Senja Timur lita Karna sejatinya cinta sejati tak akan pernah lupa jalan pulang..
Part 1: satu cinta yang datang dengan tiba tiba atau kita yang tidak peka menyadari kedatangan cinta sejak lama? karna teori cinta datang tiba tiba adalah bulshit! tak ada yang tiba-tiba apalagi soal cinta, semuanya membutuhkan proses. meski singkat bahkan hampir nyaris tak terasa. Satu bulan berlalu saat dia menyatakan cinta nya pada ku, ya siapa lagi kalau bukan Diki, si pria hitam manis, cukup tampan, rambutnya lurus dan dipotong mengikuti style zaman sekarang, badan yang kekar, tinggi, menurut sebagian wanita disekolah ku dia terlihat keren, tapi tidak untuk ku. Dia salah satu pria populer disekolah karna selain tampan dia juga salah satu tim basket. Sejak kejadian sore itu, saat aku berjalan sendiri melewati sekumpulan anak basket, tiba-tiba Diki mencoba menghalangi jalan ku, tak banyak yang aku lakukan, aku hanya diam dan tetap berjalan, tapi sebalik nya, Diki tidak tinggal diam, melihat aku yang terus berjalan tanpa menghiraukannya, Dia pun segera mengejarku "lu anak baru? Ko gua baru ngeliat lu? Kelas berapa?" Tanya nya Aku masih tetap diam "eyy, lu anak baru ya? Siapa nama lu?" "bisa gak jangan banyak ngomong" gumam ku. Diki terus mengikuti ku berjalan dan akhirnya dia berhenti mengikuti ku setelah aku menaiki angkot. Drett dreett,,, suara getaran handphone ku memecah keheningan malam, aku segera meraih handphone ku dan segera membaca sms itu "malem" dari nomer yang tak tahu asal usulnya Sms tidak penting, untuk apa ku balas buang-buang waktu saja, aku pun segera melanjutkan membaca novel. Selang beberapa menit drett dreeet Ah sms lagi "Lita ya? Boleh kenalan. Gua Diki anak basket yang tadi ngikutin lo?" "oh Diki, sekarang udah malem mending lu simpen hp lu abis itu tidur karna sekarang waktu istirahat bukan waktunya kenalan. bye"
Aku tak tau dari mana dia bisa mengetahui nomer handphone ku atau mungkin dari teman-teman ku, tapi teman ku yang mana? Aku kan anak baru, dan Diki adalah orang pertama yang aku kenal, tapi ah sudahlah. *** Aku pergi kesekolah baru ku untuk yang kedua kalinya, karna kemarin aku hanya mengurusi kepindahan ku. Sesampainya aku di depan gerbang, seorang pria sudah menunggu ku yang ku kira ia Diki, ia menyodorkan lengan nya kepadaku. "gua Diki, yang semalem sms" "oh Diki, yaudah gue mau keruangan guru dulu" ku jawab sesingkat itu, dan pergi meninggalkan nya. Bel masuk berbunyi. Aku hanya diam diruangan guru, tiba-tiba yang akan menjadi wali kelas ku itu datang dan menyuruhku mengikutinya, aku dibawanya ke ruang kelas 11B, mungkin ini yang akan menjadi kelas ku. Bu Fita segera memasuki kelas itu. "jangan masuk sebelum ibu panggil" Aku hanya menganggukkan kepala "kita kedatangan murid baru namanya Lalitazna, Lita silahkan masuk" Aku pun segera masuk dan tak ku sangka, Diki ada di kelas ini. Kulihat wajah nya yang ku rasa ia sangat senang aku sekelas dengan nya. "perkenalkan diri kamu Lita" Aku hanya mengangguk dan aku pun segera memperkenalkan diri ku, selesai perkenalan Bu Fita menyuruhku duduk disebelahLlili. Grugg.. meonggg Brukkkk Ah siall! , kucing itu membuat aku tersadar dan menyudahi lamunan ku, dan semenjak itu Diki mendekati ku, mencoba menyentuh hati dan perasaan ku, tak pernah letih meraihnya meski berkali-kali gagal dan tak sampai.
Part 2: dua kulihat langit mulai menggelap, awan hitam mulai menampakkan hidung nya tetes-tetes hujan mulai berjatuhan, dan suara petir mulai terdengar, aku takut sangat sangat takut, tak ada Diki yang selalu ada bersama ku di sini, sekarang hanya ada aku seorang. jelegggerrrr.. "ahh" teriak ku. Cahaya-cahaya kilat sangat jelas terlihat, ketakutan ku sudah sampai puncaknya ketika hujan semakin membesar dan kilat di sertai suara-suara menyeramkan itu bermunculan, aku menangis bak bayi mungil yang ditinggal ibu nya. tak ada angkutan umum yang berlalu lalang disini, terpaksa aku harus berjalan. Tubuh ku mulai mengigil, dingin nya air hujan telah membekukan darah ku. Tak ada kehangatan lagi disini, tapi tiba-tiba tebalnya jaket dengan aroma khas yang sangat k kenali itu memberikan kehangatan nya dengan cuma-cuma pada ku.
"biar anget" "Diki?" dia tersenyum padaku, jaket ini memberikan kehangatan untuk ku, walau hanya sedikit bahkan saking sedikitnya hingga nyaris tidak ada. Dia berjalan dibelakangku sembari memanyungiku dengan tasnya, dia tak memikirkan tubuh nya sendiri, ahhh Diki. Tubuhku semakin mengigil, ku rasa aku tak kuat lagi, lemas, darah mulai keluar dari hidung ku, aku tak mau Diki mengetahui nya, aku tak ingin membuat Diki kuatir, kuharap ia tak melihat ini. Tapi darah ini keluar semakin banyak hingga tangan ku di penuhi bercak merah bahkan darah itu mulai menetes ketanah. "apa itu? darah, darah apa?" aku tak menjawab nya, aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku, aku sudah semakin melemas, aku tak kuat. Darah mulai membanjiri baju depan ku, perlahan mulai menetes kembali ketanah. "Lit ada darah lagi" sembari memegang pundak ku. "Taa lu gak kenapa kenapa kan?" tanya nya dengan khawatir. aku hanya mengangguk.. lagi lagi darah menetes ketanah. "taa!" ia membalikkan tubuhku, seketika ia terkejut melihat wajah ku yang sudah berlumuran darah itu. "taaa" suara nya melemah, tubuhku sudah tidak terkendali lagi, aku menggigil sangat sangat menggigil, aku jatuh dalam dekapan Diki, dia memeluk ku dengan sangat erat nya, darah yang keluar dari hidungku, kini menodai baju Diki juga, dia membawa ku duduk di depan ruko dan berteduh disana, dia tetap memeluk ku, aku menangis di dadanya begitu pula dengan Diki menangis sembari memeluk ku. Dua insan itu mencoba saling menguatkan satu sama lain. saat jari terluka, mata menangis. saat mata menangis jari menghapus air matanya. "dingin, dik dingin" "iya ta, tenang ya, nanti kalau hujan nya udah berhenti aku langsung bawa kamu pulang, aku bakalan simbutin kamu, biar anget" Aku mengangguk, ku rasa aku tidak kuat lagi, kepala ku sudah terasa pusing, bayangan hitam mulai mendominasi penglihatanku dan aku pun tak sadarkan diri, tapi Diki tidak menyadari nya tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit semua menghitam Kehangatan mulai menyapa tubuhku kembali, darah ku sudah mulai mencair, dan aku mulai membuka mata, kulihat wajahnya yang melemas, di penuh dengan kekhawatiran, dengan baju seragam putih nya yang basah kuyup dan berlumuran darah. ia menyapaku seolah-olah tak terjadi apa-apa. "udah sadar" Aku hanya mengangguk "maaf tadi aku meluk-meluk kamu, aku gak berniat bu.." "gak apa-apa" timpah ku Diki duduk dibangku sebelahku, memandangi ku dengan penuh kasih sayang. "aku mau pulang"
"kamu masih sakit ta, kamu masih sakit" "aku pengen pulang" "yaudahh" aku bangit drai ranjang pesakitan itu, baru saja berdiri beberapa detik, tubuhku terjatuh, dengan cekatan diki pun membantu ku untuk berdiri. tanpa meminta izin dari ku Diki menggendongku. sepanjang perjalanan tak ada celotehan-celotehan dari mulut cerewet Diki.
Part 3: Tiga Bukankah tuhan telah menciptakan kita berpasang pasangan. bukan kah urusan jodoh tuhan yang mengatur? iyaaa, tuhan yang mengatur tapi bukan berarti kita tak perlu berusaha kan? Aku sangat memanfaatkan hari libur untuk beristirahat dirumah atau kumpl-kumpul bersama keluarga bukan malah bermain dan keluyuran tidak jelas. Hari ini kak Gio dan Papa pulang dari luar kota, kak Gio kakak satu-satunya yang aku punya, dia adalah mahasiswa disalahsatu universitas di Surabaya dan papa adalah seorang wartawan disalah satu stasiun tv swasta, dan hari ini mereka berdua pulang kerumah. Karena papa dan kak Gio akan pulang mamah pun mempersiapkan semuanya, termasuk membuat makanan kesukaan mereka berdua, pagi-pagi sekali mamah pergi meninggalkan ku untuk pergi kepasar. Tiba-tiba "tokk tokk tokk.. ita..itaa" Suara yang sangat ku kenal itu jelas terdengar, membuat kedua telingaku panas dengan kesal aku segera mengunci pintu rumah ku dan menaruh kunci itu dilaci. Tak lama "ta,, kamu ada di rumahkan?" suara diki terus terdengar, dia tak berhenti memanggil-manggil nama ku, dan aku tidak menghiraukkan kehadirannya. Ahh sudahlah lebih baik aku kembali duduk dan membaca novel yang aku beli kemarin, beberapa menit berlalu mulut bawel diki tak lagi berkicau, tak lagi terdengar suara nyaring yang sedikit membuat telingaku merinding. Suara diki menghilang lenyap ditelan waktu, tak lama terdengar suara hentakkan kaki, sepertinya diki sudah meninggalkan rumah ku, syukurlah. Lelah membaca novel aku pun pergi ke dapur untuk mengambil segelas air putih tapi baru saja membuka pintu dapur dan DOOOOR seketika aku pun menjerit sangat kencang Ahhhhhhhhhhhhhh, aku berteriak sembari berlari kedepan pintu rumah terdengar diki yang langsung menggedor-gedor pintu dan mencoba membukanya "ta,, taa, ada aphh? Itaa? Tita?? " sembari menggedor-gedor pintu rumah ku. Ku pegang gagang pintu itu dan ku buka tapi tak bisa, ku coba berulang-ulang tapi tetap tak bisa, dengan sekuat tenaga ku coba kembali tapi lagi-lagi tetap tak bisa. aku bingung, aku takut aku tak tahu harus berbuat apa. Ku lihat pintu dapur yang mulai mengeluarkan asap hitam nya, asap itu mulai memenuhi setiap sudut rumah. Membuat nafas ku sesak dan membuat tubuhku terkapar lemas. "tolong gue" teriak ku "iya ta, tenang aku lagi coba buka pintunya. Tolonggg tolongg"teriak diki Tak lama terdengar suara gaduh diluar , mungkin warga yang mencoba memadamkan api tapi pintu belum
juga bisa dibuka "gue gak bisa nafas! Tolong gue!!" mataku mulai sembab "ta, jangan deket pintu ya, aku mau dobrak" Aku pun menjauh dan brugg..brugg...brugg.. Pintu terbuka aku segera berlari kearah diki, ku peluk dia, aku takut, sangat-sangat takut, aku menangis dalam dekapan nya. Tak lama mama pulang, mamah terkejut melihat dapur kami terbakar, dengan panik mama menanyakan ada apa sebenarnya, aku hanya diam, aku tak bisa berkata-kata lagi, aku sudah cukup trauma, mama menangis dan tak lama papa datang disusul dengan kak Gio mereka semua terkejut dengan kejadian ini, papah langsung memeluk mamah, dan kak gio merangkul ku. Setelah warga selesai memadamkan api yang tidak terlalu besar dari dapur kami, aku keluarga beserta si anak bawel ini masuk kedalam rumah. Kak gio memapah ku dan mendudukkan ku di soffa, papa juga memapah mamah dan si diki bawel itu mengikuti kami dari belakang, tak ada yang menyuruh ia masuk, tapi yasudahlah. Mama menanyakan apa yang terjadi dengan nada agak sedikit kesal, aku tak menjawab sepatah kata pun,tapi mamah terus nenanyai aku, mama mengintrogasi aku, mendesakku dengan kata-kata pedasnya seakan-akan akulah yang salah, aku takut melihat mama yang seperti itu, kak gio pun segera memeluk ku dan papa mencoba menenangkan mama. "de coba ceritain tadi ade ngapain aja ko bisa sampai gini?" kak gio mencoba mengorek informasi dari aku dengan nada halus "akuu,, akuu,, akuugak tau ka (aku pun menangis)" "masa kamu gak tau, tadi kamu dirumah kan!" bentak mama "maafin aku mah, (aku menangis kembali)" "udah-udah, coba ceritain kejadian tadi de pelan-pelan aja" sambung kagio " tadi, tadii diki datang dan aku gak mau ketemu dia yaudah aku kunci pintunya, trus aku baca novel, abis itu aku ambil minum kedapur, belum sempet ambil minm,, ada suara meledak dari dapur, aku langsung keluar tapi aku lupa naruh kunci nya itu dimana, maafin aku mah, maafin (sembari menangis)" Mamah hanya diam tak menjawab atau pun mengomentari apa yang aku katakan tadi, dan papa menyuruh kak gio mengantarkan aku ke kamar "om kalau boleh biar saya aja yang anter ita ke kamarnya". Pinta diki Papah hanya mengangguk. Diki mulai memapah ku pergi kekamar, aku tau apa yang aku ucapkan tadi menyakiti hati diki, tapi aku harus mengatakan yang sebenar nya, aku tak suka diki, aku tak mau memberiharapan kosong untuk nya. Kulihat muka diki yang sedikit murung, mungkin karna ucapanku tadi, ahh biarlah. Dilepaskan tangan nya dri pundakku dan aku pun segera berbaring di kasur tapi tangan diki kembali memegang tanganku "ta, maaf gua udah jad.." "iya gak apa-apa. gua cape mau tidur tutup pintu nya"
Dia hanya mengangguk dan segera pergi. Diki kenapa dia yang selalu ada untuk aku, kenapa dia yang selalu siap mengorbankan nyawanya untuk ku, kenapa dia yang selalu menjadi pahlawan untukku. Kenapa dia, kenapa harus orang yang aku benci, ya tuhan ku mohon jangan diki, jangan diki yang engkau ciptakan sebagai malaikat penyelamat aku. Selepas kebakaran tadi aku tak bisa beristirahat dengan tenang, aku masih memikirkan mama, aku takut bagaimana kalau mama benar-benar marah kepadaku. Aku terus memikirkan itu. Aku keluar dari kamar untuk memastikan kalau keadaan rumah sudah kembali normal, aku duduk di sofa, dan tak lama mama mendatangi aku dan duduk disebelah ku, dia meminta maaf atas perbuatan nya tadi, dan mamah juga mengakui ledakan tadi itu karna sebelum pergi mamah memasak air dan mama belum sempat mematikkan kompornya, sebagai anak yang baik aku pun memaafkan mama.
Part 4: empat Tak pernah ada yang sia sia didunia itu karna tuhan memperhitungkan walau seberat biji zarrah. jadi tawakal lah. Pulang sekolah ku lihat kak Gio sedang menunggu ku di depan rumah, dengan celana jeans panjang dan kemeja kotak-kotak warna biru yang di belikan mantan nya dulu, ia berdiri dengan tubuh yang tidak sispek itu sembari tersenyum busuk pada ku. yang sangat sangat ku tahu dibalik senyumnya itu ada sesuatu yang tersembunyi. sungguh picik kaka yang satu ini. "kaka mau kemana?" "mau maen" "sama siapa ka? " "sama kamulah" "idih maen kemana? Aku gamau ah aku cape" "bentar aja de, kaka pengn ngajak kamu ketempat sesuatu" "ogah!" "yaelah de. gue pengen maen kali bete di rumah" "argh" sedikit malas aku pun mengiyakan perkataan ka Gio. aku dan kak Gio pergi kedestinasi wisata yang tak asing bagi ku diBogor entah apa yang kak Gio inginkan dengan berjalan jalan ria tak jelas ini. tiba-tiba makhluk tidak diundang itu datang, beraura negatif, dengan kaus oblong, celana jeans, dan topi hiphop menghapiri kami. oh sungguh sepertinya ini semua sudah direncanakan. benar benar rencana yang payah. "Eh Dik maen kesini juga lo?" tanya kak Gio. "iya io, eh gua denger denger lu kerja di luar kota yak bang? pantesan gua ga pernah ketemu elu." Diki memulai percakapan diantara mereka yang berhasil mendiamkan aku. Kak Gio dan Diki terus bercengkrama, tapi aku? Aku hanya diam, mereka tidak mengajak ku berbicara, mungkin mereka tidak mengaggap aku ada
yap lebih tepatnya aku dilupakan. kami terus berjalan dan mereka berdua semakin asik membicarakan sesuatu yang tak aku mengerti , membosankan!. "ka kita mau keliling keliling terus? kaki lita udah pegel" "yaudah kita duduk disini aja" jawab nya dingin. ah ada apa dengan kakak ku yang manis ini. kami bertiga duduk, selang beberapa lama. macam disinetron sinetron kak Gio pamit pada ku. toilet? ya! alasan yang sangat klasik bukan?. sekarang hanya ada aku dan Diki, tapi selang beberapa waktu ka gio pergi Diki juga meninggalkan ku. Dia tak memberitau aku dia akan kemana. Ya ampun ada apa sih sebenarnya. Beberapa menit Diki pun kembali dia langsung duduk disebelah ku "kak Gio pulang duluan ta, katanya ada urusan, nanti kamu pulangnya sama aku aja" "oh" yaampun ka Gio . Diki memegang pergelangan tangan ku sedikit menarik paksa, ia banyak menceritakan bagaimana dirinya, bagaimana lingkungan disekitar nya, Diki banyak bercerita tentang kekagumannya pada seorang wanita yang sudah ku duga itu adalah aku. Dilihat dari wajah kufikir wanita mana yang tidak menyukai Diki kecuali aku, dan tidak begitu buruk untuk aku benci, tapi sungguh aku tetap tak bisa menicntai nya. Kufikir juga dia tipe cowo setia, buktinya saja dia tetap sabar. Apa aku harus memberinya kesempatan? Tapi apa ini keputusan yang baik. Aduh,, kakiku tersandung batu, hapir saja aku terjatuh, "kakinya sakit gak ta?" Tanya nya, aku hanya mengeleng-gelengkan kepalaku "bentar yak ta" ia merogoh saku kantongnya dikeluarkanlah sebuah pahatan kupu kupu kecil dari kayu, tak berwarna, polos. "ta?" diam sejenak, aku tak menjawab, aku hanya mengarahkan bola mataku ke arahnya. "waktu malem gua bikin ini, gua keinget elu ta. lu kayak kupu kupu ini tau gak. gak terbang, gak jalan, gak idup, gak lari, gak kemana mana. lu diem doang ta. lu bisa gua pegang, lu bisa digenggam, tapi jiwa lu jangankan digengam nyentuh aja gua gak pernah bisa. kenapa gitu yah ta? dulu gua gampang banget deketin cewe, bahkan gampang banget nyakitin danmainin. tapi deket lu semua nya tiba-tiba berubah ta. gua bukan Diki yang dulu ta." aku hanya mengangguk mendengarkannya. Diki memberikan kupu kupu itu pada ku. tanpa persetujuan ku Diki membawa ku kesuatu tempat yang belum pernah ku sentuh. kami menaiki motor Diki untuk menuju tempatnya, setelah sampai kami pun turun dan diki memegang pergelangan tangan ku lagi, kali ini aku tidak melepaskan pegangannya. Kami berjalan di jalan yang berbatu, sesekali aku terjatuh dan Diki meMbangunkan aku lagi. Jalan yang sangat menantang adrenalin pun sangat sulit aku taklukan, akhirnya kaki ku ini tak mampu menahan beban tubuhku, aku lelah, kurasa aku tak kuat lagi, aku tau Diki tidak akan tinggal diam melihat keadaan aku yang seperti ini, dia segera menggendongku, kaki diki tidak seperti kaki ku, kaki Diki siap menopang tubuhku, dan otot-otot Diki juga cukup kuat untuk sekedar menggendong ku, ah Diki terimakasih
Selangkah sampai tujuan sudah terlihat pemandangan indah, dik ini bener-bener kamu yang dulu aku benci kan?. Dia menuruhkan aku lalu mengajakku duduk diatas bebatuan dan melihat pemandangan indah ini, kulihat hamparan sawah dengan berbackground kuning-kuning oranye, udara yang sejuk dan burung-burung yang berterbangan, ya ampun,, indah sekali. Diki memegang tanganku seraya berkata "ta tau gak, waktu lu kedinginan,gara-gara kehujanan, dan idung lu berdarah, terus gue peluk lu, waktu gua pertama kali nengeboncengin lu naik motor gua ini, lu juga inget ga, waktu rumah lu kebakaran, trus elu peluk gua jujur ta, gua seneng banget, lu peluk gue, gua tau lu gak suka sama gua, tapi gua Cuma mau lu anggep gua, lu gak dingin sma gua. gua gak berharap jadi cowo lu, atau jadi orang yang special buat lu, gua Cuma mau lu liat gua, liat pake hati ta bukan pake mata." Hah? Diki. Aku hanya diam menunduk. "gua bersyukur bisa kenal sama lu, gua bersyukur bisa suka sama lu lit, gua ga pernah nyesel kenapa gua bisa suka sama lu sedangkkan lu gak pernah suka ke gua, gua bersyukur banget pernah ngerasain hal yang gak semua makhluk rasain. ta tau gak? semakin lu jutek ke gua semakin gua sayang sama lu. gua gak bisa bilang selama nya gua suka sama lu ta tapi yang pasti sekarang, saat ini gua suka banget banget sama lu. gak peduli lu suka sama gua atau enggak gua tetep sayang sama lu ta" "gua yakin gak ada pengorbanan yang sia sia ta. gau gak pernah cape ta karna gua berjuang bukan buat lu tapi buat cinta gue Seperti sebelumnya aku hanya terdiam..
Part 5: Lima hiii... afwan sanngat sangat nih baru up date lagi.. kerjaan numpuk di gudang haha di baca yaa, di komen juga kalau perlu untuk mengevaluasi .. Sore hari yang cerah berada dalam keheningan tanpa gangguan sangat menyenangkan untuk ku, bagi ku keheningan adalah syair penenang jiwa, penghapus duka, pelibur lara. Karna hening bukan berarti hampa, karna hening bukan pula berarti sepi. Ku nikmati sore ini dengan duduk disofa dekat jendela. Tiba-tiba Jleggerrr.. suara petir menggelegar sangat dahsyat memecah keheningan yang sedari tadi tercipta dan seketika listrik dikomplek ku padam, semua menghitam, hanya ada sinar matahari sore yang sebentar lagi akan tenggelam. "de dimana? Temenin mama ambil lilin yu" teriak mama "ade diruang tamu mah" jawab ku. Tak lama ku lihat mama keluar dari pekat nya gelap. Dengan segera aku pun menghampiri mama, mama segera mengambil lampu lilin dan aku mencari-cari lampu senter. Ku nyalakan lampu senter serta lilin dan mama mulai menaruh lilin yang sudah menyala di setiap ruangan. Di rumah memang hanya ada aku dan mama saja karna kak Gio dan Papah sudah kembali kedunia nya masing-masing. Hari beranjak petang aku kembali duduk di sofa sendiri, tak lama mama membawakan secangkir susu dan sepiring nasi gorong dan langsung memberikannya kepadaku, kurasa mama tau sedari tadi pulang sekolah aku belum makan, hemmm mama yang perhatian.
Jleggerrr... untuk yang kedua kalinya sambaran kilat sangat terlihatdari jendela, menyala bak lampu yang sangat terang terpampang indah bagai lukisan tapi tak abadi. Aku memang bukanorang penakut, tapi aku juga mempunyai rasa takut hanya saja aku tak menampakkan rasa rtakut ku itu kalau tidak terlalu takut. halah ada ada saja yah. Selelsai makan aku segera manaruh piring dan gelas kedapur tak lama aku kembali keruang tamu, ku dapati mama yang sedang duduk berbincang-bincang dengan Diki "hei lit" sapanya "ngapain lo malem-malem kesini?" "gue inget kak gio ama papah kan udah pergi lagi, jadi lo disini cuma berdua, gue takut aja ada kejadian yang enggak-enggak." "ama papah ama papah. Dia bukan bokap lo!" Kulihat baju nya yang basah kuyup kurasakarna kehujanan. "oh,, baju lo basah ganti dulu sana pake yang kak gio aja . ayo gua anter ke kamar kak gio, mah bentar ya" Diki mengikutiku dari belakang saat aku membuka pintu kamar kak gio tapi tiba-tiba lengannya yang dingin memegang lengan ku, dengan refleks aku pun segera membalikkan tubuh, aku terkejut mendapati diki yang sangat dekat dengan ku. Ya tuhan, kumohon jangan sampai terjadi hal-hal yang tak diinginkan, dengan hanya disinari lampu lilin perlahan diki mendekat kepadaku, dan tentu saja aku mundur, tapi diki terus mendekat hingga aku terbentur tembok.diki terus mendekat, tangan nya yang dingin mengunci tubuhku dan membuat aku tak bisa bergerak Diki apa-apaan sih, aku tak bisa memberontak, aku seperti terkena sihir, mulut ku kelu aku tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Aku terdiam mematung. "gue sayang sama lo" diki mengucapkan kata itu tepat ditelinga ku . tak lama suara hentakkan kaki menyadarkan diki dengan segera dia melepaskan tangannya yang mengunci tubuhku "(aku mengangguk) gue, gue ke ruang tamu lagi ya" jawabku dengan sangat gugup Aku kembali duduk diruang tamu, baru saja duduk mama sudah menyuruhku membuat teh hangat untuk diki kata mama, kasian sidiki relain kehujanan cuma buat ngelindungin kita. Dengan sedikit malas aku pun pergi kedapur dan membuat secangkir teh untuk diki.