liburan.info
Charlies Angels Going to Canada Why Canada ? Pada bulan Juli yang lalu, saya bersama ibu saya (58) dan anak perempuan saya (8) berkesempatan jalan-jalan ke Canada selama 9 hari (6 hari di Canada + 3 hari di perjalanan dengan 2 malam transit di Taipei). Beberapa kenalan dan keluarga mengernyitkan kening dan bertanya, kenapa memilih Canada ? Sebelumnya saya pernah traveling ke Eropa, dan jujur, sebenarnya semula saya ingin ke Amerika (USA) tetapi kemudian mundur karena membaca berita-berita di internet, cari visa ke sana sulit luar biasa. Tentu saya tidak mau gambling dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk aplikasi visa.
Travelling abroad harus direncanakan jauh hari sebelumnya. Apalagi saya bekerja dan anak saya sekolah sehingga waktu cuti kantor, libur sekolah, dan kepastian memperoleh visa harus benar-benar match. Setelah membaca berbagai brosur dan browsing di internet tentang objek wisata yang ditawarkan di berbagai negara, maka saya menjatuhkan pilihan ke Canada, tepatnya Western Canada dengan schedule 1 hari di Vancouver, 4 hari di Rocky Mountains, dan 1 hari di Victoria. Kebetulan saya memang gampang jatuh hati pada alam dan bukan pecinta museum - pokoknya ‘have fun go wild’ deh - sehingga penawaran 4 hari di Rocky Mountains benar-benar menantang dan ‘menggugah selera’ saya.
Selain itu, tujuan kali ini toh masih ke Benua Amerika, tidak jauh-jauh dari impian awal saya ke USA. Canada dikenal dengan lansekapnya yang cantik. Beberapa atraksi utama dari negara ini adalah alam liar yang luas, relatif tak berpenduduk, dan pemandangan alam yang spektakuler. “Ready to adventure?” kata saya kepada ibu dan anak saya. Karena “Kita ke sana bukan untuk shopping, bukan untuk lihat gedung atau museum, tapi untuk sightseeing keindahan alam dan wildlife yang menakjubkan.”
Persiapan Keberangkatan
Karena lebih banyak outdoor activities dan menyadari usia sudah 58 tahun, maka sebelum berangkat ibu saya kontrol ke dokter untuk mendapat advis maupun obat-obatan yang dibutuhkan. Ada sedikit kekuatiran karena pasti di sana akan jalan, jalan dan jalan sehingga kaki terutama lutut harus benar-benar kuat. Saya mengingatkan untuk membawa sepatu yang benar-benar nyaman dipakai jalan – tanpa hak dengan sol karet. Untungnya bulan Juli di Canada musim summer dengan suhu udara berkisar antara 23 – 13 derajat Celcius sehingga udara tidak terlalu dingin yang pastinya untuk orang-orang seusia ibu saya akan sedikit banyak berpengaruh pada tulang.
Disesuaikan dengan summer, maka kami membawa pakaian yang ringan, topi, sunglasses, juga warm jacket untuk tempat-tempat higher altitudes selama di Rocky Mountains. Kami juga membawa lotion pelembab dan lipgloss untuk mengantisipasi kulit kering. Paspor adalah tanda pengenal kita selama di luar negeri sehingga ke manapun kita pergi harus dibawa. Saya menganjurkan membawa tas pinggang yang cukup untuk memasukkan paspor dan dompet sehingga memperkecil kemungkinan tertinggal atau lupa menaruh karena melekat terus di badan. Ke mana-mana kami membawa satu tas ransel untuk tempat snack, tissue basah, air mineral, dan kamera.
Tour yang kami ikuti excludes makan. Untuk pagi breakfast pasti di hotel, lunch di tempat wisata, namun dinner kami harus cari sendiri. Oleh karena itu kami berbekal makanan instan seperti popmie, sereal, dan sambal sachet – kali aja di sana susah cari makan karena harus mempertimbangkan halal tidaknya serta menyesuaikan dengan selera. Terbukti bekal tersebut amat sangat berguna – terutama sambal untuk membangkitkan selera makan karena terus terang lidah kami kurang cocok dengan makanan mereka, mungkin karena di setiap menu mereka ada pilihan daging babi sehingga untuk kami yang muslim membuat perut terasa enek. Kami hanya membawa makanan-makanan tersebut dalam jumlah kecil karena dengar-dengar pengawasan barang bawaan ketat sehingga kemungkinan akan dibuang apabila jumlahnya dianggap terlalu banyak.
Sewaktu bepergian ke Eropa,saya masih dianjurkan membawa makanan seperti rendang dan abon namun untuk perjalanan ke benua Amerika saya tidak mau ambil risiko karena daging dan buah dilarang masuk. Pengalaman saya sewaktu di Eropa membuat saya berulang kali mengingatkan ibu saya agar jangan sakit hati apabila nantinya ada http://liburan.info
Menggunakan Joomla!
Generated: 13 January, 2017, 19:00
liburan.info
personal belonging yang dibuang petugas imigrasi begitu saja karena dianggap melanggar ketentuan. Memang tampaknya saya agak paranoid he .. he .. tapi ternyata dalam perjalanan kami bertemu dengan orang Indonesia yang membawa make-up (bedak dan lipstick) pun tidak berani karena takut dibuang petugas.
Mata uang yang digunakan di Canada adalah Canadian Dollar dengan kurs mirip-mirip US Dollar. Namun mencari di kota tempat tinggal kami - Surabaya -sangat sulit walau sudah pesan jauh hari sebelumnya di money changer, karena memang jarang orang jual beli mata uang tersebut. Akhirnya saya membawa US Dollar untuk kemudian ditukar di airport di Canada dengan nilai tukar yang ternyata masih bagus.
Untuk ke Canada, berharap dapat mengikuti tour bersama peserta dari Indonesia tidak mudah. Peminat ke Canada tidak banyak, sedang keberangkatan harus memenuhi jumlah minimal peserta tertentu. Akhirnya kami memberanikan diri membeli tour di tempat tujuan, dengan konsekuensi meng-arrange akomodasi dan segala sesuatunya di sana sendiri, mengikuti tour dengan guide berbahasa Inggris dan peserta tour dari berbagai negara. Syukurlah di belakang hari kami mendapat hikmah dari pengalaman berharga yaitu mandiri di luar negeri, serta mengirit kocek karena selisih biaya tournya jauh lebih murah. Jadi, berangkatlah kami, 3 cewek dari 3 generasi (ibu, anak, cucu) berpertualang ke Canada ! Charlie’s Angels ‘qalee…..
Dengan pesawat China Airlines kami berangkat dan transit di Taipei satu malam. Di Taipei hotel dan makan disediakan oleh China Airlines tapi paspor kami ditahan dan tidak diizinkan bepergian keluar hotel karena statusnya sebagai tamu transit. Kami juga diwanti-wanti untuk selalu mengenakan sticker yang ditempel di baju sebagai identitas tamu transit. Lesson number one, jangan pernah lupa menaruh satu stel pakaian ganti dalam tas yang kita tenteng (yang ditaruh di kabin pesawat). Ternyata sekalipun kami transit satu malam di Taipei, seluruh koper yang kami letakkan di bagasi pesawat langsung diterbangkan ke Canada. Karena tidak membawa pakaian ganti dan keperluan menginap lain dalam ransel kami, maka kami sedikit kesulitan karena harus membeli, sementara tidak diperbolehkan keluar dari hotel.
Keesokan harinya berangkat ke Vancouver yang memakan waktu 11 jam. Perbedaan waktu antara Jakarta dan Taipei hanya 1 jam lebih cepat. Tetapi dengan Vancouver selisih waktunya sampai 9 jam sehingga sesampainya di Vancouver kami mengalami jetlag.
Baik di Taipei (Taoyuan Airport) maupun Vancouver, airportnya besar dan bersih sekali. Di Taoyuan terdapat ribuan lampion bergambar warna-warni, sebagian besar lukisan anak-anak Taipei bertemakan keluarga, tokoh kartun, permainan, lingkungan, dll. Yang namanya kursi roda di setiap sudut ada, sehingga orang-orang yang memerlukan dengan mudah dapat mengambilnya. Bahkan sampai kacamata juga disediakan di tempat di mana kita harus mengisi formulir, dan herannya juga dalam berbagai ukuran yang dibedakan dengan Low, Medium dan High.
Saya perhatikan semua orang bekerja dengan cepat, praktis, disiplin, benar-benar memberi kemudahan kepada orang lain dan mendahulukan kepentingan umum. Petugas sangat ramah dan helpful, tanggap dan membantu dengan tuntas. Pada saat anak saya menanyakan di restoran mana kami dapat mencari makanan halal bagi Muslim, petugas menuliskan pesan dengan huruf Cina di secarik kertas untuk diberikan kepada pelayan restoran, kuatir rekannya yang tidak dapat berbahasa Inggris tidak mengerti yang kami maksud.
Di Vancouver, seorang petugas cewek tidak hanya menunjukkan arah counter maskapai penerbangan yang kami tanyakan, tapi dengan senang hati mengantarkan kami hingga ke counter dimaksud, padahal letaknya di lantai lain yang cukup jauh dari tempatnya bertugas.
Setiba di Vancouver International Airport, setelah mengambil bagasi kami dijemput oleh seseorang yang telah menunggu dengan membawa karton bertuliskan nama saya, karena kami sudah memesan city tour untuk hari itu. Steven nama guide itu, mengantar kami ke Hotel Hampton Inn untuk menyimpan koper. Kemudian kami menjemput 5 orang tamu lain peserta tour yang berasal dari Toronto. http://liburan.info
Menggunakan Joomla!
Generated: 13 January, 2017, 19:00
liburan.info
City tour di Vancouver, kami diajak melihat Stanley Park, Gas Town, China Town dan daerah khusus orang-orang Gepeng (gelandangan dan pengemis). Stanley Park adalah semacam kebun raya dengan luas 1.000 ha, banyak patung/totem Indian dan dikelilingi oleh pohon2 besar yang rindang dengan bangku-bangku taman untuk bersantai. Penduduk Vancouver tampak berseliweran, jogging, naik sepeda, main sepatu roda/skate board, mengajak jalan-jalan bayi dan relax sambil memberi makan unggas seperti burung, itik, maupun Canada geese yang banyak di sekitar taman. Suasananya sangat peaceful.
Di Gas Town terdapat jam seperti Jam Gadang di Bukittinggi, yang dijalankan oleh tenaga uap. Di sekitar Steam Clock ini terdapat café-cafe yang kursi-kursinya di taruh di luar (outdoor) dan sekelilingnya dihiasai dengan tanaman bunga warna-warni. Kami juga melewati daerah yang oleh Pemerintah Vancouver ditetapkan sebagai daerah khusus untuk orang2 homeless dan jobless. Mereka dapat dilokalisir di satu areal karena di sana pemerintah menyediakan free meal. Ngeri deh waktu mobil kami lewat di daerah itu. Mereka berpakaian semaunya, duduk-duduk di pinggir jalan, minum minuman keras, minta uang untuk makan. “Do not stare or point at them!” pesan Steven. Di daerah itu jendela rumah-rumah memakai jeruji besi.
Pada akhir tour Steven mengantar kami kembali ke Hotel. Keesokan harinya, kami akan ditemani oleh tour guide yang lain untuk ke Rocky Mountains. Steven berulangkali memastikan agar kami tepat waktu untuk tour keesokan harinya. “Six thirty sharp ! Please be on time !” katanya. Mungkin karena pengalaman selama ini dengan orang Indonesia sering jam karet ya … he he … Setelah kembali ke hotel, sambil melemaskan kaki kami bertiga jalan-jalan ke Yaohan Center (Shopping Center) yang letaknya sekitar 20 menit berjalan kaki dari hotel. Kotanya sangat lengang. Mobil banyak di parkiran tetapi orangnya nggak ada yang nongol. Karena melihat kebiasaan orang yang tertib, kami sangat berhati-hati memilih sisi jalan mana yang diperbolehkan untuk pejalan kaki. Orang di sana pantang menyeberang apabila tidak di tempat penyeberangan. Sekalipun tak satu pun ada kendaraan yang sedang melintas, mereka lebih baik terus berjalan kaki sampai menemukan tempat khusus menyeberang bagi pejalan kaki. Ada rasa malu kalau sampai melanggar peraturan lalu lintas. Apalagi membawa nama sebagai turis Indonesia bo !
Nggak terasa melihat ini itu, ternyata sudah jam 20.00. Begitu kami keluar dari Yaohan, kami sempat kaget karena masih ada matahari dan hari masih terang-benderang. Ternyata selama bulan April s.d. Oktober, “siang” di Canada jauh lebih lama dari lazimnya kita di tanah air. The sun goes down in just 4 hours ! 11 pm until 3 am. Bayangkan saja, sampai jam 22.00 masih petang belum lagi gelap, sehingga waktu sholat lima waktu harus benar-benar disesuaikan. Adapun pagi seperti biasa jam 3 pagi sudah mulai terang kembali.
Sesampainya di hotel seseorang bernama Ben menelepon untuk konfirmasi keikutsertaan kami dalam tour besok. Namun dengan nada tidak bersahabat ia memberitahukan bahwa ini adalah tour berbahasa China, bukan bahasa Inggris. Tentu saja saya tidak terima dan menelepon emergency contact di kantor pusat agen travel tersebut di Amerika, yang boleh kami hubungi in case ada masalah di tengah perjalanan. Saya complain dan menegaskan bahwa sejak awal kami dijanjikan tour dengan pemandu berbahasa Inggris. Nggak tahu bagaimana mereka meng-handle-nya, tak lama kemudian Ben menelepon ulang dengan sangat ramah yang berbeda dengan teleponnya yang pertama dan mengatakan bahwa nothing to worry about dan dia akan take care kami bertiga dengan bahasa Inggris. Pada kenyataannya selama tour di Canada dia menjadi guide yang paling baik dan perhatian pada kami. Thanks God.
Jam 05.50 turun ke lobby untuk breakfast sekaligus check out. Karena jam 06.30 sudah akan dijemput untuk mengikuti Canadian Rockies Tour selama 4 hari. Kami menggunakan bis turis, dengan guide Ben dan driver Jo (keduanya keturunan China). Selain kami bertiga, peserta lain datang dari Toronto, Los Angeles, Hong Kong dan Singapore, namun semuanya orang Asia keturunan China. Seluruhnya kami berjumlah 18 orang. Ben memandu dengan 2 bahasa. Inggris untuk kami bertiga sedang yang lainnya Mandarin. Yang special, Ben menempatkan kami di tempat duduk terdepan dekat tempat duduknya, supaya memudahkan kalau ada yang ingin kami tanyakan.
Perjalanan sungguh menyenangkan, hampir setiap 1.5 jam selalu berhenti untuk ke washroom/toilet yang tidak pernah bau, bersih, kering, dengan budaya antri yang tertib dan membuat kita nyaman. Sepanjang jalan mata kita dimanjakan http://liburan.info
Menggunakan Joomla!
Generated: 13 January, 2017, 19:00
liburan.info
dengan pemandangan yang luar biasa indah, seperti di postcard atau kalender. Gunung batu terjal dengan salju di lereng-lerengnya serta air terjun mengalir di tengah-tengah, sungai dangkal berarus deras yang cocok untuk rafting, dengan air jernih sehingga bebatuan di dasarnya kelihatan, hamparan pohon cemara/pinus menghijau merupakan perpaduan yang sangat indah antara hitam bebatuan gunung, putih salju, hijau pohon serta biru mudanya sungai. Pemandangan tersebut ada di kanan kiri jalan sepanjang 4 hari Rocky Mountains Tour. Tidak salah kalau seorang turis pernah menuliskan bahwa Canada mungkin dapat dinamakan negara dengan beribu gunung dan berjuta pohon pinus. Di situlah juga sumber asal segala air. Lapisan-lapisan es dan gunung-gunung es yang mencair pada musim panas, mengalir ke dalam Samudra Atlantik dan Pasifik, dan air itu kemudian menguap menjadi awan dan disebarkan oleh angin ke seluruh penjuru alam dan turun kembali menjadi hujan di mana-mana di seluruh pelosok dunia.
Ternyata Canada adalah negara dengan wilayah terluas di dunia setelah Rusia, dan terdiri dari 6 zona waktu yang berbeda. Dari selatan sampai utara wilayahnya, berjajar mountain ranges yang terdiri dari Coast moutain range, Cascade mountain range, Columbia mountain range, dan Rocky mountain range. Jajaran pegunungan bersalju ini memang sudah tampak dari atas pesawat begitu kami memasuki wilayah Canada dari Taipei. Luar biasa indahnya… No words can say ! Gunung-gunung bertaburan di seluruh permukaan tanahnya dari ujung ke ujung sejauh mata memandang. Tumpukan es yang ratusan meter tebalnya meliputi permukaan gunung-gunung yang ribuan kilometer persegi luasnya. Kami mengunjungi puncak dunia yang sesungguhnya, dan menyaksikan apa yang benarbenar dapat disebut sebagai atap dunia. Nama “Canada” berasal dari kata “Na Da” ungkapan orang Spanyol yang artinya kira-kira “Eh, ga taunya ga ada apa2” ketika mendarat di daratan ini. Sedang Kanada sendiri dalam bahasa Indian – penduduk aslinya – berarti small village.
Hari ini mula-mula kami menuju pabrik ginseng yang menurut Ben ginseng di Canada kualitasnya jauh lebih baik dari aslinya di China. Kami diperlihatkan bagaimana mencuci, mengeringkan, memilah, dan memproses ginseng menjadi berbagai macam produk : permen, bubuk, minuman. Pemilik maupun pekerjanya semua orang China. Ternyata di Canada banyak sekali dijumpai orang China yang bekerja baik di lingkungan pemerintah (Bahkan Gubernur Jenderal Provinsi British Columbia pun pernah dijabat oleh orang China !!) maupun sector swasta seperti hotel, restaurant, pariwisata, industri, pertanian, perdagangan, dll. Kabarnya mereka banyak bermigrasi ke Canada setelah peristiwa berdarah di Lapangan Tiananmen. Sungguh mereka adalah pekerja keras yang ulet dan tangguh sehingga bisa sukses di mana-mana.
Dari pabrik ginseng kami menuju air terjun Sphahat Creek Falls dengan tinggi sekitar 215 m, curam sekali, dan airnya deras tercurah dari celah di antara apitan 2 gunung yang amat terjal untuk kemudian terjun bebas membentuk sungai di bawahnya. Kalau melihat lokasinya cukup seram karena berada di ketinggian, dan akses ke sana adalah jalan setapak kecil dengan kanan-kiri hutan pinus yang lebat, tetapi pengamanannya sangat baik dengan sisi-sisi pagar besi yang kuat sehingga tidak perlu takut terjatuh.
Malam itu kami menginap di penginapan kecil bernuansa Indian di kota kecil bernama Valemount. Valemount berasal dari kata valley in the mountain. Bangunan hotel yang bernama “Canoe Mountain Lodge” ini berbahan utama kayu, suasananya seperti hotel di film-film koboi dan tanpa lift sehingga saya agak repot juga membawa koperkoper kami ke kamar yang terletak di atas. Tapi capek saya terobati setelah masuk ke kamar karena view setiap kamar ternyata adalah gunung-gunung bersalju (karena kota Valemount memang lembah yang dikelilingi deretan gunung). Tak henti-henti kami mengagumi kebesaran Tuhan karena sambil berebah di ranjang kami bisa memandang pegunungan salju dari jendela kamar sepuasnya hingga hari mulai gelap sekitar pukul 10.30 p.m.
Tamu-tamu hotel selain kami, datang menggunakan mobil-mobil jeep gede seperti Hummer dan banyak yang membawa serta anjingnya. Tidak sedikit tamu yang tampak sudah berumur namun masih bugar dan datang dengan menggunakan motor gede. Padahal jalanan kan nanjak terus ya, tapi lebar dan mulus sehingga tampaknya bagi mereka no problem. Rata-rata tujuan mereka adalah 4 national park yang tersebar mengelilingi Rocky Mountains yaitu Jasper National Park, Banff Nat. Park, Yoho (artinya dalam bahasa Indian “gembira”) Nat. Park, dan Cuchnoy Nat. Park. Sepanjang jalan banyak ditemui mobil semacam mini caravan (di sana mereka menyebutnya RV – Removeable Vehicle) lalu-lalang di jalanan. Menurut Ben, RV tersebut mereka sewa dengan biaya bila dikurskan sekitar Rp 8 juta per hari.
http://liburan.info
Menggunakan Joomla!
Generated: 13 January, 2017, 19:00
liburan.info
Malam itu sebelum tidur kami bertiga jalan-jalan keluar hotel untuk cari makan malam. Angin sangat besar hingga menimbulkan bunyi menderu. Ternyata hotel kami terletak di pinggir highway dan tidak banyak bangunan di sekitarnya. Namun anak saya Fara senang karena tidak jauh kami menemukan restoran A & W. Hanya saja ibu saya sempat shock karena ketika saya dan anak saya sedang mengambil gambar pemandangan dan ibu saya menunggu di tepi jalan besar, sebuah mobil penuh dengan lelaki berperawakan besar dan bertattoo melambat di depannya dan seseorang di antaranya berteriak “Hi Baby !!“ Wuih, untung mereka segera berlalu dan tidak bertindak macam-macam. Pada hari-hari selanjutnya anak saya berpesta junk food setiap malam karena untuk amannya (halal dan harga standar) saya selalu mencari makan di restaurant fast food seperti Dairy Queen dan KFC.
Jam 06.00 semua peserta tour sudah berkumpul di lobby hotel dan check out. Ben mengingatkan agar mengecek personal belonging jangan sampai ada yang tertinggal. “Don’t forget your passport, your wallet, your glasses, your teeth …” katanya bercanda. Ben juga mengingatkan agar kami tidak tidur sepanjang perjalanan karena pemandangan akan really really incredible. “You’re not going here a long long way just to sleep, right ? The real adventure begins today ! ”.
Karena hotel tidak menyediakan sarapan, maka kami menuju restoran Korea di dekat hotel. Restorannya cukup unik karena semua sisi dindingnya penuh dengan tanda tangan turis yang datang, tanggal kedatangan beserta tempelan lembaran uang kertas dari negaranya masings. Jadi sudah disediakan spidol dan lem untuk menempel uang kertas dari negara kita ke dinding sehingga tidak sulit untuk melihat tamu yang membubuhkan tanda tangan berasal dari negara mana. Diantara ribuan tanda tangan kami menemukan satu lembar uang kertas Rupiah dari Indonesia. Saya sempat menyuruh anak saya juga menuliskan namanya “Fara, Surabaya – Indonesia” tapi minus lembaran uang Rupiah karena sulit mengambilnya di koper dalam bagasi bus.
Baru 5 menit keluar dari restaurant, bus kami distop oleh cewek gagah gendut judes berseragam. Rupanya dia semacam petugas DLLAJ kalau di Indonesia, yang sedang melakukan cek kelayakan kendaraan secara random. Hari itu pas bus kami ketiban sampur distop untuk proses checking. Ben sudah tampak gelisah dan bolak-balik melihat ke jarum jam. Baru kami tahu bahwa yang namanya cek kelayakan jalan itu di Canada betul-betul totally, dalam arti tidak sekedar formalitas dan memakan waktu paling tidak 30 menit sedang Ben harus mengejar schedule wisata. Tak lama datang armada dari DLLAJ beserta beberapa orang petugas berseragam montir. Driver ditanyain license, kotak P3K serta surat bukti service terakhir. Seluruh panel di bus, tidak terkeculi, harus dicoba apakah masih berfungsi atau ada yang rusak. Jo, driver kami juga harus melakukan beberapa perintah petugas berkaitan dengan kompetensinya sebagai seorang driver yang membawa kendaraan sebesar bus kami. Kami penumpang tetap di dalam bus dan sempat deg-degan takut driver yang baru berusia 23 tahun itu tidak bisa menjawab pertanyaan atau melakukan perintah petugas dengan benar. Supaya tidak tegang, petugas montir yang kebetulan mirip Brad Pitt bintang film terkenal itu mengajak penumpang ngobrol. Wow !! katanya ketika dia tahu kami berasal dari Indonesia. Anda tidak rugi datang dari negeri yang sangat jauh karena Canada memang indah. “You’ll see it soon after!” katanya.
Syukurlah, semua berjalan aman. Bus dianggap laik jalan dan boleh melanjutkan perjalanan. Kami semua bertepuk tangan karena Jo yang masih muda itu ternyata bisa diandalkan. Beda dengan si Brad Pitt yang ramah, pada saat bus melaju kembali si gendut judes tetap memasang wajah jaim di mobilnya sambil kutak-katik laptop untuk bikin laporan.
Hari ini kami menuju air terjun lagi bernama Athabasca (juga bahasa Indian) yang tidak kalah menakjubkan dibanding Sphahat di hari sebelumnya. Bedanya kalau yang menonjol dari Sphahat adalah ketinggiannya maka Athabasca besar dan lebar.
Dari Athabasca kami menuju Columbia Icefield. Inilah yang dimaksud Ben sebagai the real adventure dan merupakan UNESCO World Heritage Site.
Columbia Icefield adalah areal seluas 325 km2 dan merupakan bagian es terbesar di Rocky Mountains. Titik tertinggi adalah Mt. Columbia, 3.745 m. Di sana terdapat hamparan padang es bernama Athabasca Glacier seluas 6.000 m2 dengan ketebalan es sampai 365 m yang terbentuk dari tumpukan salju selama lebih dari 400 tahun. Glacier ini http://liburan.info
Menggunakan Joomla!
Generated: 13 January, 2017, 19:00
liburan.info
sesungguhnya river of ice. Sebenarnya sungai es ini bergerak namun amat sangat perlahan sehingga kita tidak dapat merasakan maupun melihat pergerakannya. Total ada 8 glacier di Rocky Mountains dan Athabasca adalah glacier kedua. Lagi-lagi kami merasa beruntung memilih datang ke Canada pada waktu yang tepat karena ternyata Columbia Icefield yang terletak di Jasper National Park ini hanya dibuka pada musim panas. Pada musim-musim lainnya tidak memungkinkan dikunjungi lantaran suhunya dhuiiingiiinn….. buanget gitu lho!
Sesampainya di Icefield, sambil menunggu antrian bus menuju ke hamparan es, kami makan siang terlebih dahulu di satu-satunya restoran yang tersedia. Restorannya cukup mewah dengan pilihan menu utama maupun dessert yang bervariasi. Seorang pelayan berwajah Indonesia dengan name tag ‘Putra’ melayani kami dan saya mencoba bertanya dari mana asalnya. Mula-mula dia langsung menjawab “No, no… I’m not Phillipines” karena ternyata banyak yang menyangka dia orang sana dan dia juga mengira kami dari Filifina. Betapa senangnya dia ketika tahu kami sama-sama dari Indonesia. Selesai melayani tamu dia ngobrol di meja kami dan dia mengaku sedang bersekolah di Canada. Dia cukup surprise dengan travelling cost kami dan menganggap kami beruntung karena dapat harga sangat murah. Satu dua orang petugas restoran lainnya ternyata juga orang Indonesia namun sedang off.
Selesai makan, dengan shuttle bus yang dikemudikan oleh seorang cewek cakep, tegap tinggi besar dan ramah kami dibawa dari main building menuju halte kendaraan khusus yang disebut Brewster Ice Explorer – bus besar dengan roda super gede setinggi kepala manusia. Roda dibuat besar supaya kendaraan bisa stabil saat naik turun di areal icefield. Hii…. serem banget deh rasanya ketika bus menukik ke bawah atau menanjak ke atas dengan kemiringan 30-45 derajat. Rasanya akan terjungkal atau terbalik, tapi ternyata bus tetap stabil berjalan. Belum lagi memikirkan apa yang akan terjadi apabila lapisan es tersebut tidak cukup kuat menahan beban kendaraan seberat itu. Kalau sampai pecah, di bawah lapisan itu kan mengalir sungai es ! Langsung anak saya teringat film animasi untuk anakanak Ice Age dan Brother Bear yang setting-nya memang daerah Amerika Utara. Dalam perjalanan kami melihat banyak pohon-pohon semacam pinus namun berukuran lebih pendek dan ternyata usianya sudah lebih dari 400 tahun ! Mengapa tidak kunjung tua dan tidak tumbuh menjulang ? Ben menjelaskan “They are sleeping. “ Pohon itu tertidur saking dinginnya. Semacam mati suri mungkin ya.
Di tengah-tengah padang es kami boleh turun dari bus dan diberi waktu selama 25 menit, karena harus bergantian dengan pengunjung lain yang menurut catatan ada sekitar 4.000-5.000 orang setiap harinya. Di sana orang-orang mengambil foto, dan ada juga yang memasukkan air glacier ke dalam botol air mineral untuk kenang-kenangan atau langsung diminum. Berjalan di hamparan es tentu harus berhati-hati terhadap bagian es yang tipis dan berwarna kebiruan. Saya bahkan sempat terperosok sampai selutut sehingga sepatu, kaos kaki, dan celana jins saya basah. Tangan saya pun sempat luka tergores ketika menahan tubuh dan terkena bagian es yang runcing. Sudah udara yang ada dingin membekukan, dengan pakaian basah terasa lebih dingin lagi. Kecian deh. Beberapa bus baru datang dan kami harus segera naik bus kami lagi untuk kembali ke halte dan selanjutnya ke main building. Selain dengan bus khusus tadi, pengunjung juga bisa membeli paket berjalan di sepanjang glacier dengan dipandu guide khusus. Jadi dalam satu kelompok sekitar 15 orang, guide di depan dan memilih lapisan es yang aman diinjak sementara peserta lain berjalan di belakangnya membentuk satu baris seperti ular, mengikuti setiap langkah guide karena kalau sembarang melangkah bisa terperosok ke dalam sungai es.
Dalam perjalanan pulang kami mampir ke Banff, kota kecil yang cantik dikelilingi gunung dengan rumah-rumah penuh bunga warna-warni sehingga dijuluki The Switzerland of Canada. Selanjutnya kami menuju kota Calgary tempat kami akan menginap satu malam. Sepanjang jalan kami masih disuguhi pemandangan gunung-gunung batu dengan berbagai bentuk yang membuat mereka diberi nama sesuai bentuknya. Titanic Mountain (karena mirip kapal Titanic), Three Sisters Mt., The Castle Mt., Sleeping Indian Mt., adalah beberapa di antaranya. Oh ya, binatang yang menjadi icon di Rocky Mountains ini adalah beruang dan rusa. Di mana-mana kami menemukan patung dan boneka mereka. Apabila beruntung kami bisa menyaksikan mereka pada saat mereka mencari makan. Ben menerangkan bahwa beruang ada 2 macam yaitu yang berwarna hitam berukuran besar dan berbahaya sedang yang berwarna coklat berukuran kecil tidak berbahaya. Di Canada ada ungkapan “Hi Deer !” apabila kita bertemu rusa dan “Bye Bear !” apabila kita bertemu beruang karena harus ambil langkah seribu alias lari.
Calgary adalah kota dengan warna country yang kental, Di mana-mana terlihat orang bertopi cowboy, namun terus terang baru di sini kami melihat cukup banyak wanita-wanita berbusana muslim. Bahkan hotel besar tempat kami menginap, Coast Hotel & Resort, GM-nya juga orang muslim. Coast Hotel adalah hotel modern namun untuk http://liburan.info
Menggunakan Joomla!
Generated: 13 January, 2017, 19:00
liburan.info
menyesuaikan dengan irama country maka lobby-nya didisain mirip kandang kuda dengan jerami sungguhan, pelana dan sepatu kuda, selimut Indian, penggaruk jerami, drum kayu dan papan-papan kayu khas cowboy. Seru juga !!
Pagi jam 06.45 breakfast di hotel kemudian check out. Dalam Canadian Rockies Tour ini kami memang tidak pernah menginap di sebuah kota lebih dari satu malam. Kami berpindah-pindah hotel setiap hari sehingga barang bawaan juga harus yang praktis dibongkar tiap malam dan ditata kembali tiap pagi. Pada awal hari Ben selalu menjelaskan schedule dan arrangement untuk hari itu. Berapa lama perjalanan bus, berapa lama di tempat wisata, berapa lama walking around dan jam berapa harus berkumpul lagi bersama rombongan, jam berapa dan berapa lama harus memanfaatkan waktu untuk makan siang. Pada akhir hari pada saat pembagian kunci kamar hotel, Ben juga selalu memberitahukan pukul berapa kami harus turun untuk makan pagi dan pukul berapa bus akan meninggalkan hotel. Jadi setiap malam begitu masuk kamar, saya langsung memanfaatkan fasilitas morning call di samping memasang alarm sendiri di cellular phone untuk jaga-jaga. Sebab risikonya, malu kalau sampai peserta lain harus menunggu kami dan yang paling parah, bisabisa ditinggal oleh bus dan rombongan. Gawat kan.
Hari ini schedule kami ke naik ke Sulphur Mountain yang terletak di Banff dengan menggunakan Gondola. Ketinggian sekitar 7.500 m kami tempuh dalam waktu 10 menit. Mirip gondola di TMII namun yang ini lebih mendebarkan karena terus menanjak. Dalam perjalanan kami bisa menikmati kota Banff dari ketinggian. Di atas sangat dingin, berangin dan berkabut. Terdapat 2 puncak gunung yang dihubungkan dengan jalan namun kami tidak diperkenankan menuju gunung satunya karena waktu tidak memungkinkan. Harga ticket adalah CAD$ 36 per orang.
Dari Sulphur Mt. Kami menuju Lake Louise. Menurut cerita, nama tersebut adalah nama putri keempat dari pasangan Pangeran Albert dan Putri Victoria yang paling cantik dari ketiga putri lainnya. Lake Louise adalah danau berwarna biru (turqoise, tepatnya) jernih dengan latar belakang dua gunung dan pepohonan pinus serta glacier di tengah-tengahnya. Air danau berasal dari glacier tersebut. Glacier tersebut bernama Victoria dan danaunya diberi nama Louise sehingga glacier dan danau tersebut diumpamakan sebagai seorang ibu yang tengah menggendong anak perempuannya.
Di Lake Louise terdapat Hotel Fairmont Chateau Lake Louise dengan restaurant paling mewah selama perjalanan kami. Namanya Victoria Room. Keren abis ! Ruangannya amat sangat luas, wall to wall carpet, pelayan dengan seragam selalu tersenyum siap melayani kami, pemandangan ke luar jendela yang langsung ke arah Lake Louise, dan hidangannya luar biasa baik macam, rasa maupun jumlahnya. Pokoknya pengunjung benar-benar serasa raja dan ratu di sana. Belum lagi di lantai bawah ada seorang pemain harpa cantik dengan busana putri kerajaan memainkan harpanya sambil menjual CD rekamannya.
Tapi itu belum seberapa dibanding Lake Louise sendiri. Kami betul-betul speechless, terpana dan tak mampu berkatakata. Orang sana bilang, breathtaking. Rasanya tidak percaya berada di sana dengan segala keindahan di depan mata. Saking indahnya pemandangan di sana, digambarkan sbb : “ There is a treasure in Canada, which is the Rocky Mountains. There is a jewel in the Rockies, which is lake Louise.” Sementara saya asyik berfoto-foto dengan anak saya, ibu saya hanya duduk takjub menatap pemandangan dan seorang turis di sebelahnya berkata “I don’t wanna go anywhere. I just want to spend my time sitting here. Just watching. It’s unbelieveable… “. Pantas saja kalau Lake Louise disebut “A diamond in the wilderness”.
Setelah selama 2 jam lebih di sana, tak terelakkan akhirnya kami harus meninggalkan Lake Louise menuju Bow Falls (air terjun) yang pemandangannya juga sangat indah di mana bintang film legendaris Marlyn Monroe pernah membuat film “River of No Return”.
Dalam perjalanan menuju kota tempat menginap berikutnya yaitu Vernon, sepanjang jalan saya melihat betapa subur dan luasnya Canada. Peternakan ada di mana-mana – sapi, kuda, kambing digembalakan di areal yang amat hijau. Rumput yang sudah dipotong digulung dan dipackaging berupa gulungan yang rapi, tampak di mana-mana untuk persiapan makanan ternak pada musim dingin. Pantas saja ternak mereka gemuk-gemuk ya, tidak seperti di negeri kita sendiri. http://liburan.info
Menggunakan Joomla!
Generated: 13 January, 2017, 19:00
liburan.info
Seperti biasa, pagi breakfast jam 06.45 dan check out. Hari ini kami pulang menuju Vancouver dan dalam perjalanan kami mampir di Jammery. Pabrik sekaligus showroom jam/selai dengan bermacam-macam rasa dan the dengan bermacam aroma. Seluruhnya terbuat dari tanaman organic.
Dari sana kami menuju kebun apel, cherry dan peach di daerah Kelowna dengan jumlah tanaman lebih dari 200 ribu pohon. Kami diajak berkeliling dengan semacam wagon/kereta sambil mendengarkan penjelasan pemilik. Hebatnya dengan luas areal dan jumlah tanaman sebanyak itu pemilik tidak mempekerjakan orang lain selain anggota keluarganya yang hanya beberapa gelintir orang. Bayangkan betapa efisien dan efektif cara kerja mereka. Mereka juga mengekspor apel yang ditattoo sehingga lebih eksklusif (lambang hotel/restaurant, tulisan nama pengantin, dll sesuai permintaan buyer) dan banyak melayani permintaan hotel dan restaurant dari seluruh penjuru dunia. Oh ya di sana pengunjung dilarang keras memetik daun atau buah apa pun dari pohon dan bila melakukan dikenakan denda $ 5 setiap buahnya. Di sana kami juga dipersilakan mencicipi wine yang terbuat dari apel yang betul-betul “Maknyoss.. “ rasanya. Selain wine mereka juga menjual berbagai produk olahan kebun seperti keripik, sereal dan manisan.
Setelah kebun apel, tempat lain yang kami kunjungi adalah Winery atau pabrik wine lengkap dengan kebun anggurnya. Di sana kami juga diperbolehkan mencicipi bermacam-macam wine dan diajarkan cara mengenali wine yang bagus baik melalui penglihatan maupun penciuman.
Siang hari kami menuju Okanagan Lake, masih di Kelowna untuk makan siang. Daerah-daerah di Canada memang kebanyakan masih memakai nama yang digunakan penduduk asli Indian seperti Kelowna yang artinya city of water atau lake country saking banyaknya danau di daerah tersebut. Dalam Okanagan Lake konon ada monster naga besar bernama Ogopogo. Tapi setelah melihat patung naga tersebut di pinggir danau kami tertawa geli karena naganya kurang seram malah cenderung lucu seperti di film kartun.
Karena Ben adalah keturunan China, maka dalam perjalanan pulang kami diajak mampir ke sebuah tugu The Last Spike. Ben mengisahkan, dalam sejarah untuk membangun rel kereta api di Canada, pada abad ke-18 didatangkan 18.000 orang China ke Canada. Karena kekurangan makanan dan cuaca yang sangat buruk akhirnya sekitar 6.000 orang di antaranya meninggal dunia. Ironisnya pada tugu peringatan tersebut ada lukisan besar yang menggambarkan pemasangan paku rel terakhir oleh pejabat-pejabat Railway Co. di Canada dan dalam gambar tersebut tak seorang China pun tampak sementara merekalah yang paling berjasa dalam penyelesaian pembangunan rel kereta api tersebut.
Akhirnya kami sampai di Vancouver sekitar pukul 08.00 pm dan berpisah dengan Ben dan Jo serta peserta tour lainnya. Kami sangat puas dan berterima kasih karena sebagai rombongan peserta satu-satunya dari Indonesia kami merasa sangat diperhatikan. Satu hal yang lupa kami lakukan adalah membawa beberapa souvenir khas dari Indonesia, barangbarang kecil tapi pasti berkesan sebagai tanda mata untuk guide/driver. Di Canada para guide dan driver juga tidak malumalu menerangkan secara transparan berapa tip untuk mereka yaitu minimal $2.0/day/ person untuk driver dan $6.0/day/person untuk guide. Ini membuat kita tidak usah bingung-bingung mau kasih tip berapa karena sudah ada tarif standar. Satu hari sebelum tour berakhir Ben sudah mengedarkan amplop untuk menarik tip dari peserta. Beberapa yang merasa puas tentu memberi lebih dari tariff minimal. Fair enough.
Perlu diketahui untuk mengikuti tour di Canada mereka tidak mau bertele-tele menjemput apalagi menunggu peserta seandainya belum siap. Bus tour selalu menjemput peserta di pinggir jalan (!) pada jam yang sudah disepakati, bahkan untuk masuk ke halaman hotel pun tidak mau kecuali membawa koper karena akan langsung menuju ke airport. Itu pun driver/guide selalu berteriak “Go, go, go, go ….. !! “ agar peserta bergegas. Ampun deh. Nggak ada yang namanya manja-manja. Tapi hasilnya semua serba tepat waktu dan tak ada tempat dalam schedule yang terlewat kami kunjungi. Pada saat pulang pun peserta di”drop by” lagi di pinggir jalan.
Hari terakhir kami melancong dengan ferry ke Vancouver Island. Driver sekaligus guide kami bernama Theng, juga keturunan China. Orangnya tinggi tegap ganteng dengan kepala gundul dan topi cowboy, dan tattoo di sepanjang http://liburan.info
Menggunakan Joomla!
Generated: 13 January, 2017, 19:00
liburan.info
lengannya. Selama di perjalanan dia mengenakan jubah China khas kayak di film-film kungfu. China banget deh pokoknya. Hari ini kami naik bus dengan kapasitas 30 orang penumpang terisi penuh, semuanya keturunan China. Mereka datang dari Los Angeles, Chicago, New York, rata-rata membawa keluarga.
Perjalanan menggunakan ferry sebenarnya mirip perjalanan Merak-Bakauheni selama kurang lebih 1.5 jam. Tapi kapal ferry-nya bo ! Besar kalii. Bagus kaliii. Bersih kaliii. Ada semacam timezone untuk anak-anak, ada kolam renang, ada playground, ada ruang khusus fasilitas internet, ada tempat khusus untuk pets alias hewan piaraan, ada café semacam StarBucks dan toko souvenir, dan banyak tersedia kursi pijat gratis. Setelah bus naik dan parkir di dalam ferry, sebelum penumpang dipersilakan turun dari bus, Theng menyuruh peserta mengingat-ingat lokasi bus di sebelah mana karena ferry sangat besar dan ada beberapa pintu keluar, jangan sampai ada peserta yang tersesat dan nggak berhasil menemukan kembali lokasi parkir bus. In case terjadi peserta nggak berhasil menemukan bus, Theng menegaskan dia harus segera keluar dari kapal begitu sampai ke daratan. Kalau tidak akan terjadi sesuatu yang fatal yaitu peserta terbawa kembali ke Vancouver, Hi hi … konyol banget kan.
Kami langsung menuju The Butchart Garden. Sebelumnya Theng memberi kartu nama dan alamat restaurant tempat kami akan makan siang. Karena begitu ada peserta tidak on time dalam perjalanan nanti, tidak ada toleransi. Bus akan meninggalkan mereka dan mereka harus bergabung kembali dengan rombongan di restaurant saat makan siang. Terserah mau pakai kendaraan apa. Satu-satunya yang aman ya taxi yang tarifnya ajegile. Salah sendiri nggak on time. Wah, kejam euy.
The Butchart Garden adalah taman bunga seluas 22 ha dengan sekitar 2.500 species bunga yang terbagi menjadi beberapa taman dengan style yang berbeda-beda yaitu Sunken Garden, Italian Garden, Japanese Garden, Rose Garden dan Mediterranean Garden. Dibangun oleh Mr dan Mrs Butchart lebih dari 1 abad yang lampau, objek wisata ini telah ditetapkan menjadi National Historic Site of Canada. Karena waktu kami dibatasi hanya 2 jam, jadi Theng berpesan “Don’t be panic. Enjoy your time. Sebab nggak mungkin menikmati keseluruhan taman hanya dalam waktu singkat. Jadi relax aja !” Kami bertanya-tanya dalam hati. Maksud Lo ? Ternyata Butchart Garden memang luar biasa, dan belakangan kami tahu itu taman bunga terindah di dunia. Ticket masuknya saja sekitar Rp 500 ribu per orang. Kalau dihitung secara rinci, memang kami banyak mendapat keuntungan dari paket tour yang kami ambil karena secara total jauh lebih murah.
Yang ada, begitu masuk saya memang panik karena ingin melihat semua, ingin foto di mana-mana, ingin merekam semua, sedang tamannya sangat luas, bunganya sangat banyak dan bukan main indahnya. Di mana-mana tampak petugas sedang melakukan perawatan seperti membuang bunga dan daun-daun yang layu. Walaupun sudah dibantu dengan map yang lengkap, jelas, dengan panduan dan alternatif arah jalan yang sangat helpful, ibu saya akhirnya memilih untuk duduk relax seperti saran Theng, sementara saya berlarian ke sana kemari agar bisa mengabadikan seluruh sudut taman tersebut seoptimal mungkin, karena menurut saya dibanding sebuah taman bunga di Belanda yang bukanya saja 10 tahun sekali, The Butchart Garden ini lebih “heboh”.
Setelah makan siang kami menuju ke Royal London Wax Museum. Sebenarnya ini optional tour dan kami ditarik biaya tambahan sebesar CAD$ 10 per orang (dewasa) dan CAD$ 6 untuk anak-anak di bawah 10 tahun. Cukup seru karena patung lilin tokoh-tokohnya cukup mirip. Dari Lady Di sampai Marlyn Monroe dengan gaya khasnya rok yang tersingkap melambai-lambai (ditiup fan khusus). Juga ada patung Snow White yang sedang terbujur pingsan dalam kotak kaca dengan tangan memegang buah apel beracun, namun dadanya dibuat masih bergerak naik turun karena menurut kisahnya belum mati dan masih bernafas menunggu ciuman Sang Pangeran. Yang mengerikan, ada semacam ruangan bawah tanah yang sengaja dibuat gelap, dingin dan isinya menceritakan Perancis pada zaman baheula di mana banyak orang dihukum dengan pisau guillotine. Patung-patungnya sangat detail dengan mata yang bisa membuka menutup dan penggalan kepala yang bisa bergerak sehingga amat menyeramkan.
Setelah itu kami masih diajak melihat Gedung Parlemen British Columbia namun kami sudah sangat lelah sehingga kurang bersemangat. Akhirnya kami sampai lagi di Vancouver sekitar pukul 8 pm.
http://liburan.info
Menggunakan Joomla!
Generated: 13 January, 2017, 19:00
liburan.info
Keesokan harinya kami pulang ke Indonesia menggunakan maskapai yang sama - China Airlines dan sekali lagi transit di Taipei. Berakhirlah petualangan kami di Canada. Syukurlah semua berjalan lancer dan kesehatan tidak terganggu selama perjalanan. Enam hari yang sudah kami nikmati di Canada tentu saja tidak dapat meng-cover seluruh tujuan wisata di sana, yang seperti di negara maju lainnya dikemas dengan sangat apik, informative dan bikin ngiler melalui brosur-brosur di hotel dan toko souvenir. Bagaimanapun, saya sungguh bersyukur Tuhan memberi kesempatan melihat kebesaran ciptaanNya di belahan dunia lain.
Mudah-mudahan oleh-oleh pengalaman jalan-jalan ke Canada ini bisa dijadikan masukan bagi travelers lain yang berniat melancong ke negara berbendera daun maple ini.
Penulis : Judhistira Savitri - BSD, Tangerang Sumber: Kompas Community Foto : Getty Images
Peta Lokasi : {mosmap width='520'|height='300'|lat='49.26358888888889'|lon='123.1385638888889'|zoom='12'|zoomType='Large'|zoomNew='0'|mapType='Normal'|howMaptype='1'|overview='0'|text=' Vancouver, Canada'|lang=''}
Salam hangat dari Liburan.Info...
Teman-teman pembaca Liburan.Info di Indonesia dan Seluruh dunia, silakan berbagi peristiwa seputar kehidupan di sekitar anda dan perjalanan-perjalanan anda atau artikel-artikel yang terkait dengan pariwisata di Indonesia dan dunia bahkan tempat-tempat makan yang enak-enak dimanapun anda berada. Kirimkan artikel dan foto anda langsung melalui email:
[email protected] atau
[email protected]
atau login di liburan.info dan klik menu submit news.
Salam Liburan Indonesia...
http://liburan.info
Menggunakan Joomla!
Generated: 13 January, 2017, 19:00