Daftar Pustaka
ARTIKEL PENELITIAN 1. KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM DITINJAU DARI MASA GESTASI DI RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN Dadang Kusbiantoro.............................................................................................................. 3 -8
2. PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP KADAR GULA DARAH PADA LANSIA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI POSYANDU AMONG WREDA WILAYAH PUSKESMAS PURWOKERTO BARAT Putri Larasati.......................................................................................................................... 9 - 14
3. PENGARUH TEMAN SEBAYA KETERPAPARAN MEDIA MASSA DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA DI SMK BUDI UTOMO SOKARAJA DAN SMA MUHAMMADIYAH SOKARAJA KULON KABUPATEN BANYUMAS Sukma Wiyogo Asri, Sodikin,Yuliarti....................................................................................... 15 - 21
4. ANALYSIS OF RISK FACTORS WORM INFECTION EVENTS IN PUBLIC ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS 01 AND 02 IN THE AREA OF WORK GRENDENG II DISTRICT HEALTH DISTRICT NORTH PURWOKERTO BANYUMAS Pipiet, Isna Hikmawati, Yuliarti.............................................................................................. 22 - 29
5. EFEKTIFITAS PEMBERIAN BUKU SAKU DIARE TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG CARA PENCEGAHAN DAN PENANGANAN DIARE PADA ANAK DI RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA Setiyo Indra Prayitno, Sodikin, Umi Solikhah........................................................................ 30 - 36
6. EFEKTIFITAS PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DENGAN METODE CERAMAH DISERTAI MEDIA VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS 1 TENTANG KESEHATAN GIGI DI SD DAN MI ADIPASIR KECAMATAN RAKIT KABUPATEN BANJARNEGARA Aji Priyono, Sodikin, Mustiah Yulistiani.................................................................................. 37 - 42
ARTIKEL PENELITIAN FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Susunan Redaksi MEDISAINS JURNAL ILMIAH ILMU-ILMU KESEHATAN Pelindung : Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto Penasehat : Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto Pemimpin Umum : Dedy Purwito Pemimpin Redaksi : Supriyadi Redaktur Pelaksana : Sodikin, Supriyadi Sekretariat : Meida Laely Ramadani Inggar Ratna Kusuma Keuangan : Alfi Noviyana Periklanan dan Promosi : Distribusi dan Pemasaran : Devita Elsanti Rr. Dewi Rahmawati Aktiyani Putri Alamat Redaksi : Fakultas Ilmu Kesehatan Jl. Let. Jend. Suparjo Rustam KM. 7 Sokaraja 53181 Telp. 0281-6344252, 634424 e-mail :
[email protected]
Editorial Ikterus merupakan keadaan jumlah bilirubin dalam darah melebihi kadar normal, sehingga bayi akan tampak kekuningkuningan.Sebagian besar (53,2%) neonatus masa gestasi antara 3742 minggu, dan sebagian besar (50,6%) neonatus tidak mengalami ikterus neonatorum. Hasil pengujian statistik menunjukkan p = 0,000 (p<0,05), artinya ada hubungan masa gestasi dengan kejadian ikterus neonatorum. Melihat hasil penelitian ini maka perlu antisipasi terjadinya ikterus pada neonatus yang memiliki masa gestasi kurang dari 37 minggu dengan melakukan kunjungan ANC secara berkala dan mengontrol jarak kehamilan. Sibling rivalry terjadi jika anak merasa mulai kehilangan kasih sayang dari orang tua dan merasa bahwa saudara kandung adalah saingan dalam mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Sikap orang tua dalam mengasuh anak usia 3-5 tahun sebanyak 84.8% yang mengalami sibling rivalry. Sedangkan dari hasil pengujian statistik diperoleh hasil ada hubungan sikap orang tua dengan kejadian sibling rivalry dengan nilai koefisien kontingensi sebesar 0.667 dengan p=0.000 dimana p<0.05. Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di dunia dan merupakan epidemi modern yang tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan,Kualitas hidup penderita penyakit jantung koroner dari dimensi fisik, psikologis, sosial, lingkungan dan kualitas hidup secara keseluruhan, hidup secara keseluruhan didapatkan 97 (93,3%) responden memiliki kualitas hidup sedang, 5 (4,8%) tinggi dan terdapat 2 (1,9%) responden yang memiliki kualitas hidup rendah. Terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kualitas hidup secara keseluruhan ( p value = 0,003). Toilet training merupakan tugas perkembangan pada anak usia toddler 1-3 tahun. Suksesnya toilet training tergantung pada kesiapan yang ada pada diri anak dan keluarga. Pola asuh ibu juga dapat mempengaruhi keberhasilan penerapan toilet training. Pola asuh ibu yang paling banyak diterapkan adalah pola asuh otoriter sebanyak 41 (63,1%), pola asuh demokratis sebanyak 16 (24,6%) dan paling rendah adalah pola asuh permisif sebanyak 8 (12,3%).Toilet training yang berhasil sebanyak 33(50,8%) dan yang tidakberhasilsebanyak 32(49,2%). Hasil uji statistik diperoleh nilai chi square sebesar 0,019 Pada taraf kesalahan 5% dengan signifikan p 0,019<0,05 sehingga hipotesis diterima yang berarti terdapat hubungan antara pola asuh ibu dengan keberhasil penerapan toilet training pada anak usia toddler (1-3 tahun). Perasaan keputusasaan dan ketidakberdayaan, konflik ambivalen antara keinginan hidup dan tekanan yang tidak dapat ditanggung, menyempitnya pilihan yang dirasakan, dan kebutuhan untuk meloloskan diri. Ada perbedaan signifikan score hopelessness antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, di lihat dari perbedaan mean dan p value pada kelompok intervensi adalah -0,867 pada signifikan alpha = 0,005. Dampak negatif dari efek hospitalisasi sangat berpengaruh terhadap upaya perawatan dan pengobatan yang sedang dilakukan terhadap anak. Reaksi yang ditimbulkan anak akan berbeda antara satu dengan lainnya. Terdapat perbedaan antara tingkat kecemasan yang dialami anak sebelum dilakukan terapi bermain (mewarnai dan origami) dan sesudah dilakukan terapi bermain (mewarnai dan origami) yaitu dengan p=0,0001 pada signifikan α = 0,05. Terapi bermain (mewarnai dan origami) dapat menurunkan tingkat kecemasan anak usia prasekolah, dari tingkat kecemasan sedang menjadi tingkat kecemasan ringan. Supriyadi
MEDISAINS : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan diterbitkan tiga kali dalam setahun tiga kali dalam setahun oleh Program Studi Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Jurnal ini merupakan sarana penyebarluasan hasil-hasil penelitian dan pengabdian masyarakat serta pemikiran ilmiah dalam bidang kedokteran, keperawatan, kebidanan, dan kesehatan masyarakat. MEDISAINS : The Health Science Journal is published by Health Science Program Muhammadiyah University of Purwokerto three time a year. This journal is intended as facilitation for research and community service results dessimination, and opinion in medical science, nursing, midwefery, and community health.
2
MEDISAINS Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, EDISI KHUSUS Vol. XIII No.1, April 2013
ARTIKEL PENELITIAN PENELITIAN FIKES FIKES Universitas Universitas Muhammadiyah Muhammadiyah Purwokerto Purwokerto ARTIKEL
KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM DITINJAU DARI MASA GESTASI DI RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN Dadang Kusbiantoro Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Ikterus merupakan keadaan jumlah bilirubin dalam darah melebihi kadar normal, sehingga bayi akan tampak kekuning-kuningan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara masa gestasi dengan kejadian ikterus neonatorum. Desain penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Metode sampling simple random sampling. Sampel sebanyak 77 neonatus. Data penelitian ini diambil dari rekam medik di RSUD Dr.Soegiri Lamongan tahun 2010-2011. Setelah di tabulasi data yang ada dianalisis dengan menggunakan uji chi-Square dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (53,2%) neonatus masa gestasi antara 3742 minggu, dan sebagian besar (50,6%) neonatus tidak mengalami ikterus neonatorum. Hasil pengujian statistik menunjukkan p = 0,000 (p<0,05), artinya ada hubungan masa gestasi dengan kejadian ikterus neonatorum. Melihat hasil penelitian ini maka perlu antisipasi terjadinya ikterus pada neonatus yang memiliki masa gestasi kurang dari 37 minggu dengan melakukan kunjungan ANC secara berkala dan mengontrol jarak kehamilan. Kata kunci: masa gestasi, ikterus neonatorum PENDAHULUAN Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas sumber daya manusia yang akan datang dan untuk membentuk anak yang sehat harus disiapkan sejak dalam kandungan dan saat persalinan hingga masa tumbuh kembang (Hubertin SP, 2004). Ikterus merupakan salah satu permasalahan yang berpotensi menghambat tumbuh kembang anak. Meskipun ikterus merupakan salah satu akibat transisi fisiologis dari intera-uterin ke ekstrauterin. Semua neonatus mengalami peningkatan sementara bilirubin serum pada minggu pertama kehidupan (Myles, 2009). Ikterus yang ditemukan pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologis (terdapat pada 25–50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan) atau dapat merupakan hal yang patologis misal pada Inkompatibilitas Rhesus dan ABO, sepsis, galaktosemia, penyumbatan saluran empedu, dan lainnya. Ikterus fisiologis timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kernikterus” dan tidak membahayakan suatu morbiditas bayi. Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai satu nilai yang disebut hiperbilirubinemia (Rusepno Hassan, 2007). Ikterus terjadi pada ekitar 60% bayi baru lahir yang sehat. Padasebagian besar kasus keadaan ini merupakan bagian dari adaptasi terhadap kehidupan ekstrauterin (Tom Lissauer, Avroy A Fanaroff, 2009). Angka kejadian ikterus neonatorum berbeda di suatu tempat dan tempat
yang lain. Hal ini di sebabkan karena perbedaan faktor penyebab dan penatalaksanaan. Kejadian ikterus pada bayi baru lahir di Amerika Serikat, sebanyak 65% bayi baru lahir menderita ikterus dalam minggu pertama kehidupannya. Di Malaysia, hasil survei pada tahun 1998 di rumah sakit pemerintah dan pusat kesehatan dibawah Departemen Kesehatan mendapatkan 75% bayi baru lahir menderia ikterus dalam minggu pertama kehidupan-nya. Di Indonesia, kejadian ikterus pada bayi baru lahir di Rumah RSCM Jakarta ialah 32,1% dan 62,53% kadar bilirubin indireknya melebihi 10 mg%. Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medik RSDU Dr. Soegiri Lamongan pada tahun 2010 yang diambil pada bulan oktober 2011, jumlah neonatus yang dirawat sebanyak 985 bayi termasuk rujukan dari luar rumah sakit. dengan jumlah kasus ikterus neonatorum sebanyak 11 bayi. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa masih terdapat kejadian ikterus neonatorum di RSUD Dr.Soegiri Lamongan. Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Faktor yang berperan terhadap kejadian ikterus adalah berat badan lahir kurang dari 2000gr, masa gestasi kurang dari 36minggu, asfiksia, hipoksia, sindroma gangguan pernafasan, infeksi, trauma lahir pada kepala, hipoglikemia, hiperkarbia, hiperosmolalitas darah (Rusepno Hassan, 2007). Sebagai faktor yang pertama yaitu berat badan lahir rendah. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram Bayi Berat Lahir Rendah ialah bayi yang lahir dengan berat 2500
MEDISAINS Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, EDISI KHUSUS Vol. XIII No.1, April 2013
3
ARTIKEL PENELITIAN FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto
garam atau kurang tanpa memperhatikan usia kehamilan. Pada neonatus yang mengalami BBLR, memiliki beberapa masalah pada sistem tubuhnya. Salah satunya adalah imaturitas hati yang menyebabkan konjugasi dan ekskresi bilirubin terganggu. Hal tersebut akan terjadi peningkatan kadar bilirubin dalam darah (Abdul Bari Saifuddin, 2002).
METODE PENELITIAN
Faktor yang kedua adalah masa gestasi. Pada bayi prematur kenaikan bilirubin serum cenderung sama atau sedikit lebih lambat daripada kenaikan bilirubin pada bayi cukup bulan tetapi jangka waktunya lebih lama, yang biasanya mengakibatkan kadar yang lebih tinggi; puncaknya mencapai antara hari ke-4 dan ke-7; gambarannya bergantung pada waktu yang diperlukan bayi preterm untuk muncapai mekanisme matur dalam metabolisme dan ekskresi bilirubin. Biasanya kadar puncak 8-12 mg/dL tidak dicapai sebelum hari ke-5 sampai ke-7, dan ikterus jarang diamati sesudah hari ke10 (Richard E. Berhman, 2000).
HASIL PENELITIAN
Faktor selanjutnya adalah asfiksia neonatorum. Asfiksia neonatorum merupa-kan suatu kondisi dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dan segera setelah lahir (Schwartz, M. William, 2004). Bahaya ikterus neonatorum adalah kernikterus. Gejala klinis pada permulaannya tidak jelas tapi dapat disebutkan ialah mata yang berputar, letargi, kejang, tak mau menghisap, tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya opistotonus. Pada umur yang lebih lanjut bila bayi ini hidup dapat terjadi spasme otot, opistotonus, kejang, atetosis yang disertai ketegangan otot. Ketulian nada tinggi dapat ditemukan, gangguan bicara dan reterdasi mental (Rusepno Hassan, 2007). Ikterus dapat ditangani agar tidak menjadi lebih berat. Penanganan ikterus bukan hanya tanggung jawab petugas kesehatan, tetapi juga ibu terutama penanganan sendiri di rumah. Penanganan tersebut meliputi pemberian ASI yang cukup (8-12 kali sehari), dengan pemaparan sinar matahari pagi. Sinar matahari dapat membantu memecah bilirubin sehingga mudah diproses oleh hati. Penanganan ini disebut juga dengan fototerapi. Caranya adalah dengan menempatkan bayi agar mendapat sinar matahari pagi antara jam 7-8 pagi, atur posisi kepala agar wajah tidak menghadap matahari langsung. Lakukan penyinaran selama 30 menit, 15 menit terlentang dan 15 menit tengkurap. Usahakan kontak dengan kulit seluas mungkin, sebaiknya bayi tidak memakai pakaian tetapi hati-hati jangan sampai kedinginan.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik korelasional dengan pendekatan crossectional (Nursalam, 2005). Jumlah sampel sebanyak 77, diambil secara simple random sampling. Data diambil dari rekam medis tahun 2010-2011.
Data Umum 1) Karakteristik Umur Ibu Tabel 1 Distribusi Frekuensi Umur Ibu Di RSUD Dr. Soegiri Lamongan No
Umur
Frekuensi
Prosentase
1.
< 25 th
27
35,1
2.
25 – 35 th
34
44,2
3.
>35 th
16
20,8
77
100
Jumlah
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan hampir sebagian (44,2%) ibu berumur 25-35 tahun, dan hanya sebagian kecil (20,8%) ibu berumur lebih dari 35 tahun. 2) Karakteristik Pekerjaan Ibu Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu Di RSUD Dr. Soegiri Lamongan.
No
Pekerjaan
Frekuensi
Prosentase
1.
Tidak bekerja
43
55,8
2.
Tani
6
7,8
3.
Swasta
16
20,8
4.
Wiraswasta
7
9,1
5.
PNS
5
6,5
77
100
Jumlah
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan sebagian besar (55,8%) ibu tidak bekerja dan sebagian kecil (6,5%) ibu bekerja sebagai PNS. 3) Karakteristik pendidikan ibu Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Di RSUD Dr. Soegiri Lamongan. No
Pendidikan
Prosentase
1
SMP
6
7.8
2
SMA
54
70,1
3
Akademi/ PT
17
22.1
77
100
Jumlah
4
Frekuensi
MEDISAINS Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, EDISI KHUSUS Vol. XIII No.1, April 2013
ARTIKEL PENELITIAN PENELITIAN FIKES FIKES Universitas Universitas Muhammadiyah Muhammadiyah Purwokerto Purwokerto ARTIKEL
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan sebagian besar (70,1%) tingkat pendidikan ibu adalah SMA dan sebagian kecil (7,8%) berpendidikan SMP.
2) Kejadian Ikterus Neonatorum Di RSUD Dr. Soegiri Lamongan Tahun 2010-2011 Tabel 6 Distribusi Frekuensi Kejadian Ikterus Neonatorum Di RSUD Dr.Soegiri Lamongan
4) BBLR Di RSUD Dr. Soegiri Lamongan Tahun 2010-2011
No
Ikterus
Frekuensi
Prosentase
1.
Ya
38
48,4
Tabel 4 Distribusi Frekuensi BBLR Di RSUD Dr. Soegiri Lamongan
2.
Tidak
39
50,6
77
100
No
Frekuensi
Prosentase
1
>2,5
Berat Lahir (kg)
43
55,8
2
1,5-2,5 (BBLR)
20
26,0
3
1-1,5 (BBLSR)
12
15,6
4
< (BBLSER)
2
2,6
Jumlah
77
100
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan sebagian besar (55,8%) neonatus di RSUD Dr. Soegiri Lamongan memiliki berat lahir lebih dari 2,5 kg dan sebagian kecil (2,6%) memiliki berat lahir kurang dari 1 kg.
Jumlah
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan sebagian besar (50,6%) neonatus di RSUD Dr. Soegiri Lamongan tidak mengalami ikterus dan hampir sebagian (48,4%) neonatus mengalami ikterus. 3) Tabel Silang Antara Masa Gestasi dengan Kejadian Ikterus Neonatorum Di RSUD Dr.Soegiri Lamongan Tahun 2010-2011 Tabel 7 Tabel Silang Antara Masa Gestasi Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum Di RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Gestasi
Ikterus Neonatorum
(Minggu) Ya ∑
Jumlah
Tidak
Data Khusus
%
∑
%
∑
%
< 37
24
77,4
7
22,6
31
100
1) Masa Gestasi Di RSUD Dr. Soegiri Lamongan
37-42
11
26,8
30
73,2
41
100
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Masa Gestasi Di RSUD Dr. Soegiri Lamongan.
>42
3
60.0
2
40,0
5
100
Total
38
49,4
39
50,6
77
100
No
Masa Gestasi (minggu)
Frekuensi
Prosentase
1.
< 37 (preterm)
31
40,3
2.
37–42 (aterm)
41
53,2
3.
> 42 (posterm) Jumlah
5
6,5
77
100
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan sebagian besar (53,2%) neonatus di RSUD Dr. Soegiri Lamongan memiliki masa Gestasi antara 37-42 minggu dan sebagian kecil (6,5%) neonatus memiliki masa gestasi lebih dari 42 minggu.
n = 77 p = 0,000
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan hampir seluruh (77,4%) neonatus Preterm mengalami ikterus dan sebagian kecil (22,6%) tidak mengalami ikterus. sebagian besar (73,2%) neonatus Aterm tidak mengalami ikterus dan hampir sebagian (26,8%) mengalami ikterus. Untuk neonatus Posterm, sebagian besar (60,0%) yang mengalami ikterus dan hampir sebagian (40,0%) tidak mengalami ikterus. Berdasarkan hasil uji chi-square menunjukkan hasil p = 0,000. artinya terdapat hubungan antara masa gestasi dengan kejadian ikterus neonatorum di RSUD Dr.Soegiri Lamongan.
MEDISAINS Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, EDISI KHUSUS Vol. XIII No.1, April 2013
5
ARTIKEL PENELITIAN FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto
PEMBAHASAN Masa Gestasi Berdasarkan tabel 5 menunjukkan sebagian besar (53,2%) neonatus memiliki masa gestasi antara 37-42 minggu. hampir sebagian (40,3%) neonatus memiliki masa gestasi kurang dari 37 minggu dan sebagian kecil (6,5%) neonatus memiliki masa gestasi lebih dari 42 minggu. Masa gestasi adalah masa sejak terjdinya konsepsi sampai dengan saat kelahiran, dihitung dai hari petama haid terkhir. Sedangkan menurut Surasmi (2003), masa gestasi dibagi menjadi tiga yaitu: 1) Preterm infant atau bayi prematur, yaitu bayi yang lahir pada umur kehamilan tidak mencapai 37 minggu. 2) Term infant atau bayi cukup bulan (mature atau aterm), yaitu bayi yang lahir pada umur kehamilan lebih daripada 37-42 minggu. 3) Post term infant atau bayi lahir lebih bulan (posterm atau postmature), yaitu bayi yang lahir pada umur kehamilan lebih dari 42 minggu (Ariani, Desy, 2010). Masa gestasi atau lamanya bayi dalam kandungan sampai dengan lahir dapat ditentukan oleh NSB (New Ballard Scale) yang dapat diukur sampai 20 minggu. Bayi baru lahir prematur harus dikaji segera setelah lahir karena terjadi perubahan yang cepat pada kulit dan keseluruh anggota tubuh. NSB akurat dilakukan sampai rentang dua minggu (Varney Helen, 2007). Faktor yang merupakan predisposisi terjadinya kelahiran prematur adalah; 1) faktor ibu meliputi riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung dan penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun jarak dua kehamilan terlalu dekat, infeksi dan trauma, 2) faktor janin meliputi cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, 3) keadaan sosial ekonomi yang rendah, 4) kebiasaan meliputi pekerjaan melelahkan, merokok (Sarwono Prawirahardjo, 2005). Dari sekian banyak faktor, usia merupakan faktor paling dasar yang memegang peranan cukup signifikan, dimana ibu yang mempunyai usia lebih muda cenderung mempunyai pengalaman yang kurang akan kehamilan, seperti tentang bagaimana memberikan nutrisi yang optimal bagi janin. Sebaliknya, dimana ibu yang berusia lebih dari 35 tahun mempunyai resiko lebih tinggi mengalami penyulit obstetri serta morbiditas dan mortilitas perinatal yang tinggi karena usia 35 tahun atau lebih terjadi perubahan pada alat kandungan, jaringan alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Sehingga nantinya akan berpengaruh pula pada pertumbuhan dan perkembangan janin yang dikandungnya.
6
Dari data umum dapat diketahui bahwa hampir sebagian (44,2%) ibu berumur antara 25 sampai 35 tahun, dan hanya sebagian kecil (20,8%) ibu berumur lebih dari 35 tahun. Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar (55,8%) neonatus BBLN, sedangkan hanpir sebagian (26,0%) neonatus BBLR, sedangkan sebagian kecil (15,6%) neonatus BBLSR. Untuk BBLSER sebagian kecil (2,6%) neonatus. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang beratnya kurang dari 2,5 kilogram saat dilahirkan. BBLR diketahui dengan menimbang bayi sebelum 30 menit setelah lahir. Bila penimbangan bayi tidak mungkin dilakukan, masih ada cara mengenal BBLR, yaitu dengan mengukur lingkar lengan atas bayi. Lengan atas bayi normal minimal 9,5 cm. Jika tubuhnya kurang berisi, ototnya lembek dan kulitnya mungkin keriput atau tipis serta lebih kecil dari bayi normal, bayi termasuk kategori BBLR (Maryani Simanjutak, 2011). Menurut Abdul Bari Saifuddin (2002), bayi berat lahir rendah dibedakan dalam: (1) bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 15002500 gram, (2) bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram, (3) bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram. Menurut National Academy, pembagian faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR dalam beberapa bagian, yaitu: 1) Faktor genetik, 2) Faktor demografi dan psikososial: umur ibu, status sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan dan pekerjaan), status perkawin dan faktor psikologi ibu, 3) Faktor obstertik, 4) Faktor gizi, 5) Morbiditas umum, 6) Keracunan, 7) Pelayanan antenatal (Evalatifah Nurhayati, 2009). BBLR erat kaitannya dengan pendidikan dan pekerjaan ibu. Pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir ibu dalam menyikapi jumlah nutrisi yang dikonsumsi-nya selama masa kehamilan. Ibu dengan latar pendidikan yang tinggi akan lebih berfikir untuk memperhitungkan jumlah dan pemilihan nutrisi yang diberikan untuk janin yang dikandungnya. Sehingga semakin tinggi pendidikan ibu, maka akan semakin baik pula angka nutrisi yang dikonsumsi ibu. Hal tersebut akan mengakibatkan semakin banyak jumlah nutrisi yang diterima oleh janin yang dikandungnya. Disamping pendidikan, pekerjaan juga akan member-kan pengaruh yang cukup bayak dalam menentukan pemberian nutrisi selama ke-hamilannya. Seorang ibu yang mempunyai penghasilan sendiri, tidak akan memusing-kan biaya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama kehamilan. Sehingga ibu yang mempuyai pekerjaan tetap cenderung dapat memenuhi nutrisi yang dibutuhkan selama
MEDISAINS Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, EDISI KHUSUS Vol. XIII No.1, April 2013
ARTIKEL PENELITIAN PENELITIAN FIKES FIKES Universitas Universitas Muhammadiyah Muhammadiyah Purwokerto Purwokerto ARTIKEL
kehamilannya. Dari data umum dapat diketahui bahwa sebagian besar (70,1%) tingkat pendidikan ibu SMA dan sebagian kecil (7,8%) berpendidikan SMP. Sedangkan dari segi pekerjaan, sebagian besar (55,8%) ibu neonatus tidak bekerja dan sebagian kecil (6,5%) ibu neonatus bekerja sebagai PNS. Untuk mengurangi angka kejadian BBLR, bisa digunakan upaya–upaya preventif seperti dengan melakukan penyuluhan tentang kesehatan remaja atau ibu usia subur. Dimana dengan dilakukan-nya penyuluhan, diharapkan akan merubah perilaku ibu menjadi lebih baik seperti lebih rutin dan teratur dalam melakukan ANC, mengatur pola makan, dan dapat mengontrol jarak kehamilan dengan mengikuti program keluarga berencana, serta untuk remaja agar mempunyai anak pada rentang usia resiko rendah. Ikterus Neonatorus Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar (50,6%) neonatus di RSUD Dr. Soegiri Lamongan tidak me-ngalami ikterus dan hampir sebagian (48,4%) neonatus mengalami ikterus. Menurut Mansjoer Arif (2000), ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan mukosa akibat penumpukan bilirubin, sedangkan hipirbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus kearah terjadinya kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubinnya tidak dikendalikan. Ikterus merupakan keadaan jumlah bilirubin dalam darah melebihi kadar normal, sehingga saat kadarnya cukup tinggi menghasilkan ikterik. Ikterik dapat dilihat sebagai suatu penampakan kekuningan pada kulit, mukosa, sklera dan urin (Praticia W. Ladewig, 2006). Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar etiologi ikterus dapat dibagi: 1) Produksi yang berleihan, 2) Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar, 3) Gangguan transport, dan 4) Gangguan dalam ekskresi (FKUI, 2007). Menurut Abdul Bari Saifuddin (2002), komplikasi yang dapat terjadi akibat ikterus neonatorum adalah ensefalopati atau yang dikenal dengan kernikterus yaitu suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. Ikterus dapat ditangani agar tidak menjadi lebih berat dampaknya. Penanganan ikterus
bukan hanya tanggung jawab petugas kesehatan, tetapi juga tanggung jawab ibu terutama penanganan sendiri di rumah. Penanganan tersebut meliputi pemberian ASI yang cukup (8-12 kali sehari) dan dengan pemaparan sinar matahari pagi selama 15-30 menit setiap pagi. Hubungan Antara Masa Gestasi dan Ikterus Neonatorus Berdasarkan tabel 7 menunjukkan hampir seluruh (77,4%) neonatus preterm mengalami ikterus dan sebagian kecil (22,6%) tidak mengalami ikterus, sedangkan sebagian besar (73,2%) neonatus aterm tidak mengalami ikterus dan hampir sebagian (26,8%) mengalami ikterus. Untuk neonatus posterm, hampir sebagian (40,0%) tidak mengalami ikterus dan sebagian besar (60,0%) yang mengalami ikterus. Hasil uji statistik Chi-Square menggunakan SPSS 16.0, didapatkan hasil p= 0,000 dimana p < 0,05. artinya terdapat hubungan antara masa gestasi dengan kejadian ikterus. Prematuritas dapat menyebabkan tidak adanya atau berkurangnya jumlah enzim yang diambil atau menyebabkan pengurang-an reduksi bilirubin oleh sel hepar, selain itu pada bayi prematur kenaikan bilirubin serum cendrung sama atau sedikit lebih lambat daripada kenaikan bilirubin pada bayi cukup bulan tetapi jangka waktunya lebih lama yang biasanya mengakibatkan kadar bilirubin yang lebih tinggi (Richard E. Berhman, 2000). Penurunan kemampuan mengikat albumin transport bilirubin ke hati untuk konjugasi menurun karena konjugasi albumin yang rendah pada bayi premature (Myles, 2009), Bilirubin indirek yang berikatan dengan albumin sangat tergantung pada kadar albumin dalam serum. Pada bayi kurang bulan biasanya kadar albuminnya rendah sehingga dapat dimengerti bila kadar bilirubin indirek yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya karena bilirubin indirek yang bebas inilah yang dapat melekat pada otak (Donna L. Wong. 2008). PENUTUP Kesimpulan 1) Sebagian besar neonatus di RSUD Dr. Soegiri Lamongan tahun 2010-2011 memiliki masa gestasi antara 37-42 minggu. 2) Sebagian besar neonatus tidak mengalami ikterus neonatorum di RSUD Dr. Soegiri Lamongan tahun 2010-2011. 3) Ada hubungan masa gestasi dengan kejadian ikterus neonatorum di RSUD Dr. Soegiri Lamongan tahun 2010-2011.
MEDISAINS Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, EDISI KHUSUS Vol. XIII No.1, April 2013
7
ARTIKEL PENELITIAN FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Saran 1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi bagi mahasiswa dan dapat dijadikan bahan pengelolaan untuk mata kuliah keperawatan anak 2. 2) Bagi Profesi Keperawatan, diharapkan menjadi tambahan ilmu kepada perawat untuk memberikan informasi kepada keluarga mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan ikterus dan penanganannya di rumah.
Sarwono Prawirahardjo. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. Schwartz, M. William. (2004). Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC Tom Lissauer, Avroy A Fanaroff,(2009). At a Glance Neonatalogi. Jakarta :: Erlangga Varney Helen (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi: 4. Jakarta : EGC
DAFTAR PUSTAKA Abdul Bari Saifuddin (2002). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Nasional dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Ariani, Desy. (2010). Masa Gestasi pada Neonatus. http://dciesm.blogspot. com/2010/ 01 /ika-masa-gestasi-padaneonatus _22.html. Diakses pada 26-122011. Pukul 03.52 WIB Donna L. Wong. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Vol 1. Jakarta : EGC Evalatifah Nurhayati (2009). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya BBLR Pada Ibu-Ibu Yang Melahirkan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Kotamadya Medan Tahun 2004. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara: Tidak Dipublikasikan FKUI. (2007). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika. Hubertin, SP. (2004), Konsep Penerapan ASI Eksklusif Buku Saku Bidan Jakarta : EGC Maryani Simanjutak (2011), Pengaruh Pemeriksaan Kehamilan (Antenatal Care) dan Status Gizi Pada Ibu Hamil Terhadap Luaran Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Rumah Bersalin Di Kota Medan. TESIS Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara Myles. (2009). Buku Ajar Bidan. Edisi 14. Jakarta: EGC. Nursalam. (2005). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika Praticia W. Ladewig (2006). Buku Saku Asuhan Ibu Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC Richard E. Berhman (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC. Rusepno Hassan (2007). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. Infomedika
8
MEDISAINS Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, EDISI KHUSUS Vol. XIII No.1, April 2013