CYBER-TECHN. VOL 9 NO 2 (2015)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM (Studi Empiris Pada Perusahaan Food And Baverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 – 2013) Ainur Rofiq1) Nuraeni 2) ABSTRACT This study aims to provide empirical evidence about the influence of fundamentals on stock returns. This study was taken because there are differences between research studies with each other and there is a difference between the real state of existing research there. This research was conducted using secondary data. Sampling technique used was purposive sampling. The study sample consisted of 11 of the 16 food and beverage company. The samples are based on purposive sampling method. While the analytical methods used to test the hypothesis of this study is logistik..Variabel regression used in this study is the Stock Return as the dependent variable, and Return On Equity (ROE), Return on Assets (ROA), current ratio (CR), Debt to-equity ratio (DER), Earning Per Share (EPS) and Price to Book Value (PBV) as independent variables. The analytical method used is multiple linear regression analysis previously performed classical assumption, including normality test, multicollinearity, heteroscedasticity test and autocorrelation test. And then the last ftest and test R2. The results of the regression analysis, it can be seen that the Return On Equity (ROE) and no significant negative effect on stock return. Return on Assets (ROA) and no significant negative effect on stock return. Debt-to-equity ratio (DER) and a significant negative effect on stock return. Earning Per Share (EPS) and a significant positive effect on stock return. Price to Book Value (PBV) and a significant positive effect on stock return. Current Ratio (CR) and a significant positive effect on stock return. Predictive ability of the six variables to Return Shares in the study by 64% while the remaining 36% is influenced by other factors not included in the research model. Kata Kunci : Return Saham, ROE, ROA, DER, EPS, PBV dan CR. PENDAHULUAN Rasio keuangan mencerminkan bagaimana kinerja pada suatu perusahaan. Semakin baik kinerja keuangan perusahaan maka harga saham persahaan juga akan semakin tinggi. Dengan harga saham yang tinggi, maka diharapkan investor akan mendapatkan return saham yang besar atas penanaman modalnya di suatu perusahaan. Tujuan dari pemegang saham atau para investor tentunya mendapatkan keuntungan atas investasi yang dilakukannya, selain dividen, investor juga menginginkan return saham. Return adalah tingkat pengembalian hasil yang diperoleh dari jumlah dana yang di investasikan, return dapat berupa realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi dimasa yang akan datang (Jogiyanto,2000). Ketika investor membuat keputusan membeli saham dan mengharapkan tingkat keuntungan yang tinggi maka investor juga harus memikirkan resikonya. Karena Semakin tinggi tingkat keuntungan yang diharapkan, semakin tinggi tingkat resikonya (Hanafi:2004). Atas dasar hal itu, maka dalam berinvestasi di pasar modal selain faktor keuntungan, investor juga harus mempertimbangkan faktor risiko. Faktor Risiko dalam berinvestasi
CYBER-TECHN. VOL 9 NO 2 (2015)
dapat diukur dengan standar deviasi. Semakin tinggi standar deviasi, maka semakin tinggi pula risiko sistematiknya. Informasi fundamental dan teknikal dapat dijadikan sebagai dasar bagi investor untuk memprediksi return, resiko atau ketidakpastian, waktu, jumlah, dan faktor lainnya yang berhubungan dengan aktivitas berinvestasi di pasar modal. Jika prospek suatu perusahaan publik sangat kuat dan baik, maka harga saham perusahaan tersebut diperkirakan meningkat pula (Husnan:2004). Dengan adanya kenaikan harga saham maka diharapkan return (pengembalian saham) juga akan meningkat. Rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk menjelaskan kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan serta mempunyai peranan untuk memprediksi harga atau return saham di pasar modal. Sugiono (2009) mengelompokkan rasio keuangan tersebut ke dalam 5 jenis yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio rentabilitas (profitabilitas), rasio solvabilitas dan rasio pasar. Menurut (Gitman,2003) Analisa fundamental berkaitan dengan penilaian kinerja keuangan tentang efisiensi dan efektifitas perusahaan untuk mencapai tujuannya. Untuk menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan rasio keuangan. Dengan analisis tersebut para investor mencoba memperkirakan harga saham kedepan dengan menghitung nilai dari faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dan menerapkan hubungan Yang mempengaruhi faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh perkiraan harga saham. Pada umumnya faktor-faktor fundamental yang diteliti adalah Return On Total Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Deviden Payout Ratio (DPR), Earning Price Share (EPS) dan Debt Equity Ratio (DER). Selain analisis fundamental, juga ada analisis teknikal dengan menggunakan data masa lalu yang dipublikasikan yaitu harga saham. Harga saham suatu perusahaan menjadi tinggi ketika perusahaan memiliki prospek yang baik dimasa yang akan datang. Return saham adalah tingkat pengembalian yang dinikmati oleh pemodal (investor) atas suatu investasi yang dilakukannnya (Widyani,2010). Karena Setiap investasi jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama mendapatkan keuntungan atau return baik langsung maupun tidak langsung. Return saham di dalam penelitian ini dijadikan sebagai variabel dependen, sedangkan Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), dan Price to Book Value (PBV) adalah variabel independennya. Menurut Husnan (2002), Return On Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang kegunaannya untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan semua aktiva yang dimilikinya. Current Ratio adalah rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan aktiva lancar perusahaan dapat dipergunakan untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Kemudian, rasio Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang (leverage) terhadap total shareholders equity yang dimiliki perusahaan. Menurut Winda Adistya (2012), Price Earning Ratio (PER) merupakan rasio perbandingan antara pendapatan dengan harga setiap lembar saham, dan merupakan indikator pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang (prospects of the firm). Sedangkan Menurut Desi Arista (2012), Earning per share adalah salah satu rasio pasar yang merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas keikut sertaan dalam perusahaan. Price to Book Value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Net Profit Margin (NPM)
1
CYBER-TECHN. VOL 9 NO 2 (2015)
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya (Cicilia, 2012). Beberapa penelitian tentang harga saham sudah banyak dilakukan oleh para peneliti. Salah satu penelitian dilakukan oleh I.G.K.A Ulupui (2005) dan Widyani Anik (2010), menyatakan bahwa CR berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Sedangkan penelitian dari Rio Malintan (2013) menyatakan bahwa CR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Penelitian dari Desi Arista (2012) menyatakan bahwa DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap return saham. Sedangkan penelitian dari I.G.K.A Ulupui (2005), Widyani Anik (2010), dan Rio Malintan (2013) menyatakan bahwa DER memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Pemilihan sampel perusahaan Food And Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dikarenakan berbagai alasan. Pertama, Perusahaan Food And Beverages merupakan bagian dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan jumlah perusahaan paling banyak yaitu 16 perusahaan, dibandingkan dengan kategori perusahaan lain yang termasuk sektor manufaktur. Kedua, Perusahaan Food And Beverages lebih bisa bertahan terhadap krisis dibandingkan dengan perusahaan lainnya, sebab dalam kondisi krisis maupun tidak produk pada perusahaan Food And Beverages tetap dibutuhkan. Dalam keadaan krisis konsumen akan membatasi konsumsinya dengan memenuhi kebutuhan dasar dan mengurangi kebutuhan barang sekunder, selain itu bahan baku yang digunakan untuk membuat produk pada perusahaan Food And Beverages mudah untuk diperoleh. Dari latar belakang diatas maka penelitian ini diambil judul “Analisis Pengaruh Fundamental terhadap Return Saham ( Perusahaan Food and baverage yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014 ) ”. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Fundamental Menurut Halim (2005), “Analisis fundamental membandingkan antara nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga pasar tersebut sudah mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum”. “Analisis fundamental merupakan suatu analisis yang mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan cara mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham” (Husnan,2001). Ahmad (2004) berpendapat bahwa “Analisis fundamental mempelajari brosur atau data-data industri perusahaan, penjualan, kekayaan, pendapatan, produk dan penyerapan pasar, evaluasi manajemenperusahaan, membandingkan dengan pesaingnya, dan mempekirakan nilai intrinsik dari saham perusahaan tersebut.” Menurut sunariyah (2004) pendekatan yang digunakan untuk menilai harga saham adalah dengan menggunakan analisis fundamental, analisis fundamental merupakan pendekatan yang didasarkan pada suatu anggapan bahwa saham memiliki nilai intrinsik yang diestimasikan oleh para investor. Nilai intrinsik adalah nilai sebenar dari suatu saham yang digunakan untuk menghasilkan return juga resiko yang ada pada saham tersebut. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar sekarang sehingga dapat diketahui harga saham tersebut.
2
CYBER-TECHN. VOL 9 NO 2 (2015)
Faktor – faktor fundamental yang mempengaruhi nilai intrinsik tersebut dapat berasal dari perusahaan, industri maupun keadaan perekonomian makro. Sedangkan menurut Bodie (2005) bahwa analisis fundamental selalu memulai penelitina harga saham dengan melihat kepada pembelajaran atas histori laba dan atas pengujian laporan keuangan perusahaan. Ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Pendekatan fundamental memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor – faktor fundamental bedasarkan pada informasi akuntansi yang telah diaudit oleh akuntan publik dan dipercaya oleh segenap para investor. 2.1.2
Instrumen Pasar Modal Beberapa sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar modal antara lain: Saham,Obligasi, Reksada, instrumen Derivatif (Tandelilin dalam buku “Analisis Investasi dan Manajamen Portofolio”) a. Saham Saham adalah surat tanda kepemilikan aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka pemegang saham akan mempunyai hak terhadap kekayaan dan pendapatan perusahaan setelah melunasi semua kewajiban perusahaan. b. Obligasi Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap kepada pemilik obligasi. Pada saat membeli obligasi, para investor sudah mengetahui berapa pembayaran bunga yang akan diperolehnya dari perusahaan dan berapa pembayaran kembali nilai par (par value) pada saat jatuh tempo. Meskipun demikian, obligasi juga memiliki resiko, karena bisa saja obligasi tersebut tidak terbayarkan kembali akibat kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Oleh karena itu, para investor juga harus berhati-hati dalam menentukan obligasi yang akan dibeli. Investor perlu memperhatikan peringkat obligasi yang menunjukan kualitas obligasi dan tingkat resiko obligasi dilihat dari kinerja perusahaan yang menerbitkannya. Pembayaran bunga obligasi ditentukan oleh seberapa besar kupon yang ditetapkan oleh penerbit obligasi. Umumnya, pada setiap obligasi terdapat kupon dalam jumlah dan waktu pembayaran yang sudah ditentukan. c. Reksadana Reksadana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan dana kepada perusahaan untuk digunakan sebagai modal investasi di pasar modal ataupun di pasar uang. Perusahaan akan menghimpun dana dari investor kemudian diinvetasikan dalam bentuk portofolio yang dibuatkan oleh manajer investasi. Dengan demikian, investor dapat membentuk portofolio secara tidak langsung melalui manajer investasi. Bagi investor pemegang reksadana dapat memberikan manfaat berupa pembentukan portofolio secara tidak langsung dan memperoleh dividen atau bunga dari perusahaan reksadana, memperoleh capital gain. d. Instrument derivative (Opsi dan Future) Instrument derivative adalah instrumen yang nilainya merupakan turunan dari sutau nilai aset yang menjadi dasarnya, misal skuritas (saham,obligasi) lain sehingga nilai instrument derivative sangat tergantung dari harga saham lain yang digunakan sebagai nilai aset dasar. Instrument derivative antara lain:
3
CYBER-TECHN. VOL 9 NO 2 (2015)
1.
Opsi merupakan hak untuk menjual dan membeli sejumlah saham tertentu dengan harga yang telah ditentukan. Opsi ini dapat berupa call option atau put option. Call option merupakan hak kepada pemiliknya untuk membeli saham yang telah ditentukan dalam jumlah dan harga tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Put option merupakan hak untuk menjual saham yang ditunjuk pada harga dan jumlah tertentu pada jangka waktu yang telah ditentukan. sehingga penerbit dan pembeli opsi mempunyai harapan yang berbeda. Pada call option penerbit mengharapkan harga saham turun sedangkan pembeli mengharapkan harga saham naik pada saat jatuh tempo. Pada put option penerbit mengharapkan harga saham naik sedangkan pembeli mengharapkan harga saham turun pada saat jatuh tempo. 2. Waran merupakan opsi yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembelian saham dalah jumlah dan harga yang telah ditentukan dalam jangka beberapa tahun. Penerbitan waran biasanya disertakan pada sekuritas seperti saham atau obligasi untuk menarik minat pemodal. 3. Right issue instrument merupakan derivatif yang berasal dari saham. Right issue memberikan hak istimewah bagi pemiliknya untuk membeli sejumlah saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan harga tertentu. Right issue umumnya dibatasi kepada pemegang saham sebelumnya. Perusahaan mengeluarkan right issue dengan tujuan supaya tidak mengubah proporsi kepemilikan pemegang saham dan mengurangi biaya emisi akibat penerbitan saham baru. 4. Instrument derivative lain yaitu future, pada dasarnya future memiliki karakteristik yang sama dengan opsi. Perbedaaannya pada opsi pembeli diperbolehkan untuk tidak melaksanakan haknya (hanya bersifat hak), sedangkan pada future pembeli wajib melaksanakan kontrak perjanjian yang telah disepakati bersama. Kontrak future adalah perjanjian untuk melakukan pertukaran asset tertentu di masa yang akan datang antara penjual dan pembeli. Penjual akan memberikan asset yang ditunjuk pada waktu yang telah ditentukan untuk ditukarkan dengan sejumlah uang dari pembeli. Meskipun pembayaran dilakukan pada waktu gagalnya pelaksanaan kontrak pada saat jatuh tempo. 2.1.3 Saham Menurut Jogiyanto (2000) saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau kepemilikan individu atau institusi dalam suatu perusahaan. saham diklasifikasikan menjadi 3 yaitu: 1. Saham Preferen Adalah saham yang mempunyai kelebihan Dibandingkan dengan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak antara lain: a). hak atas dividen tetap. b). hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Beberapa karakteristik dari saham preferen adalah : a. Hak preferen terhadap dividen, adalah hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa. b. Hak dividen kumulatip, adalah hak deviden yang tidak dibayar dalam suatu periode harus dibayar pada periode berikutya. Hak deviden yang sebelumnya belum terbayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya. c. Hak preferen pada waktu likuidasi, adalah hak saham preferen untuk mendapatkan terlebih dahulu aktiva perusahaan dibandingkan dengan saham biasa pada saat terjadi likuidasi. Menurut Jogiyanto (2000) Macam-macam saham preferen adalah :
4
CYBER-TECHN. VOL 9 NO 2 (2015)
a) Convertible Preferred Stock Untuk mencari perhatian investor yang menyukai saham biasa, beberapa saham preferen menambahkan bentuk di dalamnya yang memungkinkan pemegang saham untuk melakukan penukaran dengan saham biasa dengan rasio penukaran yang sudah ditentukan. Saham preferen semacam ini disebut dengan Convertible Preferred Stock. b) Callable Preferred Stock saham preferen ini adalah adanya hak perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut untuk membeli kembali saham dari pemegang saham pada waktu tertentu dimasa yang akan datang dengan nilai tertentu. Harga tebusan ini biasanya lebih tinggi dari nilai nominal sahamnya. c) Floating atau Adjustable-rate Preferred Stock (ARP) Saham preferen ini tidak membayar dividen secara tetap, tetapi tingkat dividen yang dibayar tergantung dari tingkat return dari sekuritas Treasury bill. 2. Saham Biasa Saham yang dikeluarkan oleh perusahaan berupa satu kelas saham saja. Beberapa hak pemegang saham biasa antara lain: a. Hak Kontrol, adalah hak pemegang saham biasa untuk memilih pimpinnan perusahaan. b. Hak Menerima Pembagian Keuntungan, adalah hak pemegang saham untukmendapatkan bagian dari keuntungan perusahan. c. Hak Preemtive, adalah hak untuk mendapatkan presentase kepemilikan yang sama jika suatu saat perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham sebelumnya dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai. 3. Saham Treasuri Adalah saham suatu perusahaan yang pernah dikeluarkan dan beredar, kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk tidak dipensiunkan tetapi disimpan. Menurut Sunariyah (2004), setiap pemegang saham akan memperoleh sertifikat sebagai tanda kepemilikan pada perusahaan. Sebagai suatu surat berharga, sertifikat mengandung perikatan hukum formal, yang setiap penerbitannya dijamin oleh undangundang. Nilai sertifikat dapat dibagi empat yaitu : a. Nilai Nominal (Par Value), adalah harga saham pertama yang tercantum pada sertifikat badan usaha. b. Nilai Buku (Book Value), adalah jumlah laba ditahan, par value saham, dan modal selain par value. c. Nilai Dasar (Base Price), nilai dasar suatu saham sangat berkaitan dengan harga pasar saham yang bersangkutan setelah dilakukan penyesuaian karena corporate action (aksi emite). Nilai dasar adalah harga pendanaan saham suatu perusahaan. d. Nilai Pasar (Market Price), adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung di bursa efek. Untuk mendapatkan jumlah nilai pasar suatu saham yaitu dengan mengalikan harga pasar dengan jumlah saham yang dikeluarkan. 2.1.4 Return Saham Pasar modal sebagai wahana alternatif investasi menawarkan suatu tingkat pengembalian (return) pada tingkat resiko tertentu (Ellen, 2011). Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya (Jogiyanto, 2000). Setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai tujuan
5
CYBER-TECHN. VOL 9 NO 2 (2015)
utama untuk mendapatkan keuntungan yang disebut return, baik langsung maupun tidak langsung. Menurut Widyani Anik (2010), komponen suatu return terdiri dari dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain (keuntungan selisih harga). Current income (keuntungan lancar) adalah keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti pembayaran bunga deposit, bunga obligasi deviden dan sebagainya. Disebut sebagai pendapatan lancar, maksudnya adalah keuntungan yang ditreima biasanya dalam bentuk kas atau setara kas, sehingga dapat diungkapkan secara cepat. Komponen yang kedua dari return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih antara harga jual dan harga beli suatu instrument investasi. Capital gain sangat tergantung dari harga pasar intrument investasi yang bersangkutan, yang berarti bahwa intrument investasi tersebut harus diperdagangkan di pasar (Happy Widyawati, 2013). 2.1.5 Return On Asset (ROA) Return On Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunak an untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan semua aktiva yang dimilikinya (Husnan, 2004). Perusahaan selalu berupaya untuk meningkatkan Return On Asset yang dimilikinya. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi Return On Asset maka akan menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak, dengan semakin meningkatnya Return On Asset, profitabilitas pada suatu perusahaan juga semakin baik. Rasio ini mengukur seberapa banyak laba bersih yang bisa didapatkan dari seluruh aset yang dimiliki dan ditanamkan pada sebuah perusahaan (efisiensi aktiva), (Desi Arista, 2012). Semakin tinggi Return On Asset maka akan menunjukkan semakin efisien operasional dari suatu perusahaan, begitu pula sebaliknya, Return On Asset yang rendah dapat disebabkan oleh banyaknya aset yang menganggur, kemudian investasi dalam persediaan yang terlalu banyak, kelebihan uang kertas, aset tetap beroperasi dibawah normal, dan lain-lain (Rio Malintan, 2013). Dengan semakin meningkatnya Return On Asset maka kinerja perusahaan yang ditinjau dari profitabilitasnya akan semakin baik ( Rio, 2013). Kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva untuk menghasilkan keuntungan dapat menimbulkan daya tarik serta mampu mempengaruhi investor untuk membeli saham di perusahaan tersebut (Desi, 2012). Dengan daya tarik dan pengaruh tersebut, nantinya akan membuat investor mau menanamkan dananya pada perusahaan, sehingga harga saham dan return saham perusahaan juga akan meningkat. 2.1.6 Curren Ratio (CR) Menurut Husnan (2002), Current Ratio adalah rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan aktiva lancar perusahaan biasa dipergunakan untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Current Ratio bertujuan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam mengukur kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancarnya (Current Asset). Current Ratio merupakan salah satu ukuran likuiditas yang bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan asset lancar yang dimilikinya (Rio, 2013). 2.1.7 Debt Equity Ratio (DER) Brigham dan Houston (1998) menjelaskan bahwa solvabilitas keuangan adalah rasio yang memberikan suatu ukuran sampai sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal perusahaan. Debt to Equity
6
CYBER-TECHN. VOL 9 NO 2 (2015)
Ratio (DER) digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholders equity yang dimiliki perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara seluruh hutang perusahaan baik hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek dengan modal sendiri yang dimiliki perusahaan (Bambang, 1993). Semakin tinggi Debt to Equity Ratio menunjukkan semakin besar total utang terhadap total ekuitasnya. Dengan semakin tingginya Debt to Equity Ratio, maka akan menunjukkan semakin besarnya ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) sehingga tingkat resiko perusahaan semakin besar (Rio, 2013). Untuk itu, semakin tinggi Debt to Equity Ratio maka akan menunjukkan komposisi total utang yang semakin besar dibandingkan dengan total modal sendiri sehingga akan meningkatkan tingkat resiko investor karena hal tersebut akan berdampak pada menurunnya harga saham (Rio, 2013). Menurut Agus Sartono (2001), jika rasio Debt to Equity Ratio tinggi, hal ini berarti bahwa perusahaan menggunakan utang yang tinggi dibandingkan dengan modal sendiri, hal tersebut menyebabkan penurunan laba bersih yang pada akhirnya akan mengurangi laba yang diterima oleh pemegang saham. 2.1.8 Return On Equity (ROE) Return on Equity atau tingkat pengembalian ekuitas pemilik mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang menjadi hak bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang perusahaan makin besar maka rasio ini juga akan makin besar Definisi rentabilitas modal sendiri. Return On Equity menurut Bambang Riyanto (2001) sebagai berikut : Return On Equity adalah perbandingan antara jumlah profit yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Atau dapat dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Menurut Agnes Sawir (2001) Return on Equity atau Tingkat Pengembalian Ekuitas pemilik adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (Networth) secara efektif mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham. Sedangkan menurut Lukman Syamsudin (2004) Return on Equity atau Tingkat Pengembalian Ekuitas Pemilik adalah Tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Return On Equity merupakan suatu alat ukur dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan ( baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengembalian ekuitas pemilik, Return On Equity merupakan suatu alat analisis untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemilik saham atas modal yang telah mereka investasikan. 2.1.9 Price to Book Value (PBV) Menurut (Sugiono, 1996) Price to Book Value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan terhadap jumlah modal yang diinvestasikan, sehingga semakin tinggi rasio Price to Book Value (PBV) yang menunjukkan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham.
7
CYBER-TECHN. VOL 9 NO 2 (2015)
2.1.10
Earning Per Share (EPS) Menurut Eljelly dan Alghurair (2001), manajer dan investor memiliki kecenderungan untuk menemukan indikator yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja perusahaannya. Banyak negara di dunia, badan akuntan profesional dan pihak bursa saham meminta perusahaan untuk menyertakan ringkasan ukuran kinerja perusahaannya, seperti Return on Equity (ROE), Cash Flow (CF) dan Earning per Share (EPS). Earning per Share (EPS) merupakan ukuran penting yang telah lama digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Sedangkan menurut Desi Arista (2012), Earning per share adalah salah satu rasio pasar yang merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas keikut sertaan dalam perusahaan. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Dan Pendekatan Metode dan pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Menurut Narbuko dan Achmadi (2003) penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data – data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk pemecahan masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta – fakta dan sifat populasi. Penelitian ini termasuk pendekatan kuantitatif karena banyak menggunakan angka – angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasi pengolahan data tersebut (Arikunto, 2002:10). 3.2 Lokasi Penelitian ini dilakukan di pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) Universitas Brawijaya Jalan mayjen Haryono 165 malang. Alasan pemilihan lokasi ini karena data dan informasi yang kami butuhkan dalam penelitian ini telah tersedia secara lengkap di pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) Universitas Brawijaya. 3.3 Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah food and baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2009-2013. HASIL PENELETIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Return Saham Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, variabel fundamental uang di ukur dengan return on equity mempunyai pengaruh negatif terhadap return saham. hal ini dapat dilihat dari Nilai koefisien regresi (β) X1 sebesar -241.193 menunjukkan bahwa jika Return On Equity (X1) berubah sebesar satu satuan atau 1%, maka return saham menurun sebesar 241.193. dengan kata lain semakin tinggi return on equity maka penurunan return saham tinggi. Variabel ini tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. hal ini terbukti dengan nilai X1 ( -0,877 > 2,011). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendah nya Return On Equity (ROE) tidak mempengaruhi return saham. Return On Equity (ROE) mencerminkan bagian laba yang bisa di alokasikan ke pemegang saham untuk periode tertentu, setelah semua hak-hak kreditur dan saham preferen dilunasi, biaya bunga telah dilunasi dengan laba bersih.
8
CYBER-TECHN. VOL 9 NO 2 (2015)
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian D. Agus Hardjito dan Rangga Aryayoga (2009) yang menyatakan bahwa Return On Equity tidak berpengaruh terhadap return saham. 4.2 Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Return Saham Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, variabel fundamental uang di ukur dengan Return On Asset (ROA) mempunyai pengaruh negatif terhadap return saham. Hal ini dapat dilihat dari Nilai koefisien regresi (β) X2 sebesar -212.945 menunjukkan bahwa jika Return On Asset (X2) berubah sebesar satu satuan atau 1%, maka return saham menurun sebesar 212.945. dengan kata lain semakin tinggi return on asset maka penurunan return saham semakin tinggi. Variabel ini tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. hal ini terbukti dengan nilai X2 ( -0,557 > 2,011). Hal ini menunjukkan bahwa perubahan nilai Return On Assets (ROA) akan memberikan kontribusi yang negatif dan signifikan terhadap perubahan return saham, yaitu kenaikan atau penurunan nilai Return On Asset akan berdampak pada kenaikan atau penurunan return saham, nilai Return On Asset yang semakin tingggi akan memberikan kontribusi terhadap nilai return saham yang semakin rendah atau sebaliknya nilai Return On Asset yang semakin rendah akan memberikan kontribusi terhadap return saham yang semakin tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan D. Agus Hardjito dan Rangga Aryayoga (2009) yang menyatakan bahwa Return On Asset tidak berpengaruh terhadap return saham. 4.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, variabel fundamental uang di ukur dengan Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh negatif terhadap return saham. hal ini dapat dilihat dari Nilai koefisien regresi (β) X3 sebesar -4952.339 menunjukkan bahwa jika Debt to Equity Ratio (X3) berubah sebesar satu satuan atau 1%, maka return saham menurun sebesar 4952.339. dengan kata lain semakin tinggi Debt to Equity Ratio maka penurunan return saham semkin tinggi. Variabel ini tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. hal ini terbukti dengan nilai X3 ( -0,455 > 2,011). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat Debt to Equity Ratio yang tinggi menunjukkan komposisi total hutang (hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang) semakin besar apabila dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga hal ini akan berdampak pada semakin besar pula beban perusahaan terhadap pihak eksternal (para kreditur) dalam memenuhi kewajiban hutangnya, yaitu membayar pokok hutang ditambah dengan bunganya. Peningkatan beban terhadap kreditur akan menunjukkan sumber modal perusahaan sangat tergantung dari pihak eksternal, serta semakin tingginya tingkat risiko suatu perusahaan. Hal ini akan mengurangi minat investor dalam menanamkan dananya di perusahaan yang bersangkutan. Penurunan minat investor dalam menanamkan dananya ini akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga return perusahaan juga semakin menurun. Hasil penelitian ini sejalan dengan Eddy Sutjipto (2007 ) yang menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap return saham. 4.4 Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, variabel fundamental uang di ukur dengan Earning Per Share mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. hal ini dapat dilihat dari Nilai koefisien regresi (β) X4 sebesar -55.110 menunjukkan bahwa jika Earning Per Share (X4) berubah sebesar satu satuan atau 1%, maka return saham mengalami kenaikan sebesar 55.110. dengan kata lain semakin tinggi Earning Per Share maka kenaikan
9
CYBER-TECHN. VOL 9 NO 2 (2015)
return saham semkin tinggi. Variabel ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. hal ini terbukti dengan nilai X4 ( -2,067 > 2,011). Hasil analisis ini mengindiksasikan bahwa investor tetap akan menggunakan EPS sebagai parameter untuk mengukur kinerja perusahaan guna memprediksi return saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Hal ini sesuai dengan teori yang mendasari bahwa Earning Per Share yang semakin besar akan menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih setelah pajak semakin meningkat. Dengan meningkatnya laba bersih setelah pajak yang dihasilkan oleh perusahaan, maka return yang akan diterima oleh para pemegang saham juga semakin meningkat. Berdasarkan hasil uraian di atas maka Earning Per Share dapat dipakai sebagai prediktor dalam memprediksi tentang return saham.Sehubungan dengan hal tersebut nampak bahwa investor dalam memprediksi return saham juga memperhatikan kinerja saham dari sisi rasio pasarnya terutama nilai EPS dari saham perusahaan (emiten). Hasil penelitian ini sejalan dengan Setyawan (2005) dan Eddy Sutjipto (2007 ) yang menyatakan bahwa Earning Per Share Ratio berpengaruh terhadap return saham. 4.5 Pengaruh Price To Book Value (PBV) terhadap Return Saham Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, variabel fundamental uang di ukur dengan Price To Book Value mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. hal ini dapat dilihat dari Nilai koefisien regresi (β) X5 sebesar 11497.664 menunjukkan bahwa jika Price Book Value (X5) berubah sebesar satu satuan atau 1%, maka return saham mengalamai kenaikan sebesar 11497.664. dengan kata lain semakin tinggi Price To Book Value maka kenaikan return saham semkin tinggi. Variabel ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. hal ini terbukti dengan nilai X5 (4,828 > 2,011). Hal ini menunjukkan bahwa perubahan nilai Price Book Value (PBV) akan memberikan kontribusi positive dan signifikan terhadap perubahan return saham. nilai Price Book Value yang semakin tingggi akan memberikan kontribusi terhadap return saham yang semakin tinggi atau sebaliknya perubahan nilai Price Book Value yang semakin rendah akan memberikan kontribusi terhadap return saham yang semakin rendah. Berdasarkan hasil uraian di atas maka Price Book Value dapat dipakai sebagai prediktor dalam memprediksi tentang return saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan Ratnasari (2003) dan Mei Hotma Mariati Munte (2009) yang menyatakan bahwa Price To Book Value berpengaruh terhadap return saham. 4.6 Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Return Saham Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, variabel fundamental uang di ukur dengan Current Ratio mempunyai pengaruh positif terhadap return saham. hal ini dapat dilihat dari Nilai koefisien regresi (β) X6 sebesar 286.533 menunjukkan bahwa jika PBV (X6) berubah sebesar satu satuan atau 1%, maka return saham mengalamai kenaikan sebesar 286.533. dengan kata lain semakin tinggi Current Ratio maka kenaikan return saham semkin tinggi. Variabel ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. hal ini terbukti dengan nilai X6 (3,716 > 2,011). Hal ini menunjukkan bahwa Current Ratio yang rendah akan menyebabkan terjadi penurunan harga pasar dari harga saham yang bersangkutan. Sedangkan Current Ratio yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih dan persediaan yang belum terjual, yang tentunya tidak dapat digunakan secara cepat untuk membayar hutang. Disisi lain perusahaan yang memiliki aktiva lancar yang tinggi akan lebih cenderung memiliki aset lainnya dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya (menjual efek). Perusahaan dengan posisi tersebut sering kali terganggu likuiditasnya,
10
CYBER-TECHN. VOL 9 NO 2 (2015)
sehingga investor lebih menyukai untuk membeli saham-saham perusahaan dengan nilai aktiva lancar yang tinggi dibandingkan perusahaan yang mempunyai nilai aktiva lancar yang rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan I.G.K.A Ulupui (2005) dan Mei Hotma Mariati Munte (2009) yang menyatakan bahwa Current Ratio berpengaruh terhadap return saham. KESIMPULAN Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan ke enam variabel independen (Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per Share (EPS), Price to Book Value (PBV), dan Current Ratio (CR)) dan satu variabel dependen return saham menunjukkan bahwa: 1. Return On Equity (ROE) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return saham. 2. Return On Asset (ROA) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return saham. 3. Dep to Equity Ratio (DER) tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return saham. 4. Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. 5. Price to Book Value (PBV) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. 6. Current Ratio (CR) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. SARAN 1. Bagi perusahaan food ang baverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) hendaknya lebih meningkatkan kinerja keuangan dalam menghasilkan laba, karena investor cenderung memilih untuk berinvestasi pada perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang sehat dan menghasilkan laba yang stabil. 2. Dalam penelitian mendatang perlu menambahkan menambah rasio keuangan lainnya sebagai variabel independen, karena sangat dimungkinkan rasio keuangan lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini berpengaruh kuat terhadap return saham. 3. Menambahkan rentang waktu yang lebih panjang sehingga nantinya diharapkan hasil yang diperoleh akan lebih dapat digeneralisasikan dan untuk memperluas penelitian serta menghasilkan analisis yang lebih baik. 4. Perlu adanya pemisahan dalam analisis untuk faktor fundamental dan teknikal, hal ini dikarenakan faktor fundamental datanya dibatasi oleh periode publikasi laporan keuangan perusahaan. Atas dasar laporan keuangan para investor dapat melakukan penilaian kinerja keuangan perusahaan terutama keputusan dalam hal melakukan investasi. Sementara faktor teknikal perubahannya lebih bersifat temporer. Hal ini dikarenakan faktor teknikal berdasarkan pada informasi dari luar perusahaan, umumnya mempertimbangkan kondisi negara, seperti kondisi ekonomi, politik dan finansial suatu negara. Dengan pemisahan analisis tersebut, mungkin akan lebih bermanfaat bagi para investor. 1,2) Staff Pengajar UYP DAFTAR PUSTAKA Alwi. Alat-Alat Analisis dalam Pembelajaran. Yogyakarta : Andi Offset,2004 Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta. 2002.
11
CYBER-TECHN. VOL 9 NO 2 (2015)
Baridwan, Zaki. Intermediate Accounting, Edisi kedelapan. Yogyakarta : BPFE, 2004. Brigham, E.F. & Houston, J.F. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan. Erlangga. Jakarta,2001. Brigham, E.F. & Houston, J.F. Dasar – dasar manajemen keuangan . Edisi Kesepuluh. Salemba Empat. Jakarta,2006. Dwi Prastowo, Rifka Juliaty. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta : Unit Penerbit & Percetakan AMP YKPN,2002 G. Sugiyarso dan F. Winarni. Manajemen Keuangan : Pemahaman laporan keuangan, Pengelolahan Aktiva, Kewajiban & Modal, Serta pengukuran Kinerja Perusahaan, Yogyakarta : Media Presindo, 2008 Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariat dengan progam SPSS, Edisi ke tiga. Semarang : Badan penerbit Universitas Diponegoro, 2005 Hanafi. Manajemen Keuangan (Edisi 1). Yogyakarta : BPFE Yogyakarta,2005 Kasmir.Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers. Jakarta,2001 Mamduh, M. Hanafi. Analisa Laporan Keuangan. UPP MPP YKPN. Yogyakarta. . 2004 Mulyadi. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa, Edisi Ketiga. Yogyakarta : STIE YKPN,1997. Mulyono. Analisis Kegunaan Rasio Keuangan. Yogyakart, Liberty,1999. Munawir. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Edisi Empat, Liberty, 2007. Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. Metodologi penelitian. Jakarta : bumi Aksara, 2003. Riyanto, Bambang. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada, 2001 Sartono, Agus. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : BPFE-YOGYAKARTA, 2001. Sucipto. Penilaian Kinerja Keuangan. Jurnal Akuntansi. Universitas Sumatra Utara. Medan, 2003. Sugiono. Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan. Grasindo. Jakarta, 2009. Warsono. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid 1. Bayu Media Publishing. Malang, 2003. Wibowo, Roy. C. Analisis Perkembangan Kinerja pada PT. BFI Finance Indonesia, Tbk. Periode tahun 2007 – 2009. Skripsi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, 2010
12