Conceptual Framework How we explain it? Kerangka kerja konseptual merupakan suatu sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi serta batas-batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Why we need it? First, kerangka kerja konsetual yang baik akan memungkinkan FASB/IAPI menerbitkan standarstandar yang lebih berguna dan konsisten dari waktu ke waktu dan kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan meningkatkan komparabilitas antarlaporan keuangan. Second, melalui penggunaan pertimbangan yang baik dan dengan bantuan kerangka kerja konseptual yang diterima secara universal, para akuntan praktisi diharapkan dapat mengesampingkan alternatif-alternatif tertentu secara cepat dan kemudian berfokus pada perlakuan yang rasional dan dapat diterima. How we understand it? Untuk memahami conceptual framework kita harus memahami tahapan-tahapan yang ada sebagai satu kesatuan yang dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini: Dari gambar terlihat ada 3 tingkatan, dimana masing-masing tingkatan memiliki peranannya masing-masing. Pada level pertama yaitu objectives, menggidentifikasi tujuan dan sasaran dari akuntansi serta merupakan bangunan inti dari kerangka kerja konseptual. Sedangkan pada level kedua disajikan dengan qualitative characteristic dan elements of financial statements merupakan penghubung antara level pertama dengan level ketiga, dimana pada level ketiga berisikan measurement and recognition concepts yang nantinya akan digunakan dalam menetapkan dan mengaplikasikan standar-standar akuntansi. Dimana di level tiga ini meliputi Assumption, Principle, dan juga Constraint. Untuk lebih detailnya akan dijelaskan dari masingmasing tingkatan.
Gambar 1: Conceptual Framework
First Level : Basic Objectives
Objectives of financial reporting yaitu untuk menyediakan informasi : 1) Yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit. 2) Untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan potensial, serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan. 3) Tentang sumber daya ekonomi, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan lainnya. Dalam menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan, profesi akuntansi mengandakan laoran keuangan bertujuan umum (general-purpose financial statements). Adapun maksud dari laporan tersebut yaitu menyediakan informasi yang paling bermanfaat dengan biaya minimal kepada berbagai kelompok pemakai, dan yang mendasari tujuan tersebut yakni konsep bahwa pemakai membutuhkan pengetahuan yang memadai tentang persoalan bisnis dan akuntansi untuk memahami informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Yang demikian berarti dalam membuat laporan keuangan, pemakai diasumsikan memiliki kompetensi yang memadai untuk memahaminya.
Second Level : Fundamental Concepts Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa tingkat kedua ini menghubungkan antara tingkat pertama yaitu tujuan dasar dari pelaporan keungan dan tingkat ketiga yaitu measurement and recognition concepts, dimana agar tujuan pelaporan keuangan tercapai kita perlu memastikan apakah informasi yang kita sajikan sudah relevan dan dapat diandalkan sehingga tidak membuat mislead pembaca laporan keuangan. Adapun pada tingkat kedua ini akan dibahas mengenai qualitative characteristics of accounting information and elements of financial statements. Qualitative Characteristics of Accounting Information What does it mean? Untuk mengetahui apa maksud dari pemakaian qualitative characteristics of accounting information perhatikan gambar 2 berikut:
Gambar 2 : Hierarchy of Accounting Qualities
Dari gambar 2, terlihat jelas bahwa maksud dari qualitative characteristics of accounting information yaitu terkait dengan pembuatan keputusan investor atau kreditor, dimana dalam mengambil suatu keputusan tentunya investor atau kreditor perlu memahami mengenai informasi yang diberikan sehingga keputusan yang diambil menghasilkan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkannya. Oleh karena itu agar informasi yang disajikan dapat berguna bagi investor atau kreditor maka kualitas informasi memnungkinkan pemakai merasakan signifikansi dari informasi tersebut.
Adapun terdapat dua kriteria dalam qualitative charactristics of accounting information yaitu :
Primary Qualities: Relevance and reliability How relevance information is ? Informasi dikatakan relevan jika informasi tersebut mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Untuk itu informasi akan dkatakan relevan jika memiliki nilai-nilai berikut: 1) Predictive value Informasi yang relevan akan membantu pemakai membuat prediksi tentang hasil akhir dari kejadian masa lalu, masa kini, dan masa depan. 2) Feed-back value Informasi yang relevan juga membantu pemakai menjustifikasi atau mengoreksi ekspektasi atau harapan masa lalu. 3) Timeliness Informasi yang relevan juga harus tersedia untuk pengambilan keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan kapasitas untuk mempengaruhi keputusan yang diambil. How reliable information is? Informasi dikatakan reliable jika mempunyai nilai-nilai berikut: 1) Verifiability Dengan menggunakan metode pengukuran yang sama, para pengukur independen mendapatkan hasil yang serupa. 2) Representational faithfulness Angka-angka dan penjelasan dalam laporan keuangan mewakili apa yang betul-betul ada dan terjadi, yaitu angka-angka dan penjelasan akuntansi sesuai dengan sember daya atau kejadian yang diklaim oleh angka-angka dan penjelasan tersebut. 3) Neutral Informasi tidak dapt dipilih untuk kepentingan sekelompok pemakai tertentu, dimana maksudnya yaitu informasi yang disajikan harus faktual, benar dan tidak bias. Secondary Qualities : Comparability and Consistency How comparable information is ? Informasi dari perusahaan dipandang memiliki komparabilitas jika telah diukur dan dilaporkan dengan cara yang sama. Dengan adanya komparabilitas, maka akan memungkinkan pemakai laporan keuangan mengidentifikasi persamaan dan perbedaan riil dalam fenomena ekonomi karena perbedaan riil dan persamaan tersebut tidak dikaburkan oleh pemakaian metode akuntansi yang tidak dapat diperbandingkan.
How consistent information is? Entitas akan dianggap konsisten dalam menggunakan standar akuntansi, apabila sebuah entitas mengaplikasikan perlakuan akuntansi yang sama untuk kejadian-kejadian yang serupa dari
periode ke periode. Sebagai catatan, perusahaan dapat saja mengganti satu metode ke metode yang lain dengan catatan pergantian tersebut dibatasi oleh situasi dimana perusahaan harus dapat menunjukkan bahwa metode yang baru lebih baik daripada metode sebelumnya, dan juga sifat dan pengaruh atas perubahan tersebut beserta alasannya harus diungkapkan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya perubahan.
Basic Elements of Financial Statements Sebenarnya untuk bagian ini akan lebih detail dijelaskan pada bab selanjutnya, namun sebagai perkenalan akan didefinisikan sedikit mengenai unsur-unsur dari financial statements, yakni : ➢ Assets manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan, yang diperoleh atau dikendalikan oleh sebuah entitas sebagai hasil dari transaksi-transaksi atau kejadiankejadian masa lalu. ➢ Liabilities pengorbanan ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan, yang timbul dari kewajiban berjalan sebuah entitas tertentu (kewajiban yang ditimbulkan oleh transaksi atau kejadian masa lalu untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas-entitas lain di masa depan. ➢ Equity kepentingan residu dalam aktiva sebuah entitas, setelah dkurangi dengan kewajibannya, dimana dalam sebuah entitas bisnis, ekuitas merupakan kepentingan kepemilikan. ➢ Investments by owners kenaikan aktiva bersih sebuah perusahaan yang ditimbulkan oleh transfer sesuatu yang bernilai dari entitas lain kepada perusahaan tersebut untuk mendapatkan atau menaikkan kepentingan kepemilikan (atau ekuitas) di dalamnya. Sebagai catatan, aktiva adalah bentuk umum dari investasi, namun investasi juga dapat meliputi jasa atau kepuasan atau konversi kewajiban perusahaan. ➢ Distributions to owners penurunan aktiva bersih sebuah perusahaan yang diakibatkan oleh pemindahan aktiva, penyediaan jasa, atau penciptaan kewajiban oleh perusahaan kepada pemilik. Catatan, distribusi kepada pemilik akan menurunkan kepentingan pemilik (atau ekuitas) dalam perusahaan. ➢ Comprehensive Income perubahan ekuitas (aktiva bersih) sebuah entitas selama suatu periode yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian lain yang bukan bersumber dari pemilik. Hal ini termasuk semua perubahan ekuitas selama suatu periode, kecuali perubahan yang diakibatkan oleh investasi oleh pemilik dan distribusi kepada pemilik. ➢ Revenues arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau pelunasan kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas-aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan. ➢ Expenses arus keluar atau penggunaan lainnya atas aktiva sebuah entitas atau terjadinya kewajiban (atau kombinasi dari keduanya) selam suatu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi sentral perusahaan.
➢ Gains kenaikan ekuitas (aktiva bersih) sebuah perusahaan yang ditimbulkan oleh transaksi peripheral atau insidentil dan dari semua transaksi serta kejadian lainnya dan situasi yang mempengaruhi perusahaan selama suatu periode, kecuali yang berasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik. ➢ Losses penurunan ekuitas (aktiva bersih) sebuah perusahaan yang ditimbulkan oleh transaksi peripheral atau insidentil dan dari semua transaksiserta kejadian lainnya dan situasi yang mempengaruhi perusahaan selama suatu periode, kecuali yang berasal dari beban atau distribusi kepada pemilik. Tambahan catatan: Assets,Liabilities,and Equity merupakan kelompok pertama yang menjelaskan jumlah sumber daya tersebut pada suatu waktu tertentu (moment in time), sedangkan unsur lainnya menjelaskan transaksi, kejadian, dan situasi yang mempengaruhi perusahan selama periode waktu tertentu (period in time), jadi kaitan antar dua kelompok tersebut yaitu kelompok kedua mempengaruhi kelompok pertama.
Third Level : Recognition and Measurement Concepts Konsep-konsep ini menjelaskan apa, kapan, dan bagaimana serta unsur-unsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan dilaporkan oleh sistem akuntansi. Untuk memudahkan pembelajaran dan pembahasan maka konsep-konsep ini dikelompokkan menjadi tiga bagian, yakni asumsi, prinsip, dan kendala. Adapun pembahasan ketiganya adalah sebagai berikut: Basic Assumptions Economic Entity Assumption Asumsi entitas ekonomi mengandung arti bahwa aktivitas ekonomi dapat diidentifikasi dengan unit pertanggungjawaban tertentu, dengan kata lain aktivitas entitas bisnis dapat dipisahkan dan dibedakan dengan aktivitas pemiliknya dan dengan setiap unit bisnis lainnya. Sebagai catatan, konsep ini tidak berlaku semata-mata untuk pemisahan aktivitas antar perusahaan bisnis atau dengan kata lain konsep entitas tidak selalu megacu pada entitas legal. Contohnya nyatanya yaitu laporan konsolidasi dimana laporan induk dan anak dijadikan satu padahal anak dan induk adalah dua entitas legal yang berbeda atau terpisah secara hukum.
Going Concern Assumption Maksud dari adanya going concern assumption yaitu perusahaan bisnis diasumsikan akan memiliki umur yang panjang atau dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Implikasi dari asumsi ini diantaranya yaitu : 1) Jika perusahaan diasumsikan akan bangkrut maka historical cost tidak akan dipakai untuk menilai asset-asset yang dimiliki oleh perusahaan, melainkan nilai aktiva tersebut akan dilaporkan pada nilai realisasi bersih.
2) Kebijakan penyusutan dan amortisasi hanya dapat dibenarkan jika kita mengasumsikan bahwa perusahaan memiliki umur yang panjang 3) Jika perusahaan diasumsikan tidak akan bertahan lama maka kalsifikasi pada neraca yakni fixed asset dan current asset tidak lagi berlaku, hal ini semata-mata karena perusahaan akan sulit menjustifikasi mana asset atau kewajiban lancar dan tidak lancar. Monetary Unit Assumption Asumsi ini mengandung pengertian bahwa uang adalah denominator umum dari aktivitas ekonomi adn merupakan dasar yang tepat bagi pengukuran dan analisis akuntansi. Sebagai catatan unit moneter adalah unit yang relevan, sederhana, tersedia secara universal, dapat dipahami, dan berguna. Selain itu, aplikasi asumsi ini tergantung pada asumsi-asumsi yang lebih dasar bahwa data kuantitatif akan berguna dalam mengkomunikasikan informasi ekonomi dan membuat keputusan ekonomi yang rasional. Periodicity Assumption Latar belakang atau alasan adanya asumsi ini yaitu pemakai perlu diberitahu tentang kinerja dan status ekonomi perusahaan dari waktu ke waktu agar dapat mengevaluasi dan membandingkan dengan perusahaan lain. Sebagai catatan, asumsi ini merupakan salah satu contoh dari adanya trade-off antara relevence dan reliable, selain itu asumsi inilah yang sebenarnya merupakan faktor pendukung adanya laporan keuangan perusahaan on-line di website-website sekarang ini, karena dipercaya dengan basis real-time maka informasi tersebut akan semakin relevan.
Basic Principles of Accounting Historical Cost Principle Pemakaian prinsip ini tidak lain karena perusahaan perlu menentukan nilai jual dari setiap aktiva setiap kali mereka inin menentukan laba, dimana jika kita menggunakan penilaian yang lain maka akan rentan dengan adanya sikap yang subjektif dan juga rentan terhadap biasnya informasi tersebut. Namun dewasa ini tampaknya pelaporan untuk aktiva dan kewajiban mulai menuju ke penggunaan nilai wajar sebagai basis pengukurannya. Revenue Recognition Principle Sebenarnya penjelasan mengenai prinsip ini akan dibahas dalam bab tersendiri, namun sebagai pembukaan disini akan dijelaskan sedikit mengenai revenue recognition principle dan kapan diakuinya. Pendapatan umumnya diakui jika: 1) Telah direalisasi (realized) atau dapat direalisasi (realizable) 2) Dan telah dihasilkan (earned) Adapun maksud telah direalisasi (realized) adalah jika produk (barang dan jasa), barang dagang, atau aktiva lainnya telah dipertukarkan dengan kas atau klaim atas kas. Sedangkan maksud dari
dapat direalisasi (realizable) yaitu apabila aktiva yang diterima atau dipegang dapat segera dikonversikan menjadi kas atau klaim atas kas. Sebagai catatan, aktiva dikatakan dapat dikonversi menjadi kas apabila dapat dijual atau dipertukarkan dalam pasar aktif pada harga yang dapat ditentukan dengan mudah tanpa biaya tambahan yang signifikan. Sedangkan maksud dari telah dihasilkan (earned) yaitu apabila sebuah entitas telah melakukan apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan hak atas manfaat yang direpresentasikan oleh pendapatan. When Revenue is recognized? Biasanya pengukuran pendapatan hanya dilakukan pada tanggal penjualan, karena pada tanggal tersebut diketahui berapa nilai jual dari barang tersebut. Namun terdapat beberapa pengecualian pada situasi-situasi tertentu, yakni: # During Production Pengakuan pendapatan seblum kontrak selesai diperbolehkan untuk kontrak-kontrak konstruksi jangka panjang tertentu. Dalam metode ini, pendapatan diakui secara periodik berdasarkan persentase pekerjaan yang telah diselesaikan, bukan menunggu sampai seluruh konstruksi selesai. Namun sebagai catatan, jika tidak dimungkinkan untuk mengestimasi biaya dan kemajuan konstruksi secara akurat, pengakuan pendapatan akan ditunda sampai pekerjaan selesai. # At End Production Terkadang pendapatan juga dapat diakui setelah siklus produksi berakhir namun sebelum penjualan terjadi, hal ini diperbolehkan asal harga jual dan jumlah penjualan dapat dipastikan. Contoh dari industri yang menerapkannya yaitu agrobisnis, dimana harga artifisial dari produkproduk pertanian biasanya sudah ditetapkan oleh pemerintah.
# Upon Receipt of Cash Pendekatan ini hanya akan dilakukan apabila tidak dimungkinkan untuk menentukan angka pendapatan pada saat penjualan karena ketidakpastian penagihan. Salah satu dari penggunaan pendekatan ini yaitu metode cicilan, dimana biasanya industri ritel melakukan penjualan kepada ibu-ibu rumah tangga menggunakan sistem cicilan agar para ibu rumah tangga tersbut lebih tertarik dan tidak memusingkan akan mengeluarkan biaya yang cukup banyak untuk mendapatkan barang yang diinginkan. Matching Principle Maksud dari prinsip yang satu ini yaitu beban diakui bukan pada saat upah dibayarkan, atau pekerjaan telah selesai dilakukan, atau pada saat produk diproduksi, melainkan ketika pekerjaan (jasa) atau produk secara aktual memberikan kontribusi terhadap pendapatan. Namun dari prinsip ini memunculkan suatu permasalahan yakni prinsip ini memungkinkan biaya tertentu
ditangguhkan dan diperlakukan sebagai aktiva pada neraca meskipun dalam kenyataannya biaya yang ditangguhkan tersebut tidak memiliki manfaat di masa depan. Untuk memberikan gambaran bagaimana pengalokasian biaya dapat dilihat dalam gambar 3 berikut:
Gambar 3: Expense Recognition Full Disclosure Principle Sama halnya dengan revenue recognition principle, untuk full disclosure principle akan dibahas dalam bab tersendiri, namun sebagai permulaan akan dijelaskan sedikit mengenai full diclosure principle. Prinsip ini mengakui bahwa sifat dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan serangkaian trade-off penilaian yakni: 1) Kebutuhan untuk mengungkapkan cukup terinci hal-hal yang akan mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan. 2) Kebutuhan untuk memadatkan penyajian agar informasi dapat dipahami. Biasanya pemenuhan prinsip yang satu ini ditunjukkan dengan adanya notes to financial statements, yang berisikan informasi yang memperjelas atau memperkuat pos-pos yang disajikan dalam bagian utama laporan keuangan. Selain itu juga supplementary information juga turut mendukung prinsip ini, dimana informai suplementer ini dapat mencakup rincian atau jumlah yang merupakan perspektif yang berbeda dari yang dipakai dalam laporan keuangan, sebagai contoh cadangan gas dan minyak bumi yang dipakai oleh perusahaan minyak dan gas. Selain itu informasi suplementer ini juga mencakup penjelasan manajemen mengenai informasi keuangan dan pembahasan tentang signifikansi dari informasi keuangan tersebut.
Constraints Cost-Benefit Relationship Maksud dari hubungan biaya–manfaat yakni biaya penyediaan informasi harus ditimbang terhadap manfaat yang bisa diperoleh dari pemakaian informasi tersbut, dengan kata lain biaya tidak boleh melebihi manfaat yang diterima dari penggunaan informasi tersebut.
Di dalam edisi 10, terdapat beberapa kendala yang untuk membatasi biaya pelaporan yang diantranya adalah: 1) Pelaporan bisnis tidak boleh memasukkan informasi yang berada di luar keahlian manajemen atau informasi yang tidak dapat disediakan dengan baik oleh manajemen, seperti informasi tentang pesaing. 2) Manajemen tidak boleh diwajibkan oleh perusahaan yang bersangkutan untuk melaporkan informasi yang akan membahayakan posisi kompetitif perusahaan secara signifikan. 3) Manajemen tidak boleh diwajibkan untuk menyediakan laporan keuangan prediktif. Sebaliknya, manajemen harus menyediakan informasi yang bisa membantu pemakai meramalkan sendiri masa depan keuangan perusahaan. 4) Selain laporan keuangan, manajemen hanya perlu melaporkan informasi yang diketahuinya. Dengan kata lain, manajemen tidak berkewajiban mengumpulkan informasi yang tidak dimiliki, atau tidak dibutuhkannya, untuk mengelola bisnis. 5) Unsur-unsur tertentu dari pelaporan bisnis hanya wajib disajikan jika pemakai dan manajemen setuju bahwa hal tersebut perlu dilaporakan (percerminan konsep fleksibel). 6) Perusahaan tidak perlu melaporakan informasi yang berorientasi ke depan, kecuali informasi semacam itu merupakan alat yang efektif untuk menghindari kemungkinan litigasi.
Materiality Kendala yang satu ini berhubungan dengan dampak suatu item terhadap operasi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Dengan kata lain, suatu item akan dianggap material jika pencatuman atau pengabaian suatu item mempengaruhi atau mengubah penilaian seorang pemakai laporan keuangan. Perusahaan telah menetapkan suatu aturan umum, dimana bila suatu item dibawah 5% dari laba bersih maka item tersebut dianggap tidak material. Namun perlu diperhatikan juga faktor-faktor kualitatif dan kuantitatif dalam penentuan material atau tidaknya suatu item, selain itu juga SEC telah menegaskan bahwa perusahaan harus mempertimbangkan setiap kesalahan penyajian secara terpisah dan pengaruh agregat dari semua kesalahan dalam menentukan materialitas. Industry Practices Kendala ini muncul karena dari nature suatu usaha perusahaan tertentu, dimana sebagai contoh public-utility companies melaporkan aktiva tidak lancar terlebih dahulu dibandingakan dengan aktiva lancar pada neraca, dimana hal ini sebenarnya ingin menunjukkan bahwa karakteristik dari industri tersebut yakni capital-intensive nature. Contoh lainnya yaitu biological asset yang dilaporkan pada nilai wajarnya bukan dengan historical cost. Conservatism
Pengertian dari kendala yang satu ini yakni jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil kemungkinannya akan menghasilkan penetapan yang terlalu tinggi bagi assets dan income. Namun jangan disalahartikan bahwa kita boleh menguderstate asset atau income tersebut. Contoh dari pemakaian conservatism yaitu pemakaian metode LCM (Lower Cost or Market) pada penilaian inventory. Namun perlu diingat juga bahwa pemakaian ini jika dan hanya jika kita dalam keadaan ragu dalam penentuan nilai suatu aktiva, Bila kita tidak dalam keadaan ragu maka conservatism tidak perlu diterapkan.