FINESTA Vol. 3, No. 2, (2015) 67 – 72
67
Pengaruh Makroekonomi Terhadap Kredit Perbankan di Indonesia Periode 2007-2014 William Lie dan Mariana Ing Malelak Program Manajemen Keuangan, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya E-mail:
[email protected];
[email protected] Abstrak—Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Inflasi dengan Suku Bunga Bank Indonesia, Jumlah Uang Beredar sebagai variabel kontrol serta Kurs dengan Ekspor dan Produk Domestik Bruto terhadap Kredit Perbankan sebagai variabel kontrol. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah total Kredit Perbankan yang disalurkan ke sektor-sektor ekonomi di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan secara parsial dan bersama-sama inflasi dan kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap Kredit Perbankan perbankan. Namun, Inflasi dan Kurs berserta variabel Kontrol secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Kredit Perbankan. Secara parsial, hanya Jumlah Uang Beredar dan Produk Domestik Bruto yang berpengaruh signifikan terhadap kredit sedangkan Inflasi, Suku Bunga Bank Indonesia, Kurs dan Ekspor tidak berpengaruh terhadap kredit perbankan. Secara bersama-sama inflasi, Suku Bunga Bank Indonesia, Jumlah Uang Beredar, Kurs, Ekspor dan Produk Domestik Bruto terhadap Kredit Perbankan berpengaruh signifikan terhadap Kredit Perbankan. Kata kunci — Inflasi, Suku Bunga Bank Indonesia, Jumlah Uang Beredar, Kurs, Ekspor, Produk Domestik Bruto, Kredit Perbankan. Abstract — This study aims to look at the effect of inflation with interest rate of Bank Indonesia, the Money Supply as well as the control variable exchange rate with exports and GDP against Banking Credit as control variables. Population and sample in this study is total banking credit disbursed to economic sectors in Indonesia. The method used in this study is multiple regression. The results showed partial and together the inflation and exchange rate does not significantly influence the banking Banking Credit. However, inflation and exchange rate along with control variables jointly significant effect on the Banking Loans. Partially, only the Money Supply and GDP are significant effect on credit, while inflation, Bank Indonesia interest rate, exchange rate and exports does not affect the bank credit. Together inflation, interest rate of Bank Indonesia, Money Supply, exchange rate, exports and GDP against Banking Credit significant effect on the Banking Loans. Keywords — Inflation, BI rate, Money Supply, Exchange Rate, Export, Gross Domestic Product, Bank Loans
1. PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi pula oleh aktivitas perbankan. Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan di Indonesia yang memberikan jasa penyediaan dana di masyarakat dalam bentuk pinjaman. Bank mempengaruhi perekonomian melalui pemberian modal dalm bentuk kredit kepada usaha-usaha masyarakat. Modal yang berasal dari kredit perbankan membuat usahausaha tersebut dapat bertumbuh (Suyatno, Sukada, Chalik, Ananda, & Marala, 1995). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi bank dalam memberikan kredit bagi perusahan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam bank, seperti pengawasan kredit dan
manajemen sistem informasi pada bank, serta kebijakan kredit. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar bank seperti itikad baik dari nasabah, adanya persaingan antar bank-bank dalam pemberian kredit dan tidak stabilnya perekonomian makro (Muljono,1989, p.5). Variabel ekonomi makro meliputi inflasi, suku bunga Bank Indonesia, jumlah uang yang beredar, kurs, ekspor dan pendapatan domestik bruto (Rivai, Basir, Sudarto dan Veithzal, 2013, p.77). Inflasi merupakan keadaan dimana harga barang-barang cenderung naik dalam jangka waktu yang lama (Mankiw, 2006, p.193). Pada saat tingkat inflasi turun, suku bunga Bank Indonesia akan ikut turun. Turunnya suku bunga Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga kredit dan suku bunga deposito. Pada Februari 2015 tingkat inflasi menurun menjadi 6.29% dari 6.96% pada bulan Januari 2015 (Bank Indonesia, 2015). Turunnya angka inflasi di respon oleh bank Indonesia dengan menurunkan tingkat suku Bunga bank Indonesia dari 7.75% pada bulan Januari menjadi 7.50% pada Bulan Februari 2015 (Bank Indonesia, 2015). Turunnya suku bunga kredit berdampak pada meningkatnya jumlah uang di masyarakat karena meningkatnya pinjaman kredit perbankan yang menggerakkan aktivitas ekonomi Negara Indonesia. Bank Indonesia (2015) mencatat kenaikan jumlah uang yang beredar sebesar 16,1% dari Rp 4.174,2 triliun pada bulan Januari menjadi Rp 4.230,7 triliun pada bulan Februari. Kenaikan jumlah uang beredar sebanding dengan peningkatan jumlah permintaan kredit yang naik dari 11.4% pada Januari 2015 menjadi 12% pada Februari 2015 (Bank Indonesia, 2015). Pada penelitian ini juga menggunakan variabel kurs, ekspor dan pendapatan domestik bruto. Kurs merupakan nilai mata uang suatu negara terhadap nilai mata uang negara lain (Abel, Bernanke, Croushore, 2008, p.477). Turunnya nilai tukar (depresiasi) dan naiknya nilai tukar (apresiasi) mempengaruhi ekspor suatu negara. Semakin lemah nilai tukar mata uang suatu negara (depresiasi) terhadap mata uang lain, pendapatan ekspor akan semakin meningkat karena tingginya nilai mata uang asing yang di konversikan ke mata uang lokal. Saat nilai tukar Rupiah terhadap Dollar pada mengalami depresiasi pada bulan November 2014 dari Rp 12.257/USD menjadi Rp 12.502/USD pada bulan Desember 2014, total ekspor naik dari 13.616.232.861 USD pada bulan November menjadi 14.621.101.116 USD pada bulan Desember (Badan Pusat Statistik, 2015). Naiknya pendapatan eksportir sebagai dampak depresiasi nilai tukar ini akan meningkatkan pendapatan domestik bruto negara tersebut dari sisi ekspor. Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah pada tahun 2007-2014. Alasan peneliti melakukan pengamatan pada tahun tersebut dikarenakan pada tahun 2007 merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak terjadinya
FINESTA Vol. 3, No. 2, (2015) 67 – 72 krisis ekonomi tahun 1998. Pertumbuhan ekonomi tahun 2007 sebesar 6.4%, tertinggi dalam 8 tahun terakhir semenjak terjadi krisis pada tahun 1998 yang rata-rata pertumbuhan ekonominya hanya 4.35% (Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia, 2015). 2. TEORI PENUNJANG A. Bank Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 pasal 1 menyebutkan bahwa Bank adalah badan usaha yang bertugas untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit atau dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. B. Kredit Kredit adalah penyaluran dana dari pihak pemilik dana kepada pihak yang memerlukan dana dengan kewajiban untuk mengembalikan dana yang dipinjamnya (Ismail, 2010, p. 93). C. Inflasi Inflasi adalah proses kenaikan harga harga barang secara umum dalam jangka panjang (Nanga, 2001, p.241). Kenaikan harga ini diukur menggunakan indeks harga, beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi adalah indeks biaya hidup ( consumer price indeks ), indeks harga perdagangan besar (wholesale price index ), GNP deflator. D. Kurs Kurs (exchange rate) adalah harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang negara lainnya (Siamat, 2005, p. 471). Kurs yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurs tengah. E. Suku Bunga Bank Indonesia Bunga adalah harga yang harus dibayar oleh bank dan atau nasabah sebagai balas jasa atas transaksi yang dilakukan antara bank dan nasabah (Ismail,2010, p.131). F. Jumlah Uang Beredar Jumlah uang yang beredar dimasyarakat dapat dibedakan menjadi 2 kategori yaitu uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas (M2). M1 terdiri dari uang kartal yang beredar dimasyarakat (tidak termasuk uang kartal yang berada di bank) di tambah dengan uang giral. M2 merupakan penjumlahan dari M1 ditambah dengan tabungan dan deposito berjangka atau biasa disebut dengan uang kuasi (Siamat, 2005, p. 93). G. Ekspor Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam ke luar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Rivai, Basir, Sudarto dan Veithzal, 2013, p.321). H. Produk Domestik Bruto Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi suatu negara pada suatu periode (Mankiw, 2006, p.6). Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam menghitung pendapatan nasional yaitu pendekatan pengeluaran, pendekatan pendapatan, dan pendekatan produksi (Nanga, 2001). I. Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya terkait dilakukan oleh Halim (2013) membuktikan bahwa Inflasi, BI rate, Jumlah Uang Beredar, Kurs dan Ekspor berpengaruh terhadap kredit modal kerja dan kredit investasi yang disalurkan perbankan. Secara parsial setiap variabel memiliki pengaruh yang
68 berbeda terhadap Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi. Jumlah uang beredar dan Ekspor berpengaruh secara parsial terhadap kredit modal kerja. Inflasi dan Jumlah Uang Beredar berpengaruh secara parsial terhadap Kredit Investasi. Pada penelitian yang dilakukan Astuti (2013) tentang pengaruh inflasi,BI rate, Dana Pihak Ketiga, Non performing loan (NPL), dan capital adequacy ratio (CAR) terhadap penyaluran kredit ( studi kasus pada 10 Bank terbesar Indonesia ) membuktikan bahwa inflasi dan dana pihak ketiga berpengaruh berpengaruh secara positif terhadap penyaluran kredit. Sedangkan BI rate, NPL dan CAR berpengaruh negatif terhadap penyaluran kredit. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan Bahri (2013) tentang analisa pengaruh faktor-faktor variabel moneter terhadap total kredit perbankan di Indonesia menunjukan bahwa nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap total kredit perbankan sebesar 9,17%, dana pihak ketiga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap total kredit perbankan sebesar 44,01% dan inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap total kredit sebesar 0,5%. Kontribusi nilai tukar, dana pihak ketiga, dan inflasi terhadap total kredit perbankan sebesar 43,62%, sedangkan variabel lainnya yang berkontribusi sebesar 56,38%. Ditria, Vivian dan Widjaja (2008) menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga, nilai tukar Rupiah dan jumlah ekspor secara bersama-sama berpengaruh terhadap kredit perbankan. Nilai tukar dan ekspor secara parsial berpengaruh terhadap kredit perbankan, sedangkan tingkat suku bunga secara parsial tidak berpengaruh terhadap kredit perbankan. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Susanti (2010) tentang analisis pengaruh variabel ekonomi terhadap pertumbuhan kredit pada bank umum di Indonesia periode tahun 2002-2009 membuktikan bahwa secara bersama-sama produk domestik bruto, BI rate, inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar, harga minyak berpengaruh terhadap pertumbuhan kredit perbankan. Secara parsial hanya PDB dan harga minyak yang signifikan mempengaruhi kredit. J. Hubungan Antar Konsep Halim (2013) membuktikan bahwa Inflasi, BI rate, Jumlah Uang Beredar, Kurs dan Ekspor berpengaruh terhadap kredit modal kerja dan kredit investasi yang disalurkan perbankan. Secara parsial setiap variabel memiliki pengaruh yang berbeda terhadap Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi. Jumlah uang beredar dan Ekspor berpengaruh secara parsial terhadap kredit modal kerja. Inflasi dan Jumlah Uang Beredar berpengaruh secara parsial terhadap Kredit Investasi. Pada penelitan yang dilakukan oleh Halim (2013) menetapkan lag 3 bulan untuk Inflasi terhadap Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi, Lag 2 bulan untuk BI rate terhadap Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi, Lag 4 bulan untuk Kurs terhadap Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi. Sedangkan untuk Jumlah Uang Beredar dan Ekspor tidak terdapat lag karena pergerakan Jumlah Uang Beredar dan Eksopr sejalan dengan pergerakan Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi. Dalam menetapkan lag menggunakan metode observasi untuk pergerakan variabel-variabel terikat terhadap variabel bebas. Lag digunakan karena diduga terdapat jeda waktu sebelum variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Oleh karena itu pada penelitian ini juga menggunakan lag dengan metode observasi.
FINESTA Vol. 3, No. 2, (2015) 67 – 72 Naiknya nilai tukar (apresiasi) dan turunnya nilai tukar (depresiasi) suatu negara mempengaruhi tingkat ekspor negara tersebut. Semakin kuat nilai mata uang suatu negara terhadap negara lain (apresiasi), pendapatan eksportir semakin menurun. Hal ini disebabkan semakin kecil pendapatan eksportir saat mata uang asing di konversikan ke mata uang lokal. Sebaliknya, disaat nilai mata uang suatu negara melemah terhadap mata uang negara lain (depresiasi), pendapatan eksportir meningkat karena tingginya nilai mata uang asing saat dikonversikan ke mata uang lokal. Ketika pendapatan eksportir meningkat, pendapatan domestik bruto juga meningkat. Ada tiga metode yang digunakan dalam menghitung pendapatan domestik bruto suatu negara yaitu pendekatan pendapatan, pendekatan pengeluaran dan pendekatan produksi. Perhitungan pendapatan domestik bruto dengan metode pengeluaran dapat dihitung dengan cara menjumlahkan nilai pasar dari permintaan sektor rumah tangga untuk barangbarang konsumsi dan jasa-jasa (C), pengeluaran sektor bisnis untuk barang-barang investasi (I), pengeluaran pemerintah untuk barang-barang dan jasa-jasa (G), dan pengeluaran sektor luar negeri untuk ekspor dan impor (XM). Oleh karena itu semakin tinggi ekspor suatu negara maka semakin tinggi juga pendapatan domestik bruto negara tersebut. K. Kerangka Pemikiran
69 3. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menggunakan data numerik. Penelitian kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang bersifat obyektif, mencakup pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode pengujian statistik. (Hermawan, 2005). Penelitian ini juga merupakan historical research dimana data yang digunakan menggunakan data historikal yang telah tersedia sebelumnya. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan diteliti (Ghozali, 2009). Populasi dan sampel yang digunakan ialah total Kredit Perbankan yang diberikan kepada sembilan (9) sektor ekonomi di indonesia periode 2007-2014 (berdasarkan data yang disortir oleh Badan Pusat Statistik). Variabel bebas yang pertama dalam penelitian ini adalah inflasi dengan persamaan: ΔInflasi = Inflasi t – Inflasi t-1
(1)
Variabel bebas yang kedua dalam penelitian ini adalah kurs dengan persamaan: ΔKurs = Kurs tengah t – Kurs tengah t-1
(2)
Variabel kontrol yang pertama dalam penelitian ini adalah Suku Bunga Bank Indonesia dengan persamaan: ΔSuku Bunga BI = Suku Bunga BI t – Suku Bunga BI t-1
(3)
Variabel kontrol yang kedua dalam penelitian ini adalah Jumlah Uang Beredar dengan persamaan: ΔJUB = M2 t – M2 t-1 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Gambar 1. menunjukkan bahwa variabel bebas terdiri dari inflasi (X1) dan Kurs (X2). Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah Suku Bunga BI (X3), Jumlah Uang Beredar (X4), Ekspor (X5) dan Pendapatan Domestik Bruto (X6). Variabel terikat adalah total Kredit Perbankan di seluruh sektor ekonomi (Y). L. Hipotesis Ha1 : Inflasi dan Kurs secara parsial berpengaruh signifikan pada kredit perbankan di Indonesia periode 2007-2014 Ha2 : Inflasi dengan variabel kontrol Suku Bunga Bank Indonesia dan Jumlah Uang Beredar secara bersamasama berpengaruh signifikan pada kredit perbankan di Indonesia periode 2007-2014 Ha3 : Kurs dengan variabel kontrol Ekspor dan Produk Domestik Bruto secara bersama-sama berpengaruh signifikan pada kredit perbankan di Indonesia periode 2007-2014 Ha4 : Inflasi dan Kurs beserta variabel kontrol secara parsial berpengaruh signifikan pada kredit perbankan di Indonesia periode 2007-2014 Ha5: Inflasi dan Kurs beserta variabel kontrol secara bersama-sama berpengaruh signifikan pada kredit perbankan di Indonesia periode 2007-2014
(4)
Variabel kontrol yang ketiga dalam penelitian ini adalah Ekspor dengan persamaan: ΔEkspor = (Ekspor t x kurs tengah t ) – (Ekspor t-1 x kurs tengah t-1 ) (5) Variabel kontrol yang empat dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Bruto dengan persamaan: ΔPDB = PDB t – PDB t-1
(6)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kredit perbankan dengan persamaan: ΔKP = KP t – KP t-1
(7)
Setelah semua data variabel hitung sesuai rumus persamaan, ditentukan lag berdasarkan grafik karena variabel makroekonomi diduga memiliki jeda waktu sebelum mempengaruhi Kredit Perbankan. Analisa regresi berganda dilakukan dua kali yang pertama untuk mendapatkan nilai residual dan yang kedua untuk pengujian asumsi klasik. Model dasar dalam penelitian ini adalah:
FINESTA Vol. 3, No. 2, (2015) 67 – 72
a.
Untuk suku bunga Bank Indonesia ditetapkan lag 1 bulan (t-1) yang artinya peningkatan suku bunga Bank Indonesia pada bulan Mei 2013 ke Juni 2013 diikuti penurunan Kredit Perbankan dari bulan Juni 2013 ke Juli 2013.
(9)
Model dasar persamaan Hipotesa 3 KP = β0 + βKurs. Kurs +βEks. Eks + βPDB.PDB
d.
(8)
Model dasar persamaan Hipotesa 2 KP = β0 + βInf. Inf + βSBBI. SBBI + βJUB. JUB
c.
Tabel 2. Lag Suku Bunga Bank Indonesia terhadap Kredit Perbankan
Model dasar persamaan Hipotesa 1 KP = β0 + βInf. Inf + βKurs. Kurs
b.
70
(10)
Model dasar persamaan Hipotesa 4 dan Hipotesa 5 KP = β0 + βInf. Inf + βKurs. Kurs + βSBBI. SBBI + βJUB. JUB + βEks. Eks+ βPDB. PDB (11) Tabel 3. Lag Produk Domestik Bruto terhadap Kredit Perbankan
dimana : KP = Total kredit perbankan di 9 sektor ekonomi β0 = Konstanta βInf = Koefisien regresi Inflasi Inf = Inflasi βKurs = Koefisien Kurs Kurs = Kurs (nilai tukar) βSBBI = Koefisien regresi Suku Bunga Bank Indonesia SBBI = Suku Bunga Bank Indonesia βJUB = Koefisien regresi Jumlah Uang Beredar JUB = Jumlah Uang Beredar (JUB) βEks = Koefisien regresi Ekspor Eks = Ekspor βPDB = Koefisien regresi Produk Domestik Bruto PDB = Produk Domestik Bruto
Ditetapkan lag 1 (t-1) untuk produk domestik bruto yang artinya penurunan produk domestik bruto pada bulan Mei 2013 ke Juni 2013 juga diikuti penurunan pada bulan Juni 2013 ke Juli 2013. Untuk variabel jumlah uang beredar, kurs, ekspor ditetapkan lag 0 bulan (t) yang artinya pergerakan variabel bebas tersebut sejalan dengan pergerakan variabel kredit perbankan. Dengan demikian didapatkan persamaan dengan menggunakan lag sebagai berikut : Model persamaan Hipotesa 1 KP = 26829.476 + 303874.156 Inf t-3 + 3.303 Kurs (12) Model persamaan Hipotesa 2
4.
ANALISA DAN PEMBAHASAN KP = 17453.043 + 216368.880 Inf t-3 + 1578998.424 SBBI t-1 + 0.322 JUB (13) Model persamaan Hipotesa 3 KP = -3676.445 + 0.975 Kurs + 0.0004 Eks + 32.286 PDB t-1 (14) Model persamaan Hipotesa 4 dan Hipotesa 5
Tabel 1. Lag Inflasi terhadap Kredit Perbankan Berdasarkan grafik ditetapkan lag 3 bulan (t-3) untuk inflasi yang berarti penurunan inflasi dari bulan Maret 2013 ke April 2013 diikuti oleh penurunan kredit perbankan dari Juni 2013 ke Juli 2013.
KP = -4815.469 + 261364.272 Inf t-3 - 6.412 Kurs + 1133800.872 SBBI t-1 + 0.325 JUB + 5.94E-005 Eks+ 23.939 PDB t-1 (15) Setelah mendapat nilai residual maka dilakukanlah uji asumsi klasik regresi berganda. Pada penelitian ini semua variabel lolos uji asumsi klasik. Berikut hasil uji regresi berganda:
FINESTA Vol. 3, No. 2, (2015) 67 – 72 Regresi Variabel bebas I
II
III
IV
Sig. t
keterangan
konstanta Inflasi (X1 )
Koefisien
26829.476 13.544 303874.156 1.036
t
0 0.303
Tidak Signifikan
Kurs (X2 ) Konstanta Inflasi (X1 ) BI rate (X3 ) JUB (X4 ) Konstanta Kurs (X2 ) Ekspor (X5 ) PDB (X6 ) Konstanta Inflasi (X1 ) BI rate (X3 ) JUB (X4 ) Kurs (X2 ) Ekspor (X5 ) PDB (X6 )
3.303 0.568 17453.043 9.691 216368.88 0.912 1578998.42 1.756 0.322 8.893 -3676.445 -0.368 0.975 0.174 0.0004 2.335 32.286 3.06 -4815.469 -0.615 261364.272 1.147 1133800.87 1.194 0.325 8.801 -6.412 -1.468 5.94E-05 0.452 23.939 2.921
0.571
Tidak Signifikan
71 F, Sig. F dan Adj R-Square
F = 29.452 Sig. F = 0.000 Adj R-Square = 0.487 F = 5.182 Sig. F = 0.002 Adj R-Square = 0.122 0.541 0.255 0.236 0 0.146 0.652 0.004
Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Signifikan
F = 18.328 Sig. F = 0.000 Adj R-Square = 0.536
Tabel 4. Hasil Uji Regresi Berdasarkan hasil regresi I pada tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi uji t dari variabel Inflasi dan Kurs masing-masing sebesar 0.303 dan 0.571, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05 (α=5%). Dari hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial, baik itu variabel Inflasi maupun Kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap Kredit Perbankan. Dari hasil ini maka Ha1 ditolak yang artinya secara parsial Inflasi dan Kurs berpengaruh terhadap Kredit Perbankan. Berdasarkan hasil uji pada regresi II dapat diketahui bahwa uji F mengasilkan signifikansi sebesar 0.000, dimana nilai tersbut lebih kecil dari 0.05 (α=5%). Dari hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa Inflasi dengan BI rate dan Jumlah Uang Beredar sebagai variabel kontrol secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kredit perbankan. Hasil ini mendukung hipotesis kedua penelitian. Berdasarkan hasil uji pada regresi III dapat diketahui bahwa uji F mengasilkan signifikansi sebesar 0.002, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0.05 (α=5%). Dari hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa Kurs dengan Ekspor dan PDB sebagai variabel kontrol secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kredit perbankan. Hasil ini mendukung hipotesis ketiga penelitian. Berdasarkan hasil uji t, dari keenam variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini hanya jumlah uang beredar dan produk domestik bruto yang berpengaruh signifikan terhadap kredit perbankan dengan nilai 0.000 dan 0.004 yang dimana nilai tersebut lebih kecil dari batas signifikansi yang ditetapkan yaitu 0.05 (α=5%). Variabel inflasi, suku bunga Bank Indonesia, kurs dan ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap kredit perbankan karena nilai signifikan t diatas dari batas signifikansi 0.05 (α=5%). Berdasarkan hasil uji pada regresi IV dapat diketahui bahwa uji F mengasilkan signifikansi sebesar 0.000, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0.05 (α=5%). Dari hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa variabel Inflasi dan Kurs dengan Suku Bunga Bank Indonesia, JUB, Ekspor dan PDB sebagai variabel kontrol secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kredit perbankan. Hasil ini mendukung hipotesis kelima penelitian. Naik dan turunnya angka Inflasi mempengaruhi suku bunga Bank Indonesia dan jumlah uang beredar. Pada saat inflasi turun dari 3.65% ke 3.56% pada Januari 2012 ke Februari 2012 berdampak pada turunnya suku bunga Bank Indonesia dari 6.00% menjadi 5.75% pada periode yang sama. Penurunan suku bunga Bank Indonesia mempengaruhi suku bunga pinjaman dan suku bunga simpanan. Disaat suku bunga simpanan turun masyarakat kurang tertarik untuk menyimpan dananya di Bank. Di lain
sisi, turunnya suku bunga pinjaman menyebabkan permintaan masyarakat terhadap kredit meningkat karena bunga pinjaman yang dibayarkan lebih rendah. Badan Pusat Statistik mencatat terjadi kenaikan permintaan kredit perbankan dari Rp 1.863.467 Miliar pada Januari 2012 menjadi Rp 1.884.171 Miliar pada Februari 2012. Hal ini menjadi salah satu penyebab naiknya jumlah uang yang beredar sebesar Rp 2.827.570 Miliar pada Januari 2012 menjadi Rp 2.849.796 Miliar pada Februari 2012. Oleh karena itu hal ini menyebabkan Inflasi dengan suku bunga Bank Indonesia dan jumlah uang beredar secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap kredit perbankan. Secara parsial kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap kredit perbankan, tetapi pada saat ditambahkan ekspor dan produk domestik bruto sebagai variabel kontrol, angka statistik menunjukkan bahwa secara bersama-sama ketiga variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap kredit perbankan. Apresiasi dan Depresiasi mata uang Rupiah terhadap Dolar mempengaruhi tingkat ekspor Negara Indonesia. Depresiasi mata uang Rupiah menyebabkan pendapatan eksportir meningkat karena semakin tinggi nya mata uang Dolar saat di konversikan ke mata uang Rupiah. Pada saat kurs tengah Rupiah terhadap Dolar mengalami Depresiasi dari Rp 11.717/USD menjadi Rp 12.212/USD pada Agustus 2014 ke September 2014, ekspor meningkat dari 14.481,66 USD menjadi 15.275,85 pada periode yang sama. kenaikan ini juga diikuti oleh kenaikan produk domestik bruto pada Agustus 2014 ke September 2014 yaitu sebesar Rp 243.867,37 Miliar menjadi Rp 244.794,22 Miliar. Dalam perhitungan produk domestik bruto dengan pendekatan pengeluaran dilakukan dengan menjumlahkan nilai pasar dari sektor rumah tangga untuk barang-barang konsumsi dan jasa (C), pengeluaran sektor bisnis untuk barang-barang investasi (I), pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa (G), dan pengeluaran sektor luar negeri untuk ekspor dan impor (X-M). Oleh karena itu pada saat ekspor meningkat, produk domestik bruto juga meningkat yang berdampak pada naiknya kredit perbankan naik dari Rp 2.893.985 Miliar menjadi Rp 3.024.175 Miliar pada periode Agustus 2014 ke September 2014. Kebijakan moneter ekspansif yang diambil oleh bank sentral meningkatkan jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan dengan menurunkan suku bunga Bank Indonesia yang merupakan acuan bagi bank-bank dalam menetapkan suku bunga pinjaman dan suku bunga deposito. Penurunan suku bunga Bank Indonesia juga diikuti oleh penurunan suku bunga pinjaman. Suku bunga pinjaman yang rendah menyebabkan permintaan kredit meningkat dan jumlah uang beredar bertambah. Kontribusi parsial produk domestik bruto terhadap kredit perbankan ikut dipengaruhi oleh kontribusi pertumbuhan produk domestik bruto pada sektor ekonomi bangunan atau konstruksi periode 2007-2012 yang tiap tahun rata-rata bertumbuh 22.74/tahun dari Rp 304.998 Miliar menjadi Rp 844.090 Miliar. Pertumbuhan produk domestik bruto pada sektor tersebut juga diikuti pertumbuhan pada kredit perbankan pada sektor yang sama. Kredit perbankan pada sektor kontruksi mengalami pertumbuhan 28.01%/tahun yaitu dari Rp 210.561 Miliar menjadi 665.425 Miliar. Suku Bunga Bank Indonesia tidak berpengaruh signifikan terhadap kredit perbankan. Pada saat suku bunga Bank Indonesia naik, maka suku bunga pinjaman dan
FINESTA Vol. 3, No. 2, (2015) 67 – 72 simpanan juga akan ikut naik karena suku bunga Bank Indonesia merupakan salah satu acuan dalam menetapkan suku bunga simpanan dan suku bungan pinjaman. Naiknya suku bunga simpanan manarik masyarakat untuk menyimpan dana nya di bank karena bunga yang diberikan lebih besar. Naiknya suku bunga pinjaman menyebabkan masyarakat tidak tertarik untuk meminjam dana di bank. Ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap kredit perbankan. Hal ini disebabkan karena fluktuasi nilai tukar yang tidak bisa diprediksi dan nilai ekspor yang tidak stabil berdampak pada tidak stabilnya pendapatan eksportir menjadi salah satu faktor penyebab ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap kredit perbankan. Secara bersama-sama variabel makroekonomi inflasi, suku bunga Bank Indonesia, jumlah uang beredar, kurs dan produk domestik bruto berpengaruh signifikan terhadap kredit perbankan. Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ditria,Vivian, dan Widjaja (2008) yang membuktikan bahwa tingkat suku bunga, nilai tukar Rupiah dan jumlah ekspor secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kredit perbankan. Penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2010) juga membuktikan bahwa secara bersamasama PDB, suku bunga SBI, tingkat inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar, dan harga minyak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan kredit bank umum. 5.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pengujian statistik yang dilakukan untuk mengetahui signifikansi dari inflasi, suku bunga Bank Indonesia, jumlah uang beredar, kurs, ekspor dan prdoduk domestik bruto terhadap kredit perbankan, maka didapat kesimpulan sebagai berikut : a. Inflasi dan kurs secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kredit perbankan. b. Inflasi dengan Suku Bunga Bank Indonesia dan Jumlah Uang Beredar sebagai variabel kontrol secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Kredit Perbankan. c. Kurs dengan Ekspor dan PDB sebagai variabel kontrol secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Kredit Perbankan. d. Secara parsial hanya jumlah uang beredar dan produk domestik bruto yang berpengaruh signifikan terhadap kredit perbankan, sedangkan inflasi, suku bunga Bank Indonesia, kurs dan ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap kredit perbankan. e. Inflasi dengan variabel kontrol Suku Bunga Bank Indonesia dan Jumlah Uang Beredar, serta Kurs dengan variabel kontrol Ekspor dan PDB secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Kredit Perbankan. Saran untuk penelitian selanjutnya a. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan peneliti dapat memperpanjang periode penelitian. b. Menambah variabel bebas seperti harga minyak mentah, harga emas, impor agar dapat melihat
72
c.
pergerakan variabel makro terhadap kredit perbankan. Dapat menggunakan teknik anallisa simultan pada penelitian berikutnya, karena diduga variabel bebas dapat dipengaruhi variabel bebas lainnya sebelum mempengaruhi variabel terikat DAFTAR PUSTAKA
Abel, A.B, Ben S. Bernanke, Dean Croushore. (2008). Macroeconomics. United States of America: Pearson Educations,Inc. Astuti, A. (2013). pengaruh inflasi, BI rate, dana pihak ketiga, non performing loan (NPL), capita adequacy ratio (CAR) terhadap penyaluran kredit. Bahri, S. (2013). analisis pengaruh faktor-faktor variabel moneter terhadap total kredit perbankan di indonesia. Bank Indonesia. (n.d.). BI rate. Retrieved April 13, 2015, from http://www.bi.go.id/en/moneter/birate/data/Default.aspx Bank Indonesia. (n.d.). Data inflasi. Retrieved April 7, 2015, from http://www.bi.go.id/en/moneter/inflasi/data/Default.aspx Ditria, Y., Vivian J., & Widjaja I. (2008). pengaruh tingkat suku bunga,nilai tukar rupiah dan jumlah ekspor terhadap tingkat kredit perbankan, Journal of Applied Finance and Accounting Vol. 1 No.1 November 2008:166192. Ghozali, I. (2009). Ekonometrika. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro. Hermawan, A. (2005). Penelitian bisnis paradigma kuantitatif. Jakarta: Gramedia Media Sarana Indonesia. Halim, L. (2013). pengaruh makroekonomi dan ekspor terhadap kredit modal kerja dan kredit investasi perbankan, FINESTA Vol. 1, No. 2, (2013) 1-6. Ismail. (2010). Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Kementrian Sekretariat Negara Republik Indonesia. (2015,Juni7). Retrieved from http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&ta sk=view&id=7660 Mankiw, N. G. (2006). Principles of Economics, 3rd edition. Jakarta: Salemba Empat. Muljono, T. P. (1989). Manajemen Perkereditan Bagi Bank Komersil. Yogyakarta: BPFE - YIGYAKARTA. Nanga, M. (2001). Makroekonomi : teori, masalah dan kebijakan. edisi 1. Jakarta: PT Grafindo Persada. Rivai, Basir, Sudarto, Veithzal. (2013). Commercial Bank Management Manajemen Perbankan dari Teori ke Praktik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Siamat, D. (2005). Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan Moneter dan Perbankan. Edisi ke 5. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Susanti, L. R. (2010). Analisis pengaruh variabel makroekonomi terhadap pertumbuhan kredit pada bank umum di Indonesia periode tahun 2002-2009. Suyatno, Chalik, Sukada, Ananda, Marala. (1995). Dasar-Dasar Perkreditan. Edisi keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.