Kedudukan perlapisan umum satuan ini berarah barat laut-tenggara dengan kemiringan berkisar antara 60o hingga 84o (Lampiran F. Peta Lintasan). Satuan batuan ini diperkirakan mengalami proses deformasi yang kompleks berupa pensesaran dan perlipatan. Berdasarkan pengukuran pada penampang geologi (lampiran D. Peta Geologi), ketebalan lapisan yang teramati di daerah penelitian diperkirakan mencapai 240 m. Ketebalan sebenarnya dari satuan ini tidak bisa diketahui karena pada bagian selatan, satuan ini diselimuti oleh breksi pelimik yang lebih muda dengan hubungan tidak selaras. Diperkirakan bahwa satuan ini masih menerus hingga keluar dari batas daerah penelitian. 3.2.1.2. Ciri Litologi Satuan batupasir sangat halus telah mengalami metamorfisme regional (Hidayat dkk., 2008) serta sudah mulai memperlihatkan orientasi meskipun bidang perlapisan pada satuan ini masih jelas terlihat. Foliasi pada batuan tersebut memiliki orientasi mineral yang sejajar dengan kedudukan bidang perlapisan. Di lapangan, struktur sedimen sangat sulit untuk ditemui. Beberapa jenis struktur yang ditemui di lapangan antara lain adalah pararel laminasi dan laminasi bersilang. Secara megaskopik (Foto 3.7), Meta-batupasir sangat halus mempunyai ciri-ciri: abu-abu gelap, mulai mengalami metamorfisme, pemilahan baik, kemas tertutup, besar butir berkisar antara 0,07 - 0,5 mm, bentuk butir rounded-well rounded. Batusabak mempunyai ciri-ciri: abu-abu gelap, mulai mengalami metamorfisme, terlihat adanya struktur foliasi, orientasi mineral sejajar perlapisan, slaty cleavage, permukaan batuan mengkilap, mika mulai muncul, namun masih menampakkan tekstur batuan asalnya, pemilahan baik, kemas tertutup, besar butir berkisar antara 0,07 - 0,5 mm, bentuk butir rounded-well rounded, batuan kompak namun mudah pecah pada bidang belahan foliasinya, sedikit karbonatan. 34
Foto 3.7 Sampel meta-batupasir sangat halus (HB_01). Inset pada kanan atas merupakan lokasi pengambilan sampel. Kotak berwarna biru merupakan lokasi pengambilan sampel untuk sayatan tipis.
Sisipan meta-batupasir sedang mempunyai ciri-ciri: abu-abu kebiruan, butir sedang-kasar, mulai mengalami metamorfisme, masif, pemilahan buruk, kemas terbuka, fragmen pembentuk: kuarsa, besar butir berkisar antara 0,045 – 0,15 mm, bentuk butir angular-rounded, batuan sangat kompak, terlihat adanya urat halus berwarna hitam, sedikit karbonatan.
35
Foto 3.8 Sayatan tipis pada meta-batupasir sangat halus (HB_01). Sayatan ini memiliki pemilahan sedang, kemas tertutup, hubungan antar butir: kontak sutura, butiran (31%) menyudut-membundar tanggung, berukuran 0,045 – 0,15 mm, terdiri atas mineral kuarsa, mineral opak (J1), biotit dan plagioklas. Mineral metamorfisme (4%) berupa muskovit (E7). Terdapat urat kalsit (3%) dengan lebar 0,05 – 0,2 mm. Matriks berupa lempung (10%), semen kalsit (45%) (Lampiran A1).
36
Batuan ini dipotong oleh beberapa urat kuarsa dan kalsit. Urat kuarsa hadir pada tempat-tempat tertentu, baik dengan kedudukan yang sejajar dengan perlapisan maupun memotong perlapisan. Urat kuarsa mempunyai ciri-ciri: warna putih susu, granular, butir kasar, mempunyai rongga yang diisi oleh mineral oksida berwarna coklat kemerahan, terdapat kekar-kekar kecil. Urat kalsit pada sampel hadir sebanyak 3%, memiliki ketebalan berkisar antara 0,05 – 0,2 mm. Urat-urat kalsit hanya dapat diamati dalam pengamatan mikroskopis. 3.2.1.3. Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan Secara umum, satuan ini telah mengalami metamorfisme derajat sangat rendah. Hal ini dapat diamati dengan tekstur batuan yang relatif keras dengan permukaan yang mengkilap dengan tekstur slaty cleavage. Kondisi ini menyebabkan penentuan lingkungan pengendapan menjadi sulit untuk dilakukan. Selain karena tidak ditemukannya fosil, tekstur batuan yang teramati juga banyak mengalami perubahan. Struktur sedimen laminasi pararel dan laminasi bersilang yang ditemukan di beberapa tempat belum cukup menentukan lingkungan pengendapan. 3.2.1.4. Hubungan Stratigrafi Dengan melihat penampang geologi dan memperhatikan data-data di lapangan, baik berupa ciri litologi maupun kedudukan perlapisannya, satuan batuan ini mempunyai hubungan yang tidak selaras dengan satuan meta-batupasir yang terletak relatif di atas satuan ini. Berdasarkan hukum superposisi, ditunjukkan dengan penampang, satuan ini merupakan satuan tertua yang ditemukan di daerah penelitian. 3.2.1.5. Umur Penentuan umur satuan batuan ini tidak bisa dilakukan dengan menggunakan analisa fosil karena pada sampel yang diambil tidak ditemukan fosil. Penentuan umur pada satuan ini ditentukan berdasarkan hubungan relatif antar satuan, serta penyetaraan dengan satuan resmi berdasarkan kesamaan karakteristik litologi. Berdasarkan kesamaan karakteristik litologi, menurut Rock 37
(1983, op. cit. Hidayat dkk., 2008), satuan batuan ini dapat disetarakan dengan satuan stratigrafi resmi Formasi Kuantan dengan umur Karbon – Perm Awal. 3.2.2. Satuan Batugamping 3.2.2.1. Penyebaran batuan Satuan tersebar dengan luas 29% dari total keseluruhan daerah penelitian, masif. Satuan ini memanjang dengan arah Barat Laut – Tenggara. Singkapan batuan banyak ditemukan Sungai Parsantabian dan Sungai Sontang bagian hilir.
Foto 3.9 Singkapan batugamping. Singkapan ini ditemukan di tepi kanan Sungai Parsantabian. Gua pada singkapan ini menunjukkan gejala karsifikasi pada batugamping.
3.2.2.2. Ciri litologi Batugamping di daerah ini tampak relatif lebih keras jika dibandingkan dengan batugamping secara umum. Pada beberapa tempat, batugamping ini telah mengalami metamorfosa hingga membentuk marbel.
38
Foto 3.10 Sampel batugamping. Foto ini menunjukkan tekstur batugamping yang memiliki urat kalsit sangat intensif.
Berdasarkan pengamatan megaskopis (Foto 3.13), batugamping ini memiliki ciri-ciri warna abu-abu gelap, masif, sangat keras, massa dasar telah mengalami proses pelarutan dan pengisian kembali, terdapat urat-urat kalsit secara intensif.
39
Foto 3.11 Sayatan tipis pada batugamping (HH_10). Sayatan batugamping memperlihatkan memperlihatkan pemilahan buruk, umumnya mempunyai kemas terbuka, hubungan mineral saling mengunci, terdiri dari butiran (10%) menyudut tanggung – membundar, berukuran 0,015 – 0,8 mm, terdiri dari jejak-jejak fosil yang terlarutkan dan terisi kembali oleh mineral kalsit (D6, A7), ada juga oolites dan sedikit fosil foraminifera (H5-H6), diduga termasuk ke dalam famili schwagerinidae (parafusulina?). Mineral sekunder hadir sebagai kalsit dan mikrokristalin kuarsa. Urat (25%) dengan garis tepi tak beraturan, ketebalan berkisar antara 0,01 – 5 mm diisi oleh kalsit. Matriks (60%) berupa lumpur karbonat, sebagian besar sudah terekristalisasi menjadi mikrokristalin kalsit (Lampiran A9).
40
3.2.2.3. Lingkungan Pengendapan Batugamping diperkirakan lingkungan pengendapan satuan ini adalah lingkungan laut dangkal (Rock dkk., 1983 op. cit. Hidayat dkk., 2008) dengan fasies Wackestone (Dundam, 1962, op. cit. Anonim 2, 2008). 3.2.2.4. Hubungan Stratigrafi Dengan melihat penampang geologi dan memperhatikan data-data di lapangan, baik berupa ciri litologi maupun kedudukan perlapisannya, satuan batuan ini mempunyai hubungan yang tidak selaras dengan satuan Meta-Batupasir Sangat Halus yang terletak relatif di bawah satuan ini dan selaras dengan Satuan Metabatupasir di atasnya. 3.2.2.5. Umur Satuan batugamping ini disetarakan dengan member batugamping pada Formasi Silungkang. Fosil schwagerinidae yang ditemukan pada batugamping diperkirakan berumur Perm (USGS., 1997). 3.2.3. Satuan Meta-batupasir 3.2.3.1. Penyebaran Batuan Satuan ini memiliki penyebaran yang luas di daerah penelitian. Satuan ini tersebar dengan luas 30% di daerah penelitian, ditandai dengan warna kuning dan lensa berwarna biru (Lampiran D. Peta Geologi). Singkapan batuan ini banyak ditemukan di sepanjang Sungai Sampinur, Sungai Sontang, Sungai Nalim, Sungai Asman, Sungai Baning, Sungai Ibin, Sungai Kering dan Sungai Parsantabian. Satuan ini terdiri dari perlapisan meta-batupasir dengan sisipan metabatupasir sangat halus. Ketebalan lapisan satuan ini sangat bervariasi dengan ketebalan minimal 30 cm. Pada sepanjang hilir Sungai Sampinur dan Sungai Asman banyak ditemukan singkapan batupasir masif. Sisipan meta-batupasir sangat halus juga sering hadir dengan ketebalan berkisar antara 5 cm hinga 30 cm, ditemukan di Sungai Nalim, Sungai Sampinur, Sungai Parsantabian dan Sungai 41
kering. Sisipan batupasir karbonan ditemukan di Sungai Nalim dan tepi kanan Sungai Sampinur dengan ketebalan lapisan berkisar antara 5 – 30 cm. Lensa batugamping ditemukan dalam satuan ini (Rock dkk., 1983 op. cit. Hidayat dkk., 2008). Lensa yang besar diperkirakan memiliki sumbu panjang minimal 800 m dengan ketebalan berkisar antara 60 – 180 m (Lampiran D. Peta Geologi).
Foto 3.12 Singkapan meta-batupasir. Singkapan ini ditemukan di tepi kanan Sungai Sontang ke arah hulu (Inset).
Singkapan-singkapan di bagian selatan yang ditemukan di Sungai Sampinur, Sungai Nalim dan Sungai Asman mempunyai kemiringan umum ke 42
arah selatan dengan jurus berarah barat laut - tenggara, sedangkan di bagian utara yang di temukan di Sungai Sontang memiliki kemiringan umum ke arah utara dengan jurus berarah barat laut – tenggara. Singkapan yang ditemukan di Sungai Parsantabian dan Sungai Kering mempunyai kemiringan yang kacau (Lampiran F. Peta Lintasan). 3.2.3.2. Ciri litologi Sama halnya dengan Satuan Perlapisan Batupasir Sangat Halus, batuan di satuan ini telah mengalami metamorfisme regional (Hidayat, 2008). Tidak seperti pada Satuan Perlapisan Batupasir Sangat Halus, gejala metamorfisme pada satuan ini sulit untuk diamati secara megaskopis. Gejala metamorfisme hanya terlihat dengan kondisi batuan yang jauh lebih keras dibandingkan dengan batupasir secara umum. Di lapangan, struktur perlapisan yang umum dijumpai adalah pararel laminasi dan graded bedding.
Foto 3.13 Sampel meta-batupasir sedang.
Berdasarkan
pengamatan
megaskopis
(Foto
3.10),
meta-batupasir
mempunyai ciri-ciri: abu-abu kebiruan, masif, pemilahan buruk, kemas tertutup, fragmen pembentuk: kuarsa, besar butir berkisar antara 0,045 – 0,15 mm, bentuk 43
butir menyudut - membundar, batuan sangat kompak, terlihat kehadiran klorit secara melimpah. Pirit juga hadir secara diseminasi.
Foto 3.14 Sayatan tipis pada meta-batupasir sedang (HF_14), memperlihatkan tekstur batuan dengan pemilahan buruk, kemas tertutup, kontak bidang hingga sutura, terdiri dari butiran menyudut – membundar tanggung, berukuran 0,02 – 1 mm, terdiri dari k-feldspar dan kuarsa. Mineral sekunder hadir berupa klorit, mineral opak, dan epidot. Matriks berupa lempung, sebagian besar terkristalisasi menjadi mineral lempung, menunjukkan adanya alur-alur mineral dengan orientasi seragam. Alur mineral lempung terlihat memotong urat lempung. Porositas dengan bentuk rekahan dan rongga. Urat dengan ketebalan berkisar antara 0,01 – 0,75 mm terisi oleh kalsit, mineral lempung dan kuarsa. Urat kuarsa dan kalsit terlihat memotong urat mineral lempung (Lampiran A8).
44
Berdasarkan pengamatan megaskopis (Foto 3.13), batugamping ini memiliki ciri-ciri warna abu-abu gelap, masif, sangat keras, massa dasar telah mengalami proses pelarutan dan pengisian kembali, terdapat urat-urat kalsit secara intensif.
Foto 3.15 Sayatan batugamping wackestone (HD_01), pemilahan buruk, kemas terbuka, pada beberapa tempat butiran kalsit sekunder terkonsentrasi dengan hubungan antar mineral berupa kontak sutura (saling mengunci), butiran (10%) menyudut tanggung – membundar, terdiri dari jejak-jejak fosil yang terlarutkan dan terisi kembali oleh mineral kalsit. Urat (35%) garis tepi tak beraturan, ketebalan antara 0,01 – 5 mm diisi oleh kalsit serta mineral opak. Matriks (53%) berupa lumpur karbonat, sebagian terekristalisasi menjadi mikrokristalin kalsit. Porositas (2%) berupa porositas sekunder: stilolit. Kehadiran sekumpulan mineral yang menunjukkan ukuran mengkasar ke tengah diduga merupakan hasil pengisian.
45