kapasitas besar. Persediaan gas alam yang sudah terbukti itu, dapat dijadikan jaminan suatu sumber tetap untuk suatu kilang L N G dengan 6 buah train sekurang-kurangnya selama 20 tahun. Maka dengan demikian oleh Pertamina dan M o b i l O i l Indonesia yang bertindak sebagai kontraktor bagi hasil, diadakan langkah-langkah untuk menghasilkan, mencairkan dan menjual gas alam L N G yang tersedia di lapangan gas alam Arun. Pekerjaan engineering dan perincian perkiraan biaya dilaksanakan pada bulan Januari 1974 di San Francisco kemudian di L o n d o n , dan di Jalarta. Kesibukan-kesibukan sehubungan dengan mobilisasi sudah terasa sejak awal Januari 1974, sedangkan alat-alat dan bahan-bahan konstruksi mulai berdatangan pada awal tahun 1975. Dalam rangka mengelola proyek, Pertamina membentuk suatu "Task Force" yang merupakan suatu gabungan antata Pertamina dan M o b i l O i l Indonesia, dengan tujuan utama adalah melaksanakan pengawasan kegiatan proyek secara menyeluruh mulai dari perencanaan, perancangan, pengadaan material dan konstruksi, hingga jaminan akan kwalitas, jadwal, biaya maupun realibilitas yang telah dijadikan sasaran dapat dicapai dengan memuaskan. Demikian juga halnya dalam mengelola kilang L N G , Pertamina dengan M o b i l O i l Indonesia bersama-sama membentuk suatu organisasi gabungan untuk mengoperasikan kilang L N G Blang Lancang. Organisasi ini terdiri dari
39
Monumen LNG di depan proyek Arun 40
karyawan-karyawan Pertamina bangsa Indonesia yang telah berpengalaman, dibantu oleh tenaga-tenaga ahli dan terpilih yang disediakan oleh M o b i l O i l Indonesia yang telah mempunyai pengalaman luas. Program latihan yang mendalam telah dilaksanakan untuk mempersiapkan para karyawan dalam karir mereka yang baru di bidang operasi L N G . Pada halaman berikutnya dari buku ini diuraikan lebih lanjut sistim penyediaan gas, fasilitas-fasilitas L N G , pula tentang pengapalan dan pengaturan penjualannya yang merupakan keseluruhan dari proyek L N G Arun i n i . PEMBANGUNAN KILANG Amat sulit untuk menggambarkan di atas kertas bagaimana besar dan rumitnya proyek L N G A r u n , tetapi beberapa angka berikut mungkin dapat membantu untuk menunjukkan besarnya proyek i n i . Bila kilang ini selesai, akan memiliki : 355 K M 28 K M 70.000 M3 305.000 M 3 14 juta M 3 900 K M
pipa karbon steel pipa stainless steel beton batu&kerikil tanah penumbunan dan kabel listrik.
Kilang tersebut juga menghasilkan : 1,6 juta pound per-jam uap air 105 megawatt tenaga listrik. Namun yang terpenting dalam pembangunannya adalah tenaga manusia yang pada puncak kegiatannya berjumlah lebih 8.000 tenaga kerja. Tenaga kerja tidak saja dari Indonesia, tetapi juga dari Amerika Serikat, Australia, Kanada. Inggeris, India, Jepang, Korea, Pilipina, Singapura dan dari banyak negara lain. Seluruh pekerjaan di dalam membangun plant meliputi 38,5 juta man-hours, yang harus diselesaikan dalam waktu kurang dari 4 tahun, dimulai pada bulan Januari 1975 dan persiapan-persiapan sudah dimulai sejak permulaan tahun 1974. Mechanical completion train I telah dapat diselesaikan awal kwartal ke-2 tahun 1978 i n i . sesuai dengan jadwal kebutuhan penjualan L N G . Ini adalah sungguh-sungguh suatu usaha internasional, untuk memenuhi kebutuhan gas-alam dan kondensat bagi pasaran dunia.
Menara komunikasi di Pabrik LNG Arun Blang Lancang OPERASI KILANG Kilang L N G bekerja terus menerus sepanjang tahun, meskipun secara berkala bagian tertentu kilang ini akan dihentikan untuk pemeriksaan dan pemeliharan alat-alat utama. Kilang ini dirancang untuk tiga buah train pada tahap pertama beroperasi dengan kapasitas 600 juta cubic feet per-hari gas alam. Fasilitas-fasilitas utama kilang L N G Blang Lancang terdiri dari : 1. Kondensat recovery 2. Pemurnian bahan baku 3. Pencairan 4. 5. 6. 7. 8.
Penampungan & pengisian Penyediaan tenaga uap Penyediaan tenaga listrik Penyediaan kebutuhan air Perbengkelan dan pergudangan.
Mengingat kilang L N G Blang Lancang ini terletak di tempat yang cukup terasing, maka disamping fasilitas kilang L N G itu sendiri, untuk menuhjang aktivitas operasi perlu adanya sarana penunjang seperti : perumahan, lapangan terbang, pelabuhan barang dan telekomunikasi.
41
Kilang L N G Blang Lancang ini dioperasikan oleh P T . A r u n Natural Gas Liquefaction C o . atas dasar non profit. P . T . A r u n N G L . Co adalah suatu perusahaan Indonesia, yang saham-sahamnya dimiliki oleh Pertamina 55%, M o b i l Oil Indonesia 30%, Jilco 15% (Japan Indonesia L N G Company, yang mewakili pembeli). P.T. A r u n telah "membentuk suatu organisasi yang cukup berpengalaman dan menyusun prosedur-prosedur serta sistim-sistim yang dibutuhkan untuk menjalankan kilang dengan aman dan dapat diandalkan sehingga tercapai produksi secara maksimal. Dalam tahap persiapan operasi, P . T . A r u n telah mempersiapkan rencana-rencana dan cara-cara operasi secara terperinci. Rencana keperluan tenaga operator telah dipersiapkan sejak tahun 1976. Beratus-ratus calon tenaga baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar negeri telah diseleksi. Usaha yang cukup intensif telah dilaksanakan untuk mendidik dan melatih serta mengembangkan tenaga kerja hingga mencapai kwalifikasi yang diperlukan, agar pada waktunya mampu melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pre-commisioning dan start-up. Precommissioning dan start-up telah dimulai sejak awal tahun 1978. K i n i lebih dari 700 karyawan bangsa Indonesia telah dididik dan mengisi kebanyakan jabatan-jabatan di kilang L N G Blang Lancang termasuk bidang manajemen, teknologi, teknik dan operasi. Team ini didampingi, di mana perlu oleh karyawan asing yang mempunyai pengalaman sebelumnya dalam kilang L N G ataupun kilang-kilang sejenis, sehingga telah mempunyai cukup keahlian yang diperlukan. FASILITAS PEMISAH KONDENSAT Hasil dari sumur-sumur terdiri dari cairan kondensat dan gas alam. Langkah pertama di dalam pengolahan L N G adalah memisahkan kondensat dari gas alam. Proses ini dilakukan dengan menggunakan serangkaian alat pemisah (Flash Drum) yang bekerja pada tekanan makin menurun). Uap (gas) hasil proses pemisahan ini kemudian diolah sampai menjadi gas cair ( L N G ) . Cairan kondensat distabilkan di dalam sebuah menara disertai dengan pemanasan dan akhirnya siap untuk dipasarkan dan dijual dalam bentuk kondensat. Bahan bakar berupa gas untuk kebutuhan pabrik diperoleh dari hasil puncak menara stabilizer. FASILITAS PEMURNIAN B A H A N B A K U Gas alam setelah dipisahkan dari kondensat harus dibersihkan dulu dari senyawa-senyawa yang tidak diinginkan sebelum dicairkan untuk men-
42
dapatkan gas cair ( L N G ) . Senyawa-senyawa yang tidak diinginkan itu adalal air raksa (mercury), carbon dioxide, hydrogen sulfide, air dan hydro-carbor berat. A i r raksa yang dapat merusak peralatan aluminium yang digunakar pada bahagian pabrik yang beroperasi pada suhu rendah ini, dipisahkan deng an jalan absorpsi (penyerapan) menggunakan lapisan carbon. Senyawa-senya wa carbon dioxide dan hydrogen sulfide diabsorpsi di dalam larutan-larutar carbonate dan D E A (Diethanolamine). A i r dipisahkan dengan jalan mele watkan gas alam tersebut pada pengering molecular sieve. Yang terakhir se nyawa hydrocarbon-hydrocarbon berat dipisahkan dengan jalan fraksinas: di dalam scrub tower. FASILITAS PENCAIRAN Gas alam dari unit persiapan (fee preparation Unit) yang telah bebas dari air raksa, carbon dioxide dan air, serta dalam komposisi yang benar benar sesuai dengan yang dibutuhkan, kini dapat dicairkan untuk menghasilkan gas alam cari ( L N G ) . Pencairan gas alam dilakukan di dalam suatu alat pendingin (Main Cryogenic Exchanger) yang khusus direncanakan dan dibuat untuk keperluan tersebut. Suatu bahan campuran pendingin ( M C R ) yang terdiri dari methane, ethane dan nitrogen digunakan di dalam alat pendingin tersebut untuk mencairkar gas alam. Bahan campuran pendingin ( M C R ) itu sendiri didinginkan dengan mengggunakan propane pada tiga tingkat tekanan yang berbeda-beda. FASILITAS PENAMPUNGAN D A N PENGISIAN Gas alam yang telah cair pada suhu — 1 6 1 ° C dari main cryogenic exchanger dikirim dan disimpan di dalam tangki-tangki khusus. Tangki-tangki ini mempunyai dua lapis dinding. Dinding bahagian dalam dari tangki-tangki tersebut dibuat dari baja dengan campuran 9% nickel yang dapat bertahar terhadap suhu yang sangat rendah. Dinding bahagian luar, dibuat dari baja carbon (carbon steel). Celah di antara dua dinding tangki-tangki tersebut diisi dengan bahan penahan dingin perlite (perlite insulation). L N G dimuat ke kapal yang dirancang khusus, untuk maksud ini melalui sis tim pemuatan yang terdiri atas pompa-pompa muat, loading arms, sistim sir kulasi dan boil off. Waktu yang diperlukan untuk mengisi kapal tersebut adalah 12 jam. PENGANGKUTAN L N G Blang Lancang diangkut ke terminal-terminal pembeli di Jepang dengan mempergunakan kapal-kapal L N G yang dibuat khusus untuk pengangkutan i n i , yang diperoleh Pertamina dari Burma Gas Transport L t d . atas dasai
kontrak selarna 20 tahun. Kapal-kapal L N G yang dipergunakan Burmah Gas Transport Ltd. ini, dibangun oleh Quincy Ship Building Division dari General Dynamics Corporation di Quincy, dan 'dioperasikan oleh anak perusahaan Energy Transportation Corp. Kapal-kapal ini mempergunakan teknik "Moss" dengan perincian sebagai berikut : Kapasitas
Panjang Lebarmax. Draft Kecepatan
125.000 meter kubik (dengan lima buah bola masing-masing berkapasitas 25.000 meter kubik). 936 kaki 143,5 kaki 36 kaki 1 inci 18-19,5 knot
Kapal ini akan menempuh jarak kira-kira 3.300 mil laut yang merupakan jarak antara kilang LNG Blang Lancang dan terminal para pembeli di Jepang ditempuh dalam waktu kurang lebih 12 hari. TERMINAL-TERMINAL PENERIMAAN Kilang L N G Blang Lancang merupakan suatu sumber baru yang besar untuk energi bersih bagi kelima pembeli Jepang : Chubu Electric Power Co. Inc. Kansai Electric Power Co. Inc. Kyushu Electric Power Co. Inc. Nippon Steel Corporation Osaka Gas Co. Ltd.
Dengan kapasitas penuh, ketiga train LNG Blang Lancang mampu mensupply L N G sebanyak 4,5 juta ton (233 trilyun BTU) kepada para pembeli setiap tahunnya. Terminal Chita milik Chubu Electric terletak di pelabuhan Nagoya. Chubu akan memakai L N G Blang Lancang untuk pembangkit tenaga listrik dan sebagian kecil dari LNG-nya akan diserahkan kepada Toho Gas Company Ltd. yaitu perusahaan yang melola terminal tersebut untuk keperluan operasi. Terminal Himeji milik Kansai dibangun di atas tanah yang letaknya berdampingan dengan tenaga pembangkit listriknya. Terminal ini direncanakan penyelesaiannya pada akhir tahun 1978. Kansai akan mempergunakan L N G ini sebagai sumber energi bagi pembangkit tenaga listrik. Kyushu Electric dan Nippon Steel bersama-sama mendirikan suatu perusahaan Kitakyushu L N G Co. Ltd. yang akan menerima, menyimpan dan menjadikannya gas kembali untuk keperluan kedua perusahaan tersebut. Terminal baru ini terletak berdekatan dengan kilang baja milik Nippon Steel yang berada di Tobata. Kyushu akan mempergunakan LNG ini sebagai sumber energi guna memenuhi kebutuhannya di masa mendatang dalam pembangkit tenaga listrik. Nippon Steel akan mempergunakan L N G untuk keperluan operasinya. Terminal milik Osaka Gas yaitu Semboku II, yang terletak di Osaka, akan menampung LNG untuk keperluan Osaka Gas dan Kansai Electric. LNG ini akan dipergunakan untuk membuat gas kota, serta merupakan sumber gas alam untuk pembangkit tenaga listrik dan industri-industri besar lainnya.
43
Tangki penyimpan LNG sebelum diekspor. (Blang Lancang)
Tangki penyimpanan gas alam cair di tepi pantai untuk mempermudah diangkut melalui kapal.
44
Komplek Pabrik LNG Aron Blang Lancang. Aceh
Cerobong pembuangan sisa-sisa gas yang sedang diproses.
BEBERAPA DATA PEMBANGUNAN S E L A M A PELITA I DAN II
PERKEMBANGAN IRIGASI DI D A E R A H ISTIMEWA A C E H DARI T A H U N 1969 s/d 1978.
Luas Areal Sawah T
a
h
u
n
1969 1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 1
9
7
8
Irigasi Setengah
Tekhnis
Irigasi Sederhana
(Ha)
(Ha)
(Ha)
110.234 110.234 110.234 110.034 113.774 113.774 113.774 113.774 113.774
23.090 23.090 23..090 28.590 29.680 20.331 21.031 22.289 29.119
87.144 87.144 87.144 87.144 87.289 93.443 92.743 91.485 84.655
_
-x)belum ada data.
Sumber : P.U. Daerah Istimewa'Aceh.-
45
HASIL P E L A K S A N A A N P E L A B U H A N L A U T DI D A E R A H ISTIMEWA A C E H T A H U N 1969 s/d 1978.vt No..
T • Jenis Penanganan D
1.
Rehabilitasi Dermaga
2
Pembangunan Baru
3.
Penambahan fasilitas Pelabuhan, keamanan pela'yaran dan kantorkantor.
1969
.
1970
-
.
Jumlah yang dilaksanakan ( b u a h ) , r~ 1971 1972 1973 1974
_
_
_
_
t
_
_
1975
—
-
1976
1
i —
r
_
-
-
l
.
1977
1978
3
__
2
v
1
-
6
4
. Keterangan K w . Langsa T. Tuan, Ule Lheu. K r . Raya, Singkil. K r . Raya, Sabang, Meulaboh, K w . Langsa.
K E A D A A N P E L A B U H A N U D A R A DI D A E R A H ISTIMEWA A C E H DARI T A H U N 1969 - 197K
No.
, . „ Jenis Penanganan
1.
Rehabilitasi Landasan
2.
Pembangunan L a pangan Baru Perintis
3.
Penambahan Fasi-
_
, 1969
, 1970
Jumlah yang dilaksanakan. , —5 , 1972 1973 1974 1975
, 1971
-
1
1
1
1
1
1
1
Noot : Penambahan fasilitas keamanan tiap tahun seluruh lapangan terbang seperti : Gedung Terminal, Lampu-lampu Pengaman, Gedung-gedung Kantor dan sebagainya yang diperlukan.-
1
1
, 1976
, 1977
Keterangan 1978
1
1
litas Keamanan Penerbangan
46
1
1
Lap.Terbang Blang Bintang. 1
2
6
1
1
3
Lhokseumawe, Sabang Meulalaboh, Tapak Tuan. 3
LUAS A R E A L T A N A M A N , PANEN DAN PRODUKSI PADI SERTA KONSUMSI SEJAK PELITA I D A N PELITA II DI D A E R A H ISTIMEWA ACEH
Areal tanam (ha)
Areal Panen (ha)
Produksi (ton)
Konsumsi
No.
Tahun
Sawah
Ladang
Sa wan
Ladang
Sawah
Ladang
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
1969 1978 1971 1972 1973 1974 1975 1976
207 319 208443 209 760 211 560 212 120 216 975 207 539 22L048
28.911 10.856 21.638 20.313 22.332 21.830 29.627 25.724
203.868 200.712 198.910 202.340 206.560 209.125 203.799 216.245
20.055 17.246 18.605 19.569 21.339 20.985 18.563 24..671
598.565 513.941 605.448 598.235 639.059 699.270 548.851 718.186
48.190 45.563 43.608 44.633 48.395 44.967 38.150 57.870
646.755 659.504 649.056 642.868 687.454 744.237 597.001 776.056
516.648 541.803 511.281 532.514 543.649 557.888 566.468 586.231
+ + + + + + + +
221.846
21.529
205.215
20.379
627.694
46.422
674.116
543.314
+ 130.807
Rata-rata
(ton)
Surplus (+) Minus
(-)
330.167 127.70 137.775 110.354 143.800 185.342 20.533 189.825
Sumber : Dinas Pertanian Rakyat Daerah Istimewa Aceh.
Keterangan : 1. Sebelum Repelita, Tingkat Produktivitas 1 - 2 ton/Ha/tahun. 2. Selama Pelita produktivitas naik menjadi 6 - 7 ton/Ha/tahun. Kenaikan produksi rata-rata 3,01% sebab : Penetrapan technologi baru melalui sistem Bimas/ Inmas, pupuk, bibit, pestisida. 3. Produksi padi tidak stabil, walaupun demikian rata-rata surplus mencapai 130.000 ton lebih/tahun Surplus yang paling kecil pada tahun 1975 yaitu 20.533 sebab panen tidak menjadi disebabkan daerah mengalami banjir, hama/penyakit di Pidie, Aceh Barat.
41
PRODUKSI BUAH-BUAHAN RATA-RATA D A E R A H ISTIMEWA ACEH No.
Ka b u p a t e n
Mangga
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Aceh Besar Sabang Pidie Aceh Utara Aceh Tengah Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Barat Aceh Selatan
929 13 335 1.246
Jumlah
Rambutan
1974 s/d 1978
(ton)
Jeruk
Durian
Manggis
4.702
1.002
210
,90 162 712 1.244
340 392 10 82 609 406 866
250 1.428 1,720 686 588 602 495
3.227 42 1.794 6.730 362 3.992 1 636 3.465 4.734
4.521
7.407
6.771
25.981
Advokat
217 902 2.376 80 862 415 417 3.103
2.376
Sumber : Dinas Pertanian Rakyat Daerah Istimewa Aceh (diolah) PRODUKSI BERBAGAI JENIS S A Y U R - S A Y U R A N RATA-RATA D A L A M D A E R A H ISTIMEWA ACEH SELAMA PELITA I & PELITA II (TAHUN KE III) (TON)
N
°1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
K a b U P a t e n
Lombok
Aceh Besar Sabang Pidie • Aceh Utara Aceh Tengah Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Barat Aceh Selatan
498 32 1.656 2.095 294 285 285 1.236 1.422
Jumlah
9.018
I
B a w a n
204 8,4 665 483 14
Tomat
I
Sawi
I
Bayam
I
^ang Panjang
I
K u b j s
I
K e n t a n g
I Bawang I
^
Putih
23 29 93 832 184 109 78 99 423
157 11 174 513 171 267 211 488 828
530 60 1.075 6.004 593 675 195 5.167 1.026
1.300
59 61 259
822 28 1.854 718 461 330 154 271 102
9.813,4
4.731
1.770
2.820
15.325
1.600
Sumber : Dinas Pertanian Rakyat Daerah Istimewa Aceh (diolah)
4*
& I
merah
Jenis sayur-sayuran
172
3 4
647
59
64 4
172
93
740
16
59
91
PEMOTONGAN T E R N A K D A L A M D A E R A H ISTIMEWA A C E H T A H U N 1967 s/d 1976 Tahun
Sapi
Kerbau
1967 1968 1969 1970 1971 1972 1973 1974
13,001 9.550 10.010 10.790 12.948 12.379 H.378 16.539
7.197 6.776 5.474 4.696 6.787 7.242 4.695 5.253
1975 1976
15.140 16.083
4.831 6.086
Kuda Kambing/Domba
2 35 2 4 -
4.910 5.023 5.756 4.647 5.726 5.566 5.831 5.012 5
-
3
0
3
* * x
17.331
>
Sumber
: Dinas Peternakan Daerah Istimewa Aceh.
Keterangan
: *) Data tidak tercatat
Babi
Ayam/Itik
1.598 1.673 1.353 968 1.157 1.134 1.407 1.050
*) *) *) *) *) *) 463.975 1.234.217
1.016 1.277
1.542.526 2.229.454
P E N G E L U A R A N T E R N A K K E L U A R D A E R A H (SUMATERA U T A R A ) DAN D A E R A H ISTIMEWA A C E H 1967 s/d 1976 (EKOR)
Tahun
Sapi
Kerbau
1967 1968
2.522 2.9L0
3.978 5.433
1969 1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976
2.289 965 581 1 909 2.266 2.540 3.027 3.716
8.282 4.807 6.961 6.912 6.990 8.520 10.371 11.744
Kuda
Kambing/Domba
Babi
Ayam/Itik
40
3 24 34 24 70
20 71 100 30. 771 290 2.424
8 >15 -
411.450 95.800 474.238 414.135 1.491.708 1.053,317
Sumber : Dinas Peternakan Daerah Istimewa Aceh.
**) Ternjasuk pemotongan tidak tercatat.
POPULASI T E R N A K DI D A E R A H ISTIMEWA A C E H T A H U N 1968 s/d 1976 (EKOR) Tahun 1968 1969 1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976
Sapi 172.610 196.760 200.650 239.300 288.550' 304.387 326.854 322.347 325.930
Kerbau
Kuda
Kambing/Domba
Babi
Ayam/Itik
190.765 225.761 244.200 259.640 282.900 309.389 329.023 330.621 342.691
6.973 6.963 7.070 6.583 9.153 8.561 9.090 11.923 11.948
281.285 241.405 246.360 246.350 310.660 359.949 399.577 400.846 434.514
2.550 4.474 4.520 6.372 4.460 5.883 8.502 8.435 8.465
1.799.029 2.045.172 2.067.670 3.046.430 4.403.775 6.030.830 6.332.559 6.466.692 7.059.092
Sumber : Dinas Peternakan Daerah Istimewa Aceh.
PENGELUARAN/EKSPOR T E R N A K K E L U A R NEGERI D A E R A H ISTIMEWA A C E H 1972 s/d 1976 (EKOR)
Tahun
Sapi
Kerbau
Tujuan
1972
592
1.344
Malaysia dan Hongkong
228
58
1973 1974 1975 1976
-
Sumber : Dinas Peternakan Daerah Istimewa Aceh.
N i h i l Malaysia N i h i l N i h i l
LUAS A R E A L T A N A M A N P E R K E B U N A N BESAR D L ACEH TAHUN 1968 s/d 1977 No
Jenis Commodity
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Karet Kelapa Kopi Kelapa Pinus Markusi Pala Cengkeh Coklat Tebu Jumlah:
1968 35.127 12.702 176 159 12.910 -
610.741
1
L U A S 1 1970
1969 32.106 13.258 176 168 12.910
1
29.797 13.621 898 192 12.910
58.618
A R E A L 1 1971 1972 30.893 14.023 898 342 12.910 12
57.418
59.024
1
29.922 14.327 838 342 12.910 25
Dalam Tahun s/d 1 l 1973 1974 29.732 14.734 858 342 20.910 65
15
73 24
59.379
66.738
19 7 7 1975
25.961 16.366 858 408 20.910 85 10 73 907
24.072 17.488 858 416 20.910 117 80 73 1.393
65.608
65.407
1
1976 21.781 21.786 696 41.335 20.910 216,50 162 21,25 2.077 108.984,75
|
1977 21.941 22.054,11 696 413,35 20.910 217,50 162 21,25 2.303
68.718,21
Sumber : Dinas Perkebunan Daerah Istimewa Aceh. J U M L A H PRODUKSI P E R K E B U N A N BESAR TAHUN : 1968 s/d 1977 No.
Jenis Commodity
1. 2. 3.
Karet Kelapa Sawit Kopi
4. 5.
Kelapa Pinus Markusi
6. 7. 8. 9
Pala Cengkeh Coklat Tebu
J U M L A H 1 1968 1969 5.879 M.27.239 I. 2.849 18 P. 2.891 T. 645 — _ 5.S97 M.27.239 I. 2.849 E. 2.891 T. 645
Sumber : Dinas Perkebunan D.I. Aceh.
7.341 M.12.325 I. 2.911 20
T
1970
1
P R O D U K S I p 1971 1972
1
1973
8.169 M.14.373 I. 3.551 26
7.180 M.15.430 I. 3.499 8
P. 2.804 P. 2.542 T. 640 T. 551 — _ _ -
P. 2.574 T. 551
-
-
-
7.361 M.12.325 I. 2.911 P. 2.804 T. 640
7.188 M.15.430 I. 3.499 P. 2.574 T. 551
6.700 M.15.428 I. 3.300 P. 2.701 T. 457
6.398 M.14.486 I. 3.056 P. 2.035 T. 412
8.195 M.14.579 I- 3.551 P. 2.542 T. 551
6.694 M.15.100 I. 3.300 6 P. 2.791 T. 457 —
1
6.395 M.14.466 I. 3.056 3 P. 2.035 T. 412
1974 6.070 M.16.979 1. 3.244 2 12 P. 2.598 T. 475
1
( T A H U N 1968 S/d 1977). 1 1 1975 1976 1977 1.778 M.20.631 I. 2.953 2 13 P. 2.768 T. 323
6.021 M.23.226 I. 3.791 2 89 P. 3.943 T. 719
2.941 M.14.725 I. 2.305 1 35 P. 686 T. 144
_ 1.435
_ 3.157
_ 4.507
7.250
7.519 M.16.979 I. 3.244 P. 2.598 T. 475
8.950 M.23.63i I. 2.953 P. 2.768 T. 529
— _
_
10.619 10.257 - 23.226 M . 14.725 3.791 i . 2.305 3.843 p. 686 719 T. 144
M
L
p
T
J U M L A H EXPORT PRODUKSI PERKEBUNAN BESAR T A H U N 1968 s/d 1977.
I M
No.
—
—
. . _ Jenis Commodity
1968 1. 2.
Karet KelapaSawit
3. 4. 5.
Kopi Kelapa Pinus Markusi
6. 7. 8.
Pala Cengkeh Coklat
9.
Tebu
496 M.15.575 I. 3.250 -
—
1969
1970
674 M.8.387 1.2.600 -
1.268 M . 14.861 L 3.111 P . 1.300 T. 87
-
-
-
—
JUMLAH EXPORT . 1971 1972
—
—
1968 s/d 1977 1973
1974
— 1975
— 1976
1.152 M.14.038 I. 3.251 -
1.907 M.12.862 I. 3.694 -
2.497 M.10.015 I. 2.740 -
1.816 M . 6.621 I. 2.596 . -
1.871 M.15.540 I. 1.055 T».' •
2.295 M.20.052 I. 3.470 i
P. 1.648 T -
P. 2.035 T . 204
P . 2.363 T. -
P . 1.582 T. -
P . 2.125 T. -
P . 2.230 T. -
-
" -
-
725 M.3.118 I. 911 j — P . 500 T. -
-
-
496 M.15.575 I. 3.250
— — 1977
-
674 M.8.387 2.600
1.268 M . 14.867 I. 3.111 P. 1.300 T. 87
1.152 M.14.038 I. 3.251 P. 1.648 T. 204
1.907 M.12.862 L 3.694 P . 2.035
2.497 M.10.015 I. 2.740 P. 2.365
1.816 M . 6.621 L 2.596 P . 1.582
1.871 M.15.540 I. 1.055 P . 2.125
'. 2.295 M.20.052 I. 3.470 P . 2.230
725 M.3.118 I. 911 P. 500
Sumber: Dinas Perkebunan Daerah Istimewa A c e h .
Keterangan : P. = Pynhart (damar) T. = Terpentyn. M . = M i n y a k Sawit. I. = I n t i Sawit.
51
J U M L A H EKSPOR PRODUKSI P E R K E B U N A N R A K Y A T T A H U N 1968 s/d 1977.
No.
Jenis Commodity
1. 2.
Karet Kelapa
3. 4. 5.
Kopi Cengkeh Pala
6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Pinang Tebu Tembakau Nilam Randu Lada Jambu Mente Coklat Cassia Vera
1968
18.156 _ — - B. M. 4.943
52
5.968 6.659 4.078 3B. 19,20 M . 8.443
e x p o r t > 1972
4.515 5.716,60
4.187 2.766
3.001,70
5.864 — 123 B. 30,50 M 5.407
3.561
3.686
6
19 6 8
1
s/d .
1973 2.377,20
2
5
1974
.
1976
1.904,40 <
3.482,20
2.598
4.686
4.895,90
2.833,5.0
9 0
4.725
1 9 7 7 • 1975
4
35,20
1977
— B. \ { 4M 5.'865
- B. ' 6.486,80M. 6
2
JQ B. 5 M. 3,77F.
4 5 M
B. 0,54M 4
B. 1 M.
3,35
1 6
5.003,37
3.841,10
5.109,55
38,23
33,20
39,94
3.899,30
8,75
18,10
33.67
-
7,50
25.199,07
21.511,25
16.397,10
B. M.
B.123 M . 30,50
.
M
11,24
13.277,57 M
'
6
4
5
— 36,20
_
_
3 19,20
.
2 0
— 15,87
23.103
Sumber : Dinas Perkebunan
1969
Jumlah 1 • 1970 1971
•
—
12.248,80 B. 10 F. 5 M. 3.77
_ — — —
10.554.90 M
- °' '
F
4
13.527,59
5 4 M 1 6
1
9.347 M
3 35
JUMLAH PRODUKSI PERKEBUNAN RAKYAT TAHUN 1968 S/D 1977.
Jenis Comodity
1 1968
1 2 3 4 5
Karet Kelapa Kopi Cengkeh Pala B
6 7. 8 9 10. 11. 12. 13. 14.
Pinang Tebu Tembakau Nilam Randu Lada Jambu Mente Coklat Cossia Vera
J u m l a h 1 1969 1970
1
P r o d u k s i 1 1 1971 1972 1973
575 50 043 _ _ _ B _F 5 276 20 1 70 _ 41,20 _ _ —
9.020,90 55.486,50 10.815 1.172,60 378 B 57 F 9.201 1.667 3.015 35,10 155 121
8.305 62.186 13.148,80 1.461 977,50B 57,38F 9.201 4.660 3.516 5 155 110 — .
—
—
64.937,10
90 689 10 573'B 57 M
102.757,80 92.145.675 577 50B 580.10B 5 ; o M
9
B
M
7
3
I
8.551 7.823,79 8.395 59.254 58.036,70 33.663 11.002,60 10.123 10.272,15 552 1.228,05 1.240,44 580,10 B 853 B . 695,35 D F 1.72F F 9.207 7.222,33 3.711,70 1.009 3.807 2.763,40 2.220 5:546,23 3.022,90 23,075 122,32 121,39 125 122,90 135,30 110 138,23 142,60 — _ _ — _ _ 92.396,83 853 B 1,72
(ton) ~~~ 1974
Tahun 1968 s/d 1977 ~~ I TTZl I TZ^Z 1975 1976 1977
I
8.930 7.940 7.301 49.257,63 52.172,53 68.131,40 9.832 9.114,43 14.415,60 1.352,50 1.812,35 2.973,73 801,90 B 1.321,13B 667,22 F 83,88 F 10.645,11 10.291 8.430,25 2.657,50 1.173,30 31.990 3.282,50 2.591,18 3.289,58 81,58 47 53,70 238,78 272,69 270,05 146,55 193,90 139,88 — — — —
—
—
77.708,88 86.258,65 85.555,38 124.006,13 695,35 B 1 , 9 0 B 1-352,16 B 687,51 ~ F 86,88 80
Sumber : Dinas Perkebunan Daerah Istimewa Aceh. Keterangan : B = Biji Sawit M = Minyak Sawit F =
53
PRODUKSI HASIL HUTAN NON K A Y U D A E R A H ISTIMEWA A C E H , 1968 s/d 1971/1978 Sarang Burung Tahun
1968 1969/1970 1970/1971 1971/1972 1972/1973 1973/1974 1974/1975 1975/1976 1976/1977 1977/1978
Arang
( k g )
02,50 . 32,39 37 64 87 74 ; 3 32
Rotan
( t o n )
Minyak Kruing
( t o n )
4.030 5.722,67 10.241,21 11.012,77 112.234 16.133,61 18.871,85 19.169,74 22.028,30 10.232,40
Gondorukom
( t o n )
7.779 160,03 195,64 224,63 234,11 967,93 2.464,12 1.536,04 1.720,61 76.288,79
Damar
( t o n )
17.468 14.431,50 11.955
( t o n )
-
Terpen tin (ton)
20,80 6,89 23,72 11,87 987 15,60 21,41 5,20 17,80 3,910
109,95 546,10 387,10 38,34 246,76 170,18 49,95 127,67 80
321 590 340,80 625,90 478
2.000
Jeurenang
( t o n )
Keterangan
20,80
33,80 16,490 47,60 39
Sumber: Dinas Kehutanan Daerah Istimewa Aceh (diolah).-
P E R K E M B A N G A N INDUSTRI DI D A E R A H ISTIMEWA ACEH No.
Jenis Industri
1968
1969
1970
1971
1972
1973
1974
1.
Industri Bahan Makanan/Minuman. Industri Pengolahan Hasil Pertanian. Industri Menghemat Devisa. Industri Jasa Industri Bahan Bangunan Industri Kerajinan Berbentuk Perusahaan.
138
196
236
268
326
312
135
163
262
459
479
11
22
a)
510 67 430
626 110 572
623 126 564
1.020 130 564
1.025 161 554
783 193 871
1.559
2.093
2.104
2.617
2.975
3.938
2. 3. 4. 5. 6.
Jumlah
119 6
13.
394 97 338
227 59 362
254 65 374
1.042
892
1.103
Sumber : Dinas Perindustrian Daerah Istimewa Aceh.
54
•
-
a)
^975
1976
364
699
1.618
539
535
473
a)
1
PERKEMBANGAN PRODUKSI PERIKANAN D A E R A H ISTIMEWA A C E H (1968 - 1977) P r o d u k s i (ton) — 1 Perikanan Laut Perikanan Darat
Tahun
'968 1969 1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 '977
20.131,6 22.554,4 25.068,5 27.528,0 31.282,6 35.048,0 36.170,0 38.498,0 39.044,1 42.441,0
x )
PERKEMBANGAN J U M L A H PERAHU BERMOTOR DI D A E R A H ISTIMEWA A C E H (1968 - 1977) Tahun
Jumlah
7.269,1 6.646,1 8.692,8 9.402,0 9.741,2 8.736,0 9.176,0 11.171,4 11.500.0 12.190,0
Jumlah Perahu Bermotor
1968 1969 1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 )
27.400,7 29.200,5 33.761,3 36.930,0 41.023,0 43.784,0 45.346,0 49.669,0 50.544,1 54.631$
72 77 105 207 264 312 1.035 1.050 1.177 1.353 )
x
x
Index
100,00 106,92 145,83 287,50 366,61 433,27 1.004,27 1.028,26 1.141,76 1.312.49
Sumber : Dinas Perikanan Daerah Istimewa Aceh Keterangan : x) Angka sementara.
Sumber : Dinas Perikanan Daerah Istimewa Aceh Keterangan : x) Angka sementara.
LUAS A R E A L BUDIDAYA IKAN D A N PERAIRAN UMUM DI D A E R A H ISTIMEWA A C E H T A H U N 1968 B u d i d a y a 1
Tahun/Jenis U
m
,
Budidayadan
123. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Q i i m K a r
1968 1969 1970 1971 1972 1973 1974 1975 1976 • T V M I C
DA.-," U . . « „ « r \ « « , « U
T„+:
Perairan 1
1
1
Tambak
Kolam
Sawah
Darat
(ton)
(ton)
(ton)
(ton)
15.781 16.871 16.383 16.293 16.499 16.622 16.622 16.622 16.622
276 274 334 351 358 365 367 368 368
697 679 696 691 686 679 679 687 687
7.000 7.000 7.000 7.000 7.000 7.000 7.000 7.000 7.000
A
1976
;
U m u m i
1 Sungai
^
(ton)
(ton)
(ton)
393 382 244 289 393 407 170 170 170
4.264 4.320 3.900 4.202 4.200 3.918 3.18 3.918 3.918
30.331 29.637 30.837 27.925 29.019 27.954 27.954 27.954 27.954
Keterangan
k-
aumoer : Dinas mikanan Daeran istimewa Aceh.
>:>
P E R K E M B A N G A N PRODUKSI, EXPORT DAN DEVISA DARI SEKTOR K A Y U D A E R A H ISTIMEWA ACEJr TAHUN 1968/1969 s/d 1976/1977. Tahun 1968 1969/1970 1970/1971 1971/1972 1972/1973 1973/1974 PE L 1 T A — 1 1974/1975 1975/1976 1976/1977 1977/1978 x)
|
PELITA
|
— IJ
Pjoduksi (M3) 59.777,64 63.908,13 164.706,77 368.447,42 463.607,89 693.297,79 693.297,79 593.302,95 628.828,85 711.056,51 428.139,63
Export (M3)
|
" 49.448,56 148.859,59 345.133,12 436.749,08 610.091,13 1.590.281,48 501.840,40 533.928,22 579.145,39 297.616,06
4.115.073,50
3.502.811,55
'
Devisa (US $) ~ i25.998,57 1.504.332,80 3.292.133,76 4.786.390,94 14.026.999.88 23.735.860,95 14.466.948,91 12.003.414,28 13.748.722,04 8.835.272,20
|
Keterangan
x) April 1977 s/d Sept.1977.
72.790.218,38
Sumber : Kanwil Departemen Perdagangan Daerah Istimewa Aceh.LUAS A R E A L T A N A M A N PERKEBUNAN R A K Y A T TAHUN 1968 s/d 197' No.
Jenis Comodity
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 1112. 13. 14.
Karet Kelapa Kopi Cengkeh Pala Pinang Tebu Tembakau Nilam Randu Lada JambuMente Coklat Cassia Vera Jumlah
C11 tv-iKar
• Ï/~M n '1 c
P i 3 r L-o Vi 1 I t l '1 t l
1968 23.716 58.146
27.133 1.138
335
110.468
1
1969
L u a s
1
1970
1971
23.696,80 69.992 32.788 5.702 2.709 32.526 1.500 5.007 879 930 584
33.432,90 71.405,70 32.780 8.221 2.939 32.526 1-649 5.235 10 930 581
28.638,20 73.257 29.975 7.717 1.752,20 32.526 816 3.16O 500 930 540
—
—
—
176.313,80
177.766,20
179.811.40
T ^ ' l ar nVi I c t ï rrt ö \ i ; o
A f»oVl
1
A r e a l 1968 1 1 1972 1973 27.124,27 14.845,25 28.689,10 8.795,75 3.619,20 26.361,40 1.297,50 5.413 1-312 867.75 457,25
25.912,40 76.858,72 26.267,15 10.272,89 4.010,70 25.924,50 1.209,75 4.458 1.276 920 393,46
s/d 1974
1977 1
22.108 79.399,12 28.651,50 10.715,30 4.576,06 15.566 1.162 5.405 876.50 1.114,45 405,45
1975
178.103,57
169.980,38
1976
22.360 80.808,25 31.677 12.541.25 4.419 15.055 946 4.970 525 1.126.70 410 95 83
22.644 82.067,09 31.874,10 14.600,70 4.692,70 13.630 5.073 5.542 497,50 1.132.70 419 139 91 —
175.016.20
182.402,77
— 188.722,47
1
1
1977
EKSPORT COMMODITY PERKEBUNAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH TAHUN 1970 - 1977 T
h
u
n
"
1970 | 1971 | 19 7 2 I 19 7 3 I 19 7 4 I 19 7 5 , — I j^j Volume I Nilai I Volume I Nilai Volume I Nilai Volume I (Ton) US$1.000 (Ton) US$1.000 (Ton) US$1.000 (Ton) US$1.000 (Ton) US$1.000 (Ton) US$1.000
No. Commodity
V
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Kopra Kopi K.Sawit Karet Pinang Damar Pala Kemiri
6.759,65 5.684 17.948 7.607,5 5.898,401 1.368,7 23,95
9.
Cengkeh
-
Jumlah
a
o
l
u
m
e
1.039,68 2.766,26 4.645,2 3.561 3.504,98 15.258,8 2.371,45 4.935 9.160 2.911,759 150,52 2.278,411 0,422
45.290,201 11.821,412 30.729,33
356,132 3.450,3 2.991,4 1.384,1 19.687 379,114
62 2.936 3.686 3.767,8 18.474,7 2.914,4 3.878,7 961,2 7.164 26.225 2.089,047 419,786 6,450 6,055
5 1.450 4.825 4.652,4 16.691,1 3.038,5 3.420,2 1.496 5.093,37 22,35 1.995,65 450,652 15,00 8,00 10,795 0,126 0,30
8.580,733 35.361,89
' 0,161
90 45,86 8.070,3 1.980,7 3.837,53 1.636,85 0,54 -
:
7.493 4.887,3 3.880,3 1.899,1 18,739 399,070 0,324
19 7 6 , 19 7 7 Volume Nilai Volume nilai. (Ton) US$1.000 (Ton) US$1.000
4.895,8 4.307,5 2.833,5 5.101,7 2.262 16.314,7 5.893,1 23.660,9 7.105,7 6.095,953 3.876,5 1.588,8 2.810,5 1.703,4 3.612 5.109,55 26,882 3.899,30 171,45 6.391,7 < 669,467 ' 3 0 0 100,91 31,00 >'6 2,496 3,042 0,0343,00 2 0
5 9
8.553,91 2.545,48 2.478.65 100.560 l-780 ;
4
0,043
-
8.098,402 32.056,415'9.669,478 20.308,41 11.083,83 32.259,71 12.516,126 33.507,24 14.183,18 18.395,65 13.680,429
Sumber : Kantor Wilayah Departemen Perdagangan Daerah Istimewa Aceh.
57
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN UMUM DI D A E R A H ISTIMEWA ACEH K E A D A A N (1968 - 1977)
P E R K E M B A N G A N PUSKESMAS, BAL AI PENGOBATAN DAN B.K.I.A DI D A E R A H ISTIMEWA ACEH TAHUN 1973 - 1977
, No.
No.
Perincian Jumlah Gedung: S.D. SLTP. SLTA. UNSYIAH. Jumlah Guru/Dosen: S.D. SLTP SLTA UNSYIAH Jumlah Murid/Mahasiswa: S.D. SLTP SLTA UNSYIAH
1968 740 125 53 4
1973 970 166 64 5
1975
1977
1.136 182 72 5
1.352 209 89 7
4.611 1.000 365 145
5.569 1.893 1.094 254
7.168 2.255 1.324 308
8.786 2.720 1.605 363
141.759 16.934 5.797 1.467
191.871 28.451 12.732 2.509
216.342 32.747 15.281 2.530
217.390 49.047 22.020 3.761
Sumber : 1. Perwakilan Departemen P dan K Daerah Istimewa Aceh dan Statistik UNSYIAH 2. Memori Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh tahun 1977.
1 2 3
Fasilitas Kesehatan
1973
1974
1975
1976
1977
Puskesmas Balai Pengobatan B.KIA.
79 128 128
88 138 138
107 137 137
107 138 138
135 166 56
Sumber : Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Aceh.
Dicetak oleh : P.T. Dian Tujuhbelas