Bab3/nteraksiSosia/
Pada bab ini akan dibahas mengenai: A. Pengertian Interaksi Sosial B. Beberapa Aspek dan Syarat Interaksi Sosial C. Persepsi Sosial 1. Pembentukan Kesan: Evaluasi sebagai Kesan Pertama Kesan Menyeluruh Prasangka Positif 2. Atribusi: Dimensi Sebab-Akibat, Terjadinya Sebab-Akibat D. Pengaruh Sosial 1. Pengaruh Sosial (Social Facilitation) 2. Perilaku Menolong 3. Prasangka dan Stereotipe E. Daya Tarik Interpersonal 1. Prinsip Dasar Daya Tarik Interpersonal: Penguatan Pertukaran Sosial Asosiasi 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi: Karakter Pribadi Kesamaan Keakraban Kedekatan LATIHAN SOAL
A. PENGERT/AN/NTERAKS/ SOS/AL Dalam kehidupan nyata yang kita alami sehari-hari, kita tidak dapat memungkiri adanya saling hubungan atau interaksi sosial, baik antar individu, antar kelompok, dan bahkan antar bangsa. Hubungan tersebut senantiasa diwamai oleh adanya nuansa-nuansa yang beragam seperti misalnya perbedaan latar belakang,perbedaan sikap,perbedaan kebiasaan, perbedaan 52
bahasa, perbedaan budaya, dan sebagainya. Di dalam interaksi sosial dapat terjadi suatu bentuk komunikasi, dimana kedua belah pihak selain tukar-menukar informasi,juga tercakup saling pengaruh-mempengaruhi serta adanya ekspresi emosi tertentu yang sifatnya nonverbal. Interaksi sosial menurut Mar'at (1982) adalah suatu proses dimana individu memperhatikan dan merespons individu lainnya, sehingga mendayatkan balasan ~qatu tingkahlaku tertentu.Reaksiyangterjadiini-berartibahwaindividumemperhatikanorang yang memberi stimulus~n adanya J>eihatian terh~dap stimulus tersebut terjadilah suatu hubungan yang disebut sebagai interaksi sosial. _ Kelley dkk. (dalam Sears dkk., 1992) mendefinisikan "hubungan"sebagai sesuatu yang terjadi apabila dua orang saling mempengaruhi satu sarna lain, dan bila terjadi yang satu mempengaruhi yang lain. Levingerdan Snoek (dalam Sears dkk., 1992)mencoba menerangkan hubungan tersebut melalui suatu model yang disebut model interdependensi. Dalam model ini di8..~barkan dua individ~ dall 0, dalam1readaanyangsaIlngbergantung antara yang satu dengan yang lain yang mengalami peningkatan dalam enam 1ahapan: Zero contact (dua orang yang belum mempunyai hubungan)
o p
00 CD OJ
Menyadari sikap atau kesan satu pihak
P
Konlak pennukaan Sikap atau kesan dua pihak
0
P
Mutualitas (suatu kontinuum) Perpotongan
minor
0
o
P
Perpotongan
moderat
CD CJ) P
Perpotongan
mayor
P
Gambar
0
0
IIT.I. Model Interdependensi Levinger dan Snoek Sumber: Sears dkk. (1992)
53
Zero Contgct,..ke~rang
satu----S1imaGin. ./'"-
Wdan 0)
tersebut sarna sekali tidak menyadari kehadiran ~
Menyadari, tahap yang terjadi ketika salah satumulai menyadari atau merasakan sesuatu
yang diha.dapinya, meski belum adakontak langsung. Beberapa sl[atdalam tahap menyadari adalah: pembentukan kesan dengan cara mengamati penampilan dan perilaku mencari informasi dari pihak ketiga (misalnya blind date) dapat sepihak (seperti terlihat dalam gambar) maupun dua pihak (dua orang yang sudah saling kenaI secara kebetulan bertatapan). Fungsi "menyadari" inimenjadi penting, jikakita mendapatkan kesan yang baik tentang seseo[a~&.. sebingga n:mngkin akan mengambil inisiatif untuk berinterak~i d~ngannya. Pengalaman mengesankanjuga akan kita peroleh, bila yang kitajumpai adalah orang-orang yang menarik, seperti bintang film atau penyanyi. Kontak P ermukaan (dasar). Pada t,:h}]?ini oral1g~udah mulai berinteraksi, bisa melalui percakapan atau s_uratmenyurat. Kontak dasar merupakan awal dari suatu interdependensi dan bahkan dari suatu hubungan. Kontak dasar ini biasanya singkat dengan topik pembicaraan dangkal, sehingga dampak yang ditimbulkan kedua belah pihak sangat terbatas, serta dibatasi oleh peran sosial tertentu. Misalnya: ketika kita berbasa-basi dengan pelayan toko atau ketika bercakap-cakap-dengan-penumpang pesawat yang duduk di sebelah.kita. Apa~ngkat
interdependensi makin meningkat, maka orang akan memasuki tahap
m~gan), yang merupakan suatu kontinuum interdependensi, dari yang i!ltensi~asnya kU!]!Dg.kuat(ditandai dengan sedikit perpotongan di antara dua buah lingkaran) sampai intensltasnya yang paling-kuat (ditandai dengan perpotongan yang semakin besar). Contoh pentahapan di bawah ini adalah hubungan antara dua yang orang yang saling berkenalan, sampai akhimya menjadi suatu bentuk hubungan persahabatan. Sua!Uhubungan dapat dikatakanhubungan erat apabila memenuhi beberapa persyaratan. Pertama, terdapat.frekuensi-interaksi yang tinggi untuk waktu yang relatif panjang. Kedua, hUbung~nat~ng melibiltkan beragam kegiatan atau peristiwa. Dua orangHalyang bersaha akan erat mendisku~ikan berbagai bentuk topik dan mengikuti berbagai kegiatan. ini berlawanan dengan hubungan dangkal yang hanya terbatas pada satu kegiatan ataupun satu pokok pembicaraan. Ketiga, saling peng.aruh-mempengaruhi yang amat kuat antara kedua orang tersebut. Kita akan segera me!u.m!l
54
B.
BEBERAPA ASPEK DAN SYARAT /NTERAKS/ SOS/AL
1. Aspek-aspek Interaksi Sosial Menurut Mar' at (1982)salah satuaspekyangterdapatdalarnproses interaksisosial adalah komunikasi proses persepsi, proses belajar, proses pengalaman, danframe of reference. Di dalam komunikasi, interaksi sosial mengikutsertakan pengaruh dua arah yang saling mempengaruhi dan saling dipengaruhi. Dalam proses ini terlihat bahwa stimulus pertama menghasilkan respon A, dan kemudian respon A ini menjadi stimulus A, sehingga akan dijawab kemudian oleh respon B, sehingga terjadi hubungan yang saling pengaruhmempengaruhi. Setiap respon mengalarni proses persepsi yang diikuti oleh aktivitas pemahaman terhadap objek, penghayatan, interpretasi, dan memberikan penilaian. Semua proses ini ditentukan oleh komponen-komponen dari sikap. Dengan sendirinya komponenkomponen sikap ini dipengaruhi oleh proses belajar, proses pengalaman, dan pembentukan frame of reference sesorang. Di dalam proses interaksi sosial selalu menyertai pula proses belajar sendiri, sosialisasi, dan pengambilan keputusan yang relevan. Respon yang dihasilkan pada umumnya tergantung pada bentuk dari hubungan dan komunikasi antar kelompok. Pada umumnya terdapat empat klasifikasi dari responsyang dipelajari melalui proses belajar, yaitu (Mar'at, 1982): 1. Tin~kah taku kultural 2. Tingkah laku yang identik yang merupakan stereotipe berdasarkan stimulus yang sarna, misalnya jika ada stimulus tambahan akan diikutsertakan respons stereotipe untuk melarikan diri. 3. Tingkah laku yang bersifat personal, berarti respons yang diberikan tergantung pada kemauan dan motivasi seseorang. 4. Tingkah laku yang bersifat non-sosial, yaitu terjadinya tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma sosial. 2. Beberapa Syarat Interaksi SosiaI. Menurut Mar'at (1982) interaksi sosial dapat terjadi apabila memenuhi dua aspek yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. KQD.tak...sQs.ial da.Qatbersif<\tpOliitifmaupun negatif yang amat bergantung dari predisposisi sikapseseora!!KY~ng,.m~I1unjukkan adanyakesediaan atau penolakan. Di samping itu, kontak sosial juga dapat bersifat primer atau sekunder. Primer dalam arti individuyang terlibat bertemu langsung (face toface), sedangkan sekunder dalam arti melalui media tertentu. Dapat dikatakan bahwa komunikasi dalam kontak sosial merupakan proses dimana setiap pihak menggunakan simbol-simbol dengan cara-cara tersendiri. Dalam proses ini seolah-olah memungkinkan terjadinya penyebaran pengalaman informasi antar individu atau kelompok.
c. PERSEPS/ SOS/AL Tiga orang mahasiswi yang berasal dari tiga daerah yang berbeda, masing-masing Melayu (Sumatera Utara), Palembang (Sumatera Selatan), dan Bugis (Sulawesi Seiatan) bertemu untuk pertama kalinya dalam daftar ulang mahasiswa baru fakultas psikologi. 55
- --
-
--
Mereka memutuskan untuk tinggal dalam pondokan yang sama. Sepanjang masa kuliahnya mereka menghabiskan waktunya bersama-sama untuk saling mengetahui sebanyakbanyaknya: makanan enak apa yang berasal dari daerahnya? Bagaimana dengan keadaan keluarganya masing-masing? Pengetahuan seseorang terhadap orang lain dan harapan atas orang lain tersebut pertama kali ditentukan oleh kesan yang kit a bentuk dari orang lain tersebut. Apabila dua orang saling bertemu dalam sekejap, mereka saling membentuk kesan yang dalam dan akan menentukan perilaku mereka satu sarna lain (Sears dkk., 1992). 1.
Pembentukan
Kesan
Menurut Se~. (1992) individu £end~J:ll!!KmeInbentuk kesan panjang lebar atas orang lain berdasarkan informasi y~g terbatas. Hanya de!1ga!1_I1!~lilglt dari potret atau secara ra;;gsungpelama-beberapa-saat saja,seseorang 'Sudah cenderung menilal sebagrnn besar kara~ orang yang diamatinya-ters-ebut. Beberapa orang tidak percaya dengan pendapat ini, meski demikian individu umumnya menilai orang lain dari segi intelegensi, usia, latar belakang, ras, agama, pendidikan, kejujuran, dan sebagainya.
Evaluasi: K~san Pertama. Menurut Sears dkk. (1992) aspek pertama yang p~ng dan kuat~dalcilievaluasi: ap..*ahkita akan menyukai atau tidak roenyukai seseorang? Kesan ~apaldililat claribeberapa indikasi seperti: dia barangkali ingin bersahabat, senang ngobrol, periang, atau ramah. ~ Secara formal dimensi evaluatif merupakan dimensi terpenting di antara sejumlah dimensi dasar yang mengorganisasi kesan gabungan tentang orang lain. Terdapat banyak penelitian yang pada akhimya menyimpulkan bahwa evaluasi merupakan dimensi dasar terpenting dari persepsi seseorang. Rosenberg,Nelson, dan Vivekanathan (dalam Sears dkk., 1992) menemukan bahwa orang mengevaluasi orang lain sesuai dengan kualitas intelektual atau yang berhubungan dengan tugas terpisah mereka, dan kualitas sosial atau hubungan interpersonal mereka, paling tidak untuk beberapa waktu. Meski demikian perbedaan ini tidak merubah ciri dasamya yaitu: manusia pertama-tama akan berpikir sesuai dengan rasa suka atau tidak suka jika melihat orang lain. Kesan Menyeluruh. Untuk menjelaskan bagaimana orang mengevaluasi terhadap orang lain, dapat ailakukan dari "kesanyang diterima secara keseluruhan". Sears dkk. (1992) -....membagi kesan menyeluruh tersebut menjadi dua, yaitu model penyamarataan dan model menaI11bahkan. -. Pertama, Model Penyamarataan. Bagaimana kita dapat menyusun potongan-potongan informasi yang terpisah-pisah menjadi suatu kesan menyeluruh yang sederhana? Misalkan, ketika anda bertemu dengan seorang wanita yang bertubuh tinggi, tomboy, sportif, cuek, dan senang bercanda? Para ahli psikologi mempunyai dua pandangan yang berbeda, yang satu lebih menekankan kepada segi belajar, sementara yang lain menekankan pada faktor kognitif. Pendekatan
56
belajar tersebut kemudian dikembangkan Anderson (dalam Sears dkk., 1992) menjadi prinsip penyamarataan. Cara kerjanya adalah sebagai berikut: dalam contoh di atas, katakanlah seorang gadis X yang bertubuh tinggi, tomboy, sportif, dan senang bercandanamun sekaligus juga cuek dan sangat mandiri. Andaikan seorang pemuda Y diminta untuk membuat "tingkatan evaluasi rasa suka" terhadap gadis X tadi yang berkisar dari 10+ (sangat positit) sampai -10 (sangat negatif. Maka pemuda Y merasa bahwa tubuh yang tinggi dan sportif adalah kualitas yang menguntungkan baginya, sehingga akan mendapatkan angka maksimum (+10); sementara tomboy dan senang bercanda adalah cukup menguntungkan dengan nilai +6 dan +5; cuek agak kurang menguntungkan (-4); dan sangat mandiri sangat tidak menguntungkan (-9). Evaluasi secara menyelurnh dapat diperoleh pemuda Y, sebagai berikut:
Evaltiasi >Pemuda¥
Gadis X
+10 +10 +6 +5 -4 -9
tinggi sportif tomboy senang bercanda cuek sangat mandiri kesan menyelurnh
+ 18/6 =+3 (cukup positit)
Gambar 111.2.Evaluasi Pemuda Y Terhadap Gadis X Sumber: Sears dkk. (1992), diolah
Jadi dapat dikatakan bahwa evaluasi Pemuda Y terhadap Gadis X adalah cukup positif (+3). Kedua, Model Menambahkan. Model menambahkan (additive model) menyatakan bahwa individu mempersatukan ~otongan:-potongan informas!.yang terpisaIi-pisah dengan jalan menambahkan nilai ukuran dan bu~annya dengan membuat rata-rata. Apabila seseorang dikonfrontasikan dengan dua potong informasi dari sisi nol yang sarna, dimana salah satu lebih ekstrim dari yang lainnya. Misalnya, Dewi sangat menyukai Anung (+6), akan tetapi kemudian Dewi mengetahui informasi barn ten tang Anung yang tidak begitu menguntungkan seperti misalnya bahwa Anung "sangat berhati-hati" (+1). Berdasarkan "model penyamarataan", maka rasa senang Dewi akan berkurang karena nilai reratanya adalah +3,5, yang lebih rendah dari evaluasi aslinya terhadap Anung. Berdasarkan "model menambahkan",
57 ---
---
--
-
maka Dewi akan lebih menyukai Anung karena penambahan infonnasi positif kepada kesan yang sudah ada akan membuatnya lebih menguntungkan. Konsistensi.]!!QiYiducenderungmembentuk~arakteri~tiky~onsisten s~ara evaluatif terhadapindividulainn-ya,meskihanyamemilikisedikitinfoQ11~si. Kitacenderungmemandang oran~ konsisten dari kedalamannya. Karena evaluasi merupakan dimenasi paling penting di dalam persepsi manusia, sehingga kita cenderung akan menilai "baik" dan "buruk", dan bukan keduanya (Sears dkk., 1992). Berdasarkan evaluasi dengan pendekatan ini, makakit
Atribusi
Pembentukan kesan mengenai orang lain merupakan salah satu kegiatan utama dalam interaksi sosial. Kegiatan utama yang kedua adalah memahami makna dan sebab perilaku orang lain tersebut (Atkinson dkk" 1993).Oleh karena itu dalam pembahasan inilah kita akan memperdalam masalah atribusi. Pada bagian terdahulu telah dibahas bagaimana individu membentuk kesan terhadap individu yang lain berdasarkan informasi yang terbatas. Lebih jauh di dalam menilai "keadaan intern" orang lain, bagaimana kita dapat mengetahui motif, kepribadian, emosi, atau sikap orang lain tersebut? Kita tidak memiliki infonnasi langsung mengenai keadaan intern tersebut. Yang dapat kita lakukan adalah dengan menilai petunjuk ekstern yang terbatas seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, hal-hal yang pernah dikatakan tentang keadaan intern sebelumnya, perilaku yang pernah kita ingat di masa lalu, dan seterusnya. Kita harus mengambil kesimpulan atas dasar informasi tidak langsung yang diperoleh dari petunjuk ekstern (Sears dkk., 1992).
58
Pengambilan kesimpulan tentang keadaan intern merupakan bagian dari proses yang lebih umum untuk menjelaskan perilaku orang lain dan diri kita sendiri disebut sebagai membuat atribusi sebab-akibat. Apabila terdapat sesuatu yang menyakiti hati kita, kemudian kita menanyai diri kita sendiri mengapa hal itu dapat terjadi. Adakalanya kita menyimpulkan bahwa hal itu disebabkan oleh keadaan intern permanen tertentu sebagai penyebabnya, seperti perasaan dendam orang kepada kita. Dimensi Sebab Akibat. Dalam dimensi sebab akibat ini , pembahasan akan dikategorikan menjadi tiga: Tempat Sebab-Akibat. Kestabilan & Ketidakstabilan, dan Kemampuan Mengendalikan. Pertama, Tempat Sebab-Akibat. Menurut Sears dkk. (1992) masalah pokok paling umum dalam persepsi sebab akibat adalah menentukan apakah suatu perlaku tertentu dapat disimpulkan sebagai akibat dari faktor intern atau ekstern. Lebih tepatnya: berada pada posisi mana sebab-akibattersebut?Misalnyaketika seorangmahasiswamengajak kencan mahasiswi yang sudah dianggap sebagai ternan yang akrab, tetapi mahasiswi tersebut menolak karena akhir minggunya sibuk sekali. Apa sebenarnya hakikat dari penolakan tersebut? Barangkali hal itu disebabkan karena keadaan intern, seperti misalnya sang mahasiswi tidak tertarik dengan mahasiswa itu, sehingga lebih tertarik untuk mengerjakan tugas-tugas lainnya. Atau bisa jadi karena faktor ekstern, ia memang memiliki tugas lain. Atribusi intern mencakup semua penyebab intern seseorang seperti mood, sikap, ciri kepribadian, kemampuan, kesehatan, keinginan, dan sebagainya. Sementara atribusi ekstern akan mencakup semua penyebab ekstern seseorang seperti tekanan dari luar, kondisi keuangan, situasi sosial, cuaca, dan sebagainya. Jadi, apakah sang mahasiswi tersebut benar-benar sibuk (atribusi ekstern) atau baru saja memutuskan tidak tertarik dengan sang mahasiswa (atribusi intern)? Kedua, Kestabilan dan Ketidakstabilan. Dimensi ini lebih menekankan kepada penyebabnya, apakah stabil atau tidak stabil? Maksudnya adalah apakah penyebab tersebut merupakan bagian menarik yang relatif tetap dari lingkungan ekstern atau pembawaan intern seseorang. Ditinjau dari intern-ekstern, maka terdapat beberapa penyebab yang stabil atau tidak stabil, yaitu: a. b. c. d.
Penyebab ekstern stabil: peraturan, undang-undang, peran jabatan, larangan, dan sebagainya. Penyebab ekstern yang tidak stabil: cuaca Penyebab intern stabil: pelawak Amerika Woody Allen, yang memiliki bakat humor yang stabil atau petinju Julio Cesar Chaves Penyebab intern tidak stabil: John McEnroe atau Mike Tyson yang dapat mencapai prestasi dengan ketidakstabilannya.
Weiner (dalam Sears dkk., 1992) mengembangkan skema penyebab perilaku prestasi untuk menilai keberhasilanatau kegagalansesorangberdasarkankombinasi dari dimensi kestabilanketidakstabilan dan dimensi intern-ekstern.
59
iTempat KtmdaliSebenarnya .Ekstern Stabil Tidak Stabil
Kemampuan Usaha
Kesulitan tugas Berhasil
Gambar 111.3.Skema Klasifikasi Perilaku Prestasi Menurut Weiner Sumber: Sears dkk. (1992), diolah
Ketiga, Kemampuan Mengendalikan. Kita dapat mengamati beberapa kasus, dimana beberapa orang dapat mengendalikan dan beberapa orang lagi tidak dapat mengendalikan atau di luar kemampuannya. Kemampuan dan ketidakmampuan dalam mengendalikan dapat secara bersama-sama dengan kendali tempat dan kestabilan. Misalnya, penyebab intern tidak stabil seperti usaha biasanya dipandang sebagai dapat dikendalikan: seorang mahasiswa dapat memutuskan untuk belajar giat atau justru memutuskan tidak belajar. Sementara penyebab intern stabil seperti kemampuan justru jarang dilihat sebagai kemampuan yang dapat dikendalikan. Orang yang berbakat sering dipandang tidak menguasai kemampuannya tersebut. Kadangkalakemampuan dapatdianggap dapatdikendalikan,seperticontoh beberapa orang yang sukses yang dianggap telah mengembangkan kemampuannya melalui kerja keras dalam jangka waktu yang lama. Adapun keberhasilan itu sendiri sering dianggap dapat dikendalikan, meski dianggap tidak dapat dikuasai. Kapan Atribusi Sebab-Akibat Terjadi? Dalam kehidupan sehari-hari ternyata jikalau kita amati akan terdapat banyak sekali kejadian-kejadian atauperistiwa-peristiwa sebab-akibat.Akan tetapi kecenderungan manusia pada umumnya tidak memusingkannya. Hal ini menurut Sears dkk. (1992) disebabkan karena manusia cenderung kikir terhadap sumber kognitifnya, sehingga kebanyakan mereka akan mengambil jalan pintas dan menghindari kerja kognitif yang luas dan kreatif. Manusia baru memiliki rasa ingin tahu setelah suatu peristiwa atau kejadian yang istimewa terjadi. Penjelasan mengenai perjalanan rembulan dan matahari banyak dilakukan pada saat terjadinya gerhana. Khalayak ramai menghendaki penjelasan yang paling rasional untuk menganalisis kerusuhan-kerusuhan yang baru saja terjadi. Beberapa hasHpenelitian mendukung pendapat tersebut. Lau dan Russell (dalam Sears dkk., 1992) menemukan bahwa hasil yang tak terduga pada pertandingan sepakbola yang sudah diramalkan sebelumnya akan menimbulkan banyaknya penjelasan sebab-akibat di kolom-kolom surat kabar. Selain itu peristiwa buruk yang pernah menimpa juga akan mengilhami pencarian atribusi sebabakibat. Taylor (dalam Sears dkk., 1992) menemukan bahwa 95% penderita kanker dalam 60
subjek penelitiannya telah membuat kesimpulan tentang apa yang menjadi penyebab penyakit mereka. D. PENGARUH SOSIAL (SOCIAL FACILITATION) Pada tahun 1898, Triplett melakukan penelitian terhadap para pembalap sepeda dengan mengkaji catatan waktu kecepatannya. Hasilnya adalah bahwa pembalap yang berlomba dengan pembalap lain akan menghasilkan kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan berlaga sendiri dengan menggunakanjam pencatat. Selanjutnya Triplett mengkaji lebihjauh dengan melakukan penelitian psikologi sosial dengan eksperimen di laboratorium terhadap anak-anak. Hasilnya adalah anak-anak akanbekerja lebih cepat dalamkeadaan koaksi (ketika anak lain juga melakukan hal yang sama berada di sekitarnya), bila dibandingkan dengan bekerja sendiri (Atkinson, 1993). Beberapa waktu setelah studi Triplett mengenai koaksi, dimana hanya dengan kehadiran penonton yang pasif saja sudah cukup untuk meningkatkan prestasi seseorang. Penonton di sini bukanlah sebagai koaktor. Menurut Dashiell (dalam Atkinson dkk., 1993) kehadiran seorang penonton akan memiliki pengaruh yang sama bila dibandingkan dengan kehadiran koaktor. Kedua dampak baik dari penonton maupun koaktor tersebut kemudian disebut sebagai kemudahan sosial. Akan tetapi dalam kasus lain pengaruh sosial berupa kemudahan sosial tersebut dapat juga menjadi membingungkan. Menurut Dashiell (dalam Atkinson, 1993) terdapat temuan lebih banyak kesalahan pada saat tugas perkalian dilakukan dengan koaktor dan penonton, bila dibandingkan dengan jika subjek mengerjakannya sendiri. Atau dapat dikatakan bahwa dalam suatu penelitian, kualitas prestasi akan menurun meski kualitasnya meningkat. Sementara pada penelitian yang lain kualitas prestasi meningkat pada saat terdapat koaktor atau penonton. Bagaimana ini dapat terjadi? Atkinson dkk. (1993) mencoba memberikan penjelasan bahwa perilaku yang menunjukkan peningkatan prestasi dengan adanya koaktor atau penonton biasanya meliputi respons terlatih yang tinggi maupun respons naluriah seperti makan. Dalam berperilaku seperti ini individu seringkali jawaban yang paling sering atau yang paling dominan adalah jawaban yang paling tepat. Perilaku yang menghasilkan prestasi kurang baik adalah respons yang paling sering atau yang paling dominan dapat menjadi salah. Perilaku Menolong. Perilaku menolong (prosocial behavior) seringkali dihubungkan dengan altruisme. Altrusime sendiri adalah tindakan sukarela yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengaharapkan imbalan apapun, kecuali telah memberikan suatu kebaikan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu perilaku altriustis atau tidak bergantung kepada tujuan si penolong (Sears, 1992a). Seseorang pengemudi mobil yang melihat terjadinya kecelakaan sebuah mobil terjungkal di pinggir jalan raya. Ia kemudian melihat seorang ibu yang terluka di kepalanya, tidak sadarkan diri di dalam mobil yang terjungkal itu. Ia menghentikan mobilnya lalu mengangkat ibu tersebut dari dalam mobil yang terjungkal ke suatu rumah di dekat jalan raya tersebut. Dengan 61 -
-
memberikan bantuan semampunya, pengemudi tersebut akhimya meneruskan perjalannya yang masih panjang, karena sudah adayang berwenang menanganinya. Tindakan pengemudi tersebut adalah tindakan altruistis. Perilaku menolong mencakup lebih luas ketimbang altruisme, yang meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa mempedulikan motif-motif si penolong. Beberapajenis perilaku prososial bukan merupakan tindakan altruistis. Misalnyajika anda memberikan sumbangan yang besar pada malam amal yang diadakan oleh suatu kelompok di dalam tempat kerja anda, dengan harapan agar anda akan memperoleh kesan yang baik di hadapan atasan anda. Dalam kondisi seperti ini, maka tindakan anda bukanlah tindakan altruistis yang sebenarnya. Perilaku menolong berkisar pada tindakan altruisme yang tidak mementingkan diri sendiri atau tanpa pamrih sampai dengan tindakan menolong yang sepenuhnya (100%) dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri (Rushton dalam Sears dkk., 1992a). Prasangka dan Stereotipe. Di dalam berinteraksi dengan orang lain kita terkadang tidak dapat lepas dari apa yang disebut sebagai prasangka dan stereotipe. Prasangka menurut Mar' at (1984) adalah dugaan-dugaan yang memiliki nilai ke arah negatif, namun dapat pula dugaan tersebut bersifat positif. Dugaan tersebut umumnya mengarah pada penilaian negatif yang diwamai oleh perasaan y
Kekuasaan faktual yang terlibat hubungan antara mayoritas dan minoritas Fakta tentang perlakuan terhadap kelompok mayoritas dan minoritas Fakta mengenai kesempatan usaha pada mayoritas dan minoritas Fakta mengenai unsur geografis, dimana keluarga minoritas menduduki daerah-daerah tertentu Posisi dan peranan dari sosial ekonomi yang pada umumnya dikuasai oleh kelompok minoritas Potensi energi eksistensi dari kelompok minoritas dalam mempertahankan hidupnya
Adapun beberapa hipotesa yag menjadi penyebab terjadinya prasangka antara lain adalah: 1. Adanya ketegangan situasi yang senantiasa relatif dan bersifat individual atau kelompok sentris 2. Dalam tiap-tiap kelompok akan selalu terdapat minoritas 3. Adanya persaingan yang menimbulkan prasangka
62
Kedua adalah stereotipe. Stereotipe adalah persepsi terhadap suatu objek yang tidak dapat diubah atau kaku (Chaplin, 1995), yang sifatnya terlalu umum dan seringkali keliru (Atkinson dkk., 1993). Dalam membahas baik prasangka maupun stereotipe, kita tidak dapat lepas dari mental set dan konsep interaksi sosial. Permasalahan yang akan muncul dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: image dan sikap (Mar' at, 1984). Image menyangkutpersepsisosialsehinggatiaphubunganantarmanusia, antarkelompok, dan antar bangsa telah ada suatu mental set tersendiri tentang opini, sistem nilai, norma, konsep tertentu. Hubungan ini akan mengarah kepada komponen emosional yang relevan dengan hubungan interaksi ini. Sikap terhadap pengertian-pengertian sinonim yang sebenarnya adalah prasangka dapat diidentifikasikan dengan sikap yang merupakan predisposisi sosial. Di samping prasangka tersebut dapat pula disamakan dengan opini atau kepercayaan (belief). E.' DAYA TARIK INTERPERSONAL Dalam berinteraksi dengan orang lain untuk pertama kalinya, pertanyaan yang seringkali muncul adalah apakah mereka menyukai kita atau sebaliknya kita akan menyukai mereka? Setelah perjumpaan awal, perhatian kita seringkali terfokus pada bagaimana memelihara dan mengarahkan hubungan yang tercipta berdasarkan daya tarik awal untuk selanjutnya dapat akan menimbulkan keintiman dan bahkan cinta. Para ahli psikologi ternyata telah banyak mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi daya tarik seseorang terhadap orang lain. Hal ini disebabkan karena manusia akan berusaha untuk memprioritaskan hubungan antarpribadi sepanjang hidupnya. Kecenderungan untuk berafiliasi (keinginan untuk berada bersama dengan orang lain) memang cukup kuat bagi kebanyakan orang. Hal ini sebenarnya sudah terjadi semenjak masa bayi, dimana bayi mulai membangun rasakasih sayang yang kuat pada satu orang dewasa atau lebih. 1.
Prinsip Dasar Daya Tarik Interpersonal
Pada bagian terdahulu telah dibahaspenilaian sebagaikesanpertama dalam berhubungan dengan orang lain. Mengapakita menyukai atau tidak menyukai orang lain? Pada bagian ini akan dibahasbeberapaprinsipyangberusaha menjelaskanmengapaakhirnyakitamemutuskan untuk berteman atau tidak berteman dengan orang lain. Beberapa prinsip tersebut adalah: Penguatan, Pertukaran Sosial, dan Asosiasi. Penguatan. Prinsip dasar dari teori belajar adalahpenguatan (reinforcement). Kita menyukai orang lain dengan cara memberi ganjaran sebagai penguatan dari tindakan atau sikap kita. Salah satu tipe ganjaran yang penting adalah persetujuan sosial, dan banyak penelitian memperlihatkan bahwa kita cenderung menyukai orang lain yang cenderung menilai kita secara positif (Sears, 1992).
63
---
--
Pertukaran Sosial. Pandangan ini menyatakan bahwa rasa suka kita kepada orang lain didasarkan pada penilaian kita terhadap kerugian dan keuntungan yang diberikan seseorang kepada kita. Sesuai dengan teori pertukaran sosial, kita menyukai seseorang apabila kita mempersepsi bahwa interaksi kita dengan orang itu sifatnya menguntungkan, yaitu apabila ganjaran akan kita terima lebih besar dari pada kerugiannya. Teori ini juga menekankan bahwa kita membuat penilaian komparatif, menilai keuntungan yang kita peroleh seseorang dibandingkan dengan keuntungan yang kita peroleh dari orang lain (Sears dkk., 1992). Asosiasi. Prinsip yang amat berguna di dalam "clasical conditioning" adalah asosiasi. Kita menjadi suka kepada orang yang diasosiasikan (dihubungkan) dengan pengalaman yang baik/bagus dan tidak suka kepada orang yang diasosiasikan dengan pengalaman buruk/jelek (Clore & Byrne dalam Sears dkk., 1992). Hasil penelitian May dan Hamilton (dalam Sears dkk., 1992) menunjukkan bahwa mereka tertarik pada dampak latar belakang musik yang bagus dan jelek terhadap daya tarik interpersonal. Pertama-tama, mereka menentukan jenis musik yang paling disukai (musik rock) dan yang paling tidak disukai (musik klasik) oleh para mahasiswi. Kemudian mereka meminta mahasiswi lain untuk menilai potret seorang pria yang tidak dikenal. Sementara para mahassiwi itu membuat penilaian mereka, diperdengarkan musik rock, musik klasik, atau sarna sekali tidak diperdengarkan musik. Hasilnya menunjukkan bahwa mahasiswi menilai potret pria itu kurang baik apabila potret itu diasosiasikan dengab musik yang tidak disukai; dan menilai pria itu sangat baik bila potretnya diasosiasikan dengan musik yang disukai. 2.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Apa yang mempengaruhi daya tarik seseorang? Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi rasa suka kita kepada orang lain? Berikut ini akan dibahas empat faktor penentu perasaan suka seseorang kepada orang lain, yaitu karakter pribadi, kesamaan, keakraban, dan kedekatan. 1.
Karakter Pribadi
Daya tarik seseorang bagi orang lain, pada dasarnya dapat kita bagi menjadi dua hal: yang bersifatfisik (wajah,rambut, tubuh)danyang bersifatnon-fisik (kepribadian,intelegensi, minat dan hobby). Tidak ada jawaban yang tunggal untuk pertanyaan: mengapa kita lebih menyukai seseorang dari pada orang lain? Para ahli telah berusaha mengidentifikasikan beberapa karakteristik umum yang mempengaruhi rasa suka seseorang kepada orang lain. Karakter umum tersebut antara lain adalah ketulusan, kehangatan personal, kompetensi, dan daya tarik fisiko Ketulusan. Norman Anderson (dalam Sears dkk., 1992)dalam studinya membuat daftar 555 kata sifat yang digunakan untuk menggambarkan orang. Kemudian dia meminta para mahasiswa untuk menunjukkan sejauhmana mereka akanmenyukai seseorangyang memiliki masing-masing karakter ini. Hasilnya menunjukkan bahwa para mahasiswa tahun 1960-an ternyata lebih memilih ketulusan sebagai sifat yang paling dihargai. Dari delapan kata sifat teratas, enam di antaranya adalah tulus, jujur, setia, terus terang, terbuka, dan dapat dipercaya; dimana kesemuanya itu berkaitan dengan ketulusan. 64
Dua hal pokok lain yang muncul dalam daftar karakteristik yang sangat menyenangkan adalah kompetensi dan kehangatan pribadi, dimana keduanya akan dibahas berikut ini.
Kehangatan Personal. Kehangatan merupakan karakteristik pokok yang mempengaruhi pesan pertama kita mengenai orang lain. Apa yang membuat orang lain nampak hangat dan ramah? Atau sebaliknya apa yang membuat orang lain tampak dingin? Hasil penelitian Folkes dan Sears (dalam Sears dkk., 1992) menunjukkan bahwa seseorang nampak hangat dan ramah apabila dia menyukai hal tertentu yang sedang dibicarakan, memujinya, dan menyetujuinya. Dengan kata lain memiliki sikap yang positif terhadap terhadap orang atau benda. Sebaliknya, orang yang dingin adalah bila mereka tidak menyukai hal tersebut, meremehkannya, mengatakan hal itu mengerikan, dan biasanya mencelanya. Kompetensi. Pada umumnya kita menyukai orang yang trampil secara sosial, cerdas, dan kompeten. Tipe konsistensi tertentu yang bermakna sangat bergantung pada sifat hubungan kita dengan orang lain. Kita akan lebib tertarik berhubungan dengan ternan yang dapat memperbaiki komputer kita yang rusak, profesor yang dapat menerangkan sesuatu dengan cara yang lebih sederhana, atau pembicara yang dapat membuat pembicaraannya menjadi menarik. Orang yang lebih memiliki kompetensi pada umumnya lebih dihargai untuk diajak menjalin hubungan dari pada yang tidak berkemampuan (dalam Sears dkk., 1992) . Daya Tarik Fisik Seperti membaca suatu majalah, maka hal pertama yang akan kita perhatikan pada orang lain adalah wajah atau penampilan fisiknya. Menurut Walster dkk. (dalam Sears dkk., 1992),rasa suka seseorang berkaitan erat dengan daya tarik fisiknya. Baik pria maupun wanita yang dianggap menarik akan lebih disukai. Hal ini disebabkan karena adanya "efek halo", dimana kita cenderung mengasumsikan bahwa orang yang menarik secara fisik juga memiliki sejumlah karakteristik lain yang menyenangkan, seperti hangat dan berkepribadian menyenangkan. Efek lain selain efek halo adalah "efek pancaran kecantikan", dimana orang akan merasa senang bila dilihat bersama dengan seorang pacar atau ternan yang sangat menarik, karena mereka berpikir bahwa hal itu akan meningkatkan atau mempertinggi citra mereka sendiri. Hasil penelitian Dion dan Berscheid (dalam Atkinson dkk, 1993) menunjukkan bahwa daya tarik fisik temyata tidak terbatas pada masalah kencan dan perjodohan. Anak laki-Iaki yang rupawan (usia 5-6 tahun) temyata lebih populer ketimbang anak-anak yang kurang begitu menarik. Orang dewasa sekalipun akan lebih terpengaruh terhadap daya tarik fisik seorang anak, baik secara fisik maupun persepsi terhadap perilakunya. 2.
Kesamaan
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan interpersonal adalah kesamaan. Ada dua pepatah kuno (keduanya dari barat): "burung sebulu berkumpul bersama" dan " orang berlawanan itu menarik dan orang yang sedangjatuh cinta senang menyebutkan perbedaanperbedaan yang ada". Agaknya pepatah yang kedua tersebut sebagian besar adalah salah dibandingkan dengan pepatah pertama. Mengapa? Karena kita cenderung menyukai orang 65 -
--
yang sarna dengan kita dalam sikap, nilai, minat, hobby, latar belakang, dan kepribadian. HasH penelitian Rubin (dalam Atkinson dkk, 1993) menunjukkan bahwa lebih dari 99% pasangan suami-istri di AS terdiri dari ras yang sarna, mirip satu sarna lain, memiliki kesamaan ciri sosiologis (usia, ras, agama, pendidikan, dan kelas sosial), kesamaan secara fisik (tinggi, warna mata), serta ciri psikologis (intelegensi). Penelitian Kandel (dalam Sears dkk., 1992) tentang persahabatan 2.000 siswa sekolah menengah, menggambarkan adanya faktor kesamaan dalam latar belakang etnis, agama, politik, kelas sosial, pendidikan, dan usia. Setiap siswa mengidentifikasikan "temannya yang terbaik di sekolah" dan melengkapi kuesioner tentang latar belakang dan sikapnya sendiri. Sebagian besar ternan yang paling baik memiliki kesamaan dalam jenis kelamin, tingkat kelas, usia, dan ras. Menurut Sears dkk. (1992) dalam hal berpacaran dan pernikahan, kecenderungan untuk memilih pasangan yang mempunyai kesamaan disebut sebagai "prinsip kesesuaian" (matching principle). Amat tidak wajar apabila ada seorang gadis aktivis hak-hak azasi wanita menikah dengan seorang pengusaha yang telah beristri. Atau seorang aktor yang berpacaran dengan atlit. Pacar dan suami/istri cenderung sesuai dengan karakteristik fisik dan sosialnya. Mengapa kesamaan menjadi sedemikian penting dalam daya tarik interpersonal? Menurut Rubin (dalam Sears dkk., 1992) terdapatdua penjelasan utama yaitu: kesamaan biasanya mendatangkan ganjaran dan keterkaitan antara kesamaan - rasa suka dengan teori keseimbangan kognitif. Pertama,orangyangmernilikikesamaandengankitacenderungmenyetujuidanmendukung keyakinan kita tentang kebenaran kebenaranpandangankita. Sementara sebaliknya,kita akan merasa tidak senang bila menjumpai orang yang tidak sependapatdengan kita, yang mencela keyakinankita, danmenentangselerasertapenilaiankita.Kesamaannilaidanminat merupakan dasar untuk melakukan altivitas bersama dengan orang lain. Kedua, menurut teori keseimbangan kognitif, orang berusaha mempertahankan keselarasan dan konsistensi di antara sikap mereka, mengatur rasa suka dan rasa tidak suka mereka menjadi seimbang. Menyukai seseorang dan pada saat yang sarna menentang orang itu mengenai masalah yang fundamental merupakan hal yang secara psikologis tidak menyenangkan. Kita memaksimalkan keseimbangan kognitif dengan menyukai orang yang mendukung pandangan kita dan tidak menyukai orang yang menentangnya. 3.
Keakraban
Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu alasan bahwa kedekatan dapat menimbulkan rasa senang pada seseorang adalah bahwa kedekatan dapat meningkatkan keakraban. Hal ini merupakan suatu fenomena yang umum. Fenomena ini oleh Sears dkk. (1992) dapat dijelaskan dengan apa yang disebut sebagai efek eksposur belaka (the mere exposure). Efek ini merupakan suatu fenomena dimana keseringan berhadapan dengan seseorang dapat meningkatkan rasa sukakita terhadap orang lain. HasHpenelitian Zajonc dkk. menunjukkan bahwa makin sering subjek melihat suatu wajah, semakin besar rasa suka mereka terhadap wajah tersebut dan semakin besar kemungkinan mereka untuk menyukai orang itu. 66
4.
Kedekatan
Menurut Atkinson dkk. (1993) salah satu prediktor terbaik mengenai apakah dua orang dapat berteman atau tidak adalah seberapa jauh jarak tempat tinggal mereka. Kenyatannya, biladua orang yang tinggal dalam hanyadalamjarak 10blok,jauh lebihkecil kemungkinannya untuk berteman bila dibndingkan dengan bila mereka tinggal bersebelahan satu sarna lain. Hasil penelitian Rubin (dalam Atkinson dkk., 1993)di atas buku nikah 5.000 perkawinan di Philadelphia pada tahun 1930-an menunjukkan bahwa sepertiga dari pasangan itu tinggal di antara lima blok dari perumahan mereka. Menurut Schiffenbauer dan Schiavo (dalam Atkinson dkk., 1992) kedekatan hanya meningkatkan intensitas reaksi awal. Akan tetapi karena seringkali perjumpaan pertama menyangkut hal-hal yang paling netral sampai yang menyenangkan, hasil kedekatan yang paling seringdapat dipertahankan adalahpersahabatan. Mengapa kedekatan dapat menimbulkan rasa suka? Terdapat tiga faktor yang
menghubungkanantarakedekatandan daya tarikinterpersonal,yaitu:pertama,kedekatan biasanya meningkatkan keakraban. Kedua, kedekatan sering berkaitan dengan kesamaan. Kita seringkali memilih untuk tinggal dan bekerja dengan orang yang kita kenaI, dan selanjutnyakedekatan geografis kita akan meningkatkankesamaan kita. Faktor ketiga adalah bahwa orang yang dekat secara fisik lebih mudah didapat daripada orang yang jauh (Sears dkk., 1992). SOAL LATIHAN
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dari sejumlah jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang di depan huruf jawaban tersebut. 1. Cakupan interaksi sosial dapat berupa: a. antar individu c. antar bangsa
b. d.
antar kelompok semua benar
2.
Di dalam interaksi sosial, bentuk komunikasi yang terjadi antara lain kecuali: a. tukar-menukar informasi c. ekspresi emosi tertentu b. saling pengaruh-mempengaruhi d. atribusi.
3.
Model Interdependensi dikemukakan oleh: a. Mar'at b. Kelley dkk. c. Levinger dan Snoek d. Tripplet.
4.
Jika dua orang sarna sekali tidak menyadari kehadiran satu sarna lain dalam konteks interaksi disebut dengan istilah: a. Zero Contact b. Kontak Permukaan c. Menyadari d. blind date
5.
Sarna dengan no. 4. ketika orang sudah mulai berinteraksi, bisa melalui percakapan maupun surat menyurat dengan istilah: a. Zero Contact b. Kontak Permukaan d. blind date c. Menyadari 67
6. Komunikasi langsung secaraface toface termasuk dalam: a. komunikasi sekunder c. a dan b benar b. komunikasi primer d. a dan b salah 7. Dalam apakah kita akan menyukai atau tidak menyukai seseorang, disebut sebagai: a. Kesan awal b. Evaluasi c. Pembentukan kesan d. semua benar. 8. Beberapa model untuk menjelaskan kesan menyeluruh antara lain: a. Model Penyamarataan c. a dan b benar b. Model Menambahkan d. a dan b salah 9. Kecenderungan melihat orang yang telah dilabel baik selalu dikelilingi oleh suasana positif dan kebalikannya pada orang yang dilabel buruk selalu dipandang memiliki kualitas yang buruk disebut sebagai: a. Efek Halo b. Prasangka Positif c. Prinsip Pollyana d. Atribusi. 10. Kecenderungan orang yang merasa lebih senang apabila dikelilingi oleh hal-hal yang baik, pengalaman menyenangkan, masya- rakat yang ramah, cuaca yang cerah, dan sebagainya disebut sebagai: a. Efek Halo b. Prasangka Positif d. Atribusi. c. Prinsip Pollyana 11. Kecenderungan menilai orang lain secara positif sehingga mengalahkan evaluasi negatif disebut:
a. c.
Efek Halo Prinsip Pollyana
b. d.
Prasangka Positif Atribusi.
12. Dimensi sebab akibat dapat dikategorikan menjadi tiga kecuali: a. Tempat Sebab-Akibat c. Kestabilan & Ketidakstabilan b. Konsisntensi d. Kemampuan Mengendalikan. 13. Salah satu contoh penyebab intern yang stabil: a. petinju Julio Cesar Chaves c. petinju Mike Tyson b. petenis John McEnroe d. salah semua. 14. Salah satu contoh penyebab intern yang tidak stabil: a. petinju Julio Cesar Chaves c. Mike Tyson b. Woody Allen d. salah semua. 15. Faktor-faktor yang mempengaruhi mempengaruhi daya tarik seseorang antara lain kecuali: a. c. 68
karakter pribadi keakraban
b. d.
kesamaan komunikasi.